bakteri itung angka kuman
DESCRIPTION
Angka KumanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan ini. Dibandingkan dengan organisme lainnya, mikroorganisme ini memiliki
populasi paling banyak dan tersebar luas di bumi. Habitatnya sangat beragam, seperti di
lingkungan perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di
dalam organisme hidup. Berdasarkan keanekaragaman jenisnya, terdapat berbagai jenis
bakteri yang menguntungkan sehingga kelompok ini memiliki peranan besar bagi
kehidupan di bumi. Contohnya bakteri saprofit yang berperan dalam menguraikan
tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. Namun,
beberapa jenis bakteri lainnya memiliki sifat yang merugikan sehingga keberadaannya
membahayakan bagi kelangsungan hidup organisme lainnya.
Keberadaan bakteri yang bersifat merugikan sering dikaitan dengan penyakit.
Bakteri penyebab penyakit atau yang dikenal dengan sebutan bakteri patogen dapat
ditemukan dalam tubuh organisme hidup, seperti pada usus besar, saluran vagina pada
wanita, kandung kemih dan lain sebagainya. Masuknya bakteri kedalam jaringan tubuh,
kemudian berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit disebut infeksi. Adanya bakteri
pada organ-organ tersebut dapat diketahui dengan melakukan berbagai pemeriksaan.
Biasanya pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan spesimen hasil ekskresi
organ-organ tersebut. Hasil eksresi merupakan zat-zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh.
Di dalam tubuh, terdapat sistem organ yang berperan dalam memilah mana zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh dan mana yang tidak. Zat-zat yang masih diperlukan di dalam tubuh akan
diserap dan disimpan, sedangkan zat-zat yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh akan
dikeluarkan melalui organ-organ tersebut. Oleh karena itu, hasil diagnosis suatu spesimen
hasil eksresi merupakan suatu informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan-kelainan pada organ-organ yang berhubungan dengan hasil eksresi
tersebut. Salah satu hasil ekskresi yang biasanya mengandung bakteri adalah urine.
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan oleh ginjal.
Keberadaan bakteri dalam urine dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
urinalisis. Secara umum, pemeriksaan urinalisis selain untuk mengetahui kelainan ginjal
dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ
tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Pada
pemeriksaan urinalisis ini, urin diperiksa terhadap adanya sel darah putih, sel darah
merah, dan bakteri. Bila diduga ada bakteri di urin, pemeriksaan selanjutnya adalah
mengembangbiakkan (mengkultur) bakteri tersebut sehingga dapat lebih mudah
diketahui jenisnya dan dilakukan perhitungan angka kuman untuk mengetahui seberapa
jauh urine tersebut telah tercemar oleh bakteri. Bakteri dalam urin bisa berasal dari
ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari uretra.
Perhitungan angka kuman urine sangat penting dilakukan untuk mengetahui
banyaknya kandungan mikroba pada urine sehingga dapat ditentukan tingkat kerusakan
organ-organ yang berkaitan dengan produksi urine tersebut. Semakin tinggi angka
kuman, semakin akut kerusakan organ yang diderita pasien. Urine dapat dikatakan baik
jika jumlah mikroba yang terkandung di dalamnya masih di bawah jumlah standar yang
ditentukan oleh suatu lembaga yang bersangkutan.
Untuk meneliti sifat- sifat suatu organisme maupun jumlahnya, mikroorganisme
itu perlu dibiakkan terlebih dahulu dalam biakan murni. Oleh karena itu, sebelum
dilakukan perhitungan angka kuman pada urine, perlu dilakukan inokulasi yaitu suatu
usaha menumbuhkan mikroorganisme dari suatu sumber ke media pertumbuhan yang
steril. Bila bakteri diinokulasi ke dalam suatu medium yang sesuai dan pada keadaan
yang optimum bagi pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang amat tinggi
dalam waktu yang relatif pendek. Sel sel yang terletak di atas atau dalam perbenihan
padat, tiap sel akan tumbuh dan akan membentuk koloni terpisah, sehingga setiap
koloni mempunyai kemungkinan besar berasal dari satu sel.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana teknik penanaman bakteri urine pada media dengan metode tuang?
1.2.2 Bagaimana teknik perhitungan angka kuman urine?
1.2.3 Bagaimana hasil perhitungan angka kuman pada media yang telah ditanami
bakteri urine?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui teknik penanaman bakteri urine pada media dengan metode
tuang.
1.3.2 Untuk mengetahui teknik perhitungan angka kuman urine.
1.3.3 Untuk mengetahui hasil perhitungan angka kuman pada media yang telah
ditanami bakteri urine.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penulisan laporan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
dalam bidang bakteriologi serta laporan penulis jadikan pembelajaran untuk
menulis karya tulis ilmiah dengan baik yang dapat penulis jadikan pedoman
untuk penyusunan karya tulis selanjutnya.
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Agar penulis dan pembaca teknik penanaman bakteri urine pada media
dengan metode tuang.
1.4.2.2 Agar penulis dan pembaca teknik perhitungan angka kuman urine.
1.4.2.3 Agar penulis dan pembaca mengetahui hasil perhitungan angka kuman
pada media yang telah ditanami bakteri urine.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Urine
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari
1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per
menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal
yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. (R. Wirawan, S. Immanuel, R.
Dharma, 2008).
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
formal disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada
juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra. (Riyanto, 1996)
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi
ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh
melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang
tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis.
Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Urine dapat
dijadikan suatu informasi adanya kerusakan organ-orgran yang berhubungan dengan
urine tersebut. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urine. Urine
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam
urine orang yang sehat.
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Urin&oldid=5232842 diakses tanggal 10
Maret 2012)
Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor". Hail ini berkaitan
dengan fungsi utama urine yaitu untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine-nya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga
bisa dikatakan bahwa urine itu merupakan zat yang steril. (Sondang M., 2010)
Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat. Materi yang terkandung di
dalam urine bisa diketahui melalui urinalisis atau pemeriksaan urine. Melalui urinalisis
kita dapat mengetahui fakta tentang ginjal dan saluran urine. Selain itu, juga dapat
diketahui mengenai faal berbagai organ tubuh, seperti hati, saluran empedu, pankreas,
cortex adrenal, dan lain sebagainya,". Namun, ditambahkannya, memilih contoh
(sampel) urine harus disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan. Ketika melakukan
urinalisis memakai urine kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan
urine itu tidak banyak berbeda dari susunan urine 24 jam berikutnya. Namun, bila
mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urine pada saat yang tidak menentu,
seperti di waktu siang atau malam, dapat dilihat perbedaan yang jauh dari sampel-
sampel itu. (Anonim, 2011)
Pemeriksaan urine lengkap di laboratorium akan melihat warna urine,
kepekatannya, pH, berat jenis, sel darah putih, sel darah merah, sedimen, sel epitelial,
bakteri, kristal, glukosa, protein, keton, bilirubin, darah samar, nitrit, dan urobilinogen.
(Surya Sanjaya, 2009)
2.2 Teknik Inokulasi (Penanaman Bakteri) Urine dengan Metode Tuang
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih
dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar
tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Pengambilan sampel urine :
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp),
dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah
diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan
steril. Berikut ini adalah 3 jenis metode pengambilan sampel urine : (Anonim, 2011)
Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin
langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan
jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis
yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka
bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat
dipastikan merupakan penyebab ISK.1
Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.
Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter
sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung
kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil
biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1
Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan
pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan
pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-
negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita : (Anonim, 2011)
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa
steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan
kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah
vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan
kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang.
Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang
dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua
labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan
pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa
steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam
wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar
wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut
dan kirim segera ke laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan
koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat
dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah
penampungan. Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang
diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas,
seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru. Bila pengiriman
terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24
jam. (Anonim, 2011)
Pengenceran
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam
spesies diencerkan dalam suatu tabungtersendiri. Dari enceran inii kemudian diambil
barang 1 ml untuk dincerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil
0,1 ml untuk disebarkan pada suatu koloni tumbuh dalam medium tersebut, tetapi
mungkin juga kita hanya memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini
kita memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu
koloni murni. Kalau kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu
murni, kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai
sampel (Waluyo, 2005).
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat
pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan
perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga
pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran
sebelumnya. (Pradhika, 2011)
Teknik Pengenceran Bertingkat (Pradhika, 2011)
Menurunnya koloni pada media akibat pengenceran (Pradhika, 2011)
Penanaman Bakteri Urine pada Media dengan Metode Tuang
Metode Cawan Tuang (Pour Plate) ini memerlukan agar yang belum padat
(>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak
hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga
terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di
dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. (Pradhika, 2011)
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan
pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya
ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui
beratnya kedalam 9 mL garam fisiologi (NaCl 0,85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini
berperan sebagai penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan.
Pengeceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak perlu padat atau
memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1mL suspensi
dituangkan kedalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur
(Nutrient Agar) steril hangat (40- 500c) kemudian ditutup rapat dan di ketakan dalam inkubator
(37°C) selama 2 x 24 jam. (http://bakteri-kuman/penanaman-biakan.html, diakseks
tanggal 7 Februari 2012).
Pemberian bakteri pada metode pour plate lebih banyak dibandingkan dengan
pemberian bakteri metode spread plate yaitu pour plate membutuhkan ruang yang lebih
luas untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.
Teknik Penanaman Bakteripada Media denganMetode Tuang(Pradhika, 2011)
Inkubasi Media
Media kultur diinkubasi pada inkubator. Inkubator merupakan alat untuk menginkubasi atau
memeram mikroba pada suhuyang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan
pengatur waktu sehingga dengan bantuan media dan inkubator, bakteri dapat tumbuh dan
berkembangbiak dengan baik. Media biasanya diinkubasi pada suhu 37°C maksimal 2 x 24
jam. (Ratna Nugraheni, 2010)
2.3 Teknik Perhitungan Angka Kuman
Menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan dilakukan untuk mengetahui
sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah
mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikribiologi dari bahan tersebut. (Wiwi
Nidiyanti, 2011)
Jumlah mikroba dapat dihitung dengan beberapa cara, namun secara garis besar
dibedakan menjadi: (Pradhika, 2011)
1. Cara langsung
Hasil perhitungan secara langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Caranya:
a. Membuat preparat sederhana yang diwarnai
b. Menggunakan ruang hitung
2. Cara tidak langsung
Hasil perhitungan akan menunjukkan jumlah mikroba yang masih hidup saja.
Caranya:
a. Menghitung total jumlah mikroba
b. Cara pengenceran
c. Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada
d. Cara kekeruhan
Cara ini dapat digunakan untuk bahan padat maupun cair. Khusus untuk bahan
padat maka sebelum dilakukan perhitungan bahan itu perlu dilakukan pelarutan
atau dibuat suspensi, dengan memperhitungkan faktor pengencerannya. (Pradhika,
2011)
Alat penghitung koloni kuman dinamakan colony counter. Colony counter
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan
tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan
lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan
merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
(Pradika, 2011)
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena
beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.
koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran
bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya. (Pradhika, 2008)
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah: (Wiwi Nidiyanti, 2008)
a. Satu koloni dihitung 1 koloni
b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
d. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni
e. Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung
f. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Standar perhitungan : (Wiwi Nidiyanti, 2011)
Jumlah kuman = jumlah koloni x 1/faktor pengenceran.
a. Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni
b. Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama di depan koma dan
angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.
c. Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, maka hanya
koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai
kurang dari 30 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumlah
sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung.
d. Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka hanya
koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih
dari 300 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumah sebenarnya
harus dicantumkan dengan tanda kurung.
e. Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni maka harus dibuat
perbandingan. Jika perbandingannya < 2 maka yang dilaporkan adalah rata-rata
pengenceran tetapi jika perbandingannya > 2 maka yang dilaporkan adalah
pengenceran terendah.
f. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang diambil
harus dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu dari cawan duplo tidak
memenuhi syarat 30-300 koloni.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu pada Jumat, 2 Maret 2012
pukul 12.00 - 16.00 WITA, Senin 5 Maret 2012 pukul 12.30 - 14.30 WITA dan Kamis,
8 Maret 2012 pukul 07.30 – 11.30 WITA bertempat di Ruangan Laboratorium
Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
Pada Jumat, 2 Maret 2012 dilakukan penanaman bakteri urine pada media
pertumbuhan dengan metode tuang. Kemudian, pada Senin 5 Maret 2012 dilakukan
perhitungan angka kuman terhadap media yang telah ditanami bakteri urine dan pada
Kamis 8 Maret 2012 dilakukan pembuatan media Nutrient Agar sebagai media
pertumbuhan bakteri.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat :
a. Cawan Petri h. Pipet ukur 10 mL
b. Tabung reaksi i. Pipet ukur 1 mL
c. Rak tabung reaksi j. Aluminium foil
d. Gelas ukur k. Inkubator
e. Kapas lemak l. Kontainer/wadah sampel urine
f. Erlenmeyer m. Colony counter
g. Api bunsen n. Spidol
3.2.2 Bahan
a. Aquadest steril
b. Urine yang akan diuji
c. Media pertumbuhan Nutrient Agar dalam bentuk cair
3.3 Prosedur Kerja
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Diambil 1 mL Dimasukkan ke dalam tabung reaksi I
Diambil 1 mL Dimasukkan ke dalam tabung reaksi II
Sampel
Tahapan :
Dilakukan pengambilan
sampel
3 buah tabung reaksi disiapkan, Diberi label masing-masing I (10-1)
dan II (10-2)
Kemudian dituangkan 9 mL aquadest steril
Dilakukan pengenceran urine
Pengenceran 10-1
Pengenceran 10-2
Plate I10-1
Plate II10-2
Dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam cawan petri I
Dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam cawan petri II
Kemudian dilakukan Penuangan Media Nutrient Agar Cair ke
dalam cawan petri
Plate I10-1
Plate II10-2
Nutrient Agar Cair
Dituangkan hingga menutupi permukaan dan merata, diamkan sampai membeku
Masing-masing 1 mL hasil pengenceran dituang ke
dalam cawan petri
Rumus perhitungan angka kuman :
Dieramkan dalam inkubator pada suhu 37°C
selama 2 x 24 jam
Plate I10-1
Plate II10-2
Inkubator
Setelah beku, dieramkan pada inkubator pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam
Dilakukan perhitungan angka kuman urine
pada media
Plate I10-1
Plate II10-2
Colony Counter
Setelah diinkubasi, dilakukan perhitungan angka kuman urine dengan menggunakan colony counter
n=( n1−nk )10+( n2−nk )100+ (n3−nk ) 1000
jumlah plate yang dihitungkumannya
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Media kontrol
nk = 4
Widyantara
n1 = 100
n2 = 59
Perhitungan angka kuman :
n=(n1−nk )10+ (n2−nk ) 100
jumlah plate yang dihitung kumannya
¿(100−4 ) 10+(59−4 )100
2
¿ 960+55002
¿ 64602
¿3230
Indah Kesuma Dewi
n2 = 68
Perhitungan angka kuman :
n=(n2−nk ) 100
jumlah plate yang dihitung kumannya
¿(68−4 ) 100
2
¿ 64002
Keterangan :
nk = jumlah koloni pada media kontrol
n1 = jumlah koloni pada media pengenceran 10-1
n2 = jumlah koloni pada media pengenceran 10-2
¿3200
Bayu Hendrawan
n1 = 83
n2 = 95
Perhitungan angka kuman :
n=(n1−nk )10+ (n2−nk ) 100
jumlah plate yangdihitung kumannya
¿(83−4 )10+(95−4 ) 100
2
¿ 790+91002
¿ 98902
¿4945
Wijaya Pradharma
n1 = 190
n2 = 56
Perhitungan Angka Kuman :
n=(n1−nk )10+ (n2−nk ) 100
jumlah plate yangdihitung kumannya
¿(190−4 ) 10+(56−4 )100
2
¿ 1860+52002
¿ 70602
¿3530
4.2 Pembahasan
4.2.1 Teknik Inokulasi (Penanaman Bakteri) dengan Metode Cawan Tuang
Teknik Inokulasi (penanaman bakteri) merupakan kegiatan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi. Medium yang baru harus mengandung semua nutrisi yang
diperlukan oleh bakteri sehingga bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak
dengan baik. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) urine, terlebih
dahulu harus disiapkan sampel urine. Bahan urine untuk pemeriksaaan harus
segar dan sebaiknya diambil pagi hari.Untuk urine yang akan dibiakkan,
sebaiknya diambil spesimen midsterm (porsi tengah). Teknik pengambilan urine
porsi tengah yaitu : pasien terlebih dahulu diminta membersihkan bagian luar
uretra dengan kertas tissue sebelum urine dikeluarkan, lalu pasien diminta buang
air kecil dan sambil ditampung porsi tengah dari aliran urine. Tempat
penampungan harus bermulut lebar, steril dan sebelumnya harus diberi label agar
tidak tertukar. Kemudian dilakukan pengenceran 10-1 dan 10-2 terhadap urine
tersebut menggunakan larutan buffer. Larutan buffer yang digunakan biasanya
fosfat pH 7,2, namun boleh juga menggunakan aquadest steril. Penentuan
besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan
jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan
pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya. Fungsi
pengenceran pada tahap ini antara lain : memperkecil atau mengurangi jumlah
kuman yang tersuspensi dalam cairan sehingga dapat memberikan kesempatan
hidup pada kuman dan meningkatkan viabilitas kuman sebab pada urine kuman
masih menempel pada komponen-komponen urine yang membuatnya tidak bebas.
Selain itu, fungsi pengenceran lainnya adalah untuk mempermudah pengamatan
dan perhitungan angka kuman. Kemudian hasil pengenceran tersebut dipipet 1
mL dan dimasukkan ke dalam plate. Dalam memipet, diperlukan cara kerja yang
aseptis, yaitu sebelum dan sesudah memipet, pipet difiksasi terlebih dahulu untuk
membasmi bakteri. Setelah urine dipipet sebelum dimasukkan ke dalam plate,
pipet tidak boleh menyentuh atau terlalu dekat dengan api bunsen. Hal ini
disebabkan karena kuman pada urine akan mati jika terlalu dekat dengan sumber
api. Setelah itu, dilakukan penanaman bakteri pada media dengan metode tuang.
Teknik inokulasi dengan pour plate (cawan tuang) adalah teknik penanaman
dengan cara mencampurkan sampel yang mengandung sel mikroba dengan media
pertumbuhan (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam baik di
permukaan agar atau di dalam agar. Media yang digunakan adalah media Nutrient
Agar. Media Nutrient Agar merupakan media pertumbuhan umum, media
pemerkaya dan termasuk media non-selektif. Artinya pada media Nutrient Agar,
kuman apa saja dapat tumbuh dengan bebas. Pada praktikum ini, dihitung jumlah
kuman secara umum, jadi kuman yang ingin dihitung belum diidentifikasi. Lain
halnya jika telah menentukan perhitungan angka kuman bakteri tertentu, media
yang digunakan juga harus media yang khusus untuk menumbuhkan bakteri
tersebut. Setelah penanaman bakteri pada media, kemudian diinkubasi pada
inkubator pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam untuk memberikan kesempatan
kepada bakteri memanfaatkan media untuk pertumbuhannya. Pada saat inkubasi,
setiap sel mikroorganisme hidup dalam urine akan tumbuh menjadi satu koloni.
Setelah diinkubasi, dilakukan penghitungan jumlah koloni untuk memperkirakan
jumlah mikroorganisme dalam urine tersbeut.
4.2.2 Teknik Perhitungan Angka Kuman
Alat penghitung koloni kuman dinamakan colony counter. Colony counter
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi
akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan
dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh
dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme
dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme
karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau
berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units
(CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh
menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui
jumlah bakterinya. Sebelum dihitung jumlah koloni pada media yang telah
ditanam bakteri, sebelumnya diperiksa jumlah koloni pada media kontrol. Jika
jumlah koloni pada media kontrol >10, maka semua media kultur dianggap gagal,
sebab telah terjadi kontaminasi. Jika jumlah koloni pada media kontrol <10, maka
perhitungan jumlah koloni media yang telah ditanami bakteri dapat dilakukan.
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut :
- Satu koloni dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah dihitung.
- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Kemudian jumlah koloni yang dihitung dicocokkanm dengan standar,
yaitu :
1. Jika hasil perhitunagn koloni kuman (Colony Count) < 10.000/ml urine
menandakan tidak terjadi infeksi. Adanya kuman pada urine pasien
kemungkinan karena infeksi suprapubik atau kateter.
2. Jika hasil perhitunagn koloni kuman (Colony Count) antara 10.000/ml s/d
100.000/ml urine, menandakan pasien mengalami infeksi daluran kemih.
3. Jika hasil perhitunagn koloni kuman (Colony Count) > 100.000/ml urine,
menunjukkan bahwa pasien mengalami infeksi saluran kantung kemih.
Berdasarkan hasil pengamatan, dari keempat sampel yang diperiksa,
semua urine menunjukkan tidak terjadi infeksi. Hasil perhitungan kuman urine
<10.000/ml. Adanya kuman pada urine yang telah diperiksa mungkin disebabkan
karena infeksi suprapubik atau kateter.
Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Widyantara menunjukkan
tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 3230/ml urine.
Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Indah Kesuma Dewi
menunjukkan tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 3200/ml urine.
Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Bayu Hendrawan
menunjukkan tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 4975/ml urine.
Hasil perhitungan koloni kuman dalam urine Wijaya Pradharma
menunjukkan tidak terjadi infeksi, dengan jumlah kuman 3530/ml urine.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Dari uraian pembahasan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Penanaman bakteri dilakukan dengan tahapan pengenceran, penanaman bakteri
dengan metode tuang, dan inkubasi media yang telah ditanamkan bakteri.
2. Perhitungan angka kuman dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh suatu
sampel tercemar oleh mikroba.
3. Urine Widyantara mengandung kuman 3230/ml urine.
4. Urine Indah Kesuma Dewi mengandung kuman 3200/ml urine.
5. Urine Bayu Hendrawan mengandung kuman 4975/ml urine.
6. Urine Wijaya Pradharma mengandung kuman 3530/ml urine.
7. Dari keempat sampel yang diperiksa, semua hasil menunjukkan tidak terjadi
infeksi.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan adalah :
Menurut saya praktikum inokulasi bakteri dan perhitungan jumlah kuman ini sudah
berjalan sangat lancar dan praktikan berharap praktikum selanjutnya dapat lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Pradhika. 2011. Mikrobiologi Dasar (Prinsip Dasar Menghitung Mikroorganisme pada
Cawan bagian I. diakses dari www.google.com/ prinsip-dasar-teori-menghitung.html
pada tanggal 6 Maret 2012
Pradhika. 2011. Mikrobiologi Dasar (Isolasi Mikroorganisme). diakses dari
www.google.com/ isolasi-mikroorganisme.html pada tanggal 6 Maret 2012
Wiwi Nidiyanti. 2011. Laporan Mikrobiologi Perhitungan Angka Kuman Dan Pewarnaan Gram
Bakteri. diakses dari www.google.com/ laporan-mikrobiologi-perhitungan-
angka.html pada tanggal 6 Maret 2012
Anonim, 2010. Teknik Inokulasi Bakteri. diakses dari www.scribd.com/ teknik-inokulasi-
bakteri.html pada tanggal 12 Maret 2012
Anonim. 2011. Infeksi Saluran Kemih. diakses dari www.google.com/ infeksi-saluran-
kemih.html pada tanggal 6 Maret 2012
Sondang M. Lumbanbatu. Bakteriuria Asimtomatik Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12
tahun. Sumatera : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Wulandari, Rani. 2010. Laporan Praktikum Mikrobiologi Penentuan Angka Kuman. Jakarta:
Universitas Indonesia
Ratna Nugraheni. 2010. Laporan Magang Analisis Mikrobiologi. Jakarta : Universitas
Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Teknik Inokulasi Bakteri dan Perhitungan Angka Kuman dibuat dalam rangka
melengkapi tugas dalam mata kuliah Bakteriologi Semester II Jurusan Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Mengetahui Denpasar, 16 Maret 2012Dosen Pembimbing Praktikan
( ) (Putu Murnitha Sari Rahayu)
Penanggung JawabMata Kuliah Bakteriologi
(I Made Birnawan, S.Si.)
LAPORAN PRAKTIKUMBAKTERIOLOGI
“Teknik Inokulasi Bakteri dan Perhitungan Angka Kuman Urine”
Oleh :
Nama : Putu Murnitha Sari Rahayu
NIM : P07134011013
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2012
Berikut ini adalah Skema Langkah Kerja Penanaman Bakteri Urine, yaitu :
Tahap 1 :
I10-1
II10-2
II10-2
Dengan menggunakan pipet ukur atau pipet volume, diisi masing-masing 9 mL aquadest setiap tabung reaksi
Tahap 2 : Pengenceran
Aquadeststeril
I10-1
II10-2
II10-3
Diambil 1 mL, dimasukkan ke tabung reaksi II
Diambil 1 mL, dimasukkan ke tabung reaksi II
Diambil 1 mL, dimasukkan ke tabung reaksi II
I10-1
II10-2
II10-3
Setelah ditambahkan aquadest steril
Sampel Urine
I10-1
II10-2
II10-3
Dari masing-masing pengenceran, dipipet 2 mL kemudian dituang ke dalam plate
Larutan Nutrient Agar
Kemudian ke masing-masing plate dituangkan Nutrient Agar Cair, goyang-goyangkan sampai merata
Media diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam.
Inkubator
Gambar alat dan bahan :
Dalam gambar terdapat Aquadest Steril, Media Nutrient Agar Cair, Tabung Reaksi dan Rak Tabung reaksi
Aquadest steril siap dimasukkan ke dalam tabung. Sebelum memipet, pipet harus difiksasi, dan cara kerja harus aseptis
nontoksik, dan populasi yang tercampur ratpadat yang sesuai, jadi setelah inkubasi setiap unit yang hidup membentuk satukoloni. Jumlah individu yang hidup atau cluster yang ada ditentukan dari jumlahkoloni dan pengenceran. Sampel yang mengandung mikroorganisme lebih dari 100sel per mililiter, seperti urin atau dari sumber air minum, memerlukan pemekatansebelum dilakukan penghitungan. Hal ini dilakukan melalui filter membran sterildengan ukuran pori yang dapat menahan semua bakteri, selanjutnya membran49dipindahkan ke suatu lapisan absorben yang jenuh oleh kaldu nutrien.
Urin sebagai medium biakan adalah ideal bagi bakteri karena mengandung nutrien penting dan menyediakan glukosa sebagai sumber energi pertumbuhan bakteri sampai
106
koloni per ml. Faktor keterbatasan dalam pertumbuhan bakteri adalah zat besi
yang sedikit dan variasi pH dan osmolalitas.16,17
Untuk penapisan pertama adanya ISK, atau untuk mengetahui infeksi berulang dapat digunakan cara dip slide, plastik dip-stick test (untuk mengetahui adanya nitrit dalam urin), menghitung jumlah bakteri dari sediaan langsung urin yang diwarnai dengan
pewarnaan Gram.2,14
Biakan urin merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. 28,29
©2003 Digitized by USU digital library 5 Cara pengambilan sampel urin dapat dilakukan dengan kateter,1 aspirasi suprapubik yang dilakukan secara steril, pediatric urine collector bag,2 atau urin pancar tengah pada anak besar atau anak yang sudah dapat diajak bekerjasama untuk menampung urin dengan kemampuan kontrol kandung kemih yang baik.14,18 Untuk interpretasi hasil biakan urin pancar tengah dipakai kriteria Kass yaitu apabila dijumpai pertumbuhan bakteri ≥100.000 koloni/ml urin dengan organisme sejenis sebagai bakteriuria bermakna. Apabila jumlah tersebut berada di antara 10.000–100.000 koloni/ml biakan harus diulang karena meragukan, antara 1000–10.000 koloni/ml urin kemungkinan kontaminasi dan kurang dari 1000 koloni/ml urin dianggap negatif.6 Pada bakteriuria asimtomatik biakan harus dilakukan 3 kali.12, 1
Jumlah bakteri dalam suatu biakan dapat ditentukan dengan menghitunglangsung jumlah keseluruhan bakteri atau dengan cara tidak langsung, menghitungjumlah sel yang hidup. Jumlah total bakteri yang hidup dan mati dapat dilakukandengan menggunakan alat penghitung seperti Petroff-Houser counter, atau cara yanglebih tepat dengan Coulter counter, suatu alat penghitung partikel elektronik yangmengukur penyebaran ukuran dan jumlah dalam suspensi bakteri.Untuk menghitung jumlah yang hidup, diperlukan pembiakan padapermukaan lempeng agar. Populasi mikroorganisme diencerkan dalam pelarut
2. Pengecekan
Suatu metode yang kurang dapat diandalkan ialah pengeceran sampaui habis. Suspensi diencerkan
secara berantai dan bahan dari tiap tabung pengenceran di tanam pada lempeng parbenihan.
Kelemahan metode ii ialah hanya dapat di pakai untuk mengisolasi bakteri yang paling dominan
dalam polulasi suspensi yang beragam tersebut.
Selain itu membiakan bakteri dapat dilakukan dengan pengembangbiakan dalam media cawan
petri. Pangembangbiakan dalan cawan ini ada beberapa mecode, yaitu :
1. Metode cawan gores (streak plate)
Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan kolono yang benar- benar terpisah dari koloni yang lain,
sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini di lakukan dengan membagi cawan ncub menjadi
3- 4bagian. Ose steril yang telah di siapkan, di letakan pada cawan berisi media steril. Goresan
dapat dilakukan 3- 4kali membentuk garis horizontal disatu sisi cawn. Ose disterilkan lagi dengan
api Bunsen, setelah kering ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi
cawn ke dua.
Langkah ini di lanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores,. Pada metode ini, goresan di sisi
pertama di harapkan kolom tumbuh padat dan berhimpit, sedangkan opada goresan sisi kedua,
kolom mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak
tumbuh terpisah denag koloni lain.Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptic agar tidak
terjadi kontaminasi.
2. Metode cawan tuang (pour plate)
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui beratnya kedalam
9ml garam fisiologi (NaCl 0,85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagai penyangga
Ph agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya Ph lingkungan. Pengeceran dapat dilakukan
beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak perlu padat atau memenuhi cawan ( biakan terlalu
padat akan mengganggu pengamatan ). Sekitar1ml suspensi dituangkan kedalam cawan Petri steril,
dilanjutkan dengan menuangkan medi penyubur ( nutrient agar) steril hangat (40- 500c) kemudian
ditutup rapat dan di ketakan dalam incubator (370c) selama 1- 2 hari.
3. Metode cawan sebar (spread plate)
Pada metode cawan sebar 0,1ml supsensi bakteri yang telah diencerkan di sebar pada media
penyubur steril yang telah di siapkan . Selanjutnya supsensi dalam cawan diratakan dengan batang
dari galski agar koloni tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut, kemudian diletakkan
dalam ncubator (370C) selama 1-2 hari. Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan
berkembang menjadi satu koloni bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya
dapat diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap
konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.
(http://riesama.blog.friendster.com/dunia-mikrobiologi/ Diakses pada 07 Oktober 2009)
Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni. Isolat murni
dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang benar-benar
terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media padat agar miring dalam tabung
reaksi. Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya berasal dari satu
jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakterisasi berdasarkan tipe tumbuhnya pada
media agar miring. (http://riesama.blog.friendster.com/dunia-mikrobiologi/ Diakses pada 07
Oktober 2009)
Kultur Mikroba
Saat bakteri diinokulasi kedalam sebuah medium dan diinkubasi secukupnya, kumpulan sel menjadi
tak terlihat. Untuk mempelajari sifat-sifat dari masing-masing mikroba termasuk sifat
pertumbuhan, morfologi dan sifat fisiologinya, masing-masing mikroba tersebut harus dipisahkan
satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuk kultur murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-
sel dari satu spesies atau stu jalur mikroba, dengan cara menggoreskan kultur pada agar cawan
yaitu goresan langsung, goresan quadran dan goresan radian. Koloni yang tumbuh pada agar cawan
dapat dibedakan dalam besarannya, warna, penampakan apakah keruh atau bening, bentuk
penyebaranyya, bentuk kemunculannya di atas agar dan bentuk permukaan.
Bila bakteri diinokulasi ke dalam suatu medium yang sesuai dan pada keadaan yang optimum bagi
pertumbuhannya, maka terjadi kenaikan jumlah yang amat tinggi dalam waktu yang relatif pendek.
Perbanyakan seperti ini disebabkan oleh pembelahan sel secara seksual. Proses reproduksi paling
umum di dalam daur pertumbuhan yang biasa pad populasi bakteri ialah pembelahan biner
melintang. Pembelahan biner melintang adlah suatu proses reproduksi aseksual, setelah
pembentukan dinding sel melintang maka satu sel tunggal membelah menjdi dua sel dan disebut
sel anak. (Pelczar, 2006)
Dalam pertumbuhan bakteri, faktor-faktor luar seperti keadaan medium, temperatur, Ph, radiasi
dan lain-lainnya lagi mempunyai pengaruh besar terhadap variasi bakteri secara individual.
Misalnya sel yang satu lebih panjang sedikit dari pada sel yang lain. Perbedaan itu tidak hanya
mengenai bentuk morfologinya saja, melainkan juga dpat mengenai kemampuan-kemampuan
fisiologinya, dengan kata lain di dalam suatu spesies terdapat variasi mengenai fenotif dan
genotifnya (Dwidjoseputro, 1994).