belimbing dan jambu manis depok jawa barat

19

Click here to load reader

Upload: didinburhanudin616

Post on 05-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada diwilayah katulistiwa. Karena itu, Indonesia merupakan wilayah yang subur,sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan dengan subur dan apabila dikelola dengan tepat dan benar, akan sangat mendukung pembangunan sektor pertanian, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pertanian dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pendapatan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi nasional . Pertanian sebagai salah satu penggerak utama perekonomian, setidaknya mampu memecahkan masalah sosial ekonomi yang mendasar, permasalahan mendasar tersebut khususnya terkait dengan memperluas lapangan kerja, memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerataan

pendapatan dan mempercepat pengentesan kemiskinan. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat meningkatkan sumber pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian. Fakta menunjukkan, ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998, subsektor hortikultura menjadi salah satu penyumbang devisa negara dan memberikan kontribusi pada ketahanan ekonomi nasional dalam melewati masa-masa sulit ketika itu, sampai pada saatnya Indonesia mampu melakukan recovery ekonomi.

1

Kontribusi pembentukan

komoditas Produk

hortikultura

secara

nasional

terhadap

Domestik

Bruto

(PDB)

memperlihatkan

kecenderungan yang terus meningkat, selama tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar 4,55 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jika tahun 2007 kontribusinya terhadap PDB sebesar Rp 76,79 triliun, maka pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 80,29 triliun, atau peningkatannya sebesar Rp 4,55 persen dalam waktu satu tahun. Peranan PDB menjadi salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting, guna mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan komoditas hortikultura, terhadap pendapatan nasional (http:/www.deptan.go.id). Peningkatan peningkatan PDB sebesar itu tercapai karena terjadinya kawasan

produksi di berbagai sentra

produksi dan

hortikultura, di samping meningkatnya luas areal produksi dan areal panen serta nilai ekonomi dan nilai tambah produk hortikultura yang cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya, sehingga pengaruhnya positif pada peningkatan PDB. Perkembangan nilai PDB hortikultura berdasarkan harga yang berlaku, untuk komoditi buah-buahan tahun 2007 sebesar 42.362 miliar, tahun 2008 sebesar 42.660 miliar sehingga meningkat 4,02 persen. Untuk sayuran tahun 2007 sebesar 25.587 miliar, tahun 2008 sebesar 27.423 miliar, sehingga meningkat 7,18 persen. Selanjutnya, untuk biofarmaka pada tahun 2007 sebesar 4.105 miliar, tahun 2008 sebesar 4.118 miliar, sehingga meningkat 0,32 persen. Untuk tanaman hias tahun 2007 sebesar 4.741 miliar, tahun 2008 sebesar 6.091 miliar,

2

sehingga meningkat 28,48 persen. (Achmad Dimyati, Dirjen Hortikultura diTabloid Sinar Tani, http://www.sinartani.com). Buah-buahan tropis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki kepedulian akan pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. Buah-buahan termasuk kelompok hortikultura bersama sayursayuran, tanaman hias dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Pada tahun 2010, Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku dari subsektor hortikultura diproyeksikan mencapai Rp 88,851 triliun, dimana kontribusi dari produk buah-buahan sebesar Rp 46,721 triliun atau sekitar 52,6% dari total PDB subsektor hortikultura. Pada tahun yang sama, subsektor hortikultura diharapkan mampu mengekspor produk sebanyak 717,45 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$411,51 juta (http:www/deptan.go.id). Pada tahun 2010 ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi buah-buahan Indonesia mencapai 18.853.058 ton. Jumlah tersebut berasal dari produksi buah pohon dan perdu sebanyak 9.549.879 ton, produksi buah semusim dan merambat sebanyak 814.400 ton, dan produksi buah jernis terna sebanyak 8.488.779 ton. Pada tahun yang sama diproyeksikan produktivitas buah-buahan Indonesia mampu

mencapai rata-rata 23,20 ton per hektar. Berdasarkan data global perdagangan dunia, Indonesia hanya membeli tidak lebih dari 0,6%

3

ekspor buah dunia. Negara-negara Asia Tenggara seluruhnya, juga hanya membeli 2% dari ekspor buah dunia. Pengimpor buah terbesar adalah negara-negara Uni Eropa (43%), Amerika Serikat (16%), negara-negara di sekitar Uni Eropa (6%), Federasi Republik Rusia (5%), Jepang (4%), dan negara-negara di Afrika, Asia Barat, Timur Tengah, Canada, China, Amerika Latin, dan yang lain sebesar 24% (Achmad Dimyati, Dirjen Hortikultura, http://mediadata.co.id). Besarnya peluang pasar ekspor buah-buahan dunia telah

membangkitkan keinginan Pemerintah Indonesia untuk mendorong produk buah-buahan tropika menjadi komoditas primadona dunia. Saat ini

produksi buah-buahan dunia mencapai sekitar 650 juta ton. Permintaan pasar internasional terhadap produk buah-buah tropika pada tahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar 87% atau 3,8 juta ton. Pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa mampu menyerap 70% dari impor buah tropika secara global. Pasar internasional lainnya antara lain Jepang, Hongkong, Rusia dan Kanada. Dalam menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan masuknya buah-buahan impor, Indonesia harus menyajikan produk buahbuahan yang mampu bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang harus ditempuh adalah mempromosikan exotic fruit dengan

mengandalkan unggulan buah lokal spesifik Indonesia (Achmad Dimyati, Dirjen Hortikultura, http://mediadata.co.id).

4

Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu merah biji, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Salah satu jenis buah-buahan paling terkenal dari wilayah ini adalah belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis tersebut telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di enam kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya,

Cimanggis, Limo, dan Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani belimbing manis juga merupakan petani jambu merah biji. Kota Depok mencanangkan sektor pertanian sebagai menjadi salah satu sektor utama dalam pembangunan wilayahnya disamping sektor perbankan, industri pengolahan, transportasi, dan komunikasi. Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura. Arahan strategi pembangunan pertanian perkotaan kota Depok adalah pembanguan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan memiliki nilai tambah yang didukung oleh sumberdaya daerah dan pemanfaatan teknologi. Hal ini didukung oleh visi Dinas Pertanian kota Depok tahun 2007-2011 yaitu, mewujudkan pertanian perkotaan yang mensejahterakan petani dan masyarakat. Sebagai penjabaran visi tersebut, telah ditetapkan misi Dinas Pertanian kota Depok yaitu, meningkatkan pelayanan bidang pertanian, mengembangkan agribisnis

5

perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta meningkatkan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.Pembangunan pertanian kota Depok juga diarahkan untuk memelihara dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya

mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut persyaratan mutu dan keamanan produk (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Langkah-langkah tersebut membuktikan bahwa

pemerintahan kota Depok cukup serius dalam pembangunan sektor pertanian perkotaan. Sebagai produk buah-buahan unggulan, pemerintah Kota Depok memberikan perhatian serius terhadap perkembangan budidaya belimbing manis dan jambu biji. Hal ini diperlukan karena petani buah-buahan

tentunya tidak dapat bekerja sendiri, tetapi perlu dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah yang bertindak sebagai fasilitator, regulator dan motivator yang bersifat mendukung dan memberikan akses kemudahan bagi petani dalam memproduksi dan mengembangkan komoditi buah-buahan dalam negeri. Dari tahun ke tahun pertumbuhan produksi belimbing manis terus meningkat. Tingginya tingkat pertumbuhan tersebut disebabkan oleh beberapa hal: pertama, belimbing manis varietas dewa/dewi merupakan salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan; kedua, terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis; dan ketiga, adanya

6

dukungan pemerintah Kota Depok dengan keluarnya Keputusan Walikota Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan pertanian pada tingkat pencapaian target satu produk potensial

berkembang. Faktor yang terakhir adalah seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak jenis belimbing manis dan jambu merah olahan yang tersedia di pasaran berupa dan produk dodol belimbing dan jambu merah. Khusus untuk belimbing manis telah pergeseran pemahaman

konsumen yang menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena khasiatnya sehingga dapat meningkatkan perluasan pasar. Walaupun pertumbuhan produksi buah belimbing manis dan jambu merah terus menunjukkan peningkatan positif, tetapi pemerintah Kota Depok dituntut untuk terus memberikan dukungan optimal karena selain secara kwantitatif, permintaan pasar belum dapat dipenuhi secara optimal dan di sisi lain kemungkinan munculnya pesaing dari buah sejenis yang lebih berkualitas juga harus diantisipasi sejak dini. Saat ini penerapan teknologi dalam sektor pertanian termasuk masih tergolong rendah, ini merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas serta kualitas komoditas pertanian termasuk buah-buahan. Oleh karena itu pengembangan teknologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses peningkatan daya saing sektor pertanian serta

7

nilai tambah produk yang dihasilkan sehingga akan menaikkan tingkat produktivitas baik secara kuantitas maupun kualitas di sektor pertanian yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Semua itu hanya bisa terwujud, apabila pemerintah daerah berperan serta. khususnya pemerintah

B. Identifikasi Permasalahan Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250400 pohon dengan potensi produktivitas 150300 buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 619 ton buah belimbing (http://www.lembahpinus.com). Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Pada tahun 1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (19952000), 6,5 %/tahun (20002005), 6,8 %/tahun (20052010), dan

8

mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun tabulampot (http://www.lembahpinus.com). Potensi pasar luar negeri juga masih sangat terbuka lebar, termasuk bagi produk olahan ikutannya. Jambu merah biji telah lama disukai oleh masyarakat Indonesia. Selain memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dan banyak khasiat yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia bermacam-macam produk olahan. jambu biji juga dapat dibuat Dengan demikian peluang

pengembangan agribisnis dan usaha tani Belimbing Dewa dan jambu merah biji masih terbuka lebar. Pengembangan produksi belimbing manis dan jambu merah biji di wilayah Kota Depok, diperlukan peran pemerintah daerah setempat yang lebih optimal dalam pemanfaatan teknologi pertanian tepat guna serta perluasan pasar baik dalam memanfaatkan pasar dalam dan terutama pasar luar negeri untuk ekspor. Dilihat dari sudut pandang perekonomian Kota Depok, kontribusi komoditas belimbing terhadap pendapatan asli daerah cukup bisa diandalkan. Dengan potensi produksi berkisar 2.818 3.000 ton per tahun, diperkirakan perputaran ekonomi dari komoditas belimbing ini berkisar 17-18 Milyar rupiah pertahun.

9

C. Pembatasan Masalah Dalam menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan masuknya buah-buahan impor, Indonesia harus menyajikan produk buahbuahan yang mampu bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang harus ditempuh adalah mempromosikan exotic fruit dengan

mengandalkan unggulan buah lokal spesifik Indonesia. Masalah utama yang menjadi kendala bagi produk buah-buahan di Indonesia adalah karakteristik alaminya yang mudah rusak dan busuk. Dalam hal ini sangat dibutuhkan sentuhan pengetahuan dan teknologi penanganan pascapanen buah sejak di tingkat petani. Selain itu, orientasi pasar buah hendaknya tidak terfokus pada pemasaran buah segar. Diperlukan pengembangan yang signifikan industri makanan dan

minuman olahan berbasis buah-buahan yang mampu menyerap produksi buah lokal dalam jumlah besar. Untuk menjamin pasokan bahan baku buah, para pelaku industri dapat membangun pola kemitraan dengan kelompoktani buah-buahan. Untuk mengatasinya, tidak cukup hanya dengan kerja keras dan optimisme masyarakat petani semata-mata, tetapi lebih dari itu diperlukan peran pemerintah secara optimal. Berbagai kendala akan menjadi lebih mudah dan cepat apabila memperoleh dukungan optimal dari pemerintah Pada intinya, permasalahan yang sama dialaminya juga oleh masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah biji di wilayah Kota

10

Depok. Diperlukan peran serta pemerintah dalam memberdayakan masyarakat petani budidaya belimbing manis dan jambu merah biji.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan indentifikasi dan batasan permasalahan, penelitian ini difokuskan pada: 1. Bagaimanakah Pemerintah Daerah Kota Depok berperan serta dalam memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di Kota Depok? 2. Apakah peran serta Pemerintah Daerah Kota Depok dalam memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di Kota Depok telah dilaksanakan secara optimal?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk, 1. Mengetahui tentang pelaksanaan tentang pemberdayakan

masyarakat petani

belimbing manis dan jambu merah di Kota

Depok oleh Pemerintah Daerah Kota Depok. 2. Mengetahui tentang tingkat optimasi peran serta Pemerintah Daerah Kota Depok dalam memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di Kota Depok, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

11

1. Bagi penulis, dapat mengaplikasikan ilmu kemasyarakatan beserta tehnik penelitiannya khususnya yang terkait dengan peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat. 2. Bagi almamater dapat menambah pembendaharaan hasil

penelitian tentang peran pemerintah daerah dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat pengelola pertanian perkotaan. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kota Depok dapat menjadi masukkan dalam rangka meningkatkan upayanya untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di wilayahnya. 4. Bagi kalangan akademisi dan masyarakat luas umumnya, dapat menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian terkait.

F. Sistematika Penulisan Tesis akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, identifikasi permasalahan, pembatasan permasalahan,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penelitian. Bab II : Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang hasil kajian keputakaan terkait dengan teori-teori tentang optimalisasi, pemberdayaan masyakat peran serta pemerintah,

12

pemerintahan

daerah, belimbing dan jambu merah,

dilengkapi dengan kerangka pemikiran dan alur pikir. Bab III : Metode Penelitian, menguraikan tentang jenis penelitian, tehnik pemilihan informan, tehnik analisis data, keterbatasan penelitian dan pedoman wawancara. BAB IV: Gambaran Umum Hasil Penelitian. Mendeskripsikan gambaran tentang wilayah, pemerintahan Kota Depok dan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok serta gambaran tentang pertanian Belimbing dan Jambu Biji di Kota Depok Bab V : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Mendeskripsikan hasil penelitian, temuan penelitian, hasil wawancara beserta pembahasannya terkait dengan rumusan masalah. Bab VI : Penutup. Merupakan kesimpulan sekaligus jawaban ringkas atas permasalahan yang dirumuskan disertai dengan saran dari penulis.

13