badan supervisi bank indonesia (bsbi)

Upload: prasya-aninditya

Post on 10-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    1/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 1 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    BADAN SUPERVISI BANK INDONESIA

    Badan baru yang membantu Komisi XI DPR-RI dalam melaksanakan fungsi

    pengawasan di bidang tertentu terhadap Bank Indonesia

    Oleh : Agus Santoso, SH, LL.M1

    dan Hernowo Koentoadji, SH2

    PENDAHULUAN

    Pemilihan anggota Badan Supervisi

    Bank Indonesia (BSBI) sebagai

    pengejawantahan amanat dari Pasal

    58A UU No. 23 Tahun 1999 tentang

    Bank Indonesia sebagaimana telah

    diubah dengan UU No. 3 Tahun

    2004 (UU Bank Indonesia) baru saja

    dilaksanakan oleh Komisi XI DPR RI

    melalui proses fit and proper test

    yang berlangsung selama 2 (dua)

    hari pada tanggal 22 dan 23 Juni

    2005.

    Dari 10 (sepuluh) nama yang

    dicalonkan oleh Presiden, DPR telah

    memilih 5 (lima) anggota BSBI yang

    akan menjabat selama 3 (tiga)

    tahun. Para anggota BSBI-pun telah

    memilih Prof. Dr. Sutan Remy

    Sjahdeini, S.H sebagai Ketuanya

    LATAR BELAKANGPEMIKIRAN PEMBENTUKAN

    BADAN SUPERVISI BANK

    INDONESIA

    Wacana pembentukan BSBI

    digulirkan pada tahun 2001 atau

    sekitar 2 (dua) tahun kemudian sejak

    berlakunya UU Bank Indonesia No.

    23 Tahun 1999. Wacana ini

    berkembang dari rekomendasi Tim

    Panel yang dibentuk oleh

    pemerintah untuk melakukan kajian

    berkenaan dengan proses

    amandemen atas UU Bank

    Indonesia.3Dalam pertimbangan terkait

    dengan usulan perlunya dibentuk

    BSBI antara lain mengemuka

    mengenai perlunya menjaga

    kepercayaan publik terhadap

    konsep indepedensi bank sentral

    sebagaimana yang dianut dalam

    UU Bank Indonesia. Tim Panel

    berpendapat bahwa agarindependensi Bank Indonesia

    dapat diimplementasikan secara

    kredibel, maka aspek transparansi

    dan akuntabilitas Bank Indonesia

    kepada masyarakat perlu

    dipertegas pengaturannya.

    Transparansi kepada publik

    diperlukan agar masyarakat dapat

    memperoleh informasi bahwa Bank

    Indonesia dikelola secara baik dan

    secara objektif dapat menjaga

    1Analis Hukum Eksekutif, Direktorat Hukum,Bank Indonesia.

    2 Analis Hukum, Direktorat Hukum, BankIndonesia.

    3Tim Panel beranggotakan 4 (empat) orangyang terdiri dari mantan Gubernur Bank Sentral SelandiaBaru (Donald Brash), mantan Gubernur Bank Sentral Chile(Roberto Zahler), Dr. Boediono dan Prof. Dr Sutan RemySjahdeini, S.H.

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    2/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 2 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    independensinya, sedangkan aspek

    akuntabilitas kepada masyarakat

    antara lain diwujudkan dari adanya

    kewajiban Bank Indonesia untuk

    memberikan penjelasan tentangkebijakannya melalui laporan reguler

    kepada parlemen dan penjelasan

    kepada masyarakat.

    Untuk mewujudkan pemikiran

    tersebut, maka Tim Panel

    mengusulkan agar di dalam proses

    penataan kelembagaan

    kebanksentralan dibentuk suatu

    badan yang dapat membantu tugas

    parlemen dalam melaksanakan

    fungsi pengawasan terhadap bank

    sentral.

    BSBI sebagai badan yang

    membantu Komisi XI DPR-RI

    Dengan disahkannya amandemen

    UU No. 23 Tahun 1999 menjadi UU

    No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan

    atas Undang-undang Republik

    Indonesia Nomor 23 Tahun 1999

    tentang Bank Indonesia pada tanggal

    15 Januari 2004, maka

    diamanatkanlah pembentukan Badan

    Supervisi Bank Indonesia.

    Rumusan Pasal 58A UU tersebut

    tidak persis sama dengan

    rekomendasi Tim Panel sebagaimana

    diuraikan di atas. Dari rumusan pasaldan penjelasannya dapat diketahui

    bahwa tujuan pembentukan badan

    baru ini adalah untuk membantu DPR

    dalam melaksanakan fungsi

    pengawasan di bidang tertentu

    terhadap Bank Indonesia dalam

    upaya meningkatkan akuntabilitas,

    independensi, transparansi, dan

    kredibilitas Bank Indonesia.

    Mengenai pengertian dari

    pengawasan di bidang tertentu,

    penjelasan pasal ini merincinyasecara jelas, yaitu bahwa BSBI

    ditugaskan untuk melakukan 3 (tiga)

    tugas telaahan, yakni: (a) menelaah

    laporan keuangan tahunan Bank

    Indonesia; (b) menelaah anggaran

    operasional dan investasi Bank

    Indonesia; dan (c) menelaah

    prosedur pengambilan keputusan

    kegiatan operasional di luar

    kebijakan moneter dan pengelolaan

    asset Bank Indonesia. Hasil

    telaahan tersebut selanjutnya

    disampaikan oleh BSBI kepada

    DPR dan tidak boleh langsung

    disampaikan kepada publik. Hal ini

    mengingat bahwa BSBI adalah

    badan yang oleh UU tugasnya

    adalah sebagai pembantu DPR,

    sedangkan fungsi pengawasan

    terhadap Bank Indonesia,

    berdasarkan Pasal 58 UUBI, adalah

    merupakan kewenangan DPR.

    Oleh karena itu, keberadaan BSBI

    tidak boleh menjadikan kewenangan

    DPR dalam menjalankan fungsi

    pengawasannya terhadap Bank

    Indonesia menjadi berkurang.

    Dari obyek penelaahan yangmenjadi tugas BSBI, dan dikaitkan

    dengan akuntabilitas BI kepada

    DPR, kewajiban BI untuk

    menyampaikan laporan kepada

    DPR untuk kemudian dievaluasi

    oleh DPR4, terlihat bahwa

    4 Lihat Pasal 58 UUBI

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    3/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 3 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    pembentukan BSBI diharapkan dapat

    memperkuat fungsi pengawasan

    DPR terhadap kegiatan operasional

    dan investasi BI. Dalam kaitannya

    dengan tugas Bank Indonesia dalammenetapkan dan melaksanakan

    kebijakan moneter, perbankan dan

    sistem pembayaran, eksistensi badan

    ini tidak mengurangi independensi

    Bank Indonesia. Hal ini mengingat

    dalam melaksanakan tugasnya itu,

    BSBI tidak boleh mencampuri dan

    tidak menilai kebijakan BI (di bidang

    sistem pembayaran, pengaturan dan

    pengawasan bank, serta bidang-

    bidang yang merupakan penetapan

    dan pelaksanaan kebijakan moneter),

    serta tidak mengevaluasi kinerja

    Dewan Gubernur.5

    Selanjutnya, terkait dengan struktur

    hubungan kerja dan tanggung jawab

    BSBI dengan DPR, pembentukan

    badan ini dimaksudkan untuk secara

    lebih spesifik, dengan

    profesionalisme para anggotanya,

    membantu tugas Komisi yang

    membidangi Bank Indonesia (dalam

    hal ini untuk periode DPR 2004-2009,

    adalah Komisi XI DPR).

    5 Lihat juga Pasal 4 Ayat (2) dan Pasal 9 UUBI.Pasal 4 Ayat (2).

    Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independendalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas daricampur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecualiuntuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini.Pasal 9.(1) Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur

    tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.

    (2) Bank Indonesia wajib menolak dan atau mengabaikansegala bentuk campur tangan dari pihak mana pundalam rangka pelaksanaan tugasnya.

    Sebagaimana diketahui, dalam

    pelaksanaan tugasnya sehari-hari,

    DPR dibagi dalam beberapa Komisi,

    dan Komisi yang membidangi Bank

    Indonesia adalah Komisi XI. Dengandemikian, dalam prakteknya, tugas

    BSBI pada waktunya adalah

    membantu tugas Komisi XI DPR.

    Mengenai hal ini anggota Komisi XI

    DPR RI, Drajad Wibowo

    berpendapat bahwa BSBI

    merupakan semacam konsultan

    plus untuk DPR karena telaahan-

    telahaannya tidak boleh

    disampaikan kepada publik.6

    Apabila dibandingkan dengan UU

    Bank Indonesia yang lama, yaitu UU

    No.13 Tahun 1968 tentang Bank

    Sentral yang tidak menganut konsep

    independensi bank sentral7,.

    Kedudukan BSBI ini sangat berbeda

    dengan kedudukan 2 (dua) badan

    yang ada pada tatanan

    kelembagaan pada waktu itu.

    Pertama, Komisaris Pemerintah

    sebagaimana yang pernah diatur

    dalam Pasal 22 sd 24 UU No.13

    Tahun 1968 tentang Bank Sentral,

    karena Komisaris Pemerintah

    bertanggung jawab kepada

    Presiden dan tugasnya adalah

    mengawasi Bank Indonesia selaku

    perusahaan. Dalam kedudukannyayang demikian itu, Komisaris

    Pemerintah mempunyai hubungan

    kerja yang bersifat langsung dengan

    6 Daily Investor Indonesia, tanggal 23 Juli 20057 Di dalam undang-undang ini Bank Indonesia

    didudukkan sebagai pembantu pemerintah, sebagaimanadapat dilihat dari rumusan Pasal 7: Tugas Pokok bankadalah membantu pemerintah. Pasal 17 Presiden dapatmemberhentikan Gubernur dan Direktur-Direktur meskipunmasa jabatan yang bersangkutan belum berakhir

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    4/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 4 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    Bank Indonesia, sedangkan dalam

    hal kedudukan BSBI, BSBI tidak

    mempunyai hubungan kerja langsung

    dengan Bank Indonesia, melainkan

    dengan DPR. Dalam konteks ini,dalam hal BSBI mempunyai

    keperluan untuk berhubungan

    langsung dengan Bank Indonesia,

    maka tentunya badan ini terlebih

    dahulu harus memperoleh

    penugasan dari DPR.

    Selain itu, BSBI juga berbeda dari

    Dewan Moneter sebagaimana pernah

    diatur dalam Pasal 8 sd 14 UU No. 13

    Tahun 1968 tentang Bank Sentral,

    mengingat Dewan Moneter yang

    beranggotakan menteri-menteri yang

    membidangi keuangan dan

    perekonomian serta Gubernur Bank

    Indonesia bertugas membantu

    pemerintah dalam merencanakan

    dan menetapkan kebijakan moneter,

    sedangkan kedudukan BSBI adalah

    sebagai pembantu DPR untuk

    menelaah laporan/ prosedur yang

    terkait dengan kegiatan/ anggaran

    operasional BI, di luar kebijakan di

    bidang moneter, perbankan, dan

    sistem pembayaran.

    Dari perbandingan dengan

    pengaturan tatanan kelembagaan

    dalam UU yang lama tersebut, yaitu

    UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank

    Sentral, dapat diketahui bahwa

    kedudukan BSBI tidak berada dalam

    struktur organisasi Bank Indonesia

    dan pembentukan BSBI tidak

    dimaksudkan untuk dapat

    mencampuri tugas dan wewenang

    Bank Indonesia sehari-hari, serta

    tidak dimaksudkan pula untuk

    mengurangi independensi Bank

    Indonesia dalam pelaksanaan

    tugasnya.

    Sesuai dengan maksud pembentukundang-undang, penambahan BSBI

    dalam penataan kelembagaan,

    adalah untuk memperkuat fungsi

    pengawasan DPR terhadap Bank

    Indonesia di bidang tertentu dalam

    rangka untuk meningkatkan

    akuntabilitas, independensi,

    transparansi, dan kredibilitas Bank

    Indonesia.

    Untuk kelancaran pelaksanaan

    tugas BSBI dan terkait pula dengan

    teknis penyediaan anggaran

    operasional BSBI, maka pada BI

    ditunjuk suatu satuan kerja

    penghubung yang menjembatani

    antara kewenangan persetujuan

    anggaran operasional BSBI yang

    ada pada DPR dengan teknispenyediaan anggaran operasional

    BSBI oleh BI.

    TUGAS BSBI

    Sebagai pedoman BSBI dalam

    melaksanakan tugasnya selaku

    badan yang membantu Komisi XI

    DPR, Pasal 58A secara tegasmenguraikan tentang tugas yang

    harus dijalankan oleh BSBI dan

    pembatasan mengenai hal-hal yang

    tidak boleh dilakukan oleh BSBI.

    Pengaturan UU yang jelas seperti ini

    tentu sangat diperlukan untuk

    mengoptimalkan fokus kerja BSBI.

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    5/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 5 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    Selain itu, pengaturan tentang apa

    yang harus diperbuat (dos) BSBI dan

    apa yang tidak boleh diperbuat

    (donts) BSBI ini menggambarkan

    secara tegas pula bahwapenambahan badan baru dalam

    tatanan hubungan antara DPR

    dengan Bank Indonesia tidak

    mengubah keyakinan pembentuk

    undang-undang tentang

    diperlukannya bank sentral yang

    independen untuk menjaga kestabilan

    moneter.

    Sesuai dengan amanat Pasal 58 AUUBI, tugas BSBI dalam rangka

    membantu DPR dalam

    melaksanakan fungsi pengawasan di

    bidang tertentu terhadap Bank

    Indonesia adalah melakukan telaahan

    atas :

    a. laporan keuangan tahunan BI;

    b. anggaran operasional dan

    investasi BI;

    c. prosedur pengambilan keputusan

    kegiatan operasional di luar

    kebijakan moneter dan

    pengelolaan asset BI.

    Hasil telaahan yang dilakukan oleh

    BSBI tersebut selanjutnya

    disampaikan kepada DPR sebagai

    masukan bagi DPR dalam rangka

    menjalankan fungsi pengawasannyaterhadap Bank Indonesia.

    Selain menyebutkan secara eksplisit

    tentang tiga tugas yang diamanatkan

    UUBI, Pasal 58A juga menegaskan

    bahwa hubungan kerja BSBI adalah

    kepada DPR dan tidak ada garis

    hubungan kerja secara langsung

    dengan Bank Indonesia. Berhubung

    dengan itu, UU memberikan

    batasan bahwa BSBI:

    a. Tidak melakukan penilaian

    terhadap kinerja Dewan

    Gubernur;

    b. Tidak ikut mengambil

    keputusan serta tidak ikut

    serta memberikan penilaian

    terhadap kebijakan di bidang

    sistem pembayaran,

    pengaturan dan pengawasan

    bank serta bidang-bidang

    yang merupakan penetapan

    dan pelaksanaan kebijakan

    moneter.

    c. Tidak dapat menghadiri

    Rapat Dewan Gubernur;

    d. Tidak dapat mencampuri dan

    menilai kinerja Bank

    Indonesia;

    e. Tidak dapat mengevaluasi

    kinerja Dewan Gubernur;

    f. Tidak dapat menyatakan

    pendapat untuk mewakili

    Bank Indonesia; dan

    g. Tidak dapat menyampaikan

    informasi yang terkait

    dengan pelaksanaan

    tugasnya langsung kepada

    publik.

    Mengenai rincian lingkup tugas

    BSBI dan batasan yang dituangkan

    UU ini, pakar ekonomi Univesitas

    Gadjah Mada Sri Adiningsih

    berpendapat bahwa format yang

    ada sudah tepat karena BSBI

    memang tidak boleh memiliki

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    6/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 6 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    kewenangan yang besar.8 BSBI

    dibentuk bukan untuk menilai seluruh

    aspek kegiatan Bank Indonesia tetapi

    untuk membantu sebagian tugas

    Komisi XI DPR dalam melaksanakanpengawasan di bidang tertentu saja

    terhadap Bank Indonesia.

    Dalam konteks lingkup tugas BSBI

    tersebut kiranya patut dibahas pula

    bahwa dalam melaksanakan

    kewenangan dan tugasnya tersebut,

    BSBI tidak mempunyai kewenangan

    sebagai badan pemeriksa (auditor)

    terhadap Bank Indonesia, sehingga

    kewenangan BSBI sangat berbeda

    dari dan tidak dapat disetarakan

    dengan kewenangan yang diberikan

    UU kepada Badan Pemeriksa

    Keuangan (BPK) sebagaimana diatur

    dalam Pasal 59 dan 61 UUBI.

    Berdasarkan Pasal 59 UUBI, BPK

    dapat melakukan pemeriksaan

    khusus terhadap Bank Indonesia atas

    permintaan DPR apabila diperlukan.

    Dalam penjelasan pasal ini dapat

    diketahui bahwa DPR akan meminta

    BPK untuk melakukan pemeriksaan

    khusus terhadap Bank Indonesia

    apabila DPR ingin mengetahui lebih

    dalam mengenai suatu permasalahan

    atau suatu kegiatan tertentu yang

    berkaitan dengan pengelolaan

    keuangan dan pelaksanaan anggaranoleh Bank Indonesia. Selanjutnya,

    Pasal 61 UUBI mengatur mengenai

    kewajiban Bank Indonesia untuk

    menyampaikan laporan keuangan

    tahunan Bank Indonesia, kewajiban

    pemeriksaan BPK terhadap laporan

    8 Harian Sinar Harapan, 23 Juli 2005

    keuangan Bank Indonesia, dan

    kewajiban BPK untuk

    menyampaikan laporan hasil

    pemeriksaannya kepada DPR.

    ANGGOTA BSBI

    Sebagai badan yang diharapkan

    dapat membantu tugas Komisi XI

    DPR secara maksimal dalam

    pengawasan di bidang tertentu

    terhadap Bank Indonesia, tentu saja

    kompetensi dan profesionalisme

    anggota BSBI menjadi faktor yang

    signifikan.

    Sebagaimana diatur dalam Pasal 58

    A ayat (2), BSBI terdiri dari 5 (lima)

    anggota yang terdiri dari seorang

    Ketua merangkap anggota dan 4

    (empat) orang anggota yang dipilih

    oleh DPR dan diangkat oleh

    Presiden. Anggota BSBI tersebut

    diusulkan oleh Presiden sekurang-

    kurangnya 10 (sepuluh) orang.

    Keanggotan BSBI dipilih dari orang-

    orang yang memenuhi persyaratan

    tertentu, yaitu mempunyai

    intergritas, moralitas, kemampuan/

    kapabilitas/keahlian, profesionalisme

    dan berpengalaman di bidang

    ekonomi, keuangan, perbankan atau

    hukum.

    Masa jabatan anggota BSBI adalah

    selama 3 (tiga) tahun dan dapatdipilih kembali untuk satu kali masa

    jabatan berikutnya. Dengan

    demikian, seseorang hanya dapat

    menjabat sebagai anggota BSBI

    selama 2 (dua) kali atau 6 (enam)

    tahun.

    Berkaitan dengan proses pemilihan

    anggota BSBI, pada tanggal 28

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    7/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 7 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    Maret 2005, Presiden menyampaikan

    10 (sepuluh) nama calon anggota

    BSBI kepada DPR RI untuk dilakukan

    pemilihan melalui fit and proper test.

    Dari 10 (sepuluh) orang yangdicalonkan tersebut yaitu Sutan Remy

    Sjahdeini, Bambang Triaji, John A

    Prasetyo, Zaki Baridwan, Armida S

    Alisjahbana, Romli Atmasasmita,

    Widigdo Sukarman, Anny Ratnawati,

    Marsuki dan Noke Kiroya,

    kesemuanya dinyatakan memenuhi

    kriteria/persyaratan calon anggota

    BSBI sebagaima diatur dalam Pasal

    58 A ayat (3).

    Proses fit and proper test untuk

    memilih anggota BSBI telah

    dilaksanakan oleh Komisi XI DPR RI

    pada tanggal 22 dan 23 Juni 2005.

    Dalam proses fit and proper test

    tersebut, yang diwarnai dengan

    pengunduran diri salah seorang calon

    yaitu, John A. Prasetyo, para calon

    diminta untuk memaparkan

    pandangan-pandangannya mengenai

    tugas BSBI dalam membantu Komisi

    XI DPR dalam tugas pengawasan

    terhadap Bank Indonesia. Dari

    sepuluh calon dimaksud, telah terpilih

    5 (lima) orang anggota BSBI yaitu

    Romli Atmasasmita, Marsuki, Widigdo

    Sukarman, Sutan Remy Sjahdeini

    dan Anny Ratnawati, untuk masajabatan selama 3 (tiga) tahun.

    Selanjutnya, memenuhi ketentuan

    undang-undang bahwa Ketua BSBI

    dipilih dari dan oleh anggota BSBI,

    maka para anggota BSBI telah

    melaksanakan proses pemilihan

    Ketua dan dari proses tersebut telah

    terpilih Sutan Remy Sjahdeini

    sebagai Ketua BSBI. Selanjutnya,

    sesuai dengan Pasal 58 A ayat (2),

    anggota BSBI terpilih tersebut akan

    diangkat oleh Presiden.

    Terkait dengan akan segerabekerjanya BSBI, dalam rangka

    optimalisasi kinerja kiranya DPR

    patut memikirkan mengenai

    perlunya pengaturan atau kode etik

    bagi anggota BSBI dalam hal yang

    bersangkutan memiliki jabatan

    rangkap yang potensial memiliki

    conflict of interestdengan tugasnya

    selaku anggota BSBI misalnya

    selaku pemegang saham

    pengendali pada bank umum, BPR,

    lembaga keuangan bukan bank

    serta perusahaan penyedia barang

    dan jasa untuk kebutuhan Bank

    Indonesia atau pengurus pada bank

    umum, BPR dan lembaga keuangan

    bukan bank, perusahaan penyedia

    barang dan jasa untuk kebutuhan

    Bank Indonesia dan perusahaan

    terafiliasi dengan Bank Indonesia.

    Selain itu kiranya perlu pula

    dipikirkan adanya pengaturan yang

    memberikan kewenangan kepada

    DPR untuk dapat memberhentikan

    anggota BSBI dalam masa

    jabatannya dalam hal yang

    bersangkutan melakukan perbuatan

    tercela atau berhalangan tetap.Kedua hal ini penting untuk

    dikemukakan mengingat UU tidak

    mengaturnya.

    HARAPAN TERHADAP BSBI

    Dalam Pasal 58 A ayat (4) UUBI

    diatur pula mengenai anggaran dan

    tempat berkantornya BSBI. UU

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    8/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 8 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005

    mengatur bahwa seluruh biaya BSBI

    dibebankan pada anggaran

    operasional Bank Indonesia.

    Selanjutnya, pada Penjelasan ayat

    (5), disebutkan bahwa BSBIbertempat yang disediakan oleh Bank

    Indonesia.

    Berkenaan dengan pengaturan

    tersebut, terdapat kesangsian dari

    sementara kalangan terhadap kinerja

    BSBI dalam melaksanakan tugasnya

    membantu Komisi XI DPR dalam

    pelaksanaan tugas pengawasan

    terhadap Bank Indonesia. Mengenai

    hal ini Sri Adiningsih berpendapat,

    Semua amat tergantung oleh

    intergritas dan moralitas anggota

    BSBI.9

    Terlepas dari kesangsian itu, pada

    dasarnya pengaturan UU yang

    menyatakan bahwa seluruh biaya

    BSBI dibebankan pada anggaran

    operasional Bank Indonesia dan

    kantor BSBI disediakan oleh Bank

    Indonesia, tidak dapat diartikan

    bahwa Bank Indonesia memiliki

    kewenangan untuk menetapkan

    jumlah anggaran dan fasilitas bagi

    keperluan operasional BSBI. Dengan

    mengingat bahwa BSBI adalah

    pembantu DPR, maka kewenangan

    untuk menetapkan besarnya jumlah

    anggaran dan fasilitas BSBI adalahsepenuhnya merupakan kewenangan

    DPR, dan dalam melaksanakan

    kewenangannya itu, DPR perlu

    memperhatikan pula kemampuan

    keuangan Bank Indonesia. Dengan

    9 Harian Sinar Harapan, tanggal 23 Juli 2005.

    mekanisme seperti ini, diharapkan

    integritas BSBI akan tetap terjaga.

    Akhirnya, berkenaan dengan

    penataan kelembagaan ini,

    masyarakat, sebagaimana halnyapembentuk undang-undang, tentu

    berharap agar BSBI dapat

    menjalankan tugasnya

    sebagaimana yang diamanatkan UU

    yaitu badan yang membantu Komisi

    XI dalam melaksanakan fungsi

    pengawasan di bidang-bidang

    tertentu terhadap Bank Indonesia

    dalam rangka mengupayakan

    peningkatan akuntabilitas,

    independensi, transparansi, dan

    kredibilitas Bank Indonesia.

  • 7/22/2019 Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI)

    9/9

    BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 9 Volume 3, Nomor 2, Agustus 2005