bahan baku 1
TRANSCRIPT
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
1/54
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Higiene dan Sanitasi Makanan
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi mempunyai
tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu melindungi,
memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu maupun
masyarakat). Tetapi dalam penerapannya, istilah higiene dan sanitasi memiliki
perbedaan yaitu higiene lebih mengarahkan aktivitasnya kepada manusia (individu
maupun masyarakat), sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan pada faktor-faktor
lingkungan hidup manusia (Azwar, 1990).
2.1.1 Pengertian Higiene
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi
lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena
pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian
rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Misalnya, minum air yang direbus,
mencuci tangan sebelum memegang makanan, dan pengawasan kesegaran ataupun mutu
daging (Azwar, 1990).
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk
melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring,
serta membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
2/54
2.1.2 Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengawasan
kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990).
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih untuk
keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar
sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan
keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada
manusia (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi makanan
adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya
jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan
membahayakan kesehatan manusia.
Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi makanan
antara lain:
a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
b. Mencegah penularan wabah penyakit
c.
Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat
d. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan
e. Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh
perantara-perantara makanan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
3/54
Selain itu menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), di dalam upaya
sanitasi makanan, terdapat 6 tahapan yang harus diperhatikan yaitu:
a.
Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi
b. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan
c. Keamanan terhadap penyediaan air bersih
d. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
e. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
f.
Pencucian, pembersihan, dan penyimpanan alat-alat atau perlengkapan
2.1.3 Pengertian Makanan
Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh
tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk
pengobatan (Chandra, 2006).
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pembuat
makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Depkes
RI, 2003).
Makanan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya, dimana makanan memiliki fungsi sebagai berikut:
a.
Makanan sebagai sumber energi, yaitu makanan memberikan panas dan tenaga
pada tubuh
b. Makanan sebagai zat pembangun, yaitu membangun jaringan tubuh yang baru,
memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
4/54
c.
Makanan sebagai zat pengatur, yaitu mengatur proses alamiah, kimiawi, dan
proses faal dalam tubuh
2.1.4 Pengertian Higiene Sanitasi Makanan
Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
kesehatan. Persyaratan higiene sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang
ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, dan perlengkapannya yang
meliputi persyaratan bakteriologis, kimia, dan fisika (Depkes RI, 2003).
2.2 Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit
Menurut Sihite (2000), makanan dalam hubungannya dengan penyakit dapat
berperan sebagai:
1.
Agent
Makanan dapat berperan sebagai penyebab penyakit, contohnya pada makanan
yang terkenal di Jawa Timur (Lumajang) dan Jawa Tengah (Banyumas) yaitu
tempe bongkrek. Tempe bongkrek terbuat dari kacang kedelai ditambah dengan
ampas kelapa yang dijamurkan. Van veen dan Murtens menemukan 2 racun di
dalam tempe bongkrek yaitu racun berwarna kuning dan racun tidak berwarna.
Contoh lain yaitu jamur seperti Aspergillus yaitu spesies dari genus Aspergillus
yang diketahui terdapat pada semua substrat, yang akan tumbuh pada buah
busuk, sayuran, biji-bijian, roti dan bahan pangan lainnya.
2. Vehicle
Makanan juga dapat sebagai pembawa bibit penyakit yang bisa berasal dari luar
atau dari dalam makanan, seperti bahan kimia atau parasit yang ikut termakan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
5/54
bersama makanan dan juga beberapa mikroorganisme yang patogen, serta bahan
radioaktif yang bisa membahayakan kesehatan.
3.
Media
Makanan bertindak sebagai tempat berkembang biak bibit penyakit, dimana
kontaminan yang jumlahnya kecil seperti mikroorganisme, jika dibiarkan dalam
waktu yang lama dan suhu yang cukup di dalam makanan, maka bisa
menyebabkan wabah yang serius.
2.3 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan
Prinsip higiene sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor
yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Keempat faktor
tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan yaitu (Depkes
RI, 2003) :
2.3.1 Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Makanan
Bahan makanan mentah atau bahan baku merupakan dasar untuk menghasilkan
makanan yang baik. Bahan baku yang baik akan menghasilkan makanan yang baik,
sedangkan bahan baku yang tidak baik akan menghasilkan makanan yang kurang baik.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan bahan baku yang baik, bahan baku makanan harus
diamankan dari kerusakan seperti pecah dan busuk serta pencemaran, baik dari asal
bahan baku atau maupun dari lingkungan. Kualitas bahan baku makanan yang baik
dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran,
bau, dan lainnya. Bahan makanan dikatakan baik jika cukup tua atau matang sesuai
kebutuhan, bebas dari pencemaran, tidak rusak secara fisik atau bahan kimia, dan bebas
dari bibit penyakit.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
6/54
2.3.1.1 Ciri – Ciri Bahan Makanan Yang Baik
Menurut Djajadiningrat (1989), ciri-ciri bahan makanan yang baik adalah
sebagai berikut:
1. Daging Ayam
− Bila dilihat, pada bagian dada tampak montok berisi
− Pada bagian paha tidak keras dan tampak penuh berisi
− Jika ditekan, akan kembali ke bentuk semula setelah dilepaskan
− Memiliki kulit yang halus, tidak berbintil, dan tidak berbulu
− Tidak ada bercak darah atau bagian yang memar pada daging ayam
− Bila dicium, tidak berbau busuk
− Berwarna putih bersih
2. Beras
− Dicium beraroma segar, beras yang baik akan beraroma segar dan tidak apek
− Warnanya jernih, tidak berwarna kusam atau kekuning-kuningan
− Dilihat, tidak ada benda asing seperti batu, potongan kaca, plastik yang dapat
membahayakan kesehatan manusia
− Diperiksa tak banyak patahannya. Beras yang baik tidak rapuh sehingga
tidak mudah patah
− Harus bebas dari zat pemutih (klorin). Bila beras terasa pahit, maka beras
tersebut sudah diberi zat pemutih (klorin)
− Jika dicuci dengan air, akan tetap harum atau beraroma segar
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
7/54
− Jika dimasak akan terasa pulen. Beras yang baik akan menghasilkan nasi
yang pulen, wangi, dan berwarna putih mengkilat
− Dikemas dengan kemasan 100% food grade agar tak terkontaminasi bahan
beracun
3. Kerupuk
− Berwarna alami. Hindari membeli kerupuk yang warnanya mencolok karena
biasanya kerupuk dengan warna mencolok dibuat dengan menambahkan zat
pewarna
− Jika kerupuk rasa ikan dicium, ada aroma ikannya dan tidak amis, sedangkan
jika kerupuk rasa udang, tercium aroma udangnya dan tidak amis.
− Tidak bau apek / tengik
4. Telur
− Kulit bersih, kuat, tidak retak, tidak pecah, tidak bernoda kotoran, kering,
dan tidak basah
− Jika diteropong terlihat jernih
− Mempunyai lapisan zat tepung pada permukaan kulit
− Bila dikocok, maka akan mengembang
5.
Sayur-sayuran
− Daun segar, tidak layu, dan utuh
− Tidak ada bekas gigitan serangga / hewan
− Tidak berubah warna
− bersih
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
8/54
2.3.1.2 Sumber Bahan Makanan Yang Baik
Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik, perlu diketahui sumber-sumber
bahan makanan yang baik pula. Sumber bahan makanan yang baik seringkali tidak
mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang begitu panjang dan
melalui jaringan perdagangan pangan yang begitu luas.
Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004) :
a. Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang
dikendalikan dengan baik misalnya swalayan
b.
Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah
dengan baik
2.3.2 Prinsip II : Penyimpanan Bahan Baku Makanan
Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi baik bahan baku, bahan
tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik
karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan
makanan (Depkes RI, 2004).
Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah
rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu
sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan
kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan
yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).
Tempat penyimpanan bahan baku makanan harus dalam keadaan bersih, kedap
air dan tertutup, serta penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi.
Salah satu contoh tempat penyimpanan yang baik adalah lemari es atau freezer . Freezer
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
9/54
sangat membantu penyimpanan bahan baku makanan jika dibandingkan dengan tempat
penyimpanan yang lain seperti lemari makan atau laci-laci penyimpanan makanan.
Freezer tidak mengubah penampilan, cita rasa dan tidak pula merusak nutrisi bahan
makanan yang disimpan selama batas waktu penyimpanan.
Syarat- syarat penyimpanan bahan makanan menurut Depkes RI (2011) adalah:
1. Tempat penyimpanan bahan baku makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih
2. Penempatannya terpisah dari makanan jadi
3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan:
- dalam suhu yang sesuai
- ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm
- kelembaban penyimpanan dalam ruangan yaitu 80%-90%
4. Bila bahan makanan disimpan digudang, cara penyimpanannya tidak menempel
pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut:
- jarak makanan dengan lantai 15 cm
- jarak makanan dengan dinding 5 cm
- jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sedemikian
rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan. Bahan makanan yang
masuk lebih dahulu merupakan yang pertama keluar, sedangkan bahan makanan
yang masuknya belakangan terakhir dikeluarkan atau disebut dengan sistem FIFO
(First In First Out ).
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
10/54
Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Penyimpanan Bahan Makanan Mentah
Jenis Bahan Makanan Digunakan dalam Waktu
3 hari atau
kurang
1 minggu atau
kurang
1 minggu
atau lebih
Daging, ikan, udang, dan
olahannya
-5ᵒC s.d 0ᵒC -10ᵒC s.d -5ᵒC
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
11/54
2.3.3 Prinsip III : Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti
kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Semua kegiatan pengolahan makanan
harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan menggunakan sarung
tangan plastik dan penjepit makanan (Arisman, 2009).
Tujuan pengolahan makanan adalah agar tercipta makanan yang memenuhi
syarat kesehatan, mempunyai cita rasa yang sesuai, serta mempunyai bentuk yang
mengundang selera (Azwar, 1990). Dalam pengolahan makanan, ada empat aspek yang
harus diperhatikan yaitu penjamah makanan, cara pengolahan makanan, tempat
pengolahan makanan, dan peralatan pengolahan makanan (Kusmayadi, 2008).
2.3.3.1 Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan, sampai dengan tahap penyajian. Agar bahan makanan tidak sampai
tercemar, maka penjamah makanan harus terpelihara higiene dan sanitasinya. Syarat
yang ditetapkan pada penjamah makanan menurut Depkes RI (2003) antara lain:
1. Memiliki temperamen yang baik
2.
Memiliki pengetahuan dan higiene perorangan yang baik seperti menjaga
kebersihan panca indera (mulut, hidung, tenggorokan, telinga), kebersihan kulit,
kebersihan tangan (potong kuku dan mencuci tangan), kebersihan rambut (pakai
tutup kepala), dan kebersihan pakaian kerja
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
12/54
3.
Berbadan sehat dengan surat keterangan sehat yang menyatakan:
− Bebas penyakit kulit
− Bebas penyakit menular seperti influenza, dan diare
− Bukan carrier dari suatu penyakit infeksi
− Bebas TBC, pertusis, dan penyakit pernapasan berbahaya lainnya
− Sudah mendapatkan imunisasi Chotypa (Cholera, Thypus, dan Parathypus)
Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadinya dan
harus selalu berperilaku sehat ketika bekerja. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam
kebersihan pribadi ( personal hygiene) penjamah makanan adalah sebagai berikut:
1. Mencuci tangan, kerbersihan tangan penjamah makanan yang bekerja mengolah
dan memproduksi pangan sangat penting sehingga perlu mendapatkan perhatian
khusus. Penjamah harus selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan keluar dari
kamar mandi. Selain itu, kuku juga harus dirawat dan dibersihkan serta
dianjurkan supaya tidak memakai perhiasan seperti cincin sewaktu bekerja.
2. Pakaian, hendaknya penjamah makanan memakai pakaian khusus dengan
ukuran pas dan bersih, umumnya pakaian berwarna terang (putih) dan
penggunaannya khusus waktu bekerja saja.
3. Topi / penutup kepala, semua penjamah makanan hendaknya memakai topi atau
penutup kepala untuk mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan atau
kebiasaan menggaruk kepala.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
13/54
4.
Sarung tangan dan celemek, hendaknya penjamah makanan memakai sarung
tangan dan celemek (apron) selama mengolah makanan dan sarung tangan ini
harus dalam keadaan baik dan bersih.
5. Tidak merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diizinkan merokok selama
mengolah makanan.
2.3.3.2 Cara Pengolahan Makanan
Cara pengolahan makanan harus baik seperti menggunakan air yang bersih
dalam setiap pengolahan, penjamah makanan mencuci tangan setiap kali hendak
menjamah makanan, serta penjamah tidak bersentuhan langsung dengan makanan tetapi
menggunakan peralatan seperti penjepit makanan.
Dalam proses pengolahan makanan perlu diperhatikan:
− Cara menjamah makanan
− Nilai gizi makanan
−
Teknik memasak makanan
− Cara pengolahan yang bersih
− Higiene dan sanitasi makanan
− Higiene penjamah makanan
− Kesehatan penjamah makanan
2.3.3.3 Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan dimana makanan diolah sehingga menjadi
makanan yang terolah ataupun makanan jadi, biasanya disebut dapur. Dapur merupakan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
14/54
tempat pengolahan makanan yang harus memenuhi syarat higiene dan sanitasi,
diantaranya konstruksi dan perlengkapan yang ada.
Menurut Depkes RI (2011), syarat-syarat dapur adalah sebagai berikut:
1. Lantai
Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, rata, dan
kedap air. Selain itu sudut lantai dengan dinding melengkung 7,62 cm dari lantai.
Lantai harus mempunyai kemiringan 1-2% ke saluran pembuangan air limbah.
2. Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, halus, dan mudah dibersihkan. Jika
permukaan dinding terkena percikan air, maka harus dilapisi dengan bahan kedap
air dan mudah dibersihkan seperti porselen setinggi 2 meter dari lantai. Bagian
dinding yang kedap air tersebut dibuat halus, rata dan bewarna terang.
3. Atap
Atap harus rapat air, tidak bocor, cukup landai, dan tidak menjadi sarang tikus
dan serangga lainnya.
4. Langit-langit
Permukaan langit-langit harus rata, berwarna terang, serta mudah dibersihkan.
Selain itu langit-langit tidak boleh berlubang dan tinggi langit-langit sekurang-
kurangnya 2,4 meter dari lantai.
5.
Pintu
Pintu harus dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, dapat menutup
sendiri dengan baik dan membuka ke arah luar, setiap bagian bawah pintu
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
15/54
setinggi 36 cm dilapisi logam dan jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1
cm.
6.
Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengolahan
makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruang. Di setiap ruangan
tempat pengolahan makanan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle
(100 lux). Pencahayaan tidak boleh menyilaukan dan harus tersebar merata
sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan.
7.
Ventilasi / penghawaan
Ventilasi diperlukan untuk memelihara kenyamanan dengan menurunkan panas
dalam ruangan, mencegah pengembunan (kelembaban), serta membuang bau,
asap, dan debu dalam ruangan. Secara garis besar, ventilasi terbagi atas dua
macam yaitu ventilasi alam dan buatan. Ventilasi alam harus cukup (10% dari
luas lantai) dan mampu menjamin peredaran udara dengan baik dan harus dapat
menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan
diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.
8. Pembuangan asap
Dapur harus mempunyai cerobong asap yang dilengkapi dengan penyedot asap
(extractor ) untuk mengeluarkan asap dari cerobongnya.
9.
Penyediaan air bersih
Air bersih harus tersedia cukup dan memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan
keputusan menteri kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air
bersih minimal harus memenuhi syarat fisik yaitu tidak bewarna, tidak berasa,
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
16/54
tidak berbau. Selain itu, di dapur harus tersedia tempat cuci tangan, tempat
mencuci peralatan, dan tempat pencucian bahan makanan yang terbuat dari
bahan yang kuat, aman, tidak berkarat, dan mudah dibersihkan.
10. Tempat sampah
Sampah harus ditangani sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran
makanan dari tempat sampah sehingga tempat sampah harus dipisahkan antara
sampah organik dan sampah anorganik serta diusahakan pencegahan masuknya
serangga ke tempat sampah. Tempat sampah yang baik adalah sebagai berikut:
− terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat, mempunyai tutup dan
memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan
jadi yang cepat membusuk
− mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat licin, serta bentuknya dibuat halus
− mudah diangkat dan ditutup
−
kedap air, terutama menampung sampah basah
− tahan terhadap benda tajam dan runcing
Di samping itu sampah dibuang dalam waktu 24 jam dimana untuk sementara
sampah ditaruh di tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga
dan tikus atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah. Segera setelah sampah dibuang, tempat sampah
dan peralatan lain yang kontak dengan sampah harus dibersihkan.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
17/54
11.
Pembuangan air limbah
Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,
tertutup dan harus dilengkapi dengan grease trap (penangkap lemak).
12. Perlindungan dari serangga dan tikus
Tempat pengolahan makanan harus terhindar dari serangga dan tikus karena
mereka dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti demam berdarah,
malaria, disentri, dan pest sehingga harus dibuat anti serangga dan tikus. Setiap
lubang pada bangunan harus dipasang dipasang kawat kassa berukuran 32 mata
per inchi pada ventilasi untuk mencegah masuknya serangga dan dibuat teralis
dengan jarak 2 cm pada pintu untuk mencegah masuknya tikus.
2.3.3.4 Peralatan Pengolahan Makanan
Peralatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan kesehatan sebagai
berikut (Depkes RI, 2011):
− Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat
beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan seperti
timah (Pb), arsen (As), tembaga (Cu), seng (Zn), cadmium (Cd), dan antimon
(Sb)
− Peralatan pengolahan makanan tidak boleh rusak, gompel, retak, dan tidak
menimbulkan pencemaran terhadap makanan
− Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau
tidak ada sudut mati, rata, halus, dan mudah dibersihkan
− Peralatan pengolahan makanan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
18/54
− Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh
mengandung E.coli
− Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan yaitu pencucian peralatan
harus menggunakan sabun / detergent, serta dibebas hamakan sedikitnya dengan
larutan kaporit 50 ppm, dan air panas 800 C
− Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai
kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau mesin pengering dan tidak
boleh dilap dengan kain.
2.3.4 Prinsi IV : Penyimpanan Makanan Jadi
Prinsip penyimpanan makanan jadi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan dan
perkembangan bakteri pada makanan, mengawetkan makanan dan mencegah
pembusukan makanan, dan mencegah timbulnya sarang hama dalam makanan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan jadi adalah :
−
Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus, dan hewan
lainnya
− Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas (65,5 ºC atau lebih) atau
disimpan dalam suhu dingin sekitar 4 ºC atau kurang
− Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)
harus disimpan dalam suhu - 5 ºC sampai -1 ºC
− Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu berada pada
suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C atau diatas 600C.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
19/54
− Makanan dan minuman yang disajikan harus dengan wadah yang bersih dan
aman bagi kesehatan atau tutup makanan dan minuman harus dalam keadaan
bersih dan tidak mencemari makanan
2.3.5 Prinsip V : Pengangkutan Makanan
Prinsip pengangkutan makanan yang baik adalah tidak terjadinya pencemaran
selama proses pengangkutan baik pencemaran fisik, mikroba, maupun kimia.
Kemungkinan pengotoran makanan terjadi sepanjang pengangkutan yang dipengaruhi
oleh alat pengangkut, teknik pengangkutan maupun tenaga pengangkut makanan. Perlu
diketahui bahwa makanan yang sudah dimasak sangatlah sensitif sifatnya, terutama
sensitif untuk tumbuhnya kuman maupun proses pembusukan. Hal-hal yang penting
diperhatikan dalam pengangkutan makanan yang memenuhi syarat sanitasi adalah
sebagai berikut:
− Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing (makanan jadi tidak
bercampur dengan makanan mentah) dan wadah yang digunakan harus baik,
utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan makanan yang akan diisi. Isi
makanan dalam wadah tidak boleh penuh (harus ada udara di bagian atas) untuk
menghindari terjadinya uap makanan yang mencair (kondensasi).
− Setiap wadah makanan harus ditutup secara baik dan tidak banyak dibuka
selama pengangkutan sampai di tempat penyajian
− Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya pada suhu panas
(600C) atau suhu dingin (4
0C)
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
20/54
− Kendaraan untuk mengangkut makanan tidak dipergunakan untuk keperluan
mengangkut bahan lain
− Pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari dan cari
jalan terpendek
2.3.6 Prinsip VI : Penyajian Makanan
Proses terakhir dari prinsip higiene sanitasi makanan adalah penyajian makanan
atau penjajaan makanan. Dalam penyajian makanan harus diperhatikan tempat
penyajian, alat penyajian, dan tenaga penyaji. Makanan disajikan pada tempat yang
bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, peralatan yang digunakan bersih, dan orang
yang menyajikan makanan harus berpakaian bersih, menggunakan tutup kepala, dan
tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan (Slamet,
2004).
Adapun syarat penyajian makanan yang baik adalah sebagai berikut (Depkes RI,
2011):
1) Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran
2)
Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan makanan harus terjaga
kebersihannya
3) Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang
bersih
4)
Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas
penghangat makanan dengan suhu minimal 600C
5) Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian bersih
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
21/54
6)
Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
− Di tempat yang bersih
− Meja dimana makanan disajikan harus tertutup kain putih atau tutup plastik
bewarna menarik kecuali bila meja dibuat dari formica, taplak tidak mutlak
ada
− Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, saus, kecap, sambal, dan lain-
lain perlu dijaga kebersihannya terutama mulut tempat bumbu
− Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap saat
dibersihkan
− Peralatan makan dan minum yang telah dipakai, paling lambat 5 menit sudah
dicuci bersih
7) Lokasi penjualan juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
− Lokasi penjualan minimal 500 meter dari sumber pencemaran
− Lokasi penjualan harus terhindar dari serangga
− Lokasi penjualan dilengkapi dengan tempat sampah yang memenuhi syarat
kesehatan
− Lokasi penjualan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti air bersih,
SPAL, toilet, tempat sampah, dan tempat cuci tangan
2.4
Bubur Ayam
2.4.1 Bubur Ayam Sebagai Makanan Jajanan
Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), makanan jajanan yang
dijual oleh pedagang kaki lima didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
22/54
dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat
keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat
terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Karena pengolahannya
yang praktis dan hemat waktu, maka makanan jajanan sangat digemari (Februhartanty
dan Iswarawanti, 2004).
Salah satu makanan jajanan adalah bubur ayam. Bubur ayam adalah makanan
yang terbuat dari beras yang direbus dengan air kaldu dalam waktu yang cukup lama
sehingga menjadi lembek dan berair lalu diberi kuah, suwiran daging ayam, kerupuk,
cakwe, dan irisan daun bawang. Bubur ayam merupakan salah satu menu favorit untuk
sarapan yang digemari oleh hampir semua kalangan dan semua usia, mulai dari anak-
anak hingga orang dewasa karena selain rasanya yang enak dan mengenyangkan,
harganya juga cukup murah dan bergizi (Bahari, 2011).
2.4.2 Jenis-Jenis Bubur Ayam
Adapun jenis-jenis bubur ayam adalah sebagai berikut (Bahari, 2011):
1. Bubur ayam abon
Yaitu makanan yang terbuat dari campuran beras, air, serai, dan jahe yang
dimasak dalam waktu 1 jam hingga menjadi lembek, sedangkan ayamnya
dimasak dengan campuran santan, rempah-rempah, dan gula merah hingga
kering sampai menjadi abon. Dalam satu porsi bubur ayam abon terkandung nilai
gizi seperti karbohidrat (28,7 gr), energi (249 kal), protein (22,1 gr), dan lemak
sebesar 4,1 gr.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
23/54
2.
Bubur ayam oriental
Salah satu yang khas dari bubur ayam oriental adalah telur ayam kampung dan
kecap asin sebagai pelengkapnya dimana bumbu yang digunakan adalah jahe,
bawang putih, merica bubuk, dan garam. Satu porsi bubur ayam oriental
terkandung nilai gizi karbohidrat sebesar 39,7 gr, energi sebesar 331 kal, protein
sebesar 23,1 gr, dan lemak sebesar 9,0 gr.
3. Bubur ayam original
Yaitu bubur ayam yang terbuat dari campuran beras, garam, daun salam, dan
kaldu bubuk dengan memakai kuah kuning, irisan daun seledri, suwiran ayam,
dan kecap manis sebagai pelengkapnya.
4. Bubur ayam Manado
Yaitu bubur yang terbuat dari campuran sayur-sayuran seperti ubi, jagung, labu
kuning, daun melinjo, kacang panjang, bayam, dan kangkung yang dimasak
menjadi satu sampai kental dengan bumbu kemangi dan garam. Selain untuk
sarapan, bubur ayam Manado juga dapat menyembuhkan sakit tenggorokan,
meningkatkan nafsu makan dan menghangatkan tubuh ketika kita demam.
2.4.3 Proses Pembuatan Bubur Ayam
Adapun proses pembuatan bubur ayam adalah sebagai berikut (Utami, 2010):
Bahan utama :
a.
120 gr beras
b. 3500 cc air
c.
Garam secukupnya
d. 1 ekor ayam
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
24/54
e.
2 lembar daun salam
f. 2 batang serai
g.
2 lembar daun jeruk nipis
h. Merica
i. Ketumbar
j. 1 butir kemiri
k. 2 siung bawang butih
l. 4 siung bawang merah
m.
kunyit
Bahan pelengkap:
a. Kecap manis
b. Cakwe
c. Kerupuk
d. Daun bawang
e. Sambal
f. Kacang kedelai goreng
Cara membuat bubur
1. Rebus ayam dengan 3500 cc air hingga mendidih, angkat dan saring air
kaldunya
2.
Masak beras dengan 2200 cc air kaldu
3. Tambahkan garam dan daun salam
4. Aduk terus hingga mengental menjadi bubur
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
25/54
5.
Selanjutnya, ayam yang telah direbus tadi selanjutnya digoreng sampai matang
dan disuwir- suwir
Cara membuat kuah kuning bubur ayam
1. Haluskan bumbu (bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, kunyit dan
merica)
2. Panaskan minyak dan tumis bumbu yang sudah dihaluskan
3. Masukkan daun jeruk nipis dan serai
4. Tambahkan sisa air kaldu 1300 cc
5.
Masak kuah hingga mendidih
Cara menghidangkan bubur ayam
1. Taruh bubur yang sudah dimasak ke dalam piring
2. Lalu siram dengan kuah kuning
3. Tambahkan suwiran ayam, cakwe, kerupuk, dan irisan daun bawang
4. Sajikan dengan sambal dan kecap manis
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
26/54
2.4.4 Diagram Pembuatan Bubur Ayam
Gambar 2.1. Diagram Pembuatan Bubur Ayam
Sumber: Utami, 2010
Bubur Ayam
Bubur ayamKuah Kuning
BerasAyam direbus
dengan air
hingga
mendidih
Direbus
denganair kaldu Angkat ayam dan saring air
kaldunya dan ayam yang
sudah direbus kemudian
digoreng sampai matangdan disuwir-suwir
Tambahkan garam dan
daun salam
Aduk terus hingga mengentalmenjadi bubur
Haluskan bumbu (bawang
merah, bawang putih,
ketumbar, kunyit, dan
merica
Bumbu yang sudah
dihaluskan ditumis
Tambahkan air jeruk nipis,
serai, dan air kaldu
Masak hingga mendidih
Penyajian
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
27/54
2.5 Bahan Tambahan Makanan (BTM)
2.5.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan
Berdasarkan Permenkes RI No. 722 Tahun 1988, bahan tambahan makanan
( food additive) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan,
perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan
untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu
komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan.
Menurut POM (2004), bahan tambahan makanan adalah bahan atau campuran
bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi di
tambahkan dalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk makanan, antara lain
bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental.
Defenisi lain mengatakan bahwa bahan tambahan makanan adalah bahan yang
ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan
untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya simpan.
Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin
(Cahyadi, 2009).
2.5.2 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan
− Mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan makanan
− Membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
28/54
− Mencegah pembusukan akibat mikroba
− Untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan
− Untuk mengawetkan makanan
− Membentuk makanan jadi lebih baik, enak, dan renyah
− Memberi warna, aroma, citarasa, bentuk, dan tekstur pada makanan
− Meningkatkan kualitas makanan
− Menghemat biaya
− Sebagai pengemulsi (emulsifier), misalnya dalam pembuatan dressing salad
untuk mencampur minyak dan air agar tidak terpisah
− Mempermudah preparasi bahan makanan
Penggunaan bahan tambahan makanan diperbolehkan jika tidak mengganggu nilai
gizi makanan, tidak mengurangi zat essensial, dapat meningkatkan mutu makanan,
menyebabkan makanan menjadi lebih menarik, tidak digunakan untuk
menyembunyikan kerusakan makanan, tidak digunakan untuk menyembunyikan cara
kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk makanan, tidak
digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak
memenuhi persyaratan dan penggunaan bahan makanan diperbolehkan jika
dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan
(Cahyadi, 2009).
Penggunaan bahan tambahan makanan tidak diperbolehkan jika bertujuan untuk
menyembunyikan cara pembuatan atau pengolahan yang tidak baik, untuk mengelabui
konsumen seperti memberi kesan baik pada suatu makanan yang dibuat dari bahan yang
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
29/54
kurang baik mutunya, serta tidak diperbolehkan jika mengakibatkan penurunan nilai
gizi pada makanan (Katharina, 2008).
2.5.3 Jenis Bahan Tambahan Makanan
Pada umumnya bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu sebagai berikut (Cahyadi, 2009) :
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan,
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan. Misalnya zat
pengawet, pewarna, dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik
dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan
mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang akan
dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu
pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan
hidrokarbon aromatik polisiklis.
Apabila dilihat dari asalnya, bahan tambahan makanan terbagi menjadi dua yaitu
(Cahyadi, 2009):
1. Bahan tambahan makanan yang berasal dari sumber alamiah seperti lesitin dan
asam sitrat.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
30/54
2.
Bahan tambahan makanan yang disintesis dari bahan kimia yang mempunyai
sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia maupun
sifat/fungsinya seperti amil asetat, ß-karoten dan asam askorbat. Pada umumnya
bahan sintetis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih
murah. Tetapi adapula kelemahannya, yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan
proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan
kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker
pada hewan atau manusia.
2.5.4
Bahan Tambahan Makanan Yang Diizinkan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988, golongan BTM yang diizinkan diantaranya sebagai
berikut (Depkes RI, 1988) :
a. Antioksidan (antioxidant ), yaitu bahan tambahan yang jika ditambahkan pada
makanan dapat mencegah, menghambat atau memperlambat proses oksidasi
pada makanan. Antioksidan digunakan pada makanan yang makanan yang
mengandung lemak hewani, lemak nabati, produk pangan dengan kadar lemak
tinggi, produk daging, produk ikan, dan produk lainnya. Contoh antioksidan
yang diizinkan penggunaannya yaitu asam askorbat, asam eritrobat, askorbil
palmitat, askorbil stearat, butil hidroksi anisol (BHA), butil hidrokinon tersier,
butil hidroksi toluen (BHT), dilauril tiodipropionat, propil galat, timah (II)
klorida, alpha tokoferol, dan tokoferol campuran pekat.
b.
Antikempal (anticaking agent ), yaitu bahan tambahan makanan yang dapat
mencegah mengempalnya makanan yang berupa serbuk, tepung, atau bubuk.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
31/54
Contohnya adalah kalsium aluminium silikat, magnesium karbonat, natrium
alumino silikat, kalium ferosianida, dan silikon dioksida yang digunakan untuk
garam meja.
c. Pengatur keasaman (acidity regulator ), yaitu bahan tambahan makanan yang
dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman.
Contohnya asam asetat glasial, asam laktat, dan asam nitrat yang digunakan
untuk sarden kalengan.
d. Pemanis buatan (artificial sweeterner ), yaitu bahan tambahan makanan yang
dapat memberikan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan pada umumnya
ditambahkan pada makanan khusus bagi penderita diabetes atau yang dimaksud
dengan makanan berkalori rendah. Contoh sakarin dan siklamat.
e. Pemutih dan pematang tepung ( flour treatment agent ), yaitu bahan makanan
yang seringkali digunakan pada bahan tepung dan produk olahannya dengan
maksud agar karakteristik warna putih dari tepung yang bermutu baik tetap
terjaga serta untuk mempercepat proses pematangan tepung yang berhubungan
dengan pengembangan adonan selama proses pemanggangan. Contohnya adalah
asam askorbat, aseton peroksida, azodikarbon amida dan hidroklorida.
f. Pengemulsi, pemantap, dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener ), yaitu
bahan tambahan makanan yang jika ditambahkan pada makanan dapat
mengentalkan, memantapkan dan membantu terbentuknya sistem dispersi yang
homogen pada makanan. Contohnya asam alginat yang digunakan sebagai
pemantap dalam pembuatan es krim, sebagai pembentuk suspensi dan pengental
dalam minuman dari buah-buahan, serta pengemulsi dalam pembentukan saus.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
32/54
g.
Pengawet ( preservative), yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mencegah
atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain dari
makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan
khamir sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama. Contoh natrium
benzoat yang digunakan untuk pengawet kecap, saus tomat, jeli, dan minuman
ringan serta asam sorbat untuk pengawet keju.
h. Pengeras ( firming agent ), yaitu bahan tambahan makanan yang bertujuan
mengeraskan atau mencegah melunaknya makanan. Bahan tambahan makanan
ini biasanya ditambahkan pada makanan yang berasal dari buah atau sayuran
yang diawetkan. Contoh aluminium sulfat untuk acar ketimun dalam botol dan
monokalsium fosfat yang digunakan dalam apel kaleng dan sayur kalengan.
i. Pewarna (colour ), yaitu bahan tambahan makanan yang dapat memberi atau
memperbaiki warna makanan. Fungsi pemberian pewarna adalah untuk
memperindah warna makanan atau memperbaiki warna makanan yang menjadi
pucat karena proses pengolahan. Contoh karamel untuk warna coklat yang
bersumber dari gula yang dipanaskan, klorofil untuk warna hijau, dan xanthon
untuk warna kuning yang bersumber dari tanaman.
j. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa ( flavour, flavour enhancer ), yaitu bahan
tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa
dan aroma. Contohnya monosodium glutamat (vetsin) untuk menyedapkan rasa
daging.
k. Sekuestran (sequestrant ), yaitu bahan tambahan makanan yang jika ditambahkan
pada makanan padat akan mengikat ion logam dalam makanan sehingga
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
33/54
memantapkan sifat makanan terutama sifat organoleptik (warna, rasa, dan
aroma). Bahan tambahan makanan ini bisanya ditambahkan pada makanan yang
dikemas dalam kaleng atau yang cepat menjadi rusak oleh adanya sedikit logam.
Contohnya adalah garam-garam fosfat, senyawa metafosfat, dan lain-lain.
Selain BTM yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut, ada beberapa
BTM lainnya yang biasa digunakan dalam makanan, misalnya (Cahyadi, 2009) :
1. Enzim, yaitu BTM yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba yang dapat
menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat makanan menjadi lebih
empuk, lebih larut, dan lain-lain.
2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral, atau vitamin,
baik tunggal, maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan.
3. Humektan, yaitu BTM yang ditambahkan pada makanan dengan tujuan
mempertahankan kandungan air atau kelembaban dari makanan. Humektan sering
ditambahkan pada kembang gula terutama kembang gula yang tidak dibungkus atu
dikemas secara baik agar kembang gula tersebut tidak menjadi keras. Contoh
humektan yaitu gliserin dan provilen glikol.
2.5.5 Bahan Tambahan Makanan Yang Dilarang
BTP yang tidak diizinkan atau dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 diantaranya sebagai berikut
(Depkes RI, 1999) :
1. Asam borat (boric acid ) dan senyawanya
2.
Asam salisilat (salicylic acid ) dan garamnya
3. Dietilpirokarbonat (diethylpirocarbonate)
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
34/54
4.
Dulsin ( Dulcin)
5. Kalium klorat ( pottasium chlorate)
6.
Kloramfenikol (chloramphenicol)
7. Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)
8. Nitrofurazon (nitrofurazone)
9. Formalin ( formaldehyde)
10. Kalium bromat ( potassium bromate)
11. Rhodamin B
12.
Methanyl yellow
2.6
Zat Pengental (Thickeners and Stabilizers)
Pengental makanan disebut juga hidrokoloid, gum, maupun polimer larut air.
Prinsip kerja pengental adalah memodifikasi sifat air. Zat pengental adalah zat yang
berfungsi untuk memekatkan, menstabilkan, dan mengentalkan bahan makanan yang
memiliki kandungan air sehingga membentuk suatu tingkat kekentalan tertentu
(Cahyadi, 2009).
Secara umum, kegunaan pengental pada produk makanan adalah sebagai berikut
(Lisan, 2011):
− Memperbaiki rasa dan tekstur pada makanan
− Pembentuk suspensi pada makanan
− Penstabil campuran air dan minyak
− Bahan pengikat dalam produk makanan kering dan semi kering
− Bahan pembentuk gel pada makanan yang membutuhkan fisik tertentu
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
35/54
Biasanya, pengental digunakan pada produk makanan hanya dalam jumlah yang
kecil, dengan konsentrasi 0,15% pada produk selai, 0,35% pada produk krim, dan 1-2%
pada produk saus salad (Lisan, 2011).
Dua jenis pengental yang digunakan pada makanan adalah sebagai berikut
(Lisan, 2011):
1. Pengental Alami
Adalah pengental yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan. Contohnya adalah
gum Arabic, alginat, karagenan, gelatin, pektin, dan casein.
2.
Pengental Semi Sintetis
Adalah pengental yang diperoleh campuran bahan kimia dan bahan alami
organik. Contohnya adalah carboxymethylcellulose (CMC), dextran, gellan.
xanthan gum, dan beberapa turunan selulosa lainnya.
2.7 Zat Pengawet
2.7.1 Pengertian Zat Pengawet
Berdasarkan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan Katharina (2008),
bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang berfungsi mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme.
Menurut Cahyadi (2009), bahan pengawet adalah zat yang mampu menghambat,
menahan, atau menghentikan, dan memberikan perlindungan bahan makanan dari
proses pembusukan. Pada dasarnya, prinsip pengawetan makanan adalah memberi
perlakuan terhadap bahan makanan untuk mencapai salah satu dari tujuan pengawetan
makanan yaitu mengurangi jumlah awal sel mikroba di dalam makanan,
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
36/54
memperpanjang fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan mikroba
diperlambat, memperlambat fase pertumbuhan mikroba, dan mempercepat fase
kematian mikroba (Abbas dan Nurwantoro, 1997).
Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu,
tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai
sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat
pertumbuhannya juga berbeda. Pada saat ini, masih banyak ditemukan penggunaan
bahan-bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan seperti boraks dan formalin.
2.7.2 Jenis Zat Pengawet
Menurut Yuliarti (2007), zat pengawet terbagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Pengawet alami
a.
Chitosan
Chitosan merupakan produk samping (limbah) perikanan, khususnya udang
dan rajungan. Chitosan baik digunakan untuk mengawetkan ikan. Chitosan
dilarutkan dalam asam asetat kemudian ikan asin yang akan diawetkan
dicelupkan ke dalam larutan tersebut. Chitosan bekerja dengan cara menekan
pertumbuhan bakteri dan kapang serta mengikat air sehingga dengan
penambahan chitosan ikan asin akan bertahan selama 3 bulan. Penggunaan
chitosan sangat menguntungkan karena mampu mempertahankan rasa dan
aroma ikan yang diawetkan.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
37/54
b.
Karagenan
Merupakan bahan pengenyal yang terbuat dari rumput laut yang dapat
digunakan untuk mengenyalkan bakso, ikan asin, maupun mie sehingga
dapat dijadikan alternatif pengganti boraks.
c. Kalsium hidroksida (kapur sirih)
Kapur sirih aman digunakan untuk bahan pengawet bakso dan lontong
maupun pengeras kerupuk serta berbagai jenis masakan yang lain
d. Air ki atau air abu merang
Pengawetan mie basah dapat dilakukan dengan air ki. Air ki dapat
mengawetkan mie dengan aman karena diperoleh dari proses pengendapan
air dan abu merang padi. Air ki juga cukup mudah dibuat sendiri yaitu
dengan cara membakar merang padi, mengambil abunya, serta
mencampurkan abu tersebut dengan air dan kemudian endapkan.
e. Buah picung (biji kepayang atau kluwak)
Buah ini dapat mengawetkan ikan segar selama 6 hari tanpa mengurangi
mutunya. Tanaman ini mempunyai nama sesuai tempat tanaman ini berada.
Untuk dapat memanfaatkannya sebagai pengawet, kepayang dicincang halus
dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil cincangan tanaman ini kemudian
dimasukkan ke dalam perut ikan laut yang telah dibersihkan isi perutnya.
f.
Bawang putih dan kunyit
Penggunaan kunyit pada tahu dapat memberikan warna kuning, sebagai
antibiotik, dan mampu mengawetkan tahu agar tidak cepat masam. Namun
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
38/54
kalau kita ingin tahu berwarna putih, dapat digunakan air bawang putih untuk
merendam tahu agar lebih awet dan tidak cepat masam.
g.
Jeruk nipis
Asam sitrat yang diperoleh dari jeruk nipis berfungsi sebagai pengawet dan
antioksidan. Sifat asam jeruk nipis mampu mencegah pertumbuhan mikroba,
bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan bahan
makanan yang mengandung karbohidrat, protein, minyak/lemak.
h. Garam Dapur
Sejak lama hingga saat ini garam digunakan sebagai bahan pengawet
terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam
jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan
aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Produk pangan
hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa
minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan
disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar. Ikan
pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk
pangan yang diawetkan dengan garam.
2.
Pengawet Sintetis
a. Zat Pengawet Organik
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai dari pada zat pengawet
anorganik karena pengawet organik lebih mudah dibuat dan dapat
terdegradasi sehingga mudah diekskresikan. Bahan pengawet organik yang
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
39/54
sering digunakan adalah asam sorbat, asam propianat, dan asam benzoat,
asam asetat, dan natrium benzoat.
Tabel 2.2 Bahan Pengawet Organik yang Diizinkan Pemakaiannya danDosis Maksimum yang Diperkenankan Oleh Dirjen POM
Nama BTM Jenis Bahan
Makanan
Batas Maksimum Penggunaan
Asam benzoat
dan natrium
benzoat
Kecap
Minuman ringan
Margarin
Saus tomat
600 mg/kg
600 mg/kg
1 g/kg, tunggal atau campuran
dengan asam sorbat dan garamnya
1 g/kg
Asam
propionat
Sediaan keju olahan
Roti
3 g/kg, tunggal atau campuran
dengan asam sorbat dan garamnya
2 g/kgAsam sorbat Sediaan keju olahan 3 g/kg, tunggal atau campuran
dengan asam propionat dan
garamnya
Sumber: Permenkes RI Nomor 722/Menkes/per/IX/88
b. Zat Pengawet Anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen
peroksida, nitrat dan nitrit. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada
proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah
pertumbuhan mikroba seperti Clostridium botulinum.
Tabel 2.3 Bahan Pengawet Anorganik yang Diizinkan Pemakaiannya dan
Dosis Maksimum Penggunaannya yang diperkenankan Oleh Dirjen
POM
Nama BTM Jenis Bahan
Makanan
Batas Maksimum Penggunaan
Kalium nitrat
atau Natriumnitrat
Daging olahan;
daging awetan
Keju
500 mg/kg, tunggal atau campuran dengan
K-nitrat atau Na-Nitrat
50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan
K-nitrat atau Na-nitrat
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
40/54
Kalium nitrit
atau Natrium
nitrit
Daging olahan;
daging awetan
Korned kalengan
125 mg/kg, tunggal atau campuran dengan
K-nitrit atau Na-nitrit
50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan
K-nitrit atau Na-nitrit
Kalium bisulfit,
Kalium
metabisulfit,
Natrium bisulfit,
dan Na-
metabisulfit
Potongan kentang
goreng beku
Udang beku
50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan
senyawa sulfit lainnya
100 mg/kg bahan mentah; 30 mg/kg
produk yang telah dimasak, tunggal atau
campuran dengan senyawa sulfit lainnya
Sumber: Permenkes RI Nomor 722/Menkes/per/IX/88
2.7.3 Tujuan Penggunaan Zat Pengawet
Banyak cara yang telah dilakukan untuk mengawetkan bahan pangan, misalnya
pengalengan makanan, diawetkan (asinan/manisan) dalam botol, pendinginan,
pemanasan, pengeringan dan penggaraman. Dalam melakukan pengawetan biasanya
digunakan bahan kimia dan dewasa ini penggunaannya semakin bertambah karena
merupakan salah satu pilihan yang menguntungkan bagi produsen makanan olahan.
Secara umum, alasan produsen makanan menggunakan bahan/zat pengawet
adalah sebagai berikut (Fardiaz, 2007):
1. Memperpanjang masa simpan makanan
Penambahan pengawet bertujuan untuk menghambat ataupun menghentikan
aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan khamir sehingga produk
makanan dapat disimpan lebih lama. Hal ini berhubungan dengan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
41/54
konsumen dan produsen yaitu konsumen menginginkan produk makanan lebih
awet supaya tidak belanja setiap hari dan produsen ingin makanan cukup waktu
untuk pendistribusian dan penjualannya.
2. Mengganti kehilangan antioksidan
Bahan pengawet berfungsi untuk menambah antioksidan yang ada pada bahan
makanan oleh karena perlakuan pada proses pengolahan yang menyebabkan
antioksidan tersebut menjadi berkurang dan hilang.
3. Menanggulangi masalah higienis
Higiene dan sanitasi pengolahan makanan dalam pabrik masih jauh dari
memadai, bahan pengawet dapat membantu membuat makanan tidak cepat rusak
akibat higiene sanitasi pabrik yang kurang baik.
4. Kebutuhan ekonomi
Penggunaan bahan pengawet untuk mengawetkan bahan pangan tidak akan
menambah biaya produksi dan tidak akan mempengaruhi harga bahan makanan
yang diawetkan. Dengan demikian bahan makanan dapat disimpan lebih lama
dan bahan makanan yg diawetkan tersebut dapat terjual lebih banyak
dibandingkan bahan makanan tanpa pengawetan sehingga produsen memperoleh
keuntungan yang cukup besar.
5. Meningkatkan cita rasa, memperbaiki warna dan tekstur makanan, sebagai
penstabil, pencegah lengket, maupun memperkaya vitamin dan mineral.
Selain itu, terdapat beberapa persyaratan penggunaan bahan pengawet kimiawi
untuk kepentingan manusia yaitu sebagai berikut (Cahyadi, 2009):
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
42/54
a.
Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau
tidak tersedia
b.
Ekonomis (murah dan mudah diperoleh)
c. Termasuk dalam golongan bahan pengawet GRAS (Generally Recognized as
Safe) dalam artian zat pengawet harus aman dan tidak berefek toksik dalam
tubuh manusia
d. Memperpanjang umur simpan makanan
e. Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan makanan yang
diawetkan
f. Mudah dilarutkan
g. Aman dalam jumlah yang diperlukan
h. Mudah ditentukan dengan analisis kimia
i. Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan
j. Tidak mengalami dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu
senyawa kompleks yang lebih bersifat toksik
k. Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan makanan
l. Mempunyai spectra anti mikroba yang luas, meliputi macam-macam
pembusukan oleh mikroba yang berhubungan dengan bahan makanan yang
diawetkan
2.7.4
Pengawet Yang Diizinkan dan Pengawet Yang Dilarang Penggunaannya
Pengawet yang diizinkan digunakan untuk makanan ada 26 jenis pengawet yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988
Tentang Bahan Tambahan Makanan yang meliputi asam benzoat, asam propionat, asam
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
43/54
sorbat, belerang oksida, etil p-hidroksida benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit,
kalium meta bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat,
kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat,
metal p-hidroksi benzoat, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium
nitrit, natrium propionat, natrium sulfit, nisin, dan propil-p-hidroksi benzoat.
Berdasarkan permenkes RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan
makanan tambahan, terdapat 2 jenis bahan pengawet yang dilarang penggunaannya
sebagai BTM untuk makanan yaitu formalin dan boraks karena kedua jenis pengawet ini
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
2.7.5
Dampak Zat Pengawet Terhadap Kesehatan
Pemakaian zat pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan
pengawet, bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan mikroba baik yang bersifat
patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun
mikroba yang non patogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan. Namun
dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan
bahan asing yang masuk bersama bahan makanan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian
jenis pengawet dan dosisnya tidak diatur maka akan menimbulkan kerugian bagi
konsumen, misalnya keracunan atau terakumulasinya pengawet dalam organ tubuh dan
bersifat karsinogenik.
Sebagai contoh asam benzoat. Jika asam benzoat dikonsumsi dalam jumlah
besar, maka akan mengiritasi lambung terutama pada penderita asma dan urticaria
dimana penderita ini sangat sensitif terhadap asam benzoat. Hasil penelitian pada tahun
1978 menunjukkan bahwa pemakaian nitrit dengan dosis tinggi pada daging curing dan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
44/54
keju yang diberikan pada tikus percobaan, menyebabkan kanker pada tikus tersebut. Hal
ini dikarenakan nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida yang terdapat dalam
bahan makanan dan membentuk nitrosamin yang dikenal sebagai senyawa karsinogenik
(Cahyadi, 2009).
2.8 Boraks atau Asam Borat
Boraks merupakan bahan pengawet untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu
dan pengontrol kecoa, dengan nama kimia natrium tetraborat dekahidrat
(NaB4O710H2O). Boraks juga memiliki nama lain seperti sodium borat, borax
decahydrate, sodium biborate decahydrate, disodium tetraborate decahydrate, sodium
pyroborate decahydrate, sodium tetraborate decahydrate, boron sodium oxide, dan
fused borax.
Dalam perdagangan, boraks dikenal dengan sebutan borofax three elephant,
hydrogen orthoborate, NCL-C56417, calcium borate, atau sassolite. Dalam istilah
domestik, boraks memiliki nama berbeda-beda. Di Jawa Tengah boraks disebut dengan
nama air bleng atau garam bleng, di daerah Sunda disebut bubuk gendar dan di Jakarta
disebut pijer. Di pasar, boraks diperdagangkan dalam bentuk air bleng dimana air bleng
merupakan bentuk tidak murni dari boraks yang terbuat dari campuran garam mineral
konsentrasi tinggi yang dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur, sedangkan
boraks murni diproduksi oleh industri farmasi dan diperdagangkan dalam bentuk balok
padat, kristal, tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak
berwarna. Boraks berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang
mengandung boraks, misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit
(Yuliarti, 2007).
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
45/54
2.8.1 Karakteristik Boraks
Boraks atau yang lazim disebut asam borat (boric acid ) adalah senyawa kimia
turunan dari logam berat boron (B). Asam borat terdiri atas tiga macam senyawa yaitu
asam ortoborat (H3BO3), asam metaborat (HBO2), dan asam piroborat (H2B4O7). Rumus
struktur ketiga asam borat tersebut adalah sebagai berikut (Khamid, 2006):
OH
H3BO3 : HO—B—OH; HBO2: HO—B ═ O
(Asam ortoborat) (Asam metaborat)
O — B — O
/ │ \
H2B4O7 : HO—B O B—OH
\ │ /
O — B — O
(Asam piroborat)
Boraks merupakan senyawa hidrat dari garam natrium tetraborat dengan rumus
molekul Na2B4O710H2O (Natrium tetraborat dekahidrat) dimana garam natrium
tetraborat (Na2B4O7) adalah garam natrium dari asam piroborat. Boraks adalah senyawa
bor berbentuk granular, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, dan stabil pada suhu
dan tekanan normal. Jika larut dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida
dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam
borat (Syah, 2005).
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
46/54
Asam borat ( Boric acid) memiliki titik lebur 7430C dan titik didih sekitar
15750C (Khamid, 2006). Asam borat larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air
mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter, kelarutan dalam air
bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat serta asam
borat mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada
suhu 1000C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat
merupakan asam lemah karena memiliki pH 9,5 dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk kristal berwarna putih,
menghasilkan larutan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta agak manis
(Cahyadi,2009).
2.8.2 Fungsi Boraks atau Asam Borat yang Sebenarnya
Boraks atau asam borat banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain
(Budiawan, 2004):
1.
Industri Gelas
Penggunaan yang paling banyak adalah pada industri serat gelas. Boraks (asam
borat) akan mempercepat peleburan dan dapat mengikat bahan yang lain. Asam
ini juga dapat memperbaiki warna dan meningkatkan ketahanan terhadap shock
thermal dan mekanis.
2.
Industri Elektronik
Boraks digunakan untuk pembuatan kapasitor (kondensor elektronik) yang
digunakan dalam sistem mesin automobil, pendingin elektrik, radio, TV dan
barang-barang elektronik lainnya.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
47/54
3.
Industri Keramik
Boraks digunakan dalam pelapisan barang-barang tembikar, barang pecah belah,
ubin, porcelen dan peralatan dapur.
4. Industri Kimia
Dalam industri kimia, boraks berfungsi sebagai condensing agent , dan juga
berguna dalam berbagai analisa kimia. Boraks sangat penting dalam industri pulp
dan kertas dimana sodium perborat digunakan sebagai bahan pemutih dalam
industri tersebut.
5.
Fotografi
Boraks dalam bidang fotografi digunakan sebagai reagent dalam proses
pencetakan film.
6. Industri Obat dan Farmasi
Boraks digunakan dalam pembuatan obat yang berfungsi sebagai antiseptik,
desinfektan, penyegar dan deterjen. Boraks juga bersifat bakteriostatis dan
fungistatis, yaitu dapat menahan pertumbuhan bakteri dan jamur.
7. Reaktor Nuklir
Boraks ditambahkan dalam air pendingin dalam suatu sistem tertutup yang
bertekanan dalam suatu reaktor nuklir untuk mengontrol level tenaga.
8. Bahan Pengawet
Industri yang menggunakan boraks untuk pengawetan hasil produksinya
diantaranya adalah industri kulit, kayu dan tali. Dalam industri kulit,
penggunaan boraks berfungsi untuk meningkatkan kekuatan serat kulit dan daya
tahan terhadap warna produk.
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
48/54
Selain untuk keperluan di atas, boraks juga digunakan dalam pembuatan lilin
(wax), dan untuk campuran pada tinta cetak, obat untuk kulit dalam bentuk salep,
pembasmi semut dan kecoa, dalam bentuk larutan boorwater untuk pencuci mata, serta
boraxglycerin untuk pengobatan bibir. Boraks digunakan juga dalam pembuatan barang-
barang tahan api misalnya kertas tahan api, ubin tahan api, tekstil dan kayu tahan api
(Adiwisastra, 1992).
2.8.3 Makanan Mengandung Boraks
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai
pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit
yang penggunaannya dilarang menurut Permenkes RI No.1168/Menkes/PER/X/1999.
Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan
menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Adelaide, 2011). Ciri-ciri
makanan yang mengandung boraks adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks
Produk Ciri-ciri mengandung Boraks
Mie basah Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak
cepat putus, baunya menyengat, awet sampai 2 hari pada suhu
kamar (25oC)
Bakso Teksturnya sangat kenyal, warnanya cenderung keputihan namun
jika ditambahkan boraks secara berlebihan, warnanya akan
menjadi abu-abu tua
Lontong Teksturnya sangat kenyal, warnanya putih bersih, berasa tajam
seperti sangat gurih, membuat lidah bergetar dan memberikan
rasa getir
Kerupuk kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus
dan renyah dan kalau dimakan bisa menimbulkan rasa getir
Gula Merah Sangat keras dan susah dibelah, terlihat butiran-butiran
mengkilap di bagian dalam
Sumber: Adelaide, 2011
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
49/54
Selain ditambahkan pada tabel makanan di atas, boraks juga ditambahkan dalam
pembuatan bubur ayam. Fungsinya adalah agar bubur jadi kental lebih dari 6 jam,
berwarna putih cerah, tidak mudah berubah, dan tidak mudah basi. Biasanya proses
pembuatan bubur 2 hingga 4 jam, tapi karena bantuan boraks maka lamanya proses
pematangan bubur paling lama cukup hanya 3 jam saja agar matang sempurna.
Penggunaan Pijer atau boraks di industri makanan seperti bubur sudah lama
berlangsung dan terus-menerus dari generasi sebelumnya (Pariadi, 2011).
Adapun cara membedakan bubur ayam yang menggunakan boraks dengan bubur
ayam yang tidak memakai boraks adalah sebagai berikut (Kompasiana, 2011):
a. Bubur ayam yang menggunakan boraks
− Jika disentuh dengan tangan, maka akan terasa lengket seperti lem dan
teksturnya terlihat padat
− Jika didiamkan dalam jangka waktu lama, maka tampilan bubur akan tetap
sama seperti baru bahkan tetap terkesan basah (masih mengandung air)
hingga keesokan harinya
− Jika dibiarkan sampai esok hari, tidak berbau basi dan rasanya tidak berubah
b. Bubur ayam yang tidak mengandung boraks
− Teksturnya terlihat encer dan tidak lengket jika disentuh dengan tangan
− jika didiamkan dalam jangka waktu lama bubur akan mengental dan lama-
kelamaan airnya akan hilang, ini dikarenakan air memiliki sifat pengikat
− bubur akan berubah aroma dan rasanya jika dibearkan sampai esok hari
karena tidak menggunakan bahan pengawet
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
50/54
− bubur ayam yang berkuah tahan sampai 8 jam, sedangkan bubur ayam yang
tidak berkuah tahan sampai 1 hari
2.8.4 Mekanisme Toksisitas Boraks
Mekanisme toksisitas terdiri dari dua fase. Fase pertama yaitu fase kinetik yang
meliputi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan proses pembuangan (ekskresi).
Pada fase pertama ini bahan toksik akan mengalami proses sinergestis atau antagonis.
Fase kedua yaitu fase dinamik yang merupakan proses lanjut dari fase kinetik. Pada fase
dinamik, bahan toksik yang tidak bisa dinetralisir oleh tubuh akan bereaksi dengan
senyawa hasil proses biosintesa seperti protein, enzim dan lemak dan hasilnya bersifat
merusak terhadap proses biomolekul dalam tubuh.
Proses masuknya boraks ke dalam tubuh yaitu melalui oral dimana manusia
memakan makanan yang mengandung boraks. Kemudian boraks yang masuk ke dalam
tubuh diabsorbsi secara kumulatif oleh saluran pencernaan (usus/lambung) dan selaput
lendir (membran mukosa) dan sedikit demi sedikit boraks terakumulasi. Konsumsi
boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat
mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga tidak dapat diserap
dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian boraks didistribusikan lewat peredaran darah
oleh vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang
memetabolisme xenobiotik di dalam hati juga tinggi terutama enzim sitokrom P-450.
Enzim ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah
larut dalam air sehingga lebih mudah diekskresikan oleh hati. (Lu, 1995).
Masuknya boraks yang terus menerus akan menyebabkan rusaknya membran sel
hati, kemudian diikuti kerusakan pada sel parenkim hati. Hal ini terjadi karena gugus
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
51/54
aktif boraks B=O akan mengikat protein dan lemak tak jenuh sehingga menyebabkan
peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak dapat merusak permaebilitas sel karena membran
sel kaya akan lemak. Akibatnya semua zat dapat keluar masuk ke dalam sel yang dapat
menyebabkan kerusakan sel- sel hati (Hanna dkk, 2009).
Pada waktu sel-sel hati rusak, akan terjadi induksi enzim yang berada di dalam
sel hati (enzim intraseluler) sehingga enzim intraseluler akan dilepaskan ke dalam
darah. Enzim tersebut adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan
Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). Peningkatan kadar SGPT dan SGOT
dalam darah dapat dijadikan indikator biologis tidak langsung untuk keracunan boraks.
Di dalam darah, boraks mengganggu metabolisme asam folat dimana asam folat
sangat berperan dalam pembentukan darah. Berdasarkan hasil penelitian Landauer, di
dalam tubuh ion boraks berikatan dengan Riboflavin (Vitamin B2) dan akan
membentuk suatu zat komplek yang larut dalam air dan bersifat tidak aktif. Dengan
adanya ikatan riboflavin-boraks ini, tubuh akan mengalami defisiensi riboflavin yang
dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam folat (Rennie dkk, 1990). Dengan
adanya gangguan metabolisme asam folat, maka pembentukan darah akan mengalami
gangguan sehingga darah yang terbentuk jumlahnya tidak normal. Akibatnya eritrosit,
leukosit, dan hemoglobin mengalami penurunan (Pangestiningsih, 1992).
Di dalam ginjal, boraks diekskresikan secara lamban. Adanya gangguan
metabolisme sel dapat menyebabkan perubahan struktur sel. Perubahan yang terjadi di
dalam ginjal akibat mengonsumsi makanan yang mengandung boraks yaitu terjadi
pembengkakan sel-sel endothelium kapiler glomerulus dan terjadi penumpukan lemak
pada sitoplasma sel epithelium tubulus kontortus proksimalis. Adanya pembengkakan
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
52/54
sel karena sel-sel tampak lebih besar dan berhimpitan sehingga terlihat bengkak.
Adanya senyawa toksik yang mengganggu enzim-enzim dalam sel dapat menyebabkan
penurunan penggunaan lemak sehingga akan menimbulkan akumulasi lemak dalam sel.
Meskipun penumpukan lemak merupakan kerusakan yang masih bersifat reversible
(kemampuan beradaptasi sel telah terlampaui), tetapi hal itu termasuk gangguan yang
berat dan dapat menjadi perintis nekrosis (Tabbu, 1991).
2.8.5 Dampak Boraks Terhadap Kesehatan
Efek toksik boraks akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan
penggunaannya berulang-ulang. Dampak boraks terhadap kesehatan meliputi dampak
akut dan dampak kronis yaitu:
1. Dampak Akut
Bila terpapar boraks dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi
gejala akut keracunan boraks yaitu (Yuliarti, 2007) :
− Bila terhirup/inhalasi, dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir dengan
gejala batuk-batuk
− Bila kontak dengan kulit maka akan menimbulkan iritasi kulit
− Bila kontak dengan mata, dapat menimbulkan iritasi, mata memerah dan rasa
perih
− Bila tertelan, dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi badan
terasa tidak enak (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik),
pendarahan gastro entritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk,
demam dan sakit kepala
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
53/54
2.
Dampak Kronis
Bahaya utama terhadap kesehatan konsumsi makanan mengandung boraks
dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan nafsu makan menurun, gangguan
pencernaan, gangguan SSP (bingung dan bodoh), anemia, rambut rontok, kanker,
gangguan hati, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, menimbulkan depresi, apatis,
sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan. Kematian pada orang dewasa
dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak- anak dalam dosis 5-6 gram
(Cahyadi, 2009).
Universitas Sumatera Utara
-
8/20/2019 Bahan Baku 1
54/54
2.8 Kerangka Konsep
s
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Higiene sanitasi berdasarkan
6 prinsip :
1. Pemilihan bahan baku
bubur ayam
2. Penyimpanan bahan baku
bubur ayam
3.
Pengolahan bubur ayam4.
Penyimpanan bubur ayam
5. Pengangkutan bubur ayam
6. Penyajian bubur ayam
Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003
Memenuhi syar
Tidak memenusyarat
Bubur Ayam
PemeriksaanLaboratorium
Permenkes RI No.1168/Menkes/PER/X/1999
Mengandung
boraks
Tidak
Mengandung
boraks
Karakteristik Pedagang
Bubur Ayam
Pengetahuan PedagangBubur Ayam