bab vi konsep perencanaan dan...

16
114 BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar mencintai dan menghargai warisan kebudayaan bangsa. Selain itu, dengan adanya Museum Tekstil Indonesia yang bertaraf internasional, diharapkan mampu menarik wisatawan asing untuk berkunjung serta mengenalkan warisan kebudayaan Indonesia berupa tekstil tradisional Indonesia ke dunia global. 6.2. KONSEP MESO Perencanaan dan perancangan bangunan Museum Tekstil Indonesia mengambil sebuah tapak yang strategis dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Tapak berada di dalam kompleks Taman Mini Indonesia Indah yang merupakan sebuah taman rekreasi edukatif berbasis teknologi dan kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu, fungsi bangunan sebagai museum tekstil merupakan fungsi bangunan yang cocok dibangun pada tapak untuk melengkapi fungsi dan fasilitas dari Taman Mini Indonesia Indah sebagai sebuah taman yang merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro perencanaan dan perancangan museum ini merupakan terjemahan dari konsep metafora architextiles ke dalam aspek arsitektural yang dikhususkan pada bentukan massa, sistem struktur, fasad bangunan serta zonasi dan sirkulasi. Tidak menutup kemungkinan, konsep ini juga akan dipakai pada konsep formal lainnya. Bentukan massa, sistem struktur, fasad bangunan serta zonasi dan sirkulasi menjadi fokus utama dalam desain yang merupakan sebuah transformasi dari metafora terhadap sifat dan karakter tekstil sehingga memberikan efek visual menyerupai tekstil terhadap pengguna bangunan.

Upload: hakiet

Post on 07-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

114

BAB VI

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

6.1. KONSEP MAKRO

Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil

Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

mencintai dan menghargai warisan kebudayaan bangsa. Selain itu, dengan adanya

Museum Tekstil Indonesia yang bertaraf internasional, diharapkan mampu menarik

wisatawan asing untuk berkunjung serta mengenalkan warisan kebudayaan Indonesia

berupa tekstil tradisional Indonesia ke dunia global.

6.2. KONSEP MESO

Perencanaan dan perancangan bangunan Museum Tekstil Indonesia mengambil

sebuah tapak yang strategis dan ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan

lokal maupun mancanegara. Tapak berada di dalam kompleks Taman Mini Indonesia

Indah yang merupakan sebuah taman rekreasi edukatif berbasis teknologi dan

kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu, fungsi bangunan sebagai museum tekstil

merupakan fungsi bangunan yang cocok dibangun pada tapak untuk melengkapi fungsi

dan fasilitas dari Taman Mini Indonesia Indah sebagai sebuah taman yang

merepresentasikan kebudayaan Indonesia.

6.3. KONSEP MIKRO

Konsep mikro perencanaan dan perancangan museum ini merupakan

terjemahan dari konsep metafora architextiles ke dalam aspek arsitektural yang

dikhususkan pada bentukan massa, sistem struktur, fasad bangunan serta zonasi dan

sirkulasi. Tidak menutup kemungkinan, konsep ini juga akan dipakai pada konsep formal

lainnya. Bentukan massa, sistem struktur, fasad bangunan serta zonasi dan sirkulasi

menjadi fokus utama dalam desain yang merupakan sebuah transformasi dari metafora

terhadap sifat dan karakter tekstil sehingga memberikan efek visual menyerupai tekstil

terhadap pengguna bangunan.

Page 2: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

115

6.3.1. Penjabaran Konsep Metafora Architextiles

Gambar 6.1 Penjabaran Umum Konsep Metafora Architextiles

Sumber : analisis penulis, 2014

Gambar 6.2 Penjabaran Khusus Konsep Metafora Architextiles

Sumber : analisis penulis, 2014

Page 3: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

116

6.3.2. Konsep Organisasi Ruang

6.3.2.1. Zonasi

Pada konsep ini, ruangan – ruangan yang terdapat pada studi programatik

yang telah dihitung, mulai dikelompokkan menjadi beberapa blok.

Pengelompokan ruangan ini didasarkan pada tingkat kebutuhan dan aktivitas

di dalamnya. Dalam kaitannya dengan metafora architextiles, zonasi

diibaratkan sebagai zona - zona yang dibentuk oleh perpotongan pada

benang yang saling menjalin. Hasil dari perpotongan benang ini adalah

beberapa zonasi yang diterapkan pada museum.

i. Zonasi Horizontal

Zonasi horizontal, dibedakan berdasarkan tingkat kebutuhan terhadap

privasi mulai dari publik, semi-publik dan privat (area servis). Zona

publik diletakkan pada area depan site karena zona ini diharapkan

dapat diakses dengan mudah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin

oleh pengunjung. Zona semi-publik diletakkan ditengah zona publik dan

privat sekalligus menjadi jembatan antar kedua zona tersebut.

Gambar 6.3 Pembagian Ruang Museum Tekstil Berdasarkan Tingkat Privasi Sumber : analisis penulis, 2014

Page 4: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

117

Gambar 6.4 Skema Zonasi Horizontal Sumber : analisis penulis, 2014

ii. Zonasi Vertikal

Zonasi vertikal secara keseluruhan dibagi berdasarkan tingkat ruangan

yang paling sering dikunjungi oleh pengunjung museum. Terdapat tiga

kategori tingkatan ruangan berdasarkan tingkat kunjungan yaitu :

Tingkat Kunjungan Tinggi

Ruangan dengan tingkat kunjungan tinggi, diletakkan pada lantai

dasar bangungan sehingga ruangan – ruangan ini dapat diakses

dengan cepat dan mudah oleh pengunjung. Ruangan yang

termasuk kedalam zona ini adalah lobby, ticketing, ruang pameran,

ruang audiovisual, workshop, café dan toko souvenir.

Tingkat Kunjungan Sedang

Ruangan dengan tingkat kunjungan sedang diletakkan pada lantai

kedua. Ruangan yang termasuk dalam zona ini adalah

perpustakaan dan ruang diskusi. Tujuan lain dari peletakan kedua

ruang ini di lantai kedua adalah untuk mencegah kebisingan yang

timbul dari lantai dasar, karena syarat utama sebuah perpustakaan

dan ruang diskusi adalah terhindar dari kebisingan.

Tingkat Kunjungan Berkala

Ruangan dengan tingkat kunjungan berkala diletakkan pada lantai

teratas. Ruangan yang termasuk dalam zonasi ini adalah ruangan

peragaan busana.

Page 5: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

118

Gambar 6.5 Skema Zonasi Vertikal Sumber : analisis penulis

6.3.2.2. Integrasi Ruang

Konsep integrasi pada museum ini didasarkan pada metafora benang yang

menjalin, mengintegrasi, menghubungkan dan mangikat zona – zona serta

ruang – ruang. Konsep ini selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk integrasi

bangunan radial dengan pusatnya berupa area lobby dan informasi. Area

lobby dan informasi akan menjadi jembatan pengunjung untuk

mengeksplorasi ruangan – ruangan lainnya, sedangkan hubungan antar

ruang satu dengan yang lainnya menggunakan sistem linier.

Page 6: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

119

Gambar 6.6 Hubungan Ruangan Lantai 1 Sumber : analisis penulis, 2014

Lantai satu merupakan zona ruangan dengan tingkat kunjungan pengunjung

yang tinggi. Pada lantai satu, hall dan lobby merupakan titik pusat segala

aktivitas dan kegiatan yang ada. Dari lobby, pengunjung akan mendapatkan

informasi mengenai fasilitas – fasilitas yang ingin didapatkan. Penjaga

museum akan mengarahkan pengunjung sesuai dengan keperluan dan

kebutuhan masing – masing pengunjung. Pengunjung yang ingin menikmati

pameran, dapat bergerak ke bagian ticketing lalu menunggu di ruang tunggu

selama mendapat pengarahan dari tour guide lalu bergerak menuju ruang

pameran dan berakhir di ruangan audiovisual. Selain alur diatas, dari lobby,

pengunjung dapat langsung bergerak menuju ruang konservasi dan ruang

transisi. Pada ruang transisi terdapat beberapa fasilitas penunjang seperti

musholla, café, toko souvenir dan workshop pembuatan tekstil. Ruang

transisi juga berfungsi sebagai area pemisah sekaligus penghubung antara

zona publik dengan zona semi-publik. Zona semi-publik merupakan zona

dimana kantor museum berada. Zona ini menjadi satu – satunya

penghubung dengan zona servis..

Gambar 6.7 Hubungan Ruangan Lantai 2 Sumber : analisis penulis, 2014

Page 7: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

120

Lantai dua merupakan zona ruangan dengan tingkat kunjungan pengunjung

sedang. Pada lantai dua, terdapat perpustakaan dan area diskusi bagi para

pecinta dan kolektor tekstil Indonesia. Kedua ruangan ini bersifat terbuka

namun membutuhkan tingkat privasi yang lebih tinggi dari ruang – ruang

lainnya agar terhindar dari kebisingan sehingga kedua ruangan ini terletak di

lantai dua. Peran dan fungsi hall serta lobby pada lantai dua ini adalah

sebagai pusat informasi dan pengarah pengunjung. Pengunjung yang telah

mendapatkan informasi dari lobby, akan dibawa dengan sistem sirkulasi

vertikal berupa lift maupun tangga menuju lantai ini.

Gambar 6.8 Hubungan Ruangan Lantai 3 Sumber : analisis penulis, 2014

Lantai tiga merupakan zona ruangan dengan tingkat kunjungan pengunjung

rendah dan hanya dikunjungi secara berkala jika terdapat event – event

tertentu. Ruangan yang terdapat pada lantai ini adalah ruangan peragaan

busana dengan dilengkapi backstage. Peran dan fungsi hall serta lobby pada

lantai tiga ini adalah sebagai pusat informasi dan pengarah pengunjung.

Pengunung yang te telah mendapatkan informasi dari lobby, akan dibawa

dengan sistem sirkulasi vertikal berupa lift maupun tangga menuju lantai ini.

Page 8: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

121

6.3.2.3. Hubungan Antar Ruang

Sebagai wadah informasi dan aktivitas kebudayaan berbasis teknologi,

konsep hubungan antar ruang dibuat agar ruang satu dengan yang lainnya

dapat saling berinteraksi. Konsep hubungan antar ruang ini didasarkan pada

metafora benang yang menjalin sehingga hubungan antar ruang satu dengan

yang lainnya seperti tumpang tindih namun tetap pada fungsi dan aktivitas

masing –masing ruangan. Dengan begini, pengunjung akan bergerak sesuai

dengan jalur yang telah diciptakan oleh ruang – ruang yang saling mengunci,

berdekatan dan berjauhan, sehingga secara tidak sadar pengunjung akan

terbawa oleh arus di dalamnya.

6.3.3. Konsep Tata Massa Ruang dan Bangunan

6.3.3.1. Konfigurasi Massa Bangunan

Konfigurasi massa bangunan museum didesain menjadi 2 massa yang

berbeda. Massa bangunan yang pertama merupakan massa bangunan

dengan fungsi dan zonasi untuk publik dan berada di muka site. Massa

bangunan yang kedua merupakan massa bangunan dengan fungsi dan

zonasi untuk semi – publik dan area privat yang berada di bagian belakang

site.

Gambar 6.9 Konfigruasi Massa Bangunan Sumber : analisis penulis, 2014

6.3.3.2. Massa Bangunan Terkait Metafora Architextiles

Pemilihan bentuk massa bangunan terkait dengan konsep metafora

architextiles adalah mengambil metafora sifat, karakter dan bentuk dari

lembaran tekstil yang ringan saat tertiup angin (flying textile). Bentukan dari

metafora tersebut merupakan cerminan dari sifat – sifat yang berhubungan

dengan kedinamisan dan fluiditas. Dengan bentukan massa yang seperti ini,

Page 9: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

122

diharapkan pengunjung museum dapat merasakan metafora architextiles

melalui pengalaman visual.

Gambar 6.10 Massa Bangunan Dengan Metafora Architextiles Sumber : analisis penulis, 2014

6.3.3.3. Fasad

Secara keseluruhan, material yang akan banyak dipakai pada bangunan

adalah material modern seperti kaca dan beton. Banyaknya area yang

dilapisi kaca, akan membuat sinar matahari dengan bebas masuk kedalam

bangunan, akbiatnya akan menghambat proses aktivitas yang terdapat di

dalam bangunan. Oleh karena itu, untuk menghindari terhambatnya segala

aktivitas yang ada di dalam bangunan, perlu adanya sebuah sistem yang

mampu melakukan filtrasi terhadap cahaya matahari yang masuk. Double

facade merupakan solusi praktis yang dapat diaplikasikan kedalam

bangunan. Konsep fasad yang dipakai dalam bangunan ini adalah

menggunakan konsep metafora jaringan pada tekstil. Jaringan tekstil

merupakan sistem pembentuk struktur yang terbentuk dari kumpulan jalinan

benang. Bentuk jaringan tekstil lebih renggang dari pada struktur tekstil

secara keseluruhan, sehingga memungkinkan cahya yang dikehendaki untuk

masuk kedalam bangunan.

Gambar 6.11 Aplikasi Fasad Bangunan Sumber : analisis penulis, 2014

Page 10: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

123

6.3.4. Konsep Sirkulasi

6.3.4.1. Pencapaian Bangunan

Site museum tekstil berada di dalam kompleks Taman Mini Indonesia Indah.

Letaknya di dekat danau dan berdekatan dengan Museum Keprajuritan,

Museum Pusaka dan Museum Serangga. Pengunjung dapat mencapai site

dengan mengakses jalan besar pada Taman Mini Indonesia Indah kemudian

berbelok ke arah danau menuju site bangunan. Perlu adanya sebuah point

of attraction yang dapat menarik dan mengumpulkan pengunjung. Untuk itu,

di bagian depan bangunan akan dibuat sebuah public space yang akan

mengarahkan pengunjung menuju entrance museum.

Gambar 6.12 Pencapaian Site Bangunan

Sumber : analisis penulis, 2014

Sedangkan impresi bangunan yang ingin ditimbulkan ketika pengunjung

datang pertama kali adalah tegas, kuat, formal dan jelas sehingga jenis

pencapaian yang digunakan berupa pencapaian langsung. Dengan

pencapaian langsung ini, pengunjung secara sadar maupun tidak sadar akan

mendapatkan impresi bentukan visual dari konsep metafora architextiles

yang diterapkan pada bangunan.

Page 11: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

124

Gambar 6.13 Pencapaian Langsung Bangunan

Sumber : analisis penulis, 2014

6.3.4.2. Parkir

Tata parkir untuk Museum Tektstil Indonesia menggunakan lahan parkir yang

sudah ada di sekitar site yang merupakan lahan parkir eksisting gabungan

bagi Musem Serangga dan Museum Pusaka. Lahan parkir tersebut

merupakan lahan parkir untuk pengunjung. Untuk itu, perlu ditambahkan

sebuah lahan parkir bagi karyawan dan loading barang Musem Kain

Indonesia. Rencanannya lahan parkir karyawan dan loading barang tersebut

akan berada di sisi belakang musem dengan akses melalui jalan menuju

Musem Keprajuritan. Pembagian lahan parkir seperti ini selain dapat

memudahkan kegiatan servis museum, juga dapat menambah space lahan

parkir bagi pengunjung.

Gambar 6.14 Tata Parkir

Sumber : analisis penulis, 2014

Page 12: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

125

6.3.4.3. Sirkulasi Luar Bangunan

Sirkulasi ruang luar dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi kendaraan

(motorized) dan sirkulasi pedestrian (unmotorized). Bangunan Museum

Tekstil Indonesia memiliki dua entrance. Entrance utama dikhusukan untuk

pengunjung yang berjalan kaki sedangkan entrance yang kedua dikhususkan

sebagai jalur sirkulasi loading barang dan tempat parkir karyawan.

Gambar 6.15 Sirkulasi Ruang Luar

Sumber : analisis penulis, 2014

6.3.4.4. Sirkulasi Internal Bangunan

Dalam kaitannya dengan konsep metafora architextiles, sistem sirkulasi

ruang dalam bangunan didesain dinamis dan fleksibel memakai sistem

benang yang komposit. Sistem komposit ini merupakan sistem konfigurasi

sirkulasi horizontal yang menggabungkan sistem radial dan sistem linier.

Terdapat sebuah benang yang menjadi pusat, pengikat dan penghubung

benang – benang yang lain.

Sistem linier dipakai pada sirkulasi pada ruang – ruang yang memiliki pola

hubungan linier. Sistem sirkulasi linier yang banyak dipakai pada museum

adalah sistem sirkulasi linier tertutup dan sistem sirkulasi linier terbuka pada

satu sisi. Sistem linier terbuka pada satu sisi digunakan pada koridor yang

memberikan view kearah keluar, sedangkan sistem sirkulasi linier tertutup

lebih banyak dipakai pada zona ruang pameran. Sebagai pusat seluruh

sirkulasi dari bangunan museum, terdapat sistem sirkulasi radial yang

mengikat seluruh sirkulasi linier yang ada di bangunan. Sistem sirkulasi radial

ini terdapat pada area hall dan lobby.

Page 13: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

126

Sistem sirkulasi vertikal pada bangunan memakai lift dan tangga. Lift dan

tangga diletakkan pada zona sistem sirkulasi radial sehingga sistem sirkulasi

vertikal memiliki hubungan dengan sirkulasi horizontal bangunan serta

mengikat antara satu dengan yang lainnya.

Gambar 6.16 Sirkulasi Internal

Sumber : analisis penulis, 2014

6.3.5. Konsep Lansekap

Konsep tata lansekap pada bangunan dibuat fleksibel, dinamis dan fluid yang

merupakan terjemahan dari metafora sifat dan karakter tekstil. Konsep tersebut akan

diterjemahkan melalui bentukan dan tata letak elemen keras dan elemen lunak pada

tata lansekap. Beberapa jenis elemen yang akan dimasukkan pada desain lansekap

antara lain sebagai berikut :

1. Vegetasi

Vegetasi yang akan diletakkan pada tata lansekap merupakan tanaman – tanaman

terpilih yang memiliki fungsi sebagai peneduh sekaligus sebagai pewarna alam bagi

tekstil. Perdu – perdu dengan ketinggian sedang akan diletakkan pada area tata

lansekap sepanjang pathway.

2. Air

Elemen air diletakkan pada tata lensekap yang berada di depan bangunan. Elemen

ini memberikan pencitraan ekstra dalam menimbulkan efek bayangan bangunan

pada malam hari dan siang hari sehingga tercipta kesan yang kuat dan dramatis

antara bangunan dengan lingkungannya.

3. Batu

Bebatuan merupakan elemen keras yang digunakan pada tata lansekap. Batu –

batuan digunakan sebagai penyeimbang antara elemen keras dan elemen lunak

sehingga tercipta sebuah komposisi estetis yang seimbang pada tata lansekap.

4. Furniture

Page 14: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

127

Tata lansekap selain berfungsi sebagai area penghijauan sekaligus berfungsi

sebagai ruang terbuka untuk berkumpul, berinteraksi dan berdiskusi. Untuk itu,

diperlukan adanya furniture yang dapat mengakomodasi kegiatan tersebut berupa

bangku dan meja yang terdapat pada area duduk.

Tata lansekap pada bangunan museum tekstil dibagi menjadi dua, yaitu tata

lansekap yang berfungsi sebagai penunjang impresi pencapaian terhadap bangunan

dan tata lansekap yang berfungsi sebagai taman pewarna sekaligus tempat berkumpul

dan berinteraksi serta menjadi ruang transisi.

Gambar 6.17 Tata Lansekap Museum Tekstil Indonesia

Sumber : analisis penulis, 2014

6.3.6. Konsep Sistem Bangunan

6.3.6.1. Struktur Bangunan

Dalam kaitannya dengan konsep metafora architextiles, struktur bangunan

memberikan peranan yang sangat penting dalam menterjemahkan konsep

kedalam bentuk bangunan. Oleh karena itu, sistem struktur bangunan

memakai sistem struktur yang mampu mengakomodasi terjemahan sifat dan

karakter tekstil yaitu dinamis, fleksibel dan fluid. Sistem struktur yang mampu

mewujudkan bentuk bangunan seperti pada konsep adalah dengan

menggunakan advance structure system.

Page 15: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

128

6.3.6.2. Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan museum

menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Penggunaan sistem

pencahayaan tersebut tergantung pada kebutuhan, fungsi dan suasana yang

ingin ditimbulkan pada sebuah ruangan.

1. Alami

Penchayaan alami pada bangunan dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Penchaayaan alami akan lebih banyak digunakan pada area publik

dengan orientasi view keluar bangunan. Hal ini dilakukan dengan cara

memperbanyak elemen bukaan dan permainan elemen transparan pada

kulit bangunan.

2. Buatan

Pencahayaan buatan diaplikasikan keseluruh ruangan pada bangunan,

baik eksterior maupun interior. Pencahayaan pada eksterior bangunan

difokuskan pada pencahayaan fasad bangunan dan tata lansekap. Hal ini

menjadi elemen penting dalam menciptakan kesan bangunan pada

malam hari. Pencahayaan pada eksterior bangunan difokuskan pada

area pameran. Penempatan sumber cahaya harus dipertimbangkan

sedemikian mungkin agar cahaya tidak langsung menyinari koleksi tekstil

yang ada sehingga tekstil tidak mudah rusak dan lapuk. Oleh karena itu,

pencahayaan pada area pameran dilakukan dengan sistem pencahayaan

indirect dengan mempertimbangkan jarak, warna, lux cahaya dan thermal

yang ditimbulkan oleh sumber cahya.

Gambar 6.18 Jarak Pemasangan Pencahyaan Buatan

Sumber : analisis penulis, 2014

Page 16: BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84944/potongan/S1-2015... · merepresentasikan kebudayaan Indonesia. 6.3. KONSEP MIKRO Konsep mikro

129

6.3.6.3. Penghawaan

1. Penghawaan Alami

Sistem penghawaan alami pada bangunan menerapkan sistem

cross ventilation. Konsep ini diterapkan dengan cara memberikan bukaan

– bukaan pada ruang – ruang yang saling berhadapan. Ruang – ruang

yang menggunakan sistem ini antara lain adalah lobby, café, workshop,

musholla dan lavatory.

2. Air Conditioner

Sistem penghawaan buatan pada bangunan digunakan untuk

ruang – ruang yang membutuhkan pengkondisian khusus. Ruang – ruang

yang membutuhkan pengkondisian khusus pada museum tekstil antara

lain ruang koleksi, ruang pameran, ruang konservasi, gudang koleksi dan

ruangan audiovisual.