bedside teaching mata

31
BEDSIDE TEACHING OD KONJUNGTIVITIS VIRAL Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata di RSUD Tugurejo Semarang Pembimbing : dr. Sudarti, SpM Disusun oleh : Djarum Mareta Saputri H2A009017

Upload: briana-bennett

Post on 03-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Bedside Teaching Mata

TRANSCRIPT

BEDSIDE TEACHINGOD KONJUNGTIVITIS VIRAL

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Matadi RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing :dr. Sudarti, SpM

Disusun oleh :Djarum Mareta SaputriH2A009017

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2015LEMBAR PENGESAHAN

Bed Side Teaching ini telah disetujui oleh dosen pembimbing dari :Nama: Djarum Mareta SaputriNIM: H2A009017Fakultas: KedokteranUniversitas: Universitas Muhammadiyah SemarangKegiatan: Stase Ilmu Penyakit MataJudul : OD Konjungtivitis ViralPembimbing: dr. Sudarti, SpMNilai:

Semarang, Maret 2015Pembimbing

dr. Sudarti, SpM

CASE ANALYSIS (Bedside Teaching / BST)

Nama : Djarum Mareta SaputriNama Pasien: Tn. SNIM: H2A009017 Jenis Kelamin: Laki-lakiBagian: Ilmu Penyakit MataUmur: 57 TahunPreceptor:dr. Sudarti, SpMAlamat: Wonolopo RT1/RW3 Mijen SemarangTanggal masuk: 2 Maret 2015

ProblemHypothesisMechanismeMore InfoDont KnowLearning IssuesProblem Solving

ANAMNESIS : Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis di Bangsal Dahlia 4 tanggal 4 Maret 2015 pukul 14.00 WIBKeluhan Utama: Kelopak mata kanan bengkakRiwayat Penyakit Sekarang: Pasien mondok dengan keluhan nyeri kepala, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering mengalami nyeri kepala namun karna nyeri kepala dirasa teramat sangat sehingga keluarga membawa pasien ke RSUD Tugurejo Semarang. Pasien mengatakan bahwa 3 hari SMRS, pasien mengeluh mata kanan cekot - cekot, dirasa hilang timbul. Setelah sehari dirawat di rumah sakit kelopak mata kanan pasien bengkak saat bangun tidur, nyeri dirasa terus menerus seperti ditusuk tusuk, berair dan terdapat secret bening. Pasien tidak mengeluh mata gatal atau silau jika terkena sinar. Pasien mengatakan bahwa matanya tidak kelilipan ataupun trauma sebelumnya. Keluarga pasien mengatakan bahwa saat dirawat di RS, pasien sempat demam (38oC) lalu diberi paracetamol demam turun.Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : disangkal Riwayat darah tinggi : disangkal Riwayat sakit gula : disangkal Riwayat alergi makanan atau obat : disangkal Riwayat trauma pada mata: disangkal Riwayat operasi pada mata : disangkal Riwayat pemakaian kacamata : diakui(kacamata baca)

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Riwayat darah tinggi : disangkal Riwayat sakit gula : disangkal Riwayat alergi makanan atau obat : disangkalSosek :Pasien adalah seorang pekerja bangunan yang tinggal dirumah bersama istri, anak dan menantu. Biaya pengobatan pasien menggunakan BPJS.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum :baikKesadaran : Compos MentisStatus Gizi : (BB/TB tidak diperiksa) kesan cukupVital Sign : Tekanan darah : 108 / 62 mmHg Nadi : 82 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup RR : 20 kali/menit, regular Suhu : 36,5 oCStatus Oftalmica : oculi dextra at sinistraOc. Dextra Oc. SinistraTidak dilakukanVISUS> 6/60

Tidak dilakukanKOREKSITidak dilakukan

Tumbuh teratur (+)Trikiasis (-)Distikiasis (-)SILIATumbuh teratur (+)Trikiasis (-)Distikiasis (-)

Ortofhori, gerakan bebas kesegala arahBULBUS OKULIOrtofhori, gerakan bebas kesegala arah

Luka (-) hiperemis (+) pseudoptosis (+) edem (+) massa (-)PALPEBRA SUPERIORLuka (-) hiperemis (-) pseudoptosis (-) edem (-) massa (-)

Luka (-) hiperemis (-) pseudoptosis (-) edem (-) massa (-)PALPEBRA INFERIORLuka (-) hiperemis (-) pseudoptosis (-)edem (-)massa (-)

Hiperemis (+)corpus alienum (-)CONJUNGTIVA PALPEBRA

Hiperemis (-)corpus alienum (-)

Hiperemis (+)corpus alienum (-)CONJUNGTIVA FORNICESHiperemis (-)corpus alienum (-)

Injeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (-)Pterigium (-) Pinguekula (-)Kemosis(+) secret (+) serousCONJUNGTIVA BULBIInjeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (-)Pterigium (-) Pinguekula (-)kemosis(+) secret(+) serous

Ikterik (-)SCLERAIkterik (-)

Jernih udem(-) infiltrate(-) ulkus (-)Arcus senilis (-)Sikatriks (-)CORNEAJernih Udem(-) infiltrate(-) ulkus (-)Arcus senilis(-)Sikatriks (-)

Kedalaman cukupHipopion (-)Hifema (-)CAMERA OCULI ANTERIORKedalaman cukupHipopion (-)Hifema (-)

kripta(+) normalSinekia (-)IRISkripta(+) normalSinekia (-)

Diameter 3 mmIsokor Reflek direk(N)Reflek indirek (N)PUPILDiameter 3 mmIsokor Reflek direk(N)Reflek indirek (N)

Jernih LENSAJernih

DD : OD Konjungtivitis viral OD Konjungtivitis bakteri OD Konjungtivitis alergiTerlampir (Konjungtivitis viral)Ip Dx : Pemeriksaanslit lamp Pewarnaan usapan (Giemsa)

Konjungtivitis (definisi, jenis,etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, terapi, pencegahan)Terlampir DECISION MAKING :RPS :Tn. S usia 57 tahun mondok dengan keluhan nyeri kepala. Pasien mengatakan bahwa 3 hari SMRS, pasien mengeluh mata kanan nyeri cekot - cekot, dirasa hilang timbul. Setelah sehari dirawat di rumah sakit kelopak mata kanan pasien bengkak saat bangun tidur, nyeri (+) terus menerus seperti ditusuk tusuk, epifora (+) dan secret (+) serous, gatal (-), silau jika terkena sinar (-). Pasien mengatakan bahwa matanya tidak kelilipan ataupun trauma sebelumnya. Saat dirawat di RS, pasien sempat demam (38oC) lalu diberi paracetamol demam turun.RPD : Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal. Riwayat pemakaian kacamata : diakui(kacamata baca)Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluarga/ yang tinggal bersama pasien dengan keluhan yang sama : disangkalSosek :Pasien adalah seorang pekerja bangunan yang tinggal dirumah bersama istri, anak dan menantu. Biaya pengobatan pasien menggunakan BPJS.

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum :baikKesadaran : Compos MentisStatus Gizi : (BB/TB tidak diperiksa) kesan cukupVital Sign : Tekanan darah : 108/62 mmHg Nadi : 82kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup RR : 20 kali/menit, regular Suhu : 36,5 oCStatus oftalmica : oculi dextra at sinistraOD OSTidak dilakukanVISUS> 6/60

Luka (-) hiperemis (+) pseudoptosis (+) edem (+) massa (-)PALPEBRA SUPERIORLuka (-) hiperemis(+) pseudoptosis (+) edem (+) massa (-)

Hiperemis (+)corpus alienum (-)CONJUNGTIVA PALPEBRA

Hiperemis (-)corpus alienum (-)

Hiperemis (+)corpus alienum (-)CONJUNGTIVA FORNICESHiperemis (-)corpus alienum (-)

Injeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (-)Pterigium (-) Pinguekula (-)kemosis (+) secret (+) serousCONJUNGTIVA BULBIInjeksi konjungtiva (+) Injeksi siliar (-)Pterigium (-) Pinguekula (-)kemosis (+) secret (+) serous

DIAGNOSIS :OD konjungtivitis viral

TREATMENT : Simptomatis Kompres mata dengan air hangat, mata menutup, kompres dengan washlap yang dicelupkan di air hangat lalu kompres ke mata kananEdukasi : Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit serta penatalaksanaannya Menganjurkan agar menggunakan obat secara teratur Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit. Menganjurkan agar tidak menggunakan handuk atau lap bersama-sama PROGNOSIS :ODOS

Quo ad vitamad bonamad bonam

Quo ad sanamdubia ad bonamad bonam

Quo ad fungsionamad bonamad bonam

Quo ad Cosmeticamad bonamad bonam

Mechanisme

Mediator inflamasi (heparin, histamin, tromboksan)Migrasi ke stroma + fibrin + sekresi sel gobletEksudat Perlengkatan palpebra + kemosisGatal, kenaikan permeabililitas, vasodilatasi, injeksiSEL RADANGInfeksi Sel epitel rusak Sekresi air mata + antimikroba (lisozim,igM, igG)

LEARNING ISSUE : KONJUNGTIVITIS

KONJUNGTIVITIS0. DefinisiKonjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau radang pada selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata.1, 2 0. Etiologi Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat: Infeksi oleh virus atau bakteri Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari. 2 3. Manifestasi klinis konjungtivitis secara umum antara lain: HiperemiaTanda klinis konjungtivitis akut yang paling mencolok. Kemerahan semakin jelasdi forniks dan semakin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh pembuluh konjungtiva posterior. (Dilatasi perilimbus atau hiperemia siliaris mengesankan adanya radang kornea atau struktur yang lebih dalam). Tipe-tipe injeksi dibedakan menjadi: 3 Injeksi konjungtiva(merah terang, pembuluh darah yang distended bergerak bersama dengan konjungtiva, semakin menurun jumlahnya saat menuju ke arah limbus). Injeksi perikornea(pembuluh darah superfisial, sirkuler atau cirkumcribed pada tepi limbus). Injeksi siliar(tidak terlihat dengan jelas, pembuluh darah berwarna terang dan tidak bergerak pada episklera di dekat limbus). Injeksi komposit(sering).Dilatasi perilimbal atau siliar menandakan inflamasi dari kornea atau struktus yang lebih dalam. Warna yang benar-benar merah menandakan konjungtivitis bakterial, dan penampakan merah susu menandakan konjungtivitis alergik. Hiperemia tanpa infiltrasi selular menandakan iritasi dari sebab fisik, seperti angin, matahari, asap, dan sebagainya, tetapi mungkin juga didapatkan pada penyakit terkait dengan instabilitas vaskuler (contoh, acne rosacea). 4

Bentuk-bentuk injeksi pada konjungtiva Discharge (sekret) Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah eksudat (mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari etiologinya.1 Chemosis (edema conjunctiva) Adanya Chemosis mengarahkan kita secara kuat pada konjungtivitis alergik akut tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau konjungtivitis meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. 1 Epifora (pengeluaran berlebih air mata). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau gatal, atau karena gatal. Jumlah pengeluaran air mata yang tidak normal dan disertai dengan sekresi mukus menandakan keratokonjungtivitis sika.1 Hipertrofi papilerReaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Eksudat inflamasi akan terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. Pseudoptosis. Kelopak mata atas seperti akan menutup, disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel radang pada palpebra superior maupun karena edema pada palpebra superior. 3 FolikelMerupakan suatu hiperplasia limfoid lokal di dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai pusat germinal. Secara klinis dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avaskular. Pada pemeriksaan slit lamp, tampak pembuluh-pembuluh kecil yang muncul pada batas folikel dan mengitarinya. Ditemukan disebagian besar kasus konjungtivitis virus, konjungtivitis klamidia, parasitik dan konjungtivitis toksik. PseudomembranMerupakan koagulasi dari eksudat yang menempel pada epitel konjungtiva yang terinflamasi. Bila diangkat epitel tetap utuh. Merupakan akibat dari konjungtivitis adenovirus yang berat, konjungtivitis gonococcus dan sindrom Steven-Johnson. MembranKoagulasi dari eksudat telah menginfiltrasi bagian superfisial dari epitel konjungtiva. Jika diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah. PhylctenulesMenggambarkan manifestasi lokal pada limbus karena alergi terhadap toxin yang dihasilkan mikroorganisme. Phlyctenules dari konjungtiva pada mulanya terdiri dari perivaskulitis dengan pengikatan limfositik pada pembuluh darah. Ketika berkembang menjadi ulserasi dari konjungtiva, dasar ulkus mempunyai banyak leukosit polimorfonuklear. 3 Pannus. Pertumbuhan konjungtiva atau pembuluh darah diantara lapisan Bowman dan epitel kornea atau pada stroma yang lebih dalam. Edema stroma, yang mana menyebabkan pembengkakan dan memisahkan lamela kolagen, memfasilitasi terjadinya invasi pembuluh darah.4 GranulomaGranuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering berupa khalazion Limfadenopati preaurikulerMerupakan tanda penting pada konjungtivitis. Pada konjungtivitis herpes simpleks primer, keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis inklusi dan trakoma Kemosis pada mata Gambaran klinis dari folikehipertrofi papiler pseudomembran yang diangkatPannusGranuloma konjungtiva disertai folikel pada sindroma okuloglandular Parinaud.

4. PatofisiologiKonjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen.Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.2,5,8Konjungtivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal.Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva.Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.2,3,5Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.2

A. Konjungtivitis VirusDefinisi dan EtiologiKonjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Istilah ini mengacu pada peradangan yang tidak spesifik dengan penyebab yang beragam. Virus merupakan agen infeksi yang umum ditemukan selain konjungtivitis bakterial, alergi, dan lan-lain.2Berbagai jenis virus diketahui dapat menjadi agen penyebab konjungtivitis. Adenoviral merupakan etiologi tersering dari konjungtivitis virus. Beberapa subtipe dari konjungtivitis adenovirus antara lain demam faringokonjungtiva serta keratokonjungtivitis epidemika. Infeksi mata primer oleh karena herpes simplex sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya menimbulkan konjungtivitis folikuler. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh HSV tipe I walaupun HSV tipe II dapat pula menyebabkan konjungtivitis terutama pada neonatus.Gejala dan Tanda KlinisKonjungtivitis folikuler virus akut dapat muncul sebagai gejala yang ringan dan sembuh sendiri hingga gejala berat yang menimbulkan kecacatan.Demam faringokonjungtivalTipe ini biasanya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang-kadang tipe 4 dan 7. Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3 - 400C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata. Folikel sering mencolok pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa faring. Penyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dapat disertai keratitis superficial sementara ataupun sedikit kekeruhan di daerah subepitel. Limfadenopati preaurikuler yang muncul tidak disertai nyeri tekan. Sindrom yang ditemukan pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis).1,3

Diagnosis dan Diagnosis BandingAnamnesis yang teliti mengenai keluhan pasien dan riwayat terdahulu sangat penting dalam menegakkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada penyakit ini, pasien akan mengeluhkan gejala-gala yang berkaitan dengan proses infeksi (bengkak, merah, nyeri) dan beberapa hari kemudian akan muncul infiltrasi di bagian subepitel. Infiltrasi subepitel akan muncul sebagai keputihan di daerah kornea yang bisa menurunkan visus pasien untuk sementara waktu. Sebagian dari pasien akan mengalami pembengkakan di daerah kelenjar getah bening di bagian depan telinga (preaurikula). Dokter bisa menggunakan biomicroscopic slit lamp untuk melakukan pemeriksaan bagian depan mata. Kadang-kadang, pasien mengalami pseudo-membrane pada jaringan di bagian bawah kelopak mata pada konjungtiva.3Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk konjungtivitis viral adalah kultur dengan pemeriksaan sitologi konjungtiva yang dilakukan pada infeksi yang menahun dan sering mengalami kekambuhan, pada reaksi konjungtiva yang atipikal, serta terjadi kegagalan respon terhadap pengobatan yang diberikan sebelumnya. Pengecatan giemsa juga dapat dilakukan. Pada konjungtivitis virus ditemukan sel mononuklear dan limfosit. Inokulasi merupakan teknik pemeriksaan dengan memaparkan organism penyebab kepada tubuh manusia untuk memproduksi kekebalan terhadap penyakit itu. Deteksi terhadap antigen virus dan klamidia dapat dipertimbangkan. Polymerase chain reaction (PCR) merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengisolasi virus dan dilakukan pada fase akut.3Sementara itu konjungtivitis virus harus dibedakan dengan konjungtivitis yang lain dan penyakit mata merah lainnya terkait dengan penatalaksanaannya. Secara klinis bedasarkan keluhan subyektif dan obyektif perbedaan konjungtivitis virus dengan konjungtivitis yang lain serta diagnosis mata merah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.Tabel Diagnosis Banding Mata Merah Berdasarkan Keluhan Gejala Glaukoma akutUveitis akutKeratitisK BakteriK. virusK. alergi

PenurunanVisus++++/+++++---

Nyeri++/+++++++---

Fotofobia+++++++---

Halo++-----

Eksudat---/++++++++

Gatal-----++

Demam-----/++-

Injeksi siliar++++++---

Injeksi konjungtiva++++++++++++

Kekeruhan kornea+++-+/++--/+-

Kelainan pupilMidriasis nonrekatifMiosis iregularNormal/miosisNNN

Kedalaman COADangkalNNNNN

Tekanan intraokularTinggiRendahNNNN

Sekret-++++/++++++

Kelenjar preaurikular----+-

PenatalaksanaanKonjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan merupakan terapi simptomatis, belum ada bukti yang menunjukkan keefektifan penggunaan antiviral. Umumnya mata bisa dibuat lebih nyaman dengan pemberian cairan pelembab. Kompres dingin pada mata 3 4 x / hari juga dikatakan dapat membantu kesembuhan pasien. Penggunaan kortikosteroid untuk penatalaksanaan konjungtivitis viral harus dihindari karena dapat memperburuk infeksi. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi dan gejala dari konjungtivitis virus dapat diuraikan sebagai berikut :a. Konjungtivitis viral akut1,3 Demam faringokonjungtivaPengobatan untuk demam faringokonjungtiva hanya bersifat suportif karena dapat sembuh sendiri diberi kompres, astrigen, lubrikasi, sedangkan pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid lokal. Pengobatan biasanya simptomatis dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.b. Konjungtivitis viral kronik1 Konjungtivitis Molluscum ContagiosumEksisi, insisi sederhana pada nodul yang memungkinkan darah tepi yang memasukinya atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitis. Pada kondisi ini eksisi nodul juga menyembuhkan konjungtivitisnya. Blefarokonjungtivitis varicella zosterPada kondisi ini diberikan acyclovir oral dosis tinggi (800mg/oral 5x selama 10 hari) Keratokonjungtivitis campakTidak ada terapi yang spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali ada infeksi sekunder.Konjungtivitis viral merupakan penyakit infeksi yang angka penularannya cukup tinggi, sehingga pencegahan adalah hal yang sangat penting. Penularan juga bisa terjadi di fasilitas kesehatan bahkan ke tenaga kesehatan yang memeriksa pasien. Langkah langkah pencegahan yang perlu diperhatikan adalah mencuci tangan dengan bersih, tidak menyentuh mata dengan tangan kosong, serta tidak menggunakan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan pasien lain. Dalam penularan ke lingkungan sekitar, pasien sebaiknya disarankan untuk menghindari kontak dengan orang lain seperti di lingkungan kerja / sekolah dalam 1 2 minggu, juga menghindari pemakaian handuk bersama.3PrognosisPrognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.

B. Konjungtivitis Bakterial Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan Oleh Streptokokus, Corynebacterium diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan haemophilus. 2. Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai. 2 1. Konjungtivitis bakterial hiperakut (dan subakut) Konjungtivitis purulenDisebabkan N. Gonorrhoeae, M. kochii, dan N. meningitidis. Ditandai banyak eksudat purulen. Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksa dan diobati. Bila ditunda, terjadi kerusakan kornea, gangguan penglihatan, atau konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk N. gonorrhe, menimbulkan sepsis atau meningitis Konjungtiva mukopurulen akutDitandai dengan hiperemia konjungtiva akut dan sekret mukopurulen berjumlah sedang. Paling sering disebabkan Streptococcus pneumoniae pada iklim sedan dan Haemophilus aegyptius pada iklim tropis. Dapat disertai perdarahan subkonjungtiva. Konjungtivitis subakutH Influenzae, ditandai eksudat berair tipis atau berawan. terkadang juga dapat disebabkan oleh Escherichia coli. 1. Konjungtivitis bakterial menahunTerjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis dan dakkriosistitis menahun, biasanya unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertai blefaritis bakterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Konjungtivitis ini dapat disebabkan oleh Coryne bacterium diphtheriae dan Streptococcus pyogenes walaupun jarang. LaboratoriumPada kebanyakan kasus, organisma dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopis terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan giemsa atau gram. Pemeriksaan ini menunjukan adanya banyak neutrofil polimorfonuklear. Studi sensitivitas antibiotik juga baik untuk dilakukan.KomplikasiBlefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis stafilokok, kecuali pasien yang sangat muda. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi.TerapiBergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil lab, dapat diberikan terapi antimikrobial topikal spektrum luas (polymyxin-trimethroprim). Konjungtivitis purulen yang pulasan Gramnya menunjukan diplokokus gram- negatif, sugestif neisseria, harus segera diberikan terapi topikal dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberikan dosis tunggal per intramuskular. Jika kornea terkena dibutuhkan ceftriaxone parenteral, 1-2 g perhari selama 5 hari. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, sakus konjungtiva harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret. Untuk mencegah penularan, perlu diperhatikan higiene perorangan.6PrognosisHampir selalu sembuh sendiri. Bila tidak diobati, infeksi berlangsung 10-14 hari. Jika diobati dengan baik, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik) dan gonokok (bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan endoftalmitis). Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak didapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

C. KonjungtivitisAlergika DefinisiKonjungtivitis Alergika adalah suatu peradangan alergi pada konjungtiva (selaput yang menutupi kelopak mata bagian dalam dan permukaan luar mata). Pada sebagian besar penderita, konjungtivitis alergika merupakan bagian dari sindroma alergi yang lebih luas, misalnya rinitis alergika musiman. Tetapi konjungtivitis alergika bisa terjadi pada seseorang yang mengalami kontak langsung dengan zat-zat di dalam udara, seperti serbuk sari, spora jamur, debu dan bulu binatang.GejalaReaksi alergi menyebabkan pelepasan histamin dan pelebaran pembuluh darah di dalam konjungtiva. Bagian putih mata menjadi merah dan bengkak, mata terasa gatal dan berair. Kelopak mata membengkak dan merah.PenatalaksanaanAntihistamin per-oral merupakan pengobatan utama untuk konjungtivitis alergika.Antihistamin juga bisa diberikan dalam bentuk tetes mata, yang biasanya dikombinasikan dengan vasokonstriktor untuk mengurangi kemerahan. Tetapi antihistaminnya sendiri maupun sesuatu di dalam larutan tetes mata kadang bisa memperburuk reaksi alergi yang terjadi, sehingga biasanya lebih disukai antihistamin per-oral.Kromolin (juga tersedia dalam bentuk tetes mata) terutama digunakan sebagai pencegahan jika penderita akan mengadakan kontak dengan suatu alergen. Tetes mata yang mengandung kortikosteroid bisa digunakan pada kasus yang berat, tetapi bisa menyebabkan komplikasi (misalnya glaukoma). Jika pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka dianjurkan untuk menjalani immunoterapi alergen.5. KomplikasiKebanyakan konjungtivitis dapat sembuh sendiri, namun apabila konjungtivitis tidak memperoleh penanganan yang adekuat maka dapat menyebabkan komplikasi:1 Blefaritis marginal hingga krusta akibat konjungtivitis akibat staphilococcus Jaringan parut pada konjungtiva akibat konjungtivitis chlamidia pada orang dewasa yang tidak diobati adekuat Keratitis punctata akibat konjungtivitis viral Keratokonus (perubahan bentuk kornea berupa penipisan kornea sehingga bentuknya menyerupai kerucut) akibat konjungtivitis alergi. Ulserasi kornea marginal, perforasi kornea hingga endoftalmitis dapat terjadi pada infeksi N. gonorrhoeae, N. kochii, N. meningitidis, H. aegypticus, S. aureus dan M. catarrhalis. Pneumonia terjadi 10-20 % pada bayi yang mengalami konjungtivitis chlamydia Meningitis dan septikemia akibat konjungtivitis yang diakibatkan meningococcus.

6. Pencegahan Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.6

DAFTAR PUSTAKA1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San Fransisco: MD Association, 2005-20062. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. 2014.Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima Jakarta: FKUI3. Voughan dan Asbury, 2009 , Opthalmology Umum Edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.4. PERDAMI. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta5. Wijaya N. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK UI6. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Penerbit Buku : Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta