bab iv penyajian data penelitian a. gambaran umum …digilib.uinsby.ac.id/8920/7/bab. iv.pdf ·...

25
BAB IV PENYAJIAN DATA PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya adalah salah satu Sekolah Dasar yang didirikan pada tahun 1970 yang terletak di sebuah lembaga pendidikan dasar milik Muhammadiyah yang terletak di JL.Baratajaya V Barat NO 2 -4 Surabaya. Beberapa tahun silam sebelum sekolah ini menjadi sekolah kreatif kondisi bangunannya begitu memperhatinkan banyak genteng kelas yang bocor ketika hujan, jumlah siswa terakhir sebelum diubah menjadi Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya hanya 70 siswa. Dalam kondisi seperti itu menyebabkan sekolah terancam bangkrut. Melihat kondisi sekolah yang begitu memperhatinkan mengundang beberapa orang di anataranya yakni Ahmad Zaini,Spd, Herun Tjahyono dan Ismadi Retty terketuk hatinya untuk membuat trobosan baru. Dengan usaha yang keras dan menguras waktu serta pemikirin, akhirnya dirubahlah nama sekolah tersebut menjadi Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya. Agar tidak sekedar nama, sekolah ini benar-benar didesain sekreatif mungkin. Sumber daya manusia, kurikulum dan tampilan fisik sekolah 67

Upload: nguyenanh

Post on 03-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

64

BAB IV

PENYAJIAN DATA PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya adalah salah satu

Sekolah Dasar yang didirikan pada tahun 1970 yang terletak di sebuah

lembaga pendidikan dasar milik Muhammadiyah yang terletak di

JL.Baratajaya V Barat NO 2 -4 Surabaya.

Beberapa tahun silam sebelum sekolah ini menjadi sekolah kreatif

kondisi bangunannya begitu memperhatinkan banyak genteng kelas yang

bocor ketika hujan, jumlah siswa terakhir sebelum diubah menjadi Sekolah

Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya hanya 70 siswa. Dalam kondisi

seperti itu menyebabkan sekolah terancam bangkrut.

Melihat kondisi sekolah yang begitu memperhatinkan mengundang

beberapa orang di anataranya yakni Ahmad Zaini,Spd, Herun Tjahyono dan

Ismadi Retty terketuk hatinya untuk membuat trobosan baru. Dengan usaha

yang keras dan menguras waktu serta pemikirin, akhirnya dirubahlah nama

sekolah tersebut menjadi Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya.

Agar tidak sekedar nama, sekolah ini benar-benar didesain sekreatif

mungkin. Sumber daya manusia, kurikulum dan tampilan fisik sekolah

67

65

dirombak. Selain itu juga ruangan kelas ditata mirip dengan ruangan kelas

Taman Kanak-kanak (TK).

Meja dan kursi berukuran mini dengan betuk meja yang menyerupai

bangunan yakni segitiga, setengah lingkaran, dan persegi. Disamping itu juga

tatanan meja dibuat berkelompok-kelompok dan ada satu karpet di depan

papan tulis. Hal ini bermaksud agar tidak ada diskriminasi diantar anak karena

dalam ruang kelas tersebut tidak ada depan dan belakang serta mempermudah

interaksi antar siswa.

Dalam setiap kelas siswa terdiri dari 25 siswa sampai 28 siswa. Begitu

juga dengan karya-karya siswa, semuanya dipajang di depan kelas. Setiap

mata pelajaran khususnya bagi kelas 1, siswa diharuskan untuk mewarnai

gambar ataupun menggambar dan menulis. Alasannya, untuk

mengoptimalkan potensi otak anak baik yang kanan maupun yang kiri. Hal ini

dimaksudkan juga untuk menghargai pembuatnya dan menggugah kreatifitas

siswa. Oleh karena sekolah ini menggunakan konsep kreatif learning tidak

mengherankan bila Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya menjadi

salah satu SD favorit di Surabaya.

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya diawali oleh tiga tim

pengembangan sekolah yakni perancang pendidikan, desain pendidikan dan

pengawal pelajaran di sekolah. Hal ini terbagi menjadi: desain kurikulum,

perkembangan anak, creator, kepala sekolah dan wakil dibantu oleh KAUR

66

(Kepala Urusan Kurikulum, Ismuba, Humas dan Kesiswaan, Sarana dan

Prasarana sertakepagawaian).

Tim pembangunan dan rekan lainnya menginginkan adanya sebuah

lembaga pendidikan atau sekolah yang tidak menyulitkan siswa sekolah

dengan meniadakan adanya hukuman dan pemberian setumpuk materi serta

tugas rumah. Karena selama ini masyarakat menganggap bahwa pendidikan

berhasil bila hasil evaluasi/nilai yang diperoleh siswa baik. Indicator

keberhasilannya adalah dilihat dari perolehan nilai dalam mata pelajaran,

sehingga sekolah-sekolah lain bekerja keras untuk menyiapkan sisawa-siswi

agar mampu menyerap informasi sebanyak-banyaknya, dengan harapan ketika

evaluasi mendapatkan nilai yang bagus. Hal tersebut secara tidak langsung

memaksa anak untuk belajar menghafal sejumlah teori dan fakta-fakta.

Pendidikan semacam ini dirasa kurang efektif, sebab yang diutamakan adalah

aspek kognitif saja. Padahal sebenarnya kecerdasaan anak tidak hanya berupa

kecerdasan intelektual saja akan tetapi EQ dan SQ juga sangat penting untuk

menunjang kesuksesan seseorang.

2. Letak Geografis Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

Letak geografis Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

beralamatkan di Sebuah lembaga pendidikan dasar milik Muhammadiyah

yang terletak di JL.Baratajaya V Barat NO 2 -4 Surabaya. Sekolah ini terletak

di Kelurahan baratajaya Kecamatan Gubeng Kota Surabaya Propinsi Jawa

Timur. Sekolah ini memiliki lokasi yang strategis dan efektif untuk kegiatan

67

pendidikan. Karena terletak dikawasan perumahan dan mudah dijangkau oleh

kendaraan.

3. Visi, Misi, Keunggulan, Karakter, Motto da Tujuan

Visi : Unggul dalam prestasi dan berpijak sesuai dengan Islam

Misi : Meningkatkan pendidikan dasar sesuai dengan

perkembangan zaman, peningkatan dibidang bakat sesuai

dengan potensi yang dimiliki anak.

Keunggulan : Imajinatif, kratif, inovatif

Motto : Selalu berusaha untuk lebih baik

Tujuan:

- Mengembangkan berbagai potensi sesuai minat bakat anak (multi

intelegensi)

- Menggali dan mengembangkan potensi anak agar menjadi manusia

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia (jujur), berani,

kreatif, mandiri, sehat, cakap, dan menjadi warga negara Indonesia yang

bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-

benarnya.

4. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16

Surabaya mengacu pada kurikulum nasional dan kurikulum pendidikan dasar

Muhammadiyah yang telah disesuaikan sehingga tidak memberatkan siswa.

Kurikulum ini disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri dari Kepala

68

Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, gur-guru yang berpengalaman dan Komite

Sekolah dengan bimbingan majlis Dikdasmen PDM (Pimpinan Daerah

Muhammdiyah) Kota Surabaya, di bawah koordinasi dan supervisi dinas

pendidikan Kota Surabaya.

Pengembangan kurikulum ini didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

a. Berpusat pada populasi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

budaya.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan.

f. Belajar sepanjang hayat.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

69

5. Struktur Organisasi Seolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

UPTD CABANG GUBENG DIKDASMEN TIM AHLI

KOMITE TIP’S

Kepala Sekolah WK.Kep. Sekolah

KEUANGAN ADMINISTRASI

KONSELING PERPUSTAKAAN

SARANA KURIKULUM AL-ISLAM kESISWAAN

HUMAS SDM

GURU KELAS/ VAK

SISWA

Keterangan : TIP’S : Tim Inovasi Pendidikan _________ : Garis Komando - - - - - - - - - : Garis Konsultasi

70

6. Keadaan Siswa Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

Jumlah siswa di Sekolah kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

sejak berdiri sampai sekarang ini setiap tahunnya terus bertambah. Pada tahun

ajaran 2010-2011 jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 yakni 431 siswa.

Dengan rincian jumlah siswa perempuan secara keseluruhan 170 siswa dan

laki-laki 261 siswa. Adapun jumlah siswa yang berkebutuhan khusus dari

kelas 1 sampai kelas 6 yakni 23 siswa.

Sedangkan kelas 1 Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

berjumlah 82 siswa dengan rincian jumlah siswa perempuan 32 siswa dan

laki-laki 50 siswa. Adapun siswa kelas 1 yang berkebutuhan khusus

berjumlah 7 orang siswa.

Tabel 4.1

Jumlah SiswaKelas 1

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

2010-2011

Kelas Laki-laki Perempuan

Kelinci 14 14

Kutilang 18 9

I

Dolphin 18 9

71

Tabel 4.2

Daftar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

Kelas 1 Tahun Ajaran 2010-2011

No Nama Jenis Kelamin

Tempat dan tanggal lahir

Kelas

1. Rizki Ahmad Mahendra L Bgr,24/02/4003

2. Achmad Gaudi Al- Farenza

Mayasa

L Sby,26/07/2004

Kelinci

3. Kemas Muhammad Iqbal L Sby,24/05/2003

4. Jeihan Fadhil L Bdg,24/04/2003

5. Ayodya Mukti wibowo P Sby,24/02/2004

6. Asyam Ghaziya Zaky S.U L Sby,28/11/2003

Kutilang

7. Annisa Zahra Damayanti P Sby,13/12/2002 Dolphin

Di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya menberikan kebebasan bagi

siswanya untuk memakai pakaian dalam kelas. Ketika Hari Rabu dan Kamis siswa memakai

busana bebas, Jumat memakai busana muslim dan hanya pada hari Senin serta Selasa siswa

memakai seragam. Alasannya karena sekolah merupakan salah satu lingkup masyarakat

terkecil. Hal ini sesuai dengan yang sampaikan oleh Pak Kodim selaku kepala sekolah:

“Dengan memakai pakaian yang bermacam-macam, ini menunjukkan bahwa sekolah merupakan cerminan hidup bermasyarakat. Karena sekolah termasuk salah satu lingkup terkecil dalam masyarakat. Kita tahu di dalam masyarakat tidak hanya ada orang yang berseragam saja akan tetapi orang-orang yang tidak memakai seragam juga hidup didalamnya” .95

95 Abdul Kodim, Kepala Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya, wawancara,

Surabaya, 5 April 2011

72

Di Sekolah Kreatif ini, anatara siswa yang normal dengan siswa yang berkebutuhan

khusus tidak ada jurang pemisah semuanya bergaul dengan baik. Begitupula hubungan siswa

dengan guru, mereka sangat akrab dengan tanpa meninggalkan rasa hormat kepada dewan

guru. Sehingga hubungan guru dengan siswa dan hubungan siswa dengan siswa maupun

hubungan guru dengan guru seperti dalam satu kelaurga yang sangat dekat. Ini terilihat ketika

penulis mengadakan penelitian disekolah ini. Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan

oleh Pak Mujib selaku guru pendidikan agama Islam:

“Disini guru dengan murid sangat akrab. Begitu pula murid dengan murid, Walaupun anak yang ABK mereka dapat bergaul dengan temannya yang normal. Hubungan guru dengan guru disini ibarat keluarga, saling membantu dan memberi motivasi. Inilah yang membuat saya nyaman mengajar disini.”96

Walaupun sekolah ini menerapkan kelas Inklusif, akan tetapi sekolah ini mampu

menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi dan mampu bergaul dengan baik di masyarakat.

Ini terbukti dengan beberapa piala yang di dapatkan oleh sekolah ini dalam perlombaan. Lihat

96 Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 14 April 2011

Gambar 4.1 Diva, salah satu siswa kelas 1 peraih juara 1 dalam lomba menggambar di BJ Junction

73

gambar 4.1. Dan siswa di sekolah ini tidak pernah membeda-bedakan dalam bergaul dengan

temannya. Sesuai yang di ungkapkan oleh Pak Mujib:

“Walaupun di sekolah ini menerapkan kelas inklusif. Para siswa-siswa mampu berprestasi dan bergaul di mayarakat dengan baik. Ini bisa di lihat dengan banyak piala-piala yang di dadapat dan anak-anak yang normal tidak pernah malu ketika harus bermain dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus.”97

7. Keadaan tenaga pengajar , karyawan dam tata usaha di Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya

a. Guru

Para pengajar di sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya merupakan

ustad/ustadzah yang telah dipilih dengan penyeleksian yang sangat ketat dari berbagai

disiplin ilmu dan perguruan tinggi di Indonesia. Dalam pemilihan tenaga pengajar pihak

sekolah menitik beratkan pada pengalaman mengajar, jiwa keislaman yang mantap dan

memiliki sifat murobbi (mendidik/mengasuh), tidak sekedar mentransfer ilmu kepada

siswa.

Bagi guru yang sudah diterima di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16

Surabaya yang bukan dari Jurusan Kependidikan akan diikutkan program akta IV.

Sesuai yang diungkapkan oleh Pak heru selaku Tim TIP’S sebagai berikut:

“Apabila ada guru yang bukan dari pendidikan tetapi memenuhi tes seleksi maka pihak sekolah akan memintanya untuk mengambil akta IV Agar guru tersebut bertambah wawasan tentang kependidikan dan sekaligus memenuhi unsur administrasi pada suatu lembaga pendidikan.”98

Adapun rincian ustadz-ustadzah di Sekolah Kreatif Sd Muhammadiyah 16

Surabaya pada waktu penulis mengadakan penelitian sebagai mana berikut :

1) Guru kelas

a) Kepala Sekolah : 1 orang

97 Ibid., 98 Heru Tjahjono, Anggota TIP’S (Tim Inovasi dan Pengembangan Sekolah) Sekolah Kreatif

SD Muhammadiyh 16 Surabaya, wawancara, Surabaya, 25 Mei 2011

74

b) Wakil Kepala sekolah : 1 orang

c) Kelas I : guru kelas dan asisten guru kelas

d) Kelas II : guru kelas dan asisten guru kelas

e) Kelas III : guru kelas dan asisten guru kelas

f) Kelas IV : guru kelas dan asisten guru kelas

g) Kelas V : guru kelas dan asisten guru kelas

h) Kelas VI : guru kelas dan asisten guru kelas

2) Guru Vak

a) Guru vak agama : 3 orang

b) Guru vak bahasa inggris : 2 orang

c) Guru vak music : 1 orang

d) Guru vak penjas : 2 orang

e) guru vak bahasa Jepang : 1 orang

b. Karyawan

Jumlah karyawan di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya yakni 7

orang yang meliputi keamanan dan petugas kebersihan.

1) Keamanan : 2 orang

2) Kebersihan : 3 orang

c. Tenaga Usaha

Tenaga usaha (TU) di Sekolah ini berjumlah 4 orang, adapun perinciannya

sebagai berikut:

1) TU administrasi umum : 2 orang

2) TU keuangan dan akuntan : 2 orang

75

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kelas Inklusif di Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya

Pembelajaran pendidikan agama Islam pada kelas inklusif di Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya menggunakan konsep pembelajaran Edutaimen, yaitu bagaimana

menyajikan sebuah pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa sehingga suasananya dapat

menyenangkan dan bermakna. Menyenangkan karena pembelajarannya tidak hanya didalam kelas

sehingga anak tidak merasa jenuh, bermakna, karena pembelajarannya tidak sekedar teoritis tapi

aplikatif. Anak-anak bisa belajar langsung dengan narasumbernya.99

Untuk mendukung konsep tersebut Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

Menggunakan Model Pembelajaran Tematik dengan menjadikan mata pelajaran agama Islam

sebagai ruh dari mata pelajaran yang lain. Sehingga pembelajaran tidak lagi berjalan secara

dikotomi melainkan saling mengisi dan senantiasa terkait dengan aqidah-aqidah Islam.

Penjelasan pembelajaran tematik lebih jelasnya di ungkapkan oleh Bapak Ismadi Retty

selaku tim TIP’S (Tim Inovasi dan Pengembangan Sekolah):

“Pembelajan tematik pada kelas inklusif di sekolah Kreatif ini disajikan sesuai kebutuhan, pengalaman dan perkembangan siswa dengan tahap perkembangan berpikir antara lain, 1) Kelas 1 dan 2, cara berpikir riil (konkrit), 2) kelas 3 dan 4 cara berpikir semi abstrak, 3) kelas 5 dan 6 cara berpikir abstrak.”100

99 Brosur penerimaan siswa baru periode 2011-2012 Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16

Surabaya 100 Ismadi Retty, Anggota TIP’S (Tim Inovasi dan Pengembangan Sekolah) Sekolah Kreatif

SD Muhammadiyh 16 Surabaya, wawancara, Surabaya, 25 Mei 2011

76

Gambar 4.1 Suasana Kelas 1 Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

Dengan pembelajaran model tematik siswa diharapkan mampu memperoleh hasil belajar

yang maksimal. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Pak Mujib:

“Tujuan pembelajaran di kelas inklusif dengan model tematik ini adalah agar semua siswa memperoleh hasil belajar yang maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis, dengan kesistematisannya tersebut akan tercermin strategi pembelajaran yang baik.”101

Dari hasil observasi di Kelas 1 Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya, peneliti

dapat memberikan gambaran bahwa suasana di Kelas 1 begitu menyenangkan. Dengan tatanan

bangku yang begitu beragam warna dan bentuk serta karpet yang nyaman dipakai, dan juga

berbagai macam hasil karya sisw dipajang di depan kelas menjadikan suasana kelas ini seperti

tempat bermanin. Tidak heran bila ada beberapa siswa yang tidak mau pulang ketika jam belajar

usai. Lihat gambar 4.2 berikut.

Ketika pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung, penempatan tempat duduk

siswa disesuaikan dengan tujuan tema pembelajaran baik ketika pembelajaran didalam kelas

maupun diluar kelas. Tidak ada perbedaan tatanan tempat duduk untuk anak yang normal dengan

anak yang berkebutuhan khusus, semua dianggap sama. Walaupun siswawa dikelomokkan,

101Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 20 April 2011

77

mereka tidak dilaran ketika pindah tempat duduk sehingga tidak sedikit siswa yang lebih memilih

belajar di karpet. Untuk menjaga keefektifan dalam pembelajaran, Sekolah Kreatif SD

Muhmmadiyah 16 Surabaya menerapkan kelas yang kecil dengan maksimal 28 siswa. Lihat

gambar 4.3.

Dalam menunjang model pembelajaran tematik khususnya di kelas 1, diperlukan

pengelolaan pembelajaran pendidikan agama Islam secara kreatif. Oleh karena itu Pak Mujib

selaku guru Pendidikan Agama Islam Mengguanakan metode, media, dan materi sebagai berikut:

1. Metode

Dalam pembelajaran di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya

menggunakan metode yang menyenangkan, yakni di anatanya:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ketika

menjelaskan suatu materi. Biasanya metode ini digunakan ketika menjelaskan materi

pembelajaran atau mengarahkan siswa dalam mengerjakan tugas.

Gambar 4.3 Suasana ketika pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung

78

b. Metode Bermain Cerita Menyanyi (BCM)

Dalam pembelajaran pendidikan agama islam di kelas 1, Pak Mujib sebagai

guru bidang studi mengguanakan Metode Bermain Cerita menyanyi.

Penggunaan metode bermain diterapkan pada mata pelajaran tertentu misalnya

pada materi zakat. Pada materi ini siswa di harapkan membawa beras 2,5 Kg kemudian

mereka diminta menimbang sendiri beras tersebut apakah sudah benar 2,5 Kg beras.

Setelah beras selesai di timabang para siswa diminta untuk mencari dan memberikan

beras tersebut kepada orang yang berhak menerima zakat tanpa di pandu oleh dewan

guru. Setelah selesai memberikan bersnya, beberapa siswa diminta untuk maju kedepan

untuk menceritakan pengalaman tentang permainan tersebut. Bagi siswa yang berhasil

menemukan orang-orang yang berhak menerima zakat akan diberi reword. Hal ini

diharapkan siswa menyayangi orang lain dan menumbuhkan keberanian dalam hal

berinteraksi dengan orang maupun tampil dimuka umum. Metode bermain juga bisa

digunakan ketiga menghafal nama-nama malaikat dengan permainan tangkap bola.

Selain pada kedua metode ini, pembelajaran pendidikan agama Islam dilakukan

dengan menggunakan metode bernyani. Biasanya metode ini diterapkan ketika mata

pelajaran mengenal nabi dan rosul. Dengan menjadikan nama-nama nabi dan rosul

sebagai nyanyian akan menudahkan anak didik untuk mengingat pelajaran tersebut. Hal

ini sesuai yang disampaikan oleh Pak Mujib sebagai berikut:

“Dengan metode BCM siswa akan senang mengikuti pelajaran dan juga mudah mengingat pelajaran yang telah disampaikan.”102

Ungkapan yang sama juga di sampaikan oleh Bu Nuris selaku guru kelas 1

Dolphin:

“Metode menyani, bercerita dan bermain membuat suasana kelas menjadi hidup. Siswa juga gampang menyerap materi yang disampaikan.”103

102 Ibid.,

79

c. Metode Demonstrasi

Pada metode ini digunakan ketika mata pelajaran yang lebih cocok

menggunakan praktek. Seperti wudhu, sholat dan berinfak. Pada materi wudhu dan

sholat guru memeraktekkan gerakan wudhu dan sholat sedangkan pada materi infak, guru

mengajak siswa untuk berinfak dengan sebelumnya guru memasukkan uang ke kotak

infak dan di ikuti oleh siswa. Setelah uang infak terkumpul guru mengajak siswa

memberikan uang tersebut kepapa pengemis. Lihat gambar 4.3.

Gambar 4.4 Siswa Praktek Berinfak Ketika materi Infak d. Metode Pemberian Tugas

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Pak Mujib menggunakan

bermcam-macam metode salah satunya dengan pemberian tugas. Menurut Pak Mujib:

“Pemberian tugas diberian untuk menumbuhkan tanggung jawab siswa dan keakraban siswa dengan orang tua. Karena pada umumnya orang tua siswa tergolong orang yang memiliki kesibukan tinggi sehingga waktu berkumpul dengan anak sangat jarang. Dengan pemberian tugas inilah diharapkan mampu menumbuhkan keakraban orang tua

103 Nuris, Guru kelas 1 Dolphin Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya,

Wawancara, Surabaya, 20 April 2011

80

dengan anaknya. Disamping itu juga agar melatih rasa tanggung jawab siswa terhadap amanah yang diberikan.”104

Biasanya metode pemberian tugas dilakukan pada materi-materi tertentu

misalnya tentang alam dan lingkungan. Pada materi ini para siswa diminta untuk

mencari gambar bencana alam dan penyebabnya.

e. Metode Karyawisata

Pada metode ini para siswa di ajak ketemapat yang lebih terbuka dan tidak di

dalam ruangan. Metode ini diterapkan ketika mata pelajaran tertentu. Misalnya materi

menyayangi lingkungan. Bertepatan dengan materi ini siswa di ajak keluar kelas dan

mengunjungi taman-taman yang banyak bunga dan tempat-tempat yang banyak

tertimbun sampah. Dengan keadaan seperti itu siswa diharapkan mampu menilai mana

yeng lebih baik antara lingkungan yang bersih dengan lingkungan yang kotor.

Untuk mempermudah agar metode ini dapat berlangsung dengan lancer, maka

pihak sekolah bekerja sama dengan pihak-pihak luar seperti kebun bunga Surabaya dan

persawahan Menganti.

f. Metode Tanya jawab

Pada metode tanya jawab biasanya dipakai ketika awal pelajaran. Pada

pembelajaran pendidikan agama Islam mula-mula siswa akan ditanya tentang materi

yang akan di bahas pada hari itu.

Dan terkadang metode tanya jawab digunakan setelah materi disampaikan. Hal

ini senada dengan yang disampaikan Pak Mujib:

“Metode tanya jawab saya terapkan tidak hanya di awal pelajaran saja tetapi juga sekali-kali saya gunakan di akhir pelajaran. Biasanya bila pelajaran usai sebelum salam saya meminta beberpa murid untuk menjawab pertanyan-pertanyaan yang berkaitan dengan

104 Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 20 April 2011

81

materi tadi. Cara seperti ini agar mereka lebih memahami dan mengingat materi yang telah saya sampaikan”.105

g. Metode teks dril atau laitihan

Metode ini digunakan untuk materi yang membutuhkan praktek yang berbentuk

hafalan. Misalnya membaca, melafalkan dan menghafal ayat-ayat al-Quran dengan baik

dan benar serta dalam melafalkan bahasa arab dan lain sebagainya.

2. Media

Penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan materi yang pembelajarannya.

Hal ini di ungkapkan oleh Pak Mujib selaku guru pendidikan agama Islam:

“Dalam mengguanakan media pembelajaran disesuaikan dengan materi yang akan di sampikan. Misalnya pembelajaran yang berkaitan dengan kisah-kisah, biasanya siswa saya putarkan CD yang sesuai dengan kisah tersebut. Ini bertujuan agar siswa dapat melihat langsung dari kisah tersebut. Karena dengan begitu materi lebih melakat didalam pikiran siswa daripada dengan sekedar becerita saja. Selain CD, saya juga menggunakan media gambar dalam pembelajaran. Tujuannya agar para siswa mengetahui bentuknya langsung.”106

3. Materi

Materi pembelajaran pendidikan agama Islam di sesuaikan dengan kurikulum

sekolah pada umumnya dan kurikulum Muhammadiyah. Akan tetapi materi-materi tersebut

tidak berasal dari satu sumber buku saja. Dalam materi pendidikan agama Islam siswa

diperbolehkan mencari bahan materi yang berasal dari internet, Koran, majalah, TV, buku,

kaset maupun yang lainnya yang penting sesuai dengan materi yang akan dipelajari.

Materi pendidikan agama Islam tidak hanya berupa materi atau menulis saja akan

tetapi untuk kelas 1 siswa diminta untuk mewarnai gambar yang sesuai dengan materi. Ini

bertujuan untuk mengasah kedua otak anak agar berkembang secara optimal, menulis

mengoptimalkan otak kiri dan mewarnai mengoptimalkan otak kanan.

Hal ini sesuai dengan yang diungapkan oleh Bu Ita selaku guru kelas 1 Dolphin:

105 Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 20 Mei 2011

106 Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, Surabaya, 22 Mei 2011

82

“Di sekolah ini ketika materi siswa diberi dua kertas, kertas pertama untuk menulis dan kertas yang kedua untuk mewarnai menggambar. Ini tujuannya agar mengoptimalkan kedua otak siswa, kanan dan kiri. Pemilihan gambar disesuaikan dengan materi yang berlangsung agar siswa mampu memahami maksud dari apa yang telah di sampaikan”107

4. Evaluasi

Evaluasi hasil belajar atau penilaian kelas di Sekolah Kreatif SD muhammadiyah 16

Surabaya tidak menggunakan evaluasi konvesional karena di anggap sudah tidak memadai

lagi. Oleh karena itu diadakan modifikasi dan penyempurnaan dalam mengevaluasi, penilaian

tidak hanya secara kuantitatif (angka-angka di raport) tetapi juga secara kualitatif dalam

bentuk narasi. Sisi yang dinilai tidak hanya kompetensi akademik dan keterampilan motorik

saja akan tetapi juga keterampilan sosial kepribadian tiga ranah mencakup kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Terlebih dalam pelajaran pendidikan agama Islam harus melibatkan tiga

ranah tersebut.

Dan di sekolah ini tidak memberlakukan peringkat atau ringking. Karena setiap anak

adalah cerdas, kecerdasan seseorang itu bermacam-macam tidak hanya kecerdasan dalam hal

logical saja akan tetapi kecerdasan-kecerdasan yang lain. Hal ini juga menghindari sekat-

sekat antara siswa.

Adapun penilaian otentik ini ada empat alat penilaian yang dipakai dalam

pembelajaran temtik di kelas inklusif, antara lain:

1) Paper and pencil test (tes tulis)

Paper and pencil test merupakan serangkaian pertanyaan atau soal-soal yang

harus dijawab oleh peserta didik secara tulus untuk mengukur tingkat pemahaman

mereka terhadap suatu materi pembelajaran, peper dan pencil test inilah yang sering

dipakai dalam ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. Adapun soal berbentuk

subyektif (uraian terbatas, uraian terstruktur dan uraian bebas).

107 Ita Ariffiah, Guru Kelas 1 Dolphin Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya,

Wawancara, Surabaya 4 April 2011

83

Dalam paper and pencil test ini antara anak yang berkebutuhan khusus dengan

anak yang normal mendapatkan soal yang berbeda. Untuk anak yang berkebutuhan

mendapatkan soal dengan kategori soal B, sedangkan untuk anak yang normal

mendapatkan soal dengan katrgori soal A. Jumlah soal B lebih sedikit dari pada soal A.

Sesuai yang di ungkapkan oleh Bu Dian selaku guru kelas 1 Kutilang:

“Dalam paper and pencil test, kami membedakan soal antara anak yang berkebutuhan khusus dengan anak yang normal. Untuk anak yang berkebutuhan mendapatkan soal dengan kategori soal B, sedangkan untuk anak yang normal mendapatkan soal dengan katrgori soal A. Jumlah soal B lebih sedikit dari pada soal A. Ini bukan berarti kami mendiskriminasikan mereka yang tergolong ABK, akan tetapi ini merupakan wujud keadilan kami karena kami menyesuaikan kemampuan mereka. Bayangkan saja bila mereka mendapat jumlah soal yang sama, pastinya anak yang berkebutuhan khusus akan sangat kesulitan. Walupun soal mereka berbeda dari segi jumlah, akan tetapi tidak mengurang inti dari materi yang telah disampaikan.”108

2) Performance test (test kinerja)

Performance test dipakai untuk mengukur kinerja atau skill yang merupakan

menifestasi dari pengetahuan, ide, konse dan keterampilan yang bisa diamati (observable

measurable), tes ini bisa berupa tes lisan, berpidato, mendemonstrasikan gerakan,

mengoprasikan alat atau kinerja yang lainnya. Contoh penilaian dengan test ini yakni

praktek sholat atau berpidato.

Pemaparan diatas sesuai dengan yang disampaikan oleh Pak Kodim selaku

kepala sekolah:

“Performance test biasanya digunakan Pak Mujib selaku guru PAI pada materi praktek sholat. Dan saya nilai penggunaan alat evaluasi itu sudah sesuai karena sholat tidak hanya dipahami saja tetapi juga harus dipraktekkan.109

3) Portofolio (penilaian hasil kerja/kemajuan berkelanjutan)

Portofolio murupakan kumpulan hasil kinerja siswa selama satu program

pembelajaran. Portofolio bisa berupa tugas harian, tugas kelas, pekerjaan rumah,

108 Dian Permanasari, Guru Kelas 1 Kutilang Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16

Surabaya, Wawancara, Surabaya, 5 Mei 2011 109 Abdul Kodim, Kepala Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya. Wawancara,

Surabaya, 5 Mei 2011

84

merangkum atau karya inisiatif siswa sendiri. Penilaian portofolio bisa berupa tugas

harian, tugas kelas, tugas rumah, merangkum atau karya inisiatif siswa sendiri. Penilaian

portofolio bisa menggunakan keseluruhan dokumentasi hasil kerja siswa (dokumentasi

portofolio) atau karya-karya terbaik siswa yang terpilih untuk ditampilkan.

4) Product test

Dengan product test akan diketahui tingkat kreatifitas dan kemampuan berfikir

siswa dalam mengorganisasikan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk yang lebih

kongkrit (nyata) sekecil apaun karya yang dihaasilkan oleh anak merupakan sebuah

prsetasi yang harus di akui dan dihargai. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

untuk kelas 1 product test biasanya berupa mewarnai gambar atau membuat kreasi

tentang suatu alat, misalnya dalam materi alam para siswa dapat tugas menghias tempat

sampah.

C. Faktor Yang Mendukung Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada kelas Inklusif di

Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya.

Faktor yang mendukung pembelajaran pendidikan agama Islam pada kelas inklusif di

kelas1 Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya yakni:

a. Antusias anak didik dalam mengikuti matapelajaran pendidikan agama Islam

Antusias anak didik dalam mengikuti mata pelajaran pendidikan agama Islam bisa

dilihat ketika pelajaran berlangsung. Di waktu pembelajaran berlansung, anak-anak secara

seksama memperhatikan dan menirukan gaya guru ketika mengajar. Wajah-wajah mereka

terlihat ceria layaknya bermain bersama. Karena Minat individu merupakan ketertarikan

individu terhadap sesuatu. Minat belajar anak didik yang tinggi menyebabkan cara belajar

85

anak didik lebih mudah dan cepat.110 Pemaparan tersebut dikuatkan oleh penjelasan Pak Muji

sebagai berikut:

“Anak-anak disini sangat antusias dalam mengikuti pelajaran, ini bisa anda lihat sendiri dari wajah-wajah mereka dan tingkah laku mereka. Dan dengan begitu mempermudah siswa sendiri memahami pelajaran yang berlangsung.111

b. Kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran pendidikan agama Islam

Di dalam kelas terdapat siswa yang heterogen, ada siswa yang normal dan adapula

yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu Pak Mujib selalu bervariasi dalam mengelola

pembelajarn pendidikan agama Islam. Ini bertujuan agar pembelajaran dapat diterima siswa

secara mudah. Sesuai dengan pernyataannya:

“Guru disini harus kreatif, kalau tidak kreatif siswa tidak akan tertarik kepada pelajaran. Untuk itu saya selalu bervareasi dalam mengelola bidang studi yang saya pegang. Variasi ini tidak hanya dalam metode saja akan tetapi media juga. Agar lebih menarik dan memudahkan siswa memahami pelajaran.”112

c. Kopetensi guru dalam matapelajaran yang diajarkan

Kepotensi guru juga mempengaruhi kualitas pembelajaran. Hal ini disadari

sepenuhnya oleh pihak sekolah. Oleh karena itu dalam memilih guru, pihak sekolah memilih

guru-guruyang kopeten dalam bidangnya dan selalu mengadakan pelatihan untuk

meningkatkan kualitas guru. Ini tidak hanya pada guru kelas saja akan tetapi guru bidang

study termasuk pula guru pendidikan agama Islam.

d. Komitmen kuat yang dimiliki para dewan guru untuk mencerdasankan anak didik

Menurut Pak Kodim: “ Kesuksesan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas 1 ini salah satunya dipengaruhi oleh komitmen guru yang selalu berusaha mencrdaskan para siswa-siswanya.”113

110Nugraheni, Minat Belajar Anak Didik , (28 Juni 2011),

http://muhiklaten.blogspot.com/2011/06/minat-belajar-anak-didik.html 111 Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, surabaya, 16 Mei 2011 112 Ibid., 113 Abdul Kodim, Kepala Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya. Wawancara,

Surabaya, 12 Mei 2011

86

Hal ini ditegaskan ketika penulis bertanya langsung dengan Pak Mujib selaku guru

bidang studi pendidikan agama Islam. Menurut beliau:

“Mengajar adalah ibadah dan tidak akan menghilangkan ilmu. Walaupun di dalam kelas terdapat siswa yang berbeda-beda baik fisik maupun psikis, para siswa semuanya adalah cerdas. dari situlah semangat untuk menoptimalkan cerdaskan mereka muncul, tidak peduli anak yang normal maupun yang berkebutuhan khsusus karena mereka memiliki kesempatan yang sama untuk sukses.”114

e. Suasana kelas yang menyenangkan

Lingkungan mempengaruhi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Pak Mujib:

“Suasana kelas yang menyenangkan akan mampu memudahkan proses pembelajaran. Oleh karena itu saya selalu mengkondisikan kelas dengan suasana yang menyenangkan dan tidak monoton.”115

f. Sarana dan prasarana yang memadai

Dalam pembelajaran, kelengakapan sarana prasarana mampu memudahkan

pembelajaran. Di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya menyediakan sarana

prasarana yang lengkap seperti TV, LCD, dan lain sebagainya. Tidak heran bila pembelajaran

pendidikan agama Islam berjalan sesuai yang direncanakan oleh Pak Mujib. Ini dikuatkan

dengan pernyataan beliau:

“Di sekolah ini sarana dan prasarana sudah memadai, jadi mempermudah guru-guru termasuk saya dalam mengajar.”116

g. Adanya dukungan dari bebagai pihak, seperti stake holder, kepala sekolah, guru, wali murid,

yayasan dan masyarakat setempat.

Dukungan dari semua pihak sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajran. Dalam

hal ini Pak Mujib menjalin kerjasama dengan semua pihak baik steke holder, kepala skolah,

114 Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, surabaya, 12 Mei 2011 115 Ibid., 116 Ibid.,

87

wali murid, yayasan dan masyarakat setempt. Dengan dukungan merekalah pembelajaran

pendidikan agama Islam dapat berlangsung dengan lancar.

D. Faktor Yang Menghambat Pembelajaran pendidikan Agama Islam di Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya.

a. Anak yang berkebutuhan khusus lambat dalam menerima pembelajaran sehingga guru harus

berkali-kali memberikan pemahaman walaupun sudah dibantu dengan guru pendamping.

Meskipun kalas sudah di setting menyenangkan agar mempermudah siswa

memahami peajaran, siswa yang berkebutuhan khsusus terkadang masih kesulitan memahami

pelajaran yang di sampaikan. Akhirnya guru harus mengulangi berkali-kali agar mereka dapat

memahami. Karena inilah terkadang menghambat pembelajaran. Sesuai yang di ungkapkan

oleh Pak Mujib:

“Yang terkadang menghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada kelas inklusif ini adalah anak yang berkebutuhan khusus susah memahami pelajaran. Jadi saya harus menjelaskan berkali-kali kepada mereka agar mereka paham.”

b. Ketika guru pendamping tidak datang anak yang berkebutuhan khusus akan kesulitan

menangkap pelajaran yang disampaikan karena tidak ada yang fokus memperhatikan anak

didik tersebut.

Keberadaan guru pendamping sangat penting bagi anak yang berkebutuhan khusus.

Bila guru pendamping tidak hadir anak yang berkebutuhan akan kesulitan memahami

pelajaran. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Bu Ita:

“Ketika guru pendamping berhalangan untuk hadir, anak-anak yang biasanya di dampingi akan kesulitan menangkap pelajaran. Dan ini menambah tugas guru bidang study atau guru kelas karena di samping harus mengajar siswa secara keseluruhan, kami harus menggantikan tugas guru pendamping juga.”117

117 Ita Ariffiah, Guru Kelas 1 Dolphin Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya,

Wawancara, Surabaya1 4 Mei 2011

88

c. Di dalam kelas murid diberi kebebasan dalam berekspresi (tidak dikekang) sehingga bila guru

lengah sedikit siswa yang hiperaktif akan pergi keluar kelas.

Di dalam kelas ini siswa diperbolehkan memilih tempat yang mereka sukai, ini

bertujuan agar mereka nyaman belajar dan mampu menangkap pembelajaran dengan mudah.

Akan tetapi bagi anak yang hiperaktif akan lebih mudah ke luar ruangan bila guru sedikit saja

lengah. Akibatnya guru harus mencari mereka di luar kelas dan ini akan menghambat

pembelajaran yang berlangsung. Pemaparan tersebut seperti yang di ungkapkan oleh Bu Dian:

“Anak-anak yang berkebutuhan khusus yang tidak ada guru pendamping terkadang suka keluar kelas bila guru lengah sedikit. Ini sedikit mengganngu pembelajaran karena kami harus mencari mereka di luar kelas.”118

d. Ada beberapa orang tua yang cenderung melarang anak didik ikut kegiatan out door karena

merasa takut terjadi sesuatu kepada anak didik.

Pembelajaran d kelas ini tidak selamanya di dalam ruangan. Ada matapelajaran

tertentu yang mengharuskan siswa untuk keluar ruangan. Seperti materi jual beli yang

mengharuskan siswa pergi kepasar, keika materi ini berlangsung ada beberapa orang tua yang

merasa takut bila anaknya hilang di pasar atau cidera dikarenakan mereaka biasa di manja dan

tidak pernah pergi kepasar sendiri.

Kekhawatiran ini tidak hanya terjadi pada orang tua yang anaknya berkebutuhan

khsusus saja akan tetapi ada beberapa orang tua yang anaknya normal juga merasakan hal

yang sama. Hal ini sesuai yang di jelaskan oleh Pak Mujib ebagai berikut:

“Ketika materi keluar kelas, reaksi orang tua bermacam-macam. ada beberapa orang tua yang menolak untuk mengikutkan anaknya pada kegiatan tersebut, ini tidak hanya orang tua yang anaknya tergolong ABK saja akan tetapi ada beberapa orang tua yang anaknya normal juga bersikap seperti itu. Alasannya, ada yang takut anaknya hilang, ada yang takut anaknya kepanasan dan lain-lain. Memang kami memaklumi siswa disini banya dari golongan yang mampu. Tetapi dengan perlahan-lahan kami memberikan penjelasan kepada mereka, alhamdulillah kebanyakan mereka mampu memahami tujuan dari pembelajaran ini.”119

118 Dian Permanasari, Guru Kelas 1 Kutilang Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16

Surabaya, Wawancara, Surabaya, 15 Mei 2011 119 Abdul Mujib, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Kreatif SD

Muhammadiyah 16 Surabaya, Wawancara, surabaya, 12 Mei 2011