bab iv pembahasan hasil...
TRANSCRIPT
65
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dalam Bab IV ini akan diuraikan laporan hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian. Uraian dalam deskripsi hasil penelitian disusun
berdasarkan rumusan masalah dan dibahas sebagai dasar untuk merumuskan
kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil DPD PKS Kota Bandung
PK-Sejahtera merupakan penerus perjuangan Partai Keadilan
(PK) karena memiliki kesamaan tujuan dan cita-cita. Hal ini dinyatakan
oleh pimpinan kedua partai Dr. Hidayat Nur Wahid (Presiden PK) dan
Drs. Almuzzammil Yusuf (Ketua Umum PK-Sejahtera). Saat mereka
bersepakat dihadapan notaris pada 3 Juli 2003 untuk menggabungkan diri
dalam sebuah partai yang disepakati bernama Partai Keadilan Sejahtera.
DPD PKS kota Bandung yang berlokasi di Jl. Kinanti No. 7
Bandung memiliki bangunan kantor yang cukup besar dengan status
kontrak dan berada di kompleks partai politik dan angkatan darat. Dalam
menjalankan roda organisasi dan aktifitasnya, partai dibingkai oleh
Piagam Deklarasi, Visi dan Misi, Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART), Kebijakan Dasar Partai serta peraturan-peraturan
lainnya yang mengikat seluruh anggota partai. Partai Keadlian Sejahtera
(PKS) percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih
66
baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang
berkualitas baik secara moral, intelektual, dan profesional. Karena itu,
PKS sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya
Indonesia yang adil dan sejahtera.
Kepedulian inilah yang menapaki setiap jejak langkah dan
aktivitas partai. Dari sebuah entitas yang belum dikenal sama sekali
dalam jagat perpolitikan Indonesia hingga dikenal dan eksis sampai saat
ini. PKS adalah partai politik modern yang terorganisasir secara baik dan
rapi. Hal ini tercapai berkat manajemen yang baik dan kontribusi dari
kader-kadernya yang saat ini tercatat 300.000 kader.
DPD PKS Kota Bandung memiliki visi dan misi organisasi,
visinya adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan
bermartabat. Adapun visi khususnya adalah partai berpengaruh baik
secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia yang madani. Visi ini akan mengarahkan Partai
Keadilan Sejahtera sebagai:
a. Partai dakwah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses
pembangunan kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.
c. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan
berbagai kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan
sistem Islam yang rahmatan lil’alamin.
67
d. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.
(sumber: www.pks-bandung.org)
Sedangkan misi yang diemban Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
adalah :
a. Menyebarluaskan dakwah Islam dan mencetak kader-kadernya
sebagai anashir taghyir.
b. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami di
berbagai bidang sebagai markas taghyir dan pusat solusi.
c. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung
bagi penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.
d. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan,
pelayanan dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya.
e. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara
konsisten dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.
f. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan
ishlah dengan berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk
terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan wihdatul-ummah, dan dengan
berbagai komponen bangsa lainnya untuk memperkokoh
kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi.
g. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan
menolak kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang
tertindas. (sumber: www.pks-bandung.org)
68
DPD PKS Kota Bandung memiliki beberapa program kerja, dua
diantaranya adalah program kerja dalam bidang politik, dan bidang
sosial. Adapun program kerja di bidang politik yang dilaksanakan oleh
DPD PKS kota Bandung adalah :
a. Pengokohan kader
Program ini bertujuan meningkatkan militansi melalui program
pengokohan SDM dengan peningkatan ruhiyah/maknawitah dan
memperkuat fikriyah sebagai modal dasar untuk melakukan ekspansi
berupa penetrasi ke basis-basis calon pemilih.
b. Direct Selling
Ini merupakan program ekaspansi berbasiskan kader yang bertujuan
berinteraksi dan mempengaruhi pilihan calon pemilih.
c. Media Relation
Dimana program ini bertujuan mempererat hubungan antara
pimpinan partai, struktur pengelola media dan humas dengan
wartawan dan pimpinan media yang diharapkan memunculkan
persepsi positif dari media.
d. PKS Mendengar
Program ini fokus untuk kalangan Calon Anggota Dewan (CAD)
agar lebih melakukan penetrasi kepada masyarakat terutama kepada
para tokoh yang memiliki pengaruh besar dan melakukan
kesepakatan sosial dan politik dengan kelompok interes yang
memiliki anggota dan pengaruh yang luas di masyarakat.
69
e. PKS Bicara
Program ini fokus untuk anggota legislatif dan Kepala Daerah
terutama yang telah mengikuti program pembinaan/kader agar
menjadi ujung tombak dalam membuat program yang populis di
kelompok pemilih dan berkomunikasi ke masyarakat terutama yang
berkaitan dengan prestasi yang sudah diraih selama menduduki
jabatan publiknya. (sumber: www.pks-bandung.org)
Sedangkan program kerja dalam bidang sosial yang dilaksanakan
oleh DPD PKS kota Bandung adalah :
a. Aksi Kemanusiaan dan Solidaritas terhadap wilayah yang terkena
bencana alam dan peperangan
b. POS Wanita Keadilan (POS-WK) adalah sebuah program pelayanan
sosial dan pemberdayaan masyarakat yang merupakan program
unggulan dari bidang kewanitaan Partai Keadilan Sejahtera diseluruh
Indonesia.
70
B. Deskripsi Hasil Wawancara
Perolehan data hasil penelitian dilakukan dengan cara wawancara
kepada beberapa subjek penelitian, diantaranya:
Nama Responden Status
Pak Oded Muhamad Danial (OMD)
Pak Agus Rusmawan (AR)
Pak Andri (AN)
Pak Taufiq Rizqon (TR)
Pak Jajang Miftahudin (JM)
Ketua DPD PKS Kota Bandung
Wakil Sekertaris Umum II DPD
PKS Kota Bandung
Wakil Sekertaris Umum III DPD
PKS Kota Bandung
Ketua bidang Pembinaan dan
Kaderisasi
Kader DPD PKS Kota Bandung
1. Deskripsi Wawancara Dengan Wakil Sekertaris Umum III DPD
PKS Kota Bandung
Nama Responden : AN
Tempat : Kantor DPD PKS Kota Bandung
Tanggal : 21 April 2011
Pukul : 16.00 WIB
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil sekertaris umum III,
proses rekrutmen pemimpin bermula dari masuknya seseorang menjadi
kader PKS dan seseorang menjadi pemimpin di DPD PKS harus melalui
beberapa tahapan, yang pertama melalui musyawarah untuk menentukan
71
siapa yang berhak menjadi pemimpin di DPD PKS Kota Bandung, yang
kedua melalui Pemira (Pemilihan Raya). Pemira ini sama seperti
pemilihan umum yang ada di Indonesia, seperti pemilihan presiden dan
wakil presiden dan pemilukada, namun pemira ialah pemilihan yang
dilakukan oleh internal partai, untuk menetukan pemimpin partai dari
tingkat DPW, DPD hingga DPC. Hasil dari pemilihan raya tersebut
diserahkan dan dimusyawarahkan oleh majelis syura untuk menentukan
pemimpin partai.
Bagi AN, sosok pemimpin terpilih yang memimpin DPD PKS
Kota Bandung ialah sosok yang memiliki sifat tabligh, amanah, fathonah,
serta sidiq layaknya sifat yang dimiliki rasul. Dengan sifat yang
dimilikinya pemimpin melakukan tindakan atau memberikan contoh
secara nyata dan langsung dilakukan sehingga kader atau anggota partai
dapat meneladani apa yang dilakukan oleh pemimpinnya. Menurut
pengakuan AN, pemimpin DPD PKS Kota Bandung sudah memenuhi
sifat tersebut. Pemimpin DPD PKS Kota Bandung selalu melakukan
evaluasi yang melibatkan kader serta anggota partai dan selalu menerima
kritikan serta masukan dari kader dan anggota partai lainnya. Hal tersebut
dilakukan agar pemimpin tersebut dapat menjalankan roda
kepemimpinannya yang merupakan amanat dari anggota partainya,
karena menurut AN menjadi seorang pemimpin adalah tanggung jawab
yang berat.
72
Sifat pemimpin yang diharapkan oleh AN selain itu adalah yang
“bersih”, dalam artian tidak terlibat masalah atau konflik, sehingga dalam
menjalankan roda kepemimpinannya pemimpin tersebut dapat fokus
terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu juga, pemimpin harus
memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya. Menurut AN,
kepedulian adalah hal yang menopang seseorang dapat berdiri tegak
karena dengan rasa kepedulian yang pemimpin tersebut tanamkan akan
membawa dampak yang amat positif dalam roda kepemimpinannya.
AN menyebutkan kriteria dalam rekrutmen pemimpin di DPD
PKS salah satu diantaranya adalah “asal mau”. Istilah “asal mau” tersebut
diartikan bahwa siapapun dapat menjadi pemimpin di DPD PKS Kota
Bandung asalkan ia memiliki keinginan atau kemauan. Namun terlebih
dahulu calon pemimpin tersebut harus memenuhi tingkatan-tingkatan
yang ada di DPD PKS Kota Bandung yaitu simpatisan, pemula, muda,
madya hingga dewasa. Awal mula seseorang menjadi kader pemula
dimana pada tingkatan ini siapapun boleh masuk menjadi anggota.
Mulai dari kader pemula ke tingkat muda harus memenuhi
muhasofat (tahapan-tahapan) dalam memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria dalam rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota Bandung
bermacam-macam, mulai dari yang menyangkut pribadi yakni
menyangkut akhlak, keadaan jasmani dan rohani, pemikiran, dan
lamanya seorang kader tersebut mengikuti pengajian yang diadakan
73
secara rutin pun menjadi salah satu kriteria yang menjadi pertimbangan
seseorang menjadi pemimpin di DPD PKS Kota Bandung.
Faktor pertimbangan seseorang menjadi pemimpin di DPD PKS
Kota Bandung yang paling penting adalah kelulusan secara pemahaman
keislaman. Kelulusan tersebut dinilai melalui tes secara tidak langsung,
yakni tes hafalan Qur’an dengan bimbingan satu orang ustad dimana satu
kelompok bimbingan tersebut maksimal 12 orang yang mengikuti
pengajian, sehingga ustad tersebut dapat melaporkan perkembangan yang
terjadi. Tes selanjutnya adalah pengamatan perilaku seseorang kader
terhadap orang lain. Selanjutnya AN menambahkan pemimpin terpilih
harus memiliki keunggulan dalam proses pembinaan yang telah
dilakukannya. Ia harus mampu menarik minat para kader lainnya untuk
ikut bekerja sama dengan dirinya guna kemajuan bagi partainya.
Kendala yang AN ketahui selama proses rekrutmen pemimpin
dilaksanakan adalah sebagian besar dari kader yang sudah layak
dicalonkan menjadi seorang pemimpin di DPD PKS Kota Bandung tidak
memiliki keinginan menjadi pemimpin. Kebanyakan dari mereka yang
sudah ditunjuk untuk maju sebagai calon pemimpin malah menunjuk dan
mengajukan kader lain di bursa calon pemimpin DPD PKS Kota
Bandung. Menurut AN, ketidakinginan tersebut muncul karena mereka
menanggap tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin
tersebut dikhawatirkan tidak dapat dijalankan sebagaimana seharusnya.
74
Beranggapan dari kata-kata bahwa manusia tidak pernah sempurna
karena dalam perjalanannya manusia tidak luput dari lupa dan khilaf.
Berdasarkan hasil wawancara dengan AN, upaya yang dilakukan
dalam mengatasi kendala selama proses rekrutmen pemimpin di DPD
PKS Kota Bandung adalah turun tangannya majelis sura dalam
memutuskan seseorang melaju menjadi calon pemimpin partai. Menurut
pemaparan AN, ketika majelis sura sudah turun tangan mengatasi
kendala-kendala yang ada, mereka yang sudah masuk bursa calon
pemimpin tidak dapat keluar dari pencalonan tersebut. Jadi, mau tidak
mau dan suka tidak suka, salah satu dari mereka yang terpilih dengan
ikhlas harus mengemban tugasnya sebagai seorang pemimpin di DPD
PKS Kota Bandung dan menjaga kepercayaan yang pemimpin terpilih
tersebut dapatkan karena melalui suara anggota dan kader partai itulah ia
berhasil terpilih menjadi seorang pemimpin.
AN sebagai bagian dari keanggotaan DPD PKS Kota Bandung
mengharapkan bahwa pemimpin terpilih dapat menjalankan tugas dan
kewajibannya sebagai pemimpin dengan baik dan berjalan pada koridor
agama sehingga pemimpin tersebut dapat menjalankan segala sesuatu
yang berhubungan dengan kepentingan partai sesuai amanah yang
diberikan dan dipercayakan kepadanya. Karena menurutnya, pemimpin
terpilih adalah pemimpin yang dipercaya oleh anggota dan kader partai
sebagai sosok yang mampu secara lahir dan batin melaksanakan tugas
yang diberikan, membawa pengaruh yang positif, baik itu terhadap
75
dirinya pribadi, anggota serta kader partai dan terhadap peningkatan
kinerja serta program-program yang nantinya akan dilaksanakan oleh
seluruh anggota partai dengan komando dan bimbingan dari pemimpin
tersebut.
Implikasi yang dirasakan oleh AN dari penerapan pola rekrutmen
yang dijalankan di DPD PKS Kota Bandung adalah terpilihnya pemimpin
yang benar-benar sesuai dengan kriteria yang ada dan pemimpin terpilih
dapat meningkat intensitas kegiatan-kegiatan yang dilakukan guna
perluasan wawasan kader partai dalam berbagai bidang, baik politik,
sosial, budaya, maupun keagamaan atas kerjasama seluruh bagian yang
ada di DPD PKS Kota Bandung. Bahkan AN mengatakan bahwa kader
PKS setingkat lebih maju dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
menjadi kader PKS. Karena menurut AN, masyarakat yang masuk
menjadi kader PKS dapat memiliki tambahan pemahaman yang baik
mengenai agama Islam dan wawasan yang luas mengenai IPTEK, serta
pengetahuan di segala bidang.
Respon AN terhadap program peningkatan kinerja partai yang
dilaksanakan di DPD PKS Kota Bandung dapat ia katakan baik, karena
menurutnya dari tahun ke tahun ia dapat merasakan adanya peningkatan
kinerja yang cukup signifikan. Namun, AN tetap mengharapkan bahwa
kinerja partai harus selalu maksimal dan lebih maksimal lagi dengan
diimbangi kerjasama seluruh anggota partai dan peningkatan kepedulian
76
terhadap kemajuan kinerja partai dalam hal pelayanan publik yang saat
ini telah mencapai 50% lebih.
2. Deskripsi Wawancara Dengan Wakil Sekertaris Umum II DPD PKS
Kota Bandung
Nama Responden : AR
Tempat : Kantor DPD PKS Kota Bandung
Tanggal : 5 Mei 2011
Pukul : 14.30 WIB
Proses rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota Bandung menurut
pemaparan AR seperti sistem Multi Level Marketing (MLM). Barang
siapa yang sudah memiliki cabang atau “anak buah” dalam hal
pembinaan pada tiap tingkatannya ia dapat dikatakan bahwa ia telah
suskes menjalankan MLM. Dalam artian kader tersebut dapat
menjalankan dan mengembangkan jaringannya dari tingkat ranting,
cabang hingga wilayah karena aktif dalam berbagai kegiatan yang
diadakan oleh DPD PKS Kota Bandung dan melakukan pembinaan
kembali kepada kader yang lain sehingga tanpa terasa ia telah memiliki
banyak pendukung. Selanjutnya secara struktural ia mendapatkan
kepercayaan sebagai ketua DPA, DPC, bahkan diamanatkan sebagai
ketua DPD melalui pemilihan diseluruh kader. Sehingga dapat terbukti
bahwa ia adalah pembina yang sukses membina dan membimbing anak
buahnya.
77
Seperti yang diungkapkan oleh AR, proses seseorang menjadi
pemimpin harus dirintis mulai dari nol hingga ia mendapatkan hasil yang
benar-benar maksimal sebagai hasil akhir dari upaya yang telah
dilakukannya. Namun dengan adanya pemilihan langsung dari para kader
dan menghasilkan perolehan suara terbanyak disalah satu kader tidak
mutlak menjadikan keputusan tersebut sebagai keputusan akhir, yang
terpilih sebagai calon pemimpin partai diproses lagi melalui pemilihan
raya (Pemira). Setelah itu keputusan terakhir ada ditangan majelis syura
untuk menentukan siapa yang layak dan berhak menjabat sebagai
pemimpin di DPD PKS Kota Bandung.
Sosok pemimpin yang diharapkan oleh AR dapat memimpin di
DPD PKS Kota Bandung adalah sosok yang memiliki jejak rekan (track
record) yang baik serta memberikan sumbangsih yang besar terhadap
partai. Track record yang AR maksud adalah latar belakang pengalaman
dan perjalanan hidup seseorang kader sehingga ia layak menjadi seorang
pemimpin. Namun bukan berdasarkan tingkat/jenjang kependidikan yang
ia miliki melainkan pengalaman atau catatan perjalanan hidupnya yang
positif. Track record amat penting dalam penilaian kader terhadap sosok
yang akan dipilih menjadi pemimpin. Dengan mengetahui track record
seorang kader akan memudahkan penilaian layak atau tidaknya seorang
kader menjadi pemimpin.
Pemimpin DPD PKS Kota Bandung juga mampu berdakwah
dimana saja dan dalam dakwahnya tidak hanya membahas keagamaan
78
tetapi mencakup segala bidang. Karena menurut AR, jika kajian dakwah
yang dilakukan oleh pemimpin tersebut hanya membahas keagamaan
maka akan menjadi sempit bahan dakwah yang akan disampaikan.
Bahkan menurut AR, alangkah baiknya jika dakwah tersebut membahas
tentang berbagai bidang, baik bidang politik, sosial, ekonomi ataupun
budaya tetapi disisipkan dan dipadukan dengan nilai-nilai keagamaan
sehingga akan berjalan dengan penuh keseimbangan. Dimana menurut
AR agama adalah pembatas dan penyokong yang baik dalam
menjalankan kegiatan di berbagai bidang.
Kriteria yang AR ketahui dalam rekrutmen pemimpin di DPD
PKS Kota Bandung adalah ia harus memiliki kemampuan untuk
membina dan mengembangkan kader lainnya serta organisasi yang
dipimpinnya baik secara kinerja ataupun program-program yang
dijalankannya. Ia juga harus memiliki komitmen yang kuat terhadap
tanggung jawabnya sebagai kader partai dan loyal terhadap partai. Loyal
menurut AR bukan dalam artian memberikan sumbangsih berupa materi
ataupun dukungan secara finansial kepada partai tetapi kapabilitasnya
sebagai kader partai dari awal ia masuk hingga saat ia dipilih oleh kader
lain.
Kriteria yang paling menonjol menurut AR adalah ia berstatus
anggota dan bukan dari partai lain atau pihak eksternal partai. Di PKS
tidak ada pemimpin yang terpilih karena hasil dari ia mencalonkan
dirinya sendiri melainkan karena diajukan dan dipilih oleh kader-kader
79
partai. Bahkan menurut AR jika ada kader yang menajukan dirinya
sendiri sebagai calon pemimpin maka dialah orang yang paling pertama
gagal karena menurut AR terpilih atau tidaknya seseorang menjadi calon
pemimpin itu berdasarkan penilaian dari orang lain bukan karena
keinginan pribadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan AR, diketahui bahwa faktor
pertimbangan dalam rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota Bandung
yang pertama adalah ia tidak terlibat masalah atau memiliki track record
yang bersih dari berbagai permasalahan. Sehingga ia dapat melakukan
tugasnya secara fokus dan tanpa ganguan dari luar. Kedua ia harus
memahami ajaran agama Islam sebagai fondasi dalam melakukan dan
memutuskan suatu tindakan. Karena menurut AR, pemahamannya yang
baik terhadap ajaran agama Islam akan membawa ia kepada kebaikan
yang secara otomatis akan ia sebarkan keseluruh anggota partai.
Kendala yang diungkapkan oleh AR selama proses rekrutmen
pemimpin dilaksanakan adalah tidak ada yang menyanggupi bahkan
mereka yang sudah terpilih melalui pemilihan langsung oleh kader
lainnya menolak hasil pemilihan tersebut. Padahal menurut AR jika
dibandingkan dengan partai lain yang sebagian besar kader partainya
banyak yang mengajukan diri demi memperebutkan kursi panas sebagai
seorang ketua partai tetapi tidak demikian dengan PKS. Mereka yang
terpilih memiliki satu pemikiran yang sama, yakni kekhawatiran jika
mereka tidak akan mampu menjalankan tanggung jawab tersebut maka ia
80
akan kehilangan kepercayaan dari kader lain yang telah memilihnya.
Penolakan tersebut tidak disampaikan dengan penuh amarah, kekesalan
yang dilatarbelakangi emosi, karena mereka hanya mengungkapkan
ketidaksiapan dan kekhawatiran yang cukup mendasar jika dikaitkan
dengan kemampuan manusia yang terbatas.
AR menyatakan bahwa upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala yang terdapat selama proses rekrutmen pemimpin yaitu dengan
berjalannya peran majelis syura dalam berusaha untuk meyakinkan calon
pemimpin bahwa jika mereka terpilih maka ia dipercaya banyak orang
untuk memegang dan menjalankan amanah yang telah digariskan oleh
Allah SWT. Sehingga mereka mendapatkan pencerahan karena mereka
sudah sangat memahami ajarana agama Islam yang mengatakan bahwa
amanat itu adalah titipan dari Allah SWT untuk dapat dijalankan dengan
sebaik-baiknya. Sehingga tidak ada lagi yang dapat menolak keputusan
majelis syuro karena keputusan majelis syura sudah melalui beberapa
pertimbangan yang cukup matang sebelum memutuskan salah satu dari
beberapa calon terpilih.
Harapan AR kepada pemimpin terpilih adalah harus profesional
dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan
merupakan tanggung jawab bersama dengan anggota atau kader partai
lainnya. AR juga mengharapkan bahwa pemimpin terpilih harus bisa
membedakan dan dapat mendahulukan hal yang menjadi prioritas utama
tanpa mencampuradukan antara hak dan kewajibannya sebagai seorang
81
pemimpin partai politik. AR juga mengharapkan bahwa pemimpin
terpilih mampu meminimalisir permasalahan yang ada di internal partai
dan berusaha mencari jalan keluarnya dengan melibatkan anggota atau
kader partai dan tidak mengabaikan masukan atau kritikan dari anggota
atau kader partai karena menurut AR pendapat dari anggota atau partai
lain dapat dijadikan sebagai kritikan yang membangun sebagai bahan
evaluasi kinerja seorang pemimpin terhadap peningkatan kinerja
partainya.
Implikasi yang dapat dirasakan oleh AR kapasitasnya sebagai
anggota partai terhadap penerapan pola rekrutmen yang dijalankan di
DPD PKS Kota Bandung adalah dengan pemahaman yang cukup
mengenai agama yang dapat dijadikan sebagai fondasi yang kokoh, dapat
membuat seorang pemimpin terpilih meminimalisir konflik yang terjadi,
baik dalam internal partai maupun eksternal partai. Sehingga membawa
dampak positif dalam lingkungan partai karena suasana kondusif yang
tercipta. Menjadi seorang pemimpin memang terlihat sulit karena ia
harus bekerja secara maksimal untuk kemajuan partainya dan ia tetap
mampu memberikan bimbingan dan pemahaman kepada kader partai
bahwa materi tidak selalu dapat melancarkan segala hal yang diinginkan
jika tidak ada kepercayaan dari orang lain terhadap kemampuan yang
dimiliki dan tidak menghargai kemampuan orang lain.
AR mengungkapkan bahwa ia memiliki respon positif terhadap
program yang dijalankan guna meningkatkan kinerja partai yang diiringi
82
peningkatan kinerja para anggota partai. Setiap anggota atau kader partai
harus memahami tanggung jawabnya masing-masing dan dapat
melakukan kerjasama yang solid, karena menurut AR tidak akan ada
kemajuan atau peningkatan jika tidak adanya kerjasama dan dukungan
dari semua anggota atau kader partai.
3. Deskripsi Wawancara Dengan Ketua Bidang Kaderisasi
Nama Responden : TR
Tempat : Kantor DPD PKS Kota Bandung
Tanggal : 10 Mei 2011
Pukul : 14.00 WIB
Berdasarkan hasil wawancara dengan TR selaku ketua kaderisasi
dan pembinaan, pemimpin yang direkrut adalah seseorang yang sudah
lama menjadi anggota partai. Pola rekrutmen pemimpin di DPD PKS
Kota Bandung menurut TR sudah sesuai dengan AD/ART partai. Karena
AD/ART partai merupakan pedoman bagi seluruh anggota partai tanpa
terkecuali. Dimana ia memiliki status keanggotaan awal yakni sebagai
anggota pendukung yaitu pemula dan muda setelah itu meningkat lagi
menjadi anggota inti yang terdiri dari madya, dewasa, ahli dan purna.
Seorang calon pemimpin harus melewati jenjang atau tingkatan
ditingkat ranting, cabang sampai dengan pusat. Sehingga di PKS tidak
ada seseorang yang tiba-tiba menjadi seorang pemimpin jika ia tidak
melewati jenjang-jenjang yang ada di PKS. TR menambahkan, PKS
83
berbeda dengan partai lainnya dalam perekrutan seorang kader menjadi
pemimpin. Kader yang nantinya akan menjadi pemimpin di DPD PKS
Kota Bandung tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun seperti yang
biasa dilakukan di partai lain guna membiayai kegiatan layaknya seperti
kampanye. Penentuan seorang kader menjadi pemimpin bukan
berdasarkan gelar sajana yang ia miliki. Semuanya atas penilaian
langsung yang dilakukan oleh seluruh kader DPD PKS Kota Bandung.
Mekanisme rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota Bandung
memiliki ciri khas yakni pemimpin partai tidak mengajukan dirinya
secara pribadi untuk maju sebagai pemimpin partai tetapi ia diajukan
oleh kader partai lainnya untuk menjadi seorang pemimpin atas dasar ia
telah memberikan bimbingan dan pembinaan kepada kader partai
lainnya. TR memaparkan bahwa dalam proses rekrutmen pemimpin tidak
terdapat tim khusus dalam proses pencalonan seseorang menjadi
pemimpin partai yang ada hanya panitia khusus dalam pemilu internal
untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ketua/pemimpin partai.
Kader yang terpilih harus melalui proses yang cukup lama dan panjang,
milai dari musyawarah hingga Pemira (pemilihan raya). Di DPD PKS
Kota Bandung terdapat majelis syura. Majelis syura ini memiliki peranan
penting dalam memutuskan kader mana yang berhak dan diyakini
mampu mengemban tugas sebagai pemimpin partai.
Faktor internal yang menjadi pertimbangan seorang kader dapat
menjadi seorang pemimpin ialah yang pertama berasal dari dara diri
84
pribadi kader tersebut. Ia harus memiliki akhlak yang baik, kedua ia
adalah seseorang yang memiliki pemahaman keagamaan yang baik.
Sedangkan faktor eksternal yang menjadi pertimbangan yang pertama
adalah ia harus memenuhi syarat-syarat keanggotaan, karena syarat
minimal ketua DPD adalah ia anggota dewasa. Ia sudah melalui proses
pengkaderan sehingga dapat dilihat apakah ia layak atau tidak terpilih
sebagai kader yang akan memimpin.
Faktor eksternal lainnya adalah ia harus mampu menjalin
hubungan yang baik dengan kader atau anggota partai. Selain itu juga ia
harus memiliki kemampuan yang mencerminkan ia mampu menjadi
seorang leader (pemimpin) diantaranya ia mampu menjadi seorang
penuntun dan pembimbing bagi kader partai lainnya. Ia merupakan sosok
yang memiliki kemampuan untuk menjadi teladan dan panutan sehingga
orang lain dibawahnya dapat mengikutinya. Kriteria khusus di DPD PKS
Kota Bandung tidak memfokuskan pada hal materiil, melainkan pada
kecakapan yang dimiliki seorang kader. Namun bukan dengan melihat
titel atau gelar sarjana yang ia miliki melainkan sejauhmana ia dapat
mengembangkan jaringan dalam proses binaan terhadap kader lainnya
sehingga ia memiliki banyak ‘bawahan’.
TR memaparkan kendala yang terjadi selama proses rekrutmen
terdapat dalam diri calon pemimpin tersebut. Kebanyakan dari kader
yang terpilih sebagai calon pemimpin merasa bahwa dirinya tidak layak
bahkan cenderung tidak percaya diri. Hal yang melatarbelakanginya
85
adalah kader terpilih berpendapat bahwa menjadi seorang pemimpin
adalah tanggung jawab yang besar dan berat karena seorang pemimpin
harus dapat menjalankan amanat yang diberikan kepadanya dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan mereka merasa bahwa kemampuan yang
dimiliki belum dapat dikatakan layak dan tidak mencapai level sebagai
seorang pemimpin. TR mengatakan bahwa mereka tidak menyadari
bahwa mereka telah mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dengan maksud
mencapai suatu tujuan.
Menurut TR upaya yang dilakukan guna mengatasi kendala yang
terjadi selama proses rekrutmen pemimpin salah satunya adalah turun
tangannya majelis syura dalam memutuskan serta dalam memberikan
pemahaman kepada calon pemimpin atau kader terpilih sehingga
meyakinkan ia bahwa dengan bimbingan dan kerjasama serta bantuan
dari kader lainnya ia akan dapat menjalankan roda kepemimpinannya
dengan baik.
Implikasi yang dapat dirasakan bagi TR adalah dengan adanya
pola rekrutmen yang sedemikian rupa menghasilkan sosok pemimpin
yang mampu menjalankan roda kepemimpinannya dengan sungguh-
sungguh dan selalu berpegangan pada segala hal yang terdapat dalam
nilai-nilai keagamaan. Dengan begitu menimbulkan keseimbangan dalam
diri pemimpin tersebut dan dalam hal ia menjalankan tanggung jawabnya
sebagai seorang pemimpin. Sehingga pemimpin terpilih benar-benar
86
dihargai kepemimpinannya oleh kader dan anggota partai dibawah
kepemimpinannya.
Menurut TR, kinerja seorang pemimpin di DPD PKS Kota
Bandung dapat dikatakan berhasil karena beberapa program dan kegiatan
yang dicanangkan sudah lebih dari 50% yang sudah dilaksanakan dan
mendapatkan respon balik yang positif baik dari anggota partai maupun
masyarakat sehingga menimbulkan dampak yang positif terhadap
peningkatan semangat kerja anggota partai yang berdampak pada
meningkatnya kinerja partai. Secara umum dapat dilihat bahwa
peningkatan kinerja partai tercermin dalam meningkatnya pelayanan dari
kader-kader DPD PKS Kota Bandung terhadap masyarakat.
Namun menurut pemaparan TR tidak dapat dipungkiri bahwa
terdapat kekurangan serta kelebihan dari pola rekrutmen yang
dilaksanakan di DPD PKS Kota Bandung. Namun kekurangan yang
terjadi berasal dari luar partai yang menganggap bahwa PKS adalah
partai eksklusif karena pemimpin yang terpilih hanya berasal dari internal
partai. Sedangkan kelebihannya adalah pemimpin terpilih tidak perlu
mengeluarkan biaya sedikit pun dari mulai awal hingga ia terpilih
menjadi pemimpin partai. Pemimpin tersebut hanya perlu meyakinkan
dirinya bahwa ia layak mengembang amanat yang telah dipercayakan
kepadanya.
Berhasil atau tidaknya pola rekrutmen yang terdapat di DPD PKS
Kota Bandung bagi TR adalah jika pemimpin tersebut berhasil
87
menjalankan roda kepemimpinannya dengan selalu melibatkan kader
partai lainnya sehingga menimbulkan kerjasama yang solid di dalam
partai. Keberhasilan dari pola rekrutmen pemimpin dapat terlihat dari
berjalannya program yang mencakup berbagai bidang yang masing-
masing dimiliki oleh pemimpin terpilih. Baik pemimpin maupun yang
dipimpin telah berusaha maksimal untuk menjalankan program dan
kegiatan yang ada dengan harapan meningkatnya kapasitas dan
kapabilitas kader partai sehingga mereka dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik lagi kepada masyarakat sehingga dapat membentuk
pemahaman di dalam masyarakat dan berdampak baik terhadap kinerja
partai politik baik terhadap anggota partai maupun terhadap masyarakat.
4. Deskripsi Wawancara dengan Kader DPD PKS Kota Bandung
Nama Responden : JM
Tempat : Kantor DPD PKS Kota Bandung
Tanggal : 12 Mei 2011
Pukul : 16.00 WIB
Dari hasil wawancara yang dilakukan, JM mengutarakan bahwa
mekanisme rekrutmen yang terdapat di DPD PKS Kota Bandung berbeda
dengan partai lain. Hal itu dapat dilihat pada proses yang harus dilalui
oleh seorang kader partai. Seorang kader terlebih dahulu melalui proses
pengkaderan selanjutnya ia harus rutin mengikuti pengajian yang
diadakan pada setiap minggunya. Sehingga dapat terlihat perkembangan
88
yang terjadi dalam diri kader partai selama menjalani proses yang ada.
Selanjutnya JM mengatakan bahwa di DPD PKS Kota Bandung tidak ada
pemimpin yang tidak melalui mekanisme rekrutmen yang ada di DPD
PK Kota Bandung. Proses seorang kader menjadi pemimpin terjadi
berdasarkan hasil penilaian serta pengamatan yang dilakukan oleh
anggota serta kader partai. Sehingga dari penilaian yang dilakukan kader
partai lainnya dapat memastikan pilihan mereka.
Pemimpin yang baik bagi JM adalah pemimpin yang dapat
membimbing dan selalu menerima saran serta kritikan dari kader partai
sehingga ia tidak sungkan melakukan perbaikan terhadap dirinya
sehingga berakibat kepada kinerjanya dalam memimpin seluruh anggota
partai. Bagi JM selama ia menjadi kader di DPD PKS Kota Bandung
pemimpin yang menjabat pada setiap periodenya mampu menjalankan
amanah yang dibebankan kepadanya dengan kerjasama dari seluruh
anggota partai. AR berharap pemimpin terpilih dapat mendengarkan
aspirasi masyarakat dan terus mengembangkan kinerjanya dalam
memajukan kinerja partai politik itu sendiri.
Seorang kader dapat harus memenuhi kriteria dalam rekrutmen
pemimpin diantaranya menurut sepengetahuan JM adalah kader tersebut
harus memiliki kemampuan dalam hal memimpin dan dapat memahami
karakter yang yang dipimpinnya. Hal itu berguna agar dapat terjalin
hubungan atau komunikasi yang baik antara pemimpin dengan yang
dipimpinnya. Sehingga dapat meminimalisir konflik yang ditimbulkan
89
akibat kesalahpahaman yang terjadi antara kedua belah pihak. Namun,
dari pemaparan JM hal tersebut hampir tidak pernah terjadi di DPD PKS
Kota Bandung karena adanya sikap saling menghormati dan saling
menghargai.
Sepengetahuan JM selama proses rekrutmen pemimpin di DPD
PKS Kota Bandung berlangsung tidak banyak kendala yang terjadi.
Karena proses rekrutmen pemimpin berlangsung tanpa sepengetahuan
pemimpin terpilih. Pemilihan tersebut murni atas dasar penilaian kader
lainnya terhadap berbagai hal yang telah pemimpin terpilih lakukan. JM
menambahkan kader terpilih tidak perlu melalui proses layaknya
kampanye dengan mengeluarkan biaya yang besar. Kendalanya hanya
sebatas penolakan dari dalam diri pemimpin terpilih karena keterbatasan
dirinya sebagai seorang manusia.
Kendala yang ada selama proses rekrutmen dapat diatasi dengan
cara pemberian dukungan dari kader partai kepada pemimpin terpilih
sehingga ia menyadari bahwa ia tidak akan seorang diri menjalankan
amanah yang ia emban. JM berpendapat bahwa dengan pemberian
dukungan terhadap pemimpin terpilih akan sangat membawa pengaruh
besar dalam merubah pemikirannya. JM menambahkan tidak ada seorang
pemimpin yang mampu berhasil melalui segala permasalahan yang ada
tanpa bantuan dari orang lain dalam hal ini adalah anggota partai.
Dukungan yang diberikan akan berakibat pada solidnya kerjasama yang
terjadi antara pemimpin dengan yang dipimpin.
90
Dengan adanya pola rekrutmen yang sedemikian rupa menurut
JM akan menghasilkan kerjasama yang solid apalagi ketika partai
tersebut diguncang kabar atau pemberitaan yang memicu perpecahan.
Bagi JM, pemimpin yang tidak melalui proses rekrutmen yang sehat
tidak akan membawa dampak yang positif terhadap kader dan juga
partainya. Hal yang dirasakan oleh JM dari pola rekrutmen yang
dilaksanakan di DPD PKS Kota Bandung adalah adanya peningkatan
kepercayaan dari masyarakat terhadap PKS. Peningkatan kepercayaan
tersebut dapat terlihat dari banyaknya masyarakat yang selalu menghadiri
berbagai kegiatan yang diadakan oleh PKS. Sehingga memicu semangat
dari pemimpin serta kader partai untuk selalu berusaha memperbaiki dan
meningkatkan kinerja anggota sehingga secara otomatis berpengaruh
terhadap meningkatnya kinerja partai.
5. Deskripsi Wawancara dengan Ketua DPD PKS Kota Bandung
Nama Responden : OMD
Tempat : Kantor Fraksi PKS DPRD Kota Bandung
Tanggal : 13 Juni 2011
Pukul : 13.30 WIB
OMD adalah ketua umum DPD PKS Kota Bandung dengan masa
jabatan periode 2010-2015. OMD mengaku bahwa terkejut saat dirinya
terpilih menjadi ketua umum. Ia menambahkan bahwa dirinya sama
sekali tidak mengetahui jika dirinya yang dipilih oleh sebagian besar
91
kader partai untuk menjadi ketua umum karena ia merasa bahwa terdapat
banyak kekurangan dalam dirinya. Mekanisme rekrutmen pemimpin
yang ia jalankan sama dengan yang dijalankan oleh ketua DPD PKS
sebelumnya. Pertama, seseorang tersebut harus masuk menjadi anggota.
Anggota yang aktif secara otomatis akan melalui proses pengkaderan dan
mendapatkan pembinaan sehingga ia peningkatan kapasitas dan
kapabilitas dirinya sebagai seorang kader.
Proses selanjutnya adalah ketika ia sudah mencapai pada
tingkatan yang lebih tinggi dapat melakukan pembinaan kepada kader
lainnya. Sehingga ia secara tidak langsung ia mendapatkan banyak kader
yang mendukung segala hal yang ia lakukan berkaitan dengan
peningkatan terhadap kinerja partai. Menurut OMD, terlebih dahulu
seorang kader tersebut harus loyal terhadap partainya. Namun dengan
sikap loyal tersebut dapat diketahui apakah ia memiliki ambisi untuk
menjadi pemimpin atau tidak. Menurut pemaparan OMD apabila ada
kader partai yang terlihat ambisius dalam ingin mendapatkan jabatan
sebagai ketua maka kader tersebut adalah orang pertama yang akan
dicoret sebagai kandidat.
Bagi OMD, proses rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota
Bandung sudah sesuai dengan AD/ART partai dan prosesnya jauh
berbeda dari partai politik pada umumnya. Jika pada partai politik lain
dikenal kegiatan layaknya kampanye, di DPD PKS Kota Bandung hal
seperti itu tidak akan terlihat. Seperti yang OMD katakan sebelumnya
92
bahwa tidak ada satu orang pun pemimpin terpilih yang mengetahui
baghwa dirinya akan menjadi seorang pemimpin. Penilaian layak atau
tidaknya seorang kader partai menjadi pemimpin dilakukan oleh kader
partai lainnya dengan pengamatan langsung tanpa memberitahukan
terlebih dahulu kepada si calon pemimpin tersebut.
Tidak ada persiapan khusus yang OMD lakukan dari awal ia
menjadi kader partai hingga terpilih menjadi pemimpin. Semuanya bagi
OMD mengalir begitu saja tanpa ia rencanakan bahwa ia ingin menjadi
seorang pemimpin di DPD PKS Kota Bandung. Ia hanya melakukan apa
yang dapat dilakukannya kepada partai bukti sumbangsihnya sebagai
anggota partai. OMD melakukannya atas dasar kesadaran diri bahwa
memang wajib melakukan dan memberikan apa yang ia bisa berikan
terhadap partai yang ia pilih, karena ia yakin bahwa dirinya tidak slah
pilih partai. Masuk menjadi anggota DPD PKS Kota Bandung bukan
semata-mata ingin mendapatkan kekuasaan atau mendapatkan jabatan
publik tetapi atas dasar keinginan pribadi untuk membantu masyarakat
membawa dan menyampaikan aspirasi masyarakat.
Tidak ada tim khusus karena seperti yang telah OMD sampaikan
tidak ada proses layaknya kampanye. Semula ia merasa keberatan dengan
hasil dari para kader yang memilihnya sebagai pemimpin di DPD PKS
Kota Bandung karena ia merasa masih tidak yakin dirinya layak
memimpin dan baginya masih banyak kader lainnya yang lebih kompeten
dalam menjalakan tugas sebagai seorang pemimpin. Meski demikian, ia
93
mengaku senang dapat terpilih menjadi ketua atau seorang pemimpin di
DPD PKS Kota Bandung. OMD akan berusaha sebaik mungkin untuk
menjalankan amanat yang telah dipercayakan kepadanya namun dirinya
tidak memungkiri bahwa ia tetap membutuhkan bimbingan dan bantuan
dari kader partai lainnya. Jika tidak, ia bisa saja menjadi pemimpin yang
otoriter dan semena-mena terhadap anggotanya.
Terdapat berbagai faktor yang melatarbelakangi seseorang kader
terpilih menjadi seorang pemimpin. Faktor internal yang terpenting
adalah akhlak yang dimiliki seseorang, jadi faktor internalnya
berdasarkan karakter pribadi seseorang. Sedangkan faktor eksternal yang
melatarbelakangi adalah loyalitas seorang kader terhadap partainya.
Selain itu juga ia harus memiliki keterampilan memimpin dan
membimbing. Sehingga kader partai lainnya akan merasa nyaman dan
percaya bahwa pemimpin terpilih akan mampu membawa partainya
kearah yang lebih baik. Tidak ada pertimbangan lain dalam proses
rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota Bandung.
Dalam proses rekrutmen pemimpin yang dilaksanakan di DPD
PKS Kota Bandung pasti dihadapkan dengan beberapa kendala. Kendala
yang dihadapi terjadi pada saat hasil pemilihan ketua sudah mencapai
final. Adanya penolakan dari pemimpin terpilih pada saat ia mengetahui
terpilih menjadi seorang pemimpin. OMD menganggap kader yang
memiliki loyalitas dan ketawaduan ketika ia terpilih menjadi seorang
pemimpin akan menolak. Bagi OMD itu sah-sah saja dilakukan dan
94
manusiawi karena ia merasakan bahwa kepemimpinan bukan merupakan
kebanggaan atau kemuliaan melainkan amanah yang nantinya harus
dipertanggungjawabkan. Namun, ketika sudah diputuskan oleh majelis
syura mau tidak mau ia menerima putusan tersebut. Kendala yang terjadi
dapat diatasi dengan kerjasama yang dilakukan dengan melibatkan semua
anggota partai.
OMD sebagai seorang pemimpin selalu mengupayakan evaluasi
dengan diadakannya rapat rutin yang diadakan setiap minggu.
Konsolidasi internal agar tetap solid misalnya dengan mengadakan
kunjungan langsung ke DPD, DPC atau DPRA untuk melakukan
silaturahmi dengan anggota lainnya dengan mendengar keluhan yang
dialami guna dicarikan jalan keluar terbaik. Sampai mengajak untuk
mengadakan rislah atau rekreasi seluruh anggota partai guna me-refresh
pikiran anggota siapa tahu mendapatkan penyegaran dan ide-ide
cemerlang. Juga mengadakan mabit, dimana para anggota partai diajak
untuk tahajud bersama dengan tujuan rukiyah.
Selama PKS berjalan solid OMD optimis akan ada impilkasi yang
besar terhadap kinerja partai. Tetapi jika sudah mulai mengendur OMD
mengatakan tidak ada harapan bagi PKS untuk maju dam membangun
kinerja partainya. Kekurangan yang terdapat selama proses rekrutmen
pemimpin dapat tergantikan dengan adanya evaluasi yang selalu
dilaksanakan pada setiap minggunya.
95
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan membahas hasil penelitian secara
keseluruhan serta menganalisis hasil penelitian sebagaimana telah
dideskripsikan pada bagian sebelumnya.
1. Mekanisme Rekrutemen Pemimpin di DPD PKS Kota Bandung
Partai politik merupakan sarana bagi individu atau sekelompok
orang untuk berpartisipasi serta mengawasi jalannya pemerintahan.
Sehingga partai politik dapat menjalankan perannya sebagai penampung
aspirasi bagi masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Hidayat dan
Azra (2007) dan Firmanzah (2008) bahwa partai politik merupakan
organisasi yang memainkan peranan penting terhadap jalannya
pemerintahan di mana partai politik sangat terkait dengan perebutan
kekuasaan dan sebagai organisasi yang mengawasi kebijakan-kebijakan
publik sebagai kepanjangan tangan dari rakyat. Melalui rekrutmen dan
kaderisasi partai politik melakukan penyeleksian terhadap orang-orang
yang kompeten untuk mewakili partainya menduduki jabatan publik
dengan tetap membawa aspirasi rakyat. Hal tersebut menggambarkan
munculnya tuntutan yang semakin besar untuk ikut serta dalam proses
politik dan melakukan penyeleksian yang lebih ketat lagi terhadap sosok
yang mampu membawa dan menyalurkan aspirasi rakyat.
Dalam suatu organisasi partai politik berkembang atau tidaknya
organisasi tersebut tergantung pada sosok pemimpin serta bagaimana
kinerja pemimpin terhadap partainya. Berdasarkan hasil wawancara
96
dengan ketua DPD PKS Kota Bandung, wakil sekertaris umum II dan III,
ketua bidang kaderisasi serta kader diketahui bahwa mekanisme rekrutmen
pemimpin di DPD PKS Kota Bandung amat berbeda dengan partai politik
pada umumnya. Hasil wawancara menunjukan bahwa mekanisme
rekrutmen pemimpin yang terjadi di DPD PKS Kota Bandung seperti
sistem MLM (Multi Level Marketing) dalam sebuah bisnis. Hasil tersebut
didukung pula dengan hasil observasi dan field note, bahwa pola
rekrutmen dengan sistem MLM (Multi Level Marketing) dilakukan secara
terbuka dengan tujuan mendapatkan pemimpin yang memiliki kredibilitas
dan kapabilitas sebagai seorang pemimpin melalui pengkaderan dan
pembinaan kader.
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Fadjar (2008) dan Budiardjo
(2005), bahwa partai politik sebagai sarana rekrutmen politik menjalankan
fungsinya untuk mencari dan mengajak orang yang memiliki kemauan dan
kemampuan untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan politik sebagai
anggota partai guna keberlangsungan organisasi partai politik. Sehingga
dengan diadakannya rekrutmen dan kaderisasi maka tidak akan terjadi
kekosongan kepemimpinan karena rekrutmen yang dilakukan
dimaksudkan untuk menjamin keberlangsungan sistem dalam sebuah
organisasi. Rekrutmen politik yang dilakukan di DPD PKS Kota Bandung
bertujuan agar terjadi regenerasi dalam keanggotaan partai politik sehingga
mampu menghindari organisasi partai politik ini dari ‘kematian’.
97
Perekrutan yang dilakukan di DPD PKS Kota Bandung bertujuan
agar dapat memilih dan mengangkat seorang kader menjadi pemimpin
guna menjalankan berbagai kegiatan atau aktivitas yang berkaitan dengan
peningkatan kinerja partainya. Pernyataan tersebut didukung oleh Surbaki
(1992) dan Gaffar (2006), bahwa rekrutmen politik merupakan seleksi dan
pengangkatan individu atau sekelompok orang sebagai proses pengisian
jabatan politik dalam sebuah negara agar sistem politik dapat menjalankan
fungsi dengan sebaik-baiknya dengan tujuan memberikan pelayanan dan
perlindungan kepada masyarakat. Dengan kata lain, rekrutmen yang
dilakukan merupakan proses penyeleksian kader partai sehingga melalui
proses tersebut pada akhirnya akan terpilih sosok kader yang mampu
memimpin dengan maksud penggantian kepemimpinan sosok yang lama
dengan sosok yang baru yang memiliki keahlian lebih baik dari
kepemimpinan sebelumnya.
Proses yang harus dilalui oleh seorang kader dimulai dari dasar.
Mula-mula ia direkrut untuk masuk ke dalam keanggotaan sehingga ia
memiliki status keanggotaan di DPD PKS Kota Bandung. Setelah itu, ia
dapat menentukan dirinya sendiri ingin menjadi anggota yang aktif atau
pasif. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh, seorang simpatisan adalah
seorang kader yang pasif dalam kegiatan partai. Sedangkan, anggota aktif
adalah anggota yang rutin mengikuti berbagai program pembinaan dan
pengaderan yang terdapat di DPD PKS Kota Bandung. Oleh karena itu,
seperti yang diungkapkan oleh Budiardjo (2005) dan Darmawan (2008)
98
bahwa dalam partai politik dilakukan persiapan-persiapan terhadap
anggota masyarakat yang berasal dari golongan muda untuk dididik
menjadi kader yang pada masa mendatang akan menggantikan pemimpin
yang lama untuk menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahan. Dengan
adanya golongan muda yang sudah memiliki ketertarikan positif terkait
kepemimpinan maka tidak menutup kemungkinan akan ada pemimpin
muda yang lebih cakap dan memiliki keahlian yang lebih unggul sehingga
mampu membawa partainya lebih maju dan solid lagi dibandingkan
dengan kepemimpinan yang lama.
Dengan pengkaderan yang berjalan sebagaimana fungsinya yakni
sebagai sarana seleksi politik maka akan terjaring kader yang memiliki
kualitas setingkat lebih unggul dari kader lainnya sehingga ia mampu
bersaing dalam dunia politik, hal tersebut sejalan dengan pernyataan
Blondel dalam Darmawan (2009) dan Firmanzah (2008), bahwa sistem
kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh organisasi partai politik merupakan
peran utama yang dijalankan oleh partai politik dalam perekrutan bagian
terbesar elit politik yang akan menentukan baik atau buruknya kualitas
calon pemimpin baik dalam lingkup organsasi maupun bangsa. Sehingga
pada dasarnya rekrutmen sangat berperan penting dalam sebuah organisasi
partai politik dalam hal seleksi politik.
Mekanisme rekrutmen yang dilakukan di DPD PKS Kota Bandung
bertujuan untuk mendapatkan kader partai yang berkualitas sehingga ia
mampu menjadi seorang pemimpin dalam sebuah partai politik. Mengacu
99
pada pendapat TR bahwa seorang pemimpin harus memiliki sikap
profesional dan loyal kepada partainya sehingga ia dapat menentukan arah
dan tujuan kearah yang lebih baik. Ia mengetahui bagaimana cara menarik
atau mengajak anggota partai untuk ikut serta melakukan evaluasi terhadap
kinerjanya. Hal ini didukung oleh Fairchild dalam Kartono (2009) bahwa
pemimpin merupakan sosok yang memiliki kemampuan untuk
memberikan bimbingan, memimpin dengan bantuan kualitas persuasif
yang dimilikinya, dan segala hal yang diputuskannya dapat diterima secara
sukarela oleh anggotanya. Pemimpin yang sukses menjalankan roda
kepemimpinannya adalah pemimpin yang dapat memberikan bimbingan
kepada bawahannya dengan disambut dengan respon yang positif dari
kader dan anggota partainya. Sehingga segala hal yang berkaitan dengan
organisasi yang ia pimpin mendapatkan dukungan langsung dari anggota
organisasi lainnya.
Selanjutnya mekanisme rekrutmen yang dilakukan di DPD PKS
Kota Bandung memiliki kekhasan yakni pemilihan tidak berdasarkan atas
titel atau gelar yang dimiliki oleh seorang kader karena hal tersebut tidak
berpengaruh terhadap kemampuan saat ia benar-benar menjadi pemimpin.
Dengan proses kaderisasi dan pembinaan yang dilakukan di DPD PKS
Kota Bandung sudah dapat menghasilkan pemimpin yang memiliki sikap
baik yang dapat menjadi teladan dan panutan sehingga orang lain di
bawahnya dapat mengikuti segala peraturan yang ia terapkan. Sesuai
dengan pendapat Kartono (2009) bahwa pemimpin adalah seorang pribadi
100
yang memiliki kecakapan dan kelebihan pada satu bidang. Dengan
kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya, ia mampu mempengaruhi
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu dengan
maksud mencapai satu atau beberapa hal yang menjadi tujuannya. Dengan
demikian melalui proses rekrutmen dan kaderisasi dapat dilihat
sejauhmana pengaruh yang diberikan oleh pemimpin tersebut dapat
membuat anggotanya melakukan berbagai kegiatan yang memperlihatkan
kerjasama yang solid.
Menurut hasil wawancara, pemimpin dalam sebuah organisasi
partai politik merasa bahwa dirinya adalah seorang pemimpin formal
karena dalam prosesnya ia harus memenuhi persyaratan formal yang telah
ditentukan dalam AD/ART yang terdapat di DPD PKS Kota Bandung dan
dalam melaksanakan tugas serta fungsinya pemimpin formal terpaku pada
peraturan yang ada dalam sebuah organisasi sehingga pemimpin formal
tidak bisa semena-mena terhadap anggotanya juga terhadap segala hal
yang akan pemimpin formal kerjakan. Layaknya yang diungkapkan oleh
Kartono (2009) bahwa pemimpin formal merupakan orang yang ditunjuk
sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi, atas dasar keputusan dan
melalui pengangkatan resmi untuk memegang suatu jabatan dalam struktur
organisasi. Dengan jabatan yang ia miliki secara otomatis ia mempunyai
wewenang untuk memberi perintah dengan segala hak dan kewajiban yang
berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran dari organisasi.
101
Berdasarkan pembahasan di atas yang didukung oleh hasil
wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi maka dapat
ditegaskan bahwa mekanisme rekrutmen pemimpin yang dilakukan di
DPD PKS Kota Bandung selalu berpedoman pada AD/ART partai dan
melalui proses pengkaderan yang berupa pembinaan rohani dan jasmani
bagi seluruh kader partai. Pemimpin terpilih harus melalui tahapan atau
jenjang-jenjang yang menjadi syarat mutlak dalam proses rekrutmen
pemimpin sehingga dapat dilakukan penilaian secara langsung yang
dilakukan oleh kader partai lainnya dengan mengedepankan kualitas yang
dimiliki oleh seorang kader untuk menjadi pemimpin dengan
menghiraukan gelar sarjana yang seorang kader partai miliki dengan
kemampuan melakukan komunikasi serta hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan antara pemimpin dengan yang dipimpinnya.
2. Faktor-Faktor yang Menjadi Pertimbangan Dalam Rekrutmen
Pemimpin Di DPD PKS Kota Bandung
Dalam memilih seorang kader menjadi pemimpin bukan
berdasarkan gelar sarjana yang ia miliki melainkan atas penilaian langsung
yang dilakukan oleh seluruh kader DPD PKS Kota Bandung. Berdasarkan
hasil wawancara, faktor internal yang menjadi pertimbangan adalah
karakter memimpin yang terdapat dari dalam diri kader selama proses
pengkaderan dan pembinaan terhadap kader lain. Hal tersebut dipertegas
dengan hasil dari observasi dan field note bahwa kader yang terpilih
102
menjadi seorang pemimpin adalah sosok yang berperilaku dan berakhlak
terpuji serta dapat menjalin hubungan yang harmonis antar sesama dimulai
dari lingkup terkecil yakni keluarga.
Pemimpin di DPD PKS Kota Bandung terlihat sudah memiliki
karakter sebagai seorang pemimpin diantaranya ia mampu membimbing
dan mampu memposisikan dirinya sebagai sosok yang memahami
berbagai karakter serta yang menjadi keinginan kader lainnya sehingga
pemimpin di DPD PKS Kota Bandung menjadi suri tauladan bagi kader
dan anggota partainya. Dengan demikian, hasil dari rekrutmen pemimpin
yang diterapkan di DPD PKS Kota Bandung dapat dikaitkan dengan teori
kelakuan pribadi yang diungkapkan oleh Terry dalam Kartono (2009) dan
Surbaki (1992) bahwa pemimpin yang terpilih adalah pemimpin yang
memiliki kualitas pribadi atau pola kelakuan pemimpinnya yang dapat
dijadikan panutan oleh bawahannya. Penilaian terhadap calon pemimpin
dilakukan murni tanpa sepengetahuan kader tersebut. Sehingga kader yang
terpilih secara spontan akan terkejut karena dirinya tidak menyangka
bahwa kader partai lainnya memberikan penilaian positif terhadap sikap
dan perilakunya.
Faktor eksternal yang menjadi pertimbangan seorang kader yang
terpilih menjadi seorang pemimpin dalam proses rekrutmen sebelumnya
dilakukan pengamatan mengenai akhlak, hubungan di dalam lingkup
terkecil yakni bagaimana cara memperlakukan istri dan anak serta anggota
keluarga lainnya, sehingga dari hal tersebut akan tercermin bahwa ia layak
103
menjadi seorang pemimpin. Seperti teori sosiologis yang diungkapkan
oleh Terry dalam Kartono (2009) bahwa pemimpin berusaha melancarkan
antar-relasi dalam organisasi. Organisasi lingkup terkecil yang menjadi
faktor pertimbangan proses penilaian yang dimaksud adalah keluarga.
Pemimpin di DPD PKS Kota Bandung berhasil memimpin organisasi
dalam lingkup terkecil maka ia memiliki kesempatan memimpin organisasi
dalam lingkup yang lebih besar lagi.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah pemimpin terpilih
memiliki keunggulan dalam proses pembinaan yang telah dilakukannya
sehingga menghasilkan kader-kader partai yang berkualitas yang dapat
bersaing didunia politik. hal tersebut dipertegas oleh Firmanzah (2008)
bahwa baik buruknya sistem kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh
organisasi partai politik akan menentukan kualitas calon-calon pemimpin
bangsa. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu menarik minat
para kader atau anggota partainya untuk ikut serta bekerja sama dengan
dirinya guna kemajuan bagi partainya. Hal tersebut didukung pendapat
Alfian (2009) bahwa kepemimpinan erat kaitannya dengan kemampuan
seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain dalam mengupayakan
tujuan yang diharapkan. Sehingga kemampuannya dalam memimpin dapat
terbukti karena ia mampu mengikutsertakan anggotanya dalam upayanya
untuk meningkatkan kinerja partai politik terhadap masyarakat.
Selain itu dalam rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota Bandung
calon pemimpin tidak boleh terlibat masalah dengan demikian ia memiliki
104
track record yang bersih dari berbagai permasalahan. Sehingga ia dapat
melakukan tugasnya secara fokus dan tanpa ganguan dari luar. Sejalan
dengan yang diungkapkan Reddin dalam Kartono (2009) bahwa pemimpin
harus berorientasikan tugas, berorientasikan hubungan kerja dan
berorientasikan hasil yang efektif. Ketiganya harus dijalankan secara
beriringan agar dapat dirasakan manfaatnya bagi anggota partai. Dalam
konteks teori tukar-menukar (exchange theory attaction) yang
dikembangkan oleh Thibaut dan Kelley dalam Indrawijaya (2010) bahwa
interaksi dalam kelompok terjadi dalam proses tukar-menukar antara
imbalan (reward) dengan pengorbanan. Sehingga dalam setiap interaksi
yang dilakukan oleh pemimpin dengan yang dipimpin akan mendapatkan
imbalan atau timbal balik berupa kepuasan atau terpenuhinya sebagian
kebutuhan guna keberlangsungan partainya.
Faktor pertimbangan selanjutnya adalah kemampuan yang dimiliki
seorang kader dalam mempengaruhi anggota kelompok. Sehingga dalam
menjalankan tugasnya di dalam suatu kelompok akan menimbulkan timbal
balik yang positif, baik bagi diri pemimpin pribadi maupun bagi anggota
kelompoknya. Hal tersebut diperkuat dengan hasil dari observasi dan field
note bahwa seorang pemimpin dapat melibatkan anggotanya ke dalam
berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh partai dimana anggotanya
dengan sukarela mau melaksanakan kegiatan yang diselenggarakan merasa
tertekan.
105
Pemimpin di DPD PKS Kota Bandung mampu meminimalisir
konflik yang terjadi dengan membuat peraturan yang sifatnya memberikan
solusi bukan malah menimbulkan masalah baru. Oleh karena itu, seperti
yang diungkapkan oleh Kartono (2009) bahwa salah satu tugas pemimpin
dalam kelompok adalah menegakkan peraturan, larangan, disiplin dan
norma-norma kelompok agar tercapai kekompakan dalam kelompok juga
meminimalisir konflik dan perbedaan-perbedaan. Pemimpin di DPD PKS
Kota Bandung memiliki keahlian dalam melihat peluang ada atau tidaknya
konflik yang timbul selama masa jabatannya menjadi seorang pemimpin.
Sehingga pemimpin di DPD PKS Kota Bandung menempuhnya dengan
melakukan evaluasi dengan melibatkan anggota dan kader partai lainnya.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditegaskan bahwa
faktor-faktor yang menjadi pertimbangan meliputi: faktor internal seperti
karakter dan kemampuan memimpin yang jauh lebih unggul yang terdapat
dalam diri kader partai dibandingkan dengan kader lainnya dan sikap serta
sifat yang terdapat dalam diri kader sehingga dapat menjadi panutan bagi
kader lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi pertimbangan
dalam rekrutmen pemimpin meliputi: kemampuan kader menjalin
hubungan dengan kader lainnya, selanjutnya kemampuan kader
meminimalisir konflik dan perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan
perpecahan. Sehingga dengan adanya faktor-faktor tersebut akan
memudahkan penilaian terhadap kader partai yang kompeten dalam
106
menjalankan amanah yang menjadi tanggung jawab sebagai orang nomer
satu di DPD PKS Kota Bandung.
3. Permasalahan yang Ditemui Dalam Proses Rekrutmen Pemimpin Di
DPD PKS Kota Bandung
Selama proses rekrutmen terdapat permasalahan yang ditemui
dalam menentukan pemimpin yang berkualitas. Berdasarkan hasil dari
wawancara dengan ketua DPD PKS Kota Bandung, wakil sekertaris umum
II dan II, ketua bidang kaderisasi dan kader partai, kendala yang dihadapi
terjadi pada saat hasil pemilihan ketua sudah mencapai final. Hal tersebut
didukung oleh hasil observasi dan field note bahwa terjadi penolakan dari
pemimpin terpilih pada saat ia mengetahui terpilih menjadi seorang
pemimpin. Penolakan ditunjukan dengan cara pemimpin terpilih
mengajukan kader lain yang ia rasa jauh lebih layak menjadi seorang
pemimpin dibandingkan dirinya. Pemimpin terpilih masih ragu apakah ia
benar-benar layak dan kader partai tidak salah pilih sehingga menghasilkan
keputusan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara, menjadi pemimpin dalam sebuah
organisasi politik tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Keberhasilan pemimpin partai politik dalam meningkatkan kinerja partai
politik yaitu dengan melihat respon positif dan sikap antusias yang
ditunjukkan oleh anggota dan kader partai terhadap program dan kegiatan
yang dicetuskan oleh pemimpin di DPD PKS Kota Bandung. Dengan
107
begitu, pemimpin di DPD PKS Kota Bandung dapat dikatakan memiliki
keterampilan sebagai penggerak dalam organisasi partai politik yang ia
pimpin. Hal tersebut didukung dengan pendapat Alfian (2009) bahwa
kepemimpinan sebagai nilai politik merupakan kemampuan untuk
menggerakan orang lain dengan mementingkan moral dan memperhatikan
pandangan ideologis. Sehingga ketika pemimpin tersebut dapat
menggerakan dan mengajak kader atau anggota partai dengan
menanamkan moral yang baik maka terlihat pemimpin tersebut sudah
memenuhi penilaian ia sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi
partai politik.
Penolakan yang dilakukan oleh pemimpin terpilih semata-mata
karena ketidakyakinan yang ada dalam diri pemimpin terpilih. Sedangkan
yang diperlukan dalam proses kepemimpinan adalah adanya keyakinan
dan rasa percaya diri dalam diri seorang pemimpin. Hal tersebut dipertegas
oleh Alfian (2009) bahwa kepemimpinan politik sebagai kualitas individu
merupakan hal yang berkaitan dengan kharisma yang dimiliki oleh seorang
pemimpin. Dengan demikian, ketidakyakinan dalam diri pemimpin terpilih
dapat mengakibatkan respon buruk dari kader yang telah memilihnya.
Setidaknya akan timbul anggapan bahwa bagaimana kualitas kader partai
dan kinerja partai akan meningkat apabila dipimpin oleh pemimpin yang
tidak yakin akan kemampuannya sendiri. Sehingga alangkah baiknya jika
pemimpin terpilih harus benar-benar yakin terhadap keputusan yang telah
108
ditetapkan agar membawa pengaruh positif terhadap wibawa yang dapat
membuatnya memiliki nilai lebih dibandingkan yang lainnya
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditegaskan bahwa
permasalahan yang paling utama adalah permasalahan yang berasal dari
dalam diri kader yang terpilih menjadi pemimpin. Dengan masuknya
seseorang kedalam keanggotaan partai seharusnya ia sudah siap dengan
segala hal yang akan dibebankan kepadanya. Sehingga yang menjadi
ketidakyakinan yang terdapat dalam diri dapat dihindari. Permasalahan
tersebutlah yang selama ini menjadi kendala dalam proses rekrutmen
pemimpin di DPD PKS Kota Bandung.
4. Upaya yang Dilakukan Untuk Meminimalisir Permasalahan Dalam
Proses Rekrutmen Pemimpin Di DPD PKS Kota Bandung
Dalam menghadapi permasalahan yang timbul selama proses
rekrutmen pemimpin di DPD PKS Kota Bandung diperlukan upaya yang
tepat untuk meminimalisir permasalahan yang ada. Dari hasil wawancara
dengan ketua DPD PKS Kota Bandung, wakil sekertaris umum II dan III,
ketua bidang kaderisasi dan kader PKS, dalam meminimalisir
permasalahan yang timbul selama proses rekrutmen pemimpin di DPD
PKS Kota Bandung terdapat beberapa upaya yang dilakukan, diantaranya
adalah pemimpin selalu mengadakan evaluasi melalui rapat rutin yang
diadakan setiap minggu, konsolidasi internal agar tetap solid serta
mengadakan rekreasi bagi seluruh anggota partai hingga mengadakan
109
mabit. Di mana para anggota partai diajak untuk tahajud bersama dengan
tujuan rukiyah. Hal tersebut dipertegas dengan hasil observasi dan field
note bahwa terdapat agenda kegiatan partai yang berupa rapat mingguan
yang dilakukan guna mendapatkan penyegaran dan ide-ide cemerlang para
anggota partai. Sehingga dengan diadakannya rapat mingguan guna
evaluasi yang dilakukan melibatkan seluruh anggota partai maka
pemimpin dapat mengetahui kesulitan atau kendala yang terdapat di dalam
lingkup partai.
Melalui upaya yang dilakukan, pemimpin di DPD PKS Kota
Bandung dapat memenuhi tugasnya dalam sebuah organisasi dengan
mengetahui apa yang menjadi keinginan serta tujuan didirikannya sebuah
organisasi partai politik agar organisasi yang dipimpinnya dapat meningkat
dalam hal kinerja (produktivitas kerja). Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Kartono (2009) bahwa seorang pemimpin mampu memenuhi
harapan, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhan para anggota, sehingga
mereka merasa puas, juga membantu adaptasi mereka terhadap tuntutan-
tuntutan eksternal di tengah masyarakat, dan memecahkan kesulitan-
kesulitan hidup anggota kelompok setiap harinya. Dengan kata lain,
permasalahan yang timbul selama ia menjabat sebagai seorang pemimpin
akan sedikit demi sedikit diminimalisir.
Upaya yang dilakukan akan berjalan secara maksimal apabila
mendapatkan tuntunan dari pemimpin partai serta mendapatkan dukungan
dan kerjasama dari anggota partai dalam menjalankan berbagai hal yang
110
menjadi agenda partai. Dalam konteks teori kepemimpinan, seperti teori
suportif yang dikembangkan oleh Terry dalam Kartono (2009) bahwa
pengikut berusaha dan bekerja dengan baik, pemimpin sebagai
pembimbing. Keikutsertaan anggota dan kader partai lainnya
menggambarkan bahwa pemimpin di DPD PKS Kota Bandung
mendapatkan respon positif dari anggota partai terhadap
kepemimpinannya. Dengan demikian, adanya kerjasama yang dilakukan
antara pemimpin dengan yang dipimpin akan menghasilkan suatu
penyelesaian terhadap permasalahan secara optimal.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditegaskan bahwa
upaya yang dilakukan kebanyakan berasal dari dalam diri pemimpin
terpilih, dimana ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia mampu
mengemban dan tidak akan mengecewakan amanat yang telah diberikan
padanya. Upaya yang dilakukan melibatkan seluruh anggota DPD PKS
Kota Bandung. Evaluasi yang diadakan guna mengetahui kekurangan yang
terdapat dalam kinerja yang telah dilakukan oleh partai sehingga akan
terjadi perbaikan dengan tujuan meningkatkan kinerja seluruh anggota
yang secara otomatis akan berpengaruh pada kinerja partai.
5. Implikasi Dari Pola Rekrutmen Pemimpin yang Dijalankan oleh DPD
PKS Kota Bandung Terhadap Kinerja Partai
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua DPD PKS Kota
Bandung, wakil sekertaris umum II dan III, ketua bidang kaderisasi serta
111
kader partai diketahui bahwa selama sebuah organisasi partai politik dapat
berjalan solid maka akan timbul rasa optimis yang tinggi dalam diri
pemimpin maupun yang dipimpin sehingga membawa dampak yang besar
terhadap kinerja partai. Pola rekrutmen yang dilaksanakan di DPD PKS
Kota Bandung menuntut seorang pemimpin yang menjalankan roda
kepemimpinannya dengan tetap berpegang teguh terhadap pemahaman
keislamannya. Hal tersebut didukung oleh hasil observasi dan field note
bahwa penilaian terhadap pola rekrutmen pemimpin dalam meningkatkan
kinerja partai dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan dan
pengetahuan anggota partai di luar pemahamannya terhadap keislaman
setelah diadakannya pembinaan dan berbagai kegiatan yang
diselenggarakan.
Pencapaian kinerja dari pola rekrutmen pemimpin yang diterapkan
di DPD PKS Kota Bandung dapat dilihat dari meningkatnya kinerja partai
dalam melayani masyarakat yang merupakan buah dari optimisme dan
optimalisasi terhadap kinerja yang dilakukan. Karena itu merupakan hal
yang dihasilkan dari pekerjaan yang telah dilakukan secara optimal. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat As’ad dalam Darmawan (2009) bahwa
kinerja merupakan hasil yang diperoleh seseorang sebagai bukti imbalan
yang didapatkan dari pekerjaan yang telah dilakukannya. Meningkatnya
kepercayaan dan perhatian dari masyarakat merupakan hasil dari
meningkatnya kinerja yang dilakukan oleh pemimpin dan anggota partai
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
112
Pemimpin di DPD PKS Kota Bandung yang dapat
mempertanggungjawabkan jabatan yang diembannya dengan baik
sehingga membawa dampak positif terhadap keberlangsungan kinerja
partainya. Meningkatnya kinerja partai politik di DPD PKS Kota
Bandung dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah sikap
pemimpin dan anggotanya. Hal tersebut didukung oleh pendapat
Simanjuntak dalam Rahmat (2006) bahwa kinerja (produktivitas kerja)
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya disiplin, sikap dan etika kerja,
lingkungan dan iklim kerja. Sikap disiplin yang ditunjukkan oleh
pemimpin DPD PKS Kota Bandung dan anggotanya dapat dikatakan
sebagai salah satu hal yang paling dominan dalam meningkatnya kinerja
partai terhadap pelayanannya terhadap masyarakat.
Meningkat atau tidaknya kinerja sebuah organisasi partai politik
bergantung pada kinerja pemimpin yang dipadukan dengan kerjasama
yang dilakukan dengan anggota partainya. Jika seluruh program serta
kegiatan yang dicanangkan dapat berjalan dengan baik dan berjalan
sesuai dengan yang menjadi tujuan maka dapat dilakukan penilaian
terhadap kinerja organisasi partai politik tersebut. Hal tersebut dipertegas
oleh pendapat Darmawan (2009) bahwa kinerja organisasi dapat diukur
dan dinilai dengan mencatat sejauhmana kegiatan yang dilaksanakan
dapat tercapai dengan melihat hasil-hasil yang diperoleh atau melihat
prosesnya. Sehingga kinerja organisasi tersebut dinyatakan berhasil jika
mampu mewujudkan atau mencapai apa yang menjadi tujuannya.
113
Kinerja DPD PKS Kota Bandung juga sangat dipengaruhi oleh
tujuan yang hendak dicapai serta struktur organisasi yang menjalankan
sistem di DPD PKS Kota Bandung. Pemimpin berserta anggota partai
adalah aktor utama dalam upaya peningkatan terhadap kinerja partai
politik dengan tetap menerapkan pola rekrutmen dengan sistem
keterbukaan bukan berdasarkan materi yang dimiliki seorang kader partai.
Sejalan dengan pendapat Atmosoeprapto dalam Darmawan (2009) bahwa
kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal yang
meliputi tujuan organisasi, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan
budaya organisasi. Hal tersebut mengakibatkan kinerja organisasi partai
politik yang akan meningkat apabila keempat faktor internal dapat
dimaksimalkan maksud dan tujuannya.
Pemimpin di DPD PKS Kota Bandung telah memberikan
dorongan atau motivasi kepada anggotanya berupa pembinaan yang
dilakukan terhadap kader dan anggota partai. Dengan adanya motivasi
yang diberikan oleh pemimpin kepada anggota dan kader partai maka akan
timbul keinginan untuk mengembangkan diri dan organisasi yang
diikutinya. Pola rekrutmen pemimpin yang diterapkan membawa dampak
positif terhadap kinerja partai. Dengan pemberian pujian yang diberikan
oleh pemimpin kepada anggota dan kader partai terhadap kinerja yang
telah dilakukan membawa pengaruh besar terhadap peningkatan kinerja
partai. Hal tersebut didukung dengan teori reinforcement Letham dan
Locke dalam Dharma (2011) bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan
114
dan imbalannya berlaku sebagai insentif yang positif dan mendorong
perilaku yang berhasil. Teori reinforcement berkaitan dengan pemberian
pujian atas keberhasilan dan memaafkan kegagalan. Peneliti dalam hal ini
sangat setuju bahwa pemberian pujian terhadap keberhasilan yang
dipeoleh merupakan hal yang dapat membawa dampak positif bagi
individu ataupun kelompok sehingga dapat berpengaruh terhadap
pengembangan diri seseorang ataupun sekelompok orang.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditegaskan bahwa
implikasi yang dirasakan dari pola rekrutmen pemimpin yang terdapat di
DPD PKS Kota Bandung adalah terwujudnya pemimpin yang mampu
menjalankan roda kepemimpinannya dengan tidak menerapkan sifat
otoriter, mengingkatnya solidaritas antara pemimpin dengan yang
dipimpin, terbentuknya sistem yang solid dan mampu bekerja sama dengan
baik, meningkatnya kualitas dan kapabilitas kader sehingga membawa
dampak positif yakni meningkatnya kinerja partai terhadap masyarakat.