batu menangis

4
Batu Menangis Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dam seorang anak perempuan. Anak perempuan itu sangat cantik sekali. Namun sayang, sifatnya tidak secantik wajahnya. Anak perempuan itu pemalas, ia tidak pernah membantu ibunya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bermain setiap hari. Selain pemalas, anak perempuan itu manja sekali. Segala permintaanya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu dari ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi. Pada suatu hari, anak perempuan itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Pasar desa itu sangat jauh dari dari rumah mereka, sehingga merasa kelelahan sekali. Anak perempuan yang manja itu berjalan melenggang menggunakan pakaian yang bagus, ia ingin banyak orang melihat dan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan menggunakan pakaian yang kotor. Karena mereka hidup di tempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak. Ketika mereka memulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak perempuan itu, terutama pemuda-pemuda desa yang tak puas- puasnya memandangi wajah perempuan itu. Namun, ketika mereka melihat orang yang berjalan di belakangnya, mereka terkejut dan bertanya pada perempuan itu, “Hai cantik. Apakah yang berjalan di belakang itu ibumu?” “Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku!” Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya, “Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?” “Bukan, bukan,” jawab perempuan itu dengan mendongakkan kepalanya. “Ia

Upload: thicaido

Post on 18-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cerita rakyat

TRANSCRIPT

Batu MenangisDi sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dam seorang anak perempuan. Anak perempuan itu sangat cantik sekali. Namun sayang, sifatnya tidak secantik wajahnya. Anak perempuan itu pemalas, ia tidak pernah membantu ibunya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bermain setiap hari.

Selain pemalas, anak perempuan itu manja sekali. Segala permintaanya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu dari ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari, anak perempuan itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Pasar desa itu sangat jauh dari dari rumah mereka, sehingga merasa kelelahan sekali. Anak perempuan yang manja itu berjalan melenggang menggunakan pakaian yang bagus, ia ingin banyak orang melihat dan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang dengan menggunakan pakaian yang kotor. Karena mereka hidup di tempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.Ketika mereka memulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak perempuan itu, terutama pemuda-pemuda desa yang tak puas-puasnya memandangi wajah perempuan itu. Namun, ketika mereka melihat orang yang berjalan di belakangnya, mereka terkejut dan bertanya pada perempuan itu, Hai cantik. Apakah yang berjalan di belakang itu ibumu? Bukan, katanya dengan angkuh. Ia adalah pembantuku!Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya, Apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu? Bukan, bukan, jawab perempuan itu dengan mendongakkan kepalanya. Ia adalah budakku! begitulah jawaban perempuan itu setiap bertemu dengan seorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya.

Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka itu, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali mendengar jawaban yang sama dan amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri, dan ia pun berkata, Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya Tuhan hukumlah anak durhaka ini!Seketika itu, perlahan-lahan tubuh perempuan durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu memohon ampun pada ibunya. Ibu, ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu ini. Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon ampun pada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu telah berubah menjadi batu. Sekalipun telah menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut Batu Menangis.1. Unsur Intrinsik :a. Tema : Anak Durhaka.b. Tokoh : Janda miskin, Anak perempuan, Pemuda-pemuda di desa.c. Watak/Sifat : - Janda miskin : Sabar. Anak perempuan : Sombong, malas, manja, segala permintaanya harus dituruti. Pemuda-pemuda desa : Selalu ingin tahu.

d. Latar/Seting : Waktu : Di suatu hari

Tempat : - Di sebuah bukit di daerah Kalimantan

Di desa dan di pasar

e. Alur/Jalan Cerita :

Batu Menangis

Di sebuah bukit di daerah Kalimantan, hiduplah seorang janda miskin dan anak perempuannya. Anak itu sangat cantik, tapi sifatnya tidak secantik wajahnya. Ia sangat malas dan manja. Segala permintaanya harus dituruti. Pada suatu hari, anak itu diajak turun ke desa untuk berbelanja. Anak perempuan itu berjalan melenggang menggunakan pakaian yang bagus. Sementara ibunya berjalan di belakang membawa keranjang dengan menggunakan pakaian yang kotor. Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang memandangi mereka. Para pemuda di desa sangat terpesona dengan kecantikkan anak perempuan itu. Ketika mereka melihat orang yang berjalan di belakangnya, mereka bertanya pada anak perempuan itu, Hai cantik, apakah yang bderjalan di belakangmu itu adalah ibumu? Bukan, ia adalah pembantuku!. Pada mulanya, si ibu masih bisa bertahan. Tetapi, karena mendengarkan hal yang sangat menyakitkan hati tersebut, si ibu berkata, Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamaba memperlakukan hamba sedemikian ini. Ya Tuhan, hukumlah anak durhaka ini!. Perlahan tubuh anak perempuan itu menjadi batu. Ia memohon ampun pada ibunya. Tetapi, semuanya sudah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu telah berubah menjadi batu. Meskipun telah menjadi batu, matanya tetap terlihat seperti menitikkan air mata. Oleh karena itu, batu ini disebut Batu Menangis.f. Amanat : Kita tidak boleh durhaka kepada orang tua dan kita harus menghormati dan menghargai orang tua.

2. Unsur Ektrinsik :

a. Judul : Batu Menangis

b. Pengarang : Tidak Diketahui

c. Penerbit : Spirit Junior

d. Tahun Terbit : Agustus 2013

e. Pencetak : Spirit Graphics

f. Jumlah Halaman : 3 Halaman

CERITA RAKYAT

BATU MENANGIS

DISUSUN OLEH :

NAMA

: DINDA MARIA KRISTIANA

KELAS

: IV ( ENAM )

NO. ABSEN: 006