bahan ajar p3l tigin dariati,sp,mp
TRANSCRIPT
BAHAN AJAR PERENCANAAN, PERANCANGAN, DAN
PENGELOLAAN LANSKAP
TIGIN DARIATI, SP. MES. DR. IR NOVATY ENY DUNGGA, MP.
CRI WAHYUNI BRAHMIYANTI, SP. M.Si. NURFAIDA, SP. M.Si.
PROGRAM HIBAH PENULISAN BUKU AJAR UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JL. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)
Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : [email protected]
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN
BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
Judul Buku Ajar : Perencanaan, Perancangan, dan Pengelolaan Lanskap Nama Lengkap : Tigin Dariati, SP. MES. N I P : 19710615 199512 2 001 Pangkat/Golongan : Pembina Tk.I / III-c Jurusan/Bagian/Program Studi : Agroteknologi Fakultas/Universitas : Pertanian/Universitas Hasanuddin Alamat e-mail : [email protected] Biaya : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin Tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor: 20875/H4.2/KU.10/2011 Tanggal 29 Nopember 2011 Makassar, 29 Nopember 2011 Dekan Fakultas Pertanian, Penulis, Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc. Tigin Dariati, SP. MES. NIP. 19541220 198303 1 001 NIP. 19710615 199512 2 001
Mengetahui: Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
Universitas Hasanuddin,
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. NIP. 19630501 198803 1 004
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam dan
seisinya sebagai suatu karunia yang besar dan indah. Dia yang memberikan
ketentuan dan peraturan yang tepat untuk memelihara dan merawatnya. Atas segala
karunia-Nya pulalah bahan ajar Perencanaan, Perancangan, dan Pengelolaan
Lanskap ini berhasil diselesaikan.
Pengembangan bahan ajar merupakan tanggung jawab dosen dalam
mengemban dan mengembangkan tridarma perguruan tinggi. Perubahan model
pembelajaran dari Teacher Central Learning (TCL) menjadi Student Central Learning
(SCL) menuntut dosen tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai
fasilitator. Penerapan model pembelajaran SCL membutuhkan bahan ajar sebagai
pelengkap kegiatan pembelajaran sehingga dibuatlah bahan ajar ini. Bahan ajar ini
dihasilkan melalui Program Hibah Penulisan Buku Ajar Universitas Hasanuddin
Tahun 2011.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. selaku Ketua LKPP dan Dr. Sri Suryani, DEA
selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan bahan ajar ini. Terima kasih yang tidak terhingga kepada rekan-rekan
sejawat di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
yang telah membantu dalam penyusunan tulisan ini. Semoga bahan ajar ini
bermanfaat dan dapat membantu dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran
khususnya pada Mata Kuliah Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Lanskap.
Makassar, Nopember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB 2 PERENCANAAN LANSKAP BERDASARKAN SUMBER DAYA ........... 11
BAB 3 PERENCANAAN LANSKAP BERDASARKAN FUNGSI REKREASI ..... 22
BAB 4 PERENCANAAN LANSKAP BERDASARKAN FUNGSI NON REKREASI 29
BAB 5 PERANGKAT PENDUKUNG PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN LANSKAP .................................................................. 36
BAB 6 DESAIN DAN PENGORGANISASIAN RUANG DALAM LANSKAP ...... 46
BAB 7 DESAIN DAN ASPEK VISUAL DALAM LANSKAP................................ 58
BAB 8 DESAIN DAN POLA SIRKULASI DALAM LANSKAP ............................ 75
BAB 9 DESAIN DAN KOMPOSISI STRUKTUR DALAM LANSKAP ................. 90
BAB 10 PEKERJAAN LANSKAP ........................................................................ 98
BAB 11 PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP.................................................... 118
BAB 12 PEMELIHARAAN LANSKAP.................................................................. 127
BAB 13 PENGELOLAAN LANSKAP PERKOTAAN DAN PERDESAAN ............ 138
BAB 14 PENGELOLAAN KAWASAN YANG PEKA TERHADAP PERUBAHAN
LINGKUNGAN........................................................................................ 156
SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM)
Aanwijzing: rapat penjelasan. Analisis data: penyelidikan atau penguraian suatu data atau masalah untuk
mengetahui apa sebab/akibat atau bagaimana kedudukan masalah tersebut secara metodologis dan sistematis.
Arsitektur lanskap: ilmu dan seni yang mempelajari perencanaan, perancangan dan pengelolaan tata ruang luar dalam arti seluas-luasnya.
Axial: kesan garis tengah atau proses yang ditimbulkan oleh suatu komposisi massa dan ruang.
Bestek: peraturan dan syarat-syarat pelaksanaan suatu pekerjaan atau proyek. Client: orang yang meminta bantuan atau nasihat pada orang yang mempunyai
keahlian tertentu; orang yang memberikan penugasan untuk suatu kegiatan proyek perancangan.
Data: bahan yang berdasarkan fakta yang digunakan sebagai dasar pertimbangan, diskusi, atau keputusan.
Daya dukung adalah perbandingan antara luas area yang diperkenankan untuk aktivitas tertentu dengan rata-rata standar individunya.
Ekologi: ilmu yang merupakan bagian dari ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungan.
Force majeure: kondisi diluar kemampuan manusia. Geographical Information System: sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.
Inventarisasi: pengumpulan data, informasi atau fakta tentang suatu hal. Kawasan bersejarah: lokasi bagi peristiwa bersejarah yang penting dilestarikan
untuk memberikan suatu makna bagi peristiwa terdahulu. Kawasan konservasi: suatu area dari lahan dan/atau laut yang secara khusus
ditujukan untuk melindungi dan menjaga keanekaragaman biologi, dan sumberdaya alam, serta kebudayaan yang berhubungan, dan pengelolaan melalui hukum dan cara yang efektif lainnya
Konsep: pemikiran dalam hubungan dengan cara bagaimana beberapa elemen dapat digabungkan menjadi satu kesatuan.
Land suitability: kondisi suatu tapak di suatu daerah yang sesuai dimanfaatkan untuk suatu keperluan/kemampuan lahan.
Lanskap: bentang alam atau hamparan lahan, tapak yang berada di luar ruangan (eksterior).
Perencanaan lanskap: studi pengkajian proyek skala besar untuk mengevaluasi secara sistematik area yang sangat luas untuk penggunaan berbagai kebutuhan di masa mendatang.
Ruang: dapat didefinisikan sebagai volume dari udara atau atmosfer yang dapat dinyatakan dengan unsur-unsur fisik dan juga imajinasi visual manusia. Ruang merupakan suatu wadah yang tidak nyata akan tetapi dapat dirasakan oleh manusia.
Site plan: produk hasil dari perencanaan tapak/lanskap. Skala: menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan
suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Tanaman lanskap: tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam
atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis.
View: pemandangan yang diamati dari suatu titik pandang tertentu (vantage point) Vista: suatu pandangan terbatas dan diarahkan pada suatu terminal atau suatu
unsur ataupun suatu karakteristik yang dominan.
BAB 1 PENDAHULUAN
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI Profil alumni yang diharapkan adalah:
1. PELAKU di bidang pertanian (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan);
2. MANAJER (planner, designer, organizer, evaluator, mediator);
3. PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor, cooperator);
4. PENELITI; dan
5. PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator).
KOMPETENSI LULUSAN A. Kompetensi Utama
Kompetensi utama minimal yang diharapkan dari seorang lulusan pada Program
Studi Agroteknologi untuk mencapai profil lulusan adalah:
1. Kompetensi Utama sebagai PELAKU (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan):
(a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman
berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun
yang mengangkat kearifan lokal.
(b) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(c) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(d) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(e) Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha
inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan.
(f) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
(g) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
2
2. Kompetensi Utama sebagai MANAJER (planner, designer, organizer,
evaluator, mediator):
(a) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(b) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(c) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
(d) Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi)
secara efektif.
3. Kompetensi Utama sebagai PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor,
cooperator):
(a) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(b) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(c) Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha
inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan.
(d) Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi)
secara efektif.
(e) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
4. Kompetensi Utama sebagai PENELITI:
(a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman
berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun
yang mengangkat kearifan lokal.
(b) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(c) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(d) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(e) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
3
(f) Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya
pertanian ke dalam praktek bisnis.
(g) Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta
menginterpretasikan data secara profesional.
(h) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
5. Kompetensi Utama sebagai PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator):
(a) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
(b) Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya
pertanian ke dalam praktek bisnis.
(c) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
(d) Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta
menginterpretasikan data secara profesional.
(e) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
B. Kompetensi Penunjang 1. Kemampuan belajar sepanjang hayat
2. Kemampuan berpikir analitis dan sintesis dengan memperhitungkan dampak
penyelesaian masalah di lingkup global dalam berkehidupan bermasyarakat.
3. Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan
efektif.
C. Kompetensi Lainnya 1. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan.
2. Kemampuan menerapkan aplikasi bioteknologi pada aspek pertanian terpadu.
3. Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan
berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya
tanaman.
ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
(1) Perencanaan Lanskap Berdasarkan Sumber Daya
(2) Perencanaan Lanskap Berdasarkan Fungsi Rekreasi
(3) Perencanaan Lanskap Berdasarkan Fungsi Non Rekreasi
(4) Perangkat Pendukung Perencanaan dan Perancangan Lanskap
(5) Desain dan Pengorganisasian Ruang dalam Lanskap
(7) Desain dan Pola Sirkulasi dalam Lanskap
(8) Desain dan Komposisi Struktur dalam Lanskap
(6) Desain dan Aspek Visual dalam Lanskap
(9) Pekerjaan Lanskap
(10) Prinsip Pengelolaan Lanskap
(11) Pemeliharaan Lanskap
(12) Pengelolaan Lanskap Pedesaan dan Perkotaan
(13) Pengelolaan Kawasan yang Peka terhadap Perubahan
Lingkungan
GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP)
Mata Kuliah : Perencanaan, Perancangan, dan Pengelolaan Lanskap Kompetensi Utama : 1. Kemampuan melaksanakan perencanaan sistem produksi tanaman secara tepat
sesuai kaidah pertanian berkelanjutan. 2. Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang
multidisiplin. 3. Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi) secara efektif. Kompetensi Pendukung : Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan efektif. Kompetensi Lainnya : Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan juga dalam
berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya tanaman. Sasaran Belajar : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menerapkan teknik-teknik
perencanaan, perancangan, dan pengelolaan lanskap yang baik dan benar dalam menghasilkan karya lanskap.
MINGGU
KE SASARAN PEMBELAJARAN MATERI
PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 1 Menjelaskan kontrak
pembelajaran Kontrak pembelajaran Kuliah
2 – 3 Menjelaskan pengertian dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan suatu lanskap melalui kuliah dan praktikum
Perencanaan lanskap berdasarkan sumber daya
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai konsep dan pendekatan perencanaan lanskap
- Ketepatan penjelasan mengenai proses perencanaan lanskap
- Dapat merencanakan suatu lanskap berdasarkan sumber daya
11,5
4 Membuat perencanaan suatu lanskap berdasarkan fungsi rekreasi melalui kuliah dan praktikum
Perencanaan lanskap berdasarkan fungsi rekreasi
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Dapat mengidentifikasi dan memberikan contoh lanskap berdasarkan fungsi rekreasi
- Dapat merencanakan suatu lanskap berdasarkan fungsi rekreasi
7
6
MINGGU
KE SASARAN PEMBELAJARAN MATERI
PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 5 Membuat perencanaan lanskap
berdasarkan fungsi non rekreasi melalui kuliah dan praktikum
Perencanaan lanskap berdasarkan fungsi non rekreasi
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Dapat mengidentifikasi dan memberikan contoh lanskap berdasarkan fungsi non rekreasi
- Dapat merencanakan suatu lanskap berdasarkan fungsi non rekreasi
7
6 Menggunakan perangkat pendukung dalam perencanaan dan perancangan lanskap melalui kuliah dan praktikum
Perangkat pendukung perencanaan dan perancangan lanskap
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai sistem informasi geografis
- Dapat merencanakan suatu lanskap dengan menggunakan sistem informasi geografis
7
7 Menjelaskan pengertian dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam desain lanskap serta mengorganisasikan ruang melalui kuliah dan praktikum
Desain dan pengorganisasian ruang dalam lanskap
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai pengertian dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam desain lanskap
- Ketepatan penjelasan mengenai pengorganisasian ruang
7
8 Menghasilkan visualisasi suatu lanskap dalam desain lanskap melalui kuliah dan praktikum
Desain dan aspek visual dalam lanskap
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai aspek visual
- Dapat menghasilkan visualisasi suatu lanskap pada perancangan lanskap
7
9 Mengatur pola sirkulasi dalam desain lanskap melalui kuliah dan praktikum
Desain dan pola sirkulasi dalam lanskap
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai pola sirkulasi
- Dapat mengatur pola sirkulasi dalam desain lanskap
7
10 Mengatur komposisi struktur dalam desain lanskap melalui kuliah dan praktikum
Desain dan komposisi struktur dalam lanskap
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai komposisi struktur
- Dapat mengatur komposisi struktur dalam desain lanskap
7
7
MINGGU
KE SASARAN PEMBELAJARAN MATERI
PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 11 Menjelaskan spesifikasi
pekerjaan lanskap dan membuat rencana anggaran biaya melalui kuliah dan praktikum
Pekerjaan lanskap Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai spesifikasi pekerjaan lanskap
- Dapat membuat rencana anggaran biaya
7
12 Menguraikan prinsip dasar pengelolaan lanskap dan masalah-masalah yang akan dihadapi, serta mampu menjelaskan proses pengelolaan lanskap melalui makalah hasil kaji pustaka, secara individu
Prinsip pengelolaan lanskap
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai prinsip-prinsip pengelolaan lanskap
- Ketepatan penjelasan mengenai proses pengelolaan lanskap
7
13 Menjelaskan bentuk-bentuk pemeliharaan lanskap dan dapat merencanakan serta mengorganisasikan program pemeliharaan suatu taman
Pemeliharaan lanskap Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai bentuk pemeliharaan lanskap
- Dapat merencanakan dan mengorganisasikan program pemeliharaan suatu taman
7
14 Membedakan lanskap perkotaan dan perdesaan, serta mampu membuat rencana pengelolaan lanskap di perkotaan dan perdesaan
Pengelolaan lanskap perkotaan dan perdesaan
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai karakteristik lanskap perkotaan dan perdesaan
- Dapat memberikan contoh suatu program pengelolaan lanskap di perkotaan dan perdesaan
- Dapat membuat rencana pengelolaan lanskap di perkotaan dan perdesaan
7
15 – 16 Menjelaskan tentang ekologi lanskap, membuat rencana pengelolaan lanskap yang peka dari segi lingkungan, serta menjelaskan analisis mengenai dampak lingkungan
Pengelolaan kawasan yang peka terhadap perubahan lingkungan
Kuliah interaktif, diskusi, CL, SGD, PBL/CS
- Ketepatan penjelasan mengenai ekologi lanskap
- Dapat membuat rencana pengelolaan lanskap yang peka terhadap perubahan lingkungan
- Ketepatan penjelasan analisis mengenai dampak lingkungan
11,5
8
TINJAUAN MATA KULIAH A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas mengenai aspek-aspek dalam perencanaan suatu
lanskap berdasarkan sumber daya dan fungsi rekreasi serta non rekreasi dengan
menggunakan metode sistem informasi geografis. Pemahaman terhadap aspek-
aspek perancangan suatu lanskap sampai tahap pekerjaan lanskap serta prinsip dan
konsep pengelolaan lanskap baik perkotaan maupun perdesaan.
B. Prasyarat Mata Kuliah Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini harus telah melulusi mata kuliah
Pengantar Arsitektur Lanskap.
C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan bagi mahasiswa
(a) Sebelum mengikuti perkuliahan hendaknya mahasiswa telah membaca
bahan ajar ini dan dapat diperkaya dengan sumber acuan lainnya yang
relevan pada setiap pertemuan.
(b) Untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan sangat dianjurkan
penelusuran literatur khususnya mengenai perencanaan, perancangan,
dan pengelolaan lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
(c) Mintalah petunjuk dari dosen jika ada hal yang belum terselesaikan, baik
dalam tugas kuliah maupun tugas praktikum.
(d) Kerjakan setiap tugas yang diberikan pada setiap akhir kegiatan/pertemuan
dengan baik.
(e) Perbanyaklah informasi dalam menata tanaman, baik teori maupun praktek
gambar desain dan lapang.
2. Penjelasan bagi dosen/tutor/asisten (a) Sebelum memberikan perkuliahan, dosen/tutor/asisten dianjurkan untuk
melengkapi materi berupa contoh, gambar/foto, desain yang bersumber
dari karya sendiri, buku bacaan lain atau dari internet.
9
(b) Dosen/tutor/asisten sebaiknya menyiapkan materi dalam bentuk power
point yang dilengkapi contoh, gambar atau foto.
(c) Dosen/tutor/asisten dianjurkan menyediakan waktu di luar jadwal
perkuliahan untuk memberikan petunjuk kepada mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas kuliah atau tugas praktikum.
D. Tujuan Pembelajaran (TIU) Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu merencana, merancang,
dan mengelolan lanskap berdasarkan fungsi dan estetika dengan baik dan benar.
E. Elemen Kompetensi (TIK) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan suatu lanskap melalui kuliah dan praktikum.
2. Membuat perencanaan suatu lanskap berdasarkan fungsi rekreasi melalui
kuliah dan praktikum.
3. Membuat perencanaan lanskap berdasarkan fungsi non rekreasi melalui kuliah
dan praktikum.
4. Menggunakan perangkat pendukung dalam perencanaan dan perancangan
lanskap melalui kuliah dan praktikum.
5. Menjelaskan pengertian dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam desain
lanskap serta mengorganisasikan ruang melalui kuliah dan praktikum.
6. Menghasilkan visualisasi suatu lanskap dalam desain lanskap melalui kuliah
dan praktikum.
7. Mengatur pola sirkulasi dalam desain lanskap melalui kuliah dan praktikum.
8. Mengatur komposisi struktur dalam desain lanskap melalui kuliah dan
praktikum.
9. Menjelaskan spesifikasi pekerjaan lanskap dan membuat rencana anggaran
biaya melalui kuliah dan praktikum.
10
10. Menguraikan prinsip dasar pengelolaan lanskap dan masalah-masalah yang
akan dihadapi, serta mampu menjelaskan proses pengelolaan lanskap melalui
makalah hasil kaji pustaka, secara individu.
11. Menjelaskan bentuk-bentuk pemeliharaan lanskap dan dapat merencanakan
serta mengorganisasikan program pemeliharaan suatu taman.
12. Membedakan lanskap perkotaan dan perdesaan, serta mampu membuat
rencana pengelolaan lanskap di perkotaan dan perdesaan.
13. Menjelaskan tentang ekologi lanskap, membuat rencana pengelolaan lanskap
yang peka dari segi lingkungan, serta menjelaskan analisis mengenai dampak
lingkungan.
BAB 2 PERENCANAAN LANSKAP
BERDASARKAN SUMBERDAYA
PENDAHULUAN Lanskap adalah bentang alam yang dapat dilihat oleh manusia di alam ini.
Lanskap yang baik adalah lanskap yang secara visual dan fungsinya indah serta
memiliki kesatuan. Agar dapat diperoleh suatu lanskap yang baik, diperlukan suatu
perencanaan yang tepat. Dalam merencanakan perancangan suatu lanskap, selain
perlu memperhatikan material-material yang ada pada tapak tersebut, juga perlu
memperhatikan peranan dan keberadaan manusia dalam alam tersebut. Jadi, untuk
dapat merencanakan lanskap suatu wilayah menjadi lebih baik, seluruh sumberdaya
di wilayah tersebut perlu dipertimbangkan.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu menjelaskan
pengertian dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan suatu
lanskap melalui kuliah dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Perencanaan Lanskap
Perencanaan adalah susunan rumusan dari tindakan yang dapat dianggap
perlu untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang baik bersifat dinamis, kontinyu dan fleksibel. Perencanaan
lanskap merupakan alat/ instrumen dalam mengelola sumberdaya alam dan lanskap.
Perencanaan lanskap merupakan studi pengkajian proyek skala besar untuk
mengevaluasi secara sistematik area yang sangat luas untuk penggunaan berbagai
kebutuhan di masa mendatang (Laurie, 1986). Pengamatan masalah ekologi dan
lingkungan alam sangat diperhatikan. Kerjasama lintas disiplin sangat dibutuhkan
untuk sampai pada produk kebijaklan atau tata guna lahan. Oleh karena itu, ada
12
cakupan pekerjaan regional lanskap, lanskap perkotaan, lanskap pedesaan, lanskap
daerah aliran sungai, taman nasional, dan sebagainya.
Tahap perencanaan merupakan tahap yang penting karena merupakan tahap
penelitian dan analisis untuk memperoleh data yang nantinya akan menjadi
dasar/acuan untuk tahap berikutnya yaitu tahap perancangan/desain.
B. Proses Perencanaan Proses perencanaan adalah upaya menciptakan integrasi antara tujuan
penggunaan, struktur, dan tapak. Diharapkan akan diperoleh keharmonisan antara
site existing dengan lingkungan yang akan direncanakan.
Alur proses perencanaan lanskap adalah sebagai berikut:
Pertemuan Inventarisasi Analisis Sintesis Konsep Komisi
1. Pertemuan Komisi Pertemuan komisi terjadi pada pertemuan antara arsitek lanskap sebagai
perencana, pemberi tugas/client, juga pihak terkait lainnya. Pertemuan ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut.
a. Memperoleh informasi awal tentang keinginan client.
b. Mengetahui definisi pekerjaan/pelayanan.
c. Merumuskan tujuan, sasaran, dan gagasan awal (termasuk waktu yang
dibutuhkan).
d. Memutuskan kesepakatan/persetujuan akhir.
Agar pihak perencana, sebagai pelaksana tugas, dengan pihak client, sebagai
pemberi tugas, memperoleh kejelasan serta tidak terjadi kesalahpahaman sebaiknya
kesepakatan dilakukan secara tertulis dengan standar professional, jika perlu dengan
kekuatan hukum (utamanya untuk perencanaan dengan skala yang luas, kompleks,
dan berjangka panjang). Akan tetapi, jika proyek perencanaan berskala kecil, sebagai
contoh taman rumah tinggal, kesepakatan dapat dilakukan cukup secara verbal.
Dengan demikian, persetujuan pelayanan professional, baik dalam bentuk tertulis
maupun verbal merupakan hasil dari pertemuan komisi.
13
2. Inventarisasi Setelah memperoleh persetujuan dari pemberi tugas, langkah selanjutnya
adalah melakukan inventarisasi tapak. Dalam inventarisasi ini seorang perencana
melakukan survei karakteristik tapak, mengumpulkan data sekunder yang terkait
(berupa peta, laporan), menginterview calon pengguna dan pihak terkait lainnya,
serta mengambil dokumentasi.
Survei terhadap karakteristik tapak mencakup:
a. Luas tapak dan batas-batasnya;
b. Orientasi terhadap mata angin;
c. Keadaan tanah (guna memenentukan jenis konstruksi di atasnya dan jenis
tanaman), mencakup: jenis, tekstur, kedalaman solum, kesuburan (N, P, K, S, dan
lain-lain), kadar air tanah, serta pH;
d. Hidrologi: sumber air, debit, tinggi gelombang, tinggi pasang surut;
e. Geologi : jenis dan kedalaman batuan;
f. Iklim: curah hujan, intensitas cahaya, arah dan kecepatan angin, kelembaban
udara, suhu udara;
g. Topografi: kontur (datar/berbukit), kemiringan lahan;
h. Drainase: permukaan tanah/dalam tanah;
i. Vegetasi: jenis dan jumlah dari vegetasi pohon, semak, dan groundcover;
j. Satwa: jenis, jumlah, habitat, dan sifat/kebiasaan;
k. View: titik pandang yang indah atau titik pandang yang tidak baik;
l. Lingkungan sekitar tapak: kebisingan, aroma;
m. Fasilitas dan utilitas;
n. Aksesibilitas dan sirkulasi;
o. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar (jumlah, jenis kelamin,
umur, pekerjaan, tingkat ekonomi, kebiasaan, dan budaya).
Hasil yang diperoleh dari tahap inventarisasi ini dituangkan dalam bentuk peta
dasar dan data pendukung.
14
3. Analisis Tahap analisis merupakan tahap penilaian tapak. Aspek yang dinilai pada
suatu lanskap adalah visual lanskap, sosial budaya dan historik, komposisi fisik,
ekologi lanskap, dan fasilitas yang ada. Penilaian dilakukan terhadap:
a. Sumberdaya lanskap: air bersih, produktifitas lahan, dan nilai visual.
b. Bencana alam/lanskap: bencana alami dan bencana buatan manusia.
c. Dampak aktivitas manusia terhadap lanskap.
Analisis tapak (in site) dilakukan untuk melihat potensi dan kendala yang
mungkin timbul dari perencanaan yang akan dilakukan. Analisis selalu mengarah
kepada tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Analisis tapak perlu pertimbangan yang sistematis terhadap 3 konteks utama
(Hakim, 2003), sebagai berikut.
a. Konteks penganalisisan terhadap aktivitas dan fungsi pemakai.
b. Konteks penganalisisan terhadap spatial/lingkungan tapak tersebut (alami dan
buatan).
c. Konteks penganalisisan terhadap behavioral/kebiasaan (pola aktivitas sosial,
ekonomi, dan budaya serta lingkungan tapak sekitarnya, termasuk kebijakan
umum yang mempengaruhi pengembangan tapak.
Analisis terhadap aktivitas dan fungsi adalah untuk menentukan kebutuhan
dan ruang aktivitas yang diperlukan berdasarkan pola tingkah laku manusia
(pemakai) dan tingkat sosialnya. Selanjutnya dapat ditentukan bagaimana pola
hubungan ruangnya.
Contoh kegiatan analisis suatu tapak alami:
(1) Iklim: panas atau teduhnya suatu ruang
(2) Vegetasi: vegetasi yang ada menciptakan ruang, berfungsi sebagai pembatas,
atau mempengaruhi iklim mikro, atau memiliki fungsi yang lain. Dianalisa perlu
atau tidaknya mempertahankan vegetasi yang ada.
(3) Topograf: datar atau berbukit, dan terkait dengan tujuan perencanaan dianalisa
kebutuhan untuk cut and fill-nya.
15
Contoh kegiatan analisis tapak buatan:
(1) Konsep ruang: analisis berdasarkan public space, private space, dan service
space.
(2) Pola sirkulasi: untuk kendaraan dan pejalan kaki, serta hubungannya dengan
bangunan, termasuk letak, luas, dan pola parkir.
(3) Drainase: pola aliran, letak pembuangan utama, dan lebar saluran.
Contoh kegiatan analisis sosial, ekonomi, dan budaya serta lingkungan tapak
sekitarnya, termasuk kebijakan umum yang mempengaruhi pengembangan tapak,
misalnya:
(1) Sosekbud: menganalisa kegiatan masyarakat sekitar, apakah memberi dampak
positif atau negatif terhadap perencanaan yang akan dilakukan, ataukah bahkan
kegiatan perencanaan ini yang akan memberi dampak positif atau negatif
terhadap masyarakat sekitar.
(2) Peraturan pemerintah: ketentuan garis sepanjang pantai, sempadan, dan limbah
buangan.
4. Sintesis Tahap sintesis merupakan pemikiran terhadap masalah atau potensi yang ada
di dalam tapak. Dalam tahap ini masalah yang ada dicarikan solusinya, dan potensi
yang ada ditingkatkan. Skema yang tidak sesuai dibuang atau dimodifikasi
sedangkan konsep yang sesuai dikembangkan. Dampak lingkungan yang negatif
dibuang dan yang positif ditingkatkan.
Hasil yang diperoleh dari tahap analisis dan sintesis adalah berupa konsep
pemecahan masalah dan peningkatan potensi yang ada di tapak tersebut.
5. Konsep Konsep yang dimaksud adalah konsep programatik yang mengacu pada
gagasan yang dituju terutama sebagai pemecahan masalah fungsional dan
operasional dalam tapak. Konsep programatik merupakan penjabaran dari konsep
umum yang mengacu pada tujuan, dan mencakup konsep terhadap lingkungan,
zoning, ruang, sirkulasi, tata hijau, pembentukan muka tanah, dan rekayasa lanskap.
Hasil dari tahap konsep ini adalah berupa gambar konsep perencanaan, yang
terdiri atas gambar konsep tata ruang, gambar konsep sirkulasi, gambar konsep tata
16
hijau, gambar konsep fasilitas dan utilitas, dan gambar konsep yang terkait dengan
tujuan dari perencanaan yang dilakukan.
C. Karakteristik Perencana Seorang perencana harus betul-betul memahami situasi apa yang ingin
dicapai dari perencanaannya. Seorang perencana yang baik harus memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data yang benar dan bermakna.
2. Mengintepretasikan dan mengarahkan pada kepentingan masa mendatang.
3. Mengidentifikasikan permasalahan.
4. Memberikan pendekatan yang reasonable dalam memecahkan masalah dengan
jadwal dan biaya yang baik.
Inti dalam proses perencanaan adalah pada analisis dan sintesis.
Perencanaan yang buruk merupakan hasil pemikiran yang tidak efektif. Perencanaan
yang baik merupakan hasil pemikiran yang logis. Perencanaan yang sangat baik
memberi bukti respon pada semua faktor, persepsi kebutuhan yang jelas dan
hubungan antara satu dengan lainnya, serta ekspresi sensitif terhadap semua
komponen kerja.
D. Perencanaan Tata Guna Tanah/Lahan Perencanaan tata guna lahan/tanah adalah perencanaan yang mengatur jenis-
jenis penggunaan lahan di suatu daerah agar lahan dapat digunakan secara optimal
(memberi hasil tertinggi tanpa merusak tanah dan lingkungan). Sasaran dari
perencanaan ini adalah memilih penggunaan lahan terbaik dengan asas Lestari,
Optimal, Serasi, dan Seimbang (LOSS).
Pelaksanaan perencanaan tata guna lahan dapat dilakukan dengan bottom up
planning, juga top down planning. Para pihak yang terkait dalam perencanaan tata
guna lahan, antara lain, pengambil keputusan/kebijakan (pemerintah), perencana,
dan pengguna lahan/penduduk.
Proses dalam perencanaan tata guna lahan dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Penentuan sasaran dan TOR.
17
2. Pengaturan kerja (rencana kerja, SDM, waktu, dan lain-lain).
3. Analisis masalah.
4. Identifikasi peluang untuk perubahan.
5. Evaluasi kesesuaian lahan.
6. Penilaian berbagai alternatif.
7. Tentukan pilihan terbaik.
8. Siapkan rencana tata guna lahan.
9. Pelaksanaan rencana.
10. Pemantauan dan revisi rencana.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan lanskap
berdasarkan sumber daya adalah melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi
kesesuaian lahan bertujuan untuk mengevaluasi potensi suatu lahan untuk jenis-jenis
penggunaan tertentu.
Ada dua standar pendekatan evaluasi lahan yang dapat digunakan, sebagai berikut.
1. Standar pendekatan yang ditetapkan oleh FAO (Food and Agriculture
Organization), yang hasilnya adalah Land Suitability.
2. Standar pendekatan yang ditetapkan oleh USDA (United States Department of
Agriculture), yang hasilnya adalah Land Capability.
Berdasarkan kriteria dari FAO terdapat 5 kelas kesesuaian lahan, yaitu:
a. S1 = sesuai
b. S2 = agak sesuai
c. S3 = sesuai marginal
d. N1 = Tidak sesuai saat ini
e. N2 = sangat tidak sesuai Sementara itu kriteria USDA menunjukkan kelas kemampuan lahan I – VIII (makin
tinggi kelasnya maka resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat bertambah)
(Tabel 1).
18
Tabel 1. Kelas kemampuan lahan berdasarkan kriteria USDA Jenis Kegiatan I II III IV V VI VII VIII
Cagar alam √ √ √ √ √ √ √ √
Hutan √ √ √ √ √ √ √
Penggembalaan terbatas √ √ √ √ √ √ √
Penggembalaan sedang √ √ √ √ √ √
Penggembalaan intensif √ √ √ √ √
Pertanian terbatas √ √ √ √
Pertanian sedang √ √ √
Pertanian intensif √ √
Pertanian sangat intensif √
(Sumber: Hardjowigeno, 1996)
E. Rangkuman Perencanaan adalah susunan rumusan dari tindakan yang dapat dianggap
perlu untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang baik bersifat dinamis, kontinyu dan fleksibel. Perencanaan
lanskap merupakan alat/ instrumen dalam mengelola sumberdaya alam dan lanskap.
Tujuan perencanaan adalah meningkatkan keindahan, keselarasan, kenyamanan,
dan keamanan lingkungan. Melalui perencanaan lanskap diharapkan dapat
menyelamatkan dan memperbaiki keadaan lanskap secara keseluruhan.
Proses dalam perencanaan diawali dengan melakukan pertemuan komisi,
dilanjutkan dengan inventarisasi lahan/tapak, melakukan analisis dan sintesis dari
data yang diperoleh dalam inventarisasi, membuat konsep berdasarkan hasil analisis
dan sintesis, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu gambar perencanaan dari
tapak perencanaan.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang perencanaan lanskap, serta
memantapkan kemampuan Anda membuat perencanaan lanskap berdasarkan
19
sumber daya, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas dibawah ini dan
mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda.
1. Jelaskan pengertian dari perencanaan lanskap!
2. Jelaskan ciri-ciri perencanaan lanskap yang baik!
3. Pada tahap inventarisasi, data apa saja yang harus dikumpulkan agar terkumpul
informasi yang lengkap untuk kebutuhan perencanaan yang baik.
4. Jelaskan karakteristik seorang perencana lanskap yang baik!
5. Berikan satu contoh cara menganalisa data hasil inventarisasi tapak guna
perencanaan tapak untuk kebun buah!
Petunjuk Jawaban :Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut
dengan kawan-kawan Anda.
2. Renungkan dan ingatlah kembali tentang perencanaan lanskap dengan
memperhatikan sumberdaya yang ada di kawasan perencanaan, serta proses
perencanaan yang perlu dilakukan agar diperoleh hasil perencanaan yang baik.
B. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Inti dari proses perencanaan adalah.............
(a) Inventarisasi
(b) Analisis dan sintesis
(c) Konsep
(d) Pertemuan komisi
2. Tahap dalam perencanaan yang berusaha untuk memecahkan masalah yang
ditemukan serta mengembangkan potensi yang ada sesuai dengan tujuan
perencanaannya, merupakan pelaksanaan dari tahap.............
(a) Pertemuan komisi
(b) Inventarisasi
(c) Analisis
(d) Sintesis
20
3. Hasil yang diperoleh dari tahap inventarisasi adalah berupa.............
(a) Persetujuan pelayanan profesional
(b) Peta dasar dan data pendukung
(c) Gambar konsep
(d) Gambar perencanaan
4. Standar pendekatan evaluasi lahan yang ditetapkan oleh FAO (Food and
Agriculture Organization) hasilnya adalah berupa.............
(a) Kesesuaian lahan
(b) Kemampuan lahan
(c) Ketepatan lahan
(d) Keselarasan lahan
5. Contoh hal yang dianalisis untuk data drainase adalah.............
(a) Perlu atau tidaknya mempertahankan vegetasi yang ada
(b) Keadaan datar atau berbukit, dan terkait dengan tujuan perencanaan dianalisa
kebutuhan untuk cut and fill-nya
(c) Menganalisa pola aliran air, letak pembuangan utama, dan lebar saluran
(d) Menganalisa berdasarkan public space, private space, dan service space Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 2.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 2. Anda dapat meneruskan pada Bab 3. Akan tetapi, apabila tingkat
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
21
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Djaenuddin, D., Basuni, S. Hardjowigeno, H. Subagyo, M. Sukardi, Ismangun
MD, N. Suharta, L. Hakim, Widagdo, J. Dai, V. Suwandi, S. Bachri, ER
Jordens. 1994. Second Land Resource Evaluation and Planning Project.
Centre for soil and agroclimate research. Bogor.
2. Hakim, R. 2003. Arsitektur Lanskap ; Manusia, Alam, dan Lingkungan. Univ.
Trisakti, Jakarta.
3. Hardjowigeno, S. 1996. Perencanaan Tata Guna Tanah. Program
Pascasarjana IPB. Bogor.
4. Laurie, M. 1986. Pengantar Arsitektur Pertamanan (terjemahan). PT.
Intermatra, Bandung.
5. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. McGraw Hill Publishing
Company, USA
D. Kunci Jawaban
1. b
2. d
3. b
4. a
5. c
BAB 3 PERENCANAAN LANSKAP REKREASI
PENDAHULUAN Perkembangan pembangunan kota yang semakin pesat cenderung
menyebabkan masyarakat perkotaan membutuhkan suatu tempat untuk
menghilangkan kepenatan dari aktifitas kerja sehari-hari. Oleh karena itu, penyediaan
tempat-tempat rekreasi merupakan suatu solusi. Rekreasi merupakan variasi dalam
kehidupan yang biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Melalui kegiatan
rekreasi maka seseorang akan memperoleh kepuasan jiwa.
Berbagai alternatif tempat rekreasi dapat direncanakan sesuai ketersediaan
sumber daya dan ragam aktivitas rekreasi seperti rekreasi pantai, rekreasi danau,
rekreasi alam, rekreasi budaya, rekreasi tempat bersejarah, agrowisata, dan lain
sebagainya.
Perencanaan lanskap rekreasi adalah suatu proses yang merupakan
perpaduan antara seni dan ilmu yang menggunakan konsep dan metode dari
multidisiplin untuk menyediakan tempat rekreasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan dalam desain lingkungan dan ilmu
sosial untuk membangun alternatif-alternatif dalam penggunaan waktu, ruang, energi,
dan dana untuk mengakomodasi kebutuhan manusia akan tempat rekreasi.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu membuat
perencanaan suatu lanskap berdasarkan fungsi rekreasi melalui kuliah dan
praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi
Perencanaan kawasan rekreasi harus bisa mewakili terhadap apa yang
diinginkan masyarakat, mengimajinasikan apa yang mungkin bisa direncanakan, dan
memahami apa yang bisa direalisasikan. Dengan kata lain, perencanaan kawasan
23
rekreasi adalah menemukan apa yang diinginkan untuk terjadi, melakukan sesuatu
yang diinginkan terjadi, dan mencegah sesuatu yang tidak diinginkan untuk terjadi.
Oleh karena itu, suatu perencanaan kawasan rekreasi akan menghasilkan
sebuah perspektif dari berbagai masalah yang ada, membangun beberapa alternatif
yang realistis, memformulasi sasaran, kebijakan, dan rekomendasi bagi keputusan
pemerintah dan swasta, serta melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan,
desain, dan pengambilan keputusan.
Adapun sasaran dari perencanaan kawasan rekreasi adalah untuk
memaksimalkan kesejahteraan manusia melalui hasil karya yang lebih baik, lebih
sehat, dan menyenangkan pada lingkungan yang aktraktif atau dengan kata lain
menjadikan lingkungan fisik masyarakat lebih fungsional, indah, aman, menarik, dan
efisien.
B. Prinsip-Prinsip Perencanaan Lanskap Kawasan Rekreasi Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan ketika membuat perencanaan untuk
sebuah kawasan rekreasi adalah :
1. Semua orang bisa melakukan aktivitas dan menikmati fasilitas sesuai pilihannya,
umur, jenis kelamin, keuangan, latar belakang budaya, atau lingkungan
kehidupannya.
2. Suatu bentuk rekreasi harus dikordinasikan dengan bentuk rekreasi yang sudah
ada agar tidak terjadi duplikasi.
3. Suatu bentuk rekreasi harus terintegrasi dengan pelayanan publik yang lainnya
seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
4. Fasilitas diadaptasikan untuk kebutuhan mendatang.
5. Fasilitas dan program wisata harus sesuai dengan tingkat perekonomian
masyarakat.
6. Masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan.
7. Perencanaan merupakan proses yang berkelanjutan sehingga perlu dievaluasi.
8. Mengintegrasikan antara perencanaan lokal dan regional.
9. Lahan diprioritaskan untuk pembangunan kota khususnya untuk penggunaan
taman dan rekreasi.
24
10. Fasilitas dibangun untuk memberikan kenyamanan, keamanan, kesehatan, dan
kepuasan bagi pengguna, serta didesain dengan indah sesuai konsep konservasi
energi.
C. Metode Pendekatan dalam Perencanaan Perencanaan lanskap rekreasi dapat dibuat dengan beberapa metode
pendekatan sebagai berikut.
1. Sumberdaya; perencanaan dibuat sesuai sumberdaya alam yang tersedia
misalnya pantai, danau, air terjun, persawahan, dan lain-lain.
2. Aktivitas; perencanaan dibuat sesuai dengan kebutuhan aktivitas dari
masyarakat. Metode ini dapat diterapkan pada luas wilayah yang kecil dengan
populasi homogen. Misalnya masyarakat menginginkan suatu bentuk kegiatan
rekreasi yang bertemakan perkebunan maka dapat dibuatkan perencanaan
lanskap agrowisata.
3. Ekonomi; perencanaan dibuat dengan mempertimbangan aspek tingkat
perekonomian masyarakat dimana dalam hal ini perlu perhitungan yang tepat
antara biaya pembangunan dan operasional tempat wisata tersebut dengan
prediksi keuntungan yang dapat diperoleh. Metode perencanaan ini dapat
diterapkan pada populasi yang beragam.
4. Behavior/budaya; perencanaan dibuat sesuai budaya atau kebiasaan dari
masyarakat yang berkaitan dengan bentuk aktivitas, tempat, dan waktu dalam
memanfaatkan waktu luang. Dengan metode ini maka perencanaan menjadi lebih
fleksibel dan hasilnya sesuai pilihan dan tingkat kepuasan masing-masing orang.
D. Daya Dukung Dalam perencanaan lanskap wisata harus mempertimbangkan daya dukung
dari wilayah perencanaan sehingga keberlanjutan obyek wisata dapat dipertahankan.
Selain itu, dengan mengetahui besar daya dukungnya maka akan mempermudah
proses pengelolaan, khususnya dalam hal penentuan jumlah pengunjung yang dapat
ditampung sehingga kenyamanan pengunjung tetap dapat dirasakan.
25
Daya dukung adalah perbandingan antara luas area yang diperkenankan
untuk aktivitas tertentu dengan rata-rata standar individunya. Perhitungan daya
dukung dapat dilakukan dengan menggunakan formula Boullon (Libosada, 1998):
;
Keterangan:
DD : Daya Dukung
AW : Area untuk Wisatawan (m2)
SI : Standar Individu untuk aktivitas tertentu (m2 / individu)
KR : Koefisien Rotasi
TJ : Total Jam kunjung di satu area dalam satu hari (jam)
RD : Rata-rata Durasi kunjungan (jam)
TP : Total Pengunjung dalam satu hari (Daya Dukung Total)
Beberapa acuan standar individu untuk beberapa jenis aktivitas :
Sightseeing : 15 m2 / orang
Piknik : 10 m2 / orang
Berkemah : 20 m2 / orang
Memancing : 10 m2 / orang
Nonton : 1,44 m2 / orang (posisi duduk)
Perhitungan daya dukung untuk suatu tempat rekreasi adalah total dari daya dukung
untuk setiap akrtivitas yang tersedia di tempat tersebut.
E. Rangkuman Perencanaan lanskap rekreasi merupakan suatu proses yang dimulai dengan
penetapan tujuan, kemudian melakukan pengumpulan data pendukung berupa data
fisik, biofisik, dan social. Analisis, sintentesis dan konsep perencanaan dibuat sesuai
metode pendekatan dalam perencanaan yang dipilih (berdasarkan sumberdaya,
aktivitas, ekonomi, atau budaya), serta mempertimbangkan prinsip-prinsip
SIAWDD =
RDTJKR = KRDDTP ×=
26
perencanaan lanskap untuk tempat rekreasi dan memperhitungkan daya dukung
wilayah tersebut.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang perencanaan lanskap rekreasi, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas dibawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda. 1. Apa tujuan dari perencanaan lanskap? 2. Apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode pendekatan
perencanaan rekreasi yang bisa digunakan? 3. Mengapa dalam perencanaan lanskap rekreasi perlu penentuan daya dukung
setiap aktivitas yang direncanakan? Petunjuk Jalaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut. 1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut
dengan kawan-kawan Anda. 2. Pahami dan ingatlah kembali tentang tujuan perencanaan lanskap rekreasi,
metode pendekatan perencanaan, dan daya dukung kawasan.
B. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Dalam sebuah perencanaan lanskap rekreasi sebaiknya............. (a) Tidak perlu melibatkan masyarakat setempat (b) Memperhatikan keinginan dari masyarakat (c) Memperhatikan keinginan kelompok tertentu (d) Tidak perlu menyesuaikan dengan program pemerintah
2. Daya dukung adalah perbandingan antara luas area suatu aktivitas
dengan.............
(a) Rata-rata standar individu
(b) Koefisien rotasi
(c) Durasi kunjungan
(d) Jumlah pengunjung perhari
27
3. Perencanaan yang dibuat sesuai budaya atau kebiasaan dari masyarakat yang
berkaitan dengan bentuk aktivitas, tempat, dan waktu dalam memanfaatkan
waktu luang adalah perencanaan dengan metode pendekatan.............
(a) Sumberdaya
(b) Ekonomi
(c) Aktivitas
(d) Budaya dan behavior
4. Perhitungan daya dukung dapat dilakukan dengan menggunakan formula Boullon
dengan rumus.............
(a)
(b)
(c)
(d)
5. Daya dukung suatu kawasan rekreasi seluas 1000 m2 yang digunakan untuk
kegiatan piknik adalah.............
(a) 10
(b) 50
(c) 100
(d) 500
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 3.
Rumus:
SIAWDD =
AWSIDD =
TJRDKR =
DDTJKR =
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
28
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 3. Anda dapat meneruskan pada Bab 4. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 3, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Libosada CMJr. 1998. Ecotourism in the Philippines. Makati City. Bookmark.
2. Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book
Company. USA.
D. Kunci Jawaban
1. b
2. a
3. d
4. a
5. c
BAB 4 PERENCANAAN LANSKAP NON REKREASI
PENDAHULUAN Perencanaan lanskap non rekreasi tidak jauh berbeda dengan perencanaan
lanskap rekreasi yang merupakan suatu proses perpaduan antara seni dan ilmu yang
menggunakan konsep dan metode dari multidisiplin untuk menghasilkan rencana
lanskap yang fungsional dan estetik. Perencanaan lanskap non rekreasi dapat dilihat
berdasarkan fungsi lanskap, antara lain, sosial budaya, sejarah, ekonomi, pendidikan,
dan konservasi. Lanskap non rekreasi dalam hal ini lebih difokuskan pada area
lanskap konservasi. Oleh karena itu, pembangunan lanskap yang diterapkan adalah
preservasi dan aksentuasi.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu membuat
perencanaan lanskap berdasarkan fungsi non rekreasi melalui kuliah dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Fungsi Sosial Budaya
Perencanaan lanskap berdasarkan fungsi sosial budaya didasarkan pada
sudut pandang manusia dengan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
disebut juga interaksi sosial. Interaksi sosial menyangkut hubungan orang-perorang,
antara kelompok-kelompok manusia, dan antara orang-perorang dengan kelompok
manusia. Hubungan ini juga terkait dengan perubahan sosial yaitu semua perubahan
pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosial manusia termasuk nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola
perilaku di dalam masyarakat.
Perencanaan lanskap berdasarkan fungsi sosial budaya ditujukan untuk
perbaikan atau perubahan kondisi sosial tertentu. Konsep perencanaannya adalah
meningkatkan dan menyelaraskan kehidupan sosial budaya masyarakat. Tentu saja
hal ini membutuhkan pengamatan sosial yang cermat terhadap calon pengguna agar
30
dapat diarahkan sesuai tujuan yang diinginkan. Contoh perencanaan lanskap
berdasarkan fungsi sosial budaya adalah perencanaan desa tradisional, seperti
Kampung Naga, Desa Tradisional di Bali, Desa Tradisional di Tanah Toraja, dan lain
sebagainya.
B. Fungsi Sejarah Kawasan bersejarah merupakan lokasi bagi peristiwa bersejarah yang penting
dilestarikan untuk memberikan suatu makna bagi peristiwa terdahulu. Lingkungan
fisik kawasan bersejarah dapat merupakan suatu yang membantu menghubungkan
peristiwa masa lalu dengan peristiwa sekarang yang akan menentukan masa depan
manusia.
Perencanaan lanskap berdasarkan fungsi sejarah harus dilakukan secara
menyeluruh dengan mempertimbangkan bagian-bagian lain dari lokasi obyek
bersejarah tersebut berada termasuk permasalahan fisik, ekonomi, dan sosial budaya
di kawasan tersebut. Konsep perencanaannya adalah meningkatkan arti dan makna
sejarah obyek dan lingkungannya. Contoh perencanaan lanskap berdasarkan fungsi
sejarah adalah perencanaan kawasan Benteng Rotterdam, Gua Sumpang Bita di
Pangkep, dan lain sebagainya.
C. Fungsi Konservasi Definisi dari suatu kawasan konservasi berdasarkan hasil rumusan dalam IVth
World Congress on National Parks and Protected Areas tahun 1994 adalah suatu
area dari lahan dan/atau laut yang secara khusus ditujukan untuk melindungi dan
menjaga keanekaragaman biologi, dan sumberdaya alam, serta kebudayaan yang
berhubungan, dan pengelolaan melalui hukum dan cara yang efektif lainnya.
Lanskap konservasi terkait dengan area atau kawasan-kawasan yang perlu
mendapat perhatian khusus guna keberlanjutan dan kestabilan ekosistemnya.
Adapun ciri-ciri dari kawasan yang perlu dilindungi tersebut antara lain:
1. Karakteristik atau keunikan ekosistem yang dimiliki, misalnya hutan hujan dataran
rendah, fauna yang endemik di suatu pulau, ekosistem pegunungan tropika.
31
2. Keberadaan spesies khusus yang diminati, langka atau terancam. Misalnya
badak, harimau, dan lain-lain.
3. Tempat yang memiliki keanekaragaman spesies.
4. Lanskap yang memiliki nilai estetik, atau nilai pengetahuan. Misalnya sumber
mata air panas, air terjun, dan lain-lain
5. Fungsi perlindungan hidrologi, tanah, dan iklim lokal.
6. Fasilitas untuk rekreasi alam / wisata, misalnya danau, pantai, dan pegunungan.
7. Tempat peninggalan budaya dan sejarah, misalnya candi, kuil, dan lain-lain.
Beberapa kategori kawasan yang termasuk sebagai kawasan yang dilindungi
sebagai berikut.
1. Cagar alam: melindungi alam dan menjaga proses alami untuk keperluan studi
ilmiah dan pemeliharaan sumberdaya plasma nutfah. Ukurannya kecil dan
habitatnya rapuh.
2. Taman nasional: melindungi kawasan pelestarian alam yang relatif luas
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi (Pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990).
3. Suaka margasatwa: menjamin kondisi alami bagi perlindungan spesies,
komunitas hayati. Ukuran sedang atau luas dengan habitat stabil
4. Cagar budaya: memungkinkan berlangsungnya cara hidup masyarakat yang
serasi dengan lingkungannya, tidak terganggu oleh teknologi modern.
5. Kawasan sumber daya dikelola: menyediakan produksi air, kayu, satwa, padang
penggembalaan, dan obyek wisaya secara berkelanjutan, untuk mendukung
kegiatan ekonomi.
6. Hutan lindung: kawasan alami atau hutan tanaman berukuran sedang sampai
besar, pada lokasi curam, mudah erosi.
7. Taman buru: habitat alami atau semi-alami berukuran sedang sampai besar yang
memiliki potensi satwa yang boleh diburu dengan populasi cukup besar.
32
Prinsip perencanaan lanskap yang digunakan dalam perencanaan lanskap
konservasi adalah:
1. Preservation on natural order; yaitu mengutamakan kelestarian dari sumberdaya
alami yang ada misalnya kesuburan tanah dipelihara, sumberdaya alam yang non
renewable digunakan secara ekonomis, badan-badan air diproteksi dari
pencemaran, polusi udara dan kebisingan dikurangi, Wild plant dan animal
dilindungi, serta lanskap budaya dan lanskap sejarah dipertahankan.
2. Daya dukung kawasan yang digunakan adalah dengan mengambil nilai standar
yang lebih kecil.
3. More uses in less area; yaitu memiliki banyak aktivitas pada area yang terbatas,
misalnya area piknik, juga sekaligus sebagai area kemping sehingga tidak terlalu
banyak mengambil ruang yang ada untuk aktivitas aktif.
D. Rangkuman Perencanaan lanskap non rekreasi merupakan suatu proses yang dimulai
dengan penetapan tujuan, kemudian melakukan pengumpulan data pendukung
berupa data fisik, biofisik, dan sosial. Analisis, sintentesis dan konsep perencanaan
dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaan lanskap konservasi dan
memperhitungkan daya dukung wilayah tersebut.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang perencanaan lanskap non rekreasi, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas dibawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda. 1. Apa yang dimaksud dengan kawasan konservasi? 2. Tuliskan ciri-ciri dari kawasan konservasi. 3. Jelaskan prinsip yang digunakan dalam perencanaan lanskap konservasi. Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda.
33
2. Renungkan dan ingatlah kembali tentang pengertian kawasan konservasi, ciri-ciri
dari kawasan konservasi, dan prinsip perencanaan lanskap konservasi.
B. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Suatu area dari lahan dan/atau laut yang secara khusus ditujukan untuk melindungi dan menjaga keanekaragaman biologi, dan sumberdaya alam, serta kebudayaan yang ada merupakan pemahaman dari............. (a) Kawasan rekreasi (b) Kawasan margasatwa (c) Kawasan pedesaan (d) Kawasan Konservasi
2. Nilai daya dukung yang digunakan sebagai pertimbangan dalam perencanaan
lanskap konservasi adalah.............
(a) Sesuai nilai standar
(b) Lebih kecil dari nilai standar
(c) Lebih besar dari nilai standar
(d) Sesuai nilai standar rekreasi
3. Prinsip preservasi pada perencanaan kawasan konservasi adalah.............
(a) Memfasilitasi area rekreasi aktif secara meluas
(b) Merencanakan pemanfaatan badan-badan air secara maksimal
(c) Melestarikan keberadaan vegetasi alami dan fauna yang ada
(d) Memperbaiki lanskap yang rusak
4. Perencanaan yang didasarkan pada sudut pandang manusia dengan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis adalah perencanaan lanskap berdasarkan
fungsi.............
(a) Sosial budaya
(b) Sejarah
(c) Konservasi
(d) Ekonomi
34
5. Contoh perencanaan lanskap berdasarkan fungsi sejarah adalah.............
(a) Kampus Unhas
(b) Kawasan CBD
(c) Kawasan Benteng Portugis
(d) Desa Tradisional
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 4.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 4. Anda dapat meneruskan pada Bab 5. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 4, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Daryadi, L., Qurrotu ABP, Titien SR, Endang W. 2002. Konservasi Lanskap.
Perhimpunan kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI). Jakarta.
2. Mackkinnon J., Mackkinnon K., Child G. Thorsell J. 1990. Pengelolaan
Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Amir HH. Penerjemah.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari : Managing
Protected Areas in the Tropics.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
35
D. Kunci Jawaban 1. d
2. b
3. c
4. a
5. c
BAB 5 PERANGKAT PENDUKUNG PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
LANSKAP
PENDAHULUAN Untuk menghasilkan karya arsitektur lanskap yang fungsional dan estetis,
perancang lanskap dapat mendesain baik secara manual maupun dengan alat bantu.
Pada era teknologi informasi di abad 21 ini, telah berkembang “alat bantu” atau
perangkat pendukung berupa teknologi komputer. Banyak program software aplikasi
teknologi komputer ditawarkan untuk membantu pekerjaan perencanaan dan
perancangan lanskap, antara lain, AutoCAD, Coreldraw, Sketchup, Adobe
Photoshop, dan GIS. Teknologi komputer dapat digunakan dalam proses
perencanaan dan perancangan lanskap mulai dari survei tapak di lapangan,
pekerjaan di studio hingga presentasi hasil. Penggunaan teknologi komputer tersebut
membuat pekerjaan dapat diselesaikan lebih mudah dan cepat.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu menggunakan
perangkat pendukung dalam perencanaan dan perancangan lanskap melalui kuliah
dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Perangkat pendukung perencanaan dan perancang lanskap secara umum
dapat dibagi menjadi 2 kelompok software komputer, yaitu 1) Computer Aided Design
(CAD) dan 2) Geographical Information System (GIS) dan Remote Sensing.
Computer Aided Design (CAD) adalah software yang digunakan perancang dalam
kegiatan menggambar dan mendesain untuk menghasilkan suatu produk gambar
tertentu, seperti gambar denah, zonasi ruang, site plan, gambar potongan, dan
perspektif. CAD dapat digunakan di berbagai bidang, seperti arsitektur lanskap,
37
arsitektur bangunan, interior, teknik sipil, teknik mesin, teknik elektronika, dan desain
grafis. Beberapa software yang termasuk kelompok CAD, antara lain, AutoCAD,
Bryce, 3D MAX, 3D Viz, Sketch up, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe
Pagemaker, Corel Draw, Corel Photo Paint, Freehand, Macromedia, dan lain-lain.
A. AutoCAD AutoCAD adalah software buatan Autodesk Corporation. Versi terbaru adalah
AutoCAD 2012. AutoCAD berbasis vektor 2 Dimensi (2D) dan 3 Dimensi (3D).
Penggunaan software AutoCAD dalam menggambar memiliki kelebihan
sebagai berikut.
1. Akurat, obyek yang dibuat memiliki ukuran yang tepat dengan ketelitian yang
akurat. Contoh: suatu garis sepanjang 10 cm yang digambar menggunakan
AutoCAD akan benar-benar memiliki panjang 10,000 cm, bukannya 10,001 cm
atau 10,015 cm. Berbeda jika menggunakan penggaris, maka panjang garis 10
cm mungkin akan tergambar 10,1 atau 10,2 cm.
2. Rapi, setiap obyek tergambar dengan akurat sehingga akan tercipta suatu gambar
yang rapi. Contoh: tidak akan ada garis yang terlalu panjang, terlalu pendek,
putus, melenceng, dan lain-lain.
3. Bersih, output dari AutoCAD berupa softcopy atau hardcopy sehingga setiap
kesalahan menggambar masih dapat diedit sebelum dicetak dan tidak ada bekas
penghapus, tipe-X, dan lain-lain.
4. Efisiensi biaya, perancang dapat menghemat penggunaan kertas dan alat tulis
(rapidograph, warna, tinta, dan lain-lain).
5. Efisiensi waktu, untuk membuat setiap tahapan gambar, perancang tidak perlu
membuat format gambar dan denah/peta dasar yang baru karena dapat
menggunakan format gambar dan peta dasar dari gambar sebelumnya. Kalaupun
ada revisi gambar, perancang tidak perlu menggambar dari awal lagi, cukup
mengedit softcopy kemudian diprint kembali.
6. Estetika, gambar yang dibuat di AutoCAD memiliki nilai estetika yang tidak kalah
dari gambar manual menggunakan tangan (freehand).
38
B. Bryce 5.0 Software Bryce awalnya diproduksi oleh Corel Corp. Mulai versi Bryce 5.5 ke
atas, lisensi produksi Bryce dibeli oleh DAZ Corp. Beberapa fungsi software Bryce
5.0 sebagai berikut.
1. Rendering obyek 3D dari AutoCAD.
2. Pembuatan lanskap 3D seperti membuat model pohon 3D, gazebo 3D, dan lain-
lain.
3. Pembuatan animasi lanskap 3D.
Contoh gambar yang dihasilkan software Corel Draw dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh desain taman (Sumber: Rijal, 2011)
C. Adobe Photoshop 7.0 Adobe Photoshop 7.0 adalah software buatan Adobe Corp. Adobe Photoshop
berbasis pixel sehingga dapat menghadirkan hasil rekayasa foto/image dengan baik.
Adobe Photoshop 7.0 merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk pembuatan, penyuntingan, dan manipulasi tampilan termasuk koreksi warna,
pemberia efek tampilan, dan sebagainya pada image (Madcoms, 2002).
39
Software Adobe Photoshop 7.0 memiliki beberapa kegunaan dalam bidang
arsitektur lanskap, sebagai berikut.
1. Dapat memperbaiki citra sebelum didigitasi (seperti memperbesar ketajaman
gambar dan menambah pixel).
2. Dapat merekayasa foto (foto image).
3. Dapat memperbaiki image hasil render sebelum dipresentasikan (seperti
mengatur tata letak, ukuran, ketajaman, dan efek tertentu).
D. Geographical Information System Geographical Information System (GIS) merupakan teknologi komputer yang
banyak digunakan di kalangan perencana dalam hal pemetaan sumber daya.
Geografi berasal dari kata ‘Geo’ yang berarti bumi dan ‘Graphy’ yang berarti
penulisan. Jadi geografi artinya bentuk penulisan atau penggambaran dari bumi.
Pengertian GIS adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis, dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau data geospasial untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya
alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. SIG
sebagai suatu kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat
lunak, data geografi, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,
menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua
bentuk informasi yang bereferensi geografi (ESRI, 1997; Budiyanto, 2005). Dengan
demikian, basis analisis dari GIS adalah data spasial dalam bentuk digital yang
diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi.
Geographical Information System (GIS) adalah sistem yang ideal untuk
digunakan dalam kegiatan analisis tapak dan lanskap dan alat yang efisien untuk
digunakan dalam analisis dampak pembangunan pada SDA dalam lanskap yang
dinamis. Beberapa alasan penggunaan GIS, antara lain, 1) penentuan posisi
(kepastian lokasi dan luas), 2) kemudahan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan (monitoring), serta evaluasi, 3) pemantauan kemajuan program antar
40
tahun anggaran, 4) kemudahan perubahan multi fungsi dari peta digital yang
dihasilkan, dan 5) kemudahan mendesain model multi fungsi yang digital.
Sistem ini merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan
dalam menangani data yang bereferensi geografis, yaitu 1) masukan, 2) keluaran,
3) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), serta 4) analisis dan
manipulasi data. Proses GIS terdiri atas: 1) proses pemasukan data tabulasi ke
komputer, 2) proses pengumpulan database di komputer, 3) proses pengaturan data
yang disesuaikan dengan informasi latitude dan longitudenya, 4) proses pengolahan
data, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 5) proses analisis data, seperti proses
modeling dan evaluasi lahan, dan 6) proses pengeluaran data yang merupakan
keluaran hasil akhir (output) (Gambar 2).
Gambar 2. Proses GIS (Budiyanto, 2005)
41
Analisis data menggunakan GIS memerlukan beberapa komponen yang saling
terkait dari berbagai unsur, baik manusia sebagai ahli (expert) sekaligus operator,
perangkat alat maupun obyek permasalahan. Komponen GIS sebagai berikut.
1. Perangkat Keras (hardware)
2. Perangkat Lunak (software)
3. Data
4. Sumber daya manusia (people)
5. Metode (methods)
Data merupakan komponen yang sangat penting dalam GIS. Keakurasian data
sangat dituntut dalam GIS. Terkait data yang digunakan, dikenal konsep “Garbits In
Garbits Out” dan sebaliknya “Gold In Gold Out”. Data GIS dikenal sebagai data
geospasial yang terdiri atas:
1. Data grafis/data geometris, menjabarkan lokasi dan bentuk dari fitur geografis
dan hubungan spasial pada fitur lainnya.
2. Data atribut/data tematik, yang berisi keterangan/atribut dari suatu fitur.
Data grafis mempunyai 3 elemen, yaitu:
a. Titik (Node), merupakan sepasang koordinat (X,Y) tanpa dimensi (tidak
mempunyai panjang dan luas serta tinggi). Data ini merupakan lokasi diskrit,
biasanya digambarkan sebagai simbol atau label. Titik menggambarkan suatu
fitur yang batas atau bentuknya terlalu kecil untuk ditampilkan dalam garis atau
luasan. Titik biasanya juga digunakan untuk menggambarkan lokasi yang tidak
mempunyai luasan, seperti titik tinggi atau puncak gunung.
b. Garis (arc), merupakan pasangan-pasangan koordinat yang mempunyai titik awal
dan titik akhir (X1,Y1; X2,Y2), disebut berdimensi 1. Garis adalah fitur yang
dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang saling berhubungan. Garis biasanya
menggambarkan fitur linier di peta yang terlalu sempit untuk digambarkan
sebagai luasan atau untuk menggambarkan fitur yang tidak mempunyai lebar,
seperti garis kontur.
c. Luasan atau polygon (dapat berupa vector ataupun raster yang mewakili
geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi, dan arah). Polygon merupakan
kumpulan pasangan-pasangan koordinat dimana titik awal sama dengan titik
42
akhir (X1,Y1 = Xn,Yn) atau loop, disebut berdimensi 2, mempunyai ukuran dimensi
panjang dan luas. Polygon adalah fitur luasan yang dibentuk dari garis yang
tertutup menggambarkan suatu area yang homogen. Biasanya digunakan untuk
menggambarkan suatu fitur seperti batas negara, kecamatan, danau, dan lain-
lain.
Teknologi GIS menjadi sangat terbatas kemampuannya jika tidak ada sumber
daya manusia yang mengelola sistem dan mengembangkan sistem untuk aplikasi
yang sesuai. Sumber daya manusia pengguna sistem dan sumber daya manusia
pembuat sistem harus saling bekerjasama untuk mengembangkan teknologi GIS.
Sumber data GIS dapat berupa citra satelit atau data foto udara digital serta
foto udara yang terdigitasi (scanning). Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi.
Citra satelit yang berasal dari satelit Landsat TM merupakan contoh data citra digital
dengan format raster. Metode untuk digitasi peta dapat dilakukan secara manual
dengan alat digitizer atau menggunakan perangkat lunak dengan teknik digitasi on
screen. Untuk analisis data, metode yang digunakan adalah overlay beberapa peta
(Gambar 3).
Gambar 3. Proses GIS
43
E. Rangkuman Karya arsitektur lanskap dapat dihasilkan baik secara manual maupun dengan
“alat bantu” berupa perangkat pendukung teknologi komputer. Aplikasi software yang
dapat digunakan, antara lain, AutoCAD, Bryce 5.5, Adobe Photoshop 7.0, dan
Geographical Information System. Masing-masing software memiliki kegunaan untuk
membantu pekerjaan perencanaan dan perancangan lanskap.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang perangkat pendukung perencanaan
dan perancangan lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan
mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!
1. Sebutkan perangkat pendukung yang dapat digunakan dalam perencanaan dan
perancangan lanskap.
2. Jelaskan kegunaan masing-masing perangkat software.
3. Jelaskan komponen dan data yang digunakan dalam GIS.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai perangkat pendukung perencanaan dan
perancangan lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Software yang termasuk dalam kelompok CAD adalah.............
(a) GIS
(b) Remote sensing
(c) Ms Word
(d) Adobe Photoshop
44
2. Fungsi software Bryce 5.5 adalah.............
(a) Rendering obyek 3D
(b) Pembuatan lanskap 2D
(c) Rekayasa foto
(d) Perbaikan image
3. Data yang menjabarkan lokasi dan bentuk dari fitur geografis dan hubungan
spasial pada fitur lainnya disebut data.............
(a) Grafis
(b) Atribut
(c) Tematik
(d) Surface
4. Psangan-pasangan koordinat yang mempunyai titik awal dan titik akhir (X1,Y1;
X2,Y2).............
(a) Tidak berdimensi
(b) Berdimensi 1
(c) Berdimensi 2
(d) Berdimensi 3
5. Data ini yang menunjukkan lokasi diskrit digambarkan dengan.............
(a) Titik
(b) Garis
(c) Polygon
(d) Surface
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 5.
Rumus:
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
45
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 5. Anda dapat meneruskan pada Bab 6. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 5, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Budiyanto E. 2005. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
2. ESRI. 1997. Getting to Know Arc View GIS. USA: Environmental System
Research Institutes.
3. Madcoms. 2002. Seri Panduan Lengkap: Adobe Photoshop 7.0. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
D. Kunci Jawaban 1. d
2. a
3. a
4. b
5. a
BAB 6 DESAIN DAN PENGORGANISASIAN RUANG DALAM LANSKAP
PENDAHULUAN Perancangan lanskap atau desain lanskap merupakan perluasan dari
perencanaan. Perencanaan hanya menunjukkan daerah-daerah fungsional berikut
jalur-jalur sirkulasinya, sedangkan perancangan berkenaan dengan usaha seleksi
dan ketepatan penggunaan komponen/elemen, material/bahan lanskap, tanaman,
kombinasi pemecahan detail berbegai elemen taman seperti pedestrian, plaza, air
mancur, kolam, dan sebagainya. Perancangan merupakan pemecahan yang spesifik
dan berkualitas dari diagram/program ruang dan area dari rencana rinci tapak.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu menjelaskan
pengertian dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam desain lanskap serta
mengorganisasikan ruang melalui kuliah dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Desain
Sejarah desain dimulai sejak manusia membutuhkan sesuatu untuk
keamanan, kesenangan, dan kepuasannya serta merasa perlu untuk membuatnya.
Sebagai contoh, pembuatan kampak batu dari jaman batu purba (Palaeolithicum)
dimulai dengan ide untuk mencari makan dan tuntutan keamanan, dan selanjutnya
adalah mendesain alat tersebut sesuai dengan ide semula. Sesuai dengan
perkembangan sosial yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan ekonomi, budaya
dan teknologi, maka alat kampak batu ini berubah fungsi dan bentuknya yang
disesuaikan dengan kepentingannya masing-masing, misal golok, belati, pisau dapur,
keris, dan lain-lain. Ide mendesain tempat tinggal juga dimulai dengan bentuk-bentuk
gua, yang akhirnya saat ini menjadi bentuk rumah yang beraneka ragam bentuknya.
47
Akibat terjadinya perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan IPTEKS maka
produk desain menjadi lebih kompleks disesuaikan dengan fungsi dan kepentingan
masing-masing. Karya desain dipengaruhi oleh faktor sosial budaya pemakainya
disamping adanya waktu, ruang, material, dan teknologi yang tersedia.
Desain (design) berarti pola, cipta, skema, dan rancangan. Mendesain dapat
juga berarti memilih dan mengatur atau mengorganisir sesuatu. Mendesain adalah
pekerjaan merancang untuk memproduksi suatu karya. Mendesain adalah suatu seni
untuk menghasilkan suatu karya yang indah, menarik dan memuaskan.
Desain dimulai dengan ide (konsep), kemudian dinyatakan dengan bahasa
teknis untuk diterjemahkan oleh pembuat/pelaksana/produsen sehingga terciptalah
suatu produk yang diharapkan dapat dinikmati atau disukai oleh pemakai/konsumen.
Misalnya, pembangunan gedung, pembangunan jembatan, pembangunan taman,
pembuatan uang, pembungkus rokok dan pembungkus permen, pembuatan buku,
bahkan sampai pembuatan tusuk gigi.
Tujuan desain adalah terciptanya suatu karya yang fungsional dan estetis;
yang menyenangkan, memuaskan dan menyamankan hati pemakainya. Misalnya,
sebuah mobil yang nyaman dikendarai karena desainnya yang baik, rumah yang
nyaman dan menyenangkan bagi penghuninya karena desain rumah yang baik,
taman yang indah juga nyaman bagi penikmatnya karena desain taman yang baik.
Apabila suatu desain tidak baik, maka dapat menyebabkan ketidaknyamanan
bagi pemakai ataupun penikmatnya. Misalnya, bungkus makanan yang sangat susah
untuk dibuka dan ditutup kembali, buku yang berat untuk dibawa, bangku taman yang
tidak nyaman untuk diduduki, dan payung yang sukar untuk dikembangkan.
Pembuatan suatu karya/produk desain dipengaruhi oleh faktor manusia
pemakainya, waktu, ruang, material dan bahan lain yang tersedia, serta latar
belakang kebudayaan atau sosial dari pemakai karya desain ini. Dalam menghasilkan
karyanya, seorang desainer dapat bekerja sendiri atau bekerja berkelompok dengan
orang dari berbagai disiplin ilmu atau profesi yang menunjang penciptaan karya yang
akan dibuat. Mendesain adalah pekerjaan yang merupakan gabungan antara ilmu
dan seni, termasuk dalam hal ini mendesain taman. Ilmu mendukung terciptanya
karya yang menyamankan, praktis, ekonomis, dan daya tahan yang tinggi. Hal ini
48
sangat menentukan fungsi dari karya desain yang dihasilkan. Selanjutnya seni akan
berhubungan erat dengan penampilan dan bentuk, dimana keduanya akan baik bila
komposisi dan proporsi karya ini juga baik atau sesuai.
B. Prinsip Desain Untuk mewujudkan suatu karya arsitektur yang indah dengan mengatur,
menata, dan mengkreasikan suatu bentuk desain lanskap harus berpedoman dan
menerapkan prinsip-prinsip desain. Prinsip-prinsip desain terdiri atas:
1) Tema, identik dengan gaya, corak, dan style yang menciptakan unity/kesatuan
(unifying factor) seperti pengulangan (repetition) dari elemen desain.
2) Gradasi, identik dengan irama, rythym, ritme, dan nuansa yang menciptakan
variasi yang maksimal.
3) Kontras, identik dengan aksen, kejutan, point, interest, penyemarak, dominansi,
emphasys, dan focal point yang menciptakan daya tarik tertentu atau puncak
perhatian.
4) Kontrol, identik dengan keseimbangan/balance, restraint, pengendalian diri
sebagai penyeimbang, pengendali, pembatas agar tidak berlebihan atau
kekurangan. Dua jenis keseimbangan, yaitu keseimbangan simetris (formal) dan
keseimbangan asimetris (informal).
Prinsip desain diterapkan dalam menyusun, menata elemen desain (titik, garis,
bentuk, bidang, ruang, tekstur, warna, cahaya, bayangan, bunyi, dan aroma) dan
elemen lanskap (soft material dan hard material). Desain arsitektur lanskap bertujuan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan (kenyamanan, kesehatan, dan ketentraman)
sekitar kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya serta mempertahankan
kelestarian yang memberikan kepuasan hidup secara berkelanjutan.
C. Ruang dalam Tapak Untuk merancang atau mendesain proyek arsitektur lanskap, seorang desainer
lanskap perlu memahami seluk beluk tentang ruang terutama ruang luar (outdoor
space). Manusia bergerak dan selalu berada di dalam ruang. Ruang tidak dapat
49
dipisahkan dari kehidupan manusia di mana berada, menghayati, berpikir, dan juga
menciptakan ruang untuk menyatakan bentuk dunianya.
Semua kehidupan dan kegiatan manusia sangat berkaitan dengan ruang.
Hubungan antara manusia dengan suatu obyek, secara visual atau yang terlihat,
terdengar, tercium, teraba, dan terasa selalu menimbulkan kesan ruang. Oleh karena
itu, titik tolak perancangan ruang harus selalu didasarkan pada kehidupan manusia.
baik secara dimensional maupun psikologis dan emosional.
1. Pengertian Ruang Ruang dapat didefinisikan sebagai volume dari udara atau atmosfer yang
dapat dinyatakan dengan unsur-unsur fisik dan juga imajinasi visual manusia. Ruang
merupakan suatu wadah yang tidak nyata akan tetapi dapat dirasakan oleh manusia
(Hakim dan Utomo, 2003). Apabila seorang perancang ingin merencanakan sesuatu
pada tapak, perancang tidak hanya bekerja pada suatu bidang datar saja, tetapi
bekerja pada ruang.
Sebagai contoh, suatu tempat bermain untuk anak-anak bukanlah hanya
kumpulan alat-alat bermain pada suatu bidang datar tetapi merupakan kumpulan
ruang yang ditata satu dengan lainnya, sehingga dapat mengkreasikan suatu ruang
yang berguna/berfungsi dan menyenangkan. Suatu “highway” bukan suatu jalan lurus
yang tanpa kesan tetapi haruslah menjadi suatu jalur yang aman, menarik, dan
menyenangkan.
Dalam merencanakan suatu ruang, hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut
(Simonds dan Starke, 2006).
a. Karakter ruang Karakter ruang dapat menimbulkan respon emosi serta mempengaruhi
psikologi manusia yang berada di dalamnya. Suatu ruang dapat menjadi ruang
menakutkan, santai, dinamis, menyenangkan, dan sebagainya.
b. Kualitas ruang Hal penting dari karakter ruang adalah sifat dan suasana yang dikandungnya
dan dinyatakan dalam bentuk kualitas ruang. Sebagai suatu keseluruhan ruang
tersebut dapat digubah sedemikian rupa sehingga mengesankan atau mempengaruhi
perasaan bagi manusia yang berada di dalamnya. Ruang dapat direkayasa seperti
50
mengubah ruang sehingga memberi kesan meluas, pergerakan terarah, kekosongan,
menyenangkan, dan sebagainya.
c. Ukuran ruang Suatu ruang yang akan dirancang untuk suatu kebutuhan tertentu selalu
dihubungkan dengan fungsi dan aktivitas manusia di dalamnya. Oleh karena itu,
untuk merencanakan dan merancang ruang sebagai wadah suatu kegiatan tertentu
harus memperhatikan kejelasan ukuran ruang tersebut dalam hubungannya dengan
manusia yang mempunyai pengaruh psikologis yang kuat serta perasaan dan
perilaku. Ukuran ruang dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Ruang sempit, dengan langit-langit rendah dan intim, orang di dalamnya akan
didorong melakukan kegiatan seperti jongkok.
2) Ruang biasa, dengan langit-langit normal, tidak lapang tetapi tidak sempit, orang
di dalamnya didorong melakukan kegiatan atau aktivitas seperti duduk, bersantap,
dan sifat yang teratur.
3) Ruang luas, dengan langit-langit tinggi, megah, orang di dalamnya didorong
melakukan kegiatan prasmanan yang sifatnya besar, megah, terhormat, dan
agung.
d. Bentuk ruang Dalam merancang suatu ruang, secara ideal dikatakan bahwa “form must
follow function”. Pernyataan ini sebenarnya telah timbul jauh sebelumnya daripada
yang diperkirakan manusia dan memiliki arti lebih dalam. Pernyataan ini masih tetap
terbuka bagi beberapa argumen terkecuali bagi pemikiran estetis yang telah diterima
sebagai salah satu unsure yang tersirat dalam desain selain fungsi.
Seorang desainer dapat membentuk suatu desain yang harmonis, jelas
terlihat, dimengerti baik dalam bentuk bahan maupun dalam pemakaiannya dan
penyelesaiannya. Tidak hanya desain benda pakai yang dapat memberikan
bentuknya disesuaikan dengan fungsi. Akan tetapi, ruang juga direncanakan dengan
ukuran, bentuk, bahan dan penyelesaiannya yang benar-benar mengekspresikan
penggunaannya menjadi wadah yang harmonis.
51
e. Warna ruang Pandangan dan pemikiran orang-orang pendahulu mengenai warna ruang
dimana manusia telah membiasakan diri dengan warna-warna dari komposisi alam.
Sesuai dengan pandangan tersebut, di dalam pemilihan warna dalam suatu ruang
yang dibentuk oleh manusia, baik ruang dalam maupun ruang luar, perencana
sebaiknya berusaha mengikuti pola komposisi alam tersebut.
f. Ekspresi abstrak suatu ruang Karakter abstrak suatu ruang dapat dicapai melalui pengolahan jenis lanskap
tertentu dan sesuai fungsinya. Sebagai contoh, suatu makam (cemetery park)
mempunyai kesan yang berbeda dengan suatu taman hiburan. Desain taman hiburan
memberi kesan menarik, mengherankan, bentuk dinamis, tekstur dan warna yang
menyenangkan, sedangkan ruang tempat pemakaman memberi kesan perlindungan,
penghiburan, suatu kehidupan yang diam, tenang, dan damai.
2. Elemen Pembentuk Ruang Suatu ruang dalam skala ukuran yang besar mendapatkan sifat dan suasana
dari elemen atau unsur penyusunnya karena masing-masing elemen yang digunakan
akan mempengaruhi karakter ruang tersebut sampai batas tertentu. Oleh karena itu,
penggunaan setiap elemen dalam ruang harus memperhatikan bagaimana hubungan
serta ekspresi kesan yang ditimbulkan oleh kombinasi elemen-elemen tersebut
sehingga sesuai dengan karakter ruang yang diinginkan.
Elemen pembentuk ruang terdiri atas tiga, yaitu bidang dasar/lantai, bidang
atas/atap, dan bidang pembatas/dinding (Hakim dan Utomo, 2003; Budihardjo dan
Sujarto, 2005).
a. Bidang dasar/lantai Bidang dasar atau alas (the base plane, floor) memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam pembentukan ruang karena terkait dengan fungsi ruang. Bidang ini
adalah lokasi paling sesuai bagi aktivitas manusia. Permukaan lantai yang
mempunyai sifat bahan berbeda akan membentuk kesan ruang tersendiri.
Permukaan lantai terdiri atas bahan keras (batu, kerikil, pasir, aspal, dan lain-lain)
52
dan bahan lunak (padang rumput, tanah, dan lain-lain). Perbedaan tinggi suatu
bidang lantai juga akan membentuk kesan dan fungsi ruang yang baru.
b. Bidang atas/atap Bidang atas atau atap/penutup (the overhead plane, ceiling) menimbulkan
kesan ruang yang dapat memberikan efek psikologis dan fisiologis seperti keamanan
dan keterlindungan. Bidang ini terdiri atas dua bentuk, yaitu penutup atap yang masif
dan penutup atap yang transparan. Penutup atap yang masif seperti susunan atap
genting, bidang plafond, dan atap gua, sedangkan penutup atap yang transparan
seperti kanopi pohon dan langit yang terbentang luas.
c. Bidang pembatas/dinding Bidang pembatas ruang/dinding (the verticals, side walls adalah unsur vertikal
suatu ruang, dengan fungsi pembagi dan pembatas ruang. Bidang ini membentuk
bagian-bagian ruang dengan batas berupa dinding sesuai dengan penggunaan
tertentu. Jenis dinding dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu 1) dinding masif atau
dinding yang tertutup, misalnya permukaan tanah yang miring atau vertikal dan
dinding bangunan atau tembok, 2) dinding transparan, misalnya pagar bambu, pohon
atau semak yang renggang, dan 3) dinding semu yang dibentuk oleh perasaan
pengamat setelah mengamati suatu obyek atau keadaan, misalnya garis batas air
sungai atau laut, cakrawala, dan batas lantai trotoar.
Dalam lanskap, elemen pembentuk ruang dapat berfungsi sebagai penutupan
untuk privasi, kontrol pemandangan, pemberi arah dan suasana, dan sebagai elemen
ruang itu sendiri. Penutupan dibutuhkan untuk menciptakan privasi dengan cara
membatasi atau menghilangkan secara psikologi unsur-unsur yang mengganggu.
Perencanaan unsur penutup atau pembatas suatu ruang privasi dapat dicapai
dengan penempatan pembatas lebih bebas memperhatikan kedalaman suatu ruang.
Kualitas penutupan tergantung dari jenis material yang digunakan seperti bahan
keras atau alamiah (dinding cadas), unsur buatan (gelas, keramik, dan sebagainya).
Fungsi lain elemen pembentuk ruang adalah sebagai kontrol pemandangan.
Pemandangan dalam ruang dapat merupakan perluasan untuk melihat obyek yang
jauh sebagai bagian dari ruang tersebut. Untuk perencanaan ruang dalam, tetap
53
memperhatikan obyek di luar ruang sehingga dapat dimasukkan dalam ruang dengan
cara membuat bukaan kea rah obyek tersebut, memberi bingkai dan pandangan lebih
terfokus ke obyek tersebut secara visual.
Unsur vertikal dapat berfungsi sebagai pemberi arah dan suasana. Suatu
plaza yang kosong akan terasa sangat luas dan apabila ditambah unsur vertikal
seperti pohon, patung, dan bidang dekoratif lain maka kesan luas dapat hilang.
Unsur-unsur vertikal tersebut dapat dibuat member kesan menarik, mendorong,
mengubah suasana, menerima, mengarahkan, dan memberikan tempat bagi aktivitas
sesuai dengan penggunaan yang telah direncanakan.
Elemen vertikal disamping memberi suasana dan derajat penutupan juga
dapat berfungsi sebagai kontrol angin, cahaya, temperatur, dan cahaya. Unsur ini
dapat mengubah atau membelokkan angin atau mengeliminasinya. Sebaiknya
hembusan angin dapat masuk ke ruang untuk menyejukkan atmosfer dalam ruang.
Sinar matahari dapat diperlunak, disaring atau dibiarkan masuk yang akan
memberikan kesan daya hidup kegembiraan di dalamnya.
Tanaman sebagai elemen ruang sangat kuat dalam pembentukan ruang
terutama ruang luar. Pepohonan ada yang tumbuh sendiri/soliter dan ada yang
tumbuh berkelompok dalam deretan teratur yang membentuk massa. Akan tetapi,
dalam perencanaan dan perancangan lanskap yang perlu diperhatikan adalah
hubungan konstruksi dengan tanaman yang ada di sekelilingnya.
3. Ruang Terbuka Ruang terbuka adalah karakter arsitektur dari ruang luar, baik yang
mempunyai batasan maupun terbuka yang berisi struktur elemen lanskap. Ruang
terbuka merupakan keseluruhan lanskap, termasuk perkerasan, jalan, trotoar, taman,
tempat rekreasi, dan sebagainya. Ruang terbuka di perkotaan dapat berbentuk
buatan (man made) dan alamiah (natural).
Ruang terbuka dapat diklasifikasikan berdasarkan kegiatan, bentuk, sifat, dan
kesan fisiknya (Hakim dan Utomo, 2003; Budihardjo dan Sujarto, 2005).
Berdasarkan kegiatan, ruang terbuka dikelompokkan sebagai berikut.
54
a) Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka yang mempunyai unsur-unsur kegiatan
di dalamnya, seperti plaza, lapangan olahraga, dan tempat bermain anak.
b) Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung
unsur-unsur kegiatan manusia, seperti penghijauan tepian jalur jalan dan
penghijauan bantaran sungai.
Berdasarkan bentuknya, ruang terbuka dikelompokkan sebagai berikut.
a) Ruang terbuka bentuk memanjang (koridor) pada umumya hanya mempunyai
batas pada sisi-sisinya, seperti jalan dan sungai.
b) Ruang terbuka bentuk membulat (kawasan) pada umumnya mempunyai batas di
sekelilingnya, seperti lapangan upacara, area rekreasi, dan lapangan olahraga.
Berdasarkan sifatnya, ruang terbuka dikelompokkan sebagai berikut.
a) Ruang terbuka lingkungan, adalah ruang terbuka yang terdapat pada suatu
lingkungan dan sifatnya umum.
b) Ruang terbuka antarbangunan, adalah ruang terbuka yang terbentuk oleh massa
bangunan dan dapat bersifat umum ataupun pribadi sesuai dengan fungsi
bangunannya.
Berdasarkan kesan fisiknya, ruang terbuka dikelompokkan sebagai berikut.
a) Ruang positif, adalah ruang terbuka yang diolah dengan peletakan massa
bangunan atau obyek yang melingkupi dan memiliki fungsi.
b) Ruang negatif/mati (death space), adalah ruang terbuka yang menyebar dan tidak
berfungsi dengan jelas serta bersifat negatif, biasanya terjadi secara spontan
tanpa kegiatan tertentu. Ruang ini terbentuk dengan tidak direncanakan, tidak
terlingkup, dan tidak dapat digunakan (ruang yang terbentuk dengan tidak
sengaja, ruang yang tersisa). Dalam desain lanskap, ruang negatif sebaiknya
dihindari.
D. Rangkuman Desain dimulai dengan ide (konsep), kemudian dinyatakan dengan bahasa
teknis untuk diterjemahkan oleh pelaksana sehingga terciptalah suatu produk yang
diharapkan dapat dinikmati atau disukai oleh pemakai. Tujuan desain adalah
terciptanya suatu karya yang fungsional dan estetis. Prinsip desain diterapkan dalam
55
menyusun, menata elemen desain (titik, garis, bentuk, bidang, ruang, tekstur, warna,
cahaya, bayangan, bunyi, dan aroma) dan elemen lanskap (soft material dan hard
material). Dalam desain lanskap, hal pertama yang diperhatikan adalah ruang
terutama ruang luar. Pembentukan ruang dapat dilakukan dengan memanfaatkan tiga
elemen pembentuk ruang, yaitu bidang alas, bidang atap, dan bidang pembatas.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang desain dan pengorganisasian ruang
dalam lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan
mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan pengertian desain dan prinsip desain.
2. Jelaskan pengertian ruang dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan suatu ruang.
3. Jelaskan elemen pembentuk ruang.
4. Jelaskan pengertian dan klasifikasi ruang.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai desain dan pengorganisasian ruang
dalam lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Prinsip desain yang identik dengan nuansa yang menciptakan variasi yang
maksimal adalah.............
(a) Tema
(b) Gradasi
(c) Kontras
(d) Kontrol
56
2. Ukuran ruang yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan bersifat megah
dan agung adalah ruang.............
(a) Sempit
(b) Biasa
(c) Sedang
(d) Besar
3. Elemen ruang yang dapat memberikan efek psikologis dan fisiologis seperti
keamanan dan keterlindungan adalah bidang.............
(a) Dasar
(b) Atap
(c) Pembatas
(d) Dinding
4. Dinding yang dibentuk oleh perasaan pengamat setelah mengamati obyek atau
keadaan disebut dinding.............
(a) Masif
(b) Tertutup
(c) Transparan
(d) Semu
5. Ruang terbuka yang didalamnya tidak mengandung unsur-unsur kegiatan
manusia disebut ruang terbuka.............
(a) Aktif
(b) Pasif
(c) Positif
(d) Negatif
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 6.
Rumus:
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
57
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 6. Anda dapat meneruskan pada Bab 7. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 6, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Budihardjo E, D. Sujarto. 2005. Kota Berkelanjutan. Bandung: PT. Alumni.
2. Hakim R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap,
Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
3. Simonds JO, BW. Starke. 2006. Landscape Architecture, A Manual of
Environmenal Planning and Design. Ed ke-4. New York: McGraw-Hill Book Inc.
D. Kunci Jawaban 1. b
2. d
3. b
4. d
5. b
BAB 7 DESAIN DAN ASPEK VISUAL DALAM LANSKAP
PENDAHULUAN Kualitas suatu lanskap selain ditentukan oleh kualitas fisik dan ekologi, juga
ditentukan oleh kualitas visual. Aspek visual tersebut turut memegang peranan
penting dalam proses perencanaan dan perancangan lanskap. Oleh karena itu,
seorang perancang perlu memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan
mewujudkan visualisasi suatu tempat sesuai dengan tujuan awal perancangan.
Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menghasilkan
visualisasi suatu lanskap dalam desain lanskap melalui kuliah dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Unsur-unsur desain berperan untuk mewujudkan aspek visual yang diinginkan.
Misalnya secara optik, suatu ruang dapat dibuat agar berkesan lebih luas dengan
penggunaan warna yang terang, tekstur yang halus, atau dengan cara
menyembunyikan batas tepi tapak, dan penggunaan garis-garis horisontal. Kualitas
visual suatu lanskap terkait dengan skala, view, vista, axis, rencana simetris, dan
rencana asimetris.
A. Skala Skala menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang
dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Skala dapat
dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut.
1. Skala manusia
Pada skala manusia penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi
manusia atau gerak ruang manusia terhadap obyek atau benda yang dirancang.
59
Contoh:
a. Patung Pangeran Diponegoro di Taman Monumen Nasional apabila dilihat
pada jarak tertentu akan sulit untuk memperkirakan berapa tinggi patung
tersebut. Akan tetapi, apabila disamping patung tersebut berdiri seseorang
barulah dapat diperkirakan ketinggiannya dengan pemikiran bahwa tinggi
orang tersebut 160 cm.
b. Taman Disneyland dibuat berskala hanya dua pertiga dari ukuran sebenarnya
karena taman ini diperuntukkan bagi anak-anak. Pandangan mata anak-anak
sangat penting dalam perancangan lapangan bermain.
2. Skala generik
Pada skala ini perbandingan diarahkan pada penggunaan suatu elemen atau
ruang terhadap elemen lain yang berhubungan di sekitarnya. Contoh:
a. Perbandingan antara bangunan dengan ukuran tanaman yang ditanam di
sekitar bangunan tersebut harus skalatis, bukan tanaman yang terlalu besar,
atau juga terlalu kecil.
b. Dengan luas area yang cukup luas, berdiri monumen nasional.
3. Skala gambar
Skala gambar atau skala peta yaitu perbandingan perbesaran atau perkecilan
antara gambar atau peta yang dikerjakan dengan mempergunakan satuan ukuran
angka/numerik ataupun grafik. Skala pada bidang gambar atau peta dapat
dinyatakan sebagai berikut.
a. Skala angka atau skala pecahan (numerical scale/fraction scale).
Perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya dinyatakan
dalam bentuk angka/pecahan yang sederhana.
Contoh:
Skala 1 : 100 artinya 1 cm di peta/gambar = 100 cm (atau 1 m) keadaan nyata
di lapangan.
Skala 1 : 50.000 artinya 1 cm di peta/gambar = 50.000 cm di lapangan.
b. Skala verbal (skala 1 inci : 1 mil atau skala 1 cm : 1 km)
Jenis skala ini sering digunakan terutama pada peta topografi di Amerika atau
negara-negara lain yang menggunakan satuan buka metrik.
60
Contoh:
Skala 1 inci : 4 mil artinya 1 inci di peta = 4 mil di lapangan
Skala 1 cm : 5 km artinya 1 cm di peta = 5 km di lapangan.
c. Skala grafik (grafic scale atau bar scale)
Skala ini ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yang
sama yang tiap-tiap bagian menunjukkan kesatuan-kesatuan yang sama. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 km
Skala peta 1 cm = 1 km di lapangan, atau 1 : 100.000
Untuk memperbesar atau memperkecil skala peta ada beberapa cara, salah
satunya adalah dengan Square Method yaitu dengan membuat garis bantu
berupa petak-petak atau garis grid pada kertas gambar yang baru. Petak garis
bantu tersebut disesuaikan dengan perbesaran atau perkecilan peta yang
diinginkan.
Contoh:
Pada peta dengan skala 1 : 5.000, dibuat garis petak-petak dengan ukuran 4 cm.
Bila ingin memperkecil menjadi skala 1 : 20.000, maka garis bantu petak yang
dibuat pada kertas gambar baru sebesar: 5.000 dibagi 20.000 kemudian dibagi 4
cm, hasilnya 1 cm.
Skala dalam arsitektur lanskap adalah suatu kualitas yang menghubungkan
elemen bangunan atau ruang dengan kemampuan manusia dalam memahami
bangunan atau ruang tersebut. Pada ruang-ruang yang masih dapat dijangkau
manusia dapat langsung dihubungkan dengan ukuran manusia, tetapi pada ruang-
ruang di luar jangkauan manusia penentuan skala harus didasarkan pada
pengamatan visual dengan membandingkan elemen yang berhubungan dengan
manusia.
Untuk skala ruang dalam lingkungan perkotaan lebih banyak menggunakan
skala manusia dan skala generik. Tiga kriteria dalam skala ruang lingkungan
perkotaan sebagai berikut.
61
1. Skala ruang intim
Merupakan skala ruang yang kecil sehingga memberikan rasa perlindungan bagi
manusia yang berada di dalamnya. Pada skala ruang kecil keintiman timbul
karena gerak manusia yang sangat terbatas. Misalnya sebuah taman pada
bangunan rumah tinggal cenderung untuk membentuk ruang intim. Pada ruang
intim ini hampir seluruh detail elemen keras dan lunak (tanaman) terlihat jelas.
Oleh karena itu, unsur bentuk, tekstur, warna, dan aroma perlu menjadi
pertimbangan perancangan dalam menerapkan skala ruang kecil.
2. Skala ruang monumental
Merupakan skala ruang yang besar dengan suatu obyek yang mempunyai nilai
tertentu sehingga manusia akan merasakan keagungan dari ruang tersebut.
Manusia akan terangkat perasaan spiritualnya dan terkesan pada keagungan
yang dirasakannya. Misalnya Tugu Monumen Nasional di Jakarta dan patung
Garuda Wisnu Kencana di Bali (Gambar 4).
Gambar 4. Patung Garuda Wisnu Kencana
Foto
: Nur
faid
a (2
007)
62
3. Skala ruang kota
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta lingkungan manusianya
sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut.
Misalnya suatu plaza kota, ukuran luas plaza sebaiknya minimum sama dengan
bangunan utama dari plaza tersebut, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali
bangunan utama. Plaza yang besar dan dikelilingi oleh bangunan kecil menjadi
tidak sesuai skalanya. Demikian pula halnya apabila sebuah obyek menara tinggi
berada di antara rumah-rumah kecil.
4. Skala ruang menakutkan
Pada skala ini obyek bangunan mempunyai ketinggian yang berada jauh di atas
skala ukuran manusia. Perbandingan antara obyek bangunan dan manusia atau
lingkungannya sangat tidak proporsional sehingga menimbulkan kesan
mencekam dan menakutkan bagi manusia yang berada dalam ruang tersebut. Hal
ini akan terasa bila kita berjalan di antara bangunan tinggi dengan jarak antar
bangunan yang berdekatan.
Sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60o, tetapi
apabila orang melihat secara lurus ke depan atau menuju ke titik obyek secara
intensif maka sudut pandangnya berubah menjadi 1o. Apabila orang melihat lurus
ke depan maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan horizontal
mempunyai sudut 40o. Orang dapat melihat keseluruhan apabila sudut
pandangannya 27o atau dalam perbandingan jarak bangunan dibagi tinggi
bangunan sama dengan 2 (Gambar 5).
Gambar 5. Bidang batas sudut padang manusia (Sumber: Budihardjo dan Sujarto, 2005)
63
Untuk membentuk ruang dengan efek tertentu perlu dipertimbangkan
perbandingan antara jarak antar bangunan (distance = D) dengan tinggi bangunan
(high = H) menurut Yoshinobu Ashiara dalam buku Open Spaces. Ruang yang
terbentuk akibat perbandingan D dan H sebagai berikut.
D/H = 1 : ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi
bangunannya.
D/H < 1 : ruang yang terbentuk akan terlalu sempit dan memberikan rasa
tertekan, orang cenderung melihat bangunan sebagai komponen
keseluruhan.
D/H > 1 : ruang terasa agak besar.
D/H > 2 : pengaruh ruang tidak akan terasa.
Perbandingan antara tempat seseorang berdiri (D) dengan obyek tinggi
bangunannya (H) menurut Paul D. Spriegen apabila orang berdiri dengan jarak
sebagai berikut.
D/H = 1 : cenderung memperhatikan detail dari keseluruhan bangunan.
D/H = 2 : cenderung untuk melihat bangunan sebagai sebuah komponen
keseluruhan bersama dengan detailnya.
D/H = 3 : bangunan dilihat dalam hubungan dengan lingkungannya.
D/H = 4 : bangunan dilihat sebagai pembatas ke depan saja.
B. View Untuk menciptakan karya lanskap yang indah, selain ditentukan oleh usaha
perancang yang mempertimbangkan seluruh prinsip-prinsip desain pada
rancangannya, keindahan hasil rancangan juga turut ditentukan oleh aspek visual
dari tempat tersebut (view). View adalah pemandangan yang diamati dari suatu titik
pandang tertentu (vantage point).
View ini harus dimanfaatkan dalam perencanaan dan perancangan taman, dan
untuk dapat dinikmati keberadaannya, view harus: 1) sesuai dengan kebutuhan
manusia, 2) sesuai dengan areal yang tersedia, 3) sesuai dengan fungsi ruang yang
tersedia dan akan digunakan, dan 4) ukuran dan kualitas pemandangan itu sendiri.
64
Karakteristik view sendiri merupakan suatu gambar yang dibingkai, tema, perubahan
rasa secara dinamis, mempunyai batas ruang pandang, sebagai latar belakang, dan
sebagai setting untuk arsitektur (Gambar 6).
Gambar 6. View sebagai latar belakang (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
Untuk memanfaatkan view pada perancangan lanskap, seorang perancang
harus mempertimbangkan aspek faktor kesesuaian dan perlakuan desain terhadap
view.
1. Faktor kesesuaian
View adalah tema yang dapat memberikan nilai tambah terhadap ruangan atau
menambah nilai/kualitas dari fungsi sebelumnya atau fungsi yang telah dibuat.
2. Perlakuan desain terhadap view
View yang bagus tidak selalu merupakan pemandangan penuh, bahkan view
biasanya lebih baik jika dibingkai atau dilihat dari suatu screen (Gambar 7). Akan
tetapi, peletakan suatu obyek pada suatu view terkadang juga dapat mengganggu
kualitas view suatu tapak (Gambar 8). Oleh karena itu, perancangan lanskap
sebaiknya mempertimbangkan dengan baik perlakuan desain terhadap view.
65
Gambar 7. View yang dibingkai terlihat lebih baik (bawah) dibanding pemandangan penuh (atas) (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
View dapat merupakan good view, yaitu suatu kualitas pemandangan/view yang
baik dan luas; dan juga dapat berupa bad view, yaitu pemandangan/view yang
tak tertata dengan baik. Pemandangan yang baik harus dimaksimumkan
keberadaannya, dan pemandangan yang kurang baik atau jelek harus
diminimumkan.
Gambar 8. Obyek yang ganjil yang diletakkan pada suatu view dapat mengganggu minat (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
66
C. Vista Vista adalah suatu pandangan yang terbatas, biasanya mengarah ke suatu
titik perhatian (vocal point). Vista merupakan suatu pemandangan atau view yang
baik dan indah. Biasanya merupakan suatu fitur/gambaran/pemandangan/bentukan
yang dominan dari suatu tapak atau wilayah.
Vista dapat berupa vista alami (natural vista) dan vista buatan (artificial vista,
structural vista). Vista ini merupakan suatu titik pusat dari perencanaan taman, dan
pada lanskap dikenal istilah “bingkai alam” yang merupakan suatu bentukan vista
yang indah dan sebaiknya dimanfaatkan.
View dan vista saling berhubungan satu sama lain. Akan tetapi, masing-
masing memiliki karakteristik yang berbeda. View adalah suatu pemandangan yang
diamati, sedangkan vista adalah segmen yang dibingkai dari suatu view, dimana
bingkai dan vista harus dapat dipertukarkan (Gambar 9). Karakteristik vista yang
dapat dipertimbangkan dalam desain, yaitu: suatu titik akhir perencanaan (terminus),
bingkai alam (enframement), dan perwujudan yang progresif.
Dalam perencanaan lanskap, view dan vista dapat dilaksanakan secara axis,
simetris, dan asimetris.
1. Axis
Axis (terpusat, radial, center) adalah suatu garis yang menghubungkan dua titik
atau lebih. Axis dapat terbentuk tidak beraturan dan dapat dibengkokkan atau
dibelokkan. Seringkali kekuatan axis menggambarkan kekuatan dari suatu
terminus (Gambar 10).
Axis memiliki karakteristik, antara lain, terminus sebagai pembangkit pergerakan
axial, seringkali obyek pendamping sebagai elemen yang kuat, dan axis dapat
simetris tetapi biasanya tidak (Gambar 11). Axis juga dapat berfungsi sebagai
pemersatu elemen-elemen yang berbeda. Karakteristik tambahan lainnya, yaitu
vista mayor dan minor tidak harus tegak lurus, vista mayor dan minor dapat
berfungsi sebagai area atau volume seperti juga pendekatan garis, terminus dari
vista dapat berupa suatu ruang seperti juga obyek, dan terminus dalam suatu
struktur terkadang satu atau tiga pembukaan lebih baik dari satu (Gambar 12).
67
Gambar 9. Vista sebagai segmen yang dibingkai dari suatu view (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
68
Gambar 10. Axis yang tidak beraturan, dibelokkan, dan kekuatan axis menggambarkan terminus (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
Gambar 11. Karakteristik axis (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
Foto
: Nur
faid
a (2
008)
69
Gambar 12. Karakteristik tambahan (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
2. Rencana Simetris
Adalah perencanaan yang unsur-unsurnya seimbang terhadap titik pusat atau
pada sisi-sisi daripada suatu sumbu. Keseimbangan dapat berupa titik atau area,
axis, bilateral, trilateral, multilateral, dan quadrilateral (Gambar 13).
Gambar 13. Jenis keseimbangan simetris (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
70
Kesan yang ditimbulkan dari rencana simetri, yaitu simetri yang dinamis, simetri
yang tegas, dan simetri yang alami.
Kedinamisan dibentuk oleh:
a. Unsur-unsurnya berhubungan erat.
b. Kualitas kestabilan dibentuk dari keseimbangan komposisi.
c. Kelengkapan obyek.
d. Interval dan ritme.
Ketegasan dibentuk oleh:
a. Formalitas pola.
b. Emphasis.
c. Kesatuan pola, yaitu pengaruh dibentuk oleh seluruh obyek bukan masing-
masing obyek.
d. Hubungan antar unsur dalam tapak dan antar tapak dengan lingkungan luar
yang harmonis.
Kealamiahan dibentuk oleh (Gambar 14):
a. Rencana pola yang terstruktur.
b. Pembagian fitur tapak.
c. Pembagian fungsi tapak.
Gambar 14. Simetri yang alami (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
71
3. Rencana Asimetris
Adalah perencanaan yang bebas dari kekakuan, mempunyai hubungan yang erat
dan harmonis terhadap alam. Karakteristik rencana asimetri sebagai berikut.
a. Keseimbangan visual, yaitu komposisi visual yang lengkap dan seimbang
serta merupakan hasil kerjasama dari keseimbangan bentuk, bobot, dan
warna (Gambar 15).
b. Perencanaan asimetris, yaitu kedekatan hubungan dengan alam yang
harmonis, menyajikan kualitas lanskap yang tampak alami, sirkulasi yang
bebas, dan pemandangan yang bervariasi (Gambar 16).
c. Pertumbuhan organik, yaitu pola yang dibentuk mengikuti model pertumbuhan
organik.
d. Perencanaan organik, yaitu dasar dari pengembangan rencana tapak, isi, dan
bentuk tapak.
e. Penggunaan dari asimetris, yaitu sesuai digunakan dalam perencanaan
wilayah yang berskala besar.
Gambar 15. Keseimbangan simetris dan asimetris (Sumber: Simonds dan Starke, 2006)
72
Gambar 16. Contoh keseimbangan visual
D. Rangkuman Untuk menghasilkan rancangan yang baik, perancang sebaiknya juga
menguasai aspek visual. Aspek visual suatu lanskap terkait dengan skala, view, dan
vista. Skala terdiri atas skala manusia, skala generik, dan skala gambar. View dan
vista saling berhubungan satu sama lain. Dalam perencanaan dan perancangan
lanskap, view dan vista dapat dilaksanakan secara axis, simetris, dan asimetris.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pekerjaan lanskap, Anda perlu
mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan
Anda!
1. Jelaskan yang dimaksud skala dan pembagian skala.
2. Jelaskan perbedaan view dan vista serta karakteristik masing-masing.
3. Jelaskan yang dimaksud perencanaan simetris dan asimetris.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai desain dan aspek visual dalam lanskap
melalui sumber bacaan dan internet.
Foto
: Nur
faid
a (2
008)
73
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Skala yang diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau gerak
ruang manusia terhadap obyek atau benda yang dirancang adalah
skala.............
(a) Manusia
(b) Generik
(c) Gambar
(d) Angka
2. Perbandingan antara bangunan dengan ukuran tanaman yang ditanam di
sekitar bangunan tersebut menunjukkan skala.............
(a) Manusia
(b) Generik
(c) Gambar
(d) Angka
3. Skala 1 : 500 artinya adalah.............
(a) 1 cm di peta/gambar = 500.000 cm di lapangan
(b) 1 cm di peta/gambar = 500 cm di lapangan
(c) 1 cm di peta/gambar = 500 m di lapangan
(d) 1 cm di peta/gambar = 50 m di lapangan
4. Segmen yang dibingkai dari suatu disebut.............
(a) Skala
(b) View
(c) Vista
(d) Axis
5. Kedinamisan pada suatu lanskap dapat dibentuk oleh.............
(a) Emphasis
(b) Formalitas pola
(c) Interval dan ritme
(d) Pembagian fitur tapak
74
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 7.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 7. Anda dapat meneruskan pada Bab 8. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 7, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Budihardjo E, D. Sujarto. 2005. Kota Berkelanjutan. Bandung: PT. Alumni.
2. Hakim R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap,
Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
3. Simonds JO, BW. Starke. 2006. Landscape Architecture, A Manual of
Environmenal Planning and Design. Ed ke-4. New York: McGraw-Hill Book Inc.
D. Kunci Jawaban 1. a
2. b
3. b
4. c
5. c
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
BAB 8 DESAIN DAN POLA SIRKULASI DALAM LANSKAP
PENDAHULUAN Suatu ruang atau tempat tidak akan punya arti tanpa adanya sirkulasi. Sejak
manusia pertama kali menarik garis jalan melintasi tanah, rute-rute perjalanan telah
menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan sirkulasi
mengakibatkan ruang untuk pergerakan manusia dan kendaraan menempati lebih
dari seperempat lahan di daerah perkotaan. Dalam desain lanskap, pola sirkulasi
merupakan fungsi utama dari setiap proyek karena menentukan tingkat, urutan, dan
sifat dari pengalaman yang dirasakan oleh pengguna.
Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengatur pola
sirkulasi dalam desain lanskap melalui kuliah dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Umumnya suatu ruang atau tempat tidak akan berarti apa-apa kecuali apabila
manusia mendapatkan pengalaman darinya. Suatu tempat, ruang, atau sumber daya
yang bernilai setinggi apapun tidak akan mempunyai arti tanpa adanya sirkulasi.
Pergerakan dikenali sebagai perpindahan (transmit) manusia, barang, jasa, dan
informasi melalui jalur atau pola sirkulasi yang mengantarkan sesuatu dari suatu titik
menuju (to), melalui (through), melintasi (over), menerobos (under), mengitari
(around) suatu titik, wilayah, atau ruang baik secara berjalan, berkuda, berkendaraan,
menggunakan pesawat, atau perangkat penggerak dan pemindah lainnya.
Setiap obyek atau tapak (site) hadir dalam 4 dimensi (4D), yaitu waktu
(dimensi ke-4) dan ruang (dimensi ke-3). Suatu struktur obyek, tapak (yang 3D ini)
sulit dikenali secara utuh, hanya dari satu sudut pandang, tetapi perlu melalui suatu
pola aliran (motion) pengamatan yang melibatkan serangkaian indera (sight, taste,
smell, touch, dan hearing) dari setiap sudut yang hampir tanpa batas. Suatu
76
pengalaman (experience) diperoleh hampir selalu melalui suatu proses pergerakan
yang melibatkan orang atau sesuatu yang menerima pengalaman.
Jejaring sirkulasi (circulation network) terdiri atas jalan, rel, kanal, jalan
setapak, koridor, kabel, terowongan. Secara proporsional, kapasitas sirkulasi menjadi
ukuran tingkat aktivitas (ekonomi dan budaya), penggunaan, dan pemanfaatan suatu
ruang, tempat, atau penggunaan lahan. Faktor aksesibilitas merupakan prasyarat
untuk mencapai dan menggunakan suatu ruang, tempat, atau peruntukan.
Suatu obyek dengan setting ruang berdasarkan konsep desain yang
melatarbelakangi dapat mengarahkan pola sirkulasi yang terjadi. Pentingnya
mereorganisasi atau merevolusi pandangan visual (visual habit) tidak saja dalam
konteks seni tetapi juga dalam pengalaman pergerakan yang akan diperoleh.
Manusia dalam hal ini pengguna, tidak akan merasa sebagai benda yang terisolasi
dalam ruang tetapi terdapat dalam suatu pergerakan yang mengandung struktur, pola
keteraturan (order), dan keterhubungan (relatedness) dengan peristiwa kontekstual
dalam ruang-waktu.
A. Kinematika Pergerakan Kinematika pergerakan untuk mencapai suatu titik, wilayah, dan ruang dapat
memiliki beragam pola, antara lain, berkelok-kelok (meandering), langsung (direct),
melingkar (in-circling), melewati (passing), kembali (running), berpencar (diverging),
dengan selaan (with interference), dan menghimpun (congregating) (Gambar 17).
Kecepatan dari pergerakan bervariasi dari gerak lambat (merayap,
merangkak) hingga gerak cepat (kilat). Sifat gerak yang dapat ditampilkan, antara
lain, sifat menenangkan (soothing), sifat mencengangkan (startling), sifat
mengagetkan (shocking), sifat bertahap-tahap (sequential), sifat bertingkat-tingkat
(hieratic), dan sifat mengalir (flowing) (Hakim dan Utomo, 2003). Perpaduan antara
kecepatan gerak dan sifat pergerakan terhadap suatu subyek akan menghasilkan
respon emosional tertentu sehingga harus menjadi pertimbangan dan dikendalikan
dengan hati-hati. Oleh karena itu, pergerakan yang terjadi haruslah akomodatif dan
menimbulkan rasa nyaman bagi pengguna.
77
1. Manusia dan Pergerakan Dalam bergerak, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi manusia untuk
cenderung bergerak, menolak bergerak, dan beristirahat. Faktor-faktor yang
mendorong manusia untuk cenderung bergerak, antara lain, sebagai berikut.
1) Apabila ada sesuatu yang menyenangkan
2) Apabila ada benda-benda yang diinginkan
3) Apabila sedikit mempunyai halangan
4) Adanya tanda atau petunjuk yang jelas dan mengarah
5) Apabila sesuatu mempunyai kegunaan atau daya tarik
6) Apabila ada sesuatu yang berbeda
7) Menuju suatu titik yang mempunyai warna dan tekstur terkuat
8) Apabila ada ruang-ruang yang menyenangkan
9) Apabila ada rasa petualang, dan sebagainya (Gambar 18).
Meandering Direct Curvilinier Erratic Looping
Passing In-circling Dispersing Congregating
Rounding Returning Diverging Homing
Gambar 17. Beragam pola pergerakan (Simonds dan Starke, 2006)
78
Gambar 18. Faktor-faktor yang mendorong manusia cenderung bergerak (Simonds dan Starke, 2006)
Faktor-faktor yang merangsang manusia untuk menolak bergerak, antara lain,
sebagai berikut.
1) Ada rintangan
2) Ada sesuatu yang tidak menyenangkan
3) Ada sesuatu di luar perhatian
4) Ada sesuatu gesekan
5) Ada sesuatu kekerasan
6) Ada permukaan yang curam
7) Ada sesuatu yang monoton, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk beristirahat, antara lain, sebagai
berikut.
1) Kondisi kenikmatan dan kesenangan
2) Kesempatan untuk menangkap view, obyek atau detail yang jelas
3) Ada halangan untuk bergerak
4) Terlibat dalam keadaan tanpa tujuan
5) Kesempatan untuk sesuatu yang bersifat pribadi
6) Kesempatan untuk konsentrasi
7) Ketidakmampuan untuk maju, dan sebagainya.
79
2. Pengaruh Jarak pada Sirkulasi Faktor jarak merupakan penghalang pencapaian yang dapat mengganggu
pola sirkulasi yang diterapkan. Jarak yang terlalu jauh menyebabkan pola sirkulasi
yang direncanakan tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan sehingga pengguna
harus mengeluarkan sejumlah energi untuk melewatinya. Oleh karena itu, tugas
desainer lanskap untuk memperkecil halangan tersebut, apalagi bila sirkulasi tersebut
terkait dengan faktor kecepatan dan pertimbangan ekonomi.
Faktor jarak dapat diatasi dengan menerapkan pola sirkulasi yang bersifat
langsung dan praktis. Selain itu, dapat ditempuh cara lain, antara lain, rute
pergerakan harus sesuai kapasitas arus, faktor kecepatan dan volume lalu lintas
harus diakomodasi, ragam pelalulintas dan kecepatan harus diklasifikasi dan dipisah
(Gambar 19), arus memotong harus dihindari, keamanan harus diutamakan dalam
segala bentuk sirkulasi, obyek dan elemen jalur lalu lintas harus langsung dan efisien
yang mencerminkan dan mengakomodir kebebasan bergerak.
3. Modulasi Ruang Dalam rencana tata ruang dihasilkan ruang dengan kualitas yang harmonis,
atau unity sebagai suatu gubahan ilmiah dan seni. Ruang-ruang yang dihasilkan
tersebut secara sekuensial mempunyai harmoni dalam transisi dari satu ruang ke
ruang lain sehingga tercipta suatu harmoni dalam pengalaman yang diperoleh secara
sequensis dari modulasi-modulasi ruang. Pergerakan dari satu ruang ke ruang lain
menciptakan suatu pengalaman sequensis dari transisi space-to-space.
Transisi dalam suatu pergerakan sering sangat powerful sehingga mampu
mengantarkan perubahan dalam penggunaan dan suasana dari beragam ruang
dengan sequensis yang halus. Misalnya, perubahan dalam ukuran mosaik
perkerasan dari dekat-menjauh, pergerakan ke luar (tekstur permukaan dari besar
menjadi halus, warna panas dari merah, oranye, kuning menjadi warna teduh, hijau,
ungu, dan kelabu), dan perubahan aroma dari lemah menjadi kuat, misalnya pada
Taman Borobudur.
80
Gambar 19. Pemisahan jalur kendaraan dan pejalan kaki
4. Sequence
Sequence sebagai suatu pengalaman yang akan datang dan pengalaman
sebelumnya mempunyai kontinuitas. Sequence tidak berarti, kecuali dialami
langsung, sedangkan kebalikannya pengalaman adalah suatu sequence.
Kebanyakan dari pengalaman manusia adalah sequence yang direncanakan atau
tidak direncanakan. Sequence ditandai oleh ritme, pengulangan-pengulangan bentuk,
warna, ukuran, dan sebagainya. Dalam perencanaan, sequence dapat
mempengaruhi pergerakan, dimana sequence dapat memberi arah dan klimaks
(Gambar 20).
B. Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pedestrian bagaikan aliran air, mengalir ke arah arus yang bebas
hambatan. Pejalan kaki cenderung melalui jarak terpendek dari suatu titik ke titik
sehingga dalam mendesain sirkulasi sebaiknya perancang memperhatikan faktor
jarak tersebut. Contoh pada suatu lapangan rumput terkadang ditemukan rumput
yang rusak karena sering dilewati oleh pejalan kaki yang mengambil jalan pintas
(Gambar 21). Persimpangan sebagai pusat pertemuan dapat dimanfaatkan untuk
aktivitas.
Foto
: Nur
faid
a (2
007)
81
Gambar 20. Pola-pola sequence (Simonds dan Starke, 2006)
Gambar 21. Lapangan rumput yang rusak karena jalan pintas pejalan kaki
Foto
: Nur
faid
a (2
007)
82
Ketika berjalan masih merupakan alat bergerak yang paling sering dilakukan,
kebanyakan tempat dan ruang terlihat melalui sirkulasi pedestrian pada level
pandang setinggi mata. Benda, obyek, ruang, dan tempat dieksplor indera dengan
perubahan transisi yang halus.
Sirkulasi pedestrian yang bergerak pada bidang dasar sensitif terhadap tekstur
permukaan, yang akan menentukan jenis sirkulasi dan kecepatannya. Tekstur
tertentu tidak saja akan menentukan jenis kelas penggunaan tetapi juga mempunyai
daya tarik. Misalnya, tekstur dari permukaan bersalju untuk ski dan sepatu salju,
tekstur pasir untuk sandal, rumput untuk sepatu sport, concrete untuk sepatu kerja,
dan ragam tekstur seperti kerikil, kerakal, serta koral untuk jalur reflexology.
C. Sirkulasi Kendaraan Bermotor Manusia sangat tergantung pada kendaraan bermotor untuk sampai dan pergi
dari rumah, sekolah, toko, atau tempat lainnya. Hal ini disebabkan oleh jarak berjalan
kaki yang terlalu jauh, kondisi lalu lintas yang terlalu berbahaya, dan kondisi
lingkungan yang seringkali tidak menyenangkan. Oleh karena itu, desain sirkulasi
kendaraan di jalan raya ditujukan untuk menciptakan akses atau jalan masuk ke
suatu lahan atau bangunan, menciptakan suatu hubungan antar tata guna lahan yang
ada, dan memberikan suatu jalur pergerakan baik bagi orang maupun barang (Haris
dan Dines, 1988).
Berdasarkan peranannya, jalan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
sebagai berikut (Harris dan Dines, 1988).
1) Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, volume satuan angkutan rata-rata besar,
dan jalan masuk dibatasi secara efisien.
2) Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang dengan volume satuan angkutan dan
kecepatan rata-rata sedang, serta jumlah kendaraan masuk dibatasi.
3) Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak pendek dengan kecepatan rata-rata rendah dan volume satuan
angkutan rata-rata kecil, serta jumlah jalan masuk dibatasi.
83
Pembagian tipe jalan sebagai berikut (Chiara dan Koppelman, 1976).
1) Jalan utama, yaitu jalan yang memberikan kesatuan untuk wilayah dan sekitarnya,
dengan lebar badan jalan 120-150 kaki.
2) Jalan sekunder, yaitu jalan yang memberikan pelayanan utama dengan lebar
badan jalan 80 kaki.
3) Jalan kolektor, yaitu jalan interior utama dengan lebar badan jalan 64 kaki.
4) Jalan lokal, yaitu jalan servis setempat yang tidak mengakibatkan jalan menerus,
lebar badan jalan 50 kaki.
5) Cul-de-sac, yaitu jalan terbuka hanya pada satu sisi yang dilengkapi dengan
sebuah lingkaran putar pada satu sisinya.
Menurut Simonds dan Starke (2006), pada sirkulasi kendaraan terjadi friksi
lalulintas yang cenderung meningkat. Jalan bebas hambatan, jalan, dan jalur
kendaraan bermotor lain merupakan elemen rencana yang harus dipertimbangkan
sebagai garis berbahaya. Jalan dan persimpangan (intersection) merupakan garis
dan titik-titik potongan kecelakaan dan kematian. Jalur bebas hambatan sering kali
memotong lanskap secara bebas sehingga kota dan perdesaan terfragmentasi
menjadi bagian-bagian yang senseless oleh sejumlah jalur jalan. Jalur jalan harus
direncanakan dengan penyatuan seluruh sistem, aman, efisien, berfungsi sebagai
rute sirkulasi dan penghubung serta menciptakan pengalaman menyenangkan dalam
pergerakan dari titik ke titik. Gambaran pola-pola jalan dan model persimpangan jalan
raya dapat dilihat pada Gambar 22 dan 23.
Gambar 22. Pola-pola jalan (Chiara dan Koppelman, 1976)
84
Gambar 23. Model persimpangan jalan raya (Gallion dan Eisner, 1994)
Dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan jalan
terutama di daerah persimpangan, yaitu (1) pendekatan melalui pengemudi dan (2)
pendekatan melalui badan jalan. Pendekatan melalui pengemudi dengan
memperhatikan dan memperhitungkan batas kemampuan dan kebiasaan perilaku
manusia dalam desain sistem sirkulasi kendaraan. Keberagaman kemampuan dan
kebiasaan tersebut seperti: jarak pandang, keahlian dan respon pengemudi, tingkat
kecemasan, konsentrasi, dan jenis kelamin akan mempengaruhi sikap pengemudi.
Pendekatan melalui badan jalan dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
sebagai berikut.
1) Menciptakan struktur fisik jalan yang baik dari segi tekstur jalan, warna yang tidak
silau, sederhana dan ada batas yang jelas dengan pinggir jalan.
85
2) Menghadirkan bentukan-bentukan tertentu (focal point) yang memberikan
identitas jalan pada tempat tersebut.
3) Memberikan suatu transisi yang nyaman.
4) Memaksimumkan nilai lanskap yang dimiliki daerah tersebut sehingga jalan
dibangun untuk menjaga dan memberikan tampilan terbaik dan pemandangan
yang harmonis.
5) Jalan yang memberikan kenyamanan, kepuasan, dan menyenangkan pengemudi
dan pengguna jalan lainnya.
Setiap jalur jalan didesain secara unik dan memiliki karakter fungsional dan
regional. Perencanaan sirkulasi kendaraan untuk tiap jenis dan besaran sebaiknya,
antara lain, merencanakan kelurusan jalan secara logis, mengakomodasi kebutuhan
lalu lintas, melindungi sistem alami dari lingkungan sekitar, desain untuk stabilitas,
menyediakan fitur-fitur untuk keselamatan, menggunakan tanaman indigenous, dan
memaksimalkan nilai-nilai lanskap.
Daerah pintu masuk merupakan bagian integral dari jalur pencapaian dan
struktur bangunan atau penggunaan lahan. Daerah pintu masuk ini merupakan
awal/akhir dari satu bagian, mengenalkan bagian lain dan menyatukan keduanya.
Desain jalur masuk ini harus, al. jika memungkinkan direncanakan dengan one-way
loop dan desain yang disesuaiakan dengan kondisi iklim.
Area parkir merupakan bagian penting penghubung jalur sirkulasi dan jalur
pencapaian. Desain untuk keamanan dan efisien sebagai tempat penyimpanan.
Desain harus mengakomodatif dan terwujud secara jelas, yaitu dengan menguji
berbagai kemungkinan rencana, melindungi area parkir, mempertimbangkan
penggunaan ganda, mengakomodasikan untuk berbagai jenis kendaraan, terdapat
pemisahan jalur, dan merencanakan akses darurat.
D. Jalur Sirkulasi Lain 1. Kereta Api (Railway)
Jalur kereta api dikenal juga sebagai rapid transit. Jalur ini merupakan
penghubung antar kota yang disebut kereta komuter. Karaktertistik kereta api adalah
berjalan dengan roda besi atau roda ban. Kelebihannya dapat mengangkut
86
penumpang dalam jumlah besar. Akan tetapi, terdapat juga kegagalan dalam
menggunakan rapid transit yang disebabkan, antara lain, komunitas yang dilayani
terlalu besar, transit tidak langsung berhubungan, kapasitas stasiun tidak mencukupi,
dan pemandangan/penghalang yang dilewati jelek.
Area transit memiliki potensi karena pergerakan massa pengguna yang tinggi
terjadi di antara kawasan konsentrasi permukiman dan pusat aktivitas regional yang
merupakan potensi. Potensi tersebut adalah dalam hal keamanan, penghematan
waktu, luas lahan, dan energi.
2. Air Pergerakan di atas air mempunyai karakter fluida dan bergelombang serta
tidak mempunyai jalur yang tetap. Pergerakan yang dilakukan dengan perahu nyaris
tanpa adanya friksi. Obyek dan tempat yang ditinggalkan, dilalui, dan dituju
merupakan jalur pergerakan yang tenang, kecuali dalam pelayaran yang berombak.
Jarak pandang pada pergerakan melalui air adalah jauh dan menengah. Secara
visual menyajikan latar belakang panorama pemandangan yang semakin didekati
akan semakin jelas detail obyek.
3. Udara Pergerakan di udara menyajikan pandangan terbuka mosaik lanskap dengan
berbagai jenis land cover, seperti hutan, bukit, danau, sungai, lahan pertanian, dan
sebagainya. Pergerakan ini memberikan sudut pandang lanskap secara sinoptic
view. Pandangan menyeluruh dan kontinyu akan memberikan gambaran adanya
hubungan setiap obyek, ruang, atau tempat secara keseluruhan.
E. Rangkuman Dalam mendesain pola sirkulasi, desainer lanskap harus memperhatikan faktor
kinematika pergerakan mencakup hubungan manusia dan pergerakan, pengaruh
jarak pada sirkulasi, modulasi ruang, conditioned perception, dan sequence. Desain
pola sirkulasi terdiri atas sirkulasi pejalan kaki, sirkulasi kendaraan bermotor, dan
jalur sirkulasi lain (kereta api, air, dan udara).
87
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang desain dan pola sirkulasi dalam
lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya
dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan yang dimaksud kinematika gerakan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2. Jelaskan karakteristik sirkulasi pejalan kaki.
3. Jelaskan karakteristik sirkulasi kendaraan bermotor.
1. Jelaskan karakteristik dari jalur sirkulasi kereta api, air, dan udara.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai desain dan pola sirkulasi dalam lanskap
melalui sumber bacaan dan internet.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Faktor-faktor yang dapat merangsang manusia untuk menolak bergerak
adalah.............
(a) Apabila ada sesuatu yang menyenangkan
(b) Apabila sedikit mempunyai halangan
(c) Ada sesuatu yang tidak menyenangkan
(d) Ada sesuatu yang berbeda
2. Faktor jarak sebagai penghalang pada sirkulasi dapat diatasi dengan
cara.............
(a) Ragam pelalu lintas dipisah
(b) Dibuat arus memotong
(c) Kapasitas arus digabung
(d) Pola sirkulasi berbelok-belok
88
3. Suatu pengalaman yang akan datang dan pengalaman sebelumnya yang
mempunyai kontinuitas disebut.............
(a) Sequence
(b) Modulasi ruang
(c) Klimaks
(d) Ritme
4. Jalur sirkulasi yang memiliki karakteristik pengguna sensitif terhadap tekstur
permukaan adalah sirkulasi.............
(a) Pedestrian
(b) Kendaraan bermotor
(c) Kereta api
(d) Air
5. Jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang dengan volume satuan angkutan dan kecepatan rata-
rata sedang, serta jumlah kendaraan masuk dibatasi disebut jalan.............
(a) Arteri
(b) Kolektor
(c) Sekunder
(d) Lokal
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 8.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
89
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 8. Anda dapat meneruskan pada Bab 9. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 8, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Chiara J, LE. Koppelman. 1997. Standar Perencanaan Tapak. Hakim J,
penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Site Planning
Standards.
2. Gallion AB, S. Eisner. 1994. Pengantar Perancangan Kota, Desain dan
Perencanaan Kota. Sussongko, J. Hakim, penerjemah. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Terjemahan dari: The Urban Pattern, City Planning and Design.
3. Hakim R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap,
Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
4. Haris CW, T. Dines. 1988. Time Saver Standards for Landscape Architecture.
New York: McGraw-Hill Book Inc.
5. Simonds JO, BW. Starke. 2006. Landscape Architecture, A Manual of
Environmenal Planning and Design. Ed ke-4. New York: McGraw-Hill Book Inc.
D. Kunci Jawaban 1. c
2. a
3. a
4. a
5. b
BAB 9 DESAIN DAN KOMPOSISI STRUKTUR DALAM LANSKAP
PENDAHULUAN Struktur dalam lanskap merupakan salah satu elemen pembentuk yang dapat
mendukung fungsi dan memperindah penampilan suatu taman. Perencanaan lanskap
yang baik harus mempertimbangkan komposisi struktur dalam suatu ruang sehingga
tercipta keseimbangan yang proporsional antara struktur dan elemen taman lainnya.
Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengatur komposisi
struktur dalam desain lanskap melalui kuliah dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Struktur dalam lanskap merupakan elemen pembentuk atau bagian dari ruang
yang terdiri dari elemen lunak atau material alami baik hidup maupun mati dan
elemen keras baik alami maupun buatan. Misalnya halaman depan (entrance area)
sebaiknya direncanakan sebagai bagian integral dari struktur lanskap. Tujuannya
untuk menarik perhatian, sebagai ruang penerima tamu, dan persiapan untuk masuk
ke dalam ruang yang dituju.
Struktur dan ruang terbuka sebaiknya direncanakan pada waktu yang sama
karena ruang terbuka merupakan bagian integral dari struktur. Apabila manusia
sebagai pengguna dari ruang luar ke atau masuk sebuah ruangan, sebaiknya
pengguna tersebut mengalami suatu perubahan yang menyenangkan. Atau ketika
melewati halaman depan, orang harus mempunyai perasaan “memasuki rumah”.
Struktur ruang luar (eksterior) dan struktur ruang dalam (interior) sebaiknya
merupakan suatu kesatuan yang kontinu/berkesinambungan. Potensi alamiah yang
perlu dipertimbangkan dalam perancangan ruang luar adalah pemanfaatan cahaya
matahari yang cemerlang, hembusan angin, dan lain-lain. Bangunan yang letaknya
tidak beraturan dapat dibuat lebih menyenangkan dengan cara penambahan atau
91
pembangunan tembok, pagar, bidang-bidang, dan deretan pohon (perdu) sehingga
mengikat komposisi struktur yang tidak teratur tersebut menjadi suatu kesatuan yang
harmonis. Perancangan struktur yang dikomposisikan secara maksimal akan
menghasilkan ekspresi pemandangan yang menyenangkan.
A. Komposisi dari Struktur
Hal penting dalam mendesain struktur adalah komposisi. Misalnya jika
seorang desainer lanskap akan meletakkan bangunan atau struktur di atas tanah
datar, berapa banyak alternatif peletakan struktur? Jawabannya terdapat beberapa
alternatif dalam meletakkan struktur pada suatu tapak (Gambar 24).
Seorang desainer lanskap harus merencanakan dengan baik hubungan antara
bangunan dengan ruang-ruang yang tersebar di sekelilingnya. Misalnya, hubungan
bangunan dengan halaman depan, dua bangunan yang saling berhadapan atau
berseberangan, di antara tempat pejalan kaki terdapatnya deretan pohon atau
kelompok struktur dalam ruang tersebut.
Peletakan bangunan dan/atau struktur lainnya di atas bidang datar harus
mempertimbangkan berapa luasan tapak yang tersedia agar komposisi struktur dapat
terakomodasi secara seimbang. Perencanaan lanskap yang baik harus
mempertimbangkan komposisi struktur suatu ruang mempunyai keseimbangan yang
proporsional dan disesuaikan dengan fungsi ruang serta elemen struktur pembentuk
ruang.
Gambar 24. Alternatif peletakan struktur pada suatu tapak
(Simonds dan Starke, 2006)
92
Hal yang harus diperhatikan dalam desain lanskap terkait dengan komposisi
sebagai berikut.
1) Ketersediaan ruang untuk fungsi-fungsi eksterior, misalnya untuk tempat parkir,
service area, teras, dan lain-lain.
2) Keseimbangan komposisi, mencakup keseimbangan antara fungsi dan elemen-
elemen lanskap.
Bentuk dari elemen-elemen lanskap atau struktur sering tidak begitu penting,
yang penting bagaimana mengaturnya sehingga komposisinya seimbang. Dalam
merencana, seorang perencana harus memikirkan apa yang akan dialami jika
seorang bergerak menuju, melalui, dan mengelilingi sebuah komposisi struktur ruang.
B. Pengelompokan Struktur Setiap struktur mempunyai fungsi primer dan fungsi sekunder. Dalam
hubungannya dengan pengelompokan struktur, untuk perencanaan eksterior
sebaiknya dilakukan dengan teliti sehingga dapat memberi kesan yang baik dan
logis. Pengelompokan struktur dapat diatur sesuai dengan fungsi, pemandangan,
latar belakang, memberi rangka pada lanskap, variasi atau aksentuasi lanskap, dan
mendramatisasi fungsi sesuai dengan karakteristik yang ada dalam struktur.
Jika dua atau lebih bangunan dihubungkan, bangunan-bangunan sebagai
kelompok kesatuan, bersama dengan ruang-ruang yang berhubungan menjadi suatu
nilai arsitektur yang sebenarnya. Dalam keadaaan yang demikian, setiap struktur
selain fungsi primer sebagai bangunan, mempunyai fungsi sekunder dalam hubungan
dengan kelompok. Struktur dapat diletakkan sebagai elemen yang mengelilingi,
sebagai elemen pemandangan, dan sebagai elemen latar belakang. Alternatif
pengelompokan struktur dapat dilihat pada Gambar 25.
93
Gambar 25. Alternatif pengelompokan struktur pada suatu tapak
(Simonds dan Starke, 2006) C. Rules of Composition
Rules of composition adalah tata tertib atau aturan untuk menghasilkan
komposisi yang indah. Dua hukum harmoni arsitektur sebagai berikut.
1. Hukum Kesamaan
Harmoni arsitektur yang dapat ditangkap oleh indera manusia tercipta melalui
komposisi pengulangan unsur-unsur, bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang sama.
2. Hukum Kemiripan
Harmoni arsitektur yang dapat ditangkap oleh indera manusia diciptakan dalam
komposisi yang mencapai ketertiban melalui pengulangan dari unsur-unsur,
bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang mirip.
Untuk mendesain struktur dalam lanskap, terdapat beberapa hal yang harus
diketahui oleh desainer lanskap, yaitu 1) pengetahuan material atau bahan lanskap,
2) dasar ilmu mekanika dan keseimbangan, 3) teknik konstruksi kayu, 4) teknik
konstruksi beton, 5) teknik rekayasa pengamanan muka tanah, dan 6) rekayasa
penanaman (Hakim dan Utomo, 2003).
94
Penguasaan material atau bahan lanskap dalam struktur konstruksi perlu
dipahami, dikuasai tentang bentuk, fungsi, ukuran, warna, kekuatan, sistem
pemasangan, serta pengaruhnya terhadap bahan lainnya. Salah satu struktur yang
banyak digunakan dalam taman adalah sculpture. Penggunaan sculpture dapat
meningkatkan daya tarik taman. Semakin besar sculpture akan semakin bagus
sebagai focal point. Untuk menguatkan detail, dapat ditambahkan lampu sorot pada
malam hari, baik dengan teknik up maupun down lighting.
Struktur konstruksi dalam desain berkaitan erat dengan ilmu mekanika teknik.
Penguasaan terhadap ilmu mekanika sangat berguna untuk mengetahui kekuatan
bahan atau material terhadap gaya tekan dan gaya tarik yang terjadi. Demikian pula
dengan memadukan suatu bahan terhadap bahan lainnya.
Konstruksi berbahan kayu banyak digunakan dalam desain lanskap.
Kecenderungan penggunaan bahan kayu ini karena tekstur dan warna kayu lebih
menampilkan kesan alamiah. Oleh karena itu, yang perlu dikuasai adalah cara
mengikat dan sistem penyambungan kayu, struktur konstruksi kayu, dan jenis kayu.
Pada taman-taman modern, kayu banyak digunakan untuk elemen keras. Dek kayu
biasanya ditata pada taman untuk membuat kontur tinggi-rendah. Selain itu, dek kayu
juga paling sering digunakan untuk menutup bagian pinggir kolam renang. Hal ini
karena sifat kayu yang kesat menyebabkan air dapat langsung terserap dan tidak
menggenang sehingga orang tidak gampang tergelincir.
Rekayasa pengamanan muka tanah sering dilakukan untuk menghindari
terjadinya longsor terutama pada bentuk permukaan tanah yang mempunyai sudut
kemiringan terjal. Untuk itu diperlukan dinding penahan tanah (retaining wall). Desain
dinding penahan tanah harus memperhatikan faktor kekuatan, bentuk struktur, dan
penampilan luar dinding penahan tanah.
Rekayasa penanaman terkait dengan konstruksi pada penanaman pohon.
Berdasarkan tempat peletakannya, rekayasa penanaman dibagi menjadi tiga, yaitu 1)
penanaman pada permukaan tanah, 2) penanaman pada tempat khusus seperti bak
atau pot tanaman, dan penanaman pada permukaan air. Hal yang perlu diperhatikan
dalam rekayasa penanaman adalah kondisi tanaman yang akan ditanam, metode
penanaman, kondisi tanah, media tanah, dan pasca penanaman.
95
D. Rangkuman Desain lanskap ideal yang memenuhi fungsi dan estetika dengan pedoman
prinsip desain mempertimbangkan hubungan ruang, unsur pembentuk ruang serta
membangun struktur lanskap disesuaikan dengan karakter ruang yang ingin
diwujudkan agar dapat memenuhi kepuasan manusia sebagai pengguna dan
kelestarian lingkungan yang berkualitas.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang desain dan komposisi struktur dalam
lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya
dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan bagaimana mengatur komposisi dari struktur.
2. Jelaskan bagaimana mengelompokkan struktur dalam suatu tapak.
3. Jelaskan dua hukum harmoni arsitektur.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai desain dan komposisi struktur dalam
lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Struktur ruang luar dan struktur ruang dalam sebaiknya dirancang sebagai
suatu.............
(a) Kesatuan
(b) Yang terpisah
(c) Yang tidak kontinu
(d) Yang tidak seimbang
96
2. Desain lanskap dan pengorganisasian struktur sangat terkait dengan.............
(a) Tema
(b) Komposisi
(c) Bentuk
(d) Warna
3. Penggunaan sculpture yang tepat sebagai salah satu struktur dalam lanskap
adalah sebagai.............
(a) Pembatas
(b) Penghalang
(c) Latar belakang
(d) Focal point
4. Harmoni arsitektur yang dapat ditangkap oleh indera manusia tercipta melalui
komposisi pengulangan unsur-unsur, bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang
sama adalah hukum.............
(a) Kesamaan
(b) Kemiripan
(c) Perbedaan
(d) Serupa
5. Untuk menampilkan kesan alamiah pada struktur dapat dilakukan dengan
penggunaan elemen.............
(a) Kayu
(b) Stainless steel
(c) Batu bata
(d) Keramik
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 9.
Rumus:
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
97
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 9. Anda dapat meneruskan pada Bab 10. Akan tetapi, apabila
tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 9,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Hakim R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap,
Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
2. Simonds JO, BW. Starke. 2006. Landscape Architecture, A Manual of
Environmenal Planning and Design. Ed ke-4. New York: McGraw-Hill Book Inc.
D. Kunci Jawaban 1. a
2. b
3. d
4. a
5. a
BAB 10 PEKERJAAN LANSKAP
PENDAHULUAN Pekerjaan lanskap merupakan salah satu bidang kegiatan yang harus
diketahui oleh seorang perancang atau desainer lanskap. Pekerjaan lanskap, antara
lain, mencakup pengetahuan mengenai bestek dan gambar bestek, spesifikasi
pekerjaan lanskap, volume pekerjaan, rencana anggaran biaya, persentase bobot
pekerjaan, tenaga kerja, bahan, dan rencana kerja.
Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
spesifikasi pekerjaan lanskap dan membuat rencana anggaran biaya melalui kuliah
dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Perancang atau desainer lanskap merupakan seorang yang merencana dan
merancang suatu lanskap. Untuk mewujudkan hasil rancangannya menjadi suatu
taman atau lanskap yang indah dan fungsional, seorang desainer lanskap tidak
sekadar mengetahui unsur dan prinsip perancangan saja tetapi juga harus mampu
memberikan pelayanan dan saran kepada klien serta mengawasi jalannya
pelaksanaan pembangunan taman di lapang. Oleh karena itu, seorang desainer
lanskap harus mengetahui tahapan pekerjaan lanskap dan menyusun perkiraan biaya
suatu proyek taman atau lanskap.
A. Bestek dan Gambar Bestek Bestek berasal dari bahasa Belanda yang berarti peraturan dan syarat-syarat
pelaksanaan suatu pekerjaan atau proyek (Ibrahim, 2001). Jadi bestek merupakan
suatu peraturan yang mengikat, yang diuraikan sedemikian rupa, terinci cukup jelas
dan mudah dipahami. Secara umum bestek terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) peraturan
umum, 2) peraturan administrasi, dan 3) peraturan dan syarat-syarat teknis.
99
1. Peraturan Umum Peraturan umum menjelaskan mengenai syarat-syarat pelelangan suatu
proyek. Isi dari peraturan umum sebagai berikut.
1) Nama dan alamat proyek
2) Lingkup pekerjaan
3) Pihak-pihak yang bersangkutan (pemberi tugas, peserta pelelangan, dan
konsultan perencana)
4) Rapat penjelasan (aanwijzing)
5) Kelengkapan penawaran (surat penawaran, rencana anggaran biaya, daftar
analisis bahan dan upah, daftar harga bahan dan upah, rencana kerja, NPWP,
SITU, jaminan penawaran, rekening koran perusahaan, dan lain-lain)
6) Surat penawaran yang tidak sah
7) Pelelangan pembukaan surat penawaran
8) Penilaian hasil pelelangan
9) Penetapan pemenang
10) Pengumuman pemenang.
2. Peraturan Administrasi Peraturan administrasi menjelaskan mengenai syarat-syarat administrasi
pelaksanaan suatu proyek. Isi dari peraturan administrasi sebagai berikut.
1) Peraturan umum
2) Jangka waktu pelaksanaan
3) Jangka waktu pemeliharaan
4) Kelambatan/pengunduran waktu
5) Pembayaran
6) Kontrak perjanjian
7) Jumlah penawaran dan pelaksanaan
8) Kenaikan harga dan force majeure
9) Perselisihan
10) Pekerjaan tambahan
11) Denda-denda.
100
3. Peraturan dan Syarat-Syarat Teknis Peraturan dan syarat-syarat teknis menjelaskan mengenai peraturan dan
syarat-syarat pelaksanaan suatu proyek. Isi dari peraturan dan syarat-syarat teknis ini
terkait erat dengan gambar bestek meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Penjelasan umum
2) Gambar-gambar kerja
3) Kualitas dan syarat-syarat pemeriksaan pekerjaan
4) Pemeriksaan pekerjaan
5) Bahan-bahan (soft material dan hard material)
6) Ukuran-ukuran
7) Syarat-syarat teknis (seperti pekerjaan pembersihan lahan, pekerjaan taman,
pekerjaan jalan, pekerjaan instalasi listrik/air, dan lain-lain)
8) Penutup.
Contoh peraturan dan syarat-syarat teknis pada suatu dokumen tender:
Bab III. Peraturan dan Syarat-syarat Teknis Pasal 1. Jenis Pekerjaan
a. Nama pekerjaan: Membangun rumah dan taman di Jalan Perintis Kemerdekaan
No. 10 Makassar dengan luas ±200 m2.
b. Pekerjaan ini meliputi dan mendatangkan segala macam bahan-bahan,
menyediakan tenaga kerja, alat-alat pekerjaan, menyiapkan pekerjaan persiapan
dan tambahan, dan kemudian menyerahkannya dalam keadaan selesai dan
sempurna.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, dilakukan berdasarkan bestek, gambar
bestek, gambar detail, dan ketentuan-ketentuan dalam penjelasan pekerjaan
(aanwijzing).
Pasal 2. Pekerjaan Pondasi
Pasal 3. Pekerjaan Dinding
Pasal 4. Pekerjaan Taman
101
a. Bahan-bahan berupa tanaman yang ditanam terdiri atas: palem ekor tupai,
kamboja jepang, cemara udang, pangkas kuning, cycas, pucuk merah, iris,
sambang darah, dan rumput.
b. Sebelum ditata dan ditanam, pemborong wajib meneliti terlebih dahulu jenis
tanaman yang akan ditanam.
c. Lubang galian tanaman bervariasi antara 40 – 60 cm dilengkapi pelindung selama
perawatan.
d. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1:1:1.
e. Seluruh tanaman yang tinggi (palem ekor tupai) harus diberi penunjang (steiger)
yang kuat/kokoh agar terhindar dari angin dan sebagainya.
f. Rumput harus ditanam rapat tanpa jarak dan setelah ditanam, rumputnya
ditumbuk agar rapat.
g. Selama masa pemeliharaan, tanaman harus disiram setiap hari (pagi dan sore).
h. Perawatan dan pemupukan dilakukan selama masa pemeliharaan dengan
menggunakan pupuk yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam.
i. Ukuran atau tinggi tanaman yang akan ditanam harus sesuai dengan gambar dan
petunjuk konsultan perencana.
Pasal 5. Penutup.
Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar pra-rencana dan
gambar detail dasar dengan skala yang lebih besar. Gambar bestek merupakan
lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekerjaan yang terdiri atas:
1) Gambar situasi (skala 1:200 atau 1:500)
2) Gambar denah (skala 1:100)
3) Gambar potongan (skala 1:100)
4) Gambar tampak (skala 1:100)
5) Gambar rencana atap (skala 1:100)
6) Gambar konstruksi (skala 1:50)
7) Gambar pelengkap.
102
Contoh gambar bestek berupa konstruksi pondasi dan konstruksi penanaman pohon
dapat dilihat pada Gambar 26 dan 27.
Gambar 26. Konstruksi pondasi (Sumber: Walker, 1977 dalam Hakim, 2000)
103
Gambar 27. Konstruksi penanaman pohon (Sumber: Walker, 1977 dalam Hakim, 2000)
104
B. Spesifikasi Pekerjaan Lanskap Spesifikasi pekerjaan lanskap dibuat sebagai pedoman pelaksanaan
pembuatan taman yang berlokasi di tempat tertentu. Ruang lingkup spesifikasi
pekerjaan lanskap meliputi pekerjaan untuk soft material dan hard material, antara
lain, pekerjaan penanaman, pekerjaan bangunan (gazebo, pergola, jalan setapak,
kolam, dan lain-lain), pekerjaan utilitas lainnya (seperti listrik dan air).
Spesifikasi pekerjaan lanskap berupa pekerjaan penanaman meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1) Persiapan lahan
2) Pengolahan tanah
3) Persiapan tanaman
a. Pengadaan tanaman
b. Pengujian
c. Penyimpanan sementara
4) Pelaksanaan penanaman
a. Pembuatan lubang tanam
b. Setting tanaman
c. Tahapan penimbunan dan mulsa
d. Pemberian penunjang (steiger)
e. Penyiraman
5) Pemeliharaan dan garansi.
C. Volume Pekerjaan Volume suatu pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya volume
pekerjaan dalam satu satuan. Volume disebut juga kubikasi pekerjaan. Akan tetapi,
volume (kubikasi) suatu pekerjaan bukanlah merupakan volume dalam arti isi
sesungguhnya, melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan
(Ibrahim, 2001). Contoh volume pekerjaan suatu proyek sebagai berikut.
1) Volume pondasi batu kali = 25 m3
2) Volume atap = 140 m2
3) Volume lisplank = 28 m
105
4) Volume palem ekor tupai = 10 pohon
5) Volume rumput = 27 m2
Berdasarkan contoh di atas diketahui bahwa satuan masing-masing volume
pekerjaan bukanlah volume dalam arti sesungguhnya melainkan volume dalam
satuan, kecuali untuk volume pondasi batu kali yang merupakan volume
sesungguhnya. Pengertian masing-masing volume sebagai berikut.
1) Volume pondasi batu kali dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang × luas
penampang yang sama.
2) Volume atap dihitung berdasarkan luas, yaitu jumlah luas bidang-bidang atap,
seperti segitiga, persegi panjang, trapesium, dan sebagainya.
3) Volume lisplank dihitung berdasarkan panjang.
4) Volume palem ekor tupai dihitung berdasarkan jumlah atau banyaknya pohon
palem ekor tupai yang ditanam pada suatu proyek taman.
5) Volume rumput dihitung berdasarkan luas penanaman rumput.
Uraian volume pekerjaan adalah menguraikan secara rinci besar volume atau
kubikasi suatu pekerjaan. Menguraikan berarti menghitung besar volume masing-
masing pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan gambar detail. Terdapat dua
sistem susunan uraian pekerjaan, yaitu 1) susunan sistem lajur-lajur tabelaris dan 2)
susunan sistem post-post. Contoh susunan uraian pekerjaan sebagai berikut.
DAFTAR URAIAN PEKERJAAN NO. URAIAN PEKERJAAN
I. PEKERJAAN PONDASI
1. Permulaan
a. Pembersihan lapangan
b. Memasang bouwplank
c. Direksi keet
d. Los kerja
2. Penggalian
a. Galian tanah pondasi
106
b. Urugan kembali ¼ bagian
II. PEKERJAAN DINDING
III. PEKERJAAN TAMAN
1. Pembersihan lapangan
2. Penggalian lubang tanam
3. Penanaman
a. Penanaman palem ekor tupai
b. Penanaman kamboja jepang; dan seterusnya.
Setelah susunan uraian pekerjaan tersusun dengan rapi dan sistematis
dengan pengelompokan pekerjaan awal hingga terakhir, maka dapat memulai
menyusun data volume pekerjaan. Data volume pekerjaan merupakan dokumen
pekerjaan yang harus disimpan. Contoh data volume pekerjaan sebagai berikut.
I. PEKERJAAN PONDASI
1. Permulaan
a. Pembersihan lapangan
Panjang = 16,70 m
Lebar = 13,50 m
Luas = panjang × lebar
= 16,70 m × 13,50 m
= 225,45 m2
Volume I.1a = 225,45 m2
Penjelasan I.1a. Pembersihan lapangan
1) Pembersihan lapangan adalah membersihkan lapangan dan sekitarnya, tempat
bangunan akan didirikan.
2) Lapangan harus dibersihkan dari puing-puing sisa bangunan dan kotoran-kotoran
yang ada di atasnya.
3) Pembersihan lapangan dilakukan sekeliling bangunan dengan jarak 3 m dari as
bangunan sebelah luar.
107
Contoh susunan volume pekerjaan sebagai berikut.
SUSUNAN VOLUME PEKERJAAN
NO. URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN I. PEKERJAAN PONDASI 225,45 m2 1. Permulaan
a. Pembersihan lapangan b. Memasang bouwplank c. Direksi keet d. Los kerja
Dst
2. Penggalian Dst
II. PEKERJAAN DINDING III. PEKERJAAN TAMAN
Dst
D. Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya atau disingkat RAB suatu proyek adalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan proyek tersebut. Anggaran biaya merupakan
harga dari suatu proyek yang dihitung dengan teliti, cermat, dan memenuhi syarat.
Anggaran biaya pada suatu proyek yang sama akan berbeda-beda di masing-masing
daerah karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. Misalnya harga
bahan dan upah tenaga kerja di Makassar berbeda dengan harga bahan dan upah
tenaga kerja di Jakarta, Medan, dan Surabaya.
Untuk menyusun anggaran biaya dapat dilakukan dengan cara, yaitu 1)
anggaran biaya kasar (taksiran) dan 2) anggaran biaya teliti. Dalam menyusun
anggaran biaya kasar digunakan harga satuan tiap meter persegi (m2) luas lantai.
Anggaran ini umumnya dipakai sebagai pedoman terhadap anggaran biaya yang
dihitung secara teliti. Akan tetapi, walaupun namanya anggaran biaya kasar, harga
satuan tiap m2 luas lantai seharusnya berdasarkan harga yang wajar dan tidak
berbeda terlalu jauh dengan harga yang dihitung secara teliti. Contoh perhitungan
anggaran biaya kasar sebagai berikut.
108
DAFTAR ANGGARAN BIAYA TAKSIRAN
No. Uraian Pekerjaan Volume (M2) Harga Satuan Jumlah Harga (Rp)
1. Bangunan induk 10×8 80 150.000 12.000.0002. Taman 10×5 50 60.000 3.000.000 Total 15.000.000
Anggaran biaya teliti adalah anggaran biaya proyek yang dihitung dengan teliti
dan cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya.
Penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti dilakukan berdasarkan hal-hal
sebagai berikut.
1) Bestek, yang berguna untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-syarat
teknis.
2) Gambar bestek, yang berguna untuk menentukan atau menghitung besarnya
masing-masing volume pekerjaan.
3) Harga satuan pekerjaan, yang diperoleh dari harga satuan bahan dan harga
satuan upah berdasarkan perhitungan analisis.
1. Harga Satuan Pekerjaan Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan
dalam satu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangkan upah
tenaga kerja diperoleh di lokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang
dinamakan daftar harga satuan upah. Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di
setiap daerah dapat berbeda-beda sehingga dalam menghitung dan menyusun
anggaran biaya suatu proyek lanskap harus berpedoman pada harga satuan bahan
dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi pekerjaan. Contoh daftar harga satuan
bahan dan upah sebagai berikut.
Daftar harga satuan bahan: 1) Palem raja Rp. 500.000 /pohon
2) Bromelia Rp. 75.000 /tanaman
3) Pandan bali Rp. 125.000 /tanaman
109
4) Adam hawa Rp. 3.000 /polibag
5) Kucai mini Rp. 300 /polybag
6) Rumput gajah mini Rp. 10.000 /m2
7) Batu tabur Rp. 35.000 /karung
8) Batu bulat Rp. 20.000 /buah
Daftar harga satuan upah 1) Pekerja Rp. 50.000 /hari
2) Mandor Rp. 75.000 /hari
2. Analisis Bahan dan Upah Analisis bahan suatu pekerjaan adalah menghitung banyaknya volume
masing-masing bahan serta besarnya biaya yang dibutuhkan, sedangkan analisis
upah adalah menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan serta besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. Contoh analisis bahan dan analisis upah
diuraikan sebagai berikut.
Analisis Bahan 1 pohon palem raja @ Rp. 500.000 = Rp. 500.000
2 tanaman bromelia @ Rp. 20.000 = Rp. 150.000
2 tanaman pandan bali @ Rp. 125.000 = Rp. 250.000
15 polybag adam hawa @ Rp. 3.000 = Rp. 45.000
300 polybag kucai mini @ Rp. 300 = Rp. 90.000
8 m2 rumput gajah mini @ Rp. 10.000 = Rp. 80.000
15 karung batu tabur @ Rp. 35.000 = Rp. 525.000
4 buah batu bulat @ Rp. 20.000 = Rp. 80.000
Jumlah = Rp. 1.720.000
Analisis Upah 2 HOK pekerja @ Rp. 50.000 = Rp. 100.000
1 HOK mandor @ Rp. 75.000 = Rp. 75.000
Jumlah = Rp. 175.000
110
3. Uraian Harga Satuan Pekerjaan Uraian harga satuan pekerjaan adalah menguraikan masing-masing harga
satuan pekerjaan, mulai dari pekerjaan awal sampai akhir. Secara skematik, harga
satuan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut.
Setelah menghitung harga satuan pekerjaan, maka untuk memperoleh
anggaran biaya dapat dihitung dari jumlah masing-masing hasil perkalian volume
dengan harga satuan pekerjaan. Perhitungan ini dapat menggunakan rumus sebagai
berikut.
RAB = ∑ (Volume × Harga Satuan Pekerjaan)
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa dalam menghitung anggaran biaya
sesungguhnya, juga terdapat biaya-biaya lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan, antara lain, keuntungan, biaya perencanaan, biaya
pengawasan, dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Secara sederhana, analisis biaya
dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) biaya tetap (overhead cost/fixed cost), 2) biaya variabel
Harga Satuan Bahan
Analisis Bahan
Harga Satuan Upah
Analisis Upah
Bahan
Upah
Harga Satuan
Pekerjaan
HARGA SATUAN PEKERJAAN = BAHAN + UPAH
111
(variabel cost), dan 3) keuntungan. Total biaya proyek seluruhnya dapat ditambahkan
dengan biaya-biaya tersebut, sehingga anggaran biaya menjadi sebagai berikut.
Total Biaya Proyek = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Keuntungan Dari hasil perhitungan di atas, apabila dibuat dalam bentuk tabel anggaran
biaya, maka hasil uraian volume pekerjaan dimasukkan ke dalam kolom 3 (kolom
volume), harga satuan pekerjaan dimasukkan ke kolom 5 (kolom harga satuan
pekerjaan). Contoh susunan anggaran biaya dijelaskan sebagai berikut.
SUSUNAN ANGGARAN BIAYA No. Uraian Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan
(Rp.) Jumlah Harga
(Rp.) (1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. Pekerjaan persiapan area tanam 1. Pembersihan 100 m2 5.000 500.0002. Pengolahan tanah 3. Pembentukan kontur 4. Pemupukan dasar Sub Total A B. Pekerjaan penanaman 1. Pohon palem 2 batang 625.000 1.250.0002. Kembang kertas 3. Iris 4. Rumput gajah mini Sub Total B C. Pekerjaan hard material 1. Pemasangan lampu taman 2. Pembuatan paving block Sub Total C D. Pemeliharaan 1. Pupuk 2. Pestisida dan herbisida 3. Upah pekerja Sub Total D TOTAL
E. Persentase Bobot Pekerjaan Persentase bobot pekerjaan adalah besarnya persen pekerjaan siap dibanding
dengan pekerjaan siap seluruhnya (Ibrahim, 2001). Pekerjaan siap seluruhnya dinilai
100%. Misalnya, harga total proyek sebesar Rp. 10.000.000, dengan item kegiatan
sebanyak 4 item, yaitu pekerjaan persiapan area tanam, pekerjaan penanaman,
pekerjaan hard material, dan pekerjaan pemeliharaan. Maka, apabila kegiatan
persiapan area tanam telah selesai (diketahui luas lahan yang akan ditanami sebesar
112
100 m2 dengan harga satuan pekerjaan Rp. 5.000 sehingga persentase bobot
pekerjaan dapat dihitung sebagai berikut.
PBP = 5%
Jadi apabila pekerjaan persiapan area tanam telah siap seluruhnya, maka persentase
bobot pekerjaannya adalah 5% (dengan catatan persentase dapat dibulatkan menjadi
dua desimal di belakang koma).
F. Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Tenaga kerja ini
terkait dengan Hari Orang Kerja atau disingkat HOK. Untuk menghitung HOK, harus
diketahui terlebih dahulu berapa lama tenaga kerja bekerja dalam satu hari dan
berapa lama tenaga kerja tersebut menyelesaikan satu kesatuan pekerjaan.
Misalnya, untuk menyelesaikan pekerjaan pembersihan lahan dibutuhkan 0,03 HOK
pekerja dan 0,01 mandor. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa 0,03 HOK
pekerja bekerja bersama-sama dengan 0,01 mandor akan menghasilkan 1 m2 lahan
yang bersih. Rumus perhitungan HOK sebagai berikut.
Biaya tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam hal, seperti
panjangnya jam kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan satu jenis pekerjaan,
keadaan tempat pekerjaan, dan keterampilan serta keahlian tenaga kerja yang
bersangkutan. Semakin terampil dan ahli tenaga kerja, pekerjaan akan semakin
cepat selesai. Akan tetapi, tentu saja harga upahnya dapat lebih besar dari tenaga
kerja yang tidak terampil dan ahli.
100%Proyek Harga
Satuan HargaVolume(PBP) Pekerjaan Bobot Persentase ××
=
100%10.000.000
5.000100(PBP) Pekerjaan Bobot Persentase ××
=
1hari satu dalam bekerja rata-rata Lama
bekerja LamaHOK 1 ×=Catatan: Untuk laki-laki dikali 1 Perempuan 0,8 Anak-anak 0,5
113
Cara yang baik untuk menaksir tenaga kerja adalah dengan menaksir jumlah
jam kerja yang diperlukan untuk setiap jenis pekerjaan yang dipisahkan dari upah
buruh. Selanjutnya hasil yang diperoleh dikalikan dengan upah per jam atau per hari.
G. Bahan Bahan atau material yang dimaksud pada rencana anggaran biaya adalah
besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan
dalam satu kesatuan pekerjaan. Daftar harga bahan menjelaskan mengenai
banyaknya jumlah, ukuran, beratnya, dan ukuran-ukuran lain yang diperlukan. Daftar
harga bahan ini digunakan untuk membuat penawaran harga. Harga bahan sudah
termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan menurunkan bahan, pengepakan,
penyimpanan sementara di gudang, pemeriksaan kualitas, dan asuransi (jika ada).
H. Rencana Kerja Rencana kerja diambil dari kata time berarti waktu, schedule berarti
memasukkan ke dalam daftar, sehingga time schedule adalah waktu yang telah
ditentukan. Rencana kerja atau disebut juga jadwal kerja adalah mengatur rencana
kerja dari satu bagian atau unit pekerjaan. Dari rencana kerja akan diperoleh
gambaran lama pekerjaan dapat diselesaikan dan bagian-bagian pekerjaan yang
saling terkait antara satu dan lainnya. Akan tetapi, sebelum menyusun rencana kerja
harus diperhatikan bagian-bagian pekerjaan yang terkait satu sama lain tersebut,
serta pekerjaan yang dapat dimulai tanpa menunggu pekerjaan yang lain selesai.
Uraian rencana kerja adalah menyusun program kerja sesuai dengan urutan
dan kelompok pekerjaan. Contoh rencana kerja dan diagram S yang menunjukkan
kemajuan pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 28. Sebelum menyusun rencana
kerja, harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1) Urutan langkah kerja tidak boleh terbalik.
2) Setiap bagian pekerjaan digambarkan dengan garis lurus sebagai garis kegiatan.
3) Panjang garis kegiatan ditentukan oleh jumlah hari atau jumlah minggu.
4) Jumlah hari atau minggu dapat dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja.
5) Bagian-bagian pekerjaan dapat digabungkan menjadi satu garis kegiatan.
114
.
Gambar 28. Rencana kerja dan diagram S (Sumber: Ibrahim, 2001)
115
I. Rangkuman Untuk mewujudkan hasil rancangannya menjadi suatu taman atau lanskap
yang indah dan fungsional, seorang perancang atau desainer lanskap juga harus
mengetahui pekerjaan lanskap. Lingkup pekerjaan lanskap mencakup bestek dan
gambar bestek, spesifikasi pekerjaan lanskap, volume pekerjaan, rencana anggaran
biaya, persentase bobot pekerjaan, tenaga kerja, bahan, dan rencana kerja.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pekerjaan lanskap, Anda perlu
mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan
Anda!
1. Jelaskan yang dimaksud bestek dan gambar bestek.
2. Jelaskan spesifikasi pekerjaan lanskap.
3. Jelaskan cara menghitung anggaran biaya secara detail.
4. Jelaskan bagaimana cara mengetahui persentase bobot pekerjaan.
5. Jelaskan yang dimaksud dengan tenaga kerja dan bahan.
6. Jelaskan bagaimana cara membuat rencana kerja.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai lingkup pekerjaan lanskap melalui
sumber bacaan dan internet.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Peraturan mengenai pembayaran proyek terdapat pada bagian.............
(a) Peraturan umum
(b) Peraturan administrasi
(c) Peraturan teknis
116
(d) Syarat-syarat teknis
2. Jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan disebut.............
(a) Kubikasi pekerjaan
(b) Harga satuan pekerjaan
(c) Rencana anggaran biaya
(d) Bestek
3. Seorang pekerja laki-laki menyelesaikan pekerjaan menanam Nerium oleander
selama 30 menit, maka HOK pekerja tersebut apabila dalam sehari rata-rata
bekerja selama 8 jam adalah.............
(a) 0,12
(b) 0,06
(c) 0,27
(d) 3,75
4. Rencana anggaran biaya diperoleh berdasarkan rumus.............
(a) RAB = volume × harga satuan pekerjaan satuan upah
(b) RAB = ∑ (volume × harga satuan upah)
(c) RAB = ∑ (volume × harga satuan bahan)
(d) RAB = ∑ (volume × harga satuan pekerjaan)
5. Diketahui harga total proyek sebesar Rp. 10.000.000, dengan 4 item kegiatan
yaitu pekerjaan persiapan area tanam, pekerjaan penanaman, pekerjaan hard
material, dan pekerjaan pemeliharaan. Apabila kegiatan persiapan area tanam
telah selesai (diketahui luas lahan yang akan ditanami sebesar 50 m2 dengan
harga satuan pekerjaan Rp. 10.000 maka persentase bobot pekerjaan tersebut
adalah.............
(a) 5%
(b) 10%
(c) 25%
(d) 50%
117
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 10.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 10. Anda dapat meneruskan pada Bab 11. Akan tetapi, apabila
tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 10,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Hakim R. 2000. Penyajian dan Tahapan Perencanaan Arsitektur Lansekap.
Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.
2. Ibrahim B. 2001. Rencana dan Estimate Real of Cost. Jakarta: Bumi Aksara.
3. Walker TD. 1977. Plan Graphic. Indiana: PDA Publ.
D. Kunci Jawaban 1. b
2. a
3. b
4. d
5. a
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
BAB 11 PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP
PENDAHULUAN Pengelolaan merupakan tahapan dalam pekerjaan lanskap yang dilakukan
setelah tahap pelaksanaan pembuatan taman di lapangan. Tetapi sekalipun
pekerjaan pengelolaan merupakan tahap akhir dalam rangkaian pekerjaan lanskap,
pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang perlu dicermati dari awal pekerjaan lanskap
karena akan menentukan tingkat keberhasilan suatu keberlanjutan karya lanskap
(taman).
Dalam berbagai pekerjaan dalam pembangunan, termasuk pembangunan
taman, seringkali dijumpai kesuksesan di awal peresmian, tetapi terbengkalai, rusak,
dan kemudian gagal, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal itu disebabkan
karena tidak dimasukkannya rencana pengelolaan (management plan) dalam master
plan suatu proyek.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu menguraikan
prinsip dasar pengelolaan lanskap dan masalah-masalah yang akan dihadapi, serta
mampu menjelaskan proses pengelolaan lanskap melalui makalah hasil kaji pustaka,
secara individu.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Pengelolaan Lanskap
Pengelolaan adalah tindakan yang dilakukan untuk mengamankan dan
menyelamatkan suatu lanskap secara efisien dan terarah, dalam upaya pelestarian
dan keberlanjutannya, meliputi sumber daya fisik dan biofisik, lingkungan binaan
yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Pengelolaan dalam arti luas
meliputi aspek administrasi, penanganan masalah, cara penanggulangan,
pengembangan, dan pengendaliannya.
119
Dasar dari ilmu pengelolaan lanskap adalah ekologi, dengan pendekatan
ekosistem. Pengelolaan adalah salah satu usaha kebijaksanaan untuk memelihara
dan menyelamatkan ekosistem. Di dalam ekosistem, manusia tidak mempunyai
peranan dalam proses-proses ekologis selain sebagai pemakai atau konsumen akhir.
Di dalam pengelolaan lanskap/sumber daya alam, manusia mengubah dan
mengatur (secara holistik) penggunaan ekosistem dan membinanya. Contoh:
pengelolaan lanskap waduk tidak akan terlepas dari lanskap sungai dan lanskap
hutan yang mempengaruhinya. Ekosistem sumber daya alam merupakan kumpulan
ekosistem yang dikelola manusia, yang hasilnya baik langsung maupun tidak
langsung bermanfaat bagi manusia.
Pengelolaan meliputi kegiatan-kegiatan: preservasi, proteksi, perawatan,
pemeliharaan, dan rehabilitasi, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Preservasi, yaitu melestarikan sesuatu yang unik dan dilaksanakan jika sudah
ada ancaman.
2. Proteksi, yaitu melindungi suatu lanskap terhadap gangguan-gangguan yang
dapat merusak.
3. Perawatan, yaitu memelihara lanskap yang ada agar tetap baik dan bersifat
statis.
4. Pemeliharaan, yaitu memelihara lanskap dengan berusaha meningkatkan
mutunya dan bersifat dinamis.
5. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki lanskap yang rusak. Pengelolaan lanskap berkelanjutan adalah usaha manusia dalam mengubah/
mengatur, dan menata ekosistem/lanskap agar manusia memperoleh manfaat yang
maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya/keberadaannya
(dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu, dan energi) (Gambar 29).
120
Gambar 29. Hubungan sumber daya alam dan masyarakat/manusia dalam suatu lanskap
B. Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lanskap merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup,
termasuk didalamnya pengelolaan sumber daya alam. Terdapat tiga system dalam
lingkungan hidup, yaitu: sistem lingkungan tanah, sistem lingkungan air, dan sistem
lingkungan udara. Tanah, air, dan udara, yang merupakan sumber daya fisik yang
harus diusahakan kelestariannya. Kelestarian sistem lingkungan tanah dapat
dilakukan dengan melakukan rehabilitasi, pengawetan, perencanaan, dan
pendayagunaan tanah yang optimum. Sementara itu sistem lingkungan air dan
lingkungan udara dapat diupayakan kelestariannya dengan melakukan upaya
pembersihan dari pencemaran dan upaya pencegahan pencemaran, baik terhadap .
Jika tidak dilakukan, kualitas lingkungan, kualitas lanskap menjadi mundur dan
manusia tidak akan dapat memanfaatkannya lagi.
C. Pemasalahan dalam Pengelolaan Lingkungan Masalah dalam pengelolaan lanskap timbul akibat:
1. Keterbelakangan pembangunan: kurangnya ketersediaan permukiman yang
standar, kelangkaan ketersediaan air bersih dan air minum, meluasnya area
kumuh, rendahnya sarana dan prasarana transportasi.
121
2. Proses pelaksanaan pembangunan: peningkatan populasi menyebabkan
peningkatan permintaan permukiman, industri, resor rekreasi, dll. Hal tersebut
acapkali mengakibatkan habitat loss, landscape pathologies, farmland
degradation, soil erosion, deforestation (banjir dan kekeringan), dan lain-lain.
D. Pemeliharaan dan Pengelolaan Taman Terdapat 12 prinsip pemeliharaan dan pengelolaan taman, yaitu:
1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan.
2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga kerja,
peralatan, maupun bahan.
3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana pemeliharaan
tertulis yang logis.
4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada kebijakan dan
prioritas yang benar.
5. Pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan.
6. Pengelola pemeliharaan taman harus diorganisir dengan baik.
7. Sumber dana yang cukup dapat mendukung program pemeliharaan yang telah
ditetapkan.
8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup sangat penting untuk melaksanakan fungsi-
fungsi pemeliharaan.
9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami.
10. Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap keamanan
umum dan para operator pemelihara taman.
11. Pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan
pembangunan taman.
12. Para operator pemelihara harus bertanggung jawab terhadap pengelola
pemelihara taman.
Faktor-faktor yang terkait dalam pengelolaan lanskap antara lain adalah faktor fisik,
biologi, sosial budaya dan ekonomi. Yang termasuk ke dalam faktor fisik adalah:
sumber daya lahan-taman, iklim, peralatan, bahan-bahan pemeliharaan. Sementara
itu pada faktor biologi yang diperhatikan adalah jenis tanaman dan hewan satwa liar.
122
Pada faktor sosial budaya yang perlu menjadi bahan pertimbangan adalah organisasi
pengelola, sumber daya manusia, perilaku pengunjung, dan pengalaman rekreasi.
Faktor penting lainnya yang menentukan pengelolaan suatu taman/lanskap adalah
faktor ekonomi, menyangkut ketersediaan dana, kemampuan, dan pengguna/
masyarakat.
Untuk mengelola suatu taman ada suatu proses yang harus dilalui, yaitu
sebagai berikut.
1. Penetapan tujuan pengelolaan lanskap
2. Perencanaan operasional pengelolaan
3. Pelaksanaan pengelolaan
4. Pemantauan pelaksanaan, evaluasi, dan perencanaan ulang.
5. Penyusunan tujuan pengelolaan merupakan tahap pertama yang terpenting bila
pengelola lanskap ingin mengendalikan pengelolaan secara benar dan tepat.
6. Pada perencanaan operasional pengelolaan juga sudah harus ditetapkan secara
jelas penggunaan dan fungsi lanskap untuk menghindari terjadinya perubahan
dari tujuan penggunaan semula.
Tujuan penggunaan suatu lanskap sangat beragam dan bervariasi. Taman
dan ruang terbuka bisa saja hanya dimaksudkan pada satu tujuan atau kegunaan
yang lebih spesifik, tetapi sering pula mempunyai tujuan dan fungsi ganda. Tujuan
penggunaan taman berdasarkan fungsi, misalnya:
1. Sebagai pemandangan yang menyenangkan
2. Sebagai screening atau shelter
3. Sebagai area konservasi alam
4. Sebagai lanskap hortikultur atau pertanian
5. Sebagai lanskap sumber keragaman botani dan tempat pendidikan
6. Sebagai lanskap tempat olah raga atau rekreasi
7. Sebagai leisure gardening.
Pelaksanaan pengelolaan lanskap dibedakan berdasarkan frekuensinya,
meliputi pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, dan
tahunan. Pekerjaan pemeliharaan harian merupakan bagian yang paling banyak
memerlukan waktu, energi, dan biaya.
123
Pelaku pengelola taman tidak hanya berasal dari satu kelompok saja.
Pengelolaan yang baik melibatkan beberapa kelompok, agar dalam mengelola taman
atau lanskap yang lebih luas dapat lebih terkontrol dan terawasi. Para pelaku
pengelolaan taman tersebut dapat berasal dari kelompok:
1. Pemilik (pemerintah, perusahaan, kelompok masyarakat, perorangan, dan lain-
lain).
2. Pengguna (masyarakat umum, kelompok masyarakat, perorangan).
3. Pengelola (Dinas Pertamanan, kontraktor pengelolaan taman, Lembaga
Swadaya Masyarakat, perorangan).
E. Rangkuman Kegiatan pengelolaan meliputi:
1. Penetapan tujuan
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menetapkan tujuan umum pengelolaan.
Tujuan ini menentukan arah pemeliharaan lanskap. Seperti mempertahankan
disain dan fungsinya sesuai dengan rencana awal lanskap tersebut dibuat.
2. Perencanaan operasional
Perencanaan operasional meliputi penetapan jadwal pemeliharaan, pembagian
pekerjaan, jumlah tenaga yang digunakan serta peralatan yang digunakan. Jadwal
yang disusun frekuensinya harian, bulanan, semesteran, tahunan dan tak terduga.
Operasional pemeliharaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun
tersebut.
3. Pelaksanaan pengelolaan
4. Evaluasi dan perencanaan ulang
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan diawal pemeliharaan. Perencanaan ulang
dapat dilakukan jika didalam pelaksanaan dan atau akhir pekerjaan, tujuan yang
direncanakan tersebut tidak tercapai.
124
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang prinsip dalam pengelolaan lanskap dan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas dibawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda. 1. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan lanskap? 2. Mengapa dalam pekerjaan taman atau lanskap pengelolaan juga merupakan hal
yang perlu untuk dipertimbangkan/direncanakan sejak awal? 3. Mengapa penetapan tujuan merupakan kegiatan pertama yang perlu dilakukan
dalam proses pengelolaan suatu lanskap/taman? Petunjuk Jawaban : Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda.
2. Renungkan dan ingatlah kembali tentang pengertian pengelolaan lanskap, prinsip pengelolaan lanskap serta proses dalam pengelolaan lanskap.
B. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Dasar dari ilmu pengelolaan lanskap adalah............. (a) Ekologi denga pendekatan budidaya (b) Ekologi, dengan pendekatan ekosistem (c) Arsitektur dengan pendekatan ekologi (d) Arsitektur dengan pendekatan budidaya
2. Untuk mengelola suatu taman proses pertama yang harus dilalui adalah.............
(a) Pelaksanaan pengelolaan
(b) Perencanaan operasional pengelolaan
(c) Penetapan tujuan pengelolaan lanskap
(d) Pemantauan pelaksanaan, evaluasi, dan perencanaan ulang.
3. Pekerjaan pemeliharaan yang paling banyak memerlukan waktu, energi, dan
biaya adalah yang frekuensi pemeliharaannya.............
(a) Harian
(b) Mingguan
125
(c) Bulanan
(d) Insidentil
4. Faktor fisik merupakan salah satu faktor yang terkait dalam pengelolaan lanskap.
Yang termasuk dalam faktor fisik adalah.............
(a) Ketersediaan dana
(b) Jenis tanaman
(c) Perilaku pengunjung
(d) Sumber daya lahan-taman
5. Yang dimaksud dengan preservasi adalah.............
(a) Melestarikan sesuatu yang unik dan dilaksanakan jika sudah ada ancaman.
(b) Melindungi suatu lanskap terhadap gangguan-gangguan yang dapat merusak.
(c) Memelihara lanskap yang ada agar tetap baik dan bersifat statis.
(d) Memperbaiki lanskap yang rusak.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 11.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 11. Anda dapat meneruskan pada Bab 12. Akan tetapi, apabila
tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 11,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
126
C. Sumber/Referensi 1. Arifin H.S., Nurhayati. 1999. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
2. Anonim. 2008. Pemeliharaan Lanskap. http://ruliy.multiply.com/journal/item/9.
Diakses tgl 14 November 2011.
D. Kunci Jawaban
1. b
2. c
3. a
4. d
5. a
BAB 12 PEMELIHARAAN LANSKAP
PENDAHULUAN Pemeliharaan merupakan kunci keberhasilan suatu pembangunan taman.
Dalam mendesain taman sebaiknya dibuat desain yang mudah dibangun dan mudah
dipelihara. Perencanaan pemeliharaan taman berisi spesifikasi bahan dan alat,
kebutuhan tenaga kerja dan biaya, serta metode dan frekuensi pemeliharaan yang
disajikan secara tertulis.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu menjelaskan
bentuk-bentuk pemeliharaan lanskap dan dapat merencanakan serta
mengorganisasikan program pemeliharaan suatu taman.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Bentuk Pemeliharaan
Berdasarkan pengertiannya, pemeliharaan lanskap dapat dibagi menjadi
pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan
yang dilakukan agar bentuk taman tetap sesuai dengan tujuan semula, menjaga
elemen dan prinsip desain sesuai dengan tujuan awal dari desain/rancangan,
sehingga pengelola dalam memelihara taman harus mengacu pada rancangan taman
yang ada. Sementara itu pemeliharaan fisik adalah pemeliharaan pada elemen taman
yaitu dengan cara membersihkan, menyiram, memupuk, memangkas,
mengendalikan hama dan penyakit tanaman, mengganti lampu, mengecat,
merenovasi, dan lain-lain.
128
B. Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal akan lebih mudah dilaksanakan jika pemeliharaan fisik
dilaksanakan secara rutin. Karena itu ada beberapa faktor yang dapat diperhatikan
agar kegiatan pemeliharaan ideal lebih mudah dilakukan, antara lain:
1. Membuat perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana
sehingga memudahkan pemeliharaan fisik, seperti rancangan pada Gambar
30 di bawah ini:
Gambar 30. Contoh rancangan yang memudahkan dan menyulitkan pemeliharaan
ideal (Sumber: Arifin dan Nurhayati, 1999)
2. Penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen lunak
hendaknya tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam penggantian atau
penyulaman tanaman.
3. Pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan
perkerasan yang sesuai.
4. Pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di
dalam taman selalu lancar.
5. Perlengkapan taman yang memadai meliputi penerangan lampu pada malam
hari dan jaringan utilitas yang ada di bawah tanah (saluran drainase, pipa-pipa
129
ledeng, sprinkler, kabel listrik dan telepon, serta pipa gas) direncanakan
dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan taman.
Contoh pemeliharaan ideal:
Taman perkantoran umumnya memiliki desain dengan pola simetri dan formal,
untuk memberikan kesan kantor yang formal. Secara ideal pola simetri dan
formal harus dipertahankan, jangan sampai berubah menjadi tidak simetri lagi
sehingga kesan juga berubah.
Taman bermain anak-anak secara ideal harus terbuka dengan alas rumput
yang luas, perdu dan semak terawat rapi, serta lampu-lampu taman tetap
menyala pada malam hari. Jika salah satu fungsi terganggu atau tidak terawat
dengan baik, secara ideal taman tidak cocok lagi untuk tempat bermain.
Bahkan semak belukar dan keadaan gelap akan mengundang orang tertentu
untuk melakukan tindak kriminal.
C. Pemeliharaan Fisik Konsep pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan taman untuk
mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga taman tetap rapi, indah, asri,
nyaman, dan aman. Pemeliharaan fisik meliputi: pemeliharaan elemen keras dan
elemen lunak (tanaman).
Pemeliharaan elemen keras atau bangunan taman meliputi pembersihan lumut
dan karat, pengecatan, dan penggantian atau perbaikan elemen yang rusak.
Pemeliharaan elemen lunak atau tanaman meliputi pembersihan areal taman,
penyiangan, penggemburan tanah, penyiraman, pemangkasan, pengendalian hama
dan penyakit, pemupukan, penyulaman dan pemindahan tanaman, pembibitan, serta
pemeliharaan peralatan.
D. Intensitas Pemeliharaan Intensitas pemeliharaan pada suatu taman dapat dibagi menjadi intensitas
pemeliharaan yang intensif, semi intensif, dan ekstensif. Pada pemeliharaan yang
130
intensif campur tangan manusia sangat tinggi. Sementara itu pada pemeliharaan
semi-intensif, campur tangan manusia sedang. Pada pemeliharaan yang ekstensif,
campur tangan manusia hanya sedikit sekali. Jika dilihat dari skala ukuran tamannya,
taman dengan pemeliharaan yang intensif contohnya adalah taman skala kecil,
taman rumah tinggal, taman perkantoran, lanskap olah raga, dan taman rumah sakit.
Sementara itu taman dengan pemeliharaan yang semi intensif contohnya adalah,
lanskap taman kota, jalur hijau, dan lanskap kampus. Contoh untuk taman dengan
pemeliharaan yang ekstensif adalah lanskap jalan di luar kota, jalan tol, lanskap
perdesaan, hutan, dan riparian.
E. Perencanaan dan Pengorganisasian Program Pemeliharaan Taman Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar proses pemeliharaan
taman/lanskap dapat berjalan dengan baik, yaitu:
1. Menginventarisasi dan mengidentifikasi elemen, fasilitas dan peralatan taman
yang harus dipelihara.
2. Membuat perencanaan pemeliharaan rutin yang mencakup beberapa hal:
a. Penyusunan standar pemeliharaan fasilitas dan peralatan taman.
b. Identifikasi dan pembuatan daftar kebutuhan tugas pemeliharaan rutin
secara spesifik untuk mencapai standar pemeliharaan.
c. Penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan
tugas pemeliharaan rutin.
d. Penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan.
e. Penentuan kebutuhan tenaga kerja.
f. Penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan.
g. Penetapan perkiraan waktu pelaksanaan tugas yang tepat.
3. Merencanakan alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau
yang bersifat insidentil.
4. Merencanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi
keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman.
5. Membuat jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan, meliputi
penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas kepada kontraktor.
131
6. Melakukan pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan
perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas
pekerjaan.
7. Membuat sistem analisis biaya pemeliharaan.
Sistem organisasi dalam pemeliharaan taman umumnya dilakukan oleh
pemelihara taman skala besar. Pemeliharaan taman umumnya merupakan bagian
dari suatu divisi arsitektur pertamanan, yang terdiri atas beberapa seksi yang bekerja
secara spesifik dan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja. Contoh
sistem organisasi pemelihara taman dapat dilihat pada Gambar 31 di bawah.
Gambar 31. Struktur organisasi divisi pemeliharaan taman (Sumber: Arifin dan Nurhayati, 1999)
Dalam industri lanskap, kegiatan pemeliharaan taman memerlukan koordinasi
dari bidang-bidang khusus untuk menciptakan taman yang indah, nyaman, dan aman
sesuai yang diharapkan pemilik atau pengguna. Bidang-bidang tersebut meliputi
perancangan taman (landscape architect), pemborong pembuatan taman (landscape
132
contractor), pemasok bahan, baik bibit tanaman lanskap maupun bahan bangunan
taman atau perkerasan (nurseryman), dan pemelihara taman (landscape
maintenance). Keterkaitan antara bidang-bidang tersebut dapat dilihat pada Gambar
32 berikut.
Gambar 32. Garis koordinasi bidang yang terkait dengan pemeliharaan taman
(Sumber: Arifin dan Nurhayati, 1999) Agar pemeliharaan taman/lanskap dapat lebih efektif dan berjalan dengan baik, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh para operator
pemeliharaan taman.
2. Sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman.
3. Ketersediaan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan.
4. Tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan.
133
5. Kelancaran komunikasi antara pimpinan (manajer) dengan para mandor dan
antara mandor dengan operator pemeliharaan taman di lapangan.
F. Biaya Pemeliharaan
Cara dan intensitas pengelolaan memberikan pengaruh pada besarnya biaya.
Semakin alami suatu lanskap dengan desain informal umumnya membutuhkan biaya
pengelolaan yang lebih rendah. Semakin formal suatu desain, banyak menghilangkan
karakter alami, mengakibatkan biaya pengelolaan yang lebih tinggi. Desain lanskap
yang detail, formal atau kompleks juga akan mempengaruhi biaya pemeliharaan.
Desain lanskap yang sederhana jauh lebih mudah dipelihara dengan menggunakan
alat-alat yang baik dan lebih mudah dipelihara secara total. Semakin kompleks suatu
desain meskipun diterapkan pada lanskap yang relatif kecil, akan memerlukan
peralatan kecil yang digunakan intensif, perlu tenaga kerja lebih banyak, dan pada
akhirnya biayanya lebih tinggi.
Penyusunan anggaran biaya pemeliharaan tergantung pada:
a. Luas areal taman.
b. Lokasi atau fungsi area.
c. Desain taman dan penggunaan elemen-elemen taman (intensif atau tidak
intensif).
d. Standar biaya tenaga kerja harian, honorer, dan tetap.
e. Kelengkapan dan efektivitas peralatan pemeliharaan taman.
f. Bahan habis pakai.
g. Biaya tenaga supervisor dan tenaga ahli.
Adapun persentase komponen biaya pemeliharaan taman yang secara umum dapat
dicontoh dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
134
Tabel 2. Persentase komponen biaya pemeliharaan taman
Jenis Anggaran Biaya Persentase
1. Biaya (upah) tenaga kerja 45
2. Biaya bahan habis pakai (pupuk, pestisida, bahan bakar,
cat, dsb.)
47
3. Biaya Tetap (over head) 48
- Gaji Supervisor dan ahli 27
- Penyusutan alat 14
- Biaya accounting 13
- Lain-lain 46
(Sumber: Arifin dan Nurhayati, 1999)
G. Rangkuman
Pemeliharaan merupakan salah satu bagian penting dari proses perencanaan
dan pembuatan suatu pekerjaan lanskap. Baik buruknya pemeliharaan ini
mempengaruhi keberlanjutan lanskap yang dibuat. Namun sering kali bagian ini
terlupakan terlebih lagi pada taman-taman yang dikelola oleh pemerintah. Seringkali
tidak dianggarkan sejumlah dana untuk memelihara lanskap tersebut. Akibatnya
lanskap tersebut hanya indah dan dapat dinikmati pada saat selesai dikerjakan,
seterusnya lanskap tersebut terbengkalai, rusak dan hancur. Untuk menjaga desain
dan fungsi maka pemeliharaan lanskap/taman tak dapat dipisahkan dari perencanaan
taman/lanskap secara keseluruhan.
Dalam proses pemeliharaan, desain awal berupa gambar atau denah yang
menyajikan secara detail elemen lanskap yang digunakan perlu disimpan dengan
baik. Hal ini penting karena dalam pengerjaan pemeliharaan, disain awal inilah yang
dijadikan dasar dalam pengerjaan pemeliharaan sehingga tujuan dan tema awal
lanskap tersebut dibuat dapat terjaga.
135
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang bentuk-bentuk pemeliharaaan lanskap dan proses merencanakan serta mengorganisasikan program pemeliharaan suatu taman, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas dibawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda.
1. Jelaskan pengertian dari pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik! 2. Mengapa dengan membuat perencanaan dan perancangan taman dengan
pola yang sederhana membuat kegiatan pemeliharaan ideal lebih mudah dilakukan?
3. Mengapa pemilihan elemen taman yang tepat dalam perencanaan turut menentukan keberhasilan/kemudahan dalam proses pemeliharaan suatu taman/lanskap?
4. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi besar kecilnya penyusunan anggaran biaya pemeliharaan.
5. Jelaskan keterkaitan kerja antara perancang taman (landscape architect), pemborong pembuatan taman (landscape contractor), pemasok bahan, baik bibit tanaman lanskap maupun bahan bangunan taman atau perkerasan (nurseryman), dan pemelihara taman (landscape maintenance)!
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda.
2. Renungkan dan ingatlah kembali tentang bentuk-bentuk pemeliharaan lanskap dan proses perencanaan program pemeliharaan suatu taman serta hal-hal yang terkait dengan penyusunan anggaran biaya pemeliharaan.
B. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Pemeliharaan yang dilakukan agar bentuk taman tetap sesuai dengan tujuan semula, menjaga elemen dan prinsip desain sesuai dengan tujuan awal dari desain/rancangan, dikenal dengan............. (a) Pemeliharaan fisik
136
(b) Pemeliharaan ideal (c) Pemeliharaan pengelolaan (d) Pemeliharaan taman
2. Yang termasuk ke dalam pemeliharaan taman untuk elemen lunak adalah............. (a) Pembersihan lumut (b) Pembersihan karat (c) Penyiangan (d) Pengecatan
3. Yang termasuk ke dalam pemeliharaan fisik adalah............. (a) Pemeliharaan taman elemen keras (b) Pemeliharaan bentuk taman formal (c) Pemeliharaan bentuk tanaman pagar (d) Pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional
4. Contoh taman yang umumnya memiliki cara pemeliharaan yang ekstensif adalah............. (a) Taman rumah tinggal (b) Taman perkantoran (c) Lanskap taman kota (d) Lanskap jalan tol
5. Ada beberapa komponen biaya pemeliharaan taman. Komponen biaya yang paling besar persentasenya adalah komponen anggaran............. (a) Biaya (upah) tenaga kerja (b) Biaya bahan habis pakai (c) Gaji supervisor dan ahli (d) Penyusutan alat
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 12.
Rumus:
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
137
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 12. Anda dapat meneruskan pada Bab 13. Akan tetapi, apabila
tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 12,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Arifin H.S., Nurhayati. 1999. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
2. Anonim. 2008. Pemeliharaan Lanskap. http://ruliy.multiply.com/journal/item/9.
Diakses tgl 14 November 2011. D. Kunci Jawaban
1. b
2. c
3. a
4. d
5. a
BAB 13 PENGELOLAAN LANSKAP PERKOTAAN DAN PERDESAAN
PENDAHULUAN Tempat yang merupakan hunian atau permukiman hanya terdiri atas desa dan
kota. Secara umum pembedaan itu didasarkan pada kelengkapan sarana dan
prasarana hunian yang erat kaitannya dengan sedikit banyaknya orang yang tinggal
di situ. Perbedaan sarana dan prasarana hunian, serta perbedaan jumlah orang dan
jenis kegiatannya, tentunya membedakan kota dan desa pada taraf pengelolaannya.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu membedakan
lanskap perkotaan dan perdesaan, serta mampu membuat rencana pengelolaan
lanskap di perkotaan dan perdesaan.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Lanskap Perkotaan
Secara fisik, kota merupakan area terbangun dengan intensitas yang tinggi,
yang terus menurun menjauhi wilayah pusat kotanya. Secara sosial, kota dapat
dilihat berdasarkan jumlah penduduk dan kegiatan sosial di dalamnya. Secara
ekonomi, kota merupakan konsentrasi kegiatan secara spasial, bertujuan
meningkatkan produktivitas, selanjutnya memungkinkan terjadinya anekaragam
budaya, intelektual, dan segala kegiatan ekonomi untuk mendukung kehidupan
penduduknya secara berkelanjutan.
Menurut UU No. 26 tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota adalah suatu bentukan
lanskap buatan manusia yang terjadi akibat kegiatan manusia dalam mengelola
139
kepentingan hidupnya. Faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, politik,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi perubahan lanskap perkotaan
juga berkontribusi terhadap lingkungan fisik kota (Simonds dan Starke, 2006).
Kota memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Berukuran dan berpenduduk besar di masa dan tempat itu.
2. Bersifat permanen.
3. Memiliki kepadatan yang tinggi.
4. Memiliki struktur dan pola dasar seperti jalan dan ruang kota.
5. Merupakan suatu tempat masyarakat tinggal dan bekerja.
6. Memiliki sejumlah fungsi kota.
7. Adanya heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada
masyarakat.
8. Merupakan pusat ekonomi pada waktu dan tempat itu yang mengakomodasi
daerah pertanian di pinggiran kota dan melakukan pengolahannya untuk
pemasaran yang lebih luas.
9. Merupakan pusat pelayanan bagi daerah sekitarnya.
10. Merupakan pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada
waktu dan tempat itu. Gambaran wajah lanskap perkotaan di Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Wajah lanskap perkotaan di Indonesia
Foto
: Nur
faid
a (2
008)
140
B. Indikator Pengelolaan Perkotaan Pembangunan suatu kota dapat dilakukan dengan tiga strategi utama, yaitu:
(1) the responsible city, (2) the living city dan (3) the participating city. Masing-masing
strategi berhubungan erat dengan pengelolaan, tata ruang, dan juga kebijakan yang
diterapkan, tetapi tidak melupakan aspek yang paling utama, yaitu faktor lingkungan,
sosial, budaya, dan ekonomi.
Strategi the responsible city merupakan suatu konsep desain dan pengelolaan
kota yang tidak hanya memperhatikan kebutuhan level-level tertentu, tetapi juga
generasi yang akan datang dengan tetap bertanggung jawab terhadap mutu
lingkungan dari wilayah tersebut.
Konsep the living city bermakna suatu kota harus menawarkan kondisi yang
tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga kesehatan sekaligus keindahan
pada penduduknya, misalnya dengan adanya pepohonan di sekitar jalan yang
memperhatikan aspek estetika.
Kota bukan hanya untuk masyarakat, tetapi juga dimiliki oleh masyarakat
sehingga kepedulian masyarakat terhadap kota itu sendiri harus ditingkatkan. Hal ini
yang menjadi dasar bagi konsep the participating city dan juga sebagai acuan untuk
mencapai konsep the responsible city dan the living city.
Strategi ini sangat terkait dengan gaya hidup dan tipe bisnis yang ada pada
suatu area yang juga terkait erat dengan kebijakan kota tersebut termasuk kebijakan
yang terkait dengan masalah lingkungan, perencanaan kota, dan perangkat
organisasinya.
Selain strategi dalam pengelolaan perkotaan, juga ada beberapa dimensi
keberlanjutan dalam perkotaan yang juga memiliki kaitan terhadap pengelolaan
perkotaan. Dimensi-dimensi tersebut antara lain:
1. Dimensi Temporal mengandung arti suatu pembangunan jangka pendek
yang disebut baik belum tentu baik dalam jangka panjang.
2. Dimensi Spasial terkait dengan hubungan antara suatu kota dengan kota
lainnya, yang berarti masalah pada suatu kota dipindahkan ke kota atau
daerah pedesaan di sekitar kota.
141
3. Masalah sosial-ekonomi pada suatu kota terkait dengan Dimensi Sosial-Ekonomi. Perkembangan suatu kota dapat menguntungkan pihak tertentu,
tetapi merugikan pihak lainnya.
4. Dimensi Politik yaitu suatu kota dapat mentransfer biaya-biaya ekologis
secara politik yang menguntungkan ke pihak lain yang tidak menguntungkan.
5. Dimensi Interspecies adalah upaya meningkatkan kesejahteraan manusia
dengan tidak mengganggu spesies lain.
6. Dimensi Inter-Medium dapat dilihat pada pengolahan sampah dengan
insinerator atau mengurangi limbah padat dengan cara pembakaran sehingga
menciptakan pencemaran atau polusi udara.
C. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan sebagai Contoh Lanskap Perkotaan Ruang terbuka hijau suatu kota adalah ruang-ruang terbuka di berbagai
tempat wilayah perkotaan yang secara optimal digunakan sebagai daerah
penghijauan dan berfungsi dalam mendukung kualitas lingkungan wilayah perkotaan.
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/ jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (UU No. 26 Tahun 2007). Proporsi
RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota.
Fungsi dan manfaat RTH antara lain yaitu:
1. Areal perlindungan bagi berlangsungnya fungsi ekosistem dan fungsi
penyangga lingkungan.
2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan
lingkungan.
3. Sarana rekreasi.
4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam
pencemaran di darat, laut, dan udara.
5. Sarana penelitian, pendidikan, dan penyuluhan bagi masyarakat untuk
membentuk kesadaran lingkungan.
6. Tempat perlindungan plasma nutfah.
142
7. Sumber udara segar bagi lingkungan dan untuk memperbaiki iklim mikro
terutama menurunkan suhu udara serta penyaring kecepatan angin dan
cahaya matahari, pengatur presipitasi dan kelembaban.
8. Pengatur tata air.
9. Wadah kegiatan masyarakat di suatu lingkungan, tempat untuk bersantai dan
melakukan komunikasi sosial.
Dalam upaya pengelolaan, RTH dikategorikan sebagai wilayah spasial bagi
kepentingan 3 pihak yaitu pihak-pihak pemerintah kota, warga kota atau masyarakat,
dan pengusaha. Ketiga stakeholders tersebut memiliki peran, fungsi, potensi, dan
kepentingan sendiri. Sinergi dari 4 hal ini membutuhkan suatu cara bekerja (rule of
game) dan model organisasi tertentu yang disepakati bersama dan dinyatakan dalam
suatu kebijakan publik yang terkait dengan bentuk kegiatan pengelolaan RTH kota
yang diusulkan.
Dalam mengelola RTH kota terdapat pula beberapa kendala, antara lain:
1. Kendala anggaran pembangunan dan teknis pengelolaan RTH pada sisi
pemerintah.
2. Kendala prioritas dan pilihan kebutuhan pada sisi masyarakat.
3. Kendala margin keuntungan pada sisi pengusaha.
Tiga kendala ini sering menimbulkan konflik kepentingan yang berdampak
negatif terhadap luas dan kualitas RTH yang dibutuhkan atau yang harus disediakan
dalam wilayah perkotaan, sehingga perlu suatu bentuk upaya untuk meminimumkan
konflik yang terjadi misalnya dengan pemberian insentif tertentu. Insentif yang
diterima oleh Pemkot dapat berupa efisiensi kerja dan biaya pengelolaan RTH dalam
wujud rancangan fisik keindahan RTH dan kenyamanan kota. Insentif yang diterima
oleh masyarakat adalah kondisi lingkungan kota yang nyaman, sehat, indah, dan
rekreatif. Insentif yang diterima oleh pengusaha adalah lahan RTH sebagai media
promosi atau lahan yang menguntungkan secara ekonomi.
D. Pengelolaan Air dan Sampah di Perkotaan Pengelolaan air mencakup kuantitas dan kualitas air bersih. Adanya ruang
terbuka hijau sebagai green infrastructure seperti taman-taman kota, area rekreasi,
143
dan kawasan konservasi hutan mangrove diharapkan dapat mendukung ketersediaan
air.
Sampah, sebagai hasil akhir dari sisa-sisa penggunaan sumber daya yang
tersedia di bumi dan telah digunakan oleh manusia pada akhirnya akan menjadi
sumber permasalahan lingkungan apabila tidak ditangani serta dikelola dengan baik
oleh segenap pihak dari semua lapisan masyarakat. Permasalahan sampah timbul
akibat daya dukung lingkungan sudah melampaui ambang batasnya, jumlah populasi
manusia khususnya penduduk di perkotaan, dan perilaku yang menyangkut budaya
masyarakat serta nilai-nilai yang ada.
Penyumbang sampah paling besar di perkotaan adalah sampah rumah
tangga. Daur pengelolaan sampah dapat dilihat pada Gambar 34. Bentuk sampah
rumah tangga terdiri atas:
a. Sampah padat terdiri atas:
1. Bahan yang mudah terurai (sisa makanan, daun-daunan)
2. Bahan yang tidak dapat terurai:
(a) Tidak berbahaya: botol, kaleng, logam, kayu packing, dan lain-lain.
(b) Berbahaya: oli, pestisida rumah tangga, baterei, pembersih toilet, pewarna
rambut, semua wadah semua bahan tersebut, sampah rumah sakit, dan
lain-lain.
b. Sampah cair terdiri atas: sisa minyak goreng, kuah sayuran, dan cairan yang
keluar dari tumpukan sampah.
Selain itu dari jenisnya, sampah rumah tangga dapat dibagi menjadi:
(a) Sampah dari bahan an-organik yang dapat didaur-ulang (berbagai produk dari
plastik, kaca, mika, kaleng).
(b) Sampah an-organik yang tidak dapat didaur-ulang (bahan buangan berbahaya,
baterei, aki, handphone bekas, kemasan pestisida, kosmetik sprayer, dan lain-
lain.
(c) Sampah organik yang dapat dibuat kompos (sisa makanan, daun-daunan, kertas-
kertas bekas, dan lain-lain).
(d) Sampah organik yang tidak dapat dibuat kompos (ranting kayu, dahan pohon,
cabang, dan lain-lain).
144
Untuk mengelola sampah tumah tangga ada lima langkah pokok yang dapat
dilakukan, yaitu:
(a) reduce: mengurangi jumlah sampah yang dibuang.
(b) reuse: menggunakan ulang wadah-wadah atau barang-barang bekas.
(c) recycle: mendaur-ulang bahan-bahan yang dapat didaur-ulang atau membuat
kompos.
(d) reform: merubah bentuk sampah menjadi barang-barang lain yang lebih berguna.
(e) replant: menanam tanaman dengan menggunakan produk daur-ulang sampah
yaitu kompos.
Untuk jenis sampah yang harus dibuang (tidak dapat digunakan kembali atau juga
didaur ulang) ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengelolanya, yaitu:
(a) Penimbunan terkendali (controlled dumping).
(b) Penimbunan sampah dan tanah berlapis secara sehat (sanitary landfill).
(c) Pembakaran sederhana (simple burning).
(d) Pembakaran dengan panas tinggi dengan incenerator (inceneration).
Gambar 34. Daur pengelolaan sampah skala rumah tangga (Sumber: Arifin et al, 2008)
145
E. Pengertian Lanskap Perdesaan
Kata desa berasal dari bahasa India yakni Swadesi yang berarti tempat asal,
tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan
hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Di Indonesia
dapat ditemui banyak kesatuan masyarakat dengan peristilahannya masing-masing,
seperti dusun dan marga bagi masyarakat Sumatera Selatan, dati di Maluku, nagari
di Minang, atau wanua di Minahasa.
Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007, kawasan perdesaan mempunyai
pengertian sebagai suatu wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi. Lanskap perdesaan merupakan gabungan antara lanskap yang
dikelola dengan lanskap yang alami; yang mungkin membantu membedakan antara
lahan yang dipreservasi sebagai padang rimba atau sepenuhnya alami kompleks dan
pengelolaan lahan. Gambaran wajah lanskap pedesaan di Indonesia dapat dilihat
pada Gambar 35.
Gambar 35. Wajah lanskap pedesaan di Indonesia
Desa merupakan tulang punggung kehidupan, tempat berbagai macam
sumber daya alam yang perlu dilestarikan. Tetapi akibat pengaruh eksternal (tingkat
urbanisasi, teknologi) dan internal (antara lain sistem pewarisan) terjadi perubahan
wajah dan struktur lanskap perdesaan. Nilai-nilai baru yang masuk melalui
Foto
: Nur
faid
a (2
008)
146
pendidikan, sarana transportasi, komunikasi, perdagangan dan pertanian modern
turut mengubah sikap tradisional.
Jenis ruang terbuka di wilayah perdesaan Indonesia, seperti kebun bambu
(bamboo tree garden), kebun campuran (mixed garden), pekarangan (home garden),
tegalan/ladang (upland farms), sawah (paddy field), dan semak belukar (abandon
land). Kebun bambu, kebun campuran, pekarangan berkontribusi tidak hanya pada
produksi, tetapi juga terhadap konservasi lingkungan dengan tipe agroforestrinya.
F. Pekarangan sebagai Contoh Lanskap Perdesaan Pekarangan adalah konsekuensi pemikiran untuk memenuhi kebutuhan
pemiliknya di area sekitar pemukiman yang terbatas. Pekarangan sebagai lahan
yang terdapat bangunan di atasnya umumnya memiliki batas kepemilikan yang jelas
serta biasanya ditanami dengan berbagai tanaman sehingga memenuhi kebutuhan
fungsional dari variasi biofisik, ekonomi, dan fungsi sosial budaya pemiliknya.
Pekarangan adalah lahan yang merupakan sistem integrasi dari berbagai elemen
lunak, keras, dan manusia dalam lingkungan tersebut.
Pekarangan memiliki beberapa fungsi, antara lain, sebagai berikut.
1. Fungsi produksi: berbagai tanaman di pekarangan, terutama tanaman nursery,
buah-buahan, tanaman industri, sayuran, dan rempah-rempah, dan ternak dapat
dipanen, sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan.
2. Fungsi sosial: usaha memenuhi berbagai kebutuhan terkadang dilakukan pemilik
pekarangan dengan memilih elemen penyusun pekarangan yang disesuaikan
dengan kebutuhan bersosial ataupun kebutuhan lainnya yang berhubungan
dengan kebiasaan setempat.
3. Fungsi estetika dari pekarangan terwujud dari penataan taman yang memberikan
kenyamanan dan kesenangan bagi pemiliknya. Pemilihan tanaman pada
pekarangan merupakan wujud dari kreativitas, imajinasi, kewirausahaan, dan rasa
estetik pemiliknya
4. Fungsi ekologis pekarangan terbagi menjadi dua, yaitu fungsi konservasi dan
fungsi sumber keragaman genetik.
147
Struktur dan pola pekarangan dapat diatur secara horizontal maupun vertikal.
Secara horizontal tanaman dalam pekarangan diklasifikasikan sesuai dengan
fungsinya, yaitu: tanaman ornamental; tanaman buah-buahan; tanaman sayur-
sayuran; tanaman obat-obatan; tanaman bumbu-bumbuan; tanaman penghasil
pati/karbohidrat; tanaman industri; tanaman fungsi lainnya, seperti untuk kayu bakar,
kerajinan, dan makanan ternak. Sementara itu, secara vertikal tinggi tanaman dibagi
dalam lima strata, yaitu:
1. Strata pertama adalah tanaman rendah dengan ketinggian kurang dari 1 meter.
2. Strata dua untuk ketinggian 1-2 meter
3. Strata tiga untuk ketinggian 2-5 meter
4. Strata empat untuk ketinggian 5-10 meter
5. Strata lima untuk ketinggian lebih dari 10 meter.
Contoh pengaturan tanaman di pekarangan secara vertikal dapat dilihat pada
Gambar 4.
Berdasarkan lokasi, pekarangan terbagi menjadi tiga zona yaitu bagian depan,
belakang, dan samping. Pekarangan memiliki pola penataan ruang tertentu yang
terkait dengan fungsi, antara lain, fungsi daur ulang, pelayanan umum, prestise,
produksi, dan keindahan.
G. Pengelolaan Pekarangan Sebagai Sistem Agroforestri
Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan terpadu yang mengombinasikan
pepohonan dengan tanaman pertanian dan atau hewan ternak secara bersama-sama
atau bergiliran untuk menghasilkan produk terpadu. Agroforestri merupakan suatu
istilah baru dari praktek-praktek pemanfaatan lahan tradisional yang memiliki unsur-
unsur seperti penggunaan lahan atau sistem penggunaan lahan oleh manusia,
penerapan teknologi, komponen tanaman semusim, komponen tanaman tahunan dan
atau ternak atau hewan, waktu dapat bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode
tertentu, terdapat interaksi ekologi, sosial, dan ekonomi.
Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri
sederhana dan sistem agroforestri kompleks.
148
1. Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian yang di dalamnya
pepohonan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman
semusim.
Gambar 36. Contoh pengaturan struktur tanaman secara vertikal pada pekarangan
149
2. Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis pepohonan (juga dapat dikombinasikan dengan hewan
ternak bahkan dengan ikan) baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara
alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan
ekosistem yang menyerupai hutan.
Pada bentang lahan, bentuk-bentuk kombinasi ini terdapat dalam berbagai tipe
penutupan dan penggunaan lahan baik secara monokultur maupun campuran yang
disebut dengan lanskap agroforestri. Lanskap agroforestri terbagi menjadi dua sistem
penutupan dan penggunaan lahan yaitu sistem penutupan dan penggunaan lahan
tersegregasi dan sistem penutupan dan penggunaan lahan terintegrasi.
Agroforestry mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Mempertahankan pengelolaan sumber daya air (water resources management)
2. Mempertahankan cadangan karbon (carbon stock)
3. Mempertahankan keanekaragaman hayati (biodiversity)
4. Mempertahankan keindahan lanskap (landscape beautification).
H. Pengelolaan Pekarangan Sebagai Sistem Permakultura Kata permaculture merupakan singkatan dari permanent agriculture (pertanian
yang permanen) dan permanent culture (kebudayaan yang permanen). Permaculture
(permakultura dalam bahasa Indonesia) didefinisikan sebagai suatu sistem desain
untuk menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan, yang berhubungan dengan
tanaman, hewan, dan infrastruktur (air, energi, dan komunikasi) serta keterkaitan di
antara unsur-unsur tersebut yang dapat diciptakan melalui penempatan yang tepat
pada lahan.
Sasaran permakultura adalah menciptakan sistem yang secara ekologis sehat
dan secara ekonomis dapat berjalan dengan baik, mampu memenuhi kebutuhan
sendiri, tidak mengeksploitasi, dan tidak mengakibatkan polusi sehingga dalam
jangka panjang dapat berkelanjutan.
Etika dalam permakultura yaitu:
1. Melindungi dan merawat bumi (care for the earth).
2. Melindungi dan merawat manusia (care for people).
150
3. Menyumbangkan waktu luang dan energi (contribution of surplus time, money
and energy) atau melindungi dan merawat masyarakat (care for community).
Prinsip-prinsip dalam permakultura
1. Lokasi yang relatif, yaitu setiap elemen seperti rumah, kolam, dan jalan,
ditempatkan dalam suatu keterkaitan satu sama lain sehingga dapat saling
mendukung.
2. Setiap elemen melaksanakan berbagai tugas.
3. Setiap tugas yang penting didukung oleh banyak elemen.
4. Perencanaan energi yang efisien untuk rumah dan pemukiman.
5. Penekanan pada pemanfaatan sumber daya biologi daripada sumber daya fosil.
6. Daur ulang energi dalam tapak.
7. Pemanfaatan dan percepatan suksesi alamiah dan tanaman untuk mendapatkan
lahan dan tanah yang baik.
8. Polikultur dan diversifikasi spesies yang bermanfaat untuk memperoleh sistem
yang produktif dan terpadu.
9. Pemanfaatan batas dan pola alamiah untuk mendapatkan efek terbaik.
Gambar 37. Contoh pengaturan pekarangan dengan sistem agroforestri
151
Gambar 38. Contoh pengaturan pekarangan sebagai sistem permakultura di pedesaan (Sumber: Modifikasi dari Mollison, 1997)
Tabel 3. Fungsi ruang dan tingkat pemeliharaan zona-zona pada pengaturan
pekarangan dengan sistem permakultura
(Sumber: Mollison, 1997)
152
I. Rangkuman Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi. Sementara itu kawasan perdesaan mempunyai pengertian
sebagai suatu wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Jumlah masyarakat perkotaan yang lebih besar daripada jumlah masyarakat
perdesaan juga jenis pekerjaan yang berbeda membuat pola penggunaan lahan di
perkotaan berbeda dengan di perdesaan. Perdesaan yang penduduknya lebih sedikit
membuat rumah-rumah di perdesaan memiliki halaman yang lebih luas, sehingga
hampir semua rumah di perdesaan memiliki konsep pekarangan. Sementara itu
rumah-rumah di perkotaan memiliki halaman yang lebih sempit, bahkan banyak yang
tidak lagi memiliki halaman. Hal ini tentunya juga membuat pengelolaan lanskap yang
berbeda.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang lanskap perkotaan dan perdesaan, serta memantapkan kemampuan Anda membuat rencana pengelolaan lanskap di perkotaan dan perdesaan, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas dibawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda.
1. Jelaskan perbedaan antara lanskap perkotaan dengan lanskap perdesaan! 2. Jelaskan hubungan antara keberadaan RTH dengan pengelolaan lanskap
perkotaan! 3. Jelaskan hal-hal yang dapat menyebabkan perbedaan pengelolaan sampah di
perkotaan dengan di perdesaan! 4. Jelaskan maksud dari mengelola pekarangan di perdesaan dengan sistem
agroforestri!
153
5. Jelaskan bagaimana sistem permakultura bermanfaat dalam mengelola kawasan perdesaan.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda.
2. Renungkan dan ingatlah kembali tentang pengelolaan lanskap perkotaan dan pengelolaan lanskap perdesaan, dan hal-hal yang terkait dengan pengelolaan di kedua tempat tersebut.
B. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Konsep yang menjaga agar desain dan pengelolaan kota tidak hanya memperhatikan kebutuhan level-level tertentu, tetapi juga generasi yang akan datang dengan tetap bertanggung jawab terhadap mutu lingkungan dari wilayah tersebut, merupakan strategi pembangunan kota dengan konsep: (a) the responsible city, (b) the living city (c) the participating city (d) the sustainable city
2. Dimensi yang mengandung arti suatu “pembangunan jangka pendek yang disebut baik belum tentu baik dalam jangka panjang”, merupakan pengertian dari dimensi: (a) Temporal (b) Spasial (c) Sosial Ekonomi (d) Politik
3. Pekarangan memiliki beberapa fungsi. Jika pekarangan ditanami dengan berbagai tanaman di pekarangan, terutama tanaman nursery, buah-buahan, tanaman industri, sayuran, dan rempah-rempah, dan ternak dapat dipanen, sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan, maka ini merupakan fungsi pekarangan dilihat dari fungsi: (a) sosial
154
(b) produksi (c) estetika (d) ekologis
4. Baterei dan aki merupakan contoh jenis sampah rumah tangga yang termasuk pada jenis: (a) Sampah dari bahan an-organik yang dapat didaur-ulang
(b) Sampah an-organik yang tidak dapat didaur-ulang
(c) Sampah organik yang dapat dibuat kompos
(d) Sampah organik yang tidak dapat dibuat kompos
5. Suatu sistem desain untuk menciptakan lingkungan hidup yang berkelanjutan,
yang berhubungan dengan tanaman, hewan, dan infrastruktur (air, energi, dan
komunikasi) serta keterkaitan di antara unsur-unsur tersebut yang dapat
diciptakan melalui penempatan yang tepat pada lahan, merupakan pengertian
dari:
(a) Pekarangan
(b) Pertamanan
(c) Agroforestry
(d) Permakultura Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 13.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 13. Anda dapat meneruskan pada Bab 14. Akan tetapi, apabila
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
155
tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 13,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Anonim. 2008. Pemeliharaan Lanskap. http://ruliy.multiply.com/journal/item/9.
Diakses tgl 14 November 2011.
2. Arifin, H.S., Nurhayati. 1999. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar
Swadaya.
3. Arifin,H.S., A. Munandar, Nurhayati, Q.Pramukanto, V.D. Damayanti. 2008.
Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Jakarta: Sampoerna Hijau.
4. Mollison, B. 1997. Introduction to Permaculture. Victoria: A Tagari Publication.
D. Kunci Jawaban
1. a
2. a
3. b
4. b
5. d
BAB 14 PENGELOLAAN KAWASAN YANG PEKA TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN
PENDAHULUAN Dunia Arsitektur Lanskap kian hari kian berkembang, ditandai dengan makin
sadarnya manusia akan arti lingkungan dan alam sekitarnya. Keselarasan hidup
dengan alam, baik yang biotik maupun abiotik, kerap kali telah terbukti memberikan
banyak manfaat positif. Manusia memang tidak bisa lepas dari lingkungannya,
bahkan kadangkala justru lingkunganlah yang membentuk manusia. Semakin baik
lingkungannya, maka semakin dipercaya bahwa manusia yang ada di dalamnya juga
akan semakin membaik kualitas hidupnya. Karenanya, prinsip dasar Arsitektur
Lanskap kiranya perlu disosialisasikan ke masyarakat.
Prinsip dasar ilmu Arsitektur Lanskap adalah bagaimana mengorganisasi
suatu ruang dengan elemennya agar secara fungsional berdaya guna dan secara
estetika bernilai indah. Prinsip sederhana ini bermuara pada perpaduan nilai
fungsional dan estetika. Pencapaian dalam nilai fungsional, salah satunya dapat
ditempuh dengan ilmu Ekologi Lanskap. Bahkan pada akhirnya nilai estetika akan
terbentuk dengan sendirinya bila aspek ekologi lanskap ini diterapkan dengan sangat
baik.
Pada kawasan yang rawan terganggu stabilitas lingkungannya dibutuhkan
perencanaan dan pengelolaan lanskap yang lebih teliti. Aspek lingkungan perlu
menjadi prioritas utama yang diperhatikan pada saat perencanaan dan
pengelolaannya.
Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa akan mampu menjelaskan
tentang ekologi lanskap, membuat rencana pengelolaan lanskap yang peka dari segi
lingkungan, serta menjelaskan analisis mengenai dampak lingkungan.
157
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Ekologi Lanskap
Pembangunan yang dilakukan untuk kenyamanan manusia secara tidak
langsung mengubah wajah lanskap suatu kawasan. Kenyataan itu menciptakan
perubahan terhadap banyak proses ekologi. Karena itu, untuk dapat memperoleh
kenyamanan bagi manusia, tetapi tidak menyebabkan perubahan yang sangat besar
bagi alam sekitarnya, diperlukan pengetahuan tentang lingkungan, alam dan
rancangan yang tepat.
Ekologi lanskap mempelajari pengaruh antara bentang alam dengan proses
ekologi. Ekologi lansekap ditelaah untuk melacak proses ekologis melalui suatu jarak
ruang, skala waktu dan budaya, agar perencana mengerti efek sebenarnya atau efek
potensial dari penggunaan lahan dan perencanaan yang dilakukan untuk manusia.
Suatu hal yang penting adalah pada tahap perencanaan, perencana harus
memastikan bahwa di dalam merencanakan kebutuhan fasilitas-fasilitas tidak
merusak sumberdaya yang ada. Ekologi Lansekap dapat berguna bagi konservasi
alam karena menyangkut pemikiran dari pengaturan habitat, pemikiran konsekuensi
struktur dan proses untuk spesies yang berbeda.
Farina (1998) membagi tiga pandangan dalam ekologi lansekap, yaitu:
1. Manusia : Pada perspektif manusia, lansekap dikelompokkan pada fungsi utama
yang mempunyai arti untuk kehidupan manusia.
2. Geobotanical: Distribusi spatial dari komponen lingkungan abiotik dan biotik, dari
lansekap tanah sampai yang didekati oleh tanaman, dan pada distribusi tanaman
utama sebagai komunitas, tanah hutan dan sebagainya.
3. Hewan: Pandangan akhir ini konsepnya dihubungkan dengan pengamatan
lansekap manusia, walaupun terdapat perbedaan substantial dalam mendekati
secara langsung.
B. Aplikasi Ekologi Lanskap dalam Pengelolaan Kawasan yang Peka Areal yang termasuk peka terhadap perubahan lanskap antara lain adalah
lahan yang memiliki lereng kecuraman yang cukup tinggi. Selain itu, yang dapat
dikategorikan sebagai wilayah yang juga perlu dicermati perencanaannya adalah
158
wilayah yang jika terjadi perubahan pada tapaknya akan menyebabkan degradasi
lingkungan (ekologi lanskapnya berubah), seperti daerah aliran sungai, kawasan
karst, daerah hutan mangrove, hutan tropis, areal rawa-rawa, dan masih banyak area
lainnya. Jika area-area ini mengalami gangguan, tentunya akan terjadi perubahan
keseimbangan ekosistem di sekitar tempat tersebut.
Gangguan sesungguhnya merupakan femona umum dan terjadi dimana saja
di alam ini, dan akan tampak jelas pada saat terjadi perubahan lansekap, ekosistem
struktur komunitas dan populasi, perubahan substrat, lingkungan fisik dan
ketersediaan sumber daya. Perubahan akibat gangguan inilah proses dasar yang
bertanggung jawab atas proses lainnya seperti fragmentasi, pergerakan hewan,
kepunahan lokal maupun regional dan lain-lain. Setiap lanskap terbentuk, dirawat dan
dirubah oleh gangguan. Sebagai contoh, gangguan seperti pembukaan lahan, dan
kebakaran mempunyai akibat yang kuat terhadap struktur dan fungsi lansekap
(Farina, 1998).
Variabel dasar dari perubahan adalah besarnya gangguan, frekuensi, ukuran
dan penyebarannya. Untuk memprediksikan dampak dari perubahan pada komunitas
dan lanskap, penting untuk dipahami tentang arsitektur gangguan ini secara spasial
dan temporal. Gangguan terjadi di banyak lingkungan biotik dan pada seluruh
tingkatan organisasi, dari individu sampai lansekap.
Interaksi manusia tersebar luas dan seluruh planet ini merasakan akibatnya.
Gangguan yang diakibatkan oleh manusia semakin meluas dalam kisaran
spasiotemporal yang semakin meluas. Sebagai contoh kebakaran di daerah pesisir
Mediterania yang diakibatkan oleh kelalaian manusia sebenarnya tidak berbeda
dengan kebakaran yang terjadi secara alami, namun jika terjadi berulang-ulang setiap
musim (hal yang tidak terjadi pada kondisi alami) dapat menyebabkan stres pada
vegetasi, mengurangi tutupan vegetasi dan meningkatkan erosi tanah.
Karena itu ketika hendak melakukan perencanaan suatu kawasan, utamanya
yang peka terhadap perubahan lingkungan, perlu dianalisa dengan teliti hal-hal yang
kiranya akan berubah. Selain itu juga perlu memperkirakan cara pengelolaannya agar
tidak mengalami kerusakan yang parah.
159
Beberapa aspek yang sudah perlu dipertimbangkan sebelum mengubah
kawasan yang peka antara lain adalah:
1. Perubahan fisik (contohnya adalah perubahan hutan menjadi perkebunan)
2. Perubahan kimia (contohnya adalah perubahan kualitas air akibat area
pertanian)
3. Perubahan sosial budaya
4. Perubahan kesehatan masyarakat
C. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup,dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan
(PP No. 27 thn 1999 ttg AMDAL).
Dokumen AMDAL terdiri atas:
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Kegunaan dari AMDAL antara lain yaitu:
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup
dari rencana usaha dan atau kegiatan
3. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.
4. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan
5. Memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif
6. Digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin
usaha dan/atau kegiatan
Prosedur AMDAL terdiri dari:
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
160
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL,dan RPL
5. Persetujuan Kelayakan Lingkungan
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan. Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta
jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL
harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan
standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 09/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
Pihak-pihak yang telibat dalam proses AMDAL antara lain, yaitu:
1. Komisi Penilai AMDAL: adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup. Di tingkat provinsi
berkedudukan di Bapedalda/Instansi pengelola Lingkungan Hidup di provinsi. Di
tingkat kabupaten/kota berkedudukan di Bapedalda/Instansi pengelola
Lingkungan Hidup di kabupaten/kota. Anggota komisi penilai AMDAL lainnya
adalah unsur pemerintah lainnya yg berkepentingan, serta warga masyarakat
yang terkena dampak. Tata kerja dan komposisi keanggotaan diatur dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup.
2. Pemrakarsa: adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Masyarakat yang berkepentingan: Masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan ekonomi, sosial
budaya, dan sebagainya.
Untuk kegiatan yang tidak diwajibkan untuk menyusun AMDAL harus menyusun UKL
dan UPL (Kepmen LH No 11 thn 2006). Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan
dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab yang
tidak diwajibkan melakukan AMDAL.
161
D. Rangkuman Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam perlu memperhatikan
konsep pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, agar
generasi saat ini memperoleh kebutuhannya secukupnya dan generasi yang akan
datang tetap dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dalam memecahkan masalah
pengelolaan lanskap harus ada kerja sama secara terpadu antar berbagai disiplin
ilmu. Kerjasama yang terpadu sangat diperlukan untuk memahami kelebihan masing-
masing displin ilmu, serta memahami pengetahuan dan persepsi masyarakat dan
pengambil kebijakan dalam memandang dan menyikapi permasalahan dalam
pengelolaan lanskap.
Penyusunan dokumen AMDAL merupakan salah satu upaya untuk dapat
merencanakan dan mengelola suatu kawasan, utamanya yang peka terhadap
perubahan lingkungan, agar kawasan tersebut tetap terpelihara dan keberadaanya
tetap berkelanjutan.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pengelolaan kawasan yang peka terhadap perubahan lingkungan, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas dibawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda. 1. Jelaskan keterkaitan antara ekologi lanskap dengan masalah pengelolaan
kawasan yang peka terhadap perubahan lingkungan! 2. Jelaskan apa yang menjadi variabel besarnya perubahan pada suatu lingkungan! 3. Jelaskan aspek-aspek yang sudah perlu dipertimbangkan sebelum mengubah
suatu kawasan yang peka! 4. Jelaskan kegunaan dari AMDAL! 5. Sebutkan pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL! Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus
memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kawan-kawan Anda.
162
2. Renungkan dan ingatlah kembali tentang pengelolaan kawasan yang peka terhadap perubahan lingkungan dan juga tentang AMDAL sebagai salah satu upaya untuk dapat mengelola suatu kawasan yang peka dengan lebih terencana.
B. Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkarilah huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini!
1. Ekologi lanskap mempelajari pengaruh antara:
(a) permukaan tanah dengan ekosistem
(b) bentang alam dengan proses ekologi
(c) makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya
(d) lingkungan abiotik dengan lingkungan biotik
2. Pandangan yang melihat distribusi spatial dari komponen lingkungan abiotik dan
biotik, dari lansekap tanah sampai yang didekati oleh tanaman, dan pada
distribusi tanaman utama sebagai komunitas, tanah hutan dan sebagainya,
merupakan penjelasan dari salah satu pandangan dalam ekologi lanskap yaitu:
(a) Pandangan manusia
(b) Pandangan geobotanical
(c) Pandangan hewan
(d) Pandangan abiotik
3. Perubahan kualitas udara akibat adanya kegiatan penambangan batu di area
pabrik semen, termasuk aspek perubahan:
(a) fisik
(b) kimia
(c) sosial budaya
(d) kesehatan masyarakat
4. Untuk kegiatan yang tidak diwajibkan untuk menyusun AMDAL harus menyusun:
(a) UKL dan UPL
(b) RKL dan RPL
(c) KA-ANDAL
(d) ANDAL
163
5. Salah satu pihak yang telibat dalam proses AMDAL adalah pihak pemrakarsa.
Yang dimaksud dengan pemrakarsa adalah:
(a) komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.
(b) masyarakat yang berkepentingan
(c) orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
(d) konsultan yang menyusun dokumen AMDAL
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 14.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 14. Akan tetapi, apabila tingkat penguasaan Anda masih dibawah
80%, Anda harus mengulangi Bab 14, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi
1. Farina, A. 1998. Principals and methods in landscape ecology. Chapman &
Hall Ltd. London.
2. Forman, R.T.T. and M.Godron, 1986.Landscape Ecology. John Wiley & Sons,
Inc. Canada.
3. Kurnia, I.R. 2008. Pengembangan Ekowisata ( Ecotourism ) di Kawasan
Waduk Cacaban Kabupaten Tegal. Tesis S2 PS Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro, Semarang.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat ×=
164
4. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
5. Keputusan Menteri Neg. Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan AMDAL.
6. Keputusan Menteri Neg. Lingkungan Hidup No. 11 tahun 2006 tentang
Kegiatan Wajib AMDAL.
D. Kunci Jawaban
1. b
2. b
3. b
4. a
5. c