bahan perkuliahan ke 4

17
Bahan Perkuliahan Ke :4 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Oleh : Drs Muhammad Taufiq, M.H.Kes A. PENGERTIAN FILSAFAT Secara Etimologi Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf". Menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut : Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ) Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu- ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya . Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika ) Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika ) Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama ) 1

Upload: yabniel-lit-jingga

Post on 16-Jul-2015

86 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan perkuliahan ke 4

Bahan Perkuliahan Ke :4

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Oleh : Drs Muhammad Taufiq, M.H.Kes

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Secara Etimologi Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata

serapan dari bahasa Arab yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa

ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta

dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga

arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.

Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir

ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang

falsafah disebut "filsuf".

Menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut :

Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas

segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan

tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the

arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-

ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang

atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari

kebenaran dari seluruh kenyataan.

Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak

menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang

memikul sekaliannya .

Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan

pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.

Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )

Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )

Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )

1

Page 2: Bahan perkuliahan ke 4

Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )

Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang

mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya

ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa

yang penghabisan “.

Sidi Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang

segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.

Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap

kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses

kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat

adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah

analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat

adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya

oleh para ahli filsafat.

Hasbullah Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan

mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan

pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan

itu

Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat adalah :

• Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari

filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki dan mempelajari.

• Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun

pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang

kemudian tidak disangsikan lagi.

• Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa

dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya.

Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada

sesuatu yang tdak terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti Produk dan filsafat

dalam arti Proses. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai pandangan hidup.

Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

2

Page 3: Bahan perkuliahan ke 4

Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.

1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf

pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat

tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain sebagainya.

2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari

aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan

yang bersumber pada akal manusia.

Filsafat Sebagai Suatu Proses :

Yaitu bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permaslahan dengan

menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya

B. FILSAFAT PANCASILA

1. Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian-bagiannya atau unsur-

unsurnya saling berkaitan, saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu

dan merupakan keseluruhan yang utuh.

Pancasila adalah sebuah system karena pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisah-pisahkan. Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan suatu kasatuan. Pancasila

berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa

Indonesia sejak dahulu.

Secara garis besar Pancasila adalah suatu realita yang keberadan dan kebenaraannya

tidak dapat diragukan. Nilai-nilai Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,

kerakyatan dan keadilan harus menjadi pedoman dan tolak ukur bagi seluruh kegiatan

kemasyarakatan dan kenegaraan Bangsa Indonesia.

2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.

Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Satu kesatuan bagian-bagian.

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

3. Saling berhubungan, saling ketergantungan.

3

Page 4: Bahan perkuliahan ke 4

4. Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem).

5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:122)

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu

kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan

saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya.

Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian

bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga membentuk

suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari

pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama

manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara.

Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa

kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari

pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan

berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme, materialisme,

komunisme, dan aliran filsafat yang lain.

Susunan pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh :

• Sila 1, meliputi,mendasari,menjiwa:sila 2,3,4 dan 5

• Sila 2,diliputi,didasari,dan dijiwai sila 1,serta mendasari dan menjiwai sila 3,4,dan 5

• Sila 3,meliputi,mendasari,dan menjiwai sila 1,2 serta mendasari jiwa ;sila 4 dan 5

• Sila 4, meliputi,didasari,dan di jiwai sila 1,2,dan 3,serta mendasari dan menjiwai sila

5

• Sila 5,meliputi didasari,dan dijiwai sila 1,2,3 dan 4

• Pancasila sebagai suatu substansi. Artinya unsur asli/permanen/primer pancasila

sebagai suatu yang ada mandiri,yaitu unsure-unsurnya berasal dari dirinya sendiri

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif dan

Subyektif.

Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :

1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum,

universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya pancasila adalah nilai.

2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya keberlakuannya

sejak jaman dahulu, masa kini dan juga untuk masa yang akan dating, untuk bangsa

4

Page 5: Bahan perkuliahan ke 4

Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara eksplisit tampak dalm adat

istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraaan dan tata hidup beragama.

3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai

pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber hokum

positif di Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib hokum di Indonesia

berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah

secara hokum, sehingga melekat pada kelangsungan hidup Negara. Sebagai

konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaa UUD 45 itu

diubah maka sama halnya dengan membubarkan Negara proklamasi 17 Agustus 1945.

C.HAKIKAT SILA-SILA PANCASILA

Hakikat Sila Pertama : KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Peranan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Untuk memahami peranan Sila Ketuhana YME dalam sistem filsafat Pancasila,

kiranya jalan yang terbaik adalah dengan cara mengikuti intrepratasi dari para negarawan

yang tercatat sebagai ‘golongan pendahulu’, “The Founding Farher”. Mereka termasuk

orang-orang yang mengetahui ruh, jiwa dan semangatnya secara langsung karena keterlibat

mereka dalam merumuskan Pancasila itu sendiri.

Berbagai interpretasi terhadap peran sila Ketuhanan YME dalam filsafat Pancasila

tersebut antara lain adalah :

1. Sila Ketuhanan YME berperan sebagai ‘Leitstar’ atau bintang pembimbing yang

akan membimbing bengsa Indonesia dalam mengejar kebijakan dan kebaikan.

Pendapat ini dinyatakan oleh bung Karno.

2. Sila ketuhanan YME berperan sebagai ‘Dasar Moral Bangsa dan Negara RI’,

yang dinyatakan oleh Bung Hatta

3. Sejalan dengan pernyataan Moh Hatta Natsir menyatakan bahwa Sila Ketuhanan

YME berperan sebagai dasar rohani, moral dan susila bangsa dan negra. Pendapat ini

dikemukakan di hadapan pertemuan ‘Pakistan institute of international Affairs’ di

Karachi pada tanggal 9 April 1952.

4. Sila Ketuhana YME berperan sebagai ‘Dasar dari segala sila-sila’. Pernyataan ini

ditegaskan oleh Dyiyarkara yang mengatakan bahwa: “Sila Ketuhanan merupakan

dasar segala sila”

5

Page 6: Bahan perkuliahan ke 4

Dari berbagai penilaian para negarawan angkatan ”pendahulu” sebagai mana diatas

jelaslah bahwa peranan sila Ketuhanan YME dalam sistem filsafat Pancasila menempati

posisi kunci, posisi yang paling dasar dari semua dasar. Dan karena posisinya yg seperti itu

akhirnya melahirkan kepribadian atau warna yang khas bani negara RI. Disamping itu,

dengan dicamtumkannya sila Ketuhanan YME dalam tata urutan yang pertama dalam sistem

filsafat pancasila akhirnya melahirkan sebuah filsafat yang khas, yang dalam klasifikasi

kefilsafatan kiranya dapat dikategorikan ke dalam aliran ‘Theistic philosophy’, suatu sistem

filsafat hidup yang menempatkan keyakinan akan eksitensi Tuhan selaku satu-satunya

sumber inspirasi, aspirasi dan sumber motivasi dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

Dengan mengikuti beberapa penjelasan dari para ‘Pendiri negara’ sebagaimana di atas

jelaslah bahwa dicantumkannya sila Ketuhanan YME ke dalam sistem filasafat pancasila

bukan merupakan sebuah rumusan yang menggambarkan hasil telaah fakir yang terpuncak

ataupun merupakan warisan dari budaya luhur manusia Indonesia. Rumusan sila pertama

sama sekali bukan merupakan sebuah formulasi dari hasil kontemplasi manusia Indonesia. Ia

bukan sebuah rumusan yang menggambarkan tangkapan ide abstrak yang terpuncak, yang

menjadi ttik akhir dari proses berfikir secara kosmologis kausalistik, yang dalam dunia

filsafat disebut dengan istilah “Causa prima atw ‘First Caus’ sebab pertama”. Sila pertama

dirumuskan untuk menggambarkan relitas hidu bangsa Indonesia yang benar-benar yakin dan

beriman kepada Allah, sebagaimana yang telah diwartakan oleh agama. Menurut Syafii

Maarif menegaskan bahwa : atribut ‘YME’ Sesudah “Ketuhanan” dalam sila pertama jelas

sekali menunjukkan bahwa konsep Ketuhanan dalam pancasila bukanlah suatu fenomena

sosiologis, melainkan refleksi dari ajaran tauhid.

Bahwa didalam dunia filsafat terdapat beberapa masalah yang dapat dikategorikan

dengan sebutab ‘kepercayaan’ atau ‘belief’ dimana mereka mengakui bahwa akal fikiran,

betapapun kritisnya tidak lagi berkompeten untuk menjawab, khususnya terhadap hal-hal

yang berada dalam kawasan dunia ‘noumenal’ (inti yang tidak dapat dilihat), sebagai lawan

dari dunia ‘fenomin’ atau sesuatu yang dapat dilihat. Adapun hal-hal yang terdapat di dalam

kawasan dunia noumenal oleh Immanuel Kant disebutnya sebagai postulat atau dalil yang

tidak dapat dibantah lagi. Kant menyatakan bahwa “ Persoalan 2 metafisika yang terdalam

seperti adanya Tuhan, kekekalan nyawa & kebebasan kemauan tak dapat diselesaikan

dengan intelek. Lapangan yang mutlak, yang dapat dikatakan terletak dibelakang ’dunia

peristiwa atau fenomin’, tak dapat kita capai dengan akal ”.

6

Page 7: Bahan perkuliahan ke 4

Kant mengemukakan empat bukti adanya Tuhan, yaitu pembuktian secara

Kosmologis, suatu bukti yg bertitik tolak dari aspek dunia (cosmos=dunia), Ontologis, yaitu

suatu penbuktian dari titik tolak yang ada (0ntos= Ada), Teleologis, yaitu pembuktian yang

bertitik tolak dari aturan alam semesta, dan tujuan dari aturan itu (telos= tujuan ), dan bukti

pengamalan moral.

a) Pembuktian Kosmologis, yaitu sustu bukti yang sering dikemukakan berhubungan dengan

ide tentang sebab (causality). Plato dalam bukunya ‘Timaeus’, menyatakan bahwa tiap-tiap

benda yang terjadi pasti ada yang menjadikannya.

b) Pembuktian Ontologis, yaitu pembuktian terhadap adanya Tuhan berdasarkaan refleksi

atas kenyataan obyektif dengan berpedoman pada konsep mengenai Ada Yang Sempurna

(perfect Being ). Anselmus menyatakan bahwa Tuhan adalah Ada Yang Sempurna atau

kategori apriori yang dapat dipikirkan sebagai ada yang universal, yang melebihi dari

particular.

c) Pembuktian Teleologis, pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpedoman pada

konsep mengenai desain (keterpolaan ) di dalam alam semesta, yang tidak boleh tidak pasti

membutuhkan ‘desainer. Alam semesta merupkan karya seni terbesar yang menunjukkan

adanya “ a greater intelligent Desaigner”, yaitu Tuhan.

d) Pembuktian moral, yaitu pembuktian tentang adanya Tuhan dengan berpegang pada

pengandaian adanya hokum moral umum yang menunjukkan adanya ‘Penjamin Moral’ (Law-

Giver).

Dalam hubunganya dengan sifat-sifat Tuhan sebagaimana telah disinggung di atas

ternyata ada beberapa konsepsi yang patut untuk disimak dan diperhatikan, natar lai seperti

faham Pantheisme, Deisme, serta Theisme. Munculnya faham Pantheisme, Deisme &

Theisme bermula dari pemikiran yang kritis spekulatif terhadap asal-usul dan kejadian alam

semesta. Dari pertanyaan yang sangat mendasa, yang mempersoalakan bagaimanakah asal-

usul alam semesta (universum ) ini terjadi, Pantheisme berpendapat bahwa alam semesgta ini

muncul dan ada semata-mata karena limphan (alfaidl) atau emanasi-Nya sementara Deisme

dan Theisme berpendapat bahwa alam semesta beserta segala isiya terjadi karena diciptakan

atas kehendak tuhan. Dan Tuhan dalam konsepsi Ketuhanan menurut pancasila bila menilik

dari ketiga pendapat diatas Ketuhanan yang dimaksud bukanlah konsepsi sebaimana halnya

yang dipahami oleh aliran pentheisme dan Deisme, tetapi sesuai dengan konsepsi ketuhana

Theism, dimana Tuhan digambarkan sebagai dzat yang pribadi yang bersifat rohani, yang

transenden terhadap alam semesta, tetapi immanen trehadap alam itu(Huijbers:26). Tuhan

7

Page 8: Bahan perkuliahan ke 4

yang digambarkan dalam falsafah Pancasila ialah Tuhan yang aktif dalam dalam kehuidupan

sehar-hari, Tuhan yang manusia dapat menyembahNya, Tuhan yang senantiasa mencurahkan

dan memberikan berbagai macam kenikmatan kepada hamba-Nya, memberikan barakah

serta rahmat-Nya kepada umat manusia.

Jadi kalau menurut saya bahwa Sila pertama ini adalah memang merupakan sila

paling fundamental dari sila-sila yang ada karena dari sila-sila ini masyarakat Indonesia

menjadi masyarakay yang merupakan masyarakat yang akan menjadi Negara kuat dan

menjadi Negara jalan ketiga. Dan dengan mengikuti pendapat diatas jelaslah bangsa

Indonesia dalam kehidupannya benar-benar menyakini dan menyadari akan kekuasaan serta

kedaulatan Allah yang bersifat mutlak tak terbagi.

2. Sila Ketuhanan YME sebagai Sumber Ajaran Moral Dasar ( Basic Morality)

Manakala ditelaah secara mendalam terhadap difinisi filsafat hidup atau

weltanschauung, jelaslah bahwa sesungguhnya di dalam kerangka pengertia filsafat hidup

telah dipermasalahkan pula apa yang disebut dengan ajaran nilai (doctrine of value). Salah

satu obyek yang dibahs dalam filsafat hidup adalah menyangkut persoalan moral dalam arti

moral dasar. Yang menurut Muhammad Rasjidi yang dimaksud moral dasar ialah suatu

aturan yang mendasar, yang kita rasakan tidak mungkin dapat menyangkalnya, dan Oki ia

dapat dijadikan pedoman kita dalam keadaan yang berbeda-beda. Notonagoro menyatakan

bahwa hakekat filsafat Pancasila itu merupakan bentuk pemadatan atau kristalisasi dari

keyakinan hidup beragama bangsa Indonesia serta adapt istiadat & kebudayaan bangsa.

Driyangkara dalam analisanya terhadap ’moral dasar’ yang terkandung dalam filsafat

pancasila menyatakan bahwa ‘dengan singkat haruslah dikatakan’ bahwa ketuhanan adalah

dasar dan tujuan dari seluruh kesusilaan. Tanpa Ketuhanan tidak mungkin ada kesusilaan

yang berkembang batul-betul.

Hakekat Sila Kedua: KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Formulasi sila kedua dari falsafah pancasila bila dilihat dari segi sejarahnya adalah

merupakan hasil dari rumusan “ Panitia Sembila “. Sila kedua ini mencerminkan keyakinan

bangsa Indonesia terhadap hakekat sifat manusia sebagai makhluk sosial (homo socius).

Rumusan “kemanusian yang adil dan beradab” seperti ini dilihat dari segi bahasa adalah

mengggambarkan sebuah ungkapan atau ide yang memuat pengertian yang lebih dari cukup.

Karena dengan menggunakan istilah ‘kemanusian’ saja tanpa disertai dengan kata sifat yang

8

Page 9: Bahan perkuliahan ke 4

adil dan beradab sudah cukup mengisyaratkan satu ungkapan yang didalamnya terkandung

sifat-sifat manusia yang luhur dan mulia.

Dalam menjelaskan pengertian ‘Peri kemanusiaan’ (menselijkheid atau Humanisme)

Bung Karno menyatakan bahwa ’jika kita berbuat sesuatu yang rendah, yang membikin

celaka kepada manusia lain, kita berkata bahwa kita melanggar peri kemanusian, kita

melanggar hukum menselijkheid’. Prinsip kemanusiaan secara tegas mengandung arti adanya

penghargaan & penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur, tanpa harus

dibeda-bedakan antara satu sama lainnya dikarenakan adanya perbedaan keyakinan hidup,

politik ,status sosial dan ekonomi, asal usul keturunan, dsb. Tuhan menciptakan umat

manusia dalam kedudukan yang sama dan sederajat, tanpa ada yang dilebihkan dan dianak

emaskan, tepat sekali dengan ungkapan yang menyatakan bahwa “Mankind is one”,

kemanusian adalah satu. Sineca mensifati manusia sebagai ”Homo Sacra Res Homini”,

manusia adalah makhluk yang menghargai terhadap sesamanya. Dalam agama hindu ada

ajaran yang diungkapkan dalam kalimat yang sangat singkat “Tat Twam Asi”, aku adalah

engkau, engkau adalah aku. Confusius mengajarkan sikap hidup yang berperikamanusian

(Jen) dengan sangat sederhana sekali namun cukup memadai. Sikap kasih saying atau

manusiawai antara sesame manusia mempunyai dua segi, yaitu:

1. Chung (positif): Berbuat baik kepadamu, maka berbuat baiklah kepada orang lain,

2. Shu (negatif); mengandung makna apa yang engkau tidak sukai orang lain berbuat

sesuatu kepadamu, maka janganlah engkau berbuat seperti itu kepada orang lain (Tjie

Tjay, Ing.tth)

Sila kedua dalam falsafah Pancasila memuat pengertian bahwa bangsa Indonesia

dalam merenungkan hakekat hidupnya menyadari sepenuhnya, bahwa dirinya adalah

makhluk Tuhan, yang hidup bersama dengan sesamanya. Pandangan hidup bangsa Indonesia

yang menyadari bahwa dirinya merupakan bagian tak terpisahkan dari umat manusia

sesungguhnya merupakan perwujudan konkrit dari hakekat sifat manusia sebagai mahluk

sosial, atau homo socius yang menyatu dari sejak kejadiannya, atau merupakan sifat dasar

manusia. Pancasila dengan pengertian sebagai suatu kesatuan yang bulat (mono pluralis)

maka tentu saja pengakuan terhadap hak-hak asasi memiliki ciri-cirinya yang khas yang

menjadikan paham humanisme pancasila berbeda dengan humanisme barat.

Di dunia Barat perhatian kepada kehormatan individu atau persona timbul dari

pandangan yang bersifat antroposentris, yaitu manusia dipandang sebagai ukuran bagi segala

sesuatu. Adagium yang sangat terkenal dari masyarakat Yunani kuno yaitu: “man is the

9

Page 10: Bahan perkuliahan ke 4

measure of all of things”, manusia adalah ukuran segala sesuatu. Faham seperti ini

kemudian berkembang di dunia barat lewat tokoh Desiderius Eramus & diteruskan oleh

August Comte. Dengan bersumber pada filsafat Comte yang terkenal dengan nama filsafat

positivisme dunia barat mengakui kelayakan harkat dan martabat manusia. Faham ini dikenal

dengan faham ‘humanisme’, dan karena humanisme yang dikembangkan oleh mereka

diletakkan pada ukuran manusia semata, maka dinyatakan bahwa humanisme mereka adalah

humanisme yang bersifat antroposentris (Humanisme Antroposentris).

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam falsafah pancasila faham humanisme

tidak dapat dilepaskan dari sifat monopluralis dimana sila ini berarti sila yang menjadi

sumber dari faham menurut Pancasila bukan merupakan suatu sila yang berdiri sendiri,

bersanding dan sejajar dengan sila-sila lainnya, yang oleh karena itu dari padanya akan

melahirkan pengertian yang khalis atau bersih dari pengaruh yang berada di luar dirinya.

Seperti halnya faham humanisme yang secara otomatis melahirkan pengakuan terhadap

HAM, human right, mensens rechten, pengakuan terhadap hak-hak asasi model Barat yang

bersifat antroposentris, akan berbeda pula dengan pemggakuan HAM menurut Filsafat

pancasila. Pengakuan terhadap HAM menurut Filsafat pancasila adalah sebatas hak-hak asasi

yang bersesuaian dengan ajaran Tuhan. Sementara apa yang terjadi di dunua barat penganut

faham humanisme antroposentris seperti aborsi tanpa sebab, perkawinan sejenis, dsbg semua

itu mereka anggap sebagai hak asasi manusia yang tidak semestinya orang ikut campur

terhadap urusan tersebut.

Bila melihat makna hakekat sila kedua tersebut maka dapat diuraikan bahwa

Indonesia adalah suatun Negara yang sangat memang teguh prinsip kemanusian yang

berdasar pada Sila pertama, dimana keduanya adalah merupakan dasar negra yang sangat

tinggi kedudukanya. Dan dalam sila kedua tersebut dapatlah kita ambil maknanya bahwa

sesungguhnya Indonesia adalah suatu Negara yang sangat mendukung pengakuan HAM

namun yang tidak menyalahi aturan agama. Dalam kehidupan sekarang di Indonesia ini sila

kedua ini sudah mulai luntur seiring dengan westernisasi masyarakat yang besar-besaran,

dimana saat ini sudah banyak orang melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar HAM

Indonesia.

Hakekat Sila Ketiga: PERSATUAN INDONESIA

10

Page 11: Bahan perkuliahan ke 4

Sila ketiga dari falsafah pancasila ialah Persatuan Indonesia. Sila ini semula dalam

konsepsi Bung Karno dinamakan Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme. Sila ini

merupakan suatu formulasi yang mencermikan faham hidup yang dikenal dengan faham

individualisme, yaitu faham yang manakla berdiri sendiri tanpa didampingi oleh faham

lainnya akan menjadi dasar titik tolak lahirnya faham liberlisme. Sila ini semula dimaksudkan

untuk menjadi pengimbang terhadap” internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak

berakar dalam buminya nasionalisme. Fritz Kunkel seorang tokoh psikologi individual dalam

teori kepribadiannya merumuskan bahwa pada hakekatnya pada diri setiap manusia terdapat

dua dorongan nafsu yang paling utama, yaitu dorongan ke-aku-an tau ichhaftigkeit, dorongan

ke-kita-an atau dorongan Wirhaftigkeit. Kedua dorongan tersebut manakala salah satunya

terlalu dominant akan mengakibatkan munculnya penyimpangan psikologi yang akan

menganggu stabilitas kepribadiannya. Bila seseorang yang terlalu didominasi oleh

Ichhaftingkeit atau didorong untuk semata-mata mengabdi pada diri pribadinya sendiri akan

melahirkan sikap ‘ego oriented’ segala sesuatu diukur dari kepentingan dirinya & segala

sesuatu diabdikan untuk dirinya sendiri, walaupun itu merugikan pihak lain. Sebaliknya

manusia yang terlalu dikuasai oleh dorongan ke-kita-an akan melahirkan watak yang terlalu

berlebih-lebihan pengorbanannya untuk kepentingan orang lain, sementara kepentingan

pribadinya sendiri terabaikan. Sikap seperti ini adalah sikap altruistik, yaitu sikap yang

menyebabkan dirinya lebur dan luluh ditengah lautan manusia tanpa pribadi. Kebangaan

terhadap golongan atau kelompoknya ini bagi suatu bangsa bila terlalu berlebihan akan

terlihat dalam bentuk rasa nasionalisme yang tidak sehat, yang lazim dikenal dengan istilah

Chauvinistik. Sebaliknya kalau suatu bangsa telah kehilangan rasa bangga akan dirinya

sebagai suatu bangsa, telah kehilangan national pride dan ntional dignity, maka keadaan

seperti ini akan mengakibatkan timbulnya penyimpangan rasa kebangsaan yang lazim

disebut dengan kosmopolitanistik, yaitu suatu sikap yang melihat yang melihat tidak ada

artinya merasa bangga sebagai suatu bangsa.

Akhirnya dengan melihat ketiga sila yang tersimpul dalam sila pertama,kedua,ketiga,

maka dalam kesatuan pemehaman terlihat bahwa bangsa Indonesia benar-benar telah

menemukan dengan sempurna akan ketiga persoalan yang paling fundamental bagi umat

manusia sepanjang zaman. Ketiga persoalan ini tergambarkan dalam satu kesatuan (totalitas)

yang bulat dan serasi, yang mencerminkan keyakinan hidup bangsa Indonesia, yaitu:

1) Sila pertama mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang menyakini akan

hakikat dirinya sebagai makhluk Tuhan.

11

Page 12: Bahan perkuliahan ke 4

2) Sila kedua mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan

hakekat dirinya sebagai mahkluk sosial.

3) Sila ketiga mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan

hakikat dirinya sebagai mahluk individual.

Hakekat Sila Keempat: KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

Sila ini dalam konsep Bung Karno dinamakan: ’Mufakat atau Demokrasi’. Sila

keempat ini mrupakan rumusan yang menegaskan tentang cara atau langkah yang dipih oleh

bangsa Indonesia untuk mewujudkan tercapainya tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Sila

kerakyatan diyakini sebagai salah satu alternatif dari sekian alternatif keyakinan yang dipilih

oleh bangsa Indonesia. Kerakyatan atau demokrasi di samping berfungsi sebagai alat (tool),

ia juga merupakan suatu kepercayaan, satu keyakinan bahwa hanya lewat cara ini sajalah

yang dapat dibenarkan oleh pandangan atau keyakinan hidupnya, dan hanya dengan cara

seperti inilah yang dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai tujuan hidup berbangsa

dan bernegara. “….bagi kita(demokrasi) bukan sekedar satu alat tehnis saja, tetapi suatu

‘gellof’, satu keperjayaan dalam usaha mencapai bentuk masyarakat yang kita cita-citakan”.

Istilah kerakyatan dalam filsafat mengandung pengertian adanya sifat-sifat dan

keadaan dati dan di dalam negara yang harus sesuai dengan hakekat rakyat, dan semuanya

adalah untuk kepantingan dan keperluan rakyat. Dan karena sifat dan keadaan maka’ Negara

bukan untuk satu orang, bukan negara satu golongan,walau golongan kaya,….tetapi negara

semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu’..’negara didasarkan atas rakyat,

tidak pada golongan, tidak pula pada perseorangan (notonagoro). Demokrasi filsafat

Pancasila tidak semata-mata berfungsi sebagai lat untuk mencapai tujuan,melainkan di

samping ia berfungsi sebagai alat demikrasi juga merupakan satu keyakinan (gellof, belief).

Dikatakan sebagai kepercayaan, sebagai keyakinan karena hanya dengan:

1. Prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang paling sesuai

dengan hakekat manusia selaku mahluk Tuhan. Manusia diciptakan dalam kedudukan dan

martabat yang sama sederajat, tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang.

2. Prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang sesuai dengan

hakekat manusia selaku mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia wajib memperlakukan

kepada sesamanya sebagai mahluk yang menyandang kemuliaan dan kehormatan. Adagium

yang menyatakan ‘Manking is one’ hanya dapat diaktualisasikan secara konkrit ditengah-

tengah kehidupan bersama manakala kehidupan bersama diletakan di atas prinsip demokrasi.

12

Page 13: Bahan perkuliahan ke 4

3. Prinsip demokrasi sajalah satu-satunya alat yang sesuai dengan hakekat manusia

selaku makhluk individu.

Istilah demokrasi pada asalnya berarti ‘rakyat yang berkuasa’ atau “government or

rule by people”. Dalam perkembangannya lebih jauh istilah demokrasi memuat pengertian

yang beragam. Di satu sisi dapat diamati adanya kecenderungan anggapan bahwa semua

bentuk pemerintahan-kecuali sistem monakhi absolute-dapat menyebut dirinya sebagai

pemerintahan yang demokratik. Demokrsi Pancasila betapapun memiliki sifat-sifat yang khas

tetapi ia adalah demokrasi yang tetap berpijak pada konstitusi atau lazim disebut demokrasi

konstitusional.

“ Pemerintahan berdasarkan Konstitusi ” mengandung arti bahwa apapun yang

dilakukan oleh pemerintah adalah hanya sebatas apa yang telah ditegaskan dalam konstitusi,

dan tidak boleh lebih dari itu. Makna yang hakiki dari pengertian rule of law tidak lain ‘…

dimiliknya syarat-syarat esensial tertentu antara lain harus terdapat kondisi2 minimum dari

suatau system hokum di mana HAM dan human dignity dihormati.

Adapun nilai yang mengikat sistem demokrasi yang didasarkan pada falsafah

Pancasila adalah bahwa:

1. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang sepenuhnya bertanggung jawab kepada Allah,

Tuhan YME. Artinya bahwa dalam mlaksanakan proses demokrsi, baik dalam bidang politik

ataupun dalam bidang2 lainbetapapun rakyat yang akan mengukur dan memtuskannya,

namun nilai-nilai yang mendasari pengukuran dan keputusan tersebut harus berpijak pada

nilai-nilai ajaran Allah, Tuhan. Nilai ajaran parameter bagi pelaksanaan demokrsasi

pancasila.

2. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang harus sepenuhnya bertanggung jawab kepada

manusia. Artinya bahwa dalam penerapan demokrasi benar-benar harus juga didasarkan pada

kepentingan kemanusian atau rakyat banyak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada

manusia. Dan karena demokrasi pancasila adalah seperti ini maka dalam pengambilan

keputusan harus diupayakan dengan penuh hikmah kebijaksanaan dan kearifan demi

kemaslahatan.

3. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang sepenuhnya bertanggung jawab dan didasari

asas melestarikan keutuhan kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara Indonesia.

Dari tiga nilai yang dijadikan parameter di atas akan terlihat nilai lebih demokrasi pancasila

dibandingkan dengan demokrasi yang dipraktekan di berbagai Negara lain.

13

Page 14: Bahan perkuliahan ke 4

Hakekat Sila Kelima: KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Dalam konsepsi Bung karno sila ini diformulasikan dengan rumusan ‘ Kesejahteraan

Sosial’. Sila kelima dari falsafah pancasila ini dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan

sebagai sila yang berkedudukan sebagai tujuan. ‘…sila kelima ini bukanlah dasar negara,

tetapi adalah tujuan paling utama, tujuan pokoknya, yaitu mewujudkan suatu keadilan soaial

bagi seluruh rakyat Indonesia (Hazairin). Dengan menunjuk sila kelima sebagai sila yang

berkedudukan sebagai tujuan berarti telah sempurnalah unsur-unsur yang diperlukan untuk

membentuk satu kesatuan pandangan hidup (way of life atau weltanschuung). Apabila sila

pertama, kedua dan ketiga merupakan sila-sila yang menggambarkan pandangan hidup yang

diyakini bangsa Indonesia, sila keempat menggambarkan cara-cara yang harus dilakukan

sesuai dengan tujuan hidup yang dicita-citakan, maka sila kelima menggambarkan tujuan

hidup berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan bangsa Indonesia.

Sila kelima intinya terletak pada rumusan “ Keadilan Sosial” (social Justice). Plato

dalam bukunya ‘Republic’ ‘The four cardival virtues’. Empat kebajikan tersebut adalah

pengendalian diri (discipline), keberanian(courage),kearifan (wisdom), dan keadilan (justice).

Sedan Liang Gie berpendapat bahwa kebajikan adalah yang mencakup seluruhnya di atas

( all-embracing virtue).

Istilah keadilan berasal dari bahsa arab :al-ada:lah, yang padanan bahasa I adalah :

justice. Namun sesungguhnya justice sendiri semula berasal dari bahasa latin: justitia (dari

akar kata: jus).Al-‘adlu yang kemudian berubah kata menjadi al-ada:lah diartikan sebagai

menempatkan atau lmeletakan sesuatu pada tempat yang semestinya (proposional). Sedang

istilah justice mempunyai arti ganda. Ia dapat berarti hukum, bisa berarti sikap tidak

memihak (impartiality), dan dapat bearti persamaan dalam perlakuan (equality of treatment).

Dalam khasanah kefilsafatan akan ditemukan beberapa difinisi atau batasan mengenai

keadilan antara lain sbb:

1. Aristoteles mendifinisikan keadilan sebagai kelayakan dalam tindakan manusia (fairness in

human action).adapun yang dimaksud dengan kelayakan adalah sebagai titik tengah di atara

kedua ujung yang ekstrim, atau lebih terkenal dengan teori “ The Golden Means”.

2. Thomas Aquino merumuskan makna keadilan sebagai suatu ‘kemauan untuk memberikan

kepada setiap orang apa yang menjadi haknya’

3. Samuel pufendorf mendefinisikan keadilan sebagai ‘kecenderungan yang bersifat tetap dan

tak kunjung hilang untuk memberikan kepada setiap orang akan haknya’

14

Page 15: Bahan perkuliahan ke 4

4. Isaiah Berlin, mendefinisikan keadilan dengan kalimat’keadilan terlaksana bilamana hal-hal

yang sama diperlakukan secara sama, & hal-hal yang tak sama secara tidak sama

5. Notonagoro membatasi pengertian keadilan sabagai’ dipenuhinya segala sesuatu yang

merupakan sesuatu hak di dalam hubungan hidup kemanusiaan sebagai sesuatu wajib

6. Sayid Qutub membatasi pengertian keadilan sebagai ‘satu sikap yang mutlak, yang tidak

memunjukkan kecenderungan cinta atau marah, tidak merubah ketentuan-ketentuan karena

kasih sayang atau benci.

Dari beberapa batasan seperti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

‘KEADILAN’ adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban,

atau sikap yang mutlak untuk meletakkan hak dan kewajiban secara prorposional, dan tidak

merubah ketentuan-2 karena kasih saying atau benci.

Makna Keadilan Sosial (Social justice)

Ernest barker seorang tokoh pengarang merumuskan makna keadilan sosial sebagai suatu

pengaturan yang tepat dari suatu masyarakat nasioanl, yang bertujuan memupuk dan

medorong perkembangan seganap kapasitas yang setinggi mungkin dari kepribadian seluruh

anggota masyarakat. Umar kayam mendefiniskan keadilan social sebagai suatu kondisi

dimana setiap warga Negara memperoleh kepuasan dalam menggunakan kesempatan yang

diberikan oleh system soaial, dan sistem-sistem yang lain.

Aristoteles membedakan keadilan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Keadilan Distributif (Distributive Justice), yang terwujud bilamana hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama.

Keadilan disrtibutif ini dalam bentuk konkritnya adalah sikap adilnya Negara terhadap

seluruh warga negara, atau Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganegaranya.

2) Keadilan Legal (legal Justice), yang terwujud bilamana setiap anggota masyarakat

melaksanakan fungsinya dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bentuk

konkrtinya ialah sikap adilnya warga masyarakat terhdap Negara. Keadilan ini disebut juga

keadilan bertaat, yaitu warga Negara bersikap adil dalam wujud mentaati segala peraturan

perundang-undangan & peraturan lainya yg dikeluarkan Negara.

3) Keadilan komunitatif (Communitative Justice), yaitu keadilan yang berlangsung dalam

bentuk timbal balik secara proposional dalam kehidupan bersama.

Di samping pembagian macam keadilan seperti di atas, ada pula yang membedakan keadilan

menjadi enam macam, yaitu:

15

Page 16: Bahan perkuliahan ke 4

1) Justitia Comunitative, memberikan kepada masing-masing haknya atas dasar kesamaan,

di mana prestasi seharga dengan kontra prestasi

2) Justitia Distributive, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar

perbedaan, dimana diperhitungkan perbedaan kualita antara satu dengan lainnya.

3) Justitia Vindicativa, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar proporsi,

dimana berat ringanya hukuman disesuaikan dengan berat ringanya pelanggaran hokum.

4) Justitia creative; memberikan kepada masing-masing bagian kebebasannya untuk

menciptakan sesuai dengan daya kreatifnya dalam bidang kebudayaan .

5) Justitia Protectiva; keadilan yang berupa memberikan pengayoman hukum kepada

manusia.

6) Justitia Legalis; keadilan yang berupa kebajikan yang menyeluruh yang mencakup

semua kebajikan, kebajikan yang menyeluruh.

Secara prinsip John Rawls menggambarkan adanya dua asas keadilan sosial, yaitu:

1. Setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama terhadap system yang menyeluruh

dan yang terluas mengenai kebebasan-kebebasan dasar. Adapun yang dimaksud dengan

kebebasan dasar adalah meliputi:

a) freedom of speech &assembly (kebebasan berbicara & berkumpul)

b) liberty of conscience (kebebasan hati nurani)

c) freddom of thought (kebebasan berfikir)

d) freedom of the person (kebebasan Pribadi)

e) right to hold property (hak memiliki harta benda pribadi) &

f) freedom from arbitrary arrest and seizure (kebebasan dari penahanan dan

penangkapan yang sewenag-wenang).

2. Perbedaan sosial dan ekonomi hendaknya diatur sedemikan hingga

a) meberikan manfaat yang terbesar bagi mereka yang berkedudukan paling tak

menguntungkan

b) bertalian dengan jabatan dan kedudukan yg terbuka bagi semua orang berdasarkan

persamaan kesempatan dan kekayaan.

1. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Makna keadilan sosial yang bernotasi pada dua aspek pencapaian hidup, dapat disimpulkan

bahwa dalam suatu tatanan masyarakat yg berkeadilan didalamnya akan dapat dikemukakan

dua kondisi dasar, yaitu:

1) Masyarakat yang berkeadilan

16

Page 17: Bahan perkuliahan ke 4

Kondisi masyarakat yang seperti ini menunjuk pada tata kehidupan yang terpenuhi kebutuhan

hidup manusia dalam bidang kejiwaan, rohani, mental, spiritual dsb, yang cirinya antara lain :

a. Berbahagia semua orang

b. Tidak ada penghinaan

c. Tidak ada penindasan

d. Tidak ada penghisapan atau tidaka da eksploitasi

e. Masyarakat yang tentram

2) Masyarakat yang Berkemakmuran

Kondisi masyarakat yang berkemakmuran menunjuk pada tata kehidupan yang terpenuhi

berbagai hidup dari segi lahiriyah, atau aspek fisik materiilnya, yang ciri-cirinya:

a. Kemakmuran yang merata di antara seluruh rakyat, dalam arti kemakmuran yang bersifat

dimanis, hidup & berkembang

b. Karta raharja atau makmur sejahtera, masyarakat yang berkecukupan kebutuhan pokoknya

Dan yang terpenting untuk semua ini adalah adanya idealisme spiritual, suatu idealisme yang

akan mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia ketingkat yg lebih luhur dan

terpuji.

17