bab v faktor-faktor yang …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14840/5/t1...34 belum tau kapan...

17
32 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM KEBIJAKAN MEMPERTAHANKAN WAJIB MILITER Wajib militer Korea Selatan sudah dilakukan dengan berbagai faktor sebagaimana ditulis pada bab 4. Faktor-faktor tersebut mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Misalnya, dahulu faktor pendorong adanya wajib militer Korea Selatan pada paska kemerdekaan dan perang saudara didorong faktor kemiskinan Korea Selatan, Korea Selatan tidak mampu membayar tentaranya sehingga wajib militer menjadi sistem yang baik pada masa itu. Namun, pada masa kemajuan Korea Selatan saat ini, alasan tersebut tidak dapat dipakai kembali. Akan tetapi, Korea Selatan tetap mempertahankan sistem wajib militer di negaranya. Ternyata ada faktor-faktor baru yang relevan yang ternyata mendorong sistem wajib militer Korea Selatan tetap dipertahankan hingga saat ini. Faktor-faktornya adalah sebagai berikut: 5.1 Ancaman Korea Utara Paska perang saudara antara Korea Selatan dengan Korea Utara pada tahun 1950, hubungan antara kedua negara ini belum juga membaik. Pada tahun 1953 kedua negara tersebut melakukan penandatanganan kesepakatan gencatan senjata. Selama masa-masa gencatan senjata kedua negara mencoba untuk melakukan rekonsiliasi. Korea Selatan mencoba melakukan diplomasi kepada Korea Utara untuk mencapai rekonsiliasi. Pada tahun 1970-an, Kore Selatan berusaha untuk melakukan diplomasi dengan Korea Utara (Fakta Tentang Korea, 2015). Kedua negara mencoba untuk melakukan beberapa perundingan- perundingan. Akhirnya pada tahun 1972 seorang Direktur Korea Central Intelligence Agency (KCIA) yang bernama Lee Hu-rak, ia dikirim ke Korea Utara secara sembunyi-sembunyi untuk melakukan musyawarah dengan pihak Korea Utara dan melahirkan 7 prinsip Unifikasi (Ministry of Unification, 2016) Unifikasi tidak boleh diintervensi oleh pihak luar, kedua negara tidak boleh bersandar pada pihak luar serta kedua negara harus menyelesaikannya hanya dengan kedua negara yang bersangkutan saja. Unifikasi ini harus diwujudkan dengan cara yang damai dan tidak dengan cara kekerasan yang dimana kedua negara saling menyangkal. dengan melampaui perbedaan ideologi dan kebijakan terutama sebagai satu bangsa Korea harus mencapai kesatuan. Untuk menciptakan suasana saling percaya dan untuk mengurangi ketegangan antara kedua negara, Korea Selatan dan Korea Utara tidak serta merta saling mengkritik

Upload: vodang

Post on 07-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

32

BAB V

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM KEBIJAKAN

MEMPERTAHANKAN WAJIB MILITER

Wajib militer Korea Selatan sudah dilakukan dengan berbagai faktor sebagaimana

ditulis pada bab 4. Faktor-faktor tersebut mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.

Misalnya, dahulu faktor pendorong adanya wajib militer Korea Selatan pada paska

kemerdekaan dan perang saudara didorong faktor kemiskinan Korea Selatan, Korea Selatan

tidak mampu membayar tentaranya sehingga wajib militer menjadi sistem yang baik pada

masa itu. Namun, pada masa kemajuan Korea Selatan saat ini, alasan tersebut tidak dapat

dipakai kembali. Akan tetapi, Korea Selatan tetap mempertahankan sistem wajib militer di

negaranya. Ternyata ada faktor-faktor baru yang relevan yang ternyata mendorong sistem

wajib militer Korea Selatan tetap dipertahankan hingga saat ini. Faktor-faktornya adalah

sebagai berikut:

5.1 Ancaman Korea Utara

Paska perang saudara antara Korea Selatan dengan Korea Utara pada tahun 1950,

hubungan antara kedua negara ini belum juga membaik. Pada tahun 1953 kedua negara

tersebut melakukan penandatanganan kesepakatan gencatan senjata. Selama masa-masa

gencatan senjata kedua negara mencoba untuk melakukan rekonsiliasi. Korea Selatan

mencoba melakukan diplomasi kepada Korea Utara untuk mencapai rekonsiliasi. Pada tahun

1970-an, Kore Selatan berusaha untuk melakukan diplomasi dengan Korea Utara (Fakta

Tentang Korea, 2015). Kedua negara mencoba untuk melakukan beberapa perundingan-

perundingan. Akhirnya pada tahun 1972 seorang Direktur Korea Central Intelligence Agency

(KCIA) yang bernama Lee Hu-rak, ia dikirim ke Korea Utara secara sembunyi-sembunyi

untuk melakukan musyawarah dengan pihak Korea Utara dan melahirkan 7 prinsip Unifikasi

(Ministry of Unification, 2016)

Unifikasi tidak boleh diintervensi oleh pihak luar, kedua negara tidak boleh bersandar

pada pihak luar serta kedua negara harus menyelesaikannya hanya dengan kedua

negara yang bersangkutan saja. Unifikasi ini harus diwujudkan dengan cara yang

damai dan tidak dengan cara kekerasan yang dimana kedua negara saling

menyangkal. dengan melampaui perbedaan ideologi dan kebijakan terutama sebagai

satu bangsa Korea harus mencapai kesatuan.

Untuk menciptakan suasana saling percaya dan untuk mengurangi ketegangan antara

kedua negara, Korea Selatan dan Korea Utara tidak serta merta saling mengkritik

33

tajam, tidak saling memprovokasi untuk melakukan kekerasan besar atau kecil serta

melakukan musyawarah untuk menghasilkan solusi guna mencegah konflik militer

yang tidak diinginkan.

Kedua pihak melakukan musyawarah untuk melaksanakan diplomasi yang

terorganisir di berbagai bidang agar unifikasi tersebut tercipta semakin erat,

meningkatkan saling pengertian dan memulihkan jaringan nasional yang sempat

terputus.

Kedua pihak melakukan musyawarah untuk saling bekerjasama untuk melaksanakan

secepatnya pertemuan palang merah Selatan dan Utara yang diproses dalam harapan

yang besar oleh seluruh bangsa.

Kedua pihak bermusyawarah membuat telepon langsung antara Seoul dan Pyongyang

agar dapat menyelesaikan masalah mereka secara cepat dan tepat utuk menyelesaikan

masalah antara kedua negara, mencegah insiden militer yang tidak dapat diprediksi.

Kedua pihak melakukan musyawarah untuk memanajemen dan membentuk badan

pengontrol Korea Selatan dan Utara yang dikepalai oleh Lee Hu-rak dari Korea

Selatan dan Kim Young-ju dari Korea Utara dengan tujuan menyelesaikan masalah

unifikasi negara berdasarkan prinsip unifikasi negara yang telah dimusyawarahkan,

menyelesaikan dan memperbaiki persoalan bursa di antara Korea Selatan dan Utara

bersama.

Kedua pihak menjanjikan dengan sungguh-sungguh di hadapan seluruh bangsa

bahwa akan menjalankan dan melaksanakan dengan giat poin-poin yang telah

dimusyawarahkan meyakini bahwa, poin-poin ini sesuai dengan harapan yang selalu

diharapkan oleh seluruh bangsa yang menginginkan unifikasi.

Dari berbagai upaya diplomasi ini akhirnya pada tahun 1991 kedua negara setuju

untuk bergabung secara serentak ke dalam PBB. Antara tahun 1991-1992, kedua negara

terlibat dalam delapan pertemuan bilateral, termasuk diskusi tingkat tinggi yang diadakan di

Seoul, pada tahun 1991, kedua negara menandatangani perjanjian rekonsiliasi, non-Agresi,

dan pertukaran serta kerjasama antara Korea Selatan dan Utara. Kesepakatan ini

memfokuskan kedua negara untuk saling menghormati, menolak agresi bersenjata, serta

melakukan pertukaran dan kerjasama di berbagai sektor. Namun, usaha-usaha itu belum

dapat meredakan ketegangan di kedua negara sampai saat ini.

Selama ini, Korea Selatan selalu waspada dengan ancaman perang konvensional dari

Korea Utara. Paska terjadinya perang, Korea Utara memiliki sekitar 1.200.000 tentara dan

34

belum tau kapan Korea Utara akan memprovokasi, upaya yang dilakukan oleh Korea Selatan

untuk berdamai belum mampu untuk menyelesaikan masalah antara kedua negara, terlebih

Korea Selatan memiliki tentara yang lebih sedikit dari tentara Korea Utara. Meskipun Korea

Selatan memiliki kemajuan di berbagai bidang namun hal tersebut belum tentu dapat

menutupi kekurangan jumlah tentara Korea Selatan.

Menurut Kukbang Baekseo perbandingan kekuatan militer antara kedua negara

adalah sebagai berikut:

Kategori Korea Selatan Korea Utara

Kekuatan militer

Angkatan darat 490.000 1.100.000

Angkatan laut 70.000

(termasuk mariner

sebanyak 29.000

orang)

60.000

Angkatan udara 65.000 110.000

Kapasitas perang

utama

Divisi angkatan darat 44

(termasuk mariner)

82

Tank atau mobil lapis

baja

2400

(termasuk mariner)

4300

Kapal tempur 110 430

Kapal selam tempur 10 70

Pesawat tempur 410 810

Helikopter 630 290

Kekuatan militer

cadangan

3.100.000 7.620.000

Tabel 5.1

Perbandingan Kekuatan Militer antara Korea Selatan dengan Korea Utara

(Sumber: Kementerian Pertahanan Korea Selatan, 2016)

Dapat dilihat dari tabel pada kategori kapasitas perang seperti jumlah pesawat

tempur angkatan udara, kapal tempur angkatan laut dan jumlah militer angkatan darat Korea

Utara lebih dari dua kali lipat jumlah kategori angkatan udara, laut dan darat Korea Selatan.

pada kondisi ini memang, untuk angkatan laut dan udara, kualitas akan lebih penting dari

pada kuantitas, karena kedua kategori tersebut lebih mengandalkan pada pemakaian

persenjataan canggih seperti kapal selam tempur, kapal tempur, pesawat tempur dan

helikopter. Sehingga, dalam hal ini Korea Selatan tidak dapat dikatakan kalah oleh Korea

Utara karena Korea Selatan juga memiliki senjata-senjata yang berkualitas. Namun untuk

angkatan darat, tidak hanya kualitas saja yang dibutuhkan untuk menghadapi ancaman,

kuantitas juga sangat diperlukan. Contohnya saja pada perang Korea saat itu, meskipun

pasukan PBB yang membantu Korea Selatan jauh lebih kuat dalam angkatan laut dan udara

35

namun, yang menentukan kemenangan peperangan di semenanjung Korea adalah pada saat

perang darat yang membutuhkan banyak pasukan perang. Sehingga kurangnya pasukan

perang angkatan darat Korea Selatan tidak dapat diabaikan begitu saja. Jika membandingkan

jumlah pasukan perang antara Korea Selatan dengan Korea udara, meskipun hanya dilihat

dari pasukan cadangannya saja Korea Selatan dapat dikatakan lebih lemah dari Korea Utara,

ditambah sistematisasi kondisi militer Korea Utara dapat dikatakan lebih baik dari Korea

Selatan.

Dalam ancaman konvensional terkandung juga, provokasi, serangan kecil-kecilan,

perang cyber, dan juga dalam bentuk iiregular warfare dari Korea Utara, provokasi semacam

ini dapat juga merupakan langkah sebelum mengadakan provokasi warfare. Berikut di bawah

ini merupakan peristiwa-peristiwa yang termasuk ke dalam ancaman konvensional Korea

Utara (The War Memorial of Korea, 2017) :

a. Peristiwa serangan mendadak ke Chung Wa Dae (blue house)

Pada tahun 1968 Korea Utara mencoba untuk menyerang Chung Wa Dae,

dengan memasukkan 31 personil spesialnya. Tujuannya adalah untuk membunuh

presiden dan pejabat pemerintah Korea Selatan. Akan tetapi, militer dan polisi Korea

Selatan mengadakan operasi gabungan dan langsung menumpas tentara Korea Utara.

Dari kejadian tersebut, pasukan cadangan lokal Korea Selatan dibentuk dan bisnis

penguatan pertahanan diplomosikan secara aktif.

b. Peristiwa Invasi ke distrik Uljin dan Samcheok

Pada tahun 1968, sebanyak 120 orang pasukan Korea Utara menginvasi ke

distrik Uljin dan Samcheok. Pada peristiwa tersebut, masyarakat Korea Selatan yang

memiliki jiwa anti komunis tinggi membantu militer dan polisi untuk melakukan

operasi sweeping terhadap pasukan Korea Utara. Pada saat itu, seorang anak sekolah

dasar yang bernama Lee Seung-bok melawan pasukan Korea Utara dan berseru “saya

tidak suka partai komunis!” setelahnya anak itu dibunuh oleh pasukan Korea Utara

c. Penggalian terowongan oleh Korea Utara untuk menyerang Korea Selatan.

Pada tahun 1972, Korea Utara mulai menggali terowongan-terowongan untuk

menginvansi Korea Selatan di Demilirized zone (DMZ). Penggalian tersebut terjadi di

tahun yang sama dengan adanya deklarasi bersama 4 Juli antara Korea Selatan dan

Utara yang berisi 3 prinsip unifikasi yang damai yaitu, perdamaian, independensi dan

persatuan nasional.

d. Peristiwa kejahatan AXE Panmunjeom

36

Pada 18 Agustus 1976, pasukan Korea Utara membunuh dua orang perwira AS dan

memberikan luka parah terhadap 9 orang pengawal, di dekat pos penjagaan ketiga

pihak militer PBB, dalam Joint Security Area (JSA). Dikarenakan kasus tersebut, JSA

di Panmunjeom terbagi menjadi dua yaitu, Utara dan Selatan.

e. Peristiwa invasi kapal selam di Gangneung

Pada tahun1996, ditemukan kapal selam Korea Utara. Kapal tersebut sebenarnya

ingin menginvasi Korea Selatan namun terdampar di pantai Gangneung. Saat itu, 14

orang agen Korea Utara berencana untuk menginvasi ke daratan Korea Selatan,

namun mereka yang terdampar menghadapi perlawanan keras dari pihak militer,

polisi dan pasukan militer cadangan dari Korea Selatan.

f. Perang laut YeonPyung (PLY) 1 dan 2

Perang laut YeonPyung 1 pada 15 Juni 1999 dan 2 pada 29 Juni 2002, merupakan

bentrokan yang terjadi karena pasukan Korut datang di seberang Northern limit line

(NLL) di sekitar pulau YeonPyung laut kuning. Di PLY yang pertama, angkatan laut

Korsel memukul mundur kapal Korut yang menyerangi kapal Korsel dalam 14 menit

lamanya. kemudian pada PLY yang kedua, karena serangan dadakan dari kapal

patroli Korut, Chamsuri 357 pertama tenggelam, 6 orang prajurit laut menjadi korban

jiwa dan 19 orang menderita (terluka).

g. Peledakan kapal CheonAn

Kapal CheonAn (kapal patroli) yang di buat pada tahun 1987, tenggelam karena

serangan torpedo Korea Utara pada 26 Maret 2010. Kapal ini sebelumnya pernah

digunakan pada perang laut YeonPyung pertama, 15 Juni 1999.

h. Pengeboman pulau YeonPyung

Pada 23 November 2010, Korea Utara meluncurkan peluru meriam sebanyak 170 di

pulau YeonPyung. Korea Utara yang selama ini mengancam Korea Selatan, dengan

„akan membuat Ibu Kota Seoul menjadi laut api‟, dengan alasan yang dibuat-buat

karena latihan bersama di antara Korsel dan AS (angkatan darat, laut, dan udara),

meluncurkan peluru meriam. Setelah pengeboman tersebut, Korea Utara tetap

mengancam Korea Selatan.

Dari data dan peristiwa-peristiwa di atas maka dapat diketahui kondisi Korea Selatan

yang selalu terancam dan tidak aman karena keberadaan serta tindakan yang dilakukan Korea

Utara. Dalam upaya yang dilakukan Korea Selatan, terlihat pihaknya menginginkan

perdamaian namun perbedaan ideologi dan sistem secara empirik sepertinya sangat sulit

untuk dicapai sesuai dengan yang diidamkan karena masing-masing negara mengejar sesuatu

37

yang berbeda. Menurut Waltz, tingkat ketidakpastian terhadap musuh membawa perhitungan

yang keliru, hal ini berkaitan langsung dengan keamanan suatu negara. Maka, seperti yang

dibicarakan oleh Waltz, negara selalu harus mengambil langkah yang paling strategis untuk

memaksimalkan keamanan karena akibat dari kekeliruan tersebut sangat menyakitkan.

Mengingat perang Korea, Korea Selatan tidak bisa mengabaikan pengaruh dari jumlah

pasukan, spesifiknya jumlah pasukan daratan. Sehingga, dalam konsep internal balancing1,

sistem wajib militer mungkin bukan pilihan tetapi keharusan bagi Korea Selatan, dan sebagai

extra balancing2 serta detterence, Korea Selatan harus memperkuat kerjasama militer dengan

AS, sebab untuk menahan Korea Utara yang memiliki keinginan perang dan unifikasi dengan

kekuatan militer, AS cukup untuk menjadi hambatan yang besar, selama ini Korea Utara

menunjukkan ciri ganasnya dalam serangan dan politik luar negeri mereka yang selalu

mengatakan “akan menjadikan Korea Selatan laut api” dan juga menyatakan bahwa masalah

kita sebaiknya tidak dicampurtangani oleh pihak lain yaitu AS, karena ada beberapa

pangkalan militer AS yang besar yang beroperasi di Korea Selatan, dan tidak bisa menyerang

Korea Selatan karena takut dengan AS yang memiliki Great Power. Menurut analisis penulis,

kedua hal tersebut harus dijalankan secara bersamaan agar memperoleh Balance of Power

dengan Korea Utara yang terus-menerus mengembangkan rudal, senjata kimia, dan nuklir

(Waltz, 1979) (Paul, 2004)

5.2 Menjaga Stabilitas Ekonomi

Korea Selatan saat ini menjadi salah satu negara dengan perekonomian yang maju.

Pada awal tahun 1960-an Korea Selatan menerapkan perekonomian Korea Selatan

berorientasi pada ekspor. Pada awalnya, produk ekspor utama Korea Selatan hanya produk-

produk industri ringan yang berorientasi pada industri ringan yang dibuat di pabrik-pabrik

kecil atau bahan-bahan mentah. Pada tahun 1970-an Korea Selatan berinvestasi dalam

fasilitas bahan kimia berat dan menaruh dasar untuk ekspor produk-industri berat. Korea

Selatan secara bertahap membangun struktur ekonomi negaranya yang berorientasi di bidang

ekspor dan berpusat pada bisnis besar dalam prosesnya untuk mencapai pertumbuhan sebagai

negara dengan modal dan sumber daya yang cukup. Pada tahun 1960 ekspor Korea Selatan

1 Internal Balancing ialah penyeimbangan kekuatan dengan cara menambah kemampuan internal yang dimiliki

negara, seperti memperkuat pembangunan ekonomi, menambah cadangan senjata, dan lain sebagainya.

2 External Balancing ialah penyeimbangan kekuatan dengan cara mencari kekuatan di luar negara. Disini aliansi

merupakan alat kunci bagi negara untuk menjamin keamanannya.

38

mencapai 32.8 juta Dollar AS kemudian terus naik hingga pada tahun 2013 ekspor Korea

Selatan mencapai 559.6 milyar Dollar AS.

Perekonomian Korea Selatan bergantung pada ekspor dan impor sehingga rentan

terhadap ancaman perekonomian dari luar. Pada tahun 1997 Korea Selatan sempat

mengalami keterpurukan ekonomi karena krisis nilai tukar mata uang. Saat itu, Korea Selatan

terpaksa harus meminjam uang dari IMF sehingga Korea Selatan memiliki banyak hutang.

Namun, keterpurukan ini tidak berlangsung lama hanya dalam waktu dua tahun Korea

Selatan mampu untuk bangkit lagi dengan merestrukturisasi peridustriannya dan rakyat Korea

Selatan juga membantu pemerintah dalam kampanye pengumpulan emas untuk membantu

pemerintah melunasi hutangnya dengan IMF. Setelah mengalami krisis ekonomi, Korea

Selatan terus mengalami pertumbuhan yang kuat.

Data.2 Peningkatan Gross Domestik Product (GDP) per kapita dari tahun 1997 sampai 2015 (sumber: diakses

melalui

http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD?end=2015&locations=KR&start=1997&view=chart

pada tanggal 09 mei 2017, pukul 12.12 WIB)

Paska terjadinya krisis tahun 1997, GDP Korea Selatan terus mengalami kenaikan,

pada tahun 1998 GDP Korea Selatan per kapita hanya sebesar 8.133 USD kemudian terus

naik menjadi 23.101 USD pada tahun 2007 dan data terakhir menjadi 27.221 USD pada tahun

2015.

Pemerintah Korea Selatan berkomitmen untuk meragamkan produk ekspor dan terus

meningkatkan kualitas mereka dengan melakukan seleksi barang-barang berkualitas tingkat

satu di setiap tahunnya. Teknologi merupakan produk terkuat pada perekonomian Korea

Selatan saat ini. Kekuatan utama Korea Selatan pada pasar dunia adalah pada teknologi

komunikasi selulernya dengan infrastruktur komunikasi hebat. Saat ini, terdapat dua jaringan

nasional 4G, menggunakan WiBro dan teknologi Long-Term Evolution (LTE). Perdagangan

asing Korea Selatan yang berhubungan dengan IT mencapai surplus lebih dari 70 milyar

39

dollar AS pada 2011 dan 2012. Korea Selatan menunjukkan persaingan internasional yang

kuat untuk produk-produk telepon seluler, semikonduktor, komputer dan alat-alat perifer.

Korea Selatan juga menunjukkan persaingan yang kuat dalam pembangunan kapal laut dan

struktur dengan nilai tambah yang tinggi, seperti pembangkit di lepas pantai, kapal kontainer

berukuran besar, dan kapal Liquefied Natural Gas (LNG). Pada tahun 2011, Korea Selatan

memenangkan pesanan senilai 13.55 juta Capital Gains Tax (CGT) yaitu, sejumlah 48.2%

dari pesanan pembuatan kapal laut dunia. Korea Selatan juga maju dalam bidang otomotif

pada tahun 2012 Korea Selatan meraih peringkat ke-5 di dunia dalam hal produksi mobil

sebesar 4.56 juta. (Fakta Tentang Korea, 2015)

Seoul adalah Ibu Kota Korea Selatan dan merupakan salah satu pusat bisnis di

wilayah Asia Timur yang terletak di antara Cina dan Jepang sebagai wilayah terdekat dalam

industri Korea Selatan. Seoul menjadi pusat ekonomi Korea Selatan melalui rancangan

pembangunan ekonomi yang dicanangkan pada tahun 1960-an serta mengembangkan

perekonomian Korea Selatan dengan terang secara terus menerus dalam pertumbuhan

berbagai bidang. Saat ini Seoul melaksanakn peran hub of business Asia Timur dengan

memiliki daya saing yang kuat pada industri pengetahuan, dan industri High-Technology

Digital serta efektifitas yang tinggi pada bidang jasa dan finansial.

Kategori GDP

(10milya

r won)

Jumlah

perusa-

haan

Tabung

an bank

(10mily

ar won)

Pajak

dalam

negeri

(10milya

r won)

Jumlah

badan

keseha-

tan

Jumlah

Mobil

(1000

buah)

Jumlah

univer-

sitas

Seluruh

Korea

Selatan

581.516 3.131.963 512.419 82.226 44.029 13.949 180

Seoul 127.175 735.258 259.355 35.436 12.396 2.691 42

Persentase

(%)

21.87 23.48 50.61 43.1 28.15 19.29 23.33

Tabel 5.2

Pentingnya seoul dalam perekonomian di Korea Selatan

(Sumber: diakses melalui http://www.seoul.go.kr/v2012/seoul/review/general/mean_brandseoul.html pada

tanggal 8 mei 2017, pukul 22.19 WIB)

40

Meskipun luas Seoul hanya 0.6% dari seluruh wilayah Korea Selatan namun 21%

GDP Korea Selatan berasal dari Seoul, 50% lebih keuangan Korea Selatan, berpusat di

Seoul, 23% jumlah perusahaan di Korea Selatan berada di Seoul, 43% pajak Korea Selatan

berasal dari Seoul, 19% jumlah mobil di Korea Selatan berasal dari Seoul serta 23% jumlah

Universitas di Korea Selatan berasal dari Seoul.

Data di atas menjelaskan bahwa Seoul merupakan daerah yang penting bagi

pertumbuhan perekonomian Korea Selatan sehingga perlu untuk selalu diperhatikan

keamanan dari kota tersebut. Namun Seoul juga merupakan salah satu daerah yang berjarak

sangat dekat dengan Korea Utara. Jarak antara Seoul dan perbatasan sekitar 60 km, jarak ini

sekitar 40 menit dari Seoul ke perbatasan. Kedekatan jarak tersebut dapat terlihat dari gambar

dibawah ini:

Gambar 3, Peta Provinsi Gyeonggi

Melihat dekatnya jarak dan pentingnya Seoul untuk perekonomian Korea Selatan

maka penjagaan keamanan di sekitar Seoul haruslah maksimal. Penjagaan keamanan ini

umumnya dilakukan dengan menaruh tentara-tentara di sekitar perbatasan. Oleh karena itu,

wajib militer menjadi hal yang diperlukan, salah satu alasan yang harus ditanggapi adalah

untuk menjaga keamanan daerah perbatasan.

41

Kemajuan perekonomian Korea Selatan kemudian memberikan dampak yang positif

untuk peningkatkan kesejahteraan para tentara wajib militer Korea Selatan. Berikut di bawah

ini merupakan tabel peningkatan upah para tentara wajib militer di Korea Selatan:

(satuan mata uang dalam WON)

Tahun Pangkat

Sersan kopral Prajurit kelas

satu

Prajurit kelas

dua

1970 900 800 700 600

1971 1.030 920 800 690

1972 1.200 1.050 900 800

1973 Pembekuan

1974 1.560 1.370 1.170 1.040

1975 Pembekuan

1976 2.260 1.990 .1.700 .1.510

1977 2.890 2.540 2.170 1.930

1978 3.460 3.050 2.600 2.320

1979 3.800 3.300 2.900 2.600

1980 3.900 3.400 3.000 2.700

1981 Pembekuan

1982 4.200 3.700 3.300 3.000

1983 4.500 3.900 3.500 3.200

1984 Pembekuan

1985 4.600 4.000 3.600 3.300

1986 4.900 4.300 3.900 3.500

1987 5.100 4.500 4.000 3.600

1988 7.500 6.500 6.000 5.500

1989 8.300 7.000 6.500 6.000

1990 9.400 8.200 7.300 6.600

1991 10.000 9.000 8.000 7.200

1992 10.900 9.800 8.700 7.800

1993 11.300 10.100 9.000 8.100

1994 11.700 10.400 9.300 8.400

1995 12.100 10.700 9.600 8.700

42

1996 12.700 11.200 10.100 9.100

1997 13.300 11.800 10.600 9.600

1998 Pembekuan

1999 Pembekuan

2000 13.700 12.200 10.900 9.900

2001 19.600 17.700 16.000 14.800

2002 21.900 19.800 17.900 16.500

2003 23.100 20.900 18.900 17.400

2004 34.000 30.700 27.800 25.600

2005 44.200 39.900 36.100 33.300

2006 72.000 65.000 58.800 54.300

2007 88.600 80.000 72.300 66.800

2008 97.500 88.000 79.500 73.500

2009 Pembekuan

2010 Pembekuan

2011 103.800 93.700 84.700 78.300

2012 108.000 97.500 88.200 81.500

2013 129.600 117.000 105.800 97.800

2014 149.000 134.600 121.700 112.500

2015 171.400 154.800 140.000 129.400

2016 197.100 178.000 161.000 148.000

2017 (perkiraan) 216.800 195.800 177.100 162.800

Tabel 5.3

Upah bulanan prajurit biasa per pangkat (dinas wajib militer)

(Sumber: Kementerian Pertahanan Korea Selatan, 2016)

Dari data di atas terjadi kenaikan upah untuk tentara Korea Selatan mengalami

kenaikan setiap tahunnya. Meskipun ada tahun-tahun dimana anggaran militer mengalami

pembekuan yaitu pada tahun 1973, 1975, 1981, 1984, 1998, 1999, 2009 dan 2010. Kenaikan

upah militer ini terjadi untuk seluruh pangkat militer yang berada di Korea Selatan yaitu

pangkat Sersan, Kopral, Prajurit Kelas 1 dan Prajurit Kelas 2.

Ekonomi dan teknologi pun merupakan salah satu elemen penting dari kekuasaan,

yaitu alat untuk memperoleh pertahanan negara. (Baylis, 2012) Semakin memiliki banyak

harta, dengan alaminya semakin banyak yang harus dilindungi, dan perlindungan tersebut

43

harus kuat agar dapat memegang ketenangan dan kedamaian yang stabil. Demikian juga

situasi Korea Selatan saat ini, Korea Selatan telah memiliki perekonomian yang sangat besar,

secara otomatis, dalam dunia yang anarki ini, keamanan menjadi agenda utama bagi Korea

Selatan. Ketika keamanan suatu negara bergoyang, dampaknya di perekonomian akan sangat

besar. Melihat perekonomian Ibu Kota Seoul dan sekitarnya, dapat diprediksi betapa

besarnya dampak tersebut, ketika diserang oleh Korea Utara. Perekonomian Korea Selatan

akan menjadi lumpuh. Sebenarnya, tanpa diserang, menerima ancaman ataupun provokasi

yang keras saja, akan ada banyak dampak di ekonomi, contohnya, modal asing yang tertanam

di Korea Selatan bisa juga ditarik oleh para investor asing ketika ada tanda-tanda yang

berbahaya. Tanpa kekuatan ekonomi yang memadai, pertahanan pun sangat sulit untuk

dicapai dan juga sebaliknya tanpa pertahanan nasional yang kuat, tidak dapat menjaga harta

yang dimiliki, saling memiliki hubungan yang tak terlepas. Sehingga Korea Selatan memilih

extra balancing yaitu AS sebagai aliansi dalam tujuan melindungi baik Ibu Kota Seoul

maupun wilayah-wilayah lain di Korea Selatan dan juga ketika faktor ekonomi dikaitkan

dengan keamanan negara dan ancaman-ancaman dari luar sesuai dengan defensive realism

dan internal balancing, dapat dimengerti alasan Korea Selatan untuk mempertahankan sistem

wajib militer.

5.3 Ancaman Negara Sekitar

Korea Selatan saat ini, memiliki kemampuan diplomatik yang baik, Korea Selatan

biasanya melakukan pengumpulan informasi dan balasan diplomatik pada hubungan

internasionalnya. Tetapi tetap saja, potensi ancaman negara sekitar merupakan hal yang tidak

dapat diabaikan begitu saja. Cina dan Jepang merupakan kedua negara yang patut

diperhatikan oleh Korea Selatan. Karena, kedua negara tersebut terletak sangat dekat dengan

Korea Selatan. Cina dan Jepang terus menerus mengakselerasi peningkatan kekuatan

militernya.

44

Gambar 4. Peta Asia Timur

5.3.1 Ancaman Cina

Cina dapat dianggap sebagai negara yang memiliki potensi ancaman yang terbesar

bagi Korea Selatan. Saat ini, Korea Selatan dan Cina menjalin hubungan „Strategic

Partnership’, namun Cina juga merupakan aliansi bagi Korea Utara. Seperti yang kita ketahui

Korea Selatan dan Korea Utara masih dalam kondisi berperang. Selain itu, Korea Selatan dan

Cina memiliki ideologi yang berbeda, Cina bukan negara dengan ideologi liberal democracy

seperti Korea Selatan, belakangan ini, Cina memperkuat High pressure propensity dan

Ekspansionisme. Meskipun hal ini, benar atau tidaknya dan tingkat ancaman dari negara

musuh dapat dinilai secara menyeluruh maksud dan kemampuan yang dimiliki oleh negara

tersebut, terlepas dari maksud mereka, kekuatan militer (jumlah pasukan) Cina yang sangat

kuat yang mencapai sekitar 2.300.000 menjadi ancaman potensial yang serius bagi Korea

Selatan.

Menurut Kementerian Pertahanan, Cina mendorong (dengan cepat) modernisasi

kemampuan dalam perang khsusnya di angkatan laut dan udara serta rudal dan nuklir untuk

mencapai kemenangan dalam Warfare di bawah kondisi Informationization. Cina

mengeluarkan anggaran untuk pertahanan peringkat kedua di dunia setelah Amerika Serikat

sejak tahun 2009. Sedangkan untuk angkatan darat, dalam proses memperkuat Rapid

Response Capability, informasi menyeluruh, manuver jarak jauh dengan mengembangkan

Departemen Penerbangan Militer, mekanisasi serta pasukan operasi khusus untuk angkatan

darat menurut tuntutan strategis dalam offense dan defense yang berdimensi serta operasi

militer manuver. Kalau untuk angkatan laut, sedang meningkatkan kemampuan untuk operasi

militer jarak jauh. Pada tahun 2013, termasuk 2 kapal pemburu, total 18 buah kapal tempur

model baru ditugaskan. Kalau untuk angkatan udara, sedang memperkembangkan senjata

tekonologi canggih seperti pesawat tempur model baru, peluru kendali dari darat ke udara

serta radar dengan strategi ‘Attack and Defensive fold’. Kalau untuk artileri kedua, sedang

mencurahkan tenaga dalam peningkatan kemampuan pukulan presisi untuk misil

konvensional dan ancaman strategis dengan mengontrol rudal balistik konvensional serta

nuklir.

Cina, sejak tanggal 1 januari 2016, melakukan reorganisasi secara besar-besaran pada

militer, mendirikan korps pendukung strategis, melakukan reorganisasi 4 markas militer,

yaitu staf, politik, logistik, dan persenjataan dengan 15 lembaga baru di bawah Komisi

Militer Pusat (CMC). (Cho, 2016) Dibanding masa lalu, mereka sangat menekankan

pengelolaan integrasi pada kekuatan militer secara keseluruhan dan menjadi agresif.

45

Bertentangan dengan harapan masyarakat Korea Selatan yang berdasarkan Strategic

Partnership dengan Cina pada tahun 2010, dalam peristiwa pengeboman kapal CheonAn dan

serangan pulau YeonPyung, Cina tidak pernah memihak di sisi Korea Selatan. Hal ini

menunjukkan bahwa Cina memiliki potensi memberi ancaman secara tidak langsung bagi

Korea Selatan sehingga dirasa perlu mempertimbangkan posisi Cina. Sebagai contoh, ingin

membandingkan kekuatan militer yang dimiliki Cina dengan pihak Korea Selatan, dapat

dilihat dari tabel berikut,

Kategori Korea Selatan Cina

Jumlah pasukan

Angkatan darat 495.000 1.600.000

Angkatan udara 65.000 470.000

Angkatan laut 70.000 250.000

Kapasitas perang

utama

Tank atau mobil lapis

baja

2.400 (termasuk

mariner)

9.150

Panser 2.700 4.788

Pesawat tempur 430 1.230

Helikopter 690 1.002 (termasuk

helikopter offense

200 buah)

Pesawat latihan 160 352

Kapal tempur 110 714 (kapal armada

angkatan laut)

Kapal selam 10 68

Kapal induk - 2

Hulu ledak nuklir - 260

Tabel 5.4

Perbandingan kekuatan militer di antara Korea Selatan dan Cina

(sumber : Newspim, 2017 diambil dari data Kementerian Pertahanan Korea Selatan, 2016)

5.3.2 Ancaman Jepang

Saat ini, negara Korea Selatan dan Jepang beraliansi secara tidak langsung, karena

kedua negara tersebut sama-sama merupakan aliansi Amerika Serikat, selain itu mereka juga

memiliki ideologi yang sama yaitu ideologi liberal democracy seperti Korea Selatan. Maka,

sulit untuk dikatakan Jepang merupakan ancaman yang potensial untuk Korea Selatan. Akan

tetapi Jepang tetap berpotensi mengancam Korea Selatan, ada beberapa faktor yang dapat

menjadikan Jepang berpotensi mengancam Korea Selatan. Pertama adalah pengaruh dari

46

sejarah masa lalu dimana Jepang pernah menjajah Korea Selatan dan Jepang juga pernah

berperang dengan Cina, jika Jepang dan Cina kembali berperang maka, Korea Selatan dinilai

dapat menjadi tempat strategis untuk berperang sehingga Jepang berpotensi untuk menduduki

Korea Selatan. Kedua, Korea Selatan dan Jepang memiliki sengketa terhadap pulau Dok-do.

Jepang memiliki ambisi besar untuk menjadikan pulau Dok-do bagian wilayah Jepang karena

pulau Dok-do memiliki kekayaan alam berupa Hydrate yang nantinya dapat menggantikan

minyak bumi. Oleh karena itu, Jepang juga berpotensi menjadi ancaman bagi Korea Selatan.

Jepang selama ini rutin meningkatkan kekuatan militer dan belakangan ini Jepang

mengekspansi pula lingkup kegiatan untuk kekuatan militer dengan mengatasnamakan

Collective Security, Jepang juga memiliki pengalaman di perang dunia sebelumnya, maka

ketika pihaknya ingin, kapanpun dapat menggunakan kekuatan militer secara agresif.

Sehingga pada saat Jepang meloloskan undang-undang Collective Security, di Korea Selatan

timbul banyak “kekhawatiran terhadap kemungkinan pergerakan maju pasukan bela diri

Jepang di wilayah udara dan perairan Korea Selatan”. (koran harian Choson, 21 Sep 2015,

A2) Ketika membandingkan kekuatan militer rata-rata yang dimiliki oleh Jepang dengan

pihak Korea Selatan, dapat dilihat dari tabel berikut,

Kategori Jepang Korea Selatan

Jumlah

pasukan

Seluruh jumlah pasukan 247.150 630.000

Angkatan darat 151.050 495.000

Angkata laut 45.500 70.000 (termasuk

mariner sebanyak

29.000 orang)

Angkatan udara 47.100 65.000

Angkatan

darat

Divisi 9 44 (termasuk

mariner)

Tank atau mobil lapis baja 777 2.400 (termasuk

mariner)

Panser 1.023 2.700

Artileri medan 589 5.600

Angkatan

laut

Kapal tempur 53 110

Kapal pendaratan 4 10

Kapal perang ranjau 30 10

47

Kapal sokongan 80 20

Kapal selam 18 10

Angkatan

Udara

Pesawat tempur 340 400

Pesawat patroli 37 60

Pesawat manuver udara 65 50

Pesawat latihan 248 160

Pesawat suplai minyak udara 5 -

Tabel 5.5

Perbandingan kekuatan militer di antara Korea Selatan dan Jepang

(sumber : Kementerian Pertahanan, 2016)

Menurut tabel di atas, jika dilihat dari jumlah pasukan darat ataupun seluruh jumlah

pasukan, Jepang lebih kurang dari Korea Selatan tetapi dalam kekuatan angkatan laut, Jepang

memiliki lebih banyak kapal selam dan kapal sokongan, kalau untuk dalam kekuatan

angkatan udara, jumlah pesawat tempur Jepang tidak jauh dengan Korea Selatan dan juga

mereka memiliki pesawat suplai minyak udara sehingga lingkup praktek mereka lebih luas.

Dilihat dari besar populasi mereka, teknologi, dan kekuatan militer, mereka sesungguhnya

dapat meningkatkan kekuatan militer secara eksplosif dalam waktu yang pendek.

Cina dan Jepang, kedua negara tersebut, berpotensi menjadi ancaman bagi Korea

Selatan. Korea Selatan sebaiknya tidak menutup kemungkinan apapun yang dapat diprediksi.

Sebab hubungan diplomatik Korea Selatan dengan mereka lebih cenderung ke Strategic

Partnership. Penelitian di atas menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak boleh

diabaikan oleh Korea Selatan.

Perbandingan kekuatan militer antara Korea Selatan dan Cina sepertinya tidak terlalu

berarti, dikarenakan kekuatan militer Cina sangat jauh diatas kekuatan militer Korea Selatan.

Menurut Waltz „Provokasi dalam rangka untuk mengejar hegemoni merupakan „bunuh diri‟

bagi suatu negara”. Meskipun pengembangan nuklir merupakan contoh yang baik menurut

Waltz bagi suatu negara untuk mengejar hegemoninya namun bagi Korea Selatan

kemungkinan untuk mengikuti „jejak‟ Korea Utara untuk mengejar kekuatan militer Cina

sangat kecil. Contohnya Korea Selatan mengembangkan senjata nuklirnya untuk kepentingan

pertahanan negaranya, hal ini sangat kecil kemungkinannya untuk dilakukan oleh Korea

Selatan. Oleh karena itu pertahanan nasional, aliansi, dan diplomasi yang pandai, yang

semacam inilah yang menjadi agenda penting bagi Korea Selatan. Namun pada praktiknya,

dalam hal peningkatan pertahanannya suatu negara akan mudah jatuh ke dalam Security

48

Dillema, hal inilah yang kemudian harus dihindari oleh Korea Selatan. Sehingga dalam hal

ini Korea Selatan terus menjaga batasnya sebaik mungkin.

Sedangkan, Jepang sebenarnya bukan ancaman yang secara langsung bagi Korea

Selatan saat ini. Namun dilihat dari sengketa-sengketa yang masih belum beres, riwayat

Jepang yang pernah mengkolonisasi Korea Selatan, dan juga kemampuan mereka yang dapat

mengekspansi kekuatan militer secara eksplosif, Jepang dapat digolongkan sebagai yang

berpotensial menjadi ancaman bagi Korea Selatan. Kesamaan ideologi tidak dapat menjadi

jawaban yang tepat bagi perdamaian, ketika suatu negara memiliki ambisi untuk menjadi

hegemon. Menurut Glaser, „mengejar hegemoni akan membuat negara-negara menjadi

semakin kuat namun di sisi lain hal itu akan menempatkan mereka di zona yang berbahaya‟,

Korea Selatan telah berada di dalam zona tersebut, sehingga ketika pertahanan nasional yang

maksimal menjadi keharusan, sistem wajib militer bukan lagi pilihan namun menjadi dasar

dalam pertahanan keamanan negara Korea Selatan dilihat dari segi internal balancing dan

Korea Selatan beraliansi dengan Amerika Serikat untuk menjaga stabilitas keamanan yaitu

dalam pandangan Balance of Power di Asia Timur, karena Cina dan Jepang saat ini menjadi

negara yang memiliki suara dan kekuatan yang besar di dunia, sangat penting membawa

stabilitas di kawasan Asia Timur. Aliansi dengan AS sebagai extra balancing dan detterence

berfungsi dengan baik yang dimaksud dengan tujuan kerjasama yang Korea Selatan dan AS

inginkan terhadap kawasan tersebut dan juga menjalankan diplomasi yang baik dengan Cina

dan Jepang agar hubungannya tetap baik.