bahy revisi

26
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA 1. Judul Penelitian : PEMANFAATAN DAUN TEH TUA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BESI 2. Bidang Penelitian : Teknik 3. Ketua Peneliti a) Nama : Brylian Rizky Pratama b) Jenis Kelamin : Laki-laki c) NIM : 5213412042 d) Semester : VI (enam) e) Fakultas/Jurusan/Program Studi : Teknik/S1 Teknik Kimia f) Pusat Penelitian : Laboratorium Teknik Kimia FT- UNNES 4. Alamat Ketua Peneliti a) Alamat Jur/Prodi/Telp/Fax/E-mail:Gedung E1 Lantai 2 Fakultas Teknik, Kampus Unnes Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 Telp. (024)8508101 ext 114 b) Alamat Rumah/Telp/Fax/E-mail : Jalan Manggis 10 RT 04 RW 07 Kabupaten Kebumen 54311 / 087737958531 / [email protected] 5. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang a) Nama Anggota : Bahy Wibowo 6. Lokasi Penelitian : Laboratorium Teknik Kimia FT- UNNES 7. Kerjasama dengan Institusi Lain a) Nama Istitusi : - b) Alamat : - c) Telepon/Fax/E-mail : - 8. Lama Penelitian : 2 (dua) bulan 9. Biaya yang dipelukan : a) Sumber dari Lembaga Penelitian Universitas Negeri Semarang : Rp b) Sumber Lain, sebutkan…….. : Rp. Jumlah : Rp. Semarang, 29 Maret 2015

Upload: xrx

Post on 22-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

dfdf

TRANSCRIPT

Page 1: bahy revisi

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA

1. Judul Penelitian : PEMANFAATAN DAUN TEH TUA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BESI

2. Bidang Penelitian : Teknik3. Ketua Peneliti

a) Nama : Brylian Rizky Pratamab) Jenis Kelamin : Laki-lakic) NIM : 5213412042d) Semester : VI (enam)e) Fakultas/Jurusan/Program Studi : Teknik/S1 Teknik Kimiaf) Pusat Penelitian : Laboratorium Teknik Kimia FT-UNNES

4. Alamat Ketua Penelitia) Alamat Jur/Prodi/Telp/Fax/E-mail:Gedung E1 Lantai 2 Fakultas Teknik, Kampus

Unnes Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 Telp. (024)8508101 ext 114

b) Alamat Rumah/Telp/Fax/E-mail : Jalan Manggis 10 RT 04 RW 07 KabupatenKebumen 54311 / 087737958531 / [email protected]

5. Jumlah Anggota Peneliti : 2 oranga) Nama Anggota : Bahy Wibowo

6. Lokasi Penelitian : Laboratorium Teknik Kimia FT-UNNES 7. Kerjasama dengan Institusi Lain

a) Nama Istitusi : -b) Alamat : -c) Telepon/Fax/E-mail : -

8. Lama Penelitian : 2 (dua) bulan9. Biaya yang dipelukan :

a) Sumber dari Lembaga PenelitianUniversitas Negeri Semarang : Rp

b) Sumber Lain, sebutkan…….. : Rp.Jumlah : Rp.

Semarang, 29 Maret 2015

Menyetujui, Ketua Peneliti

Dekan Fakultas

Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd Brylian Rizky Pratama

NIDN. 0015026605 NIM. 5213412042

Menyetujui,

Ketua LP2M Unnes,

Prof. Dr. Totok Sumaryanto F., M.Pd

NIDN. 0027106405

Page 2: bahy revisi

A. Judul Penelitian

PEMANFAATAN DAUN TEH TUA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI

PADA BESI

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari pemelitian ini meliputi :

a. Bahan baku yang digunakan adalah daun teh tua (Camellia

sinensis) yang merupakan limbah dan tidak dimanfaatkan.

b. Solven yang digunakan adalah etanol 70%

c. Variabel yang digunakan adalah waktu kontak inhibitor dengan

logam uji dan konsentrasi inhibitor yang digunakan.

C. Latar Belakang Masalah

Korosi atau yang dikenal sebagai pengkaratan, merupakan peristiwa

kerusakan atau penurunan kualitas suatu bahan logam yang disebabkan oleh

terjadinya reaksi dengan lingkungan. Menurut Regina, dkk. (2013) korosi

merupakan permasalahan yang cukup serius bagi alat industri yang berbahan

dasar logam seperti mobil, jembatan, mesin, pipa, kapal dan lain sebagainya.

Korosi dapat terjadi di dalam medium kering dan juga medium basah.

Sebagai contoh, korosi yang berlangsung di dalam medium kering adalah

penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang

dioksida (SO2). Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam

maupun secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam di dalam medium basah

adalah apabila besi terendam di dalam larutan asam klorida (HCl). Korosi di

dalam medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan

rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvani sistim besi - seng, korosi

erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi

pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh

korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir (Dalimunthe, 2004).

Terjadinya korosi berpengaruh besar dalam kehidupan, baik dari segi

ekonomi maupun lingkungan. Dari segi ekonomi dapat menyebabkan

Windows User, 02/04/15,
dengan pertimbangan......
Windows User, 02/04/15,
kerugian terhadap lingkungan ? kalau sulit menjelaskan ya diceritakan saja bahwa korosi ini menimbulkan kerusakan dan kerugian sehingga harus dihindari. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi adalah dengan pemberian inhibitor. Selama ini, pada umumnya digunakan inhibitor berbasis.....yang justru bersifat racun dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Di sisi lain, teh mengandung.....senyawa ini bersifat....sehingga dapat dimanfaatkan sebagai inhibitor untuk mencegah korosi pada besi. Inhibitor berbasis tanin dari daun teh ini tidak bersifat racun, ......dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga lebih aman. Namun, penggunaan tanin dari daun teh ini memerlukan kajian lebih dalam dan hal inilah yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Windows User, 02/04/15,
paraggraf ini gak usah dituliskan di latar belakang, masuk ke tinjauan pustaka aja
Page 3: bahy revisi

tingginya biaya perawatan, biaya bahan bakar dan energi akibat kebocoran

uap serta kerugian produksi pada suatu industri akibat adanya pekerjaan yang

terhenti pada waktu perbaikan bahan yang terserang korosi. Proses

pencegahan korosi salah satunya adalah dengan menggunakan inhibitor.

Inhibitor korosi didefenisikan sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan

dalam jumlah yang sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan serangan

korosi lingkungan terhadap logam (Gusti, dkk. 2013).

Ada dua jenis inhibitor yang biasa digunakan, yaitu inhibitor anorganik

dan inhibitor organik. Umumnya senyawa organik yang dapat digunakan

sebagai inhibitor adalah golongan surfaktan, polimer, dan umumnya senyawa

yang banyak mengandung atom oksigen, nitrogen, sulfur, fosfor dan senyawa

aromatik, atau senyawa yang mengandung ikatan rangkap. Beberapa inhibitor

organik yang tersedia bersifat beracun dan mahal. Oleh karena itu, ekstrak

bahan alam saat ini banyak menjadi perhatian sebagai inhibitor korosi karena

aman, mudah diperoleh, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah

lingkungan.

Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai inhibitor dan terdapat

dalam jumlah melimpah di alam adalah daun teh tua. Daun teh tua dapat

dianggap limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal, karena pada

proses pembuatan teh, daun yang digunakan adalah pucuk daun teh dan dua

daun dibawahnya (Fulder, 2004 dalam Anita, dkk., 2012). Daun teh yang

sudah tua hanya dibiarkan hingga layu dan akhirnya berguguran. Daun teh

memiliki segar memiliki kandungan tanin jenis katekin sebesar 13,5 hingga

31% (Towaha, 2013).

Tanin merupakan senyawa polifenol atau senyawa astringen yang

memiliki rasa pahit dari gugus polifenolnya yang dapat mengikat dan

mengendapkan atau menyusutkan protein. Zat astringent dari tanin

menyebabkan rasa kering dan puckery (kerutan) di dalam mulut setelah

mengkonsumsi teh pekat, anggur merah atau buah yang mentah. Dekstruksi

atau modifikasi tanin selama ini berperan penting dalam pengawet kayu,

adsorben logam berat, obat-obatan, antimikroba, dan sebagainya (Ismarani,

2012). Salah satu sifat tanin adalah membentuk kompleks dengan besi,

Windows User, 02/04/15,
Di tinjauan pustaka aja. Di latar belakang cukup dijelaskan bhw tanin mengandung zat ... yg dapat dimanfaatkan sbg inhibitor korosi besi
Windows User, 02/04/15,
Ini dijelaskan di tinjauan pustaka .
Page 4: bahy revisi

sehingga pembentukan kompleks besi-tanin ini dapat dimanfaatkan sebagai

inhibitor korosi pada besi (Gusti, dkk. 2013).

D. Perumusan Masalah

Banyaknya industri pengolahan teh yang hanya menggunakan daun teh

muda sehingga mengakibatkan menumpuknya limbah berupa daun teh tua. Di

dalam daun teh tua terdapat senyawa kimia berupa tanin dalam jumlah

sekitar31% (Towaha, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Saputri, dkk.

(2013) menyimpulkan bahwa tanin dapat diekstrak menggunakan pelarut

etanol untuk kemudian dilarutkan pada larutan garam dan asam yang

didalamya terdapat sampel besi. Proses tersebut membentuk kompleks

dengan besi, sehingga pembentukan kompleks besi-tanin ini dapat

dimanfaatkan sebagai inhibitor korosi pada besi. Keefektifan tanin sebagai

inhibitor korosi pada besi akan diteliti dalam penelitian ini.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsentrasi optimal pelarut dalam proses ekstraksi

tanin dari daun teh tua.

2. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tanindari daun teh tua dalam

penggunaannya sebagai inhibitor korosi pada besi.

F. Kontribusi Penelitian

1. Penulis berharap penelitian ini memberikan alternatif lain kepada

industri pengolahan teh dalam memanfaatkan daun teh tua.

2. Penulis berharap penelitian ini memberikan rekomendasi dalam

pemilihan bahan alternatif untuk pencegahan korosi pada besi

G. Tinjauan Pustaka

1. Teh

Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman yang memiliki

kandungan tanin alami berupa katekin. Teh hitam mengandung katekin

rata-rata 7,99%, sedangkan teh hijau mengandung katekin rata-rata

Windows User, 02/04/15,
Isi tinjauan pustaka : Daun teh : ceritakan tentang tanin juga Ekstraksi : diawali dg kalimat : pemungutan tanin dari daun teh dapat dilakukan secara ekstraksi. Ekstraksi merupakan....Variabel2 yg berpengaruh....Inhibitor
Windows User, 02/04/15,
Tidak usah diulangi lagi di sini. Perumusan masalah isinya : Penelitian yg sudah dilakukan (secara garis besar saja). Kmd dilanjutkan misalnya “ Namun, penelitian tersebut menghasilkan yield yg masih sangat rendah, hal ini kemungkinan disebabkan oleh.... Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dapat dituliskan sbb :Mengetahui konsentrasi optimal...dst
Page 5: bahy revisi

17,68% dan teh oolong mengandung katekin rata-rata 15,13%

(Gunawijaya, 1991; Bambang, 1995 dalam Kusuma, 2009). Tanin dalam

teh akan berkurang setelah dilakukan proses pengolahan, sehingga kadar

tanin dalam ampas teh hanya sekitar 1,35% (Istirahayu,1993).

2. Tanin

Tanin adalah kelompok polifenol yang larut dalam air dengan berat

molekul antara 500—3000 gr/mol. Tanin mampu mengendapkan alkaloid,

gelatin dan protein lainnya, membentuk warna merah tua dengan kalium

ferrisida dan amonia serta dapat diendapkan oleh garam-garam Cu, Pb dan

kalium kromat (Ismarani, 2012). Tanin merupakan salah satu senyawa

metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh

tanaman. Tanin tergolong senyawa polifenol dengan karakteristik

membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya (Jayanegara

dan Sofyan, 2008).

Tanin diklasifikasikan dalam dua kelas, yaitu:

1) Tanin Hidrolisis, yaitu tanin yang terhidrolisis dalam air. Tanin

hidrolisis merupakan hidroksil dari karbohidrat atau phenolic

esterified seperti asam gallat (dalam gallotannins) atau asam

ellagat (dalam ellagitannins).

2) Tanin Kondensasi, yaitu tanin yang dapat terkondensasi dan tidak

dapat dihidrolisis kecuali dalam suasana asam. Tannin

terkondensasi adalah produk polimerisasi flavan-3-ols yang biasa

disebut katekin dan flavan-3,4-diol atau campuran dari dua

polimer, yang disebut sebagai ''flavans" (Salunkhe, Chavan, &

Kadan, 1989; Sanderson et al., 2001 dalam Ismarani, 2012 ).

3. Katekin

Katekin merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan

flavonoid. Senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus fenol

yang dimilikinya. Struktur molekul katekin memiliki dua gugus fenol dan

satu gugus dihidropiran. Senyawa katekin memiliki lebih dari satu gugus

fenol, sehingga sering disebut sebagai senyawa polifenol.Katekin pada

daun teh merupakan senyawa yang sangat kompleks, tersusun sebagai

Page 6: bahy revisi

komponen senyawa katekin (C), epikatekin (EC), epikatekin galat (ECG),

epigalokatekin (EGC), epigalokatekin galat (EGCG), dan galokatekin

(GC) (Towaha, 2013).

Gambar 1.1 struktur Katekin (Mukhlisoh W., 2010)

4. Proses Pengambilan Tanin

Tanin dapat diekstrak dengan menggunakan campuran pelarut

campuran (bertingkat) atau pelarut tunggal. Ekstraktif biasanya diekstrak

dari kayu, kulit, daun pada jenis-jenis pohon tertentu, utnuk tujuan

penelitian dalam menentukan struktur kimia, kualitas dan kuantitas

ekstraktif serta kemungkinan pemanfaatannya. Umumnya tanin diekstrak

dengan menggunakan pelarut air, karena lebih murah dengan hasil yang

relatif cukup tinggi, tetapi tidak menjamin jumlah senyawaan polifenol

yang ada dalam bahan tanin tersebut (Hathway, 1962 dalam Saputri, dkk.,

2013). Browning (1966) dalam Saputri, dkk. (2013) menjelaskan bahwa

untuk memperoleh ekstrak dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi,

maka umumnya digunakan etanol atau aseton dengan perbandingan

volume air yang sebanding. Waktu optimum ekstraksi tanin dengan

menggunaan etanol 70% yaitu 150 menit (Shinta, dkk. 2008). Adapun

tahapan persiapan dan ekstraksi yang perlu dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Tahap persiapan bahan dan pelarut

b. Tahap pembuatan serbuk bahan dengan ukuran yang tepat sesuai

keperluan ekstraksi

c. Tahap ekstraksi

Page 7: bahy revisi

d. Tahap pemekatan larutan ekstrak

Proses ekstraksi dapat dilakukan secara tunggal atau bertahap sesuai

kepentingan dan tujuan ekstraksi yang ingin dicapai. Proses ekstraksi yang

digunakan adalah metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang

dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat

bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan

penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul

cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan

menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian

sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.

(Akhyar, 2010).

5. Inhibitor

Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi

elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan

elektron merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Proses

pencegahan korosi dapat dilakukan dengan pelapisan pada permukaan

logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor-korosi, dan lain-lain.

Inhibitor korosi didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan

dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan serangan

korosi lingkungan terhadap logam.

Inhibitor dari ekstrak bahan alam adalah solusinya karena aman,

mudah didapatkan, bersifat biodegradable, biaya murah, dan ramah

lingkungan. Ekstrak bahan alam khususnya senyawa yang mengandung

atom N, O, P, S, dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas.

Unsur-unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya dapat

berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan

logam. Efektivitas ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi tidak

terlepas dari kandungan nitrogen yang terdapat dalam senyawa kimianya

(Hermawan, 2007 dalam Irianty dan Komalasari, 2013).

Page 8: bahy revisi

6. Tanin sebagai inhibitor

Besi merupakan salah satu unsur transisi deret pertama yang dalam

bentuk aliansinya mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia.

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan industri kebutuhan akan

besi dan baja semakin meningkat. Besi banyak digunakan untuk industri

otomotif, kimia, perminyakan, perabotan rumah tangga, elektronik, dan

kontruksi bangunan. Agar mempunyai ketahanan yang lebih baik biasanya

besi sering dicampur dengan bahan-bahan lain seperti karbon dan unsur

transisi lain sesuai dengan kebutuhan. Senyawa tanin dapat membentuk

kompleks dengan besi (II) dan besi (III).

Kompleks besi (II)-tanin tidak berwarna dan sangat mudah larut dan

teroksidasi. Dengan adanya oksigen, kompleks ini berubah menjadi

kompleks besi(III)-tanin yang disebut tanat. Kompleks inilah yang akan

melekat pada permukaan besi yang akan menghalangi terjadinya proses

korosi lebih lanjut karena kompleks tersebut akan terserap pada

permukaan besi dan melindungi permukaan besi (Saputri, dkk. 2013).

H. Metode Penelitian

1. Alat yang diperlukan

a. Seperangkat alat refluks

b. Neraca analitik

c. Blender

d. Loyang

e. Gelas ukur

f. Gelas arloji

g. Spatula

h. Saringan

i. Corong pemisah

j. Statif

k. Klem

l. Oven

m. Beaker glass 500ml

Page 9: bahy revisi

n. Beaker glass 250ml

o. Gelas ukur 100ml

2. Bahan

a. Daun teh tua

b. Etanol 70%

c. Etanol 90%

d. Etanol 95%

e. NaCl 3%

f. HCl 15%

g. Plat besi

h. Minyak goreng 500ml

i. KMnO4 0,1 N

j. Aseton

k. Indigocarmin

3. Prosedur penelitian

a. Tahap persiapan bahan baku

1. Daun teh tua sebanyak 500 gram dikeringkan dalam oven bersuhu

50oC selama 3 jam

2. Kemudian daun teh tua kering diblender hingga halus

3. Daun teh yang telah halus ditimbang menggunakan neraca

analitik

b. Tahap ekstraksi

1. Potongan daun teh yang didapat di ekstraksi menggunakan alat

refluks selama 180 menit menggunaan solven etanol 70%, 90%,

dan 95% sebanyak 250 ml dengan suhu dijaga 80oC.

2. Hasil ekstraksi yang didapat, selanjutnya disaring dari ampas

tehnya hingga didapat filtratnya

3. Filtrat difraksinasi menggunakan corong pemisah hingga didapat

ekstrak tanin

4. Ekstrak tanin diukur volumenya menggunakan gelas ukur

Page 10: bahy revisi

c. Penetapan kadar tanin

Penetapan kadar tanin dilakukan dengan metode volumetric, seperti

yang tercantum dalam Analysis of Fruits and Vegetables Product

(Ranganna, S. 1977 dalam Marlina dan Naris, 2005).

Prosedur kerjanya sebagai berikut :

1. Tanin sebanyak 20 mg dimasukkan kedalam erlenmeyer,

dilarutkan dengan 7,5 ml aquadest yang dipanaskan, kemudian

ditambahkan 2ml larutan indigocarmin.

2. Kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 hingga warna berubah

dari biru menjadi hijau.

3. Selanjutnya titrasi dilakukan tetes demi tetes hingga warna hijau

berubah menjadi kuning emas.

4. Lakukan titrasi blanko yaitu 2 ml larutan indigocarmin diencerkan

sampai 75 ml dengan aquadest, kemudian lakukan titrasi seperti

diatas :

Kadar Tanin ( % ) =

( A−B ) ×0,0042 gramtanin per ml KMnO4

gram sampel× 100%

Dimana :

A = ml titrasi larutan Tanin

B = ml titrasi blanko

Satu ml 0,1 N KMnO4 ≈ 0,0042 gram Tanin

d. Pembuatan Medium Korosif

Media uji yang digunakan adalah larutan NaCl dan HCl karena

larutan yang mengandung klorida dapat memberikan efek korosif yang

sangat agresif pada logam. Konsentrasi larutan NaCl dan HCl yang

digunakan adalah 3%. Larutan medium korosif yang digunakan dibuat

dengan cara melarutkan 37,5 gram NaCl dalam labu ukur 250 ml sampai

tanda tera hingga didapatkan larutan NaCl dengan konsentrasi 15 %.

Kemudian larutan tersebut diencerkan sejumlah volume tertentu dalam

labu ukur 50ml hingga didapatkan konsentrasi sebesar 3%. Untuk larutan

Page 11: bahy revisi

HCl 3% dibuat dengan mengencerkan HCl p.a dengan konsentrasi 37%.

Pertama dipipet sebanyak 101.37 ml ke dalam labu ukur 250ml.

Selanjutnya dihimpitkan sampai tanda batas dengan air demin. Kemudian

dari larutan HCl 15% tersebut dipipet masing masing 10ml ke dalam labu

ukur 50ml, maka akan didapatkan HCl dengan konsentrasi 3%.

e. Preparasi Benda Uji

1. Benda uji berupa plat dengan ketebalan 1 mm dipotong dengan

ukuran 10 mm x 20 mm.

2. Benda uji tersebut dibersihkan dari kotoran (lemak dan debu) dan

karat-karat dipermukaan logam.

3. Besi dibersihkan dengan 500 ml asam klorida yang dilarutkan

didalam akuadest hingga 1000ml.

4. Semua spesimen yang masuk ke larutan pembersih kemudian

dibersihkan dengan akuadest dan alkohol kemudian dikeringkan.

5. Setelah itu ditimbang berat awal masing-masing spesimen

sebelum diuji.

f. Pengujian Korosi

1. Sampel besi yang telah disiapkan masing-masing dicelupkan

kedalam larutan campuran NaCl 3% dan larutan inhibitor.

2. Membuat lima variasi konsentrasi larutan inhibitor dengan waktu

perendaman dilakukan selama 6 hari.

3. Setelah direndam, sampel baja diangkat dan kemudian dicuci

dengan hati-hati dengan 500 ml asam klorida yang dilarutkan

dengan 1000ml akuadest.

4. Semua spesimen yang ada di bilas dengan aseton dan akuades dan

dibilas kembali dengan alkohol kemudian dikeringkan.

5. Ulangi langkah-langkah percobaan diatas menggunakan larutan

HCl 3%.

6. Setelah itu spesimen ditimbang kembali sebagai bobot akhir.

Page 12: bahy revisi

7. Laju korosi baja dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut:

CR=87,6WD A T

Dimana :

CR = laju korosi (mm/year)

W = berat besi yang hilang (mg)

D = densitas (gram/cm3)

A = luas permukaan (cm2)

T = Waktu (jam)

I. Jadwal Penelitian

Nama KegiatanMinggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

A. Tahap pertama persiapan

1. Perizinan Sewa Laboratotium

2. Persiapan Alat dan Bahan

B. Pelaksanaan

1. Praktik

2. Analisa Hasil Praktik

C. Monitoring

1. Penyusunan Laporan

2. Seminar Artikel Ilmiah

3. Penyerahan Laporan

Windows User, 02/04/15,
Ubah jadi bulan (mis. 6 bln). Masa penelt hanya 8 minggu ?
Page 13: bahy revisi

J. Personalia Penelitian

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap :

Brylian Rizky Pratama

b. NIM

: 5213412042

c. Semester

: VI (enam)

d. Fakultas/Program Studi :

Teknik/Teknik Kimia

e. Perguruan Tinggi : Universitas

Negeri Semarang

f. Bidang Keahlian :

Teknik Kimia

g. Waktu untuk penelitian ini : 2 bulan

2. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Bahy Wibowo

b. NIM : 5213412003

c. Semester : VI (enam)

d. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia

e. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

f. Bidang Keahlian : Teknik Kimia

g. Waktu untuk penelitian ini : 2 bulan

3. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Febri Dwi Nugroho

h. NIM : 5213413042

i. Semester : IV (empat)

j. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Kimia

k. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Page 14: bahy revisi

l. Bidang Keahlian : Teknik Kimia

m. Waktu untuk penelitian ini : 2 bulan

K. Anggaran biaya penelitian

No. Kegiatan Anggaran (Rp)

1. Tahap Persiapan

a. Kertas HVS

b. Jilid

100.000

20.000

Sub total 120.000

2. Tahap Operasional

a. Pengadaan Bahan Baku

b. Etanol 70%

c. Etanol 90%

d. Etanol 95%

e. NaCl 3%

n. HCl 15%

o. Sewa lab

p. Plat besi

q. Minyak goreng 500ml

r. KMnO4 0,1 N

s. Aseton

t. Indigocarmin

u. Blender

v. Saringan

w. Beaker glass 500ml

100.000

45.000

50.000

50.000

20.000

35.000

1.000.000

400.000

10.000

50.000

100.000

30.000

350.000

15.000

58.000

Windows User, 02/04/15,
Ganti yg lain, mis. Biaya analisis ......
Page 15: bahy revisi

x. Beaker glass 250ml

y. Gelas ukur 100ml

z. Masker

35.000

60.000

32.000

Sub total 2.340.000

3. Penyusunan Laporan

a. Penyusunan dan penggandaan laporan

b. Transportasi

c. P3K

d. Dokumentasi

e. ATK

150.000

200.000

100.000

150.000

100.000

Sub total 700.000

4. Seminar Penelitian

a. Sewa LCD, laptop

b. Penyelenggaraan seminar

c. Konsumsi

200.000

150.000

300.000

Sub total 650.000

Total 3.710.000

Windows User, 02/04/15,
Ditambah, Dipaskan ke 4 juta atau 3.995.000
Windows User, 02/04/15,
gt dg biaya registrasi seminar (kita yg ikut sbg peserta seminar nasional atau internas), bukan kita yg mengadakan seminar.
Windows User, 02/04/15,
hilangkan
Page 16: bahy revisi

L. Lampiran

1. Daftar Pustaka

Akhyar, 2010. Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak

Akar dan Buah Bakau (Rhizophora stylosa Griff.) Terhadap Vibrio

harveyi. Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi. Universitas

Hasanudin. Makassar.

Anita, dkk., 2012. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam

Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal

Ayam Broiler. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Dalimunthe I. S. 2004. “Kimia dari Inhibitor Korosi”. Program Studi

Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Elvriani, Yunita. 2010. “Ekstraksi Tanin dari Kulit Buah Manggis

dengan Variasi Konsentrasi Solven, Rasio Bahan Terhadap Solven

dan Waktu Ekstraksi”. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Universitas Sriwijaya. Palembang.

Gusti, D.R., dkk. 2013. “Ekstrak Kulit Kayu Akasia Sebagai Inhibitor

Pada Laju Korosi Baja Lunak dalam Media Asam Sulfat”. Program

Studi Kimia, Jurusan MIPA FST Universitas Jambi.

Hayati E. K., Jannah A., dan Mukhlisoh., 2010. “Pengaruh Ekstrak

Tuggal dan Gabungan Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi

Windows User, 02/04/15,
Benar tercantum di naskah semua ?
Page 17: bahy revisi

Lin) Terhadap Efektivias Antibateri Secara in Vitro”. Kimia. UIN.

Malang.

Irianty, R. S. Komalasari. 2013. “Ekstraksi Daun Gambir Menggunakan

Pelarut Metanol-Air sebagai Inhibitor Korosi”. Laboratorium

Konversi Elektrokimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Riau.

Pekanbaru.

Ismarani. 2012. “Potensi Senyawa Tanin dalam Menunjang Produksi

Ramah Lingkungan”. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan wilayah

Vol. 3 No. 2 Juni 2012.

Istirahayu, D. N. 1993. “Pengaruh Penggunaan Daun teh tua dalam

Ransum terhadap Persentase Karkas, Giblet, Limpa dan Ternak

Abdominal Broiler”. Thesis. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Jayanegara, A. Dan A. Sofyan. 2008. “Penentuan Aktivitas Biologis

Tanin Beberapa Hijauan secara in Vitro Menggunakan ‘Hohenheim

Gas Test’ dengan Polietilen Glikol Sebagai Determinan”.

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusuma, S.A.F. 2009. “Jenis Teh dan Pengolahannya”. Fakultas Farmasi

Universitas Padjadjaran. Bandung.

Marlina dan Lestari. 2005.“Ekstraksi Tanin dari Buah Pinang”.

Universitas Sriwijaya.

Regina, Nikita., dkk. 2013. “Inhibitor Korosi pada Air Laut

Menggunakan Ekstrak Tanin dari Daun Gambir dengan Pelarut

Etanol-Air”. Laboratorium Konversi Elektrokimia, Jurusan Teknik

Kimia, Universitas Riau. Pekanbaru.

Saputri, Desy., dkk. 2013. “Pengaruh Tanin terhadap Laju Korosi Baja

dalam Larutan Garam dan Asam”. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Teknik, Universitas Sriwijaya. Ogan Ilir.

Page 18: bahy revisi

Sintha, Endro, dan Anjani Puspita. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Alkohol

dan Waktu Ekstraksi terhadap Ekstraksi Tanin dan Natrium Bisulfit

dari Kulit Buah Manggis”. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Teknologi Industri, UPN “Veteran” Jatim. Surabaya.

Towaha, Juniati. 2013. “Kandungan Senyawa Kimia pada Daun Teh

(Camellia sinensis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Industri”. Badan Litbang Kementrian Pertanian. Bogor.

Yusuf, S. 2008. “Laju Korosi Pipa Baja Karbon A106 Sebagai Fungsi

Temperatur dan Konsentrasi NaCl pada Fluida yang Tersaturasi Gas

CO2. Program Pasca Sarjana Fakultas MIPA, Program Studi Ilmu

Material. Universitas Indonesia”. Depok.