bagi santri di pondok pesantren putri an-nur...
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI TA’ZIR
BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN PUTRI
AN-NUR KLEGO, CANDIREJO,
TUNTANG, SEMARANG
TAHUN 2017-2018
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh :
AMIN MARYATUL QIFTIYAH
NIM : 111-14-345
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
IMPLEMENTASI TA’ZIR
BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN PUTRI
AN-NUR KLEGO, CANDIREJO,
TUNTANG, SEMARANG
TAHUN 2017-2018
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh :
AMIN MARYATUL QIFTIYAH
NIM : 111-14-345
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
iv
v
vi
vii
viii
MOTTO
ة قَالَ ِمث َمل يَع فََمن ٨ ۥيََره اَشر ة َذرَّ قَالَ ِمث َمل يَع َوَمن ٧ ۥيََره ار َخي َذرَّ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Az-
zalzalah 7-8) (Depag RI. 2005).
ix
PERSEMBAHAN
Teriring Do’a rasa syukur kepada Allah SWT yang teramat
dalam
kupersembakan
karya ini buat orang-orang yang telah banyak berjasa dalam
hidupku, yang tanpa mereka aku tidak mungkin bisa
merasakan hidup seperti saat ini.
Skripsi ini bukanlah akhir dari tugas, namun awal aku
berkarya.
Terimakasih
buat…
Wanita terindah penuh kasih sayang (Ibunda tercinta)
Dan tidak terlupakan ayahanda terkasih serta adik, yang
selalu memberikan motivasi dan semangat di setiap hari.
Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. yang dengan ketelatenan dan
kesabaran telah membimbing dan mengarahkan penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini sampai membuahkan hasil
maksimal sebagaimana impian penulis.
Untuk semua keluarga PP AN-NUR KLEGO,CANDIRECO,
TUNTANG, SEMARANG yang telah
membantu tersusunnya skripsi ini.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku kepala jurusan Pendidikan Agama Islam
dan selaku pembimbing akademik (PA) yang dengan sabar membimbing dan
mengarahkan penulis dari semester 1 hingga semester akhir.
4. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dengan fasilitas dan pelayanan yang baik.
xi
6. Bapak Ali Munabah S.Pd.I selaku kepala Pondok Pesantren AN-NUR klego,
candireco, tuntang, semarang yang telah mengizinkan dan membantu penulis
dalam melakukan penelitian skripsi ini.
7. Terkhusus orang tua tercinta: Ayahanda pujiono dan Ibunda Jumiati Ruwiyah
serta adikku Alim Miftakul Jannah, terima kasih sedalam-dalamnya penulis
ucapkan atas doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada henti
mereka curahkan kepada penulis. Dan juga membantu dalam bentuk materi
untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
8. Terimakasih kepada para sahabat: teman asrama khususnya ainun, muta, dita,
rohmah, yatni, vita, fida, falicha, dian, aina, choir, ujik, fatma, nova, yang
tiada henti memberikan semangat dan motivasi kepada penulis serta seluruh
sahabat PAI yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu angkatan 2014.
Semoga tali silaturahhim diantara kita akan selalu terjaga selamanya. Amin.
Tentu masih banyak pihak-pihak yang turut membantu dalam penulisan
skripsi ini namun penulis tidak dapat menyebutkannya secara keseluruhan
penulis ucapkan banyak terima kasih. Jazakallah khairan katsiron.
Billahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
xii
ABSTRAK
Qiftiyah, Amin Maryatul . 2018. Implementasi Ta’zir bagi Santri Pondok
Pesantren AN-NUR Klego,Candirejo,Tuntang, Semarang . Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M. Ag.
Kata kunci: Konsep,Ta’zir, Disiplin Santri Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren AN-NUR, Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang.
Merupakan suatu lembaga pendidikan non formal yang bertujuan untuk
pembentukan watak dan sikap. Sebagai sebuah proses, pendidikan memerlukan
kedisiplinan, sementara kedisiplinan itu sendiri merupakan suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana implementasi ta’zir
yang dilakukan oleh pengurus pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo,
Tuntang, Semarang Tahun 2017-2018? Bagaimana dampak pemberian ta’zir
dalam penerapan ta’zir yang dilakukan oleh pengurus pondok pesantren An-Nur
Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang Tahun 2017-2018?Penelitian ini
menggunakan pendekatan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan
melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh
dilapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data.
Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: implementasi ta’zir yang dilakukan
oleh pengurus adalah menggunakan sistem secara bertahap, antara pengurus dan
pengasuh harus selalu mengadakan sosialisasi atau RAKER (rapat kerja)
mengenai kegiatan di pondok pesantren, serta penetapan ta’zir sesuai dengan
kategori ubudiyah dan non ubudiyah. Serta dampak dalam penerapan ta’zir
menghasilkan adanya kepatuhan, rasa kesadaran serta rasa tanggung jawab atas
perilaku yang telah diperbuat dalam melakukan pelanggaran.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO................................................................................. ii
JUDUL….................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v
DEKLARASI.............................................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................. vii
MOTTO...................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN...................................................................................... ix
KATA PENGANTAR................................................................................ x
ABSTRAKSI….......................................................................................... xii
DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL DAN BAGAN........................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Definisi Operasional .................................................................... 7
E. Peneliti terdahulu ......................................................................... 8
F. Metode Penelitian ........................................................................ 10
G. Teknik Analisis Data....................................................................15
xiv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ta’zir............................................................................. 19
B. Disiplin Santri................................................................ 29
C. Pondok Pesantren.......................................................... 35
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data Umum Pondok Pesantren An- Nur.
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren An- Nur ..................43
2. Sejarah Perkembanga........................................................ 43
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren........................................ 44
4. Struktur Organisasi............................................................ 45
5. Sarana Prasarana............................................................... 46
6. Sistem Pengajaran...............................................................47
7. Tata Tertib..........................................................................52
B. Temuan Data Penelitian
1. Implementasi Ta’zir bagi santri ....................................... 56
2. Dampak Positis bagi santri dalam penerapan ta’zir...........57
xv
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Implementasi Ta’zir Di Pondok Pesantren An-Nur Klego,
Candirejo, Tuntang, Semarang Tahun 2017-2018..................... 60
B. Dampak positif Penerapan Ta’zir terhadap santri yang
diterapkan oleh Pengurus Pondok Pesantren An-Nu
Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang Tahun 2017-2018......... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 73
B. Saran......................................................................................... 75
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
xvi
Daftar Bagan dan Tabel
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren An-Nur............................45
Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren An-Nur..........................46
Tabel 3.2 Jadwal Madrasah Diniyah Pondok Pesantren An-Nur....................49
xvii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 2 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Pernyataan Telah Meneliti
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
Lampiran 5 : Laporan SKK
Lampiran 6 : Pedoman Wawancara
Lampiran 7 : Transkip Wawancara
Lampiran 8 : Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam kehidupan
manusia dimasa yang akan datang, dan pendidikan itu harus mampu
menyiapkan tenaga-tenaga terampil yang mampu melayani dirinya dan
orang lain serta dapat mengisi dan berperan aktif di berbagai sendi
kehidupan, untuk menyikapi perkembangan pada era globalisasi ini yang
semakin pesat, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan
ulet, serta mempunyai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt.
Dalam mempersiapkan hal itu, maka dibutuhkan upaya pembentukan
mental-mental yang tangguh melalui pendidikan.
Pendidikan adalah proses pembentukan watak dan sikap. Sebagai
sebuah proses, pendidikan memerlukan kedisiplinan, sementara
kedisiplinan itu sendiri merupakan suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban
(Prijodarminto, 2009: 23). Pendidikan adalah proses pembentukan diri
manusia secara menyeluruh baik itu watak maupun sikap. Proses
pembentukan tersebut memerlukan kedisiplinan, mandiri dan moral yang
baik agar mampu menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang dengan
bijaksana. Pendidikan merupakan proses pembentukan diri manusia secara
menyeluruh, bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tetapi
2
mengupayakan bagaimana agar menjadi manusia yang bermoral baik, serta
mampu menghadapi kehidupan dengan tetap bijaksana. Kebutuhan
manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dan
manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional
Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman
hidup masyarakat sehari-hari. Pondok pesantren merupakan salah satu
contoh pendidikan nonformal yang eksistensinya masih diakui masyarakat
Indonesia sampai saat ini. Istilah pondok sendiri berasal dari bahasa arab,
“fundug” yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari
kata santri yang diberi awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti tempat
tinggal santri.
Haidar (2004: 27), pesantren berarti tempat orang berkumpul untuk
menimba ilmu agama Islam. Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pondok pesantren adalah asrama atau tempat yang dijadikan tempat
tinggal santri atau orang yang akan menimba ilmu pengetahuan agama
Islam. Meskipun pada awalnya, nama pondok pesantren hanya dikenal di
pulau Jawa dan Madura, tetapi pondok pesantren diidentifikasikan oleh
para ahli dengan nama yang diberikan untuk lembaga pendidikan Islam
tradisional di Indonesia. Keberadaan pondok pesantren sebagai sebuah
lembaga pendidikan Islam dalam proses berdirinya tidak terlepas dari
seorang sesepuh (kyai) dengan ilmu yang dimilikinya serta dengan
3
keikhlasan dalam beramal, prilakunya sesuai dengan apa yang
disampaikan kepada masyarakat sebagai suri tauladan bagi para santri
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Maka berdirilah sebuah
lembaga kehidupan masyarakat yang mandiri dan ditunjang oleh sarana
dan prasarana untuk lancarnya kegiatan belajar mengajar.
Sebuah Pondok Pesantren pada dasarnya merupakan sebuah sarana
pendidikan Islam tradisional yang para santrinya tinggal dalam lingkungan
pondok bersama-sama dan belajar dibawah lindungan maha guru (kyai).
Asrama tersebut berada dalam lingkungan Pondok Pesantren dan khusus
bagi kyai disediakan tempat tinggal. Dalam lingkungan tersebut
disediakan tempat ibadah bersama (masjid) serta tempat ngaji yang disebut
Madrasah Pondok Pesantren dalam jangka panjang mampu berada dalam
lingkungannya dan kedudukannya relatif lebih kuat dari masyarakat
sekitarnya. Ini bisa dilihat dari kemampuan Pondok Pesantren untuk
menciptakan tanpa harus mengorbankan identitas dirinya. Menejemen
pendidikan kedisiplinan santri di pondok pesantren An-Nur dewasa ini
diperlukan tata tertib atau aturan-aturan yang mengikat pada pendidik dan
anak didik supaya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai
secara maksimal. Salah satunya adalah penerapan ta’zir (hukuman)
banyak dikritik para pendidik modern, Sebagai catatan dan tidak menutup
kemungkinan dengan digunakannya konsep atau pendekatan yang lain
tidak bisa, karena tidak semua anak didik dapat dididik hanya dengan cara
lemah lembut dan kasih sayang saja agar dia mematuhi peraturan-
4
peraturan yang telah ditentukan atau ditetapkan. Sedangkan dalam
perkembangan dewasa ini hukuman fisik kadang tidak sejalan dengan
prinsip hukuman, sehingga dengan adanya hukuman dengan ancaman
kekerasan menjadikan anak takut, bahkan jika penerapannya tersebut
keluar dari batas-batas tertentu. Jadi pesantren An-Nur yaitu untuk
membantu serta mewujudkan harapan para orang tua agar anaknya mampu
berproses menjadi orang yang baik, dan penerapan hukuman ta’zir
menjadi bagian dalam pelaksanaan aturan-aturan tersebut untuk membawa
santri ke arah perbaikan dalam menjalankan semua kegiatan di pondok
pesantren dan pengarahan diri serta meningkatkan kesadaran atas diri
santri agar lebih baik nantinya. Pesantren mempunyai peranan penting
bagi pembentukan akhlak santrinya serta membentuk pribadi yang mampu
bersosialisasi dengan perkembangan yang ada dan tetap berpegang teguh
pada ajaran Islam.
Di lingkungan Pondok Pesantren kyai sangat dihormati dan
disegani, sehingga eksistensi Pondok Pesantren di masyarakat sebagai
lembaga pendidikan islam yang ideal dan disiplin dapat terlaksana. Setiap
peraturan di Pondok Pesantren dimaksudkan untuk menanamkan
kedisiplinan. Dalam menegakkan kedisiplinan ini, diperlukan keteladanan
dari kyai dan pengurus Pondok Pesantren. Peraturan yang telah disepakati
merupakan upaya menanamkan tanggung jawab dan pendidikan yang
islami, sehingga Pondok Pesantren sanggup tampil sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang ideal dengan dilandasi adanya sistem penegasan.
5
Sistem penegasan (ta’zir) yang diberikan di Pondok Pesantren
untuk mencapai keberhasilan dan meningkatkan kedisiplina mempunyai
bentuk dan corak yang berbeda-beda antara pondok yang satu dengan yang
lainnya, ini disebabkan karena kondisi pesantren yang berbeda, serta dari
kebijakan-kebijakan yang disepakati oleh para pengurus Pondok
Pesantren. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, perlu kiranya dikaji
secara mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif
dengan memakai pendekatan ilmiah.Untuk itu penulis mencoba mengkaji
persoalan diatas secara sistematis, dengan membuat skripsi yang berjudul
“IMPLEMENTASI TA’ZIR DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN
SANTRI DI PONDOK PESANTREN PUTRI AN-NUR KLEGO,
CANDIREJO, TUNTANG, SEMARANG TAHUN 2017-2018”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan gambaran masalah diatas, maka fokus penelitiannya
adalah:
1. Bagaimana implementasi ta’zir yang dilakukan oleh pengurus
pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang
Tahun 2017-2018 ?
2. Apa Dampak dalam penerapan ta’zir yang dilakukan oleh pengurus
pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang
Tahun 2017-2018?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
6
Dari rumusan masalah di atas maka peneliti merumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak di capai sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Bagaimana implementasi ta’zir yang dilakukan
oleh pengurus pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang,
Semarang tahun 2017-2018 ?
b. Untuk mengetahui dampak dalam penerapan ta’zir yang dilakukan
oleh pengurus pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang,
Semarang tahun 2017-2018 ?
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
a) Mampu memberi sumbangan pemikiran dalam dunia keilmuan
dan manfaat bagi para pembaca tentang penerapan ta’zir untuk
meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren An-Nur
Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang .
b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
referensi bagi penelitian yang sejenis.
b. Manfaat Praktis
7
a) Bagi Pondok Pesantren
Diharapkan dengan adanya ta’zir dapat menciptakan santri
yang disiplin dalam beribadah kepada Allah SWT dan taat
mengikuti peraturan yang berlaku.
b) Bagi Santri
Diharapkan para santri dengan adanya ta’zir dapat
meningkatkan disiplin dalam mengikuti kegiatan dan mentaati
peraturan yang berlaku di pondok pesantren.
c) Bagi IAIN Salatiga
Diharapkan dari laporan hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai perbendaharaan referensi yang isinya perlu dikaji lebih
lanjut dalam meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan
pembaca dalam memahami judul skripsi ini penelitian merasa perlu untuk
menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. adapun
istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Takzir : ta’zir secara etimologi yaitu dari kata “azzara” yang berarti
menolak dan mencegah sedangkan secara terminologi ta’zir adalah
hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa yang
hukumanya belum ditetapkan, jadi ta’zir atau hukuman yang
dimaksud hukuman yang bersifat mendidik.
8
2. Disiplin Santri : Disiplin yang berarti tata tertib, ketaatan kepada
peraturan yang berlaku sedangkan santri adalah orang yang sedang
dan pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren,
menggali informasi ilmu-ilmu agama dari Kyai-ulama (guru) selama
dia berada di asrama atau pondok pesantren.
E. Peneliti Terdahulu
1. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang
dilakukan oleh Izzatu Muhammad mahasiswa (2009, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta) yang berjudul “Hukuman Ta’zir di Pondok
Pesantren An Nur Ngrukem Sewon Bantul Yogyakarta Perspektif
Hukum Pidana Islam”. Penelitian ini menemukan kesimpulan sebagai
berikut:Disamping ta’zir sebagai sebuah hukuman, di P.P An-Nur,
hukuman ta’zir berfungsi sabagai cermin dalam kehidupan beragama.
Ta’zir secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu (1) ta’zir karena
melakukan jarimah hudud atau qishas tetapi syarat-syaratnya tidak
terpenuhi, (2) jarimah ta’zir yang telah disebutkan dalam nash tetapi
hukumannya belum ditetapkan, dan (3) jarimah ta’zir yang jenis
maupun sanksinya belum ditetapkan oleh syara’. Oleh karena itu,
semua pellanggaran yang mengandung unsur maksiat dan
mengganggu kepentingan serta ketertiban umum dapat dikenai
hukuman ta’zir. Dalam pelaksanaan atau penerapan ta’zir sangat
elastic, Dalam konteks ini pengasuh maupun pengurus pesantren
adalah imam bagi santrinya. Dengan demikian pelaksanaan hukuman
9
ta’zir di Pondok Pesantren an-Nur tidak melenceng dari hukuman
pidana Islam karena keelastisannya dan atas dasar kemaslakhatan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Salim (2010, STAIN Salatiga)
yang berjudul “Pengaruh Tingkat Penghayatan Santri Tentang Ta’zir
Terhadap Akhlak Studi Kasus Pondok Pesantren An Nida Kota
Salatiga”. Temuan hasil dari penelitian setalah data berhasil diuji, dan
hasilnya ada pengaruh positif antara tingkat penghayatan santri
tentang ta’zir terhadap akhlak santri Pondok Pesantren An Nida Kota
Salatiga Tahun 2009.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Noor Rohman (2013, UIN
Walisongo Semarang) yang berjudul “Model Pelaksanaa Ta’zir Pada
Santri Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Barat Mranggen
Demak” Penelitian ini menemukan kesimpulan sebagai berikut: Dari
pemberian ta’zir yang dilakukan di Pondok Pesantren Futuhiyyah
Suburan Barat Mranggen Demak ini setidaknya memuat
kebermaknaan yang bisa diambil oleh para santri, yakni; Sebagai
pembentukan akhlak yang mengarah pada akhlak al karimah para
santri, dan Sebagai pembentukan kesalahan sosial santri Pondok
Pesantren Futuhiyyah. Setelah santri tersebut mendapatkan ta’zir
karena pelanggarannya tersebut, santri akan berusaha untuk
memaksimalkan waktu dengan baik.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayah (2011, UIN SUKA) yang
berjudul budaya santri menenai takzir pada pondok pesantern tebu
10
ireng kabupaten jombang: temuan hasil penelitian adalah pada
otoritasnya santri mempunyai wewenang yang menentukan semua
aspek kehidupan di pondok pesantren yang berbeda.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Muh Satya (2011, IAIN
SURAKARTA) yang berjudul “pola pembinaan santri mengenai ta’zir
dalam pondok pesantren” hasilnya penbinaan moral sebagai salah satu
pembinaan yang mempersiapkan seseorang agar dapat berfikir maka
didasari hukuman dan hadiah.
F. Dari kelima penelitian di atas terdapat kesamaan pada penelitian yaitu
sama pada aspek hukuman. dengan adanya persamaan dapat disimpulkan
bahwa belum ada yang meneliti tentang bagaimana penerapan ta’zir untuk
meningkatkan kedisiplinan santri di pondok pesantren An-Nur Klego,
Candirejo, Tuntang, Semarang .
G. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena
merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan
yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian dapat
diperoleh secara optimal.
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
11
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Moleong, 2009: 90)
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama
pengambil data. Peneliti merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat
penelitian disini tepat karena peneliti menjadi segalanya dalam proses
penelitian. Namun, instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai
penjelasan alat-alat ukur yang dipergunakan untuk mengumpulkan data
dan atau informasi (Leo, 2013: 97).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren An-Nur Jl
Kh. Ahmad Nur Rt 03 Rw 09, Klego-Candirejo Kec.Tuntang Kab.
Semarang.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107). sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data yang akan
terkumpul melalui penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus
penelitian yaitu mengenai implementasi ta’zir untuk meningkatkan
12
kedisiplinan santri di pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo,
Tuntang, Semarang .
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil
observasi pada tempat penelitian, dan hasil wawancara terhadap
responden dan dokumen yang terkait dengan tempat penelitian. Pada
penelitian ini yang dijadikan subjek adalah pengurus.
Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber data yang
diambil yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
secara langsung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga
data asli atau data baru. Sumber baru diperoleh dengan cara
observasi dan mewawancarai pengasuh, pengurus, santri di pondok
pesantren mengenai konsep ta’zir untuk meningkatkan
kedisiplinan santri di pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo,
Tuntang, Semarang .
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada.
13
Data sekunder disebut juga data tersedia atau tertulis. Data
sekunder berasal dari sumber buku, majalah ilmiah, dokumen
pribadi, dokumen resmi, arsip, dan lain-lain. data tersebut berguna
untuk melengkapi data primer.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara (interview) dikenal pula dengan istilah
Wawancara Menurut Esterberg (2002) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topic tertentu (Sugiyono, 2014: 317). Sedangkan menurut Asmani
(2011: 122) metode wawancara (interview) merupakan proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informasi
atau orang yang diwawancarai.
Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan
adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis
wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka
dan garis besar materi yang dirumuskan dan tidak perlu ditanyakan
secara berurutan (Moleong, 2009: 187).Interview atau wawancara
dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
penerapan ta’zir untuk meningkatkan kedisiplinan santri di pondok
pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang, semarang.
14
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002: 145).
Metode observasi juga dapat diartikan sebagai suatu
pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang
diselidiki (Hadi, 2003: 136). Sedangkan observasi sendiri dibagi
menjadi tiga yaitu pertama, observasi partisipatif yaitu peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Kedua, observasi
terus terang dan tersamar, yaitu peneliti dalam pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak
awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal
ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data
yang masih dirahasiakan. Ketiga, observasi tidak berstruktur yaitu
observasi dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus
penelitian belum jelas, observasi tidak dipersiapkan secara
sitemastis tentang apa yang akan diobservasi.
Pada penelitian ini penulis menggunakan observasi terus
terang. Tujuannya yaitu untuk memperoleh gambaran tentang
15
penerapan ta’zir untuk meningkatkan kedisiplinan santri di pondok
pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2002: 234).
H. Teknik Analisis Data
1. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain. sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Metode analis data yang
penulis gunakan adalah metode analisis data kualitatif, yaitu data yang
terbentuk uraian kemudian penulis tafsirkan untuk mendapatkan
makna yang terkandung. Dengan menggunakan metode ini tidaklah
dimaksudkan untuk memperoleh penelitian yang baru akan tetapi
hanya mendapatkan kejelasan atau dari penelaah obyek penelitian.
2. Pengecekan Keabsahan Data.
Pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan adalah
triangulasi. Triangulasi setara dengan “cek dan ricek” yaitu
pemeriksaan kembali data dengan tiga cara, yaitu triangulasi sumber,
metode dan waktu. Data yang akurat lebih banyak didapat dari data
16
sumber, informan dapat memberikan data dengan sebanyak-
banyaknya tanpa harus dibatasi. Jadi data triangulasi yang peneliti
gunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu mencari
sumber-sumber lain di samping sumber yang telah didapatkan. Untuk
mengetahui keteladanan guru, peneliti bisa melakukan wawancara
dengan banyak guru, banyak siswa, kepala sekolah, bahkan penjaga
sekolah. Prinsipnya lebih banyak sumber, lebih baik (Putra & Santi
Lisnawati, 2013: 34).
3. Tahap-tahap Penelitian
Tahap pertama pelaksanaan penelitian dimulai dari
mengamati dan ikut sebagai partisipan dala lapangan. Penulis harus
mengadakan pendekatan secara terbuka kepada responden dengan
tujuan untuk memperoleh informasi atau data awal.
Tahap kedua mencatat hasil yang diperoleh. Untuk
mempermudah memperoleh data dengan wawancara dan
pengamatan, setelah data-data sudah terkumpul kemudian
dianalisis dan diikuti dengan laporan hasil analisis data yang
dilakukan.
Tahap ketiga selanjutnya pengecekkan dan memeriksa
keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data
yang dilakukan pada subyek dan informasi. Jika dapat ketidak
sesuaian maka perlu diadakan perbaikan.
17
Tahap keempat ialah merancang penulisan. Tahap ini
hendaknya dijelaskan pada rancangan penulisan walupun tidak
dilakukan secara rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus
diperkirakan secara tepat karena akan menjadi pegangan dalam
menyelesaikan secara keseluruhan penulisan selanjutnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka tahap-tahap penulisan yang
akan dilaksanakan adalah mulai dari penyerahan surat perizinan
penulisan kepada pengasuh. pondok pesantren an-nur klego,
candirejo, tuntang, semarang. Setelah melewati proses tadi barulah
penulis bisa melaksanakan observasi, melakukan wawancara
dengan responden dan mengumpulkan hasil dokumentasi
sebagaimana yang telah direncanakan.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya
sebagai berikut: Bagian muka yang berisi tentang: Halaman Judul, nota
pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
Bagian Isi yang terdiri dari:
Bagian Pertama yaitu pendahuluan, dalam bab ini berisi tentang
Latar Belakang, Fokus Penelitian , Tujuan Dan Manfaat Penelitian,
Definisi Operasional, Peneliti Terdahulu, Metode Penelitian Dan
Sistematika Penulisan Skripsi. Bagian kedua yaitu landasan teori, yang
18
berisi tentang definisi konsep takzir, kedisiplinan santri, dan mengenai
pengertian pondok pesantren. Bagian ketiga yaitu paparan data dan
temuan peneliti, merupakan gambaran umum tentang gambaran di pondok
pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang yang meliputi
Sejarah Pondok Pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang,
Semarang.Visi, Misi dan Tujuan, Stuktur Organisasi Pondok Pesantren
An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang program kegiatan serta
sarana-prasarana Pondok Pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang,
Semarang keadaan guru (ustadz), pengurus, pengasuh dan santri serta
temuan data penelitian. Bagian keempat yaitu analis, kemudian dalam bab
IV membahas mengenai analisis data yang meliputi : konsep dalam
penerapan takzir dalam meningkatkan kedisiplinan santri pada santri
pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang tahun
2017-2018. Bagian kelima yaitu akan diuraikan mengenai kesimpulan dan
saran. Sedangkan bagian akhir skripsi ini berisi tentang lampiran-
lampiran yang mendukung isi dari skripsi, daftar riwayat pendidikan
penulis, kemudian daftar pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
19
A. Ta’zir
1. Pengertian Ta’zir
Dasar diterapkannya ta’zir terdapat dalam firman Allah SWT
diantaranya
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya)
untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya
hamba-hambaNya (QS. Fushilat: 46).
Ayat diatas Allah memberi pelajaran kepada manusia
bahwa setiap manusia akan mendapat balasan dari setiap
perbuatannya. Baik atau buruk yang diterima sesuai pada perbuatan
yang telah dilakukan.
Dalam kamus fiqih, Secara bahasa kata “ta`zir” merupakan
bentuk masdar dari kata “`azzara” yang berarti menolak (Mujib,
1994:384). ta’zir secara etimologi yaitu dari kata “azzara” yang
berarti menolak dan mencegah sedangkan secara terminologi ta’zir
adalah hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa yang
hukumanya belum ditetapkan, jadi ta’zir atau hukuman yang
dimaksud merupakan hukuman yang bersifat mendidik. Jadi istilah
ta’zir biasanya dipakai dalam lingkup pondok pesantren, akan
tetapi pada dasarnya ta’zir berarti juga hukuman.
20
Menurut Purwanto (2000:186), hukuman adalah
penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh
seseorang (guru, orang tua, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu
pelanggaran, jadi hukuman adalah suatu perbuatan dimana kita
secara sadar dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain,
baik dari segi kejasmanian maupun segi kerohanian. Menurut
Kartono (2001:261), hukuman adalah perbuatan yang secara
intensional diberikan sehingga menyebabkan penderitaan lahir
batin, diarahkan untuk menggugah hati nurani dan penyadaran si
penderita akan kesalahannya. Jadi, hukuman adalah suatu tindakan
yang diberikan secara sengaja oleh seseorang (guru, orang tua,
ustadz dan lainnya) kepada (siswa, anak, santri, dan lainnya)
dengan tujuan menyadarkan diri dari kesalahan, mendidik agar
baik dari segi kejasmanian maupun segi kerohanian.
Sementara ta’zir menurut masyarakat dipahami sebagai
hukuman. Hukuman yang dimaksud merupakan hukuman yang
bersifat mendidik, karena itu hukuman tersebut harus mengandung
unsur-unsur pendidikan. Dalam hal ini tentu berbeda antara
hukuman dari Allah kepada hambanya dan hukuman khusus yang
dikeluarkan negara kepada rakyatnya dengan hukuman yang
diterapkan orang tua dalam keluarga dan para pendidik dalam
dunia pendidikan. (Ulwan, 2003: 311).
21
Sedangkan ta’zir dalam istilah psikologi adalah cara yang
digunakan pada waktu keadaan yang merugikan atau pengalaman
yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh seseorang yang
dengan sengaja menjatuhkan orang lain. Secara umum disepakati
bahwa hukuman adalah ketidaknyamanan (suasana tidak
menyenangkan) dan perlakuan yang buruk atau jelek.
2. Jenis Ta’zir di Pondok Pesantren
Hukuman (ta’zir) secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2
yaitu hukuman fisik dan non fisik. Namun demikian, hukuman dalam
bentuk apapun tujuannya lebih mengarah kepada psikis atau agar santri
menyadari kesalahan yang telah diperbuat bukan karena rasa sakit
yang ditimbulkan oleh hukuman. Menurut Mamiq (2012:46), pada
dasarnya hukuman itu ada dua yaitu: hukuman langsung dan hukuman
tidak langsung. Hukuman langsung ini merupakan tindakan yang
langsung diberikan kepada santri setelah memunculkan perilaku
negative, sedangkan hukuman tidak langsung merupakan hukuman
yang tidak secara langsung diarahkan sebagai bentuk hukuman kepada
santri, tetapi lebih bersifat sindiran, bahan renungan, dan sumber
pelajaran bagi santri.
Menurut Purwanto (2000:189), Hukuman dibedakan menjadi
dua macam
22
1) Hukuman preventif, yaitu hukuman yang dilakukan dengan
maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Hukuman ini
bermaksud agar mencegah jangan sampai terjadi pelanggaran
sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran itu dilakukan.
2) Hukuman represif, yaitu hukuman yang dilakukan oleh karena
adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi,
hukuman ini dilakukan setelah terjadi pelanggran atau kesalahan.
Bentuk hukuman dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Hukuman Isyarat
Hukuman ini cukup dilakukan dengan cara pandangan
mata,gerakan anggota badan dan sebagainya. Setiap santri
memiliki pembawaan dan latar belakang yang berbeda, maka
dari itu sebaiknya jika memberikan hukuman disesuaikan dengan
karakter masing-masing anak.Sebagian anak ada yang cukup
dengan diberi isyarat sebagai tanda kalau dia salah, misalnya
dengan kedipan mata.
2) Hukuman Perkataan
Hukuman ini diberikan dengan cara memberikan teguran,
perhatian dan ancaman.Hukuman dapat diberikan dengan nasehat
yang jelas dan tegas kepada santri yang melanggar peraturan
pondok pesantren.
3) Hukuman Perbuatan
23
Hukuman ini diberikan dengan cara memberikan tugas
kepada santri yang melakukan pelanggaran, misalnya bersih-
bersih lingkungan pondok, hafalan dan lainnya.
4) Hukuman Badan
Hukuman ini diberikan dengan cara menyakiti badan
santri, baik dengan alat maupun tidak. Hukuman ini terpaksa
dilakukan karena jika menghukum dengan cara yang lembut
tidak mampu menyadarkan anak yang melakukan kesalahan.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
bentuk ta’zir di pondok pesantren adalah yang pertama hukuman
berupa isyarat yaitu hukuman yang diberikan kepada santri
dengan menggunakan isyarat anggota tubuh, hukuman ini
termasuk dalam tingkat hukuman paling ringan dan hukuman
langsung. Yang kedua yaitu hukuman melalui perkataan yaitu
hukuman yang diberika kepada santri dalam bentuk ucapan baik
itu nasehat, teguran, ancaman dan termasuk hukuman langsung.
Yang ketiga hukuman perbuatan yaitu hukuman yang diberikan
kepada santri dalam bentuk tugas seperti tugas menghafal surat
pendek, membersihkan halaman pondok pesantren. Yang
keempat hukuman badan yaitu hukuman yang diberikan kepada
santri dengan cara menyakiti badan atau anggota tubuh santri,
hukuman ini termasuk hukuman yang paling berat dan terpaksa
24
dilakukan karena dangan cara hukuman yang lain tidak dapat
menghentikan pelanggaran yang dilakukan santri
Beberapa uraian tentang pengertian ta’zir di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa ta’zir merupakan hukuman yang
bersifat memberikan pengajaran terhadap perbuatan seseorang.
Pelaksanaan hukuman ta’zir ini diserahkan kepada orang yang
mempunyai kekuasaan yang akan menjatuhkan hukuman. Dalam
hal ini, orang yang mempunyai kekuasaan (guru, ustadz, orang
tua, kyai) memiliki kebebasan untuk menetapkan hukuman ta’zir
kepada pelanggar aturanpondok pesantren. Pemberian ta’zir ini
adalah untuk mengatur kehidupan secara tertib dan
mengantisipasi berbagai hal yang tidak diinginkan.
3. Tujuan Ta’zir di Pondok Pesantren
Praktik ta’zir atau hukuman sebenarnya sudah lama dikenal,
dan hukuman akan terus mengalami perubahan karena adanya
pergantian zaman dan peralihan dari satu generasi ke generasi lain,
ditambah dengan kegiatan dan kebutuhan manusia yang semakin
kompleks. Tujuan kita menghukum adalah hendak mencegah dan
menjerakan agar tidak mengulangi kesalahan. Hukuman itu ada
tingkatannya, mulai dengan cara yang halus dan ringan, sampai
dengan cara yang keras dan berat. Menurut Abdullah Nashih Ulwan
bahwa: “Sanksi ini bertahap mulai dari peringatan keras, dipukul,
dipenjarakan dan seterusnya. Sanksi ini bertahap sesuai dengan
25
perbedaan usia, budaya dan kedudukan seseorang”. Diantaranya ada
yang cukup dengan nasehat, ada yang jera dengan dipukul dan
sebagainya sesuai individu masing-masing.
Menurut Mamiq (2012:48), hukuman akan positif sifatnya,
apabila pelaksanaannya berlangsung bijak dan mengandung tujuan
sebagai berikut :
1) Untuk memperbaiki individu santri yang bersangkutan agar
menyadari kekeliruannya, dan tidak akan mengulanginya lagi.
2) Melindungi santri agar dia tidak melanjutkan pola tingkah laku
yang menyimpang, buruk, dan tercela.
3) Sekaligus juga melindungi santri lain dari perbuatan salah (nakal,
jahat, asusila, kriminal, abnormal, dan lain-lain).
Jadi salah satunya kedisiplinan yang dipandang berperan dalam
kesuksesan individu. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat
tercapai peningkatan kehidupan manusia kearah yang sempurna.
(Ermia 2016:5).
4. Prosedure Memberikan Ta’zir di Pondok Pesantren
Menurut Mamiq (2012:48), prosedur standar memberikan ta’zir
antara lain:
1) Jenis hukuman yang diberikan harus disepakai diawal antara
pengurus dengan santri.
26
2) Jenis hukuman yang diberikan harus jelas sehingga santri dapat
memahami dengan baik konsekuensi kesalahan yang ia lakukan.
3) Hukuman harus dapat diukur sejauh mana efektivitasnya dan
keberhasilannya dalam mengubah perilaku anak.
4) Hukuman harus disampaikan dengan cara yang menyenangkan,
tidak disampaikan dengan cara menakutkan, apalagi memunculkan
trauma berkepanjangan.
5) Hukuman tidak berlaku jika ada stimulus diluar control. Misalnya
santri melakukan kesalahan yang ia tidak diketahui karena
sebelumnya belum disepakati sebelumnya.
6) Hukuman segera diberikan jika perilaku yang tidak diinginkan
muncul. Sedangkan Menurut Arief (2002:131), mengaplikasikan
ta’zir antara lain:
1) Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, kasih, dan
sayang.
2) Harus didasarkan kepada alasan “keharusan”.
3) Harus menimbulkan kesan di hati anak.
4) Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada santri.
5) Diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur
pemberian hukuman adalah hukuman harus disepakati oleh pegurus
dan santri, pemberian hukuman harus jelas agar santri memahami
hukuman yang akan diterima jika melanggar peraturan, hukuman
27
disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan, hukuman harus
segera diberikan jika ada santri yang melanggar peraturan, hukuman
tetap harus bermakna edukasi dan dalam jalinan cinta kasih, hukuman
harus menimbulkan keinsyafan di hati santri agar tidak mengulangi
pelanggaran peraturan pondok pesantren.
5. Dampak Pemberian Ta’zir di Pondok Pesantren
Menurut Mamiq (2012:41) dampak dari menghukum anak ada
4 yaitu:
1) Reaksi emosi negatif bagi santri yang dihukum, ia akan memiliki
rasa benci pada orang yang memberikan hukuman kepadanya,
apalagi jika hukuman itu diberikan dengan kekerasan, kebencian
santri pada pengurus bisa berlangsung lama.
2) Menyelesaikan masalah dengan tidak tepat karena hukuman
dengan kekerasan justru akan menambah masalah.
3) Kecanduan menghukum (negatif). Jika pengurus terlanjur
manggunakan cara-cara menghukum seperti itu, akan ada
kecenderungan untuk mengulang kembali cara tersebut, apalagi
jika mendapat penguatan dari lingkungan.
4) Dampak peniruan perilaku pada santri sehingga apa yang
didapatkan santri pada usia remaja akan cenderung terbawa ketika
menjadi dewasa kelak. Menurut Arief (2002:133), dampak dari
menghukum anak antara lain:
28
1) Akan membangkitkan suasana rusuh, takut, dan kurang percaya
diri.
2) Santri akan selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta akan
menyebabkan ia suka berdusta (karena takut dihukum).
3) Mengurangi keberanian anak untuk bertindak.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dampak
pemberian ta’zir adalah menimbulkan rasa benci, malas dan takut
santri terhadap pengurus pondok pesantren jika hukuman tidak sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukan, menyebabkan santri berdusta
atau beralasan karena takut dihukum, kecanduan dihukum karena
hukuman yang sudah biasa.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
diterapkannya ta’zir di pondok pesantren adalah untuk mewujudkan
dan membiasakan santri bertanggung jawab atas perilaku yang telah
dilakukan, untuk memperbaiki diri santri agar menyadari perilaku
salah tersebut dan tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, untuk
memberi pelajaran santri agar santri tidak melanggar peraturan
pondok pesantren dan untuk membimbing serta meningkatkan
kedisiplinan santri agar taat dan patuh mengikuti tata tertib pondok
pesantren serta melindungi santri dari perbuatan yang salah.
29
B. Kedisiplinan Santri
a. Kedisiplinan
Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”
(artinya: murid) yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela
mengikuti seorang pemimpin. Dalam hal ini, orang tua dan guru
merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari
mereka cara hidup sehingga mampu mencapai kebahagiaan yang
diharapkan, bahkan para ahli mengatakan bahwa dengan disiplin
berbagai kebutuhan dengan sendirinya dapat dipenuhi jika seseorang
telah membiasakan diri melakukan kegiatan dengan terencana, maka
ia akan mulai disiplin atau sudah mulai teratur dengan sendirinya ia
tinggal berlatih mematuhi rencana itu sendiri, seperti ketaatan atau
kepatuhan pada peraturan, tata tertib, dan disiplin juga berarti
rentetan peraturan atau latihan yang terencana dianggap perlu dan
penting untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Suharsimi Arikunto, disiplin mengandung
pengertian kepatuhan manusia dalam mengikuti peraturan atau tata
tertib, karena didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya,
Secara teoritis, kedisiplinan dibagi menjadi dua macam, pertama;
kedisiplinan yang ditegakkan berdasarkan kesadaran sendiri.Kedua;
kedisiplinan yang ditegakkan berdasarkan perintah atau ketentuan
yang ditentukan dari luar diri (Ma’arif, 2003: 129), untuk itu suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian
30
perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban, jadi konsep kedisiplinan yang
pertama pada dasarnya berhubungan erat dengan motivasi tindakan
etis berdasarkan kesadaran yang timbul dari nurani
sendiri.Sedangkan konsep kedua mempunyai korelasi dengan
motivasi tindakan etis berdasarkan tuntutan (yang mengandung
imbalan dan atau sanksi) yang datang dari luar diri.
a. Bentuk-bentuk disiplin
1. Disiplin dalam belajar
Proses pembelajaran di pesantren pada umumnya
terjadi sepanjang waktu setiap harinya, dari pagi dini hari
hingga tengah malam, tergantung materi yang diajarkan.
Aktifitas keseharian di pesantren biasanya dimulai menjelang
subuh dengan persiapan untuk berjamaah shalat subuh
bersama-sama. Kemudian dilanjutkan mengaji selesai shalat
subuh sampai malam sesuai dengan kelas atau tingkatannya
masing-masing. Pendidikan semacam ini berpengaruh besar
dalam kehidupan para santri (Bawani, 2004 : 99). Para santri
biasanya mengadakan muthalaah terhadap materi yang
diajarkan ustadz atau kyai, baik sebelum atau sesudah proses
pembelajaran atau pengajian. Cara belajar semacam ini
membantu pencapaian pemahaman para santri. Sementara ada
pendapat yang mengatakan bahwa cara belajar yang efisien
31
dan mendukung kedisiplinan belajar adalah dengan cara
belajar sungguh-sungguh selama-lamanya empat jam sehari
dengan teratur.
2. Disiplin dalam mentaati peraturan
Di lembaga pendidikan pesantren, disiplin sangat
ditekankan. Kemudian untuk menjamin kelancaran dan
ketertiban proses pendidikan, lembaga pondok pesantren
biasanya menyusun tata tertib yang berisi peraturan yang harus
ditaati oleh seluruh santri. Di samping mentaati peraturan
pondok pesantren, santri juga harus memahami dan mentaati
pola-pola kebudayaan pondok pesantren yang berlaku.
Untuk memahami budaya atau peraturan yang tidak
tertulis, para santri bisa melihat dari keteladanan yang
diberikan oleh para ustadz dan kyai, untuk kemudian teladan
yang baik itu akan selalu dilaksanakan dan selalu berusaha
untuk tidak melanggarnya. Adapun pada pondok pesantren
yang menjalankan disiplin secara permissive dan lebih banyak
memberikan kebebasan pun terdapat norma-norma yang harus
dipahami dan ditaati oleh semua pihak, misalnya seorang santri
tidak boleh bercakap-cakap atau mondar-mandir di dalam
kelas karena dapat mengganggu jalannya pelajaran (Nasution,
2007 : 68)
32
3. Disiplin dalam beribadah
Pada dasarnya beribadah kepada Alllas SWT
merupakan kewajiban mutlak bagi manusia. Hal ini
sebagaimana firman Allah:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak
menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. (QS.
Adz Dzariyat : 56-57)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa yang paling
utama harus dilakukan jin dan manusia adalah menyembah
Allah, menghamba kepada-Nya. Beribadah itu, menurut
pemikiran Muhammad Quthb sebagaimana dikutip oleh
Mahfud Junaedi, tidak terbatas hanya pada berbagai cara
peribadatan yang telah ditentukan, melainkan mempunyai
makna yang lebih menyeluruh dan luas sekali, meliputi
seluruh aktifitas dan bidang kehidupan, dan mencakup
seluruh perbuatan, rasa, dan karsa (Junaedi, 2010 : 100).
33
Meskipun setiap aktifitas manusia bisa maksudkan
untuk beribadah, namun dalam tulisan ini hanya akan
dibahas tentang ibadah shalat, Karena disamping shalat
merupakan pokok pangkal ibadah, juga amalan pertama
yang akan diperhitungkan di hari kiamat. Shalat merupakan
perbuatan seseorang yang beriman dalam situasi
menghadapkan wajahnya kepada sang Khaliq. Maka
manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan terus
menerus akan menjadi alat pendidikan rohani manusia yang
efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa, serta
memupuk pertumbuhan kesadaran. Demikian juga, dengan
melaksanakan shalat dengan penuh rasa kekhusukan akan
menjaga dari berbagai hal yang keji dan mungkar. Kalau
ditinjau dari segi disiplin, ibadah shalat merupakan
pendidikan positif yang menjadikan manusia dan
masyarakat hidup secara teratur. Sehubungan dengan hal ini
lah beribadah shalat sangat ditekankan di pesantren,
disamping ibadah-ibadah yang lain. Karena itu, wajar jika
santri di pondok pesantren diwajibkan untuk selalu
mengikuti shalat berjamaah dan tepat waktu.
b. Prinsip disiplin.
Dalam konteks ini, ada dua prinsip yang menjadi dasar
pendorong kedisiplinan, yaitu: 1) Sikap taqwa, yakni menjaga
34
diri dari perbuatan-perbuatan yang mempunyai konsekuensi yang
membahayakan atau memburuk. 2)Sikap istiqomah, yakni
sikap lurus, jujur serta konsisten dalam membela dan
melaksanakan suatu pendirian yang dipandang.
c. Tujuan disiplinan
Setiap manusia mempunyai tujuan tertentu dalam
melaksanakan sikap dan perbuatannya. Sedangkan tujuan dari
disiplin menurut adalah:
1) Pemerintahan atas diri.
2) Menaklukkan kuasa kemauan.
3) Perbaiki kebiasaana-kebiasaan.
4) Hancurkan benteng syetan.
5) Ajar menghormati orang tua dan ilahi.
6) Penurutan atas dasar prinsip, bukan paksaan.
Disiplin mempunyai tujuan yaitu mengembangkan suatu
keteraturan dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu
sasaran tertentu yang sekaligus membatasi cakrawalanya.
C. Santri
Pengertian santri adalah peserta atau murid yang tinggal dalam
pesantren untuk mempelajari kitab klasik. Menurut Wahid (2000: 130),
santri adalah orang yang sedang dan pernah mengenyam pendidikan
agama di pondok pesantren, menggali informasi ilmu-ilmu agama dari
35
Kyai-ulama (guru, teladan, uswah) selama dia berada di asrama atau
pondok pesantren.
Beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa santri adalah
sekelompok orang atau peserta didik yang sedang mengenyam pendidikan
di pondok pesantren untuk menggali informasi ilmu-ilmu agama dari kyai
selama tinggal di pondok pesantren.
Pendapat mengenai pengertian kedisiplinan dan pengertian santri
dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan santri adalah kemampuan untuk
membiasakan perilaku serta kegiatan santri atau orang yang tinggal di
asrama (pondok pesantren) mengenai segala yang ada di pondok pesantren
misalnya tata tertib pondok pesantren, peraturan pondok pesantren,
kegiatan yang berlangsung di pondok pesantren, dan cara mengajar ustadz
dan ustadzah dengan ketentuan yang telah ditetapkan dari awal.
D. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Menurut Nizar (2013:85), berasal dari bahasa Arab “funduq”
yang berarti hotel atau asrama, sedangkan pesantren berasal dari kata
santri yang mendapat awalan pe-dan akhiran –an yang berarti “tempat
tinggal para santri”. Terkadang juga di anggap sebagai gabungan kata
sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga
kata pesantren “tempat pendidikan manusia baik”.
36
Menurut Nizar (2013:85), mengatakan pesantren merupakan
lembaga pendidikan Islam tradisional yang tumbuh dan berkembang
di tengah-tengah masyarakat Muslim dan ikut terlibat langsung dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan telah memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan
di Indonesia.
Nizar menafsirkan pesantren atau pondok adalah lembaga yang
dapat dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem
pendidikan. Pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi
para pelajar yang jauh asalnya.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam non formal yang
memiliki ciri kekhasan tersendiri yaitu dengan pembelajaran
tradisional dan berbeda bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan
lainnya. Pondok pesantren ikut terlibat langsung dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mendidik manusia agar
berakhlak dan bermoral baik.
2. Unsur-unsur Pondok Pesantren
Nizar (2013:85), menyatakan, Adapun cir-ciri khas pondok
pesantren yang sekaligus menunjukkan unsur pondok pesantren yaitu:
1) Pondok
Istilah pondok diartikan juga dengan asrama. Pondok sebagai
tempat tinggal bersama antara kiai dengan para santri.Pondok secara
37
luas yaitu rumah untuk sementara waktu, tempat tinggal beberapa
keluarga, madrasah atau asrama. Sebuah pesantren mesti memiliki
asrama tempat tinggal santri dan kyai. Di tempat tersebut selalu terjadi
komunikasi antara santri dan kyai.
Di pondok seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan-
peraturan yang diadakan, ada kegiatan pada waktu tertentu yang mesti
dilaksanakan oleh santri. Ada waktu belajar, shalat, makan, tidur,
istirahat, dan sebagainya, bahkan ada juga waktu untuk ronda dan jaga
malam.
Ada beberapa alasan pokok sebab pentingnya pondok dalam
satu pesantren, yaitu: pertama, banyaknya santri-santri yang
berdatangan dari daerah yang jauh untuk menuntut ilmu kepada
seorang kyai yang sudah termashur keahliannya. Kedua, pesantren-
pesantren tersebut terletak di desa-desa di mana tidak tersedia
perumahan untuk menampung santri yang berdatangan dari luar
daerah. Ketiga, ada sikap timbal balik antara kyai dan santri, dimana
para santri menganggap kyai adalah seolah-olah orang tuanya sendiri.
Pondok bukan saja menjadi elemen yang paling penting dalam sebuah
pesantren tetapi juga merupakan penopang utama bagi pesantren
untuk dapat terus berkembang (Dhofier, 2003: 48).
2) Masjid
Masjid diartikan secara harfiah adalah tempat sujud karena
ditempat ini setidak-tidaknya seoarang muslim lima kali sehari
38
semalam melaksanakan shalat. Fungsi masjid tidak saja untuk shalat,
tetapi juga mempunyai fungsi lain seperti pendidikan dan lain
sebagainya. Di zaman Rasulullah masjid berfungsi sebagai tempat
ibadah dan urusan-urusan sosial kemasyarakatan serta pendidikan.
Suatu pesantren mutlak mesti memiliki masjid, sebab di situlah
akan dilangsungkan proses pendidikan dalam bentuk komunikasi
belajar mengajar antara kyai dan santri. Masjid sebagai pusat
pendidikan Islam telah berlangsung sejak masa Rasulullah,
dilanjudkan oleh Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Bani Umaiyah,
Abbasiyah, Fathimiyah, dan dinasti-dinasti lain.sabgaimana yang
dikemukakan oleh Zamakhsyari Dhofir bahwa keberadaan kaum
muslimin dimanapun mereka akan selalu menggunakan masjid
sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktifitas administrasi dan
kultur.Tradisi itu tetap dipegang oleh para kyai pemimpin pesantren
untuk menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan. Kendatipun pada
saat sekarang pesantren telah memiliki lokal belajar yang banyak
untuk tempat berlangsungnya peoses belajar mengajar, namun masjid
tetap difungsikan sebagai tempat belajar.
3) Pengajian Kitab Kuning
Materi pelajaran di pesantren hampir semuanya berupa buku-
buku berbahasa arab yang dikenal dengan kitab kuning, karena pada
umumnya kitab-kitab itu dicetak dengan memakai kertas yang
berwarna kuning. Selain istilah kitab kuning, sejumlah pihak juga
39
menyebutkan kitab klasik, kitab gundul (Suharto, 2011:120).Sistem
pendidikan pesantren lebih berorientasi pada pelajaran kitab-kitab
klasik dari kurikulumnya. Hal ini yang membedakannya dengan
lembaga pendidikan lainnya sehingga pengajaran kitab-kitab klasik ini
telah menjadi karakteristik yang merupakan cirri khas dari proses
pembelajaran di pesantren. Secara keseluruhan kitab-kitab klasik yang
diajarkan di pesantren dapat digolongkan menjadi delapan kelompok
yaitu nahwu (syintak), dan sorof, morfologi, fiqih, ushul fiqih, hadist,
tauhid, tasawuf dan etika dan cabang-cabang lain.
Menurut Nizar (2013: 176, kitab-kitab Islam Klasik yang lebih
populer dengan sebutan “kitab kuning”. Kitab-kitab ini ditulis oleh
ulama-ulama Islam pada zaman pertengahan. Kepintaran dan
kemahiran seorang santri diukur dari kemempuannya membaca, serta
mensyarahkan (menjelaskan) isi kitab-kitab tresebut. Untuk tahu
membaca sebuah kitab dengan benar, seorang santri dituntut untuk
mahir dalam ilmu-ilmu bantu, seperti nahu, syaraf, balaghah, ma’ani,
bayan dan lain sebagainya.
4) Santri
Santri adalah siswa atau peserta didik yang haus akan ilmu
pengetahuan yang dimilikioleh kyai yang memimpin sebuah pesantren
(Dhofir, 2011:23). Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri
ini dapat digolongkan kepada dua kelompok:
40
a) Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat
yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang ke
rumahnya, maka dia mondok (tinggal) di pesantren.
b) Santri kalong, yaitu siswa-siswa yang berasal dari daerah sekitar
yang memungkinkan mereka pulang ke tempat kediaman masing-
masing.
Di dunia pesantren biasa saja dilakukan seorang santri pindah
dari satu pesantren ke pesantren lain, setelah seorang santri merasa
sudah cukup lama di satu pesantren, maka dia pindah ke pesantren
lainnya. Biasanya kepindahan itu untuk menambah dan mendalami
suatu ilmu yang menjadi keahlian dari seorang kyai yang didatangi
itu. Pada pesantren yang masih tergolong tradisional, lamanya
santri bermukim di tempat itu bukan ditentukan oleh ukuran tahun
atau kelas, tetapi diukur darikitab yang dibaca. Seperti yang
diungkapkan terdahulu bahwa kitab-kitab itu ada yang bersifat
dasar, menengah dan kitab-kitab besar. Kitab-kitab itu, juga
semakin tinggi semakin sulit memahami isinya, oleh karena itu
dituntut penguasaan kitab-kitab dasar dan menengah sebelum
memasuki kitab-kitab besar (Galba, 2000: 53).
5) Kyai
Unsur kyai senantiasa tidak dapat dipisahkan dari eksistensi
pesantren karena awalnya keberadaan pesantren muncul dari peran
seorang kyai yang berjuang mengamalkan ilmu yang
41
dimilikinya.Sebagai salah satu unsure yang dominan dalam kehidupan
sebuah pesantren kyai mengatur irama perkembangan dan
kelangsungan kahidupan suatu pesantren dengan keahlian, kedalaman
ilmu, kharismatik dan keterampilannya.( Yasmadi, 2005:62). Menurut
Hasbullah (1996;49), kyai adalah tokoh sentral dalam satu pesantren,
maju mundurnya satu pesantren ditentukan oleh wibawa dan karisma
sang kyai.
Adapun dalam pengajarannya diberikan dalam bentuk:
a) Bandongan
Bandongan artinya belajar secara kelompok yang
diikuti oleh seluruh santri. Dalam metode ini sang guru atau
kyai atau ustadzah membacakan dan menjelaskan isi kitab,
sementara santri mendengarkan, dan memberi makna serta
memahaminya.
b) Sorogan
Sorogan, artinya belajar secara individual dimana
seorang santri berhadapan langsung dengan seorang guru,
terjadi interaksi saling mengenal diantara keduany. Metode
sorogan berbeda dengan metode bandongan, sorogan adalah
sistem yang menempatkan murid atau santri melakukan
pembacaan kitab kuning sesuai dengan tata cara dan tata
bahasa yang berlaku.
42
c) Halaqoh
Halaqoh, artinya diskusi untuk memahami isi kitab,
bukan untuk mempertanyakan kemungkinan benar salahnya
apa-apa yang diajarkan oleh kitab (Hasbullah 2003;52).
d) Hafalan
Hafalan (tahfidz) sebagai sebuah metode pengajaran,
hafalan pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang
bersifat nadhom (syair) bukan natsar (prosa). Metode ini
pada umumnyaterbatas pada ilmu kaidah bahasa Arab seperti
Imriti, Al-Fiyah Ibnu Malik dan lain sebagainya.
Adanya pesantren itu hidup dari rakyat, dan untuk
masyarakat, Sehingga tujuan pendidikan dan pesantren
merupakan jalan yang searah dan mempunyai tujuan yang
sama. Karena pesantren merupakan bagian dari lembaga
pendidikan.
43
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren An-Nur
1. Sejarah Perkembangan
Pondok Pesantren An-Nur yang terletak di Dsn. Klego Rt 03/
Rw 09, Ds. Candirejo, Kec. Tuntang, Kabupaten Semarang yang
didirikan oleh K. H. Mawahib Makmun pada tahun 1987. Yang dilatar
belakangi karena kondisi masyarakat sekitar Desa Candirejo yang pada
saat itu masih kurang dalam hal ilmu agama. Sebenarnya pertama kali
berdirinya PP An-Nur ini bermula dari seorang tokoh masyarakat yaitu
K. H. Ahmad Nur yang berperan penting dalam penyebaran Agama di
Desa Candirejo ini. Beliau mengadakan sebuah perkumpulan yang
didalamnya mempelajari ilmu Agama. Perkumpulan itu dilaksanakan
di sebuah gubug yang bertepat di sebelah timur PP An-Nur saat ini dan
hanya beberapa orang saja yang belajar agama di tempat itu.
Berjalannya waktu sampai pada saatnya K. H. Ahmad Nur meninggal
dunia. Kemudian K. H. Mawahib Makmun meneruskan Perkumpulan
itu dan untuk mengingat jasa-jasa beliau K. H. Mawahib Makmun dan
warga sekitar sepakat untuk mengingat jasa beliau mereka menjadikan
nama Nur itu sebagai sebuah nama Jalan Desa Candirejo, sebuah
Masjid yang berada di dekat sebuah tempat perkumpulan tersebut dan
juga dijadikan sebuah nama Pondok Pesantren yang dulunya itu
hanyalah sebuah perkumpulan. Yang kemudian dilanjutkan oleh K. H.
44
Mawahib Makmun. Namun pada tahun 2016, Kyai Mawahib
meninggal dunia dan pengasuhan pondok pesantren An Nur ini di
lanjutkan oleh putra Beliau yaitu Gus Ali Munabah. Kini banyak
mahasiswa IAIN Salatiga yang nyantri di pondok pesantren An- Nur.
Dari jumlah 5 santri pada awal tahun 2009, dan kini jumlahnya
menjadi 105 santri putra dan putri. Pondok Pesantren An- Nur masih
memegang teguh kesalafiyahan dan berkonsep pada kedewasaan dan
kesadaraan pada masyarakat, serta kegiatan pesantren.
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren
Yang dijadikan Visi dan Misi di dalam Pondok Pesantren An-
Nur diambil dari 11 ngendikane poro sesepuh Pondok Pesantren An-
Nur yang terdiri dari:
a. Sopo Weruh Ing Pamuji Persasat Sugih Pager wesi
b. Ketentremaning Batin Kuwi Gumantung Ing Roso Nerimo
c. Seng Rumongso Biso Ojo Rumongso Biso
d. Bondo Kuwi Mung Titipan
e. Pangkat Kuwi Mung Sampiran
f. Nyowo Kuwi Mung Gaduhan
g. Narimo Ing Pandum Titipan Ilallhi
h. Ajining Diri Gumantung Kedaling Lathi
i. Ajining Rogo Gumantung Ing Busono
j. Tumindak Kang Jujur Cinondro Budi Kang Luhur
k. Alang-Alang Dudu Aling-Aling Marganing kautamaan
45
2. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan pengelolaan pesantren secara teknis,
dibentuk kepengurusan yang keanggotaan diambil dari para santri
pondok pesantren putri sendiri yang terdapat dalam bagan sebagai
berikut:
Bagan 3.1
PENGURUS PONDOK PESANTREN AN-NUR
MASA KHIDMAT 2017/2018
PENGASUH
Gus Ali Munabah,S.Pd.I
PEMBIMBING
Afifatus dan Ana Wahibatul
PENASEHAT
Ibu Nyai Hj.Mutiah
KETUA : Sri Mulyani
S
SEKRETARIS
Falicha dan Ulia
SIE.
KEAMANAN
Anis Masruroh
Esti Makrufah
WAKIL KETUA : Desi Ratnasari
Desi Ratnasari
S
BENDAHARA
Suci dan Aliful Aina
SIE. KEBERSIHAN
Laila Ulfa
Ainunnajah Ully E.
Shofiatun A’yuni
SIE. KEGIATAN
Hidayatul Choir
Nur Awaliyah
Widhi Astuti
46
4. Sarana Prasarana
Sarana prasarana ini sangat penting untuk mewujudkan tujuan
pendidikan, yang berfungsi untuk memperlancar proses belajar
mengajar di pesantren. Dengan bertambahnya jumlah santri, maka
peningkatan sarana prasarana menjadi kebutuhan yang sangat penting.
Diantara sarana prasarana yang ada di pondok pesantren putri An-Nur
adalah sebagaimana dalam tabel berikut :
Tabel 3.1
Sarana dan Prasarana
Pondok Pesantren An-Nur Klego, Candirejo,
Tuntang, Semarang.
Tahun 2017-2018
NO Nama Barang Jumlah Keterangan
1 Gedung 1 2 Lantai
2 Kamar 14
3 Kantor Pengurus 1
4 Puskestren 1
5 Gedung Madrasah 1 2 Lantai
6 Perpustakaan 1
7 Dapur 1
8 Kamar Mandi 10
9 Almari Kantor 1
47
10 Almari Perpustakaan 1
11 Meja 2
12 Buku Induk 1
12 Alat Musik 1
13 Kipas angin 1
14 Dispenser 1
15 Mobil Pesantren 1
16 Masjid 1
17 Mading 1
18 Papan tulis 6
( sumber buku laporan kepengurusan Pondok Pesantren An-Nur ,2017-2018)
B. Sistem Pengajaran
Adapun dalam pengajaran di pondok pesantren An-Nur diberikan
dalam bentuk:
1. Bandongan
Bandongan artinya belajar secara kelompok yang diikuti oleh
seluruh santri(Hasbullah1996:51). Dalam metode ini sang guru atau
kyai atau ustadzah membacakan dan menjelaskan isi kitab, sementara
santri mendengarkan, dan memberi makna serta memahaminya.
2. Sorogan
Sorogan, artinya belajar secara individual dimana seorang santri
berhadapan langsung dengan seorang guru, terjadi interaksi saling
48
mengenal diantara keduanya(Hasbullah 1996:50). Metode sorogan
berbeda dengan metode bandongan, sorogan adalah sistem yang
menempatkan murid atau santri melakukan pembacaan kitab kuning
sesuai dengan tata cara dan tata bahasa yang berlaku.
3. Halaqoh
Halaqoh artinya diskusi untuk memahami isi kitab, bukan untuk
mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-apa yang diajarkan
oleh kitab (Hasbullah 1996:52).
4. Hafalan
Hafalan (tahfidz) sebagai sebuah metode pengajaran, hafalan
pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang bersifat nadhom
(syair) bukan natsar (prosa). Metode ini pada kegiatan belajar santri
An-Nur dibawah bimbingan pengawasan seorang kyai atau ustadz,
biasanya digunakan ketika belajar tajwid, hadits dan nahwu.
C. Kegiatan secara Umum yang Wajib Diikuti oleh Santri
Semua santri baik putra maupun putri diwajibkan mengikuti
kegiatan yang telah ditentukan oleh pondok pesantren. kegitan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Shalat berjama’ah
Santri yang sedang berada di pesantren diwajibkan mengikuti
shalat berjama’ah yang dilaksanakan di pondok pesantren.
49
2. Mengaji Al-Qur’an
Kegiatan mengaji Al-Qur’an yang wajib diikuti oleh para santri
putri dilaksanakan dua kali setiap harinya, yakni pengajian Al-Qur’an
di pagi hari dan sore hari yang dibimbing oleh Bu Afif atussaniyah,
dibantu dengan para asatidz yang dulunya alumni pesantren ini.
3. Mengikuti madrasah pesantren
Di samping mengikuti pengajian yang ada di pesantren, semua
santri pesantren diwajibkan mengikuti program pendidikan madrasah
diniyah yang diadakan oleh pondok pesantren. Kegiatan tersebut
terjadwal dalam tebel berikut :
Tabel 3.2
Jadwal Madrasah Diniyah
Pondok Pesantren An-Nur Klego, candirejo,
Tuntang, Semarang.
Tahun 2017-2018
Kelas wusto 1
No Hari Pelajaran Nama Asatid
1 Senin Aqidatul Awam Gus Ali Munabah
2 Selasa Al- Qur’an Pak Alaik
3 Rabu Nahwu Pak Slamet Darmono
50
4 Kamis Safinatun Najah Bu Masnuatul Fadhilah
5 Jum’at Diba’an -
6 Sabtu Shorof Pak Slamet Darmono
7 Minggu Khitobah -
Tabel 3.3
Kelas wusto 2:
No Hari Pelajaran Nama Asatid
1 Senin Shorof Pak M. Taufik
2 Selasa Nahwu Pak M. Taufik
3 Rabu Fathul Qorib Pak Ahmad Nugroho
4 Kamis Al-Qur’an Pak Alaik
5 Jum’at Diba’an -
6 Sabtu Jawahirul Kalamiyah Bu Afifatus Tsaniyah
7 Minggu Khitobah -
Tabel 3.4
KELAS I,II,III,IV
HARI Kelas I A ULA Kelas II B
ULA
Kelas II
ULA
Kelas III
ULA
Kelas IV
ULA
SENIN B. ARAB AL-QUR’AN B.ARAB TARIH AKHLAQ
Sulastri Dani W Ana
wahibatul
Nur
Hidayat
Afifatus
Tsaniyah
SELAS
A
HAFALAN
DO’A
KHOT FIQIH FIQIH TAUHID
Yuliyono Masykur F Tarmizan Amin H Mahasin
51
RABU KHOT FASHALATA
N
ALALA AKHLA
Q
B.ARAB
Masykur F Nur Hadi Nur
Kholis
Masjudi Afifatus
Tsaniyah
KAMIS FASHALATA
N
B.ARAB TARIH
WALI
AQIDAH AL-
QUR’AN
Nur Hadi Afifatus
Tsaniyah
Masjudi Ana
wahibatul
Dani W
JUM’AT - - - AL-
QUR’AN
TARIH
- - - Dani W Nur
Hidayat
SABTU AL-QUR’AN HAFALAN
DO’A
AL-
QUR’AN
B. ARAB FIQIH
Khambali Yuliyono Dani W Slamet D Tarmizan
( sumber buku laporan kepengurusan Pondok Pesantren An-Nur
Tahun 2017-2018)
Keterangan:
Adapun kegiatan selain jadwal diatas diantaranya:
a. Sorogan Al- Qur’an dilakukan pada malam hari habis maghrib
b. Setiap Shubuh mengaji Durrotun Nasihin dan Fathul Qorib
c. Setiap selasa dan rabu sore bandungan Kitab Ushfuriyah
d. Setiap Sabtu dan minggu sore khusus santri Putri bandungan
kitab Uquddilijain
e. Pada hari minggu pagi ziarah ke makam dan selesai ziarah
bandungan kitab Qurrotul Uyun serta Daqoidul Akhbar khusus
santri putri.
52
D. Tata Tertib
Sebagai lembaga pendidikan, Pondok pesantren An-Nur
menerapkan peraturan – peraturan pondok pesantren yang wajib ditaati
oleh para santri. Peraturan ini berfungsi untuk melatih kemandirian dan
rasa tanggung jawab santri atas apa yang telah dilakukan.
Adapun tata tertib pondok pesantren An-Nur adalah sebagai
berikut :
a. Semua santri mengikuti jama’ah sholat 5 waktu, terutama sholat
Magrib, Isya’ dan Subuh.
b. Semua santri mengikuti kegiatan Ponpes dan Madin sesuai jadwal.
c. Semua santri mengikuti kegiatan mengaji selesai sholat subuh dan
sorogan.
d. Semua santri tidak boleh mandi pada waktu Magrib dan Subuh.
e. Semua santri bersalaman dengan Ustadz dan Ustadzah saat
bertemu.
f. Semua santri tidak boleh keluar Ponpes ketika menjelang magrib
(jam 17:30).
g. Semua santri tidak boleh keluar Ponpes lebih dari jam 9 malam ,
kecuali ada kegiatan yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan dan
melampirkan surat bukti.
h. Samua santri tidak boleh membuat kagaduhan di lingkungan
pondok melebihi jam 10 malam.
53
i. Semua santri dilarang mengikuti kegiatan diluar Ponpes, tanpa
seizin pengasuh dan pengurus.
j. Semua santri diperbolehkan izin pulang 1 bulan sekali dengan izin
pengurus yang diutamakan dan dilanjut izin pengasuh.
k. Semua santri diperbolehkan izin pulang maksimal 3 hari 2 malam
di rumah dalam satu bulan.
l. Bagi santri yang pulang telat ke Ponpes membayar uang sebesar
Rp. 10 .000 per harinya. Jika melebihi batas, maka santri harus
menerima konsekuennya.
m. Bagi semua Santri yang tidak izin pulang atau kabur, tanpa
sepengetahuan pengasuh dan pengurus, maka dikenakan denda
sebesar Rp. 15.000.
n. Semua santri harus menjaga kebersihan lingkungan pondok.
o. Semua santri tidak boleh menimbun piring dan barang-barang lain
disekitar kamar.
p. Semua santri putri (santriwati) memakai baju baju yang menutupi
aurat, tidak ketat dan tidak transparan, ketika mengikuti kegiatan di
Ponpes.
q. Semua santri putri (santriwati) wajib memakai jilbab, serta tidak
diperkenankan memakai celana ketat dilingkungan Ponpes.
r. Semua santri mengikuti kegiatan Ziarah kubur setiap hari minggu.
s. Semua santri tidak diperkenankan menyalakan motor disekitar
ndalem.
54
t. Semua bentuk perizinan lewat lurah pondok, seksi keamanan dan
pengasuh tanpa terkecuali.
u. Semua perizinan harus disertakan bukti (dokumentasi/surat)
E. Ketentuan Pemberian Ta’zir di Pondok Pesantren Putri An-Nur
Adapun ketentuan pemberian ta’zir dan jenis pelanggaran yang
diterapkan di pondok pesantren An-Nur putri adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Jenis Pelanggaran Dan Sanksi/ta’zir
Pondok Pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang.
Tahun 2017-2018
NO Pelanggaran Sanksi/ta’zir
1 Tidak mengaji 1x = menulis lafadz istighfar
500x
2x = menulis lafadz istighfar
1000x
Pelanggaran selanjutnya
bertambah 500 x
2 Tidak sholat berjamaah (
subuh, maqhrib, isya’)
1x : menulis lafadz surat Al-
Fatihah 100 x
2x : menulis lafadz surat Al-
fatihah 1000 x
Pelanggaran selanjutnya
bertambah 250x
3 Tidak mengikuti tahlilan Membaca yasin dan ar-rohman
4 Tidak ikut diba’an Menbaca diba’an di depan
masjid setelah selesai kegiatan
55
5 Tidak membawa kitab al
berjanji (saat kegiatan)
Meminta izin kepada seksi
kegiatan
6 Tidak mengikuti mujahadah Membaca yasin di depan
masjid
7 Tidak mengikuti ziarah kubur Membaca yasin di depan
ndalem
8 Tidak mengikuti khitobah Hafalan nadzoman (sesuai
dengan kelasnya)
9 Tidak melaksanakan ro’an
(kerja bakti)
Denda Rp.3000
10 Tidak melaksanakan piket Denda Rp.3000
11 Pulang tanpa keterangan Membayar denda Rp.15.000
12 Pulang melebihi waktu yang
ditentukan (3 hari 2 malam)
Membayar denda Rp. 5000
perhari
13 Keluar dari pondok setelah
jam 10 malam
Menemui bagian keamanan
untuk dipertanggung jawabkan
14 Berboncengan selain mahrom Berdiri di depan ndalem 2 jam
(memakai plat sesuai dengan
kesalahan yang dilakukan)
15 Mengikuti kegiatan organisasi
tanpa izin
menulis lafadz istighfar 500x
15 Melakukan kesalahan
berulang-ulang
Masuk pasal 1,2,3
( sumber buku laporan kepengurusan Pondok Pesantren An-Nur tahun 2017-
2018)
56
F. Temuan Penelitian
1. Implementasi ta’zir yang diterapkan oleh pengurus di pondok
pesantren An-Nur putri.
Implementasi ta’zir yang dilakukan di pondok pesantren tersebut
yang pertama hukuman harus disepakati oleh jajaran pengurus, santri
serta pengasuh dan yang kedua bemberian ta’zir kepada santri yang
telah melanggar harus jelas sehingga santri dapat memahami dengan
baik konsekuansi kesalahan yang ia lakukan. Dan yang ketiga
pemberian ta’zir sesuai dengan kadar atas kesalahanya dan yang
keempat pemberian ta’zir harus didasari dengan jalinan rasa kasih dan
sayang sehingga terwujudnya suatu kelembagaan yang diinginkan
kedepannya nanti.
Seperti yang telah dituturkan oleh Ibu Afif (25/10/2017: 20.20-20.33).
“Untuk metode yang kami terapkan disini mengunakan sistem
secara bertahab dalam menangani santri, yaitu semua santri akan
dipantau oleh penanggung jawab masing-masing kamar, jadi satu
kamar mempunyai petugas untuk mengabsen temannya dari semua
kegiatan yang dilaksanakan disini , dari kegiatan sholat jama’ah,
mengaji, piket masak, piket kebersihan dan kegiatan rutinan itu nanti
semua ada absen sendiri-sendiri semua pelanggaran yang di langgar
bagi mereka, dan bagi yang melanggar mereka akan ditindaklanjuti
seminggu setelah pelanggaran di lakukan meraka akan menerima
hukuman sesuai dengan kadar ta’zir yang sudah di tetapkan, namun
ada juga santri yang selalu acuh tak acuh istilahnya continue. terus
menerus melakukan pelanggaran. la itu biasanya yang sudah, bahkan
sering terjadi seketika pengurus tidak mampu menganinya,,mereka
menyerahkan kepada kita, istilahnya diserahkan ke pihak selanjutnya”
Untuk metode pelaksanaan atau pemberian ta’zir kepada santri
yang telah melanggar akan di tindak lanjuti secepat mungkin dari
57
pihak yang bersangkutan, atau seminggu setelah melanggar dan
hukuman juga harus diukur sejauhmana efektifitas dan keberhasilanya
untuk mengubah perilaku santri. Seperti yang disampaikan oleh mbak
esti selaku pengurus di pondok pesantren An-Nur putri (22/11/2017:
15.00-15.16) di kamar pengurus:
“Metode pelaksanaan bagi santri yang melanggar akan di tindak
lanjuti oleh bidang kegiatan masing-masing, metode yang pengurus
jalankan ada dua yang pertama jika mereka melanggar dalam bidang
ubudiyah akan ditindak lanjuti seminggu setelahnya dan yang kedua
jika mereka melanggar pelanggaran non ubudiyah mereka akan
disidang oleh bidang keamanan terlebih dahulu sebelum terkena
ta’ziran, mereka dipanggil untuk ditanya sesuai dengan pelanggaran
yang mereka langgar, sampai santri Dalam kurun waktu kurang lebih
satu minggu. Karena program dari awal sebelum dijankan adanya
ta’zir dari pihak kepengurusan, pengasuh maupun pihak santri sendiri
kita sudah mengadakan sosialisasi bersama, dan jenis hukumanyapun
diberikan harus jelas sehingga santri dapat memahami dengan
konsekuensi dari kesalahan yang mereka lakukan dan bahkan ketika
ada santri baru mereka dari awal sudah diberitahu untuk tata tertib dan
semua kegiatan-kegiatan yang nantinya akan mereka wajib dijankan
pada santri disini”
2. Dampak positif bagi santri dalam penerapan ta’zir di pondok
pesantren An-Nur, Klego, Candirejo, Tuntang Semarang.
Setelah penerapan ta’zir diperlakukan banyak sekali perubahan
dalam kegiatan belajar mengajar, mentaati peraturan, serta disiplin
dalam kegiatan beridahan kepada Allah SWT. dan membentuk
perilaku santri sesuai dengan kodratnya sebagai santri. Seperti yang
telah dituturkan oleh Ibu Afif (25/10/2017: 20.20-20.33).
“Harapan saya sebagai penasehat untuk disiplin banyak sekali
perubahanya setelah diadakan ta’zir semisal disiplin waktu, disiplin
belajar, disiplin dalam hal kegiatan yang menyangkut tata tertib
pondok itu harapan saya sebagai pengasuh disini, seketika santri sudah
waktunya sholat pengurus tidak harus memerintahkan sebagaimana
58
mestinya, namun mereka bisa jalan dengan sendirinya dengan tertib,
ketika sudah waktunya madrasah ataupun kegiatan malam sudah mulai
berjalan maka ketika bel berbunyi mereka langsung pada lari dan lebih
mempunyai kesadaran sendiri-sendiri dan langsung masuk dikelasnya
masing-masing tanpa pengurus manggil per kelas masing-masing,
biasanya begitu sebelum diadakanya penegasan ta’zir disini mbak, jadi
dengan sendirinya mereka mempunyai kepekaan terhadap aturan yang
ada, dan juga masalah perpulangan mereka dengan tertib masuk
pondok sesuai kesepakan dari awal, bahkan dalam kegiatan non
ubudiyah pun meraka lebih giat dalam menjalankan tugasnya”
Dalam perubahan kedisiplinan santri, seiring dengan berjalanya
suatu penegasan ta’zir yang dilakukan oleh seksi keamanan
khususnya, mereka berharap semua santri disiplin dalam hal apapun,
serta kinerja kepengurusan menghasilkan suatu tujuan yang
diinginkan. Seperti yang disampaikan oleh mbak esti selaku pengurus
di pondok pesantren An-Nur putri (22/11/2017: 15.00-15.16) di kamar
pengurus:
“Untuk disiplin banyak sekali perubahanya setelah diadakan
ta’zir semisal sudah waktunya sholat pengurus tidak harus mengoyak-
oyak mereka bisa jalan dengan sendirinya, selanjutnya ketika sudah
waktunya madrasah ketika bel berbunyi mereka langsung pada lari
dan lebih antusias langsung masuk dikelasnya masing-masing tanpa
pengurus manggil per kelas masing-masing jadi dengan sendirinya
mereka mempunyai kepekaan terhadap aturan yang ada, dan juga
masalah perpulangan mereka dengan tertib masuk pondok sesuai
kesepakan dari awal, bahkan dalam kegiatan non ubudiyah pun
meraka lebih giat dalam menjalankan tugasnya”
Dampak perubahan kedisiplinan yang begitu kelihatan yaitu
pada kegiatan secara umum pondok pesantren dan kegiatan yang harus
wajib diikuti oleh semua santri dan sampai masalah perpulangan santri
sudah bisa dikatakan tertib dalam mentaati peraturan, maka penegasan
ta’zir itu sangat penting bagi santri untuk meningkatkan ketertiban
59
secara umum. Jawaban yang hampir sama dengan pendapat santri
satu, (22/11/2017: 10.22-10.33) di kamar santri.
“Perubahannya banyak sekali, yang pertama saya lebih tertib
dalam menjalankan semua kegiatan yang telah ditentukan, yang kedua
saya lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu yang menyebabakan
suatu pelanggaran yang masuk ketetapan ta’zir di pondok . Dan yang
ketiga saya baru sadar bahwa hidup tertib itu lebih tenang
dibandingkan kalau kita melanggar sesuatu”
Dan juga jawaban lain yang hampir sama dari santri mengenai
peningkatan ataupun perubahan kedisiplinan setelah penegasan ta’zir
dilakukan. (22/11/2017: 10.22-10.33) di kamar santri.
“Menurut saya kegiatan berjalan 90% setelah adanya peraturan
baru yaitu penegasan ta’zir, semua santri rata-rata mempunyai
berubahan sendiri-sendiri, dan masih juga ada santri yang melanggar
namun tidak begitu banyak seperti dulu,dan bedanya sekarang dengan
sebelum adanya ta’ziran sangat begitu banyak. yang kelihatan adalah
dari kegiatan, sholat berjamaah, mengaji sorogan, masalah kepulangan
serta piket harian karena juga terdorong dari tindakan kepengurusan
yang sekarang semakin tegas”.
60
BAB IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
C. Implementasi Ta’zir Di Pondok Pesantren An-Nur Klego, Candirejo,
Tuntang, Semarang Tahun 2017-2018.
Implementasi Ta’zir itu sejalan dengan tujuan utama didirikannya
pondok pesantren yaitu untuk membantu serta mewujudkan harapan para
orang tua agar anaknya mampu berproses menjadi orang yang baik,
pesantren menyiapkan serangkaian aturan-aturan yang berupa norma-
norma kehidupan yang islami. Penerapan hukuman ta’zir menjadi bagian
dalam pelaksanaan aturan-aturan tersebut untuk membawa santri ke arah
perbaikan dalam menjalankan semua kegiatan di pondok pesantren dan
pengarahan diri serta meningkatkan kesadaran atas diri santri agar lebih
baik nantinya. Sehingga santri yang melakukan pelanggaran terhadap
norma-norma yang ada akan mendapatkan sanksi berupa ta’zir oleh
pengurus maupun pengasuh. Dengan demikian dipahami bahwasanya
ta’zir berfungsi sebagai motifasi pada diri santri. Santri akan selalu
berupaya menghindari perbuatan yang membawa mereka pada kesalahan
dan selalu mengadakan intropeksi pada diri santri sehingga akan timbul
rasa sadar akan konsekuensi dari segala aktifitas yang dilakukan. Seperti
yang dituturkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren (25/10/2017: 20.20-
20.33) di ruang tamu:
61
“Tujuan diadakan penerapan ta’zir di pondok pesantren An-Nur
yaitu pertama untuk mendisiplinkan santri, dalam hal kegiatan maupun
mentaati peraturan yang ada, dimana latar belakang pola kehidupan
santri rata-rata dari kalangan mahasiswa. dan dari gejolak semua
kegiatan disini santri pada umumnya harus ada penegasan dari semua
jenis kegiatan, mereka belum bisa menyesuaikan dengan kondisi dan
situasi. Dan yang kedua dengan adanya ta’zir pengasuh bermaksud
agar santri mempunyai koreksi pada diri mereka agar bisa melatih
tanggung jawab mereka sebagai santri. Yang ketiga dengan adanya
ta’zir pengasuh bermaksud agar santri melatih kesadaran serta melatih
kedewasaan agar mereka bisa hidup disiplin .”
Di pondok pesantren An-Nur putri dikenal ada beberapa bentuk
atau jenis ta’zir yang di terapkan, yaitu:
1. Hukuman yang berupa denda bagi santri yang terlambat kembali ke
pondok pesantren setelah kepulangan dari rumah, atau santri yang
pulang tanpa keterangan yang jelasdan tidak melaksanakan piket
harian ataupun kerja bakti bersama (roan).
2. Hukuman yang berupa peningkatan kapasitas seperti menulis
lafadz istiqhfar, surat Al- Fatihah serta membaca surat yasin dan
Ar-rohman, serta menghafal bait nadhoman.
3. Hukuman yang bersifat fisik seperti menyapu, mengepel lantai
rumah kyai, mengepel masjid serta lingkup pondok tersebut.
4. Hukuman verbal seperti menegur, meminta santri membuat surat
pernyataan dan membacakannya di depan masjid atau dihalaman
pondok pesantren.
Peryataan tersebut seperti yang telah disampaikan oleh
mbak esti selaku pengurus di pondok pesantren An-Nur putri tersebut
(22/11/2017: 15.00-15.16) di kamar pengurus:
62
“Jenis ta’zir terdiri dari hukuman denda (uang) yang harus
mereka tebus. sesuai dengan kategori pelanggaran dengan jenis
ubudiyah dan non ubudiyah semisal masalah perpulangan, piket
rutinan pondok, roan bersama dan lain-lain dan hukuman badan (fisik)
ataupun tindakan misalnya bersih-bersih lingkungan pondok, ndalem
bu nyai, lingkungan pondok pesantren, serta hafalan nadhoman dan
surat-surat pendek”
Jadi menurut peneliti dari keterangan tersebut, dipahami bahwa
ternyata ta’zir dapat memberikan dorongan bagi santri untuk
senantiasa tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang membawa
pengaruh kurang baik bagi dirinya misalnya bolos ngaji, keluar pergi
pondok seenaknya, tidak melaksanakan piket kebersihan dan
bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma islam serta budaya
tata tertib dilingkungan pondok pesantren tersebut.
Untuk pelaksanaan hukuman pada umumnya, dilakukan akibat
adanya perbuatan yang melanggar suatu peraturan. Hukuman tersebut
dimaksudkan untuk membuat jera atau menghukum orang yang
melakukannya. Namun tidak demikian hukuman di pondok pesantren
An-Nur putri melainkan, hukuman dimaksudkan sebagai upaya
mendidik santri, seperti layaknya seorang kyai mendidik atau
mengajar santrinya. Oleh karena itu hukuman di pondok pesantren
lebih disebut dengan istilah ta’zir serta, penerapan ta’zir di pondok
pesantren An-Nur putri bertujuan untuk melatih kedisiplinan santri
dengan menetapkan sebuah aturan yang diiringi dengan ta’zir sebagai
pengingatnya. Ta’zir mempunyai peran untuk mengatur tingkah laku
santri dan mendidiknya menjadi lebih baik, sama pentingnya dengan
63
peraturan atau tata tertib itu sendiri. Apabila santri melakukan
kesalahan dan pesantren tidak menerapkan ta’zir, maka santri akan
cenderung berperilaku kurang baik, tanpa aturan serta kegiatan belajar-
mengajar di pondok pesantren kurang terkendali karena tidak ada
yang mengendalikannya.
Untuk menjamin terlaksananya tujuan pendidikan kedisiplinan
santri yang telah direncanakan tersebut, pondok pesantren An-Nur
putri memiliki konsep tersendiri dalam meningkatkan disiplin tersebut.
Salah satu cara perencanaan tersebut adalah melewati pengasuhan
santri dan kepengurusan pondok pesantren menetapkan sebuah
peraturan atau penegasan (ta’zir). Bahwasanya sebuah penegasan
peraturan di pondok tersebut merupan usaha yang dilakukan oleh
pengasuh disebuah pondok pesantren tersebut untuk memelihara
perilaku santri agar tidak menyimpang dan dapat mendorong mereka
untuk berperilaku sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang berlaku
di pondok tersebut, karena untuk menciptakan suasana belajar
mengajar di pesantren yang tertib,penerapan disiplin belajar santri
menjadi menu wajib yang harus wajib diperhatikan oleh para pengasuh
dan pengajar santri agar terciptanya alumni-alumni yang memiliki
kepribadian unggul.
Menurut (munir, 2004:29) penerapan hukuman bagi pendidik
diperlukan kaidah-kaidah teoretis dan praktis secara langsung yaitu
dengan :
64
1) Jangan langsung menjatuhkan hukuman, kerena kuhuman yang
terlalu cepat dijatuhkan akan menyembunyikan kesalahan,
bukan meluruskan.
2) Jangan menghukum tanpa menyebutkan alasanya.
3) Jangan terlalu sulit dalam mengadili murid, sebab murid akan
memilih berbohong agar terhindar dari hukuman.
4) Jangan mengeluarkan murid dari kelas atau lembaga pendidikan,
sebab terkadang murid menjadi tidak terkontrol pendidikannya.
5) Jangan berteriak dan mencari agar anda tidak kelihatan
kepribadian yang lemah.
6) Jangan menjatuhkan hukuman badan, kecuali jika tidak ada
pilihan.
7) Jika hendak menghukum, jangan menggunakan tongkat, jangan
memukul wajah, dan jangan menyetil telinga.
8) Jangan menghukum atas kesalahan-kesalahan kecil.
9) Jangan sekali-kali mengancam murid, kecuali dalam keadaan
darurat.
Hukuman juga mengandung unsur-unsur pendidikan dengan
cara mengaplikasikan ta’zir antara lain: 1) Pemberian hukuman harus
tetap dalam jalinan cinta, kasih, dan sayang. 2)Harus didasarkan
kepada alasan “keharusan”. 3) Harus menimbulkan kesan di hati anak.
4) Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada santri. 5)
65
Diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan (Arief,
2002:131).
Seperti yang dituturkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren
(25/10/2017: 20.20-20.33) di ruang tamu:
“Untuk jenis hukuman sesuai pelanggaran yang mereka lakukan,
jenis peribadahan yaitu ubudiyah, kita hukum sesuai dengan yang
dilanggar, namun ketika mereka melanggar pelanggaran yang masuk
kategori non ubudiyah mereka juga menerima hukuman yang
setimpal”
Dapat disimpulkan bahwa prosedur pemberian hukuman adalah
hukuman harus disepakati oleh pegurus dan santri, pemberian
hukuman harus jelas agar santri memahami hukuman yang akan
diterima jika melanggar peraturan, hukuman disesuaikan dengan
pelanggaran yang dilakukan, sesuai kesepakatan yang telah tertera.
Karena disamping mendisiplinkan santri dalam hal kegiatan tujuan
ta’zir juga bisa menjadi koreksi bagi dirinya sendiri, serta
menumbuhkan kesadaran dan kedewasaan pada diri santri serta
melatih tanggung jawab atas perilaku yang diperbuat.
Adapun sistem penerapan ta’zir di pondok pesantren An-Nur
putri mempunyai khas tersendiri :
1. Pemberian ta’zir menggunakan sistem secara bertahab.
Menurut pendapat peneliti, hasil wawancara dari informan,
bahwa penegasan pemberian ta’zir dijalankan dari tahun ke tahun
semakin meningkat dan semakin dipertegas lagi sesuai pola
66
kehidupan santri serta semakin meningkatnya jumlah santri pada
pondok pesantren itu.
2. Pelaksanaan hukuman pada dasarnya akan ditindak lanjuti bagian
keamanan.
Pemberian ta’zir bagi santri yang melanggar akan
ditindaklanjuti seminggu setelahnya, dengan tujuan mereka(santri)
bisa mngeroreksi dirinya agar tidak mengulangi lagi dan tidak
menjadi virus bagi santri yang lain.
3. Antara pengurus dan pengasuh harus selalu mengadakan sosialisasi
atau RAKER (rapat kerja) mengenai kegiatan dan ketertiban di
pondok pesantren.
4. Semua penerapan ta’zir harus dilakukan secara contineu.
pada dasarnya sistem penegasan ta’zir diperlakukan dari
semua kegiatan yang ada di pondok pesantren putri, yang menjadi
dasar keberhasilan atau tidaknya dalam penerapan ta’zir untuk
meningkatkan disiplin santri, semua tergantung pengurus dan santri
dalam mengaplikasikannya.
5. Semua kegiatan santri mempunyai absen tertulis sendiri-sendiri.
Semua kegiatan baik madrasah malam, jama’ah sholat,
ngaji sorogan dan kegiatan rutinan akan di absen tertulis sesuai
koordinasi masing-masing kelas ataupun dari keamanan sendiri.
67
6. Pemberian ta’zir sesuai kadar pelanggran yang dilanggar santri.
Untuk pemberian ta’zir di pondok pesantren An-Nur putri
sesuai dengan pelanggaran santri, dalam kategori pelanggaran
yang bersifat ubudiyah (perbuatan yang bersangkutan dengan
perintah-perintah Allah) , dan non ubudiyah (perbuatan yang
bersangkutan dengan dunia). dengan tujuan untuk membawa santri
ke arah perbaikan dalam menjalankan semua kegiatan di pondok
pesantren dan pengarahan diri serta meningkatkan kesadaran atas
diri santri agar lebih baik nantinya.
7. Hukuman bersifat fisik yang diterapkan di pondok pesantren An-
Nur putri diantaranya adalah membersihkan aula putri,
membersihkan halaman pondok pesantren, mengepel lantai rumah
kyai atau pondok, dan lain-lain. Meskipun berupa hukuman fisik,
namun tetap diupayakan tidak membahayakan kondisi fisik para
santri.
8. hukuman non fisik berupa hukuman yang dimaksudkan untuk
mengupayakan pengembangan santri secara intelektual dan
spiritual. Hukuman non fisik tersebut bisa berupa menulis bait
nadhom sesuai tingkatannya (bisa nadhom jurumiyah imrithi,
maqsud), menulis istiqfar dan lafazd al-fatihah serta menulis surat
pernyataan dan membacakannya di depan pondok pesantren
dengan disertakan semua santri putra-putri.
68
Seperti informasi yang telah disampaikan oleh T selaku
pengurus di pondok pesantren An-Nur putri tersebut (22/11/2017:
15.00-15.16) di kamar pengurus:
“Metode pelaksanaan bagi santri yang melanggar akan di
tindak lanjuti oleh bidang kegiatan masing-masing, metode yang
pengurus jalankan ada dua yang pertama jika mereka melanggar dalam
bidang ubudiyah akan ditindak lanjuti seminggu setelahnya dan yang
kedua jika mereka melanggar pelanggaran non ubudiyah mereka akan
disidang oleh bidang keamanan terlebih dahulu sebelum terkena
ta’ziran, mereka dipanggil untuk ditanya sesuai dengan pelanggaran
yang mereka langgar, sampai santri Dalam kurun waktu kurang lebih
satu minggu. Karena program dari awal sebelum dijankan adanya
ta’zir dari pihak kepengurusan, pengasuh maupun pihak santri sendiri
kita sudah mengadakan sosialisasi bersama, dan jenis hukumanyapun
diberikan harus jelas sehingga santri dapat memahami dengan
konsekuensi dari kesalahan yang mereka lakukan dan bahkan ketika
ada santri baru mereka dari awal sudah diberitahu untuk tata tertib dan
semua kegiatan-kegiatan yang nantinya akan mereka wajib dijalankan
pada santri disini”
D. Dampak positif Penerapan Ta’zir terhadap santri yang diterapkan
oleh Pengurus Pondok Pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang,
Semarang Tahun 2017-2018
Setelah penerapan ta’zir di pondok pesantren An-Nur dijalankan,
banyak sekali dampak perubahan sikap disiplin santri yang menjadikan
santri terlatih dan terkontrol atas perilakunya, sehingga santri dapat
mengembangkan sikap pengendalian dirinya dan pengarahan sikap
perilaku santri yang lebih terarah.
Menurut peneliti santri yang dipandang disiplin pada tata tertib
pondok pesantren menurut pengasuh dan pengurus adalah berperilaku
sesuai dengan prosedur penerapan ta’zir yang berlaku di pondok
69
pesantren, melaksanakan dan menjalankan apa yang telah ditetapkan oleh
peraturan pondok pesantren. Berdasarkan keputusan dari lembaga
tersebut. Kedisiplin itu terlihat pada keseharian santri, yaitu pada sikap
yang menunjukkan tidak membuat hal-hal penyimpangan pada batas
kewajaran di pondok pesantren, terlihat juga pada semua aktivitas di
pondok pesantren dimana pada diri santri begitu antusias dan semangat
mengikuti semua kegiatan pondok, misal tertib sholat berja’ah, tertib kerja
bakti pondok, tertib dalam perpulangan kegiatan lura dan tidak pernah
dibicarakan kasus oleh pengurus karena kesalayahan yang mereka buat,
selalu tertib keluar masuk pondok pada jam-jam yang telah ditentukan,
serta tidak terlambat datang ke pondok pesantren saat liburan tiba.
Menurut peneliti santri yang dikategorikan tidak disiplin, adalah santri
yang melakukan perbuatan-perbuatan yang berlawanan atau kebalikan dari
apa yang dilakukan oleh santri yang disiplin, yaitu mereka yang selalu
melanggar peraturan, bahkan bisa disebutkan sering tidak mematuhi tata
tertib yang sudah tertera di pondok tersebut, seperti melanggar peraturan
yang telah ditetapkan, jarang sholat berjaah, selalu bolos dalam kegiatan
malam, semisal kegiatan madrasah, latihan khitobah, dhiba’an, tahlilan,
serta diskusi umum. Jadi drajat kualitas disiplin santri pondok pesantren
An-Nur ada yang sudah terbiasa disilpin , dan ada juga yang belum
terbiasa disiplin terhadap tata tertib di pondok pesantren karena latar
belakang santri yang umumnya dari kalangan mahasiswa, serta perbedaan
dari daerah asal maupun yang lainya.
70
Kedisiplinan pada diri santri tidak bisa datang dengan sendirinya,
namun berasal dari faktor yang mempengaruhinya. Seperti lingkungan
teman, tempat daerah asal sebelumnya, faktor keluarga, serta niat santri
yang berbeda-beda untuk berusaha disiplin terhadap tata tertib yang telah
berlaku. Seperti yang dituturkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren
(25/10/2017: 20.20-20.33) di ruang tamu:
“Dampak dari para santri terhadap ta’zir yang telah di terapkan
oleh pengurus pondok pesantren an-nur menghasilkan berbagai macam
perubahan dan dalam mencapai strategi yang di gunakan dalam mencapai
ketertiban dan meningkatkan disiplin santri, pertama saya meminta
bantuan kepada pengurus satu dengan yang lainya, agar selalu ada
konfirmasi dan mendukung satu sama lain, kedua setiap kamar untuk
ditegaskan mempunyai pemimpin dalam mengkondisikan, mengatur,
mengajak serta memberi contoh yang baik kepada anggota
kamarnya,ketiga dalam menangani permasalahan sekiranya pihak
pengurus tidak bisa menyelesaikan sendiri maka , dari pihak pengurus
menyerahkan ke pihak ke 3 yaitu pengasuh”
Pendapat juga setara dengan jawaban informan bahwasanya
pengorganisasian kepengurusan harus sama-sama saling mendukung serta
membutuhkan kepemimpinan yang bijaksana, Peryataan tersebut seperti
yang telah disampaikan oleh T selaku pengurus di pondok pesantren An-
Nur putri tersebut (22/11/2017: 15.00-15.16) di kamar pengurus:
“Untuk faktor yang lain yaitu yang pertama pengasuh dan
pengurus lainya harus ada konfirmasi dan mendukung satu sama lain, yang
kedua setiap komplek semisal komlek atas dan bawah itu sudah ada
penanggung jawab dari pengurus sendiri-sendiri, bahkan setiap kamar ada
penanggung jawab masing-masing, serta setiap 2 minggu sekali kita dari
pengurus mengadakan sosialisali dengan penanggung jawab kamar (ketua
kamar) masing-masing. Yang ketiga dalam mengatasi suatu masalah tidak
mempunyai titik temu, maka kami serahkan ke pihak ketiga”
71
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, dari pendapat
responden dapat saya analisis bahwa disiplin adalah sikap mental yang
dengan penuh kesadaran dan keinsyafan untuk memenuhi tertib, baik yang
tertulis maupun tidak dan baik, yang didapati dari latihan atau pembiasaan.
Dampak yang timbul dari penerapan ta’zir bagi santri yaitu:
1. Adanya rasa kepatuhan, yaitu segala perbuatannya harus sesuai
dengan tata tertib yang berlaku baik waktu, tempat maupun keadaan.
2. Adanya rasa kesadaran, yaitu bukan didasarkan atas paksaan dari luar,
melainkan atas kesadaran dari diri sendiri dengan mengetahui arti
dari pentingnya peraturan tersebut.
3. Adanya rasa tanggung jawab, yaitu sikap menerima sanksi bila telah
melakukan pelanggaran.
Pendapat peneliti dari hasil wawancara tersebut, untuk proses
pelaksanaan penerapan ta’zir didalamnya masih ada kendala-kendala
dalam menjalankannya, kendala ini bisa menjadikan sebuah tata tertib dan
kegitan santri tidak bisa berjalan dengan baik, dan juga akan
menghasilkan dampak bagi santri yaitu antara lain :
1. Reaksi emosi negatif bagi santri yang dihukum, ia akan memiliki rasa
benci pada orang yang memberikan hukuman kepadanya, apalagi jika
hukuman itu diberikan dengan kekerasan, kebencian santri pada
pengurus bisa berlangsung lama.
72
2. Menyelesaikan masalah dengan tidak tepat karena hukuman dengan
kekerasan justru akan menambah masalah.
3. Kecanduan menghukum (negatif). Jika pengurus terlanjur
manggunakan cara-cara menghukum seperti itu, akan ada
kecenderungan untuk mengulang kembali cara tersebut, apalagi jika
mendapat penguatan dari lingkungan.
4. Dampak peniruan perilaku pada santri sehingga apa yang didapatkan
santri pada usia remaja akan cenderung terbawa ketika menjadi
dewasa kelak. Menurut Arief (2002:133), dampak dari menghukum
anak antara lain:
5. Akan membangkitkan suasana rusuh, takut, dan kurang percaya diri.
6. Santri akan selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta akan
menyebabkan ia suka berdusta (karena takut dihukum).
Dan juga setara dari informasi yang peneliti dapatkan dari
Pengasuh Pondok Pesantren (25/10/2017: 20.20-20.33) di ruang
tamu:
“Menjelaskan bahwasanya pertama dari pihak pengasuh,
seketika pengurus sendiri tidak bisa mengyelesaikan masalah,
khususnya dalam hal ta’ziran, kedua namanya juga banyak orang itu
ada yang mudah ada yang sudah diatur dalam melaksanakan kegiatan
disini. ketiga dalam mencapai tujuan kedisiplinan yang kita harus
selalu on time untuk memantau dari semua pengurus khususnya
bidang kegiatan dan keamanan soalnya mereka yang berperan aktif
dalam mengatasi tata tertib dan semua kegiatan di pondok pesantren
khususnya putri”
73
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai
dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian
yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai
kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu :
1. Implementasi ta’zir yang dilakukan oleh pengurus pondok pesantren
An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang Tahun 2017-2018
adalah:
a. Penerapan ta’zir menggunakan sistem secara bertahab.
b. Pelaksanaan hukuman pada dasarnya akan ditindak lanjuti pada
seksi keamanan.
c. Antara pengurus dan pengasuh harus selalu mengadakan
sosialisasi atau RAKER (rapat kerja) mengenai kegiatan di
pondok pesantren.
d. Semua penegasan ta’zir harus dilakukan secara continue.
e. Semua kegiatan santri mempunyai absen tertulis sendiri-sendiri.
f. Pemberian ta’zir sesuai kadar pelanggran yang dilanggar santri.
g. Hukuman bersifat fisik yang diterapkan di pondok pesantren
An-Nur putei diantaranya adalah membersihkan aula,
membersihkan got(jalan air , mengepel lantai rumah kyai atau
74
pondok, dan lain-lain. Meskipun berupa hukuman fisik, namun
tetap diupayakan tidak membahayakan kondisi fisik para santri.
h. hukuman non fisik berupa hukuman yang dimaksudkan untuk
mengupayakan pengembangan santri secara intelektual dan
spiritual. Hukuman non fisik tersebut bisa berupa menulis bait
nadhom sesuai tingkatannya (bisa nadhom jurumiyah imrithi,
maqsud), menulis istighfar dan lafazd al-fatihah serta menulis
surat pernyataan dan membacakannya di depan pondok
pesantren dengan disertakan semua santri putra-putri.
2. Dampak positif dalam penerapan ta’zir yang dilakukan oleh pengurus
pondok pesantren An-Nur Klego, Candirejo, Tuntang, Semarang
Tahun 2017-2018?
a. Adanya rasa kepatuhan, yaitu segala perbuatannya harus sesuai
dengan tata tertib yang berlaku baik waktu, tempat maupun
keadaan.
b. Adanya rasa kesadaran, yaitu bukan didasarkan atas paksaan dari
luar, melainkan atas kesadaran dari diri sendiri dengan mengetahui
arti dari pentingnya peraturan tersebut.
c. Adanya rasa tanggung jawab, yaitu sikap menerima sanksi bila
telah melakukan pelanggaran.
75
B. SARAN
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini
yaitu mengenai implementasi ta’zir dalam meningkatkan disiplin santri di
pondok pesantren putri An-Nur, maka peneliti hendak menyampaikan
saran sebagai berikut:
1. Untuk pengasuh dan pnegurus pondok pesantren
a. Hendaknya para para pengasuh dan penasehat lebih tegas dan ketat
lagi dalam pemberian ta’zir agar merubah kesadaran pada diri
santri.
b. Hendaknya pengurus harus memberikan pemahaman dan
pengertian mengenai kadar pemberian ta’zir.
c. Hendaknya pengasuh dan pengurus selain menerapkan ta’zir
kepada santri dengan tujuan meningkatkan kedisiplinan santri,
perlu juga mengingat pentingnya penanaman rasa tanggung jawab
terhadap perbuatan yang telah dilakukan.
2. Untuk para santri
a. Hendaknya para santri sadar bahwa tinggal di pondok pesantren itu
tidak seperti tinggal dirumah sendiri, tentunya dalam sebuah
lembaga pasti terdapat beberapa peraturan yang wajib ditaati.
b. Para santri harus sadar bahwa mereka diberikan hukuman atau
ta’zir itu bukan untuk merendahkan, akan tetapi mereka di mereka
bisa bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat sendiri
dengan tujuan agar mereka lebih baik untuk kedepanya.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Wahid. 1999. Pesantren Masa Depan (Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren). Bandung: Pusataka Hidayah.
Ahmadi, Abu. 1998. Didaktik Metodik. Semarang: Toha Putra.
Al-munir, mahmud samir.2004. guru teladan dibawah bimbingan Allah.Jakarta:
PT Gema Insani
Armai Arief. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta
Selatan: Ciputat Pers.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Bahri Ghazali. 1996. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti.
Depag R.I 2005 . Al-Qur’an dan Terjemah Anggota IKAPI : CV. J-ART.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosda
Karya.
Hadi, Sutresno. 1995. Metodologi Research Untuk Penulis Paper, Skripsi, Thesis,
Dan Desertasi. Yogyakarta: CV. Grafika Indah.
Halim dkk. 2008. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara.
Hasbullah. 2000. Kapita Selekta. Jakarta: Rajawali Press.
Jalaludin Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Junaedi Mahfud 2010 Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan Pengembangan,
Semarang: Rasail Media Grouphlm.
Leo, Sutanto. 2013. Kiat Jitu Menulis Skripsi, Tesis, Dan Disertasi. Jakarta:
Erlangga.
Mamiq Ngalim Purwanto. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:
PT Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
77
Muhammad Abdul Mujib. 1994. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Paramita.Soegeng Prijodarminto.1993.Disiplin Kiat Menuju Sukses.Jakarta:
Pradaya
Putra Nusa & Lisnawati Santi. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama
Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Bnadung.
Samsul Nizar. 2013. Sejarah Sosial Dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam
Di Nusantara. Jakarta: kencana
Sugiyono. 2010. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Babun. 2011. Dari Pesantren Untuk Umat. Surabaya: Imtiyas.
Ulwan, Abdullah Nasih. 1999. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta: Pustaka
Amani.
Widayanti, Ermia . 2006. JURNAL IAIN SALATIGA, penelitian sosial keagamaan.
Yasmadi. 2005. Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholish Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional). Jakarta: Quantum Teaching.
Zamakhsyari Dhofir. 2011. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES
Zarnuji, Al-. Ta‟lim al Muta‟allim. Semarang: Toha Putra, tt.
78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
79
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Amin Maryatul Qiftiyah
2. NIM : 111-14-345
3. TTL : Boyolali, 03 Januari 1996
4. Usia : 22 Tahun
5. Agama : Islam
6. Alamat : Dusun Geneng Sari, RT/RW 11/03, Desa Kalimati,
Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali.
7. Nama Orang Tua
Ayah : Pujiono.
Ibu : Jumiati Ruwiyah
8. Riwayat Pendidikan
a. SDN 1 Kalimati, Juwangi, Boyolali Tahun 2001-2007
b. SMP N 2 Juwangi, Kabupaten Boyolali Tahun 2007-2010
c. SMK Muhammadiyah 2 Andong Kabupaten Boyolali Tahun 201-
2014
80
81
82
83
84
85
86
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
A. Pedoman observasi
1. Sejarah pondok pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang, semarang.
2. Struktur organisasi kepengurusan pondok pesantren an-nur klego,
candirejo, tuntang, semarang.
3. Visi dan misi pondok pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang,
semarang
4. Sarana-prasarana pondok pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang,
semarang
5. Sistem pengajaran pondok pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang,
semarang.
6. Tata tertib pondok pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang, semarang.
7. Kegiatan secara umum yang wajib di ikuti pondok pesantren an-nur
klego, candirejo, tuntang, semarang.
8. Jadwal pembelajaran pondok pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang,
semarang.
9. Ketentuan pemberian Ta’zir di Pondok Pesantren Putri an-nur klego,
candirejo, tuntang, semarang.
10. Aktifitas penerapan ta’zir di pondok pesantren an-nur klego, candirejo,
tuntang, semarang.
11. Aktifitas Santri dan pembinaan di pondok pesantren.
87
B. Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah:
1. Bagaimana prosedur penerapan ta’zir yang dilakukan oleh pengurus
pondok pesantren an-nur klego, candirejo, tuntang, semarang tahun 2017-
2018 ?
2. Apa faktor Penghambat dan Pendukung dalam penerapan ta’zir yang
dilakukan oleh pengurus pondok pesantren an-nur klego, candirejo,
tuntang, semarang tahun 2017-2018 ?
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar No. 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.idmail:[email protected]
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur
1. Apa tujuan pengurus disini mengadakan program penegasan ta’zir?
2. Sudah berjalan berapa tahun penerapan ta’zir ini dilakukan?
3. Mungkinkah dengan adanya penegasan ta’zir para santri disini
menjalankan gegiatan dengan tertib serta disiplin yang maksimal?
4. Bagaimana tanggapan para santri mengenai penerapan ta’zir
disini?
5. Bagaimana metode pelaksanaan ta’zir dilakukan?
6. Apakah bentuk-bentuk ta’zir disini bu?
7. Adakah problem yang dialami, sebagai penasehat sendiri dalam
penerapan ta’zir disini buk?
8. Dari berbagai prolem itu apakah ada tips lain untuk penerapan
ta’zir?
88
9. Jenis pelanggaran yang seperti apa yang biasa santri melanggar?
10. Kepada siapa saja ta’zir itu diterapkan?
11. Apa dampak mereka setelah terkena ta’zir?
12. Apakah ada faktor pendukung dalam penerapan ta’zir disini ?
13. Kedisiplinan yang bagaimana ketika penerapan ta’zir sudah
diperlakukan?
14. Apakah hasilnya selalu 100% dari semua kegiatan yang
dijalankan?
B. Pengurus Pondok Pesantren An-Nur.
1. Apa tujuan pengurus disini mengadakan program penegasan ta’zir?
2. Mungkinkah dengan adanya penegasan ta’zir para santri disini
menjalankan gegiatan dengan tertib serta disiplin waktu?
3. Bagaimana tanggapan para santri mengenai penerapan ta’zir
disini?
4. Bagaimana metode pelaksanaan ta’zir dilakukan?
5. Apakah jenis-jenis ta’zir disini mbak?
6. Adakah problem yang dialami pengurus sendiri dalam penerapan
ta’zir disini mbak?
7. Dari berbagai prolem itu apakah ada tips lain untuk penerapan
ta’zir?
8. Jenis pelanggaran yang seperti apa yang biasa santri melanggar?
9. Kepada siapa saja ta’zir itu diterapkan?
10. Apa dampak mereka setelah terkena ta’zir?
89
11. Apa saja yang menyebabkan santri melanggar peraturan disini?
12. Apakah ada faktor pendukung dalam penerapan ta’zir disini mbak?
13. Apakah hasilnya selalu mencapai 100% dalam meninggkatkan
disiplin santri?
14. Disiplin yang bagaimana ketika penerapan ta’zir sudah
diperlakukan.
C. Santri 1
1. Bagaimana tanggapan mbak choir mengenai sebuah peraturan
ataupun tata tertib disini?
2. Apakah anda setuju dengan adanya penegasan ta’zir disini mbak
choir?
3. Apakah semua kegitan disini sudah kamu jalankan dengan lancar
sesuai dengan peraturan yang ada mbak?
4. Apa penyebab kamu melanggar tata tertib disini?
5. Apakah ada faktor terberat sehingga kamu melanggar peraturan
yang ada disini?
6. Apakah ada keluhan dalam menyikapi ataupun mematuhi
penegasan ta’zir disini mbak choir?
7. Apa yang membuat kamu agar semangat dalam menjalankan
semua kegiatan disini mbak?
8. Mungkinkah dengan adanya ta’zir kamu bisa menjalankan
kegiatan dengan tertib?
90
D. Santri dua
1. Bagaimana tanggapan mbak ela sendiri mengenai penerapan ta’zir
disini?
2. Apakah mbak ela setuju dengan penerapan ta’zir disini?
3. Apakah semua kegitan-kegiatan disini sudah kamu jalankan
dengan tertib mbak ela?
4. Apakah mbak ela setuju dengan metode penerapan ta’zir disini?
5. Apa yang membuat kamu agar semangat dalam menjalankan
semua kegiatan disini mbak ela?
6. Mungkinkah dengan adanya ta’zir kamu bisa menjalankan
kegiatan dengan tertib mbak ela?
7. Perubahan yang seperti apa pada diri mbak ela, setelah adanya
ta’zir diterapkan mbak?
8. Menurut mbak ela sendiri sebagai santri apakah dengan adanya
penerapan ta’zir disini hasilnya selalu mencapai 100% dari semua
kegiatan yang mbak ela ketahui?
91
Transkip wawancara dengan pengasuh
Kode informan : H
Jabatan : Pengasuh
Hari/tanggal : Sabtu , 25 November 2017
Tempat : Ndalem bu nyai
Waktu : Pukul 20:20-20:33 WIB
P Assalamu’alaikum wr . Wb
H Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf bu afif, saya mengganggu waktu istirahat malam Bu afif, saya
mahasiswi dari IAIN Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi
dari bu afif berkaitan dengan judul skripsi yang saya angkat tentang
konsep penerapan ta’zir dalam meningkatkan disiplin santri pondok
pesantren an-nur putri disini.
H Ya, silahkan
P Apa tujuan pengurus disini mengadakan program penegasan ta’zir?
H Ya.......tujuanya di adakan penegasan ta’zir yaitu yang pertama untuk
mendisiplinkan santri dalam hal kegiatan maupun mentaati peraturan
yang ada, dimana latar belakang pola kehidupan santri disinikan rata-
rata dari kalangan mahasiswa dan dari gejolak semua kegiatan disini
santri pada umumnya harus ada penegasan dari semua jenis kegiatan,
mereka belum bisa menyesuaikan dengan kondisi semua kegiatan yang
mereka jalani, Dan yang kedua dengan adanya ta’zir pengasuh
bermaksud agar santri mempunyai koreksi pada diri mereka agar bisa
melatih tanggung jawab mereka sebagai santri. Yang ketiga dengan
adanya ta’zir pengasuh bermaksud agar santri melatih kesadaran serta
melatih kedewasaan agar mereka bisa hidup disiplin .
92
P Mungkinkah dengan adanya penegasan ta’zir para santri disini
menjalankan gegiatan dengan tertib serta disiplin yang maksimal?
H Kalau dikatan masalah hasil maksimal dalam penegasan ta’zir di
pondok sini belum secara keseluruhan santri bisa menjalankan semua
kegiatan dengan disiplin mungkin 80-90 % dalam kisaranya dari semua
santri yang bisa dikatakan disiplin, tapi saya sebagai pengasuh
mempunyai impian untuk menuja jalan yang diharapkan nantinya untuk
itu dengan harapan kenapa ada penegasan ta’zir, karena tujuan saya agar
santri bisa menerapkan pola pikir kehidupan di pondok yang sebenarnya
dan sebagaimana mestinya mereka menduduki sebagai santri disini.
P Mulai tahun berapa penerapan ta’zir ini di terapkan bu?
H Sebenarnya dari dulu sudah ada istilah penerapan diadakanya ta’zir ,
namun untuk di pertegas lagi karena untuk mendisiplinkan santri ya
sekitar 3 tahun sudah berjalan sampai saat ini.
P Bagaimana tanggapan para santri mengenai penerapan ta’zir disini?
H Tanggapan mereka dari yang saya lihat setelah ta’ziran itu di tegaskan
mungkin sebagian bisa menerima, dan kemungkinan sebagian juga
belum bisa menerima soalnya itu kembali ke pribdi masing-masing,
kadang santri sadar dengan sendirinya, dan ada juga kesadaran santri
juga harus di tekan dan tegaskan dengan ta’ziran tersebut, soalnya
namanya orang banyak itu ya....ono seng manut, ono seng ora.
P Bagaimana metode pelaksanaan ta’zir dilakukan?
H Untuk metode yang kami terapkan disini mengunakan sistem secara
bertahab dalam menangani santri, yaitu semua santri akan dipantau oleh
penanggung jawab masing-masing kamar, jadi satu kamar mempunyai
petugas istilahnya mengabsen dari semua kegiatan yang dilaksanakan
disini , dari kegiatan sholat jama’ah, mengaji, piket masak, piket
kebersihan dan kegiatan rutinan itu nanti semua ada absen sendiri-
sendiri semua pelanggaran yang di langgar bagi mereka, dan bagi yang
melanggar mereka akan ditindaklanjuti seminggu setelah pelanggaran di
93
lakukan meraka akan menerima hukuman sesuai dengan kadar ta’zir
yang sudah di tetapkan, namun ada juga santri yang selalu apa
namanya.....emmmbbb..... istilahnya continue....terus menerus
melakukan pelanggaran .....la itu biasanya yang sudah, bahkan sering
terjadi seketika pengurus tidak mampu menganinya,,mereka
menyerahkan kepada kita, istilahnya diserahkan ke pihak selanjutnya.
P Apakah jenis-jenis ta’zir disini bu?
H Untuk jenisnya kami menggunakan sesuai pelanggaran yang mereka
lakukan, untuk jenis peribadahan yaitu ubudiyah, kita hukum sesuai
dengan yang dilanggar, namun ketika mereka melanggar pelanggaran
yang masuk kategori non ubudiyah mereka juga menerima hukuman
yang setimpal, semisal di hukum perbuatan, ataupun denda, karena
dengan kadar ta’zir yang yang telah disepakati dari awal.
P Adakah problem yang dialami bu afif sebagai penasehat sendiri dalam
penerapan ta’zir disini buk?
H Kalau problemnya Ya... pastilah ada ya mbak namanya menjalankan
suatu itu pasti ada cela-cela tersendiri.
P Bagaimana bu Afif.... ?
H Yang pertama kalau yang kelihatan dari pihak pengasuh seketika
pengurus sendiri tidak bisa mengyelesaikan masalah khususnya dalam
hal ta’ziran mereka diserahkan ke kami, untuk yang kedua namanya
juga banyak orang itu ada yang mudah ada yang sudah diatur dalam
melaksanakan kegiatan disini. Terus yang ketiga dalam mencapai tujuan
kedisiplinan yang kita capai saya harus selalu on time untuk memantau
dari semua pengurus khususnya bidang kegiatan dan keamanan soalnya
mereka yang berperan aktif dalam mengatasi tata tertib dan semua
kegiatan di pondok pesantren khususnya putri sini.
P Dari berbagai prolem itu apakah ada tips lain untuk penerapan ta’zir?
H Untuk tips khusus mungkin dari pengasuh sendiri kita harus selalu
mengasih semangat khususnya kepada santri, karena santri sebagai
94
obyek pertama dalam diperlakukanya ta’zir.
P Jenis pelanggaran yang seperti apa yang biasa santri melanggar?
H Kebanyakan santri yang saya ketahui mereka melanggar itu pada
kegiatan ubudiyah semisal ngak ikut jamaah ataupun ngaji, misalnya
ngaji sorogan, setoran hafalan dan diskusi umum semisal ada batsaul
masail, tapi kalau non ubudiyah paling banyak santri melanggar itu
masalah kepulangan ke rumah baik izin resmi ataupun tidak resmi
istilahnya (kabur) karena dari kalangan santri kan mahasiswa, jadi
dimana-mana mahasiswa itu maunya bebas. Beda dari santri umumnya
pelajar misalnya.
P Kepada siapa saja ta’zir itu diterapkan?
H Ya.... Semua yang tinggal diasrama sini baik itu santri maupun pengurus
ataupun santri kalong, jadi dari santri mukim maupun non mukim semua
mempunyai aturan dan tanggung jawab yang sama.
P Apa dampak mereka setelah terkena ta’zir?
H Dari yang saya lihat biasanya santri yang kena ta’zir akan sedikit jera
istilahnya meraka semakin kesini semakin ketakutan gitu, karena apa ,
mereka yang selalu melanggar peraturan yang ada mereka lama-
kelamaan akan menghadap pengasuh secara langsung dalam menerima
imbalan yang mereka terima.
P Apakah ada faktor pendukung dalam penerapan ta’zir disini bu?
H Untuk faktor pendukung istilahnya untuk mencapai strategi yang saya
gunakan dalam mencapai ketertipan santri dalam meningkatkan disiplin
sanri yang pertama saya meminta bantuan kepada pengurus satu dengan
yang lainya agar selalu ada konfirmasi dan mendukung satu sama lain,
yang kedua setiap kamar untuk ditegaskan mempunyai pemimpin untuk
mengkondisikan, mengatur, mengajak serta memberi contoh yang baik
kepada anggota kamarnya, Yang ketiga dalam menangani permasalahan
sekiranya pihak pengurus tidak bisa menyelesaikan sendiri maka , dari
pihak pengurus menyerahkan ke pihak ke 3 yaitu pengasuh.
95
P Disiplin yang bagaimana ketika penerapan ta’zir sudah diperlakukan?
H Harapan saya sebagai penasehat untuk disiplin banyak sekali
perubahanya setelah diadakan ta’zir semisal disiplin waktu, disiplin
belajar, disiplin dalam hal kegiatan yang menyangkut tata tertib pondok
itu harapan saya sebagai pengasuh disini, seketika santri sudah
waktunya sholat pengurus tidak harus mengoyak-oyak mereka bisa jalan
dengan sendirinya misalnya begitukan...., terus sudah waktunya
madrasah ataupun kegiatan malam sudah mulai berjalan maka ketika bel
berbunyi mereka langsung pada lari dan lebih mempunyai kesadaran
sendiri-sendiri dan langsung masuk dikelasnya masing-masing tanpa
pengurus manggil per kelas masing-masing, biasanya begitu sebelum
diadakanya penegasan ta’zir disini mbak, jadi dengan sendirinya mereka
mempunyai kepekaan terhadap aturan yang ada, dan juga masalah
perpulangan mereka dengan tertib masuk pondok sesuai kesepakan dari
awal, bahkan dalam kegiatan non ubudiyah pun meraka lebih giat dalam
menjalankan tugasnya .
P Terimakasih bu afif atas informasi dan waktunya? Assalamualaikum..
H Iya sama-sama, waalaikumsalam
96
Transkip wawancara dengan pengurus
Kode informan : T
Jabatan : Pengurus
Hari/tanggal : Selasa, 21 November 2017
Tempat : Di Kamar Pengurus Pondok Pesantren Putri
Waktu : Pukul 10:20-10:35 WIB
P Assalamu’alaikum wr . Wb
T Walaikumsalam wr. Wb
P Maaf mbak esti, saya mengganggu waktu istirahat mbak esti, saya
mahasiswi dari IAIN Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi
dari mbak esti berkaitan dengan judul skripsi saya tentang konsep
penerapan ta’zir dalam meningkatkan disiplin santri pondok pesantren
an-nur putri disini, sebelumnya kenapa saya meminta informasi dari
mbak esti karena mbak esti sebagai salah satu seksi kegiatan di pondok
putri disini.
T Ya, silahkan
P Apa tujuan pengurus disini mengadakan program penegasan ta’zir?
T Pertama, sebelum penerapan ta’zir di sahkan kami selaku kepengurusan
mengadakan rapat dengan pengasuh mengenai pola kegiatan disini, dari
hasil rapat memutuskan bahwa segera mungkin sebuah lembaga harus
mempunyai tindakkan yang jelas mengenai perkembangan kegiatan
disini yaitu dengan diadakanya penegasan ta’zir karena dengan adanya
ta’zir pengurus bermaksud untuk menghentikan tingkah laku yang salah
agar tidak diulangi lagi namun pada kenyataannya santri tetap saja
masih mengulangi dan melanggar peraturan pondok pesantren yang
telah ditetapkan. Yang kedua dengan adanya ta’zir pengurus bermaksud
agar santri mempunyai koreksi bagi dirinya sendiri, akan tetapi santri
tidak merasakan hal tersebut bahkan sebuah tata tertib bagi mereka
97
adalah sebuah peraturan yang hal biasa dan mereka tidak jera bila
ditegur oleh pengurus pondok pesantren maka muncullah pemikiran
bagi kepengurusan tersebut untuk menindak lanjuti permasalahan ini.
Yang ketiga dengan adanya ta’zir pengurus bermaksud agar santri
terbiasa disiplin dan belajar bertanggung jawab atas perilaku yang telah
diperbuat, namun rasa tanggung jawab pada diri santri belum ada karena
jika santri telah melakukan kesalahan santri tidak sadar diri
menyerahkan diri kepada seksi keamanan tetapi seksi keamanan harus
memanggilnya terlebih dahulu kemudian santri baru mengakuinya. Dari
pernyataan inilah suatu kepengurusan pondok dan khususnya pengasuh
untuk menegaskan serta membuat penegasan penerapan ta’zir segera
dijalankan agar santri membiasakan hidup dengan disiplin sesuai
peraturan yang ada serta menumbuhkan kesadaran pada diri santri.
P Mungkinkah dengan adanya penegasan ta’zir para santri disini
menjalankan gegiatan dengan tertib serta disiplin waktu?
T Insyaallah, memang dari awal para santri sebagian kelihatan pada
mengeluh mereka pada keberatan dengan adanya penegasan ta’zir,karna
mungkin pada diri santri sudah ada yang perpengalaman mondok dan
sebagian belum pernah mondok sama sekali, mungkin mereka yang
belum punya pengalaman awal mula hidup pada kondisi yang serba
tertib dan serba antri untuk hidup bersama mereka agak drop, tapi
mereka yang sudah punya pengalaman hidup di asrama ataupun
dipondok mereka sudah memaklumi,tapi dengan berjalanya waktu akan
mengikuti tradisi sesuai kondisi yang ada, dan nantinya mereka akan
memaklumi dengan kondisi yang ada.
P Bagaimana tanggapan para santri mengenai penerapan ta’zir disini?
T Tanggapan mereka mungkin ada yang keberatan, dan sebagian ada yang
setuju, tetapi namanya sebuah lembaga pasti disitulah ada peraturan
maka maau tidak mau ya.... harus mematuhi peraturan yang ditegaskan
di sebuah lembaga disini.
98
P Bagaimana metode pelaksanaan ta’zir dilakukan?
T Metode pelaksanaan bagi santri yang melanggar akan di tindak lanjuti
oleh bidang kegiatan masing-masing, metode yang pengurus jalankan
ada dua yang pertama jika mereka melanggar dalam bidang ubudiyah
akan ditindak lanjuti seminggu setelahnya dan yang kedua jika mereka
melanggar pelanggaran non ubudiyah mereka akan disidang oleh bidang
keamanan terlebih dahulu sebelum terkena ta’ziran, mereka dipanggil
untuk ditanya sesuai dengan pelanggaran yang mereka langgar, sampai
santri Dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu. Karena program
dari awal sebelum dijankan adanya ta’zir dari pihak kepengurusan,
pengasuh maupun pihak santri sendiri kita sudah mengadakan sosialisasi
bersama, dan jenis hukumanyapun diberikan harus jelas sehingga santri
dapat memahami dengan konsekuensi dari kesalahan yang mereka
lakukan dan bahkan ketika ada santri baru mereka dari awal sudah
diberitahu untuk tata tertib dan semua kegiatan-kegiatan yang nantinya
akan mereka wajib dijankan pada santri disini.
P Apakah jenis-jenis ta’zir disini mbak?
T Jenis ta’zir disini ada hukuman denda(uang) yang harus mereka bayar
sesuai pelanggaran non ubudiyah semisal masalah perpulangan, piket
rutinan pondok, roan bersama dan lain-lain dan hukuman badan ataupun
tindakan misalnya bersih-bersih lingkungan pondok, ndalem bu nyai,
lingkungan pondok, serta hafalan.
P Adakah problem yang dialami pengurus sendiri dalam penerapan ta’zir
disini mbak?
T Kalau problemnya yang jelas pasti ada.
P Bagaimana mbak problemnya bisa dijelaskan?
T Yang pertama dari pengurus sendiri kita harus tahan banting ketika ada
omongan dari belakang, dan yang kedua saya ataupun pengurus yang
lain harus bisa menjadi contoh kepada bawahanya karna menjadi
pemimpin itu tidak gampang banyak cobaan yang harus saya terjang.
99
Terus Problem yang ketiga kebanyakan santri disinikan dari kalangan
mahasiswa jadi sebagian santri khususnya yang aktivis mereka banyak
izinnya, banyak libur ngajinya jadi disinilah faktor kecemburuan yang
sering muncul dari kalangan santri disini.
P Dari berbagai prolem itu apakah ada tips lain untuk penerapan ta’zir?
T Untuk tips khusus mungkin dari pengurus sendiri saya serta rekan-rekan
pengurus lainya setiap kegiatan mungkin kita bisa mengawali istilahnya
kita ajak-ajak dulu untuk mengawali karna kita pengurus itu sebagai
contoh bawahannya.
P Jenis pelanggaran yang seperti apa yang biasa santri melanggar?
T Kebanyakan santri melanggar itu pada kegiatan ubudiyah semisal ngak
ikut jamaah ataupun ngaji, misalnya ngaji sorogan, setoran hafalan dan
diskusi umum semisal ada batsaul masail, tapi kalau non ubudiyah
paling banyak santri melanggar itu masalah kepulangan ke rumah baik
izin resmi ataupun tidak resmi istilahnya (kabur)
P Kepada siapa saja ta’zir itu diterapkan?
T Ya,,,, semua yang tingal disini baik santri ataupun pengurus kita ngak
membedakan, baik itu banyak kegiatan ataupun ngak kita semua wajib
mentaati peraturan karna kebanyakan santri disini dari kalangan
mahasiswa, baik itu mahasiswa lama maupun mahasiswa baru serta dari
kalangan santri sekolah menengah atas.
P Apa dampak mereka setelah terkena ta’zir?
T Biasanya santri yang kena ta’zir akan sedikit jera sehingga dia lebih
disiplin dalam mentaati peraturan yang telah ditetapkan dan mereka
mempunyai usaha agar tidak mengulangi kesalahan yang telah mereka
perbuat.
P Apa saja yang menyebabkan santri melanggar peraturan disini?
T Penyebab yang pertama itu dari faktor teman, ketika melihat temanya di
ta’zir kok tidak jera na itu nanti akan menjadi racun buat temen-temen
disekelilingnya apalagi mereka bestfrend.yang kedua pada diri santri
100
belum memunculkan jati diri mereka, mungkin dari mereka ada yang
sudah berpengalaman mondok ada juga yang belum pernah sama sekali.
P Apakah ada faktor pendukung dalam penerapan ta’zir disini mbak?
T Untuk faktor pendukung yang pertama saya dan pengurus lainya harus
selalu ada konfirmasi dan mendukung satu sama lain, yang kedua setiap
komplek semisal komlek atas dan bawah itu sudah ada penanggung
jawab dari pengurus sendiri-sendiri, bahkan setiap kamarpun kita kasih
penanggung jawab masing-masing, serta setiap 2 minggu sekali kita dari
pengurus mengadakan sosialisali dengan penanggung jawab kamar
(ketua kamar) masing-masing. Yang ketiga dalam menangani
permasalahan khususnya dalam permasalahan ta’zir seketika itu dalam
lingkup pengurus sulit untuk di pecahkan dan tidak ada titik temu dalam
menangani permasalahan itu kita serahkan ke pihak pengasuh nanti kita
sosialisi agar mempunyai keputusan yang tepat. Itulah jalan ketika suatu
kepengurusan mengambil jalan dalam menangani suatu permasalahan.
P Apakah hasilnya selalu mencapai 100% dalam meninggkatkan disiplin
santri.
T Sebelum adanya penegasan ta’zir banyak sekali keluhan-keluhan
pengurus khususnya seksi kegiatan mereka sangat kualahan dalam
menggani santri yang melanggar peraturan. Jadi sebelum adanya
penegasan ta’zir santri yang disiplin dari kegiatan ,jamaah, mengaji,
masalah kepulangan ke pondok, telat masuk pondok hanya 50 persen
santri yang tertib dalam mentaati peraturan yang berlaku. Namun
sesudah adanya penerapan ta’zir santri lebih tertib dan lebih semangat
dalam menjalankan kegiatan yang awalnya itu sebuah paksaan lama-
kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan, dan hasilnyapun 85-90 %
santri lebih disiplin dibandingkan sebelum adanya penerapan ta’zir ini.
P Disiplin yang bagaimana ketika penerapan ta’zir sudah diperlakukan?
T Untuk disiplin banyak sekali perubahanya setelah diadakan ta’zir
semisal sudah waktunya sholat pengurus tidak harus mengoyak-oyak
101
mereka bisa jalan dengan sendirinya, terus sudah waktunya madrasah
ketika bel berbunyi mereka langsung pada lari dan lebih antusias
langsung masuk dikelasnya masing-masing tanpa pengurus manggil per
kelas masing-masing jadi dengan sendirinya mereka mempunyai
kepekaan terhadap aturan yang ada, dan juga masalah perpulangan
mereka dengan tertib masuk pondok sesuai kesepakan dari awal, bahkan
dalam kegiatan non ubudiyah pun meraka lebih giat dalam menjalankan
tugasnya .
P Terimakasih mbak esti atas informasi dan waktunya?
Assalamualaikum..
T Iya sama-sama, waalaikumsalam
Transkip wawancara dengan santri
Kode informan : S1
Jabatan : Santri Satu
Hari/tanggal : Rabu, 22 november 2017
Tempat : di kamar santri
Waktu : Pukul 15-00 -15-16 WIB
P Assalamu’alaikum wr . Wb
S1 Waalaikumsalam wr. Wb
P Maaf mbak choir, saya mengganggu waktu istirahat mbak choir, saya
mahasiswi dari IAIN Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi
dari mbak choir berkaitan dengan judul skripsi yang saya angkat
mengenai konsep penerapan ta’zir dalam meningkatkan disiplin santri
pondok pesantren an-nur putri disini.
S1 Ya, silahkan
P Bagaimana tanggapan mbak choir mengenai sebuah peraturan ataupun
102
tata tertib disini?
S1 Untuk tanggapan saya sendiri mengenai peraturan yang ada disini
cukup bagus tapi itu pendapat saya ngak tau santri yang lain mempunyai
anggapan yang seperti apa, karena menurut saya dengan adanya
peraturan dan tata tertib disini saya sebagia santri lebih mudah dalam
memahami semua kegiatan baik yang itu wajib ataupun tidak wajib,
maksutnya lebih terarah begitu mbak.
P Apakah anda setuju dengan adanya penegasan ta’zir disini mbak choir?
S1 Saya sangat setuju, karena dengan adanya ta’zir semua kegiatan disini
bisa berjalan dengan lancar, dan tidak ada faktor kecemburuan ketika
ada yang melanggar mereka akan kena konsekuensinya dan sekaligus
menambah kedisiplinan dari berbagai kegiatan disini.
P Apakah semua kegitan disini sudah kamu jalankan dengan lancar sesuai
dengan peraturan yang ada mbak?
S1 Insyaallah belum 100% , namun ketika saya melanggar saya juga bisa
menerima konsekuensi yang ada. Jadi belum bisa dikatankan dengan
tertib untuk kegiatan yang saya kerjakan. Karna banyak faktor yang
sering muncul ketika saya sedang malas dan bad mood, ketika saya lagi
banyak masalah juga bisa berpengaruh dalam menjalankan kegiatan
dipondok, jadi kegiatan pondok begitu sangat barat jika keadaan tidak
mendukung.
P Apa penyebab kamu melanggar tata tertib disini?
S1 Penyebab utama yaitu ketika saya banyak tugas, dan yang ke dua yaitu
faktor malas. Yang ketiga karena saya sering kecapek’an saya telat
bangun subuh dan pada akhirnya saya tidak mengikuti jama’ah ataupun
kegiatan setelah jama’ah shubuh.
P Apakah ada faktor terberat sehingga kamu melanggar peraturan yang
ada disini?
S1 Kemungkinan ada yaitu faktor dari teman kadang teman bisa saja
membuat kita berpengaruh dalam melanggar tata tertib yang ada. Dan
103
faktor lain yaitu dari pihak pengurus saja kadang masing melanggar
peraturan yang sudah mereka sepakati tapi mereka tidak di ta’zir
sebagai mana mestinya dengan kadar ta’zir yang ada, itulah faktor yang
membuat saya kadang melanggar peraturan disini.
P Apakah ada keluhan dalam menyikapi ataupun mematuhi penegasan
ta’zir disini mbak choir?
S1 Kadang saya masih mengeluh dengan adanya ta’zir disini yaitu
khususnya hukuman yang bisa di bayar dengan uang, namun dengan
penegasan seperti ini dalam diri saya tambah lebih berhati-hati untuk
tidak melanggar kesalahan yang nantinya di hukum dengan denda uang.
P Apa yang membuat kamu agar semangat dalam menjalankan semua
kegiatan disini mbak?
S1 Pertama saya ingat karena ada ta’ziran tapi dengan berjalanya waktu
saya sadar bahwa saya disini mempunyai kewajiaban dan ada aturan
yang harus saya patuhi, untuk itu saya bisa koreksi diri bahwa tujuan
kita disini mencari ilmu, maka mau tidk mau kita harus mematuhi
peraturan yang sudah ditentukan.
P Mungkinkah dengan adanya ta’zir kamu bisa menjalankan kegiatan
dengan tertib.
S1 Mungkin karena kita jera, dengan ta’ziran sehingga kita terdorong untuk
menjalankan kegiatan dengan tertib.
P Perubahan yang seperti apa pada diri mbak choir, setelah adanya ta’zir
diterapkan mbak?
S1 Perubahannya banyak sekali, yang pertama saya lebih tertib dalam
menjalankan semua kegiatan yang telah ditentukan, yang kedua saya
lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu yang menyebabakan suatu
pelanggaran yang masuk ketetapan ta’zir di pondok . Dan yang ketiga
saya baru sadar bahwa hidup tertib itu lebih tenang dibandingkan kalau
kita melanggar sesuatu.
P Terimakasih mbak choir waktu yang telah diberikan serta
104
informasinya....assalamualaikum.
S1 Sama-sama mbak ... waalaikumsalam.
Transkip wawancara dengan santri
Kode informan : S2
Jabatan : Santri Dua
Hari/tanggal : Rabu, 22 november 2017
Tempat : di kamar santri
Waktu : Pukul 10.22-10.33 WIB
P Assalamu’alaikum wr . Wb
S2 Waalaikumsalam wr. Wb
P Maaf mbak ela, saya mengganggu waktu istirahat mbak ela? saya
mahasiswi dari IAIN Salatiga yang membutuhkan beberapa informasi
dari mbak ela berkaitan dengan judul skripsi yang saya angkat
mengenai konsep penerapan ta’zir dalam meningkatkan disiplin santri
pondok pesantren an-nur putri disini.
S2 Iya... ngak papa mbak amin.
P Terimakasih mbak untuk kelonggaran waktu yang diberikan saya akan
menanyakan sedikit informasi dari mbak ela mengenai penegasan
ta’ziran yang diterapkan di pondok sini.
S2 Iya....gimana mbak.
P Bagaimana tanggapan mbak ela sendiri mengenai penerapan ta’zir
disini?
S2 Pendapat saya dari penerapan ta’zir disini sangat baik sekali karena apa
dengan ta’ziran saya dan santri lain bisa lebih tertib ketika kegiatan di
beri peraturan.
P Apakah mbak ela setuju dengan penerapan ta’zir disini?
105
S2 Saya sangat setuju sekali.
P Apakah semua kegitan-kegiatan disini sudah kamu jalankan dengan
tertib mbak ela?
S2 Belum sepenuhnya mbak....sebab saya kadang sangat lelah dari
banyaknya tugas kuliah yang begitu menumpuk dan apalagi ketika
waktu uas tiba, kegiatan pondok saya nomor duakan mbak. Tapi disisi
lain saya juga punya usaha untuk selalu tertib dalam menjalankan semua
kegiatan disini karena terdorong oleh ta’ziran.
P Apakah mbak ela setuju dengan metode penerapan ta’zir disini?
S2 Saya sangat setuju,,,
P Bisa dijelaskan mbak ela alasanya apa?
S2 Yang pertama dengan adanya ta’ziran santri menjadi tambah disiplin
dalam menjalankan sebuah kegiatan. Yang kedua hilangnya faktor
kecemburuan dari kalangan santri maupun kepengurusan karena kadang
santri yang saya ketahui tidak 100% menjalankan kegiatan dengan
tertib, namun sebaliknya ada juga santri yang begitu tertib dalam
menjalankan semua kegitan disini, maka disinilah saya menyetujui
penerapan ta’zir itu. Serta metode ta’zir pum sesuai dengan pelanggaran
yang diperbuatnya, masuk dalam kategori ubudiyah dan non ubudiyah,
semisal melanggar jama’ah hukumanya menulis istigfar dan ketika telat
pulang kepondok ataupun masalah kepulangan hukumanya dengan
hukuman badan ataupun denda yaitu uang begitu mbak.
P Apa yang membuat kamu agar semangat dalam menjalankan semua
kegiatan disini mbak ela?
S2 Yang pertama pastilah karena ada ta’ziran, yang kedua karena itu
sebuah keputusan yang wajib kita jalani jadi saya semangat untuk
menjalankan sebuah peraturan yang ada.
P Mungkinkah dengan adanya ta’zir kamu bisa menjalankan kegiatan
dengan tertib mbak ela?
S2 Bisa jadi, karena dengan adanya suatu penegasan dapat menimbulkan
106
ketakutan bagi diri saya sendiri, memang dari awal saya agak keberatan
dalam menjalankan semua kegiatan disini karena saya juga baru
pertama kali mondok di pondok pesantren maka awalnya saya belum
terbiasa, tapi lama-kelamaan menjadi sebuah kebiasaan bagi saya
sendiri.
P Perubahan yang seperti apa pada diri mbak ela, setelah adanya ta’zir
diterapkan mbak?
S2 Dengan adanya ta’zir saya semakin mengerti apa itu sebuah kewajiban,
disisi lain dalam diri saya lebih sadar bahwa dimana suatu lembaga pasti
disitulah pasti ada tata tertib yang wajib kita patuhi, dengan adanya
ta’zir saya lebih tertib dalam menjalankan semua kegiatan disini, dan
saya lebih giat lagi dalam menjalankan semua kegiatan semenjak
adanya ta’ziran, dan tertib waktu saat kepulang kerumah maupun
kegiatan umum lainya yang menyangkut kegiatan kampus.
P Menurut mbak ela sendiri sebagai santri apakah dengan adanya
penerapan ta’zir disini hasilnya selalu mencapai 100% dari semua
kegiatan yang mbak ela ketahui?
S2 Menurut saya kegiatan berjalan 90% setelah adanya peraturan baru yaitu
penegasan ta’zir, semua santri rata-rata mempunyai berubahan sendiri-
sendiri, dan masih juga ada santri yang melanggar namun tidak begitu
banyak seperti dulu,dan bedanya sekarang dengan sebelum adanya
ta’ziran sangat begitu banyak yang kelihatan adalah dari kegiatan,
sholat berjamaah, mengaji sorogan, masalah kepulangan serta piket
harian karena juga terdorong dari tindakan kepengurusan yang sekarang
semakin tegas.
P Oke... terimakasih mbak ela atas informasi dan waktunya
assalamualaikum...
S2 Sama-sama mbak amin ....waalaikumsalam.
107
Wawancara dengan Penasehat (Ibu Afiftus Tsaniyah, S.Pd.)
Wawancara dengan pengurus Pondok Pesantren An-Nur
108
wawancara dengan pengurus Pondok Pesantren An-Nur
wawancara dengan Santri Pondok Pesantren An-Nur
109
wawancara dengan Santri Pondok Pesantren An-Nur
Bentuk Takziran dalam bentuk non fisik (menulis lafadz)
110
Ta’zir yang dilakukan setiap malam jum’at di Pondok Pesantren An-
Nur.
Misi Pondok Pesantren An-Nur
111
Struktur Organisasi kepengurusan Pondok Pesantren An-Nur Putra
Struktur Organisasi kepengurusan Pondok Pesantren An-Nur Putri
112
Kegiatan rutinan tahlilan setiap minggu pagi di makam andong
Kegiatan rutin tahlilan setiap malam jum’at PP An-Nur Putra-Putri
113
Kegiatan rutin bahtsul masail setiap malam Rabu PP An-Nur Putra-
Putri
Kegiatan rutin bersih-bersih bersama setiap hari minggu PP An-Nur
Putra-Putri