bab vi kesimpulan vi.1 kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/bab vi.pdf · kesimpulan vi.1...

7
96 BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan perkebunan rakyat. Oleh karena itu perkebunan kakao perlu diperhatikan secara serius. Mengingat kakao juga merupakan salah satu dari empat komoditas kakao yang memiliki peranan penting terhadap perekonomian nasional. Selain hal tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi kakao disetiap tahunnya mengalami peningkatan. Sebagai salah satu dari tiga negara penghasil terbesar kakao setelah Pantai Gading dan Ghana, sudah seharusnya Indonesia dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan perekonomian nasional. Akan tetapi dengan masih banyaknya permasalahan yang ada pada perkebunan kakao di Indonesia diantaranya adalah hama dan penyakit yang menyerang perkebunan kakao mengakibatkan turunnya produktivitas dan mutu kakao di Indonesia yang akan memberikan hasil yang tidak baik bagi produksi kakao Indonesia. Selain adanya permasalahan tersebut, permasalahan lain yang dihadapi oleh sektor kakao adalah belum optimalnya pengembangan usaha hilir kakao. Serta kurangnya pengetahuan para petani akan tanaman kakao (dimana masih banyaknya tanaman kakao yang sudah berumur tua yang berada di sekitar perkebunan kakao). Hal ini menyebabkan produktivitas yang berada pada tanaman kakao akan berkurang. Selain itu kurangnya pengetahuan para petani untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada tanaman kakao, hal ini dapat menyebabkan produktivitas dari tanaman kakao tidak akan mengalami kenaikan. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut di sektor nasional Pemerintah melalui Kementan telah melakukan Gernas Kakao yang ditujukan untuk melakukan perbaikan pada tanaman tanaman kakao yang dimiliki oleh para petani. Sedangkan di tingkat internasional, untuk mengatasi permasalahan tersebut Pemerintah melakukan kerja sama dengan Swiss melalui SCPP. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Swiss juga sudah terlihat jelas dari tahun 2008. Selain itu pula Indonesia Swiss bersama dengan negara negara Eropa lainnya melakukan sebuah perjanjian UPN "VETERAN" JAKARTA

Upload: others

Post on 28-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/BAB VI.pdf · KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan ... dari

96

BAB VI

KESIMPULAN

VI.1 Kesimpulan

Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan

perkebunan rakyat. Oleh karena itu perkebunan kakao perlu diperhatikan secara serius.

Mengingat kakao juga merupakan salah satu dari empat komoditas kakao yang memiliki

peranan penting terhadap perekonomian nasional. Selain hal tersebut dapat diketahui

bahwa konsumsi kakao disetiap tahunnya mengalami peningkatan. Sebagai salah satu

dari tiga negara penghasil terbesar kakao setelah Pantai Gading dan Ghana, sudah

seharusnya Indonesia dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan

perekonomian nasional. Akan tetapi dengan masih banyaknya permasalahan yang ada

pada perkebunan kakao di Indonesia diantaranya adalah hama dan penyakit yang

menyerang perkebunan kakao mengakibatkan turunnya produktivitas dan mutu kakao di

Indonesia yang akan memberikan hasil yang tidak baik bagi produksi kakao Indonesia.

Selain adanya permasalahan tersebut, permasalahan lain yang dihadapi oleh

sektor kakao adalah belum optimalnya pengembangan usaha hilir kakao. Serta

kurangnya pengetahuan para petani akan tanaman kakao (dimana masih banyaknya

tanaman kakao yang sudah berumur tua yang berada di sekitar perkebunan kakao). Hal

ini menyebabkan produktivitas yang berada pada tanaman kakao akan berkurang. Selain

itu kurangnya pengetahuan para petani untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada

tanaman kakao, hal ini dapat menyebabkan produktivitas dari tanaman kakao tidak akan

mengalami kenaikan.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut di sektor nasional

Pemerintah melalui Kementan telah melakukan Gernas Kakao yang ditujukan untuk

melakukan perbaikan pada tanaman – tanaman kakao yang dimiliki oleh para petani.

Sedangkan di tingkat internasional, untuk mengatasi permasalahan tersebut Pemerintah

melakukan kerja sama dengan Swiss melalui SCPP. Hubungan bilateral antara

Indonesia dan Swiss juga sudah terlihat jelas dari tahun 2008. Selain itu pula Indonesia

– Swiss bersama dengan negara – negara Eropa lainnya melakukan sebuah perjanjian

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 2: BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/BAB VI.pdf · KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan ... dari

97

kemitraan ekonomi komprehensif yaitu Indonesia – European Free Trade Agreement

(IE – CEPA).

Kerja sama bilateral yang dilakukan oleh Indonesia – Swiss, memiliki tujuan

sama seperti apa yang dilakukan oleh Pemerintah. Dimana tujuan dari adanya kerja

sama bilateral yang dilakukan adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas

kakao dalam mewujudkan kakao berkelanjutan pada tahun 2020. Kerja sama yang

dilakukan antara Indonesia – Swiss terjadi pada tahun 2012 – 2020 dimana dalam hal

ini kerja sama dibagi kedalam tiga tahap, yaitu tahap I pada 2012 – 2015, tahap II di

tahun 2015 – 2018, dan tahap III tahun 2018 – 2020.

Fokus penelitian yang dilakukan oleh penulis ada kerja sama yang dilakukan

pada tahap I yang terjadi pada tahun 2012 – 2015. Akan tetapi penulisngnya

penandatangan MoU yang dilakukan antara Kemendagri dan Swisscontact selaku dari

pelaksana kerja sama ini mengalami keterlambatan. Sehingga penandatangan MoU baru

dilakukan pada tahun 2013, sehinggga kerja sama ini akan berakhir pada tahun 2016.

Kerja sama yang dilakukan oleh Indonesia – Swiss selain untuk meningkatkan

produktivitas dan kualitas kakao dalam mewujudkan pencapaian Indonesia menjadi

salah satu produsen kakao terbesar di dunia pada tahun 2020. Tujuan lain dari adanya

kerja sama ini adalah mendorong perekonomian global, serta mendorong terjadinya

pertumbuhan ekonomi yang mengutamakan tanggung jawab sosial dan ramah

lingkungan. Serta, mendorong pembangunan global yang berkelanjutan sehingga dapat

mengurangi kemiskinan – kemiskinan yang terjadi diantara para petani kakao.

Di dalam pelaksanaan kerja sama SCPP dilakukan oleh Swisscontact yang

merupakan NGO dari Swiss. Pelaksanana merupakan sebuah mandat yang diberikan

oleh SECO kepada Swisscontact. SCPP merupakan salah satu kemitraan publik –

swasta terbesar di Indonesia. Dimana di dalam kerja sama SCPP ini melibatkan banyak

aktor – aktor yang ikut serta dalam melaksanakan kerja sama ini. Tetapi donor utama

dari adanya kerja sama SCPP ini adalah SECO. Donor – donor lainnya dari kerja sama

ini adalah IDH, EKN, dan perusahaan – perushaan kakao swasta.

Untuk memenuhi tujuan dari adanya kerja sama ini yaitu terkait peningkatan

produktivitas dan kualitas kakao di Indonesia, serta untuk mewujudkan Indonesia

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 3: BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/BAB VI.pdf · KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan ... dari

98

sebagai produsen kakao terbesar di dunia pada tahun 2020 dan melakukan

pengembagunan ekonomi di sekitar para petani kakao untuk mengatasi kemiskinan

yang terjadi. Maka di dalam kerja sama SCPP terdapat berbagai macam program –

program yang bertujuan untuk mewujudkan kerja sama tersebut. Selain untuk

memenuhi kepentingan nasional Indonesia dalam meningkatkan produktivitas. Tujuan

lain yang berada di dalam kerja sama ini adalah mewujudkan kakao berkelanjutan di

Indonesia. Dapat diketahui bahwa aspek berkelanjutan telah menjadi fokus utama dari

seluru pemangku kepentingan kakao yang ada di. Aspek berkelanjutan yang ada di

dalam kerja sama ini selaras dengan tujuan – tujuan atau kepentingan dari masing –

masing aktor yang terlibat di dalam kerja sama ini.

Dari kelima program yang ada di dalam kerja sama SCPP, disetiap program –

program yang ada sesuai dengan tujuan di dalam kerja sama ini. Dimana pada program

pertama yaitu memberikan pengetahuan yang lebih kepada para petani kakao, dan

melakukan transfer teknologi. Dari adanya pertanian yang lebih baik tersebut petani

dapat menerapkan hal tersebut dalam pelaksanaan penanaman kakao sehingga akan

menghasilkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi yang terjadi diantara para

petani kakao merupakan hasil dari adanya peningkatakan produktivita dan kualitas

kakao yang dihasilkan dari kerja sama ini.

Selain itu program lainnya adalah pemberian pengetahuan mengenai gizi

seimbang pada para petani kakao, dan sensitivitas jender. Hal ini dilakukan karena

masih terjadinya kekurangan gizi diantara keluarga para petani kakao, maka dari itu

untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pemberian pengetahuan mengenai gizi

seimbang. Lalu dengan adanya sensitivitas jender yang ada diantara para petani kakao,

hal ini akan memberikan hasil yang baik dalam mewujudkan kakao berkelanjutan di

Indonesia. Dimana tidak hanya laki – laki yang dapat melakukan pertanian disektor

kakao, tetapi wanita juga bisa melakukan hal tersebut. Sehingga dengan adanya hal ini

dapat menciptakan kesejahteraan diantara para petani kakao.

Program yang ketiga adalah pembentukan organisasi kakao, akses pasar yang

terbuka, dan adanya sertifikasi pada tanaman kakao. Pembentukan organisasi yang

berada di dalam program ini adalah untuk menguatkan organisasi – organisasi yang ada

di antara para petani kakao, dimana dengan terbentuknya organisasi memberikan hasil

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 4: BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/BAB VI.pdf · KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan ... dari

99

yang baik dalam mengatasi permasalahan yang ada pada tanaman kakao. Dengan

adanya pembentukan organisasi diantara para petani kakao, akses dan bantuan akan

mudah diberikan kepada para petani kakao untuk mengatasi permasalahan yang ada

pada perkebunan tanaman kakao. Selain itu, di dalam kerja sama ini juga memiliki

tujuan untuk mewujudkan kakao berkelanjutan di Indonesia.

Sertifikasi merupakan salah satu hal dari adanya keberlanjutan. Karena dengan

adanya sertifikasi dapat dikatakan bahwa hasil dari tanaman yang dilakukan oleh para

petani kakao telah sesuai dengan aspek berkelanjutan. Telah sesuai dengan aspek

berkelanjutan yang dimaksud adalah bahwa hasil dari pertanian kakao merupakan

ramah lingkungan, dan sesuai dengan aturan yang ada dalam menghasilkan tanaman

kakao. Sehingga dengan adanya sertifikasi bagi para petani kakao, hal ini akan

memudahkan para petani untuk masuk ke dalam pasar global.

Program selanjutnya yang berada di dalam kerja sama SCPP adalah program

fasilitasi pembiyaan terpadu. Program ini memiliki tujuan untuk mengurangi

kemiskinan sehingga dapat mensejahteran kehidupan para petani. Karena dapat

diketahui bahwa masih terjadinya kemiskinan diantara para petani kakao, hal ini

disebabkan karena adanya ketergantungan para petani akan hasil kakao yang dimiliki.

Serta tidak adanya adanya hal lain yang dapat dilakukan oleh para petani kakao selain

melakukan menunggu hasil tanaman kakao, memberikan hasil yang tidak baik pada

keuangan para petani kakao. Maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut, di dalam

program ini dilakukan kerja sama dengan intitusi lembaga keuangan. Hal ini memiliki

tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para petani agar dapat mengelola

keuangannya dengan baik.

Di dalam program ini pula diciptakannya sebuah koperasi bagi para petani

kakao. Koperasi petani ini berguna untuk para petani yang ingin melakukan

peminjaman jika tidak mempunyai uang yang cukup. Karena sebelumnya para petani

masih melakukan peminjaman kepada bank, sehingga hal ini tidak lah efektif. Dari

adanya peminjaman yang dilakukan ke bank, petani harus mampu mengembalikan

pinjaman tersebut sesuai dengan bunga yang ditentukan. Hal ini justru malah akan

semakin memberatkan para petani.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 5: BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/BAB VI.pdf · KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan ... dari

100

Program yang terakhir adalah manajemen pemangku kepentingan dan jaringan

platform. Program ini merupakan program yang ditujukan untuk mewujudkan kakao

berkelanjutan di Indonesia, maka harus dilakukan dengan mengandeng seluru

pemangku – pemangku kepentigan yang ada di sektor kakao. Hal ini merupakan hal

yang sangat penting. Selain itu jaringan flatform yang berada di dalam program ini

memiliki fungsi untuk memberikan dukungan para sektor kakao di Indonesia dengan

melakukan pertemuan di tingkat nasional maupun global.

Hasil dari adanya pelaksanaan kerja sama Indonesia – Swiss dalam sangat

memberikan keuntungan bagi sektor kakao di Indonesia. Keuntungannya adalah

terjadinya peningkatan pada produktivitas dan kualitas dari tanaman kakao di Indonesia.

Sehingga hal ini dapat memberikan kenaikan jumlah produksi dari para petani kakao

yang berada di dalam SCPP. Selain memberikan peningkatan produktivitas dan kualitas

tanaman kakao di Indonesia di daerah Aceh, Sumatra Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi

Tenggara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Utara dengan melakukan pemberian

pengetahuan yang baik kepada para petani kakao, dan melakukan transfer teknologi.

Hasil dari adanya kerjasama ini juga terbukti dapat mensejahterakan para petani kakao,

dimana menurunnya tingkat kemiskinan yang ada di antara para petani kakao yang

berada di dalam SCPP.

Jika dilihat dari aspek berkelanjutan yang berfokus pada 3 hal yaitu Ekonomi,

Sosial, dan Lingkungan. Pada dasarnya aspek – aspek yang berada di dalam

keberlanjutan ini sangat mendorong satu sama lain. Di dalam penerapannya pun sangat

memberikan manfaat dan keuntungan bagi para petani kakao. Sesuai dengan slogan

“People, Profit, Planet” program – program yang ada sangat mendukung untuk

terjalinnya aspek berkelanjutan pada tanaman kakao.

Dimana jika di sektor ekonomi dengan adanya kerja sama ini terjadinya

peningkatan pendapatan yang dihasilkan melalaui kenaian produktivitas kakao sehingga

dapat mengurangi kemiskinan yang ada. Jika dari aspek lingkungan dengan

diterapkannya praktik pertanian yang baik dapat menciptakan pertanian yang ramah

lingkungan sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pada

sektor pertanian Indonesia. Dimana Indonesia berhasil menghemat jumlah emisi sebesar

5,795 Tco2e/MT per tahun dari para petani kakao yang berada di dalam kerja sama

SCPP.

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 6: BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/BAB VI.pdf · KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan ... dari

101

Jika dilihat dari aspek sosial didapatkannya pengetahuan mengenai diet

seimbang untuk menangani permasalahan malnutrisi di Indonesia, sehingga dapat

terciptanya gizi seimbang di keluarga petani kakao. dapat memberitahukan petani

terkait gizi seimbang agar bisa menerapkan pertanian yang berkelanjutan, selain itu

adanya peningkatan partisipasi wanita dalam keluarga kakao yang diharapkan dapat

memberikan kesehajteraan pada keluarga petani kakao.

VI.2 Saran

Untuk mencapai target Kakao Berkelanjutan di Indonesia, pertama – tama

Indonesia harus mampu untuk mengatasi permasalahan – permasalahan yang ada baik

itu mengenai hama, penyakit, atau pun pengembangan hilir dari usaha kakao. Adapun

beberapa saran dari penulis untuk pembaca yang diharapkan dapat bermanfaat

dikemudian harinya:

1. Kerja sama SCPP yang dilakukan antara Kemendagri dan Swisscontact merupakan

sebuah kerja sama yang dilakukan di dalam waktu yang panjang yaitu dari tahun

2012 – 2020 dan dibagai ke dalam tiga tahap. Kerja sama ini dilakukan dalam

mendukung tujuan pemerintah yaitu meningkatakan produktivitas dan kualitas

kakao serta mengembangkan sektor kakao berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena

itu diharapkan jika kerja sama ini telah berakhir. Diharapkan hasil dari kerja sama

yang dilakukan masih dapat diterapkan oleh para petani kakao melalui penyuluh

Pemerintah yang ada di dalam kerja sama ini.

2. Sering terjadinya pergantian kepala ditingkat daerah membuat terhambat

implementasi yang dilakukan di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan harus adanya

penjelasan ulang mengenai kerja sama tersebut dari Swisscontact kepada kepala

ditingkat daerah yang baru. Akan lebih efisien jika di dalam pemberitahuan kerja

sama yang akan dilakukan menunjuk beberapa anggota dari pemerintah daerah

untuk memahami kerja sama SCPP, sehingga jika terjadinya pergantian kepala

daerah hal ini tidak akan memberikan hambatan pada implementasi di daerah

tersebut.

Saran yang akan penulis berikan untuk penelitian selanjutnya adalah untuk lebih

fokus pada kerja sama SCPP yang dilakukan pada tahap II yaitu yang dimulai pada

UPN "VETERAN" JAKARTA

Page 7: BAB VI KESIMPULAN VI.1 Kesimpulanrepository.upnvj.ac.id/1016/8/BAB VI.pdf · KESIMPULAN VI.1 Kesimpulan Dominasi dari perkebunan kakao di Indonesia, hampir 95% merupakan ... dari

102

tahun 2015 – 2018. Dimana pada penelitian ini penulis telah melakukan fokus penelitian

yaitu SCPP pada tahap I yang terjadi pada tahun 2012 – 2015. Selain hal tersebut, fokus

penelitian yang dilakukan tidak hanya menganalisis kerja sama yang dilakukan oleh

Indonesia – Swiss akan tetapi fokus penelitian kerja sama bisa ditujukan kepada peran

NGO yang berada di dalam kerja sama ini yaitu Swisscontact.

UPN "VETERAN" JAKARTA