baru

101
ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI KERJA PADA PETUGAS PENDORONG BRANKAR DI RUMAH SAKIT X SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mennyelesaikan Program Strata Satu Pada Fakultas Kedokteran Universitas Riau Oleh : FAKHRUR ROZY NIM. 0908113693 1 1

Upload: fakhrur-rozy

Post on 27-Oct-2015

202 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: baru

ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI KERJA PADA PETUGAS PENDORONG BRANKAR

DI RUMAH SAKIT X

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mennyelesaikan Program Strata SatuPada Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Oleh :

FAKHRUR ROZYNIM. 0908113693

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU2012BAB I

11

Page 2: baru

Abstract

Risk Factor Analysis of Occupational Ergonomics

Among Stretcher Officers at Hospital X

by

Fakhrur Rozy

Ergonomics includes effort of fiting the tools and the working environment to

the person in order to minimize workers burden. Musculosceletal injury is one of

occupational disease that occurs among workers who do the task unergonomically.

Environmental factors such as road conditions (texture, gradient, turns) may also

affect the workload. Excessive workload may cause musculoskeletal injuries such as

fatigue. The research was conducted at Hospital X. This study used descriptive design,

illustrating the ergonomical hazard and the proportion of musculoskeletal injuries

among 10 stretcher officers. Using Nordic body map questionnaires, there were 5

from 10 officers (50%) suffering musculosceletal injuries, with various severity. On

the road observation, there were 3 critical points on the road sloped routes which may

interfere the coziness of patient transportation.

Keywords: Ergonomics; musculoskeletal injuries, occupational disease

2

Page 3: baru

Abstrak

ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI KERJA PADA PETUGAS

PENDORONG BRANKAR DI RUMAH SAKIT X

oleh

Fakhrur Rozy

Ergonomi meliputi upaya penyesuaian peralatan dan lingkungan pekerjaan

dengan kondisi tubuh manusia dalam rangka untuk menurunkan beban kerja fisik pada

pekerja. Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang

terjadi jika dalam bekerja tidak memperhatikan ergonomi. Faktor lingkungan seperti

kondisi jalan (tekstur, kemiringan, belokan) juga dapat mempengaruhi beban kerja.

Beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal seperti

fatigue. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif, menggambarkan lingkungan kerja dan proporsi cidera

muskuloskeletal pada 10 orang petugas pendorong brankar. Menggunakan bantuan

kuisioner nordic body map, diperoleh 5 dari 10 orang petugas (50%) mengeluhkan

cidera muskuloskeletal, dengan keluhan yang bervariasi. Observasi kemiringan jalan,

terdapat 3 titik jalan dengan kemiringan yang bias mengganggu kelancaran

transportasi pasien.

Kata kunci :Ergonomi; cidera musculoskeletal; penyakit akbibat kerja

3

Page 4: baru

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di

Fakultas Kedokteran Universitas Riau dengan judul “ANALISIS FAKTOR

RISIKO ERGONOMI KERJA PADA PETUGAS PENDORONG

BRANKAR DI RUMAH SAKIT X”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan

dorongan baik moral maupun material dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Taswin Yacob, Sp.S selaku Dekan FK UR beserta jajaran dan seluruh

staf pengajar yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat

2. dr. Handayani, MKK dan dr. Laode Burhanuddin, M.Kes selaku

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dari awal penelitian

sampai dengan penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran

3. dr. M. Yulis Hamidy, M.Kes, M.Pd.Ked dan dr. Siti Mona Amelia,

M.Biomed sebagai tim supervisi, Pak Doni Saputra, SKM, MARS dan dr.

Miftah Azrin, Sp.KO sebagai penguji yang telah banyak memberikan

masukan bagi kelancaran dan kesempurnaan skripsi

4. dr. Tubagus Odih Rhomdani Wahid, SpBA selaku penasehat akademis yang

selama ini telah banyak memberikan bimbingan dan semangat kepada

penulis

4

Page 5: baru

5. Direktur Rumah sakit X beserta staf yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan penelitian

6. Teristimewa untuk Ayahanda Afrizon Said, S.Pd, S.Sos, M.Si dan Ibunda

Nurlaili, S.Pd yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, doa dan

motivator terbesar dalam hidup penulis untuk terus berjuang

7. Kakak tersayang Melia Gustina, S.Ked yang selalu memberikan dukungan.

8. Kepada Lupi, Icim, Bebet, Hendro, Indi, Fifi, Vio, Rangga dan semua

sahabat-sahabat terbaikku yang menjadi sumber semangat penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman seperjuanganku Andri, Alta, Widya, Cecen, Kahfi, Fanny, Ajo dan

teman-teman angkatan 2009 yang tidak dapat disebut namanya satu persatu,

terima kasih atas kerjasama dan bantuannya.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat.

Pekanbaru, Desember 2012

Penulis

5

Page 6: baru

DAFTAR ISI

HalamanABSTRACT...........................................................................................................ivABSTRAK..............................................................................................................vKATA PENGANTAR...........................................................................................viDAFTAR ISI.......................................................................................................viiiDAFTAR TABEL.................................................................................................xiDAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiiDAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................11.1 Latar Belakang ........................................................................1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................62.1 Ergonomi.................................................................................6

2.2 Hazard Identification Risk Assesment and Control.................8

2.3 Gangguan Muskuloskeletal Akibat Kerja................................9

2.4 Anatomi dan Fisiologi sistem Muskuloskeletal.......................10

2.5 Faal Kerja, Beban Kerja dan Kapasitas Kerja.........................14

2.6 Range of Movement.................................................................16

2.7 Kelelahan otot..........................................................................21

2.8 Pengaruh Kemiringan Jalan Terhadap Beban Kerja................22

2.9 Kuisioner Nordic Body Map....................................................24

2.10.................................................................................................Profil

Rumah sakit X.........................................................................26

2.11.................................................................................................

Kerangka Teori........................................................................28

2.12.................................................................................................

Kerangka Konsep.....................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................303.1 Desain Penelitian.....................................................................30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian..................................................30

6

Page 7: baru

3.3 Populasi dan Sampel................................................................30

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..........................30

3.5 Instrumen Penelitian................................................................31

3.6 Pengambilan Data....................................................................32

3.7 Pengolahan Data......................................................................33

3.8 Etika Penelitian........................................................................33

BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................344.1 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja, adanya pekerjaan sampingan dan status gizi.........344.2 Ukuran antropometri petugas pendorong brankar pada posisi statis dan dinamis...........................................................354.3 Dimensi brankar yang digunakan.............................................354.4 Kecuraman rute perjalanan dari Instalasi Gawat Darurat ke URI Bedah dan dari URI Bedah ke Unit Bedah Sentral RS X.........364.5 Otot-otot dominan saat mendorong brankar.............................384.6 Deteksi Keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan kuisioner nordic body map......................................................43

BAB V PEMBAHASAN............................................................................455.1 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja, adanya pekerjaan sampingan dan status gizi.........455.2 Ukuran antropometri petugas pendorong brankar pada posisi statis dan dinamis...........................................................465.3 Dimensi brankar yang digunakan.............................................465.4 Kecuraman rute perjalanan yang dilalui oleh petugas pendorong brankar dari Instalasi Gawat Darurat ke URI Bedah dan dari URI Bedah ke Unit Bedah Sentral RS X.................................475.5 Otot-otot diminan saat mendorong brankar..............................475.6 Deteksi Keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan kuisioner nordic body map......................................................48

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN...........................................................496.1 Simpulan...................................................................................496.2 Saran.........................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................52

LAMPIRAN....................................................................................................53

7

Page 8: baru

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Range of movement....................................................................................16

Table 2.2 Daftar pertanyaan kuesioner nordic body map...........................................25

Table 3.1 Variabel penelitian dan Definisi operasional.............................................30

Table 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja,

pekerjaan sampingan, status gizi................................................................34

Table 4.2 Frekuensi keluhan gangguan muskuloskeletal berdasarkan wawancara

dan bantuan kuesioner nordic body map....................................................43

8

Page 9: baru

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar otot-otot rangka.......................................................................11

Gambar 2.2 Susunan otot rangka pada M.brachialis................................................12

Gambar 2.3 Sambungan kartilago pada columna vertebralis....................................13

Gambar 2.4 Sambungan sinovial (Synovial joints) pada articulatio coxae...........14

Gambar 2.5 Ilustrasi penambahan gaya pada kemiringan........................................23

Gambar 2.6 Foto RS X dilihat tampak samping.......................................................26

Gambar 2.7 Denah Rumah Sakit X...........................................................................27

Gambar 2.8 Kerangka Teori......................................................................................28

Gambar 2.9 Kerangka Konsep..................................................................................29

Gambar 4.1 Dimensi brankar yang digunakan responden .......................................35

Gambar 4.2 Kondisi roda brankar yang digunakan petugas.....................................36

Gambar 4.3 Rute jalan miring antara IGD–Instalasi Bedah Sentral.........................36

Gambar 4.4 Rute jalan miring antara Instalasi Bedah Sentral –Bangsal Bedah.......37

Gambar 4.5 Rute jalan miring antara Instalasi Bedah Sentral –Bangsal Bedah.......37

Gambar 4.6 Ilustrasi penambahan gaya pada kemiringan .......................................38

Gambar 4.7 Postur kerja petugas dijalan mendatar (petugas depan)........................39

Gambar 4.8 Postur kerja petugas dijalan mendatar (petugas belakang)...................40

Gambar 4.9 Postur kerja petugas dijalan mendaki (petugas depan).........................41

Gambar 4.10 Postur kerja petugas dijalan mendaki (petugas belakang)....................41

Gambar 4.11 Postur kerja petugas dijalan menurun (petugas depan).........................42

Gambar 4.12 Postur kerja petugas dijalan menurun (petugas belakang)....................43

9

Page 10: baru

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data responden......................................................................................54

Lampiran 2 Kuesioner Nordic Body Map.................................................................55

Lampiran 3 Hasil data pengukuran antropometr statis petugas pendorong brankar.56

Lampiran 4 Indeks Massa Tubuh petugas pendorong brankar.................................57

10

Page 11: baru

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum

alam). Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

manajemen dan desain/perancangan.1 Ergonomi meliputiupaya penyesuaian peralatan

dan lingkungan pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia dalam rangka untuk

menurunkan beban kerja fisik pada pekerja. Apabila pekerja dalam melakukan

pekerjaannya tidak memperhatikan faktor ergonomi, maka dapat timbul penyakit

akibat kerja terutama pada sistem muskuloskeletal.5

Penyakit akibat kerja dapat mempengaruhi kemampuan kerja seorang pekerja.

Penyakit akibat kerja diartikan sebagai efek negatif dari kegiatan kerja terhadap

kesehatan fisik manusia antara lain keluhan nyeri pada berbagai otot ataupun

terjadinya kelelahan otot(fatigue).2,3 Kelelahan otot dapat timbul akibat kontraksi otot

yang berlebihan ataupun kontraksi otot terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup

lama. Proporsi kasus gangguan muskuloskeletal akibat kerja berdasarkan data

International Labour Organization (ILO) tahun 2003 menduduki peringkat pertama

yakni hampir 45% dari total kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan.

Identifikasi bahaya risiko pekerjaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,

antara lain dengan melakukan Hazard Identification and Risk Assessment Control

(HIRAC). Analisis risiko kerja dilakukan dengan mengidentifikasi semua faktor risiko

11

Page 12: baru

yang ada dalam proses kerja, melakukan penilaian risiko kerja dan melakukan

pengendalian faktor risiko.9 Salah satu faktor risiko kerja tersebut adalah ergonomi.

Menurut Neuman (2006) identifikasi faktor risiko ergonomi dapat dilakukan dengan

cara evaluasi lingkungan kerja, evaluasi sistem kerja, evaluasi gangguan kesehatan

dengan menggunakan kuisioner Nordic Body Map dan lain-lain. Evaluasi lingkungan

kerja bertujuan untuk menilai apakah suatu lingkungan kerja berpotensial untuk

menimbulkan gangguan kesehatan ditinjau dari aspek ergonomi. Kuisioner Nordic

Body Map bertujuan untuk menilai apakah ada terdapat dampak dari faktor ergonomi

kerja terhadap timbulnya keluhan gangguan muskuloskeletal pada pekerja.10

Kondisi geografis Kota X yang berbukit-bukit mengakibatkan letak bangunan-

bangunan dalam RS X tidak pada level ketinggian yang sama. Petugas pendorong

brankar di RS X bertugas untuk mendorong brankar untuk mengantarkan pasien yang

tidak mampu berjalan dari atau menuju ruang perawatan dan unit-unit penunjang

pelayanan medik lainnya seperti kamar operasi.

1.2 Perumusan masalah

Adanya topografi RS X yang berbukit-bukit, mengakibatkan petugas

pendorong brankar membawa pasien melalui rute perjalanan yang naik turun. Kondisi

topografi ini menimbulkan tambahan beban kerja fisik pada petugas brankar –selain

beban berat badan pasien yang didorong. Petugas brankar cenderung untuk mengalami

gangguan kesehatan pada sistem muskuloskeletal seperti mialgia, fatigue ataupun LBP

(Low back pain). Selain itu, kondisi lingkungan seperti ini dapat membahayakan

keselamatan pasien yakni terjatuh dari brankar. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak

RS Xuntuk meminimalisir kecelakaan ini antara lain dengan memasang karpet yang

12

Page 13: baru

memiliki permukaan kasar serta pemasangan keramik bertekstur kasar di beberapa

titik lokasi.

Hingga saat ini belum pernah dilakukan analisis faktor risiko ergonomi kerja di

RS X, terutama pada pekerja pendorong brankar.Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan analisis faktor risiko ergonomi kerja padapetugas pendorong brankar.

Dalam penelitian ini ditelaahergonomi kerja pada petugas pendorong brankar yang

mengantar pasien di atas brankar dengan rute Instalasi Gawat Darurat menuju Unit

Rawat Inap (URI) Bedah danInstalasi Bedah Sentral sebagai percontohan.

Pertanyaan penelitian dalam makalah ini adalah :

1 Bagaimana ukuran antropometri petugas pendorong brankar pada posisi statis dan

dinamis?

2 Bagaimana penilaian pengaruh kondisi topografi rute perjalanan petugas

pendorong brankar ditinjau dari aspek fisika kedokteran terhadap penambahan

beban kerja ?

3 Apa saja otot-otot yang berperan dominan pada petugas pendorong brankar saat

melewati rute perjalanan tersebut?

4 Apakah ada keluhan gangguan muskuloskeletal pada petugas pendorong brankar

dengan menggunakan kuisioner Nordic Body Map?

13

Page 14: baru

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Dilakukannya analisis faktor risiko ergonomi kerja pada petugas pendorong

brankar di RS X.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja,

adanya pekerjaan sampingan.

2. Diketahuinya ukuran antopometri petugas pendorong brankar pada posisi statis

dan dinamis.

3. Diketahuinya dimensi brankar yang digunakan petugas pendorong brankar.

4. Diketahuinya pengaruh kecuraman rute perjalanan yang dilalui oleh petugas

pendorong brankar dari Instalasi Gawat Darurat ke URI Bedah dan dari URI

Bedah ke Unit Bedah Sentral RS X.

5. Diketahuinya otot-otot yang berperan dominan pada petugas pendorong brankar

saat melewati rute di atas.

6. Diketahuinya adanya gangguan muskuloskeletal pada petugas pendorong brankar

dengan menggunakan kuisioner Nordic Body Map.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

a. Menambah wawasan peneliti tentang Kedokteran Kerja terutama tentang faktor

risiko ergonomi kerja.

b. Menambah wawasan peneliti tentang aplikasi K3 Rumah Sakit.

14

Page 15: baru

1.4.2 Bagi Kepala Bidang Perencanaandan Pengembangan Rumah Sakit X

Membantu terlaksananya evaluasi K3 –khususnya ergonomi kerja pada petugas

pendorong brankar- di RS X.

1.4.3 Bagi Direktur Rumah Sakit X

Sebagai masukan untuk perbaikan fasilitas rumah sakit dalam rangka

menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi petugas rumah sakit dan pasien.

15

Page 16: baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum

alam). Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

manajemen dan desain/perancangan.1 Ergonomi juga dapat dikatakan sebagai ilmu

yang mempelajari perilaku manusia dalamkaitannya dengan pekerjaan manusia

tersebut. Secara singkat dapat dikatakan ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan

dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan beban kerja yang akan

dihadapi.3Upaya yang dilakukan antara lain berupa penyesuaikan ukuran tempat kerja

dengan dimensi tubuh agar tubuh tidak mudah lelah, pengaturan suhu, cahaya dan

kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.1,2

Ergonomi terbagi atas makroergonomi dan mikroergonomi.Makroergonomi

adalah cabang keilmuan ergonomi yang membahas permasalahan ergonomi pada

sebuah organisasi.Mikroergonomi ialah cabang keilmuan ergonomi yang membahas

permasalahan yang terkait dengan desain ergonomi pada individu.Fokus dari keilmuan

ini dititikberatkan pada antropometri dan biomekanik.2

Selain pengkategorian makroergonomi dan mikroergonomi terdapat juga

pengkategorian ergonomi menjadi ergonomi fisikdan kognitif.Ergonomi fisik

membahas mengenai antropometri, lingkungan fisik di tempat kerja dan biomekanik.

Sedangkan ergonomi kognitif secara spesifik membahas tentang hubungan display dan

kontrol.1,2,3

16

Page 17: baru

Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang

sangat kompleks.Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari satu disiplin

ilmu saja.Oleh sebab itulah untuk mengembangkan ergonomi diperlukan dukungan

dari berbagai disiplin ilmu, antara lain psikologi, antropologi, faal kerja, biologi,

perencanaan kerja, fisika dan lain-lain.Masing-masing disiplin tersebut berfungsi

sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya, para perancang, dalam hal ini para ahli

teknik, bertugas untuk meramu masing-masing informasi di atas dan menggunakannya

sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja sehingga mencapai kegunaan

yang optimal.1,3

Ergonomi juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu

perusahaan atau organisasi.3 Hal ini dapat tercapai apabila terjadi kesesuaian antara

pekerja dengan pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja harus

dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan menurunkan jumlah

tenaga kerja yang tidak masuk kerja. Namun pendekatan ergonomi mencoba mencapai

kebaikan antara pekerja dan pimpinan perusahaan. Hal ini dapat dicapai dengan

memperhatikan empat tujuan utama antara lain memaksimalkan efeiensi tenaga kerja,

memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja, menganjurkan agar bekerja aman,

nyaman dan bersemangat dan memaksimalkan performansi kerja yang meyakinkan.1,3

Konsekuensi situasi kerja yang tidak ergonomis atau kondisi tubuh menjadi

kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan seorang bisa mengalami gangguan

kesehatan seperti gangguan otot rangka dan lain-lain. Oleh karena itu, ergomoni

penting karena pendekatan ergonomi membuat keserasian yang baik(standar) antara

manusia dengan instrumen atau lingkungan.3,14

17

Page 18: baru

Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor

keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk

mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain

stasiun kerja.2,13 Hal ini untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja,

desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi beban kerja. Desain suatu peletakan

instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer

informasi dengan dihasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan risiko

kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat.2,3

2.2 Hazard Identification Risk Assessment and Control

Hazard Identification Risk Assessment and Control (HIRAC) adalah

serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas rutin

ataupun non rutin di lingkungan kerja, kemudian melakukan penilaian risiko dari

bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian bahaya tersebut agar dapat

diminimalisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah dengan tujuan mencegah terjadi

kecelakaan. Jadi ada tiga bagian utama dalam HIRAC, yaitu upaya melakukan

identifikasi terhadap bahaya pada suatu pekerjaan, dilanjutkan dengan melakukan

penilaian risiko terhadap bahaya yang ada, setelah itu merekomendasikan upaya untuk

meminimalisir risiko terhadap bahaya yang ada.9

Hazard (bahaya) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berpotensi

menyebabkan kerugian berupa cidera atau sakit.Risk (risiko) merupakan hasil dari

kemungkinan sebuah bahaya menjadi kecelakaan dikombinasikan dengan tingkat

keparahan cidera/sakit pada sebuah kecelakaan yang terjadi. Risiko tidak bisa

dihilangkan, tetapi bisa ditekan menjadi seminimal mungkin. Control (pengendalian)

adalah upaya pengendalian untuk menekan risiko menjadi serendah mungkin.9

18

Page 19: baru

Hazard Identification Risk Assessment and Control(HIRAC) dibuat dan

dipersiapkan sebelum pekerjaan dimulai. Bisa dibuat berdasarkan imajinasi terhadap

sebuah pekerjaan yang akan dilaksanakan. Semakin berpengalaman seseorang dalam

sebuah pekerjaan, bisa dipastikan semakin akurat imajinasinya dalam mengidentifikasi

bahaya.Hal ini harus ditinjau secara berkala untuk memastikan tetap sesuai dengan

kondisi pekerjaan terkini.Apa bila diketahui bahwa banyak hazard yang tidak

teridentifikasi pada HIRAC yang ada, maka perlu dilakukan revisi HIRAC.9

2.3 Gangguan muskuloskeletal akibat kerja

Gangguan muskuloskeletal adalah masalah kesehatan yang paling banyak

dijumpai ditempat kerja. Salah satu penyebab timbulnya gejala gangguan

muskuloskeletal ini adalah kurang diperhatikannya ergonomi pada pekerja.Keadaan

timbulnya gangguan muskuloskeletal pada pekerja umumnya diketahui dari keluhan

pada otot pekerja tersebut.

Dari data yang dikumpulkan oleh dr.Herryanto, M.Kes, peneliti dari Pusat

Riset dan Pengembangan Ekologi Kesehatan Departemen Kesehatan(2004). Hasilnya

menunjukkan, gangguan muskuloskeletal dialami oleh sekitar 31,6% petani kelapa

sawit di Riau, 21% perajin wayang kulit di Yogyakarta, 18% perajin onix di Jawa

Barat, 16,4% penambang emas di Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor,

dan 8% perajin kuningan di Jawa Tengah. Perajin batu bata di Lampung dan nelayan

di DKI Jakarta adalah kelompok pekerja yang paling banyak menderita gangguan

muskuloskeletal, masing-masingnya sekitar 76,7% dan 41,6%. Rata-rata semua

pekerja tersebut mengeluhkan nyeri di punggung, bahu, dan pergelangan tangan.

2.4 Anatomi dan fisiologi muskuloskeletal

19

Page 20: baru

Dalam hal ini hanya dibahas tentang otot lurik (striated muscles) yaitu otot

yang pergerakannya disadari atas perintah (voluntary muscle). Otot terbentuk atas

fiber yang berukuran panjang dari 10 mm sampai dengan 400 mm dan berdiameter

0,01 mm sampai dengan 0,1 mm.1 Fiber terdiri dari miofibril yang tersusun atas sel-sel

filamen dari molekul aktin. Serabut otot bervariasi antara satu otot dengan yang

lainnya. Beberapa diantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat dari yang lainnya

dan hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk mempertahankan kontraksi badan

seperti misalnya otot pembentuk postur tubuh.1,12

Kontraksi otot dikatakan isometrik bila otot tidak memendek selama kontraksi

dan isotonik bila otot memendek tetapi tegangan pada otot tetap konstan.11 Didalam

tubuh otot dapat berkontraksi secara isometrik dan isotonik, tetapi sebenarnya

sebagian besar kontraksi adalah campuran dari keduanya. Bila seseorang berdiri,ia

meregangkan Mm. Quadricepsfemoris untuk memperkuat sendi lutut dan

mempertahankan tungkai tetap kaku, ini adalah kontraksi isometrik. Sebaliknya bila

seseorang mengangkat beban dengan M. Biceps brachii, ini adalah kontraksi isotonik.

Kontraksi otot-otot tungkai waktu berlari adalah campuran kontraksi isometrik dan

isotonik-isometrik terutama mempertahankan tungkai tetap kaku bila tungkai

menendang tanah dan isotonik terutama untuk menggerakkan tungkai.Suatu hal yang

penting bagi para ergonom untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang

beban statis.Beban statis yang terjadi pada semua otot adalah sebanding dengan

penampang melintangnya. Pelatihan yang cukup akan dapat meningkatkan jumlah

serabut ototnya.12

20

Page 21: baru

Gambar 2.1 Gambaran otot-otot rangka.21

Otot skelet adalah otot yang menimbulkan pergerakan pada rangka, terdiri dari

susunan serabut-serabut otot lurik.Otot skelet memiliki dua perlekatan atau

lebih.Perlekatan yang pergerakannya paling sedikit disebut origo, dan pergerakannya

paling banyak disebut insersio.Bagian yang paling berotot disebut venter. Ujung-ujung

otot melekat pada tulang, kartilago atau ligamentum dengan perantara pita jaringan

fibrosa yang disebut tendo.18

21

Page 22: baru

Tulang berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusi gaya/tegangan

yang ada padanya.Tulang yang besar dan panjang selalu mempunyai bentuk berlubang

yang berfungsi untuk memberikan perbandingan yang seimbang terhadap beban yang

terjadi pada tulang tersebut.Tulang berperan membentuk tubuh manusia dapat berdiri

tegak. Dan tulang pun tidak akan dapat berdiri tegak tanpa peran serta dari otot,

ligamen dan kartilago yang mengkombinasi dan memegang sambungan tulang secara

bersama-sama. Otot juga amat penting menjaga posisi tubuh agar tetap tegak sikap

sempurna.18

Gambar 2.2 Susunan otot rangka pada M.brachialis.21

Sambungan kartilago (cartilagenous joints) adalah sambungan yang berfungsi

untuk pergerakan yang relatif kecil, contohnya pada sambungan tulang iga (ribs) dan

pangkal tulang iga. Terdapat juga sambungan kartilago khusus diantara ruas-ruas

tulang belakang (vertebrae) yang dikenal sebagai discus intervertrebralis yang terdiri

dari pembungkus discus intervetrebralis yang dikelilingi oleh inti discus

intervetrebrelis(nucleus pulposus).Vertebra tersebut juga terdapat bersama-sama

dengan ligamen dan otot.Selain itu terdapat pula gerakan yang relatif kecil pada setiap

sambungannya, sehingga mengakibatkan adanya fleksibilitas badan manusia untuk

22

Page 23: baru

membungkuk, mengadah, dan memutar. Diskus tersebut berfungsi pula sebagai

peredam getaran pada saat manusia bergerak baik translasi maupun rotasi.18

Gambar 2.3 Sambungan kartilago pada columna vertebralis.18

Sambungan sinovial (synovial joints) adalah sambungan yang paling banyak

pada tangan dan kaki dan berfungsi untuk pergerakan/perputaran bebas, walaupun

tangan dan kaki tersebut amat terbatas pergerakannya misalnya arah dan rentang

gerakannya. Ujung tulang pada sambungan tertentu tertutup oleh artikulasi

kartilagenous lunak dan pada permukaannya. Permukaan ini tertutup dalam capsule

fibrous yang segaris dengan membran sinovial yang mengeluarkan cairan pelumas

sinovial.18

Gambar 2.4 Sambungan sinovial (Synovial joints) pada articulatio coxae.18

23

membran sinovial

Page 24: baru

Ligamen berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada

tulang.Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya dislokasi dan sekaligus

berfungsi untuk membatasi rentang gerakan. Hal tersebut disebabkan sifat ligamen

yang tidak elastis dan dapat meregang (stretch) dibawah gaya regang (tension)

tertentu.18

2.5 Faal kerja, beban kerja dan kapasitas kerja

Ilmu faal kerja adalah ilmu tentang fisiologi yanpg membahasfungsi-fungsi

organ tubuh saat manusia yang sedang bekerja.Secara faal, bekerja adalah hasil

kerjasama dalam koordinasi indera, otak dan susunan syaraf-syaraf dipusat dan

diperifer, serta serat otot-otot. Untuk pertukaran zat nutrisi yang diperlukan dan hasil

metabolismeyang harus dibuang diperlukan peredaran darah yang baik, terutama

peredaran darah ke otot-otot.19Kegiatan fisik memerlukan energi, semakin berat

kegiatan fisik akan semakin besar energi yang diperlukan. Jumlah kalori dalam hal ini

merupakan sebagai petunjuk besarnya beban pekerjaan. Timbulnya panas dari tubuh

sejalan dengan kenaikan suhu tubuh, dan usaha-usaha tubuh untuk mengeluarkan

panas akibat metabolisme.6,19

Beban kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai akibat

pekerjaan yang dilakukannya.20 Beban kerja sangatlah berpengaruh terhadap

produktifitas dan efisiensi tenaga kerja, beban kerja juga merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan para pekerja.18 Beban

kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja fisik berkaitan dengan

pergerakan otot. Salah satu kebutuhan umum dalam pergerakan otot adalah oksigen

yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi, dan

24

Page 25: baru

satuan energi adalah kalori, sedangkan menghitung kalori bertujuan untuk menghitung

asupan energi.

Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

dapat mengakibatkan seorang pegawai menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan bagi seorang tenaga

kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas kerja yang tinggi selain unsur

beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja.Kondisi lingkungan kerja

(misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat menjadi beban

tambahan terhadap pekerja.Beban kerja ini menentukan berapa lama seseorang dapat

bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya. Makin besar beban kerja, makin pendek

waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau gangguan.14,15

Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang pekerja untuk menyelesaikan

pekerjaannya dalam suatu medan kerja tertentu. Kemampuan kerja seorang tenaga

kerja berbeda dan sangat tergantung pada keterampilan, keserasian, status gizi, status

kesehatan, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh.13 Kapasitas kerja yang baik

seperti status kesehatan dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima

diperlukan agar seseorang dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Salah satu

akibat yang dapat dirasakan oleh tenaga kerja adalah terjadinya kelelahan.13,14,18 Faktor

usia pada pekerja dapat berpengaruh terhadap timbulnya perasaan lelah, seperti umur

tua akan terjadi penurunan kekuatan otot sehingga mudah mengalami kelelahan dan

akan mempengaruhi kapasitas kerja.3

2.6 Range of movement

25

Page 26: baru

Range of movement (ROM) adalah jarak dan arah pergerakan dari sebuah

sendi.Range of movement merupakan segenap gerakan yang dalam keadaan normal

dapat di lakukan oleh sendi dan jarak yang dicapai diukur dengan satuan derajat

lingkaran.11

Tabel 2.1 Range of movement11

No Bagian persendian Pergerakan

1 Punggung 1. Ekstensi 25º2. Fleksi 90º

3. Fleksi lateral 25 º

No Bagian Persendian Pergerakan2 Leher 4. Ekstensi 60º

26

Page 27: baru

5. Fleksi 50 º

6. Rotasi 80 º

7. Lateral bending 45 º

No Bagian persendian Pergerakan3 Pinggul 8. Ekstensi 100º

27

Page 28: baru

9. Fleksi 100º (Lutut fleksi)

10. Adduksi 10 º Abduksi 40 º

4 Lutut 11. Fleksi 150º Ekstensi 0 º

No Bagian persendian Pergerakan5 Bahu 12. Ekstensi 50 º

28

Page 29: baru

13. Fleksi 150 º

14. Abduksi 150º15. Adduksi 30º

6 Siku 16. Ekstensi 0º17. Fleksi 150º

No Bagian persendian Pergerakan7 Lengan bawah 18. Pronasi 80º

29

Page 30: baru

19. Supinasi 80º

8 Pergelangan tangan 20. Ekstensi 60 º21. Fleksi 60 º

22. Radial 20 º23. Ulnar 30 º

No Bagian persendian Pergerakan

9 Pergelangan kaki 24. Plantar 40 º25. Dorsal 20 º

30

Page 31: baru

26. Inversi 30 º27. Eversi 20 º

2.7 Kelelahan otot

Kelelahan (fatigue) adalah perasaan lelah atau kelelahan atau kebutuhan untuk

beristirahat karena kurangnya energi atau kekuatan.12 Kontraksi kuat otot yang

berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot.12

Kelelahan otot adalah ketidakmampuan mempertahankan kontraksi otot pada tingkat

tertentu walaupun rangsangan dilanjutkan. Saraf terus bekerja dengan baik, impuls

saraf berjalan secara normal melalui hubungan otot-saraf masuk ke dalam serabut-

serabut otot, dan potensial aksi normal menyebar ke serabut-serabut otot, tetapi

kontraksi makin lama makin lemah karena serabut-serabut otot sendiri kekurangan

ATP (adenosin trifosfat). Faktor yang mencetuskannya adalah kondisi iskemia yang

31

Page 32: baru

terjadi selama otot-otot berkontraksi secara berlebihan.Pada kondisi otot berkontraksi

secara isometrik, aktifitas ini dapat mengurangi aliran darah ke jaringan otot untuk

memenuhi kebutuhan oksigen. Akibat aliran darah yang tidak normal tersebut juga

menyebabkan penimbunan asam laktat sehingga menghambat enzim penghasil

energi.11,13 Hambatan aliran darah yang menuju ke otot yang sedang berkontraksi

mengakibatkan kelelahan otot hampir sempurna dalam waktu kurang dari satu menit

karena kehilangan suplai zat gizi dengan nyata.12

Berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu

waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya

berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada

akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang

menguntungkan seperti melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan

pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja sehingga

dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya.7,12

2.8 Pengaruh kemiringan jalan terhadap beban kerja

Salah satu faktor yang memperberat beban kerja adalah kondisi lingkungan

kerja yang kurang baik.Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik ini salah satunya

adalah kemiringan jalan yang dilalui pekerja-pekerja, terutama pekerja yang

menggunakan bekerja secara manual handling.Pada kondisi jalan yang memiliki

kemiringan tertentu, pekerja haruslah melakukan usaha yang lebih besar untuk

melakukan pekerjaannya dibandingkan jalan yang datar.

32

ӨFy

Fg

Fx

Page 33: baru

Keterangan : Fx (Gaya paralel)Fy (Gaya tegak lurus)Fg (Gaya gravitasi)

Fx = Fg sin ӨFy = Fg cos Ө

Gambar 2.5 Ilustrasi penambahan gaya pada kemiringan22

Dari ilustrasi diatas dapat dilihat terdapat beberapa gaya tambahan yang terjadi

pada kondisi permukaan lantai miring. Gaya tegak lurus (Fy) menyebabkan objek akan

menyebabkan objek menekan bidang miring yang memperbesar gaya gesek, hal ini

sangat akan mempengaruhi gaya paralel (Fx) jika terdapat gaya gesek. Gaya paralel

(Fx) akan menarik objek ke bawah bidang miring. Tanpa gesekan, gaya ini akan

mengakibatkan objek semakin cepat menuruni bidang miring. Jika gesekan ada tetapi

tidak lebih besar dari gaya paralel, maka objek akan tetap menuruni bidang miring

yang artinya masih ada gaya paralel, tetapi percepatannya lebih kecil apabila bidang

miring tersebut tanpa gesekan.20

Pada kondisi jalan yang memiliki kemiringan tertentu akan menimbulkan gaya

ekstra yang menyebabkan objek akan menuruni jalan dengan lebih cepat atau

menimbulkan tambahan beban kerja jika obyek bergerak mendaki jalan. Dengan

demikian para pekerja yang bekerja mendorong sebuah objek menaiki jalan yang

menanjak akan membutuhkan usaha lebih daripada mendorong dijalan yang rata.

Demikian juga ketika melalui jalan yang menurun, pekerja juga akan membutuhkan

usaha lebih untuk mengurangi percepatan menurun objek yang bertambah karena gaya

paralel tadi. Hal ini dapat dikurangi dengan membuat gaya gesek antara objek dan

33

Page 34: baru

permukaan jalan. Dengan menambahkan gaya gesek, gaya paralel dan percepatan

menurun objek akan berkurang. Sehingga pekerja yang bekerja di jalan dengan

kemiringan yang memiliki gaya gesek akan mengurangi usahanya dibandingkan

bekerja dijalan dengan kemiringan yang tidak memiliki gaya gesek.20

2.8 Kuisioner Nordic Body Map

Kuisioner nordic body map merupakan salah satu bentuk kuisioner checklist

ergonomi yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya keluhan muskuloskeletal

pada pekerja dengan menggunakan sebuah kuisioner. Kuisioner nordic body map

sudah terstandarisasi dan sering digunakan untuk mengetahui ketidak nyamanan pada

sistem muskuloskeletal para pekerja.7,17

Pengisian kuisioner nordic body map bertujuan untuk mengetahui bagian

tubuh dari pekerja yang terasa sakit. Kuisioner ini menggunakan gambar tubuh

manusia yang terbagi dalam beberapa bagian. Bagian utamanya terdiri dari leher,

bahu, punggung bagian atas, punggung bagian bawah, punggung bagian bawah, siku,

pergelangan tangan, pinggang, lutut dan kaki.17

Teknik pengisian kuisioner ini dengan cara wawancara langsung kepada tenaga

kerja dengan menanyakan adanya keluhan muskuloskeletal pada bagian tubuhnya.

Gambar yang terdapat pada kuisioner ini bertujuan untuk menggambarkan posisi

bagian tubuh yang mengalami keluhan muskuloskeletal.

Tabel 2.2 Daftar pertanyaan kuisioner Nordic body map

34

Page 35: baru

2.9 Profil Rumah Sakit X

No Jenis Keluhan Tingkat keluhan

Tidak sakit Sakit 0 Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku dileher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit di lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kanan 13 Sakit pada lengan bawah kiri 14 Sakit pada pergelangan tangan kanan 15 Sakit pada pergelangan tangan kiri 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri25 Sakit pada pergelangan kaki kanan26 Sakit pada kaki kiri27 Sakit pada kaki kanan

35

Page 36: baru

Rumah Sakit X didirikan pada tahun 1915, merupakan rumah sakit kelas C.

Rumah Sakit X yang merupakan satu-satunya rumah sakit yang ada di Kota X dimana

setiap tahunnya selalu berkembang, baik pada sarana fisik rumah sakit maupun pada

prasarananya serta peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya.

Gambar 2.6 Foto RS X dilihat tampak samping

Rumah Sakit X terletak pada area seluas 2,2 hektar dengan level ketinggian

yang berbeda-beda. Bangunan bangsal rawat inap penyakit dalam berada pada level

ketinggian terendah, diikuti bangunan Gedung Utama pada level sedikit di atasnya,

selanjutnya bangunan Gizi dan Laundry, bangsal rawat inap VIP, bangsal rawat inap

bedah dan mata. Pada ketinggian selanjutnya bangsal rawat inap Anak), Instalasi

Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Unit Transfusi Darah, Unit Fisioterapi, Unit

Hemodialisa, Intensive Care Unit dan Instalasi Gawat Darurat. Pada level permukaan

tertinggi terletak Instalasi Bedah Sentral dan bangunan bangsal rawat inap (Kebidanan

dan Kandungan).

36

Page 37: baru

Keterangan gambar.1. Gedung Utama (Poliklinik/Apotik/Laboratorium)2. Instalasi Gawat Darurat (IGD)3. IRNA Penyakit Dalam Wanita4. IRNA Penyakit Dalam Pria5. Ruang Status Pasien (MR)6. Ruang Penunjang (HD, UTD, Fisioterapi, IPS-RS, ICU, gudang obat)7. IRNA VIP8. Bedah Sentral (OK) dan Komite Medis9. IRNA Kebidanan dan Anak10. IRNA Bedah dan Mata11. Instalasi Gizi dan Laundry12. Gudang13. Radiologi (Rontgen)14. Apotik Pelengkap15. Mushalla16. Pembakaran Sampah Medis (Incenerator)17. Generator Set18. Kafetaria

Gambar 2.7 Denah Rumah Sakit X

37

Page 38: baru

2.10 Kerangka teori

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan ke

dalam suatu kerangka teori yang mendasari penelitian ini seperti terlihat padaskema.

Gambar 2.8 Kerangka teori

38

Gangguan

Muskuloskeletal(fatigue,

mialgia)

Beban KerjaKapasitas Kerja

Faktor individuUsiaJenis kelaminAntropometriStatus gizi

Kondisi lingkungan kerja

Jenis kerjaWaktu kerjaMasa kerjaPekerjaan lain

Page 39: baru

2.11 Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan ke

dalam suatu kerangka konsep yang mendasari penelitian ini seperti terlihat pada

skema.

Gambar 2.9 Kerangka konsep

39

Gangguan

Muskuloskeletal

(fatigue, mialgia)

Beban KerjaKapasitas Kerja

Faktor individuUsiaJenis kelaminAntropometriStatus gizi

Kondisi lingkungan kerja-Kemiringan jalan-Brankar

Waktu kerjaMasa kerjaPekerjaan lain

Kuisioner nordic body map

Identifikasi

Page 40: baru

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

menggambarkan kondisi lingkungan kerja petugas brankar dan proporsi keluhan

muskuloskeletal pada petugas brankar.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah sakit X. Penelitian ini dilakukan sejak Maret

2012 dengan melakukan survei awal pada 22 – 25 Maret 2012. Pengambilan data

dilakukan di RS X selama bulan Juli2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pendorong brankar yang bekerja

di RS X yang berjumlah 10 orang.Sampel dalam penelitian ini adalah petugas

pendorong brankar yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi responden pada

penelitian ini yaitu bersedia menjadi subjek penelitian. Pada penelitian ini sampel

adalah seluruh populasi (sampel jenuh).

3.4 Variabel penelitian dan definisi operasional

Tabel 3.1 Variabel penelitian dan Definisi operasional

No Nama variabel

Definisi operasional Alat Skala Keterangan

1 Jenis kelamin Merupakan pertanda gender dari responden

nominal Laki-laki/ Perempuan

2 Usia Umur responden yang Ordinal ≤30 tahun, 31-40

40

Page 41: baru

mengikuti penelitian tahun, >40 tahun3 Masa kerja Masa kerja responden

yang mengikuti penelitianOrdinal ≤12 bulan, >12

bulan

4 Status gizi Status gizi responden yang mengilkuti penelitian dilihat dari IMT

Timbangan, meteran

Ordinal Gizi kurang (<18,5), Normal (18,5-22,9), Overweight(23,0-26,9), Obes I (27,0-29,9),Obes II (≥30)

5 Derajat kemiringan jalan

Derajat kemiringan jalan yang terdapat sepanjang rute yang diteliti diRSX

Busur, waterpass

Ratio Derajat(0)

6 Gangguan muskuloskeletal

Gangguan muskuloskeletal yang didapatkan dari hasil wawancara dengan bantuan kuisioner

Kuisioner nordic body map

nominal Tidak sakit/Sakit

3.5 Instrumen penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil foto rute jalan. Untuk mengukur

kemiringan jalan yang dilalui petugas pendorong brankar, dilakukan pengukuran

dengan menggunakan waterpass. Meteran digunakan untuk mengukur panjang

lintasan yang landai yang dilalui petugas pendorong brankar.

Pengukuran antropometri petugas brankar dilakukan dengan menggunakan

meteran dan busur derajat. Pengukuran dilakukan pada posisi statis dan dinamis. Hasil

pengukuran dalam satuan sentimeter (untuk panjang atau jarak) serta derajat (untuk

pembentukan sudut). Observasi postur kerja dari petugas pendorong brankar dilakukan

dengan menggunakan kamera digital dan handycam.

Selanjutnya untuk mengetahui adanya keluhan gangguan muskuloskeletal pada

petugas pendorong brankar digunakan kuisioner nordic body map (lihat lampiran 1-2).

Kuisioner nordic body map adalah kuisioner yang paling sering digunakan untuk

41

Page 42: baru

melihat keluhan subjektif pada para pekerja karena sudah terstandarisasi dan tersusun

rapi, dimulai dari leher sampai dengan kaki.

3.6 Pengambilan data

Data yang diambil dalam penelitian ini bersifat data primer. Adapun data yang

diambil dalam penelitian ini yaitu :

1. Rute perjalanan petugas brankar / brankarman, yaitu rute Instalasi Gawat Darurat

Unit Rawat Inap (URI) Bedah Unit Bedah Sentral.

a. menentukan titik-titik jalan yang memiliki kemiringan pada daerah yang dilalui

oleh petugas pendorong brankar.

b. Mengukur sudut kemiringan dengan menggunakan waterpass.

c. Mengukur panjang jalan yang landai dengan menggunakan meteran.

d. mengambildokumentasi foto jalan yang memiliki kemiringan, dengan

memperhatikan sudut kemiringannya.

e. Mengambil dokumentasi foto petugas pendorong brankar ketika mendorong

brankarmelalui jalan tersebut

2. Wawancara dengan petugas brankar untuk mengetahui identitas dan masa kerja

3. Pengukuran antropometri petugas brankar dalam posisi statis dan dinamis

4. Pengisian kuisioner Nordic Body Map, dengan melakukan wawancara dan

membagikan kuisioner kepada responden. Pengisian kuisioner nordic body map ini

bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit saat sedang

bekerja

42

Page 43: baru

3.7 Pengolahan data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan secara manual dan

komputerisasi.Pengolahan data foto dari rute jalan dan posisi bekerja petugas

pendorong brankar diolah dengan analisa foto. Analisa foto pada rute jalan akan

dilakukan pengukuran sudut kemiringan jalan dan panjang lintasan miring tersebut.

Analisa postur kerja petugas brankar saat mendorong brankar dilakukan berdasarkan

hasil analisa foto dan rekaman video.

Dan data hasil dari wawancara dan kuisioner nordic body map yang berupa

keluhan subjektif muskuloskeletal akan diolah menggunakan tabel univariat. Data

disajikan dalam bentuk narasi, tabel frekuensi dan grafik.

3.8 Etika penelitian

Penelitian ini sudah lolos kaji etik dari Unit Etika Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Riau No.134/UN19.1.28/UEPKK/2012.

43

Page 44: baru

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja, adanya pekerjaan sampingan dan status gizi

Di RSX terdapat 10 responden yang semuanya menjadi sampel pada penelitian

ini. Adapun karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja, pekerjaan sampingan, status gizi (n=10)

No. Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)1. Jenis kelamin

Laki-laki 10 1002.Usia

<30 tahun 6 6031-40 tahun 3 30>40 tahun 1 10

3.Masa Kerja<12 bulan 3 30>12 bulan 7 70

4.Memiliki pekerjaan sampinganYa 2 20Tidak 8 80

5.Status giziNormal 9 90Overweight 1 10

Petugas pendorong brankar bekerja selama 8 jam shift kerja dengan pengaturan

rotasi shift kerja yang terbagi atas shift pagi, shift sore dan shift malam. Shift pagi

dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, shift sore dari jam 4 sore sampai jam 12

tengah malam dan shift malam dari jam 12 malam saapai jam 8 pagi. Pada shift pagi

petugas pendorong brankar yang ditugaskan berjumlah 5 orang, pada shift sore

ditugaskan 3 orang, dan pada shift malam ditugaskan 2 orang.

Setiap harinya petugas pendorong brankar rata-rata mendorong 7 orang pasien.

Dalam sekali mendorong membutuhkan tenaga 2 orang petugas.

44

Page 45: baru

4.2. Ukuran antopometri petugas pendorong brankar pada posisi statis dan dinamis

Setelah dilakukan pengukuram antropometri pada responden didapatkan

ukuran-ukuran tubuh responden. Hasil pengukuran antropometri statis rata-rata pada

responden yang didapat adalah tinggi badan berdiri 165,2cm, tinggi bahu berdiri

136,6cm, tinggi siku berdiri 103,6cm, tinggi panggul berdiri 95,4cm, lebar

bahu(bideltoid) 45,8cm, lebar bahu(biakromial) 34,7cm, panjang ekstremitas atas

70,5cm,panjang bahu ke siku 33,35cm, panjang siku ke ujung jari 44,8cm, panjang

bahu ke genggaman 58,9cm, lebar rentang siku 88,6cm dan jangkauan genggaman ke

depan 63,9cm. Hasil lebih rinci dapat dilihat di lampiran 3 antropometri statis

responden.

4.3 Dimensi brankar yang digunakan

Gambar 4.1 Dimensi brankar yang digunakan responden

Dimensi brankar yang digunakan oleh petugas pendorong brankar

adalah188x59x74cm. Kondisi brankar yang digunakan dalam kondisi yang baik.

45

74cm

74cm

59cm

188cm

25cm

Page 46: baru

Gambar 4.2 Kondisi roda brankar yang digunakan petugas

Roda brankar yang digunakan merupakan roda karet tekstur keras. Tidak

terdapat rem pada brankar yang digunakan petugas, hanya terdapat rem pengunci roda

brankar ketika brankar tidak digunakan.

4.4 Kecuraman rute perjalanan dari Instalasi Gawat Darurat ke URI Bedah dan dari URI Bedah ke Unit Bedah Sentral RSX

Pada penelitian ini dilakukan analisa rute yang dilalui oleh petugas brankar

yang membawa pasien kasus bedah dari Instalasi Gawat Darurat menuju Bangsal

Rawat Inap Bougenville serta lintasan ke Instalasi Bedah Sentral.

Gambar 4.3 Rute jalan miring antara IGD–Instalasi Bedah Sentral

Pada lintasan ini jalan menanjak lurus dimulai dari depan pintu IPS-RS sampai

dengan pintu keluar pasien Instalasi Bedah Sentral sepanjang 19,2 meter dengan sudut

46

Ɵ

Page 47: baru

kemiringan 10 derajat. Pemukaan jalan dibuat kasar dari cor beton. Tidak terdapat

pegangan pengaman di sisi kanan dan kiri jalan. Sementara sisi jalan adalah Instalasi

PRS dan tanah yang curam mengarah ke Unit Rawat Inap (URI) VIP.

Gambar 4.4 dan gambar 4.5 Rute jalan miring antara Instalasi Bedah Sentral –Bangsal Bedah

Pada lintasan ini terdapat dua jalan menurun. Penurunan pertama sepanjang

9,97 meter dengan sudut kemiringan sebesar 6 derajat dan penurunan kedua sepanjang

5,06 meter dengan sudut kemiringan sebesar 7 derajat. Pemukaan jalan dibuat agak

kasar dari keramik kasar.

Menurut gambar diatas terdapat 3 titik kemiringan jalan yang diteliti dengan

kemiringan yang bervariasi. Dengan demikian dapat dihitung berapa penambahan

gaya yang ditimbulkan oleh jalan-jalan tersebut.

47

Ɵ

Page 48: baru

Keterangan : Fx (Gaya paralel)Fy (Gaya tegak lurus)Fg (Gaya gravitasi)

Fx = Fg sin ӨFy = Fg cos Ө

Gambar 4.6 Ilustrasi penambahan gaya pada kemiringan

Contoh perhitungan :

m= massa brankar + massa pasien

Fx = Fg sinӨ = m.g . sin 10 = m. 9.8m/s2. 0,17 = m.1,6 N

Penambahan gaya oleh kemiringan 100 adalah 1.6m N.

4.6 Otot-otot dominan saat mendorong brankar

Berdasarkan analisis gambar posisi kerja petugas terbagi dalam beberapa

kondisi yaitu jalan datar, mendaki dan menurun. Sebagai contoh, dilakukan observasi

dan analisa postur kerja pada 2 petugas brankar yang sedang bekerja. Satu orang

mendorong brankar dari belakang (arah kepala pasien) dengan posisi menghadap

brankar dan satu petugas brankar lagi berjalan di depan brankar yang bertugas menarik

dan atau menahan brankar (arah kaki pasien) dengan posisi membelakangi brankar.

Pada saat jalan mendatar, petugas didepan mengalami ekstensi bahu, ekstensi

siku, supinasi lengan bawah dan sedikit ekstensi pergelangan tangan. Dengan

demikian otot-otot yang rentan mengalami cidera adalah m. sternocleidomastoideus,

48

Ө

FyFg

Fx

Page 49: baru

m. deltoideus, m. trapezius, m. brachialis, m. biceps brachii, m.tricep brachii, m.

anconeus, m. supinator dan m. extensor carpi ulnaris. Sedangkan posisi petugas

belakang mengalami ekstensi bahu, fleksi siku, pronasi lengan bawah dan ekstensi

pergelangan tangan. Dengan demikian otot-otot yang rentang mengalami cidera adalah

m. deltoideus, m. trapezius, m. brachialis, m. brachioradialis, m. biceps brachii,

m.tricep brachii, m. pronator teres, m. pronator quardatus dan m. extensor carpi

ulnaris. Sebagai ilustrasi postur kerja saat membawa brankar menelusuri jalan

mendatar dapat dilihat pada gambar 4.7 dan gambar 4.8 di bawah ini.

Gambar 4.7 postur kerja petugas dijalan mendatar (petugas depan)

49

Page 50: baru

Gambar 4.8 postur kerja petugas dijalan mendatar (petugas belakang)

Pada saat jalan mendaki, petugas di depan mengalami fleksi punggung, fleksi

leher, ekstensi bahu, fleski siku, supinasi lengan bawah dan ekstensi pergelangan

tangan. Dengan demikian otot-otot yang rentang mengalami cidera adalah m.

sternocleidomastoideus, m. deltoideus, m. trapezius, m. brachialis, m. biceps brachii,

m.tricep brachii, m. supinator, m. extensor carpi ulnaris. Sedangkan petugas belakang

mengalami fleksi punggung, fleksi leher, fleksi bahu, ekstensi siku, pronasi lengan

bawah dan ekstensi pergelangan tangan. Dengan demikian otot-otot yang rentang

mengalami cidera adalah m. sternocleidomastoideus, m. deltoideus, m. trapezius, m.

brachialis, m. biceps brachii, m.tricep brachii, m. anconeus, m. pronator teres, m.

pronator quardatus dan m. extensor carpi ulnaris. Sebagai ilustrasi postur kerja saat

membawa brankar menapaki jalan mendaki dapatdilihat pada gambar 4.9 dan gambar

4.10 di bawah ini.

50

Page 51: baru

Gambar 4.9 postur kerja petugas dijalan mendaki (petugas depan)

Gambar 4.10 postur kerja petugas dijalan mendaki (petugas belakang)

51

Page 52: baru

Pada saat jalan menurun, petugas didepan mengalami ekstensi bahu, ekstensi

siku, pronasi lengan bawah dan ekstensi pergelangan tangan. Dengan demikian otot-

otot yang rentang mengalami cidera adalah m. sternocleidomastoideus, m. deltoideus,

m. trapezius, m. brachialis, m. biceps brachii, m.coracobrachialis, m.tricep brachii, m.

anconeus, m. pronator teres, m. pronator quardatus dan m. extensor carpi ulnaris.

Sedangkan petugas belakang mengalami fleksi bahu, fleksi siku, supinasi lengan

bawah dan ekstensi pergelangan tangan.Dengan demikian otot-otot yang rentang

mengalami cidera adalah m. sternocleidomastoideus, m. deltoideus, m. trapezius, m.

brachialis, m. biceps brachii, m.tricep brachii, m. supinator, m. extensor carpi ulnaris .

Sebagai ilustrasi postur kerja saat membawa brankar menempuh jalan menurun dapat

dilihat pada gambar 4.11 dan gambar 4.12 di bawah ini.

Gambar 4.11 postur kerja petugas dijalan menurun (petugas depan)

52

Page 53: baru

Gambar 4.12 postur kerja petugas dijalan menurun (petugas belakang)

Pergerakan kaki dari petugas tidak tampak posisi yang menyulitkan. Otot-otot

yang dominan berkontraksi di bagian bokong hingga ekstremitas bawah pada saat

mendorong brankar adalah m. gluteus maximus, m. adductor magnus, m. adductor

longus, m. quadriceps femoris, m. biscep femoris, m. tibialis anterior, m.

gastrocnemius, dan m. soleus.

4.5 Deteksi Keluhan muskuloskeletal pada dengan menggunakan kuisioner Nordic Body Map

Tidak semua responden yang memiliki keluhan gangguan muskuloskeletal

akibat pekerjaan mereka. Dari 10 responden, terdapat 5 orang (50%) yang mengalami

keluhan muskuloskeletal pada bagian tubuh yang berbeda.

Tabel 4.2 Frekuensi keluhan gangguan muskuloskeletal berdasarkan wawancara dan bantuan kuisioner nordic body map.

Variabel Tingkat keluhan

Tidak sakit Sakit

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

53

Page 54: baru

Leher bagian atas 9 90 1 10Leher bagian bawah 8 80 2 20Bahu kiri 9 90 1 10Bahu kanan 9 90 1 10Lengan atas kiri 9 90 1 10Punggung 10 100 0 0Lengan atas kanan 9 90 1 10Pinggang 9 90 1 10Panggul 9 90 1 10Bokong 9 90 1 10Siku kiri 10 100 0 0Siku kanan 10 100 0 0Lengan bawah kanan 10 100 0 0Lengan bawah kiri 10 100 0 0Pergelangan tangan kanan 10 100 0 0Pergelangan tangan kiri 10 100 0 0Tangan kiri 10 100 0 0Tangan kanan 10 100 0 0Paha kiri 9 90 1 10Paha kanan 9 90 1 10Lutut kiri 10 100 0 0Lutut kanan 10 100 0 0Betis kiri 8 80 2 20Betis kanan 8 80 2 20Pergelangan kaki kiri 10 100 0 0Pergelangan kaki kanan 10 100 0 0Kaki kiri 10 100 0 0Kaki kanan 10 100 0 0

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hanya sebagian kecil dari bagian tubuh

responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal. Rata-rata hanya 10% dari

responden yang mengeluhkan pada bagian yang ada keluhan, hanya 20% dari

responden mengeluhkan gangguan pada leher bagian atas, betis kiri dan betis kanan.

Bagian tubuh lainnya tidak ada yang mengeluhkan gangguan muskuloskeletal.

54

Page 55: baru

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, masa kerja, adanya pekerjaan sampingan dan status gizi

Pada penelitian ini responden berjumlah 10 orang . Semua responden adalah

laki-laki. Responden terbanyak berasal dari kelompok usia dibawah 30 tahun (60%)

dengan masa kerja terbanyak lebih dari 12 bulan (70%). Selain bekerja sebagai

petugas pendorong brankar beberapa responden ada yang memiliki pekerjaan

sampingan sebagai tukang cat dan tukang ojeg. Status gizi responden hanya satu orang

(10%) yang overweight, selebihnya dengan status gizi normal.

Pada pekerjaan sebagai petugas pendorong brankar ini termasuk perkerjaan

yang berat, oleh sebab itu pekerjaan ini semuanya dilakukan oleh petugas pria karena

diameter dan masa otot nya lebih besar dibandingkan wanita. Pada usia yang lebih

muda tentunya tenaga seseorang akan lebih kuat, karena pada usia lanjut akan terjadi

penurunan kemampuan aktifitas fisik yang disebabkan oleh penysutan jaringan tubuh

secara bertahap. Oleh karena itu mayoritas petugas pendorong brankar dipilih pekerja

yang masih cukup muda. Dilihat dari pekerjaan sampingan responden tentu saja

mengarah ke status kerja harian mereka. Pekerjaan sampingan yang dilakukan

responden juga dapat menimbulkan cidera muskuloskeletal, hal ini dapat

menyebabkan keraguan penyebab timbulnya cidera muskuloskeletal yang disebabkan

oleh pekerjaan sebagai petugas pendorong brankar atau pekerjaan sampingan mereka.

55

Page 56: baru

5.2 Ukuran antopometri petugas pendorong brankar pada posisi statis dan dinamis

Dalam penelitian ini pengukuran antropometri dilakukan kepada semua

responden. Tidak terdapat masalah penyesuaian antropometri responden dengan alat

maupun lingkungan kerja petugas pendorong brankar. Rata-rata tinggi responden

adalah 165cm dan tinggi bahu berdiri 136cm, memungkinkan penggunaan brankar

dapat optimal dan tidak menyebabkan bekerja dalam posisi yang menyulitkan petugas.

Tidak terdapat ukuran yang terlalu jauh dengan rata-rata ukuran tubuh orang

Indonesia, rata-rata tinggi pria Indonesia adalah 160-170cm.23

5.3 Dimensi brankar yang digunakan

Peralatan yang digunakan petugas pendorong brankar dalam bekerja adalah

berupa brankar yang berdimensi 188x59x74cm. Dengan tinggi peganggan pendorong

setinggi 74cm. Ukuran brankar yang digunakan ini jika dibandingkan dengan brankar-

brankar yang digunakan ditempat lain sudah termasuk ukuran standar yaitu 185-

200x55-65x50-90cm.

Kondisi brankar masih dalam kondisi bagus dan masih bisa digunakan secara

optimal oleh petugas. Kondisi roda dari brankar yang digunakan adalah roda karet

keras. Kondisi brankar tanpa rem ini menyebabkan petugas harus menggunakan

tenaganya sendiri untuk melakukan perlambatan ketika melewati jalan menurun.

5.4 Kecuraman rute perjalanan dari Instalasi Gawat Darurat ke URI Bedah dan dari URI Bedah ke Unit Bedah Sentral RS X

Dalam rute Instalasi Gawat Darurat ke URI Bedah dan dari URI Bedah ke Unit

Bedah Sentral RS X didapatkan 3 titik jalan yang memiliki kemiringan jalan.

56

Page 57: baru

Kemiringan jalan ini tentunya akan menyebabkan timbulnya gaya tambahan menuruni

jalan. Contohnya pada kemiringan dirute dari IGD ke Instalasi Bedah Sentral yang

memiliki kemiringan 100 akan menimbulkan gaya tambagan menuruni kalan sebesar

1,6m Newton. Gaya tambahan yang timbul saat petugas mendorong brankar naik akan

menyebabkan penambahan beban dorongannya. Gaya tambahan yang tibul saat

petugas mendorong brankar menuruni jalan, petugas akan menahan laju brankar yang

yang mendapatkan gaya tambahan tersebut. Tentunya hal tersebut juga akan

mempengaruhi postur kerja petugas. Kontraksi otot-otot yang dominan dalam

mendorong brankar akan semakin kuat.

5.5 Otot-otot dominan saat mendorong brankar

Pada penelitian ini dilakukan analisa foto responden yang sedang bekerja, yaitu

mengantarkan pasien menggunakan brankar. Dilihat dari keluhan muskuloskeletal

yang timbul, tentunya disebabkan oleh kontraksi otot yang berlebihan. Otot-otot yang

berperan dominan pada saat mendorong brankar adalah m. sternocleidomastoideus, m.

deltoideus, m. trapezius, m. brachialis, m. biceps brachii, m.tricep brachii,

m.coracobrachialis m. brachioradialis, m. anconeus, m. supinator, m. pronator teres,

m. pronator quardatus, m. extensor carpi ulnaris, m. gluteus maximus, m. adductor

magnus, m. adductor longus, m. quadriceps femoris, m. biscep femoris, m. tibialis

anterior, m. gastrocnemius dan m. soleus inilah yang mungkin menjadi keluhan pada

beberapa petugas. Hal ini dapat terjadi selain karena kontraksi yang berlebihan, juga

dapat disebabkan oleh postur kerja yang kurang sesuai. Seperti contohnya keluhan

pada betis, ini merupakan keluhan pada m.gastrocnemius.22

57

Page 58: baru

5.6 Deteksi Keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan kuisioner nordic body map

Pada penelitian ini dilakukan wawancara langsung ke responden dengan

bantuan kuisioner nordic body map. Terdapat 5 responden dengan tanpa keluhan

mueskuloskeletal selama bekerja sebagai petugas pendorong brankar. Dengan lokasi

keluhan yang bervariasi. Keluhan muskuloskeletal ini timbul biasanya setelah

responden mendorong brankar dengan frekuensi yang sering dalam satu kali shift kerja

mereka. Lokasi keluhannya yaitu pada leher bagian atas, leher bagian bawah, bahu kiri

dan kanan, lengan atas kiri dan kanan, pinggang, panggul, bokong, paha kiri dan

kanan, betis kiri dan kanan. Dalam keluhan responden dapat dilihat kedua sisi

tubuhnya mengalami keluhan muskuloskeletal. Ini menandakan kedua sisi tubuh

menopang beban yang sama.

Keluhan tersebut menyebabkan responden tidak dapat bekerja secara optimal,

karena terjadinya fatigue. Kondisi kelelahan otot ini dapat disebabkan oleh kontraksi

otot(isotonik dan isometrik) yang berlebihan dalam jangka waktu yang cukup lama.12

Sebagian besar kelelahan disebabkan oleh ketidakmampuan proses kontraksi dan

metabolik otot untuk terus berkontraksi dengan kekuatan yang sama dan akan

menurun setelah aktivitas otot mengurangi kontraksi otot berikutnya.

58

Page 59: baru

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Penelitian tentang analis faktor risiko ergonomi kerja pada petugas pendorong

brankar di RS X dapat disimpulkan bahwa keseluruhan responden adalah laki-laki,

berusia terbanyak dibawah 30 tahun (60%). Dengan masa kerja terbanyak sudah lebih

dari 12 bulan masa kerja (70%). Status gizi responden rata-rata pada kondisi normal

(90%). Selain bekerja sebagai petugas pendorong brankar beberapa responden ada

yang memiliki pekerjaan sampingan. Tetapi lebih dominan responden yang tidak

memiliki pekerjaan sampingan (80%).

Pengukuran antropometri yang dilakukan terhadap setiap responden dengan

hasil rata-rata tinggi badan berdiri 165,2cm, tinggi bahu berdiri 136,6cm, tinggi siku

berdiri 103,6cm, tinggi panggul berdiri 95,4cm, lebar bahu(bideltoid) 45,8cm, lebar

bahu(biakromial) 34,7cm, panjang ekstremitas atas 70,5cm, panjang bahu ke siku

33,35cm, panjang siku ke ujung jari 44,8cm, panjang bahu ke genggaman 58,9cm,

lebar rentang siku 88,6cm dan jangkauan genggaman ke depan 63,9cm.

Dimensi brankar yang digunakan responden adalah 188x59x74cm. Brankar

yang digunakan dalam kondisi yang baik. Sehingga responden tidak menda

Pada rute yang diteliti dari Instalasi Gawat Darurat sampai Bangsal bedah

terdapat 3 titik jalan yang memiliki kemiringan jalan dengan panjang lintasan dan

kemiringan yang bervariasi. Pada kondisi ini terlihat adanya beban tambahan pada

proses mendorong brankar. Hal ini merupakan salah satu yang akan mempengaruhi

beban kerja dari petugas pendorong brankar.

59

Page 60: baru

Dari wawancara dengan bantuan kuisioner nordic body map didapatkan 5

orang responden yang memiliki keluhan gangguan muskuloskeletal, yaitu berupa nyeri

pada leher bagian atas, leher bagian bawah, bahu kiri, bahu kanan, lengan atas kiri,

lengan atas kanan, pinggang, panggul, bokong, paha kiri, paha kanan, betis kiri dan

betis kanan. Adapun nyeri yang terjadi merupakan kelelahan otot yang diakibatkan

bekerja dalam waktu yang cukup lama. Keluhan responden ini dapat disebut juga

dengan fatigue.

Otot yang dominan berkontraksi pada saat mendorong brankar adalah pada

leher (m. Sternocleidomastoideus), pada bahu (m. deltoideus m. trapezius), pada

lengan atas (m. brachialis, m. biscep brachii, m.tricep brachii, m.coracobrachialis, m.

brachioradialis dan m. anconeus), pada lengan bawah (m. supinator, m. pronator teres,

m. pronator quardatus dan m. extensor carpi ulnaris), pada punggung (m. obliquus

externus abdominis), pada bokong (m. gluteus maximus), pada paha (m. biscep

femoris dan m. quadriceps femoris), dan pada betis (m. tibialis anterior, m.

gastrocnemius, dan m. soleus). Kontraksi yang terjadi adalah kontraksi isotonik dan

isometrik.

6.2 Saran

1. Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Rumah SakitX

- Disarankan brankar yang digunakan diganti dengan brankar yang memiliki rem

tangan dan menggunakan roda karet berangin. Rem tangan akan

mempermudah petugas untuk mengendalikan laju brankar, sedangkan

penggunaan roda karet berangin bertujuan untuk

60

Page 61: baru

- Disarankan penambahan karpet/karet pelapis di titik-titik jalan yang memiliki

kemiringan yang curam. Hal ini perlu dilakukan untuk kenyamanan dan

keselamatan para petugas pendorong brankar maupun pasien.

2. Direktur Rumah Sakit X

Disarankan kepada direktur RS X untuk melakukan evaluasi K3 di unit-unit

kerja lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi petugas

rumah sakit maupun pasien.

3. Koordinator Petugas Pendorong Brankar Rumah Sakit X

- Sebelum memulai pekerjaan, petugas pendorong brankar sebaiknya

melakukan pemanasan/pereganggan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan

untuk mengurangi terjadinya cidera yang mungkin terjadi.

- Melakukan senam rutin seminggu sekali. Hal ini bertujuan untuk menjaga

kebugaran pekerja

61

Page 62: baru

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurmianto E. Ergonomi-Konsep Dasar dan Aplikasinya. Ed. II. Surabaya. Guna Widya; 2008.

2. Depkes RI.[homepage on the Internet]. Ergonomi [cited 2012 april 3]. Availablefrom:http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF.

3. Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya. Guna Widya; 2008.

4. Singapore Paincare Center. Pain Condition. Available from :http:// www.paincarecenter.com.sg/pain-conditions/low-back-pain.html. [cited 2012 april12]

5. Houston T, Connors R. A Primary Care Musculoskeletal Clinic for Resident Succes and Sustainability;the Society of General Internal Medicine;2004

6. Deyo R A, Weinstein D O, Low Back Pain, The New England Journal of Medicine [Downloaded from nejm.org on April 23, 2012]. 2001.

7. Permana D R. Perbedaan Nilai Kesegaran Punggung Sebelum dan Sesudah Pemberian Stretching Mc. Kenzie Extension pada Pekerja Wanita Pengepak Jamu PT. X Semarang [skripsi]. Semarang. Universitas Diponegoro; 2010.

8. Saibriker. Faktot-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Muskuloskeletal pada Tenaga Medis dan Para Medis di Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah Sentral RSU DR.SOEDARSO [skripsi]. Semarang. Universitas Diponegoro; 2008.

62

Page 63: baru

9. Anonim. Hazard Identification, Risk Assessment and Control (HIRAC) Procedure[cited 2012 april 20]. Available from:http://policy.ballarat.edu.au /risk_health_safety/hazards_management/ch02.php#Ch988Se206742.

10. Adhyati S. Pengaruh Stimulus Kutaneus Slow-Stroke Back Massage terhadap Intensitas Nyeri pada Penderita Low Back Pain (LBP) di Kelurahan Aek Gerger Sidodadi [skripsi].Medan. Universitas Sumatera Utara; 2011.

11. Departement of Social & Health Services. Range of Motion Evaluation chart. Washington State; 2002.

12. Guyton A C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta. EGC;1996

13. Anonim. Weakness and fatigue [cited 2012 march30]. Available from:http://www.webmd.com/a-to-z-guides/weakness-and-fatigue-topic-overview. 2011.

14. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta.PT.Gramedia Pustaka Utama,; 2002.15. Suardi R. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta.PPM;

2007.

16. Anonim. Low Back Pain - Topic overview [cited 2012 april 22]. Available from : http://www.webmd.com/back-pain/tc/low-back-pain-topic-overview. 2012.

17. Sinurat L. Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pembuat Roti Di U.D. Harum Manis Di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2010 [skripsi]. Medan. Universitas Sumatera Utara; 2010.

18. Snell R S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed. VI. Jakarta. EGC; 2006.

19. Nababan B B. Penentuan Pengaruh Beban Kerja Fisik pada Pengangkatan dan Penurunan Kotak Secara Manual pada PT.Tirta Sibayakindo [skripsi]. Medan. Universitas Sumatera Utara; 2008

20. Anonim. Force in Two Dimentions [cited 2012 april 24]. Available from: http://www.physicsclassroom.com/Class/vectors/u3l3e.cfm.2012.

21. Putz R, Pabst R. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 22 . Jakarta.EGC; 2006.

22. Kangingan M. Fisika untuk SMA kelas XI. Jakarta. Erlangga; 2004.

23. Lembaga Penelitian UGM. Tinggi Badan Laki-Laki dan Perempuan Masyarakat Bali Zaman Perunggu dan Tinggi Badan Manusia Dari Masa ke Masa. [cited 2013 25 march]. Available from: http://lib.ugm.ac.id/digitasi/index.php?module=cari_hasil_full&idbuku=479.

63

Page 64: baru

Lampiran 1.

A. Data Responden

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : laki-laki/perempuan

Berat badan : .......kg Tinggi badan : .......cm

Bekerja sejak :

Jumlah mendorong pasien dalam satu hari :

64

Page 65: baru

Lampiran 2.

B. Kuesioner Nordic Body MapDaftar pertanyaan atau kuesioner Nordic Body Map

No Jenis Keluhan Tingkat keluhan

Tidak sakit Sakit 0 Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku dileher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit di lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kanan 13 Sakit pada lengan bawah kiri 14 Sakit pada pergelangan tangan kanan 15 Sakit pada pergelangan tangan kiri 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri25 Sakit pada pergelangan kaki kanan26 Sakit pada kaki kiri27 Sakit pada kaki kanan

65

Page 66: baru

Lampiran 3. Hasil data pengukuran antropometri statis petugas pendorong brankar.

NoDimensi pengukuran

Hasil pengukuran(cm)R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10

1 Tinggi badan berdiri

178 164 161 158 167 167 169 165 155 168

2 Tinggi mata berdiri 167 153 160 148 154 155 159 152 144 1583 Tinggi bahu berdiri 168 133 130 129 135 138 139 134 124 136

66

Page 67: baru

4 Tinggi siku berdiri 113 103 99 100 101 110 108 101 95 1065 Tinggi panggul

berdiri112 95 93 87 92 94 106 91 86 98

6 Tinggi genggaman tangan

79 66 66 66 70 72 77 70 64 70

7 Lebar bahu(bideltoid)

49 44 43 45 51 43 43 46 50 44

8 Lebar bahu(biakromial)

36 30 41 31 33 44 33 33 34 32

9 Panjang bahu-siku 37 34 33,5 32 33 34 33 36 30 3110 Panjang siku-ujung

jari48 47 43 44 44 45 47 45 41 44

11 Panjang ekstremitas atas

75 76 69 64 72 67 75 72 62 73

12 Panjang bahu-genggaman

63 66 59 55 59 58 66 59 54 50

14 Lebar rentang lengan

175 172 166 157 166 163 168 173 154 171

15 Lebar rentang siku 97 89 86 84 89 85 88 92 86 9016 Panjang jangkau

genggaman vertikal berdiri

212 198 191 185 201 197 200 195 178 197

17 Jangkauan genggaman ke depan

68 70 62 60 68 62 67 63 59 60

Lampiran 4. Indeks Massa Tubuh petugas pendorong brankarNo Responden BB(kg) TB(cm) IMT Keterangan1 Responden 1 80 178 25,3 Overweight2 Responden 2 52 164 19,4 Normal3 Responden 3 54 161 20,8 Normal4 Responden 4 53 158 21,2 Normal5 Responden 5 59 167 21,2 Normal6 Responden 6 60 167 21,5 Normal7 Responden 7 65 169 22,8 Normal

67

Page 68: baru

8 Responden 8 60 165 22 Normal9 Responden 9 48 155 20 Normal10 Responden 10 55 168 19,5 Normal

Gizi kurang ( <18,5); Normal (18,5-22,9); Overweight (23,0-26,9); Obes I(27,0-29,9); Obes II (≥30).

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

68

Page 69: baru

Nama : Fakhrur RozyNIM : 0908113693Tempat/tgl lahir : Teluk Kuantan, 31 Desember 1991Agama : IslamKewarganegaraan : IndonesiaAlamat : Jl. Cipta Karya Perum. Citra Garden Blok E no.3 Pekanbaru

Identitas OrangtuaAyah : Afrizon Said, S.Pd, S.Sos, M.SiIbu : Nurlaili, S.PdAnak Ke- : 2 dari 2 bersaudaraAlamat : Jl. Istiqomah No.1 Teluk Kuantan, Kuantan Singingi

Riwayat Pendidikan1. TK Islam Teluk Kuantan : Tahun 1995-19972. SDN 002 Simpang Tiga : Tahun 1997-20033. SMPN 1 Teluk Kuantan : Tahun 2003-20064. SMA N 1 Teluk Kuantan : Tahun 2006-20095. Fakultas Kedokteran UR : Tahun 2009-sekarang

69