bas final 2013
TRANSCRIPT
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................
DAFTAR TABEL …....................................................................................................
i
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN .....………………………………………..……….……………..
1
BAB II DEFINISI, DASAR PEMIKIRAN DAN TUJUAN ………………………………
5
A. Definisi …………..…………………………………………………………..…….... 5
B. Dasar Pemikiran ………………………………………………………………….... 5
C. Tujuan ………………………………………………………..………………..…..... 6
D.. Peran Bagan Akun Standar …………………………………………..…….…..… 7
BAB III KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI BAGAN AKUN
STANDAR ……………....
9
A. Klasifikasi berdasarkan Organisasi ……………………………………………… 9
B. Klasifikasi berdasarkan Fungsi …………………………………………………… 9
C. Klasifikasi berdasarkan Sub Fungsi …………………………………………….. 9
D. Klasifikasi berdasarkan Program ………………………………………………… 11
E. Klasifikasi berdasarkan Kegiatan .................................................................. 12
F. Klasifikasi berdasarkan Jenis Belanja (Ekonomi) ……................................. 12
G. Klasifikasi berdasarkan Pembiayaan ……………………………………………
15
BAB IV KODEFIKASI EKONOMI BAGAN AKUN STANDAR ……………………….
17
A. Akun Neraca ……………………………………………………………………… 17
B. Akun Operasional ……………………………………………………………….. 25
C. Akun Non Anggaran ...................................................................................
D. Akun APBN ……………………………………………………………………….
46
48
E. Akun DIPA ………………………………………………………………………… 48
F. Perubahan Bagan Akun Standar ………………………………………………
G. Tata Kelola Bagan Akun Standar ……………………………………………...
H. Bagan Akun Standar ke Depan …………………………………………………
49
50
51
ii
BAB V BAGAN AKUN STANDAR (BAS) PADA SISTEM PERBENDAHARAAN
DAN ANGGARAN NEGARA .................................................................................
A. Kerangka Tunggal Bagan Akun Standar.........................................................
B. Struktur BAS Pada Span …………………………..............................................
52
52
54
BAB VI PENUTUP .....................................................................................................
REFERENSI …………………………………………………………………………………
57
58
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Bagan Akun Standar Dalam Sistem Akuntansi …………………. 6
Gambar II : Hubungan antara Unit Perencanaan dan Unit Pelaksanaan ….. 8
Gambar III : Bagan Arsitektur Program ………………………………………… 12
Gambar IV : Kalsifikasi Kode Akun ……………………………………………… 16
Gambar V : Pembedaan Belanja Barang dan Belanja Modal ……………….. 44
Gambar VI : Kriteria Kapitalisasi Aset Tetap/Aset Lainnya …………………… 45
iv
DAFTAR TABEL
Tabel I : Kodefikasi Fungsi dan Sub Fungsi ………………………………. 9
Tabel II : Kodefikasi Ekonomi ………………………………………………... 17
Tabel III : Mapping Kode BMN Lama dan Kode BMN Baru Terhadap BAS …………………………………………………………………..
50
Tabel IV : Sruktur Bagan Akun Standar 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi manajemen keuangan negara telah dicanangkan di Indonesia melalui
satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini mencakup
perencanaan dan penganggaran, perbendaharaan, akuntansi, dan pemeriksaan
keuangan. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara yang baik telah diperkenalkan,
antara lain akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, proporsionalitas, transparansi, dan
profesionalitas.
Dalam rangka mendorong terwujudnya prinsip-prinsip pengelolaan keuangan
negara tersebut, dilakukan pembaharuan terhadap klasifikasi anggaran. Pasal 11
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 (UU Nomor 17/2003) tentang Keuangan Negara
menyatakan bahwa APBN terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan
pembiayaan, yang disebut i-account. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak,
penerimaan bukan pajak, dan hibah. Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi,
dan jenis belanja.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah No.90 Tahun 2010 sebagai peraturan turunan dari UU Nomor
17/2003 mengamanatkan pemerintah untuk memperbaiki penyelenggaraan
pemerintahan dan melakukan penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan
kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu dan penganggaran
berbasis kinerja. Untuk memenuhi ketentuan ini, setiap kementerian negara/lembaga
dituntut mempunyai program dan kegiatan yang jelas dengan indikator kinerja yang
terukur sehingga dapat dialokasikan sumber daya, termasuk anggaran sesuai dengan
prestasi yang akan dicapai. Oleh karena itu anggaran yang disetujui DPR terinci sampai
dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja sebagaimana diatur
dalam UU No. 17/2003 pasal 15 ayat (5).
Dalam Peraturan Pemerintah No.90 Tahun 2010 selain mengatur anggaran
berbasis kinerja juga mengamanatkan penganggaran terpadu (unified budget). Dengan
penyatuan ini pemerintah bermaksud menyatukan anggaran rutin dan pembangunan
2
serta mengatur keterkaitan antara kebijakan, perencanaan, penganggaran,
pertanggungjawaban, serta evaluasi anggaran.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka
mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi
anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR dan pemerintah
dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu disusun suatu
klasifikasi belanja negara yang mengacu pada UU No. 17 tahun 2003 dan
menyesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS) Manual 2001 yang sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang baik (best practices).
Klasifikasi belanja negara/belanja daerah tersebut dirinci sampai dengan unit organisasi,
fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Pelaksanaan anggaran yang disusun
dengan klasifikasi sebagaimana diuraikan di atas harus dicatat dalam sistem akuntansi
dengan klasifikasi anggaran yang sama. Hal ini diperlukan untuk pengendalian
anggaran, pengukuran dan pelaporan kinerja. Klasifikasi anggaran berdasarkan amanat
UU dan PP dimaksud dituangkan di dalam Peraturan Menteri Keuangan
No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar.
Dari pelaksanaan anggaran ini kementerian negara/lembaga dituntut menyusun
dan menyampaikan laporan keuangan, yang berupa Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi Anggaran disertai
dengan informasi tentang prestasi kerja yang dicapai selama satu periode pelaporan. Di
samping itu Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara juga dituntut
menyajikan Laporan Arus Kas.
Dengan terbitnya PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP yang merupakan
pengganti PP No.24 Tahun 2005, implementasi basis akrual telah mendapatkan
landasan teknis pelaksanaannya yang tertuang dalam Lampiran I tentang SAP berbasis
akrual dan harus dilaksanakan selambat-lambatnya tahun 2015. Berdasarkan Pasal 6
PP 71 Tahun 2010, Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah disusun dengan mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan (PUSAP). PUSAP tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. Sesuai dengan penjelasan pasal 6
3
ayat (2) PP No.71/2010 tentang SAP, Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
diperlukan dalam rangka mewujudkan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan
pemerintah. Berdasarkan hal tersebut maka pendekatan PUSAP lebih difokuskan
kepada panduan penyusunan Bagan Akun Standar (BAS) bagi pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah. Berdasarkan hal tersebut maka dalam rangka transisi dalam
rangka implementasi akrual bagi pemerintah pusat, sejak tahun 2012 BAS telah
direstrukturisasi sedemikian rupa untuk dapat mengakomodasi implementasi SPAN
sekaligus implementasi akuntansi berbasis akrual.
Adanya pembaharuan dalam pengelolaan keuangan negara dan langkah-
langkah pemerintah yang harus diambil dalam penataan kembali terhadap klasifikasi
anggaran maupun klasifikasi pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas yang disajikan di
neraca, pos-pos dalam Laporan Realisasi Anggaran sebagai alat pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN, serta klasifikasi arus kas yang disajikan dalam Laporan Arus Kas.
Modul ini mencoba untuk memberikan gambaran dan analisa terhadap Bagan Akun
Standar yang merupakan suatu daftar yang terdiri atas informasi keuangan maupun non
keuangan yang secara umum terstruktur logis dan mempunyai format yang mempunyai
arti tertentu serta terdiri atas nomor dan huruf atau kombinasi dari keduanya
(alphanumeric).
B. Deskripsi Singkat
Pada BAB I tentang pendahuluan menjelaskan latar belakang dari pembuatan
modul ini. BAB II menjelaskan mengenai definisi, dasar pemikiran dan tujuan dari Bagan
Akun Standar (BAS). Diharapkan bagian ini dapat memberikan latar belakang peran
pentingnya BAS dalam proses penganggaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
anggaran.
Dalam BAB III diuraikan mengenai klasifikasi dan kodefikasi BAS. Bagian ini
menjelaskan secara detil breakdown dari struktur BAS yang digunakan dalam
pengelolaan keuangan negara. Selanjutnya dalam BAB IV menjelaskan lebih lanjut BAS
yang dielaborasi ke dalam kodefikasi ekonomi. Pada bagian ini juga dibahas beberapa
pengertian pendapatan dan belanja
BAB VI merupakan penutup, pada bab terakhir ini dibahas mengenai beberapa
tantangan yang harus diatasi dalam pengembangan BAS ke depan.
4
C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Modul Bagan Akun Standar disusun dan disampaikan kepada peserta diklat
dengan tujuan agar para peserta dapat lebih memahami dan menguasai konsep dasar
penggunaan BAS mulai dari perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran dan
pelaporan keuangan. Hal ini agar dalam praktek penerapan BAS terdapat kesamaan
pemahaman dan sinergi baik pada unit perencana maupun pada unit pelaksana
anggaran.
D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diklat diharapkan mampu:
a. Mampu menjelaskan tujuan dan peranan BAS dalam sistem akuntansi
pemerintahan.
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dan kodefikasi BAS.
c. Mampu menggunakan BAS untuk setiap transaksi keuangan.
d. Mampu menyusun Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang
memenuhi unsur pengendalian, pengukuran dan pelaporan.
e. Memecahkan masalah dalam penerapan/penggunaan BAS mulai dari
perencanaan anggaran sampai pada pelaporan anggaran.
E. Topik Bahasan
Hal-hal yang perlu dibahas meliputi:
a. BAS dalam kerangka sistem akuntansi pemerintah
b. Penggunaan BAS dalam unit perencanaan dan unit pelaporan
c. Klasifikasi dan kodefikasi
d. Permasalahan pembebanan belanja barang dan belanja modal
e. Pengembangan BAS ke depan
5
BAB II
DEFINISI, DASAR PEMIKIRAN DAN TUJUAN BAGAN AKUN STANDAR
A. Definisi
Bagan Akun Standar adalah Daftar Perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun
secara sistematis untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan anggaran, serta
pembukuan dan pelaporan keuangan pemerintah. Pengertian ini menitikberatkan BAS
dari sisi klasifikasi ekonomi (jenis belanja).
B. Dasar Pemikiran
Bagan Akun Standar disusun dengan dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah dan K/L yang memenuhi unsur
pengendalian, pengukuran dan pelaporan.
Dengan adanya kodefikasi akun yang telah didesain dan terstruktur sedemikian
rupa, penyusunan laporan keuangan pemerintah dan laporan keuangan K/L
diharapkan dapat memenuhi unsur pengendalian, pengukuran dan pelaporan
dengan struktur kodefikasi yang seragam di mana seluruh penerimaan dan
pengeluaran telah tercatat baik dalam Laporan Realisasi Anggaran maupun Laporan
Arus Kas, serta seluruh Aset dan kewajiban pemerintah telah tercatat dalam neraca.
2. Meningkatkan Akuntabilitas Pertanggungjawaban APBN dengan
melaksanakan penggunaan BAS dari perencanaan anggaran, pelaksanaan
anggaran dan pelaporan keuangan.
Bagan Akun Standar dapat menjadi suatu alat yang membuat proses perencanaan
dan penganggaran dapat in line dengan apa yang akan dilaksanakan dan yang
dilaporkan dalam tataran pelaksanaan anggaran. Hal ini dilakukan dengan
memberikan kodefikasi yang sama mulai dari level perencanaan dan penganggaran
hingga sampai kepada penyusunan laporan keuangan.
3. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Sistem Perbendaharaan
dan Anggaran Negara (SPAN) dan GFS 2001.
Sebagaimana diketahui bahwa penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) sejak tahun 2005, disusun berdasarkan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
(SAPP) yang didesain sedemikian rupa berdasarkan norma dan prinsip yang
tertuang dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No. 71 Tahun 2010). Untuk
6
menghasilkan output berupa laporan keuangan yang mempunyai kriteria andal,
relevan, dapat dibandingkan dan dapat dipahami, SAPP memerlukan dukungan dari
berbagai unsur yaitu formulasi prosedur transaksi berupa posting rules, Bagan Akun
Standar (BAS), pengaturan pemisahan tanggung jawab secara institusional,
hardware maupun software, serta SDM yang kompeten untuk menyelenggarakan
penyusunan laporan keuangan. Hal tersebut dapat dijabarkan dalam gambar berikut:
Gambar I
Bagan Akun Standar Dalam Sistem Akuntansi
C. Tujuan Bagan Akun Standar
a. Memastikan rencana keuangan (anggaran), realisasi dan pelaporan keuangan
dinyatakan dalam istilah yang sama. Hal ini selaras dengan butir 2 dasar
pemikiran BAS yang diharapkan dapat terjadi koordinasi antara unit
perencanaan dan penganggaran, unit pelaksana teknis kegiatan serta unit
pertangungjawaban keuangan.
7
b. Meningkatkan kualitas informasi keuangan. Hal ini bisa didapatkan setelah
terjadi pemahaman yang sama antara unit-unit dimaksud di atas dalam
penyusunan laporan manajerial maupun laporan akuntabilitas yang
mengungkapkan informasi keuangan pemerintah.
c. Memudahkan pengawasan keuangan. Di sisi auditor, hal-hal tersebut di atas
akhirnya akan memudahkan bagi pemeriksa dalam proses audit laporan
keuangan.
D. Peran Bagan Akun Standar (BAS)
Bagan Akun Standar memegang peran penting dalam manajemen keuangan
pemerintah yang modern, sehingga diperlukan suatu BAS yang efektif sehingga dapat
mengakomodasi hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagai dasar pelaporan manajerial dan Laporan Keuangan.
2. Merupakan jantung dari sistem di mana seluruh modul dan interface mengalir.
3. Menyediakan landasan yang cukup untuk pengembangan lebih jauh dan
penyimpanan yang memadai atas informasi historis maupun saat ini.
4. Mendukung disiplin anggaran melalui pengaturan klasifikasi anggaran dan ‘framing’
kepada struktur pelaporan.
5. Membantu proses pengambilan keputusan yang efektif
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka BAS seyogianya disusun sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi secara efektif. Untuk itu setidaknya perlu dipertimbangkan
agar memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Memungkinkan adanya analisa “multi dimensional level” dalam penyusunan BAS;
2. Menghasilkan pelaporan keuangan dan manajerial yang bermanfaat;
3. Menyederhanakan proses manual sehingga dapat mempunyai lebih banyak waktu
untuk melakukan reviu analitis dan pengembangan/perbaikan proses bisnis;.
4. Kombinasi yang tepat antara orang, proses dan teknologi.
Dalam rangka pengelolaan keuangan negara di Indonesia, BAS mempunyai peran
penting dalam menghubungkan unit yang melakukan perencanaan dengan unit yang
nantinya melakukan pelaporan. Mulai dari proses penyusunan RAPBN (RKAKL) telah
digunakan kodefikasi yang tercantum dalam BAS. Kodefikasi yang sama nantinya juga
akan digunakan dalam rangka pelaporan atas pertanggungjawaban anggaran. Selama
8
ini antara unit keuangan dan perlengkapan dalam hal pelaporan telah terhubungkan
dengan adanya Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang mempunyai dua sub sistem yaitu
Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) yang digunakan oleh Bagian
Keuangan dan Sistem Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)
yang digunakan oleh Bagian Perlengkapan yang mengelola barang. Sementara unit-unit
pelaporan tersebut terhubungkan dengan Unit Perencanaan dengan adanya BAS. Hal
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar II Hubungan antara Unit Perencanaan dan Unit Pelaksanaan
9
BAB III
KLASIFIKASI ANGGARAN
A. Klasifikasi Berdasarkan Organisasi
Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disusun berdasarkan susunan
kementerian negara/lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
Klasifikasi ini tidak bersifat permanen dan akan disesuaikan dengan susunan
kementerian negara/lembaga pemerintah pusat yang ada. Klasifikasi menurut organisasi
ini terinci di dalam Bagian Anggaran, Eselon I dan Satuan Kerja.
B. Klasifikasi Berdasarkan Fungsí
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Klasifikasi belanja
berdasarkan fungsi diatur dalam penjelasan pasal 11 ayat (5) UU 17 tahun 2003, terdiri
dari 11 fungsi utama yaitu: pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan
budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.
C. Klasifikasi Berdasarkan Sub Fungsi
Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi. Dari 11 (sebelas)
fungsi utama dirinci ke dalam 79 (tujuh puluh sembilan) sub fungsi. Klasifikasi belanja
berdasarkan subfungsi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004.
Penggunaan Fungsi dan Sub Fungsi disesuaikan dengan tugas masing-masing
kementerian negara/lembaga/SKPD. Klasifikasi Fungsi dan Sub Fungsi sebagai berikut :
Tabel 1
Kodefikasi Fungsi dan Sub Fungsi
Kode Fungsi dan Subfungsi 01 PELAYANAN UMUM 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA
URUSAN LUAR NEGERI 01.02 BANTUAN LUAR NEGERI 01.03 PELAYANAN UMUM 01.04 PENELITIAN DASAR DAN PENGEMBANGAN IPTEK 01.05 PINJAMAN PEMERINTAH 01.06 PEMBANGUNAN DAERAH 01.07 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN UMUM PEMERINTAHAN
10
01.90 PELAYANAN UMUM PEMERINTAHAN LAINNYA 02 PERTAHANAN 02.01 PERTAHANAN NEGARA 02.02 DUKUNGAN PERTAHANAN 02.03 BANTUAN MILITER LUAR NEGERI 02.04 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTAHANAN 02.90 PERTAHANAN LAINNYA 03 KETERTIBAN DAN KEAMANAN 03.01 KEPOLISIAN 03.02 PENANGGULANGAN BENCANA 03.03 PEMBINAAN HUKUM 03.04 PERADILAN 03.05 LEMBAGA PEMASYARAKATAN 03.06 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETERTIBAN, KEAMANAN DAN HUKUM 03.90 KETERTIBAN, KEAMANAN DAN HUKUM LAINNYA 04 EKONOMI 04.01 PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAHA, KOPERASI, DAN UKM 04.02 TENAGA KERJA 04.03 PERTANIAN, KEHUTANAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN 04.04 PENGAIRAN 04.05 BAHAN BAKAR DAN ENERGI 04.06 PERTAMBANGAN 04.07 INDUSTRI DAN KONSTRUKSI 04.08 TRANSPORTASI 04.09 TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 04.10 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI 04.90 EKONOMI LAINNYA 05 LINGKUNGAN HIDUP 05.01 MANAJEMEN LIMBAH 05.02 MANAJEMEN AIR LIMBAH 05.03 PENANGGULANGAN POLUSI 05.04 KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM 05.05 TATA RUANG DAN PERTANAHAN 05.06 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP 05.90 PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP LAINNYA 06 PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN 06.01 PENGEMBANGAN PERUMAHAN 06.02 PEMBERDAYAAN KOMUNITAS PEMUKIMAN 06.03 PENYEDIAAN AIR MINUM 06.04 PENERANGAN JALAN 06.05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN 06.90 PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN LAINNYA 07 KESEHATAN 07.01 OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN 07.02 PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN 07.03 PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT 07.04 KELUARGA BERENCANA
11
07.05 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 07.90 KESEHATAN LAINNYA 08 PARIWISATA DAN BUDAYA 08.01 PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BUDAYA 08.03 PEMBINAAN PENERBITAN DAN PENYIARAN 08.04 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BUDAYA 08.90 PARIWISATA DAN BUDAYA LAINNYA 09 AGAMA 09.01 PENINGKATAN KEHIDUPAN BERAGAMA 09.02 KERUKUNAN HIDUP BERAGAMA 09.03 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA 09.90 PELAYANAN KEAGAMAAN LAINNYA 10 PENDIDIKAN 10.01 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 10.02 PENDIDIKAN DASAR 10.03 PENDIDIKAN MENENGAH 10.04 PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL 10.05 PENDIDIKAN KEDINASAN 10.06 PENDIDIKAN TINGGI 10.07 PELAYANAN BANTUAN TERHADAP PENDIDIKAN 10.08 PENDIDIKAN KEAGAMAAN 10.09 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN 10.10 PEMBINAAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA 10.90 PENDIDIKAN LAINNYA 11 PERLINDUNGAN SOSIAL 11.01 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN ORANG SAKIT DAN CACAT 11.02 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN LANSIA 11.03 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL KELUARGA PAHLAWAN, PERINTIS
KEMERDEKAAN DAN PEJUANG 11.04 PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN SOSIAL ANAK-ANAK DAN KELUARGA 11.05 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN 11.06 PENYULUHAN DAN BIMBINGAN SOSIAL 11.07 BANTUAN PERUMAHAN 11.08 BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL 11.09 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN SOSIAL 11.90 PERLINDUNGAN SOSIAL LAINNYA
D. Klasifikasi Berdasarkan Program
Berdasarkan PP No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Program merupakan penjabaran dari
kebijakan sesuai dengan visi dan misi Kementerian/Lembaga yang rumusannya
mencerminkan tugas dan fungsi unit eselon I atau unit Kementerian/Lembaga yang
berisi kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur.
12
Gambar di bawah ini merupakan Bagan dari Arsitektur Program dan Kegiatan yang
dijalankan sejak tahun 2011 dengan diterapkannya Penganggaran berbasis Kinerja.
Gambar III
Bagan Arsitektur Program
E. Klasifikasi Berdasarkan Kegiatan
Kegiatan merupakan penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan
tugas dan fungsi unit eselon II/satuan kerja atau penugasan tertentu
Kementerian/Lembaga yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran/output
dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan adalah bagian dari program yang
dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian
sasaran terukur pada suatu program.
F. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Belanja (ekonomi)
Klasifikasi berdasarkan jenis belanja menurut Penjelasan Pasal 11 UU 17 tahun
2003 terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Bunga, Subsidi,
Hibah, Bantuan Sosial, Belanja lain-lain dan Transfer. Secara rinci klasifikasi
13
berdasarkan jenis belanja sebagaimana dituangkan lebih lanjut dalam PMK
91/PMK.05./2007 tentang Bagan Akun Standar, PMK No.101/PMK.02/2011 tentang
Klasifikasi Anggaran, dan PMK No.2238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan aedalah sebagai berikut:
a. Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah
dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil
dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal.
2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari
belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas,
belanja barang BLU dan belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat..
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut dipergunakan
untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual.
4. Pembayaran Bunga Utang/Kewajiban
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang dilakukan
atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik utang
dalam maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam
kegiatan dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara.
14
5. Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada
perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada
masyarakat melalui BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jenis belanja ini
khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara.
6. Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa,
bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya dan
tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada pemerintah negara lain,
organisasi internasional, pemerintah daerah, atau kepada perusahaan
negara/daerah.
7. Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi
dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung
diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan
termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang
pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam bentuk uang/barang atau
jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif.
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran diatas. Pengeluaran ini bersifat
tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
b. Transfer Ke Daerah
15
1. Dana Perimbangan
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat/alokasi anggaran berupa transfer
untuk pemerintah daerah berupa dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah.
2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat/alokasi anggaran berupa transfer
untuk pemerintah daerah berupa dana otonomi khusus dan dana penyesuaian
yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah.
Klasifikasi menurut jenis belanja (ekonomi) selanjutnya dirinci berdasarkan kode
akun.
G. Klasifikasi berdasarkan Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Dalam hal anggaran
diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Pembiayaan terdiri dari :
1. Penerimaan Pembiayaan
a. Penerimaan Pembiayaan Dalam negeri
b. Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri
2. Pengeluaran Pembiayaan
a. Pengeluaran Pembiayaan Dalam Negeri
b. Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri
Penerimaan pembiayaan dalam negeri antara lain dapat berasal dari hasil divestasi dan
penjualan Surat Utang Negara (SUN), dan penerimaan pembiayaan luar negeri antara
lain adalah penerimaan pinjaman luar negeri baik pinjaman proyek maupun pinjaman
program. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran
kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal
oleh Pemerintah.
Klasifikasi pembiayaan selanjutnya dirinci menurut kode akun.
Dari uraian klasifikasi kode akun dimaksud, dapat digambarkan dalam gambar berikut:
16
Gambar IV Klasifikasi Kode Akun
Organisasi(BA, Es, Satker)
Fungsi
Sub Fungsi Sub Fungsi
Program Program
Kegiatan Kegiatan
Keluaran/Output Keluaran/Output
Kode Ekonomi/ Jenis belanja
Kode Ekonomi/ Jenis belanja
Kode Ekonomi/ Jenis belanja
Kegiatan
Program
Fungsi
17
BAB IV
KODEFIKASI EKONOMI BAGAN AKUN STANDAR
Untuk memenuhi amanat pasal 11 ayat (5) UU No. 17 tahun 2003, perlu dibuat
bagan akun standar (BAS) sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan anggaran,
pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah. BAS
yang terdapat dalam klasifikasi kode ekonomi dikelompokkan ke dalam beberapa
klasifikasi sebagaimana Tabel di bawah ini:
Tabel II Kodefikasi Ekonomi
Kode Uraian Terdapat dalam Jenis Laporan
1 Aset
Neraca 2 Kewajiban
3 Ekuitas
4 Penerimaan Negara dan Hibah
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas
(LAK)
5 Belanja Negara
6 Transfer ke Daerah
7 Pembiayaan
8 Non Anggaran Laporan Arus Kas (LAK)
A. AKUN NERACA
1. ASET
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset
diklasifikasikan ke dalam:
a. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
atau
18
b) berupa kas dan setara kas.
Aset Lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.
Kodefikasi BAS untuk Aset Lancar adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
11 Aset Lancar
111 Kas dan Setara Kas
Digunakan untuk mencatat Kas pemerintah yang ada pada Rekening Pemerintah di Bank Indonesia dalam Rupiah, Rekening Pemerintah di Bank Indonesia dalam Valuta Asing, Rekening Pemerintah lainnya, Rekening kas di KPPN, Kas dalam Transito, Setara Kas, Kas pada Badan Layanan Umum, Kas di Bendahara Penerimaan, Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas Lainnya.
112 Uang Muka Rekening BUN
Digunakan untuk mencatat antara lain Uang Muka dari Rekening KUN yang digunakan untuk menalangi belanja yang harus dilakukan pemerintah dalam rangka Rekening Khusus
113 Investasi Jangka Pendek
Digunakan untuk mencatat investasi jangka pendek pemerintah sesuai dengan SAP. Termasuk dalam akun ini yaitu Investasi dalam deposito, Investasi dalam Surat Perbendaharaan Negara, Investasi Jangka Pendek – Badan Layanan Umum, Investasi Jangka Pendek Lainnya, dan Bagian Lancar Investasi Jangka Panjang Non Permanen
114 Beban dibayar di muka (Prepaid) dan Uang Muka Belanja (Prepayment)
115 Piutang
Digunakan untuk mencatat piutang pemerintah yang timbul berdasarkan pungutan pendapatan negara, piutang yang timbul berdasarkan perikatan, piutang transfer antar pemerintahan, dan piutang yang timbul karena tuntutan ganti rugi dan piutang lainnya sesuai dengan SAP. Termasuk ke dalam akun ini Piutang Pajak, Piutang Bukan Pajak, Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi, Piutang dari kegiatan Operasional Badan Layanan Umum, Piutang dari kegiatan Non Operasional Badan Layanan Umum, Piutang Transfer ke Daaerah, Piutang karena pinjaman termasuk penerusan pinjaman.
116 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
Digunakan untuk mencatat saldo penyisihan piutang tidak tertagih sehingga saldo piutang dapat mengggambarkan nilai
19
bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value)
117 Persediaan
Digunakan untuk mencatat barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan SAP dan peraturan pemerintah yang mengatur mengenai kodefikasi Barang Milik Negara (BMN). Termasuk dalam akun ini antara lain Persediaan yang meliputi Persediaan Bahan untuk Operasional, Persediaan Bahan untuk dijual/diserahkan kepada Masyarakat, Persediaan Bahan untuk Proses Produksi, Persediaan Bahan Lainnya, dan Persediaan Badan Layanan Umum
b. Investasi Jangka Panjang
merupakan investasi yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan
manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode
akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi investasi nonpermanen dan
permanen. Investasi nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang
Negara, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi
nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan modal
pemerintah dan investasi permanen lainnya.
Kodefikasi BAS untuk Investasi Jangka Panjang adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
12 Investasi Jangka Panjang
121 Investasi jangka Panjang Non Permanen
Digunakan untuk mencatat Investasi Jangka Panjang Non Permanen sesuai dengan SAP antara lain Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah, Dana Restrukturisasi Perbankan, Dana Bergulir, Investasi dalam Obligasi, Penyertaan Modal Pemerintah dalam Proyek Pembangunan, Investasi Non Permanen Badan Layanan Umum, dan Investasi Non Permanen Lainnya.
122 Investasi jangka Panjang Permanen
Digunakan untuk mencatat Investasi Permanen sesuai dengan SAP seperti Penyertaan Modal Pemerintah, Investasi Permanen Badan Layanan Umum, dan Investasi Jangka Panjang Permanen Lainnya
c. Aset Tetap
20
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Aset Tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam
pengerjaan.
Kodefikasi BAS untuk Aset Tetap adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
13 Aset Tetap
131 Tanah
Digunakan untuk mencatat Tanah milik pemerintah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah yang mengatur mengenai kodefikasi Barang Milik Negara (BMN)
132 Peralatan dan Mesin
Digunakan untuk mencatat peralatan dan mesin milik pemerintah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah yang mengatur mengenai kodefikasi Barang Milik Negara (BMN)
133 Gedung dan Bangunan
Digunakan untuk mencatat Gedung dan bangunan pemerintah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah yang mengatur mengenai kodefikasi Barang Milik Negara (BMN)
134 Jalan, Irigasi dan Jaringan
Digunakan untuk mencatat Jalan, Jembatan, Jaringan Air, Penerangan Jalan, Instalasi Listrik dan Telepon sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah yang mengatur mengenai kodefikasi Barang Milik Negara (BMN)
135 Aset Tetap Lainnya
Digunakan untuk mencatat Aset Tetap Lainnya sesuai dengan SAP dan peraturan pemerintah yang mengatur mengenai kodefikasi Barang Milik Negara (BMN), antara lain Barang Koleksi Kepustakaan, Barang Bercorak Kesenian dan Kebudayaan seperti lukisan, patung, hasil karya seni lainnya atau barang antik, dan koleksi-koleksi seni lainnya
136 Konstruksi Dalam Pengerjaan
Digunakan untuk mencatat Konstruksi Dalam Pengerjaan yang nantinya akan menjadi salah satu di antara Aset Tetap Definitif (Gedung/bangunan, Perlatan dan Mesin, Jalan, Irigasi, Jaringan, Jembatan
21
137 Akumulasi Penyusutan
Digunakan untuk mencatat Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang menurut ketentuan harus disusutkan. Akun Akumulasi Penyusutan Aset Tetap dibagi menurut klasifikasi aset tetapnya
d. Dana Cadangan
adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan
dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Kodefikasi BAS untuk Dana Cadangan adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
14 Dana Cadangan
141 Dana Cadangan
Digunakan untuk mencatat dana cadangan yang merupakan dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran
e. Piutang Jangka Panjang
Kode Uraian
15 Piutang Jangka Panjang
151 Tagihan Piutang Penjualan Angsuran
Digunakan untuk mencatat Tagihan Piutang Penjualan Angsuran yang akan jatuh tempo lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan termasuk Tagihan Penjualan Angsuran dan Tagihan Penjualan Angsuran-Badan Layanan Umum
152 Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tagihan Tuntutan Ganti Rugi
Digunakan untuk mencatat Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yang akan jatuh tempo lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan
153 Piutang Jangka Panjang Penerusan Pinjaman
154 Piutang Jangka Panjang Kredit Pemerintah
155 Piutang Jangka Panjang Lainnya
Digunakan untuk mencatat Piutang Jangka Panjang Lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam akun piutang jangka panjang tersebut di atas
22
156 Penyisihan Piutang Jangka Panjang Tak Tertagih
Digunakan untuk mencatat saldo penyisihan piutang jangka panjang tak tertagih sehingga saldo piutang jangka panjang dapat mengggambarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).
f. Aset Lainnya
Aset yang tidak dapat diklasifikasikan dalam Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap
dan Dana Cadangan. Contohnya adalah Dana yang dibatasi penggunaan, Trust
Fund dan sebagainya.
Kodefikasi BAS untuk Aset Lainnya adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
16 Aset Lainnya
161 Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Digunakan untuk mencatat Kemitraan dengan Pihak Ketiga sesuai dengan SAP. Terdiri dari Bangun Guna Serah, Bangun Serah Guna, Kerjasama Operasi dll
162 Aset Tidak Berwujud
Digunakan untuk mencatat Aset Tidak Berwujud pemerintah sesuai dengan SAP
163 Dana Yang Dibatasi Penggunaannya
Digunakan untuk mencatat Saldo dana yang penggunaannya dibatasi hanya untuk tujuan/kegiatan spesifik yang telah ditentukan
164 Dana Penjaminan
Digunakan untuk mencatat saldo dana yang berasal dari APBN yang dijadikan sebagai jaminan pemerintah
165 Dana Kelolaan BLU
Digunakan untuk mencatat saldo dana kelolaan BLU
166 Aset Lain-lain
Digunakan untuk mencatat Aset Lain-Lain milik pemerintah sesuai dengan SAP yang tidak termasuk jenis-jenis Aset Lainnya sebagaimana tersebut di atas
23
2. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban
umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk
bertindak yang terjadi di masa lalu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum
sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-
undangan. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman
dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain, atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai
yang bekerja pada pemerintah atau dengan pemberi jasa lainnya.
a. Kewajiban Jangka Pendek
Merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan ke dalam waktu kurang dari
dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Merupakan kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah dua
belas bulan sejak tanggal pelaporan.
Kodefikasi BAS untuk Kewajiban adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
2 Kewajiban
21 Kewajiban Jangka Pendek
211 Utang Perhitungan Fihak Ketiga
Digunakan untuk mencatat utang pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai pemotong pungutan Iuran Askes, Taspen dan Taperum. Termasuk akun ini antara lain terdiri dari potongan iuran Taspen, Bapertarum, dan Askes
212 Utang Kepada Fihak Ketiga
Digunakan untuk mencatat utang karena belum dibayarkannya suatu belanja atas kegiatan yang telah selesai dilaksanakan oleh pemerintah yang dapat berasal dari antara lain kontrak/perolehan barang-jasa yang sampai dengan tanggal pelaporan belum dibayar
213 Utang Bunga
Digunakan untuk mencatat Utang Bunga yang timbul karena pemerintah mempunyai utang jangka pendek yang antara lain
24
berupa SPN, utang jangka panjang yang berupa utang luar negeri, utang obligasi negara, utang jangka panjang sektor perbankan, dan utang jangka panjang lainnya. Atas utang-utang tersebut terkandung unsur biaya berupa bunga yang harus dibayarkan kepada pemegang surat-surat utang dimaksud. Termasuk dalam kelompok utang bunga adalah utang commitment fee, yaitu utang yang timbul sehubungan dengan beban atas pokok dana yang telah disepakati dan disediakan oleh kreditor tetapi belum ditarik oleh debitur
214 Utang Subsidi
Digunakan untuk mencatat utang subsidi sesuai dengan ketentuan pemerintah yang mengatur mengenai subsidi
215 Utang Transfer
Digunakan untuk mencatat Utang perhitungan Transfer ke daerah
216 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Digunakan untuk mencatat bagian utang jangka panjang baik pinjaman dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
217 Utang Surat Berharga Negara
Digunakan untuk mencatat Utang atas Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah
219 Utang jangka Pendek Lainnya
Digunakan untuk mencatat Utang Jangka Pendek Lainnya seperti kelebihan pembayaran pendapatan, pendapatan diterima di muka, uang muka, pendapatan yang ditangguhkan. dan utang jangka pendek lainnya
22 Kewajiban Jangka Panjang
221 Utang Jangka Panjang Dalam Negeri
Digunakan untuk mencatat Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Pemerintah Pusat
222 Utang Jangka Panjang Luar Negeri
Digunakan untuk mencatat Utang Jangka Panjang Luar Negeri yang diperoleh Pemerintah Pusat
3. EKUITAS DANA
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban pemerintah.
25
a. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka
pendek. Ekuitas dana lancar antara lain sisa lebih pembiayaan anggaran,
cadangan piutang, cadangan persediaan, dan dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang jangka pendek.
b. Ekuitas Dana Investasi
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam
dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan
kewajiban jangka panjang.
c. Ekuitas Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan
untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kodefikasi BAS untuk Ekuitas Dana adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
3 Ekuitas Dana
31 Ekuitas Dana Lancar
32 Ekuitas Dana Investasi
33 Ekuitas Dana Cadangan
B. AKUN OPERASIONAL
1. PENDAPATAN
a. Penerimaan Perpajakan
Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang bersumber dari
pajak, bea dan cukai yang sepenuhnya dipergunakan untuk menutupi seluruh
pengeluaran.
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pendapatan/penerimaan yang diterima oleh pemerintah yang bersumber dari
penerimaan lainnya (PNBP) yang tidak dapat dikategorikan ke dalam
penerimaan pajak yang sepenuhnya dipergunakan untuk menutupi seluruh
pengeluaran.
c. Hibah
26
Penerimaan yang diterima pemerintah baik berupa uang maupun barang
modal yang sumbernya berasal dari dalam dan luar negeri atau dari hibah
lainnya.
Kodefikasi BAS untuk Pendapatan adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
4 Pendapatan Negara dan Hibah
41 Penerimaan Perpajakan
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan perpajakan sesuai dengan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai perpajakan, kepabeanan dan cukai
411 Pendapatan Pajak Dalam Negeri
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan perpajakan dalam negeri sesuai dengan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai perpajakan dan cukai yang mencakup Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), cukai dan pendapatan pajak lainnya. Termasuk dalam akun ini antara lain adalah PPh Migas, PPh Non-Migas, PPh Non-Migas Lainnya, PPh Fiskal, PPN, PPnBM, Cukai, Pajak Lainnya seperti Bea Meterai
412 Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan perpajakan internasional sesuai dengan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai perpajakan dan kepabeanan.
Termasuk dalam akun ini adalah Pendapatan Bea Masuk dan Bea Keluar
42 Penerimaan Negara Bukan Pajak
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan bukan pajak sesuai dengan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai pendapatan negara bukan pajak (PNBP)
421 Penerimaan Sumber Daya Alam
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan bukan pajak yang berasal dari pendapatan Sumber Daya Alam (SDA).
Termasuk dalam akun ini adalah Pendapatan Minyak Bumi, Pendapatan Gas Alam, Pendapatan Pertambangan Umum, Pendapatan Kehutanan, Pendapatan IIUPH (IHPH), Pendapatan Perikanan, Pendapatan Pertambangan Panas Bumi
422 Pendapatan Bagian Laba BUMN
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan bukan
27
pajak yang berasal dari pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba (Deviden) BUMN
423 Pendapatan PNBP Lainnya
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan bukan pajak lainnya.
Termasuk dalam akun ini adalah Pendapatan Penjualan dan Sewa, Pendapatan Jasa, Pendapatan Bunga, Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan, Pendapatan Pendidikan, Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan Hasil Korupsi, Pendapatan Iuran, Denda dan Pendapatan lain-lain
424 Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU)
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan bukan pajak yang berasal dari BLU.
Termasuk dalam akun ini adalah Pendapatan Penyediaan Barang dan Jasa Kepada Masyarakat, Pendapatan dari Pengelolaan Wilayah/Kawasan Tertentu, Pengelolaan Dana Khusus untuk Masyarakat, Pendapatan Hasil Kerja Sama BLU, dan pendapatan BLU lainnya
43 Penerimaan Hibah
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan hibah sesuai dengan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai pendapatan hibah pemerintah pusat
431 Pendapatan Hibah Dalam Negeri dan Luar Negeri
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat pendapatan hibah yang sumbernya baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai pendapatan hibah pemerintah pusat. Untuk pendapatan hibah dalam negeri, yang termasuk dalam akun ini adalah Pendapatan Hibah Dalam Negeri Terencana, Pendapatan Hibah Dalam Negeri Langsung bentuk Uang, Barang/Jasa/Surat berharga.
Untuk pendapatan hibah luar negeri, yang termasuk dalam akun ini adalah Pendapatan Hibah Luar Negeri Terencana, Pendapatan Hibah Luar Negeri Langsung bentuk Uang, Barang/Jasa/Surat berharga, dan pendapatan hibah luar negeri yang langsung diterushibahkan
2. BELANJA
a. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai
pemerintah dalam maupun luar negeri baik kepada pejabat negara, Pegawai
Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum
28
berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Yang perlu
mendapatkan perhatian adalah:
a) Belanja Pegawai difokuskan untuk membayar gaji dan tunjangan yang
melekat dengan gaji, honor-honor pegawai non PNS serta tunjangan-
tunjangan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan/Pemerintah
Daerah.
b) Sementara itu, sesuai dengan penerapan konsep nilai perolehan maka
pembayaran honor-honor untuk pelaksana kegiatan yang semula
disediakan dari “Belanja Pegawai” diintegrasikan ke dalam kegiatan
induknya dan kode akun yang digunakan mengikuti jenis belanja kegiatan
yang bersangkutan.
Kodefikasi BAS untuk Belanja Pegawai adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
51 Belanja Pegawai
511 Belanja Gaji dan Tunjangan
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat belanja gaji dan tunjangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai belanja pegawai pemerintah pusat.
Akun Belanja Gaji dan Tunjangan (511) digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan yang melekat dengan gaji, baik diberikan kepada Pejabat Negara, PNS maupun pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS. Termasuk dalam akun ini adalah (1) Belanja Gaji PNS yang terdiri dari Belanja Gaji Pokok PNS/Uang Representasi, Belanja Pembulatan Gaji PNS. (2) Belanja Tunjangan-tunjangan PNS terdiri dari Belanja Tunjangan Suami/Istri PNS, Belanja Tunjangan Struktural PNS, Belanja Tunjangan Fungsional PNS, Belanja Tunjangan Umum PNS, Belanja Tunjangan PPh PNS, Belanja Tunjangan Beras PNS, Belanja Tunjangan Kemahalan PNS, Belanja Tunjangan Lauk Pauk PNS, Belanja Uang Makan PNS. (3) Belanja Tunjangan PNS lainnya terdiri dari Belanja Tunjangan Perbaikan Penghasilan PNS, Belanja Tunjangan Khusus Peralihan PNS, Belanja Tunjangan Kompensasi Kerja PNS, Belanja Tunjangan Daerah Terpencil/Sangat Terpencil PNS, Belanja Tunjangan Guru/Dosen/PNS yang dipekerjakan pada sekolah/PT Swasta/Badan/Komisi, Belanja Tunjangan Tugas Belajar Tenaga Pengajar Biasa pada PT untuk mengikuti pendidikan Pasca Sarjana PNS,
29
Belanja Tunjangan Khusus Papua PNS, Belanja Tunjangan SAR PNS, Tunjangan Perumahan, Uang Duka Wafat, Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja, Tambahan Penghasilan berdasarkan tempat bertugas, Tambahan Penghasilan berdasarkan kondisi kerja, Tambahan Penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi, Tunjangan Kominikasi Intensif Pejabat Negara, Belanja Penunjang Operasional Pejabat Negara, Belanja Uang Kehormatan Pejabat Negara, Belanja Uang Paket Harian Pejabat Negara, dan Tunjangan lainnya untuk Pejabat Negara termasuk uang duka Pejabat Negara
512 Belanja Honorarium/Lembur/Vakasi/Tunj. Khusus & Belanja Pegawai Transito
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat belanja honorarium/lembur/vakasi/tunj. khusus & belanja pegawai transito sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai belanja pegawai pemerintah pusat. Yang termasuk Akun ini antara lain Belanja Honorarium/Lembur/Vakasi/Tunj. Khusus & Belanja Pegawai Transito digunakan untuk membayar honorarium, lembur, vakasi, tunj. Khusus dan belanja pegawai transito. Termasuk dalam akun ini adalah Belanja Uang Honor Tetap, Belanja Uang Lembur, Belanja Vakasi
513 Belanja Kontribusi Sosial
Kodefikasi ini digunakan untuk mencatat belanja kontribusi sosial sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan ketentuan perundangan yang mengatur mengenai belanja pegawai pemerintah pusat yaitu berupa skema asuransi sosial untuk memperoleh hak atas sosial benefit untuk pegawainya, meliputi pensiun dan manfaat pensiun lainnya.
Termasuk dalam akun ini adalah: Belanja Pensiun dan Uang Tunggu PNS, Belanja Pensiun dan Uang Tunggu Pejabat Negara, Belanja Tunjangan Hari Tua, Iuran Asuransi Kesehatan PNS dan Pejabat Negara serta Penerima Pensiun, serta cadangan perubahan sharing
b. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan
atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri dari
belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
30
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam alokasi Belanja Barang adalah
sebagai berikut:
a) Belanja Barang difokuskan untuk membiayai kebutuhan operasional
kantor (barang dan jasa), pemeliharaan kantor dan aset tetap lainnya
serta biaya perjalanan.
b) Disamping itu, belanja barang juga dialokasikan untuk pembayaran
honor-honor bagi para pengelola anggaran (KPA, PPK, Bendahara dan
Pejabat Pembuat/Penguji SPM serta Penyusun Laporan
Keuangan/UAKPA).
c) Sesuai dengan penerapan konsep nilai perolehan maka pembayaran
honor untuk para pelaksana kegiatan menjadi satu kesatuan dengan
kegiatan induknya.
d) Selain itu, Belanja Barang juga meliputi hal-hal:
i. Pengadaan Aset Tetap yang nilai persatuannya di bawah nilai
minimum kapitalisasi;
ii. Belanja pemeliharaan aset tetap yang tidak menambah masa
manfaat/umur ekonomis, peningkatan kapasitas atau standar kinerja;
iii. Belanja perjalanan dalam rangka perolehan barang habis pakai
Disamping itu, belanja barang juga dialokasikan untuk kegiatan operasional
Satker BLU (gaji dan operasional pelayanan Satker BLU).
Kodefikasi BAS untuk Belanja Barang adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
52 Belanja Barang
521 Belanja Barang
Akun Belanja Barang (521) digunakan untuk alokasi belanja barang untuk kebutuhan operasional kantor seperti bahan habis pakai, ATK, honor pengelola keuangan dan honor pelaksana kegiatan, pengadaan AT di bawah nilai minimum kapitalisasi, serta untuk membiayai kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan utama/tusi suatu instansi. Termasuk dalam akun ini yaitu: Belanja Bahan Pakai Habis, Belanja Bahan/Material, Belanja Pengiriman surat dinas pos pusat, Belanja Cetak dan Penggandaan, Belanja Makanan dan Minuman, Belanja Barang Operasional Lainnya, Belanja Barang Transito dan Belanja Barang Non Operasional Lainnya
31
522 Belanja Jasa
Akun Belanja Jasa (522) digunakan untuk alokasi belanja jasa yang terkait baik dengan kebutuhan operasional kantor dan kegiatan pelayanan utama/tusi utama suatu instansi seperti langganan daya dan jasa, konsultan, sewa, jasa profesi dan jasa lainnya. Termasuk dalam akun ini yaitu: Belanja Jasa Kantor, Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir, Belanja Sewa Sarana Mobilitas, Belanja Sewa Alat Berat, Belanja Sewa Perlengkapan dan Peralatan kantor, Belanja Jasa Profesi, Biaya Jasa Konsultansi, dan Belanja Jasa Lainnya
523 Belanja Pemeliharaaan
Akun Belanja Pemeliharaan (523) digunakan untuk alokasi belanja pemeliharaan Aset Tetap atau Aset lainnya milik suatu instansi atau yang dipergunakan oleh suatu instansi seperti pemeliharaan gedung dan bangunan, pemeliharaan peralatan dan mesin, pemeliharaan jalan, irigasi dan jaringan, pemeliharaan Aset Tetap Lainnya, pemeliharaan Aset lainnya sehingga Aset tersebut dapat berada dalam kondisi normalnya. Secara umum Belanja pemeliharaan diperuntukan bagi pengeluaran setelah perolehan awal (subsequent expenditure) yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi Aset Tetap dan Aset lainnya. Termasuk dalam akun ini adalah Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan, Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Lainnya, Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin, Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Lainnya, Biaya Perawatan Kendaraan Bermotor, Biaya Pemeliharaan Jalan, Irigasi, Jaringan dan Jembatan, dan Biaya Pemeliharaan Lainnya
524 Belanja Perjalanan Dinas
Akun Belanja Perjalanan Dinas (524) digunakan untuk alokasi belanja perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional instansi maupun yang berhubungan dengan tusi utama suatu instansi. Termasuk dalam akun ini adalah Belanja Perjalanan Dalam Negeri, Belanja Perjalanan Dinas Luar Negeri
525 Belanja Barang Badan Layanan Umum (BLU)
Akun Belanja Barang BLU digunakan untuk alokasi belanja yang maksud penggunaannya untuk kegiatan Satker BLU. Termasuk dalam akun ini adalah Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai BLU, Belanja Barang BLU, Belanja Jasa BLU, Belanja Pemeliharaan BLU, Belanja Perjalanan BLU, Belanja Pengadaan Barang dan Jasa BLU Lainnya
32
526 Belanja Barang untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
Akun Belanja Barang untuk diserahkan kepada masyarakat (526) digunakan untuk alokasi belanja yang maksud penggunaannya adalah untuk pengadaan barang dan jasa untuk diserahkan dan/atau dijual kepada masyarakat/pemda
c. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah aset tetap dan/atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut
dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja
bukan untuk dijual. Untuk mengetahui apakah suatu jenis belanja dapat
dikategorikan sebagai belanja modal atau tidak maka perlu diketahui definisi
Aset Tetap/Aset Lainnya dan kriteria pengakuannya sebagai berikut:
a. Dimiliki dan Berwujud (untuk Aset Lainnya bisa tidak berwujud);
b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
c. Digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum;
d. Memenuhi kriteria nilai satuan minimum kapitalisasi (untuk jenis AT yang
ada pembatasan nilai minimum kapitalisasinya).
Sementara kriteria pengakuannya adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
2. Biaya perolehan dapat diukur secara andal;
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam alokasi Belanja Modal adalah sebagai
berikut:
a) Belanja Modal meliputi keseluruhan pengeluaran/biaya untuk
pembelian/konstruksi/perolehan dan biaya-biaya lainnya yang
dikeluarkan sampai dengan aset tetap (tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta modal fisik lainnya)
siap digunakan.
33
b) Pengadaan aset tetap yang dilaksanakan dengan metode swakelola,
keseluruhan biaya yang dikeluarkan dituangkan dalam akun belanja
modal;
c) Belanja perawatan untuk peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi dan jaringan yang mengakibatkan bertambahnya umur
ekonomis/masa manfaat atau kapasitas dan nilainya memenuhi syarat
kapitalisasi dituangkan dalam belanja modal.
d) Sementara itu, untuk pengadaan aset tetap (tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan serta Aset Tetap
Lainnya) yang akan diberikan kepada pihak ketiga (entitas di luar
pemerintah pusat) atau diserahkan kepada masyarakat maka tidak
dituangkan dalam akun belanja modal, melainkan menggunakan akun
belanja barang.
e) Selanjutnya secara prinsip akuntansi, belanja modal yang dialokasikan
dalam dokumen anggaran pada laporan keuangan akan menambah nilai
Aset Tetap atau Aset Lainnya K/L yang bersangkutan.
Kodefikasi BAS untuk Belanja Modal adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
53 Belanja Modal
531 Belanja Modal Tanah
Akun Belanja Modal Tanah (531) digunakan untuk alokasi belanja pengadaan tanah yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan (menjadi Aset Tetap pemerintah). Termasuk dalam akun ini yaitu Belanja Modal Tanah, Belanja Modal Pembebasan Tanah, Belanja Modal Pembayaran Honor Tim Tanah, Belanja Modal Pembuatan Sertifikat Tanah, Belanja Modal Pengurukan dan Pematangan Tanah, Belanja Modal Biaya Pengukuran Tanah, Belanja Modal Perjalanan Pengadaan Tanah, Belanja Modal Pengadaan Tanah Kantor
532 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Akun Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Mesin (532) digunakan untuk alokasi belanja pengadaan peralatan dan mesin yang akan
34
digunakan dalam kegiatan pemerintahan (menjadi Aset Tetap pemerintah). Termasuk dalam akun ini yaitu: Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Bahan Baku Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Sewa Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Perijinan Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Pemasangan Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Perjalanan Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Berat, Belanja Modal Pengadaan Alat-Alat Angkutan Darat, Air, Udara baik Bermotor maupun tidak Bermotor, Belanja Modal Alat-alat Bengkel, Belanja Modal Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan lainnya, termasuk pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditure) peralatan dan mesin yang memenuhi persyaratan untuk dikapitalisasi sesuai dengan SAP (menambah nilai peralatan dan mesin)
533 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Akun Belanja Modal Pengadaan Gedung dan Bangunan (533) digunakan untuk alokasi belanja pengadaan gedung dan bangunan yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan (menjadi Aset Tetap pemerintah) atau dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Termasuk dalam akun ini adalah Belanja Modal Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Bahan Baku Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Sewa Peralatan Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Perizinan Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Lama, Gedung dan Bangunan, Belanja Perjalanan Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Gedung Kantor, Belanja Modal Pengadaan Konstruksi/Pembeliaan Rumah Jabatan, dan
35
pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditure) Gedung dan Bangunan yang memenuhi persyaratan untuk dikapitalisasi sesuai dengan SAP (menambah nilai Gedung dan Bangunan)
534 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Akun Belanja Modal Pengadaan Jalan, Irigasi dan Jaringan (534) digunakan untuk alokasi belanja pengadaan jalan, irigasi dan jaringan yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan (menjadi Aset Tetap pemerintah). Termasuk dalam akun ini adalah Belanja Modal Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Bahan Baku Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Sewa Peralatan Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Perijinan Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Lama Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Perjalanan Jalan dan Jembatan, Belanja Modal Irigasi, Belanja Modal Bahan Baku Irigasi, Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Irigasi, Belanja Modal Sewa Peralatan Irigasi, Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Irigasi, Belanja Modal Perijinan Irigasi, Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Irigasi, Belanja Modal Perjalanan Irigasi, Belanja Modal Jaringan, Belanja Modal Bahan Baku Jaringan, Belanja Modal Sewa Peralatan Jaringan, Belanja Modal Perencanaan dan Pengawasan Jaringan, Belanja Modal Perijinan Jaringan, Belanja Modal Pengosongan dan Pembongkaran Bangunan Jaringan, Belanja Modal Perjalanan Jaringan, Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jalan, dan Pengeluaran setelah perolehan (subsequent expenditure) Jalan, Irigasi dan Jaringan yang memenuhi persyaratan untuk dikapitalisasi sesuai dengan SAP (menambah nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan)
536 Belanja Modal Lainnya
36
Akun Belanja Modal Lainnya (535) digunakan untuk alokasi belanja pengadaan yang nantinya akan menghasilkan Aset Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya yang akan digunakan dalam kegiatan pemerintahan (menjadi Aset Tetap Lainnya/Aset Lainnya pemerintah) selain dari belanja modal tersebut di atas), termasuk Pengeluaran setelah perolehan Aset Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya yang memenuhi persyaratan untuk dikapitalisasi (menambah nilai Aset Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya)
537 Belanja Modal Badan Layanan Umum (BLU)
d. Belanja Pembayaran Bunga Utang
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang dilakukan
atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding) baik utang
dalam maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam
kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.
Kodefikasi BAS untuk Belanja Pembayaran Kewajiban Utang adalah sebagai
berikut:
Kode Uraian
54 Belanja Bunga
541 Belanja Pembayaran Bunga Utang
542 Belanja Pembayaran Discount Surat Utang Negara DN
543 Belanja Pembayaran Discount Surat Utang Negara LN
544 Belanja Pembayaran Loss on Bond Redemption
545 Belanja Pembayaran Discount SBSN DN
546 Belanja Pembayaran Discount SBSN LN
547 Belanja Denda
e. Belanja Subsidi
Pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada
perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi, menjual, mengekspor atau mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
37
masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi
kepada masyarakat melalui BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Jenis
belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan.
Kodefikasi BAS untuk Belanja Subsidi adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
55 Belanja Subsidi
551 Belanja Subsidi Perusahaan Negara
552 Belanja Subsidi Perusahaan Swasta
f. Belanja Hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau
jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya
dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada pemerintahan negara
lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi kemayarakatan serta
organisasi internasional.
Kodefikasi BAS untuk Belanja Hibah adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
56 Belanja Hibah
561 Belanja Hibah kepada Pemerintah Luar Negeri
562 Belanja Hibah kepada Organisasi Internasional
563 Belanja Hibah kepada Pemerintah Daerah
g. Belanja Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga
kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam
bentuk uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan
selektif.
38
Menurut Buletin Teknis No.10 Standar Akuntansi Pemerintahan tentang
Akuntansi Belanja Bantuan Sosial, Transfer uang/barang/jasa tersebut
memiliki ketentuan berikut ini:
a. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
b. Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan.
c. Belanja bantuan sosial ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanggulangan bencana.
d. Belanja bantuan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari risiko sosial.
e. Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk: bantuan langsung; penyediaan aksesibilitas; dan/atau penguatan kelembagaan.
Risiko sosial menurut Buletin Teknis ini adalah kejadian atau peristiwa yang
dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung
oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak
krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam
yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan
tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
Keadaan yang memungkinkan adanya risiko sosial antara lain, namun tidak
terbatas pada:
Wabah penyakit yang apabila tidak ditanggulangi maka akan meluas dan memberikan dampak yang memburuk kepada masyarakat.
Wabah kekeringan atau paceklik yang bila tidak ditanggulangi akan membuat petani/nelayan menjadi kehilangan penghasilan utamanya.
Cacat fisik dan/atau mental yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri.
Penyakit kronis yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri.
Usia lanjut yang bila tidak dibantu tidak akan bisa hidup secara mandiri. Putus sekolah yang bila tidak dibantu akan semakin terpuruk dan tidak
dapat hidup secara mandiri, Kemiskinan yang bila tidak dibantu akan semakin terpuruk dan tidak
dapat hidup secara wajar. Keterisolasian tempat tinggal karena kurangnya akses penghubung
yang mempersulit perkembangan masyarakat di suatu daerah.
39
Bencana yang bila tidak ditanggulangi akan rnengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Untuk membatasi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai belanja
bantuan sosial, pengeluaran belanja bantuan sosial memiliki kriteria berikut
ini:
1. Tujuan Penggunaan
Pengeluaran belanja bantuan sosial hanya dapat dilakukan untuk
kegiatan yang ditujukan untuk:
a. Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
b. Perlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
c. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
d. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
e. Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.
f. Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.
2. Pemberi Bantuan Sosial
Pemberi bantuan sosial adalah Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah. Institusi pemerintah baik pusat atau daerah yang dapat
memberikan bantuan sosial adalah institusi yang melaksanakan
perlindungan sosial, rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, penanggulangan kemiskinan dan pelayanan dasar serta
penanggulangan bencana.
40
Bantuan sosial yang diberikan oleh masyarakat, lembaga sosial atau
lembaga lain selain Pemerintah, selama tidak dimasukkan dalam
anggaran pemerintah, adalah di luar ruang lingkup pengaturan buletin
teknis ini.
3. Persyaratan Penerima Bantuan Sosial
Pemberian bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah haruslah
selektif, yaitu hanya diberikan kepada calon penerima yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan dalam pengertian belanja bantuan sosial
yaitu "melindungi dari kemungkinan risiko sosial". Oleh karena itu
diperlukan persyaratan/kondisi yang harus dipenuhi oleh calon penerima,
yaitu adanya perlindungan atas kemungkinan terjadinya "Risiko Sosial".
Penerima belanja bantuan sosial adalah seseorang, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai
akibat dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena
alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, termasuk di
dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan,
keagamaan dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu,
kelompok dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
4. Bersifat Sementara atau Berkelanjutan
Pemberian belanja bantuan sosial umumnya bersifat sementara dan tidak
terus menerus, namun terdapat kondisi dimana Belanja Bantuan Sosial
tersebut diberikan secara terus menerus atau berkelanjutan. Yang
dimaksud dengan Belanja Bantuan Sosial berkelanjutan yaitu bantuan
yang diberikan secara terus menerus untuk mempertahankan taraf
kesejahteraan sosial dan upaya untuk mengembangkan kemandirian.
Belanja bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak
mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan
tidak harus diberikan setiap tahun anggaran, belanja bantuan sosial
dihentikan pada saat pihak yang dibantu telah lepas dari masalah sosial
41
tersebut. Bantuan sosial dapat terus menerus, misalnya untuk menjaga
kinerja sosial yang telah tercapai agar jangan menurun kembali.
Jangka waktu pemberian belanja bantuan sosial kepada anggota
masyarakat atau kelompok masyarakat tergantung pada apakah si
penerima bantuan masih memenuhi kriteria/persyaratan sebagai pihak
yang berhak menerima bantuan. Apabila si penerima sudah tidak
termasuk yang mempunyai resiko sosial, telah dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimum maka kepada yang bersangkutan tidak dapat
diberikan bantuan lagi.
Contoh yang bersifat sementara: Pemerintah memberikan bantuan
terhadap orang cacat, namun setelah orang tersebut dapat mandiri,
belanja bantuan sosial tersebut dihentikan.
Contoh yang bersifat berkelanjutan: Pemerintah memberikan bantuan
terhadap orang cacat yang tidak pernah dapat mandiri, belanja bantuan
sosial tersebut dapat diberikan secara berkelanjutan.
42
Kodefikasi BAS untuk Belanja Bantuan Sosial adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
57 Belanja Bantuan Sosial
571 Belanja Bantuan Sosial Untuk Rehabilitasi Sosial
Digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial yang dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
572 Belanja Bantuan Sosial Untuk Jaminan Sosial
Digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial yang dimaksudkan untuk skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan sosial diberikan dalam bentuk tunjangan berkelanjutan. Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan untuk melindungi warga negara yang tidak mampu membayar premi agar mampu memelihara dan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya. Asuransi kesejahteraan sosial ini diberikan dalam bentuk iuran oleh pemerintah
573 Belanja Bantuan Sosial Untuk Pemberdayaan Sosial
Digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
574 Belanja Bantuan Sosial Untuk Perlindungan Sosial
Digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial yang dimaksudkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal
575 Belanja Bantuan Sosial Untuk Penanggulangan Kemiskinan
Digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial yang merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan
576 Belanja Bantuan Sosial Untuk Penanggulangan Bencana
Digunakan untuk belanja Bantuan Sosial yang merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
43
pencegahan/mitigasi bencana, tangggap darurat dan rehabilitasi/rekonstruksi
h. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat
diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.Pengeluaran ini
bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
Kodefikasi BAS untuk Belanja Lain-Lain adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
58 Belanja Lain-Lain
581 Belanja Lain-Lain
Sampai saat ini, salah satu hal yang menjadi temuan berulang BPK baik pada
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) maupun Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) adalah klasifikasi perencanaan anggaran
yang berbeda dengan realisasinya. Pada tahun 2009 jumlah kesalahan tersebut
mencapai Rp 27,51 triliun dan menjadi salah satu hal yang menjadi kualifikasi
BPK dalam pemberian Opini LKPP. Kemudian pada tahun 2010 BPK juga
menyampaikna hasil temuannya atas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
bahwa terdapat Anggaran Belanja minimal sebesar Rp4,70 triliun digunakan
untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan klasifikasinya (peruntukannya)
terutama terkait dengan pengelompokkan/perbedaan antara belanja barang dan
belanja modal serta pengalokasian Belanja Lain-lain yang tidak sesuai dengan
nature account-nya.
Untuk membedakan apakah pengadaan awal suatu barang dikelompokkan ke
dalam belanja barang atau belanja modal dapat dilihat pada gambar berikut:
44
Gambar v Pembedaan Belanja Barang dan Belanja Modal
Sementara itu untuk melakukan analisa beberapa pengeluaran setelah
perolehan (subsequent expenditure) yang dikapitalisasi dan akan menambah
nilai asetnya digunakan kodefikasi dan uraian Belanja Penambahan Nilai Aset.
Untuk lebih jelasnya gambar di bawah ini merupakan suatu metode untuk
mengidentifikasi apakah suatu pengeluaran yang terkait aset dapat dikapitalisasi
atau tidak, dengan kata lain apakah seharusnya dialokasikan dari belanja barang
(pemeliharaan) atau belanja modal
45
Gambar VI
Kriteria Kapitalisasi Aset Tetap/Aset Lainnya
3. TRANSFER KE DAERAH
a. Dana Perimbangan
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat / alokasi anggaran berupa transfer
untuk pemerintah daerah berupa dana bagi hasil, dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah.
Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
Pengeluaran uang dari pemerintah pusat / alokasi anggaran berupa transfer
untuk pemerintah daerah berupa dana otonomi khusus dan dana
penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah.
Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membantu
membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana
ditetapkan dalam UU No.35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No.21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
46
Dana Penyesuaian adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah
dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu Pemerintah dan DPR sesuai
peraturan perundangan, yang antara lain terdiri atas dana insentif daerah,
Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, dana-dana yang dialihkan dari
Kementerian Pendidikan Nasional ke Transfer ke Daerah berupa Tunjangan
Profesi Guru dan BOS, dan Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah.
Kodefikasi BAS untuk Transfer ke Daerah adalah sebagai berikut:
Kode Uraian
6 Transfer ke Daerah
61 Transfer Dana Bagi Hasil (DBH)
62 Transfer Dana Alokasi Umum (DAU)
63 Transfer Dana Alokasi Khusus (DAK)
64 Transfer Dana Otonomi Khusus
65 Transfer Dana Penyesuaian
4. PEMBIAYAAN
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan terbagi atas:
a. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan adalah Penerimaan Negara berasal dari penarikan
pinjaman, penjualan surat perbendaharaan negara / obligasi negara / surat
berharga syariah negara, hasil privatisasi, penjualan aset hasil restrukturisasi
dan penerimaan perbankan lainnya.
b. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan adalah Pengeluaran Negara untuk pembayaran cicilan
utang, penarikan surat utang negara, penanaman modal negara dan investasi
pemerintah lainnya serta dukungan infrastuktur.
C. AKUN NON ANGGARAN
a. Penerimaan Non Anggaran
47
Penerimaan pada Rekening Kas Umum Negara yang tidak dianggarkan dalam
APBN. Yang termasuk dalam penerimaan Non Anggaran adalah transfer antar
rekening pemerintah, penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga dan Penerimaan
Pengembalian Uang persediaan.
b. Pengeluaran Non Anggaran
Pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang tidak dianggarkan dalam
APBN. Yang termasuk dalam Pengeluaran Non Anggaran adalah transfer antar
rekening pemerintah, Pengembalian Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga dan
Pembayaran Uang persediaan
D. AKUN APBN **)
1. ESTIMASI PENDAPATAN
a. Estimasi Penerimaan Perpajakan
b. Estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
c. Estimasi Hibah
2. APPROPRIASI BELANJA
a. Appropriasi Belanja Pegawai
b. Appropriasi Belanja Barang
c. Appropriasi Belanja Modal
d. Appropriasi Belanja Pembayaran Bunga Utang
e. Appropriasi Belanja Subsidi
f. Appropriasi Belanja Hibah
g. Appropriasi Belanja Bantuan Sosial
h. Appropriasi Belanja Lain-lain
3. APPROPRIASI TRANSFER KE DAERAH
a. Appropriasi Dana Perimbangan
b. Appropriasi Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
4. ESTIMASI PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAN APPROPRIASI
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
a. Estimasi Penerimaan Pembiayaan
b. Appropriasi Pengeluaran Pembiayaan
48
** ) Kode akun untuk akun APBN sama dengan kode akun operasional hanya
dibedakan dengan menggunakan kode transaksi, yang dibedakan menjadi kode
apropriasi, kode allotment, dan realisasi.
E. AKUN DIPA ***)
1. ESTIMASI PENDAPATAN YANG DIALOKASIKAN
a. Estimasi Penerimaan Perpajakan yang dialokasikan
b. Estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dialokasikan
c. Estimasi Hibah yang dialokasikan
2. ALLOTMENT BELANJA
a. Allotment Belanja Pegawai
b. Allotment Belanja Barang
c. Allotment Belanja Modal
d. Allotment Belanja Pembayaran Bunga Utang
e. Allotment Belanja Subsidi
f. Allotment Belanja Hibah
g. Allotment Bantuan Sosial
h. Allotment Belanja Lain-lain
3. ALLOTMENT TRANSFER KE DAERAH
a. Allotment Dana Perimbangan
b. Allotment Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
4. ESTIMASI PENERIMAAN PEMBIAYAAN YANG DIALOKASIKAN DAN
ALLOTMENT PENGELUARAN PEMBIAYAAN
a. Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang dialokasikan
b. Allotment Pengeluaran Pembiayaan
***) Kode akun untuk akun DIPA sama dengan kode akun operasional hanya dibedakan dengan menggunakan kode transaksi.
Akun yang digunakan untuk penyusunan Neraca adalah :
1. Kelompok Aset ( Kode 1XXXXX) 2. Kelompok Utang ( Kode 2XXXXX) 3. Kelompok Ekuitas Dana (Kode 3XXXXX)
Akun yang digunakan untuk menyusun Laporan Realisasi Anggaran
49
1. Kelompok Pendapatan/Estimasi Pendapatan/Estimasi Pendapatan yang dialokasikan (4XXXXX).
2. Kelompok Belanja/Apropriasi Belanja/Allotment Belanja ( 5XXXXX). 3. Kelompok Belanja Daerah/Apropriasi Belanja Daerah /Allotment Belanja daerah
( 6XXXXX). 4. Kelompok Penerimaan Pembiayaan/Estimasi Penerimaan Pembiayaan/Penerimaan
Pembiayaan yang dialokasikan ( 71XXXX). 5. Kelompok Pengeluaran Pembiayaan/Appropriasi Pengeluaran
Pembiayaan/Allotment Pengeluaran Pembiayaan ( 72XXXX).
Akun yang digunakan untuk menyusun Laporan Arus Kas.
1. Kelompok Pendapatan (4XXXXX). 2. Kelompok Belanja ( 5XXXXX). 3. Kelompok Belanja Daerah ( 6XXXXX). 4. Kelompok Penerimaan Pembiayaan ( 71XXXX). 5. Kelompok Pengeluaran Pembiayaan ( 72XXXX). 6. Kelompok Non Anggaran (8XXXXX)
F. PERUBAHAN BAGAN AKUN STANDAR
Pada tahun 2012 terdapat penyempurnaan Bagan Akun Standar antara lain:
1. Pada kelompok pendapatan terkait dengan pengelolaan BMN (pemanfaatan dan
pemindahtanganan) serta pendapatan dari penjualan direstrukturisasi
sedemikian rupa sehingga lebih sesuai dengan maksud pengelolaan dan
pemindahtanganan BMN;
2. Pada kelompok belanja dimunculkannya kodefikasi baru untuk Belanja Barang
untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda (kelompok 526),
3. Restrukturisasi akun belanja bantuan sosial yang dibagi menjadi per jenis
kegiatannya sesuai dengan Bultek 10 SAP,
4. Restrukturisasi akun belanja lain-lain,
5. Perubahan/penajaman uraian dan penjelasan akun seperti Belanja Modal Fisik
Lainnya diubah menjadi Belanja Modal Lainnya, 521115, 521213
6. Penetapan akun yang tidak digunakan lagi sejak tahun 2012 seperti 411231,
411232, 411239, 423919, 511186, 521311, 521411, 551322 dkk.
7. Penambahan akun baru pada kelompok neraca seperti penyisihan piutang tidak
tertagih, serta reklasifikasi beberapa akun neraca untuk menyesuaikan dengan
proses bisnis yang ada dan mengantisipasi implementasi SPAN.
50
Di masa mendatang, dengan diterapkannya Penganggaran Berbasis Kinerja,
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah dan penerapan Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negaran (SPAN) maka kodefikasi BAS juga akan berubah/bertambah dengan
adanya indikator kinerja yang tertera dalam dokumen pelaksanaan anggaran, serta
dengan adanya rencana pemerintah untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual.
Selain dari klasifikasi dan kodefikasi akun dalam BAS tersebut di atas, terdapat
juga kodefikasi lain yang juga penting namun bukan merupakan kodefikasi di dalam
BAS yaitu kodefikasi Barang Milik Negara (BMN). Sesuai dengan Peraturan menteri
keuangan Nomor 29/PMK.05/2010 tentang Kodefikasi BMN yang telah merubah
kodefikasi BMN lama menjadi disesuaikan dengan BAS. Kaitan kodefikasi BMN dengan
BAS dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel III
Mapping Kode BMN Lama dan Kode BMN Baru terhadap BAS
Uraian Golongan Barang Lama
Kode Barang
Uraian Golongan Barang Baru
BAS
Barang Tidak Bergerak 1 Persediaan Persediaan
Barang Bergerak 2 Tanah Tanah
Hewan, Ikan, dan Tanaman
3 Peralatan dan Mesin Peralatan dan Mesin
Persediaan 4 Gedung dan Bangunan Gedung dan Bangunan
Konstruksi Dalam Pengerjaan
5 Jalan, Irigasi dan Jaringan Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tak Berwujud 6 Aset Tetap Lainnya Aset Tetap Lainnya
7 Konstruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi Dalam Pengerjaan
8 Aset Tak Berwujud Aset Tak Berwujud
G. TATA KELOLA BAGAN AKUN STANDAR
Bagan Akun Standar mempunyai beberapa klasifikasi. Dalam pengelolaannya,
setiap klasifikasi dapat di-update sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
pengelolaan keuangan negara. Perkembangan dan Perubahan BAS dilakukan oleh
unit-unit sebagai berikut:
51
Klasifikasi BAS Unit Pengelola
Fungsi, Sub Fungsi Bappenas
Program Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan dan Bappenas
Kegiatan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
Keluaran/Output Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
Kode Ekonomi Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
H. BAGAN AKUN STANDAR KE DEPAN
Sejalan dengan rencana pemerintah untuk menerapkan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual sebagaimana diamanatkan oleh paket UU di bidang
keuangan Negara, kodefikasi Bagan Akun Standar juga akan berubah untuk
menyesuaikan dengan kodefikasi, format dan kebutuhan pelaporan keuangan berbasis
akrual. Demikian juga dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja dan kerangka
pengeluaran jangka menengah (Medium Term Expenditure Framework-MTEF) yang
tentunya akan membutuhkan kodefikasi indicator Output, Outcome, Indikator Kinerja
Utama serta mengkaitkan penganggaran tahun berjalan dengan beberapa tahun ke
depan (forward estimate) serta rencana pemerintah untuk mengimplementasikan Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).
52
BAB V
BAGAN AKUN STANDAR (BAS) PADA SISTEM PERBENDAHARAAN DAN
ANGGARAN NEGARA (SPAN)
A. KERANGKA TUNGGAL BAGAN AKUN STANDAR
terdapat 2 (dua) kelompok elemen yang menyusun sebuah Kerangka Tunggal Bagan
Akun Standar, yaitu klasifikasi anggaran dan klasifikasi akun.
1. Klasifikasi Perencanaan dan Penganggaran
Klasifikasi Perencanaan dan Penganggaran terdiri dari kodefikasi yang digunakan dalam
proses perencanaan dan penganggaran. Klasifikasi ini bertujuan untuk menampung
beberapa kebijakan dan penganggaran. Selain itu, klasifikasi perencanaan dan
penganggaran dapat menampung informasi-informasi yang terkait dengan Medium
Term Expenditure Framework (MTEF) atau Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(KPJM), Annual Budget System dan Performance Base Budget (PBB) atau
Penganggaran berbasis Kenerja (PBK).
Informasi yang dapat dihasilkan dari klasifikasi perencanaan dan penganggaran antara
lain:
a. Klasifikasi Prioritas, Fokus Prioritas dan Kegiatan Prioritas
b. Klasifikasi Organisasi, fungsi/subfungsi, Program, Kegiatan/Subkegiatan dan Jenis
Belanja, sebagai karakteristik dari model anggaran I-Account
c. Bagan Akun Standar
Bagan Akun Standar sesuai dengan PMK 91 tahun 2007 adalah suatu daftar perkiraan
buku besar yang disusun sistematis yang digunakan dalam kodefikasi transaksi
pengelolaan keuangan negara dari perencanaan dan penganggaran sampai pada
pelaporan keuangan. Kebutuhan kodefikasi Bagan Akun Standar ini tergantung bentuk
Laporan Keuangan, yang didasarkan pada informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan.
53
Selain itu, adanya bentuk pengelolaan Satker Badan Layanan Umum (BLU) yang
menjadi bagian dari pelaksanaan APBN harus dikonsolidasi dengan satker induknya
karena asetnya merupakan kekayaan Negara yang tidak dipisahkan. Pengelolaan BLU
yang berbeda dengan pengelolaan keuangan satker ini memerlukan Bagan Akun
Standar Khusus tersendiri.
Kerangka tunggal Bagan Akun Standar ini dirancang untuk mengintegrasikan kebutuhan
informasi dari klasifikasi anggaran dan bagan akun standar menjadi Bagan Akun
Standar. Kodefikasi Bagan Akun Standar ini dibutuhkan dalam menyediakan informasi
yang menyeluruh mengenai pengelolaan keuangan Negara. Dengan menggunakan
pendekatan sistem, kodefikasi perencanaan/ penganggaran dan Bagan Akun Standar
akan menjadi elemen utama yang akan terkait pada seluruh komponen sistem
pengelolaan keuangan Negara.
Terdapat beberapa manfaat yang diambil dalam penerapan Kerangka Tunggal Bagan
Akun Standar untuk mendukung integrasi sistem pengelolaan keuangan Negara.
Manfaat dari kerangka tunggal Bagan Akun Standar antara lain:
a. Menyediakan informasi yang lebih baik untuk pengelolaan aset.
Aset merupakan kelompok neraca dengan nilai yang cukup besar. Ketersediaan
infomasi yang akurat mengenai nilai aset sangat penting karena nilai yang cukup
besar inilah yang dapat misleading dalam pemberian opini laporan keuangan
Negara. Selain itu, informasi mengenai pengelolaan aset belum maksimal dalam
arti informasi yang disediakan ini masih terkait dengan mandatory report belum
memberikan masukan terhadap analisa dan manajemen aset yang baik.
b. Meningkatkan akuntabilitas untuk pengelolaan kinerja
Informasi kinerja yang dikaitkan dengan pelaksanaan APBN saat ini masih dalam
proses restrukturisasi yang dilakukan Bappenas dan Ditjen Anggaran. Pelaksanaan
anggaran hendaknya memiliki akuntabilitas kinerja sesuai dengan amanat Undang-
Undang. Informasi pelaporan kinerja dari pelaksanaan anggarannya akan lebih baik
dapat dihimpun dalam Kerangka Bagan Akun Standar karena akan mencerminkan
akuntabilitas kinerja anggarannya.
54
c. Mengurangi kualifikasi dari Laporan Keuangan dari inkonsistensi data
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan Negara yang diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) masih mendapat penilaian disclamer (tidak memberikan opini) karena
menurut BPK belum adanya sistem yang terintegrasi sehingga informasi yang
dihasilkan masih belum akurat dan transparan.
d. Adanya keterkaitan antara Laporan keuangan menjadi input proses anggaran.
Hal ini merupakan hal sangat penting dimana Laporan Keuangan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mempu memberikan feedback atau
hasil analisa untuk input anggaran berikutnya. Informasi dari Laporan Keuangan
hendaknya dapat membantu proses penganggaran jika proses evaluasi kinerja
anggaran sudah berjalan dengan baik.
2. Klasifikasi Akun
Kerangka tunggal Bagan Akun Standar juga memiliki fungsi antara lain:
a. Fungsi Klasifikasi Perencanaan dan Penganggaran
b. Membantu dalam pengalokasian sumber daya yang efektif dan efisien
c. Sebuah framework formulasi kebijakan
d. Sebagai alat monitoring kinerja operasional dari pencapaian indikator kinerja
e. Fungsi Bagan Akun Standar
f. Untuk mengklasifikasikan dan mengkodekan transaksi financial secara sistematis
g. Sebagai sebuah filling data financial
Sebuah mekanisme untuk menghasilkan informasi financial (dari mana dikumpulkan,
diproses dan dilaporkan).
B. STRUKTUR BAS PADA SPAN Dengan mendasarkan pada kebutuhan anggaran dan laporan keuangan, maka
SPAN akan menggunakan struktur BAS sebagaimana tergambar dalam tabel
sebagai berikut:
55
Tabel IV.
Struktur Bagan Akun Standar
KLASIFIKASI SEMULA USULAN KLASIFIKASI DIGIT
Organisasi Satker
KPPN
Jenis kewenangan
6
3
1
Fungsi
Subfungsi
Program Program 7
Kegiatan Output 7
Dana
Lokasi
11
4
Sub kegiatan
Ekonomi Anggaran
Akun
1
6
Bank
Antar Entitas
Cadangan
7
6
4
Struktur BAS ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dana, akan terdiri dari sumber dana, no register, dan cara penarikan
2. Program, terdiri dari Bagian Anggaran, Eselon I, dan program
3. Output, meliputi kegiatan dan output
4. Bank, mencakup jenis rekening dan nomor rekening
5. Cadangan, merupakan cadangan kode yang mungkin digunakan di masa
mendatang
56
Struktur Bagan Akun Standar beserta digitnya disajikan dalam table di bawah ini:
No KLASIFIKASI Digit TUJUAN ATRIBUT PELAPORAN
1 SATKER 6 LK PER KL BA, Eselon1,
Konsolidasi Satker
2 KPPN 3 LK PER KPPN
3 AKUN 6 KLASIFIKASI EKONOMI
4 PROGRAM 3+2+2 KLASIFIKASI PROGRAM
5 OUTPUT 4+3 LAPORAN KINERJA Kegiatan, Fungsi,
Subfungsi, Satuan
6 DANA 2+1+8 KLASIFIKASI DANA No Register Utang dan
Hibah
7 Bank 1+4 Bank, Arus Kas KPPN
8 Kewenangan 1 Jenis Kewenangan
9 Lokasi 2+2 Tempat kegiatan
10 Anggaran 1
11 Antar entitas 6 Due-To and Due-From
12 Cadangan 6
57
PENUTUP
Bagan Akun Standar dalam manajemen keuangan pemerintah yang semakin
akuntabel memegang peran penting yaitu sebagai dasar pelaporan manajerial dan
Laporan Keuangan. BAS merupakan jantung dari sistem akuntansi keuangan di mana
seluruh modul terkait proses bisnis dan interface mengalir. BAS menyediakan landasan
yang cukup untuk mengantisipasi kebutuhan pengembangan dan penyimpanan yang
memadai atas informasi historis maupun saat ini sehingga dapat membantu proses
pengambilan keputusan yang efektif.
Bagan Akun Standar didesain sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan
perencanaan, pelaksanaan anggaran dan pelaporan keuangan. BAS yang digunakan
saat ini dirancang berdasarkan amanat paket UU di bidang keuangan negara sebagai
salah satu bagian penting dalam reformasi pengelolaan keuangan negara yang dimulai
sejak tahun 2003-2004. Langkah ke depan dalam pengembangan BAS adalah untuk
mengantisipasi penganggaran berbasis kinerja, Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah dan persiapan implementasi SPAN dan akuntansi berbasis akrual.
58
REFERENSI
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287).
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4355) 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
6. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
7. Government Finance Statistic Manual, 2001
8. Peraturan Menteri Keuangan No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar
9. Peraturan Menteri Keuangan No.29/PMK.06/2010 tentang Kodefikasi Barang
Milik Negara
10. Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran
11. Peraturan Menteri Keuangan No.238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum
Sistem Akuntansi Pemerintahan
12. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan No.01 tentang Penyusunan
Neraca Awal Pemerintah Pusat.
13. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan No.04 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Belanja Pemerintah.
14. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan No.10 tentang Akuntansi
Belanja Bantuan Sosial.
15. Modul Bagan Akun Standar Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
3/6/2013
1
BAGAN AKUN STANDARBAGAN AKUN STANDARBAGAN AKUN STANDARBAGAN AKUN STANDAR2012012012013333
HARMONISASI antara:HARMONISASI antara:HARMONISASI antara:HARMONISASI antara:1.1.1.1. PelaksanaanPelaksanaanPelaksanaanPelaksanaan AnggaranAnggaranAnggaranAnggaran dandandandan PertanggungjawabanPertanggungjawabanPertanggungjawabanPertanggungjawaban
2012201220122012 (proses(proses(proses(proses bisnisbisnisbisnisbisnis dandandandan aplikasi)aplikasi)aplikasi)aplikasi)2.2.2.2. PMKPMKPMKPMK NONONONO....238238238238/PMK/PMK/PMK/PMK....05050505////2011201120112011 tentangtentangtentangtentang PUSAPPUSAPPUSAPPUSAP3.3.3.3. PersiapanPersiapanPersiapanPersiapan ImplementasiImplementasiImplementasiImplementasi SPANSPANSPANSPAN4.4.4.4. PersiapanPersiapanPersiapanPersiapan ImplementasiImplementasiImplementasiImplementasi AkrualAkrualAkrualAkrual
1
DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGANDIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGANDIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGANDIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Dasar Hukum Penerapan BAS :Dasar Hukum Penerapan BAS :Dasar Hukum Penerapan BAS :Dasar Hukum Penerapan BAS :Dasar Hukum Penerapan BAS :Dasar Hukum Penerapan BAS :Dasar Hukum Penerapan BAS :Dasar Hukum Penerapan BAS :
• UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;
• UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
• PP No. 90/2010 tentang Penyusunan Rencana Kerjadan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga;
• PP No. 71/2010 tentang Standar AkuntansiPemerintahan;
• PP No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
• PMK No. 91/PMK.05/2007 tentang Bagan AkunStandar.
• PMK NO.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran
• PMK NO.238/PMK.05/2011 tentang PUSAP
3/6/2013
2
� Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang;;;;
� Akibat;Akibat;Akibat;Akibat;
� Pelaksanaan Anggaran dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran dan Pertanggungjawaban 2012 (proses bisnis dan aplikasi)2012 (proses bisnis dan aplikasi)2012 (proses bisnis dan aplikasi)2012 (proses bisnis dan aplikasi);;;;
� PMK NO.238/PMK.05/2011 tentang PUSAPPMK NO.238/PMK.05/2011 tentang PUSAPPMK NO.238/PMK.05/2011 tentang PUSAPPMK NO.238/PMK.05/2011 tentang PUSAP
� Kerangka Penyusunan BAS pada SPANKerangka Penyusunan BAS pada SPANKerangka Penyusunan BAS pada SPANKerangka Penyusunan BAS pada SPAN
AGENDAAGENDAAGENDAAGENDA
LATAR BELAKANG
• Amanat Pasal 6 PP 71/2010 tentang SAP dalamrangka konsolidasi fiskal dan statistik keuanganpemerintah
• Implementasi SPAN membutuhkan konversi datatahun 2010 dan 2011;
• Implementasi akrual membutuhkan penyesuaiandan penambahan beberapa akun baru terutamauntuk menghasilkan Neraca dan LaporanOperasional
3/6/2013
3
AKIBAT
• Penyesuaian beberapa akun terutama Neraca (untuk akun2 LRA tetap menggunakan akun pada Per-80/PB/2011);
• Perubahan signifikan pada akun Aset, Kewajiban dan Ekuitas (untuk tahun 2012, hanya akun Aset dan Kewajiban, sedangkan Akun Ekuitas untuk penerapan akrual dan SPAN)
• Perubahan Posting Rules
• Perubahan Aplikasi dalam Pelaksanaan Anggaran dan Pertanggungjawaban Anggaran
Pelaksanaan Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran dan Pertanggungjawaban 2012 Pertanggungjawaban 2012 Pertanggungjawaban 2012 Pertanggungjawaban 2012 (proses bisnis dan aplikasi)(proses bisnis dan aplikasi)(proses bisnis dan aplikasi)(proses bisnis dan aplikasi)
• Perencanaan dan Pelaksanaan Anggaranmenggunakan Perdirjen Perbendaharaan No.Per-80/PB/2011. (Akun LRA)
• Mapping akun ;
• Penyesuaian di MPN.
• Update/Penggantian Aplikasi terkait.
3/6/2013
4
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHANPEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHANPEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHANPEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PMK NO.238/PMK.05/2011PMK NO.238/PMK.05/2011PMK NO.238/PMK.05/2011PMK NO.238/PMK.05/2011
TUJUANTUJUANTUJUANTUJUAN
Ketentuan PUSAP bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah dalam rangka :
�penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintahan yg mengacu pada SAP berbasis Akrual; dan
�penerapan statistik keuangan Pemerintah utk penyusunan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan Pemerintah secara nasional.
3/6/2013
5
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHANSISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHANSISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHANSISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
� Menteri Keuangan menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat berdasarkan pada PUSAP
� Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan PMK
� Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Daerah berdasarkan pada PUSAP
� Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemda disusun denganmengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah
� Ketentuan mengenai Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemda diatur dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota
� Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
� Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Daerah menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
KONSOLIDASI FISKAL DAN STATISTIK KONSOLIDASI FISKAL DAN STATISTIK KONSOLIDASI FISKAL DAN STATISTIK KONSOLIDASI FISKAL DAN STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAHKEUANGAN PEMERINTAHKEUANGAN PEMERINTAHKEUANGAN PEMERINTAH
� Konsolidasi fiskal dan statistik keuangan Pemerintahsebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b merupakanpenggabungan data keuangan antara Pemerintah Pusat danPemda untuk kebutuhan informasi fiskal dan statistik secaranasional.
� Penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintahan pada PemerintahPusat dan Pemda harus memperhatikan kebutuhan informasi ygdiperlukan dalam rangka konsolidasi fiskal dan statistikkeuangan secara nasional.
� Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara konsolidasi fiskal dan statistik keuangan Pemerintah diatur dengan PMK.
3/6/2013
6
ISI PUSAPISI PUSAPISI PUSAPISI PUSAP
PENDAHULUAN (2/2)PENDAHULUAN (2/2)PENDAHULUAN (2/2)PENDAHULUAN (2/2)
� GAMBARAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PUSAP merupakan landasan bagi pemerintah di dalammenetapkan sistem akuntansi pemerintahan khususnya BASbaik di lingkungan pemerintah pusat maupun pemda. Sistemakuntansi di lingkungan pemerintah pusat diatur dengan PMKsedangkan sistem akuntansi di lingkungan pemda diaturdengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengacu kepada PerMendagri
� KETENTUAN LAIN-LAIN
PUSAP secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikandengan perkembangan proses bisnis, ketentuan PSAP,ketentuan pemerintahan, dan ketentuan lainnya yang terkaitdengan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah
3/6/2013
7
LAPORAN KEUANGANLAPORAN KEUANGANLAPORAN KEUANGANLAPORAN KEUANGAN
� LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM
� TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
� Tujuan:
1. Menjadi acuan yang harus dipenuhi oleh para penyusun dan pengembang sistem akuntansi baik di pemerintah pusat maupun pemda.
2. Menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di antara laporan keuangan entitas pemerintah.
� Ruang Lingkup:
PUSAP berlaku utk penyusunan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah khususnya dalam penyusunanBagan Akun Standar (BAS)
� ACUAN PENYUSUNAN� Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, PSAP dan IPSAP
� Ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan.
� Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan.
� Jika PSAP memberikan pilihan atas perlakuan akuntansi, maka diwajibkan untuk mengikuti ketentuan pemerintah
BAGAN AKUN STANDAR PADA PUSAPBAGAN AKUN STANDAR PADA PUSAPBAGAN AKUN STANDAR PADA PUSAPBAGAN AKUN STANDAR PADA PUSAP
� Untuk penerapan akuntansi berbasis akrual
� Memfasilitasi konsolidasi akuntansi dan konsolidasi GFS antaraPemerintah Pusat dan Pemda
� Memberikan panduan bagi Pemerintah Pusat dan Pemda dalampengembangan detil akun pada BAS
3/6/2013
8
15
Pendekatan KonsolidasiPendekatan KonsolidasiPendekatan KonsolidasiPendekatan Konsolidasi
KonsolidasiAkuntansi
PemerintahPusat
PemerintahDaerah •Mapping
to GFSPemerintahPusat
•Mapping to GFSPemerintah
Daerah
Mapping to GFS
KonsolidasiGFS
Pendekatan 2 lebih direkomendasikan karena:
1. Dapat diketahui data GFS untuk pemerintah pusat dan daerah
2. Tujuan konsolidasi memang untuk tujuan konsolidasi statistik keuangan
3. Mengurangi kemungkinan kesalahan dalam mapping ke GFS
4. Lebih mudah dalam membuat analisis statistik keuangan per sektor
1. 1. 1. 1. KonsolidasiKonsolidasiKonsolidasiKonsolidasi akuntansiakuntansiakuntansiakuntansi 2. 2. 2. 2. KonsolidasiKonsolidasiKonsolidasiKonsolidasi GFSGFSGFSGFS
16
Pendekatan KonsolidasiPendekatan KonsolidasiPendekatan KonsolidasiPendekatan Konsolidasi
3. 3. 3. 3. KonsolidasiKonsolidasiKonsolidasiKonsolidasi GFS GFS GFS GFS dengandengandengandengan mempertahankanmempertahankanmempertahankanmempertahankan pilihanpilihanpilihanpilihan konsolidasikonsolidasikonsolidasikonsolidasiakuntansiakuntansiakuntansiakuntansi melaluimelaluimelaluimelalui BAS BAS BAS BAS NasionalNasionalNasionalNasional
•Mapping to GFSPemerintah
Pusat
•Mapping to GFSPemerintah
Daerah
Konsolidasi Konsolidasi Konsolidasi Konsolidasi GFSGFSGFSGFS
BAS
Nasional
Konsolidasi Konsolidasi Konsolidasi Konsolidasi AkuntansiAkuntansiAkuntansiAkuntansi
3/6/2013
9
KerangkaKerangkaKerangkaKerangka PenyusunanPenyusunanPenyusunanPenyusunan BASBASBASBAS pada SPANpada SPANpada SPANpada SPAN
Bagan Akun Standar
Bagan Akun Standar
Penyempurnaan
Proses Bisnis
PenyusunanPenyusunanPenyusunanPenyusunanStruktur BASStruktur BASStruktur BASStruktur BASPenyusunanPenyusunanPenyusunanPenyusunanStruktur BASStruktur BASStruktur BASStruktur BAS
PP 71/2010
Kebijakan Akuntansi
Aplikasi SPAN Aplikasi SAKTI
17
Kesesuaian dg Aplikasi
2. RESTRUKTURISASI2. RESTRUKTURISASI2. RESTRUKTURISASI2. RESTRUKTURISASI BABABABASSSS
• Menggunakan satu BAS untuk pencatatan akrual dan kas
• Menggunakan satu BAS untuk BUN dan Satker
• Mengakomodir PBB
• Penyesuaian dengan aplikasi SPAN
• Terdapat pemisahan antara struktur dan atribut pelaporan
• Penyempurnaan akun menjadi akun berbasis akrual
3/6/2013
10
STRUKTUR Bagan Akun StandarSTRUKTUR Bagan Akun StandarSTRUKTUR Bagan Akun StandarSTRUKTUR Bagan Akun StandarNo KLASIFIKASI Digit TUJUAN ATRIBUT PELAPORAN
1 SATKER 6 LK PER KL BA, Eselon1, Konsolidasi Satker
2 KPPN 3 LK PER KPPN
3 AKUN 6 KLASIFIKASI EKONOMI
4 PROGRAM 3+2+2 BA+Eselon1+program
5 OUTPUT 4+3 Kegiatan+output Kegiatan, Fungsi, Subfungsi,
Satuan
6 DANA 1+1+8 Sumber dana+cara tarik+no
register
No Register Utang dan Hibah
7 Bank 1+4 Bank, Arus Kas KPPN
8 Kewenangan 1 Jenis Kewenangan
9 Lokasi 2+2 Tempat kegiatan
10 Anggaran 1
11 Antar entitas 6 Due-To and Due-From
12 Cadangan 6
Total 62
BAS pada JURNALBAS pada JURNALBAS pada JURNALBAS pada JURNAL
SSSSatatatatkerkerkerker
KPPNKPPNKPPNKPPN AkunAkunAkunAkun ProgramProgramProgramProgram OutputOutputOutputOutput DanaDanaDanaDana KewenKewenKewenKewenanganangananganangan
LokasiLokasiLokasiLokasi BankBankBankBank AnggarAnggarAnggarAnggaranananan
AntarAntarAntarAntarentitasentitasentitasentitas
CadCadCadCad
D. D. D. D. BelanjaBelanjaBelanjaBelanjaBarangBarangBarangBarang
K. K. K. K. KasKasKasKas didididi KUNKUNKUNKUN
3/6/2013
11
Poin Penyempurnaan BAS Poin Penyempurnaan BAS Poin Penyempurnaan BAS Poin Penyempurnaan BAS
1.1.1.1. BAS terdiri atas atas struktur dan nilaiBAS terdiri atas atas struktur dan nilaiBAS terdiri atas atas struktur dan nilaiBAS terdiri atas atas struktur dan nilai
2.2.2.2. BAS digunakan oleh setiap modul SPAN BAS digunakan oleh setiap modul SPAN BAS digunakan oleh setiap modul SPAN BAS digunakan oleh setiap modul SPAN dan SAKTIdan SAKTIdan SAKTIdan SAKTI
3.3.3.3. Penyusunan Struktur BAS didasarkan atas Penyusunan Struktur BAS didasarkan atas Penyusunan Struktur BAS didasarkan atas Penyusunan Struktur BAS didasarkan atas pertimbangan pengendalian anggaran pertimbangan pengendalian anggaran pertimbangan pengendalian anggaran pertimbangan pengendalian anggaran dan pelaporan dan pelaporan dan pelaporan dan pelaporan
4.4.4.4. Struktur BAS mengikuti setiap pencatatanStruktur BAS mengikuti setiap pencatatanStruktur BAS mengikuti setiap pencatatanStruktur BAS mengikuti setiap pencatatan/jurnal transaksi/jurnal transaksi/jurnal transaksi/jurnal transaksi
21
Penggunaan BAS dalam Modul SPANPenggunaan BAS dalam Modul SPANPenggunaan BAS dalam Modul SPANPenggunaan BAS dalam Modul SPAN
ilustrasi padailustrasi padailustrasi padailustrasi pada KPPNKPPNKPPNKPPNTahapan Penjurnalan Kewenangan di KPPN Modul terkait
Komitmen Seksi Pencairan Dana Manajemen Komitmen
Resume tagihan/SPP Seksi Pencairan Dana Manajemen Pembayaran
SP2D Seksi Bank Giro Pos Manajemen Pembayaran
Transfer dana atas SP2D Seksi Bank Giro Pos Manajemen Kas
Pendapatan Seksi Bank Giro Pos Manajemen Penerimaan
Verifikasi atas jurnal Seksi Verifikasi & Akuntansi General Ledger
Pelaporan Seksi Verifikasi & Akuntansi General Ledger
3/6/2013
12
PenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaan Akun (1/2)Akun (1/2)Akun (1/2)Akun (1/2)Akun (1/2)Akun (1/2)Akun (1/2)Akun (1/2)
• Pendapatan LO dan Pendapatan LRA
• Beban dan Belanja
• Belanja Lain-lain hanya untuk belanja yangkegiatan yang memenuhi kriteria “natureaccount”Belanja Lain-Lain.
• Satker yang selama ini menggunakan BelanjaLainnya seperti RRI, TVRI, KONI, OtoritaBatam akan menggunakan akun 51xxxx s.d.57xxxx
• Beban akrual pada 59xxxx, seperti:
beban penyusutan, beban persediaan, bebanpenyisihan piutang tak tertagih, beban selisihkurs, beban amortisasi
• Pendapatan akrual pada 49xxxx, sepertiKeuntungan selisih kurs
PenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaanPenyempurnaan Akun (2/2)Akun (2/2)Akun (2/2)Akun (2/2)Akun (2/2)Akun (2/2)Akun (2/2)Akun (2/2)
3/6/2013
13
TERIMAERIMAERIMAERIMAKASIHASIHASIHASIH
25
3/6/2013
1
DETIL BAS 2012DALAM PENGANGGARAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN
PERDIRJEN PERBENDAHARAANNO. PER-80/PB/2011
TENTANG PENAMBAHAN DAN PERUBAHAN AKUN PENDAPATAN, BELANJA DAN TRANSFER PADA BAS
PerdirjenPerdirjenPerdirjenPerdirjen PerbendaharaanPerbendaharaanPerbendaharaanPerbendaharaan tentangtentangtentangtentangPenambahanPenambahanPenambahanPenambahan dandandandan PerubahanPerubahanPerubahanPerubahan BASBASBASBAS
PerdirjenPerdirjenPerdirjenPerdirjen PerbendaharaanPerbendaharaanPerbendaharaanPerbendaharaan tentangtentangtentangtentang BAS:BAS:BAS:BAS:1.1.1.1. BatangBatangBatangBatang TubuhTubuhTubuhTubuh: : : : PasalPasalPasalPasal----pasalpasalpasalpasal yang yang yang yang memberikanmemberikanmemberikanmemberikan
penjelasanpenjelasanpenjelasanpenjelasan bahwabahwabahwabahwa penambahanpenambahanpenambahanpenambahan dandandandan perubahanperubahanperubahanperubahanhanyahanyahanyahanya mencakupmencakupmencakupmencakup akunakunakunakun pendapatanpendapatanpendapatanpendapatan, , , , belanjabelanjabelanjabelanja dandandandantransfer yang transfer yang transfer yang transfer yang berlakuberlakuberlakuberlaku mulaimulaimulaimulai tahuntahuntahuntahun 2012201220122012
2.2.2.2. LampiranLampiranLampiranLampiran yang yang yang yang terdiriterdiriterdiriterdiri daridaridaridari::::a)a)a)a) LampiranLampiranLampiranLampiran I: I: I: I: SeluruhSeluruhSeluruhSeluruh kodefikasikodefikasikodefikasikodefikasi akunakunakunakun pendapatanpendapatanpendapatanpendapatan, , , ,
belanjabelanjabelanjabelanja dandandandan transfer;transfer;transfer;transfer;b)b)b)b) LampiranLampiranLampiranLampiran II: II: II: II: PenjelasanPenjelasanPenjelasanPenjelasan penggunaanpenggunaanpenggunaanpenggunaan kodekodekodekode akunakunakunakun;;;;c)c)c)c) LampiranLampiranLampiranLampiran III: Mapping III: Mapping III: Mapping III: Mapping perubahanperubahanperubahanperubahan kodefikasikodefikasikodefikasikodefikasi dandandandan
uraianuraianuraianuraian akunakunakunakun;;;;d)d)d)d) LampiranLampiranLampiranLampiran IV: IV: IV: IV: RestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasi akunakunakunakun pendapatanpendapatanpendapatanpendapatan daridaridaridari
pengelolaanpengelolaanpengelolaanpengelolaan BMN;BMN;BMN;BMN;e)e)e)e) LampiranLampiranLampiranLampiran V: V: V: V: RestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasi akunakunakunakun BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BansosBansosBansosBansos;;;;f)f)f)f) LampiranLampiranLampiranLampiran VI: VI: VI: VI: PenambahanPenambahanPenambahanPenambahan dandandandan perubahanperubahanperubahanperubahan uraianuraianuraianuraian/ / / /
penjelasanpenjelasanpenjelasanpenjelasan akunakunakunakun;;;;g)g)g)g) LampiranLampiranLampiranLampiran VII: VII: VII: VII: AkunAkunAkunAkun yang yang yang yang tidaktidaktidaktidak digunakandigunakandigunakandigunakan lagimulailagimulailagimulailagimulai
tahuntahuntahuntahun anggarananggarananggarananggaran 2012.2012.2012.2012.
3/6/2013
2
Latar Belakang
• TerdapatTerdapatTerdapatTerdapat akunakunakunakun----akunakunakunakun padapadapadapada PMK 91/PMK.05/2007 PMK 91/PMK.05/2007 PMK 91/PMK.05/2007 PMK 91/PMK.05/2007 tentangtentangtentangtentang BaganBaganBaganBagan AkunAkunAkunAkun StandarStandarStandarStandar dandandandan PerPerPerPer----08/PB/2009 08/PB/2009 08/PB/2009 08/PB/2009 tentangtentangtentangtentang PerubahanPerubahanPerubahanPerubahan BAS, yang BAS, yang BAS, yang BAS, yang tidaktidaktidaktidak digunakandigunakandigunakandigunakan lagilagilagilagi////tidaktidaktidaktidak sesuaisesuaisesuaisesuai////berubahberubahberubahberubah....
• AdanyaAdanyaAdanyaAdanya restrukturisasirestrukturisasirestrukturisasirestrukturisasi akunakunakunakun belanjabelanjabelanjabelanja, , , , pendapatanpendapatanpendapatanpendapatan, , , , dandandandan transfer.transfer.transfer.transfer.
• AdanyaAdanyaAdanyaAdanya penambahanpenambahanpenambahanpenambahan dandandandan perubahanperubahanperubahanperubahan uraianuraianuraianuraian////penjelasanpenjelasanpenjelasanpenjelasan akunakunakunakun....
• PenajamanPenajamanPenajamanPenajaman uraianuraianuraianuraian padapadapadapada beberapabeberapabeberapabeberapa akunakunakunakun belanjabelanjabelanjabelanja....
3
POKOK-POKOK PERUBAHAN (1/9)
KodefikasiKodefikasiKodefikasiKodefikasi akunakunakunakun barubarubarubaru (526): (526): (526): (526):
Pemisahan akun untuk Pemisahan akun untuk Pemisahan akun untuk Pemisahan akun untuk BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BarangBarangBarangBarang yang akan yang akan yang akan yang akan diserahkandiserahkandiserahkandiserahkan kepadakepadakepadakepada masyarakatmasyarakatmasyarakatmasyarakat daridaridaridari akunakunakunakun 521219 521219 521219 521219 ((((BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BarangBarangBarangBarang Non Non Non Non OperasionalOperasionalOperasionalOperasional LainnyaLainnyaLainnyaLainnya....
SehinggaSehinggaSehinggaSehingga JenisJenisJenisJenis BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BarangBarangBarangBarang dandandandan jasajasajasajasa menjadimenjadimenjadimenjadi::::
52
521 522 523 524 525 526BelanjaBelanjaBelanjaBelanjabarangbarangbarangbarang
BelanjaBelanjaBelanjaBelanjaJasaJasaJasaJasa
BelanjaBelanjaBelanjaBelanjaPemeliharaanPemeliharaanPemeliharaanPemeliharaan
BelanjaBelanjaBelanjaBelanjaPerjalananPerjalananPerjalananPerjalanan
BelanjaBelanjaBelanjaBelanjaBLUBLUBLUBLU
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BarangBarangBarangBaranguntukuntukuntukuntuk diserahdiserahdiserahdiserah----kankankankan kpdkpdkpdkpd masymasymasymasy..../ / / / PemdaPemdaPemdaPemda
3/6/2013
3
BELANJA BARANG UNTUK DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT/PEMERINTAH DAERAH
526BELANJA BARANG UNTUK DISERAHKAN KEPADA MASYARAKAT/PEMDA
5261Belanja Barang untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
52611Belanja Barang untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
526111Belanja Tanah untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
526112Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
526113Belanja Gedung dan Bangunan untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
526114Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
526115Belanja Barang Fisik Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
5262Belanja Barang Penunjang Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan untuk
diserahkan kepada pemerintah daerah
52621Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan untuk
diserahkan kepada pemerintah daerah
526211Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi untuk diserahkan kepada
pemerintah daerah
526212Belanja Barang Penunjang Tugas Pembantuan untuk diserahkan kepada pemerintah
daerah
5263Belanja Barang Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
52631Belanja Barang Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda
526311Belanja Barang Lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/Pemda5
POKOK-POKOK PERUBAHAN (2/9)
RestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasi kodefikasikodefikasikodefikasikodefikasi belanjabelanjabelanjabelanja langganan daya langganan daya langganan daya langganan daya dan jasadan jasadan jasadan jasa (5(5(5(52211221122112211): ): ): ):
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja llllangganan daya dan jasa dipecah sehingga angganan daya dan jasa dipecah sehingga angganan daya dan jasa dipecah sehingga angganan daya dan jasa dipecah sehingga dapat menghasilkan informasi yang lebih detil, dapat menghasilkan informasi yang lebih detil, dapat menghasilkan informasi yang lebih detil, dapat menghasilkan informasi yang lebih detil, sehingga sehingga sehingga sehingga BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Langganan Daya dan Jasa Langganan Daya dan Jasa Langganan Daya dan Jasa Langganan Daya dan Jasa menjadimenjadimenjadimenjadi::::
52211
522111 522112 522113 522119BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Langganan Langganan Langganan Langganan ListrikListrikListrikListrik
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Langganan Langganan Langganan Langganan TeleponTeleponTeleponTelepon
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Langganan Langganan Langganan Langganan AirAirAirAir
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Langganan Langganan Langganan Langganan Daya dan Jasa Daya dan Jasa Daya dan Jasa Daya dan Jasa LainnyaLainnyaLainnyaLainnya
3/6/2013
4
POKOK-POKOK PERUBAHAN (3/9)RestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasi kodefikasikodefikasikodefikasikodefikasi belanjabelanjabelanjabelanja bantuanbantuanbantuanbantuan sosialsosialsosialsosial (57): (57): (57): (57):
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja bantuanbantuanbantuanbantuan sosialsosialsosialsosial dipisahkandipisahkandipisahkandipisahkan berdasarkanberdasarkanberdasarkanberdasarkan jenisjenisjenisjeniskegiatannyakegiatannyakegiatannyakegiatannya sesuaisesuaisesuaisesuai dengandengandengandengan BultekBultekBultekBultek 10 SAP 10 SAP 10 SAP 10 SAP tentangtentangtentangtentangAkuntansiAkuntansiAkuntansiAkuntansi BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BantuanBantuanBantuanBantuan SosialSosialSosialSosial....
SehinggaSehinggaSehinggaSehingga JenisJenisJenisJenis BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BantuanBantuanBantuanBantuan SosialSosialSosialSosial menjadimenjadimenjadimenjadi::::
57
571 572 573 574 575 576Belanja Belanja Belanja Belanja Bansos utk Bansos utk Bansos utk Bansos utk Rehabilitasi Rehabilitasi Rehabilitasi Rehabilitasi SosialSosialSosialSosial
BelanjaBelanjaBelanjaBelanjaBansosBansosBansosBansos utkutkutkutkJaminanJaminanJaminanJaminanSosialSosialSosialSosial
Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos utk utk utk utk Pemberdayaan Pemberdayaan Pemberdayaan Pemberdayaan SosialSosialSosialSosial
Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos utk utk utk utk Perlindungan Perlindungan Perlindungan Perlindungan SosialSosialSosialSosial
Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos utk utk utk utk Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan kemiskinankemiskinankemiskinankemiskinan
Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos Belanja Bansos utk utk utk utk Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan BencanaBencanaBencanaBencana
Uang Barang Uang UangBarang Barang Uang Barang Uang Barang Uang Barang
RESTRUKTURISASI AKUN BELANJA BANTUAN SOSIAL
8
TAHUN ANGGARAN 2011 TAHUN ANGGARAN 2012
57 BELANJA BANTUAN SOSIAL 57 BELANJA BANTUAN SOSIAL
571 BELANJA BANTUAN KOMPENSASI SOSIAL 571 BELANJA BANTUAN SOSIAL UNTUK
REHABILITASI SOSIAL
5711 Belanja Bantuan Kompensasi Sosial 5711 Belanja Rehabilitasi Sosial
57111 Belanja Bantuan Kompensasi Sosial 57111 Belanja Rehabilitasi Sosial
571111 Belanja Bantuan Kompensasi Kenaikan
Harga BBM
571111 Belanja Rehabilitasi Sosial
572 BELANJA BANTUAN SOSIAL LEMBAGA
PENDIDIKAN DAN PERIBADATAN
572 BELANJA BANTUAN SOSIAL UNTUK JAMINAN
SOSIAL
5721 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan 5721 Belanja Jaminan Sosial
57211 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan 57211 Belanja Jaminan Sosial
572111 Belanja Bantuan Langsung (Block Grant)
Sekolah/Lembaga/Guru
572111 Belanja Jaminan Sosial
572112 Belanja Bantuan Imbal Swadaya
Sekolah/Lembaga
572113 Belanja Bantuan Beasiswa
3/6/2013
5
RESTRUKTURISASI AKUNBELANJA BANTUAN SOSIAL
9
TAHUN ANGGARAN 2011 TAHUN ANGGARAN 2012
5722 Belanja Bantuan Sosial Lembaga
Peribadatan
57221 Belanja Bantuan Sosial Lembaga
Peribadatan
572211 Belanja Bantuan Sosial Lembaga
Peribadatan
573 BELANJA LEMBAGA SOSIAL LAINNYA 573 BELANJA BANTUAN SOSIAL UNTUK
PEMBERDAYAAN SOSIAL
5731 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 5731 Belanja Pemberdayaan Sosial
57311 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 57311 Belanja Pemberdayaan Sosial
573119 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 573111 Belanja Pemberdayaan Sosial
RESTRUKTURISASI AKUNBELANJA BANTUAN SOSIAL
10
TAHUN ANGGARAN 2011 TAHUN ANGGARAN 2012
574 BELANJA BANTUAN SOSIAL UNTUK
PERLINDUNGAN SOSIAL
5741 Belanja Perlindungan Sosial
57411 Belanja Perlindungan Sosial
574111 Belanja Perlindungan Sosial
575 BELANJA BANTUAN SOSIAL UNTUK
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5751 Belanja Penanggulangan Kemiskinan
57511 Belanja Penanggulangan Kemiskinan
575111 Belanja Penanggulangan Kemiskinan
576 BELANJA BANTUAN SOSIAL UNTUK
PENANGGULANGAN BENCANA
5761 Belanja Penanggulangan Bencana
57611 Belanja Penanggulangan Bencana
576111 Belanja Penanggulangan Bencana
3/6/2013
6
POKOK-POKOK PERUBAHAN (4/9)
RestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasi kodefikasikodefikasikodefikasikodefikasi belanjabelanjabelanjabelanja lainlainlainlain----lain (58) lain (58) lain (58) lain (58) sehinggasehinggasehinggasehingga JenisJenisJenisJenis BelanjaBelanjaBelanjaBelanja LainLainLainLain----lain lain lain lain menjadimenjadimenjadimenjadi::::
58.58.58.58. BelanjaBelanjaBelanjaBelanja LainLainLainLain----lainlainlainlain� BelanjaBelanjaBelanjaBelanja lainlainlainlain----Lain Dana Lain Dana Lain Dana Lain Dana CadanganCadanganCadanganCadangan
� BelanjaBelanjaBelanjaBelanja LainLainLainLain----Lain Lain Lain Lain LembagaLembagaLembagaLembaga Non Non Non Non KementerianKementerianKementerianKementerian
� BelanjaBelanjaBelanjaBelanja lainlainlainlain----Lain Lain Lain Lain JasaJasaJasaJasa PelayananPelayananPelayananPelayanan BUNBUNBUNBUN
� BelanjaBelanjaBelanjaBelanja LainLainLainLain----Lain BUNLain BUNLain BUNLain BUN
� BelanjaBelanjaBelanjaBelanja LainLainLainLain----Lain Lain Lain Lain TanggapTanggapTanggapTanggap DaruratDaruratDaruratDarurat
� BelanjaBelanjaBelanjaBelanja LainLainLainLain----Lain Lain Lain Lain lainyalainyalainyalainya
Mapping Akun Belanja Lain-lain
12
TAHUN ANGGARAN 2011 TAHUN ANGGARAN 2012
58 BELANJA LAIN-LAIN 58 BELANJA LAIN-LAIN
581 BELANJA LAIN-LAIN 581 BELANJA LAIN-LAIN
5811 Belanja Lain-lain 5811 Belanja Lain-lain Dana Cadangan
58111 Belanja Rekonstruksi 58111 Belanja Lain-lain Dana Cadangan
581111 Belanja untuk Rekonstruksi Aceh 581511 Belanja Tanggap Darurat
Penanggulangan Bencana
58112 Belanja Lain-lain I
581121 Belanja Kerjasama Teknis Internasional581411 Belanja Kerjasama Teknis Internasional
581122 Belanja Pengeluaran Tak Tersangka 581412 Belanja Pengeluaran Tak Tersangka
581123 Belanja Cadangan Umum 581111 Belanja Cadangan Umum
581124 Belanja Pemilu tahunan 581911 Belanja Pemilu
581125 Belanja Cadangan tunjangan beras
PNS/TNI/Polri
581114 Belanja Cadangan tunjangan beras
PNS/TNI/Polri
581126 Belanja Cadangan dana reboisasi 581113 Belanja Cadangan dana reboisasi
581127 Belanja Tunggakan dan klaim pihak
ketiga
581413 Belanja Tunggakan dan klaim pihak
ketiga
581128 Belanja Dana Cadangan Tanggap
Darurat (Dana Kontijensi)
581112 Belanja Dana Cadangan Tanggap Darurat
(Dana Kontijensi)
3/6/2013
7
13
TAHUN ANGGARAN 2011 TAHUN ANGGARAN 2012
58113 Belanja Lain-lain II
581131 Belanja Biaya/Upah Pungut PBB untuk
DJP581311 Belanja Biaya/Upah Pungut PBB untuk DJP
581132 Belanja KONI 581211 Belanja KONI
581133 Belanja Dana Penunjang (PHLN) 581414 Belanja Dana Penunjang (PHLN)
581135 Belanja karena rugi selisih kurs dalam
pengelolaan Rekening Milik BUN581415 Belanja karena rugi selisih kurs dalam
pengelolaan Rekening Milik BUN
581136 Jasa Surveyor 581312 Jasa Surveyor
581137 Jasa Perbendaharaan 581313 Jasa Perbendaharaan
581138 Jasa Pelayanan Bank Operasional 581314 Jasa Pelayanan Bank Operasional
58114 Belanja Lain-lain III
581141 Belanja TVRI 581213 Belanja TVRI
581142 Belanja RRI 581214 Belanja RRI
581143 Belanja Pengembalian Penerimaan Hibah
Karena Pengeluaran Ineligible581416 Belanja Pengembalian Penerimaan Hibah
Karena Pengeluaran Ineligible
581144 Belanja Kompensasi Kenaikan Harga BBM 581417 Belanja Kompensasi Kenaikan Harga BBM
581145 Dana Cadangan Resiko Kenaikan Harga
Tanah581115 Dana Cadangan Resiko Kenaikan Harga
Tanah
581149 Belanja lain-lain 581919 Belanja lain-lain
Mapping Akun Belanja Lain-lain
TA 2011 TA 2012
4231 Pendapatan Penjualan dan Sewa 4231 Pendapatan dari Pengelolaan BMN
(Pemanfaatan dan Pemindahtanganan) serta
pendapatan dari penjualan
42312 Pendapatan Penjualan Aset 42312 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN
423121 Pendapatan Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan 423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan
Bangunan
423122 Pendapatan Penjualan Kendaraan Bermotor 423122 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan
Mesin
423123 Pendapatan Penjualan Sewa Beli 423123 Pendapatan Penjualan Sewa Beli
423124 Pendapatan Penjualan Aset Bekas Milik Asing 423124 Pendapatan Penjualan Aset Bekas Milik
Asing/Cina
423125 423125 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung
dan Bangunan
423126 423126 Pendapatan dari Tukar Menukar Peralatan dan
Mesin
423127 423127 Pendapatan dari Tukar Menukar Jalan, Irigasi
dan Jaringan
423129 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya yang
Berlebih/Rusak/Dihapuskan
423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN
Lainnya 14
POKOKPOKOKPOKOKPOKOK----POKOK PERUBAHAN (POKOK PERUBAHAN (POKOK PERUBAHAN (POKOK PERUBAHAN (5555////9999----1111))))RESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLARESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLARESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLARESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLA
AN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALANAN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALANAN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALANAN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALAN
3/6/2013
8
TA 2011 TA 2012
42314 Pendapatan Sewa 42314 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN
423141 Pendapatan Sewa Rumah Dinas/Rumah Negeri 423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan
Bangunan
423142 Pendapatan Sewa Gedung, Bangunan, dan Gudang 423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin
423143 Pendapatan Sewa Benda-benda Bergerak 423143 Pendapatan Sewa Jalan, Irigasi dan Jaringan
423144 423144 Pendapatan dari KSP Tanah, Gedung, dan
Bangunan
423145 423145 Pendapatan dari KSP Peralatan dan Mesin
423146 423146 Pendapatan dari KSP Jalan, Irigasi dan Jaringan
423147 423147 Pendapatan dari Bangun, Guna, Serah (BGS)
423148 423148 Pendapatan dari Bangun, Serah, Guna (BSG)
423149 Pendapatan Sewa Benda-benda Tak Bergerak Lainnya 423149 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya
15
POKOKPOKOKPOKOKPOKOK----POKOK PERUBAHAN (POKOK PERUBAHAN (POKOK PERUBAHAN (POKOK PERUBAHAN (5555////9999----2222))))RESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLARESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLARESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLARESTRUKTURISASI AKUN PENDAPATAN DARI PENGELOLA
AN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALANAN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALANAN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALANAN BMN SERTA PENDAPATAN DARI PENJUALAN
Penajaman/Perubahan uraian danPenjelasan Akun (6/9)
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BarangBarangBarangBarang OperasionalOperasionalOperasionalOperasional dandandandan Non Non Non Non OperasionalOperasionalOperasionalOperasional::::
5211 (Belanja Barang Operasional): Merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu satker dan umumnya pelayanan yang bersifat internal
5212 (Belanja Barang Non Operasional): Merupakan pembelian barang dan/atau jasa yang habis pakai dikaitkan dengan dengan strategi pencapaian target kinerja suatu satker dan umumnya pelayanan yg bersifat eksternal
3/6/2013
9
PERUBAHAN URAIAN/PENJELASANAKUN BELANJA (Contoh) (7/9)
17
TA 2011 TA 2012
536111 Belanja Modal Fisik Lainnya 536111 Belanja Modal Lainnya
PenjelasanPengeluaran untuk memperoleh modal fisik lainnya yang
tidak dapat diklasifikasikan dalam belanja modal tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi
dan jaringan dan belanja modal non fisik sampai siap
pakai. Termasuk dalam belanja modal ini : kontrak sewa
beli (leasehold), pengadaan/pembelian barang-barang
kesenian , barang-barang purbakala dan barang-barang
untuk museum serta hewan ternak selain untuk dijual
dan diserahkan kepada masyarakat, buku-buku dan jurnal
ilmiah
Penjelasan Pengeluaran untuk memperoleh Aset Tetap Lainnya dan Aset
Lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam belanja modal
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan.
Pengeluaran untuk memperoleh Aset Tetap Lainnya dan Aset
Lainnya sampai dengan siap digunakan.
Belanja Modal Lainnya dapat digunakan untuk pengadaan
software, pengembangan website, pengadaan lisensi yang
memberikan manfaat lebih dari satu tahun baik secara
swakelola maupun dikontrakkan kepada Pihak Ketiga.
Belanja Modal Lainnya dapat digunakan untuk pembangunan
aset tetap renovasi yang akan diserahkan kepada entitas lain
dan masih di lingkungan pemerintah pusat.
Termasuk dalam belanja modal lainnya : pengadaan/pembelian
barang-barang kesenian, dan koleksi perpustakaan.
536121 Belanja Penambahan Nilai Fisik Lainnya 536121 Belanja Penambahan Nilai Aset Tetap Lainnya dan/atau
Aset Lainnya
Penjelasan Belanja Modal setelah perolehan Aset tetap lainnya yang
memperpanjang masa manfaat/umur ekonomis, atau
yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomis di
masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, produksi atau peningkatan standar kinerja. Dan
memenuhi batasan minimun kapitalisasi sesuai dengan
peraturan menteri keuangan yang mengatur batasan
minimun kapitalisasi
Penjelasan Belanja Modal setelah perolehan Aset Tetap Lainnya dan/atau
Aset Lainnya yang memperpanjang masa manfaat/umur
ekonomis, atau yang kemungkinan besar memberi manfaat
ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, produksi atau peningkatan standar kinerja.
POKOK-POKOK PERUBAHAN (8/9)
RestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasiRestrukturisasi kodefikasikodefikasikodefikasikodefikasi Transfer ke Daerah Transfer ke Daerah Transfer ke Daerah Transfer ke Daerah ((((6666)))), , , , ssssehinggaehinggaehinggaehingga Akun Transfer ke Daerah Akun Transfer ke Daerah Akun Transfer ke Daerah Akun Transfer ke Daerah menjadimenjadimenjadimenjadi::::
6
61 62 63 64 65Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Bagi HasilBagi HasilBagi HasilBagi Hasil
Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Alokasi UmumAlokasi UmumAlokasi UmumAlokasi Umum
Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Alokasi KhususAlokasi KhususAlokasi KhususAlokasi Khusus
Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Otonomi KhususOtonomi KhususOtonomi KhususOtonomi Khusus
Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana Transfer Dana PenyesuaianPenyesuaianPenyesuaianPenyesuaian
3/6/2013
10
AKUN YANG TIDAK DIGUNAKAN LAGI MULAI TAHUN ANGGARAN 2012 (Contoh)
423919 Penerimaan Kembali Belanja Lainnya TAYL
521311 Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi
521321 Belanja Barang Penunjang Kegiatan Tugas Pembantuan (TP)
521411 Belanja Barang Fisik Lain Tugas Pembantuan (TP)
522211 Belanja Jasa Untuk Transaksi Non Kas
581141 Belanja TVRI
581142 Belanja RRI 19
POKOK-POKOK PERUBAHAN (9/9)
ILUSTRASIPENGGUNAAN AKUN PADABAGAN AKUN STANDAR
DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANPERBENDAHARAANPERBENDAHARAANPERBENDAHARAAN
KEMENTERIAN KEUANGANKEMENTERIAN KEUANGANKEMENTERIAN KEUANGANKEMENTERIAN KEUANGAN
2012201220122012
20
3/6/2013
11
PERMASALAHAN IMPLEMENTASI BAS
AkuntansiAkuntansiAkuntansiAkuntansi::::
Kesalahanpenganggaranantar jenisbelanja (level 2 digit kode akun)
PelaksanaanPelaksanaanPelaksanaanPelaksanaan AnggaranAnggaranAnggaranAnggaran::::
Pengeluaran/belanja yangtidak/belum sesuai denganuraian kode akun
21
(1)Honorarium Honorarium Honorarium Honorarium PanitiaPanitiaPanitiaPanitia PengadaanPengadaanPengadaanPengadaan• Pengadaan Aset Tetap: dikelompokkan kedalam Belanja Modal Pengadaan AT-nya.
•Contoh: Honorarium panita pengadaanpembelian peralatan dan mesin (AT) masukke dalam akun 532111
• Panitia Pengadaan Barang Habis Pakai yangtidak menghasilkan aset dikelompokkan kedalam Belanja Honorarium Terkait OutputKegiatan (521213)
• Panitia pengadaan yang dibentuk untukseluruh pengadaan apapun dan mendapathonorarium tidak berdasarkan paketpekerjaan dalam suatu satker dibebankanpada akun 521213
3/6/2013
12
(2)
PengadaanPengadaanPengadaanPengadaan SistemSistemSistemSistem////AplikasiAplikasiAplikasiAplikasi yang yang yang yang dikembdikembdikembdikembangkanangkanangkanangkan sendirisendirisendirisendiri atauatauatauatau kontraktualkontraktualkontraktualkontraktual
•Menghasilkan Aset Tak Berwujuddalam bentuk Aplikasi/Program
•Dikelompokkan ke dalam BelanjaModal Lainnya (536111).
•Contoh : Pembuatan Sistem Database Online oleh Konsultan.
•Perbaikan dan pemeliharaannya yang tidak menambah nilai : Belanja Peme-liharaan Lainnya (523119) atau BelanjaJasa Lainnya (522191)
(3)
PengadaanPengadaanPengadaanPengadaan SoftwareSoftwareSoftwareSoftware
•Menghasilkan Aset Tak Berwujud?
•Dikelompokkan ke dalam Belanja Modal Lainnya (536111).
•Contoh : Pembuatan Sistem Database Online oleh Konsultan.
3/6/2013
13
(4)PengadaanPengadaanPengadaanPengadaan bukubukubukubuku:::: menjadimenjadimenjadimenjadi koleksikoleksikoleksikoleksi perpusperpusperpusperpus----takaantakaantakaantakaan atauatauatauatau dibagikandibagikandibagikandibagikan////disebarluaskandisebarluaskandisebarluaskandisebarluaskan kekekeke----padapadapadapada masyarakatmasyarakatmasyarakatmasyarakat?
TidakTidakTidakTidak menjadimenjadimenjadimenjadi AsetAsetAsetAsetPemerintahPemerintahPemerintahPemerintah PusatPusatPusatPusat
MenjadiMenjadiMenjadiMenjadi AsetAsetAsetAset TetapTetapTetapTetapLainnyaLainnyaLainnyaLainnya
PemerintahPemerintahPemerintahPemerintah PusPusPusPusatatatat
DikelompokkanDikelompokkanDikelompokkanDikelompokkan kekekekedalamdalamdalamdalam akunakunakunakun 526XXX 526XXX 526XXX 526XXX
((((BelanjaBelanjaBelanjaBelanja BarangBarangBarangBarangUntukUntukUntukUntuk DiserahkanDiserahkanDiserahkanDiserahkan))))
DikelompokkanDikelompokkanDikelompokkanDikelompokkan kekekekedalamdalamdalamdalam akunakunakunakun 536111 536111 536111 536111
((((BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Modal Modal Modal Modal LainnyaLainnyaLainnyaLainnya))))
Koleksi PerpustakaanUntuk Dibagikan
(5)
HonorHonorHonorHonor PanitiaPanitiaPanitiaPanitia PengadaanPengadaanPengadaanPengadaan BukuBukuBukuBuku KoleksiKoleksiKoleksiKoleksiPerpustakaanPerpustakaanPerpustakaanPerpustakaan
• Menambah nilai Aset Tetap Lainnya dandikelompokkan ke dalam Belanja ModalLainnya (536111).
HonorHonorHonorHonor PanitiaPanitiaPanitiaPanitia PengadaanPengadaanPengadaanPengadaan BukuBukuBukuBuku untukuntukuntukuntukdibagikandibagikandibagikandibagikan//// disebarluaskandisebarluaskandisebarluaskandisebarluaskan (per(per(per(per paketpaketpaketpaketpekerjaanpekerjaanpekerjaanpekerjaan))))
• Dikelompokkan ke dalam Belanja Honoryang terkait dengan Output Kegiatan(521213)
3/6/2013
14
(6)
PengadaanPengadaanPengadaanPengadaan InventarisInventarisInventarisInventaris Kantor = Kantor = Kantor = Kantor = AsetAsetAsetAset TetapTetapTetapTetap
• Bila memenuhi kriteria AT, dikelompokkanke dalam 532111 (Belanja Modal Peralatandan Mesin)
• Di bawah nilai minimum kapitalisasi:Ekstrakomtabel == dikelompokkan kedalam 521111 (Belanja Keperluan sehari-hari perkantoran)
(7)Perjalanan dinas (PMK No.45/PMK.05/2007):• Pengertian: perjalanan ke luar tempat kedudukan baik perseorangan maupun secara bersamayang jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima)kilometer dari batas kota, yang dilakukandalam wilayah Republik Indonesia untukkepentingan Negara atas perintah Pejabatyang Berwenang• Komponen Perjalanan dinas- uang harian yang meliputi uang makan, uangsaku, dan transpor lokal (transpor lokaldalam rangka perjalanan dinas);- biaya transpor pegawai (tiket PP);- biaya penginapan• komponen di luar biaya perjalanan dinas :tidak dapat dibebankan pada akun 524XXX
3/6/2013
15
(8)
a) a) a) a) PaketPaketPaketPaket Meeting/Meeting/Meeting/Meeting/SosialisasiSosialisasiSosialisasiSosialisasi
• Dalam Kota:
Semua pengeluaran termasuk ATK,Penggandaan dan laporan, seminar kit,spanduk, akomodasi (hotel, ruangan, kamar),uang harian, transpor dikelompokkan kedalam akun 521219 (Belanja Non Operasionallainnya)
Transpor dalam kota bukan dalam rangkaperjadin sebagaimana PMK 45/2007 tidakdapat dibebankan pada 5241XX, melainkan521219.
(9)b) b) b) b) PaketPaketPaketPaket Meeting/Meeting/Meeting/Meeting/SosialisasiSosialisasiSosialisasiSosialisasi• Luar Kota:
Akun Belanja Non Operasional Lainnya (521219) untuk:- ATK; - Penggandaan dan laporan; - Seminar kit; dan Spanduk; - Uang lelah;- Akomodasi (hotel, ruangan, kamar, biaya
penyelenggaraan); dan- transpor peserta lokal
Akun Belanja Perjalanan Dinas Lainnya (524119) untuk:Untuk komponen perjalanan dinas panitia dan/ataupeserta yang berasal dari luar kota tempat lokasipenyelenggaraan
3/6/2013
16
(10)
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja JasaJasaJasaJasa ProfesiProfesiProfesiProfesi (522151)(522151)(522151)(522151)•Untuk PNS :pembayaran jasa atas keahlian yangdimiliki dan diberikan kepada pegawai PNSsebagai Narasumber, pembicara, praktisi, pakar dalam kegiatan yangyangyangyang melibatkanmelibatkanmelibatkanmelibatkaneseloneseloneseloneselon IIII lainlainlainlain atauatauatauatau instansiinstansiinstansiinstansi lainlainlainlain•Untuk Non PNS :pembayaran jasa atas keahlian yangdimiliki dan diberikan kepada Non PNSsebagai Narasumber, pembicara, praktisi,pakar dalam suatu kegiatan dandandandan bukanbukanbukanbukankontraktualkontraktualkontraktualkontraktual
(11)
Belanja Jasa KonsultanBelanja Jasa KonsultanBelanja Jasa KonsultanBelanja Jasa Konsultan
Pembayaran jasa atas keahlian yang dimilikidan diberikan kepada NonNonNonNon PNSPNSPNSPNS secarasecarasecarasecaraKontraktualKontraktualKontraktualKontraktual,,,, tidak menghasilkan Aset Tetap/Aset Lainnya.
3/6/2013
17
(12)
BelanjaBelanjaBelanjaBelanja TransporTransporTransporTranspor lokallokallokallokal::::
• DibebankanDibebankanDibebankanDibebankan padapadapadapada akunakunakunakun BelanjaBelanjaBelanjaBelanja OperasionalOperasionalOperasionalOperasionallainnyalainnyalainnyalainnya (521119):(521119):(521119):(521119):
atau
• DibebankanDibebankanDibebankanDibebankan padapadapadapada akunakunakunakun BelanjaBelanjaBelanjaBelanja Non Non Non Non OperasionalOperasionalOperasionalOperasionallainnyalainnyalainnyalainnya (521219):(521219):(521219):(521219):
(13)
BiayaBiayaBiayaBiaya LelangLelangLelangLelang
• Pengadaan Aset Tetap/Aset lainnya:
Dibebankan pada akun pengadaan asetnya(53XXX1)
• Pengadaan Barang Habis Pakai:
Dibebankan pada akun belanja operasionallainnya (521119) atau belanja barang non operasional lainnya
3/6/2013
18
(14)
Beasiswa untuk PegawaiBeasiswa untuk PegawaiBeasiswa untuk PegawaiBeasiswa untuk Pegawai
• 521219
(15-1)
RenovasiRenovasiRenovasiRenovasi atasatasatasatas GedungGedungGedungGedung dandandandan BangunanBangunanBangunanBangunan BukanBukanBukanBukanMiliknyaMiliknyaMiliknyaMiliknya
•G/B tersebut milik Satker di lingkunganpemerintah pusat (Satker PU ataupun Satkerlain): 536111, dicatat sebagai Aset TetapDalam Renovasi, setelah selesai agar diserahkan kepada si pemilik G/B. Proses
SIMAK-BMN: Tranfer Out dari Satkerpembangun dan transfer in oleh Satkerpemilik/penerima
3/6/2013
19
(15-2)
RenovasiRenovasiRenovasiRenovasi atasatasatasatas GedungGedungGedungGedung dandandandan BangunanBangunanBangunanBangunan BukanBukanBukanBukanMiliknyaMiliknyaMiliknyaMiliknya
•G/B tersebut milik Masyarakat atau pemerintah daerah : 526XXX (Belanja Barang untukdiserahkan kepada masyarakat/pemda),
(17)
Saldo UP/Kas di Bendahara Pengeluaran-minus
UP 100 jt
GU 90 jt
sisa 10 jt
setorsetorsetorsetor 25 jt25 jt25 jt25 jt
Analisa Analisa Analisa Analisa BAS sdh sesuaiBAS sdh sesuaiBAS sdh sesuaiBAS sdh sesuai
• setoran pajak (41XXXX)setoran pajak (41XXXX)setoran pajak (41XXXX)setoran pajak (41XXXX)• Setoran PNBP (42XXXX)Setoran PNBP (42XXXX)Setoran PNBP (42XXXX)Setoran PNBP (42XXXX)• setoran Pengembalian Belanja (5XXXX)setoran Pengembalian Belanja (5XXXX)setoran Pengembalian Belanja (5XXXX)setoran Pengembalian Belanja (5XXXX)• setoran sisa UP (815XXX)setoran sisa UP (815XXX)setoran sisa UP (815XXX)setoran sisa UP (815XXX)
3/6/2013
20
TERIMAERIMAERIMAERIMAKASIHASIHASIHASIH
39