bagian i jadi (1)
TRANSCRIPT
1
BAGIAN I
RENCANA PENELITIAN
A. Latar Belakang
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Nana Sudjana (2013:
02) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999). Hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam
situasi tertentuberkat pengalamannya berulang-ulang.
Dalam upaya pencapaian kompetensi dan meningkatkan hasil belajar
serta mutu pendidikan, mutu guru dalam mengajar juga mesti diperhatikan,
karena guru merupakan salah satu bagian yang mempunyai peran penting di
dalam perbaikan mutu pendidikan ini. Salah satu upaya untuk memperbaiki
mutu pendidikan di sekolah tentunya dengan cara perbaikan proses belajar,
mengajar dan pembelajaran.
Seiring dengan berkembang pesatnya dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi,seorang guru atau tenaga pengajar harus mampu memainkan peran
dalam menampilkan keunggulan mengajar yang kreatif, inovatif, mandiri dan
profesional dalam bidangnya masing-masing dalam perkembangan sumber
2
daya manusia. Oleh sebab itu seorang guru dituntut untuk mengikuti
perkembangan dalam pembuatan konsep-konsep baru di dalam dunia
pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam pencapaian
kompetensi dalam hal perubahan tindakan dalam proses belajar mengajar.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab
dari permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut serta untuk lebih
mengaktifkan pembelajaran dikelas dengan menerapkan pembelajaran dengan
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
Wina Sanajaya (2010:25) Secara Etimologis, ada tiga istilah yang
berhubungan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni Penelitian,
Tindakan, dan Kelas.
Tindakan Kelas (Classroom Action) adalah bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan dari tindakan-tindakan guru dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman tentang tindakan-tindakan yang telah dilakukan,
serta memperbaiki kekurangan dari kondisi-kondisi praktek tersebut.
Kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
dirincikan sebagai berikut :
1. Siswa kurang berpartisipasi dalam proses belajar-pembelajaran.
2. Siswa kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi (model
pembelajaran yang tidak bervariasi.
3. Sebagian besar siswa kurang termotivasi dalam belajar.
3
4. Dominasi siswa-siswa tertentu dalam belajar.
Berdasarkan masalah tersebut, perlu adanya solusi yang tepat sasaran
untuk perbaikan dalam proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu dengan meningkatkan
kualitas dan intensitas guru, guru dapat meningkatkan kualitas pendidikan
dalam pencapaian kompetensi dalam hal perubahan tindakan dalam proses
belajar mengajar.Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru
guna menjawab dari permasalahan-permasalahan pembelajaran tersebut serta
untuk lebih mengaktifkan pembelajaran dikelas dengan menerapkan
pembelajaran dengan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research).
Berdasarkan pengaruh-pengaruh hasil belajar yang telah dipaparkan
diatas model pembelajaran TGT sangat cocok di terapkan untuk memperbaiki
proses pembelajaran di SMAN 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu, karena
selain siswa dilatih untuk berinteraksi, berkomunikasi juga kerjasama serta
siswa dilatih untuk berkompetensi dan mampu bersaing. Hal seperti ini
dilakukan untuk kecakapan hidup (life skill), baik berupa individual, sosial,
dan akademis. Sering di jumpai didalam kelas model pembelajaran yang
digunakan sangat monoton dan kejadian seperti ini cendrung membuat siswa
malas, bosan, dalam mengikuti pembelajaran karena dirasa tidak
menyenangkan, unsur game dalam model pembelajaran TGT ini bisa
membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Jika kondisi kelas yang
menyenangkan maka siswa akan rajin, tekun belajar dan antusias serta
4
partisipasif dalam menerima pembelajaran dengan senang tanpa harus merasa
tertekan, yang diharapkan dapat terjadi perubahan tingkah laku, baik moral
maupun spiritualnya. Penggunakan metode Team Game Tournamen (TGT)
tidak hanya membuat siswa menjadi asik dalam mengikuti proses belajar
mengajar, selain itu guru juga bisa menggali pola pikiran yang ada pada diri
siswa yang mungkin siswa ada yang tidak berani mengemukakan
pendapatnya.
‘’Model pembelajaran Team Game Tournamen (TGT) baik dan bisa
meningkatkan hasil belajar siswa’’ Melalui model pembelajaran Team Game
Tournamentdiharapkan siswa akan termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran Geografi khususnya pada materi biosfer. Siswa di tuntut untuk
aktif dalam kegiatan bermain sambil belajar. Penggunaan model
pembelajaran TGT dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk terlibat secara aktif dan
tidak merasa cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan dengan judul "
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pencapaian Kompotensi
Melalui Model TGT(Teams Games Tournament) Pada Materi Biosfer di Kelas
XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu".
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pencapaian kompetensi melalui model TGT (Teams Games
Tournaments) pada materi Birosfer di Kelas XI Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu?”
Untuk membatasi masalah penelitian agar tidak terlalu luas maka perlu
dirumuskan sub-sub masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan model TGT (Teams Games Tournaments)untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Birosfer di kelas XI Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu?
2. Bagaimanakah hasil belajar pada materi Biosfer di kelas XI Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu?
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model
TGT (Teams Games Tournaments) pada materi Biosfer di kelas XI SMA
Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui upaya peningkatkan hasil belajar siswa dalam pencapaian
kompetensi melalui model TGT (Teams Games Tournaments) pada materi
Biosfer di kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten
Kapuas Hulu.Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
6
1. Penerapan model TGT pada materi Biosfer di kelas XI Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.
2. Hasil belajar siswa pada materi Biosferdi kelas XI Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.
3. Peningkatan hasil belajar setelah menggunakan model TGT (Teams
Games Tournaments) pada materi Biosfer di kelas XI SMA Negeri 1
Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan wawasan ilmu pendidikan, khususnya mata pelajaran
pendidikan Geografi dan dapat menemukan pengetahuan baru tentang
meningkatkan kualitas hasil belajar pembelajaran geografi melalui
penggunaan model TGT (Team Games Tournamen) dalam meningkatakan
hasil belajar siswa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
motivasi belajar siswa serta memberikan kesempatan pada siswa agar
aktif, kreatif, kritis serta dapat mengembangkan interaksi siswa satu
dengan siswa yang lainya sehingga dapat memahami materi Hidrosfer
yang disampaikan khususnya pada mata pelajaran Geografi .
7
b. Bagi Guru, diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan
profesionalisme guru dalam menyusun pelaksaanaan pembelajaran
serta memilih dan mengunakan metode pembelajaran yang tepat, yaitu
sesuai dengan materi serta apa yang ingin dicapai.
c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu
informasi dan masukan bagi para guru untuk menggunakan mode TGT
dalam pelaksanaan pembelajaran guna meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa untuk kearah yang lebih baik.
d. Bagi peneliti yaitu, dengan melakukan penelitian ini merupakan sarana
bagi peneliti dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan sekaligus
untuk menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan yang diterima dalam
perkuliahan secara langsung dilapangan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Suatu penelitian ilmiah diperlukan adanya kejelasan ruang lingkup
penelitian. Sehubungan dengan itu, maka dalam penelitian ini akan diuraikan
melalui fokus penelitian dan definisi operasional.
1. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pencapaian kompotensi melalui model
TGT(TeamsGames Tournament) Pada Materi Biosfer di kelas XI Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu.
8
2. Definisi Opersional
Definisi oprasional merupakan uraian tentang beberapa istilah yang
penting di dalam fokus penelitian ini agar tidak terjadi penafsiran yang
berbeda-beda antara pembaca dan penulis. Menurut pedoman operasional
IKIP-PGRI Pontianak tahun akademik 2009/2010 halaman 79 disebutkan
bahwa dalam definisi operasional mengacu pada masalah dan sub masalah
yang diteliti dan merupakan penjelasan kepada pembaca mengenai
variabel penelitian. Selain itu berguna juga di dalam memperjelas ruang
lingkup penelitian ini. Untuk menghindari kesalahan dan perbedaan dalam
menafsirkan defenisi-defenisi yang digunakan dalam variabel penelitian,
perlu dijelaskan mengenai defenisi operasional yang dipergunakan.
Adapun istilah-istilah yang akan dijelaskan dalam defenisi
operasional ini adalah :
a. Model Pembelajaran
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement).
b. Team Game Turnament
TGT merupakan kelompok kerja yang mewakili seluruh bagian
kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, permainan yang
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa dari hasil pelaksanaan
kerja tim.
9
Tim adalah kelompok kerja yang mewakili seluruh bagian
kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas
maupun kemampuannya. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6
orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari hasil akademik,
jenis dan rasa atau etnik.
Game adalah permainan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa dari hasil pelaksanaan kerja tim.
Turnamen adalah sebuah kompetisi bagi siswa untuk
mendapatkan poin tertinggi, dengan kata lain turnamen menjadi
sebuah struktur dimana game sedang berlangsung.
Setiap tim yang mempunyai skor rata-rata mereka mencapai
kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan berupa sertifikat,
penghargaanskor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim,
dan tim tersebut akan di rekognisi apabila mereka berhasil melampau
kriteria yang telah di tetapkan sebelumnya.
c. Hasil belajar
Hasil belajar adalah suatu prestasi yang diperoleh seseorang
dalam suatu kegiatan baik itu berupa perubahan tingkah laku maupun
yang berupa nilai – nilai yang dapat mamacu semangat untuk berbuat
dan bertindak. Hasil belajar meliputi objek:
10
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif ditunjukan dengan melalui kemampuan
intelektual seseorang, untuk mendapatkan hasil belajar seseorang
harus memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, yaitu ;
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Analisis
d. Sintesis
e. Penerapan
f. Penilaian
2. Ranah afektif
Ranah afektif ini berkenaan dengan sikap yang mempunyai
beberapa tingkatan sebagai berikut :
a. Menerima fenomena (receiving phenomena)
b. Merespon terhadap fenomena ( responding to fenomena)
c. Menilai (valuing)
d. Pengaturan (organization)
e. Internalisasi nilai (internalizing values)
3. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik ini berkenaan dengan kemampuan atau
keterampilan dalam bertindak, dalam ranah psikomotorik ini juga
mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
11
a. Persepsi (perseption)
b. Kesiapan siswa dalam untuk melakukan kegiatan
c. Respon terbimbing (guided response)
d. Mekanisme (mechanism)
e. Keterampilan yang kompleks (complex overt response)
f. Adaptasi (adaption)
g. Keaslian (origination)
Dari ketiga objek di atas penulis menggunakan objek penelitian
dengan mengambilmateri hasil belajar test formatif.
F. Prosedur Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Suharsini
Arikunto (2010:4) mengemukakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) merupakan suatu pencerminan terhadap kegiatan pembelajaran
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan”. Didik Komaidi (2010:20) juga
mengatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian
dari penelitian tindakan (action research)yang dilakukan oleh guru dan
dosen di kelas tempat ia mengajar yang bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran.
12
Didik komaidi (2010:25) menyatakan secara etimologis, ada tiga
istilah yang berhubungan dengan Penetitian Tindakan Kelas (PTK), yakni
penelitian, tindakan dan kelas. Penelitian adalah suatu pemecahan masalah
yang dilakukan secara sistematis, empiris dan terkontrol. Sistematis
artinya proses penelitian harus dilakukan secara bertahap dari mulai
menyadari masalah sampai proses pemecahannya melalui teknik tertentu
untuk ditarik kesimpulan. Empiris artinya kerja peneliti harus didasarkan
pada data-data tertentu. Terkontrol artinya suatu kerja penelitian harus
didasarkan pada prosedur yang jelas, sehingga orang lain dapat
membuktikan hasil temuan peneliti yang diperoleh. Tindakan dapat
diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni
guru. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan oleh
guru. Kelas menunjukan pada tempat proses pembelajaran
berlangsung.Pendapat tersebut menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research) merupakan tindakan yang sengaja
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
untuk memperbaiki proses pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) ini, seperti yang
dikemukakan oleh Depdiknas (dalam Trianto 2010:19) yaitu:
a. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah
b. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media.
c. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat
bantu belajar, dan sumber belajar lainnya;
13
d. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat
evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar
siswa;
e. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan
anak di sekolah;
f. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum
dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Penelitian
Tindakan Kelas adalah sebagai proses pengkajian masalah di dalam kelas
melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi
nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Penelitian Tindakan Kelas dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru
untuk keperluan pengembangan secara arti luas. Dengan kata lain sebagai
pengajar, guru juga harus bertanggung jawab terhadap perkembangan
kurikulum pada tingkat kelas dan pada tingkat sekolah. Untuk kepentingan
pengembangan kurikulum tingkat kelas, penelitian tindakan kelas akan
sangat bermanfaat jika hasilnya digunakan sebagai salah satu sumber
masukan.
2. Subyek Penelitan
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Guru sebagai
kolaborator yang mengajarkan Geografi di kelas XI dan siswa berjumlah
35 orang, terdiri dari 21 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki Sekolah
14
Menengah Atas Negeri 1 Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu. Guru
tersebut yang menerapkan model TGT dalam pembelajaran Geografi
materi Biosfer.
Tabel 1.1
Data Jumlah Siswa Kelas XI
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 14
Perempuan 21
Jumlah 35
Sumber : Staf TU SMA N 1 Mentebah
3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan
McTaggart yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu :
perencanaan (Planning), tindakan (Acting), pengamatan (Observing) dan
refleksi (Reflecting). Tahap-tahap tersebut menurut Kemmis dan
McTaggart adalah sebagai berikut :
15
Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto,
2010:137)
Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan
kelas seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:
?
Perencanaan
(Planning)
SIKLUS II Pelaksanaan
(Acting)
Pengamatan
(Observing)
Refleksi
(Reflecting)
Perencanaan
(Planning)
SIKLUS I Pelaksanaan
(Acting)
Pengamatan
(Observing)
Refleksi
(Reflecting)
16
a. Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan merupakan tahapan pertama yang
dilakukan. Perencanaan merupakan tindakan yang dibangun dan akan
dilaksanakan, sehingga harus mampu melihat jauh ke depan.
Pada tahap ini peneliti dan guru Geografi akan menyusun
rancangan penelitian untuk penelitian tindakan kelas yang bertujuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menerapkan model
TGT pada materi Biosfer di kelas XI SMAN 1 Mentebah Kabupaten
Kapuas Hulu.
Dalam penelitian ini, secara umum perencanaan merupakan
kolaborasi antara peneliti dan guru Geografi. Adapun kegiatan
perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Peneliti bersama guru kolaborator berdasarkan masalah yang akan
ditindaklanjuti mengadakan perencanaan dan analisis kurikulum
untuk menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator yang akan disampaikan pada pelaksanaan tindakan kelas
dengan penerapan model TGT untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Tindakan ini diakhiri dengan penyusunan skenario tindakan,
selanjutnya akan dijadikan pedoman dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran/RPP.
2) Menentukan metode dan teknik pembelajaran
3) Merancang bahan ajar atau lembar kerja dan alat evaluasi.
17
4) Membuat angket siswa dan lembar observasi untuk aktivitas guru
dan siswa.
b. Pelaksanaan tindakan (Acting)
Pada tahap ini, rancangan strategi skenario penerapan model
TGT akan ditetapkan sebagai implementasi isi rancangan dalam
tindakan kelas. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru diharapkan
untuk berusaha melakukan apa yang sudah dirumuskan dalam
perencanaan. Keterkaitan antara pelaksanaan dan perencanaan perlu
diperhatikan secara seksama agar sesuai dengan maksud dan tujuan
semula.
c. Pengamatan (Observing)
Pengamatan adalah kegiatan untuk memotret sejauh mana
efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Tahap
ini dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan, dimana guru
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model TGT serta
peneliti melakukan pengamatan dengan mencatat semua hal yang
terjadi yang dianggap diperlukan.
d. Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang
perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Tahap
refleksi ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah dikumpulkan
kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
18
berikutnya. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, kemudian guru
bersama peneliti berusaha untuk menyusun rencana tindakan
selanjutnya dengan melakukan penyempurnaan atau perbaikan
tindakan yang telah dilakukan.
G. Teknik dan Alat Pengumpul Data
a. Teknik Pengumpul Data
Menurut Sugiyono (2011:224) menjelaskan teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dari penjelasan
tersebut peneliti harus menentukan teknik yang digunakan dalam
penelitannya.
Hadari Nawawi (2007:100) mengatakan teknik pengumpulan data
dapat dibedakan menjadi enam teknik penelitan sebagai cara yang dapat di
tempuh untuk mengumpulkan data yaitu:
1) Teknik Observasi Langsung
2) Komunikasi Langsung
3) Komunikasi Tidak langsung
4) Teknik Pengukuran
5) Teknik Studi Dokumenter.
Dari pendapat yang ada, maka penelitian ini menggunakan teknik
pengumpul data sebagai berikut:
19
1) Teknik Observasi
Menurut Nana Sudjana (2013: 84) menjelaskan bahwa
observasi adalah sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang diamati.
Hadari Nawawi (2007:100) menjelaskan bahwa teknik ini
adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan
dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang
pelaksanaannya langsung pada tempat di mana suatu peristiwa,
keadaan atau situasi sedang terjadi, maka dari itu teknik ini digunakan
untuk melihat aktifitas guru maupun siswa.
Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik
observasi adalah sebagai alat penilaian yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan.
2) Teknik Komunikasi Langsung
Hadari Nawawi (2007:101) menjelaskan teknik ini adalah cara
mengumpulkan data yang mengharuskan seseorang peneliti
mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face
toface) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.
20
3) Teknik Pengukuran.
Hadari Nawawi (2007:101) menjelaskan teknik ini adalah cara
mengumpulkan data yang besifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat
atau derajad tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai
satuan ukur yang relevan. Teknik ini digunakan untuk melihat tingkat
hasil belajar siswa.
4) Teknik Studi Dokumenter.
Menurut Sugiyono (2011: 240) menjelaskan bahwa
dokumenter merupakan catatan peristiwa yang berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya dari seseorang.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2007:101) menjelaskan
teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan
katagori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku,
koran, daan lain-lain. Teknik ini untuk mengumpulkan data hasil
belajar dan mendokumentasikan setiap kegiatan dilakukan saat
penelitian berlangsung.
Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
teknik studi dokumenter adalah cara mengumpulkan data baik
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang.
21
b. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah:
1) Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai alat menilai dalam
melakukan pengamatan aktifitas siswa pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media audio visual
dalam bentuk film dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup yang
dilakukan oleh peneliti.
2) Panduan Wawancara
Panduan wawancara digunakan untuk menghimpun data
terutama untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan,
motivasi bagi objek yang akan di wawancarai, setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan Pembelajaran Model TGT (Team
Games Tournament)
Menurut Nana Sudjana (2013: 68) menjelaskan bahwa
wawancara merupakan penggunaan untuk menilai hasil dan proses
belajar. Sedangkan menurut Zuldafrial (2012: 68) menjelaskan bahwa
wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua fihak yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Jadi dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
wawancara adalah penggunaan untuk menilai hasil dan proses belajar
yang dilakukan oleh dua pihak pewawancara dan diwawancara.
22
3) Hasil Belajar
Menurut Trianto (2007:62) mengatakan Pemberian tes
dilakukan dua kali, yaitu sebelum proses pembelajaran di mulai
(pretest) dan sesudah proses pembelajaran (posttest). Soal tes yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan
ganda. Nana sudjana ( 2013: 22) kemampuan- kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya,
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pemberian
tes yang dilakukan dua kali untuk mengukur kemampuan dasar dan
pencapaian hasil belajar.
4) Dokumentasi
Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpul data berupa
dokumen-dokumen seperti RPP, Silabus, Soal, hasil belajar, foto, dan
lain sebagainya yang dapat memperkuat data oleh peneliti dalam
pelaksanaan kegiatan Pembelajaran menggunakan media audio visual
dalam bentuk film.
H. Teknik Analisa Data
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan dalam teknik analisisnya,
yaitu pendekatan kualitatif sebagai yang utama dan didukung dengan
pendekatan kuantitatif.
23
a. Data Kualitatif
Data kualitatif yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan
teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman.
Teknik analisis ini terdiri dari tiga komponen kegiatan yang saling terkait
satu sama lain, yaitu reduksi data yang telah terkumpul, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan (Burhan Bungin, 2011:145). Langkah-langkah
analisis tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.2 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
Langkah-langkah dalam komponen tersebut setelah data
terkumpul adalah:
Kesimpulan-
kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Pengumpulan
data
Reduksi
data
Penyajian
data
24
1) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
2) Penyajian secara deskriptif tentang apa yang ditemukan dalam
analisis. Penyajian data digunakan berbentuk teks naratif dari
catatan lapangan, visual gambar.
3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan kegiatan dari
bentuk yang utuh, sejak awal berlangsungnya penelitian hingga
akhir penelitian sebagai proses berkesinambungan dan
berkelanjutan.
b. Data Kuantitatif
Data yang bersifat kuantitatif berupa hasil tes yang dilaksanakan
pada tes pra tindakan, post-test siklus I dan post-test siklus II. Data ini
akan di analisis dan disajikan secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk
tabel frekuensi, sehingga dapat dilihat perbedaan, dan perubahan.
Rumus yang akan digunakan untuk mengolah data kuantitatif
adalah analisis rata-rata hitung atau mean (Nana sudjana, 2013:109)
sebagai berikut:
X=Σ𝑋
𝑁
Keterangan :
25
X = Rata-rata hitung yang dicari
Σ𝑋 = Jumlah skor
𝑁 = Jumlah subjek
Dan untuk mengetahui datayang di peroleh melalui hasil belajar
diolah menjadi nilai persentase ketuntasan. Untuk melihat persentase
ketuntasan hasil belajar siswa menggunakan rumus persentase. Yaitu:
Rumus % = 𝐴
𝐵𝑥 100%
Keterangan:
% : Persentase siswa
A : Jumlah siswa yang tuntas
B : Jumlah siswa seluruhnya(Trianto:2007:63)
Tolak ukur pencapaian hasil presentase sebagai berikut:
75,0.1% - 100% : sangat baik
50,01% - 75%: baik
25,01% - 50% : cukup baik
0,00% - 50% : kurang baik
I. Jadwal Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian baik dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap akhir dimulai dari bulan maret 2014 sampai dengan
penyusunan skripsi terselesaikan.
26
Jadwal Penelitian
No Jadwal Kegiatan
Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014 Agustus 2014 September
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pemilihan Judul
2 Pengajuan Outline
3
Penggarapan
Desain
4 Konsultasi Desain
5 Persentasi Seminar
6 Penelitian
7 Konsultasi Bab I-V
8 Sidang Skripsi
27
BAGIAN II
HASIL BELAJAR DAN MODEL TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENTS) PADA MATERI BIOSFER
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dipisahkan
satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik),
sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru
sebagai pengajar. Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan
pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan
dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain
aspek yang ada pada individu.
Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan
siswa. Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pengajaran
memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang
28
efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
subyek dan sekaligus sebagai obyek dalam pengajaran sehingga proses
atau kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam
mencapai suatu tujuan pengajaran, yaitu hasil belajar.
Nana Sudjana (2013: 2) mengatakan bahwa hasil belajar adalah
suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
instruksional telah dapat dicapai atau dikuasi oleh siswa.Jumlah hasil
belajar sebagai perubahan kemampuan yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor,sedangkan menurut Lindgren (dalam Agus
Suprijono, 2011: 7) bahwa: “Hasil pembelajaran meliputi kecakapan,
informasi, pengertian, dan sikap”.
Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkanhasil belajar
adalah nilai akhir yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dibuktikanadanya hasil
evaluasi dalam bentuk tes selama mengikuti kegiatan pembelajaran,
sehingga hasil evaluasi tersebut akan merubah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang lebih baik.
2. Jenis-Jenis Hasil Belajar
Berdasarkan teori Bloom (dalam Agus Suprijono, 2011: 5) “hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
29
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan penilaian.
1) Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya.
2) Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan dalam menjelaskan
suatu masalah atau pertanyaan.
3) Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan pengetahuan
dalam bentuk keterampilan.
4) Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yg
sebenarnya (sebab-akibat, duduk perkaranya, dan sebagainya).
5) Sistesis adalah paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal
sehingga merupakan kesatuan yang selaras.
6) Penilaian adalah proses, cara, perbuatan dalam memberikan nilai
(biji, kadar mutu, harga).
30
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan kemampuan atau keterampilan dalam
bertindak. Ranah psikomotorik meliputi beberapa tingkatan, yaitu:
1) Persepsi (perseption)
2) Kesiapan siswa dalam untuk melakukan kegiatan
3) Respon terbimbing (guided response)
4) Mekanisme (mechanism)
5) Keterampilan yang kompleks (complex overt response)
6) Adaptasi (adaption)
7) Keaslian (origination)
Sedangkan menurut pemikiran Gagne (dalam Agus Suprijono,
2011: 5) hasil belajar berupa:
a. Informasi Verbal
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan ilmu
pengetahuan dalam bentuk bahasa. Baik berupa bahasa lisan maupun
tertulis.
b. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang.
31
c. Strategi Kognitif
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga
terwujud otomatis motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Dari jenis hasil belajar diatas, yang harus diingat bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang
dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas
tidak dilihat secara fregmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
3. Manfaat Hasil Belajar
Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan dan
pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak
pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang
dialaminya yaitu proses yang ditempunya melalui program dan kegiatan
32
yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya.
Berdasarkan hasil belajar siswa dapat diketahui kemampuan dan
perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.
Meskipun demikian, untuk melihat manfaat hasil belajar secara
komprehensif, dapat dilihat dari berbagai pihak yang berkepentingan,
yaitu:
a. Bagi Peserta Didik
1) Membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta didik
2) Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran
3) Membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik
4) Membantu dalam memilih metode belajar yang baik dan benar
5) Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas
b. Bagi Guru
1) Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan
2) Mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau
kekurangan, baik secara perseorangan maupun kelompok
3) Menentukan pengelompokan dan penempatan peserta didik
berdasarkan prestasi masing-masing
4) Feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem
pembelajaran
5) Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
33
6) Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan
pembelajaran
7) Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial terhadap
peserta didik
c. Bagi Orang Tua
1) Mengetahui kemajuan belajar peserta didik
2) Membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah
3) Menentukan tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan
kemampuan anaknya
4) Memprakirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut
dalam bidang pekerjaanya
d. Bagi Sekolah
1) Menentukan penempatan peserta didik
2) Menentukan kenaikan kelas
3) Pengelompokan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya
fasilitas pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta
didik pada waktu mendatang
Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat hasil belajar merupakan
perubahan dari peserta didik. Perubahan tersebut dapat berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga dari perubahan tersebut
bermanfaat pula pada guru, orang tua dan sekolah.
34
4. Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa dalam proses
pembelajaran perlu dilakukan penilaian terhadap hasil belajar. Dalam
proses pembelajaran diperlukan adanya penilaian atau pengukuran hasil
belajar siswa.
Penilaian proses dan hasil belajar dibedakan menjadi empat jenis
penilaian yaitu :
a. Penilaian Formatif
Tes formatif adalah untuk memantau kemajuan belajar peserta
didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan
(feed back) bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan,
sehingga hasil belajar peserta didik dan proses pembelajaran guru
menjadi lebih baik (Zaenal Arifin, 2011: 35).
Nana sudjana (2013: 5) mengemukakan "tes formatif adalah tes
hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah peserta
didik telah terbentuk setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu”.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes formatif
adalah tes hasil belajar yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui
dan memantau peningkatan pemahaman peserta didik dalam
memahami materi yang telah disampaikan oleh guru selama proses
belajar mengajar berlangsung.
35
b. Penilaian Sumatif
Istilah sumatif berasal dari kata ”Sum” yang berarti total
obtained by ading together items, number or amounts. Zainal Arifin
(2011: 36) menyatakan bahwa penilaian sumatif berarti penilaian yang
di lakukan jika seluruh materi pelajaran dianggap telah selesai.
Ngalim Purwanto (2008: 26) mengemukakan tes sumatif
dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sejauh mana
penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap materi
pembelajaran yang telah dipelajarinya selama dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tes
sumatif adalah tes pada akhir program pembelajaran atau pada akhir
semester dengan tujuan untuk mengetahui pencapaian prestasi dan
penguasaan terhadap materi pembelajaran siswa, guna menentukan
ketuntasan bagi seorang siswa.
c. Penilaian Penempatan
Zainal Arifin (2011: 36) menjelaskan pada umumnya penilaian
penempatan dibuat sebagai pretes. Tujuan utama penilaian penempatan
adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu
program pembelajaran dan sejauh mana peserta didik telah menguasai
kompetensi dasar sebagaimana telah tercantum dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
36
d. Penilaian Diagnostik
Penilaian Diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan
belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya
(Zainal Arifin 2011: 37). mengatakan tes diagnostik adalah tes yang
dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang
dihadapi oleh peserta didik dalam suatu materi pelajaran tertentu.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ahmadi A dan Joko (2005: 26) mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Faktor dari luar
Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting yakni :
1) Faktor environmental input (lingkungan)
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil
belajar lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan
lingkungan sosial.
2) Faktor - faktor instrumental
Adalah faktor-faktor yang keberadaan dan pengetahuannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-
faktor instrumental ini dapat terwujud oleh faktor-faktor keras
(hardware) seperti :
a) Gedung perlengkapan belajar
b) Alat - alat praktikum
c) Perpustakaan dan sebagainya.
37
b. Faktor Dari Dalam
Faktor dari dalam adalah kondisi individu atau anak itu sendiri,
faktor individu atau anak itu sendiri, faktor individu dapat dibagi
menjadi dua bagian :
1) Kondisi fisikologis
Secara umum kondisi fsikologis seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan cacat dan sebagainya, akan sangat
membantu dalam proses hasil belajar.
2) Kondisi psikologis
Faktor-faktor psikologis dianggap utama dalam
mempengaruhi proses dan hasil belajar, minat, kecerdasan, bakat,
motivasi dan kemampuan kognitif siswa.
Dari pendapat diatas, jelaslah bahwa yang harus disampaikan
kepada siswa dalam suatu proses pembelajaran haruslah disesuaikan
dengan faktor - faktor sebagaimana diuraikan di atas.
B. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)
1. Pengertian Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)
Model pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) sama
dengan model pembelajaran makea match. Kedua model ini merupakan
jenis model pembelajaran kooperatif. Yang membedakan kedua model ini
adalah pelaksanaan model TGT yang memainkan dalam bentuk turnamen
tiap tim.
38
Miftahul Huda (2013), model pembelajaran TGT (Teams Games
Tournaments) adalah model pembelajaran kooperatif dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang
heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti
dari model ini adalah adanya game dan turnamen akademik.
Saco (dalam Rusman, 2011: 224), menyatakan bahwa TGT
(Teams Games Tournaments) adalah:
Siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok
mereka).
Teams Games Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan
oleh David DeVries dan Keith Edwards. Secara umum TGT sama saja
dengan STAD tetapi TGT menggunakan turnamen akademik,
menggunakan kuis-kuis, sistem skor kemajuan individu, dan TGT juga
menambahkan dimensi kegembiraan. Teman satu tim akan saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari model TGT ini. Siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri
atas empat sampai lima orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan,
jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran,
lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di
mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
39
menyumbangkan poin bagi skor timnya. Lembar kegiatan dan
menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi
tanggung jawab individual.
Jadi dari penjelasan di atas dan disimpulkan bahwa model
pembelajaran TGT (Teams Game Tournaments) merupakan sebuah model
pembelajaran yang terdiri beberapa kelompok siswa yang heterogen dan
memainkan permainan turnamen dengan kelompok lainnya.
2. Pelaksanaan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments)
Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru dalam
menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game
akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor
timnya.
Menurut Miftahul Huda (2013: 198) prosedur TGT yaitu siswa
memperdalam, mereview, dan mempelajari materi secara kooperatif dalam
tim ini. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen dengan langkah-
langkah berikut:
a. Membuat daftar rangking akademik siswa
b. Membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa
c. Menomori siswa mulai dari yang paling atas (misalnya 1,2,3,4,5,6,7,
dan seterusnya)
40
d. Membuat setiap tim hetrogen dan setara secara akademik, dan jika
perlu keragaman itu dilakukan dari segi jenis kelamin, etnis, agama,
dan sebagainya.
Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran TGT menurut
Robert E. Slavin (2005: 166) yaitu terdiri dari 5 langkah pembelajaran
sebagai berikut:
a. Class-Presentation (Penyajian atau Presentasi kelas)
Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung,
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan
guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game, karena skor game akan menentukan
skor kelompok.
b. Team (Kelompok)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari hasil akademik, jenis dan rasa atau
etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game dan
turnamen.
Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan anggota
kelompoknya untuk menyelesaikan tugas dan soal yang diberikan.
41
Siswa diberikan kebebasan untuk belajar bersama dan saling
membantu dengan teman dalam kelompok untuk mendalami materi
pelajaran. Selama belajar kelompok, guru berperan sebagai fasilitator
dengan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan dalam
penyelesaian tugas, serta memandu berfungsinya kelompok belajar.
c. Game (Permainan)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan Game terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor yang
memuat satu pertanyaan, kemudian kelompok yang berperan sebagai
pemain mencoba menjawab pertanyan yang sesuai dengan nomor itu.
Setelah pembaca memberikan jawaban, siswa disebelah kiri
(penantang pertama) mempunyai kesempatan untuk menantang
(memberi jawaban beda) atau lewat.
Jika penantang pertama lewat dan penantang kedua mempunyai
jawaban berbeda maka penantang kedua boleh memberi tantangan.
Jika semua siswa telah menjawab, menantang atau lewat penantang
kedua (sebelah kanan pembaca) mencocokkan jawabanya pada kunci
jawaban yang sesuai dan membacanya keras-keras. Pemain yang
menjawab benar dapat menyimpan kartu tersebut. Jika penantang
pertama dan kedua salah dalam memberikan jawaban maka mereka
mendapat hukuman yaitu harus mengembalikan kartu yang
42
dimenangkan sebelumnya pada paknya. Jika tidak ada yang menjawab
benar, maka kartu dikembalikan pada paknya.
Untuk babak berikutnya semua pindah satu posisi ke kiri, dan
penantang pertama giliran menjadi pembaca, penantang kedua menjadi
penantang pertama dan pembaca menjadi penantang kedua. Permainan
berjalan terus sampai waktu yang ditentukan habis atau kartunya habis.
Ketika permainan berakhir, pemain mencatat jumlah kartu yang
dimenangkan pada lembar pencatat skor.
d. Tournament (pertandingan atau kompetisi)
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.
Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir minggu atau pada setiap
unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan tim sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa
kedalam beberapa meja turnamen. Siswa masing-masing kelompok
dari tingkat akademik tertinggi sampai tingkat terendah
dikelompokkan bersama siswa dari kelompok lain yang mempunyai
tingkat akademik sama untuk membentuk satu kelompok turnamen
yang homogen. Siswa dari masing-masing kelompok bertanding untuk
menyumbangkan poin tertinggi bagi kelompoknya. Dalam turnamen
ini, siswa yang memiliki kemampuan akademik sedang atau rendah
dapat menjadi siswa yang mendapat poin tertinggi dalam kelompok
turnamennya. Poin dari perolehan setiap anggota kelompok
diakumulasikan dalam poin kelompok. Kompetisi ini merupakan
43
sistem penilaian kemampuan individual mengamati seperti dalam
STAD. Kompetisi ini juga memungkinkan siswa dari semua level di
penampilan sebelumnya untuk memaksimalkan nilai kelompok mereka
menjadi terbaik.
e. Team –Recognize (Penghargaan Kelompok)
Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk
kelompok dan bukan individu, sehingga keberhasilan kelompok
ditentukan oleh keberhasilan setiap anggotanya. Penghargaan
kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok yang diperoleh
dari game dan turnamen. Guru kemudian mengumumkan kelompok
yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah
apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team
mendapat julukan sesuai poin yang diperoleh. Setelah mengikuti game
dan turnamen, setiap kelompok akan memperoleh poin. Rata-rata poin
kelompok yang diperoleh dari game dan turnamen akan digunakan
sebagai penentu penghargaan kelompok. Jenis penghargaan sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok dapat
berupa hadiah, sertifikat, dan sebagainya.
Berikut contoh perhitungan poin game dan turnamen dengan
empat pemain menurut Robert E. Slavin (2005: 175):
44
Tabel 2.1
Contoh Perhitungan Poin Game dan Turnamen untuk Empat Pemain
Pemain Tanpa
seri
Seri nilai
tertinggi
Seri nilai
tengah
Seri nilai
render
seri nilai
tertinggi 3macam
Seri nilai
terendah 3macam
Seri
4macam
Seri nilai
terendah dan
tertinggi
Skor
tinggi
60
poin 50
Poin
60
Poin
60
Poin
50
Poin
60
Poin
40
Poin
50
Poin
Skor tengah
atas
40
poin 50
Poin
40
Poin
40
Poin
50
Poin
30
Poin
40
Poin
50
Poin
Skor tengah
bawah
30
poin 30
Poin
40
Poin
30
Poin
50
Poin
30
Poin
40
Poin
30
Poin
Skor
rendah
20
poin 20
Poin
20
Poin
30
Poin
20
Poin
30
Poin
40
Poin
30
Poin
Menurut Slavin (2005: 175), penghargaan diberikan jika telah melewati
kriteria sebagai berikut:
Tabel 2.2
Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok
Skor kelompok Kriteria penghargaan
40 Tim baik (good team)
45 Tim sangat baik (great team)
50 Tim super
45
Persiapan yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran
model TGT adalah sebagai berikut :
a. Jadwal Kegiatan
TGT terdiri dari siklus reguler dari aktifitas pengajaran,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Pengajaran:menyampaikan pelajaran;
2) Belajar tim: siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka
masing- masing untuk menguasai materi yang disampaikan atau
yang mereka pelajari dari LKS;
3) Turnamen: kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan
kemampuan yang homogeny;
4) Team –Recognize: skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen
anggota tim, dan tim tersebut akan di rekognisi apabila mereka
berhasil melampau kriteria yang telah di tetapkan sebelumnya.
46
b. Penempatan Peserta Turnamen
Alur penempatan peserta turnamen menurut Slavin (2005: 168)
dapat dilihat pada diagram berikut:
TIM – A
TIM – B TIM – C
Gambar 2.1 Penempatan Pada Meja Turnamen
Secara umum pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaannya adalah pada TGT
menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis, dan sistem
skor kemajuan individu sehingga para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kemampuan akademiknya setara.
A-1 A-2 A-3 A-4
Tinggi rata-rata rata-ratarendah
Meja
turnamen
4
Meja
turnamen
3
Meja
turnamen
2
Meja
turnamen
1
B-1 B-2 B-3 B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
C-1 C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
47
Hasilnya, siswa-siswa yang berprestasi rendah pada setiap kelompok
memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi kelompoknya
sebagai siswa yang berprestasi tinggi. Meskipun keanggotaan kelompok
tetap sama, tetapi siswa yang mewakili kelompok untuk bertanding dapat
berubah-ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing anggota.
Misalnya mereka yang berprestasi rendah, yang mula-mula bertanding
melawan siswa-siswa kemampuannya sama dapat bertanding melawan
siswa-siswa yang berprestasi tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.
Adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan
siswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang
menyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap
materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi
pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.
Peranan pembelajaran TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru
dalam menyampaikan materi pelajaran, membantu mengaktifkan
kemampuan siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain. Siswa terbiasa
bekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar,
sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. TGT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagi
siswa. Adanya permainan dalam bentuk turnamen akademik yang
dilaksanakan pada akhir pokok bahasan, memberikan peluang bagi setiap
48
siswa untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya, hal ini juga
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran.
Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal
akademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar
yang optimal.
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model TGT
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil.
a. Games tournaments.
b. Penghargaan kelompok.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT (Teams Games
Tournaments)
Beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit
mengemukakan kelebihan dan kelemahan pembelajaran model TGT,
sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT
memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari
kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas
tradisional.
2) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
49
3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk
rasa harga diri akademik mereka.
4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama
verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
6) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja
dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors
atau perlakuan lain.
b. Kelemahan
1) Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai
kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan
dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali
teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang
dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi
jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2) Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa
dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk
mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan
baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar
50
dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang
lain.
Berdasarkan pendapat di atas maka yang harus diperhatikan oleh
guru dalam pembelajaran model TGT adalah bahwa nilai kelompok
tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru
harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat
pencapaian belajar siswa secara individual.
C. Materi Biosfer
a. Pengertian Bipsfer
Ditinjau dari epistemologinya, istilah biosfer terdiri dari dua kata,
yaitu bio yang arti hidup dan sphere yang berate lapisa. Jadi secara harfiah
biosfer berate lapisan hidup, artinya lapisasan hidup, lapisan tempat
mahluk hidup atau organism.
Biosfer adalah lapisan lingkungan dipermukaan bumi, air, dan
antmosferyang mendukung organisme. Biosfer yang meliputi tanah, air,
dan udara yang merupakan lapisan tipis, yakni sekitar 8 km kearah
atmosfer dan 9 km kea rah kedalam laut. Sejauh yang diketahui manusia,
hanya pada lapisan biosfer inilah dijumpai adanya kehidupan organism.
Persebaran mahluk hidup dipermukaan bumi tidak merata
persebaran itu tergantung pada beberapa factor seperti berikut:
a. Perbedaan iklim (klimatik), suhu, curah hujan, kelembaban, dan
angin.
51
b. Keadaan tanah (edafik) humas tanah, ukuran butir tanah (tekstur),
tingkat kegemburan, mineral hara (miniral organic), air, tanah, dan
kandungan udara
c. Tingkat rendahnya permukaan bumi (relif) mempengaruhi pola
penyinaran mata hari (disebut juga factor fisiografi)
d. Tindakan manusia (factor abiotik) mengubah bentangan alam yang
sudah ada. Misalnya tanah tandus menjadi daerah hutan, hutan
menjadi daerah pertanian, dan dengan kemajuan teknologi modern
manusia mampu melestarikan kehidupan hewan dan tumbuhan.
Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah materi
biosfer, dimana materi biosfer tersebuit dapat diartikan sebagai
lapisan lingkungan hidup dipermukaan bumi, yang mencakup
udara, daratan,, dan air yang memungkinakan kehidupan dan
proses biotic yang berlangsung.
Mahluk hidup merupakan salah satu komponen penghuni
geosfer. Selain manusia mahluk hidup yang menempati planet
bumi adalah hewan (fauna) dan tumbuhan (flora). Hewan maupun
tumbuhan ada yang hidup didaratan ataupun diperairan, baik pada
kawasan air tawar ataupun di air laut. Namun , tidak seluruh
dipermukaan bumi dapat menjadi tempat hidup bagi organisme.
Mengapa? Karena berhubungan erat dengan berbagai persaratan
hidup, factor pendukung, dan factor penghambat bagi
kelangsungan hidup organism itu sendiri. Wilayah-wilayah
52
dipermukaan bumi yang sesuai untuk lingkungan hidup organism
dikenal dengan istilah biosfer. Secara umum terdiri atas tiga
lingkungan utama atau biocycle, yaitu biocycle darat , biocycle air
tawar (sungai, danau, atau kolam), dan biocycle air asin (berkadar
garam atau laut). Selain biosfer dan biocycle, dalam studi makluk
hidup kita juga dikenal istilah ekosistem dan bioma.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Ahmadi, dkk. (2005). Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka setia.
Abdurrahman. (1999). Hasil Belajar Mengajar. Pustaka Pelajar Offset
Agus. (2011). Cooperative Learning teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan. (2011). Metode Penelitian Kualitatif: PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Didik komedi dkk (2010) Penelitian Tindakan Kelas . Sabda Media
Hadari Nawawi. (2007). Metode Penelitian.(edisi refisi) Jakarta : Ghalia
Indonesia
Huda Miftahul . (2013). Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset
Kartadinata, S. (1995). Bimbingan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Kurniasari. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Online:
Paizaluddin. (2013). penelitian tindakan kelas. Alfabeta, Bandung
Saco, R. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Silberman, (2009) Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta
Sudjana Nana. (2013). Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Sinar Baru
Algesindo.
Suharsimi Arikunto. (2010:90). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ,
Jakarta: Bina Aksara.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative Learning teori, riset, dan praktik. bandung:
Nusa Media.
54
Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandng Alfabeta.
Tim Penyusun. (2009). Pedoman Operasional. Pontianak: CV. Faruna Bahagia.
Trianto. (2010) Pengantar Penelitian Tindakan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Jakarta: Kencana
Trianto. (2007) Pengantar Penelitian Tindakan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Pendidikan. Jakarta: Kencana
Wina, Sanjaya. (2010). PenelitianTindakanKelas.Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Yuliarni. (2009). Menajemen Penelitian. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Internet
http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode- listening-team.html
David R stone, educational psycology : development of teaching skill, (New york :
haper & row)