bandung jualan
TRANSCRIPT
Sebuah gambaran singkat tentangmereka yang berjuang bertahan hidup
di kota Bandung
Hermawan Wicaksono
Buat mamah & pengatur kami yang baik, Dikan Pranata
Sanksi Pelanggaran Pasal 22:Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002Tentang Hak Cipta
Bandung Jualan2017, Hermawan WicaksonoHak cipta dilindungi undang-undang
Diterbitkan pertama kali oleh Eyesee StudioBandung, 2017
ISBN: 978-602-0872-90-2
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyaksebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
"Bandung Jualan" adalah himpunan imaji visual yang direkam & dirangkum secara seksama oleh seorang Hermawan Wicaksono sehingga lahirlah sebuah bentuk persembahan buku foto yang sangat layak untuk dimiliki. Cuplikan beku perihal para
pengais nafkah jalanan ini dapat menjadi sumber kontemplasi kolektif bahwasanya mereka sejatinya adalah "Working Class Hero" seperti lagu yang digubah oleh John Lennon pada tahun 1970. Jejak literasi visual ini tentunya dapat menjadi oase segar
khususnya bagi Kota Bandung di tengah kehausan masyarakat yang mendambakan berbagai realita hidup perihal kotanya dalam bentuk buku.Karena buku adalah ruang ide yang menjadi jiwa bagi orang-orang kreatif. Kiranya tetap bercahya, tetap
mewarta, serta tetap ada dalam keabadian sebuah buku.”Galih Sedayu
Pendiri Air Foto Network, Pendiri Ruang Kolaborasa & Pegiat Bandung Creative City Forumwww.galihsedatu.com
"A beautiful snapshot into the everyday lives of the people of Bandung. It is great to get such a personal, emotive and in-depth guided tour from someone who really understands the place and the people he is photographing."
Ester KeateFotografer, UK
www.esterkeate.co.uk
“Ketertarikan Hermawan pada realita sosial di sekelilingnya layak diacungi jempol. Melalui bahasa visual hasil bidikannya, ia mengajak kita untuk berpikir lebih jauh, dan mudah-mudahan, memberi makna lebih, terhadap kehidupan tukang jualan yang
terlihat sederhana, namun bisa jadi jauh dari sederhana."Jerry Aurum
Fotografer, Jakarta-Indonesiawww.jerryaurum.com
“A fascinating and in-depth look at modern day Indonesia"Peter Stewart
Fotografer, USAwww.peterstewartphotography.com
“Hermawan berkarya dengan spontan dengan tujuan berbagi untuk orang lain.Berbagi pengalaman. Berbagi pengetahuan
Ia keluar dari tempat nyaman nya dan mulai bergerak, memotret, dan mempertanyakan segala hal. Semangat ini adalah semangat yang saya setuju, bahwa kita bergerak dan berkarya bukan untuk mencari solusi tetapi untuk mempertanyakan segala
hal, itu yang bisa membuat kita menjadi orag yang lebih menghargai mahluk lain. Ia berkarya bukan untuk membuat orang belajar dari dia, tetapi agar ia dapat belajar lebih banyak lagi. Keluar tumbuh liar”
Anton IsmaelPendiri Third Eye Space & Kelas Pagi, Jakarta-Indonesia-
www.antonismael.com
“Looks nice”Jesse Dittmar
Fotografer, USAwww.jessedittmar.com
The work of Hermawan Wicaksono invites us to make a special tour of the city of Bandung, in search of its characters and their interesting trades. In this visual journey, the artist offers us a kind look, which manages to enhance each one of these tasks
whose objective is none other than to ensure daily survival. In a context which is hard and lacking great opportunities, Hermawan's gaze is placed in a straight and solemn way in front of the space and its characters, managing to capture
textures, details, colors and emotions in images of excellent composition and visual balance, restoring perhaps in some way, that dignity lost by the adverse conditions of our present world. His photographic gaze oscillates between the aesthetic search
through a unique image - complete in itself- and a dynamic narrative sequence of images that make a story complete by recording the processes where he shows both the friendly but also the raw of the reality of his surroundings. His photographs
have different moments: as well as the rhythm of the city, they transit between order and tranquility and the changing, dynamic and even chaotic pulse of it. This is an interesting book to see for both locals and people who do not know this reality, since it
shows in details what passes unnoticed for passers by and is a counterpoint between the dark and harsh side and the dignity of work.Magdalena Ladron de Guavara
Fotografer, Chiliwww.maguimages.com
Melihat Bandung lewat photography memang menjadikan mata ikutan berbelanja rasa. Menikmati karya photo-photo HW yang ditayangkan lewat: Bandung Jualan bukanlah lagi sekedar bagus menarik tapi juga menjadi indah secara rasa photography.
Bandung yang kental dengan makanan dan jualan ditangkap sedap oleh rekan HW si perekam keindahan untuk dijadikan jejak keindahan Bandung yang abadi. Ide membuat buku foto dengan thema dunia dagang Bandung melahirkan
beragam rasa. Saya sangat menikmati apa yang sudah terekam.Firdaus Fadlil
Fotografer, Jakarta-Indonesia
Bandung, menarik, penuh kreatifitas,
dan berhasil memaksa saya untuk meninggalkan kampung halaman,
pindah ke Bandung melanjutkan studi mencoba bertahan hidup dan belajar
menjadi bagian dari kota ini.
Banyak cara dilakukan untuk bertahan hidup di kota ini,
mulai dari kerja kantoran, usaha sendiri,apapun itu, intinya melakukan sesuatu
untuk ditukar dengan sebuah nilai tertentu (uang). Saya menyebutproses ini dengan nama ‘jualan’
Saya tertarik mendokumentasikanpara tukang jualan ini ke dalam bentuk
photo story, tetapi objeknya bukan mereka yang jualan di kantor, dengan
baju rapih, kendaraan yang bagus, jadwal yang teratur, tapi mereka yang
mungkin setiap hari kita temui, namunkarena begitu seringnya kita bertemu,
sehingga mungkin saja kita menganggap kehadiran mereka seperti angin lalu
saja. Nothing special.
Seorang ibu yang harus berjalan berkilometer untuk menjual segelas
jamu seharga tiga ribu rupiah segelasnya, atau seorang bapak
yang tetap menunggu di becaknyaberjam-jam, atau bahkan berhari-harimenunggu pelanggan yang semakin
hari semakin sulit untuk didapat. Saya mulai memperhatikan dankamera saya mulai mengarah ke seorang waria yang bukan saja
menghadapi hujan, lapar, haus, tapi juga caci maki, tetap berdiri,
menghampiri mobil-mobil yang berhenti di bawah lampu merah,
bernyanyi, memperjuangkan hidupnya,untuk keluar menjadi pemenang.
Hermawan Wicaksono
kota yang sangat
Fotografer, desainer grafis, penulisHermawan wicaksono
Asisten fotograferGanra Widianto
Pangkas RambutPengamen ButaSate GendongBekamPasar BurungBecakSol SepatuJamu GendongEs GoyobodBatagor IkanCincin Batu AkikStickerPesawat KertasWariaAyam PotongMie JawaKelinciBalonGulaliTambal BanRongsokGalianReparasi SepedaGali KuburDokarLasPermakNgamenPosterDuplikat KunciPemintaBasoIkanCelenganOdong-odongPasar Rakyat MonumenTahu GejrotPemulungKerangBangunanSiomay
Pangkas Rambut
Pusara para belatiHormat kagum dikurung sepiKusam dinding disapu debuTerlukis surya tertancap lenyap
Sebaris pion disapu dahanCitra berkarat tampil cantikManis berputar undang sang tuanDuduk rasakan sejuk cahaya
Diam membeku melintas tuasTunggu menunggu kirab pasukanDi sisi rebah panggil guritaCengkeram tuan hanya terdiam
Pengamen Buta
Pudar menyimpan pandang menjauhLesat ditinggal tanpa berkabarPucuk dahaga rindu pelitaJajaran baris kilau silang
Teralis halang tuan bertamuPeduli bayang utama tuangKetuk nada tegur tuanAlasan buai dentum berkelip
Arus gerus tungkai geliatAksara lepas mangsa kiamatPokok decak cercah bilahPangku tuan puji berulah
Sate Gendong
Tubuh diam merangkul tiangPanas terbit enggan terbenamRangkak angin dicipta para dewiDitabur cinta ganda semata
Tiup angin meraba ariMenggigit dalam hanguskan tepiDaging darah arang bergantiBulir menetes rasa terubah
Dipinang tuan bisik tergadaiBerpindah hati gandeng ragaBius aroma dimanja tuanTenggelam fajar tutup mata
Bekam
Pasar Burung
Kepak letih pelatuk tuaSiul tandai terbakar api
Beku tak bisa ratap kembaliJelang juang serapuh kenang
Tampik menumpuk sorai bersorakGeliat tuan di kala raya
Setapak gema tepuk tampikTergores usang karam belati
Sunyi mematung tunggu cahayaDibuka nanti sampai nanti
Datang kunjungan kelebat usangSayap dikubur lepas berantai
Becak
Ombang dipacu ambingGerak diraba gerik
Kerut mulus rawat berseriAyun langkah penari
Menyapu bersih serapah palsuMelantun gundah sungging terpaku
Diretas besi dawai teracikTolak takdir ganti abadi
Jua tak datang menunggu tuanTerpukul lembut dering untaian
Tipu tuan sejenak pelanBintang gerhana bawa mimpi
Sol Sepatu
Tancap, tekuk, lipat penjara Ulang langkah kembaran jebak Lelah teman semakin dinginLipat tangan hangat dicoba
Ikat sepi, ikat sunyiDihembus kabut, tuan tersamarDatangi bentuk asing terjamahMelihat kilas menjadi balik
Pegang kaki, lepaskan tanganDekap ke hati, cium cerdasRangkai salut tuas gerilyaTerbujur sulut harapan ada
Hermawan Wicaksono, lahir di Bandar Lampung pada 7 April 1979. Sejak kecil
senang menggambar dan membuat komposisi grafis dari potongan-potongan gambar. Pertama kali
memegang kamera dan belajar belajar digital editing sekaligus desain grafis
adalah pada saat berkuliah, bekerja sebagai pekerja paruh waktu di bagian
HUMAS kampus.
Setelah tamat sebagai Sarjana Ekonomi pada 2002, langsung membuka biro
visual desain bersama beberapa temannya. berkantor di kamar kos dan
mulai mengerjakan projek visual desain dengan klien perorangan maupun
perusahaan di dalam negeri.
Pada 2004, mulai merintis usaha visual desain sendiri, bernama Eyesee Studio, studio yang memberikan jasa fotografi,
videografi, desain grafis, dan percetakan. klien yang ditangani perorangan maupun perusahaan dalam skala
nasional dan internasional.
Projek foto internasional semakin banyak setelah bergabung dengan salah satu
agensi foto di New York, USA pada 2009. beberapa foto digunakan untuk
keperluan iklan, editorial majalah, ilustrasi oleh klien-klien dari USA, Denmark,
Singapura, UK, Jepang, Australia, New Zealand, dan Malaysia.
Pada 2011, menulis dua buku tutorial fotografi, berjudul Simply Photography Indoor Portrait dan Simply Photography Still Life yang diterbitkan secara nasional oleh Elexmedia Komputindo, Kompas Gramedia, dan mulai aktif berbagi ilmu fotografi lewat seminar, workshop, dan tulisan di majalah Concept dan Kompas.com.
Dengan banyaknya permintaan berbagi ilmu, maka pada 2014 didirikan Eyesee Photo Class, sebuah kelas fotografi dengan pertemuan selama 18 minggu untuk satu angkatan. materi yang diberikan berfokus pada fotografi sederhana yang murah, mudah, dan tidak memakan banyak waktu.
Saat ini, hermawan wicaksono sedang menulis beberapa buku foto, membuat dan aktif berbagi konten (video dan info grafis) tentang fotografi di media sosial, dan mengerjakan proyek komersil dengan tujuan mengedukasi peminat foto dan fotografer.
you can buy the pictures in this bookin prints framed or digital data by contacting us at
EYESEE STUDIOJl. Waspada NO. 18 Bandung 40161
www.eyesee-studio.comWA/SMS +62 815 713 6534
Tentang mereka yang berjuang bertahan hidup di kota bandungdengan berjualan
Hardcover, 20x30x1.2 cmPortrait, 100 pages full colorArt paper 150 grPrice: Rp 520,000Price excluding shipment charges
Untuk pembelian hubungiEYESEE STUDIOJl. Waspada No. 18 Bandung 40161WA/SMS 08157136534www.eyesee-studio.com
Hermawan WicaksonoBandung Jualan
ISBN:978-602-0872-90-2