bahan baku 1

Upload: alan-sanhyang

Post on 07-Aug-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    1/54

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Higiene dan Sanitasi Makanan

    Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan, istilah higiene dan sanitasi mempunyai

    tujuan yang sama dan erat kaitannya antara satu dengan lainnya yaitu melindungi,

    memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan manusia (individu maupun

    masyarakat). Tetapi dalam penerapannya, istilah higiene dan sanitasi memiliki

     perbedaan yaitu higiene lebih mengarahkan aktivitasnya kepada manusia (individu

    maupun masyarakat), sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan pada faktor-faktor

    lingkungan hidup manusia (Azwar, 1990).

    2.1.1 Pengertian Higiene

    Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi

    lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena

     pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian

    rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Misalnya, minum air yang direbus,

    mencuci tangan sebelum memegang makanan, dan pengawasan kesegaran ataupun mutu

    daging (Azwar, 1990).

    Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

    kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk

    melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring,

    serta membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan

    secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    2/54

    2.1.2 Pengertian Sanitasi

    Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

     pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

    manusia seperti pembuatan sumur yang memenuhi persyaratan kesehatan, pengawasan

    kebersihan pada peralatan makan, serta pengawasan terhadap makanan (Azwar, 1990).

    Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

    kebersihan lingkungan dari subyeknya, misalnya menyediakan air yang bersih untuk

    keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar

    sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).

    Sanitasi makanan merupakan upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan

    keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada

    manusia (Chandra, 2006). Sedangkan menurut Oginawati (2008), sanitasi makanan

    adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya

     jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan yang dapat merusak makanan dan

    membahayakan kesehatan manusia.

    Menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), tujuan dari sanitasi makanan

    antara lain:

    a.  Menjamin keamanan dan kebersihan makanan

     b.  Mencegah penularan wabah penyakit

    c. 

    Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat

    d.  Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan

    e.  Melindungi konsumen dari kemungkinan terkena penyakit yang disebarkan oleh

     perantara-perantara makanan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    3/54

    Selain itu menurut Chandra (2006) dan Oginawati (2008), di dalam upaya

    sanitasi makanan, terdapat 6 tahapan yang harus diperhatikan yaitu:

    a. 

    Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi

     b.  Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan

    c.  Keamanan terhadap penyediaan air bersih

    d.  Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran

    e.  Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,

     penyajian dan penyimpanan

    f. 

    Pencucian, pembersihan, dan penyimpanan alat-alat atau perlengkapan

    2.1.3 Pengertian Makanan

    Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh

    tidak termasuk air, obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk

     pengobatan (Chandra, 2006).

    Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pembuat

    makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual

     bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Depkes

    RI, 2003).

    Makanan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk

    hidup lainnya, dimana makanan memiliki fungsi sebagai berikut:

    a. 

    Makanan sebagai sumber energi, yaitu makanan memberikan panas dan tenaga

     pada tubuh

     b.  Makanan sebagai zat pembangun, yaitu membangun jaringan tubuh yang baru,

    memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    4/54

    c. 

    Makanan sebagai zat pengatur, yaitu mengatur proses alamiah, kimiawi, dan

     proses faal dalam tubuh

    2.1.4 Pengertian Higiene Sanitasi Makanan

    Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,

    orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan

    kesehatan. Persyaratan higiene sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang

    ditetapkan terhadap produk rumah makan dan restoran, dan perlengkapannya yang

    meliputi persyaratan bakteriologis, kimia, dan fisika (Depkes RI, 2003).

    2.2 Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit

    Menurut Sihite (2000), makanan dalam hubungannya dengan penyakit dapat

     berperan sebagai:

    1. 

    Agent

    Makanan dapat berperan sebagai penyebab penyakit, contohnya pada makanan

    yang terkenal di Jawa Timur (Lumajang) dan Jawa Tengah (Banyumas) yaitu

    tempe bongkrek. Tempe bongkrek terbuat dari kacang kedelai ditambah dengan

    ampas kelapa yang dijamurkan. Van veen dan Murtens menemukan 2 racun di

    dalam tempe bongkrek yaitu racun berwarna kuning dan racun tidak berwarna.

    Contoh lain yaitu jamur seperti  Aspergillus yaitu spesies dari genus  Aspergillus

    yang diketahui terdapat pada semua substrat, yang akan tumbuh pada buah

     busuk, sayuran, biji-bijian, roti dan bahan pangan lainnya.

    2.  Vehicle 

    Makanan juga dapat sebagai pembawa bibit penyakit yang bisa berasal dari luar

    atau dari dalam makanan, seperti bahan kimia atau parasit yang ikut termakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    5/54

     bersama makanan dan juga beberapa mikroorganisme yang patogen, serta bahan

    radioaktif yang bisa membahayakan kesehatan. 

    3. 

    Media

    Makanan bertindak sebagai tempat berkembang biak bibit penyakit, dimana

    kontaminan yang jumlahnya kecil seperti mikroorganisme, jika dibiarkan dalam

    waktu yang lama dan suhu yang cukup di dalam makanan, maka bisa

    menyebabkan wabah yang serius.

    2.3 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan

    Prinsip higiene sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor

    yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan bahan makanan. Keempat faktor

    tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan yaitu (Depkes

    RI, 2003) :

    2.3.1 Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Makanan

    Bahan makanan mentah atau bahan baku merupakan dasar untuk menghasilkan

    makanan yang baik. Bahan baku yang baik akan menghasilkan makanan yang baik,

    sedangkan bahan baku yang tidak baik akan menghasilkan makanan yang kurang baik.

    Oleh karena itu, untuk mendapatkan bahan baku yang baik, bahan baku makanan harus

    diamankan dari kerusakan seperti pecah dan busuk serta pencemaran, baik dari asal

     bahan baku atau maupun dari lingkungan. Kualitas bahan baku makanan yang baik

    dapat dilihat melalui ciri-ciri fisik dan mutunya dalam hal bentuk, warna, kesegaran,

     bau, dan lainnya. Bahan makanan dikatakan baik jika cukup tua atau matang sesuai

    kebutuhan, bebas dari pencemaran, tidak rusak secara fisik atau bahan kimia, dan bebas

    dari bibit penyakit.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    6/54

    2.3.1.1 Ciri – Ciri Bahan Makanan Yang Baik

    Menurut Djajadiningrat (1989), ciri-ciri bahan makanan yang baik adalah

    sebagai berikut:

    1.  Daging Ayam

    −  Bila dilihat, pada bagian dada tampak montok berisi

    −  Pada bagian paha tidak keras dan tampak penuh berisi

    −  Jika ditekan, akan kembali ke bentuk semula setelah dilepaskan

    −  Memiliki kulit yang halus, tidak berbintil, dan tidak berbulu

    −  Tidak ada bercak darah atau bagian yang memar pada daging ayam

    −  Bila dicium, tidak berbau busuk

    −  Berwarna putih bersih

    2.  Beras

    −  Dicium beraroma segar, beras yang baik akan beraroma segar dan tidak apek

    − Warnanya jernih, tidak berwarna kusam atau kekuning-kuningan

    −  Dilihat, tidak ada benda asing seperti batu, potongan kaca, plastik yang dapat

    membahayakan kesehatan manusia

    −  Diperiksa tak banyak patahannya. Beras yang baik tidak rapuh sehingga

    tidak mudah patah

    −  Harus bebas dari zat pemutih (klorin). Bila beras terasa pahit, maka beras

    tersebut sudah diberi zat pemutih (klorin)

    −  Jika dicuci dengan air, akan tetap harum atau beraroma segar

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    7/54

    −  Jika dimasak akan terasa pulen. Beras yang baik akan menghasilkan nasi

    yang pulen, wangi, dan berwarna putih mengkilat

    − Dikemas dengan kemasan 100%  food grade agar tak terkontaminasi bahan

     beracun

    3.  Kerupuk

    −  Berwarna alami. Hindari membeli kerupuk yang warnanya mencolok karena

     biasanya kerupuk dengan warna mencolok dibuat dengan menambahkan zat

     pewarna

    −  Jika kerupuk rasa ikan dicium, ada aroma ikannya dan tidak amis, sedangkan

     jika kerupuk rasa udang, tercium aroma udangnya dan tidak amis.

    −  Tidak bau apek / tengik

    4.  Telur

    −  Kulit bersih, kuat, tidak retak, tidak pecah, tidak bernoda kotoran, kering,

    dan tidak basah

    −  Jika diteropong terlihat jernih

    −  Mempunyai lapisan zat tepung pada permukaan kulit

    −  Bila dikocok, maka akan mengembang

    5. 

    Sayur-sayuran

    −  Daun segar, tidak layu, dan utuh

    −  Tidak ada bekas gigitan serangga / hewan

    −  Tidak berubah warna

    −   bersih

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    8/54

    2.3.1.2 Sumber Bahan Makanan Yang Baik

    Untuk mendapatkan bahan makanan yang baik, perlu diketahui sumber-sumber

     bahan makanan yang baik pula. Sumber bahan makanan yang baik seringkali tidak

    mudah kita temukan karena jaringan perjalanan makanan yang begitu panjang dan

    melalui jaringan perdagangan pangan yang begitu luas.

    Sumber bahan makanan yang baik adalah (Depkes RI, 2004) :

    a.  Pusat penjualan bahan makanan dengan sistem pengaturan suhu yang

    dikendalikan dengan baik misalnya swalayan

     b. 

    Tempat-tempat penjualan bahan makanan yang diawasi oleh pemerintah daerah

    dengan baik

    2.3.2 Prinsip II : Penyimpanan Bahan Baku Makanan

    Bahan makanan yang digunakan dalam proses produksi baik bahan baku, bahan

    tambahan maupun bahan penolong, harus disimpan dengan cara penyimpanan yang baik

    karena kesalahan dalam penyimpanan dapat berakibat penurunan mutu dan keamanan

    makanan (Depkes RI, 2004).

    Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar bahan makanan tidak mudah

    rusak dan kehilangan nilai gizinya. Semua bahan makanan dibersihkan terlebih dahulu

    sebelum disimpan, yang dapat dilakukan dengan cara mencuci. Setelah dikeringkan

    kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan disimpan dalam ruangan

    yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).

    Tempat penyimpanan bahan baku makanan harus dalam keadaan bersih, kedap

    air dan tertutup, serta penyimpanan bahan baku makanan terpisah dari makanan jadi.

    Salah satu contoh tempat penyimpanan yang baik adalah lemari es atau freezer . Freezer

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    9/54

    sangat membantu penyimpanan bahan baku makanan jika dibandingkan dengan tempat

     penyimpanan yang lain seperti lemari makan atau laci-laci penyimpanan makanan.

    Freezer tidak mengubah penampilan, cita rasa dan tidak pula merusak nutrisi bahan

    makanan yang disimpan selama batas waktu penyimpanan.

    Syarat- syarat penyimpanan bahan makanan menurut Depkes RI (2011) adalah:

    1. Tempat penyimpanan bahan baku makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan

     bersih

    2. Penempatannya terpisah dari makanan jadi

    3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan:

    -  dalam suhu yang sesuai

    -  ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm

    -  kelembaban penyimpanan dalam ruangan yaitu 80%-90%

    4.  Bila bahan makanan disimpan digudang, cara penyimpanannya tidak menempel

     pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut:

    -   jarak makanan dengan lantai 15 cm

    -   jarak makanan dengan dinding 5 cm

    -   jarak makanan dengan langit-langit 60 cm

    5.  Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak sedemikian

    rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan. Bahan makanan yang

    masuk lebih dahulu merupakan yang pertama keluar, sedangkan bahan makanan

    yang masuknya belakangan terakhir dikeluarkan atau disebut dengan sistem FIFO

    (First In First Out ).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    10/54

    Penyimpanan bahan makanan mentah dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:

    Tabel 2.1 Penyimpanan Bahan Makanan Mentah

    Jenis Bahan Makanan Digunakan dalam Waktu

    3 hari atau

    kurang

    1 minggu atau

    kurang

    1 minggu

    atau lebih

    Daging, ikan, udang, dan

    olahannya

    -5ᵒC s.d 0ᵒC  -10ᵒC s.d -5ᵒC 

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    11/54

    2.3.3 Prinsip III : Pengolahan Makanan

    Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah

    menjadi makanan siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang mengikuti

    kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Semua kegiatan pengolahan makanan

    harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.

    Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan menggunakan sarung

    tangan plastik dan penjepit makanan (Arisman, 2009). 

    Tujuan pengolahan makanan adalah agar tercipta makanan yang memenuhi

    syarat kesehatan, mempunyai cita rasa yang sesuai, serta mempunyai bentuk yang

    mengundang selera (Azwar, 1990). Dalam pengolahan makanan, ada empat aspek yang

    harus diperhatikan yaitu penjamah makanan, cara pengolahan makanan, tempat

     pengolahan makanan, dan peralatan pengolahan makanan (Kusmayadi, 2008).

    2.3.3.1 Penjamah Makanan

    Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan

    makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,

     pengangkutan, sampai dengan tahap penyajian. Agar bahan makanan tidak sampai

    tercemar, maka penjamah makanan harus terpelihara higiene dan sanitasinya. Syarat

    yang ditetapkan pada penjamah makanan menurut Depkes RI (2003) antara lain:

    1.  Memiliki temperamen yang baik

    2. 

    Memiliki pengetahuan dan higiene perorangan yang baik seperti menjaga

    kebersihan panca indera (mulut, hidung, tenggorokan, telinga), kebersihan kulit,

    kebersihan tangan (potong kuku dan mencuci tangan), kebersihan rambut (pakai

    tutup kepala), dan kebersihan pakaian kerja

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    12/54

    3. 

    Berbadan sehat dengan surat keterangan sehat yang menyatakan:

    −  Bebas penyakit kulit

    − Bebas penyakit menular seperti influenza, dan diare

    −  Bukan carrier dari suatu penyakit infeksi

    −  Bebas TBC, pertusis, dan penyakit pernapasan berbahaya lainnya

    −  Sudah mendapatkan imunisasi Chotypa (Cholera, Thypus, dan Parathypus)

    Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadinya dan

    harus selalu berperilaku sehat ketika bekerja. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam

    kebersihan pribadi ( personal hygiene) penjamah makanan adalah sebagai berikut:

    1.  Mencuci tangan, kerbersihan tangan penjamah makanan yang bekerja mengolah

    dan memproduksi pangan sangat penting sehingga perlu mendapatkan perhatian

    khusus. Penjamah harus selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan keluar dari

    kamar mandi. Selain itu, kuku juga harus dirawat dan dibersihkan serta

    dianjurkan supaya tidak memakai perhiasan seperti cincin sewaktu bekerja.

    2.  Pakaian, hendaknya penjamah makanan memakai pakaian khusus dengan

    ukuran pas dan bersih, umumnya pakaian berwarna terang (putih) dan

     penggunaannya khusus waktu bekerja saja.

    3.  Topi / penutup kepala, semua penjamah makanan hendaknya memakai topi atau

     penutup kepala untuk mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan atau

    kebiasaan menggaruk kepala.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    13/54

    4. 

    Sarung tangan dan celemek, hendaknya penjamah makanan memakai sarung

    tangan dan celemek (apron) selama mengolah makanan dan sarung tangan ini

    harus dalam keadaan baik dan bersih.

    5.  Tidak merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diizinkan merokok selama

    mengolah makanan.

    2.3.3.2 Cara Pengolahan Makanan

    Cara pengolahan makanan harus baik seperti menggunakan air yang bersih

    dalam setiap pengolahan, penjamah makanan mencuci tangan setiap kali hendak

    menjamah makanan, serta penjamah tidak bersentuhan langsung dengan makanan tetapi

    menggunakan peralatan seperti penjepit makanan.

    Dalam proses pengolahan makanan perlu diperhatikan:

    −  Cara menjamah makanan

    −   Nilai gizi makanan

    − 

    Teknik memasak makanan

    −  Cara pengolahan yang bersih

    −  Higiene dan sanitasi makanan

    −  Higiene penjamah makanan

    −  Kesehatan penjamah makanan

    2.3.3.3 Tempat Pengolahan Makanan

    Tempat pengolahan makanan dimana makanan diolah sehingga menjadi

    makanan yang terolah ataupun makanan jadi, biasanya disebut dapur. Dapur merupakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    14/54

    tempat pengolahan makanan yang harus memenuhi syarat higiene dan sanitasi,

    diantaranya konstruksi dan perlengkapan yang ada.

    Menurut Depkes RI (2011), syarat-syarat dapur adalah sebagai berikut:

    1.  Lantai

    Lantai harus dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, rata, dan

    kedap air. Selain itu sudut lantai dengan dinding melengkung 7,62 cm dari lantai.

    Lantai harus mempunyai kemiringan 1-2% ke saluran pembuangan air limbah.

    2.  Dinding

    Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, halus, dan mudah dibersihkan. Jika

     permukaan dinding terkena percikan air, maka harus dilapisi dengan bahan kedap

    air dan mudah dibersihkan seperti porselen setinggi 2 meter dari lantai. Bagian

    dinding yang kedap air tersebut dibuat halus, rata dan bewarna terang.

    3.  Atap

    Atap harus rapat air, tidak bocor, cukup landai, dan tidak menjadi sarang tikus

    dan serangga lainnya.

    4.  Langit-langit

    Permukaan langit-langit harus rata, berwarna terang, serta mudah dibersihkan.

    Selain itu langit-langit tidak boleh berlubang dan tinggi langit-langit sekurang-

    kurangnya 2,4 meter dari lantai.

    5. 

    Pintu

    Pintu harus dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, dapat menutup

    sendiri dengan baik dan membuka ke arah luar, setiap bagian bawah pintu

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    15/54

    setinggi 36 cm dilapisi logam dan jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1

    cm.

    6. 

    Pencahayaan

    Intensitas pencahayaan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengolahan

    makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruang. Di setiap ruangan

    tempat pengolahan makanan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10  foot candle 

    (100 lux). Pencahayaan tidak boleh menyilaukan dan harus tersebar merata

    sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan.

    7. 

    Ventilasi / penghawaan

    Ventilasi diperlukan untuk memelihara kenyamanan dengan menurunkan panas

    dalam ruangan, mencegah pengembunan (kelembaban), serta membuang bau,

    asap, dan debu dalam ruangan. Secara garis besar, ventilasi terbagi atas dua

    macam yaitu ventilasi alam dan buatan. Ventilasi alam harus cukup (10% dari

    luas lantai) dan mampu menjamin peredaran udara dengan baik dan harus dapat

    menghilangkan uap, gas, asap, bau, dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan

    diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan.

    8.  Pembuangan asap

    Dapur harus mempunyai cerobong asap yang dilengkapi dengan penyedot asap

    (extractor ) untuk mengeluarkan asap dari cerobongnya.

    9. 

    Penyediaan air bersih

    Air bersih harus tersedia cukup dan memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan

    keputusan menteri kesehatan baik kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas air

     bersih minimal harus memenuhi syarat fisik yaitu tidak bewarna, tidak berasa,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    16/54

    tidak berbau. Selain itu, di dapur harus tersedia tempat cuci tangan, tempat

    mencuci peralatan, dan tempat pencucian bahan makanan yang terbuat dari

     bahan yang kuat, aman, tidak berkarat, dan mudah dibersihkan.

    10. Tempat sampah

    Sampah harus ditangani sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran

    makanan dari tempat sampah sehingga tempat sampah harus dipisahkan antara

    sampah organik dan sampah anorganik serta diusahakan pencegahan masuknya

    serangga ke tempat sampah. Tempat sampah yang baik adalah sebagai berikut:

    −  terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat, mempunyai tutup dan

    memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan

     jadi yang cepat membusuk

    −  mudah dibersihkan dan bagian dalam dibuat licin, serta bentuknya dibuat halus

    −  mudah diangkat dan ditutup

    − 

    kedap air, terutama menampung sampah basah

    −  tahan terhadap benda tajam dan runcing

    Di samping itu sampah dibuang dalam waktu 24 jam dimana untuk sementara

    sampah ditaruh di tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga

    dan tikus atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh

    kendaraan pengangkut sampah. Segera setelah sampah dibuang, tempat sampah

    dan peralatan lain yang kontak dengan sampah harus dibersihkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    17/54

    11. 

    Pembuangan air limbah

    Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,

    tertutup dan harus dilengkapi dengan grease trap (penangkap lemak).

    12. Perlindungan dari serangga dan tikus

    Tempat pengolahan makanan harus terhindar dari serangga dan tikus karena

    mereka dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti demam berdarah,

    malaria, disentri, dan pest sehingga harus dibuat anti serangga dan tikus. Setiap

    lubang pada bangunan harus dipasang dipasang kawat kassa berukuran 32 mata

     per inchi pada ventilasi untuk mencegah masuknya serangga dan dibuat teralis

    dengan jarak 2 cm pada pintu untuk mencegah masuknya tikus.

    2.3.3.4 Peralatan Pengolahan Makanan

    Peralatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan kesehatan sebagai

     berikut (Depkes RI, 2011):

    −  Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat

     beracun yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan seperti

    timah (Pb), arsen (As), tembaga (Cu), seng (Zn), cadmium (Cd), dan antimon

    (Sb)

    −  Peralatan pengolahan makanan tidak boleh rusak, gompel, retak, dan tidak

    menimbulkan pencemaran terhadap makanan

    −  Permukaan peralatan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau

    tidak ada sudut mati, rata, halus, dan mudah dibersihkan

    −  Peralatan pengolahan makanan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    18/54

    −  Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh

    mengandung E.coli 

    − Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan yaitu pencucian peralatan

    harus menggunakan sabun / detergent, serta dibebas hamakan sedikitnya dengan

    larutan kaporit 50 ppm, dan air panas 800 C

    −  Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai

    kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau mesin pengering dan tidak

     boleh dilap dengan kain.

    2.3.4  Prinsi IV : Penyimpanan Makanan Jadi

    Prinsip penyimpanan makanan jadi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan dan

     perkembangan bakteri pada makanan, mengawetkan makanan dan mencegah

     pembusukan makanan, dan mencegah timbulnya sarang hama dalam makanan. Hal-hal

    yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan jadi adalah :

    − 

    Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus, dan hewan

    lainnya

    −  Makanan yang cepat busuk disimpan dalam suhu panas (65,5 ºC atau lebih) atau

    disimpan dalam suhu dingin sekitar 4 ºC atau kurang

    −  Makanan cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam)

    harus disimpan dalam suhu - 5 ºC sampai -1 ºC

    −  Untuk mencegah pertumbuhan bakteri usahakanlah makanan selalu berada pada

    suhu dimana bakteri tidak tumbuh yaitu dibawah 100C atau diatas 600C.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    19/54

    −  Makanan dan minuman yang disajikan harus dengan wadah yang bersih dan

    aman bagi kesehatan atau tutup makanan dan minuman harus dalam keadaan

     bersih dan tidak mencemari makanan

    2.3.5  Prinsip V : Pengangkutan Makanan

    Prinsip pengangkutan makanan yang baik adalah tidak terjadinya pencemaran

    selama proses pengangkutan baik pencemaran fisik, mikroba, maupun kimia.

    Kemungkinan pengotoran makanan terjadi sepanjang pengangkutan yang dipengaruhi

    oleh alat pengangkut, teknik pengangkutan maupun tenaga pengangkut makanan. Perlu

    diketahui bahwa makanan yang sudah dimasak sangatlah sensitif sifatnya, terutama

    sensitif untuk tumbuhnya kuman maupun proses pembusukan. Hal-hal yang penting

    diperhatikan dalam pengangkutan makanan yang memenuhi syarat sanitasi adalah

    sebagai berikut:

    −  Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing (makanan jadi tidak

     bercampur dengan makanan mentah) dan wadah yang digunakan harus baik,

    utuh, kuat, dan ukurannya memadai dengan makanan yang akan diisi. Isi

    makanan dalam wadah tidak boleh penuh (harus ada udara di bagian atas) untuk

    menghindari terjadinya uap makanan yang mencair (kondensasi). 

    −  Setiap wadah makanan harus ditutup secara baik dan tidak banyak dibuka

    selama pengangkutan sampai di tempat penyajian 

    −  Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya pada suhu panas

    (600C) atau suhu dingin (4

    0C) 

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    20/54

    −  Kendaraan untuk mengangkut makanan tidak dipergunakan untuk keperluan

    mengangkut bahan lain 

    − Pengangkutan makanan yang melewati daerah kotor harus dihindari dan cari

     jalan terpendek  

    2.3.6  Prinsip VI : Penyajian Makanan

    Proses terakhir dari prinsip higiene sanitasi makanan adalah penyajian makanan

    atau penjajaan makanan. Dalam penyajian makanan harus diperhatikan tempat

     penyajian, alat penyajian, dan tenaga penyaji. Makanan disajikan pada tempat yang

     bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, peralatan yang digunakan bersih, dan orang

    yang menyajikan makanan harus berpakaian bersih, menggunakan tutup kepala, dan

    tangan penyaji tidak boleh kontak langsung dengan makanan yang disajikan (Slamet,

    2004).

    Adapun syarat penyajian makanan yang baik adalah sebagai berikut (Depkes RI,

    2011):

    1)  Cara menyajikan makanan harus terhindar dari pencemaran

    2) 

    Peralatan yang dipergunakan untuk menyajikan makanan harus terjaga

    kebersihannya

    3)  Makanan jadi yang disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang

     bersih

    4) 

    Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas

     penghangat makanan dengan suhu minimal 600C

    5)  Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian bersih

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    21/54

    6) 

    Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    −  Di tempat yang bersih

    − Meja dimana makanan disajikan harus tertutup kain putih atau tutup plastik

     bewarna menarik kecuali bila meja dibuat dari formica, taplak tidak mutlak

    ada

    −  Tempat-tempat bumbu/merica, garam, cuka, saus, kecap, sambal, dan lain-

    lain perlu dijaga kebersihannya terutama mulut tempat bumbu

    −  Asbak tempat abu rokok yang tersedia di atas meja makan setiap saat

    dibersihkan

    −  Peralatan makan dan minum yang telah dipakai, paling lambat 5 menit sudah

    dicuci bersih

    7)  Lokasi penjualan juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    −  Lokasi penjualan minimal 500 meter dari sumber pencemaran

    − Lokasi penjualan harus terhindar dari serangga

    −  Lokasi penjualan dilengkapi dengan tempat sampah yang memenuhi syarat

    kesehatan

    −  Lokasi penjualan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti air bersih,

    SPAL, toilet, tempat sampah, dan tempat cuci tangan

    2.4 

    Bubur Ayam

    2.4.1 Bubur Ayam Sebagai Makanan Jajanan

    Menurut Food and Agriculture Organization  (FAO), makanan jajanan yang

    dijual oleh pedagang kaki lima didefisinikan sebagai makanan dan minuman yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    22/54

    dipersiapkan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat

    keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau

     persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat

    terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi. Karena pengolahannya

    yang praktis dan hemat waktu, maka makanan jajanan sangat digemari (Februhartanty

    dan Iswarawanti, 2004).

    Salah satu makanan jajanan adalah bubur ayam. Bubur ayam adalah makanan

    yang terbuat dari beras yang direbus dengan air kaldu dalam waktu yang cukup lama

    sehingga menjadi lembek dan berair lalu diberi kuah, suwiran daging ayam, kerupuk,

    cakwe, dan irisan daun bawang. Bubur ayam merupakan salah satu menu favorit untuk

    sarapan yang digemari oleh hampir semua kalangan dan semua usia, mulai dari anak-

    anak hingga orang dewasa karena selain rasanya yang enak dan mengenyangkan,

    harganya juga cukup murah dan bergizi (Bahari, 2011).

    2.4.2  Jenis-Jenis Bubur Ayam

    Adapun jenis-jenis bubur ayam adalah sebagai berikut (Bahari, 2011):

    1.  Bubur ayam abon 

    Yaitu makanan yang terbuat dari campuran beras, air, serai, dan jahe yang

    dimasak dalam waktu 1 jam hingga menjadi lembek, sedangkan ayamnya

    dimasak dengan campuran santan, rempah-rempah, dan gula merah hingga

    kering sampai menjadi abon. Dalam satu porsi bubur ayam abon terkandung nilai

    gizi seperti karbohidrat (28,7 gr), energi (249 kal), protein (22,1 gr), dan lemak

    sebesar 4,1 gr.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    23/54

    2. 

    Bubur ayam oriental 

    Salah satu yang khas dari bubur ayam oriental adalah telur ayam kampung dan

    kecap asin sebagai pelengkapnya dimana bumbu yang digunakan adalah jahe,

     bawang putih, merica bubuk, dan garam. Satu porsi bubur ayam oriental

    terkandung nilai gizi karbohidrat sebesar 39,7 gr, energi sebesar 331 kal, protein

    sebesar 23,1 gr, dan lemak sebesar 9,0 gr.

    3.  Bubur ayam original

    Yaitu bubur ayam yang terbuat dari campuran beras, garam, daun salam, dan

    kaldu bubuk dengan memakai kuah kuning, irisan daun seledri, suwiran ayam,

    dan kecap manis sebagai pelengkapnya.

    4.  Bubur ayam Manado

    Yaitu bubur yang terbuat dari campuran sayur-sayuran seperti ubi, jagung, labu

    kuning, daun melinjo, kacang panjang, bayam, dan kangkung yang dimasak

    menjadi satu sampai kental dengan bumbu kemangi dan garam. Selain untuk

    sarapan, bubur ayam Manado juga dapat menyembuhkan sakit tenggorokan,

    meningkatkan nafsu makan dan menghangatkan tubuh ketika kita demam.

    2.4.3  Proses Pembuatan Bubur Ayam

    Adapun proses pembuatan bubur ayam adalah sebagai berikut (Utami, 2010):

    Bahan utama :

    a. 

    120 gr beras

     b.  3500 cc air

    c. 

    Garam secukupnya

    d.  1 ekor ayam

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    24/54

    e. 

    2 lembar daun salam

    f.  2 batang serai

    g. 

    2 lembar daun jeruk nipis

    h.  Merica

    i.  Ketumbar

     j.  1 butir kemiri

    k.  2 siung bawang butih

    l.  4 siung bawang merah

    m. 

    kunyit

    Bahan pelengkap:

    a.  Kecap manis

     b.  Cakwe

    c.  Kerupuk

    d.  Daun bawang

    e.  Sambal

    f.  Kacang kedelai goreng

    Cara membuat bubur

    1.  Rebus ayam dengan 3500 cc air hingga mendidih, angkat dan saring air

    kaldunya

    2. 

    Masak beras dengan 2200 cc air kaldu

    3.  Tambahkan garam dan daun salam

    4.  Aduk terus hingga mengental menjadi bubur

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    25/54

    5. 

    Selanjutnya, ayam yang telah direbus tadi selanjutnya digoreng sampai matang

    dan disuwir- suwir

    Cara membuat kuah kuning bubur ayam

    1.  Haluskan bumbu (bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, kunyit dan

    merica)

    2.  Panaskan minyak dan tumis bumbu yang sudah dihaluskan

    3.  Masukkan daun jeruk nipis dan serai

    4.  Tambahkan sisa air kaldu 1300 cc

    5. 

    Masak kuah hingga mendidih

    Cara menghidangkan bubur ayam

    1.  Taruh bubur yang sudah dimasak ke dalam piring

    2.  Lalu siram dengan kuah kuning

    3.  Tambahkan suwiran ayam, cakwe, kerupuk, dan irisan daun bawang

    4.  Sajikan dengan sambal dan kecap manis

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    26/54

    2.4.4 Diagram Pembuatan Bubur Ayam

    Gambar 2.1. Diagram Pembuatan Bubur Ayam

    Sumber: Utami, 2010

    Bubur Ayam

    Bubur ayamKuah Kuning

    BerasAyam direbus

    dengan air

    hingga

    mendidih

    Direbus

    denganair kaldu Angkat ayam dan saring air

    kaldunya dan ayam yang

    sudah direbus kemudian

    digoreng sampai matangdan disuwir-suwir

    Tambahkan garam dan

    daun salam

    Aduk terus hingga mengentalmenjadi bubur

    Haluskan bumbu (bawang

    merah, bawang putih,

    ketumbar, kunyit, dan

    merica

    Bumbu yang sudah

    dihaluskan ditumis

    Tambahkan air jeruk nipis,

    serai, dan air kaldu

    Masak hingga mendidih

    Penyajian

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    27/54

    2.5 Bahan Tambahan Makanan (BTM) 

    2.5.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan

    Berdasarkan Permenkes RI No. 722 Tahun 1988, bahan tambahan makanan

    ( food additive) adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan

     biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak

    mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk

    maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan,

     perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan makanan

    untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu

    komponan yang mempengaruhi sifat khas makanan.

    Menurut POM (2004), bahan tambahan makanan adalah bahan atau campuran

     bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi di

    tambahkan dalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk makanan, antara lain

     bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental.

    Defenisi lain mengatakan bahwa bahan tambahan makanan adalah bahan yang

    ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan

    untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya simpan.

    Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin

    (Cahyadi, 2009).

    2.5.2 Tujuan Penggunaan Bahan Tambahan Makanan

    −  Mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan makanan

    −  Membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    28/54

    −  Mencegah pembusukan akibat mikroba

    −  Untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan

    − Untuk mengawetkan makanan

    −  Membentuk makanan jadi lebih baik, enak, dan renyah

    −  Memberi warna, aroma, citarasa, bentuk, dan tekstur pada makanan

    −  Meningkatkan kualitas makanan

    −  Menghemat biaya

    −  Sebagai pengemulsi (emulsifier), misalnya dalam pembuatan dressing salad  

    untuk mencampur minyak dan air agar tidak terpisah 

    −  Mempermudah preparasi bahan makanan 

    Penggunaan bahan tambahan makanan diperbolehkan jika tidak mengganggu nilai

    gizi makanan, tidak mengurangi zat essensial, dapat meningkatkan mutu makanan,

    menyebabkan makanan menjadi lebih menarik, tidak digunakan untuk

    menyembunyikan kerusakan makanan, tidak digunakan untuk menyembunyikan cara

    kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk makanan, tidak

    digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak

    memenuhi persyaratan dan penggunaan bahan makanan diperbolehkan jika

    dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan

    (Cahyadi, 2009).

    Penggunaan bahan tambahan makanan tidak diperbolehkan jika bertujuan untuk

    menyembunyikan cara pembuatan atau pengolahan yang tidak baik, untuk mengelabui

    konsumen seperti memberi kesan baik pada suatu makanan yang dibuat dari bahan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    29/54

    kurang baik mutunya, serta tidak diperbolehkan jika mengakibatkan penurunan nilai

    gizi pada makanan (Katharina, 2008).

    2.5.3 Jenis Bahan Tambahan Makanan

    Pada umumnya bahan tambahan makanan dapat dibagi menjadi dua golongan

     besar, yaitu sebagai berikut (Cahyadi, 2009) :

    1.  Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan,

    dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat

    mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan. Misalnya zat

     pengawet, pewarna, dan pengeras.

    2.  Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak

    mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik

    dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,

     pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau

    kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan

    mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang akan

    dikonsumsi. Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu

     pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), antibiotik, dan

    hidrokarbon aromatik polisiklis.

    Apabila dilihat dari asalnya, bahan tambahan makanan terbagi menjadi dua yaitu

    (Cahyadi, 2009):

    1.  Bahan tambahan makanan yang berasal dari sumber alamiah seperti lesitin dan

    asam sitrat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    30/54

    2. 

    Bahan tambahan makanan yang disintesis dari bahan kimia yang mempunyai

    sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia maupun

    sifat/fungsinya seperti amil asetat, ß-karoten dan asam askorbat. Pada umumnya

     bahan sintetis mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih

    murah. Tetapi adapula kelemahannya, yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan

     proses sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan

    kadang-kadang bersifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker

     pada hewan atau manusia.

    2.5.4 

    Bahan Tambahan Makanan Yang Diizinkan

    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

    722/Menkes/Per/IX/1988, golongan BTM yang diizinkan diantaranya sebagai

     berikut (Depkes RI, 1988) :

    a.  Antioksidan (antioxidant ), yaitu bahan tambahan yang jika ditambahkan pada

    makanan dapat mencegah, menghambat atau memperlambat proses oksidasi

     pada makanan. Antioksidan digunakan pada makanan yang makanan yang

    mengandung lemak hewani, lemak nabati, produk pangan dengan kadar lemak

    tinggi, produk daging, produk ikan, dan produk lainnya. Contoh antioksidan

    yang diizinkan penggunaannya yaitu asam askorbat, asam eritrobat, askorbil

     palmitat, askorbil stearat, butil hidroksi anisol (BHA), butil hidrokinon tersier,

     butil hidroksi toluen (BHT), dilauril tiodipropionat, propil galat, timah (II)

    klorida, alpha tokoferol, dan tokoferol campuran pekat.

     b. 

    Antikempal (anticaking agent ), yaitu  bahan tambahan makanan yang dapat

    mencegah mengempalnya makanan yang berupa serbuk, tepung, atau bubuk.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    31/54

    Contohnya adalah kalsium aluminium silikat, magnesium karbonat, natrium

    alumino silikat, kalium ferosianida, dan silikon dioksida yang digunakan untuk

    garam meja.

    c.  Pengatur keasaman (acidity regulator ), yaitu bahan tambahan makanan yang

    dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman.

    Contohnya asam asetat glasial, asam laktat, dan asam nitrat yang digunakan

    untuk sarden kalengan.

    d.  Pemanis buatan (artificial sweeterner ), yaitu bahan tambahan makanan yang

    dapat memberikan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan pada umumnya

    ditambahkan pada makanan khusus bagi penderita diabetes atau yang dimaksud

    dengan makanan berkalori rendah. Contoh sakarin dan siklamat.

    e.  Pemutih dan pematang tepung ( flour treatment agent ), yaitu bahan makanan

    yang seringkali digunakan pada bahan tepung dan produk olahannya dengan

    maksud agar karakteristik warna putih dari tepung yang bermutu baik tetap

    terjaga serta untuk mempercepat proses pematangan tepung yang berhubungan

    dengan pengembangan adonan selama proses pemanggangan. Contohnya adalah

    asam askorbat, aseton peroksida, azodikarbon amida dan hidroklorida.

    f.  Pengemulsi, pemantap, dan pengental (emulsifier, stabilizer, thickener ), yaitu

     bahan tambahan makanan yang jika ditambahkan pada makanan dapat

    mengentalkan, memantapkan dan membantu terbentuknya sistem dispersi yang

    homogen pada makanan. Contohnya asam alginat yang digunakan sebagai

     pemantap dalam pembuatan es krim, sebagai pembentuk suspensi dan pengental

    dalam minuman dari buah-buahan, serta pengemulsi dalam pembentukan saus.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    32/54

    g. 

    Pengawet ( preservative), yaitu bahan tambahan makanan yang dapat mencegah

    atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain dari

    makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan

    khamir sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama. Contoh natrium

     benzoat yang digunakan untuk pengawet kecap, saus tomat, jeli, dan minuman

    ringan serta asam sorbat untuk pengawet keju.

    h.  Pengeras ( firming agent ), yaitu bahan tambahan makanan yang bertujuan

    mengeraskan atau mencegah melunaknya makanan. Bahan tambahan makanan

    ini biasanya ditambahkan pada makanan yang berasal dari buah atau sayuran

    yang diawetkan. Contoh aluminium sulfat untuk acar ketimun dalam botol dan

    monokalsium fosfat yang digunakan dalam apel kaleng dan sayur kalengan.

    i.  Pewarna (colour ), yaitu bahan tambahan makanan yang dapat memberi atau

    memperbaiki warna makanan. Fungsi pemberian pewarna adalah untuk

    memperindah warna makanan atau memperbaiki warna makanan yang menjadi

     pucat karena proses pengolahan. Contoh karamel untuk warna coklat yang

     bersumber dari gula yang dipanaskan, klorofil untuk warna hijau, dan xanthon

    untuk warna kuning yang bersumber dari tanaman.

     j.  Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa ( flavour, flavour enhancer ), yaitu bahan

    tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah, atau mempertegas rasa

    dan aroma. Contohnya monosodium glutamat (vetsin) untuk menyedapkan rasa

    daging.

    k.  Sekuestran (sequestrant ), yaitu bahan tambahan makanan yang jika ditambahkan

     pada makanan padat akan mengikat ion logam dalam makanan sehingga

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    33/54

    memantapkan sifat makanan terutama sifat organoleptik (warna, rasa, dan

    aroma). Bahan tambahan makanan ini bisanya ditambahkan pada makanan yang

    dikemas dalam kaleng atau yang cepat menjadi rusak oleh adanya sedikit logam.

    Contohnya adalah garam-garam fosfat, senyawa metafosfat, dan lain-lain.

    Selain BTM yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut, ada beberapa

    BTM lainnya yang biasa digunakan dalam makanan, misalnya (Cahyadi, 2009) :

    1.  Enzim, yaitu BTM yang berasal dari hewan, tanaman, atau mikroba yang dapat

    menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat makanan menjadi lebih

    empuk, lebih larut, dan lain-lain.

    2.  Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral, atau vitamin,

     baik tunggal, maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan.

    3.  Humektan, yaitu BTM yang ditambahkan pada makanan dengan tujuan

    mempertahankan kandungan air atau kelembaban dari makanan. Humektan sering

    ditambahkan pada kembang gula terutama kembang gula yang tidak dibungkus atu

    dikemas secara baik agar kembang gula tersebut tidak menjadi keras. Contoh

    humektan yaitu gliserin dan provilen glikol.

    2.5.5 Bahan Tambahan Makanan Yang Dilarang

    BTP yang tidak diizinkan atau dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan

    Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 diantaranya sebagai berikut

    (Depkes RI, 1999) :

    1.  Asam borat (boric acid ) dan senyawanya

    2. 

    Asam salisilat (salicylic acid ) dan garamnya

    3.  Dietilpirokarbonat (diethylpirocarbonate)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    34/54

    4. 

    Dulsin ( Dulcin)

    5.  Kalium klorat ( pottasium chlorate)

    6. 

    Kloramfenikol (chloramphenicol)

    7.  Minyak nabati yang dibrominasi (brominated vegetable oils)

    8.   Nitrofurazon (nitrofurazone)

    9.  Formalin ( formaldehyde)

    10. Kalium bromat ( potassium bromate)

    11. Rhodamin B

    12. 

     Methanyl yellow

    2.6 

    Zat Pengental (Thickeners and Stabilizers)

    Pengental makanan disebut juga hidrokoloid, gum, maupun polimer larut air.

    Prinsip kerja pengental adalah memodifikasi sifat air. Zat pengental adalah zat yang

     berfungsi untuk memekatkan, menstabilkan, dan mengentalkan bahan makanan yang

    memiliki kandungan air sehingga membentuk suatu tingkat kekentalan tertentu

    (Cahyadi, 2009).

    Secara umum, kegunaan pengental pada produk makanan adalah sebagai berikut

    (Lisan, 2011):

    −  Memperbaiki rasa dan tekstur pada makanan

    −  Pembentuk suspensi pada makanan

    −  Penstabil campuran air dan minyak

    −  Bahan pengikat dalam produk makanan kering dan semi kering

    −  Bahan pembentuk gel pada makanan yang membutuhkan fisik tertentu

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    35/54

    Biasanya, pengental digunakan pada produk makanan hanya dalam jumlah yang

    kecil, dengan konsentrasi 0,15% pada produk selai, 0,35% pada produk krim, dan 1-2%

     pada produk saus salad (Lisan, 2011).

    Dua jenis pengental yang digunakan pada makanan adalah sebagai berikut

    (Lisan, 2011):

    1.  Pengental Alami

    Adalah pengental yang diperoleh dari tumbuhan atau hewan. Contohnya adalah

    gum Arabic, alginat, karagenan, gelatin, pektin, dan casein.

    2. 

    Pengental Semi Sintetis

    Adalah pengental yang diperoleh campuran bahan kimia dan bahan alami

    organik. Contohnya adalah carboxymethylcellulose  (CMC), dextran, gellan.

    xanthan gum, dan beberapa turunan selulosa lainnya.

    2.7 Zat Pengawet

    2.7.1 Pengertian Zat Pengawet

    Berdasarkan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan Katharina (2008),

     bahan pengawet adalah bahan tambahan makanan yang berfungsi mencegah atau

    menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang

    disebabkan oleh mikroorganisme.

    Menurut Cahyadi (2009), bahan pengawet adalah zat yang mampu menghambat,

    menahan, atau menghentikan, dan memberikan perlindungan bahan makanan dari

     proses pembusukan. Pada dasarnya, prinsip pengawetan makanan adalah memberi

     perlakuan terhadap bahan makanan untuk mencapai salah satu dari tujuan pengawetan

    makanan yaitu mengurangi jumlah awal sel mikroba di dalam makanan,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    36/54

    memperpanjang fase adaptasi semaksimum mungkin sehingga pertumbuhan mikroba

    diperlambat, memperlambat fase pertumbuhan mikroba, dan mempercepat fase

    kematian mikroba (Abbas dan Nurwantoro, 1997).

    Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu,

    tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai

    sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat

     pertumbuhannya juga berbeda. Pada saat ini, masih banyak ditemukan penggunaan

     bahan-bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan seperti boraks dan formalin.

    2.7.2 Jenis Zat Pengawet 

    Menurut Yuliarti (2007), zat pengawet terbagi menjadi dua golongan yaitu:

    1.  Pengawet alami

    a. 

    Chitosan

    Chitosan merupakan produk samping (limbah) perikanan, khususnya udang

    dan rajungan. Chitosan baik digunakan untuk mengawetkan ikan. Chitosan

    dilarutkan dalam asam asetat kemudian ikan asin yang akan diawetkan

    dicelupkan ke dalam larutan tersebut. Chitosan bekerja dengan cara menekan

     pertumbuhan bakteri dan kapang serta mengikat air sehingga dengan

     penambahan chitosan ikan asin akan bertahan selama 3 bulan. Penggunaan

    chitosan sangat menguntungkan karena mampu mempertahankan rasa dan

    aroma ikan yang diawetkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    37/54

     b. 

    Karagenan

    Merupakan bahan pengenyal yang terbuat dari rumput laut yang dapat

    digunakan untuk mengenyalkan bakso, ikan asin, maupun mie sehingga

    dapat dijadikan alternatif pengganti boraks.

    c.  Kalsium hidroksida (kapur sirih)

    Kapur sirih aman digunakan untuk bahan pengawet bakso dan lontong

    maupun pengeras kerupuk serta berbagai jenis masakan yang lain

    d.  Air ki atau air abu merang

    Pengawetan mie basah dapat dilakukan dengan air ki. Air ki dapat

    mengawetkan mie dengan aman karena diperoleh dari proses pengendapan

    air dan abu merang padi. Air ki juga cukup mudah dibuat sendiri yaitu

    dengan cara membakar merang padi, mengambil abunya, serta

    mencampurkan abu tersebut dengan air dan kemudian endapkan.

    e.  Buah picung (biji kepayang atau kluwak)

    Buah ini dapat mengawetkan ikan segar selama 6 hari tanpa mengurangi

    mutunya. Tanaman ini mempunyai nama sesuai tempat tanaman ini berada.

    Untuk dapat memanfaatkannya sebagai pengawet, kepayang dicincang halus

    dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil cincangan tanaman ini kemudian

    dimasukkan ke dalam perut ikan laut yang telah dibersihkan isi perutnya.

    f. 

    Bawang putih dan kunyit

    Penggunaan kunyit pada tahu dapat memberikan warna kuning, sebagai

    antibiotik, dan mampu mengawetkan tahu agar tidak cepat masam. Namun

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    38/54

    kalau kita ingin tahu berwarna putih, dapat digunakan air bawang putih untuk

    merendam tahu agar lebih awet dan tidak cepat masam.

    g. 

    Jeruk nipis

    Asam sitrat yang diperoleh dari jeruk nipis berfungsi sebagai pengawet dan

    antioksidan. Sifat asam jeruk nipis mampu mencegah pertumbuhan mikroba,

     bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan bahan

    makanan yang mengandung karbohidrat, protein, minyak/lemak.

    h.  Garam Dapur

    Sejak lama hingga saat ini garam digunakan sebagai bahan pengawet

    terutama untuk daging dan ikan. Larutan garam yang masuk ke dalam

     jaringan dan mengikat air bebasnya, sehingga menghambat pertumbuhan dan

    aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang, dan khamir. Produk pangan

    hasil pengawetan dengan garam dapat memiliki daya simpan beberapa

    minggu hingga bulan dibandingkan produk segarnya yang hanya tahan

    disimpan selama beberapa jam atau hari pada kondisi lingkungan luar. Ikan

     pindang, ikan asin, telur asin dan sebagainya merupakan contoh produk

     pangan yang diawetkan dengan garam.

    2. 

    Pengawet Sintetis

    a.  Zat Pengawet Organik

    Zat pengawet organik lebih banyak dipakai dari pada zat pengawet

    anorganik karena pengawet organik lebih mudah dibuat dan dapat

    terdegradasi sehingga mudah diekskresikan. Bahan pengawet organik yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    39/54

    sering digunakan adalah asam sorbat, asam propianat, dan asam benzoat,

    asam asetat, dan natrium benzoat.

    Tabel 2.2 Bahan Pengawet Organik yang Diizinkan Pemakaiannya danDosis Maksimum yang Diperkenankan Oleh Dirjen POM

    Nama BTM Jenis Bahan

    Makanan

    Batas Maksimum Penggunaan

    Asam benzoat

    dan natrium

     benzoat

    Kecap

    Minuman ringan

    Margarin

    Saus tomat

    600 mg/kg

    600 mg/kg

    1 g/kg, tunggal atau campuran

    dengan asam sorbat dan garamnya

    1 g/kg

    Asam

     propionat

    Sediaan keju olahan

    Roti

    3 g/kg, tunggal atau campuran

    dengan asam sorbat dan garamnya

    2 g/kgAsam sorbat Sediaan keju olahan 3 g/kg, tunggal atau campuran

    dengan asam propionat dan

    garamnya

    Sumber: Permenkes RI Nomor 722/Menkes/per/IX/88

     b.  Zat Pengawet Anorganik

    Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen

     peroksida, nitrat dan nitrit. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada

     proses curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah

     pertumbuhan mikroba seperti Clostridium botulinum.

    Tabel 2.3 Bahan Pengawet Anorganik yang Diizinkan Pemakaiannya dan

    Dosis Maksimum Penggunaannya yang diperkenankan Oleh Dirjen

    POM

    Nama BTM Jenis Bahan

    Makanan

    Batas Maksimum Penggunaan

    Kalium nitrat

    atau Natriumnitrat

    Daging olahan;

    daging awetan

    Keju

    500 mg/kg, tunggal atau campuran dengan

    K-nitrat atau Na-Nitrat

    50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan

    K-nitrat atau Na-nitrat

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    40/54

    Kalium nitrit

    atau Natrium

    nitrit

    Daging olahan;

    daging awetan

    Korned kalengan

    125 mg/kg, tunggal atau campuran dengan

    K-nitrit atau Na-nitrit

    50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan

    K-nitrit atau Na-nitrit

    Kalium bisulfit,

    Kalium

    metabisulfit,

     Natrium bisulfit,

    dan Na-

    metabisulfit

    Potongan kentang

    goreng beku

    Udang beku

    50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan

    senyawa sulfit lainnya

    100 mg/kg bahan mentah; 30 mg/kg

     produk yang telah dimasak, tunggal atau

    campuran dengan senyawa sulfit lainnya

    Sumber: Permenkes RI Nomor 722/Menkes/per/IX/88

    2.7.3  Tujuan Penggunaan Zat Pengawet

    Banyak cara yang telah dilakukan untuk mengawetkan bahan pangan, misalnya

     pengalengan makanan, diawetkan (asinan/manisan) dalam botol, pendinginan,

     pemanasan, pengeringan dan penggaraman. Dalam melakukan pengawetan biasanya

    digunakan bahan kimia dan dewasa ini penggunaannya semakin bertambah karena

    merupakan salah satu pilihan yang menguntungkan bagi produsen makanan olahan.

    Secara umum, alasan produsen makanan menggunakan bahan/zat pengawet

    adalah sebagai berikut (Fardiaz, 2007):

    1.  Memperpanjang masa simpan makanan

    Penambahan pengawet bertujuan untuk menghambat ataupun menghentikan

    aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan khamir sehingga produk

    makanan dapat disimpan lebih lama. Hal ini berhubungan dengan kepentingan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    41/54

    konsumen dan produsen yaitu konsumen menginginkan produk makanan lebih

    awet supaya tidak belanja setiap hari dan produsen ingin makanan cukup waktu

    untuk pendistribusian dan penjualannya.

    2.  Mengganti kehilangan antioksidan

    Bahan pengawet berfungsi untuk menambah antioksidan yang ada pada bahan

    makanan oleh karena perlakuan pada proses pengolahan yang menyebabkan

    antioksidan tersebut menjadi berkurang dan hilang.

    3.  Menanggulangi masalah higienis

    Higiene dan sanitasi pengolahan makanan dalam pabrik masih jauh dari

    memadai, bahan pengawet dapat membantu membuat makanan tidak cepat rusak

    akibat higiene sanitasi pabrik yang kurang baik.

    4.  Kebutuhan ekonomi

    Penggunaan bahan pengawet untuk mengawetkan bahan pangan tidak akan

    menambah biaya produksi dan tidak akan mempengaruhi harga bahan makanan

    yang diawetkan. Dengan demikian bahan makanan dapat disimpan lebih lama

    dan bahan makanan yg diawetkan tersebut dapat terjual lebih banyak

    dibandingkan bahan makanan tanpa pengawetan sehingga produsen memperoleh

    keuntungan yang cukup besar.

    5.  Meningkatkan cita rasa, memperbaiki warna dan tekstur makanan, sebagai

     penstabil, pencegah lengket, maupun memperkaya vitamin dan mineral.

    Selain itu, terdapat beberapa persyaratan penggunaan bahan pengawet kimiawi

    untuk kepentingan manusia yaitu sebagai berikut (Cahyadi, 2009):

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    42/54

    a. 

    Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau

    tidak tersedia

     b. 

    Ekonomis (murah dan mudah diperoleh)

    c.  Termasuk dalam golongan bahan pengawet GRAS (Generally Recognized as

    Safe) dalam artian zat pengawet harus aman dan tidak berefek toksik dalam

    tubuh manusia

    d.  Memperpanjang umur simpan makanan

    e.  Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan makanan yang

    diawetkan

    f.  Mudah dilarutkan

    g.  Aman dalam jumlah yang diperlukan

    h.  Mudah ditentukan dengan analisis kimia

    i.  Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan

     j.  Tidak mengalami dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu

    senyawa kompleks yang lebih bersifat toksik

    k.  Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan makanan

    l.  Mempunyai spectra anti mikroba yang luas, meliputi macam-macam

     pembusukan oleh mikroba yang berhubungan dengan bahan makanan yang

    diawetkan

    2.7.4 

    Pengawet Yang Diizinkan dan Pengawet Yang Dilarang Penggunaannya 

    Pengawet yang diizinkan digunakan untuk makanan ada 26 jenis pengawet yang

    tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988

    Tentang Bahan Tambahan Makanan yang meliputi asam benzoat, asam propionat, asam

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    43/54

    sorbat, belerang oksida, etil p-hidroksida benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit,

    kalium meta bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat,

    kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat,

    metal p-hidroksi benzoat, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium

    nitrit, natrium propionat, natrium sulfit, nisin, dan propil-p-hidroksi benzoat.

    Berdasarkan permenkes RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan

    makanan tambahan, terdapat 2 jenis bahan pengawet yang dilarang penggunaannya

    sebagai BTM untuk makanan yaitu formalin dan boraks karena kedua jenis pengawet ini

    sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

    2.7.5 

    Dampak Zat Pengawet Terhadap Kesehatan 

    Pemakaian zat pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan

     pengawet, bahan makanan dapat terbebas dari kehidupan mikroba baik yang bersifat

     patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun

    mikroba yang non patogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan. Namun

    dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan

     bahan asing yang masuk bersama bahan makanan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian

     jenis pengawet dan dosisnya tidak diatur maka akan menimbulkan kerugian bagi

    konsumen, misalnya keracunan atau terakumulasinya pengawet dalam organ tubuh dan

     bersifat karsinogenik.

    Sebagai contoh asam benzoat. Jika asam benzoat dikonsumsi dalam jumlah

     besar, maka akan mengiritasi lambung terutama pada penderita asma dan urticaria

    dimana penderita ini sangat sensitif terhadap asam benzoat. Hasil penelitian pada tahun

    1978 menunjukkan bahwa pemakaian nitrit dengan dosis tinggi pada daging curing dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    44/54

    keju yang diberikan pada tikus percobaan, menyebabkan kanker pada tikus tersebut. Hal

    ini dikarenakan nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida yang terdapat dalam

     bahan makanan dan membentuk nitrosamin yang dikenal sebagai senyawa karsinogenik

    (Cahyadi, 2009).

    2.8 Boraks atau Asam Borat

    Boraks merupakan bahan pengawet untuk mengawetkan kayu, antiseptik kayu

    dan pengontrol kecoa, dengan nama kimia natrium tetraborat dekahidrat

    (NaB4O710H2O). Boraks juga memiliki nama lain seperti sodium borat, borax

    decahydrate, sodium biborate decahydrate, disodium tetraborate decahydrate, sodium

     pyroborate decahydrate, sodium tetraborate decahydrate, boron sodium oxide, dan

     fused borax.

    Dalam perdagangan, boraks dikenal dengan sebutan borofax three elephant,

    hydrogen orthoborate, NCL-C56417, calcium borate, atau sassolite. Dalam istilah 

    domestik, boraks memiliki nama berbeda-beda. Di Jawa Tengah boraks disebut dengan

    nama air bleng atau garam bleng, di daerah Sunda disebut bubuk gendar dan di Jakarta

    disebut pijer. Di pasar, boraks diperdagangkan dalam bentuk air bleng dimana air bleng

    merupakan bentuk tidak murni dari boraks yang terbuat dari campuran garam mineral

    konsentrasi tinggi yang dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur, sedangkan

     boraks murni diproduksi oleh industri farmasi dan diperdagangkan dalam bentuk balok

     padat, kristal,  tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak

     berwarna.  Boraks berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang

    mengandung  boraks, misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit

    (Yuliarti, 2007).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    45/54

    2.8.1 Karakteristik Boraks

    Boraks atau yang lazim disebut asam borat (boric acid ) adalah senyawa kimia

    turunan dari logam berat boron (B). Asam borat terdiri atas tiga macam senyawa yaitu

    asam ortoborat (H3BO3), asam metaborat (HBO2), dan asam piroborat (H2B4O7). Rumus

    struktur ketiga asam borat tersebut adalah sebagai berikut (Khamid, 2006):

    OH

    H3BO3 : HO—B—OH; HBO2: HO—B ═ O 

    (Asam ortoborat) (Asam metaborat)

    O — B — O

    / │ \

    H2B4O7 : HO—B O B—OH

    \ │ / 

    O — B — O

    (Asam piroborat)

    Boraks merupakan senyawa hidrat dari garam natrium tetraborat dengan rumus

    molekul Na2B4O710H2O (Natrium tetraborat dekahidrat) dimana garam natrium

    tetraborat (Na2B4O7) adalah garam natrium dari asam piroborat. Boraks adalah senyawa

     bor berbentuk granular, tidak berbau, tidak larut dalam alkohol, dan stabil pada suhu

    dan tekanan normal. Jika larut dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida

    dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam

     borat (Syah, 2005).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    46/54

      Asam borat ( Boric acid)  memiliki titik lebur 7430C dan titik didih sekitar

    15750C (Khamid, 2006). Asam borat larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air

    mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter, kelarutan dalam air

     bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat serta asam

     borat mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada

    suhu 1000C yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2). Asam borat

    merupakan asam lemah karena memiliki pH 9,5 dengan garam alkalinya bersifat basa,

    mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk kristal berwarna putih,

    menghasilkan larutan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta agak manis

    (Cahyadi,2009).

    2.8.2 Fungsi Boraks atau Asam Borat yang Sebenarnya

    Boraks atau asam borat banyak digunakan dalam industri kimia, antara lain

    (Budiawan, 2004):

    1. 

    Industri Gelas

    Penggunaan yang paling banyak adalah pada industri serat gelas. Boraks (asam

     borat) akan mempercepat peleburan dan dapat mengikat bahan yang lain. Asam

    ini juga dapat memperbaiki warna dan meningkatkan ketahanan terhadap shock

    thermal dan mekanis.

    2. 

    Industri Elektronik

    Boraks digunakan untuk pembuatan kapasitor (kondensor elektronik) yang

    digunakan dalam sistem mesin automobil, pendingin elektrik, radio, TV dan

     barang-barang elektronik lainnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    47/54

    3. 

    Industri Keramik  

    Boraks digunakan dalam pelapisan barang-barang tembikar, barang pecah belah,

    ubin, porcelen dan peralatan dapur.

    4.  Industri Kimia

    Dalam industri kimia, boraks berfungsi sebagai condensing agent , dan juga

     berguna dalam berbagai analisa kimia. Boraks sangat penting dalam industri pulp

    dan kertas dimana sodium perborat digunakan sebagai bahan pemutih dalam

    industri tersebut.

    5. 

    Fotografi

    Boraks dalam bidang fotografi digunakan sebagai reagent dalam proses

     pencetakan film. 

    6.  Industri Obat dan Farmasi

    Boraks digunakan dalam pembuatan obat yang berfungsi sebagai antiseptik,

    desinfektan, penyegar dan deterjen. Boraks juga bersifat bakteriostatis dan

    fungistatis, yaitu dapat menahan pertumbuhan bakteri dan jamur.

    7.  Reaktor Nuklir

    Boraks ditambahkan dalam air pendingin dalam suatu sistem tertutup yang

     bertekanan dalam suatu reaktor nuklir untuk mengontrol level tenaga.

    8.  Bahan Pengawet

    Industri yang menggunakan boraks untuk pengawetan hasil produksinya

    diantaranya adalah industri kulit, kayu dan tali. Dalam industri kulit,

     penggunaan boraks berfungsi untuk meningkatkan kekuatan serat kulit dan daya

    tahan terhadap warna produk.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    48/54

    Selain untuk keperluan di atas, boraks juga digunakan dalam pembuatan lilin

    (wax), dan untuk campuran pada tinta cetak, obat untuk kulit dalam bentuk salep,

     pembasmi semut dan kecoa, dalam bentuk larutan boorwater  untuk pencuci mata, serta

     boraxglycerin untuk pengobatan bibir. Boraks digunakan juga dalam pembuatan barang-

     barang tahan api misalnya kertas tahan api, ubin tahan api, tekstil dan kayu tahan api

    (Adiwisastra, 1992).

    2.8.3 Makanan Mengandung Boraks

    Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai

     pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai

    makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit

    yang penggunaannya dilarang menurut Permenkes RI No.1168/Menkes/PER/X/1999.

    Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan

    menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Adelaide, 2011). Ciri-ciri

    makanan yang mengandung boraks adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.4 Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks

    Produk Ciri-ciri mengandung Boraks

    Mie basah Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak

    cepat putus, baunya menyengat, awet sampai 2 hari pada suhu

    kamar (25oC)

    Bakso Teksturnya sangat kenyal, warnanya cenderung keputihan namun

     jika ditambahkan boraks secara berlebihan, warnanya akan

    menjadi abu-abu tua

    Lontong Teksturnya sangat kenyal, warnanya putih bersih, berasa tajam

    seperti sangat gurih, membuat lidah bergetar dan memberikan

    rasa getir

    Kerupuk kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus

    dan renyah dan kalau dimakan bisa menimbulkan rasa getir

    Gula Merah Sangat keras dan susah dibelah, terlihat butiran-butiran

    mengkilap di bagian dalam

    Sumber: Adelaide, 2011

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    49/54

    Selain ditambahkan pada tabel makanan di atas, boraks juga ditambahkan dalam

     pembuatan bubur ayam. Fungsinya adalah agar bubur jadi kental lebih dari 6 jam,

     berwarna putih cerah, tidak mudah berubah, dan tidak mudah basi. Biasanya proses

     pembuatan bubur 2 hingga 4 jam, tapi karena bantuan boraks maka lamanya proses

     pematangan bubur paling lama cukup hanya 3 jam saja agar matang sempurna.

    Penggunaan Pijer atau boraks di industri makanan seperti bubur sudah lama

     berlangsung dan terus-menerus dari generasi sebelumnya (Pariadi, 2011).

    Adapun cara membedakan bubur ayam yang menggunakan boraks dengan bubur

    ayam yang tidak memakai boraks adalah sebagai berikut (Kompasiana, 2011):

    a.  Bubur ayam yang menggunakan boraks

    −  Jika disentuh dengan tangan, maka akan terasa lengket seperti lem dan

    teksturnya terlihat padat

    −  Jika didiamkan dalam jangka waktu lama, maka tampilan bubur akan tetap

    sama seperti baru bahkan tetap terkesan basah (masih mengandung air)

    hingga keesokan harinya

    −  Jika dibiarkan sampai esok hari, tidak berbau basi dan rasanya tidak berubah

     b.  Bubur ayam yang tidak mengandung boraks

    −  Teksturnya terlihat encer dan tidak lengket jika disentuh dengan tangan

    −   jika didiamkan dalam jangka waktu lama bubur akan mengental dan lama-

    kelamaan airnya akan hilang, ini dikarenakan air memiliki sifat pengikat

    −   bubur akan berubah aroma dan rasanya jika dibearkan sampai esok hari

    karena tidak menggunakan bahan pengawet

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    50/54

    −   bubur ayam yang berkuah tahan sampai 8 jam, sedangkan bubur ayam yang

    tidak berkuah tahan sampai 1 hari

    2.8.4 Mekanisme Toksisitas Boraks

    Mekanisme toksisitas terdiri dari dua fase. Fase pertama yaitu fase kinetik yang

    meliputi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan proses pembuangan (ekskresi).

    Pada fase pertama ini bahan toksik akan mengalami proses sinergestis atau antagonis.

    Fase kedua yaitu fase dinamik yang merupakan proses lanjut dari fase kinetik. Pada fase

    dinamik, bahan toksik yang tidak bisa dinetralisir oleh tubuh akan bereaksi dengan

    senyawa hasil proses biosintesa seperti protein, enzim dan lemak dan hasilnya bersifat

    merusak terhadap proses biomolekul dalam tubuh.

    Proses masuknya boraks ke dalam tubuh yaitu melalui oral dimana manusia

    memakan makanan yang mengandung boraks. Kemudian boraks yang masuk ke dalam

    tubuh diabsorbsi secara kumulatif oleh saluran pencernaan (usus/lambung) dan selaput

    lendir (membran mukosa) dan sedikit demi sedikit boraks terakumulasi. Konsumsi

     boraks secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat

    mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga tidak dapat diserap

    dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kemudian boraks didistribusikan lewat peredaran darah

    oleh vena porta ke hati. Hati mempunyai banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang

    memetabolisme xenobiotik di dalam hati juga tinggi terutama enzim sitokrom P-450.

    Enzim ini membuat sebagian besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah

    larut dalam air sehingga lebih mudah diekskresikan oleh hati. (Lu, 1995).

    Masuknya boraks yang terus menerus akan menyebabkan rusaknya membran sel

    hati, kemudian diikuti kerusakan pada sel parenkim hati. Hal ini terjadi karena gugus

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    51/54

    aktif boraks B=O akan mengikat protein dan lemak tak jenuh sehingga menyebabkan

     peroksidasi lemak. Peroksidasi lemak dapat merusak permaebilitas sel karena membran

    sel kaya akan lemak. Akibatnya semua zat dapat keluar masuk ke dalam sel yang dapat

    menyebabkan kerusakan sel- sel hati (Hanna dkk, 2009).

    Pada waktu sel-sel hati rusak, akan terjadi induksi enzim yang berada di dalam

    sel hati (enzim intraseluler) sehingga enzim intraseluler akan dilepaskan ke dalam

    darah. Enzim tersebut adalah Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan

    Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). Peningkatan kadar SGPT dan SGOT

    dalam darah dapat dijadikan indikator biologis tidak langsung untuk keracunan boraks.

    Di dalam darah, boraks mengganggu metabolisme asam folat dimana asam folat

    sangat berperan dalam pembentukan darah. Berdasarkan hasil penelitian Landauer, di

    dalam tubuh ion boraks berikatan dengan Riboflavin (Vitamin B2) dan akan

    membentuk suatu zat komplek yang larut dalam air dan bersifat tidak aktif. Dengan

    adanya ikatan riboflavin-boraks ini, tubuh akan mengalami defisiensi riboflavin yang

    dapat menyebabkan gangguan metabolisme asam folat (Rennie dkk, 1990). Dengan

    adanya gangguan metabolisme asam folat, maka pembentukan darah akan mengalami

    gangguan sehingga darah yang terbentuk jumlahnya tidak normal. Akibatnya eritrosit,

    leukosit, dan hemoglobin mengalami penurunan (Pangestiningsih, 1992).

    Di dalam ginjal, boraks diekskresikan secara lamban. Adanya gangguan

    metabolisme sel dapat menyebabkan perubahan struktur sel. Perubahan yang terjadi di

    dalam ginjal akibat mengonsumsi makanan yang mengandung boraks yaitu terjadi

     pembengkakan sel-sel endothelium kapiler glomerulus dan terjadi penumpukan lemak

     pada sitoplasma sel epithelium tubulus kontortus proksimalis. Adanya pembengkakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    52/54

    sel karena sel-sel tampak lebih besar dan berhimpitan sehingga terlihat bengkak.

    Adanya senyawa toksik yang mengganggu enzim-enzim dalam sel dapat menyebabkan

     penurunan penggunaan lemak sehingga akan menimbulkan akumulasi lemak dalam sel.

    Meskipun penumpukan lemak merupakan kerusakan yang masih bersifat reversible

    (kemampuan beradaptasi sel telah terlampaui), tetapi hal itu termasuk gangguan yang

     berat dan dapat menjadi perintis nekrosis (Tabbu, 1991).

    2.8.5 Dampak Boraks Terhadap Kesehatan

    Efek toksik boraks akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan

     penggunaannya berulang-ulang. Dampak boraks terhadap kesehatan meliputi dampak

    akut dan dampak kronis yaitu:

    1.  Dampak Akut

    Bila terpapar boraks dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi

    gejala akut keracunan boraks yaitu (Yuliarti, 2007) :

    −  Bila terhirup/inhalasi, dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir dengan

    gejala batuk-batuk

    −  Bila kontak dengan kulit maka akan menimbulkan iritasi kulit

    −  Bila kontak dengan mata, dapat menimbulkan iritasi, mata memerah dan rasa

     perih

    −  Bila tertelan, dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi badan

    terasa tidak enak (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik),

     pendarahan gastro entritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk,

    demam dan sakit kepala

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    53/54

    2. 

    Dampak Kronis

    Bahaya utama terhadap kesehatan konsumsi makanan mengandung boraks

    dalam waktu lama (kronis) dapat menyebabkan nafsu makan menurun, gangguan

     pencernaan, gangguan SSP (bingung dan bodoh), anemia, rambut rontok, kanker,

    gangguan hati, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, menimbulkan depresi, apatis,

    sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan. Kematian pada orang dewasa

    dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak- anak dalam dosis 5-6 gram

    (Cahyadi, 2009).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Bahan Baku 1

    54/54

    2.8  Kerangka Konsep

    s

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep

    Higiene sanitasi berdasarkan

    6 prinsip :

    1.  Pemilihan bahan baku

     bubur ayam

    2.  Penyimpanan bahan baku

     bubur ayam

    3. 

    Pengolahan bubur ayam4. 

    Penyimpanan bubur ayam

    5.  Pengangkutan bubur ayam

    6.  Penyajian bubur ayam

    Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003

    Memenuhi syar

    Tidak memenusyarat

    Bubur Ayam

    PemeriksaanLaboratorium

    Permenkes RI No.1168/Menkes/PER/X/1999

    Mengandung

     boraks

    Tidak

    Mengandung

     boraks

    Karakteristik Pedagang

    Bubur Ayam

    Pengetahuan PedagangBubur Ayam