badan karantina pertanian 2017 · biosafety . dan. biosecurity. kondisi . saat ini, beberapa...
TRANSCRIPT
Badan Karantina Pertanian 2017
ii
RANCANG INDUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM
KARANTINA HEWAN, KARANTINA TUMBUHAN DAN
KEAMANAN HAYATI LINGKUP BADAN KARANTINA
PERTANIAN TAHUN 2017
BADAN KARANTINA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN
NOMOR : 177/Kpts/OT.160/K/01/2017
TENTANG
RANCANG INDUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN,
KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI LINGKUP BADAN KARANTINA PERTANIAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,
Menimbang : a. Bahwa pada saat ini kondisi laboratorium di Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di lingkup Badan Karantina Pertanian sangat beragam dalam prasarana dan sarana serta sumber daya manusianya;
b. Bahwa untuk mengatasi kondisi tersebut, maka Badan Karantina Pertanian perlu menetapkan Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan Dan Keamanan Hayati Lingkup Badan Karantina Pertanian yang mengacu pada prinsip-prinsip penyelenggaraan laboratorium baik.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4002);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4196);
6. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);
7. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);
8. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/ 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian;
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 83/Permentan/OT.140/10/ 2011 tentang Unit Kerja Eselon IV Lingkup Badan Karantina Pertanian;
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/7/ 2014 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Lingkup Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1017);
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/ 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
13. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 51/Permentan/KR.010/9/2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.140/12/ 2011 Tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina;
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 55/Permentan/KR.040/11/
2016 Tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan Pangan Segar Asal Tumbuhan;
15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : RANCANG INDUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN, KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI LINGKUP BADAN KARANTINA PERTANIAN.
KEDUA : Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Lingkup Badan Karantina Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU tercantum pada Lampiran I sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Penyelenggaraan dan Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU tercantum pada Lampiran II sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.
KEEMPAT : Pedoman Penyelenggaraan dan Pengembangan Laboratorium Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU tercantum pada Lampiran III sebagai bagian tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.
KELIMA : Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Lingkup Badan Karantina Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA, Diktum KETIGA, dan Diktum KEEMPAT sebagai dasar kebijakan pengembangan laboratorium di lingkup Badan Karantina Pertanian, dan pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Badan Karantina Pertanian dalam penyelenggaraan laboratorium.
KEENAM Dengan ditetapkannya Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian ini, maka tidak diberlakukan lagi Surat Keputusan Kepala Badan sebagai berikut:
a. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 282/Kpts/HK.130/L/01/2013 tentang Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani pada Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Karantina Pertanian;
b. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 487/Kpts/OT.160/L/2/2013 tentang Pedoman Penetapan dan Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani pada Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Karantina Pertanian;
c. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor369.a/Kpts/OT.160/L.1/03/2014 tentang PedomanPengembangan Sarana Prasarana Laboratorium LingkupBadan Karantina Pertanian.
KETUJUH Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal : 30 Januari 2017
KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,
Ir. BANUN HARPINI, M.Sc. NIP. 19601019 198503 2 001
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth,:
1. Menteri Pertanian RI;
2. Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani;
3. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati;4. Para Kepala Balai Besar/Balai/Stasiun Karantina Pertanian di seluruh Indonesia.
-i-
KATA PENGANTAR
Pedoman ini merupakan standard bagi Unit Pelaksana Teknis
(UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian dalam pembangunan
dan pengembangan laboratorium Karantina Hewan, Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati baik segi fisik bangunan,
sumberdaya manusia (SDM), penganggaran maupun fasilitasi
lainnya.
Pedoman ini merupakan Penyempurnaan dan Pedoman Rancang Induk
Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Tahun 2016.
Pedoman ini telah dibahas dan disetujui oleh Tim Penyempurnaan Pedoman
Rancang Induk Pengembangan Laboratorium karantina Hewan, Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati. Dengan ditetapkannya pedoman tahun 2016 ini,
maka untuk Pedoman Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina
Hewan, Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati tahun 2015 dibatalkan.
Kepala Badan Karantina Pertanian,
BANUN HARPINI NIP. 19601019.198503.2001
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 3
1.3. Ruang Lingkup 4
1.4. Dasar Hukum 4
1.5. Pengertian 6
BAB II PENGEMBANGAN LABORATORIUM DAN TATA HUBUNGAN KERJA
LABORATORIUM BARANTAN SERTA JEJARING LABORATORIUM 7
2.1. Tata Hubungan Kerja Laboratorium 7
2.2. Pengelolaan Koleksi Standar HPHK/OPTK 9
2.3. Pengembangan Metode Pengujian/Validasi Metode 10
2.4. Bimbingan Teknis Laboratorium 12
2.5. Jejaring Laboratorium 12
BAB III PENETAPAN AKREDITASI LABORATORIUM 14
3.1. Ruang Lingkup Akreditasi Laboratorium 14
3.2. Tahapan Persiapan Akreditasi Laboratorium 14
BAB IV PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM 32
4.1. Fasilitas Data 32
4.2. Fasilitas Perangkat Lunak (Software) dan Perangkat Keras
(Hardware) 32
4.3. Pengelolaan Sistem Informasi 33
BAB V PENGEMBANGAN PENERAPAN STANDAR LABORATORIUM 34
5.1. Lokasi dan Bangunan 34
5.2. Peralatan laboratorium 36
5.3. Bahan yang sudah terstandar 37
5.4. Metode Pengujian Laboratorium 37
5.5. Sumber Daya Manusia 38
BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 39
BAB VII KEBIJAKAN PENGANGGARAN 41
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 1
KONSEP, tanggal 30 Desember 2016
Lampiran I Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
Nomor : 177/Kpts/OT.160/K/01/2017
Tanggal : Januari 2017
Tentang : Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan Dan Keamanan Hayati Lingkup Badan Karantina Pertanian.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN
LABORATORIUM KARANTINA HEWAN, KARANTINA TUMBUHAN
DAN KEAMANAN HAYATI
LINGKUP BADAN KARANTINA PERTANIAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2015
bahwa tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian (Barantan) sebagai
institusi Pemerintah melakukan pencegahan masuk dan tersebarnya Hama dan
Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) ke/di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Tugas dan
fungsi tersebut dilaksanakan melalui tindakan karantina sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 16 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan. Pelaksanaan tindakan karantina tersebut tetap memperhatikan
aspek kesehatan hewan dan tumbuhan serta pemenuhan pangan yang aman
dan layak untuk dikonsumsi dalam upaya memberikan jaminan perlindungan
kesehatan serta peningkatan kualitas hidup manusia. Selain itu pelaksanaan
tindakan karantina mempertimbangkan sifat dan tingkat risiko HPHK dan OPTK
yang dapat berdampak pada sosio-ekonomi nasional dan perdagangan
internasional. Untuk mencapai tindakan karantina terhadap media pembawa
30
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 2
(MP) HPHK dan OPTK yang optimal, harus didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai sesuai standar nasional maupun internasional.
Sarana dan prasarana yang memadai tersebut mencakup semua laboratorium
yang dimiliki oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Barantan.
Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO), pembatasan lalulintas komoditas pertanian hanya dapat
dilakukan dengan alasan hambatan teknis (techical barrier) yang berbasis
ilmiah. Adanya kecenderungan peningkatan pemasukan komoditas pertanian
dalam perdagangan di Indonesia, dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan
produksi hasil pertanian. Kondisi tersebut perlu diantisipasi terhadap masuk
dan tersebarnya HPHK/OPTK, keamanan pangan, keamanan pakan dan
keamanan lingkungan melalui tindakan karantina dan pengawasan cemaran,
residu serta produk rekayasa genetika dengan penetapan persyaratan teknis.
Pengujian laboratorium merupakan salah satu tahapan penting dari
keseluruhan tindakan karantina. Hasil pengujian laboratorium tersebut
merupakan justifikasi ilmiah dalam menentukan tindakan karantina selanjutnya
terhadap MP HPHK dan MP OPTK yang dilalulintaskan.
Dalam pengujian laboratorium tersebut di atas perlu adanya standarisasi
pengujian laboratorium sehingga hasilnya dapat diakui secara nasional
maupun internasional. Kebijakan Barantan yang dibuat dalam pelaksanaan
perkarantinaan hewan dan tumbuhan, salah satunya terkait dengan fasilitas
dan kegiatan laboratorium. Komitmen untuk keselamatan personil laboratorium
dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman, menjaga keselamatan dan
kesehatan individu, masyarakat dan lingkungan perlu dilakukan melalui
penerapan prinsip-prinsip biosafety dan biosecurity.
Kondisi saat ini, beberapa laboratorium UPT telah berhasil dibangun dan
dikembangkan sesuai dengan persyaratan standar mengacu pada kebutuhan
karantina hewan dan tumbuhan, sehingga kegiatan deteksi dan identifikasi
HPH/HPHK dan OPT/OPTK dapat dilaksanakan dengan baik. Namun ditinjau
dari fisik bangunan laboratorium masih terdapat perbedaan antara satu UPT
dengan UPT yang lain, baik dari segi rancang bangun, pemanfaatan ruangan
dan operasionalnya. Keadaan seperti itu bisa dimaklumi mengingat UPT belum
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 3
sepenuhnya mengacu pada pedoman pengembangan sarana prasarana
laboratorium lingkup Barantan sesuai dengan Keputusan Kepala Barantan No.
369.a/Kpts/OT.160/L.1/03/2014. Dengan demikian pengembangan
laboratorium cenderung sesuai keinginan masing-masing UPT dan kadangkala
kurang memperhatikan aspek kesehatan, aspek teknis dan aspek lainnya
antara lain sumber daya manusia, ketersediaan teknologi informasi dan
penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) laboratorium. Selain itu pedoman
tersebut masih terdapat beberapa kekurangan sehingga perlu disempurnakan.
Dalam pelaksanaan standarisasi laboratorium tersebut perlu disusun
Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Lingkup Barantan. Dengan disahkan dan
diberlakukannya Rancang Induk ini diharapkan dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun dapat terwujud target pencapaian pengembangan laboratorium UPT
sesuai dengan Rencana Strategis Badan Karantina Pertanian.
1.2. Maksud dan Tujuan
Pedoman Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina
Hewan, Karantina Tumbuhan Dan Keamanan Hayati Lingkup Badan Karantina
Pertanian ini dimaksudkan sebagai acuan pengembangan Laboratorium
lingkup Barantan dengan tujuan untuk standarisasi sarana dan prasarana
laboratorium, mengantisipasi adanya perubahan dinamika status HPHK dan
OPTK serta pengawasan keamanan pangan, perkembangan ilmu dan
teknologi pengujian Laboratorium. Hasil uji yang dilakukan oleh Laboratorium
lingkup Barantan yang sudah di standarisasi tersebut diharapkan diakui secara
nasional maupun internasional.
Pedoman ini sebagai acuan UPT lingkup Barantan dalam:
a. pengembangan laboratorium baik dalam pembangunannya, renovasi,
pemenuhan prasarana dan sarana dengan menerapkan prinsip-prinsip
good laboratory practice sehingga diperoleh hasil uji yang baik, benar dan
dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta
mampu telusur; dan
b. pengelolaan fasilitas laboratorium lingkup Badan Karantina Pertanian.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 4
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup rancang induk pengembangan laboratorium lingkup Barantan
meliputi: kebijakan pengembangan dan pengelolaan serta pedoman
penyelenggaraan laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati lingkup Barantan
1.4. Dasar Hukum
1.4.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3482);
1.4.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008
Tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
1.4.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
1.4.4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 161,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4002);
1.4.5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina
Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4196);
1.4.6. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas
dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 339);
1.4.7. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
85);
1.4.8. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan
Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun
2014-2019;
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 5
1.4.9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/9/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Uji Standar Karantina
Pertanian;
1.4.10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina
Pertanian;
1.4.11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/3/2014
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor
94/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan
Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina
dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina(Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 428);
1.4.12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/7/2014
tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
Lingkup Kementerian Pertanian (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1017);
1.4.13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
1.4.14. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
04/Permentan/PP.340/2/2015 Tentang Pengawasan Keamanan
Pangan Terhadap Pemasukan Dan Pengeluaran Pangan Segar Asal
Tumbuhan;
1.4.15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang
Penggolongan Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina,
Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa.
1.4.16. Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor
369.a/Kpts/OT.160/L.1/03/2014 tentang Pedoman Pengembangan
Sarana Prasarana Laboratorium Lingkup Badan Karantina Pertanian;
1.4.17. Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor
51/Permentan/KR.010/9/2015 tentang Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 6
1.5. Pengertian
1.5.1. Laboratoratorium Karantina yang selanjutnya disebut laboratorium
adalah bagian dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan
deteksi/identifikasi HPHK/OPTK.
1.5.2. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) yang menyatakan bahwa suatu
lembaga/laboratorium telah memenuhi persyaratan untuk melakukan
kegiatan sertfikasi.
1.5.3. Analis adalah pejabat fungsional yang melakukan kegiatan pengujian
dengan mempergunakan metode uji tertentu di laboratorium.
1.5.4. Penyelia adalah personel kompeten di bidang pengujian tertentu yang
melakukan supervisi pelaksanaan kegiatan pengujian yang dilakukan
analis.
1.5.5. Uji profisiensi adalah penentuan unjuk kerja laboratoium melalui uji
banding antar laboratorium (Inter laboratory comparison).
1.5.6. Uji banding adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui objetivitas hasil pengujian, dilakukan dengan cara
membandingkan hasil uji satu laboratorium dengan laboratorium
lainnya dengan mengggunakan metode pengujian yang asma dan
sampel/specimen yang sama.
1.5.7. Validasi metode adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan
bukti objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud khusus
dapat dipenuhi.
1.5.8. Verifikasi adalah konfirmasi melalui penyediaan bukti objektif bahwa
persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi.
1.5.9. Uji rujukan adalah pengujian atas hasil uji laboratorium karantina
hewan, karantina tumbuhan, dan keamanan hayati.
1.5.10. Uji konfirmasi adalah pengujian yang dilakukan terhadap hasil
pemantauan, intersepsi HPH/HPHK dan intersepsi OPT/OPTK.
1.5.11. Koleksi standar OPTK/HPHK adalah koleksi yang sudah diverifikasi
kebenarannya sesuai dengan referensi nasional/internasional.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 7
BAB II
PENGEMBANGAN LABORATORIUM DAN TATA HUBUNGAN KERJA LABORATORIUM BARANTAN SERTA JEJARING
LABORATORIUM
Pengembangan laboratorium dilingkup Barantan ditujukan untuk efektifitas
dan efisiensi pengujian sehingga selalu memenuhi standar Internasional yang telah
ditetapkan Organization International des Epizooties (OIE) dan International Plant
Protection Commitee (IPPC). Pengembangan laboratorium ini memiliki konsekuensi
dengan peningkatan tugas, kompetensi dan kinerja petugas laboratorium penguji
serta peningkatan sarana dan prasarana termasuk sistem perkarantinaan di
Indonesia. Pengembangan laboratorium lingkup Barantan mencakup pengaturan
antara lain:
2.1. Tata Hubungan Kerja Laboratorium
Dalam rangka efektifitas penyelenggaraan dan sistem kinerja laboratorium
lingkup Badan Karantina Pertanian dipandang perlu penetapan tata hubungan
kerja laboratorium untuk mendorong dan meningkatkan peran dan fungsi
penyelenggaraan laboratorium lingkup Badan Karantina Pertanian. Tata
hubungan kerja laboratorium yang dimaksud meliputi :
2.1.1. Mekanisme Pengujian
Barantan sebagai organisasi induk mendukung operasionalisasi
cegah tangkal melalui tindakan karantina pertanian yang salah satu
diantara tindakan karantina tersebut adalah kegiatan pemeriksaan
laboratorium. Unit Pelaksana Teknis dalam melaksanakan kegiatan
pengujian laboratorium harus sesuai dengan kompetensi dan
berdasarkan klasifikasi laboratorium yang ditetapkan oleh Barantan
mengacu pada tingkat risiko terdapatnya HPH/HPHK dan OPT/OPTK.
Pemenuhan seluruh sarana, prasarana serta SDM di UPT Karantina
Pertanian oleh Barantan ditentukan sesuai dengan klasifikasi masing-
masing laboratorium.
Dalam hal UPT belum dapat melakukan pengujian laboratorium
secara mandiri sesuai klasifikasinya dan/atau memerlukan uji rujukan
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 8
dan uji konfirmasi, maka UPT yang bersangkutan harus berkoordinasi
dengan BBUSKP dalam hal pengiriman sampel untuk dilakukan uji
rujukan atau uji konfirmasi. Hal tersebut di atas dimaksudkan untuk
monitoring kompetensi laboratorium UPT dalam melaksanakan
kegiatan pengujian dan pengelolaan data base HPHK/OPTK.
Dalam hal pengembangan dan harmonisasi metode pengujian untuk
HPHK/OPTK, BBUSKP berkoordinasi dengan laboratorium instansi
terkait lainnya.
BBUSKP sebagai laboratorium rujukan lingkup Barantan sesuai
dengan tugas dan fungsinya pada Permentan Nomor 43 Tahun 2006
melaksanakan uji rujukan dan uji konfirmasi. Mekanisme pengujian
sesuai Permentan tersebut adalah sebagai berikut:
2.1.1.1. Uji Rujukan dilaksanakan oleh BBUSKP terhadap sampel
yang berasal dari UPT apabila hasil pengujian di UPT masih
diragukan atau diperlukan metode yang lebih tinggi atau
ketidak mampuan UPT karena klasifikasi yang berbeda atau
kondisi dimana UPT mengalami hambatan dalam melakukan
pengujian karena beberapa alasan misalnya keterbatasan
bahan (tidak ada/habis), alat (tidak ada/rusak) dan
keterbatasan SDM.
2.1.1.2. Uji konfirmasi dilaksanakan di BBUSKP terhadap hasil
pemantauan, intersepsi dan uji khusus lainnya HPH/HPHK
dan OPT/OPTK.
2.1.1.3. Uji Banding dapat dilaksanakan oleh laboratorium UPT
lingkup Badan Karantina Pertanian dalam rangka penerapan
SMM laboratorium untuk memenuhi persyaratan pengujian
akreditasi laboratorium dan/atau penambahan ruang lingkup
akreditasi laboratorium di UPT tersebut.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 9
2.1.1.4. Uji Profisiensi dapat diikuti oleh seluruh laboratorium UPT
lingkup Barantan dalam rangka pencapaian akreditasi
laboratorium dan/atau penambahan ruang lingkup akreditasi
di UPT tersebut sekaligus untuk meningkatkan kinerja
laboratorium UPT. Penyelenggaraan uji profisiensi hanya
dilakukan oleh BBUSKP dengan memperhatikan ruang
lingkup akreditasi laboratorium yang dibutuhkan oleh
laboratorium UPT.
2.2. Pengelolaan Koleksi Standar HPHK/OPTK
Sesuai tugas dan fungsi Barantan bahwa UPT wajib melaksanakan pembuatan
koleksi HPHK/OPTK, dengan mengacu pada pedoman koleksi yang ditetapkan
oleh Pusat Teknis. Hasil koleksi HPHK/OPTK tersebut harus diverifikasi oleh
BBUSKP sesuai tugas dan fungsinya. BBUSKP menerbitkan surat keterangan
hasil verifikasi terhadap koleksi tersebut. BBUSKP mengajukan atau
mengusulkan hasil koleksi HPHK/OPTK yang sudah di verifikasi kepada
Kepala Barantan untuk ditetapkan sebagai koleksi standar nasional lingkup
Barantan
Koleksi standar nasional yang sudah ditetapkan dikelola oleh UPT dengan
memperhatikan tingkat risiko dari koleksi tersebut. Koleksi yang memiliki tingkat
risiko berbahaya hanya dapat disimpan di BBUSKP sedangkan koleksi dengan
tingkat risiko rendah dapat disimpan di UPT masing-masing.
Setiap UPT diwajibkan memiliki koleksi HPHK/OPTK hasil pengujian/
pemantauan di wilayahnya masing-masing. Apabila UPT yang bersangkutan
belum memiliki HPHK/OPTK yang dimaksud, UPT bersangkutan dapat
meminta koleksi kepada BBUSKP atau kepada UPT yang sudah memiliki
dengan tingkat risiko HPHK/OPTK yang sama. Koleksi HPHK/OPTK wajib
disimpan dalam data base koleksi contoh Biolink yang terintegrasi dengan
seluruh UPT dan Barantan untuk memudahkan akses informasi koleksi standar
nasional. Mekanisme dan alur penetapan koleksi standar nasional tercantum
pada gambar di bawah ini.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 10
Gambar 1 Mekanisme dan Alur Penetapan Koleksi Standar Nasional
2.3. Pengembangan Metode Pengujian/Validasi Metode
Berdasarkan Permentan Nomor 43 Tahun 2006, BBUSKP melakukan
pengembangan Metode Pengujian/Validasi Metode Uji. Pengembangan
metode dilakukan terhadap metode tidak baku dan metode baku. Pemilihan
metode mengikuti tata alur seperti gambar di bawah ini:
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 11
Gambar 2 Langkah-Langkah Penetapan Metode Uji Terimplementasi dan Standar
Barantan melalui Pusat Teknis menetapkan metode standar pengujian
laboratorium dan pada akhirnya digunakan sebagai acuan UPT lingkup
Barantan. UPT lingkup Barantan dapat melakukan validasi/verikasi metode uji
dalam penerapan SMM laboratorium guna memenuhi persyaratan akreditasi
laboratorium sesuai dengan ruang lingkup pengujian masing-masing.
Selain melakukan pengembangan metode, BBUSKP juga melakukan uji coba
metode uji dan perlakuan. Pelaksanaan uji coba memperhatikan beberapa
hal/tahapan yaitu :
2.3.1. Pusat Teknis Barantan menetapkan tema kegiatan uji coba.
2.3.2. BBUSKP menyiapkan dan menyampaikan proposal uji coba sesuai tema
kepada Pusat Teknis untuk dikonsultasikan dan mendapat persetujuan.
2.3.3. BBUSKP melakukan kegiatan uji coba sesuai dengan proposal uji coba
yang disetujui Pusat Teknis.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 12
2.3.4. Hasil uji coba disampaikan kepada Pusat Teknis untuk dilakukan
evaluasi.
2.3.5. Terhadap hasil uji coba yang telah dievaluasi selanjutnya ditetapkan
sebagai bahan desiminasi di BUTTMKP.
2.4. Bimbingan Teknis Laboratorium
Berdasarkan Permentan Nomor 43 Tahun 2006, BBUSKP melaksanakan
bimbingan teknis laboratorium di seluruh UPT lingkup Barantan. BBUSKP
melaksanakan bimbingan teknis laboratorium yang berpedoman pada
rencana strategis ataupun UPT prioritas yang menjadi target Barantan.
Bimbingan teknis tersebut mencakup pemberian bimbingan teknis,
pengawasan dan pengendalian penerapan sistem manajemen mutu
laboratorium, termasuk didalamnya bimbingan teknis metode pengujian.
BBUSKP membuat laporan setiap tahun terhadap hasil bimbingan teknis dan
selanjutnya disampaikan ke Pusat Teknis Barantan sebagai bahan evaluasi
kebijakan didalam menetapkan laboratorium-laboratorium yang siap
mengajukan akreditasi laboratorium penguji dan kompetensi laboratorium
didalam melakukan pengujian terhadap MP HPHK dan MP OPTK.
2.5. Jejaring Laboratorium
Sesuai dengan tugas dan fungsi BBUSKP dalam Permentan Nomor 43 Tahun
2006, salah satu fungsi BBUSKP yaitu melaksanakan jejaring kerja
laboratorium. Jejaring kerja laboratorium ini ditujukan untuk meningkatkan
koordinasi, kerjasama dan harmonisasi laboratorium lingkup Barantan. Oleh
karena itu perlu diadakan pertemuan teknis setiap tahun melalui kegiatan
“Temu Teknis Jejaring Kerja Laboratorium” lingkup Barantan.
Selain jejaring kerja laboratorium lingkup Barantan perlu juga dilakukan jejaring
dengan laboratorium veteriner dan laboratorium penyakit tumbuhan lainnya
baik tingkat nasional maupun internasional (regional, bilateral dan multilateral)
dalam rangka penerapan Sanitary and Phytosanitary Measure (SPS) di era
globalisasi perdagangan. Jejaring kerja laboratorium lingkup Barantan dan
laboratorium terkait lainnya di luar Barantan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 13
Gambar 3 Jejaring Kerja Laboratorium
LAB.
UPT KP
LAB.
UPT KP
LAB.
UPT KP
LAB.
UPT KP
BBUSKP
B A R A N T A N
LAB. INSTANSI LAIN
LAB. INSTANSI LAIN
LAB. INSTANSI LAIN
Kerjasamadan
Koordinasi
Konsultasi Pembinaan
Bimtek
- Konsultasi- Uji Konfirmasi
- Uji Rujukan
- Uji Banding
Monev
Monev
Monev
Monev
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 14
BAB III
PENETAPAN AKREDITASI LABORATORIUM
Penetapan ruang lingkup akreditasi oleh laboratorium UPT harus berdasarkan pada
klasifikasi laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (Lampiran
2) dan klasifikasi laboratorium Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
(Lampiran 3) pada pedoman ini. Penetapan klasifikasi laboratorium tersebut
disesuaikan dengan tingkat risiko dan frekuensi komoditas yang dilalulintaskan.
Ruang lingkup yang diajukan dalam akreditasi atau penambahan ruang lingkup
akreditasi dikonsultasikan dan mendapat persetujuan dari Pusat Teknis Barantan
melalui Tim Teknis yang ditunjuk oleh Kepala Barantan.
3.1. Ruang Lingkup Akreditasi Laboratorium
Sesuai dengan sistem akreditasi, ruang lingkup akreditasi laboratorium
merupakan kombinasi dari jenis sampel yang diuji, parameter uji dan metode
uji. Jenis sampel yang diuji oleh setiap laboratorium UPT Lingkup Badan
Karantina Pertanian tidak terlepas dari lalulintas MP HPHK dan MP OPTK yang
masuk/keluar melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang sudah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
44/Permentan/OT.140/3/2014. Penetapan ruang lingkup akreditasi sangat
tergantung pada lalulintas MP HPHK dan MP OPTK, kompetensi setiap
laboratorium penguji yang ditentukan berdasarkan ketersediaan sumber daya
laboratorium antara lain meliputi: personel pelaksana pengujian (Analis dan
Penyelia) yang kompeten, kemampuan metode uji berdasarkan metode
baku/metode tidak baku, bahan uji dan bahan pendukung, peralatan
laboratorium serta sampel/contoh uji.
3.2. Tahapan Persiapan Akreditasi Laboratorium
BBUSKP memberikan bimbingan teknis pengenalan dan pemahaman SMM
laboratorium sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008 kepada seluruh personel yang
akan terlibat di dalam penerapan SMM laboratorium baik kepada personel
manajerial maupun personel teknis laboratorium dengan maksud untuk
membangun komitmen manajemen dan seluruh personel yang akan terlibat di
dalam penerapan SMM laboratorium.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 15
3.2.1. Pengenalan Sistem Manajemen Mutu (SMM) Laboratorium SNI
ISO/IEC 17025:2008 Tentang Persyaratan Umum Kompetensi
Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.
Kegiatan ini dilakukan selama 1 (satu) hari yang meliputi penyampaian
materi Sistem Akreditasi dan Pengenalan SNI ISO/IEC 17025:2008
meliputi 15 (lima belas) persyaratan manajemen dan 10 (sepuluh)
persyaratan teknis. Semua personil yang sudah mengikuti kegiatan ini
dibuktikan dengan sertifikat yang diterbitkan oleh penyelenggara
kegiatan.
3.2.2. Pemahaman SMM Laboratorium SNI ISO/IEC 17025:2008
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Pengenalan Sistem
Manajemen Mutu Laboratorium SNI ISO/IEC 17025:2008 yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap seluruh personel
yang akan terlibat di dalam penerapan sistem manajemen mutu
laboratorium baik personel manajerial maupun personel teknis
laboratorium, dimana kegiatan ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari
yang meliputi pemahaman terhadap klausul/elemen 15 (lima belas)
persyaratan manajemen dan 10 (sepuluh) persyaratan teknis SNI
ISO/IEC 17025:2008. Selain itu juga, di dalam kegiatan pemahaman
SNI ISO/IEC 17025:2008 diberikan pemahaman tentang Tahap-tahap
persiapan akreditasi laboratorium dan Prosedur Akreditasi. Semua
personil yang sudah mengikuti kegiatan ini dibuktikan dengan sertifikat
yang diterbitkan oleh penyelenggara kegiatan.
3.2.3. Penetapan/Penyelarasan Struktur Organisasi Laboratorium
Sesuai dengan Persyaratan Manajemen SNI ISO/IEC 17025:2008
Organisasi Laboratorium harus diselaraskan/diharmonisasikan dengan
struktur organisasi UPT yang ditetapkan berdasarkan Permentan
Nomor: 22 Tahun 2008 dan Permentan Nomor:
43/Permentan/OT.140/9/2006. Oleh karena itu penetapan fungsi
personel inti manajemen laboratorium (Manajemen Puncak, Manajer
Administrasi/Penunjang, Manajemen Teknis dan Manajer Mutu) perlu
diselaraskan dengan jabatan struktural sesuai Permentan yang ada.
Penyelarasan struktur organisasi laboratorium yang mencakup
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 16
penambahan fungsi pada pejabat struktural ditetapkan dalam surat
keputusan Kepala UPT.
3.2.4. Penyusunan Dokumen Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Penyusunan dokumentasi sistem manajemen mutu laboratorium SNI
ISO/IEC 17025:2008 merupakan implementasi dari persyaratan
manajemen klausul 4.2 Sistem Manajemen. Klausul tersebut
menyatakan bahwa laboratorium harus:
3.2.4.1. Menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem
manajemen yang sesuai dengan lingkup kegiatannya.
3.2.4.2. Mendokumentasikan kebijakan, sistem, program, prosedur,
dan instruksi sejauh yang diperlukan untuk menjamin mutu
hasil pengujian.
3.2.4.3. Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan sistem
tersebut kepada, dimengerti oleh, tersedia bagi, dan
diterapkan oleh semua personel yang terkait.
3.2.4.4. Menyusun 4 (empat) level dokumen SMM yang meliputi:
dokumen mutu level 1 (Panduan Mutu), dokumen mutu level 2
(Prosedur Kerja), dokumen mutu level 3 (Instruksi Kerja, yang
terdiri dari: Instruksi Kerja Metode/IKM, Instruksi Kerja
Alat/IKA, dan Instruksi Kerja Khusus/IKK) serta dokumen
mutu level 4 (Form/Formulir).
3.2.4.5. Dokumen sistem manajemen mutu laboratorium ini digunakan
sebagai acuan di dalam penerapan SMM Laboratorium.
3.2.5. Sosialisasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Manajer Mutu melakukan sosialisasi dokumen SMM laboratorium yang
telah dibuat kepada seluruh personel yang terlibat di dalam penerapan
SMM laboratorium SNI ISO/IEC 17025:2008.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 17
3.2.6. UJi Coba Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Uji coba penerapan SMM laboratorium:
3.2.6.1. Dilakukan untuk mengimplementasikan SMM yang telah
ditetapkan sebagai persyaratan yang harus dipenuhi; dan
3.2.6.2. Dilakukan minimal 3 (tiga) bulan, dan mengumumkan tanggal
dimulainya uji coba kepada seluruh personel laboratorium,
sehingga kegiatan audit internal sudah dapat dilakukan.
3.2.7. Kalibrasi Peralatan
Kegiatan kalibrasi peralatan bertujuan untuk memastikan bahwa
peralatan yang berpengaruh terhadap mutu hasil pengujian seperti
peralatan pengukur suhu, volume, dan massa terjamin akurasinya.
3.2.8. Validasi/Verifikasi Metode Uji
Sesuai dengan persyaratan teknis SNI ISO/IEC 17025:2008 klausul
5.4 disebutkan bahwa laboratorium harus menggunakan metode
pengujian termasuk metode pengambilan contoh (sampel) yang
memenuhi kebutuhan pelanggan dan sesuai dengan pengujian yang
dilakukan. Metode yang digunakan sebaiknya merupakan metode
standar (metode baku) yang dipublikasikan secara internasional,
regional, atau nasional. Laboratorium harus memastikan bahwa
standar yang digunakan adalah edisi mutakhir. Tahapan pemilihan
metode untuk validasi/verifikasi metode uji mengikuti Gambar 2.
3.2.9. Uji Banding/Uji Profisiensi
Penyelenggaraan uji banding atau partisipasi pada program uji banding
antar laboratorium atau program uji profisiensi merupakan salah satu
cara pengendalian mutu yang bertujuan untuk memantau keabsahan
pengujian yang dilakukan. Pemantauan keabsahan hasil pengujian ini
dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan teknis SNI ISO/IEC
17025:2008 klausul 5.9 Jaminan Mutu Hasil Pengujian. Di dalam
penyelenggaraan uji banding, laboratorium penyelenggara uji banding
tidak menilai kinerja laboratorium peserta uji banding, akan tetapi
melihat apakah hasil uji dari laboratorium peserta uji banding sesuai
atau tidak dengan nilai acuan yang telah ditetapkan oleh laboratorium
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 18
penyelenggara uji banding. Tujuan dari program uji profisiensi sesuai
SNI ISO/IEC 17043:2010 diantaranya sebagai berikut:
3.2.9.1. Evaluasi kinerja laboratorium dalam pengujian atau
pengukuran tertentu dan pemantauan kinerja laboratorium
berkesinambungan;
3.2.9.2. Identifikasi permasalahan di laboratorium serta inisiasi
tindakan untuk peningkatan yang, misalnya dapat berkaitan
dengan prosedur pengujian atau pengukuran, efektifitas
pelatihan dan penyeliaan atau kalibrasi peralatan yang kurang
memadai;
3.2.9.3. Penetapan efektifitas dan kesetaraan metode uji atau
pengukuran;
3.2.9.4. Peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap laboratorium;
3.2.9.5. Identifikasi perbedaan antar laboratorium;
3.2.9.6. Edukasi bagi laboratorium-laboratorium yang berpartisipasi
berdasarkan hasil uji profisiensi.
3.2.10. Audit Internal
Audit internal merupakan salah satu elemen penting yang harus
dilakukan didalam memenuhi persyaratan SNI ISO/IEC 17025:2008.
Audit internal dilakukan secara periodik sesuai dengan jadwal dan
prosedur yang telah ditetapkan. Sesuai dengan definisinya, audit
internal merupakan suatu proses yang sistematik, independen, dan
didokumentasikan, untuk memperoleh dan mengevaluasi fakta secara
objektif serta untuk menentukan sejauh mana kriteria audit dapat
dipenuhi. Program audit internal ditujukan pada semua unsur sistem
manajemen, termasuk kegiatan pengujian.
Adapun Tujuan dari pada audit internal laboratorium adalah sebagai
berikut:
1. Memverifikasi bahwa kegiatan laboratorium dilakukan secara
kontinu sesuai persyaratan sistem manajemen.
2. Memeriksa pemenuhan sistem manajemen dengan persyaratan
SNI ISO/IEC 17025:2008 atau kesesuaiannya dengan kriteria lain
yang relevan.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 19
3. Memeriksa kesesuaian semua kebijakan yang dinyatakan dalam
Panduan Mutu dan dokumen lain yang terkait terhadap
implementasinya diseluruh tingkatan kerja.
4. Ketidaksesuaian yang ditemukan dalam audit internal sebagai
informasi yang berharga untuk meningkatkan sistem manajemen
laboratorium dan sebagai masukan pada kaji ulang manajemen.
3.2.11. Kaji Ulang Manajemen
Sesuai dengan definisinya, kaji ulang manajemen (Management
Review) merupakan peninjauan kembali terhadap sistem manajemen
mutu yang dilaksanakan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan
secara berkesinambungan serta melakukan
perubahan/penyempurnaan jika diperlukan. Lebih lanjut dikatakan
bahwa kaji ulang manajemen adalah evaluasi sistematik oleh
manajemen puncak tentang kesinambungan, kecocokan, efektivitas
dan efisiensi sistem manajemen mutu dengan mengacu pada
kebijakan mutu, dan sasaran mutu. Faktor-faktor yang harus dikaji
didalam melaksanakan kaji ulang manajemen sesuai persyaratan SNI
ISO/IEC 17025.2008 sebagai berikut:
a. Kecocokan kebijakan dan prosedur;
b. Laporan dari personel manajerial;
c. Hasil audit internal yang terakhir;
d. Tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Asesmen/surveilen/re-asesmen oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN);
f. Hasil uji banding antar laboratorium atau uji profisiensi;
g. Perubahan volume dan jenis pekerjaan;
h. Umpan balik pelanggan;
i. Pengaduan;
j. Rekomendasi tentang peningkatan;
k. Faktor-faktor relevan lainnya, seperti kegiatan pengendalian mutu,
sumber daya, dan pelatihan staf.
l. Evaluasi sasaran mutu dan penetapan sasaran mutu tahun
berikutnya.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 20
Kegiatan penerapan sistem manajemen mutu laboratorium/persiapan
pengajuan akreditasi tersebut diatas agar penganggarannya diajukan
oleh setiap UPTKP.
3.2.12. Pengajuan akreditasi ke Komite Akreditasi Nasional (KAN)
3.2.12.1. Laboratorium yang bermaksud mendapatkan akreditasi dari
Komite Akreditasi Nasional (KAN) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Laboratorium harus memiliki sistem manajemen dan
kompetensi teknis yang memenuhi persyaratan SNI
ISO/IEC 17025:2008 yang didokumentasikan dalam
Panduan Mutu. Sistem manajemen harus telah
diimplementasikan secara efektif dalam setiap pengujian,
yang diajukan dalam ruang lingkup permohonan,
minimum selama 3 (tiga) bulan sebelum mengajukan
permohonan, dan paling tidak satu kali audit internal dan
satu kali kaji ulang manajemen telah selesai
dilaksanakan.
b. Laboratorium harus memenuhi seluruh kebijakan dan
persyaratan yang ditetapkan oleh KAN yang sesuai,
terkait dengan akreditasi laboratorium.
c. Laboratorium harus telah berpartisipasi dalam uji
profisiensi dan/atau uji banding antar laboratorium sesuai
dengan Kebijakan KAN mengenai Uji Profisiensi, apabila
tersedia dan relevan. Jika tidak tersedia program uji
profisiensi, laboratorium harus dapat mendemonstrasikan
unjuk kerja secara internal sesuai klausul 5.9 SNI ISO/IEC
17025:2008.
d. Laboratorium harus menyampaikan rencana partisipasi
dalam uji pofisiensi selama 4 (empat) tahun berikutnya
pada saat mengajukan permohonan akreditasi.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 21
3.2.12.2. Laboratorium yang menginginkan untuk diakreditasi oleh KAN
dapat memperoleh mengenai proses akreditasi yang relevan
langsung dari Sekretariat KAN atau dari website
www.kan.or.id.
3.2.12.3. Proses akreditasi harus dapat diselesaikan dalam waktu
maksimal 1 (satu) tahun sejak disetujuinya kontrak antara
KAN dengan laboratorium. Apabila proses akreditasi tidak
dapat diselesaikan dalam waktu tersebut, maka proses
akreditasi dinyatakan gugur. Laoratorium dapat mengajukan
permohonan akreditasi kembali.
3.2.12.4. Permohonan Akreditasi
3.2.12.4.1. Permohonan akreditasi harus dibuat sesuai
dengan format yang ditetapkan oleh KAN dan
melampirkan informasi yang menjelaskan
laboratorium, seperti:
a. Legalitas hukum laboratorium atau
organisasi induknya;
b. Panduan Mutu laboratorium dengan status
terkendali; dan
c. Dokumen maupun rekaman terkait lainnya
yang dibutuhkan dalam bentuk soft copy
(Formulir isian tersebut dapat diperoleh dari
Sekretariat KAN atau melalui website
www.kan.or.id).
3.2.12.4.2. Permohonan akreditasi harus dibuat di bawah
wewenang manajemen puncak laboratorium
atau manajemen puncak organisasi induk
dimana laboratorium tersebut berada sesuai
dengan legalitas hukum yang digunakan dalam
permohonan akreditasi. Permohonan akreditasi
disampaikan melalui KAN Management
Information System (KANMIS) dengan alamat
http://akreditasi.bsn.go.id.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 22
3.2.12.4.3. Bila laboratorium atau organisasi induk memiliki
lebih dari satu lokasi permanen dan
menginginkan untuk mendapatkan akreditasi
sebagai satu entitas terakreditasi, laboratorium
harus memberikan informasi rinci mengenai
hubungan antara kantor pusat yang akan
diakreditasi dengan lokasi atau kantor cabang
yang tercakup dalam sistem manajemen serta
menunjuk perwakilan dari tiap lokasi atau kantor
cabang. Lampiran sertifikat akreditasi akan
mencantumkan dengan jelas keseluruhan ruang
lingkup akreditasi dari entitas yang diakreditasi
maupun kegiatannya pada tiap lokasi/cabang.
3.2.12.5. Pra Asesmen
3.2.12.5.1. Bila laboratorium pemohon akreditasi
memerlukan pra asesmen, laboratorium dapat
mengajukan permohonan pra asesmen kepada
KAN.
3.2.12.5.2. Pra asesmen bersifat sukarela.
3.2.12.5.3. Pra asesmen dilakukan oleh personel yang
ditunjuk oleh KAN untuk melakukan:
1) Penjelasan syarat dan aturan akreditasi;
2) Konfirmasi kecukupan persyaratan
permohonan akreditasi;
3) Konfirmasi lingkup akreditasi;
4) Konfirmasi pelaksanaan sistem
manajemen;
5) Evaluasi awal kecukupan organisasi dan
SDM;
6). Evaluasi awal kecukupan akomodasi dan
lingkungan, peralatan, dan bahan habis
pakai.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 23
3.2.12.5.4. Waktu pelaksanaan pra asesmen maksimum 2
orang, selama 1 (satu) hari.
3.2.12.5.5. Struktur biaya pra asesmen sama seperti
struktur biaya yang berlaku pada survailen.
3.2.12.6. Audit Kelayakan dan Kajian Sumber Daya
3.2.12.6.1. Audit Kelayakan adalah pemeriksaan
kelengkapan dari permohonan akreditasi dan
pemenuhan dokumen persyaratan akreditasi.
Audit kelayakan dilakukan oleh Sekretariat KAN.
3.2.12.6.2. KAN hanya akan memproses permohonan
akreditasi apabila laboratorium telah melakukan
pembayaran dan menyampaikan bukti
pembayaran tersebut ke Sekretariat KAN dan
telah menyampaikan seluruh dokumen yang
dipersyaratkan sesuai butir 4.3.13.1.
3.2.12.6.3. KAN melakukan kaji ulang permohonan
akreditasi laboratorium dan melakukan kajian
sumber daya untuk memastikan bahwa KAN
dapat melayani jasa akreditasi yang diminta oleh
laboratorium.
3.2.12.7. Asesmen Awal
3.2.12.7.1. Asesmen awal adalah evaluasi untuk menilai
kompetensi laboratorium berdasarakan SNI
ISO/IEC 17025:2008 dalam menentukan
pemenuhan laboratorium atas kriteria akreditasi
yang relevan dengan lingkup akreditasi yang
diminta oleh laboratorium.
3.2.12.7.2. Persiapan Asesmen
1. Asesmen dilakukan oleh Tim Asesmen yang
ditunjuk oleh KAN, terdiri dari seorang ketua
tim yang memenuhi kualifikasi sebagai asesor
kepala dan dibantu oleh satu atau lebih
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 24
asesor teknis dan/atau tenaga ahli sebagai
anggota tim.
2. Jumlah asesor disesuaikan dengan keahlian
yang diperlukan untuk menilai kompetensi
teknis laboratorium dalam melakukan
pengujian yang diajukan akreditasinya.
3.2.12.7.3. Kontrak KAN dengan laboratorium
KAN akan menyampaikan penawaran terkait
susunan tim asesmen, durasi asesmen, dan
biaya Asesmen. Laboratorium diberi
kesempatan untuk menyatakan keberatan
terhadap susunan tim tersebut dengan alasan
yang masuk akal dan dapat diterima. Apabila
laboratorium menyetujui penawaran tersebut,
maka persetujuan tersebut merupakan kontrak
antara KAN dengan laboratorium. Waktu proses
akreditasi mulai dihitung sejak laboratorium
menyetujui kontrak ini.
3.2.12.7.4. Audit Kecukupan
1. Bila laboratorium telah menyetujui kontrak,
Tim Asesmen atau personel yang ditunjuk
oleh Direktur Akreditasi melakukan audit
kecukupan terhadap dokumentasi sistem
manajemen laboratorium yang telah
diserahkan ke KAN.
2. Hasil audit kecukupan diinformasikan kepada
laboratorium. Jika terdapat laporan yang
menyatakan belum cukup, laboratorium harus
menindaklanjuti hasil audit kecukupan dengan
semestinya. Tindakan perbaikan dan
verifikasi tindakan perbaikan audit kecukupan
diselesaikan dalam waktu 2 (dua) bulan sejak
disetujuinya kontrak oleh laboratorium.
Apabila dalam waktu tersebut tidak dapat
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 25
diselesaikan, maka laboratorium harus
mengajukan permohonan ulang dan biaya
permohonan yang telah dibayarkan dianggap
hangus.
3. Setelah proses audit kecukupan dinyatakan
selesai, KAN akan menginformasikan kepada
laboratorium tentang waktu pelaksanaan
asesmen lapangan.
3.2.12.7.5. Pembayaran Biaya Asesmen
Laboratorium diharuskan membayar biaya
asesmen sebelum pelaksanaan asesmen
melalui Sistem Informasi PNBP Online
(SIMPONI) melalui:
www.simponi.kemenkeu.go.id dan
menyampaikan bukti pembayaran ke Sekretariat
KAN. Untuk laboratorium pemerintah yang akan
melakukan pembayaran dengan metode
pembayaran langsung (LS), diharuskan untuk
membuat Surat Pernyataan Pembayaran LS
yang ditujukan kepada KAN cq. Bendahara
Penerima sebelum pelaksanaan asesmen (LS
dapat diproses setelah pelaksanaan asesmen
sesuai aturan dari Kementerian Keuangan yang
berlaku).
3.2.12.7.6. Asesmen Lapangan
1. Asesmen lapangan akan dilaksanakan hanya
jika proses audit kecukupan telah dinyatakan
selesai dan laboratorium telah melakukan
pembayaran biaya asesmen sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Pada saat asesmen lapangan, laboratorium
harus menyiapkan staf (personel) kunci untuk
diwawancara yaitu:
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 26
a. Pimpinan Laboratorium;
b. Manajemen Teknis dan/atau personel
teknis kunci;
c. Manajer Mutu dan
d. Calon penandatangan sertifikat/laporan
hasil uji
Khusus untuk calon penandatangan
sertifikat/laporan hasil uji akan dilakukan
wawancara selama pelaksanaan asesmen
lapangan untuk memverifikasi apakah yang
bersangkutan telah memenuhi persyaratan
KAN sebagai penandatangan
sertifikat/laporan hasil uji.
3. Laboratorium harus dapat menyediakan
seluruh rekaman yang berkaitan dengan
pengujian, sesuai ruang lingkup yang
diajukan untuk diakreditasi.
4. Tim asesmen akan meminta laboratorium
untuk mendemonstrasikan kompetensi yang
berhubungan dengan aspek kritis dalam
pengujian sesuai ruang lingkup yang diajukan
untuk diakreditasi.
5. Jika laboratorium memiliki labih dari satu
lokasi (multilokasi), maka asesmen lapangan
akan dilaksanakan pada seluruh lokasi yang
dicakup oleh sistem manajemen laboratorium.
6. Ketidaksesuaian yang ditemukan selama
pelaksanaan asesmen lapangan akan
dilaporkan dalam formulir laporan
ketidaksesuaian (LKS) dan harus dimintakan
pendapat ke pihak laboratorium untuk
memastikan bahwa ketidaksesuaian tersebut
telah dipahami dan disetujui oleh
laboratorium.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 27
7. Laboratorium akan mendapat LKS yang
ditemukan saat asesmen lapangan.
Manajemen Puncak/wakil laboratorium harus
menandatangani LKS sebagai persetujuan
atas isi laporan yang disepakati oleh pihak
laboratorium dan pihak tim asesmen.
8. Bila pihak laboratorium tidak menyetujui LKS,
laboratorium sebaiknya tidak menandatangani
laporan tersebut. LKS yang tidak disetujui
akan diserahkan oleh tim asesmen kepada
Direktur KAN untuk ditindaklanjuti.
Keputusan Direktur KAN atas status LKS
tersebut bersifat final.
3.2.12.7.7. Tindakan Perbaikan Asesmen Lapangan
1. Laboratorium wajib menindaklanjuti
ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat
pelaksanaan asesmen dan menyerahkan
bukti tindakan perbaikan kepada tim asesmen
dan Sekretariat KAN dalam bentuk soft copy.
2. Batas waktu tindakan perbaikan hasil
asesmen ditetapkan oleh asesor kepala
dengan persetujuan laboratorium
berdasarkan analisis terhadap sifat
ketidaksesuaian. Tindakan perbaikan dan
verifikasi tindakan perbaikan diselesaikan
dalam waktu 3 bulan dan 10 hari sejak
pelaksanaan asesmen lapangan. Apabila
proses tindakan perbaikan dan verifikasi
tindakan perbaikan tidak dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan, maka
laboratorium diperkenankan untuk
mengajukan perpanjangan waktu secara
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 28
tertulis selama 1 bulan dengan alasan yang
dapat diterima;
3. Apabila setelah 3 bulan 10 hari atau apabila
setelah perpanjangan waktu tersebut, proses
tindakan perbaikan dan verifikasi tindakan
perbaikan masih belum dapat diselesaikan,
maka akan dilanjutkan ke tahapan proses
berikutnya;
4. Tim asesmen bertanggung jawab untuk
melakukan verifikasi terhadap seluruh bukti
tindakan perbaikan yang diberikan oleh
laboratorium dalam waktu 10 (sepuluh) hari
sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan.
5. Verifikasi lapangan mungkin perlu dilakukan
untuk memverifikasi implementasi tindakan
perbaikan yang telah dilakukan oleh
laboratorium yang tidak mungkin diverifikasi
dari pemeriksaan dokumen.
3.2.12.7.8. Pengambilan Keputusan dan Pemberian
Akreditasi
1. Laporan asesmen yang diberikan oleh tim
asesmen diperiksa kecukupannya oleh
Sekretariat KAN sebelum dilakukan
pengkajian oleh Panitia Teknis yang tidak
terlibat dalam proses asesmen. Hasil
pertimbangan teknis dari Panitia Teknis
digunakan sebagai salah satu pertimbangan
dalam penentuan rekomendasi akreditasi oleh
Sekretaris Jenderal KAN dalam proses
pengambilan keputusan oleh Konsil KAN.
2. Konsil KAN dapat memutuskan verifikasi
lapangan jika terdapat keraguan dalam
pemenuhan persyaratan akreditasi. Hasil
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 29
verifikasi lapangan tersebut dilaporkan pada
rapat Konsil setelah pelaksanaan verifikasi
lapangan.
3. Konsil KAN menetapkan keputusan akreditasi
kepada laboratorium pemohon berdasarkan
laporan Tim Asesmen yang telah diresume
oleh Direktur Akreditasi, laporan Panitia
Teknis, rekomendasi dari Sekretaris Jenderal
KAN dan pembahasan yang dilakukan
selama rapat Konsil KAN. Pengambilan
keputusan akreditasi didasarkan atas
pengambilan suara Konsil KAN.
4. Apabila laboratorium diberikan akreditasi,
maka KAN akan memberikan Sertifikat
Akreditasi disertai dengan Lampiran Sertifikat
Akreditasi. Lampiran sertifikat akreditasi
tersebut berisi rincian ruang lingkup
laboratorium yang diakreditasi.
5. Sertifikat akreditasi KAN berlaku 4 (empat)
tahun sejak tanggal akreditasi ditetapkan dan
dapat diperpanjang sesuai dengan Syarat dan
Aturan Akreditasi KAN.
6. Jika KAN tidak memberikan akreditasi kepada
laboratorium, KAN akan menginformasikan
alasan keputusan tersebut kepada
laboratorium. Laboratorium diberi kesempatan
untuk mengajukan banding terhadap
keputusan tidak diberikannya akreditasi.
Banding harus diajukan secara tertulis dan
ditujukan kepada Ketua KAN disertai bukti
dan alasan yang benar dan dapat diterima.
Permohonan banding harus diajukan
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah
tanggal keputusan KAN.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 30
7. KAN, bila perlu, akan membentuk Panitia
Banding yang beranggotakan personel yang
kompeten dan tidak terlibat dalam proses
akreditasi laboratorium yang mengajukan
banding sesuai dengan prosedur
penyelesaian banding KAN.
8. Laboratorium yang mendapat keputusan tidak
diberikan akreditasi dapat mengajukan
permohonan akreditasi kembali sesuai
dengan prosedur permohonan akreditasi.
3.2.13. Pemeliharaan Status Akreditasi Laboratorium
Kegiatan Pemeliharaan Status Akreditasi Laboratorium bertujuan untuk
memastikan bahwa penerapan sistem manajemen mutu SNI ISO/IEC
17025:2008 di setiap laboratorium UPT Karantina Pertanian yang
sudah terakreditasi dapat diterapkan secara konsisten. Dasar
pertimbangan perlunya dilakukan pemeliharaan status akreditasi
laboratorium sesuai dengan kebijakan KAN yang menyatakan bahwa
selama masa akreditasi (4 tahun) laboratorium akan dilakukan
surveilan (kunjungan pengawasan oleh Tim Asesor KAN) sebanyak 2
(dua) kali kunjungan. Selain itu, laboratorium harus melakukan
peningkatan efektifitas sistem manajamen secara berkelanjutan
diantaranya melalui kegiatan penambahan ruang lingkup akreditasi.
Laboratorium UPT karantina pertanian yang sudah diakreditasi harus
menganggarkan anggaran untuk kegiatan pemeliharaan status
akreditasi laboratorium dan perluasan/penambahan ruang lingkup
akreditasi laboratorium.
3.2.14. Pengajuan Re-Akreditasi Laboratorium
3.2.14.1. Laboratorium yang berminat memperpanjang status akreditasi
disarankan untuk mengajukan permohonan dan dokumen
pendukung lainnya paling lambat 9 (sembilan) bulan
sebelum status akreditasi berakhir. Kunjungan re-asesmen
oleh Tim Asesor KAN sebaiknya sudah dapat dilakukan
paling lambat 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 31
akreditasi berakhir. Hal ini untuk menghindari pembekuan
status akreditasi jika proses re-akreditasi/re-asesmen belum
dapat diselesaikan sampai dengan masa berlakunya sertifikat
akreditasi berakhir.
3.2.14.2. Jika laboratorium belum menyerahkan permohonan
perpanjangan masa akreditasi dan semua dokumen
pendukungnya hingga masa berakhirnya status akreditasi,
maka status akreditasi laboratorium tersebut otomatis dicabut.
Laboratorium dapat mengajukan kembali permohonan
akreditasi setelah 6 (enam) bulan sejak pencabutan status
akreditasinya.
3.2.14.3. Permohonan akreditasi dan semua dokumen yang diserahkan
oleh laboratorium dalam rangka memperbaharui status
akreditasi akan diperiksa oleh Sekretariat KAN dan akan
dilakukan audit kecukupan oleh tim asesmen jika terdapat
perubahan penting pada laboratorium.
3.2.14.4. Kunjungan re-asesmen dan prosedur tindakan perbaikannya
dilakukan sesuai dengan prosedur yang sama seperti pada
saat asesmen awal.
3.2.14.5. Pengambilan keputusan akreditasi dalam rangka re-akreditasi
dilakukan sesuai dengan prosedur yang sama pada saat
pengambilan keputusan akreditasi awal.
3.2.14.6. Jika laboratorium belum mendapatkan keputusan re-
akreditasi sampai dengan masa berlakunya sertifikat
akreditasi habis, maka status akreditasi otomatis dibekukan.
Apabila setelah 1 (satu) tahun sejak pembekuan laboratorium
belum dapat mengaktifkan kembali status akreditasi, maka
status akreditasi akan dicabut.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 32
BAB IV
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM
Salah satu aspek dalam pilar sarana dan prasarana laboratorium adalah
peningkatan peran dan fungsi pengembangan sistem informasi laboratorium
perkarantinaan lingkup Barantan. Hal ini dapat dicapai melalui pengembangan
sistem informasi laboratorium yang terintegrasi dan menyeluruh dalam mencegah
masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK. Sistem informasi yang dimaksud
mencakup jejaring informasi laboratorium antara laboratorium UPTKP, BBUSKP dan
Barantan. Informasi laboratorium yang cepat, tepat dan terpercaya menjadi hal
penting dalam pengambilan keputusan tindakan karantina. Komponen penting yang
perlu disiapkan dalam pengembangan sistem informasi laboratorium ini meliputi :
4.1. Fasilitas data
Kecepatan dan keakuratan kebijakan yang diambil sangat tergantung kepada
informasi akurat yang tersedia. Berbagai informasi terkait perkarantinaan di
Indonesia sangat diperlukan dalam perencanaan dan penyusunan program
kerja dan kebijakan perkarantinaan. Fasilitas data yang dibutuhkan antara lain
sistem pelaporan bulanan hasil pengujian laboratorium, intersepsi temuan
HPH/HPHK dan OPT/OPTK, data koleksi terbaru HPH/HPHK dan OPT/OPTK
yang dimiliki UPTKP, data personel laboratorium serta alat dan persediaan
bahan di laboratorium UPT lingkup Barantan.
4.2. Fasilitas Perangkat Lunak (Software) dan Perangkat Keras (Hardware)
Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat berimplikasi kepada
kemampuan Barantan dalam menyediakan berbagai informasi terkait
perkarantinaan baik untuk keperluan internal dan eksternal. Penyediaan
fasilitas perangkat lunak dan perangkat keras sesuai perkembangan teknologi
sangat diperlukan dalam upaya pengembangan sistem informasi. Barantan
menyediakan perangkat lunak yang terintegrasi bagi seluruh UPTKP. Adapun
perangkat keras disediakan oleh UPTKP sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan oleh Barantan.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 33
4.3. Pengelolaan Sistem Informasi
Pengelolaan dan pengembangan sistem informasi menjadi tanggung jawab
Barantan. Input data kegiatan hasil pengujian laboratorium dilakukan sesuai
dengan sistem dan pedoman yang berlaku di Barantan.
Barantan menetapkan personel yang dapat mengakses data sesuai dengan
kewenangannya.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 34
BAB V
PENGEMBANGAN PENERAPAN STANDAR LABORATORIUM
Dalam rangka peningkatan tugas dan fungsi laboratorium di lingkungan Barantan,
kegiatan laboratorium yang merupakan salah satu ujung tombak dalam serangkaian
tugas Barantan guna keberhasilan dalam menjaga dari masuk dan tersebarnya
HPHK dan OPTK, maka standarisasi laboratorium secara komprehensif menjadi hal
yang sangat penting. Komponen yang tercakup di dalam standarisasi laboratorium
meliputi :
5.1. Lokasi dan Bangunan
Bangunan laboratorium lingkup BARANTAN harus sesuai standar gedung
yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian.
Laboratorium lingkup BARANTAN merupakan laboratorium diagnostik yang
melakukan investigasi pengujian terhadap deteksi HPHK dan OPTK serta
residu bahan kimia berbahaya terhadap pangan segar asal hewan dan
tumbuhan.
Pembangunan laboratorium yang sesuai dengan standar bangunan dan
terpenuhinya fungsi ruang laboratorium yang sesuai guna menunjang
kelancaran pengujian sesuai standar minimal sarana dan prasarana.
Laboratorium juga harus memiliki fasilitas yang permanen dan memenuhi tata
letak serta ketentuan dalam rencana umum tata ruang.Komponen yang harus
diperhatikan untuk lokasi dan bangunan adalah:
A. Lokasi :
1. Tidak berada didaerah banjir;
2. Tidak berada dilingkungan pemukiman penduduk;
3. Tidak berada dilingkungan peternakan;
4. Tidak berada dilingkungan perniagaan/bisnis/pertokoan;
5. Jauh dari sumber getaran yang bersifat permanen seperti rel kereta api
atau jalan yang dilewati kendaraan berat;
6. Ketersediaan air bersih dan listrik harus memadai.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 35
B. Bangunan :
1. Bangunan laboratorium harus merupakan bangunan permanen;
2. Tidak difungsikan untuk kegiatan lainnya selain aktifitas pengujian dan
diagnostik.
3. Ketersediaan fasilitas penunjang lainnya seperti incenerator;
4. Arah panjang bangunan dari timur ke barat.
5. Mempunyai fasilitas penanganan dan pengolahan limbah (cairan dan
padatan).
6. Memiliki jarak yang cukup dari bangunan lain sehingga keamanan dan
ventilasi terjamin.
7. Mudah dikontrol/memiliki sistem keamanan gedung.
Selain lokasi dan bangunan laboratorium yang harus distandarisasi, hal
lain yang penting dan harus diperhatikan adalah :
1. Sistem temperatur dan kelembaban ruangan sesuai aktivitas
laboratorium;
2. Kebersihan ruangan;
3. Drainase ruangan;
4. Voltase listrik dengan tegangan yang stabil;
5. Dilengkapi dengan alat komunikasi seperti telepon;
6. Bahan bangunan disesuaikan dengan jenis aktifitas laboratorium;
7. Dinding dilapisi oleh bahan tahan terhadap bahan kimia yang bersifat
korosif;anti lembab (porselen) sedangkan sisanya dicat dengan
warna terang dan tahan air (cat kolam);
8. Intensitas cahaya, sirkulasi udara, luas dan tinggi bangunan, lantai,
dan lain-lain disesuaikan dengan jenis aktifitas laboratorium.;
9. Lantai dan dinding serta furniture terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan dan tahan bahan kimia;
10. Ruangan yang mengggunakan alat optik/elektronik/alat lain yang peka
terhadap suhu dan kelembaban harus dilengkapi dengan air
conditioner (AC) yang diaktifkan 24 jam.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 36
C. Ruangan
Setiap laboratorium di lingkup BARANTAN harus memiliki fasilitas
standar laboratorium yang lengkap sesuai dengan klasifikasinya masing-
masing.Jenis-jenis ruangan di dalam laboratorium yang harus ada sesuai
standar adalah :
1. Ruang penerimaan sampel;
2. Ruang administrasi;
3. Ruang Laboratorium sesuai jenisnya (mikrobiologi, kimia, biologi, dll)
4. Ruang analis/penyelia/staf;
5. Ruang seminar/rapat;
6. Ruang pantry;
7. Toilet;
8. Ruang penyimpanan sampel;
9. Ruang ganti (Anteroom);
10. Ruang peralatan (gelas, metal, dll);
11. Ruang bahan;
12. Ruang desinfeksi personel;
13. Ruang sterilisasi dan dekontaminasi;
14. Ruang koleksi;
15. Ruang perpustakaan;
16. Green house/screehouse (Karantina Tumbuhan);
17. Kandang hewan percobaan (Karantina Hewan);
18. Ruang pelayanan publik.
5.2. Peralatan laboratorium
Laboratorium pengujian dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya
dilengkapi dengan peralatan yang memadai sesuai dengan ruang lingkup
pengujian dan klasifikasi laboratoriumnya. Peralatan yang harus dimiliki terdiri
dari peralatan inti dan peralatan pendukung.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 37
Yang dimaksud peralatan inti laboratorium terdiri dari peralatan laboratorium
yang berfungsi untuk melakukan proses pengujian yang meliputi pengukuran/
penimbangan, pengendapan/ konsentrasi, alat pengujian/ detektor,
visualisasi, sterilisasi dan pemusnah limbah.
Berdasarkan fungsi dari peralatan tersebut di atas, yang harus tersedia di
laboratorium minimal adalah cabinet Biohazard kelas II (BSC class II), alat
timbang berat, alat ukur volume, pH meter, mikro/makro pipet, peralatan dari
gelas, dissecting set (gunting, pinset, skalpel, dll), sentrifuge, vortek, ELISA
reader, mikroskop, incubator, pembuat air destilasi, alat filtrasi, penyimpan
limbah benda tajam, padatan dan cair, autoclave dan incinerator.
Peralatan/bahan pendukung untuk proteksi petugas berupa sarung tangan,
masker, pelindung mata (gogle), penutup kepala, jas laboratorium dan sepatu
laboratorium. Untuk keselamatan bekerja juga dilengkapi dengan penyiram air
darurat (emergency shower), bahan untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) dan alat pemadam api.
Semua peralatan ukur (volume, pH dan berat) harus dilakukan kalibrasi
secara rutin untuk menjaga akurasi pengukuran. Pemeliharaan peralatan
wajib dilakukan secara teratur sesuai jenis alatnya. Peralatan lain yang
diperlukan selain peralatan diatas maupun penambahan/penggantian
peralatan yang sudah ada diusulkan sesuai mekanisme yang berlaku di
Badan Karantina Pertanian.
5.3. Bahan yang sudah terstandar
Bahan uji yang diperlukan untuk kegiatan laboratorium sesuai ruang
lingkupnya haruslah bahan-bahan yang sudah terstandar kualitasnya melalui
hasil pengembangan, validasi dan verifikasi metode oleh Balai Besar Uji
Standar Karantina Pertanian atau referensi laboratorium lainnya sehingga
pengujian dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
5.4. Metode Pengujian Laboratorium
Metode-metode pengujian laboratorium yang digunakan sesuai ruang
lingkupnya haruslah metode yang sudah ditetapkan oleh Barantan (jenis
metode dan kegunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan standar yang
sudah ditetapkan oleh OIE).
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 38
5.5. Sumber Daya Manusia
Selain sarana dan prasarana laboratorium, sumberdaya manusia dalam hal
ini adalah petugas laboratorium memegang peran sangat penting dalam
pelaksanaan pengujian dan diagnosa serta aktifitas laboratorium lainnya
sebagai ujung tombak tugas dan fungsi Barantan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan terkait sumberdaya manusia ini adalah :
1. Kompetensi petugas laboratorium haruslah sesuai dengan bidang dan
ruang lingkup pengujian;
2. Jumlah petugas laboratorium harus sesuai dengan kebutuhannya;
3. Frekuensi dan jenis training/magang harus dilakukan secara rutin sesuai
ruang lingkup petugas laboratorium sebagai upaya menjaga dan
meningkatkan kompetensi yang bersangkutan;
4. Pengembangan dan peningkatan kemampuan petugas laboratorium
secara formal dilakukan dengan pendidikan formal lanjutan (Pasca
Sarjana) melalui program beasiswa S2 dan S3 baik didalam maupun di
luar negeri.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 39
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
6.1. Monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap laboratorium UPT lingkup Barantan
dilakukan setiap tahun terhadap kegiatan operasional tahun berjalan oleh Tim
Pusat Barantan.
6.2. Tim Pusat Barantan ditetapkan berdasarkan keputusan Kepala Badan
Karantina Pertanian yang beranggotakan dari unsur Pusat Teknis, Balai Besar
Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP), dan Sekretariat Barantan.
6.3. Tim melakukan monitoring dan evaluasi terhadap:
6.3.1. Sarana dan prasarana
Dalam melakukan Monev di UPTKP Tim melihat kesesuaian,
kecukupan dan fungsi ketersediaan sarana dan prasarana sesuai
klasifikasi laboratorium, serta kesesuaian kondisi akomodasi dan
lingkungan.
6.3.2. Sumber daya manusia (SDM)
Dalam melakukan Monev di UPTKP Tim melihat ketersediaan sumber
daya manusia (SDM) baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
6.3.3. Operasional pengujian laboratorium
Dalam melakukan Monev di UPTKP Tim melihat kegiatan operasional
laboratorium mulai dari teknik pengambilan sampel, pelaksanaan
pengujian, hasil uji laboratorium dan evaluasi penerapan SMM
laboratorium (pengendalian dokumen, pengendalian rekaman, kalibrasi
peralatan, validasi/verikasi metode uji, uji banding antar laboratorium/
uji profisiensi, audit internal dan kaji ulang manajemen) serta
penerapan SIMLAB. Selain itu dalam melakukan Monev di UPTKP Tim
juga melihat pengujian yang disubkontrakkan atau dirujuk ke
laboratorium lain diluar UPTKP.
6.3.4. Ruang lingkup pengujian
Dalam melakukan Monev di UPTKP Tim melihat kesesuain antara
ruang lingkup pengujian dengan lalu lintas media pembawa
HPHK/OPTK. Selain itu Tim melihat rencana pengembangan
perluasan/penambahan ruang lingkup pengujian.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 40
6.4. Hasil Monev yang telah dilakukan oleh Tim Teknis Barantan dilaporkan kepada
Kepala Badan Karantina Pertanian.
Kebijakan Pengembangan & Pengelolaan Laboratorium Karantina Hewan & Karantina Tumbuhan Lingkup Badan Karantina Pertanian 41
BAB VII
KEBIJAKAN PENGANGGARAN
7.1. Prioritas penganggaran setiap laboratorium dalam rangka fasilitasi
pengembangan dan penyelenggaraan laboratorium di setiap UPTKP lingkup
Barantan disesuaikan dengan klasifikasi laboratorium yang telah ditetapkan
oleh Barantan.
7.2. Prioritas penentuan anggaran setiap laboratorium ditentukan berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi (Monev) terhadap kegiatan operasional tahun berjalan
dari setiap laboratorium di UPT lingkup Barantan oleh Tim Barantan. Kebijakan
penganggaran disesuaikan skala prioritas setiap laboratorium di UPT antara
lain dengan memperhatikan sarana dan prasarana, ruang lingkup pengujian,
kegiatan teknis operasional, dan kegiatan laboratorium (standar metode uji),
rencana pengembangan laboratorium per tahun, standar gedung, dan SDM.
7.3. Dalam rangka kewaspadaan dini terhadap masuknya HPHK eksotik dan OPTK
kategori A1, UPT Barantan harus melakukan peningkatan pengamatan di
daerah rawan dan pintu-pintu pemasukan media pembawa HPHK dan OPTK.
Pengujian penyakit eksotik dan/atau OPTK kategori A1 diprioritaskan di
BBUSKP dan UPT yang memiliki risiko tinggi terintroduksi HPHK/OPTK.
BBUSKP didorong untuk mampu melakukan uji terhadap penyakit eksotik yang
prioritas.
7.4. Penyakit-penyakit hewan dan tumbuhan yang harus diwaspadai dan di survey
terus menerus agar tidak masuk dan menyebar di Wilayah Negara Republik
Indonesia terutama HPHK Eksotik dan OPTK kategori A1 dilakukan
pengamatan sesuai arahan dari Pusat Teknis Badan Karantina Pertanian.
KARANTINA HEWAN
DAFTAR ISI
BAB I STANDAR PENGEMBANGAN LABORATORIUM
KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
1
1.1 Bangunan Gedung Laboratorium 1
1.2 Fasilitas Laboratorium (Persyaratan Sarana, Prasarana) Dan Sumberdaya Manusia Laboratorium
3
1.3 Tata Letak (Layout) Laboratorium 21
1.4 Fasilitas Laboratorium 34
BAB II KONDISI AKTUAL LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
57
BAB III LEVEL DAN KRITERIA LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
59
3.1 Klasifikasi Laboratorium 59
3.2 Faktor Penilaian dalam Penetapan Klasifikasi
Laboratorium
61
BAB IV PENETAPAN KLASIFIKASI LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
67
4.1 Tolok Ukur Penetapan Klasifikasi Laboratorium 67
4.2 Penetapan Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani pada Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian Lingkup Badan Karantina Pertanian
71
4.3 Bahan Dan Alat Pengujian Laboratorium Karantina
Hewan
72
4.4 Standar Pengujian Diagnostik (Metode Uji) 78
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 1
KONSEP, tanggal 30 Desember 2016
Lampiran II Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
Nomor : 177/Kpts/OT.160/K/01/2017
Tanggal :
Tentang : Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan Dan Keamanan Hayati Lingkup Badan Karantina Pertanian.
PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENYELENGGARAN
LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
BAB I
STANDAR PENGEMBANGAN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
1.1. BANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM
Laboratorium lingkup Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
merupakan laboratorium diagnostik dalam rangka deteksi HPHK dan
penjaminan keamanan pangan. Pembangunan laboratorium harus sesuai
dengan standar bangunan dan terpenuhi fungsi ruang laboratorium
(pengujian) sesuai dengan standar minimal sarana dan prasarana untuk
menunjang kelancaran pengujian.
Kondisi yang harus diperhatikan untuk pembangunan laboratorium antara
lain:
1.1.1. Lokasinya memenuhi tata letak serta ketentuan dalam rencana umum
tata ruang (RTRW) yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
1.1.2. Bangunan laboratorium harus merupakan bangunan permanen.
1.1.3. Tidak difungsikan untuk kegiatan lainnya selain aktifitas pengujian
laboratorium.
1.1.4. Lingkungannya aman, tenang, dan mudah dikontrol keamanannya.
30 Januari 2017
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 2
1.1.5. Memenuhi aspek biosecurity, seperti:
1.1.5.1. sebisa mungkin jauh dari pemukiman penduduk;
1.1.5.2. memiliki sumber listrik (PLN/Generator set), dan air bersih
(PDAM/sumur), serta dilengkapi fasilitas penampungan air
bersih;
1.1.5.3. mempunyai saluran pembuangan limbah sendiri untuk
mencegah terjadinya pencemaran air, tanah dan udara;
1.1.5.4. dilengkapi fasilitas pengolahan limbah cair dan limbah padat;
1.1.5.5. lokasinya cukup jauh dengan sumber air bersih masyarakat
untuk mencegah terjadinya pencemaran sumber air;
1.1.5.6. memiliki ventilasi dan pencahayaan yang baik;
1.1.5.7. tidak menghadap sinar matahari langsung, usahakan
menghadap arah utara dan selatan;
1.1.5.8. tidak terletak diarah angin untuk mencegah menyebarnya
pencemaran udara.
1.1.6. Jauh dari sumber getaran seperti rel kereta api atau jalan yang dilewati
kendaraan berat.
1.1.7. Memiliki fasilitas penunjang lainnya seperti incinerator.
Ruang laboratorium sebagai lingkungan kerja, harus memiliki kondisi
akomodasi dan lingkungan yang standar (bersih, tidak lembab dan bersuhu
tinggi, dsb) karena dapat mengakibatkan kesalahan dan ketidakuratan hasil
pengujian dan analisis sampel. Oleh sebab itu ada beberapa hal terkait
dengan kondisi akomodasi dan lingkungan laboratorium yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Kelembaban dan temperatur ruangan.
b. Kebersihan ruangan.
c. Drainase ruangan.
d. Tata letak (lay out) ruangan.
e. Mudah dalam pemenuhan kebutuhan laboratorium.
f. Lokasi dengan fluktuasi voltase listrik cukup tinggi harus diantisipasi
dengan baik (dilengkapi dengan alat stabilizer).
g. Dilengkapi dengan alat komunikasi seperti telepon.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 3
h. Bahan bangunan disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium, bahan
bangunan tidak boleh berubah bentuk atau rusak karena bahan kimia atau
aktivitas.
i. Dinding dilapisi oleh bahan anti lembab (porselin) sedangkan sisanya di
cat dengan warna terang dan tahan air (cat kolam).
j. Intensitas cahaya, sirkulasi udara, luas dan tinggi bangunan, lantai dll
disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium, misalnya laboratorium
mikrobiologi dengan kimia, fasilitas bangunan yang diperlukan berbeda.
k. Ruang yang digunakan untuk aktivitas laboratorium yang tidak boleh
terkena sinar matahari secara langsung (misalnya laboratorium
mikrobiologi, kimia dsb.), sebaiknya menghadap ke utara atau kaca yang
ada dilapisi dengan kaca film.
l. Lantai/dinding dll. terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (keramik)
dan tahan bahan kimia.
m. Ruangan yang menggunakan alat optik/elektronik dilengkapi dengan air
condition (AC).
1.2. FASILITAS LABORATORIUM (PERSYARATAN SARANA, PRASARANA)
DAN SUMBERDAYA MANUSIA LABORATORIUM
Prasarana, sarana dan sumberdaya manusia di Laboratorium Karantina
hewan ditentukan berdasarkan klasifikasi tingkat laboratorium. Tataruang
mengacu kepada standar laboratorium biosafety yang berlaku.
1.2.1. Sarana dan Prasarana Laboratorium
1.2.1.1. Bangunan Laboratorium Karantina hewan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1.2.1.1.1. Kawasan bangunan laboratorium memiliki batas
pemisah dengan kawasan pemukiman/lingkungan
luar berupa tembok setinggi 2 meter.
1.2.1.1.2. Bangunan laboratorium terpisah dari
gedung/bangunan untuk aktifitas administrasi
perkantoran.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 4
1.2.1.1.3. Jika bangunan laboratorium berada dalam satu
gedung/bangunan dengan aktifitas administrasi
perkantoran maka tata ruangnya harus ada
pemisahan yang jelas dan pembatasan akses
masuk/keluar ke laboratorium dengan menerapkan
sistem keamanan laboratorium (biosafety
laboratorium) yang tinggi.
1.2.1.1.4. Struktur bangunan laboratorium harus kokoh dan
permanen (dibuat dari tembok, kontruksi beton)
dan tahan gempa.
1.2.1.1.5. Dinding, lantai dan langit-langit laboratorium harus
mudah dibersihkan (dengan sudut-sudut cekung),
dan tahan bahan kimia. Lantai dari bahan yang
tidak licin.
1.2.1.1.6. Tata ruang laboratorium disesuaikan dengan
standar tingkat keamanan laboratorium (BSL 2 dan
atau BSL 3).
1.2.1.1.7. Bangunan Laboratoriumterdiri dari area publik dan
area terbatas:
1.2.1.1.7.1. Area publik meliputi ruangan loby,
penerimaan sample, ruang adminis-
trasi, dan ruang perpustakaan, ruang
petugas (staf medik/paramedik
veteriner), ruang rapat, toilet, gudang
dan ruang dapur.
1.2.1.1.7.2. Area terbatas terdiri dari ruang
preparasi sampel, ruang bahan, ruang
sterilisasi alat, ruang
pengujian/diagnostik, ruang/tempat
penyimpanan alat gelas/plastik, ruang
pengukuran/penimbangan, ruang
penyimpanan spesimen pasca
uji/ruang koleksi, dan ruang hewan
coba.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 5
1.2.1.1.8. Ruang pengujian harus terpisah atau dapat
bergabung untuk setiap kelompok agen penyakit,
seperti untuk agen virus, bakteri, mikologi,
parasitologi, atau kimia, yang disesuaikan dengan
klasifikasi tingkat laboratorium.
1.2.1.1.9. Laboratorium harus dilengkapi dengan pintu keluar
darurat (emergency exit).
1.2.1.1.10. Ruang-ruang laboratorium didukung dengan
fasilitas komunikasi.
1.2.1.1.11. Gedung laboratorium harus dilengkapi dengan
pengolah llimbah cair dan padat, suplai air (tangki
air), suplai listrikdarurat (generator listrik), serta
sistem pemadam api (smoke detector, sprinkle
water, water hidrant dan tabung pemadam api).
1.2.1.1.12. Tataruang,pencahayaan dan spesifikasi ruang
laboratorium dirancang sesuai dengan tingkat
keamanan laboratorium yang diperlukan dengan
berpedoman pada: Laboratory Biosafety Manual
World Health Organization (WHO), Third edition
(2004); Biosafety in Microbiological and
Biomedical Laboratories (BMBL) Center Disease
Control (CDC), Forth edition (1989) atau Canadian
Laboratory Biosafety Guidlines, Third edition
(2004).
1.2.1.2. Peralatan Laboratorium
Laboratorium Pengujian dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya dilengkapi dengan peralatan yang memadai
sesuai dengan kebutuhan, terdiri dari peralatan inti dan
peralatan pendukung sebagai berikut:
1.2.1.2.1. Peralatan inti laboratorium terdiri peralatan
laboratorium yang berfungsi untuk melakukan
proses pengujian dengan aman, pengukuran/
penimbangan, pengendapan/konsentrasi, alat
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 6
pengujian/detektor, visualisasi, sterilisasi dan
pemusnah limbah.
Bedasarkan fungsi dari peralatan tersebut di atas,
yang harus tersedia di laboratorium minimal
adalah kabinet Biohazard kelas II (BSC class II),
alat timbang berat, alat ukur volume, pH meter,
mikro/makro pipet, alat gelas, sentrifuge, ELISA
reader, mikroskop, inkubator, pembuat air desti-
lasi, alat filtrasi, penyimpan limbah benda tajam
dan atau cair, autoclave, dan insinerator.
1.2.1.2.2. Peralatan/bahan pendukung untuk proteksi
petugas berupa sarung tangan, masker, pelindung
mata (kaca mata), penutup kepala, jas labora-
torium, dan sepatu laboratorium. Untuk
keselamatan bekerja juga dilengkapi dengan
penyiram air darurat (emergency shower), bahan
untuk pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) dan alat pemadam api.
1.2.1.3. Jenis Pengujian
Jenis pengujian yang akan digunakan di laboratorium uji
ditetapkan setelah dilakukan analisis kebutuhan. Secara
umum ketentuan jenis pengujian yang akan digunakan
sebagai berikut:
1.2.1.3.1. Jenis pengujian untuk setiap agen penyakit dapat
berupa pengujian secara isolasi menggunakan
kultur/media buatan atau kit, identifikasi secara
kimia, biologis, pendeteksian agen secara visual
atau bantuan mikroskop, secara serologi,
molekuler atau dengan penggunaan kit komersial
untuk diagnostik.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 7
1.2.1.3.2. Jenis pengujian yang digunakan oleh suatu
laboratorium ditentukan setelah dilakukan analisa
kebutuhan yang terkait dengan kemungkinan agen
penyakit yang dilalulintaskan, volume pengujian,
serta keragaman jenis media pembawa.
1.2.1.3.3. Jenis pengujian yang harus tersedia di
laboratorium, juga terkait erat dengan klasifikasi
laboratorium yang telah ditetapkan.
1.2.1.3.3.1. Laboratorium Tingkat I: Jenis pengujian
yang memiliki tingkat risiko rendah,
dikhususkan untuk pengujian yang
sederhana, cepat meliputi:
organoleptik, serologis sederhana dan
Identifikasi agen parasit.
1.2.1.3.3.2. Laboratorium Tingkat II: Jenis
pengujian yang memiliki tingkat risiko
sedang, dikhususkan untuk pengujian
sederhana dan lebih komplek meliputi:
organoleptik, serologis sederhana,
Isolasi dan identifikasi bakteri;
1.2.1.3.3.3. Laboratorium Tingkat III: Jenis
pengujian yang memiliki tingkat risiko
rendah sampai tinggi, teknik pengujian
dari yang sederhana sampai yang
sulit/komplek, serta dapat menguji
penyakit-penyakit eksotik, meliputi:
Serologis sederhana sampai komplek,
isolasi dan identifikasi bakteri dan
virus, teknik biologi molekuler, dan uji
biologis pada hewan coba.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 8
1.2.1.3.3.4. Laboratorium Uji Standar: memiliki
semua jenis pengujian yang ada dan
diaplikasikan di Laboratorium Tingkat 1
sampai 3. Penguasaan semua uji ini
digunakan disamping untuk pengujian,
juga untuk melakukan evaluasi,
validasi dan uji profisiensi uji di
Laboratorium Tingkat I, II, dan III.
Disamping itu laboratorium ini memiliki
kemampuan melaksanakan uji untuk
penyakit-penyakit eksotik. Jenis
pengujian, meliputi: serologis
sederhana sampai kompleks, isolasi
dan identifikasi mikroba (bakteri, virus,
parasit, jamur), uji biologi molekuler,
serta uji biologis pada hewan coba.
1.2.1.4. Bahan dan Alat Pengujian Laboratorium Karantina hewan
dan keamanan hayati hewani
1.2.1.4.1. Laboratorium Tingkat 1
Mikroskop, sentrifuge, microplate shaker,
Autoclave basah, autoclave kering, water bath,
biohazard cabinet(BSC), inkubator, freezer (-20°C),
set AGP dan incinerator.
1.2.1.4.1.1. Pemeriksaan Parasit.
- Mikroskop binocular, bunsen, tabung
reaksi, object dan cover glass;
- Larutan KOH;
- Mikroskopis binokula parasit, petri
dish;
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 9
- Larutan NaCL fisiologis;
- Mikroskopis binocular, object and
cover glass, beaker glass,
pengaduk, tabung reaksi, sentrifus,
Erlenmeyer terbalik;
- Natrium Karbonat (NaH2CO3),
NaCL jenuh.
1.2.1.4.1.2. Pemeriksaan Bakteri dan Jamur.
a. Peralatan:
b. Bahan:
- Petri dish, beaker glass, tabung
reaksi, tusuk/tutup tabung, water
bath, gunting, pinset, balance,
plastik, mortar (atau stomacher);
- Larutan peptone water ethyl
alchohol, HCL, MgO, Malachite
Green, PbS;
- Kertas saring, kertas lakmus;
- Object dan cover glass, Bunsen,
Mikroskop binokular;
- Larutan pewarnaan gram (4
jenis), lar. Pewarnaan giemsa
- Darah atau serum, antigen atau
antibodi;
- Mikroskop binokular, object and
cover glass;
- Larutan pewarnaan Giemsa;
- Object glass, Ose, Jarum suntik;
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 10
- Antigen, larutan Pewarnaan
seller;
1.2.1.4.1.3. Pemeriksaan organoleptik dan
pembusukan.
1.2.1.4.1.4. Pemeriksaan uji cepat (rapid test)
dengan kit (untuk diagnostik penyakit
hewan dan keamanan hayati).
1.2.1.4.2. Laboratorium Tingkat 2
Elisa reader, mikroskop, sentrifuge, microplate
shaker, Autoclave basah, autoclave kering, water
bath, biohazard cabinet (BSC), inkubator, freezer (-
20°C), set AGP, incinerator, tabung liquid nitrogen,
magnetic stirrer, pH meter, Stomacher, timbangan.
1.2.1.4.2.1. Pemeriksaan Parasit
- Alat penghitung Whitlock;
- Botol bermulut lebar, cawan petri;
- Medium vermiculate;
- Haematocrite sentrifuge,
haematocrite tube.
1.2.1.4.2.2. Pemeriksaan Bakteri
- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer,
gelas ukur, ose loop dan ose ujung
jarum;
- Kertas saring;
- Media biakan, aqua bidestilata steril.
1.2.1.4.2.3. Pemeriksaan Jamur
- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer;
- Kertas saring;
- Media biakan.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 11
1.2.1.4.2.4. Pemeriksaan Virus
- Mikrotiter plate, mikropipet, tip sesuai
dengan ukuran, pipet ependorf,
tabung ependorf, rak ependorf
- Telur embrio tertunas (telur SPF),
antigen, antibodi
1.2.1.4.2.5. Pemeriksaan residu antibiotik:
a. untuk uji tapis dengan menggunakan
metode bioassay
b. Metode cepat lainnya (rapid test kit)
1.2.1.4.3. Laboratorium Tingkat 3
Elisa reader, mikroskop, sentrifuge,
microplate shaker, Autoclave basah,
autoclave kering, water bath, biohazard
cabinet (BSC), inkubator, freezer (-
20oC), set AGP, incinerator, tabung
liquid nitrogen, magnetic stirrer, pH
meter, Stomacher, timbangan, mesin
PCR, gel elektriforesis, set HPLC, deep
freezer, vortex dan gel documentation.
1.2.1.4.3.1. Pemeriksaan Parasit
- Mikroplate, mikropipet,
mikropipet tube;
- Larutan PBS, konjugat,
larutan diterjen, Buffer
Immunoglobulin, NaCL.
1.2.1.4.3.2. Pemeriksaan Bakteri
- Petri dish, mikroplate,
mikropipet, mikropipet
tube;
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 12
- Agar gel neutralisasi,
larutan PBS, konjugat,
larutan diterjen, Buffer,
Immunoglobulin, NaCL
antibiotik, antigen, anti-
bodi.
1.2.1.4.3.3. Pemeriksaan Jamur
- Petri dish, tabung reaksi,
erlenmeyer;
- Kertas saring;
- Media biakan.
1.2.1.4.3.4. Pemeriksaan Virus
- Petri dish, mikroplate,
mikropipet, mikropipet
tube;
- Agar gel neutralisasi,
larutan PBS, konjugat,
larutan diterjen, Buffer,
Immunoglobulin, NaCL
antibiotik, antigen, anti-
bodi.
1.2.1.4.3.5. Pemeriksaan Residu
Antibiotik
a. Untuk uji tapis dengan
menggunakan metode
ELISA (kit ELISA
tertentu tergantung
target uji)
b. Untuk uji konfirmasi
dengan menggunakan
HPLC
1.2.1.4.3.6. Komputer
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 13
1.2.1.4.4. Laboratorium Uji Standar
Peralatan sama dengan level 1, 2 dan 3
ditambah, mikroskop elektron, mikro-
skop fluorescen, sonicator, dan double
ended otocklaf
Pemeriksaan Parasit, Pemeriksaan
Bakteri, Pemeriksaan Jamur,
Pemeriksaan Virus, Pemeriksaan
Residu, Histopatologis
Microcentrifuge, 12.000 rpm,
elektrophasterisi, power supply, trans-
minator, kacamata anti UV, vorstex
untuk tabung, alat untuk deiomisasi
water, mikropipet tip, tip ART, tabung
eyerdorf, NRNA.
Pemeriksaan biologimolekuler
dilengkapi dengan mesin PCR, real time
PCR dan sequencer,
Pemeriksaan kimia mencakup
pemeriksaan residu kimia dengan
spektrofotometer, residu
antibiotik/hormon dengan HPLC/
LCMSMS, residu pestisida dengan
GC/GCMS/GCMSMS dan deteksi logam
berat dengan AAS/ICP-MS.
1.2.1.5. Standar Pengujian Diagnostik (Metode Uji)
1.2.1.5.1. Laboratorium level 1 :
1.2.1.5.1.1. Tingkat risiko dan pengujian rendah,
dikhususkan untuk pengujian:
sederhana, cepat meliputi:
Organoleptik, Serologis sederhana
dan Identifikasi parasit.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 14
1.2.1.5.1.2. Jenis Pengujian :
- pH daging;
- Uji kebusukan daging dan uji
organoleptik;
- Uji kesempurnaan pengeluaran
darah;
- Uji sederhana untuk susu;
- Rapid test : AI, RBT, Pulorum
Test, Mycoplasma rapid test;
- Serologis sederhana seperti HA
AI, HA ND dll
- Patologi Anatomi;
- Parasit darah;
- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);
- Parasit Pencernaan.
1.2.1.5.2. Laboratorium level 2 :
1.2.1.5.2.1. Tingkat risiko dan pengujian sedang,
dikhususkan untuk pengujian
sederhana, kompleks meliputi:
Organoleptik, Serologis sederhana
dan kompleks, Isolasi dan identifikasi
bakteri.
1.2.1.5.2.2. Jenis Pengujian :
- pH daging;
- Uji kebusukan daging dan uji
organoleptik;
- Uji kesempurnaan pengeluaran
darah;
- Uji sederhana untuk susu;
- Rapid test: AI, RBT, Pulorum
Test, Mycoplasma rapid test;
- Patologi Anatomi;
- Parasit darah;
- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);
- Parasit Pencernaan;
- HA-HI Test;
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 15
- Cemaran mikroba;
- Identifikasi bakteri dan gram
stain;
- Parasit darah;
- HA-HI (virus AI, ND dll)
- CFT;
- AGPT;
- Uji biologis;
- ELISA;
- Uji residu sederhana;
- Mikroskopis MB.
1.2.1.5.3. Laboratorium level 3 :
1.2.1.5.3.1. Tingkat risiko dan kesulitan
pengujian dari yang sederhana sam-
pai yang sulit dan dikhususkan untuk
penyakit-penyakit eksotik, meliputi:
Serologis sederhana dan kompleks,
Isolasi dan identifikasi bakteri dan
virus serta biologi molekuler.
1.2.1.5.3.2. Jenis Pengujian :
- pH daging;
- Uji kebusukan daging dan uji
organoleptik;
- Uji kesempurnaan pengeluaran
darah;
- Uji sederhana untuk susu;
- Rapid test : AI, RBT, Pulorum
Test, Mycoplasma rapid test;
- Patologi Anatomi;
- Parasit darah;
- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);
- Parasit Pencernaan;
- HA-HI Test;
- Cemaran mikroba;
- Identifikasi bakteri dan gram
stain;
- Parasit darah;
- CFT;
- AGPT;
- Uji biologis;
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 16
- ELISA, PCR;
- Uji residu sederhana;
- Mikroskopis MBM;
- Identifikasi dan isolasi bakteri;
- Ascoli tes (anthraks);
- SNT;
- MAT;
- FAT;
- Histopatologi;
- Patologi Klinik;
- Uji-uji biologis kompleks;
- PCR END POINT;
- Real Time PCR;
- Squensing;
- Tissue Cultur;
- Pengembangan Metode
Pengujian, Kajian Penyakit ekso-
tik;
- Kajian GMO dan IAS;
- Kajian Penyakit Eksotik.
1.2.2. Sumberdaya Manusia
1.2.2.1. Standar Kompetensi Petugas Laboratorium Karantina
hewan.
Untuk meningkatkan kompetensi dan sekaligus jenjang karir
petugas laboratorium karantina hewan baik medik veteriner
maupun paramedik veteriner, maka pelaksanaan standar
pola karir disesuaikan dengan tingkat/jenjang jabatan fung-
sional medik dan paramedik veteriner yang terkait dengan
tugas dan fungsinya sebagai berikut:
1.2.2.1.1. Medik Veteriner
1.2.2.1.1.1. Medik Veteriner Pertama
Dengan kompetensi yang dimiliki
Medik Veteriner Pertama
melaksanakan tugas dan fungsinya:
melakukan pengujian makroskopis,
mikroskopis sederhana; pengujian
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 17
kalibrasi alat tingkat kesulitan I (alat
manual); pemeriksaan dan bedah
bangkai/patologi anatomi pada
unggas; serta menyiapkan bahan
untuk pengujian dan sampel bahan.
1.2.2.1.1.2. Medik Veteriner Muda
Dengan kompetensi yang dimiliki
Medik Veteriner Muda melaksanakan
tugas dan fungsinya: melakukan
pengujian kalibrasi alat tingkat
kesulitan II (alat elektronik);
pengujian cemaran mikroba dan
residu; serta melakukan penilaian
pengambilan sampel.
1.2.2.1.1.3. Medik Veteriner Madya
Dengan kompetensi yang dimiliki
Medik Veteriner Madya
melaksanakan tugas dan fungsinya:
mengkaji dan menganalisa hasil
laboratorium; memberikan
rekomendasi analisa risiko terhadap
hasil laboratorium.
1.2.2.1.1.4. Medik Veteriner Utama
Dengan kompetensi yang dimiliki
Medik Veteriner Utama
melaksanakan tugas dan fungsinya:
mengkaji dan menganalisa hasil
laboratorium; memberikan
rekomendasi analisa risiko terhadap
hasil laboratorium, melakukan kajian
terhadap pengembangan
laboratorium ke depan.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 18
1.2.2.1.2. Paramedik Veteriner
1.2.2.1.2.1. Paramedik Veteriner Pelaksana
Dengan kompetensi yang dimiliki
Paramedik Veteriner Pelaksana
melaksanakan tugas dan fungsinya:
menyiapkan media dan sampel
sederhana; melakukan persiapan uji
produk hewan sederhana;
memelihara peralatan secara
sederhana.
1.2.2.1.2.2. Paramedik Veteriner Pelaksana
Lanjutan
Dengan kompetensi yang dimiliki,
Paramedik Veteriner Pelaksana
Lanjutan melaksanakan tugas dan
fungsinya: menyiapkan media dan
sampel kompleks; melakukan
persiapan uji produk hewan
kompleks; memelihara peralatan
kompleks; kalibrasi alat/bahan
secara sederhana (volume).
1.2.2.1.2.3. Paramedik Veteriner Penyelia
Dengan kompetensi yang dimiliki,
Paramedik Veteriner Penyelia
melaksanakan tugas dan fungsinya:
melakukan kalibrasi alat/bahan
secara kompleks, serta melakukan
pengambilan spesimen/sampel dan
pembuatan preparat tingkat kesulitan
III.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 19
1.2.2.2. Standar Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia
Untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan petugas
laboratorium dalam pengembangan teknik dan metoda
pemeriksaan dan pengujian laboratorium, maka dianjurkan
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai
pengembangan laboratorium baik yang diselenggarakan di
dalam negeri dan luar negeri. Adapun pelatihan tersebut
adalah sebagai berikut :
1.2.2.2.1. Pelatihan pengenalan dan pemahaman
manajemen mutu laboratorium dan penyusunan
dokumen sistem mutu (SNI ISO/IEC 17025: 2008);
1.2.2.2.2. Pelatihan pengambilan dan penyimpanan contoh/
sampel;
1.2.2.2.3. Pelatihan pengiriman contoh/sample dan bahan
biologis berbahaya;
1.2.2.2.4. Pelatihan audit internal;
1.2.2.2.5. Pelatihan diagnostik laboratorium untuk metode
tertentu sesuai kemajuan IPTEK;
1.2.2.2.6. Pelatihan kalibrasi peralatan laboratorium;
1.2.2.2.7. Pelatihan biosafety dan biosecurity laboratorium;
1.2.2.2.8. Pelatihan validasi dan verifikasi metode
1.2.2.2.9. Pelatihan ketidakpastian pengukuran
Pelaksanaan pelatihan ini dapat diselenggarakan dengan
metode pelatihan khusus, magang, atau training on trainer.
1.2.2.3. Jumlah Sumber Daya Manusia
Kebutuhan jumlah sumber daya manusia (SDM) dengan
tingkat kompetensi dan kualifikasi yang dipersyaratkan
untuk laboratorium disesuaikan dengan tingkat laboratorium
(Laboratorium Tingkat 1, 2, 3 dan 4), volume kegiatan
pengujian, jenis uji dan tingkat kesulitan pengujian.
1.2.2.3.1. Sumberdaya manusia Laboratorium tingkat 1
paling kurang 5 orang terdiri dari:
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 20
a. Medik Veteriner Pertama 1 orang
b. Medik Veteriner muda 1 orang
c. Paramedik Veteriner Pelaksana 2 orang
d. Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan 1
orang
1.2.2.3.2. Sumberdaya manusia Laboratorium tingkat 2
paling kurang 12 orang terdiri dari:
a. Medik Veteriner Pertama 2 orang
b. Medik Veteriner muda 2 orang
c. Medik Veteriner Madya 1 orang
d. Paramedik Veteriner Pelaksana 4 orang
e. Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan 2
orang
f. Paramedik Veteriner Penyelia 1 orang
1.2.2.3.3. Sumberdaya manusia Laboratorium tingkat 3
paling kurang 25 orang terdiri dari:
a. Medik Veteriner Pertama 4 orang
b. Medik Veteriner Muda 4 orang
c. Medik Veteriner Madya 2 orang
d. Medik Veteriner Utama 1 orang
e. Paramedik Veteriner Pelaksana 8 orang
f. Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan 4
orang
g. Paramedik Veteriner Penyelia 2 orang
1.2.2.3.4. Sumberdaya manusia Laboratorium tingkat 4
paling kurang 33 orang terdiri dari:
a. Medik Veteriner Pertama 6 orang
b. Medik Veteriner Muda 4 orang
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 21
c. Medik Veteriner Madya 3 orang
d. Medik Veteriner Utama 2 orang
e. Paramedik Veteriner Pelaksana 10 orang
f. Paramedik Veteriner Pelaksana Lanjutan 5
orang
g. Paramedik Veteriner Penyelia 3 orang
h. Analisis kimia
i. Pengawas Mutu Hasil Pertanian
Untuk mendukung performa staf laborarium dalam
melaksanakan tugas sehari-hari maka disarankan agar
semua petugas yang bekerja di laboratorium dilakukan
imunisasi rutin seperti rabies, meningitis dan influenza serta
General medical check up minimal 1 tahun sekali.
1.3. TATA LETAK (LAYOUT) LABORATORIUM
Laboratorium terdiri ruang laboratorium utama dan fasilitas penunjang
lainnya. Dalam mendesain sebuah laboratorium diperlukan penataan letak
dari masing masing ruangan serta fasilitas yang terdapat didalamnya sesuai
dengan fungsi dari masing masing ruang dan fasilitasnya.Tata letak atau
layout dari suatu laboratorium disesuaikan juga dengan risiko sampel yang
diuji serta alur pengujian mulai dari sampel itu diterima sampai hasil uji
laboratorium dikeluarkan. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam disain laboratorium adalah:
a. Pemisahan secara jelas antara area publik dan area laboratorium.
b. Pemisahan secara jelas antara ruang personil, ruang preparasi, ruang uji,
ruang instrument dan ruang-ruang lain yang menurut fungsinya harus
dipisahkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang lazim.
c. Ruang yang digunakan untuk lebih dari 1 jenis target pengujian, harus ada
pemisah yang jelas seperti penggunaan BSC yang berbeda.
d. Tata letak ruang tidak boleh mengakibatkan terjadinya kontaminasi silang
(cross contamination),
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 22
e. Tata letak harus dapat menciptakan petugas bekerja dengan aman dan
nyaman, jauh dari gangguan panca indera (bising), pencahayaan dll
Laboratorium harus memberikan pictogram atau rambu rambu (signed) yang
jelas misalnya emergency exit, emergency shower, hazard area, dll.
Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
dibagi menjadi laboratorium tingkat 1, laboratorium tingkat 2, laboratorium
tingkat 3 dan laboratorium tingkat 4. Pembagian tingkat laboratorium tersebut
berdasarkan tingkat risiko komoditi media pembawa yang
dilalulintaskan.Perbedaan masing masing tingkat laboratorium tersebut
terletak pada fasilitas ruang laboratorium baik itu ruang penunjang maupun
ruang pengujiannya serta peralatan laboratorium yang disesuaikan dengan
jenis pengujian yang dilaksanakan.
Penyediaan fasilitas peralatan disetiap level perlu dipertimbangkan seefisien
mungkin. Penyediaan fasilitas penyimpanan data seperti computer
berdasarkan volume pengujian/sampel yang ditangani dan kompleksitas
pekerjaan, data yang diolah dan system informasi laboratorium yang
diterapkan.
Tata letak (lay out) laboratorium yang disajikan disini merupakan contoh dan
acuan dari pengembangan laboratorium, tetapi UPT dapat mengembangkan
laboratorium dengan mempertimbangkan hal-hal khusus sehingga lay out
dapat disesuikan dengan sumber daya dan kondisi yang dimiliki.Standar tata
letak (lay out) untuk masing-masing tingkat pada laboratorium adalah sebagai
berikut:
1.3.1. LaboratoriumTingkat 1
Laboratorium Tingkat 1 pada UPT yang melayani lalu lintas media
pembawa dengan risiko rendah dan frekuensi lalu lintas dan
pengujian yang rendah serta kemampuan pengujian dengan metode
uji yang cepat atau menggunakan tes kit komersial, maka pembagian
ruangan laboratorium serta tata letak laboratorium tingkat 1 menjadi:
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 23
1) Laboratorium penunjang:
a. Ruang penerimaan sampel
b. Ruang bahan
c. Ruang alat
d. Ruang analis
2) Laboratorium utama
a. Ruang preparasi pengujian
b. Lab penguji (virus)
c. Lab Parasit
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 24
LABORATORIUM TINGKAT I KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 25
1.3.2. Laboratorium Tingkat 2
Laboratorium tingkat 2 pada UPT yang melayani lalu lintas media
pembawa dengan risiko rendah sampai sedang dan frekuensi lalu
lintas dan pengujian yang rendah sampai sedang serta kemampuan
pengujian selain dengan metode uji yang cepat atau menggunakan
tes kit komersial juga dengan menggunakan metode pengujian yang
lebih tinggi dari laboratorium tingkat 1, maka pembagian ruangan
laboratorium serta tata letak laboratorium tingkat 2 menjadi:
1) Laboratorium penunjang
a. Ruang penerimaan sampel
b. Ruang bahan
c. Ruang alat
d. Ruang analis
e. Ruang sterilisasi
f. Pengolahan Limbah
g. Incinerator
2) Laboratorium utama
a. Ruang preparasi pengujian
b. Lab virus
c. Lab Bakteri
d. Lab Parasit
e. Lab Keamanan Pangan
f. Lab Toxic
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 26
LABORATORIUM TINGKAT II KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 27
1.3.3. Laboratorium Tingkat 3
Laboratorium tingkat 3 pada UPT yang melayani lalu lintas media
pembawa dengan risiko sedang sampai tinggi dan frekuensi lalu lintas
dan pengujian yang sedang sampai tinggi serta kemampuan
pengujian selain dengan metode uji yang cepat atau menggunakan
tes kit komersial juga dengan menggunakan metode pengujian yang
lebih tinggi misalnya pengujian ELISA dan atau PCR, maka
pembagian ruangan laboratorium serta tata letak laboratorium tingkat
3 menjadi:
1) Laboratorium penunjang
a. Ruang penerimaan sampel
b. Ruang penyimpanan sampel
c. Ruang bahan
d. Ruang alat
e. Ruang analis
f. Ruang sterilisasi
g. Pengolahan Limbah
h. Incinerator
2) Laboratorium utama
a. Ruang preparasi pengujian
b. Lab virus
c. Lab Bakteri
d. Lab Parasit
e. Lab fungi
f. Lab Nekropsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 28
LABORATORIUM TINGKAT III KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 29
1.3.4. Laboratorium Tingkat 4
Laboratorium tingkat 4 pada UPT yang melayani uji rujukan dengan
menggunakan metode pengujian yang lebih komplek, maka
pembagian ruangan laboratorium serta tata letak laboratorium tingkat
4 menjadi:
1) Laboratorium penunjang
a. Ruang penerimaan sampel/ Administrasi
b. Ruang penyimpanan sampel
c. Ruang bahan
d. Ruang alat
e. Ruang analis/staf
f. Ruang sterilisasi
g. Ruang seminar/rapat
h. Pantry
i. Ruang tamu
j. Toilet
k. Ruang ganti (anteroom)
l. Ruang koleksi
m. Pengolahan Limbah
n. Incinerator
2) Laboratorium utama
a. Ruang preparasi
b. Lab virus
c. Lab Bakteri
d. Lab Parasit
e. Lab Miko
f. Lab Nekropsi
g. Lab biomekuler
h. Fasilitas lab BSL 2 dan 3
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 30
LABORATORIUM TINGKAT IV KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
LANTAI 1
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 31
LABORATORIUM TINGKAT IV KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
LANTAI II
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 32
LABORATORIUM TINGKAT IV KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
LANTAI III
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 33
LABORATORIUM TINGKAT IV KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
LANTAI IV
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 34
1.4. FASILITAS LABORATORIUM
Fasilitas laboratorium dalam pedoman ini mencakup ruangan laboratorium
dan peralatan laboratorium yang menunjang fungsi laboratorium
tersebut.Bangunan laboratorium terdiri dari beberapa ruangan yang
memiliki fungsi dan spesifikasi yang berbeda sesuai dengan jenis pekerjaan
atau peruntukannya. Laboratorium terdiri dari ruangan penunjang dan
ruangan utama.Kebutuhan dari jenis ruangan yang dimiliki oleh unit
pelaksana teknis berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing masing UPT
dan klasifikasi laboratorium yang telah ditetapkan oleh Barantan. Adapun
secara rinci akan diuraikan sebagai berikut:
1.4.1. Ruangan Utama Laboratorium
Ruangan utama laboratorium adalah ruangan tempat pengujian
dilaksanakan. Desain ruangan laboratorium disesuaikan dengan
target pengujian serta tingkat risiko agen penyakit yang diuji. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam ruangan utama laboratorium adalah
spesifikasi bahan, finishing dan infrastrukturnya.
Ruangan laboratorium utama karantina hewan terdiri dari ruangan
untuk Laboratorium Bakteri, Virus, Parasit, Fungi, Biomolekuler, dan
Nekropsi. Setiap UPT tidak harus memiliki semua ruang
laboratorium tersebut diatas, kebutuhan akan ruangan tersebut
disesuaikan dengan kategori risiko HPHK yang terbawa melalui
komoditi yang dilalulintaskan dan klasifikasi laboratorium yang telah
ditetapkan oleh Barantan. Adapun spesifikasi masing masing
laboratorium sebagai berikut:
1.4.2. Laboratorium Bakteri
Laboratorium bakteri adalah laboratorium diagnosis terhadap
agen penyebab penyakit dari kelompok bakteri. Sesuai
dengan klasifikasi tingkat laboratorium pada laboratorium
karantina hewan dan keamanan hayati hewani, pada
laboratorium tingkat 1 ruang bakteri belum tersedia, untuk
pengujian dengan metode RBT pada Brucellosis dapat
dilakukan bersama sama di ruang pengujian virus. Pada
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 35
laboratorium tingkat 2 sudah disediakan ruang laboratorium
bakteri dengan ruang preparasi pengujiannya menggunakan
ruang preparasi bersama sama dengan ruang laboratorium
lainnya. Sedangkan pada laboratorium tingkat 3 dan 4
laboratorium bakteri sudah dilengkapi dengan ruang preparasi
pengujian bakteri walaupun ruang preparasi tersebut
digunakan bersama sama dengan laboratorium fungi. Metode
pengujian yang umumnya dilakukan di laboratorium bakteri
adalah isolasi dan identifikasi bakteri, pewarnaan, dan
pengujian serologi seperti CFT, RBT dll. Adapun spesifikasi
minimal untuk laboratorium bakteri ini terlampir pada Gambar
1.
Selain ruangan, untuk mengukur kapasitas dan daya listri
yang dibutuhkan pada laboratorium bakteri makan peralatan
minimal yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium bakteri
adalah sebagai berikut:
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
1 Medical Freezer Control range -20°C to -30°C, display suhu monitoring
1 Sesuai merek/type
250 W, 220 V
2 Medical Refrigerator
Temperatur control 2-14°C, display suhu monitoring
1 Sesuai volume refrigerator
185 W, 17 A 230/240 V
3 Biosafety
cabinet class
IIA2
Main HEPA filter: 99.999 % at 0.3 micron, 70 % re circulated, Air down flow;270-338 cfm, 30 % exhaust; Air inflow; 105 LFPM
1 External dimension,±WDH; 1362 x 835 x 1524 mm
325 watt
4 Analitical
balance
Min 3 angka dibelakang koma
1 Sesuai merek/type
10 watt
5 Timbangan Analitik
4 angka dibelang koma
1 ± 32 x 20,5 x 35
9,5 – 20 V DC, 6 W
6 PH Meter Glass electroda 1 ± 23 x 19 x 8 6 V DC, 100 W
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 36
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
7 Vortex orbital Shaker time: 100 %, Speed min (adjustable):500 rpm Speed range:0 – 2500 rpm, Untuk1,5 ml, 15 ml dan 50 ml
1 Sesuai merek/type
50 watt
8 Hotplate Stirrer Kecepatan antara 50-1700 rpm, suhu mencapai RT-340°C
1 26 x 16 x 10 230/240 V, 50/60 Hz, 825 W
9 Homogenizer 20.000 rpm 1 14 x 12,5 x 13
200-240 V, 50/60 hz, 50 W
10 Stomacher Timer, sterile plastic
1 40 x 21,5 x 26(sesuai volume)
220 V, 50/60 Hz, 0,5 A 250 VA, 100W
11 Waterbath Temperature range : 5° above ambient to 95°C
Capacity : 14 litres, LCD display, digital setting
Microprocessor control, digital timer
1 Sesuai merek/ volume
1800 W, 230 V, 50/60 Hz
12 Colony Counter Manual 1 Sesuai merek/type
-
13 Mikroskop compound dengan kamera dan monitor display
Complete configuration with full-Köhler stand including
objectives "Plan-Achromat" 4x, 10x, 40x and 100x Oil
1 Sesuai merek/type
external power unit 100...240VAC/50...60Hz/30VA with
14 Micropipet set Multichanel pipet
Single micropipet
1 Sesuai merek/type
-
15 Incubator Temperature range:20° to 70°C
Air circulation:Natural air circulation, integrated digital timer
Temperature setting accuracy:0.1⁰ C, digital LED display
3 point setting calibration
1 Sesuai merek/ volume
Power 250 W, 400 V, 50/60 Hz
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 37
1.4.3. Laboratorium Virus
Laboratorium virus adalah laboratorium yang melakukan
identifikasi dan isolasi HPHK dari virus serta penyiapan
koleksi jenis virus. Sesuai dengan klasifikasi tingkat
laboratorium pada laboratorium karantina hewan dan
keamanan hayati hewani, pada laboratorium tingkat 1 dan 2
ruang preparasi pengujiannya menggunakan ruang preparasi
bersama sama dengan ruang laboratorium lainnya.
Sedangkan pada laboratorium tingkat 3 dan 4 laboratorium
virus sudah dilengkapi dengan ruang preparasi pengujian
virus.Metode pengujian yang umumnya dilakukan adalah
identifikasi secara serologi dan isolasi.Adapun standard dan
spesifikasi minimal untuk laboratorium virus adalah dapat
dilihat pada Gambar 2.
Peralatan minimal yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium
virus adalah sebagai berikut:
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
1 Biosafety
cabinet class
IIA2
Main HEPA filter: 99.999 % at 0.3 micron, 70 % re circulated, Air down flow;270-338 cfm, 30 % exhaust; Air inflow; 105 LFPM
1 External dimension,±WDH; 1362 x 835 x 1524 mm
325 watt
2 Incubator 37ºC Ada monitor suhu 1
57,5 x 55 x 67
230 V,3,5 A, 50/60 Hz, 850 W
3 Incubator CO2 Ada Monitor suhu, include tabung CO2
1 66,5 x 68 x 84
220-240 V, 50-60 Hz, 1600 W, 8 A
4 Sink Polypropilene 1 560 x 355 x 230 mm
-
5 Medical Freezer Control range -20°C to -30°C, display suhu monitoring
1 Sesuai merek/type
250 W, 220 V
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 38
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
6 Freezer -80ºC * Temperature range: up to -85⁰C, Display and Control: easy-to-read LED display, alarm
1 Sesuai merek/type
230 V, 5 A, 50 Hz, 2000W
7 Medical Refrigerator
Temperatur control 2-14°C, display suhu monitoring
1 Sesuai volume refrigerator
185 W, 17 A 230/240 V
8 Minispin Speed/RCF: 6000rpm/2000 x.g, For quick spin down and microfiltration
1 Sesuai merek/type
200-240 V, 50 Hz, 1,9 A
9 Centrifuge tabung besar dgn berbagai ukuran rotor dari 15ml, 25ml, 50ml
Max.Speed 6,500 rpm, Max.RCF4,000 xg
1 Sesuai merek/type
220 V, 6 A, 920 W
10 Incubator Telur Temperatur 37°C, humidity 60%
1 Sesuai merek/type
220 V x 50 Hz, 170 W
11 Kompresor untuk Filtrasi Cairan
Pompa, vacum 1 Sesuai merek/type
300 watt
12 Mikroskop Compound mikroskop 1 200-240 V, 260 VA
13 Microcentrifuge Capacity: 18x1.5/2.0 ml, Maximum speed: 14.000 rpm, Relative Centrifugal Force (RCF): 16.000
1 Sesuai merek/type
200-240 V, 50 Hz, 1,9 A
14 Centrifuge Tabung
Max.Speed 6,500 rpm,Max.RCF4,000 xg
1 Sesuai merek/type
220 V, 50 – 60 Hz, 2 A
15 Analitical Balance
Min 3 angka dibelakang koma
1 ± 23 x 20,5 x 35
9,5 – 20 V Dc, 6 W
16 Timbangan Analitik
4 angka dibelang koma
1 ± 32 x 20,5 x 35
9,5 – 20 V DC, 6 W
17 Vortex orbital Shaker time: 100 %, Speed min (adjustable):500 rpm Speed range:0 - 2500 rpm, Untuk 1,5 ml, 15 ml dan 50 ml
1 Sesuai merek/type
230 V, 50 W, 0,3 A
18 Freezer -20ºC Control range -20°C to -30°C, display suhu monitoring
1 Sesuai merek/type
250 W, 220 V
19 Refrigerator
Besar *
2 pintu kaca, suhu 2-
8 °C
1 Sesuai
merek/type
250 W, 220
V
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 39
1.4.4. Laboratorium Parasit
Laboratorium parasit adalah laboratorium yang melakukan
identifikasi parasit baik berupa ektoparasit maupun
endoparasit dan penyiapan koleksi dari jenis parasit dan
vektor penyakitnya. Sesuai dengan klasifikasi tingkat
laboratorium pada laboratorium karantina hewan dan
keamanan hayati hewani, pada laboratorium tingkat 1 dan 2
ruang parasit mempunyai ruang preparasi pengujiannya
menggunakan ruang preparasi bersama sama dengan ruang
laboratorium lainnya. Sedangkan pada laboratorium tingkat 3
dan 4, laboratorium parasit sudah dilengkapi dengan ruang
preparasi pengujian parasit. Metode pengujian yang
umumnya dilakukan adalah identifikasi secara
morfologi.Adapun contoh denah laboratorium parasite pada
Gambar 3.
Peralatan minimal yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium
parasit adalah sebagai berikut:
No Nama Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
1 Meja Laboratorium ber-rak, berlemari dan berlaci
Tahan korosif, bahan kimia, permukaan halus, Panjang meja menyesuaikan dengan uk. ruangan, tinggi meja sekitar 80 cm, lebar 90 cm, dengan jarak antar meja kerja atau dinding pembatas min. 1,2 m,
1 Sesuai luas ruangan
-
2 Kursi Kerja Lab. ergonomic 4 Sesuai kebutuhan
-
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 40
No Nama Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
3 Kulkas 2 pintu, refrigerator dan freezer
1 Sesuai volume
220 V, 175 W
4 Mikroskop Stereo lengkap dengan kamera dan monitor display
Magnification :10x….80x 1 205.000.000
Zoom range : 8 : 1
Eyepiece :WPL 10x
1 Sesuai merek /type
90 – 264 V, 50-90 Hz, 150 W
5 Mikroskop Kompon lengkap dengan kamera dan monitor display
Magnification: 40 - 1000 x
1 Sesuai merek /type
220 V, 0,3 A
6 Seperangkat Komputer & printer
Sesuai kebutuhan
1 Sesuai merek /type
200 – 240 V, 4 A
7 AC uk. PK disesuaikan luas ruangan
1 Sesuai merek /type
220 V
8 Centrifus Max.Speed 6,500 rpm,Max.RCF4,000 xg
1 58 x 58 x 32 220 V, 50 – 60 Hz, 2 A
9 Alat penghitung Whitlock, Mc Master, sentrifuse hematocrit
Sesuai kebutuhan
1 - -
1.4.5. Laboratorium Fungi
Laboratorium fungi adalah laboratorium yang melakukan
identifikasi fungi dan penyiapan koleksi dari jenis fungi.
Sesuai dengan klasifikasi tingkat laboratorium pada
laboratorium karantina hewan dan keamanan hayati hewani,
pada laboratorium tingkat 1 ruang fungi belum tersedia,
sedangkan pada laboratorium tingkat 2 jika ada pengujian
fungi maka dapat dilakukan bersama sama di laboratorium
bakteri, tetapi incubator dan bench untuk bekerja harus
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 41
dibedakan. Pada laboratorium tingkat 3 dan 4 sudah tersedia
ruang pengujian fungi dengan ruang preparasi pengujian fungi
dapat digabungkan dengan ruang preparasi pengujian bakteri.
Metode pengujian yang umumnya dilakukan adalah isolasi
dan identifikasi secara morfologi. Adapun spesifikasi minimal
untuk laboratorium fungi terlampir pada Gambar 4.
Peralatan minimal yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium
fungi adalah sebagai berikut:
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
1 Meja Laboratorium ber-rak, berlemari dan berlaci, be sink
Tahan korosif, bahan kimia, permukaan halus, Panjang meja menyesuaikan dengan uk. ruangan, tinggi meja sekitar 80 cm, lebar 90 cm, dengan jarak antar meja kerja atau dinding pembatas min. 1,2 m,
1 Sesuai luas ruangan
-
2 Kursi Kerja Lab. ergonomic 4 Sesuai kebutuhan
-
3 Mikroskop stereo
Magnification:10x….80x 1 205.000.000
Zoom range: 8 : 1
Eyepiece:WPL 10x
1 Sesuai merek/type
90 – 264 V, 50-90 Hz, 150 W
4 Kulkas Dua pintu, refrigerator dan freezer
1 Sesuai volume
220V, 175 W
5 Medical Freezer Control range -20°C to -30°C, display suhu monitoring
1 Sesuai merek/type
250 W, 220 V
6 Oven - Temperature range: 5°C above ambient up to 300°C,
Timer 0-99 hours
1 Sesuai volume
230 V, 8,7 A, 200 W
7 Centrifuge Max.Speed 6,500 rpm,Max.RCF4,000 xg
1 ±58 x 58 x 32 220 V, 50 – 60 Hz, 2 A
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 42
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
8 Inkubator Ada monitor suhu 1
Sesuai volume
230 V, 1800 W, 7,5 A
9 Mikroskop Kompon
Magnification: 40 - 1000 x
1 Sesuai merek /type
220 V, 0,3 A
10 Seperangkat Komputer dan printer
Sesuai kebutuhan 1 Sesuai merek /type
200-240 V, 4 A
11 AC uk. PK disesuaikan luas ruangan
1 Sesuai merek/type
220 V
1.4.6. Laboratorium Biomolekuler
Laboratorium biomolekuler adalah laboratorium yang
melakukan identifikasi HPHK secara genetika dengan metode
Polymerase Chain Reaction (PCR). Secara umum prinsip
biologi molekuler dibagi menjadi pre PCR dan post PCR.
Ruang untuk Pre PCR dan ruang post PCR dibuat terpisah
dengan koridor sebagai pemisahnya. Pre PCR terdiri dari
ruang ekstraksi DNA dan ruang ekstraksi RNA. Apabila luas
lahan tidak memungkinkan, ruang ekstraksi DNA dan RNA
tidak perlu dipisahkan tetapi alur atau area tempat bekerja
harus dipisahkan secara jelas misalnya menggunakan bench
atau PCR kabinet yang terpisah. Ruang post PCR yang terdiri
dari ruang amplifikasi, elektroforesis dan dokumentasi dapat
dibuat terpisah apabila memungkinkan tetapi dapat juga
digabung dengan prinsip alur dan area pekerjaannya
dipisahkan secara jelas. Sesuai dengan klasifikasi tingkat
laboratorium pada laboratorium karantina hewan dan
keamanan hayati hewani, pada laboratorium tingkat 1 dan
tingkat 2 belum di lengkapi dengan laboratorium biologi
molekuler, sedangkan laboratorium tingkat 3 dan 4 sudah
tersedia laboratorium biologi molekuler. Khusus laboratorium
tingkat 4 dilengkapi dengan ruang sequencing dan cloning
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 43
untuk melakukan diagnosa yang lebih kompleks. Adapun
spesifikasi minimal untuk laboratorium biomolekuler seperti
terlihat pada Gambar 5.
Adapun Peralatan minimal yang dibutuhkan dalam ruang
laboratorium biomolekuler adalah sebagai berikut:
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
R. Ekstraksi DNA
1 Medical Freezer -30°C
Control range -20°C to -40°C , display suhu monitoring
1 Sesuai merek /type
250 W, 220 V
2 Vortex orbital Shaker time: 100 %, Speed min (adjustable):500 rpm Speed range:0 - 2500 rpm, Untuk 1,5 ml, 15 ml dan 50 ml
1 Sesuai merek /type
200-240 V, 50 W
3 Medical Freezer Control range -20°C to -30°C, display suhu monitoring
1 Sesuai merek /type
250 W, 220 V
4 Centrifuge Max.Speed 6,500 rpm,Max.RCF4,000 xg
1 ±58 x 58 x 32
220 V, 50 – 60 Hz, 2A
5 Analitical Balance
Min 3 angka dibelakang koma
1 ±23 x 20,5 x 35
9,5 – 20 V Dc, 6 W
6 Extractor Ekstraksi sampel automatic
1 Sesuai merek /type
250 W, 220 V
7 AC uk. PK disesuaikan luas ruangan
1 Sesuai merek /type
220 V
R. Ekstraksi RNA
8 Vortex orbital Shaker time: 100 %, Speed min (adjustable):500 rpm Speed range:0 - 2500 rpm, Untuk 1,5 ml, 15 ml dan 50 ml
1 Sesuai merek /type
200-240 V, 50 W
9 Medical Refrigerator
Temperatur control 2-14°C, display suhu monitoring
2 Tergantung volume refrigerator
185 W, 17 A 230/240 V
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 44
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
10 Centrifuge Max.Speed 6,500 rpm,Max.RCF4,000 xg
2 ± 58 x 58 x 32
220 V, 50 – 60 Hz, 2A
11 Analitical Balance
Min 3 angka dibelakang koma
1 ± 23 x 20,5 x 35
9,5 – 20 V Dc, 6 W
12 Dry heat block Temperature accuracy of ± 0.3°C, and uniformity of ± 0.2°C, Wide temperature set range from ambient +5 to 150°C
1 ± 32 x 22 x 15
230 V 350 W
1 3 AC uk. PK disesuaikan luas ruangan
1 Sesuai merek /type
220 v
R. Amplifikasi
14 Mesin PCR Universal dan fleksibilitas, gradient
4 ± 50 x 24 x 24
220-240 V, 10 A
15 PCR Hood UV radiation
1
± 53,5 x 67 x 80
100-240 V, 50-60 Hz, 200 W
16 Medical Refrigerator
Temperatur control 2-14°C, display suhu monitoring
1 Tergantung volume refrigerator
185 W, 17 A 230/240 V
17 Mini spin Speed/RCF: 6000rpm/2000 x.g, For quick spin down and microfiltration
1 ± 53 x 27,5 x 24,5
200-240 V, 50 Hz, 1,9 A
18 AC uk. PK disesuaikan luas ruangan
1 Sesuai merek /type
220 V
R. Dokumentasi
19 UV vis spectrofotometer/Nano drop
Pengukur asam nukleat dan protein sampel, Wavelength range 190 - 1100 nm
1 ± 20,5 x 14 x 19
12 V, 30 W
20 Seperangkat Komputer & printer
Sesuai kebutuhan 1 Sesuai merek /type
200-240 V, 4 A
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 45
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
21 Gel documentation
Progressive scan CCD Camera, Lens Motorized & automated 6x zoom
1 ± 40 x 50 x 98
100/115/230 v, 200 VA
22 Gel Elektroforesis system
Sistem pendingin, run gels at high voltages
1 ± 30 x 17,5 x 15,5
220-240 V, 50 A
1.4.7. Laboratorium Nekropsi/Patologi
Laboratorium nekropsi adalah laboratorium untuk bedah
bangkai untuk melihat perubahan patologi anatomi dari hewan
yang sudah mati. Laboratorium nekropsi harus memilik akses
masuk dan keluar secara langsung untuk akses cadaver yang
belum atau sudah di autopsy. Pada laboratorium ini juga
harus dilengkapi SOP dekontaminasi dan pembuangan
limbah mempunyai alur tersendiri. Adapun spesifikasi minimal
untuk laboratorium nekropsi tergambar pada Gambar 6.
Peralatan minimal yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium
nekropsi adalah sebagai berikut:
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
1 Meja nekropsi (saluran pembuangan cairan)
Stainless steel, drainase pembuangan
1 Sesuai kebutuhan
-
2 Kursi Kerja Lab. Ergonomic 4 Sesuai merek /type
-
3 Oven - Temperature range: 5°C above ambient up to 300°C,
Timer 0-99 hours
1 Sesuai volume
230 V, 8,7 A, 200 W
4 Kulkas 2 pintu, refrigerator dan freezer
1 Sesuai merek /type
220 V, 175 W
5 Medical Refrigerator
Temperatur control 2-14°C, display suhu monitoring
1 Sesuai volume refrigerator
185 W, 17 A 230/240 V
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 46
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
6 Patologi tools set
1 pc Cartilage Knife 4 1/2”
1 pc Amputation Knife 8”
1 pc Brain Knife 10”
1 pc Post Mortem Scissors
1 pc Alice Tissue Forceps
1 pc Dissecting Forceps 8”
1 pc Mallet Round 750 gms
1 pc Hexagonal Chisel 8 x 3/4”
1 pc Hexagonal Ostotome 8 x 1”
1 pc Hexagonal Bone Gouge 8 x 1/4”
1 pc Spine Wrench
1 pc Bone Holding 10”
1 pc Bone Cutting Scissor
1 pc Measuring Steel Tape
1 pc Amputation Saw 12”
2 pcs Retractor 4 prongs
1 pc Blow pipe 10”
2 pcs Probe 6” & 8”
1 pc Bowel Scissor
1 pc Pipe Saw
1 - -
7 Seperangkat Komputer & printer
Sesuai kebutuhan 1 Sesuai merek /type
200-240 V, 4 A
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 47
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
8 AC uk. PK disesuaikan luas ruangan
1 Sesuai merek /type
220 V
9 Autoclave Pressure gauge: 0 to 0.4 Mpa, Sterilization Temperature range: 105 to 135 `C
1 Sesuai volume
2000 Watt
1.4.8. Laboratorium keamanan pangan/toksik/cemaran mikroba
Laboratorium keamanan pangan/toksik/cemaran mikroba
adalah laboratorium yang digunakan untuk pengujian
keamanan pangan dengan metode pengujian yang lebih
sederhana. Sesuai dengan klasifikasi tingkat laboratorium
pada laboratorium karantina hewan dan keamanan hayati
hewani, pada laboratorium tingkat 1 belum tersedia fasilitas
ruang pengujian ini, sedangkan pada laboratorium tingkat 2,
dan 3 sudah tersedia laboratorium ini. Khusus untuk
laboratorium tingkat 4 selain ruang laboratorium keamanan
pangan/cemaran mikroba laboratorium tingkat 4 juga
dilengkapi dengan ruang instrumen kompleks seperti HPLC,
GC, AAS dll. Adapun lay out atau desain dari laboratorium
keamanan pangan dapat tergambar pada Gambar 10.
Peralatan minimal yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium
keamanan pangan/cemaran mikroba adalah sebagai berikut:
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
1 Medical Freezer Control range -20°C to -30°C, display suhu monitoring
1 Sesuai merek/type
250 W, 220 V
2 Medical Refrigerator
Temperatur control 2-14°C, display suhu monitoring
1 Sesuai volume refrigerator
185 W, 17 A 230/240 V
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 48
No Nama
Peralatan Spesifikasi Jumlah Ukuran Power
3 Biosafety
cabinet class
IIA2
Main HEPA filter: 99.999 % at 0.3 micron, 70 % re circulated, Air down flow;270-338 cfm, 30 % exhaust; Air inflow; 105 LFPM
1 External dimension,±WDH; 1362 x 835 x 1524 mm
325 watt
4 Analitical
balance
Min 3 angka dibelakang koma
1 Sesuai merek/type
10 watt
5 Timbangan Analitik
4 angka dibelang koma
1 ± 32 x 20,5 x 35
9,5 – 20 V DC, 6 W
6 PH Meter Glass electroda 1 ± 23 x 19 x 8 6 V DC, 100 W
7 Vortex orbital Shaker time: 100 %, Speed min (adjustable):500 rpm Speed range:0 – 2500 rpm, Untuk 1,5 ml, 15 ml dan 50 ml
1 Sesuai merek/type
50 watt
8 Hotplate Stirrer Kecepatan antara 50-1700 rpm, suhu mencapai RT-340°C
1 26 x 16 x 10 230/240 V, 50/60 Hz, 825 W
9 Homogenizer 20.000 rpm 1 14 x 12,5 x 13
200-240 V, 50/60 hz, 50 W
10 Stomacher Timer, sterile plastic 1 40 x 21,5 x 26
(sesuai volume)
220 V, 50/60 Hz, 0,5 A 250 VA, 100W
11 Inkubator Ada monitor suhu 1
Sesuai volume
230 V, 1800 W, 7,5 A
1.4.9. Ruangan Penunjang Laboratorium
Ruangan laboratorium penunjang adalah ruangan yang diperlukan
untuk menunjang kegiatan pengujian sehingga pelaksanaan
pengujian berlangsung dengan baik disamping itu mencegah
terjadinya kontaminasi pada saat pengujian berlangsung.Setiap
laboratorium tidak harus memiliki semua ruangan penunjang
tergantung dari analisis kebutuhan dan manajemen risiko dari
laboratorium itu sendiri. Apabila bangunan laboratorium berada
dalam gedung yang sama dengan kantor pelayanan karantina maka
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 49
beberapa ruangan penunjang bisa menggunakan ruangan yang
sudah terdapat pada fasilitas gedung kantor pelayanan. Adapun
jenis ruang laboratorium penunjang terdiri dari:
1.4.9.1. Ruang Penerimaan Sampel
Ruang penerimaan sampel dapat terpisah atau menjadi satu
dalam ruang administrasi. Ruang penerimaan sampel dan
ruang administrasi laboratorium sebaiknya berada dalam
satu area laboratorium itu sendiri walaupun laboratorium
terdapat dalam gedung yang sama dengan gedung
pelayanan operasional perkarantinaan. Ruang penerimaan
sampel, dilengkapi dengan tempat penyimpanan sampel
(refrigerator dan atau frezzer), dan sebaiknya dilengkapi
dengan Biosafety Cabinet (BSC) untuk membuka sampel
yang bersifat zoonosis. Adapun desain untuk ruang
penerima sampel tergambar pada Gambar 11.
1.4.9.2. Ruang Administrasi
Ruang administrasi terdiri dari ruang penerimaan sampel
dan sekaligus berfungsi sebagai penyimpanan dan
pengolahan data hasil pengujian, disamping itu ruang
administrasi dapat digunakan juga sebagai ruang penerima
sampel. Ruang administrasi dapat dilihat pada Gambar 12.
Perlengkapan yang terdapat dalam ruang Administrasi:
No Uraian Jumlah
1 Lemari Arsip dokumen 1 buah
2 Meja Kerja 1 buah
3 Meja Komputer 1 buah
4 Komputer + Printer 1 set
5 Telephone 1 buah
6 Internet 1 buah
7 Air Conditioner Minimal 1 buah
8 White Board 1 buah
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 50
1.4.9.3. Ruang Analis/staf
Ruang analis/staf diperuntukkan untuk ruang kerja para
analis/staf untuk menyelesaikan pekerjaan diluar kegiatan
pengujian laboratorium.Ruang staf ini dapat digunakan
untuk berdiskusi ataupun rapat internal analis. Apabila
gedung laboratorium berada dalam satu gedung yang sama
dengan gedung pelayanan karantina dan sudah terdapat
ruang kerja untuk fungsional maka ruang analis di
laboratorium tidak dibutuhkan lagi. Apabila gedung
laboratorium terpisah dengan gedung pelayanan maka
ruang analis harus tersedia di laboratorium sebagai ruang
penunjang. Adapun Denah Ruang Analis/Staff dapat dilihat
pada Gambar 13.
Perlengkapan yang terdapat dalam ruang analis dan staf:
No Uraian Jumlah
1 Loker Minimal 1 buah (tergantung
jumlah analis
2 Meja Kerja (Sharing table) 1 buah
3 Meja Komputer 1 buah
4 Komputer + Printer 1 set
5 Telephone 1 buah
6 Internet 1
7 Air Conditioner Minimal 1 buah
8 White board 1 buah
9 Lemari/rak buku 1 buah
10 Dispenser air minum 1 buah
1.4.9.4. Ruang seminar/rapat
Ruang seminar/rapat diperuntukkan sebagai tempat
seminar/rapat ataupun kegiatan pelatihan baik internal
maupun eksternal.Apabila laboratorium berada dalam satu
gedung dengan ruang pelayanan karantina dan sudah
terdapat fasilitas ruang seminar/rapat maka ruang ruang
seminar/rapat tidak perlu ada lagi di laboratorium.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 51
Sebaliknya, apabila gedung laboratorium terpisah dengan
gedung pelayanan karantina maka ruang seminar/rapat ini
dapat disediakan atau dapat menggunakan ruang
analis/staf. Adapun denah dalam ruang rapat dapat dilihat
pada Gambar 14.
Perlengkapan yang terdapat dalam ruang seminar/rapat:
No Uraian Jumlah
1 Kursi dan Meja Rapat Sesuai kebutuhan
2 Projector 1 buah
3 Sound sistem 1 buah
4 Internet 1 buah
5 Air Conditioner Minimal 1 buah
6 White board 1 buah
1.4.9.5. Ruang Pantry
Ruang pantry ini disediakan apabila laboratorium
merupakan bangunan yang terpisah dari kantor pelayanan
karantina UPT.Apabila laboratorium menjadi satu dengan
gedung pelayanan UPT, pantry sebaiknya tidak terdapat di
area laboratorium. Adapun denah dalam pantry dapat
terlihat pada Gambar 15. Perlengkapan yang terdapat
dalam ruang Pantri:
No Uraian Jumlah
1 Rak atau Lemari tempat menyimpan gelas/piring
1 buah
2 Kompor gas +tabung 1 set
3 Wastafel/Sink 1 buah
4 Dispenser air minum 1 set
5 Kulkas 1 buah
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 52
1.4.9.6. Toilet
Secara umum toilet yang ada di laboratorium serupa dengan
toilet toilet pada umumnya.Toilet dibuat terpisah antara laki
laki dan perempuan.Toilet laboratorium sebaiknya di desain
sebagai toilet kering. Laboratorium yang berada satu
gedung dengan gedung pelayanan perkarantinaan maka
tidak perlu menyediakan fasilitas toilet di dalam laboratorium
1.4.9.7. Ruang Penyimpanan sampel
Ruang penyimpanan sampel berfungsi untuk menyimpan
sampel arsip dan sampel uji. Apabila terdapat keterbatasan
pada luasan gedung laboratorium maka ruang penyimpanan
sampel tidak perlu disediakan tetapi menyediakan fasilitas
tempat penyimpanan sampel pada ruang laboratorium
pengujian misalnya menyediakan freezer dan refrigerator di
ruang bakteri untuk penyimpanan sampel yang akan diuji
atau sesudah diuji. Adapun fasilitas yang terdapat dalam
ruang penyimpanan sampel jika dibutuhkan adalah terlihat
pada Gambar 16.
Peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam ruang
penyimpanan sampel:
No Uraian Jumlah
1 Lemari sampel dari kaca* 1 buah
2 Refrigerator* 1 buah
3 Frezer -200C * 1 buah
4 Air conditioner Minimal 1 buah
5 Kursi dan Meja kerja 1 buah
6 Wastafel 1 buah
*) Selalu dalam keadaan terkunci
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 53
1.4.9.8. Anteroom
Anteroom merupakan buffer zone antara public area dan
laboratory area. Anteroom juga dapat difungsikan sebagai
ruang ganti (Gowning). Lebar anteroom sebaiknya 2 meter
atau minimal 1,5 meter untuk memudahkan apabila akan
memasukkan barang yang relatif besar. Denah Ruang Ante
Room terlihat pada Gambar 17.
Emergency shower dapat diletakkan pada anteroom dari
ruangan laboratorium dan harus dibuatkan saluran
pembuangan air. Bila dibutuhkan karena tingkat risiko
tertentu misalnya untuk laboratorium karantina hewan dan
keamanan hayati hewani tingkat 3 dan 4, anteroom dapat
dilengkapi dengan fasilitas shower in dan shower out.
Adapun fasilitas yang dimiliki apabila anteroom digunakan
sebagai ruangan shower antara lain:
No Uraian Jumlah
1 Lemari kaca 1 buah
2 Air conditioner Minimal 1 buah
3 Box laundry 1
4 Wastafel 1
5 Cermin tinggi 1
1.4.9.9. Ruang Peralatan Gelas
Ruang Peralatan gelasmerupakan ruang penyimpanan alat
gelas baik yang sudah disterilisasi maupun alat gelas yang
tidak steril. Sterilisasi peralatan gelas dilakukan di ruang ini
untuk meminimalisasi kontaminasi selama transportasi
peralatan yang telah steril ke tempat penyimpanan. Lemari
penyimpanan alat gelas dan alat gelas yang tidak steril juga
harus terpisah. Adapun denah Ruang Peralatan dapat
terlihat pada Gambar 18.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 54
Adapun fasilitas yang terdapat dalam ruang peralatan gelas
adalah:
No Uraian Jumlah
1 Lemari alat steril terbuat dari kaca 1 buah
2 Lemari alat tidak steril 1 buah
3 Air conditioner Minimal 1 buah
4 Sterilisator/oven 1 buah
5 Wastafel 1 buah
1.4.9.10. Ruang Bahan
Ruang bahan merupakan ruangan untuk menyimpan bahan
kimia, menimbang bahan, sekaligus membuat media
pengujian.Timbangan di dalam ruang bahan ditempatkan
pada meja tersendiri yang tahan terhadap getaran dan di
tutup oleh kaca. Ruang preparasi pembuatan media dipisah
menggunakan sekat dengan ruang penyimpanan bahan
kimia karena preparasi media menggunakan sumber api
sehingga harus terpisah dengan penyimpanan bahan kimia
terutama bahan kimia yang mudah terbakar (flammeable).
Apabila ruang penyimpanan bahan tidak terpisah dengan
tempat penyiapan media, harus dipastikan area preparasi
tersebut terpisah cukup aman dari tempat penyimpanan
bahan dan untuk bahan kimia yang mudah terbakar dan
korosiv sebaiknya di simpan dalam lemari khusus. Adapun
denah Ruang Bahan dapat terlihat pada Gambar 19.
Adapun fasilitas yg terdapat dalam ruang bahan:
No Uraian Jumlah
1 Lemari bahan kimia (corrosive) 1 buah
2 Lemari bahan kimia (flammeable) 1 buah
3 Rak bahan Minimal 1 buah
4 Microwave 1 buah
5 Wastafel 1 buah
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 55
No Uraian Jumlah
6 Meja timbangan 1 buah
7 Timbangan (analytical balance) 1 buah
8 Waterbath 1 buah
9 Hot Plate stirrer 1 buah
10 Medical refrigerator 1 buah
11 Medical Freezer -20C 1 buah
12 Air Conditioner Minimal 1 buah
13. Autoclave 1 buah
14. Fume hood 1 buah
15. Sink 1 buah
Khusus untuk timbangan analitik harus diletakkan pada
meja tersendiri untuk menghindari getaran atau goncangan
yang akan menyebabkan akurasi alat berubah.
1.4.9.11. Ruang Dekontaminasi/Sterilisasi
Ruang dekontaminasi merupakan tempat pengelolaan
semua sisa sampel uji, limbah padat dan limbah cair, dan
peralatan gelas dengan melalui proses dekontaminasi dan
pencucian peralatan gelas.Ruang ini dianjurkan memiliki
akses dekat ke area pengelolaan limbah atau tempat
penyimpanan sementara limbah padat ataupun cair. Untuk
limbah cair yang berpotensi dapat mencemari lingkungan
tidak boleh dibuang secara langsung melalui wastafel atau
sink, tetapi harus ditampung terlebih dahulu dalam wadah
yang tertutup sebelum ditangani atau dikelola baik oleh
laboratorium maupun oleh pihak ke tiga yang kompeten.
Wadah penyimpanan limbah cair tersebut disimpan
sementara di dalam ruang dekontaminasi dan diberi
tanda/identitas khusus. Adapun denah ruang dekontaminasi
dan sterilisasi dapat terlihat pada Gambar 20.
Adapun fasilitas yang terdapat dalam ruangan
dekontaminasi adalah:
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 56
No Uraian Jumlah
1 Wastafel/Sink 1 buah
2 Autoclave dekontaminasi 1 buah
3 Air Conditioner Min 1 buah
1.4.9.12. Ruang Koleksi
Ruang koleksi diperuntukkan untuk penyimpanan koleksi.
Apabila tanah atau gedung laboratorium masih luas, maka
ruang koleksi dapat dibagi menjadi dua ruangan yaitu ruang
persiapan koleksi dan ruang penyimpanan koleksi atau
display koleksi. Adapun denahRuang Koleksi terlihat pada
Gambar 21.
Adapun fasilitas yang terdapat dalam ruang koleksi:
No Uraian Jumlah
1 Dehumidifier 1 buah
3 Ultra Low Freezer (-30 s/d -80°C) 1 buah
5 Medical refrigerator Min 1 buah
6 Kulkas 1 buah
7 Lemari Koleksi Basah 1 buah
8 Rak Koleksi kering serangga 1 buah
9 Seperangkat Komputer & printer (2 Kursi) 1 buah
10 AC (uk. PK disesuaikan luas ruangan) Min 1 buah
*) Jika Ruang penyiapan/preparasi Koleksi terletak didalam ruang
koleksi
1.4.9.13. Ruang Perpustakaan
Ruang perpustakaan tidak diwajibkan dan disediakan
apabila luas bangunan mampu menampung perpustakaan.
Ruang perpustakaan dapat juga digabung dengan ruang
seminar/ rapat untuk memaksimalkan ruangan ruangan
yang sudah ada.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 57
BAB II
KONDISI AKTUAL LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
Pada saat ini kondisi laboratoriumkarantina hewan pada UPT Karantina
Pertanian masih sangat beragam. Gedung laboratorium karantina hewan masih
sangat bervariasi, masih ada UPT KP yang belum memisahkan antara gedung
laboratorium dengan gedung pelayanan operasinalnya sehingga aspek biosafety
dan biosecurity belum dapat diterapkan. Selain itu juga persyaratan standar
minimal laboratorium belum dipenuhi misalnya masih menggunakan furniture yang
mudah rusak apabila terkena bahan kimia, sudut ruangan bersiku sehingga sulit
untuk dibersihkan dll. Kondisi akomodasi lingkungan laboratorium belum juga
menjadi perhatian penting misalnya mengenai suhu, Kelembapan, pencahayaan
dll dimana kondisi ini akan mempengaruhi mutu hasil pengujian laboratorium.
Demikian juga dengan peralatan dan bahan laboratorium yang digunakan
masih sangat beragam karena belum adanya standar peralatan laboratorium UPT
karantina pertanian. Demikian juga dengan pengelolaan peralatan dan bahan
misalnya belum semua peralatan yang digunakan terkalibrasi, belum ada program
pemeliharaan peralatan yang rutin dilakukan oleh laboratorium serta pengelolaan
penggunaan bahan laboratorium belum diatur dengan baik.
Pengelolaan limbah laboratorium karantina hewan UPT KP harus menjadi
bagian yang tidak boleh terpisahkan dari kegiatan operasional laboratorium.
Sementara sistem pengelolaan limbah yang ada saat ini pada laboratorium
karantina hewan UPT KP masih belum maksimal baik dari sisi SOP maupun
instalasinya.
Sumber daya manusia yang bekerja dilaboratorium juga belum menjadi
perhatian penting. Karena terbatasnya SDM yang ada di UPT KP maka seringkali
personil laboratorium juga merangkap tugas sebagai petugas operasional di
lapangan atau tugas tugas administrasi lainnya. Jenjang karir yang belum jelas
bagi petugas laboratorium sehingga dengan mudah petugas laboratorium yang
sudah terampil di mutasi ke tempat lainnya. Aspek jaminan kesehatan bagi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 58
petugas laboratorium juga belum maksimal misalnya imunisasi dan pemeriksaan
kesehatan bagi petugas laboratorium.
Walaupun klasifkasi laboratorium telah ditetapkan oleh Barantan, tetapi kondisi
kondisi seperti yang disebutkan diatas masih dapat ditemukan. Hal ini terjadi
disebabkan beberapa hal :
1. Belum adanya panduan untuk UPT Karantina Hewan dalam pengelolaan
laboratorium.
2. Pengadaan dan distribusi bahan dan alat laboratorium belum mempunyai
acuan yang standar.
3. Belum adanya system komunikasi dan informasi antar laboratorium Karantina
Hewan dalam pelaksanaan tindakan karantina impor, ekspor dan antar area.
4. Distribusi petugas laboratorium berdasarkan jenjang jabatan fungsional
(Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner) belum sesuai dengan Tingkat
kebutuhan laboratorium Karantina Hewan.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 59
BAB III.
LEVEL DAN KRITERIA LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
3.1. Klasifikasi Laboratorium
Klasifikasi laboratorium Karantina hewan terdiri dari 4 tingkat. Setiap tingkat
memiliki kemampuan berbeda dengan parameter tingkat keamanan, jenis
pengujian, sarana dan prasaranaserta kompetensi sumber daya manusia.
Selain itu dipertimbangkan juga hal-hal terkait dengan jumlah volume dan
frekuensi kegiatan.
3.1.1. Laboratorium Tingkat 1
Laboratorium Tingkat 1 memiliki kriteria dengan kemampuan
melaksanakan pemeriksaan dan pengujian dengan menggunakan
screening (uji tapis) dan rapid test (uji cepat) terhadap HPHK
golongan II (tabel dalam lampiran tentang klasifikasi dan jenis
pengujian laboratorium karantina hewan di UPTKP).
Laboratorium tingkat 1 berada di UPT Karantina Pertanian dan/atau di
wilayah kerja yang menangani antararea/domestik.Laboratorium
tingkat 1 minimal memiliki ruang penerimaan sampel, ruang preparasi,
ruang pengujian, ruang gudang, ruang bahan, ruang alat serta ruang
staf. Tenaga laboratorium sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari
medik dan paramedik veteriner yang memiliki jenjang fungsional dan
telah mendapat pelatihan laboratorium sesuai dengan jenis pengujian
serta bekerja secara penuh di laboratorium. Tingkat keamanan
laboratorium tingkat 1 minimal sama dengan Biosafety Level 2 (BSL2)
dan terakreditasi.
3.1.2. Laboratorium Tingkat 2
Laboratorium Tingkat 2 memiliki kemampuan dan sarana laboratorium
Tingkat 1 ditambah dengan kemampuan melaksanakan pemeriksaan
dan pengujian dengan menggunakan metode yang lebih kompleks
seperti uji isolasi dan identifikasi serta uji konfirmasi untuk agen
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 60
penyakit, uji tapisdan uji cepat terhadap cemaran dan residu kimia,
fisikdan biologi.
Laboratorium Tingkat 2 berada di UPT Karantina Pertanian dan/atau
di wilayah kerja yang menangani antararea/domestik, dengan volume
dan frekuensi yang sedang sampai tinggi. Disamping memiliki ruangan
sebagaimana Laboratorium Tingkat 1, Laboratorium Tingkat 2 juga
memiliki ruang isolasi dan identifikasi, ruang pengujian steril dan non
steril, ruang hewan laboratorium, fasilitas pengolahan limbah serta
insinerator.
Tenaga laboratorium terdiri dari medik dan paramedik yang telah
mendapat pelatihan laboratorium sesuai dengan jenis pengujian serta
bekerja secara penuh di laboratorium. Tingkat keamanan laboratorium
Tingkat 2minimal sama dengan Biosafety Level 2 (BSL2) dan
terakreditasi.
3.1.3. Laboratorium Tingkat 3
Laboratorium Tingkat 3memiliki kemampuan dan sarana Laboratorium
Tingkat 2 ditambah dengan kemampuan melaksanakan pemeriksaan
dan pengujian dengan menggunakan metode yang sangat kompleks
dengan peralatan yang spesifik dan sensitif serta analisis genetik.
Laboratorium Tingkat 3 berada di UPT dan/atau di wilayah kerja yang
menangani antararea/domestik, impor/ekspor.Disamping memiliki
ruangan sebagaimana Laboratorium Tingkat 2, Laboratorium Tingkat
3 juga memiliki ruang pengujian yang terpisah untuk pengujian
bakteriologi, virologi, mikologi, parasitologi, patologi, hematologi.
Laboratorium tingkat 3 juga mampu melakukan pengujian sentinel dan
uji konfirmasi cemaran dan residu kimia, fisik dan biologi. Tenaga
laboratorium terdiri dari medik dan paramedik veteriner yang telah
mendapat pelatihan laboratorium sesuai dengan jenis pengujian serta
bekerja secara penuh di laboratorium. Tingkat keamanan laboratorium
Tingkat 3minimal sama dengan minimal Biosafety Level 2 dan
terakreditasi.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 61
Tergantung pada letak geografis dan layanan lalu-lintas, bila
dipandang memiliki risiko untuk melakukan pengujian penyakit eksotik
dan zoonotik berbahaya, maka laboratorium ini dapat memiliki
laboratorium tingkat keamanan tinggi/Bisosafety Level 3 (BSL3).
3.1.4. Laboratorium Tingkat 4
Laboratorium Tingkat 4 adalah laboratorium uji standar yang memiliki
kemampuan dan sarana laboratorium tingkat 3 ditambah kemampuan
melakukan validasi, standardisasi dan pengembangan metode uji
serta melakukan uji profisiensi laboratorium karantina hewan untuk
penguatan Laboratorium Tingkat 1 – 3.
Laboratorium tingkat 4 memilikitingkat keamanan sama dengan
Biosafety Level 2 dan 3 dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan
kandang hewan percobaan ABSL-3.
3.1.5. Laboratorium Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian.
Laboratorium karantina hewan yang dimiliki oleh Balai Uji Terap
Teknik dan Metode Karantina Perrtanian (BBUTTMKP) diarahkan
menjadi laboratorium karantina hewan yang mampu mendukung
program dan kegiatan Uji Terap Teknik dan Metode Karantina
Pertanian, dimana ruang lingkupnya dibedakan dengan ruang lingkup
laboratorium Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian.
3.2. Faktor Penilaian dalam Penetapan Klasifikasi Laboratorium
Untuk menetapkan Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan dan
Keamanan Hayati Hewani yang diperlukan di suatu UPT Karantina
Pertanian, maka ada beberapa tolok ukur yang mendasari dalam
penetapannya, yaitu:
3.2.1. Frekuensi dan Volume Kegiatan
Frekuensi dan volume kegiatan akan terkait dengan kebutuhan
laboratorium dan fasilitas pendukungnya yang diperlukan. Semakin
besar frekuensi dan volume kegiatan semakin tinggi kebutuhan
sarana, prasarana dan jumlah sumberdaya manusia laboratorium.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 62
3.2.2. Jenis Media Pembawa HPHK
Keragaman jenis Media Pembawa HPHK yang dilalulintaskanakan
terkait dengan kebutuhan laboratorium dan fasilitas pendukungnya
yang diperlukan. Semakin besar keragaman jenis Media Pembawa
HPHK yang dilalulintaskan semakin tinggi kebutuhan sarana,
prasarana dan jumlah sumberdaya manusia laboratorium.
3.2.3. Status HPHK Negara/Daerah Asal
Media pembawa yang berasal dari negara yang memiliki penyakit
eksotik lebih berisiko tinggi. Untuk lalu lintas antar area, area tujuan
yang bebas dari penyakit tertentu akan memiliki risiko lebih tinggi dan
sebaliknya.
3.2.4. Letak Geografis
Lokasi geografis dari suatu UPT Karantina Pertanian seperti lokasi
strategis terkait dengan hubungan internasional, daerah terpencil, atau
dekat dengan fasilitas laboratorium veteriner lainnya yang sudah lebih
maju merupakan salah satu pertimbangan dalam urgensi penetapan
klasifikasi laboratorium karantina hewan yang diperlukan oleh UPT
Karantina Pertanian. Hal ini dapat juga terkait dengan tingkat risiko
dari lokasi geografis, volume kegiatan pengujian. Laboratorium
Karantina hewan yang melayani lalu-lintas internasional perlu
mewaspadai akan masuknya penyakit eksotik melalui media
pembawa. Lokasi terpencil dari suatu laboratorium karantina hewan
memerlukan suatu kemandirian dibanding dengan lokasinya yang
berdekatan dengan laboratorium veteriner yang sudah lebih maju.
Lokasi geografis tentunya juga terkait dengan sarana dan prasarana
serta sumberdaya manusia laboratorium yang diperlukan.
a. Letak Geografis Strategis: Daerah Strategis/Banyak Pintu
Masuk/Perbatasan
Badan Karantina Pertanian mempunyai 52(lima puluh dua) UPT
yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda ditinjau dari :
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 63
i. Letak dan topografi wilayah yang berbatasan langsung
dengan wilayah darat atau laut negara tetangga yang
mempunyai status HPHK yang berbeda dengan Indonesia dan
rawan penyelundupan media pembawa HPHK seperti
Kepulauan Riau, Entikong, Tarakan, Papua, NTT, Maluku
utara, pesisir pantai timur dan Sulawesi Utara;
ii. Pelabuhan yang merupakan wilayah kerja UPT Karantina
Pertanian yaitu pelabuhan penyeberangan dimana lalulintas
komoditas sangat padat dan cepat seperti Merak, Lampung
(Bakauheni), Bali dan Nusa Tenggara.
Untuk wilayah kerja UPT Karantina Pertanian dengan risiko
tertular HPHK lebih tinggi seperti daerah perbatasan, frekuensi
lalulintas media pembawa HPHK tinggi, maka diperlukan
kriteria/tingkat laboratorium yang berbeda dengan daerah yang
mempunyai risiko tertular HPHK rendah atau sedang.
b. DaerahSentra Produksi Peternakan dan Kawasan Konservasi
Hewan
Untuk daerah-daerah yang merupakan sentra produksi
peternakan dan kawasan konservasi hewan, dimana kegiatan
utama perekonomian dan perdagangan adalah pada sektor
peternakan dan konservasi hewan seperti Jawa, Sulawesi
Selatan, Lampung, Bali, NTB, Papua dan lainnya memerlukan
tingkat laboratorium karantina hewan yang berbeda. Hal ini
bertujuan untuk mencegah masuk dan tersebarnya HPHK.
Peranan laboratorium secara tidak langsung akan meningkatkan
produktifitas ternak baik kuantitas maupun kualitas daerah sentra
produksi peternakan dan kawasan konservasi hewan.
3.2.5. Jenis HPHK
Jenis HPHK yang mungkin terbawa pada media pembawa akan terkait
dengan kebutuhan laboratorium dan fasilitas pendukungnya yang
diperlukan. Semakin banyak jenis HPHK yang mungkin terbawa pada
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 64
media pembawa yang dilalulintaskan membutuhkan tingkat
laboratorium yang semakin tinggi.
3.2.6. Kontinuitas Ancaman Risiko
Kontinuitas pemasukan dan pengeluaran media pembawa yang
kemungkinan membawa HPHK menyebabkan ancaman dan risiko
yang terus menerus terhadap masuk dan tersebarnya
HPHK.Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan tingkat
laboratorium yang sesuai.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 65
Lampiran.
A. Tabel kuisioner untuk Unit Pelaksana Teknis yang dikaji
No Kriteria Uraian Bobot Nilai Keterangan
1 Tingkat keamanan yang diperlukan
Jenis media pembawa
Jenis penyakit
Status penyakit daerah asal
2 Geografis Pintu masuk/keluar
Impor
Ekspor
Antar Area
Lintas batas
Daerah strategis sentra produksi ternak
Adanya laboratorium veteriner lainnya
3 Jenis komoditi
Hewan hidup
BAH
HBAH
Benda lain
4 Jenis pengujian yang diperlukan
Sederhana
Kompleks
Sangat kompleks
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 66
No Kriteria Uraian Bobot Nilai Keterangan
5 Sarana 0 Untuk poin ini akan diberikan kajian khusus
Pendidikan formal
Pelatihan sesuai kompetensi
Pengalaman kerja
7 Volume kegiatan Sedikit
Sedang
Banyak
8 Frekuensi Rendah
Sedang
Tinggi
9 Sarana penunjang lainnya
Telepon, internet, faximile, intercom
0 Untuk poin ini akan diberikan kajian khusus
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 67
BAB IV
PENETAPAN KLASIFIKASI
LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
merupakan gambaran kondisi laboratorium yang diperlukan oleh suatu UPT
Karantina Pertanian sesuai dengan kebutuhan operasional untuk mendukung
pelaksanaan tindakan Karantina hewan dan keamanan hayati hewani yang
menjadi tanggungjawab di wilayah kerjanya. Klasifikasi Laboratorium Karantina
Hewan dan Keamanan Hayati Hewani dibagi menjadi laboratorium tingkat 1,
laboratorium tingkat 2, laboratorium tingkat 3 dan laboratorium tingkat 4.
Pembagian tingkat laboratorium tersebut berdasarkan tingkat risiko komoditi
media pembawa yang dilalulintaskan. Perbedaan masing masing tingkat
laboratorium tersebut terletak pada fasilitas ruang laboratorium baik itu ruang
penunjang maupun ruang pengujiannya serta peralatan laboratorium yang
disesuaikan dengan jenis pengujian yang dilaksanakan.
Laboratorium Karantina hewan dan keamanan hayati hewani dapat dibedakan
menjadi beberapa tingkatan (1, 2, 3 dan 4) dengan mempertimbangkan beberapa
faktor di wilayah kerja UPT KP sebagai tolok ukur untuk penetapannya.
4.1. Tolok Ukur Penetapan Klasifikasi Laboratorium
Untuk menetapkan Klasifikasi Laboratorium yang diperlukan di suatu UPT
Karantina Hewan, maka ada beberapa tolok ukur yang mendasari dalam
penetapannya, yaitu:
4.1.1. Jenis HPHK dan Biosafety Laboratorium
Jenis HPHK yang mungkin dibawa oleh media pembawa yang dilalu-
lintaskan baik impor, ekspor maupun antar area memiliki tingkat risiko
yang berbeda. Perbedaan tingkat risiko menuntut pembedaan dalam
cara penanganannya dan fasilitas laboratorium yang diperlukan.
Berdasarkan tingkat risiko HPHK, maka tingkat biosafety laboratorium
terbagi ke dalam 3 level laboratorium biosafety, yaitu:
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 68
4.1.1.1. Laboratorium Biosafety Level 1
Laboratorium yang digunakan untuk menangani HPHK yang di
sebabkan oleh agen penyakit enzootic, tidak kontagius serta
pemeriksaannya dengan cara yang sederhana.
4.1.1.2. Laboratorium Biosafety Level 2
Laboratorium yang digunakan untuk menangani HPHK yang
dapat menular pada manusia dan hewan (zoonotic), tetapi
tidak menjadi bahaya serius pada manusia, hewan dan
lingkungan.Agen penyakitnya dapat dicegah dan dapat
diobati, kemudian dapat di batasi penyebaran agen
penyakitnya.
4.1.1.3. Laboratorium Biosafety Level 3
Laboratorium yang digunakan untuk menangani media
pembawa yang diduga tertular atau mengandung HPHK
bersifat eksotik atau yang dapat menyebabkan penyakit serius
pada manusia, hewan dan lingkungan, dan sulit dibatasi
penyebaran penyakitnya serta membutuhkan pengobatan
efektif dan tindakan pencegahan yang akurat. Agen
penyakitnya termasuk ke dalam subjek yang dikontrol oleh
pemerintah.
4.1.2. Volume Kegiatan (ukuran dan frekuensi) Pengujian
Besaran volume kegiatan pengujian akan terkait dengan besaran
laboratorium dan fasilitas pendukungnya yang diperlukan oleh suatu
laboratorium Karantina Hewan. Semakin besar volume kegiatan
pengujian dan kompleksitas komoditas peternakan yang
dilalulintaskan semakin tinggi kebutuhan sarana, prasarana dan
jumlah sumberdaya manusia laboratorium.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 69
4.1.3. Lokasi Geografis
Lokasi geografis dari suatu UPT Karantina Hewan seperti lokasi
strategis terkait dengan hubungan internasional, daerah
terpencil/remote, atau dekat dengan fasilitas laboratorium veteriner
lainnya yang sudah lebih maju merupakan salah satu pertimbangan
dalam urgensi penetapan klasifikasi laboratorium yang diperlukan oleh
UPT Karantina Hewan. Hal ini dapat juga terkait dengan tingkat risiko
dari lokasi geografis, volume kegiatan pengujian. Laboratorium
Karantina Hewan yang melayani lalu-lintas internasional perlu
mewaspadai akan masuknya penyakit eksotik melalui media
pembawa. Lokasi remote dari suatu laboratorium karantina hewan
memerlukan suatu kemandirian dibanding dengan lokasinya yang
berdekatan dengan laboratorium veteriner yang sudah lebih
maju.Lokasi geografis tentunya juga terkait dengan sarana dan
prasarana serta sumberdaya manusia laboratorium yang diperlukan.
a) Letak Geografis Strategis: Daerah Strategis/Banyak Pintu
Masuk/Perbatasan
Karantina Hewan mempunyai 52 UPT Karantina Hewan yang
tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia dengan
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda ditinjau dari :
1. Frekuensi lalulintas media pembawa dan jenis atau
penggolongan media pembawa HPHK;
2. Letak dan topografi wilayah yang berbatasan langsung dengan
wilayah darat atau laut negara tetangga yang mempunyai
status HPHK yang berbeda dengan Indonesia dan rawan
penyelundupan media HPHK seperti Batam, Kepulauan Riau,
Entikong, Tarakan, Papua, NTT dan Sulawesi Utara;
3. Banyaknya exit/entry point yang tidak ada/tidak diawasi oleh
petugas karantina (Batam, Daerah sepanjang pantai Timur
Pulau Utara dan lain-lain);
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 70
4. Tingkat pelabuhan yang merupakan wilayah kerja UPT
Karantina Hewan yaitu pelabuhan penyeberangan dimana
lalulintas komoditas sangat padat dan cepat seperti Merak,
Lampung (Bakauheni), Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara.
Untuk wilayah kerja UPT Karantina Hewan dengan risiko tertular
HPHK lebih tinggi seperti daerah perbatasan, frekuensi lalulintas
media pembawa HPHK tinggi, exit/entry point yang tidak terawasi
atau rawan, maka diperlukan kriteria/tingkat laboratorium yang
berbeda dengan daerah yang mempunyai risiko tertular HPHK
rendah atau sedang.
b) Daerah Penunjang Peternakan
Untuk daerah-daerah yang merupakan sentra/pusat komoditi
peternakan, dimana kegiatan utama perekonomian dan
perdagangan adalah pada sektor peternakan seperti Jawa,
Sulawesi Selatan, Lampung, Bali, NTB, dan lain-lainnya
memerlukan kriteria/tingkat laboratorium karantina hewan yang
berbeda dengan daerah yang perekonomian dan perdagangan
tidak ditunjang pada sektor peternakan. Hal ini bertujuan untuk
mencegah masuk dan tersebarnya HPHK serta pengendaliannya.
Peranan laboratorium secara tidak langsungakan meningkatkan
produktifitas ternak baik kuantitatif maupun kualitas dan
meningkatkan perekonomian daerah sentra/pusat peternakan
tersebut.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 71
4.2. Penetapan Klasifikasi Laboratorium Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani pada Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian Lingkup Badan Karantina Pertanian
No UPT Klasifikasi
Laboratorium
1 Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok 3
2 Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta 3
3 Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya 3
4 Balai Besar Karantina Pertanian Makassar 3
5 Balai Besar Karantina Pertanian Belawan 3
6 Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram 3
7 Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar 3
8 Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang 3
9 Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru 2
10 Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang 2
11 Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan 2
12 Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam 2
13 Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung
2
14 Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado 2
15 Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura 2
16 Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang 2
17 Balai Karantina Pertanian Kelas I Padang 2
18 Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak 2
19 Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi 2
20 Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan 2
21 Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon 2
22 Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu 2
23 Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta 2
24 Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo 2
25 Balai Karatina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang
2
26 Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkal Pinang
2
27 Balai Karantin Pertanian Kelas II Tarakan 2
28 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Banda Aceh 2
29 Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangkaraya 2
30 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tg.Balai Asahan
2
31 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bengkulu 2
32 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Samarinda 2
33 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar
2
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 72
No UPT Klasifikasi
Laboratorium
34 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak 2
35 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika 2
36 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Pare-pare 2
37 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Merauke 2
38 Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Manokwari 2
39 Balai Karantina Pertania Kelas I Banjarmasin 2
40 Balai Karantina Pertanian Kelas I Ternate 1
41 Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari 1
42 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon 1
43 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sorong 1
44 Stasiun Kantina Pertanian Kelas I Bandung 1
45 Stasiun Kantina Pertanian Kelas I Cilacap 1
46 Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Entikong 1
47 Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Bangkalan 1
48 Stasiun Karatina Pertanian Kelas II Ende 1
49 Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Tg.Balai Karimun
1
50 Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Mamuju 1
51 Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian 4
52 Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian
Laboratorium Uji Terap TMKP
4.3. Bahan Dan Alat Pengujian Laboratorium Karantina Hewan
4.3.1. Laboratorium Tingkat 1
- Autoclave basah, autoclave kering, water bath, stonmacher,
microskop binocular dilengkapi dengan tustel, refrigerator.
- Pemeriksaan residu obat hewan belum bisa dilakukan pada
laboratorium tingkat 1.
4.3.1.1. Pemeriksaan Parasit.
- Mikroskop binocular, bunsen, tabung reaksi, object dan
cover glass;
- Lar KOH;
- Mikroskopis binokula parasit, petri dish;
- Lar NaCL fisiologis;
- Mikroskopis binocular, object and cover glass, beaker
glass, pengaduk, tabung reaksi, sentrifus, Erlenmeyer
terbalik;
- Garam (Na2CO3), NaCL fisiologis.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 73
4.3.1.2. Pemeriksaan Bakteri dan Jamur.
- Petri dish, beaker glass, tabung reaksi, tusuk/tutup
tabung, water bath, gunting, pinset, balance, plastik,
mortar (atau stomacher);
- Larutan peptone water ethyl alchohol, HCL, MgO,
Malachite Green, PbS;
- Kertas saring, kertas lakmus;
- Object dan cover glass, Bunsen, Mikroskopis binokular;
- Larutan pewarnaan gram (4 jenis), lar. Pewarnaan Seller;
- Object glass, Ose;
- Darah atau serum, antigen atau antibodi;
- Mikroskopis binokular, object and cover glass;
- Larutan pewarnaan Giemsa;
- Object glass, Ose, Jarum suntik;
- Antigen, lar. Pewarnaan seller;
4.3.1.3. Pemeriksaan organoleptik dan pembusukan.
4.3.1.4. Pemeriksaan uji cepat (rapid test) dengan kit (untuk diagnostik
penyakit hewan dan keamanan hayati).
4.3.2. Laboratorium Tingkat 2
- Dilengkapi dengan lampu UV.
- Laminar air flow blosafety level 2, oven incubator, autoclave basah
dan autoclave kering, sentrifuge 3000 rpm, sentrifuge
haematocrite, magnetic stirrer, water bath, mikroskop binocular
dengan tustel, total PL count, refrigerator.
4.3.2.1. Pemeriksaan Parasit
- Alat penghitung Whitlock;
- Botol bermulut lebar, cawan petri;
- Medium vermiculate;
- Haematocrite sentrifuge, haematocrite tube.
4.3.2.2. Pemeriksaan Bakteri
- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, ose loop
dan ose ujung jarum;
- Kertas saring;
- Media biakan, aqua bidestilata steril.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 74
4.3.2.3. Pemeriksaan Jamur
- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer;
- Kertas saring;
- Media biakan.
4.3.2.4. Pemeriksaan Virus
- Mikrotiter plate, mikropipet, pipet ependorf
- Telur embrio tertunas (telur SPF), antigen, antibodi
4.3.2.5. Pemeriksaan residu antibiotik :
untuk uji tapis dengan menggunakan metode bioassay.
Bahan:
- Bakto pepton,
- Bakto agar,
- beef extract,
- yeast extract,
- Tryptone,
- D (+) Glukosa,
- Potassium Dihidrogen Phosfat (KH2PO4),
- pasir kuarsa,
- Asam Hidro Klorida (HCl) pro analisis (p.a) ,
- Sodium Klorida (NaCl) pro analisis,
- Sodium Hidroksida (NaOH) pro analisis.
- Disodium Hidrogen Phosfat (Na2HPO4)p.a,
- Potassium Hidroksida (KOH) p.a,
- Hidrogen Phosfat (H3PO4) p.a,
Kuman Uji :
- Micrococcus luteus ATCC 9341 untuk golongan Makrolida
- Spora Bacillus subtilis ATCC 6633 untuk golongan
Aminoglikosida
- Spora Bacillus cereus ATCC 11778 untuk golongan
Tetrasiklin
- Spora Bacillus calidolactis untuk golongan Penisilin
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 75
Larutan standar antibiotika:
- Larutan standar Penisilin Natrium (PC-Na ) untuk
golongan Penisilin
- Larutan standar Kanamisin Sulfat (KM-SO4) untuk
golongan Aminoglikosida
- Larutan standar Tilosin Tartrate (TS-Tartrat) untuk
golongan Makrolida
- Larutan standar Oksitetrasiklin Klorida (OTC-HCl) untuk
golongan Tetrasiklin
Kultur Media
Inokulasikan suspensi kuman uji dengan jumlah yang sesuai
dengan hasil kalibrasi kuman uji atau sporakedalam media
agar sebagai berikut:
- Spora Bacillus colidolactis pada media B. colidolactis
(media calidolactis)
- Spora Bacilus subtilis ATCC 6633 pada media Bacillus
subtilis
- Kuman vegetatif Micrococcus luteus ATCC 9341 pada
media M. luteus
- Spora Bacillus cereus ATCC 11778 pada media B.
cereus
Alat:
- neraca/timbangan,
- pengocok tabung,
- penangas air,
- homogenizerataumortar,
- pH meter,
- jangka sorong (caliper) atau alat pengukur diameter zona
hambatan (antibiotic zone reader).
- gelas ukur 100 ml; 500 ml,
- Erlenmeyer 250 ml; 500 ml,
- Cawan petri 100x12 mm,
- tabung reaksi ukuran 7 ml; 20 ml; 50ml,
- tabung sentrifus ukuran 50 ml,
- labu ukur 50 ml; 100 ml,
- botol timbang ukuran 20 ml,
- pipet volumetric ukuran 1 ml; 2 ml; 3 ml; 5 ml; 10 ml;18
ml
- pipet graduasi ukuran 1 ml; 5 ml; 7 ml; 10 ml ; 20 ml,
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 76
- mikropipet 50µl-250 µl,
- kertas cakram (paper disk) tebal (thick) dengan diameter
8 mm atau 10 mm.
4.3.3. Laboratorium Tingkat 3:
Peralatan sama dengan level 1 dan 2 ditambah ELISA reader, ELISA
washer, vacuum, mikroskop fluorescense, laminar air flow biosafety
level 3.
4.3.3.1. Pemeriksaan Parasit
- Mikroplate, mikropipet, mikropipet tube;
- Larutan PBS, konjugat, larutan diterjen, Buffer
Immunoglobulin, NaCL.
4.3.3.2. Pemeriksaan Bakteri
- Petri dish, mikroplate, mikropipet, mikropipet tube;
- Agar gel neutralisasi, larutan PBS, konjugat, larutan
diterjen, Buffer, Immunoglobulin, NaCL antibiotik, antigen,
antibodi.
4.3.3.3. Pemeriksaan Jamur
- Petri dish, tabung reaksi, erlenmeyer;
- Kertas saring;
- Media biakan.
4.3.3.4. Pemeriksaan Virus
- Petri dish, mikroplate, mikropipet, mikropipet tube;
- Agar gel neutralisasi, larutan PBS, konjugat, larutan
diterjen, Buffer, Immunoglobulin, NaCL antibiotik, antigen,
antibodi.
4.3.3.5. Pemeriksaan Residu Antibiotik
Untuk uji tapis dengan menggunakan metode ELISA
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 77
Bahan :
Kit ELISA yang terdiri dari :
- plate ELISA yang telah dilapisi (coated) dengan antibodi
atau antigen
- standar antibiotik
- Konjugate atau enzim penanda
- Substrat
- Larutan pencuci
- Larutan penghenti reaksi (stop solution)
Peralatan
- Timbangan
- Gelas ukur
- Single mikro pipet 5-50 µl, 50-1000 µl
- Multi channel mikro pipet 5-50 µl, 50-300 µl
- Bak reservoar
- Homogenizer/stomacher/mortar,
- Sentrifuger atau filter
- Penangas air
- Inkubator
- ELISA Plate washer atau labu semprot
- ELISA Plate Reader dengan filter panjang gelombang
400-600 nm
- Komputer
Untuk uji konfirmasi dengan menggunakan HPLC
Peralatan umumnya terdiri dari :
- Neraca analitik
- Botol timbang
- Gelas ukur (100 mL dan 10 mL.)
- Erlenmeyer (125 mL)
- Labu ukur 10 ml, 500 mL dan 1000 mL)
- Mikropipet tip 200 l dan 1000 l
- Corong gelas
- Pipet gelas
- Alat penguap (vacum rotary evaporator)
- Nitrogen evaporator
- Tabung sentrifus
- Labu penguap (florentin 125 mL.)
- Kertas saring Whatman No. 41
- Mikro pipet (50-200l, 200-1000l )
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 78
- Cartridge Sep-pak C-18
- Botol contoh
- Seperangkat HPLC dengan kolom reverse phase, dan
detector UV, flourescent
Bahan
- Asetonitril p.a.
- Dinatrium hidrogen phosphat dihidrat
- Asam asetat
- Natrium EDTA
- Asam oksalat
- Metanol p.a.
- Metanol (chromatography grade)
- Asetonitril (chromatography grade)
- Kloroform
- Standar antibiotik yang akan diperiksa
4.3.4. Laboratorium Uji Standar
Peralatan sama dengan level 1, 2 dan 3 ditambah peralatan PCR,
mikroskop elektron
4.3.4.1. Pemeriksaan Parasit, Pemeriksaan Bakteri, Pemeriksaan
Jamur, Pemeriksaan Virus, Pemeriksaan Residu,
Histopatologis
- Microcentrifuge, 12.000 rpm, elektrophasterisi, power
supply, transminator, kacamata anti UV, vorstex untuk
tabung, alat untuk deiomisasi water, mikropipet tip, tip
ART, tabung eyerdorf, NRNA
4.4. Standar Pengujian Diagnostik (Metode Uji)
4.4.1. Laboratorium level 1 :
4.4.1.1. Tingkat risiko dan pengujian rendah, dikhususkan untuk
pengujian : sederhana, cepat meliputi : Organoleptik,
Serologis sederhana dan Identifikasi parasit.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 79
4.4.1.2. Jenis Pengujian :
- pH daging;
- Uji kebusukan daging dan uji organoleptik;
- Uji kesempurnaan pengeluaran darah;
- Uji sederhana untuk susu;
- Rapid test : AI, RBT, Pulorum Test, Mycoplasma rapid
test;
- Patologi Anatomi;
- Parasit darah;
- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);
- Parasit Pencernaan.
4.4.2. Laboratorium level 2 :
4.4.2.1. Tingkat risiko dan pengujian sedang, dikhususkan untuk
pengujian sederhana, kompleks meliputi : Organoleptik,
Serologis sederhana dan kompleks, Isolasi dan identifikasi
bakteri
4.4.2.2. Jenis Pengujian :
- pH daging;
- Uji kebusukan daging dan uji organoleptik;
- Uji kesempurnaan pengeluaran darah;
- Uji sederhana untuk susu;
- Rapid test : AI, RBT, Pulorum Test, Mycoplasma rapid
test;
- Patologi Anatomi;
- Parasit darah;
- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);
- Parasit Pencernaan;
- HA-HI Test;
- Cemaran mikroba;
- Identifikasi bakteri dan gram stain;
- Parasit darah;
- CFT;
- AGPT;
- Uji biologis;
- ELISA;
- Uji residu sederhana;
- Mikroskopis MB.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 80
4.4.3. Laboratorium level 3 :
4.4.3.1. Tingkat risiko dan kesulitan pengujian dari yang sederhana
sampai yang sulit dan dikhususkan untuk penyakit-penyakit
eksotik, meliputi: Serologis sederhana dan kompleks, Isolasi
dan identifikasi bakteri dan virus serta biologi molekuler
4.4.3.2. Jenis Pengujian :
- pH daging;
- Uji kebusukan daging dan uji organoleptik;
- Uji kesempurnaan pengeluaran darah;
- Uji sederhana untuk susu;
- Rapid test : AI, RBT, Pulorum Test, Mycoplasma rapid
test;
- Patologi Anatomi;
- Parasit darah;
- Parasitologi Ektoparasit (uji natif);
- Parasit Pencernaan;
- HA-HI Test;
- Cemaran mikroba;
- Identifikasi bakteri dan gram stain;
- Parasit darah;
- CFT;
- AGPT;
- Uji biologis;
- ELISA, PCR;
- Uji residu sederhana;
- Mikroskopis MBM;
- Identifikasi dan isolasi bakteri;
- Ascoli tes (anthraks);
- SNT;
- MAT;
- FAT;
- Histopatologi;
- Patologi Klinik;
- Uji-uji biologis kompleks;
- PCR END POINT;
- Real Time PCR;
- Squensing;
- Tissue Cultur;
- Pengembangan Metode Pengujian, Kajian Penyakit
eksotik;
- Kajian GMO dan IAS;
- Kajian Penyakit Eksotik.
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 81
LAMPIRAN
METODE UJI LABORATORIUM
KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
1 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Banda Aceh RBT Brucellosis Sapi Potong
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
2 Balai Besar Karantina Pertanian Belawan Mikroskopis Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Elisa Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Kultur anthraks Tepung Asal Hewan, Kulit
Elisa Aflatoksin Tepung Asal Hewan Pakan jadi
RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR Sapi Potong
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu Hormon BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
Kromatografi Kinerja cair Residu hormon dan antibiotik BAH Konsumsi dan HBAH Konsumsi
3 Balai Besar Karantina Pertanian Kelas II Medan Elisa Rabies HPR
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba Unggas
RBT Brucellosis Sapi Potong
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
PCR Avian Influenza Unggas, Produk Unggas dll
Spektrofotometri Nitrit Sarang Burung walet
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 82
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
4 Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tanjung Balai Asahan RBT Brucellosis Kambing
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
5 Balai Karantina Pertanian Kelas I Padang TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Rabies HPR
6 Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru Uji Tapis/RBT Brucellosis Sapi
HA HI Avian Influenza DOC, Unggas Dewasa
HA HI Newcastle Disease DOC, Unggas Dewasa
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Rabies HPR
7 Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang Uji Tapis/RBT Brucellosis Sapi
HA HI Avian Influenza DOC, Unggas Dewasa
HA HI Newcastle Disease DOC, Unggas Dewasa
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH konsumsi
8 Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Balai Karimun TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar, Reptil
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 83
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
9 BKP Kelas I Jambi Uji Tapis/RBT Brucellosis Sapi
HA HI Avian Influenza DOC, Unggas Dewasa
HA HI Newcastle Disease DOC, Unggas Dewasa
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Spektrofotometri Nitrit Sarang Burung walet
10 BKP kelas I Palembang Elisa Rabies HPR
HA-HI Avian Influenza Unggas
PCR Avian Influenza Unggas
Isolasi Coliform BAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH Konsumsi
Spektrofotometri Nitrit Sarang Burung walet
11 SKP Kelas II Bengkulu Elisa Rabies HPR
HA-HI Avian Influenza Unggas
12 BKP Kelas I Lampung Mikroskopis Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Elisa Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Kultur anthraks Tepung Asal Hewan
Elisa Aflatoksin Tepung Asal Hewan Pakan jadi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
PCR Avian Influenza Bulu, Produk Unggas dll
RBT Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Elisa Rabies HPR
13 BBKP Soekarno Hatta Elisa Rabies HPR
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba Unggas
RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar, Reptil
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 84
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
PCR Avian Influenza Unggas, Produk Unggas dll
Elisa Residu Hormon BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
Kromatografi Kinerja cair Residu hormon dan antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
Spektrofotometri Nitrit Sarang Burung Walet
Elisa EquineInfectious Anemia Kuda
14 BBKP Tanjung Priok Mikroskopis Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Elisa Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Kultur anthraks Tepung Asal Hewan, Kulit basah
Elisa Aflatoksin Tepung Asal Hewan Pakan jadi
RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu Hormon BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
Kromatografi Kinerja cair Residu hormon dan antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
PCR PMK Kulit sapi basah dari Brazil
PCR Avian Influenza Bulu, Produk Unggas dll
15 SKP Kelas I Bandung TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, serangga
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Rapid test Nitrit Sarang Burung Walet
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 85
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
16 BKP kelas I Semarang Mikroskopis Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Elisa Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Kultur anthraks Tepung Asal Hewan, Kulit basah
Elisa Aflatoksin Tepung Asal Hewan Pakan jadi
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu Hormon BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
Kromatografi Kinerja cair Residu hormon dan antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
PCR PMK Kulit sapi basah dari Brazil
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
PCR Avian Influenza Bulu, Produk Unggas dll
17 BKP kelas I Cilacap RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Mikroskopis Parasit Darah Sapi Potong
Uji Apung Endoparasit Sapi Potong
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
18 BKP kelas II Yogyakarta TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Rapid test Nitrit Sarang Burung Walet
Elisa Rabies HPR
19 BBKP surabaya Mikroskopis Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Elisa Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Kultur anthraks Tepung Asal Hewan, Kulit basah
Elisa Aflatoksin Tepung Asal Hewan, Pakan jadi
RBT Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 86
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Campylobacter foetus Sapi Bibit
Elisa Residu Hormon BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
Kromatografi Kinerja cair Residu hormon dan antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
PCR PMK Kulit sapi basah dari Brazil
Elisa Equine Infectious Anemia Kuda
20 SKP Kelas II Bangkalan RBT Brucellosis Sapi Potong
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
21 BKP Kelas I Pontianak Mikroskopis Diferansiasi Spesies Pakan Hewan Ternak
Elisa Diferansiasi Spesies Pakan Hewan Ternak
Elisa Aflatoksin Pakan Hewan Ternak
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Rabies HPR
22 SKP Kelas I Entikong HA-HI/Rapid Test Avian Influenza Unggas
PCR Avian Influenza Unggas
Isolasi Coliform BAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH Konsumsi
23 BKP kelas II Palangkaraya RBT Brucellosis Sapi Bibit
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Bibit
Mikroskopis Parasit Darah Sapi Bibit
Uji Apung Endoparasit Sapi Bibit
Spektrofotometer Nitrit Sarang Burung wale
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 87
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
24 BKP Kelas I Banjarmasin Elisa Rabies HPR
HA-HI Avian Influenza Unggas
PCR Avian Influenza Unggas
Isolasi Coliform BAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH Konsumsi
Spektrofotometer Nitrit Sarang Burung Walet
25 BKP Kelas I Balikpapan Elisa Rabies HPR
HA-HI Avian Influenza Unggas
PCR Avian Influenza Unggas
Isolasi Coliform BAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH Konsumsi
Spektrofotometer Nitrit Sarang Burung Walet
26 BKP Kelas II Tarakan RBT Brucellosis Sapi Potong
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
27 SKP kelas I Samarinda RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Mikroskopis Parasit Darah Sapi Potong
Uji Apung Endoparasit Sapi Potong
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 88
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
28 BKP Kelas I Manado TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
HA-HI Avian Influenza Unggas
HA-HI ND Unggas
Elisa Rabies HPR
29 BKP Kelas II Palu TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
HA-HI Avian Influenza Unggas
Elisa Rabies HPR
30 BKP kelas II Kendari TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
HA-HI Avian Influenza Unggas
Elisa Rabies HPR
RBT Brucellosis Sapi Potong
31 BBKP Makassar Mikroskopis Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Elisa Diferansiasi Spesies Tepung Asal Hewan
Kultur anthraks Tepung Asal Hewan, Kulit basah
Elisa Aflatoksin Tepung Asal Hewan, Pakan jadi
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
HA-HI Avian Influenza Unggas
HA-HI ND Unggas
PCR Avian Influenza Unggas
Elisa Rabies HPR
RBT Brucellosis Sapi Potong dan sapi Bibit
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 89
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
32 SKP Kelas I Pare Pare RBT Brucellosis Sapi Potong
33 SKP Kelas II Mamuju Skrining test/RBT Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Mikroskopis Parasit Darah Sapi Potong, Sapi Bibit
Mikroskopis Ektoparasit Sapi Potong, Sapi Bibit
Uji Apung Parasit Pencernaan Sapi Potong, Sapi Bibit
34 BKP Kelas I Denpasar Elisa Rabies HPR
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba Unggas
RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa Jembrana Sapi Potong, Sapi Bibit
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar, Reptil
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
PCR Avian Influenza Unggas, Produk Unggas dll
Elisa Residu Hormon BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
35 BKP Kelas I Mataram Elisa Rabies HPR
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba Unggas
RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Elisa Equine Infectoius anemia Kuda
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi,
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
PCR Avian Influenza Unggas, Produk Unggas dll
Elisa Residu Hormon BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 90
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
37 BKP Kelas I Kupang TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
38 SKP Kelas II Ende RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Mikroskopis Parasit Darah Sapi Potong
Uji Apung Endoparasit Sapi Potong
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
39 SKP Kelas I Ambon TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
40 BKP Kelas II Ternate TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
41 SKP Kelas I Timika TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar, Reptil
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu Hormon BAH dan HBAH Konsumsi
Elisa Residu antibiotik BAH dan HBAH Konsumsi
42 BKP Kelas I Jayapura TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar, Reptil
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
PCR Avian Influenza Unggas, Produk Unggas dll
43 SKP Kelas I Sorong TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 91
No UPT Level Lab Metode Uji Pengujian Komoditi
44 SKP Kelas I Biak TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
Elisa PRSS, Hog Cholera Babi
45 SKP Kelas I Merauke TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
46 SKP Kelas II Manokwari RBT Brucellosis Sapi Potong
Elisa BVD, Paratuberculosis, IBR, Brucellosis Sapi Potong, Sapi Bibit
Mikroskopis Parasit Darah Sapi Potong
Uji Apung Endoparasit Sapi Potong
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
47 BKP Kelas II Gorontalo
48 BKP Kelas II Pangkal Pinang TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Mikroskopis Pemeriksaan Parasit Darah Sapi Potong, sapibibit dan Ruminan lain
RBT Brucellosis Sapi Potong, sapibibit dan Ruminan lain
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
ELISA BVD Sapi Potong, sapibibit dan Ruminan lain
49 BKP Kelas II Cilegon Elisa Rabies HPR
HA HI Avian Influenza Unggas
HA HI Newcastle Disease Unggas
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba Unggas
RBT Brucellosis Sapi Potong
Mikroskopis Diferensiasi Pakan Bahan Baku pakan
TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi,
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
50 BKP Kelas I Batam TPC/Kultur Total Cemaran Mikroba BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Coliform BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Salmonella sp BAH dan HBAH Konsumsi, satwa liar, Reptil
Isolasi E. coli BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Staphylococcus aureus BAH dan HBAH Konsumsi
Isolasi Listeria sp BAH dan HBAH Konsumsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 92
Gambar 1. Laboratorium Bakteri
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 93
Gambar 2. Laboratorium Virus
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 94
Gambar 3. Laboratorium Parasit
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 95
Gambar 4. Laboratorium Fungi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 96
Gambar 5. Laboratorium Biologimolekuler
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 97
Gambar 6. Laboratorium Nekropsi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 98
Gambar 7. Laboratorium Toksik
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 99
Gambar 8. Laboratorium Kromatografi Cair dan Gas
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 100
Gambar 9.Laboratorium AAS (Logam Berat)
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 101
Gambar 10. Laboratorium Keamanan Pangan (Cemaran Mikroba)
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 102
Gambar 11. Ruang Penerima Sampel
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 103
Gambar 12. Ruang Administrasi Laboratorium
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 104
Gambar 13. Ruang analis dan Ruang Ganti
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 105
Gambar 14. Ruang Rapat
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 106
Gambar 15. Toilet dan Pantry
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 107
Gambar 16.Penyimpanan Sampel
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 108
Gambar 17. Anteroom ( Shower in dan shower out)
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 109
Gambar 18. Ruang Penyimpanan Alat Gelas
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 110
Gambar 19. Ruang Penyimpanan Bahan
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 111
Gambar 20. Ruang Sterilisasi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 112
Gambar 21. Ruang Koleksi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 113
Gambar 22. Ruang Perpustakaan
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 114
Gambar 23. Waste Staging Area (Sampah Solid)
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 115
Gambar 24. Waste Staging Area (Limbah Cair)
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 116
Gambar 25. Ruang Server dan Kontrol
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 117
Gambar 26. Ruang Beranda dan Penerima Tamu
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 118
KARANTINA TUMBUHAN
DAFTAR ISI
BAB I STANDAR PENGEMBANGAN LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
1
1.1 Gedung Laboratorium dan Sarana Penunjang 1
1.2 Sumber Daya Manusia 4
1.3 Peralatan, Bahan dan Metode Pengujian 6
1.4 Teknologi Informasi 6
1.5 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium 7
BAB II KONDISI AKTUAL LABORATORIUM KARANTINA
TUMBUHAN
8
1 Bangunan Laboratorium dan Sarana Penunjang 8
2 Sumber Daya Manusia 9
3 Peralatan, Bahan dan Metode 10
4 Teknologi Informasi (TI) 10
5 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium 11
BAB III LEVEL DAN KRITERIA LABORATORIUM KARANTINA
TUMBUHAN
12
1 Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 4 12
2 Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 3 13
3 Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 2 13
4 Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 1 14
BAB IV PENETAPAN KELASIFIKASI LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
15
a. Skoring dan Kategori Risiko 17
b Aplikasi Kategori Risiko Terhadap Kelas/Level
Laboratorium Karantina Tumbuhan
25
BAB V KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
48
BAB VI TATALAKSANA OPERASIONAL LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
51
1. Tatalaksana Internal 51
2. Tatalaksana Antar Laboratorium Karantina Tumbuhan 52
3. Jejaring Kerja dengan Laboratorium di luar Instansi
Karantina Tumbuhan
53
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 1
Lampiran III Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
Nomor : 177/Kpts/OT.160/K/01/2017
Tanggal :
Tentang : Rancang Induk Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan Dan Keamanan Hayati Lingkup Badan Karantina Pertanian.
PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENYELENGGARAAN
LABORATORIUM KARANTINA TUMBUHAN
DAN KEAMANAN HAYATI NABATI
BAB I
STANDAR PENGEMBANGAN LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
Kebijakan pengembangan laboratorium karantina tumbuhan disusun dan
ditetapkan berdasarkan variabel-variabel faktor penentu penyelenggaraan
kegiatan laboratorium. Variabel penentu penyelenggaraan Laboratorium
Karantina Tumbuhan merupakan faktor-faktor yang paling berpengaruh
terhadap kegiatan operasional laboratorium. Terdapat lima variabel utama
yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun standar pengembangan
Laboratorium Karantina Tumbuhan, yaitu (1) Gedung Laboratorium dan
Sarana Penunjang, (2) Sumber Daya Manusia, (3) Peralatan, Bahan dan
Metode, (4) Dukungan Teknologi Informasi dan(5) Penerapan Sistem
Manajemen Mutu Laboratorium.
30 Januari 2017
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 2
1.1 Gedung Laboratorium dan Sarana Penunjang
Bangunan Laboratorium Karantina Tumbuhan harus memenuhi
persyaratan sebagai tempat untuk melakukan deteksi dan identifikasi
OPT/OPTK pada MPOPTK Persyaratan tersebut antara lain:
a. Bangunan harus permanen, kokoh dan aman dari kemungkinan
gangguan fisik (antara lain: suhu, kelembaban, cahaya matahari),
ganguan biologis (antara lain: rayap, semut, tikus dan mikroorganisme
kontaminan) dan gangguan mekanik (antara lain: getaran, goyangan).
b. Bangunan dapat dirancang berdiri sendiri (tunggal) sebagai satu unit
laboratorium atau berupa satu bangunan yang dibagi atas beberapa
unit laboratorium berdasarkan kelompok OPT, antara lain:
Laboratorium Virus dan Viroid, Laboratorium Bakteri dan Fitoplasma,
Laboratorium Cendawan, Laboratorium Nematoda dan Moluska,
Laboratorium Serangga dan Tungau, Laboratorium Gulma,
Laboratorium Bio-molekuler. Adapun Laboratorium keamanan pangan
selanjutnya diatur tersendiri.
c. Setiap unit laboratorium dilengkapi dengan ruangan-ruangan
penunjang seperti: ruang administrasi, ruang ganti pakaian kerja
laboratorium, ruangan preparasi, ruang inkubasi, ruang isolasi, ruang
sterilisasi alat dan bahan serta ruang penyimpanan alat dan bahan.
d. Dilengkapi dengan sarana penampung atau pengolah limbah
laboratorium dan sarana pemusnah (incinerator).
e. Dilengkapi sumber tenaga listrik (PLN dan Genset) dan sumber air
bersih yang memadai.
f. Memiliki fasilitas untuk menumbuhkan tanaman (green house/screen
house), atau ruangan untuk rearing dan perbanyakan serangga
(insectarium).
g. Memiliki fasilitas pemadam kebakaran, dan atau fasilitas keamanan
lainnya sesuai keperluan (misalnya fume hood, shower, serta memiliki
fasilitas biosafety dan biosecurity)
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 3
Rancang bangun laboratorium yang dibagi atas beberapa unit
laboratorium dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengujian MPOPTK
dilakukan di tempat khusus sesuai dengan jenis OPT/OPTK dan untuk
menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang antar sampel yang diuji.
Jumlah unit laboratorium dan ruangan penunjang sebaiknya disesuaikan
dengan ketersediaan lahan. Unit laboratorium berikut ruang penunjang
dapat dibangun secara terpisah antara unit laboratorium yang satu
dengan unit yang lain jika lahan yang tersedia mencukupi.
Apabila lahan terbatas, unit laboratorium dan ruang penunjang
dengan sistem pengujian yang sejenis dapat disatukan, misal laboratorium
serangga dan tungau dijadikan satu dengan laboratorium nematoda dan
moluska menjadi Laboratorium Hama. Jumlah ruangan penunjang di
masing-masing unit laboratorium disesuaikan dengan kebutuhan dan
ketersediaan ruangan. Satu atau beberapa ruangan penunjang dapat
digunakan bersama oleh beberapa unit laboratorium, selama hal tersebut
tidak mengganggu dan mempengaruhi proses pengujian. Sebagai contoh
ruang preparasi untuk unit Laboratorium Cendawan, Laboratorium Bakteri
dan Fitoplasma, Laboratorium Virus dan Viroid dapat dijadikan satu
menjadi Ruang Preparasi Sampel dan Bahan .
Ruang isolasi untuk lahan laboratorium yang terbatas dapat dijadikan
satu antara unit laboratorium Cendawan dengan unit laboratorium Bakteri
dan Fitoplasma, namun dengan chamber isolasi (Laminar Air Flow) yang
berbeda.
Luas masing-masing unit laboratorium berikut ruangan penunjang
disesuaikan dengan beban kerja, jenis dan ukuran peralatan yang
digunakan, serta luas lahan yang tersedia. Ruangan laboratorium harus
memenuhi persyaratan agar terhindar dari kontaminasi. Persyaratan
tersebut antara lain:
a. Pintu akses keluar dan masuk di setiap ruangan harus dibuat dengan
bahan yang kokoh dan rapat serta dapat menutup dengan sempurna
secara otomatis.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 4
b. Pintu utama laboratorium harus mempunyai ruang antara (pintu
ganda) atau dimodifikasi sesuai ketersediaan lahan.
c. Akses masuk dan keluar laboratorium dilengkapi dengan rambu-
rambu yang jelas, khususnya petunjuk ke pintu-pintu keluar (exit
doors) sebagai jalur evakuasi jika terjadi keadaan darurat.
d. Jika unit-unit laboratorium berada dalam satu bangunan maka
susunan atau tataletak unit laboratorium hendaknya
mempertimbangkan tingkat sterilisasi yang dikehendaki dan
menggunakan sistem satu arah sesuai alur pengujian.
Unit Laboratorium Karantina Tumbuhan berikut ruangan penunjang yang
diperlukan (Tabel 1) seperti tercantum dibawah ini, adapaun contoh denah unit
Laboratorium Karantina Tumbuhan terlampir pada pedoman ini.
Tabel 1. Jenis Laboratorium Karantina Tumbuhan dan ruang penunjang yang diperlukan
No. Nama laboratorium Ruangan penunjang yang diperlukan
R. preparasi
R. isolasi R.
inkubasi R.
sterilisasi R. alat dan
bahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Virus Bakteri & Fitoplasma Cendawan Nematoda & Moluska Serangga & Tungau Gulma Bio-molekuler Keamanan Pangan
-
- - -
-
-
- - - - -
- - - - -
1.2 Sumber Daya Manusia
Peraturan perundang-undangan Karantina Tumbuhan telah menetapkan
bahwa kewenangan atas pelaksanaan tindakan Karantina Tumbuhan diberikan
kepada petugas Karantina Tumbuhan, dalam hal ini adalah Petugas
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT). Petugas POPT
bertanggung jawab atas penyelenggaraan laboratorium karantina tumbuhan
dimana tindakan pemeriksaan kesehatan tumbuhan dilakukan. Berdasarkan
kewenangan tersebut setiap POPT dituntut harus memiliki kompetensi yang
memadai di bidang deteksi dan identifikasi OPT/OPTK sesuai jenjang
jabatannya. Pemenuhan kompetensi oleh POPT sesuai jenjang jabatan dapat
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 5
meningkatkan performa laboratorium sehingga dapat difungsikan dengan
memadai sesuai ketentuan yang berlaku.
Kompetensi pengujian yang mencakup kelompok/ jenis OPT/OPTK sangat
diperlukan terus ditingkatkan sesuai perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh
karena itu dipandang perlu melakukan pelatihan untuk meningkatkan dan
memperluas kompetensi. Pelatihan yang dibutuhkan POPT dapat diidentifikasi
sesuai kebutuhan dan kajian oleh UPT yang bersangkutan. Persebaran
kapasitas kompetensi POPT di seluruh UPT lingkup Barantan harus
memperhatikan pola penempatan POPT yang disesuaikan dengan kompetensi
yang dibutuhkan UPT. Penempatan POPT di setiap unit laboratorium dapat
dilakukan melalui penelusuran minat dan bakat serta mengacu pada latar
belakang pendidikan formal dan pengalaman mengikuti pelatihan, magang
dan/ atau workshop yang pernah diikuti.
Analisis jabatan terhadap kebutuhan POPT di suatu UPT hendaknya
dilakukan dengan penghitungan yang seksama, cermat, dan akurat untuk
menunjang kelancaran proses pengujian kesehatan MPOPTK di UPT tersebut.
Penentuan kebutuhan petugas laboratorium karantina dtentukan berdasarkan
beban kerja, yaitu menurut jenis dan jumlah sampel/contoh MPOPTK yang
harus diuji dalam satu satuan waktu. Pemenuhan kebutuhan POPT terkait erat
dengan komitmen janji layanan (sasaran mutu) yang telah ditetapkan oleh
Laboratorium. Hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan utama dalam
menentukan penempatan POPT di setiap UPT lingkup Barantan.
Memperhatikan kesamaan tugas dan fungsi UPT, seyogyanya setiap UPT
memiliki POPT dari semua jenjang jabatan. Akan tetapi hal tersebut tidak
terjadi jika berdasarkan kebijakan telah ditetapkan bahwa kegiatan
laboratorium suatu UPT dibatasi sampai tingkat sesuai level laboratorium
yang disandangnya. Sebagai contoh jika level laboratorium hanya dibatasi
setinggi-tingginya sampai tingkat morfologi, maka di UPT bersangkutan tidak
perlu memiliki POPT Ahli Madya. Jabatan tertinggi pada level tertinggi untuk
pengujian morfologi hanya memerlukan jabatan paling tinggi POPT Ahli Muda.
Pengaturan demikian memungkinkan setiap POPT di suatu UPT mendapatkan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 6
tugas/pekerjaan berdasarkan butir-butir kegiatan sesuai dengan jenjang
jabatannya.
1.3 Peralatan, Bahan dan Metode Pengujian
Keberadaan peralatan, bahan, dan metode pengujian di suatu
laboratorium sangat menentukan penyelenggaraan laboratorium dapat
terlaksana dengan memadai atau tidak. Ketiadaan salah satu dari ketiga unsur
tersebut dapat berakibat pada tidak berjalannya kegiatan pengujian
laboratorium. Pengujian laboratorium berjalan dengan baik jika ada
kesesuaian antara peralatan, bahan dan metode yang digunakan. Sering kali
pemilihan suatu metode pengujian pada banyak hal harus disesuaikan dengan
peralatan dan bahan yang telah tersedia di suatu laboratorium.
Metode pengujian yang dipilih dapat mengacu pada buku Pedoman
Identifikasi sesuai Jenis OPTK yang telah dterbitkan Pusat Karantina
Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati tahun sebelumnya. Laboratorium
dengan fasilitas dan sarana yang memadai memungkinkan semua metode
pengujian dapat dilakukan dari yang paling konvensional sampai tingkat yang
paling tinggi.
1.4 Teknologi Informasi
Pemanfaatan teknologi informasi (TI) yang berbasis jaringan (web) sangat
membantu efektivitas pengelolaan organisasi termasuk dalam pengelolaan
laboratorium. Penerapan TI memberikan beberapa keuntungan, antara lain
cepat dan hemat, karena hanya memerlukan perangkat computer sederhana.
Program TI dapat dimanfaatkan dalam pencatatan, pelaporan, penelusuran
mulai dari penerimaan sampel uji sampai penyampaian laporan hasil pengujian
dan mampu menyimpan data dalam jumlah yang besar. Agar TI bisa
dimanfaatkan dengan baik maka diperlukan fasilitas dan sarana jejaring
teknologi informasi misalnya local area network (LAN) atau wide area network
(WAN) atau memanfaatkan jejaring yang lebih luas seperti internet atau
teknologi sejenis.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 7
Operator dengan kompetensi yang memadai adalah faktor penunjang
yang mutlak diperlukan dalam aplikasi TI. Tingkat keamanan dan kerahasiaan
sebaiknya menjadi salah satu pertimbangan dalam aplikasi TI, sehingga data
dan informasi yang tersimpan di dalam sistem tidak disalah-gunakan oleh
pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
1.5 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Pengamatan dan pengukuran terhadap kualitas hasil pekerjaan dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu organisasi
telah dikelola dengan baik atau belum. Organisasi yang dijalankan dengan
system pengelolaan dan manajemen yang baik diikuti oleh kualitas hasil kerja
yang semakin baik. Kesulitan yang sering dihadapi oleh pengelola (manajer)
adalah bagaimana membangun dan menciptakan sistem pengelolaan tersebut.
Oleh sebab itu, suatu lembaga atau organisasi yang berkeinginan kuat
meningkatkan kualitas hasil kerjanya dianjurkan untuk memanfaatkan standar
pengelolaan organisasi, baik yang bersifat nasional dan/ atau internasional.
Pengakuan dalam bentuk akreditasi merupakan kebutuhan suatu
laboratorium di era globalisasi ini. Penerapan sistem manajemen mutu
laboratorium sebagaimana tertuang didalam SNI ISO/IEC 17025:2008 menjadi
hal penting. Penerapan sistem manajemen mutu laboratorium yang dilakukan
secara konsisten dan sungguh-sungguh dapat meningkatkan kualitas hasil uji
laboratorium dan tingkat kepercayaan berbagai pihak. Oleh karena itu
laboratorium UPT harus memiliki cukup sumber daya dan waktu untuk
mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pemenuhan persyaratan.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 8
BAB II
KONDISI AKTUAL LABORATORIUM KARANTINA TUMBUHAN
Kondisi aktual Laboratorium Karantina Tumbuhan diperoleh dari hasil
pengumpulan data kondisi laboratorium UPT lingkup Barantan melalui kegiatan
monitoring dan evalusasi yang dilakukan oleh BBUSKP sesuai tugas dan
fungsinya. Pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi aktual
Laboratorium Karantina Tumbuhan saat ini adalah dengan melihat kondisi 5
variabel yang digunakan dalam penentuan pengembangan laboratorium.
Berdasarkan data yang terkumpul tentang kondisi aktual tersebut dapat diringkas
kondisi di 5 variabel penentu penyelenggaraan dan poengembangan laboratorium
seperti berikut ini.
2.1 Bangunan Laboratorium dan Sarana Penunjang
Kondisi fisik bangunan laboratorum karantina tumbuhan saat ini berbeda
antara satu dengan yang lain, baik dari segi rancang bangun, pemanfaatan
ruangan dan operasionalnya. Keadaan seperti itu bisa dimaklumi mengingat UPT
belum dibekali panduan yang dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan
dan mengembangkan laboratorium. Hal ini menyebabkan pengembangan
laboratorium cenderung sesuai keinginan masing-masing UPT yang kadangkala
kurang memperhatikan aspek teknik, seperti tata-letak bangunan dan ruangan,
faktor keamanan, dan kenyamanan bagi petugas yang akan melakukan kegiatan
pengujian laboratorium Kondisi actual bangunan laboratorium seperti ini
menyebabkan Laboratorium Karantina Tumbuhan belum dapat difungsikan
secara maksimal peranan dan hasil uji, yang kadangkala hanya terbatas sebagai
pelengkap status suatu UPT.
Namun demikian, beberapa laboratorium UPT memiliki kondisi aktual
bangunan yang sesuai dengan persyaratan standar mengacu pada kebutuhan
Karantina Tumbuhan (Tabel 2), sehingga kegiatan deteksi dan identifikasi
OPT/OPTK dapat dilaksanakan dengan baik.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 9
2.2 Sumber Daya Manusia
Program pengembangan laboratorium harus sejalan dengan program
pengembangan kompetensi sumber daya manusia sebagai penyelenggara
kegiatan laboratorium. Hasil monitoring dan evaluasi BBUSKP menunjukkan
bahwa beberapa UPT telah berhasil meningkatkan dan mengembangkan
kompetensi petugas laboratorium. Hal tersebut merupakan hasil tindak lanjut
program pengembangan sumber daya manusia yang telah dilakukan oleh
Barantan, dimulai dari pelatihan teknis dasar calon POPT, dilanjutkan oleh UPT
melalui program pelatihan/workshop, program magang dan sebagainya di
laboratorium yang telah diakreditasi di dalam maupun di luar negeri.
Sejumlah UPT juga telah menerapkan pengelolaan laboratorium mengacu
pada standar internasional (SNI ISO/IEC 17025:2008) termasuk uji kompetensi
personal sebagai salah satu prasyarat yang harus dipenuhi dalam program
akreditasi. Kompetensi personel laboratorium yang handal dalam melakukan
pengujian MPOPTK, dapat dilihat pada rekaman kompetensi personel yang
disimpan di Manajer Mutu laboratorium (Tabel 2) masing-masing UPT yang telah
memperoleh Sertifikat Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Pada sisi lain, laboratorium karantina tumbuhan menghadapi persoalan
kurangnya tenaga POPT yang bertugas di laboratorium, disebabkan oleh adanya
mutasi POPT yang tidak seimbang, sehingga dapat mengganggu kelancaran
kegiatan pengujian kesehatan MPOPTK dan kesinambungan proses akreditasi.
Selain itu, sebagai akibat keterbatasan jumlah dan kompetensi petugas
laboratorium, menyebabkan sejumlah peralatan dan bahan uji tidak digunakan
sebagaimana mestinya. Kondisi seperti itu menimbulkan kesan bahwa
laboratorium tidak difungsikan dengan baik dan menyebabkan terjadi pemborosan
sehingga berpotensi menjadi temuan ketidaksesuaian pada saat dilakukan audit
baik oleh Inspektorat Jenderal maupun oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dampak lain dari minimnya jumlah POPT menyebabkan satu orang POPT (analis)
terpaksa dan harus bekerja di beberapa unit laboratorium. Walaupun hal tersebut
masih dianggap wajar namun dari segi pengelolaan dan kepatutan adanya tugas
rangkap bisa berakibat kinerjanya kurang baik dan dapat menurunkan
kepercayaan pemilik MPOPTK atau pengguna jasa lainnya.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 10
3 Peralatan, Bahan dan Metode
Sebagai akibat dari belum jelasnya kebijakan standardisasi laboratorium
karantina tumbuhan menyebabkan pengadaan peralatan dan bahan uji oleh UPT
didasarkan pada rencana dan keinginan masing-masing.Akibatnya pengadaan
peralatan dan bahan uji menjadi tidak standar bahkan sebagian diantaranya tidak
sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan. Keadaan seperti itu akhirnya berimbas
pada perbedaan waktu pengujian dan kesesuaian metode pengujian yang
digunakan dalam mendeteksi dan mengidentifikasi OPT/OPTK.
Penggunaan metode yang berbeda dalam mendeteksi dan mengidentifikasi
OPT/OPTK bisa saja dianggap hal biasa, namun hal tersebut mungkin kurang
tepat jika diterapkan di laboratorium karantina tumbuhan, karena kesamaan tugas
dan fungsi UPT menghendaki keseragaman dalam pelaksanaan tindakan
karantina tumbuhan, khususnya tindakan pemeriksaan MPOPTK. Yang dapat
membedakan antara UPT satu dengan yang lain terletak pada jumlah peralatan
dan bahan-bahan yang diperlukan, yaitu didasarkan pada perbedaan volume
kegiatan pemasukan dan pengeluaran MPOPTK di masing-masing UPT,
termasuk perbedaan jenisnya. Penggunaan metode yang berbeda menyebabkan
lamanya waktu untuk memperoleh hasil pengujian tidak sama. Itu sebabnya
mengapa perbedaan waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan
pemeriksaan antar UPT sering dipertanyakan oleh pemilik MPOPTK atau pihak
terkait lainnya.
4 Teknologi Informasi (TI)
Penggunaan TI dalam pengelolaan laboratorium karantina tumbuhan sampai
saat ini masih sangat terbatas sehingga sebagian besar pencatatan dan
pelaporan masih dilakukan secara konvensional. Aplikasi jejaring infomasi yang
tidak optimal juga disebabkan oleh masih terbatasnya fasilitas dan operator
bidang TI yang kurang memadai.
Pengembangan TI yang pernah dilakukan dalam penyelenggaraan laboratorium
adalah Sistem Informasi Manajemen Laboratorium (SIMLAB). Pada saat ini
aplikasi program SIMLAB belum sempurna dan sedang dilakukan pengembangan
lebih lanjut oleh Barantan.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 11
5 Penerapan Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
Badan Karantina Pertanian melalui Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati selama beberapa tahun terakhir telah mendorong setiap
laboratorium karantina tumbuhan untuk menerapkan sistem manajemen mutu
laboratorium sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008. Pencapaian akreditasi laboratorium
sampai dengan tahun 2016 di Laboratorium Karantina Tumbuhan lingkup
Barantan (terlampir) mencapai 28 Laboratorium UPT.
Beberapa faktor penghambat dalam pencapaian akreditasi antara lain:
(a) Akreditasi bukan wajib
(b) Kurangnya komitmen pimpinan
(c) Biaya relatif tinggi
(d) Keterbatasan personel/petugas laboratorium
(e) Pemenuhan persyaratan akreditasi memerlukan waktu relatif lama
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 12
BAB III
LEVEL DAN KRITERIA LABORATORIUM KARANTINA TUMBUHAN
Penentuan kelas atau level dan kriteria laboratorium karantina tumbuhan disusun
berdasarkan lima variabel meliputi: (1) gedung laboratorium dan sarana penunjang; (2)
sumber daya manusia; (3) peralatan, bahan dan metode pengujian; (4) teknologi
informasi; (5) penerapan manajemen laboratorium. Pembagian level tersebut
dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan mensimulasikan variabel pada kondisi
tertentu, sehingga antara satu level dengan level berikutnya terdapat perbedaan secara
gradual.
Berdasarkan simulasi tersebut ditetapkan 4 level laboratorium karantina tumbuhan
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 4
Dengan kriteria:
a. Memiliki fasilitas lengkap untuk melakukan pengujian kesehatan MPOPTK mulai
dari metode konvensional sampai metode canggih.
b. dilengkapi fasilitas pengujian keamanan PSAT.
c. Memiliki petugas laboratorium/POPT yang jumlahnya mencukupi dengan jenjang
jabatan mulai POPT Pemula hingga POPT Ahli Madya serta memiliki kompetensi
pada berbagai jenjang pengujian yang mencakup gejala, morfologi, biologi,
fisiologi, serologi dan biomolekuler untuk semua kelompok OPT/OPTK.
d. Menerapkan sistem pengelolaan laboratorium sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008
atau standar sejenis.
e. Dikelola dengan memanfaatkan teknologi informasi.
f. Dilengkapi fasilitas dan prosedur penerapan biosafety dan biosecurity
g. Terakreditasi.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 13
2. Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 3
Dengan kriteria:
a. Memiliki fasilitas lengkap untuk melakukan pengujian kesehatan MPOPTK mulai
dasri metode konvensional sampai metode canggih.
b. Tidak dilengkapi fasilitas untuk pengujian keamanan PSAT.
c. Memiliki petugas laboratorium/POPT yang jumlahnya mencukupi dengan jenjang
jabatan mulai POPT Pemula hingga POPT Ahli Madya dan memiliki kompetensi
pada berbagai jenjang pengujian yang mencakup gejala, morfologi, biologi,
fisiologi, serologi dan biomolekuler untuk semua kelompok OPT/OPTK.
d. Menerapkan sistem pengelolaan laboratorium sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008
atau standar sejenis.
e. Dikelola dengan memanfaatkan teknologi informasi.
f. Dilengkapi fasilitas dan prosedur penerapan biosafety dan biosecurity
g. Terakreditasi atau dianjurkan untuk mengajukan akreditasi
3. Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 2
Dengan kriteria:
a. Memiliki fasilitas lengkap untuk melakukan pengujian kesehatan MPOPTK mulai
dari metode konvensional sampai metode canggih, kecuali pengujian dengan
metode Biomolekuler.
b. Tidak dilengkapi fasilitas pengujian keamanan PSAT.
c. Memiliki petugas laboratorium/POPT yang jumlahnya belum mencukupi dengan
jenjang jabatan mulai POPT Pemula hingga POPT Ahli Muda dan memiliki
kompetensi pengujian pada berbagai jenjang pengujian yang mencakup gejala,
morfologi, biologi, fisiologi, serologi untuk semua kelompok OPT/OPTK.
d. Menerapkan sistem pengelolaan laboratorium sesuai dengan SNI ISO/IEC
17025:2008 atau standar sejenis.
e. Dikelola secara konvensional atau memanfaatkan teknologi informasi.
f. Tidak dipersyaratkan mengikuti akreditasi.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 14
4. Laboratorium Karantina Tumbuhan Level 1
Dengan kriteria:
a. Memiliki fasilitas terbatas dan hanya untuk menguji OPT/OPTK dari kelompok
tungau, serangga, gulma, cendawan, moluska dan nematoda berdasarkan gejala
dan morfologi.
b. Tidak dilengkapi fasilitas pengujian keamanan PSAT.
c. Memiliki petugas laboratorium/POPT yang jumlahnya belum mencukupi dengan
jenjang jabatan mulai POPT Pemula hingga POPT Ahli Pertama dan memiliki
kompetensi pengujian pada jenjang pengujian yang mencakup gejala dan
morfologi.
d. Dikelola secara konvensional atau memanfaatkan teknologi informasi.
e. Menerapkan SNI ISO/IEC 17025:2008 atau standar sejenis.
f. Tidak dipersyaratkan mengikuti akreditasi.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 15
BAB IV
PENETAPAN KELASIFIKASI LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
Pertimbangan yang paling logis untuk menetapkan level laboratorium karantina
tumbuhan adalah dengan memperhatikan potensi risiko introduksi OPTK melalui
MPOPTK yang dimasukkan dari suatu negara ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia.
Secara garis besar tingkat risiko introduksi OPTK melalui pemasukan MPOPTK
ditentukan oleh sekurang-kurangnya 4 faktor, yaitu: (1) volume atau jumlah MPOPTK
yang dimasukkan, (2) frekuensi pemasukan, (3) jenis MPOPTK yang dimasukkan dan
(4) tempat atau negara dimana MPOPTK tersebut berasal. Akan tetapi, jumlah dan
frekuensi pemasukan lebih sering digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan
tinggi atau rendahnya risiko.Hal tersebut dimaksudkan bahwa semakin banyak jumlah
MPOPTK yang dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia maka
semakin besar peluang suatu OPTK terintroduksi ke wilayah negara Republik
Indonesia.Hal serupa juga berlaku pada frekuensi pemasukan, dimana semakin sering
MPOPTK dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia maka semakin
besar peluang suatu OPTK terintroduksi ke dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Secara lebih spesifik tingkat risiko introduksi OPTK didasarkan pada bentuk
MPOPTK yang dimasukkan (misalnya: tanaman utuh, akar, batang/stek, daun, bunga,
buah, biji) dan kegunaan dari MPOPTK tersebut setelah dimasukkan ke dalam wilayah
negara Republik Indonesia (misalnya: sebagai benih/bibit, konsumsi, bahan baku
produk olahan).
Dengan pertimbangan tersebut maka tingkat risiko berdasarkan bentuk dan tujuan
pemasukan MPOPTK dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 16
a. Risiko tinggi; berlaku untuk MPOPTK berupa tanaman hidup dalam berbagai bentuk
dan digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (sebagai benih atau bibit).
b. Risiko sedang; berlaku untuk MPOPTK berupa tanaman hidup seperti biji-bijian,
buah, umbi lapis namun tidak digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman,
melainkan digunakan sebagai bahan konsumsi (pangan atau pakan), atau bahan
baku industri atau sejenisnya.
c. Risiko rendah; berlaku untuk MPOPTK dalam bentuk tanaman mati dan digunakan
untuk berbagai keperluan seperti bahan pangan dan pakan, bahan baku industri atau
untuk dijadikan produk olahan lainnya.
d. Risiko nol atau tidak memiliki risiko; berlaku untuk MPOPTK yang telah diolah
sedemikian rupa sehingga tidak memiliki potensi membawa OPTK.
Memperhatikan keempat tingkat risiko di atas, pemasukan MPOPTK berupa
tanaman hidup sebagai bahan perbanyakan tanaman memiliki risiko paling tinggi,
sehingga dijadikan faktor dominan dalam penentuan Kelasifikasi/level laboratorium
karantina tumbuhan, dengan pertimbangan bahwa introduksi OPTK/OPT asing yang
telah terjadi diduga kuat berasal pemasukan benih atau bibit tanaman.
Selain jumlahnya, keragaman jenis/spesies benih/bibit tanaman yang dimasukkan juga
akan memperbesar potensi risiko introduksi untuk berbagai jenis OPTK.
MPOPTK selain benih/bibit tanaman baik berupa tanaman hidup atau tanaman
mati dijadikan faktor non-dominan, sedangkan pemasukan dan pengeluaran MPOPTK
antar area tidak dijadikan faktor penentu, namun tetap dijadikan bahan pertimbangan
penetuan Kelasifikasi/level laboratorium.
Selain memperhatikan potensi risiko introduksi OPTK, unsur-unsur lain seperti
kebijakan pemasukan benih/bibit dalam rangka program pemerintah untuk
pengembangan potensi wilayah perlu mendapat perhatian dan menjadi salah satu
bahan pertimbangan.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 17
a. Skoring dan Kategori Risiko
Untuk mengetahui besarnya risiko introduksi OPTK melalui benih/bibit tanaman
maka besarnya risiko tersebut harus dapat digambarkan dalam bentuk skoring dan
dideskripsikan sebagai kategori risiko seperti (1) risiko sangat tinggi, (2) risiko
tinggi, (3) risiko sedang dan (4) risiko rendah. Jenis MPOPTK, jumlah/volume dan
frekuensi pemasukan adalah variabel yang digunakan dalam scoring atau
penghitungan tingkat risiko introduksi OPTK.
Untuk menggambarkan nilai hasil scoring dan kategorisasi risiko OPTK
berdasarkan jenis diuraikan pada Tabel 2, sedangkan hasil scoring dan kategori
risiko berdasarkan jumlah/volume benih kecil, benih besar dan bibit diuraikan pada
Tabel 3, 4 dan 5. Nilai hasil scoring dan kategori risiko berdasarkan frekuensi
pemasukan MPOPTK benih tercantum pada Tabel 6 dan nilai skoring risiko yang
diperoleh dari kombinasi antara jenis, jumlah/volume, dan frekuensi pemasukan
MPOPTK dihitung dari nilai rata-rata ketiga faktor tersebut sebagaimana pada
Tabel 7.
Tabel 2. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jenis MPOPTK untuk satu kali
pemasukan
Jenis MPOPTK Skor Kategori Risiko
Hanya 1 spesies 1 Rendah
Hanya 2 spesies 2 Sedang
Hanya 3 spesies 3 Tinggi
Lebih dari 3 spesies 4 Sangat tinggi
Tabel 3. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jumlah/volume MPOPTK benih kecil
(seperti: tembakau, alfalfa, sawi, rumput, dll.) untuk satu kali pemasukan
Jumlah/ Volume MPOPTK benih kecil
Skor Kategori Risiko
Kurang dari 1 gram 1 Rendah
1 gram - 1,9 kg. 2 Sedang
2 kg - 10 kg. 3 Tinggi
> 10 kg 4 Sangat tinggi
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 18
Tabel 4. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jumlah/volume MPOPTK benih besar
(seperti: kelapa sawit, kelapa, kakao, dll.) untuk satu kali pemasukan
Jumlah/ Volume MPOPTK benih besar
Skor Kategori Risiko
Kurang dari 10 butir 1 Rendah
11 - 100 butir. 2 Sedang
101 - 1000 butir. 3 Tinggi
> 1000 butir 4 Sangat tinggi
Tabel 5. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jumlah/volume MPOPTK bibit untuk
satu kali pemasukan
Jumlah/ Volume MPOPTK bibit Skor Kategori Risiko
Kurang dari 10 batang 1 Rendah
11 - 100 batang. 2 Sedang
101 - 1000 batang. 3 Tinggi
> 1000 batang 4 Sangat tinggi
Tabel 6. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan frekuensi pemasukan MPOPTK
benih/bibit
Frekuensi pemasukan Nilai risiko Kategori Risiko
Paling banyak 1 kali dalam 6 bulan 1 Rendah
Paling banyak 1 kali dalam 1 bulan 2 Sedang
Paling banyak 2 kali dalam 1 bulan 3 Tinggi
Lebih dari 2 kali dalam 1 bulan 4 Sangat tinggi
Tabel 7.Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan kombinasi nilai jenis, jumlah/ volume dan
frekuensi pemasukan MPOPTK benih/bibit.
Rata-rata skor jenis, jumlah/volume, dan frekuensi
Skor Kategori Risiko
(4 + 4 + 1) : 3 3,0 Tinggi
(4 + 4 + 2) : 3 3,3 Sangat tinggi
(4 + 4 + 3) : 3 3,6 Sangat tinggi
(4 + 4 + 4) : 3 4,0 Sangat tinggi
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 19
(4 + 3 + 1) : 3 2,6 Tinggi
(4 + 3 + 2) : 3 3,0 Tinggi
(4 + 3 + 3) : 3 3,3 Sangat tinggi
(4 + 3 + 4) : 3 3,6 Sangat tinggi
(4 + 2 + 1) : 3 2,3 Tinggi
(4 + 2 + 2) : 3 2,6 Tinggi
(4 + 2 + 3) : 3 3,0 Tinggi
(4 + 2 + 4) : 3 3,3 Sangat tinggi
(4 + 1 + 1) : 3 2,0 Sedang
(4 + 1 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(4 + 1 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(4 + 1 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 4 + 1) : 3 2,6 Tinggi
(3 + 4 + 2) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 4 + 3) : 3 3,3 Sangat tinggi
(3 + 4 + 4) : 3 3,6 Sangat tinggi
(3 + 3 + 1) : 3 2,3 Tinggi
(3 + 3 + 2) : 3 2,6 Tinggi
(3 + 3 + 3) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 3 + 4) : 3 3,3 Tinggi
(3 + 2 + 1) : 3 2,0 Sedang
(3 + 2 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(3 + 2 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(3 + 2 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 1 + 1) : 3 1,6 Sedang
(3 + 1 + 2) : 3 2,0 Sedang
(3 + 1 + 3) : 3 2,3 Tinggi
(3 + 1 + 4) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 4 + 1) : 3 2,3 Tinggi
(2 + 4 + 2) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 4 + 3) : 3 3,0 Tinggi
(2 + 4 + 4) : 3 3,3 Tinggi
(2 + 3 + 1) : 3 2,0 Sedang
(2 + 3 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(2 + 3 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 3 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(2 + 2 + 1) : 3 1,6 Sedang
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 20
(2 + 2 + 2) : 3 2,0 Sedang
(2 + 2 + 3) : 3 2,3 Tinggi
(2 + 2 + 4) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 1 + 1) : 3 1,3 Sedang
(2 + 1 + 2) : 3 1,6 Sedang
(2 + 1 + 3) : 3 2,0 Sedang
(2 + 1 + 4) : 3 2,3 Tinggi
(1 + 4 + 1) : 3 1,6 Sedang
(1 + 4 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(1 + 4 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(1 + 4 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(1 + 3 + 1) : 3 1,6 Sedang
(1 + 3 + 2) : 3 2,0 Sedang
(1 + 3 + 3) : 3 2,3 Tinggi
(1 + 3 + 4) : 3 2,6 Tinggi
(1 + 2 + 1) : 3 1,3 Sedang
(1 + 2 + 2) : 3 1,6 Sedang
(1 + 2 + 3) : 3 2,0 Sedang
(1 + 2 + 4) : 3 2.3 Tinggi
(1 + 1 + 1) : 3 1,0 Rendah
(1 + 1 + 2) : 3 2,3 Sedang
(1 + 1 + 3) : 3 2,6 Sedang
(1 + 1 + 4) : 3 2,0 Sedang
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 7, kategori risiko dapat ditentukan dengan rumus dan
interval nilai sebagai berikut:
Rumus 1.
Keterangan:
x: nilai risiko (rata-rata)
a: jenis MPOPTK
b: jumlah/ volume MPOPTK
c: frekuensi pemasukan MPOPTK
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 21
Interval nilai:
Risiko Rendah : 0,1 - 1,0
Risiko Sedang : 1,1 - 2,0
Risiko Tinggi : 2,1 - 3,0
Risiko Sangat Tinggi : 3,1 – 4,0
Penghitungan risiko introduksi OPTK melalui MPOPTK non benih dapat dilakukan dengan
metode penghitungan sebagaimana digunakan untuk benih/bibit tanaman (Tabel 8, 9, 10,
11, 12, 13 dan 14)
Tabel 8. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jenis pemasukan MPOPTK non benih
untuk satu kali pemasukan
jenis MPOPTK non benih skor Kategori Risiko
Hanya 1 spesies 1 Rendah
Hanya 2 spesies 2 Sedang
Hanya 3 spesies 3 Tinggi
Lebih dari 3 spesies 4 Sangat tinggi
Tabel 9. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jumlah/volume pemasukan MPOPTK non
benih dalam bentuk biji-bijian (grain) untuk satu kali pemasukan
Jumlah/ Volume untuk satu kali pemasukan
Skor Kategori Risiko
Kurang dari 1 ton 1 Rendah
1 - 10 ton 2 Sedang
11 – 20 ton 3 Tinggi
> 20 ton 4 Sangat tinggi
Tabel 10. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jumlah/volume pemasukan MPOPTK
non benih dalam bentuk buah segar, sayuran buah segar dan umbi untuk satu
kali pemasukan
Jumlah/ Volume untuk satu kali pemasukan
skor Kategori Risiko
Kurang dari 1 ton 1 Rendah
1 - 10 ton 2 Sedang
11– 20 ton 3 Tinggi
> 20 ton 4 Sangat tinggi
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 22
Tabel 11. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jumlah/volume pemasukan MPOPTK
non benih berupa kayu untuk satu kali pemasukan
Jumlah/ Volume untuk satu kali pemasukan
skor Kategori Risiko
Kurang dari 1 m3 1 Rendah
1 - 10 m3 2 Sedang
11 – 20 m3 3 Tinggi
> 20 m3 4 Sangat tinggi
Tabel 12. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan jumlah/volume pemasukan MPOPTK
non benih dalam bentuk tepung untuk satu kali pemasukan
Jumlah/ Volume untuk satu kali pemasukan
skor Kategori Risiko
Kurang dari 10 ton 1 Rendah
11 – 20 ton 2 Sedang
21– 50 ton 3 Tinggi
> 50 ton 4 Sangat tinggi
Tabel 13. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan frekuensi pemasukan MPOPTK non
benih
Frekuensi pemasukan Skor Kategori Risiko
Paling banyak 1 kali dalam 6 bulan 1 Rendah
Paling banyak 1 kali dalam 1 bulan 2 Sedang
Paling banyak 2 kali dalam 1 bulan 3 Tinggi
Lebih dari 2 kali dalam 1 bulan 4 Sangat tinggi
Tabel 14. Nilai/skor dan kategori risiko berdasarkan kombinasi nilai jenis, jumlah/ volume
dan frekuensi pemasukan untuk MPOPTK non benih
rata-rata skor jenis, jumlah/ volume, dan frekuensi
skor Kategori Risiko
(4 + 4 + 1) : 3 3,0 Tinggi
(4 + 4 + 2) : 3 3,3 Sangat tinggi
(4 + 4 + 3) : 3 3,6 Sangat tinggi
(4 + 4 + 4) : 3 4,0 Sangat tinggi
(4 + 3 + 1) : 3 2,6 Tinggi
(4 + 3 + 2) : 3 3,0 Tinggi
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 23
(4 + 3 + 3) : 3 3,3 Sangat tinggi
(4 + 3 + 4) : 3 3,6 Sangat tinggi
(4 + 2 + 1) : 3 2,3 Tinggi
(4 + 2 + 2) : 3 2,6 Tinggi
(4 + 2 + 3) : 3 3,0 Tinggi
(4 + 2 + 4) : 3 3,3 Sangat tinggi
(4 + 1 + 1) : 3 2,0 Sedang
(4 + 1 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(4 + 1 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(4 + 1 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 4 + 1) : 3 2,6 Tinggi
(3 + 4 + 2) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 4 + 3) : 3 3,3 Sangat tinggi
(3 + 4 + 4) : 3 3,6 Sangat tinggi
(3 + 3 + 1) : 3 2,3 Tinggi
(3 + 3 + 2) : 3 2,6 Tinggi
(3 + 3 + 3) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 3 + 4) : 3 3,3 Sangat tinggi
(3 + 2 + 1) : 3 2,0 Sedang
(3 + 2 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(3 + 2 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(3 + 2 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(3 + 1 + 1) : 3 1,6 Sedang
(3 + 1 + 2) : 3 2,0 Sedang
(3 + 1 + 3) : 3 2,3 Tinggi
(3 + 1 + 4) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 4 + 1) : 3 2,3 Tinggi
(2 + 4 + 2) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 4 + 3) : 3 3,0 Tinggi
(2 + 4 + 4) : 3 3,3 Sangat tinggi
(2 + 3 + 1) : 3 2,0 Sedang
(2 + 3 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(2 + 3 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 3 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(2 + 2 + 1) : 3 1,6 Sedang
(2 + 2 + 2) : 3 2,0 Sedang
(2 + 2 + 3) : 3 2,3 Tinggi
(2 + 2 + 4) : 3 2,6 Tinggi
(2 + 1 + 1) : 3 1,3 Sedang
(2 + 1 + 2) : 3 1,6 Sedang
(2 + 1 + 3) : 3 2,0 Sedang
(2 + 1 + 4) : 3 2,3 Tinggi
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 24
(1 + 4 + 1) : 3 2,0 Sedang
(1 + 4 + 2) : 3 2,3 Tinggi
(1 + 4 + 3) : 3 2,6 Tinggi
(1 + 4 + 4) : 3 3,0 Tinggi
(1 + 3 + 1) : 3 1,6 Sedang
(1 + 3 + 2) : 3 2,0 Sedang
(1 + 3 + 3) : 3 2,3 Tinggi
(1 + 3 + 4) : 3 2,6 Tinggi
(1 + 2 + 1) : 3 1,3 Sedang
(1 + 2 + 2) : 3 1,6 Sedang
(1 + 2 + 3) : 3 2,0 Sedang
(1 + 2 + 4) : 3 2,3 Tinggi
(1 + 1 + 1) : 3 1,0 Rendah
(1 + 1 + 2) : 3 1,3 Sedang
(1 + 1 + 3) : 3 1,6 Sedang
(1 + 1 + 4) : 3 2,0 Sedang
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 14, kategori risiko dapat ditentukan dengan rumus dan
interval nilai sebagai berikut:
Rumus 2.
Keterangan:
x: nilai risiko (rata-rata)
a: jenis MPOPTK
b: jumlah/ volume MPOPTK
c: frekuensi pemasukan MPOPTK
Interval nilai:
Risiko Rendah : 0 - 1,0
Risiko Sedang : 1,1 - 2,0
Risiko Tinggi : 2,1 - 3,0
Risiko Sangat Tinggi : 3,1 - 4,0
Untuk menggambarkan potensi risiko introduksi OPTK di suatu UPT akibat pemasukan
benih tanaman dikombinasikan dengan pemasukan non benih tanaman dengan berbagai
tingkatan risiko sebagaimana diuraikan pada tabel 15.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 25
Tabel 15. Kategori risiko berdasarkan rata-rata nilai risiko pemasukan MPOPTK benih,
pemasukan MPOPTK non benih dan frekuensi pemasukan
No. Skor dan kategori risiko
Kategori risiko MPOPTK benih MPOPTK non benih
Frekuensi
1. 1 (rendah) 1 (rendah) 1 (rendah) 1,0 (rendah)
2. 1 (rendah) 1 (rendah) 2 (sedang) 1,3 (sedang)
3. 1 (rendah) 1 (rendah) 3 (tinggi) 1,6 (sedang)
4. 1 (rendah) 1 (rendah) 4 (sangat tinggi) 2,0 (sedang)
5. 1 (rendah) 2 (sedang) 2 (sedang) 1,6 (sedang)
6. 1 (rendah) 2 (sedang) 3 (tinggi) 2,0 (sedang)
7. 1 (rendah) 2 (sedang) 4 (sangat tinggi) 2,3 (tinggi)
8. 1 (rendah) 3 (tinggi) 3 (tinggi) 2,3 (tinggi)
9. 1 (rendah) 3 (tinggi) 4 (sangat tinggi) 2,6 (tinggi)
10. 1 (rendah) 4 (sangat tinggi) 4 (sangat tinggi) 3,0 (tinggi)
11. 2 (sedang) 3 (tinggi) 3 (tinggi) 2,6 (tinggi)
12. 2 (sedang) 3 (tinggi) 4 (sangat tinggi) 3,0 (tinggi)
13. 2 (sedang) 4 (sangat tinggi) 4 (sangat tinggi) 3,3 (sangat tinggi)
14. 3 (tinggi) 3 (tinggi) 3 (tinggi) 3,0 (tinggi)
15. 3 (tinggi) 3 (tinggi) 4 (sangat tinggi) 3,3 (sangat tinggi)
16. 3 (tinggi) 4 (sangat tinggi) 4 (sangat tinggi) 3,6 (sangat tinggi)
17. 4 (sangat tinggi) 4 (sangat tinggi) 4 (sangat tinggi) 4,0 (sangat tinggi)
b. Aplikasi Kategori Risiko Terhadap Kelas/Level Laboratorium Karantina
Tumbuhan
Supaya penyelenggaraan laboratorium krantina tumbuhan dapat berjalan efektif
dan efisien maka hasil penilaian risiko pemasukan OPTK harus dapat diaplikasikan
dan diselaraskan dengan kategori risiko yang ada pada suatu UPT. Sedangkan
untuk mengetahui tingkat risiko yang ada di suatu UPT dilakukan dengan
menganalisis data kegiatan operasional setiap UPT mulai tahun 2010 sampai
2013, meliputi jenis, jumlah/volume dan frekuensi pemasukan MPOPTK benih
sebagai faktor dominan dan MPOPTK non benih sebagai faktor non dominan.
Kontinuitas pemasukan di pelabuhan pemasukan dalam jangka panjang dapat
digunakan sebagai pertimbangan lain dalam penetapan Kelasifikasi laboratorium
karantina tumbuhan. Misalnya, besarnya pemasukan benih kelapa sawit di
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 26
sejumlah pelabuhan pemasukan di Pulau Kalimantan yang terjadi saat ini dapat
dipastikan sebagai akibat dari pengembangan kebun kelapa sawit secara besar-
besaran yang terjadi di Pulau Kalimantan.Jika pengembangan kebun kelapa sawit
sudah tidak mungkin dilakukan lagi (sudah jenuh) maka biasanya diikuti oleh
berkurangnya jumlah dan frekuensi pemasukan benih kelapa sawit.
Pada Tabel 16 dicantumkan Kelasifikasi/level laboratorium karantina tumbuhan
didasarkan pada kategori risiko introduksi OPTK yang diperoleh dari faktor
dominan, faktor non dominan dan pertimbangan lain.
Tabel 16. Kelasifikasi laboratorium karantina tumbuhan berdasarkan risiko introduksi OPTK
No. Kategori Pertimbangan faktor dominan dan non dominan level
laboratoium
1. Risiko Rendah Faktor dominan
a. UPT berpotensi rendah sebagai tempat pemasukanMPOPTK benih dari luar negeri .
Faktor non dominan
a. UPT berpotensi rendah sebagai tempat pemasukanMPOPTK non benih dari luar negeri
b. Hanya menangani kegiatan operasional antar areac. Wilayah layanan UPT bukan sebagai area pengembangan
tanaman strategis.
Laboratorium
Karantina
Tumbuhan
Level 1
2. Risiko Sedang Faktor dominan
a. UPT berpotensi sebagai tempat pemasukan MPOPTKbenih namun jumlah, jenis dan frekuensinya sedang.
b. Pemasukan benih berlangsung hanya pada saat terjadipengembangan pertanian wilayah setempat
Faktor non dominan
a. UPT berpotensi sebagai tempat pemasukan MPOPTKnon benih dalam jumlah, jenis dan frekuensinya sedang.
b. Menangani kegiatan karantina tumbuhan antar area.c. Wilayah layanan UPT sebagai area pengembangan
pertanian strategis.
Laboratorium
Karantina
Tumbuhan
Level 2
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 27
3. Risiko Tinggi Faktor dominan
a. UPT berpotensi sebagai tempat pemasukan MPOPTKbenih dalam jumlah, jenis dan frekuensi tinggi.
b. Pemasukan benih berlangsung secara kontinyu untukpemenuhan pengembangan pertanian nasional
Faktor non dominan
a. UPT berpotensi sebagai tempat pemasukan MPOPTKnon benih dalam jumlah, jenis, dan frekuensi tinggi.
b. Menangani kegiatan karantina tumbuhan antar area.c. Wilayah layanan UPT merupakan area pengembangan
pertanian strategis
Laboratorium
Karantina
Tumbuhan
Level 3
4. Risiko Sangat
Tinggi
Faktor dominan
a. UPT berpotensi sebagai tempat pemasukan MPOPTKbenih dalam jumlah, jenis dan frekuensi sangat tinggi.
b. Pemasukan benih berlangsung secara kontinyu untukpemenuhan pengembangan pertanian nasional
Faktor non dominan
a. UPT berpotensi sebagai tempat pemasukan MPOPTK nonbenih dalam jumlah, jenis, dan frekuensi sangat tinggi.
b. Menangani kegiatan karantina tumbuhan antar area.c. Wilayah layanan UPT merupakan area pengembangan
pertanian strategis, ataud. UPT sebagai laboratorium rujukan bagi UPT lain lingkup
Badan Karantina Pertanian
Laboratorium
Karantina
Tumbuhan
Level 4
Berdasarkan kriteria Kelas/level laboratorium sebagaimana Tabel 16 dan
pertimbangan lainnya, maka ditetapkan Kelasifikasi laboratorium karantina tumbuhan
sebagaimana tercantum pada Tabel 17.
Tabel 17. Kelasifikasi laboratorium karantina tumbuhan lingkup Badan Karantina Pertanian
No Nama UPT Kelas
lab. saat ini
Alasan Kelas lab.
yang diharapkan
Alasan
1 2 4 5 3
1. BBUSKP Level 4 (-
)
1. SDM mencukupi2. Fasilitas bangunan
memadai3. Peralatan lengkap4. Bahan cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety cukup
Level 4 1. Tupoksi sebagailaboratorium
rujukan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 28
memadai 6. Terakreditasi
2. BUTTMKP Level 2 1. SDM belummencukupi
2. Fasilitas bangunanmemadai
3. Peralatan lengkap4. Bahan terbatas5. Fasilitas biosecurity
dan biosafetykurang memadai
6. BelumTerakreditasi
1. Tupoksi sebagailaboratorium uji terapuntuk Karantina
3. BBKP Belawan Level 4 1. Peralatan cukup2. Bahan cukup3. Fasilitas bangunan
belum memadai4. SDM belum cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety belummemadai
6. Terakreditasi
Level 4 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih tanamandalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK non benih danjumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Sumatera Utarasebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
4. BBKP
Soekarno-
Hatta
Level 3 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. SDM belum cukup3. Peralatan lengkap4. Bahan cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety belummemadai
6. Terakreditasi
Level 4 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tidak tergantungpada pengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Banten sebagaisentra berbagai jenistanaman strategis
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 29
5. BBKP Tanjung
Priok
Level 4 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan lengkap3. Bahan cukup4. SDM belum cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety belummemadai
6. terakreditasi
Level 4 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tidak tergantungpada pengembanganpertanian setempat
4. Prov. Jawa Barat sebagaisentra berbagai jenistanaman strategis.
6. BBKP
Surabaya
Level 4 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan cukup3. Bahan cukup4. SDM belum cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety belummemadai
6. Terakreditasi
Level 4 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau atau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tidak tergantungpada pengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Jawa Timur sebagaisentra berbagai jenistanaman strategis.
7. BBKP
Makassar
Level 4 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan cukup3. Bahan cukup4. SDM belum cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety belummemadai
6. Terakreditasi
Level 4 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sangat tinggi.
3. Kontinuitas pemasukan benih tergantung pada
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 30
pengembangan pertanian setempat.
4. Prov. Sulawesi Selatansebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
8. BKP Kelas I
Padang
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum terakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Sumatera Baratsebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
9. BKP Kelas I
Pekanbaru
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum terakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Riau Daratansebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
10. BKP Kelas I
Jambi
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Dalam proses akreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis dan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 31
frekuensi tinggi. 3. Kontinuitas pemasukan
benih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Jambi sebagaisentra berbagai jenistanaman strategis.
11. BKP Kelas I
Palembang
Level 4 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan cukup3. Bahan cukup4. SDM cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Terakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah ragam danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Sumatera Selatansebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
12. BKP Kelas I
Bandar
Lampung
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan cukup3. Bahan cukup4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum terakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Lampung sebagaisentra berbagai jenistanaman strategis.
13. BKP Kelas I
Pontianak
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidak
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagai
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 32
memadai 6. Belum terakreditasi
tempat pemasukan dan atau pengeluaran MPOPTK non benih dalam jumlah, jenis dan frekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Kalimantan Baratsebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
14. BKP Kelas I
Banjarmasin
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum terakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Kalimantan Selatansebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
15. BKP Kelas I
Balikpapan
Level 2 1. Fasilitas bangunantidak memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan cukup4. SDM cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Terakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Kalimantan Timursebagai sentrapengembangan tanamanstrategis.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 33
16. BKP Kelas I
Batam
Level 2 1. Fasilitas bangunantidak memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas
biosecurity dan biosafety tidak memadai
6. Belum terakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK benih dalam jumlah, jenis dan frekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Tidak berpotensi sebagaiarea pengembanganpertanian strategis
17. BKP Kelas I
Semarang
Level 3 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM cukup5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Dalam proses akreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danpengeluaran MPOPTKnon benih dalam jumlah,jenis dan frekuensitinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Jawa Tengahsebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
18. BKP Kelas I
Denpasar
Level 3 1. Fasilitas bangunantidak memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan cukup4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Terakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 34
benih tergantung pada pengembangan pertanian setempat.
4. Prov. Bali sebagai sentraberbagai jenis tanamanstrategis.
19. BKP Kelas I
Manado
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Dalam proses akreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Prov. Sulawesi Utarasebagai sentra berbagaijenis tanaman strategis.
20. BKP Kelas I
Mataram
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Dalam proses akreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Potensi sebagai areapengembanganpertanian terbatas padatanaman hortikultura
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 35
21. BKP Kelas I
Kupang
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasii
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Potensi sebagai areapengembanganpertanian terbatas padatanaman perkebunan.
22. Balai Karantina
Pertanian
Kelas I
Jayapura
Level 1 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Potensi sebagai areapengembangan tanamanhortikultura danperkebunan.
23. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II Medan
Level 3 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan cukup3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi .
3. Kontinuitas pemasukan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 36
benih tergantung pada pengembangan pertanian setempat.
4. Prov. Sumatera Utaraberpotensi sebagai areapengembangan pertanianstrategis.
24. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Cilegon
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan cukup3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 3 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi sedang.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi tinggi.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Banten berpotensisebagai areapengembangan pertanianstrategis.
25. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Tanjung
Pinang
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
7. Peralatan kurang8. Bahan kurang9. SDM kurang10. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
11. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK benih dalam jumlah, ragam dan frekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danpengeluaran MPOPTKnon benih dalam jumlah,jenis dan frekuensisedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih sangat tergantungpada pengembanganpertanian setempat.
4. Potensi sebagai areapengembangan pertanianterbatas pada tanamanhortikultura.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 37
26. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Palangka Raya
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danragam sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Potensi sebagai areapengembangan tanamanperkebunan dan tanamanpangan
27. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Tarakan
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK benih dalam jumlah, jenis dan frekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Potensi sebagai areapengembangan tanamanperkebunan.
28. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Yogyakarta
Level 2 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih tanamandalam jumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 38
benih tergantung pada pengembangan pertanian setempat.
4. Prov. Jawa Tengah berpotensi sebagai area pengembangan pertanian strategis.
29. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Pangkal
Pinang
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Portensi sebagai areapengembangan tanamanperkebunan
30. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II Palu
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembanganpertanian setempat.
4. Portensi sebagai areapengembangan tanamanperkebunan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 39
31. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Gorontalo
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Portensi sebagai areapengembangan tanamanpangan dan perkebunan
32. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Kendari
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Portensi sebagai areapengembangan tanamanperkebunan
33. Balai Karantina
Pertanian
Kelas II
Ternate
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 40
4. Prov. Maluku Utaraberpotensi sebagai areapengembangan pertanianyang terbatas pada tanaman pangan dan hortikultura
34. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I Banda
Aceh
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. DI Aceh berpotensisebagai areapengembangan pertanianstrategis.
35. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I
Bengkulu
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Bengkulu berpotensisebagai areapengembangan pertanianstrategis
36. Stasiun
Karantina
Pertanian
Level 1 1. Fasilitas bangunanmemadai
2. Peralatan cukup3. Bahan kurang
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalam
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 41
Kelas I
Bandung
4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
jumlah, jenis dan frekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Jawa Baratberpotensi sebagai areapengembangan pertanianstrategis
37. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I
Entikong
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
5. Prov. Kalimantan Baratberpotensi sebagai area
38. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I
Samarinda
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Kalimantan Timurberpotensi sebagai area
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 42
pengembangan pertanian yang terbatas pada tanaman perkebunan
39. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I Cilacap
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Jawa Tengahberpotensi sebagai areapengembangan pertanianstrategis.
40. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I
Parepare
Level 2 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Kalimantan Timurberpotensi sebagai area
41. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I
Sumbawa
Besar
Level 1 1. Fasilitas bangunan belum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 43
MPOPTK non benih dalam jumlah, jenis dan frekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukan benih tergantung pada pengembangan pertanian setempat.
4. Prov. NTB berpotensisebagai areapengembangan pertanian,khususnya tanamanpangan dan perkebunan
42. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I Ambon
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Ambon berpotensisebagai areapengembanganpertanian, khususnyatanaman pangan danperkebunan
43. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I Timika
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Papua berpotensisebagai area
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 44
pengembangan pertanian strategis
44. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I Sorong
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Papua berpotensisebagai areapengembangan pertanianstrategis
45. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I Biak
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Papua berpotensisebagai areapengembangan pertanianstrategis
46. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I Tanjung
Balai Asahan
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan dan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 45
6. Belum diakreditasi atau pengeluaran MPOPTK non benih dalam jumlah, jenis dan frekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukan benih tergantung pada pengembangan pertanian setempat.
4. Prov. Sumatera Utaraberpotensi sebagai areapengembangan pertanianstrategis.
47. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas I
Merauke
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi sedang.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Papua berpotensisebagai areapengembangan pertanianstrategis.
48. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas II
Tanjung Balai
Karimun
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi rendah.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Riau Kepulauanberpotensi sebagai areapengembangan pertanianyang terbatas padatanaman perkebunan.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 46
49. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas II
Bangkalan
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 1 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi rendah.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Pulau Madura berpotensisebagai areapengembangan pertanianyang terbatas padatanaman pangan.
50. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas II
Mamuju
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi rendah.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Sulawei Baratberpotensi sebagai areapengembangan pertanianyang terbatas padatanaman pangan danperkebunan.
51. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas II Ende
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi rendah.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 47
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. NTT berpotensisebagai areapengembangan pertanianyang terbatas padatanaman pangan danperkebunan.
52. Stasiun
Karantina
Pertanian
Kelas II
Manokwari
Level 1 1. Fasilitas bangunanbelum memadai
2. Peralatan kurang3. Bahan kurang4. SDM kurang5. Fasilitas biosecurity
dan biosafety tidakmemadai
6. Belum diakreditasi
Level 2 1. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaranMPOPTK benih dalamjumlah, jenis danfrekuensi rendah.
2. Berpotensi sebagaitempat pemasukan danatau pengeluaran MPOPTK non benihdalam jumlah, jenis danfrekuensi rendah.
3. Kontinuitas pemasukanbenih tergantung padapengembangan pertaniansetempat.
4. Prov. Papua Baratberpotensi sebagai areapengembangan pertanianstrategis.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 48
BAB V
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
Memperhatikan derasnya pemasukan MPOPTK dari luar negeri ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat,
menuntut kesiapan laboratorium karantina tumbuhan yang memadai. Kesiapan tersebut
bertujuan agar upaya mencegah introduksi OPTK dan OPT asing bisa tercapai secara
maksimal. Kesiapan yang dikehendaki meliputi seluruh aspek yang memiliki
keterkaitan langsung terhadap kegiatan pengujian kesehatan MPOPTK, meliputi
fasilitas dan sarana serta sumber daya manusia dan dilakukan terhadap seluruh UPT.
Walaupun demikian, kebijakan yang diambil tetap konsisten dalam memperhatikan
risiko potensi introduksi OPTK khususnya kemungkinan introduksi OPTK melalui
pemasukan MPOPTK dari luar negeri.
Dengan ditetapkannya level laboratorium karantina tumbuhan maka
perencanaan pengembangan atau pembangunan laboratorium karantina tumbuhan
harus berpedoman pada level laboratorium UPT bersangkutan. PengKelasifikasian
laboratorium sebagaimana diuraikan dalam kajian ini tidak dimaksudkan untuk
mempersempit fungsi laboratorium suatu UPT melainkan upaya untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kinerja UPT disesuaikan dengan beban kerjanya. Hal ini harus
dipahami dengan benar, dan jika tidak maka dapat berpengaruh negative terhadap
kinerja petugas laboratorium bersangkutan. Dengan penetapan tersebut UPT
diharapkan tahu batas kewenangan dan rambu-rambu kegiatan laboratorium yang akan
dilaksanakan. PengKelasifikasian laboratorium ini tidaklah bersifat mutlak, karena
perkembangan teknologi dan tuntutan percepatan pelayanan akan memberi peluang
suatu UPT untuk dapat meningkatkan kelasnya sesuai kebutuhan.
Pembagian pemerintahan pusat kepada daerah-daerah (desentralisasi) yang
bergerak begitu agresif telah mempercapat proses pembangunan wilayah sampai ke
daerah-daerah terpencil. Pergeseran pembangunan yang demikian pesat seringkali
diikuti oleh kebijakan-kebijakan untuk mendorong dan mempertahankan kelangsungan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 49
pembangunan.Daerah-daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian harus diikuti
oleh pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang memadai baik untuk
keperluan transportasi antar daerah maupun ke pelabuhan-pelabuhan pengeluaran
dalam rangka ekspor komoditas pertanian. Karenanya kebijakan yang diterbitkan
langsung atau tidak langsung akan berdampak pada penyelenggaraan perkarantinaan
tumbuhan, khususnya kegiatan pengujian kesehatan tanaman dalam rangka sertifikasi
karantina tumbuhan. Pada Tabel 17 dicantumkan faktor-faktor yang menjadi kebijakan
Badan Karantina Pertanian dalam pengembangan laboratorium karantina tumbuhan.
Tabel 18. Kebijakatan Badan Karantina Pertanian terhadap pengembangan laboratorium
karantina tumbuhan
No. Faktor yang menjadi
fokus kebijakan Deskripsi kebijakan
1. Bangunan dan sarana
penunjang
Pembangunan atau pengembangan laboratorium harus disesuaikandengan risiko introduksi OPTK melalui pemasukan MPOPTK benihdan non benih, termasuk pemasukan MPOPTK antar area.
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati danBagian Perencanaan akan melakukan verifikasi sebelum pengajuananggaran
Peralatan yang sudah tidak bisa digunakan agar diperbaharui dandilakukan pemeliharaan sesuai spesifikasinya
2. Alat dan Bahan Pengadaannya harus disesuaikan dengan risiko introduksi OPTKmelalui pemasukan MPOPTK benih dan non benih, termasukpemasukan MPOPTK antar area
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati danBagian Perencanaan akan melakukan verifikasi sebelum pengajuananggaran
UPT harus melakukan analisis kebutuhan bahan uji agar sesuaidengan keperluan atau sekurang-kurangnya mendekati kebutuhan.
3. Sumber Daya Manusia Kantor pusat dan UPT bertanggung jawab terhadap peningkatandan pengembangan kompetensi SDM melalui kegiatanpelatihan/workshop, magang di dalam atau di luar negeri
Peningkatan dan pengembangan kompetensi melalui uji bandingdan atau uji profisiensi dilakukan oleh UPT
Peningkatan jumlah SDM menjadi tanggung jawab kantor pusat
Kaderisasi SDM di bidang laboratorium perlu dipersiapkan
4. Sistem Manajemen Mutu
Laboratorium
Laboratorium Level 4 wajib menerapkan sistem manajemen mutusesuai SNI ISO/IEC 17025:2008 dan wajib mengikuti akreditasi
Laboratorium Level 3 wajib menerapkan sistem manajemen mutusesuai SNI ISO/IEC 17025:2008 dan dapat mengikuti akreditasi
Laboratorium Level 2 dan Level 1 wajib menerapkan sistemmanajemen mutu sesuai SNI ISO/IEC 17025:2008 dan ataspertimbangan biaya, ruang lingkup dan risiko introduksi OPTKmaka tidak dianjurkan mengikuti akreditasi
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 50
5. Penerapan IT Pengembangan sistem manajemen laboratorium (SIMLAB) berbasisteknologi informasi menjadi tanggung jawab kantor pusat
Laboratorium karantina tumbuhan level 4 dan 3 diwajibkanmenggunakan SIMLAB apabila sudah diuji-coba dan diaplikasikan
Laboratorium karantina tumbuhan level 2 dan 1 dianjurkan dapatmenggunakan SIMLAB untuk menunjang kegiatan laboratorium
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 51
BAB VI
TATALAKSANA OPERASIONAL LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN
1. Tatalaksana Internal
1.1. Pendistribusian Sampel MPOPTK Untuk Pengujian
1.1.1. Pendistribusian sampel MPOPTK untuk keperluan pengujian
berpedoman pada sistem manajemen mutu masing-masing laboratorium
1.2. Pendokumentasian Sampel Arsip
1.2.1. Sampel MPOPTK/spesimen OPT/OPTK sisa pengujian dapat disimpan
sebagai sampel arsip untuk keperluan pengujian ulang jika diperlukan;
1.2.2. Identitas sampel MPOPTK/spesimen OPT/OPTK harus dicatat dan
dibukukan;
1.2.3. Sampel arsip atau spesimen OPT/OPTK dapat disimpan paling lama
untuk jangka waktu satu tahun atau menurut keperluan.
1.3. Penyampaian Hasil Pengujian
1.3.1 Analis mencatat hasil pengujian sampel MPOPTK/spesimen
OPT/OPTK;
1.3.2 Analis menyampaikan hasil pengujian sampel MPOPTK/spesimen
OPT/OPTK kepada Penanggungjawab Laboratorium sesuai kode sampel
yang diuji.
1.3.3 Penanggungjawab Laboratorium menerima dan menyampaikan hasil
pengujian kepada petugas yang ditunjuk untuk disampaikan kepada:
Pemilik MPOPTK atau UPT yang mengirimkan sampel
MPOPTK/spesimen OPT/OPTK melalui surat hasil pengujian yang
ditandatangani oleh Kepala UPT;
Koordinator jabatan fungsional atau ketua tim pemantauan
OPT/OPTK.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 52
1.4. Penanganan Sisa Sampel Uji
1.4.1. Sisa sampel MPOPTK/spesimen OPT/OPTK yang sudah tidak
diperlukan harus segera dimusnahkan;
1.4.2. Terhadap pemusnahan sampel MPOPTK atau spesimen OPT/OPTK
sebaiknya dibuat Berita Acara Pemusnahan atau Surat Keterangan
Pemusnahan yang ditandatangani oleh penanggungjawab laboratorium
dan beberapa orang saksi.
2. Tatalaksana Antar Laboratorium Karantina Tumbuhan
2.1. Jenis Pengujian
2.1.1. Setiap laboratorium karantina tumbuhan dapat membangun kerjasama
melalui jejaring kerjasama antar laboratorium karantina tumbuhan;
2.1.2. Jejaring kerjasama laboratorium sebagaimana dimaksud pada angka
2.1.1 meliputi kegiatan-kegiatan antara lain: pelatihan/magang, uji
profisiensi, uji konfirmasi, uji banding dan uji rujukan, uji bersama.
catatan: uji rujukan sebaiknya mengacu ke laboratorium yang lebih tinggi
kompetensinya
2.2. Pengiriman sampel MPOPTK/spesimen OPT/OPTK dari UPT ke
laboratorium UPT lain atau ke laboratorium rujukan
1.2.1 Sampel MPOPTK/spesimen OPT/OPTK yang dikirim oleh UPT ke
laboratorium UPT lain atau ke labaratorium rujukan dapat melalui
Perusahaan Jasa Kiriman pos atau dibawa sendiri;
1.2.2 Sampel MPOPTK/spesimen OPT/OPTK harus dikemas dengan baik
(kuat dan aman) untuk menghindari kontaminasi dan penyebaran OPTK
selama dalam perjalanan;
1.2.3 Sampel MPOPTK/spesimen OPT/OPTK dialamatkan kepada
UPT/Laboratorium Rujukan dengan mencantumkan alamat dan
keterangan yang jelas.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 53
2.3. Pengiriman Hasil Pengujian dari UPT tempat pengujian atau dari
Laboratorium Rujukan ke UPT pemohon
2.3.1. Hasil pengujian MPOPTK atau spesimen OPT/OPTK disampaikan oleh
UPT pelaksana pengujian atau laboratorium rujukan harus melalui surat
resmi yang ditandatangani oleh kepala UPT atau kepala UPT
laboratorium rujukan;
2.3.2. Hasil pengujian harus disampaikan kepada UPT pemohon paling lama
dua hari setelah selesai dilakukan pengujian;
2.3.3. Hasil pengujian dapat dikirim oleh UPT pelaksana pengujian atau
laboratorium rujukan menggunakan perusahaan jasa kiriman pos atau
melalui surat elektronik;
2.3.4. Tindak lanjut hasil pengujian menjadi tanggung jawab UPT Pemohon
pengujian atau UPT tempat pemasukan.
3. Jejaring Kerja dengan Laboratorium di luar Instansi Karantina Tumbuhan
3.1 Untuk meningkatkan kompetensi dibidang deteksi dan identifikasi OPT/OPTK,
laboratorium karantina tumbuhan dapat menjalin jejaring kerjasama dengan
laboratorium instansi di luar Badan Karantina Pertanian;
3.2 Jejaring kerjasama dibangun melalui surat resmi atau nota kesepahaman
antara kepala instansi dengan kepala Badan Karantina Pertanian;
3.3 Jejaring kerjasama yang dimaksud pada butir 3.1 dan 3.2 hanya dibatasi secara
nasional;
3.4 Jejaring kerjasama mencakup kegiatan-kegiatan, antara lain: uji profisiensi, uji
banding, uji konfirmasi, sub kontrak pengujian MPOPTK, pengembangan dan
validasi metode uji, pelatihan/ training atau magang.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 54
LAMPIRAN
METODE UJI LABORATORIUM
KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI
Saat Ini Yang Diharapkan
1 EKSPOR Balai Besar Karantina Pertanian Belawan AKAR KELAPA SAWIT\ Level 3 (+) Level 4
AKAR MURBEI\
AMPAS SAWIT\
ARANG\
ASAM JAWA\
ASAM KERANJI\
BAMBU\
BENIH KUBIS\
BIBIT BUNGA KAMBOJA\
BIBIT NIPAH\
BUAH ASAM\
BUAH MANGGIS\
BUAH PEPAYA\
BUAH SIRSAK\
BUNGKIL JAGUNG\
BUNGKIL KELAPA\
CENGKEH\
DAMAR BATU\
DAUN SEGAR\
DEDAK\
GAMBIR\
GETAH DAMAR\
GETAH PINUS\
JAHE\
KAKAO BIJI\
Kakao Cake\
KAKAO PASTA\
KAPULAGA\
KARET LEMBARAN\
KARET LEMBARAN\
KARET LEMPENGAN\
KARUNG GONI\
KAYU DURIAN\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU KARET\
KAYU LAPIS\
KAYU MANIS\
KAYU MERANTI\
KAYU OLAHAN\
KELAPA PARUT\
KELAPA SERABUT\
KEMENYAN\
KEMIRI\
KOPI BIJI\
KULIT KAYU MANIS\
MINYAK SAWIT\
PINANG BIJI\
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Lab. PSAT sudah
ada, Pengujian
terkait metode yang
canggih (teknologi
tinggi) tidak ada
keterangan
UPTKEGNO.
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 55
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
SAPU LIDI\
SAYURAN KUBIS\
SAYURAN SEGAR\
TEH\
TEMBAKAU DAUN\
TEMBAKAU KERING\
TEMULAWAK\
TEPUNG BATOK\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG SABUT KELAPA\
TEPUNG SAGU\
TEPUNG TERIGU\
UBI JALAR\
UBI KAYU BEKU\
WOOD FLOORING\
IMPOR Balai Besar Karantina Pertanian Belawan BAHAN BAKU LAIN\
BAMBU\
BAWANG BOMBAI\
BAWANG PUTIH\
BENIH CINAMMON BASIL\
BENIH KETUMBAR\
BENIH TANAMAN PENUTUP\
BERAS\
BUAH ANGGUR\
BUAH APEL\
BUAH JERUK LEMON\
BUAH JERUK MANDARIN\
BUAH JERUK MANIS\
BUAH JERUK\
BUAH KELENGKENG\
BUAH KIWI\
BUAH KORMA\
BUAH LECI\
BUAH NAGA\
BUAH PIR\
BUAH-BUAHAN\
BUNGKIL BIJI KUBIS\
BUNGKIL JAGUNG\
BUNGKIL KEDELAI\
BUNGKIL TEAH\
CABE KERING\
CABE MERAH\
DEDAK GANDUM\
DRAGON FRUIT\
EUCALYPTUS SAWN TIMBER\
GANDUM BIJI\
GONI KARUNG\
JAGUNG\
JAMUR\
JINTAN\
JUTE\
KACANG COKLAT\
KACANG HIJAU\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Lab. PSAT sudah
ada, Pengujian
terkait metode yang
canggih (teknologi
tinggi) tidak ada
keterangan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 56
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KACANG KAPRI\
KACANG KARA\
KACANG MATPEL\
KACANG MERAH\
KACANG TANAH\
KARET LEMBARAN\
KARUNG GONI\
KAYU BEECH\
KAYU IROKO\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU KARET\
KAYU LAPIS\
KAYU MERANTI\
KAYU OAK MERAH\
KAYU OAK PUTIH\
KAYU OLAHAN\
KAYU PAPAN\
KAYU PINUS\
KAYU VENEER\
KEDELAI\
KEDELAI\
KEDELAI\
KETUMBAR\
MAKANAN BURUNG KENARI\
MILLET\
MINYAK KEDELAI\
PERABOTAN KAYU\
POPCORN\
RAGI\
RAPE SEED MEAL\
SAPU LIDI\
TANAMAN PENUTUP TANAH\
TAPIOKA\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG KENTANG\
TEPUNG PATI JAGUNG\
TEPUNG TERIGU\
WALNUT\
WHEAT GLUTEN\
WIJEN\
WOOD FLOORING\
YELLOW MAIZE\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Lab. PSAT sudah
ada, Pengujian
terkait metode yang
canggih (teknologi
tinggi) tidak ada
keterangan
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 57
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
2 EKSPOR Balai Besar Karantina Pertanian Makassar BUAH MARKISA\ Level 3 (+) Level 4
CARRAGEENAN POWDER\
CINCAU HITAM\
DEDAK GANDUM\
GANDUM BIJI\
GANITRI\
GETAH DAMAR\
GETAH PINUS\
JENITRI\
KACANG MEDE\
KAKAO BIJI\
KAKAO BUBUK\
KAKAO CAIR\
Kakao Cake\
KAKAO PASTA\
Kakao Residu\
KAKAO SHELL\
KARET LEMPENGAN\
KELAPA BULAT\
KELOR\
KEMIRI\
KOPI BIJI\
KUNYIT\
RUMPUT LAUT\
TEPUNG TERIGU\
TERUNG ASINAN\
WHEAT GLUTEN\
KAKAO BIJI\
BUNGKIL KEDELAI\
GANDUM BIJI\
KAKAO BIJI\
KARUNG GONI\
3 EKSPOR Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta AKAR PASAK BUMI\ Level 4 (-) Level 4
ALMON\
ANUBIAS SP\
BAHAN BAKU LAIN\
BAHAN CAMPURAN\
BAHAN JAMU-JAMUAN\
BENIH BAYAM\
BENIH BUNGA ASTER\
BENIH EUPHORBIA\
BENIH KEDELAI\
BENIH KETIMUN\
BENIH LABU\
BENIH PADI\
BIBIT AGAPANTHUS\
BIBIT AGLAONEMA\
BIBIT ANIGOZANTHOS\
BIBIT BOUGENFIL\
BIBIT BUNGA MELATI\
BIBIT GERBERA\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 58
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
BIBIT KRISAN\
BIBIT LOMANDRA\
BIBIT MAHONI\
BIBIT PHALAENOPSIS\
BIBIT SAINTPAULIA\
BIBIT TANAMAN AQUARIUM\
BIBIT TANAMAN BUAH\
BUAH JAMBU\
BUAH MANGGA\
BUAH MANGGIS\
BUAH MELON\
BUAH NANAS\
BUAH RAMBUTAN\
BUAH SALAK\
BUAH SAWO\
BUAH SEMANGKA\
BUAH SIRSAK\
BUAH STRAWBERRY\
BUAH-BUAHAN\
BUMBU MACAM-MACAM\
BUNGA ANTHURIUM\
BUNGA GLADIOL\
BUNGA KRISAN\
BUNGA MAWAR\
BUNGA MELATI SEGAR\
BUNGA PALA\
CABOMBA\
CENGKEH\
CRYPTOCORINE\
DAUN KETEPENG\
DAUN PAKIS\
DRACAENA\
GAHARU\
JAHE\
JAMUR\
JAVA FERN-REAL FORM\
JENETRI\
KACANG HIJAU\
KAKAO BUBUK\
KAYU MANIS\
KAYU OLAHAN\
KAYU WANGE\
KAYU WANGE\
KENTANG KONSUMSI\
KETAPANG BIJI\
KOPI BIJI\
KOPI INSTAN\
LAIN-LAIN\
LOBELIA\
MAKANAN BURUNG KENARI\
ORNAMETAL PLANTS\
PACHIRA\
PALA BIJI\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 59
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
PALA BUBUK\
PETAI\
REMPAH-REMPAH\
Sawit (Cangkang)\
SAYURAN BUNCIS\
SAYURAN SEGAR\
SELADA AIR\
TANAMAN AQUARIUM\
TANAMAN PENUTUP TANAH\
TEH\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG SABUT KELAPA\
UBI JALAR\
VANILI\
IMPOR Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta ALFALFA\
APRICOT\
ASPARAGUS\
BAHAN BAKU LAIN\
BENIH BUNGA KOL\
BENIH CABE\
BENIH EUCALYPTUS\
BENIH KARET\
BENIH MUCUNA\
BERAS\
BIBIT AGAPANTHUS\
BIBIT AGLAONEMA\
BIBIT AKASIA\
BIBIT ANGGREK BULAN\
BIBIT ANGGREK DENDROBIUM\
BIBIT ANGREK PHALAENOPSIS\
BIBIT BROKOLI\
BIBIT DENDROBIUM\
BIBIT JAGUNG\
BIBIT LILIUM\
BIBIT PHALAENOPSIS\
BIBIT PISANG\
BIBIT STRAWBERRY\
BIBIT TANAMAN HIAS\
BUAH ALPUKAT\
BUAH BLUEBERRY\
BUAH CERI\
BUAH JAMBU AIR\
BUAH JAMBU\
BUAH KIWI\
BUAH KORMA\
BUAH PERSIK\
BUAH PIR\
BUAH PLUM\
BUAH RAMBUTAN\
BUAH STRAWBERRY\
BUBUK KUNYIT\
BUBUK REMPAH\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 60
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
BUNGA ANGGREK DENDROBIUM\
BUNGA BRASSICA\
BUNGA CYMBIDIUM\
BUNGA GYPSOPHILLA\
BUNGA KRISAN\
BUNGA LILI\
BUNGA LIMONIUM\
BUNGA LISIANTHUS\
BUNGA MAWAR\
BUNGA PEACH HAKEA\
BUNGA POTONG SEGAR\
BUNGA TULIP\
CELERY\
DEDAK GANDUM\
DELIMA\
DRAGON FRUIT\
ECHINODORUS\
GARLIC POWDER\
JAGUNG MANIS\
JAGUNG\
JAMUR\
JINTAN\
KAKAO BIJI\
KAPAS SERAT\
KARET LEMBARAN\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU OAK PUTIH\
KAYU OLAHAN\
KAYU POPLAR KERING\
KAYU ROSEWOOD\
KAYU VENEER\
KERAJINAN TANGAN\
KOPI BIJI\
KOPI BUBUK\
LADA BUBUK\
MAKANAN KERING\
PALA BIJI\
PERABOTAN KAYU\
PERSIMMON, Fresh\
REMPAH-REMPAH\
ROTAN\
SAYURAN LABU\
SELADA\
SELEDRI SEGAR\
SERAT PISANG\
TANAMAN KERING\
TEH\
TEMBAKAU DAUN\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG BERAS\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG KENTANG\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 61
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
TOMAT\
WALUH\
WOOD FLOORING\
4 EKSPOR Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya AGAR LAUT\ Level 3 (+) Level 4
AKAR PASAK BUMI\
ALANG-ALANG\
AMPAS SAWIT\
ASAM JAWA\
BAHAN BAKU LAIN\
BAHAN CAMPURAN\
BAHAN KEMAS\
BAMBU\
BENIH BUNGA BALSAMINA\
BENIH CABE\
BENIH KANGKUNG\
BENIH KELAPA SAWIT\
BENIH KETIMUN\
BENIH LABU\
BENIH MELON\
BENIH PADI\
BENIH PARIA\
BENIH RUMPUT\
BENIH SEMANGKA\
BENIH TOMAT\
BERAS\
BIBIT ALANG-ALANG\
BIBIT BUNGA KAMBOJA\
BIBIT JAGUNG\
BIBIT MAHONI\
BIBIT MAHONI\
BIBIT PALM RAPHIS\
BIBIT SAWI\
BIBIT TANAMAN HIAS\
BIJI KAPAS\
BUAH ASAM\
BUAH BEKU\
BUAH MANGGIS\
BUAH MELON\
BUAH NANAS\
BUAH PISANG\
BUAH SEMANGKA\
BUBUK MOSTER\
BUMBU MACAM-MACAM\
BUNGA MACE PAPUA\
BUNGA PALA\
BUNGA SEACREST\
BUNGKIL JAGUNG\
BUNGKIL KELAPA\
CABE JAMU\
CENGKEH\
CENGKEH\
CINCAU HITAM\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 62
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
DAMAR BATU\
DAUN CHIC\
DAUN CINCAU\
DAUN NILAM\
DAUN SINGKONG\
ECHINODORUS\
GETAH DAMAR\
GETAH JERNANG\
GETAH PINUS\
GULA TEBU\
ILES-ILES\
JAGUNG BIJI\
JAGUNG CANTEL\
JAGUNG MANIS\
JAGUNG\
JAHE\
JAMUR KUPING\
JAMUR\
JENETRI\
KACANG HIJAU\
KACANG KEDELAI\
KACANG MEDE\
KACANG PANJANG\
KACANG TANAH\
KAKAO BIJI\
KAKAO CAIR\
Kakao Cake\
KAKAO SHELL\
KAPAS SERAT\
KAPUK\
KAPULAGA\
KARET LEMBARAN\
KARUNG GONI\
Kayu Akasia\
KAYU ALBASIA\
KAYU BALAU\
KAYU BASS\
KAYU EBONY\
KAYU GAHARU\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU JATI\
KAYU KARET\
KAYU KRUING\
KAYU LAPIS\
KAYU MANIS\
KAYU MERANTI\
KAYU MERBAU\
KAYU MERBAU\
KAYU MERBAU\
KAYU NYATOH\
KAYU OLAHAN\
KAYU SENGON\
KAYU VENEER\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 63
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KEDELAI\
KELAPA PARUT\
KELAPA SERABUT\
KEMIRI\
KERAJINAN TANGAN\
KETUMBAR\
KOPI BIJI\
KOPI BUBUK\
KOPI INSTAN\
KOPRA\
KULIT KAYU GEMBOR\
KULIT KAYU MANIS\
KUNYIT\
LADA BIJI\
LAIN-LAIN\
LENGKUAS\
MAKANAN BURUNG KENARI\
MAKANAN KERING\
MAOULDING\
MATOA\
MEDE BIJI\
MEDIA TANAMAN\
MINYAK KELAPA MENTAH\
MINYAK KELAPA\
MINYAK SAWIT MENTAH\
MINYAK SAWIT\
MINYAK SAYUR\
OKRA\
PAKAN TERNAK\
PAKIS\
PALA BIJI\
PALA BUBUK\
PALM KERNEL MEAL\
PALM KERNEL OIL\
PALM KERNEL OLEIN\
PALM KERNEL STEARIN\
PAPRIKA\
PERABOTAN KAYU\
PETAI\
PINANG BIJI\
ROCK MELON\
ROTAN\
RUMPUT LAUT\
SAPU LIDI\
SAYURAN BEKU\
SAYURAN KAPRI\
SAYURAN KUBIS\
SAYURAN SEGAR\
SEMBAKO\
SERAT ABAKA\
SINGKONG IRIS BEKU\
SNOW PEA SPROUTS\
TANAMAN AQUARIUM\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 64
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
TANAMAN KERING\
TAPE UBI BEKU\
TAPIOKA\
TEH\
TEMBAKAU DAUN\
TEMBAKAU KERING\
TEMULAWAK\
TEPUNG AGAR\
TEPUNG BERAS\
TEPUNG GANDUM\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG ONGGOK\
TEPUNG SABUT KELAPA\
TEPUNG TAPIOKA\
TEPUNG TERIGU\
UBI JALAR\
UBI KAYU BEKU\
VANILI\
WOOD FLOORING\
YOUNG COCONUT\
IMPOR Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya ADAS PEDAS\
ASAM JAWA\
BAHAN CAMPURAN\
BAHAN JAMU-JAMUAN\
BAHAN KEMAS\
BAMBU\
BARLEI\
BAWANG BOMBAI\
BAWANG DAUN\
BAWANG MERAH\
BAWANG PUTIH\
BENIH BUNGA KOL\
BENIH CABE\
BENIH KANGKUNG\
BENIH KUBIS\
BENIH MELON\
BENIH PADI\
BENIH SAWI\
BENIH SAYURAN (CAMPURAN)\
BENIH SELEDRI\
BERAS KETAN\
BERAS\
BIBIT ANGGREK BULAN\
BIBIT BEGONIA\
BIBIT JAGUNG\
BIBIT LILIUM\
BIBIT TANAMAN HIAS\
BIJI LENA\
BUAH ANGGUR\
BUAH APEL\
BUAH CRANBERRY\
BUAH JERUK LEMON\
BUAH JERUK MANDARIN\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 65
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
BUAH JERUK\
BUAH KIWI\
BUAH KORMA\
BUAH LECI\
BUAH MANGGA\
BUAH NAGA\
BUAH PIR\
BUAH PIR\
BUAH PISANG\
BUAH STRAWBERRY\
BUAH-BUAHAN\
BUNGA MATAHARI\
BUNGKIL BIJI KUBIS\
BUNGKIL JAGUNG\
BUNGKIL KEDELAI\
BUNGKIL TEAH\
CABE GILING\
CABE KERING\
CELERY\
DEDAK GANDUM\
DELIMA\
DRAGON FRUIT\
GANDUM BIJI\
GARLIC POWDER\
JAGUNG\
JAHE\
JAMUR KERING\
JINTAN\
KACANG BABI\
KACANG COKLAT\
KACANG HIJAU\
KACANG KAPRI\
KACANG KARA\
KACANG MATPEL\
KACANG MEDE\
KACANG MERAH\
KACANG OTOK\
KACANG TANAH\
KACANG TANAH\
KAKAO BIJI\
KAPAS SERAT\
KARET LEMBARAN\
KARUNG GONI\
KAYU ALDER\
KAYU BASS\
KAYU BEECH\
KAYU CEDAR\
KAYU CHERRY\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU JATI\
KAYU KARET\
KAYU LAPIS\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 66
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KAYU LAPIS\
KAYU MAPLE\
KAYU OAK MERAH\
KAYU OAK PUTIH\
KAYU OLAHAN\
KAYU PAKING\
KAYU PAKING\
KAYU PINUS\
KAYU POPLAR KERING\
KAYU POPLAR\
KAYU SPRUCE\
KAYU VENEER\
KAYU WALNUT\
KETUMBAR\
KISMIS\
KOPI BIJI\
LADA BIJI\
LADA BIJI\
LIMBAH KAPAS\
LUMUT\
MAJAKANI\
MAKANAN BURUNG KENARI\
MEDIA TANAMAN\
MILLET\
MINYAK KEDELAI\
NIGER BIJI\
OATS\
ONION POWDER\
PAKAN BURUNG\
PALLET\
PERABOTAN KAYU\
SAYURAN WORTEL\
SELADA\
SISAL\
TANAMAN KERING\
TAPIOKA\
TEMBAKAU DAUN\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG GANDUM\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG KANOLA\
TEPUNG KENTANG\
TEPUNG PATI JAGUNG\
TEPUNG TERIGU\
WHEAT GLUTEN\
WHEAT POLLARD\
WHITE BROOMCORN MILLET\
WIJEN\
YELLOW MAIZE\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 67
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
5 EKSPOR Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok AGAR LAUT\ Level 3 (+) Level 4
AGAR-AGAR\
AKAR PAKIS\
AKAR PASAK BUMI\
AMPAS SAWIT\
ARANG\
ASAM JAWA\
BAHAN BAKU LAIN\
BAHAN CAMPURAN\
BAHAN JAMU-JAMUAN\
BAHAN KEMAS\
BAMBU\
BENIH CABE\
BENIH KARET\
BENIH LABU\
BENIH PALEM EKOR TUPAI\
BENIH PALEM\
BENIH TOMAT\
BERAS KETAN\
BERAS\
BIBIT MAHONI\
BIBIT TANAMAN HIAS\
BUAH JAMBU\
BUAH JERUK NIPIS\
BUAH MANGGIS\
BUAH PEPAYA\
BUAH SALAK\
BUBUK REMPAH\
BUMBU MACAM-MACAM\
BUNGA KERING\
BUNGA KERTAS\
BUNGA MACE PAPUA\
BUNGKIL KELAPA\
CABE MERAH\
CABE\
CENGKEH\
CINCAU HITAM\
DAUN CINCAU\
DAUN PAKIS\
DEDAK GANDUM\
GAHARU\
GETAH DAMAR\
GETAH PINUS\
HERBARIUM\
HYDROGENATE PALM KERNEL OLEIN\
IJUK\
JAGUNG MANIS\
JAHE\
JENITRI\
KACANG HIJAU\
KAKAO BUBUK\
Kakao Cake\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 68
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KAKAO PASTA\
KAPAS SERAT\
KAPULAGA\
KARET LEMBARAN\
KARET LEMPENGAN\
KAYU ALBASIA\
KAYU GAHARU\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU JATI\
KAYU KARET\
KAYU LAPIS\
KAYU MANIS\
KAYU MERBAU\
KAYU OLAHAN\
KAYU PALLET\
KAYU PINUS\
KAYU SENGON\
KELAPA BULAT\
KELAPA PARUT\
KELAPA SERABUT\
KEMENYAN\
KEMIRI\
KERAJINAN TANGAN\
KLERAK\
KOLANG-KALING\
KOPI BIJI\
KOPI BUBUK\
KOPI INSTAN\
KOPRA\
KULIT KAYU MANIS\
KULIT KAYU SERBUK\
KUMIS KUCING\
LADA BIJI\
LAIN-LAIN\
MAKANAN KERING\
MEDIA TANAM/SERBUK KELAPA\
MENGKUDU\
MIE\
MINYAK KELAPA MENTAH\
MINYAK SAWIT\
MINYAK SAYUR\
ORNAMETAL PLANTS\
PALA BIJI\
PALA BUBUK\
PALM KERNEL OIL\
PANDAN\
PEAT\
PERABOTAN KAYU\
PINANG BIJI\
RBD PALM STEARIN\
REMPAH-REMPAH\
ROTAN\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 69
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
ROTAN\
RUMPUT LAUT\
SANTAN KELAPA\
Sawit (Cangkang)\
TAPIOKA\
TEH\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG GANDUM\
TEPUNG ONGGOK\
TEPUNG TAPIOKA\
TEPUNG TERIGU\
VANILI\
IMPOR Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok ALMON\
ASAM JAWA\
BAHAN BAKU LAIN\
BAHAN CAMPURAN\
BAHAN JAMU-JAMUAN\
BAHAN KEMAS\
BAMBU\
BARLEI\
BAWANG BOMBAI\
BAWANG DAUN\
BAWANG MERAH\
BAWANG PUTIH\
BENIH KANGKUNG\
BENIH KARET\
BENIH PADI\
BENIH PARIA\
BENIH RUMPUT\
BENIH SAWI\
BENIH SAYURAN (CAMPURAN)\
BENIH TANAMAN PENUTUP\
BERAS KETAN\
BERAS\
BIBIT BAWANG MERAH\
BIBIT JAGUNG\
BIBIT LILIUM\
BIBIT TANAMAN HIAS\
BIJI BUNGA MATAHARI\
BIJI HAZEL\
BUAH ANGGUR\
BUAH APEL\
BUAH CERI\
BUAH DURIAN\
BUAH JERUK KEPROK\
BUAH JERUK KINO\
BUAH JERUK LEMON\
BUAH JERUK MANDARIN\
BUAH JERUK MANIS\
BUAH JERUK\
BUAH KELENGKENG\
BUAH KISMIS KERING\
BUAH KIWI\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 70
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
BUAH KORMA\
BUAH NAGA\
BUAH PIR\
BUAH PISANG\
BUBUK GANDUM\
BUBUK JAGUNG\
BUBUK JAHE\
BUBUK REMPAH\
BUMBU MACAM-MACAM\
BUNGA ILEX\
BUNGA KRISAN\
BUNGA LILI\
BUNGA SEDAP MALAM\
BUNGKIL BIJI KUBIS\
BUNGKIL JAGUNG\
BUNGKIL KEDELAI\
BUNGKIL TEAH\
CABE GILING\
CABE KERING\
CABE MERAH\
CELERY\
CHAISIM\
CHIVES KERING\
DAUN SENA\
DRAGON FRUIT\
EUCALYPTUS SAWN TIMBER\
GAMBUT\
GANDUM BIJI\
GARLIC POWDER\
GINSENG INDONESIA\
HERBARIUM\
IJUK\
JAGUNG BEKU\
JAGUNG BIJI\
JAGUNG MANIS\
JAGUNG PATI\
JAGUNG\
JAHE\
JAMUR CINA\
JAMUR KERING\
JINTAN\
JUTE\
KACANG BABI\
KACANG COKLAT\
KACANG HIJAU\
KACANG INDIA\
KACANG KAPRI\
KACANG KARA\
KACANG KAROB\
KACANG KEDELAI\
KACANG KUNING\
KACANG MATPEL\
KACANG MEDE\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 71
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KACANG MERAH\
KACANG TANAH\
KAKAO BIJI\
KAKAO PASTA\
KAPAS SERAT\
KARET LEMBARAN\
KARUNG GONI\
KAYU ALDER\
KAYU BEECH\
KAYU CEDAR\
KAYU DOSSIE\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU IROKO\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU LAPIS\
KAYU MANIS\
KAYU MERANTI\
KAYU OAK MERAH\
KAYU OAK PUTIH\
KAYU OLAHAN\
KAYU PAPAN\
KAYU PINUS\
KAYU SPRUCE\
KAYU VENEER\
KEDELAI\
KELAPA PARUT\
KENTANG IRIS BEKU\
KENTANG\
KETUMBAR\
KISMIS\
KOPI BIJI\
KOPI BUBUK\
KOPI INSTAN\
KULIT KAYU SERBUK\
KULIT KINA\
LADA BUBUK\
LAIN-LAIN\
LOBAK BUNGKIL\
MAJAKANI\
MAKADAMIA\
MAKANAN BURUNG KENARI\
MAKANAN KERING\
MAKANAN KERING\
MAKANAN KERING\
MAKANAN KUDA\
MILLET\
NIGER BIJI\
OATS\
ONION POWDER\
OREGANO\
PALLET\
PAPRIKA\
PEAT\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 72
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
PERABOTAN KAYU\
PERSIMMON, Fresh\
PISTACHIO\
POPCORN\
PRODUK PASTA\
RAGI\
RAPE SEED MEAL\
REMPAH-REMPAH\
SANTAN KELAPA\
SAYURAN BAYAM BEKU\
SAYURAN BAYAM\
SAYURAN BEKU\
SAYURAN BROKOLI\
SAYURAN BUNCIS\
SAYURAN KUBIS\
SAYURAN SAWI\
SAYURAN SEGAR\
SAYURAN WORTEL\
SELDERI KERING\
SELEDRI SEGAR\
TAPIOKA\
TEH\
TEMBAKAU KERING\
TEMULAWAK\
TEPUNG GANDUM\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG KANOLA\
TEPUNG KENTANG\
TEPUNG PATI JAGUNG\
TEPUNG TAPIOKA\
TEPUNG TERIGU\
TOMAT\
VANILI\
WALNUT\
WHEAT GLUTEN\
WIJEN\
WOOD FLOORING\
YELLOW MAIZE\
YOUNG COCONUT\
6 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan Kayu Akasia\ Level 2 (+) Level 3
KAYU LAPIS\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan PETI KAYU\
7 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar
Lampung
AMPAS KULIT NANAS\ Level 2 Level 3
AMPAS SAWIT\
Ampas Tebu\
ARANG BATOK KELAPA\
BUAH PISANG\
BUAH PISANG\
BUBUK LAOS\
CABE JAMU\
DAUN SAWIT\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sudah ada lab.
PSAT
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 73
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
DAUN TEBU\
JAGUNG BIJI\
JAHE\
KAKAO BIJI\
Kakao Residu\
KARET LEMBARAN\
KARUNG GONI\
KAYU KARET\
KAYU MANIS\
KAYU OLAHAN\
KELAPA BULAT\
KELAPA PARUT\
KELAPA SERABUT\
KELAPA SERABUT\
KOPI BIJI\
KOPI BIJI\
KOPI BUBUK\
KOPI LUWAK\
KOPRA\
LADA BIJI\
MINYAK SAWIT MENTAH\
NENAS CAIR\
NENAS IRISAN\
NENAS SIRUP\
PALM KERNEL MEAL\
PINANG BIJI\
RUMPUT GAJAH KERING\
SABUT KELAPA\
Sawit (Cangkang)\
TAPIOKA\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung BERAS MENIR\
BERAS\
BUNGKIL BIJI KUBIS\
BUNGKIL BIJI TEH\
BUNGKIL KEDELAI\
JAGUNG BIJI\
KACANG TANAH\
KARUNG GONI\
KEDELAI\
KOPI BIJI\
LADA BIJI\
PAKAN TERNAK\
PALA BIJI\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG KENTANG\
TEPUNG PATI JAGUNG\
TEPUNG TERIGU\
8 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin AMPAS SAWIT\ Level 2 (-) Level 3
BAHAN BAKU LAIN\
BAHAN KEMAS\
BUNGA CANDLES\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Dari data yang
diperoleh tidak ada
target pengujian
yang menggunakan
metode serologi, dan
target OPTk terbatas
pada serangga dan
cendawanPedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 74
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KARET LEMPENGAN\
KAYU BALAU\
KAYU LAPIS\
KAYU MERANTI\
KAYU OAK PUTIH\
KAYU OLAHAN\
KAYU RAMIN\
PALLET\
PALM KERNEL MEAL\
PALM KERNEL OIL\
RBD PALM STEARIN\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin KAYU BIRCH\ Bungkil Kelapa sawit FOX elaidis Blotter Test
KAYU OAK MERAH\ Buah-buahan Ceratitis capitata DI
KAYU OAK PUTIH\ Anastrepa fraterculus DI
KAYU OLAHAN\ Bactrocera occipitalis DI
TEPUNG INDUSTRI\
9 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam ARANG\ Level 1 Level 2
GETAH JERNANG\
KAKAO BUBUK\
Kakao Cake\
KAKAO PASTA\
KAKAO SHELL\
KELAPA BULAT\
MINYAK SAWIT\
RBD PALM STEARIN\
RUMPUT LAUT SARGASUM\
RUMPUT LAUT\
TEPUNG KENTANG\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam AMPAS KELAPA\ Kelapa Sawit Phytium myriotylum Blotter Test
BAWANG BOMBAI\ Kayu Chrysomphalus aonidum DI
BAWANG MERAH\ Ampas buah Ambypelta cocophaga DI
BAWANG PUTIH\ Kacang-kacangan Trogoderma granarium DI
BUAH APEL\ Serangga Gudang DI
BUAH KORMA\ Sayur-sayuran Serangga dan Nematoda DI
BUAH PIR\
BUNGKIL KEDELAI\
CABE KERING\
JAGUNG MANIS\
JAGUNG\
KACANG HIJAU\
KACANG TANAH\
KACANG TANAH\
KAKAO BIJI\
KARET LEMBARAN\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU LAPIS\
KAYU OLAHAN\
KAYU PAKING\
KAYU PALLET\
KAYU PAPAN\
KEDELAI\
KELAPA BUNGKIL\
KENTANG KONSUMSI\
Dari data yang
diperoleh tidak ada
target pengujian
yang menggunakan
metode serologi, dan
target OPTk terbatas
pada serangga dan
cendawan
Level sesuai
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 75
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KENTANG\
LOTUS ROOTS\
PALLET\
PURUN TIKUS\
SAYURAN BROKOLI\
SAYURAN KAILAN\
SAYURAN KUBIS\
SAYURAN KUBIS\
SAYURAN SAWI\
SAYURAN SEGAR\
SAYURAN WORTEL\
SELADA\
TEMBAKAU DAUN\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG TERIGU\
UMBI WATER CHESTNUT\
10 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar ALANG-ALANG\ Level 2 (+) Level 3
ASAM JAWA\
BAMBU\
BIBIT ALANG-ALANG\
BIBIT CENDANA\
BIBIT MAHONI\
BUAH ANGGUR\
BUAH MANGGIS\
BUAH RAMBUTAN\
BUAH SALAK\
BUAH STRAWBERRY\
BUMBU MACAM-MACAM\
BUNGA ANGGREK DENDROBIUM\
BUNGA KRISAN\
BUNGA MAWAR\
BUNGA POTONG SEGAR\
BUNGKIL KELAPA\
KACANG KEDELAI\
KAKAO BIJI\
KAKAO BUBUK\
KAKAO PASTA\
KAYU ALBASIA\
KAYU BANGKIRAI\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU JATI\
KAYU MERBAU\
KAYU OLAHAN\
KAYU PAKING\
KAYU SENGON\
KELAPA BULAT\
KERAJINAN TANGAN\
KOPI BIJI\
LIDAH BUAYA\
PERABOT ROTAN\
PLUMERIA\
ROTAN\
Level sesuai
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 76
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
SIRIH\
VANILI\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar BAHAN BAKU LAIN\
BAHAN KEMAS\
BIJI HAZEL\
BIJI LENA\
BUAH APEL\
BUAH CEMPEDAK\
BUAH LONTAR\
DAUN NILAM\
HOP\
JINTAN\
KAVA\
KAYU PALLET\
KELAPA TEMPURUNG\
LUPIN BIJI\
MINYAK NILAM\
OATS\
PERABOTAN KAYU\
TEH\
TEPUNG GANDUM\
TEPUNG JAGUNG\
10 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi DAMAR BATU\ Level 2 (+) Level 3
GETAH DAMAR\
GONI KARUNG\
KARET LEMPENGAN\
KAYU KEMPAS\
KAYU LAPIS\
KAYU MERANTI\
KAYU OLAHAN\
KOPI BIJI\
MEDIA TANAMAN\
MINYAK KELAPA MENTAH\
PINANG BIJI\
Sawit (Cangkang)\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi KEDELAI\
11 DOMAS Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura BIBIT CEMARA\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang Level 2 (-) Level 2
12 DOKEL Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang LAIN-LAIN\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2
13 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado BUNGKIL KELAPA SAWIT\ Pala biji, Lada, Bungkil Kelapa,
bungkil kelapa sawit
Serangga gudang DI Level 2 Level 3
BUNGKIL KELAPA\ Rumah Kayu Penggerek batang kayu DI
CENGKEH\
FULLY\
KELAPA PARUT\
KELAPA TEMPURUNG\
KOPRA\
MINYAK KELAPA MENTAH\
MINYAK KELAPA\
MINYAK SAWIT\
PALA BIJI\
PALM KERNEL MEAL\
RUMAH KAYU\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Dari data yang
diperoleh tidak ada
target pengujian
yang menggunakan
metode serologi, dan
target OPTk terbatas
pada serangga
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 77
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
TEPUNG KELAPA\
TEPUNG KELAPA\
VANILI\
14 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram BUAH MELON\ Kedelai Peronospora manshurica Blotter Test Level 2 (-) Level 2 Dari data yang
diperoleh tidak ada
target pengujian
yang menggunakan
metode serologi, dan
target OPTk terbatas
pada Cendawan
15 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Padang AKAR PASAK BUMI\ Level 2 Level 3
BAHAN BAKU LAIN\
BUNGA POTONG SEGAR\
Cangkang sawit\
CENGKEH\
GETAH JERNANG\
JAHE\
KAKAO BIJI\
KARET LEMPENGAN\
KARET LEMPENGAN\
KAYU KELAPA SAWIT\
KAYU MANIS\
KELAPA PARUT\
KOPI BIJI\
KULIT KAYU MANIS\
PALM KERNEL MEAL\
PINANG BIJI\
ROTAN\
SANTAN KELAPA\
Sawit (Cangkang)\
JAGUNG BIJI\
KAYU LAPIS\
16 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang Buah Tempayan\ Level 3 (-) Level 3
DAUN KELAPA SAWIT\
KARET LEMPENGAN\
KARET\
KELAPA BULAT\
KOPI BIJI\
KOPI BUBUK\
KOPRA\
MEDIUM DENSITY FIBREBOARD\
MINYAK KELAPA\
PALM KERNEL EXPELLERS\
PINANG BIJI\
Sawit (Cangkang)\
SERABUT KELAPA\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang CABE GILING\
JAMUR PUTIH\
JINTAN\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Dari data yang
diperoleh tidak ada
target pengujian
yang menggunakan
metode serologi, dan
target OPTk terbatas
pada serangga
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 78
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KACANG HIJAU\
KARET LEMPENGAN\
KAYU AKASIA\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU LAPIS\
KAYU OLAHAN\
KETUMBAR\
LAIN-LAIN\
MYCORRHIZA\
PALLET\
TEPUNG TERIGU\
17 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru BAHAN JAMU-JAMUAN\ Kelapa sawit LY Phytoplasma PCR Level 2 Level 3
BIBIT NIPAH\ Tepung terigu Trogoderma granarium DI
BUAH JERUK NIPIS\ Kelapa sawit Phytium myriothylum Blotter Test
BUAH NANAS\
BUAH PISANG\
Buah Tempayan\
BUNGKIL KELAPA\
CANGKANG SAWIT\
CRUDE COCONUT OIL\
CRUDE GLYCERINE\
CRUDE PALM KERNEL OIL\
DAUN NILAM\
JAHE\
KARET LEMBARAN\
KAYU AKASIA\
KAYU KARET\
KAYU LAPIS\
KAYU PALLET\
KAYU PALLET\
KAYU POPLAR\
KAYU SERPIHAN\
KELAPA BULAT\
KELAPA PARUT\
KELAPA SERABUT\
KELAPA TEMPURUNG\
KULIT KAYU MANIS\
KULIT KAYU SERBUK\
KUNYIT\
NENAS SIRUP\
NENAS SIRUP\
PALLET\
PALM FATTY ACID DISTILLATE\
PALM KERNEL EXPELLERS\
PALM KERNEL MEAL\
PINANG BIJI\
RBD PALM KERNEL OIL\
RBD PALM OIL\
RBD PALM OLEIN\
RBD PALM STEARIN\
SABUT SAWIT\
SANTAN KELAPA\
Sudah mampu
melakukan pengujian
biomolekuler,
seharusnya sudah
masuk lab. Level 3
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 79
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
Sawit (Cangkang)\
SERAI\
SPLIT PALM KERNEL FATTY ACID\
SPLIT PALM OIL FATTY ACID\
SPLIT PALM STEARIN FATTY ACID\
SPLITTER GRADE CRUDE GLYCERINE\
TALAS\
TEPUNG SAGU\
TETES TEBU\
UBI JALAR\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru BIBIT KELAPA SAWIT\
JAGUNG\
JINTAN\
KACANG HIJAU\
KACANG KEDELAI\
KACANG TANAH\
KACANG TANAH\
KAYU LAPIS\
KAYU PAPAN\
KWACI\
PERABOTAN KAYU\
TEPUNG TAPIOKA\
WIJEN\
18 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak AKAR PASAK BUMI\ Level 2 Level 3
BAHAN BAKU LAIN\
BIBIT TANAMAN AQUARIUM\
DAUN DILEM\
DAUN SAWIT\
GAHARU\
GETAH DAMAR\
KARET LEMPENGAN\
KAYU AKASIA\
KAYU BANGKIRAI\
KAYU GAHARU\
KAYU KRUING\
KAYU MERANTI\
KAYU OLAHAN\
KELAPA BULAT\
KELAPA PARUT\
KELAPA SERABUT\
KRATOM\
KULIT KAYU ACACIA CRASSICARPA\
MEDIA TANAM/SERBUK KELAPA\
PALM KERNEL MEAL\
PINANG BIJI\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak BAHAN KEMAS\
BUNGKIL KEDELAI\
JAGUNG PATI\
KACANG KEDELAI\
KACANG TANAH\
KAYU LAPIS\
KAYU PALLET\
Sudah mampu
melakukan pengujian
biomolekuler,
seharusnya sudah
masuk lab. Level 3
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 80
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KEDELAI\
WHEAT POLLARD\
YELLOW MAIZE\
19 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang AKAR PAKIS\ Level 3 (-) Level 3
ARANG\
BAHAN JAMU-JAMUAN\
BAMBU\
BENIH KETIMUN\
BENIH MELON\
BENIH TOMAT\
BUAH NANAS\
BUAH STRAWBERRY\
Buah Tempayan\
BUBUK REMPAH\
CABE JAMU\
CINCAU HITAM\
DAUN CINCAU\
DAUN PAKIS\
GETAH DAMAR\
GETAH PINUS\
GUANO PHOSPHATE\
GULA MERAH\
IJUK\
JAHE\
JENITRI\
KACANG MEDE\
KACANG TANAH\
KAKAO SHELL\
KAPAS SERAT\
KAPUK\
KAPULAGA\
KARET LEMBARAN\
KARUNG GONI\
KAYU ALBASIA\
KAYU BALAU\
KAYU BANGKIRAI\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU JATI\
KAYU KEMPAS\
KAYU KRUING\
KAYU LAPIS\
KAYU MERANTI\
KAYU MERBAU\
KAYU OAK PUTIH\
KAYU OLAHAN\
KAYU PALLET\
KAYU ROSEWOOD\
KAYU SENGON\
KAYU WALNUT\
KELAPA BULAT\
KELAPA TEMPURUNG\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 81
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KEMENYAN\
KERAJINAN TANGAN\
KOPI BIJI\
KOPI INSTAN\
LADA BIJI\
LIMBAH KAPAS\
MAKANAN KERING\
MAOULDING\
MELINJO BIJI\
MINYAK KELAPA MENTAH\
MINYAK KELAPA\
MINYAK SAWIT\
PALA BIJI\
PEAT\
PERABOT ROTAN\
RUMPUT LAUT\
SAPU LIDI\
SAYURAN BEKU\
TANAMAN KERING\
TEMBAKAU DAUN\
TEMULAWAK\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG TERIGU\
TERUNG BEKU\
UBI JALAR\
WHITE BROOMCORN MILLET\
WOOD FLOORING\
ZUCCINI\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang ARANG\
BAHAN JAMU-JAMUAN\
BAMBU\
BAWANG DAUN\
BERAS\
BUAH KORMA\
BUBUK JAGUNG\
BUNGA KAPAS\
BUNGA KAPAS\
BUNGKIL BIJI KUBIS\
BUNGKIL JAGUNG\
BUNGKIL KEDELAI\
BUNGKIL TEAH\
CABE KERING\
CEREJEIRA SAWN LUMBER\
DEDAK GANDUM\
EUCALYPTUS SAWN TIMBER\
GANDUM BIJI\
JAGUNG PATI\
JAGUNG\
JARAK\
JINTAN\
KACANG COKLAT\
KACANG HIJAU\
KACANG TANAH\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 82
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KAPAS SERAT\
KARUNG GONI\
KAYU ALDER\
KAYU ASH\
KAYU BASS\
KAYU BEECH\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU IROKO\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU JATI\
KAYU LAPIS\
KAYU MAPLE\
KAYU OAK PUTIH\
KAYU OLAHAN\
KAYU PALLET\
KAYU PAPAN\
KAYU PINUS\
KAYU POPLAR KERING\
KAYU POPLAR\
KAYU VENEER\
KAYU WALNUT\
KEDELAI\
LAIN-LAIN\
MAKANAN BURUNG KENARI\
PAKAN TERNAK\
PALLET\
PERABOTAN KAYU\
PRODUK PASTA\
RAPE SEED MEAL\
RED CHICORY\
SAYURAN WORTEL\
TAPIOKA\
TEMBAKAU DAUN\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG GANDUM\
TEPUNG INDUSTRI\
TEPUNG JAGUNG\
TEPUNG KANOLA\
TEPUNG KENTANG\
TEPUNG PATI JAGUNG\
TEPUNG TAPIOKA\
TEPUNG TERIGU\
WALNUT\
WOOD FLOORING\
CABE KERING\
KACANG TANAH\
20 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon DEDAK GANDUM\ Level 2 Level 3
JAGUNG BIJI\
KAYU JATI/FURNITURE\
KEDELAI\
TEPUNG JAGUNG\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon BUNGKIL KEDELAI\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 83
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
GANDUM BIJI\
JAGUNG\
KEDELAI\
KOPI BIJI\
21 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo KELAPA TEMPURUNG\ Sayuran Serangga hidup DI Level 1 Level 2
Jagung Trogoderma granarium DI
22 DOMAS Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari SAYURAN KUBIS\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSK
Level 1 Level 2
23 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan ACORUS\ Level 3 (-) Level 3
AKAR PASAK BUMI\
ANDALIMAN\
ASAM GLUGUR\
BAMBU\
BENIH BUNGA PETUNIA\
BENIH CINAMMON BASIL\
BENIH IMPATIENS\
BENIH KELAPA SAWIT\
BIBIT BAKAU\
BIBIT GERANIUM\
BIBIT IMPATIENS\
BUAH SALAK\
Buah Tempayan\
BUBUK KUNYIT\
BUNGA POTONG SEGAR\
CANGKANG KELAPA SAWIT\
CHLOROPHYTUM\
DAMAR BATU\
DAUN SIRSAK\
DRACAENA\
GAMBIR\
GETAH JERNANG\
GETAH KARET\
HEMEROCALLIS\
HIPPEASTRUM\
HOSTA\
JAHE\
KARET LEMBARAN\
KAYU OLAHAN\
KAYU PALLET\
KOPI BIJI\
KOPI BUBUK\
MINYAK NILAM\
MINYAK SAWIT\
PASAK BUMI\
PELARGONIUM\
PETUNIA SP\
POHON ARA\
SABUT SAWIT\
Sawit (Cangkang)\
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sesuai
Sesuai, Sudah
mampu melakukan
pengujian canggih
hingga biomolekuler
walaupun tidak ada
data terkait
pengujian tersebut
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 84
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
SAYURAN BROKOLI\
SAYURAN BUNCIS\
SERABUT SAWIT\
TANAMAN AQUARIUM\
TEH\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG DAUN SIRSAK\
TEPUNG GANDUM\
UBI JALAR BEKU\
VANILI\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan BIBIT LILIUM\ Tanaman hias Cendawan Blotter Test
BUNGA POTONG SEGAR\ Sayuran Rhizobium rhizogenes Blotter Test
SERBUK SARI\ Benih Kelapa Sawit Pythium myriotylum Blotter Test
TEMBAKAU KERING\ Bibit Kakao Ceratocystis fimbriata DI
Buah-buahan Serangga/lalat buah DI
24 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangkaraya BIBIT TANAMAN AQUARIUM\ Palm kernel Serangga gudang DI Level 2(-) Level 2
BUNGKIL KELAPA SAWIT\
DAUN SAWIT\
KARET LEMPENGAN\
KAYU OLAHAN\
PALM KERNEL OLEIN\
RBD PALM STEARIN\
25 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu KAYU EBONY\ Sauran buah Serangga hidup, beberapa
cendawan
DI Level 1 Level 2 Sesuai
Biji bijian serangga gudang DI
26 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkal Pinang AMPAS SAWIT\ Lada biji, jengkol, beras,
dedak, terigu
Serangga Hidup DI Level 1 Level 2
EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkal Pinang KARET LEMPENGAN\ Lada biji Phytoptora capsici DI
LADA BIJI\ Karet Serangga hidup DI
27 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang KARET LEMPENGAN\ sayuran, buah Serangga DI Level 1 Level 2
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang PALLET\ Benih sayuran Phytium spp DI
Karet SALB DI
Beras Hama gudang DI
28 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan KAYU MERANTI\ Kayu Crytotermes DI Level 1 Level 2
KAYU LAPIS\ Padi Fusarium gramineum DI
Buah serangga DI
29 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate KOPRA\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai, Sudah
mampu melakukan
pengujian canggih
hingga biomolekuler
walaupun tidak ada
data terkait
pengujian tersebut
Tidak ada data
terkait pengujian
dengan metode
canggih seperti
serologi yang dapat
dilakukan
Sesuai
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 85
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
30 EKSPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta ALTERNANTHERA\ Spesimen Bactrocera spp Level 2 (-) Level 2
ARANG\ Benih Sayuran Pseudomonas viridiflava DA
BAMBU\ CMM ELISA
BENIH KETIMUN\ ArMV ELISA
BENIH MELON\ CGMMV ELISA
BENIH PADI\ GLFV ELISA
BENIH PARIA\ PSS ELISA
BENIH TOMAT\ PSL ELISA
BIBIT BAMBU\ SQMV ELISA
BIBIT MAHONI\ TAV ELISA
BUAH JERUK NIPIS\
BUAH MANGGIS\
BUAH SALAK\
BUNGA EUSTOMA\
CABE KERITING\
CABE MERAH\
CENGKEH\
CINCAU HITAM\
DAUN PAKIS\
EICHORNIA CRASSIPES\
GETAH DAMAR\
GULA MERAH\
GULA MERAH\
JAHE\
JENITRI\
KACANG TANAH\
KAYU ALBASIA\
KAYU JATI/FURNITURE\
KAYU JATI\
KAYU LAPIS\
KAYU MANIS\
KAYU OLAHAN\
KAYU SENGON\
KAYU SONOKELING\
KELAPA SERABUT\
KEMEYAN\
KERAJINAN TANGAN\
KOPI BIJI\
KULIT KAYU MANIS\
LIDI\
LIMBAH KAPAS\
PALA BIJI\
PALA BUBUK\
PERABOT ROTAN\
ROTAN\
SAYURAN BUNCIS\
SAYURAN LABU\
SAYURAN LOBAK\
Tidak sesuai, UPT
sudah dapat
melakukan pengujian
hingga metode
Biomolekuler
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 86
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
SAYURAN SEGAR\
TEMBAKAU KERING\
TEPUNG KELAPA\
UBI JALAR\
VANILI\
WATER WISTERIA\
YOUNG COCONUT\
IMPOR Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta BAHAN KEMAS\
KAYU PALLET\
31 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon PALA BIJI\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
33 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Banda Aceh DAUN NIPAH KERING\ Level 1 Level 2
KELAPA BULAT\
KOPI BIJI\
IMPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Banda Aceh BERAS KETAN\ Beras Trogoderma granarium
KACANG KEDELAI\
KACANG TANAH\
34 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung BENIH MUCUNA\ Tanaman Hias Serangga Hidup DI Level 2 Level 2
BENIH RUMPUT\ Kentang Globodera rostochiensis DI
BIBIT KAKTUS\ Benih Sayuran Meloidogyne hapla DI
BIBIT TANAMAN AQUARIUM\ Phytium ultymum Blotter test
BIBIT TANAMAN HIAS\ Spongospora subterranea Blotter test
BONSAI\ Helminthosporium Blotter test
BUAH MANGGIS\ Sclerotinia sclerontium Blotter test
BUNGA MELATI SEGAR\ Diaporthe vexans DI
GAHARU\ Pseudoperonospora cubensis DA
IJUK\ Erwinia Chysanthemi ELISA
ILES-ILES\ Clavibacter michiganensis
subsp michiganensis
ELISA
JAHE\ Pseudomonas syringae pv
Lachrimans
ELISA
KAKAO BUBUK\
Kakao Cake\
KAKAO PASTA\
KAKAO SHELL\
KAPAS SERAT\
KAYU MAHONI\
KAYU ALBASIA\
KAYU BASS\
KAYU CEDAR\
KAYU GERGAJIAN\
KAYU JATI\
KAYU MANIS\
KAYU MERANTI\
KAYU OLAHAN\
KAYU PALLET\
KELAPA BULAT\
KELAPA PARUT\
KERAJINAN TANGAN\
Tidak sesuai, UPT
sudah dapat
melakukan pengujian
hingga metode
Biomolekuler
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 87
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
KOPI BIJI\
KOPRA\
LADA BIJI\
LIMBAH KAPAS\
MAKANAN KERING\
ORNAMETAL PLANTS\
PERABOT ROTAN\
ROTAN\
RUMPUT LAUT\
SAYURAN BUNCIS\
TANAMAN AQUARIUM\
TEH\
TEPUNG SAGU\
TEPUNG TERIGU\
35 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bengkulu BAHAN KEMAS\ Level 1 Level 2 Sesuai
JAHE\
KARET LEMPENGAN\
KARET LEMPENGAN\
Sawit (Cangkang)\
36 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak KAYU LAPIS\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
37 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap JENITRI\ Level 1 Level 2
KAYU ALBASIA\
KAYU DURIAN\
KAYU KARET\
KAYU OLAHAN\
IMPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap GANDUM BIJI\ Kayu Serangga Hidup DI
KAYU PAKING\ Gandum Serangga gudang, Tilletia DI, Washing
38 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong BUNGKIL KELAPA\ Lada Phytoptora capsici Blotter test Level 1 Level 2
GETAH DAMAR\
LADA BIJI\
MEDIA TANAM/SERBUK KELAPA\
MINYAK SAWIT MENTAH\
39 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Merauke KAYU LAPIS\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
40 DOMAS Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Pare-Pare BUAH NANAS\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
41 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Samarinda DAUN SAWIT\ Level 1 Level 2
Kayu Akasia\
KAYU LAPIS\
WOOD FLOORING\
IMPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Samarinda PALLET\
KAYU LAPIS\
42 DOMAS Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sorong BENIH KELAPA SAWIT\ spesimen Bactrocera spp DI Level 1 Level 2 Sesuai
kernel cendawan Blotter test
buah-buahan cendawan Blotter test
43 IMPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa
Besar
KAYU PALLET\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sesuai
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sesuai
Sesuai
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 88
Saat Ini Yang Diharapkan
KeteranganMetodeTarget SampelLalu Lintas Komoditas
KOMODITAS YANG DILALULINTASKAN REKAP PENGUJIAN YANG DILAKUKAN UPT
Klasifikasi Laboratorium (Existing)UPTKEGNO.
44 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tanjung Balai
Asahan
BUAH PISANG\ Level 1 Level 2
BUNGKIL KELAPA\
CENGKEH\
IJUK\
KAYU KARET\
KELAPA PARUT\
MINYAK SAWIT\
PALM KERNEL MEAL\
PINANG BIJI\
SABUT SAWIT\
SAPU LIDI\
TEPUNG KELAPA\
45 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika PERABOTAN KAYU\ Level 1 Level 2
IMPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika JAMUR\
KAYU PAKING\
SAYURAN BUNCIS\
TEPUNG GANDUM\
TOMAT\
46 DOMAS Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Ende BERAS\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
47 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Mamuju MINYAK SAWIT\ Buah Pisang Serangga DI Level 1 Level 2 Sesuai
48 DOMAS Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Manokwari BAWANG MERAH\ Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Level 1 Level 2 Sesuai
49 EKSPOR Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Balai
Karimun
AKAR PASAK BUMI\ Level 1 Level 2
GAMBIR\
KARUNG GONI\
KELAPA BULAT\
KELAPA TEMPURUNG\
TALAS\
50 Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Bangkalan Pohon kurma Nematoda DI Level 1 Level 2
Bonsai Nematoda DI
SesuaiTidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
SesuaiTidak ada data pemasukan I, E dan domestik
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sesuai
Tidak Ada Lap. Kegiatan Yang
masuk Ke BBUSKP
Sesuai
Pedoman Pengembangan dan Penyelenggaraan Laboratorium Karantina Tumbuhan & Keamanan Hayati Nabati 89
Gambar 1. Ruang Preparasi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 90
Gambar 2. Ruang Administrasi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 91
Gambar 3. Ruang Analis
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 92
Gambar 5. Ruang Preparasi Bahan
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 93
Gambar 6. Rumah Kaca
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 94
Gambar 7 Contoh I denah sederhana unit laboratorium karantina tumbuhan: (a) denah, (b)
ilustrasi 3 dimensi
Depan
Belakang
a b Depan
Belakang
R. Administra
si
R. Ganti
R. Pengujia
n
R. Alat
R. Bahan
R. Isolasi R. Sterilisas
i
R. Inkubasi
R. Preparas
i
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 95
Gambar 8 Contoh II denah sederhana unit laboratorium karantina tumbuhan: (a) denah, (b)
ilustrasi 3 dimensi
Depan
Belakang
a b Depan
Belakang
R. Administras
i
L. Penyakit
R. Identifikasi Morfologi
L. Hama (L. Kering)
L. Hama (L. Basah)
R. Instrume
n
R. Koleksi
R. A
ntar
a
R. G
anti
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 96
Gambar 9 Contoh III denah sederhana unit laboratorium karantina tumbuhan: (a) denah, (b)
ilustrasi 3 dimensi
R. Sterilis
asi/ Prepar
asi
Toilet
R. Staf/ Data/ Penerimaan
sampel
R. Antara
R. Bahan
L. Hama/ Nematoda/
Gulma
R. Inkubasi
Cabinet Isolasi
cendawan
Cabinet Isolasi Bakteri
L. Penyaki
t
R. Tunggu/ tamu/
display koleksi
Depan
Belakang
Depan
Belakang
a b
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 97
Lampiran 1 Quisioner pengumpulan data untuk penyusunan kebijakan pengembangan
laboratorium karantina tumbuhan Tahun 2013
Lingkari huruf di depan pernyataan di bawah ini sesuai kondisi di UPT saudara
1. Unit laboratorum yang dimiliki (dapat dilingkari lebih dari 1)a. Gulmab. Seranggac. Tungaud. Nematodae. Moluskaf. Cendawang. Bakterih. fitoplasmai. Virus/ viroidj. PSATk. Unit laboratorium lain (sebutkan): …………………………………
2. Sumber daya manusia(Petugas Laboratorium)a. Mencukupi dan sesuai jenjang jabatan fungsionalb. Memcukupi tetapi tidak sesuai jenjang jabatan fungsionalc. Kurang mencukupid. Tidak ada petugas laboratorium
3. Alat-alat laboratorium (sebutkan jika perlu)a. Lengkap (mulai dari alat pengujian konfensional sampai alat pengujian molekuler
/ PCR)b. Sampai pengujian serologi (ELISA)c. Sampai uji biologid. Sampai uji morfologi
4. Bahan-bahan uji (sebutkan jika perlu)a. Lengkap sampai pengujian secara molekuler (PCR)b. Sampai pengujian secara serologi (ELISA)c. Sampai uji pertumbuhan pada medium tumbuh (kertas blotter, medium agar, dsb)
5. Penerapan sistim manajemen mutu SNI ISO/IEC 17025:2008a. Sudah menerapkanb. Dalam persiapan penerapanc. Tidak menerapkan
6. Akreditasi KANa. Sudah diakreditasib. Dalam proses akreditasi (diajukan)c. Persiapan akreditasi tetapi belum diajukand. Tidak mengajukan akreditasi
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 98
Lampiran 2 Hasil analisis penilaian Level Laboratorium Dalam Rangka Penyusunan
Kebijakan Pengembangan Laboratorium Karantina Tumbuhan Tahun 2013
berdasarkan quisioner yang di kirim ke UPT
Tabel 19 Hasil penilaian Level Laboratorium berdasarkan quisioner yang di kirim ke UPT
No UPT skor level
1 BBKP Belawan 2.69 Level 4
2 BBKP Surabaya 2.65 Level 4
3 BBKP Tanjung Priok 2.65 Level 4
4 BBUSKP 2.63 Level 4
5 BBKP Makassar 2.63 Level 4
6 BKP Kelas I Palembang 2.61 Level 4
7 BBKP Soekarno Hatta 2.35 Level 3
8 BKP Kelas I Denpasar 2.31 Level 3
9 BKP Kelas I Semarang 2.26 Level 3
10 BKP Kelas II Medan 1.96 Level 3
11 BUTTMKP 1.80 Level 2
12 BKP Kelas I Bandar Lampung 1.80 Level 2
13 BKP Kelas I Mataram 1.78 Level 2
14 BKP Kelas I Padang 1.78 Level 2
15 BKP Kelas II Palangkaraya 1.76 Level 2
16 BKP Kelas I Balikpapan 1.70 Level 2
17 BKP Kelas I Pontianak 1.46 Level 2
18 BKP Kelas II Kendari 1.46 Level 2
19 BKP Kelas II Ternate 1.41 Level 2
20 BKP Kelas II Yogyakarta 1.41 Level 2
21 SKP Kelas I Bengkulu 1.41 Level 2
22 BKP Kelas I Banjarmasin 1.39 Level 2
23 BKP Kelas I Manado 1.26 Level 2
24 BKP Kelas I Pekanbaru 1.24 Level 2
25 BKP Kelas II Kupang 1.24 Level 2
26 SKP Kelas I Samarinda 1.24 Level 2
27 SKP Kelas I Parepare 1.22 Level 2
28 BKP Kelas I Jambi 1.11 Level 2
29 BKP Kelas II Cilegon 1.11 Level 2
30 BKP Kelas I Batam 1.09 Level 2
31 BKP Kelas II Pangkal Pinang 1.06 Level 2
32 SKP Kelas I Banda Aceh 0.94 Level 1
33 BKP Kelas I Jayapura 0.93 Level 1
34 SKP Kelas I Cilacap 0.93 Level 1
35 BKP Kelas II Tanjung Pinang 0.91 Level 1
36 SKP Kelas I Sumbawa Besar 0.91 Level 1
37 SKP Kelas I Ambon 0.89 Level 1
38 BKP Kelas II Palu 0.74 Level 1
39 SKP Kelas II Ende 0.74 Level 1
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 99
40 SKP Kelas II Tanjung Balai Karimun 0.72 Level 1
41 SKP Kelas I Biak 0.56 Level 1
42 BKP Kelas II Tarakan 0.54 Level 1
43 SKP Kelas I Entikong 0.54 Level 1
44 SKP Kelas I Timika 0.54 Level 1
45 SKP Kelas II Bangkalan 0.52 Level 1
46 BKP Kelas II Gorontalo 0.00 Level 1
47 SKP Kelas I Bandung 0.00 Level 1
48 SKP Kelas I Merauke 0.00 Level 1
49 SKP Kelas I Sorong 0.00 Level 1
50 SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan 0.00 Level 1
51 SKP Kelas II Mamuju 0.00 Level 1
52 SKP Kelas II Manokwari 0.00 Level 1
Gambar 4 Persentase level laboratorium Karantina Tumbuhan yang ada di UPT
Tanpa data 13%
Level 1 27%
Level 2 40%
Level 3 8%
Level 4 12%
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 100
Gambar 5 Visualisasi grafik Level Laboratorium berdasarkan quisioner yang di kirim ke UPT
2,69 2,65 2,65 2,63 2,63 2,61
2,35 2,31
2,26 1,96
1,80 1,80 1,78 1,78 1,76
1,70 1,46 1,46
1,41 1,41 1,41 1,39
1,26 1,24 1,24 1,24 1,22
1,11 1,11 1,09
1,06 0,94 0,93 0,93 0,91 0,91 0,89
0,74 0,74 0,72
0,56 0,54 0,54 0,54 0,52
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 1,00 2,00 3,00
BBKP Belawan
BBKP Surabaya
BBKP Tanjung Priok
BBUSKP
BBKP Makassar
BKP Kelas I Palembang
BBKP Soekarno Hatta
BKP Kelas I Denpasar
BKP Kelas I Semarang
BKP Kelas II Medan
BUTTMKP
BKP Kelas I Bandar Lampung
BKP Kelas I Mataram
BKP Kelas I Padang
BKP Kelas II Palangkaraya
BKP Kelas I Balikpapan
BKP Kelas I Pontianak
BKP Kelas II Kendari
BKP Kelas II Ternate
BKP Kelas II Yogyakarta
SKP Kelas I Bengkulu
BKP Kelas I Banjarmasin
BKP Kelas I Manado
BKP Kelas I Pekanbaru
BKP Kelas II Kupang
SKP Kelas I Samarinda
SKP Kelas I Parepare
BKP Kelas I Jambi
BKP Kelas II Cilegon
BKP Kelas I Batam
BKP Kelas II Pangkal Pinang
SKP Kelas I Banda Aceh
BKP Kelas I Jayapura
SKP Kelas I Cilacap
BKP Kelas II Tanjung Pinang
SKP Kelas I Sumbawa Besar
SKP Kelas I Ambon
BKP Kelas II Palu
SKP Kelas II Ende
SKP Kelas II Tanjung Balai …
SKP Kelas I Biak
BKP Kelas II Tarakan
SKP Kelas I Entikong
SKP Kelas I Timika
SKP Kelas II Bangkalan
BKP Kelas II Gorontalo
SKP Kelas I Bandung
SKP Kelas I Merauke
SKP Kelas I Sorong
SKP Kelas I Tanjung Balai Asahan
SKP Kelas II Mamuju
SKP Kelas II Manokwari
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 101
Gambar 6 Grafik jumlah petugas laboratorium Karantina Tumbuhan di UPT
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 102
Gambar 7 Grafik jumlah petugas laboratorium Karantina Tumbuhan di UPT berdasarkan
keahlian yang dimiliki
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 103
Gambar 8 Persentase tingkat pedidikan yang dimiliki petugas laboratorium Karantina
Tumbuhan di UPT
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 104
Gambar 9 Sebaran petugas laboratorium Karantina Tumbuhan di UPT berdasarkan tahun
kelahiran
Standar Pengembangan Laboratorium Karantina Hewan & Keamanan Hayati Hewani 105