bhn eko peny
TRANSCRIPT
Selasa, 15 April 2008
Antropologi Kesehatan dan Ekologi
1. Konsep-konsep Penting dalam Antropologi Kesehatan dan Ekologi
• SISTEM adalah Agregasi atau pengelompokan objek-objek yang dipersatukan oleh
beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang
berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga
membentuk suatu keseluruhan yang integral dan berfungsi, beroperasi atau
bergerak dalam satu kesatuan.
• SISTEM SOSIAL-BUDAYA ATAU KEBUDAYAAN adalah keseluruhan yang integral
dalam interaksi antar manusia.
• EKOSISTEM adalah suatu interaksi antar kelompok tanaman dan satwa dengan
lingkungan nonhidup mereka (Hardesty 1977;289)
Dalam membicarakan Antropologi Kesehatan dan Ekologi, saya akan
menitikberatkan pembahasan pada:
Hubungan, bentuk dan fungsi kesehatan dan penyakit dari pandangan lingkungan
dan sosial-budaya.
Masalah dinamika dari konsekuensi hubungan, bentuk dan fungsi dari kesehatan
dan penyakit dengan pendekatan ekologis dan sosial-budaya.
2. Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Ekologi
Hubungan manusia dengan lingkungan, dengan tingkahlakunya, dengan
penyakitnya dan cara-cara dimana tingkahlakunya dan penyakitnya mempengaruhi
evolusi dan kebudayaannya selalu melalui proses umpan-balik. Pendekatan ekologis
merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi, cara-cara
dimana tingkahlaku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan
timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda. Sebagai
contoh pada penyakit malaria ditemukan pada daerah berikilim tropis dan subtropis
sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, juga pada
daerah diatas 1700 meter diatas permukaan laut malaria tidak bisa berkembang.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda
dengan bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria,
demam berdarah, TBC, dll pada umumnya terdapat pada negara-negara
berkembang, sedangkan penyakit-penyakit noninfeksi seperti stress, depresi,
kanker, hipertensi umumnya terdapat pada negara-negara maju. Hal ini disebabkan
oleh pertumbuhan ekonomi yang berbeda pada kedua kelompok tersebut.
Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar
mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya.
Interaksi ini dapat berupa sosial psikologis dan budaya yang sering memainkan
peranannya dalam mencetuskan penyakit. Penyakit adalah bagian dari lingkungan
hidup manusia. Contoh penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-29:’MISTERI
KURU’)
at 15:16
Labels: Antropologi
http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/antropologi-kesehatan-dan-ekologi.html
Kualitas Lingkungan Hidup dan Berjangkitnya Penyakit Menular
Topic List < Prev Topic | Next
Topic >
Reply | Forward < Prev Message | Next Message >
Kualitas Lingkungan Hidup dan Berjangkitnya Penyakit
Menular
Dec 24, 2006
Tiga puluh tahun yang lalu, para pihak yang berwenang
di bidang Kesehatan Dunia meramalkan sebagian besar
penyakit menular akan punah. Dengan dapat dibasminya
penyakit polio, cacar, dan tipus, nampaknya tidak lama
lagi dunia ini akan terbebas dari segala jenis
penyakit menular.
Tetapi mikroba telah mengecoh kita. Bahkan seringkali,
upaya-upaya untuk menghentikan serangan
penyakit-penyakit itu telah menimbulkan akibat
sebaliknya. Akhirnya, penyakit menular masih tetap
menjadi penyebab utama meningkatnya angka kematian di
muka Bumi ini. Penyakit-penyakit itu mengakibatkan
kematian dan kecacatan pada jutaan anak-anak dan orang
dewasa setiap tahunnya, yang menimbulkan kerugian
negara sampai milyaran dolar karena merosotnya
produktivitas dan untuk anggaran kesehatan.
Seorang peneliti bernama Anne E. Platt dari Worldwatch
Institute (www.worldwatch.org) menyatakan bahwa kita
perlu memahami daur hidup dan ekologi penyakit guna
mencegah terjadinya wabah dari awal mulainya proses
penularan dan penyebarannya pertama kali.
Kepadatan penduduk akibat laju pertumbuhan penduduk
yang demikian tinggi; tidak adanya air bersih dan
sanitasi yang memadai; rendahnya tingkat pelayanan
kesehatan dasar; perencanaan pembangunan yang buruk;
mobilitas penduduk; dan penyalah-gunaan antibiotik
yang semakin meluas telah mendorong berjangkitnya
kembali penyakit menular. Para ahli memprakirakan akan
terjadi epidemi penyakit di seluruh dunia dalam waktu
dekat ini, apabila arah kecenderungan yang terjadi
sekarang ini terus berlangsung.
Anne E. Platt menunjukkan bahwa upaya penghentian
serangan penyakit menular itu membutuhkan pengendalian
pembangunan yang berwawasan lingkungan, tercukupinya
kebutuhan akan air bersih, dan pengurangan tingkat
konsumsi bahan bakar fosil.
Langkah yang sama sebagaimana yang telah dapat
membasmi penyakit cacar -yaitu pencegahan yang efektif
dan pelayanan kesehatan masyarakat- dapat membantu
membasmi penyakit menular lainnya. Upaya-upaya
demikian ini akan menunjukkan hasil yang memuaskan
baik dari segi penghematan anggaran maupun dari segi
penurunan angka kesakitan atau bahkan angka kematian.
Selengkapnya dalam bentuk e-book, silakan e-mail:
KesehatanLingkungan@...
http://penyakitmenular.multiply.com/
__________________________________________________________________
Yahoo! Singapore Answers
Real people. Real questions. Real answers. Share what you know at
http://answers.yahoo.com.sg
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/35910
Nilai yang terkandung di dalam konsep pencegahan primer sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat. Namun, sampai saat ini sistem pencegahan primer belum banyak dihayati dan
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Mereka masih dengan mudah dikelabui oleh pesatnya kemajuan dan pemanfaatan teknologi di bidang kedokteran.
Supercourse di bidang kesehatan masyarakat merancang kuliah perdana (golden lecture) tentang pencegahan global sebagai wujud penghayatan para pakar di bidang kesehatan masyarakat tentang pentingnya makna pencegahan penyakit. Supecourse PH dikembangkan dengan bantuan dana Nasional Library of Medicine dan National Institute of Health, USA. Supercourse adalah perpustakaan berbasis internet (virtual library), mepubliksikan lebih dari 1200 materi kuliah tentang pencegahan dan ilmu kesehatan masyarakat pada umumnya. Sampai saat ini, Website Supercourse sudah diakses secara cuma-cuma oleh lebih dari 10.000 orang yang berasal dari 152 negara. Mereka saat ini terhimpun di dalam jaringan dan gerakan pencegahan global. Kuliah perdana ini tentang pencegahan (Golden Lecture of Prevention) disusun oleh tim Supercourse. Materi kuliah ini untuk menggambarkan sekaligus dikaitkan dengan peringatan tentang pentingnya peranan pencegahan untuk mengamankan planet bumi sebagai tempat dan lingkungan hidup manusia agar lebih sehat.
This lecture was created by Faina Linkov, MPH with the help of Supercourse group in Pittsburgh, PA and the Global Health Network
This lecture was translated into Indonesian by Dr. A.A. Gde Muninjaya"
Hippocrates (460-377? BC), adalah seorang penulis produktif yang sangat luar biasa di bidang
kedokteran. Hanya sedikit yang diketahui tentang hidupnya. Dia adalah seorang tabib yang
hidup di pulau COS Yunani. Semasa hidupnya, perkembangan ilmu pengetahuan di negerinya
sangat pesat. Lebih dari 80 perjanjian telah dihasilkannya, beberapa diantaranya ditulis kembali
oleh orang lain dengan menggunakan nama besarnya. Hasil karyanya terhimpun dalam sepuluh
volume buku, yang pada zamannya lebih dikenal dengan encyclopedia kedokteran dan
pembedahan. Sebagai Bapak ilmu Kedokteran, Hippocrates sudah dikenal sebagai orang yang
tidak pernah percaya dengan tahyul atau keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia
dan proses penyembuhannya. Dia mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa untuk hidup
sehat dibutuhkan gizi yang baik; iklim juga dapat mempengaruhi mental dan fisik manusia. Dia
meninggal di Thessaly pada usia lanjut. Untuk memperoleh informasi tentang Hippocrates yang
lebih lengkap, silahkan di klik:
http://www.sacklunch.net/biography/H/Hippocrates.html
Setiap tgl 19 September - hari lahir Hippocrates di Yunani diperingati sebagai hari Hippocrates.
Masyarakat kesehatan global dianjurkan untuk memperingati hari tsb di seluruh dunia sebagai
hari pencegahan se dunia (Global Prevention Day). Ini akan menjadi bukti bahwa masyarakat
kesehatan mampu dan mau bekerja sama lebih erat untuk melakukan pencegahan penyakit.
Pada tgl 19 September 2003, tim supercourse Public Health berusaha mengawinkan konsep
kedokteran Hippocrates dan konsep pencegahan Dewa Kesehatan Yunani - Hygeia. Hygeia
adalah dewa kesehatan dan seorang pengasuh setia ayahnya yang bernama Asklepius dan
Aphrodite - sang dewi kecantikan Yunani. Untuk mencari tambahan informasi lebih terinci
tentang Hippocrates, harap diklik:
http://www.allsands.com/Science/hippocratesbiog_rtb_gn.htm
John Last adalah seorang legendaris yang dikenal sebagai Bapaknya Ilmu Pencegahan. Posisi akademik terakhir yang dipegangnya adalah ketua konsil British Medical Research di London, Universitas Sydney, Vermont USA, dan Edinburgh. Sejak tahun 1969, dia menjadi profesor Epidemiologi dan Community Medicine di Univesitas Ottawa. Ia juga editor buku “Public Health and Preventive Medicine” edisi ke 11, 12, dan 13 dan editor emeritus edisi ke 14, dan editor edisi ke 1 – 3 dictionary of Epidemiology, serta pengarang buku Public Health and Human Ecology edisi ke 1 dan 2.
Pencegahan penyakit dan praktik higiene sudah lama dikenal dalam sejarah manusia. Kalau
dikaitkan dengan agama, praktik pencegahan sejalan dengan kegiatan agama seperti Islam,
Kristen, Yudaisme, Hindu dsb. Jaringan supercourse Public Health sudah menghimpun ribuan
informasi ilmiah melalui jaringan internet. Semuanya sangat bermutu. Informasi tentang
pencegahan ini sudah didistribusikan melalui sistem jaringan kerjasama informasi global dan
bisa diakses oleh semua masyarakat di dunia, termasuk kelompok agama, pendidikan, profesi
kedokteran, sosial dan sebagainya.
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec5351/016.htm
Sukses di bidang pencegahan. Eradikasi cacar air adalah salah satu contoh terbaik yang mampu
dikembangkan oleh badan kesehatan dunia - WHO. Pemberantasan cacar air merupakan salah
satu kasus sukses program kesehatan masyarakat. Tahun 1967, ketika WHO mulai
mengembangkan gerakan internasional pemberantasan penyakit ini, penyakit ini diperkirakan
sudah menyerang 15 juta penduduk dunia setiap tahunnya; dua juta di antara meninggal, dan
masih banyak lagi yang belum dilaporkan. Melalui kerjasama global yang intensif, tahun 1980 –
hanya dalam kurun waktu 13 tahun, WHO sudah menyatakan penyakit ini sudah dieradikasi dari
muka bumi.
Seandainya penyakit cacar air tidak mampu dieradikasi, mungkin akan ada lagi 350 juta orang
korban baru penyakit ini selama dua puluh tahun ke depan – jumlah ini kira-kira sama dengan
penduduk Amerika dan Mexico. Selain itu, penyakit ini juga akan membawa akibat 40 juta
kematian. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk spanyol atau Afrika Selatan (WHO).
http://www.who.int/archives/who50/en/smallpox.htm)
Pictures taken from lectures Modeling Potential Response to Smallpox by Martin Meltzer, CDC, USA http://www.inta.cl/supercourse/lecture/cdc0111/003.htm and
Microbial threats to health in the US http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec6991/index.htm
by Joshua Lederberg
Pada abad ke 19, terjadi revolusi sanitasi yang dipelopori oleh Snow. Temuannya diperkuat oleh
William Farr - seorang dokter dan akhli vital statistik; dia adalah orang pertama yang
menghimpun abstract di kantor pendaftaran penduduk Inggeris; Louis Pastur dan Robert Koch
(pathologist), Rudolph Virchow (sanitarian), adalah orang-orang reformis di bidang sosial dan
perintis pengembangan Public Health, termasuk Edwin Cadwick, Lamuel Sattuck, John Simon.
Masih akan muncul ribuan akhli kesehatan masyarakat yang mungkin sudah atau yang akan
muncul belakangan mengikuti kepeloporan para tokoh kesehatan masyarakat yang telah
mendahuluinya.
Pemukiman penduduk dengan sanitasi yang teratur merupakan benih yang subur dan menjadi
pertanda berkembangnya sivilisasi di bidang kependudukan. Sebaliknya, pemukiman yang
sanitasinya jelek akan menimbulkan kesengsaraan pada hidup masyarakat karena penyakit pasti
akan bekembang dengan mudah. Kota-kota yang muncul di abad ke 19 merupakan pemukiman
yang berbahaya karena di masa itu penyakit begitu mudahnya berkembang akibat lingkungan
hidup yang jelek. Kondisi seperti itu sering merupakan risiko kematian penduduk pada usia dini.
Pada masa itu, lebih dari seperempat bayi yang lahir mati sebelum mencapai usia setahun,
setengahnya mati sebelum mereka dewasa untuk memperoleh keturunannya sendiri. Mereka
mati akibat penyakit diare dan infeksi saluran pernafasan seperti cholera, thypus, diare pada
bayi, campak, pneumonia, TBC) - John Last, Canada.
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec2561/004.htm
Berbagai jenis kegiatan pencegahan sudah dilaksanakan di banyak negara di dunia. Tujuannya
adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat. Di antara kegiatan tersebut adalah vaksinasi,
pengoalahan air minum, perbaikan saluran pembuangan air limbah, pengolahan makanan dan
pendistribusiannya. Para akhli kesehatan masyarakat meyakini benar bahwa semua upaya
pencegahan akan mampu mengendalikan berbagai jenis wabah penyakit infeksi di dunia
(Yoshua Lederberg, pemenang hadiah Nobel USA).
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec6991/index.htm
Mengapa seseorang harus melakukan upaya pencegahan? Dunia kita saat ini jauh lebih sehat dari sebelumnya. Secara global, umur harapan hidup manusia sudah lebih panjang sampai 30 tahun. Sukses yang dramatis ini mampu dicapai selama periode 100 tahun baik oleh negara maju maupun berkembang karena semakin berkembangnya program pencegahan, bukan semata-mata hanya oleh kemajuan ilmu kedokteran saja.
Kematian akibat penyakit TBC selama tahun 1860 – 1960 di USA juga dilaporkan oleh Biro pusat
Statitik Amerika, tahun 1970 (Washington, D.C.: Government Printing Office, 1975), Bgn 1
halaman 58-63. Catatan: Data tahun 1860 – 1900 hanya melaporkan kejadian Masschusetts
saja. Di susun oleh John Last, Canada, http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec2561/007.htm
Ekologi penyakit sebagai faktor determinan.
Pada abad ke 19 terjadi perubahan pola penyakit. Perubahannya kemungkinan besar
berhubungan dengan faktor sebab-akibat yang langsung bisa dirasakan oleh masyarakat
terutama setelah keberhasilan program perbaikan kesehatan lingkungan. Sejak saat itu, terjadi
penurunan angka kematian akibat penyakit infeksi. Perbaikan sanitasi lingkungan merupakan
sumbangan positip akibat perubahan sistem nilai dan gaya hidup masyarakat. Penurunan secara
tajam angka kematian akibat TBC pada awal abad ke 19 sudah terjadi jauh sebelum
ditemukannya obat kemoterapi, yang dianggap efektif melawan penyakit ini pada tahun
1950an.
Kesejahteraan masyarakat juga mempengaruhi peningkatan kondisi rumah dan status gizi
keluarga. Sejalan dengan itu, kemampuan masyarakat untuk membaca juga semakin meningkat.
Kepenuh sesakan anggota keluarga yang tidur di satu kamar juga semakin berkurang. Kondisi
seperti ini mampu mencegah penularan penyakit TBC di dalam keluarga dan kelompok-
kelompok masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Konsumsi makanan yang bertambah baik dan
bertambahnya informasi yang diterima oleh keluarga sangat membantu upaya pencegahan
kematian penduduk pada usia dini. Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat juga
mpeningkatkan level imunitas ibu hamil dan bayi melawan penyakit infeksi yang sebelumnya
sangat tinggi kejadiannya pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini juga mampu menurunkan tingkat
keganasan penyakit penyebab kematian.
Saat ini, secara umum muncul anggapan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara-
negara berkembang akan diikuti oleh perubahan pola perkembangan penyakit. Situasi seperti
ini juga dialami oleh banyak negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara. Pola tersebut
dikenal dengan transisi epidemiologi yaitu pergeseran pola penyakit. Transisi ini dimulai dengan
peningkatan status kesehatan secara umum pada akhir abad ke 19 dan berkembang terus
sampai awal abad ke 20. Sejalan dengan penurunan kematian dan peningkatan harapan hidup,
penduduk di negara-negara berkembang mengalami pergeseran pola penyakit. Dimulai dengan
dominasi penyakit menular, lalu bergeser ke pola penyakit kronis seperti gangguan cardio
vasculer dan kanker. Terjadinya transisi pola penyakit sebagian dapat dijelaskan dengan fakta
bahwa masih banyak manusia yang bertahan hidup sampai saat penyakit khronis mulai
menyerang mereka. Meskipun transisi pola penyakit sudah terjadi, munculnya permasalahan
yang baru tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan yaitu terjadi penggantian satu
penyakit dengan penyakit lainnya. Situasi ini sudah terjadi ketika terjadi peningkatan secara
menyeluruh dari kesehatan masyarakat. Elemen transisi epidemiologi yang terjadi saat ini
sangat bervariasi kejadiannya di banyak negara berkembang. Beberapa negara yang
berpenghasilan menengah di Amerika Latin dan Asia, penyakit khronisnya malah berkembang
lebih pesat dari penyakit infeksi [1]. Tetapi proses transisinya sampai saat ini belum selesai.
Banyak negara, terutama negara-negara miskin masih sedang bergulat dengan masalah besar
yaitu penuntasan pengendalian penyakit infeksi. Tetapi bersamaan dengan itu, penyakit khronis
juga sudah mulai berkembang. Kelompok-kelompok masyarakat di negara miskin saat ini
dihadapkan dengan tekanan ganda penyakit (double burden of disease) [2]. Dengan gambaran
seperti itu, transisi pola penyakit sudah pasti terjadi di semua negara, seperti revolusi sanitasi
yang sudah berhasil seperti yang dijelaskan di muka. Untuk itu, kebijakan dan investasi yang
relevan memang sangat dibutuhkan saat ini untuk terus bisa meningkatkan kualitas lingkungan
dan kesehatan masyarakat.
1. Christopher J. L. Murray and Alan D. Lopez, eds., The Global Burden of Disease: Volume 1 (World
Health Organization, Harvard School of Public Health, and The World Bank, Geneva, 1996), p. 18.
2. A. Rossi-Espagnet, G.B. Goldstein, and I. Tabibzadeh, "Urbanization and Health in Developing
Countries: A Challenge for Health for All," World Health Statistics Quarterly, Vol. 44, No. 4 (1991),
p. 208. http://wri.igc.org/wri/wr-98-99/001-ptn2.htm#life
Transisi epidemiologi tidak hanya terjadi terbatas di negara-negara maju saja. Transisi epidemiolgi sudah dialami oleh hampir semua negara di dunia pada akhir abad yang lalu. Contoh kasus transisi epidemiologi di Mexico. Hampir semua penyakit infeksi di Mexico sudah dapat ditekan, tetapi bersamaan dengan itu terjadi pula peningkatan angka harapan hidup penduduk, sementara CHD dan Kanker juga mulai bermunculan. Pola seperti itu menunjukan perkembangan penyakit di tingkat komunitas di sebuah negara.
Kecelakaan terbesar akibat radiasi terjadi di Chernobyl – pusat pembangkit tenaga nuklir di
dekat Pripjat Ukraina pada tgl 26 April 1986. Lebih dari 600.000 orang terlibat dalam proses
pembersihan radiasi, di antaranya 200.000 orang berasal dari Ukraina. Tugas berat ini dilakukan
selama empat tahun (s.d. 1990). Kontaminasi radioaktif menyebar sampai ke seluruh wilyah
Ukraina, Belarus dan Rusia. Tingkat kepadatan pencemaran radiasi dapat diamati seperti yang
tampak di peta. Tingkat pencemaran tertinggi mencapai level Cs-37 di sekitar wilayah
Chernobyl.
Terlepas dari sukses yang sudah dicapai setelah revolusi sanitasi, kesehatan lingkungan akibat
kecelakaan reaktor nuklir di Chernobyl telah mengingatkan masyarakat dunia akan pentingnya
mencegah polusi lingkungan dan segala bentuk pencemaran lingkungan akibat ulah manusia.
Kalau dibiarkan tidak dicegah, akibatnya akan mengancam kesehatan manusia dan terutama
generasi anak cucu kita. Dampak radiasi nuklir pada kesehatan manusia dan berbagai upaya
pencegahan sekunder di kalangan mereka yang terkena radiasi merupakan pusat perhatian
profesional kesehatan masyarakat di Ukraina dan negara-negara lainnya yang terkena
dampaknya. Slide ini dibuat oleh: Boris Ledoshchuk, MD, PhD, Ukraine.
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec2731/001.htm
Sistem pelayanan kesehatan di Kuba bersifat menyeluruh, gratis, dan mudah terjangkau. Sistem
mereka lebih menekankan pada upaya pencegahan dan penyebar luasan informasi. Selama
beberapa dekade sebelumnya, Cuba sudah mencapai peningkatan angka harapan hidup dan
penurunan secara bermakna tingkat kematian ibu dan anak. Pada slide ini, terjadi peningkatan
pencapaian imunisasi. Kemajuan yang sama juga ditunjukkan oleh Swedia, Finlandia, dan
beberapa bagian dari India. Yang jelas, hampir sebagian waktu pada abad yang lalu digunakan
untuk mengembangkan program pencegahan. Kegiatan tersebut memberikan dampak positip di
banyak negara. (Peter G. Bourne, Cuba; Public health in Cuba).
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec9881/001.htm
Lebih dari 471 000 kasus baru kanker leher rahim didiagnosa setiap tahunnya. Kasusnya
terutama dilaporkan dari negara-negara berkembang (1998). Kasus kematian akibat kanker
leher rahim lebih tinggi terjadi di negara-negara berkembang karena kegiatan program deteksi
dini kurang efektif dilakukan termasuk pengobatannya sebelum kasusnya berkembang menjadi
progresif. Program deteksi atau pencegahan dini terhadap kanker leher rahim memiliki potensi
yang sangat besar untuk menurunkan kematian akibat penyakit kronis. (Naila Baig Ansari, Dept.
of Community Health Sciences, The Aga Khan University Karachi, Pakistan).
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec7161/index.htm
Pengendalian Malaria sudah mendapat perhatian serius dari para profesional pelayanan
kesehatan di propinsi Henan - China. Slide ini menunjukan contoh khas bagaimana biaya sakit
per orang bisa lebih 100 kali dari biaya pencegahannya. (Professor Xi-Li Liu, TDR/WHO Project
Principal Investigator, Henan Provincial Institute of Parasitic Diseases, China)
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec5501/008.htm
Faktor gaya hidup
Paruh pertama di abad yang lalu, manusia disibukkan dengan kegiatan untuk bisa tetap
bertahan hidup. Mereka terlalu mengkawatirkan kesehatannya seperti halnya kita yang masih
hidup di abad ini. Aktifitas mereka sesugguhnya belum memadai untuk memperaktikkan prilaku
hidup sehat agar penyakit dapat dicegah. Kemajuan upaya pencegahan terjadi karena adanya
gerakan kelompok-kelompok pekerja, kelompok penegakan hukum dan diberlakukannya
berbagai peraturan di bidang kesehatan masyarakat.
Sampai akhir abad lalu, di sekitar tahun 1990an, laporan penerapan strategi “sehat untuk
semua tahun 2000” telah mengungkapkan masih perlunya gerakan untuk mengubah budaya
masyarakat. Gerakan ini harus secara proaktif mampu mempromosikan prilaku hidup yang
bertanggung jawab dan siap mengadopsi gaya hidup yang kondusif mendukung hidup sehat
(USDHHS 1990). Sejak saat itu, semakin banyak indikasi bahwa dengan menerapkan prilaku
hidup sehat secara bermakna, risiko masyarakat terserang penyakit kronis seperti cardio
vasculer dan kanker akan mampu diturunkan. Oleh karenanya, semua faktor determinan hidup
sehat yang sudah dibahas di atas, gaya hidup teryanta merupakan salah satu di antara banyak
faktor yang masih bisa dikontrol untuk mempengaruhi kesehatan masyarakat. (Diane Wilson,
USA, From “Lifestyle Factors and the Prevention Movement”)
www.pitt.edu/~super1/lecture/lec4231/006.htm
Rokok telah membunuh hampir 5 juta orang setiap tahun.
Tahun 2000, rata-rata terjadi 4.8 juta kematian dini (premature death) di dunia akibat merokok, 50% diantaranya dilaporkan dari negara-negara berkembang, 50% lagi dilaporkan dari negara-negara industri. Penyebab kematian: 1.7 juta akibat cardio vasculer diseases seperti stroke dan jantung coroner, 970,000 akibat penyempitan saluran pernafasan akut dan 850,000 lainnya akibat kanker paru-paru. (Majid Ezzati (Harvard School of Public Health) dan Alan Lopez (Queensland Univ. Australia)
Dari beberapa slide yang sdah dipresentasikan sebelumnya, peningkatan angka harapan hidup yang terjadi secara dramatis pada abad lalu sangat terkait dengan peningkatan kesehatan lingkungan dan
gizi masyarakat. Semua upaya tersebut dikenal dengan program kesehatan masyarakat. Harapan hidup masyarakat sebagian tergantung pada kematian bayi dan anak-anak. Ancaman kematian pada bayi dan anak-anak hampir seluruhnya adalah akibat masih tingginya kasus penyakit infeksi. (disusun oleh Letchuman Ramanathan Tokin A, presiden seksi ilmiah AHA 1997).
Oleh karena itu, paling tidak di negara berkembang seperti Indonesia, upaya peningkatan angka harapan hidup akan tercapai jika program pencegahan penyakit infeksi dapat dilaksanakan dan dimulai awal abad ini.
Pada waktu yang bersamaan, isu kesehatan masyarakat berumur 15 tahun ke atas, baik di negara berkembang maupun di negara maju, diwarnai oleh penyakit non infeksi (Sen K et al. Lancet 356: 577-82; 2000). Mengkaji program pencegahan di abad 21 ini, mungkin perlu dibahas upaya pencegahan penyakit non infeksi yang sama pentingnya dengan upaya pencegahan penyakit infeksi. Slide ini menampilkan beberapa hasil uji coba tentang keberhasilan menggunakan statins untuk mencegah penyakit cardio vasculer. Publikasi beberapa penelitian tentang upaya perlindungan jantung (Statin heart protection study) menunjukan masih dibutuhkannya panduan untuk menurunkan cholesterol sebagai upaya untuk menangani faktor risiko, bukan semata-mata hanya menangani tingginya cholesterol di dalam darah (Heart Protection Study Of Cholesterol Lowering With Simvastatin in 20,536 High–risk Individual: a randomized placebo controlled trial Lancet 2002 Jul 6;360(9326):7-22)
Sebab utama kematian dan kesakitan (mortality and morbidity) di negara maju dan hampir di semua negara berkembang di dunia saat ini terkait dengan penyakit cardio vasculer. Gaya hidup sehat dapat ditunjukan melalui diet yang berimbang, menghindari merokok, dan berolah raga secara teratur. Semuanya akan memberikan sumbangan positip pada upaya pencegahan penyakit tersebut. Meskipun demikian, sejalan dengan semua anjuran tersebut di atas, masih saja ada pasien yang mati karena penyakit kronis yang dideritanya. Slide ini menyimpulkan hasil beberapa studi yang menggunakan kelompok obat-obatan (Statins) untuk pencegahan primer dan sekunder penyakit jantung koroner. Statins sangat efektif untuk menurunkan kadar cholesterol di dalam darah. Dari studi ini dirumuskan pedoman kerja untuk menangani pasien dengan risiko tinggi menggunakan statins. Untuk jangka panjang, penggunaan statin secara tepat akan mampu menurunkan biaya perawatan kasus jantung koroner, dan masyarakat akan hidup lebih panjang serta sehat.
Pengertahuan kedokteran sangat penting saat ini disebarkan keseluruh dunia. Kita akan mampu secara meyakinkan untuk meningkatkan mutu hidup masyarakat. Supercourse akan terus berusaha memberikan sumbangan nyata untuk penyebar luasan informasi di bidang kedokteran ini
References: Shepherd J et al. N Engl J Med. 1995;333:1301-1307. 4S Study Group. Lancet.
1995;345:1274-1275. Sacks FM et al. N Engl J Med. 1996;335:1001-1009. Downs JR et al.
JAMA. 1998;279:1615-1622.
Epidemilogi molekuler adalah salah satu yang paling menarik dan bidang peneltian yang sangat
penting pada saat kita memasuki abad ke 21. Ilmu ini secara kritis mengkaji dan
menghubungkan projek Genome manusia
(http://www.ornl.gov/TechResources/Human_Genome/home.html and medicine/public
health). Tanpa rancangan yang baik untuk melakukan studi epidemiolgi molekuler di tingkat
komunitas, mustahil akan dapat diinterprestasikan tingginya risiko penyakit yang terkait dengan
suseptibilitas gene yang baru diidentifikasi. Hasilnya, epidemiologi molekuler akan berperanan
penting untuk penegakan diagnose di bidang kedokteran, pengembangan strategi pencegahan
di bidang kesehatan masyarakat, pembahasan tentang isu etika, sosial dan aspek legal yang ada
hubungannya dengan evolusi perkembangan projek genome manusia. Catatan: human genome
project, Jan Dorman, PhD University of Pittsburgh Department of Epidemiology.
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec0131/005.htm
Dua puluh tahun yang lalu, pencegahan epidemi HIV/AIDS merupakan sebuah tantangan yang
nyata pada ilmu kesehatan masyarakat. Sampai saat ini belum ada cara efektif melawan
penyakit ini. Selain itu, obat-obatan yang tersedia di pasaran saat ini belum dapat dimanfaatkan
oleh semua penderita. Upaya pencegahan penyakit ini akhirnya merupakan cara yang terbaik
untuk menekan terus meningkatnya kejadian penyakit dan kematian akibat AIDS. Untuk
pencegahan HIV/AIDS, konseling merupakan satu-satunya cara untuk mempromosikan berbagai
perubahan prilaku masyarakat. Untuk jangka panjang diharapkan masyarakat diharapkan akan
mau mengadopsi perubahan prilaku yang berisiko. Konseling sangat mutlak diperlukan pada
saat seseorang mulai diketahui menggidap HIV. Penderita akan merasa kehilangan harapan
hidup dan tidak mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab tentang hidupnya. Bagi
individu atau kelompok yang berprilaku risiko tinggi, mereka tidak mampu mengambil
keputusan apakah akan melakukan test HIV atau tidak? Isu penting lainnya dalam
penanggulangan HIV/AIDS adalah tentang menjaga rahasia penderita baik untuk keluarga atau
partner seksnya. Dengan kondisi seperti itu, konseling sangat membantu penderita untuk lebih
berani menerima kenyataan hidupnya setelah HIV masuk kedalam tubuhnya. Mereka dibantu
agar mampu berbuat sesuatu secara berimbang. (Dr. Arun Kr. Sharma, Dehli, India).
http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec3861/index.htm
Sejak dekade yang lalu, di dunia terjadi peningkatan secara dramatis penggunaan internet.
Sekarang diperlukan upaya meningkatkan pemanfaatan internet untuk pencegahan.
Pengembangan sektor industri didukung oleh digunakannya tenaga air, uap, dan lisrik. Saat ini,
pengembangan indsutri juga sangat tergantung dari penggunaan internet dan jaringan
infrasrukturnya. Posisi internet untuk bidang industri saat ini sama kuatnya dengan posisi
tenaga penggerak listrik di masa lampau.
Vint Cerf, http://www.pitt.edu/~super1/lecture/lec1351/002.htm
Selama lima tahun terakhir, pusat penelitian kesehatan dan ilmu pengetahun Lingua Franca
sudah mengembangkan program Powerpoint. Hampir semua pengetahuan ilmiah saat ini ditata
menggunakan program powerpoint. Masih banyak lagi perkembangan paket program ini bisa
kita nikmati melalui internet. Pada tahun 1994, hanya ada beberapa kuliah saja menggunakan
powepoint. Saat ini, sudah berkembang lebih dari 5 juta. Jika kita mampu mengembangkan
sistem jaringan internet secara global, materi kuliah di perguruan tinggi akan dengan mudah
diakses oleh mahasiswa secara gratis dari perpustakaan di website (virtual library). Dengan cara
ini pengetahuan tentang pencegahan juga akan lebih cepat disebar luaskan.
Supecourse adalah kumpulan kuliah-kuliah yang berbasis internet yang didukung oleh 10,000
staf akademik dari 152 negara di dunia. Pada mulanya, projek ini dibiayai oleh NASA dan
dilanjutkan oleh national medical library dan NIH USA.. www.pitt.edu/~super1
Kita harus membedakan telepreventive medicine dengan telemedicine. Telemedicine dirancang untuk membantu penyembuhan pasien. Teknologinya sangat mahal. Tetapi telemedicine tidak akan memberikan efek bermakna untuk kesehatan masyarakat secara global. Sebaliknya, telepreventive medicine akan mampu menjangkau jutaan manusia di seluruh dunia melalui pesan-pesan nyata di bidang pencegahan. Dengan telepreventive medicine, masyarakat dunia akan memiliki potensi guna meningkatkan kesehatan masyarakat secara global. Supercourse adalah salah satu contoh bagaimana telepreventive medicine telah mampu menjangkau jutaan manuisa di seluruh dengan biaya murah. Golden lecture adalah intsrumen yang ampuh untuk mendistribusikan informasi tentang pencegahan melalui jaringan telepreventive medicine. Sistem ini memanfaatkan sistem gelombang elektro magnetik dengan bandwidth lebar sehingga mampu menjangkau jutaan masyarakat akademik di dunia.
Supercourse sudah berhasil menghimpun ribuan materi kuliah penting yang berasal dari seluruh
staf akademik di dunia. Semuanya berjumlah 1200 materi kuliah yang dapat diakses melalui
supercourse. Jaringan ini didukung oleh lebih dari 10,000 staf Fakultas dari 152 negara. Anda
bisa menghubungi sekretariat Supercourse di Pittburg University melalui: [email protected] jika
anda ingin mendapat CD kuliah supercourse secara gratis. CD ini berisi 1038 materi kuliah
tentanKita sekarang sudah memasuki abad ke 21. Penting buat kita untuk tidak melupakan
konsep yang sudah dikembangkan oleh Hippocrates yaitu: “positive health”. Dia
mengembangkan konsep positive health dengan penjelasan sbb:
Untuk bisa mengembangkan “positive health”, dibutuhkan pengetahuan tentang komposisi tubuh
manusia yang disebut gene. Selain itu, dibutuhkan juga pengetahun tentang tenaga (energi) yang
diperoleh dari makanan, baik yang bersifat alami maupun yang diproduksi oleh industri makanan
(processed food). Tetapi kalau kegiatan manusia hanya diisi dengan makan saja, belumlah cukup
untuk menjaga kesehatannya. Harus juga dibarengi dengan olah raga. Bagaimana manfaat olah
raga terhadap kesehatan tubuh manusia sudah sama-sama kita fahami. Kombinasi dari keduanya
akan membangun kompisisi tubuh manusia, apalagi kalau disesuaikan dengan perubahan musim,
umur, dan situasi lingkungan di rumah. Jelasnya, jika terjadi gangguan konsumsi atau proporsi
olah raganya, manusia akan mudah terserang penyakit.g pencegahan dan Public health.
Selasa, 17 November 2009
Penyakit dalam Perspektif EkosistemOleh : dr Ketut Suarayasa *)
TAHUN 1960, Lester Braslow dari Departemen Kesehatan Masyarakat California melaporkan bahwa berpuluh-puluh ribu ikan trout di tempat-tempat pembiakan di bagian barat Amerika tiba-tiba terkena kanker hati. Dan dicurigai bahwa penyakit pada ikan akibat kontaminasi logam berat itu telah masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut. Pada tahun yang sama, Jepang melaporkan adanya masyarakat di sekitar pantai yang telah bertahun-tahun mengonsumsi ikan menderita penyakit gangguan saraf dan kanker, yang kemudian dikenal sebagai tragedy Minamata (Minamata disease). Di Indonesia, peristiwa serupa terjadi di Teluk Buyat, Sulawesi Utara, dimana air laut mengalami pencemaran logam berat Arsen (As) dan Merkuri (Hg) yang telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan. PT Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan yang dituding sebagai biang keladi pencemaran ini, karena membuang tailing (batuan dan tanah sisa ekstraksi bijih emas) ke dasar laut di Teluk Buyat.
E.F. Schumacher, Ekonom kelahiran Jerman yang pemikiran-pemikirannya disarikan dalam buku “Small is Beautiful” pernah menulis bahwa : “Dunia modern telah tergelincir dari satu krisis ke krisis yang lain; dan dari segenap penjuru terdengar ramalan akan datangnya bencana, bahkan gejala-gejala kehancurannya telah kelihatan pula”. Schumacher berpendapat bahwa manusia modern tidak menghayati kehidupannya sebagai bagian dari alam, tetapi sebagai suatu kekuatan luar yang ditakdirkan menguasai dan menaklukkan alam. Dalam proses penaklukkannya tersebut, manusia seringkali “merasa” telah memenangkan pertarungan melawan alam. Padahal pada saat bersamaan, sesungguhnya berada di pihak yang kalah. Hal ini bisa dilihat dari munculnya bencana akibat pengrusakan alam, termasuk munculnya agent yang menimbulkan penyakit baru (New emerging desease) maupun agent penyakit lama yang muncul kembali akibat adanya ketidakseimbangan ekosistem (Re-emerging desease), serta meningkatnya penyakit-penyakit tidak menular akibat polusi lingkungan (penyakit degeneratif).
Secara umum, penyakit dapat diartikan sebagai suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan atau morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh manusia. (Prof. Achmadi, 2005). Penyakit sebagian besar dikaitkan dengan adanya hubungan interaktif antara kehidupan manusia dengan bahan, kekuatan, atau zat yang tidak dikehendaki yang datang dari luar tubuhnya. Kekuatan, zat, atau bahan yang masuk ke dalam tubuh tersebut bisa merupakan benda hidup atau benda mati. Akibatnya, bisa secara langsung menimbulkan gangguan atau mengeluarkan bahan beracun (toxin) dalam tubuh manusia, sehingga mengganggu bentuk ataupun fungsi suatu organ.
Bahan, kekuatan, atau zat, entah itu mikroba atau benda mati yang beracun pada dasarnya merupakan bagian dari sebuah tatanan kehidupan, tatanan lingkungan, atau tatanan ekosistem. Keberadaan sebuah agent penyakit (mikroba, parasit, dll) merupakan sebuah rantai dalam tatanan tersebut. Demikian pula, bahan beracun yang masuk ke dalam tubuh secara sedikit-sedikit yang menimbulkan gangguan kesehatan, merupakan bagian dari tatanan sebuah ekosistem. Keberadaan “benda asing” yang tidak diperlukan di dalam tubuh manusia merupakan konsekwensi hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya sebagai bagian dari tatanan ekosistem tersebut. Dalam perspektif ekosistem, masyarakat atau kelompok penduduk yang tinggal dalam suatu ruang dan waktu tertentu merupakan salah satu komponen atau bagian tak terpisahkan dari sebuah ekosistem.
Ekosistem akan stabil bila tidak ada gangguan, meskipun hubungan antar komponen dalam sebuah ekosistem bisa terjadi secara dinamis. Namun, ekosistem dengan berbagai mekanisme alamiah yang ada akan tetap menjaga keseimbangan. Apabila terjadi hal-hal yang luar biasa, maka ekosistem akan rusak dalam jangka waktu tertentu. Gangguan keseimbangan bisa juga berasal dari ekosistem lain atau eksternal, seperti datangnya spesies baru dari luar wilayah yang berpotensi mengganggu keseimbangan. Dalam kasus penambangan di bukit Poboya- dalam perspektif kependudukan- datangnya “penduduk baru” dari luar wilayah Kota Palu dengan karakteristiknya yang beragam (bisa diterjemahkan sebagai kehadiran “spesies” atau “agent” baru), akan memengaruhi pola interaksi penduduk dengan lingkungan yang selama ini telah berjalan. Perilaku yang berbeda dari setiap komunitas dengan lingkungannya akan menghasilkan pola pemajanan yang berbeda yang menghasilkan “behavioral exposure” yang berbeda satu sama lainnya.
Karakter topografi, iklim, dan ekologi memiliki pengaruh yang sangat besar pada aspek tempat dalam keberadaan dan penyebaran penyakit. Suhu, curah hujan, angin, air, kelembaban, dingin, panas, paparan matahari, dan kondisi lainnya memengaruhi kemampuan pathogen- khususnya bakteri, jamur, dan parasit- untuk bertahan di lingkungan (Thomas C. Timmreck, 2001). Ada berbagai aspek ekosistem yang mencakup vector, media, reservoir, pejamu, dan lain-lain yang berpotensi menularkan penyakit, yang merupakan bagian dari lingkungan ekologis tempat kita berada. Belum lagi kalau kita tinjau dari aspek sosial dan kultural, dimana cara masyarakat atau populasi dalam menggunakan makanan, air, zat kimia, sampai pada mempraktikkan sanitasi dan hygine individu, akan memengaruhi status kesehatan suatu populasi. Itu sebabnya, persoalan penambangan emas di bukit Poboya bukan melulu persoalan “pencemaran” merkuri. Tapi persoalan sanitasi lingkungan dimana para penambang melakukan aktivitasnya (makan, tidur dan buang kotoran) akan menjadi persoalan akut yang membutuhkan penanganan segera.
Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan adalah terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya dengan cara pembangunan yang berkelanjutan. Olehnya itu, segala aktivitas yang berhubungan dengan perubahan lingkungan dan ekosistem hendaknya diupayakan secara arif sesuai dengan azas konservasi yang ramah lingkungan dengan menekan dampak negatif yang ditimbulkan seminimal mungkin. Sehingga masyarakat di sekitar lingkungan tersebut tetap dalam kondisi yang sehat, sebagaimana tema Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 45 tahun 2009: “Lingkungan Sehat, Rakyat Sehat”.
*) Penulis adalah, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palu
http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=60130