bagian i jadi (1)

54
1 BAGIAN I RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Menurut kamus besar bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Nana Sudjana (2013: 02) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999). Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentuberkat pengalamannya berulang- ulang. Dalam upaya pencapaian kompetensi dan meningkatkan hasil belajar serta mutu pendidikan, mutu guru dalam mengajar juga mesti diperhatikan, karena guru merupakan salah satu bagian yang mempunyai peran penting di dalam perbaikan mutu pendidikan ini. Salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di sekolah tentunya dengan cara perbaikan proses belajar, mengajar dan pembelajaran. Seiring dengan berkembang pesatnya dunia ilmu pengetahuan dan teknologi,seorang guru atau tenaga pengajar harus mampu memainkan peran dalam menampilkan keunggulan mengajar yang kreatif, inovatif, mandiri dan profesional dalam bidangnya masing-masing dalam perkembangan sumber

Upload: syech-yunda-ulandari

Post on 21-Jul-2015

195 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

1

BAGIAN I

RENCANA PENELITIAN

A. Latar Belakang

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Nana Sudjana (2013:

02) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999). Hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam

situasi tertentuberkat pengalamannya berulang-ulang.

Dalam upaya pencapaian kompetensi dan meningkatkan hasil belajar

serta mutu pendidikan, mutu guru dalam mengajar juga mesti diperhatikan,

karena guru merupakan salah satu bagian yang mempunyai peran penting di

dalam perbaikan mutu pendidikan ini. Salah satu upaya untuk memperbaiki

mutu pendidikan di sekolah tentunya dengan cara perbaikan proses belajar,

mengajar dan pembelajaran.

Seiring dengan berkembang pesatnya dunia ilmu pengetahuan dan

teknologi,seorang guru atau tenaga pengajar harus mampu memainkan peran

dalam menampilkan keunggulan mengajar yang kreatif, inovatif, mandiri dan

profesional dalam bidangnya masing-masing dalam perkembangan sumber

2

daya manusia. Oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk mengikuti

perkembangan dalam pembuatan konsep-konsep baru di dalam dunia

pendidikan.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam pencapaian

kompetensi dalam hal perubahan tindakan dalam proses belajar mengajar.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab

dari permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut serta untuk lebih

mengaktifkan pembelajaran dikelas dengan menerapkan pembelajaran dengan

Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).

Wina Sanajaya (2010:25) Secara Etimologis, ada tiga istilah yang

berhubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni Penelitian,

Tindakan, dan Kelas.

Tindakan Kelas (Classroom Action) adalah bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan dari tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman tentang tindakan-tindakan yang telah dilakukan,

serta memperbaiki kekurangan dari kondisi-kondisi praktek tersebut.

Kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dapat

dirincikan sebagai berikut :

1. Siswa kurang berpartisipasi dalam proses belajar-pembelajaran.

2. Siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (model

pembelajaran yang tidak bervariasi.

3. Sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam belajar.

3

4. Dominasi siswa-siswa tertentu dalam belajar.

Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya solusi yang tepat sasaran

untuk perbaikan dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu dengan meningkatkan

kualitas dan intensitas guru, guru dapat meningkatkan kualitas pendidikan

dalam pencapaian kompetensi dalam hal perubahan tindakan dalam proses

belajar mengajar.Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru

guna menjawab dari permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut serta

untuk lebih mengaktifkan pembelajaran dikelas dengan menerapkan

pembelajaran dengan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research).

Berdasarkan pengaruh-pengaruh hasil belajar yang telah dipaparkan

diatas model pembelajaran TGT sangat cocok di terapkan untuk memperbaiki

proses pembelajaran di SMAN 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu, karena

selain siswa dilatih untuk berinteraksi, berkomunikasi juga kerjasama serta

siswa dilatih untuk berkompetensi dan mampu bersaing. Hal seperti ini

dilakukan untuk kecakapan hidup (life skill), baik berupa individual, sosial,

dan akademis. Sering di jumpai didalam kelas model pembelajaran yang

digunakan sangat monoton dan kejadian seperti ini cendrung membuat siswa

malas, bosan, dalam mengikuti pembelajaran karena dirasa tidak

menyenangkan, unsur game dalam model pembelajaran TGT ini bisa

membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Jika kondisi kelas yang

menyenangkan maka siswa akan rajin, tekun belajar dan antusias serta

4

partisipasif dalam menerima pembelajaran dengan senang tanpa harus merasa

tertekan, yang diharapkan dapat terjadi perubahan tingkah laku, baik moral

maupun spiritualnya. Penggunakan metode Team Game Tournamen (TGT)

tidak hanya membuat siswa menjadi asik dalam mengikuti proses belajar

mengajar, selain itu guru juga bisa menggali pola pikiran yang ada pada diri

siswa yang mungkin siswa ada yang tidak berani mengemukakan

pendapatnya.

‘’Model pembelajaran Team Game Tournamen (TGT) baik dan bisa

meningkatkan hasil belajar siswa’’ Melalui model pembelajaran Team Game

Tournamentdiharapkan siswa akan termotivasi dalam mengikuti proses

pembelajaran Geografi khususnya pada materi biosfer. Siswa di tuntut untuk

aktif dalam kegiatan bermain sambil belajar. Penggunaan model

pembelajaran TGT dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk terlibat secara aktif dan

tidak merasa cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan dengan judul "

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pencapaian Kompotensi

Melalui Model TGT(Teams Games Tournament) Pada Materi Biosfer di Kelas

XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu".

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar

siswa dalam pencapaian kompetensi melalui model TGT (Teams Games

Tournaments) pada materi Birosfer di Kelas XI Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu?”

Untuk membatasi masalah penelitian agar tidak terlalu luas maka perlu

dirumuskan sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan model TGT (Teams Games Tournaments)untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Birosfer di kelas XI Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu?

2. Bagaimanakah hasil belajar pada materi Biosfer di kelas XI Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model

TGT (Teams Games Tournaments) pada materi Biosfer di kelas XI SMA

Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui upaya peningkatkan hasil belajar siswa dalam pencapaian

kompetensi melalui model TGT (Teams Games Tournaments) pada materi

Biosfer di kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten

Kapuas Hulu.Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

6

1. Penerapan model TGT pada materi Biosfer di kelas XI Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.

2. Hasil belajar siswa pada materi Biosferdi kelas XI Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.

3. Peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model TGT (Teams

Games Tournaments) pada materi Biosfer di kelas XI SMA Negeri 1

Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan wawasan ilmu pendidikan, khususnya mata pelajaran

pendidikan Geografi dan dapat menemukan pengetahuan baru tentang

meningkatkan kualitas hasil belajar pembelajaran geografi melalui

penggunaan model TGT (Team Games Tournamen) dalam meningkatakan

hasil belajar siswa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa,

motivasi belajar siswa serta memberikan kesempatan pada siswa agar

aktif, kreatif, kritis serta dapat mengembangkan interaksi siswa satu

dengan siswa yang lainya sehingga dapat memahami materi Hidrosfer

yang disampaikan khususnya pada mata pelajaran Geografi .

7

b. Bagi Guru, diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan

profesionalisme guru dalam menyusun pelaksaanaan pembelajaran

serta memilih dan mengunakan metode pembelajaran yang tepat, yaitu

sesuai dengan materi serta apa yang ingin dicapai.

c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu

informasi dan masukan bagi para guru untuk menggunakan mode TGT

dalam pelaksanaan pembelajaran guna meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa untuk kearah yang lebih baik.

d. Bagi peneliti yaitu, dengan melakukan penelitian ini merupakan sarana

bagi peneliti dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan sekaligus

untuk menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan yang diterima dalam

perkuliahan secara langsung dilapangan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya kejelasan ruang lingkup

penelitian. Sehubungan dengan itu, maka dalam penelitian ini akan diuraikan

melalui fokus penelitian dan definisi operasional.

1. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil

belajar siswa dalam pencapaian kompotensi melalui model

TGT(TeamsGames Tournament) Pada Materi Biosfer di kelas XI Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.

8

2. Definisi Opersional

Definisi oprasional merupakan uraian tentang beberapa istilah yang

penting di dalam fokus penelitian ini agar tidak terjadi penafsiran yang

berbeda-beda antara pembaca dan penulis. Menurut pedoman operasional

IKIP-PGRI Pontianak tahun akademik 2009/2010 halaman 79 disebutkan

bahwa dalam definisi operasional mengacu pada masalah dan sub masalah

yang diteliti dan merupakan penjelasan kepada pembaca mengenai

variabel penelitian. Selain itu berguna juga di dalam memperjelas ruang

lingkup penelitian ini. Untuk menghindari kesalahan dan perbedaan dalam

menafsirkan defenisi-defenisi yang digunakan dalam variabel penelitian,

perlu dijelaskan mengenai defenisi operasional yang dipergunakan.

Adapun istilah-istilah yang akan dijelaskan dalam defenisi

operasional ini adalah :

a. Model Pembelajaran

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement).

b. Team Game Turnament

TGT merupakan kelompok kerja yang mewakili seluruh bagian

kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, permainan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan siswa dari hasil pelaksanaan

kerja tim.

9

Tim adalah kelompok kerja yang mewakili seluruh bagian

kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas

maupun kemampuannya. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6

orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari hasil akademik,

jenis dan rasa atau etnik.

Game adalah permainan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan siswa dari hasil pelaksanaan kerja tim.

Turnamen adalah sebuah kompetisi bagi siswa untuk

mendapatkan poin tertinggi, dengan kata lain turnamen menjadi

sebuah struktur dimana game sedang berlangsung.

Setiap tim yang mempunyai skor rata-rata mereka mencapai

kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat,

penghargaanskor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim,

dan tim tersebut akan di rekognisi apabila mereka berhasil melampau

kriteria yang telah di tetapkan sebelumnya.

c. Hasil belajar

Hasil belajar adalah suatu prestasi yang diperoleh seseorang

dalam suatu kegiatan baik itu berupa perubahan tingkah laku maupun

yang berupa nilai – nilai yang dapat mamacu semangat untuk berbuat

dan bertindak. Hasil belajar meliputi objek:

10

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif ditunjukan dengan melalui kemampuan

intelektual seseorang, untuk mendapatkan hasil belajar seseorang

harus memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, yaitu ;

a. Pengetahuan

b. Pemahaman

c. Analisis

d. Sintesis

e. Penerapan

f. Penilaian

2. Ranah afektif

Ranah afektif ini berkenaan dengan sikap yang mempunyai

beberapa tingkatan sebagai berikut :

a. Menerima fenomena (receiving phenomena)

b. Merespon terhadap fenomena ( responding to fenomena)

c. Menilai (valuing)

d. Pengaturan (organization)

e. Internalisasi nilai (internalizing values)

3. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik ini berkenaan dengan kemampuan atau

keterampilan dalam bertindak, dalam ranah psikomotorik ini juga

mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :

11

a. Persepsi (perseption)

b. Kesiapan siswa dalam untuk melakukan kegiatan

c. Respon terbimbing (guided response)

d. Mekanisme (mechanism)

e. Keterampilan yang kompleks (complex overt response)

f. Adaptasi (adaption)

g. Keaslian (origination)

Dari ketiga objek di atas penulis menggunakan objek penelitian

dengan mengambilmateri hasil belajar test formatif.

F. Prosedur Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Suharsini

Arikunto (2010:4) mengemukakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) merupakan suatu pencerminan terhadap kegiatan pembelajaran

berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersamaan”. Didik Komaidi (2010:20) juga

mengatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian

dari penelitian tindakan (action research)yang dilakukan oleh guru dan

dosen di kelas tempat ia mengajar yang bertujuan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran.

12

Didik komaidi (2010:25) menyatakan secara etimologis, ada tiga

istilah yang berhubungan dengan Penetitian Tindakan Kelas (PTK), yakni

penelitian, tindakan dan kelas. Penelitian adalah suatu pemecahan masalah

yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol. Sistematis

artinya proses penelitian harus dilakukan secara bertahap dari mulai

menyadari masalah sampai proses pemecahannya melalui teknik tertentu

untuk ditarik kesimpulan. Empiris artinya kerja peneliti harus didasarkan

pada data-data tertentu. Terkontrol artinya suatu kerja penelitian harus

didasarkan pada prosedur yang jelas, sehingga orang lain dapat

membuktikan hasil temuan peneliti yang diperoleh. Tindakan dapat

diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni

guru. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan oleh

guru. Kelas menunjukan pada tempat proses pembelajaran

berlangsung.Pendapat tersebut menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan

Kelas (classroom action research) merupakan tindakan yang sengaja

dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

untuk memperbaiki proses pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya

Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) ini, seperti yang

dikemukakan oleh Depdiknas (dalam Trianto 2010:19) yaitu:

a. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah

b. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media.

c. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat

bantu belajar, dan sumber belajar lainnya;

13

d. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat

evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar

siswa;

e. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan

anak di sekolah;

f. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum

dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Penelitian

Tindakan Kelas adalah sebagai proses pengkajian masalah di dalam kelas

melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut

dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi

nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Penelitian Tindakan Kelas dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru

untuk keperluan pengembangan secara arti luas. Dengan kata lain sebagai

pengajar, guru juga harus bertanggung jawab terhadap perkembangan

kurikulum pada tingkat kelas dan pada tingkat sekolah. Untuk kepentingan

pengembangan kurikulum tingkat kelas, penelitian tindakan kelas akan

sangat bermanfaat jika hasilnya digunakan sebagai salah satu sumber

masukan.

2. Subyek Penelitan

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Guru sebagai

kolaborator yang mengajarkan Geografi di kelas XI dan siswa berjumlah

35 orang, terdiri dari 21 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki Sekolah

14

Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu. Guru

tersebut yang menerapkan model TGT dalam pembelajaran Geografi

materi Biosfer.

Tabel 1.1

Data Jumlah Siswa Kelas XI

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 14

Perempuan 21

Jumlah 35

Sumber : Staf TU SMA N 1 Mentebah

3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan

McTaggart yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu :

perencanaan (Planning), tindakan (Acting), pengamatan (Observing) dan

refleksi (Reflecting). Tahap-tahap tersebut menurut Kemmis dan

McTaggart adalah sebagai berikut :

15

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto,

2010:137)

Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan

kelas seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:

?

Perencanaan

(Planning)

SIKLUS II Pelaksanaan

(Acting)

Pengamatan

(Observing)

Refleksi

(Reflecting)

Perencanaan

(Planning)

SIKLUS I Pelaksanaan

(Acting)

Pengamatan

(Observing)

Refleksi

(Reflecting)

16

a. Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan merupakan tahapan pertama yang

dilakukan. Perencanaan merupakan tindakan yang dibangun dan akan

dilaksanakan, sehingga harus mampu melihat jauh ke depan.

Pada tahap ini peneliti dan guru Geografi akan menyusun

rancangan penelitian untuk penelitian tindakan kelas yang bertujuan

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menerapkan model

TGT pada materi Biosfer di kelas XI SMAN 1 Mentebah Kabupaten

Kapuas Hulu.

Dalam penelitian ini, secara umum perencanaan merupakan

kolaborasi antara peneliti dan guru Geografi. Adapun kegiatan

perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Peneliti bersama guru kolaborator berdasarkan masalah yang akan

ditindaklanjuti mengadakan perencanaan dan analisis kurikulum

untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan

indikator yang akan disampaikan pada pelaksanaan tindakan kelas

dengan penerapan model TGT untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Tindakan ini diakhiri dengan penyusunan skenario tindakan,

selanjutnya akan dijadikan pedoman dalam menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran/RPP.

2) Menentukan metode dan teknik pembelajaran

3) Merancang bahan ajar atau lembar kerja dan alat evaluasi.

17

4) Membuat angket siswa dan lembar observasi untuk aktivitas guru

dan siswa.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Pada tahap ini, rancangan strategi skenario penerapan model

TGT akan ditetapkan sebagai implementasi isi rancangan dalam

tindakan kelas. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru diharapkan

untuk berusaha melakukan apa yang sudah dirumuskan dalam

perencanaan. Keterkaitan antara pelaksanaan dan perencanaan perlu

diperhatikan secara seksama agar sesuai dengan maksud dan tujuan

semula.

c. Pengamatan (Observing)

Pengamatan adalah kegiatan untuk memotret sejauh mana

efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Tahap

ini dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan, dimana guru

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model TGT serta

peneliti melakukan pengamatan dengan mencatat semua hal yang

terjadi yang dianggap diperlukan.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang

perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Tahap

refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan

yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah dikumpulkan

kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

18

berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, kemudian guru

bersama peneliti berusaha untuk menyusun rencana tindakan

selanjutnya dengan melakukan penyempurnaan atau perbaikan

tindakan yang telah dilakukan.

G. Teknik dan Alat Pengumpul Data

a. Teknik Pengumpul Data

Menurut Sugiyono (2011:224) menjelaskan teknik pengumpulan

data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dari penjelasan

tersebut peneliti harus menentukan teknik yang digunakan dalam

penelitannya.

Hadari Nawawi (2007:100) mengatakan teknik pengumpulan data

dapat dibedakan menjadi enam teknik penelitan sebagai cara yang dapat di

tempuh untuk mengumpulkan data yaitu:

1) Teknik Observasi Langsung

2) Komunikasi Langsung

3) Komunikasi Tidak langsung

4) Teknik Pengukuran

5) Teknik Studi Dokumenter.

Dari pendapat yang ada, maka penelitian ini menggunakan teknik

pengumpul data sebagai berikut:

19

1) Teknik Observasi

Menurut Nana Sudjana (2013: 84) menjelaskan bahwa

observasi adalah sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu

kegiatan yang diamati.

Hadari Nawawi (2007:100) menjelaskan bahwa teknik ini

adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan

dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang

pelaksanaannya langsung pada tempat di mana suatu peristiwa,

keadaan atau situasi sedang terjadi, maka dari itu teknik ini digunakan

untuk melihat aktifitas guru maupun siswa.

Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik

observasi adalah sebagai alat penilaian yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan.

2) Teknik Komunikasi Langsung

Hadari Nawawi (2007:101) menjelaskan teknik ini adalah cara

mengumpulkan data yang mengharuskan seseorang peneliti

mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face

toface) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya

maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.

20

3) Teknik Pengukuran.

Hadari Nawawi (2007:101) menjelaskan teknik ini adalah cara

mengumpulkan data yang besifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat

atau derajad tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai

satuan ukur yang relevan. Teknik ini digunakan untuk melihat tingkat

hasil belajar siswa.

4) Teknik Studi Dokumenter.

Menurut Sugiyono (2011: 240) menjelaskan bahwa

dokumenter merupakan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya dari seseorang.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2007:101) menjelaskan

teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan

katagori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan

masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku,

koran, daan lain-lain. Teknik ini untuk mengumpulkan data hasil

belajar dan mendokumentasikan setiap kegiatan dilakukan saat

penelitian berlangsung.

Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa

teknik studi dokumenter adalah cara mengumpulkan data baik

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang.

21

b. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah:

1) Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai alat menilai dalam

melakukan pengamatan aktifitas siswa pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media audio visual

dalam bentuk film dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup yang

dilakukan oleh peneliti.

2) Panduan Wawancara

Panduan wawancara digunakan untuk menghimpun data

terutama untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan,

motivasi bagi objek yang akan di wawancarai, setelah kegiatan

pembelajaran berlangsung dengan Pembelajaran Model TGT (Team

Games Tournament)

Menurut Nana Sudjana (2013: 68) menjelaskan bahwa

wawancara merupakan penggunaan untuk menilai hasil dan proses

belajar. Sedangkan menurut Zuldafrial (2012: 68) menjelaskan bahwa

wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua fihak yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

wawancara adalah penggunaan untuk menilai hasil dan proses belajar

yang dilakukan oleh dua pihak pewawancara dan diwawancara.

22

3) Hasil Belajar

Menurut Trianto (2007:62) mengatakan Pemberian tes

dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran di mulai

(pretest) dan sesudah proses pembelajaran (posttest). Soal tes yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan

ganda. Nana sudjana ( 2013: 22) kemampuan- kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya,

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pemberian

tes yang dilakukan dua kali untuk mengukur kemampuan dasar dan

pencapaian hasil belajar.

4) Dokumentasi

Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpul data berupa

dokumen-dokumen seperti RPP, Silabus, Soal, hasil belajar, foto, dan

lain sebagainya yang dapat memperkuat data oleh peneliti dalam

pelaksanaan kegiatan Pembelajaran menggunakan media audio visual

dalam bentuk film.

H. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan dalam teknik analisisnya,

yaitu pendekatan kualitatif sebagai yang utama dan didukung dengan

pendekatan kuantitatif.

23

a. Data Kualitatif

Data kualitatif yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan

teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman.

Teknik analisis ini terdiri dari tiga komponen kegiatan yang saling terkait

satu sama lain, yaitu reduksi data yang telah terkumpul, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan (Burhan Bungin, 2011:145). Langkah-langkah

analisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.2 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

Langkah-langkah dalam komponen tersebut setelah data

terkumpul adalah:

Kesimpulan-

kesimpulan:

Penarikan/Verifikasi

Pengumpulan

data

Reduksi

data

Penyajian

data

24

1) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2) Penyajian secara deskriptif tentang apa yang ditemukan dalam

analisis. Penyajian data digunakan berbentuk teks naratif dari

catatan lapangan, visual gambar.

3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan kegiatan dari

bentuk yang utuh, sejak awal berlangsungnya penelitian hingga

akhir penelitian sebagai proses berkesinambungan dan

berkelanjutan.

b. Data Kuantitatif

Data yang bersifat kuantitatif berupa hasil tes yang dilaksanakan

pada tes pra tindakan, post-test siklus I dan post-test siklus II. Data ini

akan di analisis dan disajikan secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk

tabel frekuensi, sehingga dapat dilihat perbedaan, dan perubahan.

Rumus yang akan digunakan untuk mengolah data kuantitatif

adalah analisis rata-rata hitung atau mean (Nana sudjana, 2013:109)

sebagai berikut:

X=Σ𝑋

𝑁

Keterangan :

25

X = Rata-rata hitung yang dicari

Σ𝑋 = Jumlah skor

𝑁 = Jumlah subjek

Dan untuk mengetahui datayang di peroleh melalui hasil belajar

diolah menjadi nilai persentase ketuntasan. Untuk melihat persentase

ketuntasan hasil belajar siswa menggunakan rumus persentase. Yaitu:

Rumus % = 𝐴

𝐵𝑥 100%

Keterangan:

% : Persentase siswa

A : Jumlah siswa yang tuntas

B : Jumlah siswa seluruhnya(Trianto:2007:63)

Tolak ukur pencapaian hasil presentase sebagai berikut:

75,0.1% - 100% : sangat baik

50,01% - 75%: baik

25,01% - 50% : cukup baik

0,00% - 50% : kurang baik

I. Jadwal Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian baik dari tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap akhir dimulai dari bulan maret 2014 sampai dengan

penyusunan skripsi terselesaikan.

26

Jadwal Penelitian

No Jadwal Kegiatan

Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 Agustus 2014 September

2014

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pemilihan Judul

2 Pengajuan Outline

3

Penggarapan

Desain

4 Konsultasi Desain

5 Persentasi Seminar

6 Penelitian

7 Konsultasi Bab I-V

8 Sidang Skripsi

27

BAGIAN II

HASIL BELAJAR DAN MODEL TGT (TEAMS GAMES

TOURNAMENTS) PADA MATERI BIOSFER

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dipisahkan

satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan

seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik),

sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru

sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan

pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,

pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan

dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain

aspek yang ada pada individu.

Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan

siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pengajaran

memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang

28

efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai

subyek dan sekaligus sebagai obyek dalam pengajaran sehingga proses

atau kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam

mencapai suatu tujuan pengajaran, yaitu hasil belajar.

Nana Sudjana (2013: 2) mengatakan bahwa hasil belajar adalah

suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan

instruksional telah dapat dicapai atau dikuasi oleh siswa.Jumlah hasil

belajar sebagai perubahan kemampuan yang meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor,sedangkan menurut Lindgren (dalam Agus

Suprijono, 2011: 7) bahwa: “Hasil pembelajaran meliputi kecakapan,

informasi, pengertian, dan sikap”.

Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkanhasil belajar

adalah nilai akhir yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran meliputi

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dibuktikanadanya hasil

evaluasi dalam bentuk tes selama mengikuti kegiatan pembelajaran,

sehingga hasil evaluasi tersebut akan merubah pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang lebih baik.

2. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Berdasarkan teori Bloom (dalam Agus Suprijono, 2011: 5) “hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

29

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, dan penilaian.

1) Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya.

2) Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan dalam menjelaskan

suatu masalah atau pertanyaan.

3) Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan pengetahuan

dalam bentuk keterampilan.

4) Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yg

sebenarnya (sebab-akibat, duduk perkaranya, dan sebagainya).

5) Sistesis adalah paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal

sehingga merupakan kesatuan yang selaras.

6) Penilaian adalah proses, cara, perbuatan dalam memberikan nilai

(biji, kadar mutu, harga).

30

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima

jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan kemampuan atau keterampilan dalam

bertindak. Ranah psikomotorik meliputi beberapa tingkatan, yaitu:

1) Persepsi (perseption)

2) Kesiapan siswa dalam untuk melakukan kegiatan

3) Respon terbimbing (guided response)

4) Mekanisme (mechanism)

5) Keterampilan yang kompleks (complex overt response)

6) Adaptasi (adaption)

7) Keaslian (origination)

Sedangkan menurut pemikiran Gagne (dalam Agus Suprijono,

2011: 5) hasil belajar berupa:

a. Informasi Verbal

Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan ilmu

pengetahuan dalam bentuk bahasa. Baik berupa bahasa lisan maupun

tertulis.

b. Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang.

31

c. Strategi Kognitif

Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

d. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga

terwujud otomatis motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Dari jenis hasil belajar diatas, yang harus diingat bahwa hasil

belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah

satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang

dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas

tidak dilihat secara fregmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

3. Manfaat Hasil Belajar

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan dan

pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak

pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang

dialaminya yaitu proses yang ditempunya melalui program dan kegiatan

32

yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya.

Berdasarkan hasil belajar siswa dapat diketahui kemampuan dan

perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.

Meskipun demikian, untuk melihat manfaat hasil belajar secara

komprehensif, dapat dilihat dari berbagai pihak yang berkepentingan,

yaitu:

a. Bagi Peserta Didik

1) Membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta didik

2) Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran

3) Membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik

4) Membantu dalam memilih metode belajar yang baik dan benar

5) Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas

b. Bagi Guru

1) Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan

2) Mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau

kekurangan, baik secara perseorangan maupun kelompok

3) Menentukan pengelompokan dan penempatan peserta didik

berdasarkan prestasi masing-masing

4) Feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem

pembelajaran

5) Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik

33

6) Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan

pembelajaran

7) Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial terhadap

peserta didik

c. Bagi Orang Tua

1) Mengetahui kemajuan belajar peserta didik

2) Membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah

3) Menentukan tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan

kemampuan anaknya

4) Memprakirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut

dalam bidang pekerjaanya

d. Bagi Sekolah

1) Menentukan penempatan peserta didik

2) Menentukan kenaikan kelas

3) Pengelompokan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya

fasilitas pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta

didik pada waktu mendatang

Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat hasil belajar merupakan

perubahan dari peserta didik. Perubahan tersebut dapat berupa

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga dari perubahan tersebut

bermanfaat pula pada guru, orang tua dan sekolah.

34

4. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa dalam proses

pembelajaran perlu dilakukan penilaian terhadap hasil belajar. Dalam

proses pembelajaran diperlukan adanya penilaian atau pengukuran hasil

belajar siswa.

Penilaian proses dan hasil belajar dibedakan menjadi empat jenis

penilaian yaitu :

a. Penilaian Formatif

Tes formatif adalah untuk memantau kemajuan belajar peserta

didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan

(feed back) bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan,

sehingga hasil belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru

menjadi lebih baik (Zaenal Arifin, 2011: 35).

Nana sudjana (2013: 5) mengemukakan "tes formatif adalah tes

hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah peserta

didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti proses pembelajaran

dalam jangka waktu tertentu”.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes formatif

adalah tes hasil belajar yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui

dan memantau peningkatan pemahaman peserta didik dalam

memahami materi yang telah disampaikan oleh guru selama proses

belajar mengajar berlangsung.

35

b. Penilaian Sumatif

Istilah sumatif berasal dari kata ”Sum” yang berarti total

obtained by ading together items, number or amounts. Zainal Arifin

(2011: 36) menyatakan bahwa penilaian sumatif berarti penilaian yang

di lakukan jika seluruh materi pelajaran dianggap telah selesai.

Ngalim Purwanto (2008: 26) mengemukakan tes sumatif

dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sejauh mana

penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap materi

pembelajaran yang telah dipelajarinya selama dalam jangka waktu

yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tes

sumatif adalah tes pada akhir program pembelajaran atau pada akhir

semester dengan tujuan untuk mengetahui pencapaian prestasi dan

penguasaan terhadap materi pembelajaran siswa, guna menentukan

ketuntasan bagi seorang siswa.

c. Penilaian Penempatan

Zainal Arifin (2011: 36) menjelaskan pada umumnya penilaian

penempatan dibuat sebagai pretes. Tujuan utama penilaian penempatan

adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu

program pembelajaran dan sejauh mana peserta didik telah menguasai

kompetensi dasar sebagaimana telah tercantum dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

36

d. Penilaian Diagnostik

Penilaian Diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan

belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya

(Zainal Arifin 2011: 37). mengatakan tes diagnostik adalah tes yang

dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang

dihadapi oleh peserta didik dalam suatu materi pelajaran tertentu.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Ahmadi A dan Joko (2005: 26) mengatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor dari luar

Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting yakni :

1) Faktor environmental input (lingkungan)

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil

belajar lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan

lingkungan sosial.

2) Faktor - faktor instrumental

Adalah faktor-faktor yang keberadaan dan pengetahuannya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-

faktor instrumental ini dapat terwujud oleh faktor-faktor keras

(hardware) seperti :

a) Gedung perlengkapan belajar

b) Alat - alat praktikum

c) Perpustakaan dan sebagainya.

37

b. Faktor Dari Dalam

Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak itu sendiri,

faktor individu atau anak itu sendiri, faktor individu dapat dibagi

menjadi dua bagian :

1) Kondisi fisikologis

Secara umum kondisi fsikologis seperti kesehatan yang

prima, tidak dalam keadaan cacat dan sebagainya, akan sangat

membantu dalam proses hasil belajar.

2) Kondisi psikologis

Faktor-faktor psikologis dianggap utama dalam

mempengaruhi proses dan hasil belajar, minat, kecerdasan, bakat,

motivasi dan kemampuan kognitif siswa.

Dari pendapat diatas, jelaslah bahwa yang harus disampaikan

kepada siswa dalam suatu proses pembelajaran haruslah disesuaikan

dengan faktor - faktor sebagaimana diuraikan di atas.

B. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)

1. Pengertian Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)

Model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) sama

dengan model pembelajaran makea match. Kedua model ini merupakan

jenis model pembelajaran kooperatif. Yang membedakan kedua model ini

adalah pelaksanaan model TGT yang memainkan dalam bentuk turnamen

tiap tim.

38

Miftahul Huda (2013), model pembelajaran TGT (Teams Games

Tournaments) adalah model pembelajaran kooperatif dengan membentuk

kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang

heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti

dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik.

Saco (dalam Rusman, 2011: 224), menyatakan bahwa TGT

(Teams Games Tournaments) adalah:

Siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain

untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat

disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi

dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok

mereka).

Teams Games Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan

oleh David DeVries dan Keith Edwards. Secara umum TGT sama saja

dengan STAD tetapi TGT menggunakan turnamen akademik,

menggunakan kuis-kuis, sistem skor kemajuan individu, dan TGT juga

menambahkan dimensi kegembiraan. Teman satu tim akan saling

membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan

mempelajari model TGT ini. Siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri

atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan,

jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran,

lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua

anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di

mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk

39

menyumbangkan poin bagi skor timnya. Lembar kegiatan dan

menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi

tanggung jawab individual.

Jadi dari penjelasan di atas dan disimpulkan bahwa model

pembelajaran TGT (Teams Game Tournaments) merupakan sebuah model

pembelajaran yang terdiri beberapa kelompok siswa yang heterogen dan

memainkan permainan turnamen dengan kelompok lainnya.

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)

Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru dalam

menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka

untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.

Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game

akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor

timnya.

Menurut Miftahul Huda (2013: 198) prosedur TGT yaitu siswa

memperdalam, mereview, dan mempelajari materi secara kooperatif dalam

tim ini. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen dengan langkah-

langkah berikut:

a. Membuat daftar rangking akademik siswa

b. Membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa

c. Menomori siswa mulai dari yang paling atas (misalnya 1,2,3,4,5,6,7,

dan seterusnya)

40

d. Membuat setiap tim hetrogen dan setara secara akademik, dan jika

perlu keragaman itu dilakukan dari segi jenis kelamin, etnis, agama,

dan sebagainya.

Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran TGT menurut

Robert E. Slavin (2005: 166) yaitu terdiri dari 5 langkah pembelajaran

sebagai berikut:

a. Class-Presentation (Penyajian atau Presentasi kelas)

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam

penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung,

diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus

benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan

guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja

kelompok dan pada saat game, karena skor game akan menentukan

skor kelompok.

b. Team (Kelompok)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa yang

anggotanya heterogen dilihat dari hasil akademik, jenis dan rasa atau

etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama

teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota

kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dan

turnamen.

Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan anggota

kelompoknya untuk menyelesaikan tugas dan soal yang diberikan.

41

Siswa diberikan kebebasan untuk belajar bersama dan saling

membantu dengan teman dalam kelompok untuk mendalami materi

pelajaran. Selama belajar kelompok, guru berperan sebagai fasilitator

dengan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan dalam

penyelesaian tugas, serta memandu berfungsinya kelompok belajar.

c. Game (Permainan)

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan

belajar kelompok. Kebanyakan Game terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor yang

memuat satu pertanyaan, kemudian kelompok yang berperan sebagai

pemain mencoba menjawab pertanyan yang sesuai dengan nomor itu.

Setelah pembaca memberikan jawaban, siswa disebelah kiri

(penantang pertama) mempunyai kesempatan untuk menantang

(memberi jawaban beda) atau lewat.

Jika penantang pertama lewat dan penantang kedua mempunyai

jawaban berbeda maka penantang kedua boleh memberi tantangan.

Jika semua siswa telah menjawab, menantang atau lewat penantang

kedua (sebelah kanan pembaca) mencocokkan jawabanya pada kunci

jawaban yang sesuai dan membacanya keras-keras. Pemain yang

menjawab benar dapat menyimpan kartu tersebut. Jika penantang

pertama dan kedua salah dalam memberikan jawaban maka mereka

mendapat hukuman yaitu harus mengembalikan kartu yang

42

dimenangkan sebelumnya pada paknya. Jika tidak ada yang menjawab

benar, maka kartu dikembalikan pada paknya.

Untuk babak berikutnya semua pindah satu posisi ke kiri, dan

penantang pertama giliran menjadi pembaca, penantang kedua menjadi

penantang pertama dan pembaca menjadi penantang kedua. Permainan

berjalan terus sampai waktu yang ditentukan habis atau kartunya habis.

Ketika permainan berakhir, pemain mencatat jumlah kartu yang

dimenangkan pada lembar pencatat skor.

d. Tournament (pertandingan atau kompetisi)

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.

Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir minggu atau pada setiap

unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan tim sudah

mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa

kedalam beberapa meja turnamen. Siswa masing-masing kelompok

dari tingkat akademik tertinggi sampai tingkat terendah

dikelompokkan bersama siswa dari kelompok lain yang mempunyai

tingkat akademik sama untuk membentuk satu kelompok turnamen

yang homogen. Siswa dari masing-masing kelompok bertanding untuk

menyumbangkan poin tertinggi bagi kelompoknya. Dalam turnamen

ini, siswa yang memiliki kemampuan akademik sedang atau rendah

dapat menjadi siswa yang mendapat poin tertinggi dalam kelompok

turnamennya. Poin dari perolehan setiap anggota kelompok

diakumulasikan dalam poin kelompok. Kompetisi ini merupakan

43

sistem penilaian kemampuan individual mengamati seperti dalam

STAD. Kompetisi ini juga memungkinkan siswa dari semua level di

penampilan sebelumnya untuk memaksimalkan nilai kelompok mereka

menjadi terbaik.

e. Team –Recognize (Penghargaan Kelompok)

Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk

kelompok dan bukan individu, sehingga keberhasilan kelompok

ditentukan oleh keberhasilan setiap anggotanya. Penghargaan

kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok yang diperoleh

dari game dan turnamen. Guru kemudian mengumumkan kelompok

yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah

apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team

mendapat julukan sesuai poin yang diperoleh. Setelah mengikuti game

dan turnamen, setiap kelompok akan memperoleh poin. Rata-rata poin

kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen akan digunakan

sebagai penentu penghargaan kelompok. Jenis penghargaan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat

berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya.

Berikut contoh perhitungan poin game dan turnamen dengan

empat pemain menurut Robert E. Slavin (2005: 175):

44

Tabel 2.1

Contoh Perhitungan Poin Game dan Turnamen untuk Empat Pemain

Pemain Tanpa

seri

Seri nilai

tertinggi

Seri nilai

tengah

Seri nilai

render

seri nilai

tertinggi 3macam

Seri nilai

terendah 3macam

Seri

4macam

Seri nilai

terendah dan

tertinggi

Skor

tinggi

60

poin 50

Poin

60

Poin

60

Poin

50

Poin

60

Poin

40

Poin

50

Poin

Skor tengah

atas

40

poin 50

Poin

40

Poin

40

Poin

50

Poin

30

Poin

40

Poin

50

Poin

Skor tengah

bawah

30

poin 30

Poin

40

Poin

30

Poin

50

Poin

30

Poin

40

Poin

30

Poin

Skor

rendah

20

poin 20

Poin

20

Poin

30

Poin

20

Poin

30

Poin

40

Poin

30

Poin

Menurut Slavin (2005: 175), penghargaan diberikan jika telah melewati

kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.2

Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok

Skor kelompok Kriteria penghargaan

40 Tim baik (good team)

45 Tim sangat baik (great team)

50 Tim super

45

Persiapan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran

model TGT adalah sebagai berikut :

a. Jadwal Kegiatan

TGT terdiri dari siklus reguler dari aktifitas pengajaran,

penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Pengajaran:menyampaikan pelajaran;

2) Belajar tim: siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka

masing- masing untuk menguasai materi yang disampaikan atau

yang mereka pelajari dari LKS;

3) Turnamen: kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan

kemampuan yang homogeny;

4) Team –Recognize: skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen

anggota tim, dan tim tersebut akan di rekognisi apabila mereka

berhasil melampau kriteria yang telah di tetapkan sebelumnya.

46

b. Penempatan Peserta Turnamen

Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2005: 168)

dapat dilihat pada diagram berikut:

TIM – A

TIM – B TIM – C

Gambar 2.1 Penempatan Pada Meja Turnamen

Secara umum pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaannya adalah pada TGT

menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis, dan sistem

skor kemajuan individu sehingga para siswa berlomba sebagai wakil tim

mereka dengan anggota tim lain yang kemampuan akademiknya setara.

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi rata-rata rata-ratarendah

Meja

turnamen

4

Meja

turnamen

3

Meja

turnamen

2

Meja

turnamen

1

B-1 B-2 B-3 B-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

47

Hasilnya, siswa-siswa yang berprestasi rendah pada setiap kelompok

memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya

sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan kelompok

tetap sama, tetapi siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding dapat

berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota.

Misalnya mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding

melawan siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan

siswa-siswa yang berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.

Adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan

permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan

siswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang

menyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada

akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap

materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi

pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.

Peranan pembelajaran TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru

dalam menyampaikan materi pelajaran, membantu mengaktifkan

kemampuan siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain. Siswa terbiasa

bekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar,

sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. TGT merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagi

siswa. Adanya permainan dalam bentuk turnamen akademik yang

dilaksanakan pada akhir pokok bahasan, memberikan peluang bagi setiap

48

siswa untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya, hal ini juga

menuntut keaktifan dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran.

Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal

akademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar

yang optimal.

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model TGT

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil.

a. Games tournaments.

b. Penghargaan kelompok.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT (Teams Games

Tournaments)

Beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran

kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit

mengemukakan kelebihan dan kelemahan pembelajaran model TGT,

sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT

memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari

kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas

tradisional.

2) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka

peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

49

3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk

rasa harga diri akademik mereka.

4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama

verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi

menggunakan waktu yang lebih banyak.

6) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja

dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors

atau perlakuan lain.

b. Kelemahan

1) Bagi Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai

kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan

dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali

teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang

dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga

melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi

jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

2) Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa

dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk

mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan

baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar

50

dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang

lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka yang harus diperhatikan oleh

guru dalam pembelajaran model TGT adalah bahwa nilai kelompok

tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru

harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat

pencapaian belajar siswa secara individual.

C. Materi Biosfer

a. Pengertian Bipsfer

Ditinjau dari epistemologinya, istilah biosfer terdiri dari dua kata,

yaitu bio yang arti hidup dan sphere yang berate lapisa. Jadi secara harfiah

biosfer berate lapisan hidup, artinya lapisasan hidup, lapisan tempat

mahluk hidup atau organism.

Biosfer adalah lapisan lingkungan dipermukaan bumi, air, dan

antmosferyang mendukung organisme. Biosfer yang meliputi tanah, air,

dan udara yang merupakan lapisan tipis, yakni sekitar 8 km kearah

atmosfer dan 9 km kea rah kedalam laut. Sejauh yang diketahui manusia,

hanya pada lapisan biosfer inilah dijumpai adanya kehidupan organism.

Persebaran mahluk hidup dipermukaan bumi tidak merata

persebaran itu tergantung pada beberapa factor seperti berikut:

a. Perbedaan iklim (klimatik), suhu, curah hujan, kelembaban, dan

angin.

51

b. Keadaan tanah (edafik) humas tanah, ukuran butir tanah (tekstur),

tingkat kegemburan, mineral hara (miniral organic), air, tanah, dan

kandungan udara

c. Tingkat rendahnya permukaan bumi (relif) mempengaruhi pola

penyinaran mata hari (disebut juga factor fisiografi)

d. Tindakan manusia (factor abiotik) mengubah bentangan alam yang

sudah ada. Misalnya tanah tandus menjadi daerah hutan, hutan

menjadi daerah pertanian, dan dengan kemajuan teknologi modern

manusia mampu melestarikan kehidupan hewan dan tumbuhan.

Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah materi

biosfer, dimana materi biosfer tersebuit dapat diartikan sebagai

lapisan lingkungan hidup dipermukaan bumi, yang mencakup

udara, daratan,, dan air yang memungkinakan kehidupan dan

proses biotic yang berlangsung.

Mahluk hidup merupakan salah satu komponen penghuni

geosfer. Selain manusia mahluk hidup yang menempati planet

bumi adalah hewan (fauna) dan tumbuhan (flora). Hewan maupun

tumbuhan ada yang hidup didaratan ataupun diperairan, baik pada

kawasan air tawar ataupun di air laut. Namun , tidak seluruh

dipermukaan bumi dapat menjadi tempat hidup bagi organisme.

Mengapa? Karena berhubungan erat dengan berbagai persaratan

hidup, factor pendukung, dan factor penghambat bagi

kelangsungan hidup organism itu sendiri. Wilayah-wilayah

52

dipermukaan bumi yang sesuai untuk lingkungan hidup organism

dikenal dengan istilah biosfer. Secara umum terdiri atas tiga

lingkungan utama atau biocycle, yaitu biocycle darat , biocycle air

tawar (sungai, danau, atau kolam), dan biocycle air asin (berkadar

garam atau laut). Selain biosfer dan biocycle, dalam studi makluk

hidup kita juga dikenal istilah ekosistem dan bioma.

53

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Ahmadi, dkk. (2005). Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka setia.

Abdurrahman. (1999). Hasil Belajar Mengajar. Pustaka Pelajar Offset

Agus. (2011). Cooperative Learning teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. (2011). Metode Penelitian Kualitatif: PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta

Didik komedi dkk (2010) Penelitian Tindakan Kelas . Sabda Media

Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian.(edisi refisi) Jakarta : Ghalia

Indonesia

Huda Miftahul . (2013). Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset

Kartadinata, S. (1995). Bimbingan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Kurniasari. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Online:

Paizaluddin. (2013). penelitian tindakan kelas. Alfabeta, Bandung

Saco, R. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Silberman, (2009) Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta

Sudjana Nana. (2013). Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru

Algesindo.

Suharsimi Arikunto. (2010:90). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ,

Jakarta: Bina Aksara.

Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning teori, riset, dan praktik. bandung:

Nusa Media.

54

Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandng Alfabeta.

Tim Penyusun. (2009). Pedoman Operasional. Pontianak: CV. Faruna Bahagia.

Trianto. (2010) Pengantar Penelitian Tindakan Bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Jakarta: Kencana

Trianto. (2007) Pengantar Penelitian Tindakan Bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Jakarta: Kencana

Wina, Sanjaya. (2010). PenelitianTindakanKelas.Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Yuliarni. (2009). Menajemen Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Internet

http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode- listening-team.html

David R stone, educational psycology : development of teaching skill, (New york :

haper & row)