bab-viii-sifat-sifat-magnetik-dan-efek-kemagnetan-dari-arus.doc
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/1.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 1MEDAN ELEKTOMAGNETIK
BAB VIII
SIFAT-SIFAT MAGNETIK DAN EFEK
KEMAGNETAN DARI ARUS
8.1 Sifat-sifat Magnetik
Sifat-sifat magnetik atau besaran-besaran magnetik dan interaksi yang terjadi
antara besaran yang satu dengan besaran lainnya dan interaksi antara besaran
magnetik dan besaran listrik penting sekali dimengerti dengan seksama, karena hasil
interaksi ini atau efek yang ditimbulkannya dapat menghasilkan tenaga atau energi
yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia adalah produk vektor antara arus listrik
dengan rapat fluks magnetik; energi torsi adalah produk vektor antara momen
magnetik dengan vektor rapat fluks magnet yang merupakan prinsip kerja dari motor-
motor listrik. Besaran-besaran magnetik yang banyak dijumpai yaitu : fluks magnetik
(m); rapat fluks magnetik (B); intensitas medan magnetik (H); magnetisasi (M); momen
magnetik; vektor energi torsi; dan besaran-besaran yang berkaitan dengan sifat bahan
atau medium adalah permeabilitas absolut (), permeabilitas relatif (r), suseptibilitas
magnetik. Besaran magnetik yang berkaitan dengan komponen pasif adalah induktansi
(L) dan induktansi timbal balik (M). Fluks magnetik (m), dalam sistem satuan standar
internasional skala besar (MKS) dinyatakan dalam satuan Weber (Wb) dan dalam
skala kecil (CGS) dinyatakan dalam satuan Maxwell (Mx), yaitu banyaknya garis-garis
induksi yang melalui permukaan tegak lurus seluas A. Garis-garis fluks magnetik tidak
berakhir di muatan magnetik tetapi garis-garis ini membentuk loop tertutup, dengan
demikian, hukum Gauss untuk medan magnetik adalah
dimana :
m B . dA
0A
(8.1)
B = vektor rapat fluks magentik, dengan satuan Wb/m2 atau tesla (T) dalam MKS;
dan Mx/cm2 atau Gauss (Ga) dalam CGS
dA = elemen luas (m2 atau cm2)
Fluks magnetik m yang dipancarkan dari permukaan seluas A oleh vektor rapat fluks
magnetik B yang homogen atau serba sama adalah
atau
m B . dA
WbA
(8.2)
m = BA cos (8.3)
![Page 2: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/2.jpg)
dengan B = vektor rapat fluks magnet serba sama (T), dA = vektor elemen luas (m2)
8.2 Hubungan B, H dan M
Hubungan antara vektor rapat fluks magnetik B dengan vektor intensitas medan
magnetik H dan vektor magnetisasi M :B H 0 rr H 0 xm 1H, atau
dimana :
B H
M0
(8.4)
H = vektor intensitas medan magnetik (A/m)
M = vektor magnetisasi (A/m)
= permeabilitas absolut medium (H/m)
0 = permeabilitas absolut ruang vakum atau udara bebas = 12,57 x 10-7 H/m
r = permeabilitas relatif medium (tidak memiliki dimensi)
xm = r – 1 = suseptibilitas magnetik (tidak memiliki dimensi)
Vektor magnetisasi M didefinisikan sebagai jumlah vektor-vektor momen
magnetik yang dimiliki oleh masing-masing atom suatu bahan (A/m2) per satuan
volume (m3).
Permeabilitas relatif untuk berbagai bahan atau medium memiliki nilai yang
berbeda-beda, untuk bahan ferromagnetik keras r memiliki orde 103, untuk bahan
ferromagnetik lunak (besi lunak, ferrit) nilainya lebih kecil daripada 100, untuk bahan
paramagnetik r sekitar 1, sedangkan untuk bahan diamagentik nilainya lebih kecil
daripada 1. Udara dan ruang vakum termasuk medium paramagnetik.
8.3 Efek Kemagnetan Arus Listrik
Rapat fluks magnet yang dihasilkan disekitar kawat konduktor yang dialiri arus
listrik I dapat diperoleh melalui : (1) hukum Biot-Savart, (2) hukum integral Ampere, (3)
definisi vektor potensial magnetik dan hubungan antara vektor rapat fluks magnetik
dengan vektor potensial magnetik. Hukum Biot-Savart adalah produk vektor sehingga
rapat fluks magnetik disekitar kawat konduktor yang dialiri arus akan diperoleh dalam
bentuk vektor langsung, sedangkan hukum integral Ampere adalah produk skalar
sehingga kita tidak langsung mendapatkan besaran vektor dan besaran yang dihitung
adalah intensitas medan magnetik bukan rapat fluks magnetik, meskipun antara B dan
H terdapat hubungan langsung B = H. Dengan menggunakan konsep hubungan
antara vektor potensial magnetik A dengan vektor rapat fluks magnet B untuk
mendapatkan nilai vektor B yang sesungguhnya juga memerlukan kecermatan dan
![Page 3: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/3.jpg)
pemahaman yang baik.
![Page 4: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/4.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 3MEDAN ELEKTOMAGNETIK
Hukum Biot-Savart
Hukum Biot-Savart yang dinyatakan dalam bentuk integral vektor adalah
dimana :
B = vektor rapat fluks magnetik (T)
B
I d I x a r
4r 2 (8.5)
= permeabilitas magnetik medium (H/m)
= 0r
0 = 4 x 10-7 H/m = permeabilitas ruang vakum atau udara bebas
r = permeabilitas relatif (tidak memiliki dimensi)
IdI = vektor elemen arus (A . m), arah vektor searah arus I
ar = vektor satuan arah r, r jarak dari elemen arus IdI ke titik dimana B ingin diketahui
Dengan melibatkan K (vektor kerapatan arus permukaan, A/m) atau melibatkan
J (vektor kerapatan arus, A/m2)
IdI = KdS = Jdv (8.6)
dimana :
dS = elemen luas permukaan (m2) bidang yang dilalui arus permukaan K
dV = elemen penambahan volume (m3), maka hukum Biot Savart dapat ditulis :
atau
B
B
K dS x a r
4r 2
J d vx a r
4r 2
(8.7)
(8.8)
Untuk kawat lurus yang panjangnya tak terhingga dan terbentang di sepanjang
sumbu-z dari z = - ke z = + serta dialiri arus searah I, seperti Gambar 8.1. Hukum
Biot-Savart di titik P
B I d z a z x a
r
4r 2
(8.9)
![Page 5: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/5.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 4MEDAN ELEKTOMAGNETIK
2
d
az
a P
zr
IdI = Idz = Idzaz
ar
Gambar 8.1. Kawat lurus disepanjang sumbu-z dialiri arus listrik I
Harga absolut B adalah
z d B
Idz s in Iad z atau B
I a 4r 2 4r 3 4a z 2
1
3 / 2
a
zdimana
Jadi,
= cot , untuk z = -, = 1800 dan untuk z = +, = 00
a
B I
4a
0 I d cos
180 0
Di ruang vakum atau udara bebas, dimana = 0, maka
B 0 I ,2a
B 0 I
a2a
(8.10)
Untuk kawat lingkaran dengan jari-jari R, dialiri arus I di medium udara bebas, Hukum
Biot-Savart menjadi
B 0 I d I x a r
4r 2 0 I Rda xa r
4r
dimana r2 = R2 + z2; arah vektor B tegak lurus bidang yang melalui r dan adl, sehingga
R Bz dalam arah sumbu-z positif = B Sin = B , atau
IR 2
r 2 IR 2
![Page 6: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/6.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 4MEDAN ELEKTOMAGNETIK
B 0
4 R 2 z 2 3 / 20
2R 2 z 2
0
![Page 7: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/7.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 5MEDAN ELEKTOMAGNETIK
B IR 2
0 z
2R 2 z 2 3 / 2 (8.11)
Di pusat lingkaran dimana z = 0 maka
B z 0 I
a2R
z
(8.12)
Hukum Integral Ampere
Di dalam hukum integral Ampere, hubungan antara arus I dengan intensitas medan
magnetik yang dihasilkan disekitar kawat konduktor yang dialiri arus I mengikuti
persamaan integral berikut ini.
dimana :
I H .
dI
(8.13)
dI = vektor elemen jarak yang searah dengan lintasan yang dilalui H,
untuk kawat lurus yang dilalui I, dI = da,
= jarak dari kawat ke lintasan yang dilalui H
H = Ha = vektor intensitas medan magnetik yang dihasilkan oleh I
Dengan demikian persamaan hukum integral Ampere menjadi
I Ha . da (8.14)
Karena hasil kali antara dua buah vektor satuan yang sama a . a = 1, dan perubahan
sudut dari 0 ke 2 radian, maka persamaan (8.14) menjadi
1
2
I Hd H 20
atau H 2
. Sehingga kita peroleh vektor intensitas medan magnetik
dan vektor rapat fluks magnetik
H 1
a2
B H I
a2
(8.15)
(8.16)
Vektor Potensial Magnetik
![Page 8: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/8.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 6MEDAN ELEKTOMAGNETIK
Vektor potensial magnetik dengan simbol besaran A didefinisikan sebagai
![Page 9: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/9.jpg)
A 0 I d I
4r(8.17)
dimana :
0 = permeabilitas ruang vakum/udara = 4 x 10-7 H/m,
IdI = vektor elemen arus diferensial
r = jarak dari vektor elemen arus diferensial ke titik dimana vektor potensial magnetik
dihitung atau titik P (, , z)
Ambil arus mengalir di sepanjang sumbu-z dari z = - ke z = +, sehingga IdI di titik O
(0, 0, 0) adalah Idzaz, seperti diperlihatkan pada Gambar 8.2.
z =
d Az
P (, , z)
rz
y
x
z = -
Gambar 8.2. Hubungan antara vektor elemen arus diferensial di sumbu-z dengan
vektor potensial magnetik dAz di titik P (, , z)
Bentuk diferensial dari persamaan (8.17) :
dA 0 I d za z
0 I d za z (8.18)z 4r 4 2 z 2 1/ 2
Hubungan antara elemen diferensial vektor rapat fluks magnetik dB dengan elemen
diferensial vektor potensial magnetik dAz didefinisikan sebagai
dB x dA z
Di dalam sistem koordinat silinder tiga dimensi, persamaan (8.19) menjadi
(8.19)
![Page 10: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/10.jpg)
z
dA dAz dAz dAz
dB dB a dB a dBz a z
a z z
a
dA z
dA z a (8.20)
Untuk kawat lurus di sepanjang sumbu-z yang dialiri arus I hanya terdapat komponen
dB di dalam arah vektor satuan a sehingga persamaan (8.20) menjadi
dAz dAz
dAz
dB a z
a (8.21)
dan 0 sehingga dari persamaan (8.21) diperolehz
dB a dA z
I d z 0 a
atau
z
4 2 z 2 3 / 2
d dB
I 0 . , jika z
tan dengan batas z = - hingga z = +
4 z1
3 / 2
2
Sesuai dengan
;
maka diperoleh
2 2
90 0
I I IB
0 cos d 0 ; B 0 a (8.22)90 0 4 2 2
8.4 Potensial Magnetik Skalar
Hubungan antara potensial magnetik skalar dengan vektor intensitas medan
magnetik didefinisikan sebagai
H = -Vm (8.23)
Selanjutnya, divergensi dari persamaan (8.23) adalah
Div H = . H = . Vm = 0 (8.24)
atau
2Vm = 0 (8.25)
![Page 11: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/11.jpg)
Div H = 0 diperoleh dari hukum Gauss untuk medan magnetik pada persamaan (8.1)
dan teorema divergensi :
![Page 12: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/12.jpg)
x
z
m S luas
B.dS
.B dVV volume
Dari persamaan ini diperoleh . B = 0 atau u . H = 0 dan . H = 0.
Persamaan (8.25) adalah persamaan Laplace untuk medan magnetik. Perbedaannya
dengan persamaan Laplace untuk potensial listrik adalah potensial listrik merupakan
fungsi berharga tunggal dari posisi, sedangkan Vm bukanlah fungsi tunggal dari posisi.
8.5 Teorema Stoke
Teorema stoke mengubah bentuk integral garis menjadi integral permukaan.
Sebagai contoh, integral Ampere menjadi
I H .dI
Dari definisi arus listrik I diperoleh
x H
.dSS luas
(8.26)
I J . dS (8.27)
Dari persamaan (8.26) dan persamaan (8.27) ini diperoleh hukum Ampere bentuk
diferensial :
J = x H = curl H (8.28)
Hukum Ampere bentuk diferensial ini juga termasuk salah satu dari empat persamaan
Maxwell untuk medan tunak.
Curl H dalam tiga dimensi untuk :
1. Sistem koordinat kartesian :
x H H z
H y a
H x H z a
H H y x a (8.29)
y z z x y x y
2. Sistem koordinat silinder :
H H H H H H x H z a z a a (8.30) z z
z
3. Sistem koordinat bola :
1 H s in
H 1 H
r
r H
x H r sin
a r sin rr
a (8.31)
rH
rr
H r ar
![Page 13: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB IX
GAYA MAGNETIK, TORSI MAGNETIK,
MAGNETISASI, HUKUM INDUKSI
9.1 Gaya Magnetik
Gaya magnetik, dinamakan juga gaya Lorentz, adalah gaya yang bekerja pada
muatan titik q yang bergerak dengan kecepatan v dalam medium yang dipengaruhi
oleh vektor rapat fluks magnetik homogen B. Gaya magnetik ini adalah hasil kali antara
vektor kecepatan dengan vektor rapat fluks magnetik dikalikan dengan titik muatan q.
Jadi vektor gaya Lorentz dapat dinyatakan sebagai
F = qv x B (9.1)
Dalam sistem satuan standar internasional skala besar :
q = titik muatan C
v = kecepatan titik muatan (m/s)
B = rapat fluks magnetik (Wb/m2, atau tesla, T)
F = gaya magnetik (N)
Dalam suatu medium yang tidak hanya dipengaruhi oleh vektor rapat fluks
magnetik homogen B, namun juga dipengaruhi oleh vektor intensitas medan listrik E,
seperti halnya di dalam lapisan ionosfer bumi, maka gaya total yang bekerja pada titik
muatan q terdiri dari gaya Coulomb dan gaya magnetik yang bekerja secara simultan :
F = q (E + v x B) (9.2)
Vektor gaya diferensial dF yang bekerja pada unsur muatan diferensial dq yang
bergerak dengan kecepatan v di dalam vektor rapat fluks magnetik yang homogen B
adalah
dF = dq v x B (9.3)
dimana : dq = v dV, v = kerapatan muatan ruang (C/m3)
Dengan demikian kita peroleh
![Page 14: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/14.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 10MEDAN ELEKTOMAGNETIK
dF = v dV v x B (9.4)
Karena v v = J = vektor rapat arus, maka dari persamaan (9.4) diperoleh vektor
elemen diferensial gaya magnetik sebagai hasil kali dari vektor rapat arus J dengan
vektor rapat fluks magnetik B dikalikan dengan elemen diferensial volume dV.
dF = J x B dV (9.5)
Oleh karena J dV = K dS = IdI maka persamaan (9.5) menjadi
dF = J x B dS (9.6)
dimana :
K = vektor kerapatan arus permukaan (A/m)
dS = elemen diferensial luas permukaan yang dilalui K
atau
dF = IdI x B (9.7)
Melalui integrasi, persamaan (9.7) akan menjadi
..
F IdI x B IdI x B
atau
F = II x B (9.8)
yang merupakan gaya magnetik yang bekerja pada kawat lurus yang panjangnya I dan
dialiri arus konstan I serta dipengaruhi oleh vektor rapat fluks magnetik homogen B.
FPersamaan (9.8) dapat juga dinyatakan dengan gaya per satuan panjang F .1
1
F = I x B (9.9)
9.2 Torsi Magnetik
Torsi magnetik adalah besaran vektor yang memegang peranan penting di
dalam teknik dan teknologi kelistrikan. Sebagai contoh, di dalam sebuah motor listrik,
energi yang dihasilkan adalah energi torsi magnetik, yaitu produk vektor antara vektor
momen magnetik kumparan yang memiliki N lilitan, luas A, dan dialiri arus I dengan
vektor rapat fluks magnetik homogen B dari suatu magnet permanen. Di bidang
instrumentasi, sebagai contohnya adalah sebuah ampere meter tipe magnet permanen
kumparan putar dimana nilai arus I yang diukur sebanding dengan energi torsi
magnetik dan keluarannya sebanding dengan sudut dari kumparan penahan. Vektor
energi torsi magnetik didefinisikan sebagai
![Page 15: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/15.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 11MEDAN ELEKTOMAGNETIK
= m x B J (9.10)
![Page 16: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/16.jpg)
dimana :
B = vektor rapat fluks magnetik dalam satuan tesla (T)
m = vektor momen magnetik dalam satuan ampere-meter kuadrat (Am2)
Vektor momen magnetik adalah suatu besaran vektor yang dapat dibangkitkan oleh 3
cara :
1. Sebuah magnet permanen dengan vektor panjang L (vektor jarak dari kutub
selatan ke kutub utara) dan kuat kutub utara U ampere-meter akan memiliki
momen magnetik
M = U L Am2 (9.11)
dengan L = panjang dalam satuan meter (m). Energi yang mengembalikan posisi
jarum kompas dengan vektor fluks magnet bumi B. Ketika jarum kompas kita beri
usikan, kutub utaranya akan menunjuk ke arah timur sehingga menghasilkan
momen magnetik m = UL = Ulaz A . m2. Magnet bumi B = -2 x 10-3ay T. Dengan
demikian, besar energi torsi maksimum yang akan memutar jarum kompas kembali
ke posisi seimbang adalah |+2 x 10-3 Ulax|.
2. Sebuah kawat lingkaran berjari-jari R terletak di bidang XOY dengan pusat
lingkaran di titik asal O (0, 0, 0) dan dialiri arus listrik I = IaA, maka dibangkitkan
vektor momen magnetik m di pusat lingkaran :
m = IA = R2 Iaz Am2 (9.12)
dengan R = jari-jari, dalam satuan m. Hubungan antara vektor arah m dengan
vektor arah I mengikuti hukum tangan kanan: Bila tangan kanan digenggam, maka
arah ibu jari adalah arah vektor momen magnetik m dan arah keempat jari lainnya
adalah arah arus I.
3. Sebuah muatan listrik bebas, misalnya +e (1,602 x 10-19 C), yang bergerak dalam
suatu orbit lingkaran berjari-jari R dan memiliki periode gerak T akan menghasilkan
momen magnetik m di pusat lingkaran sebesar
dimana :
R = jari-jari orbit; m
m R 2 e
aT
m
Am 2 (9.13)
e = muatan proton = 1,602 x 10-19 C
T = periode; s
![Page 17: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/17.jpg)
m
Hubungan antara arah m dengan arah kecepatan gerak melingkar e juga mengikuti
hukum tangan kanan, bila tangan kanan digenggamkan maka arah ibu jari adalah arah
vektor m, sedangkan arah kecepatan muatan e adalah arah keempat jari lainnya.
9.3 Magnetisasi
Vektor magnetisasi dengan simbol besaran M di dalam bahan-bahan
ferromagnetik didefinisikan sebagai jumlah vektor-vektor momen magnetik dari atom-
atom atau molekul-molekul bahan per satuan volume. Harga absolut dari vektor
magnetisasi tergantung dari harga suseptibilitas magnetik bahan tersebut. Magnetisasi
selain memiliki pengertian suatu besaran fisis dengan satuan A/m dalam sistem satuan
standar internasional skala besar (MKS) juga memiliki pengertian suatu proses
pengutuban arah-arah momen-momen dipole magnetik dari atom-atom atau molekul-
molekul bahan tersebut, khususnya pada bahan ferromagnetik, yang menyebabkan
bahan ferromagnetik yang semula bukan magnet setelah dimagnetisasi akan menjadi
magnetik dengan kutub utara dan selatan tertentu, sesuai dengan arah besaran vektor
intensitas medan magnetik H yang melakukan fungsi magnetisasi itu. Vektor intensitas
medan magnetik H yang melakukan fungsi magnetisasi itu harus memenuhi syarat
harga yang sama atau lebih besar daripada harga jenuh H bahan ferromagnetik, yang
dapat diamati dari kurva B – H histeresisnya. Untuk bahan ferromagnetik lunak atau
besi lunak, proses magnetisasi dapat dilakukan oleh intensitas medan H yang relatif
lebih kecil dari pada yang dibutuhkan oleh bahan-bahan ferromagnetik keras atau baja.
Hubungan B, H dan M ditunjukan oleh persamaan (9.14) berikut ini :
B H 0 r H 0 1 xm
Hatau
Vektor magnetisasi :
B H x
0
H H M
(9.14)
M xm H (9.15)
dimana xm = suseptibilitas magnetik = ( (r 1) , tidak memiliki dimensi, dan r adalah
permeabilitas relatif bahan (tidak memiliki dimensi). Nilai suseptibilitas magnetik suatu
bahan dipengaruhi oleh suhu. Untuk bahan-bahan ferromagnetik, suseptibilitas
![Page 18: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/18.jpg)
magnetiknya adalah fungsi temperatur absolut (T K) yang ditunjukkan oleh persamaan
(9.16), yang dinamakan juga relasi Curie-Weiss.
![Page 19: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/19.jpg)
N
m
dimana :
C = konstanta Curie =2
0 0 m
3k
x C T TC
(9.16)
(9.17)
0 = permeabilitas vakum = 1,257 H/m
N0 = konstanta Avogadro
k = konstanta Boltzmann
mm = momen magnetik rata-rata molekul paramagnetik
T = suhu absolut dalam skala Kelvin (K), TC suhu Curie, tergantung jenis bahan
Untuk bahan paramagntik, dimana konstanta Curie ditunjukkan oleh persamaan
(9.17), hasil studi yang sistematik oleh P. Curie pada akhir abad 19 menunjukan bahwa
suseptibilitas paramagnetik berbanding terbalik dengan suhu absolut.
x C
m T
(9.18)
Untuk bahan-bahan diamagnetik, harga suseptibilitas diamagnetiknya (xD)
adalah kecil sehingga efek yang ditimbulkannya terhadap sifat-sifat magnetik bahan
tidak signifikan. Bahan diamagnetik bersifat menolak kehadiran medan magnet dari
luar. Contoh medium-medium diamagnetik adalah gas-gas mulia (Ar, Ne, He) dan
bahan-bahan alkali (Li, Na, K), kalsium, antimon, bismuth, dan grafit.
9.4 Hukum Induksi Lenz/Faraday
Sebelum hukum induksi Lenz atau hukum induksi Faraday diperkenalkan,
dunia ini belum mengenal adanya penerangan listrik karena azas dari pembangkit
listrik, apapun jenisnya, adalah berdasarkan hukum induksi Lenz atau Faraday. Hukum
induksi Faraday, atau singkatnya hukum Faraday, mengatakan bahwa gaya gerak
listrik induksi (GGL induksi; EMF induksi) yang dibangkitkan pada suatu rangkaian
adalah sama dengan negatif dari mulai numerik perubahan fluks magnetik terhadap
waktu yang melalui rangkaian itu.
Hukum induksi Faraday : EMF d
Volt dt(9.19)
![Page 20: BAB-VIII-SIFAT-SIFAT-MAGNETIK-DAN-EFEK-KEMAGNETAN-DARI-ARUS.doc](https://reader031.vdocuments.mx/reader031/viewer/2022020718/55cf92bb550346f57b9915ed/html5/thumbnails/20.jpg)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Lenni, ST 14MEDAN ELEKTOMAGNETIK
Negatif dari laju perubahan fluks terhadap waktu memiliki satuan Weber per
sekon atau volt. Bila rangkaian itu memiliki N buah lilitan maka hukum induksi Faraday
menjadi
EMF N d
Volt dt(9.20)
H.F.E. Lenz (1804-1864) seorang ilmuwan bangsa Jerman tanpa sepengetahuan dan
kerja sama dengan Faraday dan Henry mengemukakan hukum yang sama pada waktu
yang hampir bersamaan. Hukum induksi Lenz mengatakan bahwa apabila ada
perubahan fluks magnetik terhadap perubahan waktu pada suatu rangkaian atau loop
tertutup maka akan dibangkitkan tegangan induksi (EMF induksi) dimana arah
polarisasinya harus menghasilkan fluks induksi i yang arahnya berlawanan dengan
arah perubahan fluks magnetik terhadap perubahan waktu penyebabnya. Hubungan
antara arah polarisasi EMF induksi dengan fluks induksi i diperoleh dengan
memperhatikan arah induksi yang dihasilkan EMF induksi. Arah arus induksi dan arah
fluks induksi i dapat diketahui dengan bantuan hukum tangan kanan.
Hukum Tangan Kanan: Bila tangan kanan digenggamkan maka arah ibu jari adalah
arah fluks induksi i, sedangkan arah ke empat jari lain menunjukkan arah perputaran
arus I.
Untuk menentukan arah perubahan fluks magnetik terhadap perubahan waktu, atau
dmenentukan arah , maka perhatikan hal berikut :
dt
d
2 1 (9.21)dt t
d
t2 t1
Bila 2 - 1 positif, maka arah
Bila 2 - 1 negatif, maka arah
searah 2 atau 1.dt
dberlawanan dengan arah 2 atau 1.
dt