bab iv proses istinbat hukum qiyas terhadap …etheses.uin-malang.ac.id/83/8/09210082 bab 4.pdf ·...
TRANSCRIPT
71
BAB IV
PROSES ISTINBAT HUKUM QIYAS TERHADAP STATUS
KEMAHRAMAN ANAK HASIL IN-VITRO FERTILIZATION MELALUI
RAHIM ORANG LAIN DAN HASILNYA
A. Istinbat Hukum Dalam Penetapan Status Kemahraman Anak
HasilInVitro Fertilization Melalui Rahim Orang Lain Menurut Hukum
Islam
Kecanggihan suatu teknologi yang digunakan manusia untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya, akan selalu menimbulkan akibat
hukum. Misalnya yaitu kemajuan teknologi tentang in-vitro fertilization yang
membantu pasangan suami istri yang kesulitan untuk memiliki anak, dengan
adanya progam in-vitro fertilization ini diharapakan dapat membantu
pasangan suami istri untuk memiliki anak.Kehadiran anak dalam sebuah
perkawinan merupakan suatu hal yang didambakan oleh setiap pasangan
suami istri, sedangkan tidak semua pasangan suami istri diberi kemudahan
untuk memiliki seorang anak.
72
Adapun bentuk in-vitro fertilization yang dilakukan oleh pasangan
suami istri yakni bermacam-macam sesuai dengan kondisi fisik pasangan
suami istri tersebut, berbagai bentuk in-vitro fertilization tersebut jugaakan
menimbulkan suatu akibat hukum yang berkaitan dengan nasab, waris,
mahram serta wasiat. Akan tetapi, dalam penelitian ini, peneliti berupaya
untuk mengakaji tentang status kemahraman anak hasil in-vitro fertilization
melalui rahim orang lain. Proses in-vitro fertilization melalui rahim orang
lain akan menimbulkan suatu pertanyaan tentang siapakah ibuk dari anak
tersebut.
In-vitro fertilization melalui rahim orang lain merupakan suatu
proses untuk mendapatkan anak yang tidak ditemukan pada masa Nabi
Muhammad SAW dan permasalahan ini tidak dijelaskan secara khusus
dalam al-Quran dan al-Hadist, disinilah peran para mujtahid untuk
menentukan status kemahraman anak hasil in-vitro fertilization melalui
rahim orang lain dengan menggunakan manhaj atau metode istinbat hukum.
Adapun manhaj yang digunakan untuk memecahkan permasalahan ini yaitu
dengan menggunakan manhaj qiyas.
Suatu permasalahan yang dipecahkan dengan metode istinbat
hukum qiyas, maka harus memenuhi rukun-rukun qiyas. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam bab III, adapun rukun-rukun qiyas yaitu al-ashlu, al-far‟u,
hukum aslh dan „illat. Untuk menemukan hukum tentang hasil kemharaman
anak hasil in-vitro fertilization melalui rahim orang lain, maka harus
ditemukan al-ashlu terlebih dahulu, baik yang bersumber dari al-Quran
73
maupun al-hadits dan yang penting juga yakni adanya „illat yang sama
antara al-ashlu dan al-far‟u.
Adapun penerapan qiyas terhadap permasalahan status
kemahraman anak hasil fertilisasi in-vitro melalui rahim orang lain yakni
sebagai berikut :
1. Al-Ashlu
Al-Ashlu yang digunakan dalam metode istinbat hukum qiyas,
dapat berasal dari Al-Quran maupun Hadist yang memiliki kemiripan
dengan permasalahan yang akan diselesaikan. Untuk memecahkan
permasalahan ini, peneliti harus memilih sebuah ayat yang tepat untuk
dijadikan al-ashlu. Dalam hal ini, peneliti akan mencantumkan beberapa
ayat yang memiliki kemiripan dengan permasalahan ini.
1. Surat Al-Hajj ayat 2:
1
“(ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah
semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan
gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat
manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak
mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. 2
2. Surat Tholaq ayat 6 :
1 QS. Al-Hajju (22) : 2
2Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an,
(Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h. 333.
74
3
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka
untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang
sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka
nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada
mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”.4
3. Surat Al-Qashash ayat 12 :
5
“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan
yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara
Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan
memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik
kepadanya?".6
4. Surat Al-Baqarah ayat 233 :
3 QS. At-Thalaq (65) : 6
4Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an,
(Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h. 560. 5 QS. Al-Qashash (28) : 12
6Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an,
(Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h. 387.
75
7
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka
tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan”.8
5. Surat Al-Qashash ayat 7 :
7 QS. Al-Baqarah (2) : 233
8Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an,
(Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h. 38.
76
9
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila
kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan
janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena
Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men-
jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.10
6. Surat An-Nisa’ ayat 23 :
11
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-
anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu
yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu
isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu
dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
9 QS. Al-Qashash (28) : 7
10Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. ..h. 387.
11QS. An-Nisa’ (4) : 23
77
dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa
kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
12
Diksripsi dari beberapa ayat yang berkaitan dengan permasalahan ini,
penulis telah menemukan satu ayat al-Quran yang dapat digunakan untuk
dijadikan al-Ashlu karena adanya kemiripan yaitu ayat yang menjelaskan
tentang status anak susuan terhadap ibu yang menyusui. Adapun maksud dari
anak susuan dalam konteks ini yaitu seorang anak yang menyusu kepada orang
lain secara langsung melalui payudara. Adapun ayat yang secara khusus
membahas tentang in-vitro fertilization melalui rahim orang lain yaitu surat an-
Nisa’ ayat 23:
13
12
Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an,
(Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h. 82.
13
QS. An-Nisa’ (4) : 23
78
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan),
Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-
isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.14
2. Al-Far‟u
Al-Far‟u merupakan suatu peristiwa hukum yang ketentuan hukumnya
tidak diatur dalam al-Quran maupun hadits. Adapun al-far‟u dalam penelitian
ini yaitu status kemahraman anak hasil in-vitro fertilization melalui rahim
orang lain. Adapun in-vitro fertilization melalui rahim orang lain merupakan
suatu usaha manusia untuk mendapatkan anak, yaitu dengan pembuahan ovum
dan sperma (milik pasangan suami istri )diluar rahim yang kemudian ditanam
dalam rahim perempuan lain.
Proses ini bisa saja dilakukan oleh pasangan suami istri untuk
mendapatkan anak, yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mengakibatkan
pasangan suami tersebut tidak dapat memiliki keturunan.
3. Hukum Asal
14
Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an,
(Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h. 82.
79
Adapun hukum syara‟ yang terdapat al-ashlu yakni surat an-Nisa’ ayat 23
yaitu haram hukumnya menikahi ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara
perempuan sepersusuan.Adapun tujuan diharamkannya akibat susuan bahwa
beberapa bagian tubuh manusia terbentuk dari susu. Susu seorang perempuan
menyebabkan daging anak yang dia susui dan membentuk tulangnya
membesar, 15
karena sesungguhnya pembesaran tulang dan penumbuhan daging
disebabkan karena adanya pasokan makanan yang berupa susu.
Diharamkannya menikahi ibu susuan karena ibu susuan merupakan bagian dari
anak tersebut secara hakikat.16
4. Masalik al-„illah
Adapun metode untuk menemukan ‘illat yang digunakan peneliti untuk
menemukan hukum baru terkait permasalahan ini yaitu :
a. Sabru wa Taqsim
Langkah pertama yang digunakan untuk menemukan „illat yaitu
sabru wa taqsim, dalam langkah ini peneliti akan melakukan penelitian dan
pemilahan tentang beberapa sifat yang yang terdapat dalam progam in-vitro
fertilization melalui rahim orang lain, kemudian peneliti memaparkan
beberapa sifat dan kemudian memilih sifat-sifat yang paling relevan untuk
dijadikan „illat hukum. Adapun sifat-sifat yang terdapat dalam proses in-
vitro fertilization yaitu :
1) Pemberian makanan melalui organ tubuh perempuan (ibu)
15
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu jilid 10, ((Jakarta ; Gema Insani, 2011), h. 137. 16
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu jilid 10,., h. 138.
80
Menurut Islam, pemberian makanan terhadap balita sangat
dianjurkan. Hal ini sangat jelas bahwa dalam firman-Nya dalam surat
al-Baqarah ayat 233 :
17
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh,”.18
Ayat di atas, telah menjelaskan bahwa Allah menyuruh untuk
menyusui anaknya selama dua tahun, dan jika para ibuk tidak sanggup
untuk menyusui maka diperbolehkan untuk menyusui anak tersebut,
karena mengingat betapa pentingnya ASI bagi bayi. Ayat ini penulis
gunakan sebagai penunjang bahwasanya pemberian makanan terhadap
bayi ayng berupa sangat dianjurkan, bahkan ayat di atas menjelaskan
bahwasanya batas pemberian ASI pada bayi 2 tahun.
Pemberian makanan bagi bayi juga sangat dianjurkan dalam dunia
kedokteran, baik dalam kandungan atau sudah lahir. Pemberian
makanan yang berupa ASI, sangat baik bagi balita karena bahan-bahan
yang terkandung dalam ASI banyak mengandung asam lemak yang
sangat penting bagi pertumbuhan bayi, serta zat-zat immunoglobulin,
fagosit, limfosit T. Selain itu, ASI juga mengandung enzim-enzim
lisozim yang berguna untuk melindungi bayi dari infeksi, seperti sel
17
Qs. Al-Baqarah (2) : 233 18
Departemen Agama RI Al-Quran dan Terjemahnya, terj. Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an,
(Jakarta Timur : CV Darus Sunnah, 2002), h. 38.
81
tubuh, antibiodi, hormone dan zat pelindung lainnya. ASI yang
diberikan oleh seorangibu kepada anaknya, juga memiliki manfaat
jangka panjang, karena kekebalan tubuh yang dibentuk waktu bayi
masih berlanjut sampai ia sudah dewasa.19
Selain itu, menurut penelitian bahwa pemberian ASI sangat
mendukung terbentuknya komunitas bakteri yang menguntungkan di
dalam usus. Para peneliti telah menemukan bahwa adanya perbedaan
menonjol dalam kandungan flora jasad renik di dalam perut antara bayi
yang diberi ASI dengan bayi yang hanya diberi susu formula. 20
Mengingat pentingnya ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi, maka Allah telah memerintahkan untuk menyusui selama 2
tahun. Akan tetapi, ketika seorang ibu tidak memiliki kemampuan
untuk menyusui bayinya, maka boleh minta tolong perempuan lain
untuk menyusui bayi tersebut, karena mengingat pentingnya ASI untuk
melindungi bayi serta memberi kekebalan tubuh bayi.
Pemberian makanan kepada bayi, tidak hanya dilakukan ketika
bayi tersebut lahir, akan tetapi juga dilakukan ketika masih dalam
kandungan. Pemberian makanan dalam kandungan dilakukan oleh
sistem penyokong kehidupan bayi yang sangat luar biasa.Pemberian
makanan terhadap bayi yang masih dalam kandungan dilakukan oleh
plasenta.Plasenta berkembang dari sel telur yang terbuahi dan menjadi
fungsional sepenuhnya setelah kira-kira dua minggu.Pada saat itu,
19
.M.T. Indiarti, ASI Susu Formula dan Makanan Bayi, (Yogyakarta: Elmatera-Publising, 2008), h.
16-18. 20
Penelitian Terbaru Menguak Rahasia ASIhttp://blog.al-habib.info/id/2012/06/penelitian-terbaru-
menguak-rahasia-asi-2/
82
plasenta menghasilkan beberapa jenis hormon yang diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan.Plasenta melekat ke lapisan rahim dan
memisahkan aliran darah bayi dari aliran darah ibu. Di dalam plasenta,
oksigen dari udara yang dihirup oleh seorang ibu dan zat-zat gizi dari
makanan yang dikonsumsi oleh seorang ibu, kemudian mengalir
melalui membrane halus dan diangkut ke bayi melalui tali pusat, akan
tetapi zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh bayi dalam kandungan, akan
diangkut oleh plasenta ke dalam aliran darah seorang sehingga dapat
dibuang oleh ibunya.21
Peran seorang ibu yang menyusui dengan seorang ibu yang
mengandung yaitu sama, dalam artian bahwa keduanya memiliki peran
dan fungsi yang sama-sama memberikan makanan atau nutrisi kepada
bayi mereka.
2) Memberikan perlindungan
Memberikan perlindungan kepada sesama manusia merupakan
tugas setiap manusia sebagai makhluk sosial.Perlindungan kepada
sesama manusia dapat dilakukan ketika masih dalam kandungan
sampai ia lahir. Perlindungan yang dilakukan ketika masih dalam
kandungan, dilakukan oleh ibu yang mengandung dan melahirkannya,
yang mana seeorang ibu harus selalu menjaga kesehatan, makan
makanan yang bergizi, serta olahraga.Hal ini merupakan upaya ibu
yang mengandung untuk melindungi anak yang ada dalam
kandungannya agar tetap hidup dan sehat ketika dia lahir.
21
Campbell Stuart, Kehamilan Hari Demi Hari, (Jakarta : Esensi Erlangga Group, 2005), h. 15-16.
83
Usaha seorang ibu untuk melindungi anaknya, tidak hanya
dilakukan ketika masih dalam kandungan, akan tetapi setelah bayi itu
lahir, seorang ibu juga harus memberikan perlindungan yang ekstra
terhadap bayinya. Salah usaha yang dilakukan yaitu memberikan ASI
selama 2 tahun.Pemberian ASI ini, bertujuan untuk melindungi anak
dari segala bentuk penyakit serta untuk melindungi kelangsungan
hidupnya.
3) Membentuk daging dan memperbesar tulang
Perkembangan manusia yang diawali dari pertemuan dan
pembuahan antara sperma dan ovum, merupakan suatu hal yang luar
biasa. Sejak terjadi pembuahan, zigot yang tumbuh dalam kandungan,
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama 9 bulan,
zigot akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa.Setelah kandungan
berumur 12 minggu, masa ini merupakan masa yang sangat penting
bagi perkembangan bayi.Masa ini merupakan masa dimana seluruh
organ utama dari sistem bayi telah terbentuk.
Adanya kecanggihan teknologi dalam reproduksi, telah ditemukan
suatu proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim, yang mana
pembuahan sperma dan ovum yang berubah menjadi zygot, harus
ditanam dalam rahim perempuan. Ketika rahim istri tidak dapat untuk
ditanami zygot, maka memerlukan rahim orang lain untuk ditanami
zygot tersebut, dengan tujuan supaya zygot yang sudah dibuahi dapat
berubah bentuk menjadi organ tubuh manusia. Hal ini juga hampir
sama dengan seorang perempuan yang memberikan ASI terhadap
84
seorang bayi yang mana ibu kandungnya tidak mampu untuk
menyusui.
4) Melangsungkan Kehidupan
Setiap manusia memiliki hak untuk hidup, nikmat yang paling
berharga yakni nikmat ketika masih diberi kesempatan untuk
hidup.Setiap manusia harus berusaha untuk mempertahankan hidup
supaya dapat melangsungkan kehidupan.Dalam Islam, usaha untuk
mempertahankan hidup, telah dipraktekkan oleh istri Nabi Ibrahim,
untuk melindungi anaknya yaitu Nabi Ismail, beliau rela berlari-lari di
padang pasir untuk mendapatkan air.
Dari sifat-sifat yang telah dijelaskan di atas, sifat yang paling tepat untuk
dijadikan ‘illat dalam penyelesaian permasalahan ini yakni pemberian makanan
melalui organ tubuh perempuan (ibu), karena sifat ini yang paling dekat dengan
permasalahan yang penulis kan pecahkan. Pemberian makanan melalui organ
tubuh perempuan (ibu),
b. Tanqiqul Manath
Langkah ini merupakan suatu langkah untuk menetapkan salah satu sifat-
sifat yang terdapat pada al-ashl untuk dijadikan ‘illat hukum setelah meneliti
ketepatannya untuk dijadikan „illat hukum. Dari sifat-sifat di atas, peneliti
menetapkan bahwa sifat yang cocok dan tepat untuk dijadikan al-ashlu yakni
pemberian makanan melalui organ tubuh perempuan (ibu). Sifat ini merupakan
sifat yang paling mendekati dengan al-ashlu dan paling dominan pengaruhnya
terhadap mahramnya ibu yang menyusui yang berakibat bahwa mahram
selamanya.
85
Pada hakikatnya, yang menyebabkan mahramnya ibu susuan yakni bahwa
beberapa bagian tubuh bayi terbentuk dari ASI, akan tetapi dalam penerapan al-
ashlu disini, bahwa mahramnya ibu susuan yaitu ketika seorang bayi meminum
ASI secara langsung melalui puting payudara seorang ibu. Hal ini juga terjadi
pada bayi yang ada dalam kandungan.22
Ketika seorang ibu memberi makanan
kepada seorang bayi yang masih dalam kandungannya melalui plasenta.
c. Tahqiqul Manath
Adapun metode terakhir yang digunakan untuk menentukan „illat yaitu
tahqiqul manath. Dalam langkah ini, peneliti meneliti dan mengamati adanya
„illat pada permasalahan yang terdapat dalam al-far‟u yaitu in-vitro
fertilization melalui rahim orang lain yang diqiyaskan dengan „illat yang
terdapat dalam al-ashl.
Adanya „illat yang terdapat pada al-far‟u terkait prmasalahan in-vitro
fertilization melalui rahim orang lain, maka akan ada suatu proses berupa
pemberian makanan yang ada dalam kandungannya melalui plasenta, karena
plasenta merupakan akar bagi janin yang berfungsi mentransfer makanan
kepada janin.23
Sehingga dapat diqiyaskan dengan al-ashlu karena keduanya
sama-sama memberi makanan kepada bayi, melalui suatu organ tubuh yang
hanya dimiliki oleh seorang perempuan (ibu). Hal ini sudah jelas, bahwa ketika
dalam kandungan, bayi memperoleh makanan yang mengalir dari plasenta
yang berupa darah, dan darah ini juga berasal dari makanan yang sudah
dikonsumsi oleh ibu, sedangkan bayi sudah lahir, pemberian makanan kepada
bayi yang sudah lahir, dilakukan dengan memberikan ASIyaitu melalui
22
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu jilid 10,., h. 137-138. 23
Siti Bandiyah, Kehamilan, Persalinan dan Gangguan Kehamilan, (Yogjakarta: Nuha Medika,
2009), h. 6.
86
payudara yang berupa susu, dan ASI ini pun juga berasal dari makanan yang
dikonsumsi ibu yang menyusui. Jadi jelas bahwa antara keduanya memiliki
sifat yang sama yaitu sama-sama memberi makanan kepada bayi melalui organ
tubuh seorang perempuan (ibu).
B. Hasil Istinbat Hukum Tentang Status Kemahraman Anak Hasil In-Vitro
FertilizationMelalui Rahim Orang Lain
Adapun hasil dari penerapan qiyasyang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan tentang status kemahraman anak hasil in-vitro fertilization
melalui rahim orang lain yaitu bahwa anak hasil in-vitro fertilization melalui
rahim orang memiliki hubungan mahram dengan ibu yang mengandung dan
melahirkan. Adapun hubungan kemahraman anak hasil in-vitro fertilization
melalui Rahim orang lain, hanya sebatas kemahraman susuan, yang berakibat
hukum seperti mahram dari segi nashab, akan tetapi memiliki akibat hukum
yang berbeda.
Adapun perkara yang membedakan hukum susuan dengan hukum
nashab, dalam hal ini Madzhab Hanafi mengecualikan dua kondisi
pengharaman akibat nashab, yang mana kondisi ini tidak diharamkan dari segi
hubungan susuan. Kondisi tersebut yakni :24
1. Ibu saudara laiki-laki atau saudara perempuan sesusuan boleh dinikahi,
tidak boleh menikahi ibu saudara laki-laki atau saudara perempuan
sebapak berdasarkan hubungan nashab. Misalnya yaitu, seorang
perempuan menyusui seorang anak, dan perempuan tersebut memiliki
anka laki-laki, maka anak laki-laki ini boleh menikahi ibu anak yang
24
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 9, ., h. 133.
87
disusui oleh ibunya ini atau bapak anak ini yang merupakan saudara
sesusuan.
2. Saudara perempuan anak laki-laki atau atau anak perempaun sesusuan,
maka seorang bapak boleh menikahinya. Dalam hubungan nashab,
tidak boleh baginya menikahi saudara perempuan anak laki-lakinya
atau anak perempuannya. Misalnya yaitu, seorang perempuan
menyusui seorang anak, maka suami perempuan ini boleh menikahi
saudara perempuan anak yang disusui oleh istrinya.