bfbab-sifat sifat estuaria dan pengelolaannya

11
Oseana, Volume XIX, Nomor 3 : 21-31 ISSN 0216-1877 SIFAT-SIFAT ESTUARI DAN PENGELOLAANNYA Oleh Ricky Rositasari dan Sri Kusdi Rahayu * ABSTRACT THE CHARACTERISTICS OF ESTUARY AND ITS MANAGEMENT. Estuary is transition zone between marine and freshwater habitat. As a unit of marine ecosystem, estuary has unique and complex role. This system can be classified based on its geomorphological and hydrological profile characteristics as well as combinations of those two factors. The estuarine ecosystem need to be used in sustainable way, and therefore, it should be planned and managed properly. This article also explains the classification system of estuary, its use and the methods of planning and management to meet its sustainable use. PENDAHULUAN Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh proses-proses alamiah (DAHURI1992). Dilain pihak sebagian besar penduduk dunia (hampir mencapai 70%) bermukim di sekitar wilayah pesisir dan sepanjang tepian sungai termasuk di Indone- sia. Estuari yang berasal dari bahasa Latin aestus, berarti pasang-surut (ODUM 1971). Berdasarkan definisi PRITCHARD (dalam ODUM 1971), estuari merupakan suatu bentukan masa air yang semi tertutup di lingkungan pesisir, yang berhubungan langsung dengan laut lepas, sangat dipengaruhi oleh efek pasang-surut dan masa airnya merupakan campuran dari air laut dan air tawar. Muara sungai, teluk-teluk di daerah pesisir, rawa pasang-surut dan badan air yang terpisah dari laut oleh pantai penghalang (barrier beach), merupakan contoh dari sistem perairan estuari. Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi (ekoton) antara habitat laut dan perairan tawar, namun beberapa sifat fisis dan biologis pentingnya tidak memperlihatkan karakteristik peralihan, lebih cenderung terlihat sebagai suatu karakteristik perairan yang khas (unik). Penggunaan dan pelanggaran atas zona estuari oleh aktifitas manusia saat ini telah mencapai tingkat yang sangat kritis, sehingga amatlah penting untuk lebih memasyarakatkan pemahaman tentang kekhususan dan fungsi dari perairan ini. Karena apabila kecen- derungan perusakan estuari ini tidak segera * Balai Penelitian dan Pengembangan Oseanografi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta 21 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

Upload: edisenna

Post on 18-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Oseana, Volume XIX, Nomor 3 : 21-31 ISSN 0216-1877

    SIFAT-SIFAT ESTUARI DAN PENGELOLAANNYA

    Oleh

    Ricky Rositasari dan Sri Kusdi Rahayu *

    ABSTRACT

    THE CHARACTERISTICS OF ESTUARY AND ITS MANAGEMENT. Estuary is transition zone between marine and freshwater habitat. As a unit of marine ecosystem, estuary has unique and complex role. This system can be classified based on its geomorphological and hydrological profile characteristics as well as combinations of those two factors. The estuarine ecosystem need to be used in sustainable way, and therefore, it should be planned and managed properly. This article also explains the classification system of estuary, its use and the methods of planning and management to meet its sustainable use.

    PENDAHULUAN

    Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh proses-proses alamiah (DAHURI1992). Dilain pihak sebagian besar penduduk dunia (hampir mencapai 70%) bermukim di sekitar wilayah pesisir dan sepanjang tepian sungai termasuk di Indone-sia.

    Estuari yang berasal dari bahasa Latin aestus, berarti pasang-surut (ODUM 1971). Berdasarkan definisi PRITCHARD (dalam ODUM 1971), estuari merupakan suatu bentukan masa air yang semi tertutup di lingkungan pesisir, yang berhubungan langsung dengan laut lepas, sangat dipengaruhi oleh efek pasang-surut dan masa airnya

    merupakan campuran dari air laut dan air tawar.

    Muara sungai, teluk-teluk di daerah pesisir, rawa pasang-surut dan badan air yang terpisah dari laut oleh pantai penghalang (barrier beach), merupakan contoh dari sistem perairan estuari. Estuari dapat dianggap sebagai zona transisi (ekoton) antara habitat laut dan perairan tawar, namun beberapa sifat fisis dan biologis pentingnya tidak memperlihatkan karakteristik peralihan, lebih cenderung terlihat sebagai suatu karakteristik perairan yang khas (unik).

    Penggunaan dan pelanggaran atas zona estuari oleh aktifitas manusia saat ini telah mencapai tingkat yang sangat kritis, sehingga amatlah penting untuk lebih memasyarakatkan pemahaman tentang kekhususan dan fungsi dari perairan ini. Karena apabila kecen-derungan perusakan estuari ini tidak segera

    * Balai Penelitian dan Pengembangan Oseanografi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI, Jakarta

    21

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • dikendalikan atau dikelola secara cermat dan bijaksana, dikhawatirkan pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan estuari tidak akan berlangsung secara berkelanjutan.

    BEBERAPA KARAKTERISTIK RENTING ESTUARI SEBAGAI SUATU

    SISTEM

    Estuari merupakan bentukan badan air yang sangat khas baik dilihat dari segi morfologi, fisis maupun sebagai suatu sistem secara keseluruhan. Secara geomorfologi estuari terbagai menjadi 4 macam (PRITCHARD 1967), sebagai berikut :

    1. Estuari yang berupa rataan tergenang (Drowned river valley).

    Biasanya banyak terbentuk di sepanjang pantai yang memiliki rataan pantai yang dangkal dan lebar. Pada musim penghujan, air dari sungai mehgangkut sejumlah besar sedimen ke arah estuari. Sedangkan pada musim kemarau aliran dari laut mendominasi lingkungan estuari, karena debit air dari sungai sangat rendah.

    2. Estuari bertipe fyord.

    Tipe estuari ini biasanya terbentuk di perairan dalam. Morfologi dasar perairan estuari ini biasanya berbentuk huruf U. Kurun sejarah pembentukannya diperkirakan dimulai pada jaman es (glasial period), sehingga dapat digolongkan sebagai bentukan geologis berumur tua.

    3. Estuari dengan pasir penghalang (bar-built estuaries).

    Merupakan cekungan dangkal yang sebagian dasar perairannya akan muncul pada saat surut. Perairan ini dapat dikatagorikan

    sebagai perairan semi tertutup, dengan adanya gundukan pasir penghalang (bars) atau pulau-pulau penghalang(barrier islands). Bentukan penghalang tersebut terputus-putus oleh saluran-saluran kecil (inlet) yang berhubungan langsung dengan laut lepas. Pada kasus-kasus tertentu tumpukan pasir tersebut diendapkan di laut, pada kasus lain tumpukan pasir penghalang tersebut merupakan bekas bentukan bukit-bukit pasir yang berubah karena terisolasi oleh penaikan permukaan laut secara bertahap.

    4. Estuari yang terbentuk oleh proses vulkanik

    Tipe estuari ini terbentuk dari lekukan garis pantai (pesisir), dimana lekukan tersebut terbentuk karena terjadinya patahan geologis atau oleh penurunan muka bumi secara lokal, proses tersebut biasanya diikuti dengan pemasukan air tawar yang besar.

    Pengklasifikasian tipe estuari lain, yang juga merupakan hasil observasi PRITCHARD (dalam ODUM 1971) adalah berdasarkan perbedaan profil hidrografik. Perbedaan ini disebabkan oleh terdapatnya aliran yang berasal dari laut dan darat (sungai) seperti terlihat pada Gambar 1. Kedua aliran tersebut akan menampakkan dominasi yang berlainan karena terdapatnya perbedaan faktor fisik dan fisis pada setiap lingkungan estuari. Dimana perbedaan dominasi tersebut akan menimbulkan perbedaan pada profil hidrologis perairan, seperti dalam pembagian berikut :

    1. Profil hidrografis berlapis (Highly stratified).

    Profil perairan ini disebabkan karena terdapatnya dominasi aliran sungai dibandingkan dengan pasang-surut, sebagaimana yang biasa terjadi di muara

    22

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • sungai besar. Masa air tawar yang besar cenderung terapung di atas air laut yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi, sehingga terbentuk bidang pemisah di antar kedua lapisan tesebut (wedge) yang melintang di sepanjang dasar perairan. Tipe pelapisan hidrografis ini akan memperlihatkan sifat holoklin (holocline) pada salinitasnya, yaitu terdapatnya zona perubahan yang tajam pada salinitas air permukaan dan air dasar di perairan estuari tersebut.

    2. Profit hidrografis teraduk sebagian (Partially mixed).

    Pada profil seperti ini, input air tawar dan pasang-surut lebih seimbang pengaruhnya. Media pengadukkan yang bekerja secara dominan pada tipe perairan ini adalah efek pasang-surut yang berlangsung secara periodik. Profil salinitas secara vertikal lebih tergradasi karena terdapatnya pengadukan secara vertikal yang kemudian membentuk pola pelapisan yang kompleks pada masa air (gambar 2).

    3. Profil hidrografis tercampur sempurna (Vertically homogenous estuary).

    Tipe estuari ini didominasi oleh efek pasang-surut yang kuat. Air cenderung teraduk dengan sangat baik mulai dan permukaan hingga dasar perairan. Kandungan salinitas relatif tinggi, hampir mendekati salinitas air laut. Variasi utama yang terjadi pada tipe estuari ini lebih banyak terdapat secara horizontal dan pada secara vertikal. Estuari yang memiliki pasir penghalang (bar-built estuary) atau estuari yang tidak memiliki sungai besar merupakan contoh dan tipe perairan ini.

    Sebagai suatu sistem, estuari merupakan satu kesatuan yang sangat kompleks. Berdasarkan pada bentuk, kedalaman dan sebaran airiaut serta berbagai material lain ke seluruh sistem, maka estuari dapat dibagi menjadi 4 subsistem (Gambar 3) sebagai berikut :

    1. Subsistem laut (Marin).

    Subsistem ini terletak tepat di mulut sungai yang langsung berhubungan dengan laut. Pada zona yang didominasi oleh pengaruh laut ini, selalu terjadi percampuran biota yang berasal dari lingkungan laut menuju estuari dan sebaliknya. Saluran utama berfungsi sebagai gerbang keluar / masuk bagi berbagai jenis ikan dan invertebrata bertaxa tinggi. Biota-biota tersebut memanfaatkan kekayaan nutrien di daerah estuari ini untuk melangsungkan pertumbuhannya yang melalui beberapa fase tersebut. Namun demikian ada pula beberapa estuari yang lebih didominasi oleh komponen air laut, akibat kurangnya aliran air tawar.

    Kelp dan algae dari jenis lain, biasanya menutupi substrat batu dan membentuk mikrohabitat. Invertebrata bentik yang terdapat di lingkungan ini dapat merupakan jenis marin atau jenis estuari.

    2. Subsistem teluk ( Bay )

    Daerah ini dicirikan dengan adanya hamparan rataan lumpur yang tampak ke permukaan pada saat surut, dan tergenang oleh campuran air tawar dan air laut pada saat pasang. Rataan ini tidak hanya terdiri dari lumpur, tapi juga butiran pasir yang terbawa oleh aliran sungai. Butiran pasir yang berasal dari komponen daratan ini diendapkan di teluk bagian atas (bagian rataan yang dangkal)

    23

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • dan sepanjang pinggiran saluran utama (main channel). Partikel yang lebih halus seperti lempung dan lanau, terhanyutkan hingga mencapai tepian rataan di dekat rawa pasang-surut. Pasir yang berasal dan laut dapat juga terbawa masuk ke dalam lingkungan perairan ini hingga beberapa kilometer ke arah sungai, yaitu pada saat terjadi air pasang yang berenergi tinggi.

    Air dengan kekayaan nutrien tinggi menggenangi daerah ini dua kali sehari. Air tersebut merupakan media yang ideal bagi fitoplankton untuk dapat menangkap sinar matahari. hasil asimilasi inilah yang merupakan suplai energi secara berkesinam-bungan bagi rantai makanan biologis di lingkungan estuari ini. Energi matahari merupakan pemacu metabolisma kolektif dari keseluruhan perairan estuari ini.

    3. Rawa - rawa ( Slough )

    Rawa-rawa ini merupakan percabangan kecil yang menghubungkan teluk dengan saluran utama dari sungai. Input air tawar di lingkungan ini biasanya sedikit. Pengaruh pasang-surut di lingkungan ini tidak sebesar bagian lain dari estuari yang lebih dekat dengan laut. Umumnya rawa-rawa ini terdiri dari saluran yang berkelok yang menerobos rataan lumpur hingga mencapai bagian teluk utama. Saluran kecil inilah yang membawa air pasang hingga ke rawa pasang-surut (marsh) dan bagian ujung dari hutan pantai di daerah tersebut.

    4. Sungai ( Riverine )

    Subsistem ini terletak di daerah masuknya air tawar dari gunung menuju lingkungan estuari. Sebagian besar dari subsistem ini berbentuk menyudut dan biasa disebut saluran sungai yang terpengaruh

    pasang-surut. Salinitas sepanjang tahun di lingkungan ini rendah, malah sebagian dari subsistem ini seluruhnya terdiri dari air tawar.

    Biota dan Produktifitas

    Komunitas estuari membentuk komposisi yang unik berupa percampuran jenis endemik (Jenis yang hidup terbatas di lingkungan estuari), jenis yang berasal dari ekosistem laut dan sebagian kecil jenis biota yang dapat masuk/keluar dari lingkungan air tawar, yaitu biota yang memiliki kemampuan osmoregulator yang baik. Gambar 4 memperlihatkan contoh variasi komunitas biota di perairan estuari berdasarkan zonasi kedalaman air.

    Sumber protein dari laut (seafood) merupakan contoh populasi yang baik dari percampuran jenis endemik dan jenis perairan laut. Contoh dari jenis-jenis tersebut adalah kerapu dari jenis Cynoscion nubulosus, sedangkan ikan dari jenis Brevootia sp di jumpai hidup di perairan estuari hanya pada stadium awal. Demikian juga dengan kebanyakan jenis-jenis komersial seperti tiram dan kepiting yang merupakan jenis utama lingkungan ini. beberapa jenis komersial penting dari berbagai jenis udang hidup di laut lepas pada stadium dewasa, dan melewati stadium awal hidupnya di lingkungan estuari. Daur hidup seperti ini sangat umum dijumpai pada biota nekton di daerah pesisir, dimana estuari digunakan sebagai lahan asuhan. kecenderungan tersebut diduga karena pada stadium larva, biota-biota memerlukan perlindungan dan persediaan makanan yang baik. Ketergantungan dari sejumlah besar ikan yang memiliki nilai komersial tinggi di lingkungan estuari, merupakan salah satu sebab ekonomis yang utama dalam pelaksanaan preservasi habitat ini.

    24

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • Lahan asuhan paling produktif dan paling penting adalah daerah pasang - surut dan zona perairan dangkal yang biasanya juga merupakan daerah pertama penanggung beban akibat pembangunan (modifikasi hasil aktifitas manusia) seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.

    Pada umumnya komponen organisme meroplanktonik (plankton temporal) mendominasi perairan estuari dibandingkan dengan organisme holoplanktonik (permanen plankton). Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari keragaman jenis organisme meroplankton yang lebih tinggi, hal ini menunjukkan tingginya keragaman habitat biota bentiknya. Ikan belanak merupakan jenis konsumen yang banyak dijumpai di lingkungan estuari di seluruh dunia, karena tingkat fleksibilitas dalam prilaku makannya yang tinggi. Dimana jenis tersebut mampu untuk mendapatkan makanan pada berbagai tingkat tropik dalam rantai makanan (ODUM dalam ODUM 1971).

    Lingkungan estuari termasuk dalam kategori ekosistem produktif alamiah (Natu-rally productive ecosystem) yang setara dengan tingkat produktifitas hutan hujan primer dan terumbu karang. Secara garis besar tingginya produktifitas lingkungan estuari dapat dirinci sebagai berikut :

    A. Estuari sebagai perangkap nutrien (Nutrient trap)

    Keadaan ini dimungkinkan dengan sistem pengayaan sendiri secara cepat di lingkungan ini. Sistem tersebut setara dengan sistem terumbu karang, dan fenomena tersebut terjadi karena beberapa faktor berikut ini : 1. Terdapatnya karakteristik fisis dan biologis yang khas.

    2. Kemampuan penyimpanan dan cepatnya perputaran siklus nutrien oleh biota bentik.

    3. Terdapatnya bentukkan formasi dalam sedimen yang terdiri dari bahan organik detritus.

    4. Pengembalian (recovery) nutrien dari sedimen perairan dalam, melalui aktifitas mikroba.

    5. Penembusan lapisan sedimen yang dalam oleh akar tanaman atau oleh biota penggali.

    Kecenderungan alamiah ini berlaku juga dalam proses eutrofikasi, faktor inilah yang membuat lingkungan estuari menjadi sangat rentan terhadap polusi, karena polutan akan terperangkap di lingkungan tersebut seperti yang terjadi dengan nutrien.

    B. Keunikan estuari dalam penyediaan produsen sepanjang tahun.

    Estuari memiliki kelebihan dalam keanekaragaman tipe produsennya, yang terprogram untuk tersedia sepanjang tahun, tanpa dipengaruhi oleh musim. Perairan ini biasanya memiliki ketiga tipe produsen yang mendukung produsen seluruh isi bumi, yakni makrofit (rumput laut, lamun dan rumput paya), mikrofit bentik dan fitoplankton.

    C. Pasang - surut sebagai faktor terpenting dalam fluktuasi air.

    Fluktuasi air di dalam ekosistem estuari sangat dipengaruhi oleh pasang-surut. Pada umumnya semakin tinggi amplitudo pasang surut maka semakin besar pula potensi produktifitas. Gerakan bolak-balik dari air merupakan proses yang sangat berarti dalam pembuangan limbah dari ekosistem tersebut dan pengangkutan makanan serta nutrien dari lingkungan sekitarnya.

    25

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • Estuari, seperti juga sistem eutrofik lain, kadang-kadang terkena penyakit yang berada dalam tingkat di luar kontrol pemulihan sendiri.

    URGENITAS PENATAAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN ESTUARI

    DI INDONESIA

    Sudah sejak berabad-abad lalu manusia di seluruh dunia termasuk di Indonesia memanfaatkan daerah pesisir untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Selain meman-faatkannya sebagai daerah pemukiman, iqdustri, pertanian, perikanan dan pariwisata, daerah estuari pun digunakan sebagai tempat penampungan limbah baik industri maupun domestik. Peningkatan jumlah penduduk beserta kualitas hidupnya, telah meningkatkan kebutuhan manusia akan sumberdaya dan jasa-jasa dari lingkungan estuari ini. DAHURI (1992) menyebutkan bahwa peningkatan permintaan akan sumberdaya beserta jasa-jasa dari lingkungan estuari ini telah menimbulkan tekanan terhadap sebagian perairan estuari di Indonesia, khususnya di daerah industri dan padat penduduk. Hal ini merupakan ancaman terhadap kapasitas berkelanjutan dari perairan estuari dalam memenuhi permintaan manusia dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.

    Dengan curah hujan yang tinggi dan banyaknya jumlah sungai yang bermuara di laut, Indonesia memiliki daerah estuari yang sangat luas dan produktif (DAHURI 1992). Sudah selayaknyalah kekayaan alam yang kita miliki ini dimanfaatkan dengan baik dan bijaksana, yakni dengan mempertimbangkan keutamaan fungsi lingkungan ini secara alamiah. Perencanaan pemanfaatan yang holostik, yakni dengan mempertimbangkan

    faktor ekologis dan kelangsungan setiap elemen ekosistem ini, tidak hanya meng-hasilkan keuntungan sesaat pada manusia sebagai pengguna utama, tapi juga akan mendatangkan keuntungan berganda bagi pengguna itu sendiri. Keuntungan ganda yang dimaksud adalah keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara alamiah dan keuntungan yang didapat dengan modifikasi pengolahan yang bijaksana.

    ODUM (1976) berpendapat bahwa perencanaan penggunaan kawasan pantai harus dikaitkan dengan perencanaan penyeluruh secara ekologis dalam bentuk zonasi lingkungan. Perencanaan zonasi lingkungan dikelompokkan dalam tiga kategori penggunaan sebagai berikut : 1. Zona untuk pengembangan intensif. 2. Zona untuk kohservasi. 3. Zona untuk preservasi.

    KASRY (1992) berpendapat bahwa perencanaan lingkungan dengan sistem zonasi ini cukup kompleks, namun dengan dukungan berbagai pihak yang berwenang terutama pihak pengambil keputusan, maka hasil yang diharapkan lebih mungkin untuk dapat tercapai. Keberhasilan penerapan sistem penzonaan ini memerlukan dua prasarana pendukung utama yakni : 1. Harus ada peraturan perundangan dan organisasi administratif yang kuat dalam pemerintahan, untuk dapat menciptakan, memelihara dan memiliki kekuatan dalam pengaturan penzonaan ini, sehingga integritas zona-zona tersebut dapat dipertahankan. 2. Harus ada metoda yang mendasari keputusan penentuan penzonaan ini. Keputusan ini jangan semata-mata didasari pada kemauan politis, tapi juga didasarkan pada pertimbangan nyata dan akurat terhadap faktor ekonomis, ekologis dan estetika.

    26

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • 27

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • Gambar 3. Contoh tipe estuari dengan profil hidrografis tercampur sempurna.

    28

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • Gambar 4. Variasi komunitas biota di perairan estuari berdasarkan zonasi kedalaman air.

    29

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • Gambar 5. Contoh modifikasi daerah pasang surut sebagai akibat aktifitas manusia.

    30

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994

  • DAFTAR PUSTAKA

    DEPARTMENT OF LAND CONSERVA-TION AND DEVELOPMENT, STATE OF OREGON. 1987. The Oregon estuary plan book. Oregon.

    DAHURI. R. 1992. Strategi penelitian estuari di Indonesia. Pros. Loka. Nas. Peny. Prog. Pen. Bio. Kelautan dan Proses Dinam.Pesisir. UNDIP, Semarang.

    KASRY, A. 1992. Pemanfaatan, pengelolaan dan pengkajian kawasan estuari. Pros. Loka. Nas. Peny. Prog. Pen. Bio. Kelautan dan Proses Dinam. Pesisir. UNDIP, Semarang.

    ODUM, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd Ed. 1971. W.B. Saunders Co., Toronto : 374 pp.

    ODUM, W.E. 1976. Ecologycal gudelinines for tropical coastal development. In-ternational Union for Conservation of Nature and Resources. Morges. Swit-zerland.

    PRITCHARD, D.W. 1976. What is an estu-ary : Physical view point. In Estuaries (G.H. Lauff, es.). Amer. Assoc. Adv. Sci. Publ. No. 83. Washington D.C. p : 3 - 5

    31

    sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

    Oseana, Volume XIX No. 3, 1994