bentos intertidal (makalah)

23
BENTOS INTERTIDAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Laut Disusun Oleh Kelompok 3 Nama NPM Adik Anton Suparma 230210130016 Noval Kriston 230210130027 Shaf Itmam 230210130032 Nurul Fadliani 230210130053 Joanna Viviani Kosasih 230210130054 Ali Rahman 230210130059 Cynthia Mutiara 230210130071

Upload: nurul-fadliani

Post on 25-Sep-2015

50 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

BENTOS INTERTIDAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Laut

Disusun Oleh Kelompok 3

NamaNPM

Adik Anton Suparma230210130016

Noval Kriston230210130027

Shaf Itmam 230210130032

Nurul Fadliani230210130053

Joanna Viviani Kosasih230210130054

Ali Rahman230210130059

Cynthia Mutiara230210130071

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015

2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya kelompok 3 dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Terima kasih diucapkan untuk ibu dosen mata kuliah Biologi Laut atas ilmu yang telah diberikan. Ilmu dari mata kuliah biologi laut sangat dibutuhkan oleh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan karena melalui biologi laut mahasiswa mampu menambah pengetahuan mengenai aspek biologi laut yang mempelajari organisme baik flora maupun fauna dimana hal tersebut merupakan salah satu penyusun penting di perairan. Makalah ini kami susun untuk dapat lebih memahami taksonomi, klasifikasi, morfologi hingga tingkah laku dari organism laut khususnya yang tergolong bentos intertidal.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini telah tersusun namun masih terdapat kekurangan. Dengan kerendahan hati, kelompok kami membuka kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mengkoreksi perihal yang kurang tepat dan memotivasi mahasiswa agar dapat menyajikan makalah yang lebih baik lagi.

Jatinangor, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB

I.

II.

III.

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

ISI

2.1.Zona Intertidal

2.2. Bentos Intertidal

2.3. Adaptasi Bentos Intertidal

2.4. Jenis-jenis Bentos Intertidal

2.5. Peranan Bentos Intertidal

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Halaman

i

ii

1

2

4

5

7

13

11

12

ii

BAB I

PENDAHULUAN

Di perairan laut memiliki keanekaragaman jenis biota laut yang sangat tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti bahan makanan, bahan hiasan, dan komoditi ekspor. Salah satu biota laut yang ekonomis penting adalah bentos yang memiliki sebaran atau distribusi yang sangat luas di daerah intertidal (Brotowidjoyo, dkk. 1995).

Bentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman makrozoobenthos di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena hewan ini hidup menetap (sesile) dan daya adaptasinya bervariasi terhadap kondisi lingkungan.

Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan gelombang tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik lautan yakni pasang surut. Menurut Nybakken (1992), zona intertidal merupakan daerah yang paling sempit diantara zona laut yang lainnya. Pada daerah intertidal inilah juga banyak ditemukan organisme bentos yang ikut berperan penting dalam ekosistem perairan.

1

11

BAB II

ISI

2.1 Zona Intertidal

Zona intertidal atau lebih dikenal dengan zona pasang surut adalah merupakan daerah yang terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya, terletak di antara air tinggi (high water) dan air rendah (low water) (Nybakken, 1992). Letak zona intertidal yang dekat dengan berbagai macam aktifitas manusia, dan memiliki lingkungan dengan dinamika yang tinggi menjadikan kawasan ini sangat rentan terhadap gangguan. Kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi kehidupan di dalamnya.

Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan gelombang tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik lautan yakni pasang surut. Menurut Nybakken (1992), zona intertidal merupakan daerah yang paling sempit diantara zona laut yang lainnya.

Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi sampai pada surut terendah. Zona ini hanya terdapat pada daerah pulau atau daratan yang luas dengan pantai yang landai. Semakin landai pantainya maka zona intertidalnya semakin luas, sebaliknya semakin terjal pantainya maka zona intertidalnya akan semakin sempit. Karena tepi pantai ini bergantian tertutup oleh laut dan terkena udara, organisme hidup di lingkungan ini harus memiliki adaptasi yang baik untuk kondisi basah dan kering.

Zona intertidal memiliki kedalaman sampai berkisar 6 meter, dengan tipe substrat sebagai berikut :

Pantai berbatu (rocky shores)

Tebing pantai

Terumbu karang

Paparan berlumpur dan Berbatu

Tipe-tipe yang dapat ditemui di zona intertidal yaitu :

Pantai berbatu

Terbentuk dari batu granit dari berbagai ukuran tempat ombak pecah. Kawasan ini paling banyak makroorganismenya.

Pantai berpasir

Makroorganisme yang hidup di sini tidak sepadat di kawasan berbatu dan karena kondisi lingkungannya, organism yang ada cenderung menguburkan dirinya kedalam substrat

Pantai berlumpur

Terbentuk disekitar muara-muara sungai dan memmpunyai ukuran butiran yang paling halus

Pantai berkarang

Terbentuk dari rumah/cangkang yang dibangun oleh hewan lain seperti Acropora, Fungia dan Porites.

Menurut Skema Stephenson daerah intertidal dibagi menjadi tiga divisi utama, yaitu :

Tepi Supralitoral, batas atasnya adalah zona untuk teritip (organisme penempel) dan meluas ke batas atas untuk siput dari genus Littorina. Bagian dari zona ini dapat dicapai oleh pasang purnama (Full Moon), akan tetapi lebih dominan oleh gelombang yang pecah di pesisir. Di atas zona ini adalah zona supralitoral daratan.

Zona Midlittoral, adalah zona yang paling luas, batas teratasnya bertepatan dengan batas teratasnya dari zona teritip sedangkan batas bawahnya ditempati oleh jenis Laminaria yang mencapai penyebaran yang paling tinggi.

Tepi infralitoral, membentang dari pasang surut terendah sampai batas atas dari kebun kelp (adalah sejenis tumbuhan air yang banyak hidup di zona intertidal).

Pada kawasan intertidal, banyak di dominasi oleh hewan-hewan yang bergerak cepat untuk mencari makan seperti beberapa jenis kepiting dan beberapa jenis kerang-kerangan (bivalve) serta cacing pantai (Annelida) yang dapat mengubur diri kedalam pasir.

2.2 Bentos Intertidal

Organisme bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal di dalam sedimen dasar. Organisme bentos meliputi organisme nabati yang disebut fitobentos dan organisme hewani disebut zoobentos (Odum, 1971). Berdasarkan ukurannya maka organisme benthos dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu makrozoobentos dan mikrozoobentos.

Makrozoobentos adalah organisme yang tersaring oleh saringan bertingkat dengan ukuran 0,5 mm (Lind,1979 dalam Ihlas, 2001), sedangkan Hutabarat dan Evans (1995) mengklasifikasikan zoobenthos menjadi tiga kelompok yaitu mikrofauna yang ukurannya lebih kecil dari 0,1 mm, meiofauna yang berukuran 0,1 mm dan makrofauna yang ukurannya lebih besar dari 1,0 mm. Makrozoobentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan serta memiliki ukuran panjang lebih dari 1 mm (Nybakken, 1982; Mann, 1982; Odum, 1971).

Hewan bentos yang hidup di substrat dasar perairan dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan sesuai dengan ukurannya yaitu: a.) Makrobentos yang berukuran > 1 mm, merupakan kelompok terbesar dan terdiri dari makrofitobentos dan makrozoobentos. b.) Meiobentos atau mesobentos yang berukuran 0.1 mm sampai 1 mm, merupakan kelompok hewan kecil yang banyak ditemukan di pasir atau lumpur. Termasuk didalamnya moluska kecil, cacing kecil dan kerustasea kecil. c.) Mikrobentos yang berukuran < 0.1 mm, termasuk dalam kelompok ini adalah protozoa, khususnya ciliata. Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan benthos. Adapun faktor abiotik adalah fisik-kimia air yang diantaranya suhu, arus, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD), dan kimia (COD) serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air dan substrat dasar.

2.3 Adaptasi Bentos Intertidal

Bentuk adaptasi adalah mencakup adaptasi struktural, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi struktural merupakan cara hidup untuk menyesuaikan dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh kearah yang lebihsesuai dengan keadaan lingkungan dan keperluan hidup. Adaptasi fisiologi adalah cara makhluk untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan penyesuaian proses-proses fisiologis dalam tubuhnya. Adaptasi tingkah laku adalah respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah laku.

Kehidupan di daerah pasang surut sangat dipengaruhi oleh faktor fisik baik berupa substrat danyanglainnya. Adapun adaptasi yang dilakukan moluska jenis Makrobentos pada substrat daerah pasang surut berupa adaptasi struktural, adaptasi fisiologi, adaptasi tingkah laku.

a.) Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi yaitu dengan menggali substrat sampai kedalaman yang tidak dapat lagi dipengaruhioleh gelombang yang lewat. Strategi ini banyak dilakukan oleh kerang besar seperti Tivela stultorum, kerang pismo. Beberapa hewan juga biasanya melengkapi dirinya dengan mengembangkang cangkang yang sangat berat, yang dapat menahan hewan tetap berada dalam substrat.

b.) Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi misalnya adaptasi mengenai masalah pencegahan penyumbatan permukaan alat pernafasan oleh pasir yang tersuspensi. Untuk mencegahnya, saluran masuk pernafasan pada kerang pantai pasir sering dilengkapi dengan berbagai penyaring yang mencegah pasir masuk kedalamnya. Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar yang dapat menimbulkan masalah tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri denagn air laut. Kebanyakan tidak mempunyai mekanisme untuk mengontrol kadar garam cairan tubuhnya dan disebutosmokonformer. Adaptasi satu-satunya sama dengan adaptasi untuk melindungi dari kekeringan

c.) Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku dilakukan dengan kemampuan menggali dengan cepat, segera setelah gelombang yang lewat memindahkan hewan dari substrat. Mekanisme ini pada umumnya dilakukan oleh Annelida, karang kecil dan Crustacea. Misalnya pada kepiting pasir dari famili Hippidae, dimana hewan-hewan ini mempunyai tubuh yang pendek dengan anggota tubuh yang telah dimodifikasi untuk menggali pasir dengan cepat. Segera setelah mereka tertarik dari substrat oleh gelombang yang lewat, meraka menggali kembali sebelum gerakan air membawa mereka keluar.

d.) Cara Makan

Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harus mengeluarkan bagian-bagian berdaging dari tubuhnya. Karena itu seluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang naik dan tubuhnya terendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan detritus maupun predator.

Berdasarkan cara makannya, makrobenthos dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Filter feeder, yaitu hewan benthos yang mengambil makanan dengan menyaring air.

b. Deposit feeder, yaitu hewan benthos yang mengambil makanan dalam substrat dasar

Kelompok pemakan bahan tersuspensi (filter feeder) umumnya tedapat dominan disubstrat berpasir misalnya moluska, bivalvia, beberapa jenis echinodermata dan crustacea. Sedangkan pemakan deposit banyak tedapat pada substrat berlumpur seperti jenis polychaeta.

e.) Reproduksi

Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat, sehingga dalam penyebarannya mereka menghasilkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai plankton. Hampir semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang seirama dengan munculnya arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama.

2.4 Jenis jenis Bentos Intertidal

2.4.1 Kerang Darah

Kerang darah (Anadara granosa), mempunyai cangkang yang terbentuk oleh mantel untuk membungkus organ bagian dalam dan letaknya menggantung di antara cangkang dan tubuh. Terdiri dari dua bagian, yakni belahan mantel bagian kanan dan kiri. Keduanya berhubungan satu sama lain di sepanjang garis punggung bagian tengah. Habitatnya biasa di temukan pada substrat berpasir dan berlumpur, serta membenamkan diri di kedua substrat. Klasifikasi dari kerang darah ialah sebagai berikut:

Phyllum : Mollusca

Classis : Bivalvia

Subclassis : Filibranchia

Ordo : Eutaxodontida

Familia : Arcidae

Genus : Anadara

Spesies : Anadara granosa

2.4.2 Teripang

Teripang ini memiliki bentuk badan bulat panjang, terdapat bintil-bintil besar berwarna hitam, Bagian tubuhnya berwarna kuning berbintil-bintil hitam, Teripang ini dikenal dengan nama teripang gama. Hidup pada substrat perairan, karang berpasir dan berlumpur.

Phylum : Echinodermata

Classis : Holothuroidea

Subclassis : Aspidochirotacea

Ordo : Dactylochirotacea

Familia : Aspidochirotacea

Genus : Stichopus

Spesies : Stichopus variegatus

2.4.3 Bintang Laut

Bintang laut ini biasa dikenal dengan nama bintang laut berduri. bintang laut jenis ini memiliki duri-duri pada setiap lengan tubuhnya. Ditemukan hidup pada substrat berpasir, dan kadang di daerah padang lamun. Memiliki warna tubuh yang bervariasi seperti kuning kecoklatan, merah, biru muda, dan abu-abu coklat.

Kingdom: Animalia

Phylum: Echinodermata

Class: Asteroidea

Ordo: Valvatida

Famili: Ophidiasteridae

Genus: Linckia

Spesies: Linckia laevigata

2.4.4 Siput Batu Laga

Spesies ini mempunyai cangkang yang tebal dan kuat, berbentuk cembung ceperti mata cincin. Ditemukan pada substrat berbatu dan berkarang

Phylum : Mollusca

Classis : Gastropoda

Subclassis : Prosobranchia

Ordo : Mesogastropoda

Familia : Turbinidae

Genus : Turbo

Spesies : Turbo marmoratus

2.5 Peranan Bentos

Bentos memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem. Bentos berfungsi dalam proses rantai makanan. Bentos merupakan bagian penting dari rantai makanan, terutama untuk ikan. Banyak invertebrata memakan alga dan bakteri, yang berada di ujung bawah rantai makanan. Beberapa rusak dan makan daun dan bahan organik lainnya yang masuk air. Karena kelimpahan mereka dan posisi sebagai "perantara" dalam rantai makanan air, bentos memainkan peran penting dalam aliran alami energi dan nutrisi. Invertebrata bentos yang sudah mati akan membusuk dan kemudian meninggalkan nutrisi yang digunakan kembali oleh tanaman air dan hewan lainnya dalam rantai makanan.

Bentos dapat digunakan untuk melihat kualitas air pada suatu perairan. Tidak seperti ikan, bentos tidak bisa bergerak banyak sehingga mereka kurang mampu menghindar dari efek sedimen dan polutan lain yang mengurangi kualitas air. Oleh karena itu, bentos dapat memberikan informasi mengenai kualitas air sungai dan kualitas air danau atau laut.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai benthos intertidal, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Zona intertidal atau lebih dikenal dengan zona pasang surut adalah merupakan daerah yang terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia

2. Organisme bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan atau tinggal di dalam sedimen dasar

3. Berdasarkan ukurannya maka organisme benthos dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu makrozoobentos dan mikrozoobentos.

4. Bentuk adaptasi bentos intertidal adalah mencakup adaptasi struktural, adaptasi fisiologi, adaptasi tingkah laku, cara makan dan reproduksi.

5. Bentos berfungsi dalam proses rantai makanan, dan juga dapat digunakan untuk melihat kualitas air pada suatu perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Dave G. Raffaelli, Stephen J. Hawkins. 1996. Intertidal Ecology. Springer. University of Southampton, Southampton, Hampshire, UK.

Nybakken, J. W. 1992, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah:

H.Muhammad Eidman. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Raffaelli, D and S. Hawkins.,1996, Intertidal Ecology, Chapman and Hall, Oxford, UK.

Prajitno.A.2009.Biologi Laut. Universitas Brawijaya: Malang.