bab iv pembahasan a. perlindungan hak cipta terhadap ...repository.ub.ac.id/865/5/bab iv.pdf ·...

49
40 BAB IV PEMBAHASAN A. Perlindungan Hak Cipta Terhadap Tindakan Penyiaran Kembali Secara Langsung (Real Streaming) Karya Sinematografi Melalui Media Internet Atau Media Sosial Perkembangan teknologi yang begitu pesat membawa banyak sekali peruahan terhadap kehidupan masyarakat. Sebelumnya hanya sekedar sandang, pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan utama dari kehidupan manusia, namun kini kebutuhan manusia akan informasi sangat besar bahkan melebihi kebutuhan yang lainnya. Selalu ada dampak pribadi yang muncul dari segala macam perubahan. Dewasa kini dengan adanya perkembangan teknologi membuka kesempatan bagi banyak orang untuk mengakses segala macam hal dan mengetahui semuanya dengan sangat mudah dan cepat. Salah satunya adalah perihal kekayaan intelektual yang kini dapat kita akses melalui media internet ataupun media sosial. Kekayaan intelektual (Intellectual property) adalah suatu hak milik atas sesuatu yang tidak berwujud dan tidak dapat disentuh sehingga menjadi sangat sulit melihat keberadaannya dibandingan dengan hak milik nyata 46 . Karya sinematografi merupakan salah satu obyek hak kekayaan intelektual yang dilindungi dengan perlindungan Hak Cipta, karena karya sinematografi tergolong sebagai suatu ciptaan. 46 John W Bagby, Cyber Law Handbook for E-commerce, Thomson, South-Western, hlm. 113

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 40

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. Perlindungan Hak Cipta Terhadap Tindakan Penyiaran Kembali Secara

    Langsung (Real Streaming) Karya Sinematografi Melalui Media Internet

    Atau Media Sosial

    Perkembangan teknologi yang begitu pesat membawa banyak sekali

    peruahan terhadap kehidupan masyarakat. Sebelumnya hanya sekedar sandang,

    pangan, dan papan yang merupakan kebutuhan utama dari kehidupan manusia,

    namun kini kebutuhan manusia akan informasi sangat besar bahkan melebihi

    kebutuhan yang lainnya. Selalu ada dampak pribadi yang muncul dari segala

    macam perubahan.

    Dewasa kini dengan adanya perkembangan teknologi membuka

    kesempatan bagi banyak orang untuk mengakses segala macam hal dan mengetahui

    semuanya dengan sangat mudah dan cepat. Salah satunya adalah perihal kekayaan

    intelektual yang kini dapat kita akses melalui media internet ataupun media sosial.

    Kekayaan intelektual (Intellectual property) adalah suatu hak milik atas sesuatu

    yang tidak berwujud dan tidak dapat disentuh sehingga menjadi sangat sulit melihat

    keberadaannya dibandingan dengan hak milik nyata46. Karya sinematografi

    merupakan salah satu obyek hak kekayaan intelektual yang dilindungi dengan

    perlindungan Hak Cipta, karena karya sinematografi tergolong sebagai suatu

    ciptaan.

    46 John W Bagby, Cyber Law Handbook for E-commerce, Thomson, South-Western, hlm. 113

  • 41

    Masalah yang beredar saat ini adalah dengan adanya perkembangan

    teknologi khususnya dalam bidang teknologi informasi dimana untuk mengakses

    internet melalui gadget dan komputer atau laptop sangatlah mudah dan sangat

    terbuka. Terdapat banyak aplikasi media sosial dan terobosan baru dalam dunia

    blog pribadi dimana aplikasi-aplikasi tersebut memiliki kemampuan untuk

    menyiarkan sesuatu secara langsung (real streaming). Mungkin memang tidak

    semua karya sinematografi yang disiarkan secara langsung tergolong dalam

    pelanggaran Hak Cipta, tapi apabila suatu karya sinematografi yang disiarkan

    kembali secara langsung tanpa memperhatikan hak-hak yang dimiliki oleh Pencipta

    atau Pemegang Hak Cipta bahkan sampai merugikan pihak yang bersangkutan

    adalah suatu kejadian yang harus dicegah.

    Salah satu cara kemudahan untuk mengakses karya sinematografi secara

    langsung adalah melalui media sosial seperti Bigolive, Periscope, sedangkan

    melalui media internet dapat diperoleh melalui blog-blog pribadi.

    1. Penyiaran Secara Langsung (Real Streaming) Melalui Aplikasi Bigolive

    Untuk melakukan suatu kegiatan penyiaran khususnya secara langsung

    sekarang dimudahkan dengan adanya media penyalur berupa aplikasi media sosial

    yang memudahkan pengguna untuk melakukan real streaming.

    Media sosial seperti Bigolive, Nonolive, dan Periscope adalah beberapa

    media sosial yang dikenal baik oleh masyarakat luas, yang menyediakan media

    untuk melakukan kegiatan siaran atau streaming secara langsung dan untuk

    dipertunjukan kepada masyarakat luas. Untuk memperjelas perihal bagaimana

    penggunaan, cara, dan proses dalam melakukan kegiatan real streaming akan

    ditarik satu contoh media sosial yaitu Bigolive.

  • 42

    1.1 Aplikasi Bigolive

    Aplikasi Bigo Live adalah aplikasi broadcasting menggunakan gadget yang

    paling terkenal saat ini, dimana pengguna dapat melakukan real streaming atau

    penyiaran secara langsung ataupun menikmati penampilan-penampilan tertentu

    yang disuguhkan oleh orang-orang yang bertalenta khusus47.

    Penggunaan aplikasi media sosial Bigolive sangat mudah untuk dilakukan,

    sehingga para pengguna yang menginginkan untuk melakukan penyiaran

    (broadcast), supaya bisa disaksikan dan dilihat oleh khalayak luas dapat

    menggunakan aplikasi Bigolive ini.

    Para broadcaster bisa menampilkan siaran miliknya tanpa terbatas dalam

    suatu lingkup wilayah saja, melainkan sampai keseluruh dunia. Tentu saja dengan

    hal ini bisa didapatkan penggemar-penggemar dari berbagai macam daerah

    bahkan sampai luar negeri. Tidak hanya itu, pengguna pun bisa memberikan

    apresiasi terhadap penampilan dari penyiar dengan mengirimkan hadiah yaitu Gift

    yang nantinya akan disebut sebagai Diamond. Kelak kumpulan dari diamond ini

    akan bisa ditukarkan menjadi uang yang tentu saja akan memberikan keuntungan

    bagi penyiar (broadcaster). Oleh karena keuntungan inilah, banyak sekali

    pengguna aplikasi Bigolive yang saling menyajikan penampilan yang diharapkan

    dapat memberikan hiburan kepada penonton, dan akhirnya memberikan Gift

    dalam siaran langsung yang dilakukannya.

    Informasi lain perihal aplikasi Bigolive, untuk menggunakan aplikasi ini,

    calon pengguna wajib atau perlu untuk memiliki akun dari salah satu aplikasi

    47 https://play.google.com/store/apps/details?id=sg.bigo.live&hl=en diakses tanggal 11 Januari

    2017

    https://play.google.com/store/apps/details?id=sg.bigo.live&hl=en

  • 43

    media sosial berupa Facebook, Twitter, atau Google, dengan tujuan untuk

    membuat akun untuk menggunakan aplikasi Bigolive.

    1.2 Tindakan Pengomunikasian Berupa Penyiaran Secara Langsung (Real

    Streaming) melalui Aplikasi Bigolive

    Para pemegang akun Bigolive dapat mengkomunikasikan segala bentuk

    siaran yang mereka inginkan secara langsung supaya bisa disaksikan oleh

    pengguna akun Bigolive yang lainnya. Selain bertujuan untuk memperoleh

    “penggemar” yang tentu saja banyak apabila menyajikan siaran yang baik dan

    menarik, pengguna juga dapat memperoleh keuntungan dari poin berupa “gift”

    yang bisa diberikan oleh penonton yang menyaksikan siaran real streaming.

    Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memulai siaran secara langsung

    menggunakan aplikasi Bigolive:

    a. Unduh aplikasi Bigolive melalui Playstore untuk pengguna Android dan

    melalui Appstore untuk pengguna Iphone.

    b. Setelah selesai melakukan unduhan, buka Aplikasi Bigolive kemudian

    lakukan Log in dengan menggunakan akun Facebook, Twitter, atau

    Google+

    c. Selanjutnya pada tampilan Home akan terdapat banyak sekali Broadcaster

    (penyiar) yang bisa ditonton

    Gambar 1.2.1

    Tampilan Home Aplikasi Bigolive

  • 44

    d. Untuk menonton, cukup pilih (tekan/tap) pada salah satu profil atau foto

    dari broadcaster.

    e. Berikut ini adalah contoh aktivitas video real streaming dari broadcaster.

    Untuk memberikan hadiah, tekan ikon GIFT yang berada pada bagian pojok

    kanan bawah

    f. Jika ingin menjadi seorang Broadcaster (penyiar), tekan ikon kamera

    Gambar 1.2.2

    Tampilan sebelum proses penyiaran real streaming

    g. Lalu tuliskan Judul LIVE, lalu tekan Go Live.

    Gambar 1.2.3

    Penulisan Informasi sebelum melakukan siaran

  • 45

    h. Untuk mengakhiri proses Go Live tekan X pada pojok kanan atas.

    Proses real streaming dapat dilakukan secara bebas, sehingga para

    pengguna bisa mengekspresikan kreatfitas dan segala bentuk keinginan mereka

    untuk menyajikan penampilan entah berupa bakat, kegiatan yang sedang dilakukan,

    dan segala bentuk macam hal apapun yang diinginkan dan dapat dilakukan secara

    gratis bahkan bisa memberikan keuntungan yang tidak sedikit jumlahnya. Tapi, dari

    pihak Bigolive sendiri memberikan batasan perihal hal-hal yang boleh ditampilkan

    dimana apabila pengguna melanggar maka pihak Bigolive memiliki wewenang

    untuk melakukan blokir (banned) terhadap pemilik akun yang melakukan

    pelanggaran atas aturan yang diberikan oleh pihak Bigolive.

    Hal-hal yang tergolong sebagai perbuatan dilarang adalah48:

    a. Menyebarkan rumor, merusak tatanan sosial, merusak stabilitas sosial

    48 https://www.kaskus.co.id/thread/578f74fb507410f0718b456a/aplikasi-bigo-live-kenapa-bisa-

    tenar/ diakses tanggal 11 Januari 2017

    https://www.kaskus.co.id/thread/578f74fb507410f0718b456a/aplikasi-bigo-live-kenapa-bisa-tenar/https://www.kaskus.co.id/thread/578f74fb507410f0718b456a/aplikasi-bigo-live-kenapa-bisa-tenar/

  • 46

    b. Menampilkan hal berbau pornogafi, perjudian, kekerasan, pembunuhan,

    terorisme, atau hal yang bisa membuat orang lain melakukan tindak

    criminal

    c. Mempermalukan atau memfitnah orang lain, melanggar hak dan

    kepentingan hukum orang lain

    Para broadcaster dapat berinteraksi secara langsung dengan pengunjung.

    Saat proses real streaming berlangsung, para penonton dapat mengirimkan pesan

    kepada broadcaster. Semua lapisan masyarakat dan untuk kalangan usia tertentu

    dapat menggunakan aplikasi ini. Perihal kebebasan ini terkadang sangat

    disayangkan karena terkadang ada beberapa pengguna aplikasi Bigolive yang

    menyalahgunakan kebebasan penggunaan aplikasi ini dengan melakukan siaran

    yang isinya berupa tindakan yang kurang wajar atau berupa hal-hal yang senonoh.

    Namun tentu saja tidak semua broadcaster menampilkan hanya hal-hal

    yang kurang layak untuk disaksikan. Terdapat banyak juga pengguna yang

    menunjukan bakat mereka seperti menyari, menari, memberikan nasihat-nasihat,

    atau bakat-bakat lain yang menarik untuk disaksikan.

    Dari keberagaman pengguna yang bebas untuk menampilkan hal yang

    menarik untuk pertunjukan mereka, tidak sedikit orang yang tidak sadar meskipun

    dengan meliput kegiatan sehari-hari yang sedang dilakukannya ada hal-hal tertentu

    yang ternyata melanggar Hak Cipta.

    Misalnya dengan melakukan tindakan pengkomunikasian dengan

    melakukan penyiaran secara langsung melalui aplikasi Bigolive saat sedang

    menonton film di bioskop. Tentu saja hal ini merupakan suatu tindakan pelanggaran

    terhadap suatu Ciptaan dan hal ini bisa merugikan pribadi Pencipta atas film

  • 47

    tersebut. Bukan hanya itu, menampilkan kembali hasil karya milik orang lain

    khususnya berupa karya sinematografi tanpa izin juga tentu saja melanggar Hak

    Cipta dan merugikan Pencipta karya itu sendiri. Terlebih ketika tindakan ini

    memberikan keuntungan pribadi terhadap broadcaster dan merugikan pemilik asli

    Ciptaan.

    Namun, seringkali hal ini susah sekali untuk dideteksi karena kurangnya

    pengawasan secara terus menerus dan terlalu banyaknya pengguna aplikasi yang

    melakukan siaran secara langsung. Hal inilah yang membuat sulitnya proses

    pengawasan atas kemungkinan terjadinya pelanggaran Hak Cipta khususnya atas

    karya sinematografi melalui aplikasi media sosial yang memiliki kemampuan untuk

    melakukan siaran secara langsung (real streaming).

    2. Penyiaran Secara Langsung (Real Streaming) Melalui Blog Pribadi

    Selain tersedianya media sosial, dalam media internet kini dikenal istilah blog.

    Dimana pengguna Internet dapat menggunakan blog sebagai media untuk

    melakukan proses penyiaran secara langsung atau real streaming dengan maksud

    untuk memperluas tampilan supaya bisa lebih banyak dinikmati dan disaksikan oleh

    para penonton.

    2.1 Blog Pribadi

    Penggunaan blog memang belum terlalu banyak digunakan oleh masyarakat

    biasa, tapi sangatlah dikenal oleh para pengguna internet. Masyarakat biasa

    mungkin hanya membaca artikel atau tulisan dari blog-blog pribadi yang dibuat

    oleh orang lain namun tidak pernah mencoba untuk membuat sebuah blog sendiri.

    Internet sendiri sudah menyediakan banyak sekali media untuk melakukan

    segala kegiatan dalam dunia maya, entah seperti mengirim email, bertukar pesan

  • 48

    berupa chat. Inovasi baru diciptakan dimana dengan menggunakan blog, pengguna

    internet dapat memanfaatkan fasilitas internet untuk mempublikasikan informasi

    dalam bentuk apa saja melalui blog.

    Blog atau weblog adalah suatu halaman web yang pada awalnya dipopulerkan

    dalam situs blogger.com. Situs ini kemudian dibeli oleh perusahaan Google pada

    tahun 2002. Isi dari blog ini berupa tulisan, artikel, tampilan gambar, bahkan video.

    Hal-hal ini ditampilkan dalam blog dengan tujuan supaya para pengguna internet

    dapat mengakses, dan diharapkan penyedia hal-hal yang dipertunjukan dapat

    berinteraksi langsung dengan pembaca dan penonton melalui kolom komentar yang

    disediakan49.

    2.2 Tindakan Pengomunikasian Berupa Penyiaran Secara Langsung (Real

    Streaming) Melalui Blog Pribadi

    Melakukan kegiatan real streaming melalui blog memang tidak semudah

    melakukannya melalui media sosial yang memang memiliki fasilitas khusus untuk

    mempermudah penggunanya. Ada beragam cara untuk melakukan proses siaran

    secara langsung melalui blog. Salah satunya adalah dengan menggunakan network

    camera. Jenis network camera yang banyak digunakan adalah Edimax.

    Sebelum melakukan proses penyiaran secara langsung menggunakan

    network camera Edimax, diharapkan para pengguna telah memastikan koneksi

    internet sedang baik. Karena kualitas siaran dipengaruhi oleh kecepatan unggah

    yang dimiliki oleh koneksi internet. Untuk memperoleh hasil streaming yang bagus

    diharapkan kecepatan untuk menggunggah ke internet minimal 1 (satu) Mbps.

    49 Fahrul Muanif, Gaul Bareng Blogspot, Grasindo, Jakarta, 2013, hlm 1.

  • 49

    Network Camera Edimax merupakan perangkat yang kelak akan digunakan

    untuk pengambilan gambar atau objek yang diinginkan oleh penyiar. Sebelum

    melakukan proses pengambilan gambar, penyiar perlu untuk menghubungkan

    kamera Edimax dengan jaringan internet apabila menginginkan proses

    pengambilan gambar tanpa menggunakan kabel. Tetapi bisa juga menggunakan

    kabel dan sebenarnya dengan menggunakan kabel koneksi antara kamera dengan

    internet akan jauh lebih baik dan stabil. Proses pengambilan gambar ini akan

    ditampilkan pada blog pribadi milik penyiar, supaya bisa dilihat oleh para penonton.

    Berikut ini adalah langkah-langkah untuk memulai siaran langsung

    menggunakan network camera Edimax yang terlebih dahulu melalui aplikasi

    iVideon:

    a. Pertama, unduh aplikasi iVideon, lalu kemudian lakukan instalasi aplikasi

    iVideon Server hingga selesai. Kemudian, jalankan aplikasi tersebut. Apabila

    layaran iVideon sudah berjalan, tekan tombol Stop.

    Gambar 2.2.1

    Tampilan iVideon Server

    http://1.bp.blogspot.com/-XcRW6t1S0Yc/VQkn6xTv0_I/AAAAAAAAImw/dxGHjfZcK00/s1600/ivideon-stop.png

  • 50

    b. Klik kanan pada kolom IP Camera kemudian pilih Add IP Camera. Setelah itu

    akan muncul jendela Camera Settings, pilih manufacture Edimax, lalu tekan

    tombol preview.

    c. Isi kolom URL, username diisi admin, password diisi 1234, local IP address

    diisi dengan model kamera Edimax yang digunakan dan path URL RTSP diisi

    stream1. Lalu tekan OK.

    d. Kemudian pastikan bahwa URL Path RTSP telah berhasil dengan menekan

    tombol preview yang kemudian akan menghasilkan tampilan contoh seperti

    digambar.

    Gambar 2.2.2

    Hasil preview RUL Path

    e. Langkah selanjutnya adalah menekan tombol Account untuk dapat log in ke

    akun milik pengguna pada tampilan awal iVideon Server. Namun, apabila

    belum memiliki akun iVideon Server, maka diwajibkan untuk melakukan

    pendaftaran sebagai member terlebih dahulu tanpa dipungut biaya apapun,

    tetapi ada juga yang fasilitas lebih untuk pengguna yang bersedia untuk

    membayar. Untuk melakukan pendaftaran akun dapat dibuka melalui situs

    www.ivideon.com/sign-up/.

    f. Setelah melakukan log in, kembali lagi pada halaman awal iVideon Server, pilih

    tombol Setting kemudian pilih Setup Wizard. Kemudian akan muncul jendela

    http://www.ivideon.com/sign-up/http://3.bp.blogspot.com/-PCoTWkXa7HU/VQk5V8yBIwI/AAAAAAAAIns/fzlcRrCQiYw/s1600/ivideon-preview.png

  • 51

    Ivideon Server Setup, pilih I already have an Ivideon account and want to

    attach this server to it. Lalu tekan tombol Next

    g. Masukan alamat email dan nama server yang bisa dipilih secara bebas sesuai

    dengan keinginan pengguna kemudian tekan Next.

    h. Pada jendela pilihan, pilih IP Camera yang sebelumnya telah dibuat pada

    aplikasi iVideon Server. Lalu pilih tombol Next

    Gambar 2.2.3

    Tampilan iVideon Server Setup

    i. Kemudian akan muncul 3 (tiga) pilihan. Berikan tanda pada tulisan Start

    broadcasting at program startup dan Log in to your Ivideon account to view

    your cameras. Lalu tekan tombol Finish. Sesudahnya akan muncul aplikasi

    browser yang akan membawa pengguna untuk masuk dalam situs iVideon dan

    kita sendiri dapat melihat hasil streaming yang dilakukan.

    Dengan selesainya tahap-tahap tersebut, pengguna perlu untuk membuat

    bisa diaksesnya siaran langsung ini kepada masyarakat luas. Berikut ini adalah

    langkah-langkahnya:

    a. Pada situs iVideon, pilih tombol setting yang ada di sebelah pojok kanan gambar

    tampilan. Pilih Public access.

    http://4.bp.blogspot.com/-VJWCNYaRamE/VQlMpwx6Z9I/AAAAAAAAIoo/trQqxD5h-lI/s1600/ivideon-select+source.png

  • 52

    Gambar 2.2.4

    Tampilan Public Access

    b. Langkah selanjutnya, tuliskan nama lokasi dan berikan penjelasan lebih perihal

    IP Camera yang pengguna pakai. Lalu tekan Proceed. Lalu, temukan posisi

    dimana pengguna melakukan siaran, Lalu tekan Proceed. Kemudian tuliskan

    nama situs internet, agar pengujung situs yang melihat real streaming bisa

    mengunjungi situs milik pengguna. Lalu tekan Proceed.

    Jika ingin, Pengguna dapat menghubungan siaran ini ke media sosial,

    contohnya Facebook. Kemudian pilih Enable public access.

    c. Setelah selesai, pengguna bisa menyebarkan link atau alamat real streaming ke

    media-media sosial yang sudah sediakan, yaitu Facebook, Twitter, LinkedIn,

    Google+, dan Tumblr. Namun, untuk menempatkan jendela real streaming

    pada blog pribadi disediakan kode HTML yang nanti akan dijadikan jendela

    untuk membuka tautan siaran langsung yang pengguna lakukan. Salin kode

    HTML yang disediakan.

    d. Misalkan saja pengguna membuat blog pribadi melalui www.blogger.com.

    e. Setelah melakukan log in pada situs, pilih menu Layout.

    f. Kemudian pilih Add a Gadget, lalu akan muncul jendela lain, pilih Add

    HTML/JavaScript.

    http://www.blogger.com/http://1.bp.blogspot.com/-N_Bs2_U6vI8/VQlRiaTllPI/AAAAAAAAIpM/sXmFyK6mTV8/s1600/ivideon-public+access.png

  • 53

    g. Sebelumnya, pengguna telah melakukan salin terhadap kode HTML untuk link

    real streaming. Pada kolom HTML yang ada pada situs blogger, tempel kode

    HTML tersebut lalu pilih Save.

    h. Dengan ini, siaran langsung atau real streaming yang pengguna lakukan, akan

    bisa dilihat oleh penonton yang sedang mencari siaran langsung (real

    streaming)

    Dalam proses penyiaran secara langsung melalui blog pribadi sedang marak

    dilakukan oleh masyarakat. Ada berbagai macam hal yang menarik untuk

    ditampilkan. Terutama perihal acara-acara olahraga luar negeri yang sering kali

    hanya ditampilkan melalui layanan televisi berbayar. Tidak semua orang

    menggunakan jasa televisi berbayar. Oleh karena itu, para pengguna internet kini

    dapat mengakalinya dengan mencoba akses melalui media internet khususnya blog

    pribadi, terdapat cukup banyak pengguna internet yang menyediakan jasa ini.

    Tetapi sayangnya, bukan hanya menampilkan acara-acara yang memang

    telah diizinkan untuk disiarkan saja, tapi bisa juga seorang penyedia real streaming

    dalam blog pribadi menyediakan akses siaran langsung terhadap karya

    sinematografi khususnya film yang direkam dari bioskop ataupun karya milik orang

    lain yang disiarkan kembali secara langsung. Tentu saja hal ini bertentangan dengan

    hukum dan melanggar Hak Cipta.

    Sayangnya, setelah melakukan tindakan pengkomunikasian dengan

    melakukan siaran secara langsung ini tidak meninggalkan jejak, kecuali

    keterangan-keterangan perihal tampilan siaran langsung yang dilakukan. Oleh

    karena pengguna menggunakan server bersama seringkali sulit untuk mendeteksi

  • 54

    keberadaan sebenarnya dari pelaku pelanggaran. Sehingga hukum menjadi sulit

    untuk ditegakkan dan kerugian yang diterima Pemilik Ciptaan tidak bisa dihindari.

    3. Analisis Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

    Cipta

    Dengan berkembangnya teknologi komunikasi masal melalui Internet

    ataupun media sosial yang berkecepatan tinggi, canggih, dan banyak digunakan

    oleh masyarakat dewasa kini, memungkinkan konten video dipublikasikan ke

    Internet dan media sosial dan dapat diakses secara gratis dan mudah. Hal ini tentu

    saja menjadi tantangan perihal masalah Hak Cipta.

    Hal tersebut memberikan banyak sekali celah untuk munculnya pelanggaran

    Hak Cipta. Banyak diantara pelanggaran-pelanggaran tersebut melibatkan Ciptaan-

    ciptaan50 yang dilindungi oleh Hak Cipta, salah satunya karya sinematografi. Para

    pihak pengguna Internet maupun media sosial seringkali melakukan pelanggaran

    Hak Cipta tanpa mereka sadari.

    Para pengguna Internet dan media sosial memang kurang memiliki

    pengetahuan yang cukup mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan

    dikarenakan kebebasan (freedom) yang disajikan dalam dunia komunikasi maya,

    dimana semua hal bisa saling berhubungan dan tanpa dibatasi hal apapun.

    50 Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri

    atas: a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;

    b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan

    pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; e. drama, drama

    musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti

    lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. karya seni terapan; h. karya

    arsitektur; i. peta; j. karya seni batik atau seni motif lain; k. karya fotografi; l. Potret; m. karya

    sinematografi; n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,

    modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi,

    atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang

    dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; q. kompilasi ekspresi budaya

    tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; r. permainan video; dan s. Program

    Komputer. UUHC, Pasal 40.

  • 55

    Beberapa bentuk pelanggaran Hak Cipta, baik yang berkaitan dengan hak

    moral maupun hak ekonomi yang dapat terjadi pada kondisi nyata maupun dalam

    dunia maya telah disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28

    Tahun 2014 Tentang Hak Cipta51.

    Berdasarkan peristiwa yang telah disebut dalam pembahasan diatas

    sebelumnya muncul bersamaan dengan pengembangan baru dalam dunia

    komunikasi maya melalui internet dengan bentuk blog pribadi dan media sosial

    yang bisa menyiarkan suatu tampilan secara live atau langsung ke masyarakat luas

    secara cuma-cuma dan bebas. Tentu saja dengan kebebasan bagi pengguna media

    sosial ini menjadi sulit untuk melakukan pengawasan atas hal-hal yang disiarkan

    melalui Internet maupun media sosial.

    Terlebih apabila terjadi tindakan penyiaran secara langsung (real

    streaming) tidak terdapat bukti nyata keberadaan suatu karya sinematografi ataupun

    siaran lain ditayangkan dalam media karena langsung terhapus dari Random Access

    Memory. Hal ini membuat munculnya pertanyaan apakah hal tersebut tergolong

    sebagai copyright infringement (pelanggaran Hak Cipta) atau tidak.

    Melalui media internet, tindakan pengkomunikasian dengan cara

    menyiarkan kembali suatu karya sinematografi secara langsung dapat dilakukan

    oleh banyak pengguna blog-blog pribadi dengan cara yang tidak sulit.

    Sedangkan apabila melalui media sosial, terdapat banyak sekali aplikasi

    yang menyediakan jasa dengan kemampuan untuk melakukan real streaming atau

    51 Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi

    untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c.

    penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e.

    Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h.

    Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan. UUHC, Pasal 9 ayat (1)

  • 56

    penyiaran secara langsung. Misalnya seperti kasus oleh pengguna salah satu

    aplikasi media sosial bernama Bigolive yang melakukan tindakan

    pengkomunikasian dengan menyiarkan karya sinematografi berupa film cerita yang

    sedang diputar melalui bioskop secara langsung sehingga dapat disaksikan oleh

    pengguna Bigolive yang lain yang sedang menyaksikan siaran langsung yang

    dilakukan oleh pengguna yang melakukan siaran.

    Dalam Pasal 1 angka (15) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang

    dimaksud dengan Penyiaran adalah:

    “Pentransmisian suatu Ciptaan atau produk Hak Terkait tanpa

    kabel sehingga dapat diterima oleh semua orang di lokasi yang jauh

    dari tempat transmisi berasal”

    Dengan pengertian tersebut diatas pengertian Penyiaran memenuhi unsur-

    unsur pengertian berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi. Dimana suatu Ciptaan

    misalnya film yang ditampilkan dibioskop, dapat dilihat, disaksikan oleh semua

    orang yang berada dari tempat yag jauh atau tidak secara langsung berada ditempat

    terjadinya peristiwa dimana penyiaran tersebut berasal. Proses penyiaran ini

    berkaitan dengan tindakan pengkomunikasian52.

    Tindakan pengkomunikasian berupa penyiaran suatu karya sinematografi

    milik orang lain, khususnya secara langsung atau real streaming telah melanggar

    Pasal 9 huruf (h) tentang Undang-Undang Hak Cipta, dimana seseorang melakukan

    pentransmisian dan pertunjukan Ciptaan kepada orang lain tanpa seizin Pencipta

    atau pemilik Hak Cipta atas karya sinematografi tersebut.

    52Pentransmisian suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram melalui kabel atau media lainnya selain

    Penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk penyediaan suatu Ciptaan, pertunjukan,

    atau Fonogram agar dapat diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya. UUHC, Pasal 1

    angka 16

  • 57

    Oleh karena hal ini, tentu saja layak ditekankan bahwa tindakan penyiaran

    secara langsung (real streaming) tanpa izin memerlukan perlindungan dari Hak

    Cipta.

    Menurut Otto Hasibuan, konsep dasar perlindungan Hak Cipta adalah53:

    1. Hal yang dilindungi adalah ide yang telah berwujud dan asli.

    2. Hak Cipta lahir secara otomatis.

    3. Untuk memperoleh Hak Cipta, suatu Ciptaan tidak perlu atau tidak

    harus selalu diumumkan.

    4. Hukum wajib mengakui Hak Cipta atas suatu ciptaan (legal right)

    5. Hak Cipta bukan merupakan hak mutlak (absolut)

    Karya sinematografi tergolong sebagai Ciptaan yang dilindungi menurut

    Undang-Undang Hak Cipta. Didalam pasal 59 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

    2014 tentang Hak Cipta, menuliskan bahwa perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan

    dengan bentuk karya sinematografi diberikan selama 50 (lima puluh) tahun sejak

    pertama kali dilakukan Pengumuman.

    Setiap Pencipta atau Pemegang Hak Cipta karya sinematografi memiliki hak

    untuk mendapatkan perlindungan terhadap karya sinematografi tanpa perlu

    mendaftarkan Ciptaan karena memang secara otomatis Hak Cipta atas suatu karya

    sinematografi lahir dengan sendirinya.

    Perlindungan hukum diberikan supaya Pencipta atau pemegang Hak Cipta

    khususnya karya sinematografi dapat menggunakan dan mengolah hasil Ciptaannya

    tanpa gangguan dari orang lain. Dengan adanya jaminan perlindungan terhadap

    karya sinematografi, diharapkan dapat memberikan rasa aman dan pada akhirnya

    53 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia (Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu, Neighbouring

    Right dan Collecting Society), PT. Alumni, Bandung, 2008, hlm. 67

  • 58

    dengan hal tersebut memunculkan suasana yang kondusif serta mendorong

    apresiasi Pencipta untuk terus memunculkan karya-karya sinematografi yang baru.

    Apabila masyarakat ingin menikmati ataupun menggunakan Ciptaan berbentuk

    karya sinematografi tentu harus melalui izin dari Pencipta sebagai wujud

    menghargai karya milik orang lain.

    Menurut Kerry Blasingim54, seorang pengacara ahli bidang Intelectual

    Property, menyatakan bahwa dalam proses real streaming, tidak ada file nyata

    terbentuk dalam hard disk dalam komputer maupun telepon genggam.

    “Rather, the content is loaded directly into RAM and played

    from there in a buffered stream. This means that there is no physical

    copy on your hard disk at any time – which makes an argument for

    copyright infringement more difficult. I can see an argument,

    however, that playing a file through real streaming will result in the

    creation and immediate destruction of a copy of the work in the

    computer’s RAM. I don’t think this is terribly different from

    downloading, watching, and then deleting the file – but there is

    certainly room here for a determination that real streaming does not

    constitute copyright infringement.”

    Apabila terjadi suatu sengketa atau pelanggaran Hak Cipta yang berkaitan

    dengan karya sinematografi yang disiarkan tanpa izin, Pencipta atau Pemegang Hak

    Cipta berhak untuk meminta kepada Pengadilan Niaga untuk menghentikan

    tindakan pengkomunikasian dalam bentuk penyiaran kembali karya sinematografi

    tanpa izin yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta.

    Perlindungan yang akan muncul terhadap pelanggaran Hak Cipta atas karya

    sinematografi dapat berupa sanksi terhadap pelanggar. Apabila terjadi pelanggaran

    Hak Cipta yang sesuai dengan kejadian ini, maka pelanggar akan dihukum secara

    54https://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-

    copyright-infringement diakses tanggal 18 Oktober 2016 .

    https://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-copyright-infringementhttps://www.avvo.com/legal-guides/ugc/copyright-101-is-streaming-movies-or-tv-shows-copyright-infringement

  • 59

    pidana sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

    tentang Hak Cipta khususnya Pasal 113. Hukuman yang dijatuhkan harus sesuai

    dengan jenis pelanggaran yang dilakukan khususnya perihal tindakan

    pengkomunikasian tanpa izin dan menyebarkannya kembali dalam bentuk dan cara

    apapun.

    Perlindungan lain yang diberikan kepada Ciptaan dan Pencipta suatu karya

    sinematografi adalah berupa pengawasan dan tindakan pencegahan sebelum terjadi

    ataupun apabila terjadi suatu pelanggaran. Perlindungan ini diberikan untuk

    mengurangi dampak kerugian yang dapat diterima oleh Pencipta atas Ciptaannya.

    Dalam Pasal 5455 Undang-Undang Hak Cipta, telah disediakan upaya

    pencegahan pelanggaran Hak Cipta khususnya dalam dunia berbasis teknologi

    informasi, melalui Pemerintah yang memiliki wewenang untuk melakukan

    pengawasan terhadap pembuatan maupun penyebarluasan karya sinematografi

    secara ilegal entah dalam lingkup dalam maupun luar negeri. Pengawasan juga

    dilakukan terhadap tindakan perekaman menggunakan media apapun yang bisa

    dilakukan dalam tempat pertunjukan misalnya bioskop.

    Namun, sayangnya peraturan ini hanya berisi mengenai pengawasan saja.

    Yang dibutuhkan sebenarnya adalah suatu tindakan yang bisa mencegah terjadinya

    penyiaran secara langsung suatu karya sinematografi tanpa izin. Karena seringkali

    55 Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana berbasis teknologi

    informasi, Pemerintah berwenang melakukan: a. pengawasan terhadap pembuatan dan

    penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; b. kerja sama dan koordinasi

    dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan

    penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan c. pengawasan terhadap

    tindakan perekaman dengan menggunakan media apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait

    di tempat pertunjukan. UUHC Pasal 54.

  • 60

    dengan siaran langung sulit sekali mendeteksi adanya pelanggaran-pelanggaran

    yang terjadi ketika proses real streaming sedang berlangsung.

    4. Analisis Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

    Informasi dan Transaksi Elektronik

    Negara harus terus memperbaharui pembangunan nasional guna terus

    menyesuaikan perkembangan dinamika yang terjadi di masyarakat. Diantara

    beragam perkembangan tersebut, globalisasi juga terus melaju dan pada akhirnya

    menjadi bagian penting bagi seluruh masyarakat karena kini manusia menjadi lebih

    haus akan informasi dunia.

    Indonesia sendiri juga merupakan salah satu negara yang sangat tinggi

    peminatnya terhadap informasi dunia. Dengan ini dibutuhkan pengaturan mengenai

    Dokumen dan Informasi Elektronik karena keberadaannya dalam masyarakat

    sangat dibutuhkan dan sesuai dengan upaya pembangunan nasional dalam bidang

    teknologi informasi supaya menjadi lebih efektif dan menyeluruh dan bisa dipakai

    oleh seluruh bagian masyarakat untuk perluasan wawasan yang lebih sempurna.

    Kemajuan pesat teknologi khususnya di bidang Informasi, menambah

    banyak sekali hal-hal yang dilakukan oleh manusia yang membentuk beragam

    perbuatan hukum yang baru.

    Dengan kemunculan perbuatan-perbuatan hukum yang baru, tentu saja akan

    berpengaruh terhadap peraturan yang kedepannya akan mengatur mengenai segala

    hal yang bekaitan dengan teknologi informasi guna menjada kesejahteraan

    masyarakat dan mencegah adanya pelanggaran yang mungkin bisa terjadi. Tentu

    saja hal ini selalu disesuaikan dengan memperhatikan unsur-unsur sosial dan

    keagamaan serta kebudayaan yang ada di Indonesia.

  • 61

    Terdapat 2 (dua) hal utama yang menjadi fokus dari Undang-Undang Nomor

    11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu Informasi

    Elektronik dan Dokumen Elektronik. Kedua hal ini adalah obyek utama karena

    isinya merupakan data-data elektronik yang sudah pasti layak untuk diberikan

    perlindungan hukum.

    Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

    Informasi dan Transaksi Elektronik tertulis pengertian Informasi Elektronik, yang

    berbunyi:

    “Satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi terbatas

    pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data

    interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram,

    teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,

    symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau

    dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya”

    Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

    Informasi dan Transaksi Elektronik tertulis pengertian Dokumen Elektronik, yang

    berbunyi:

    “Setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,

    diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,

    elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,

    ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem

    Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,

    gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,

    Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti

    atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”

    Dokumen dan Informasi Elektronik ternyata mengandung hal-hal yang juga

    dilindungi oleh Hak Cipta. Terlebih dengan adanya perkembangan teknologi,

    Ciptaan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta juga banyak beredar di dunia informasi

    berbasis teknologi. Pelanggaran-pelanggaran terhadap Hak Cipta kerap terjadi

    didalam media elektronik, khususnya dalam media sosial dan media internet.

  • 62

    Dalam hal ini media sosial yang memiliki kemampuan untuk melakukan

    real streaming dan juga blog pribadi dalam internet yang juga memiliki kapasitas

    demikian seringkali menyuguhkan akses mudah untuk terjadinya pelanggaran Hak

    Cipta atas penyiaran secara langsung tanpa izin khususnya karya sinematografi

    yang tergolong sebagai dokumen elektronik. Karena adanya hubungan antara kedua

    peraturan ini membuat diperlukannya analisa terhadap hubungan dan

    kesinambungan antara kedua regulasi ini.

    Perlindungan terhadap suatu dokumen dan infromasi elektronik terhadap

    tindakan pengkomunikasian tertulis dalam pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-

    Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

    memiliki isi yang berkaitan dengan perlindungan terhadap Ciptaan, salah satunya

    karya sinematografi.

    Pasal 32 ayat (1) berbunyi:

    “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

    dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi,

    melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,

    menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

    Elektronik milik orang lain atau milik publik.”

    Pasal 32 ayat (2) berbunyi:

    “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum

    dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer Informasi

    Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik

    Orang Lain yang tidak berhak.”

    Isi dari pasal 32 ayat (1) dan (2) memang tepat untuk mengatur larangan

    perihal siapa saja yang dengan sengaja melakukan perubahan-perubahan atau

    pemindahan atau transmisi suatu dokumen elektronik kepada orang lain yang tidak

    berhak.

  • 63

    Namun, jika dihubungkan dengan tindakan pengkomunikasian berupa

    penyiaran kembali secara langsung suatu karya sinematografi yang dilakukan tanpa

    izin, kedua ayat tersebut tidak secara spesifik menunjukan bagaimana bentuk

    pemindahan atau transfer informasi yang dilakukan.

    Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penyiaran kembali secara

    real streaming ini tidak memiliki bentuk fisik, dimana setelah proses real streaming

    selesai dilakukan maka produk akan terhapus secara otomatis.

    Maka, dari itu masih terdapat kekaburan isi pasal atau bahkan kurangnya

    pengaturan dalam Undang-Undang ini yang bisa diambil secara sempurna apabila

    dikaitkan dengan tindakan pengkomunikasian dengan penyiaran kembali secara

    langsung (real streaming) yang dapat dilakukan melalui media internet atau media

    sosial. Padahal sangat dibutuhkan kejelasan untuk perlindungan atas dokumen

    elektronik khususnya yang berupa karya sinematografi yang disiarkan kembali

    secara langsung (real streaming) melalui media internet atau media sosial

    memerlukan, karena dewasa kini banyak sekali celah-celah terjadinya pelanggaran

    tersebut.

    Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dikalangan masyarakat perihal

    tindakan pengkomunikasian melalui proses penyiaran kembali suatu karya

    sinematografi sinematografi, dapat kita ketahui bahwa hal tersebut termasuk dalam

    pelanggaran Hak Cipta apabila dilakukan tanpa seizin dari pemilik Ciptaan.

    Penggunaan aplikasi media sosial yang mampu untuk memberi jasa siaran langsung

    (real streaming) seperti Bigolive dan perkembangan dunia blog yang kini juga

    dapat dibuat sebagai sarana melakukan real streaming semakin memperbesar

    tantangan perihal Hak Cipta atas suatu ciptaan khususnya karya sinematografi.

  • 64

    Perlindungan terhadap Ciptaan dan Pencipta perihal hal ini adalah dengan

    dilakukannya pemblokiran terhadap situs maupun pengguna dari media Internet dan

    media sosial yang melakukan pelanggaran tersebut sehingga tidak bisa lagi

    menggunakan aplikasi ataupun mengakses situs yang dimilikinya.

    Selain itu, Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap para pengguna

    dunia komunikasi maya yang sangat luas ini baik dalam negeri maupun dari luar

    negeri. Kekurangannya karena begitu luasnya cangkupan penggunaan dunia maya

    menyebabkan seringkali para pelanggar yang lolos dari pengawasan. Sehingga

    perlindungan terhadap Ciptaan khususnya karya sinematografi yang seringkali

    tersebar luas di dunia Internet menjadi tidak terlindungi. Pengaturan perihal hal ini

    telah diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta dan Undang-Undang Informasi dan

    Transaksi Elektronik, namun memang perlindungan yang diberikan masih harus

    diperbaharui karena perkembangan teknologi yang ternyata melampaui aturan-

    aturan yang telah tertulis dalam Undang-Undang tersebut.

  • 65

    B. Upaya Hukum Yang Dilakukan Oleh Pemegang Hak Cipta Atas Karya

    Sinematografi Terhadap Tindakan Penyiaran Kembali Secara Langsung

    (Real Streaming)

    Perkembangan pesat teknologi yang kini digunakan oleh seluruh kalangan

    masyarakat. Hal-hal yang disediakan oleh teknologi informasi yang semakin

    canggih dan mudah untuk digunakan tentu saja memiliki dampak-dampak terhadap

    keadaan sosial yang ada dalam masyarakat. Dampak positif tentu saja banyak,

    masyarakat memiliki banyak kesempatan dan media untuk mengapresiasikan

    kesenangan mereka dalam bentuk-bentuk beragam yang tentu saja bebas untuk

    disampaikan sesuai dengan hak mereka.

    Namun, kenyataannya dimana ada dampak positif, selalu ada juga dampak

    negatif. Dampak negatif ini muncul dengan sendirinya dan seringkali disebabkan

    oleh ketidaktahuan pengguna teknologi informasi, yang ternyata merugikan pihak

    lain bukan hanya secara psikologi tapi juga material. Contohnya saja tindakan

    pengkomunikasian melalui penyiaran karya sinematografi secara langsung melalui

    aplikasi media sosial atau media internet. Aplikasi media sosial dan blog-blog

    dalam internet kini memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan penyiaran

    secara langsung atau disebut juga real streaming. Yang terburuk dari hal ini adalah

    dimana hasil dari real streaming yang dilakukan akan secara otomatis terhapus dan

    tidak bisa terdeteksi file nya.

    Oleh karena itu, upaya hukum dapat dilakukan oleh para pihak yang merasa

    dirugikan haknya terhadap pelanggaran ini, yaitu Pencipta atau Pemegang Hak

    Cipta. Tahap awal yang bisa dilakukan oleh pihak yang dirugikan adalah dengan

  • 66

    mengeluarkan somasi yang ditujukan kepada pihak pelanggar, yang isinya adalah

    ajuan keberatan atas perbuatan pelanggaran yang dilakukan.

    1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

    Tidak dapat dilupakan hal utama yang dilindungi atas suatu karya cipta

    adalah hak dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Hak ekonomi maupun Hak

    moral adalah hal penting yang mendorong Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

    untuk bertahan dan menambah karya-karya lain yang terbaik.

    Dari banyak jenis pelanggaran-pelanggaran atas Hak yang dimiliki oleh

    Pencipta atau Pemegang Hak Cipta salah satunya adalah tindakan

    pengkomunikasian suatu karya Ciptaan tanpa izin dari Pencipta maupun Pemegang

    Hak Cipta. Dalam penelitian ini disebutkan cara pengkomunikasian yang dilakukan

    adalah dengan cara penyiaran kembali secara langsung (real streaming) melalui

    media sosial dan media internet.

    Dalam Pasal 1 angka (16) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang

    Hak Cipta, yang dimaksud dengan Pengkomunikasian adalah:

    “Pengkomunikasian adalah pentransmisian suatu Ciptaan,

    pertunjukan, atau Fonogram melalui kabel atau media lainnya

    selain Penyiaran sehingga dapat diterima oleh publik, termasuk

    penyediaan suatu Ciptaan, pertunjukan, atau Fonogram agar dapat

    diakses publik dari tempat dan waktu yang dipilihnya”

    Tindakan tersebut diatas merupakan hak mutlak yang sebenarnya hanya bisa

    dimiliki dan dilakukan oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta khususnya untuk

    memperoleh manfaat ekonomi dari Ciptaan.

  • 67

    Menurut Pargulutan Lubis, ada beberapa faktor yang mendorong dan

    mempengaruhi warga masyarakat untuk melakukan pelanggaran terhadap Hak

    Kekayaan Intelektual, khususnya Hak Cipta yaitu56:

    1. Pelanggaran dilakukan untuk mengambil jalan pintas guna mendapatkan

    keuntungan yang sebesar-besarnya dari pelanggaran yang dilakukan;

    2. Para pelanggar memandang sanksi hukum yang dijatuhkan oleh pengadilan,

    sangat ringan bahkan tidak ada tindakan preventif maupun represif yang

    dilakukan oleh para penegak hukum;

    3. Ada sebagian Pencipta yang merasa bangga apabila hasil karyanya ditiru

    oleh orang lain;

    4. Tidak dibutuhkannya membayarkan pajak kepada pemerintah atas produk

    hasil pelanggaran, dan;

    5. Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang dibeli tersebut asli

    atau palsu, yang penting bagi mereka harganya murah dan terjangkau

    dengan kemampuan ekonomi.

    Dengan dilakukannya tindakan pengkomunikasian dengan melakukan

    penyiaran secara langsung (real streaming) melalui media sosial dan media

    internet, dan hilangnya hasil real streaming setelah waktu streaming telah selesai

    membuat sangat sulitnya mendeteksi para pelaku pelanggaran untuk dideteksi dan

    ditangkap oleh pihak berwajib, bahkan mungkin ada banyak sekali pelanggaran

    yang dilakukan tanpa diketahui oleh Pencipta yang ternyata menyebabkan kerugian

    padanya.

    56 http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=14&mnorutisi=9, diakses pada tanggal 17

    Desember 2016

  • 68

    Pemerintah tentu saja wajib untuk melakukan pengawasan sebaik-baiknya

    untuk mencegah terjadinya pelanggaran seperti ini. Namun, tidak hanya

    mengawasi, tetapi diharapkan Pemerintah juga bisa memberikan perlindungan dan

    pencegahan supaya para pelaku tidak dapat lagi melakukan tindakan seperti ini

    yang tentu saja meresahkan para Pencipta. Beberapa bentuk upaya perlindungan

    yang bisa dilakukan adalah pembatasan penggunaan aplikasi, penutupan akses dan

    pemblokiran aplikasi ataupun pemblokiran jaringan internet.

    Pemerintah dapat melakukan pemblokiran57 apabila isi dari aplikasi ataupun

    situs internet memuat hal-hal yang negatif dan tergolong dalam hal yang terlarang.

    Dalam pasal 4 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 19 Tahun 2014

    yang tergolong sebagai muatan negatif adalah berupa Pornografi dan kegiatan

    illegal lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

    Oleh karena itu, tindakan penyiaran kembali karya sinematografi secara

    langsung (real streaming) melalui media sosial maupun media internet adalah

    termasuk dalam muatan negatif berupa kegiatan illegal lainnya berdasarkan

    ketentuan Undang-Undang Hak Cipta. Sehingga, bagi para pelanggar dapat

    dilakukan pemblokiran terhadap situs dalam internet maupun pemblokiran terhadap

    akun dalam media sosial.

    Konten Hak Cipta dan Hak Terkait dalam teknologi informasi dan

    komunikasi tentu saja wajib untuk mendapat perlindungan. Seperti yang sudah

    disebutkan sebelumnya, pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukan

    57 Pemblokiran adalah suatu upaya yang dilakukan agar situs internet bermuatan negatif tidak dapat

    diakses, Pasal 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 19 Tahun 2014 Tentang

    Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif

  • 69

    pengawasan dan melakukan tindakan pencegahan terjadinya pelanggaran terhadap

    konten Hak Cipta khususnya atas karya sinematografi.

    Masyarakat dihimbau juga untuk membantu dalam mendeteksi adanya

    pelanggaran-pelanggaran yang bisa saja luput dari pengawasan Menteri.

    Masyarakat dapat melakukan laporan atas terjadinya pelanggaran Hak Cipta, sesuai

    dengan Pasal 5558 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

    Selanjutkan pemerintah akan memverifikasi laporan dan melakukan tindakan

    selanjutnya. Tindakan selanjutnya bisa berbentuk penutupan konten sebagian

    ataupun penutupan konten secara keseluruhan. Wewenang dari menteri untuk

    melakukan tindakan-tindakan perlindungan terhadap Hak Cipta yang dilanggar

    tertulis dalam Pasal 5659 Undang-Undang Hak Cipta.

    Diharapkan dengan perlindungan seperti ini Pencipta maupun Pemegang

    Hak Cipta atas karya sinematografi bisa menjadi lebih terjamin haknya, khususnya

    hak ekonomi karena tindakan pengkomunikasian ini merupakan hak eksklusif yang

    hanya dimiliki oleh Pencipta.

    Sebenarnya apabila pihak lain memiliki keinginan untuk melakukan

    tindakan yang sebenarnya merupakan hak dari Pencipta dapat meminta izin dari

    Pencipta untuk melakukannya, karena dengan persetujuan dari Pencipta maka

    segala tindakan yang dilakukan oleh pihak lain menjadi sah dan tidak termasuk

    sebagai pelanggaran Hak Cipta. Izin ini dapat diperoleh dengan bentuk lisensi60.

    58 Setiap orang yang mengetahui Pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait melalui sistem

    elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial dapat melaporkan kepada Menteri 59 Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang telekomunikasi dan informatika

    berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dapat menutup konten,

    dan/atau hak akses pengguna yang melanggar Hak Cipta dan/atau Hak terkait dalam sistem

    elektronik dan menjadikan layanan sistem elektronik tidak dapat diakses. 60 Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait

    kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait

  • 70

    Apabila terdapat pihak lain yang melakukan tindakan yang ternyata

    melanggar hak dari Pencipta maka Pencipta memiliki hak untuk menggugat pihak

    lain yang melakukan pelanggaran tersebut yang seringkali menyebabkan kerugian

    terhadap Pencipta.

    Pelanggaran Hak Pencipta atas tindakan penyiaran kembali karya

    sinematografi secara langsung melalui aplikasi media sosial dan blog pribadi

    internet tidak lagi dapat terbendung dan seringkali luput dari pengawasan Menteri

    yang berwenang. Pelanggaran ini memberikan banyak sekali dampak negatif

    kepada Pencipta. Kerugian besar-besaran bisa berdampak langsung terhadap

    pencipta yang terlanggar Haknya.

    Aplikasi media sosial seperti Bigolive, Periscope, maupun Nonolive

    memberikan kemudahan bagi para penggunanya untuk merekam dan menampilkan

    segala kegiatan yang sedang dilakukannya secara langsung dan menyebarkannya

    untuk dilihat pula secara langsung oleh pengguna akun aplikasi yang lain, begitu

    juga blog-blog pribadi dalam internet yang tidak terdeteksi identitas pembuatnya

    atau anonym yang menyediakan layanan real streaming untuk ditonton oleh para

    pengguna situs internet tersebut. Merekam kembali langsung dari gedung bioskop,

    merekam kembali langsung dari televisi berbayar, maupun media lain yang pada

    akhirnya memberikan dampak kerugian finansial dan moral terhadap Pencipta

    adalah hal-hal yang umumnya dilakukan oleh para pelanggar yang tidak

    bertanggung jawab.

    Perlindungan terhadap Pencipta atas hasil karya ciptaannya sangatlah

    penting dan merupakan hal utama yang wajib untuk diterapkan. Menurut Setiono,

    dengan syarat tertentu. Pasal 1 Angka 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

    Cipta

  • 71

    upaya hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari

    perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan

    hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketenteraman sehingga memungkinkan

    manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia61. Menurut Muchsin,

    upaya hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan

    menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap

    dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar

    sesama manusia62.

    Terdapat 2 (dua) upaya hukum yang dapat dilakukan dalam memberikan

    perlindungan terhadap Pencipta karya sinematografi atas pelanggaran berupa

    tindakan pengkomunikasian dengan melakukan penyiaran kembali secara langsung

    (real streaming) karya sinematografi tanpa izin melalui media sosial dan media

    internet, yaitu:

    a. Upaya Hukum Preventif

    Merupakan upaya perlindungan yang diberikan dan dilakukan dengan

    tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran atas suatu Ciptaan.

    Pencipta, Pemegang Hak Cipta memiliki hak untuk melindungi hak-haknya atas

    Ciptaan yang dilahirkan olehnya, dan Pemerintah memiliki kewajiban untuk

    melindungi hak-hak dari Pencipta ini dengan melakukan segala macam bentuk

    tindakan pencegahan sebelum terjadinya suatu pelanggaran Hak Cipta.

    Tindakan pencegahan ini dapat dilakukan dengan meningkatkan tingkat

    pemahaman masyarakat mengenai Hak Kekayaan Intelektual khususnya perihal

    61 Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana

    Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2004, hlm 3. 62 Muchsin, Op.Cit., hlm 14.

  • 72

    ciptaan-ciptaan yang dilindungi. Perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa ada

    beragam hal yang sebenarnya dilarang dan merugikan pihak lain apabila dilakukan

    meskipun semata-mata hanya untuk kesenangan sendiri. Tidak bermaksud untuk

    membatasi kebebasan dalam melakukan segala tindakan apapun, namun segala

    sesuatu yang berlebihan memanglah tidak baik. Selalu ada batas dalam melakukan

    setiap tindakan. Terkadang meskipun sudah disampaikan perihal tindakan yang

    boleh atau tidak diperbolehkan untuk dilakukan, terdapat banyak pihak-pihak tidak

    bertanggung jawab yang bersifat egois dan hanya mementingkan kepentingan

    dirinya sendiri sehingga tetap melakukan pelanggaran dan tidak peduli dengan

    dampak yang dihasilkan oleh perbuatannya. Oleh karena itu, penyampaian

    mengenai sanksi atau hukuman yang dapat dijatuhkan kepada para pelanggar Hak

    Cipta sangatlah penting. Berikut ini adalah upaya hukum preventif yang sekiranya

    bisa didapatkan oleh Pencipta:

    a) Tercatatnya Ciptaan

    Meskipun Hak Cipta tidak wajib untuk didaftarkan karena memang lahir

    setelah terdapat bentuk nyata dari Ciptaan, namun alangkah lebih baiknya apabila

    Pencipta mencatatkan Ciptaan miliknya supaya apabila terjadi suatu hal yang tidak

    diharapkan untuk terjadi seperti adanya pelanggaran terhadap Ciptaan, Pencipta

    dapat menunjukan hak mutlaknya atas Ciptaan tersebut dengan bukti bahwa

    Ciptaan tersebut adalah miliknya dan sudah tercatat secara sah. Hal ini terdapat

    dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu

    pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam

    melakukan suatu kewajiban63.

    63 Agus Suyatno, Indonesia Segera Inventarisasi Karya Cipta Anak Bangsa, Pelita, Jakarta,

    2005, hlm 5.

  • 73

    Ciptaan yang tidak asli, masih berupa ide, atau bukan berupa ilmu

    pengetahuan, seni dan sastra atau merupakaan ciptaan yang sudah menjadi milik

    umum (public domain) tidak dapat didaftarkan. Ciptaan dapat dicatatkan dengan

    mengajukannya melalui Ditjen Kekayaan Hak Intelektual, atau melalui Kantor

    Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

    Sebelum melakukan pencatatan Ciptaan, dibutuhkan pembuatan

    Permohonan. Permohonan ini tidak semata-mata bisa dilakukan oleh siapapun, para

    pihak yang layak untuk mengajukan permohonan tertuang dalam Pasal 67 Undang-

    Undang Hak Cipta64.

    Cara untuk melakukan pencatatan ciptaan, dapat dilakukan melalui

    beberapa tahap, yaitu:

    1. Menuliskan Permohonan secara tertulis.

    Permohonan dituliskan dengan Bahasa Indonesia, dan yang berhak untuk

    menuliskannya adalah Pencipta, Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait,

    atau Kuasanya. Permohonan ini dituliskan kepada Menteri.

    2. Penyerahan contoh Ciptaan, produk Hak Terkait atau penggantinya.

    3. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan Ciptaan dan Hak Terkait.

    4. Tahap akhirnya adalah membayarkan biaya yang dibutuhkan.

    Namun, dengan adanya perkembangan teknologi, kini pendaftaran dapat

    dilakukan secara online. Hal ini memudahkan para Pencipta untuk mendaftarkan

    Ciptaan milik mereka. Lebih menghemat waktu, dan juga memotong biaya

    perjalanan untuk melakukan pendaftaran.

    64 Beberapa orang yang secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan atau produk Hak Terkait,

    Permohonan dilampiri keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut; atau b. badan hukum,

    Permohonan dilampiri salinan resmi akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh pejabat

    berwenang.

  • 74

    Untuk pendaftaran secara online dapat dilakukan melalui website khusus

    Ditjen HKI, yaitu https://e-hakcipta.dgip.go.id/

    Gambar 4.1 Tampilan website https://e-hakcipta.dgip.go.id/

    Berikut ini adalah langkah-langkah pencatatan hak cipta secara online65:

    1. Ketikan alamat website https://e-hakcipta.dgip.go.id/

    2. Pada bagian atas kanan, pilih “Masuk”, kemudian masukan email dan password

    sebagai pemilik akun.

    Untuk mengakses E-HakCipta, masyarakat perlu mendapatkan user account

    dan password dengan terlebih dahulu mendaftarkan alamat surat elektronik,

    mendaftarkan identitas dan mengirimkan Surat Pernyataan yang terisi ke alamat

    surat elektronik [email protected]. Surat Pernyataan atau Salinan

    Surat Permohonan E-Cipta dapat diunduh melalui link

    http://www.dgip.go.id/hakcipta/pemberitahuan-elektronik-hak-cipta.

    65 Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual, Buku Panduan E-Hak Cipta, Jakarta Selatan, 2015,

    hlm 5-10

    https://e-hakcipta.dgip.go.id/https://e-hakcipta.dgip.go.id/https://e-hakcipta.dgip.go.id/

  • 75

    3. Untuk memulai pendaftaran ciptaan, klik “Pencatatan Hak Cipta”.

    4. Untuk mengisi data permohonan, klik tombol “Tambah”. Selanjutnya akan

    muncul pop up isian data. Untuk kolom yang ditandai “*” wajib diisi Pemohon.

    5. Setelah data terisi lengkap, klik “Tambah”.

    Gambar 4.2 Tampilan data Pencipta Baru

    6. Selanjutnya, terdapat 6 kolom isian yang harus dilengkapi oleh Pengguna, yaitu:

    Data Pencipta, Data Pemegang Hak Cipta, Kuasa, Jenis dan Judul Ciptaan,

    Tanggal dan Tempat Diumumkan Pertama Kali, Lampiran. Jika data isian lebih

    dari 1(satu), klik “Tambah”.

    7. Untuk melakukan perubahan terhadap data yang sudah ditambahkan, klik

    “Update”. Untuk menghapus data yang sudah ditambahkan, klik “Hapus”.

    8. Kemudian, diperlukan verifikasi ulang untuk memastikan bahwa semua data

    sudah lengkap dan benar, karena begitu data tersimpan, maka tidak dapat diubah

    lagi. Jika semua data sudah lengkap dan benar, klik “Simpan”.

    9. Setelah Pengguna melakukan klik “Simpan”, akan muncul Kode Pembayaran

    yang dikirimkan ke email Pengguna.

  • 76

    10. Setelah biaya dibayarkan, maka data pemohon muncul di aplikasi Petugas

    Approval. Pengguna menunggu hasil pemeriksaan Petugas Approval Ditjen

    Kekayaan Intelektual.

    Dengan dilakukannya langkah-langkah tersebut diatas, maka selesailah tata cara

    pencatatan Ciptaan secara online.

    b) Implementasi Undang-Undang Hak Cipta Secara Efektif

    Undang-Undang Hak Cipta merupakan peraturan utama yang mengepalai

    segala peraturan tentang Hak Cipta yang ada dibawahnya. Oleh karena itu sangatlah

    penting bagi Undang-Undang Hak Cipta untuk selalu mengikuti perkembangan

    jaman guna menjadikan peraturan perihal Hak Cipta selalu sesuai dengan peristiwa-

    peristiwa yang terjadi di masyarakat.

    Peraturan-peraturan yang tertulis dalam Undang-Undang Hak Cipta juga

    harus dijelaskan sejelas-jelasnya supaya dapat dimengerti dengan sebenar-benarnya

    dan juga menghindari terjadinya kesalahan pemahaman atas isinya.

    Didalam Undang-Undang Hak Cipta, telah tertuang dalam Pasal 55

    mengenai aturan pelaksanaan untuk penutupan akses sampai pemblokiran sebagian

    atau seluruh konten yang melanggar Hak Cipta dan membuat layanan sistem

    elektronik tersebut menjadi tidak bisa diakses. Namun, masih banyak kecacatan

    didalamnya, karena sulitnya penegakan pengawasan yang maksimal karena begitu

    luasnya dunia maya.

    b. Upaya Hukum Represif

    Upaya hukum ini merupakan perlindungan akhir dalam menangani suatu

    permasalahan dapat berupa usaha untuk melakukan damai, namun bisa juga berupa

  • 77

    sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah

    terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

    Apabila terjadi suatu permasalahan atau sengketa perihal Hak Cipta,

    penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan melalui jalur non-pengadilan, yaitu

    alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase atau melalui jalur pengadilan.

    1. Jalur Non-Pengadilan

    Dalam Pasal 95 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

    Cipta, tertulis:

    “Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam bentuk

    Pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui

    keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian

    sengketa melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana.”

    Berdasarkan pasal tersebut maka diwajibkan apabila terjadi suatu sengketa

    Hak Cipta tidak bisa langsung dibawa ke jalur Peradilan. Harus ada upaya untuk

    menyelesaikan sengketa ini dengan jalur non-litigasi atau tanpa melalui

    persidangan. Proses penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi mempunyai

    kelebihan, dimana hasil kesepakatannya menghasilkan “win-win solution” dimana

    kerahasiaan para pihak terjaga, proses yang tidak rumit, serta berakhir dengan

    terjadinya hubungan antara para pihak tetap baik66. Dalam Pasal 1 angka 10

    Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, beberapa upaya

    penyelesaian sengketa diluar pengadilan dibedakan menjadi beberapa cara yaitu

    konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli67.

    a. Konsultasi

    66 Susanti Adi Nugroho, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT. Telaga Ilmu

    Indonesia, Jakarta, 2009, hlm 1. 67 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-dan-alternatif-penyelesaian-

    sengketa-di-luar-pengadilan diakses tanggal 20 Desember 2016

    http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-dan-alternatif-penyelesaian-sengketa-di-luar-pengadilanhttp://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52897351a003f/litigasi-dan-alternatif-penyelesaian-sengketa-di-luar-pengadilan

  • 78

    Merupakan tindakan dimana sorang konsultan menyampaikan pendapatnya

    kepada pihak yang meminta jasanya, sesuai dengan keperluan dan

    kebutuhan dari pihak yang memerlukan jasanya.

    b. Negosiasi

    Merupakan suatu upaya dimana para pihak melakukan upaya perdamaian

    dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan bersama, dengan harapan

    hubungan akan tetap menjadi harmonis.

    c. Mediasi

    Merupakan upaya penyelesaian dimana ada perundingan antar pihak yang

    bersengketa dengan dibantu oleh mediator.

    d. Konsiliasi

    Merupakan upaya penyelesaikan dimana kesepakatan antara para pihak

    akan diupayakan untuk dilakukan sampai menemukan solusi yang dapat

    diterima oleh masing-masing pihak dengan konsiliator sebagai pihak

    penengah.

    e. Penilaian ahli68

    Merupakan upaya penyelesaian dimana pendapat ahli dipergunakan sesuai

    dengan bidang keahliannya

    Selain itu, terdapat upaya arbitrase sebagai cara untuk menyelesaikan

    sengketa. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar

    68 Hendra Frans Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 6-7.

  • 79

    peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

    tertulis oleh para pihak yang bersengketa69.

    Penyelesaian melalui arbitrase memiliki beberapa keunggulan dibandingan

    penyelesaian melalui jalur pengadilan. Salah satunya adalah adanya jaminan akan

    adanya kerahasiaan (confidentialy)70 atau dikenal juga sebagai the right to privacy.

    Hal ini dikarenakan oleh proses arbitrase yang tertutup sehingga putusannya pun

    tidak akan dipublikasikan, berbeda dengan pengadilan. Prosesnya juga lebih cepat,

    dan yang terbaik dari semuanya adalah putusan yang bersifat final sehingga tidak

    lagi bisa mengajukan upaya hukum lain.

    Dengan keterangan-keterangan tersebut yang telah disebutkan,

    penyelesaian sengketa perihal Hak Cipta melalui jalur non-peradilan dapat

    diselesaikan melalui proses arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa berupa

    konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

    2. Jalur Pengadilan

    Upaya penyelesaian melalui pengadilan adalah pilihan terakhir apabila

    melalui jalur non-pengadilan tidak berhasil. Jalur pengadilan bisa dilakukan melalui

    2 (dua) cara, yaitu secara gugatan perdata atau tuntutan pidana.

    69 http://www.hukumonline.com/talks/baca/lt54c06922d0403/arbitrase-sebagai-salah-satu-

    alternatif-penyelesaian-sengketa-diluar-pengadilan-angkatan-keempat diakses tanggal 20 Desember

    2016 70 Normin Pakpahan, Naskah Akademis RUU Tentang Arbitrase, ELIP, Jakarta, 2003, hlm 3.

    http://www.hukumonline.com/talks/baca/lt54c06922d0403/arbitrase-sebagai-salah-satu-alternatif-penyelesaian-sengketa-diluar-pengadilan-angkatan-keempathttp://www.hukumonline.com/talks/baca/lt54c06922d0403/arbitrase-sebagai-salah-satu-alternatif-penyelesaian-sengketa-diluar-pengadilan-angkatan-keempat

  • 80

    1. Melalui Gugatan Perdata

    Pada gugatan perdata71, sesuai dengan yang tertulis dalam Undang-Undang

    Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta tertuang dalam Pasal 96, 97, 98 dan 99.

    Pengadilan yang berwenang untuk menangani sengketa ini adalah Pengadilan

    Niaga. Gugatan pertama diajukan kepada ketua pengadilan niaga yang kemudian

    oleh Panitera Pengadilan Niaga akan dicatat dalam register perkara pengadilan

    sesuai dengan tanggal gugatan didaftarkan. Panitera Pengadilan Niaga akan

    menyampaikan permohonan gugatan kepada ketua Pengadilan Niaga dalam waktu

    paling lama 2 (hari) sejak gugatan didaftarkan. Kemudian dalam waktu paling lama

    3 (hari) pengadilan akan menetapkan hari sidang.

    Gugatan yang diajukan biasanya dilakukan oleh para pihak yang merasa

    dirugikan seperti Pencipta atau pemegang Hak Cipta dan/atau pemegang Hak

    Terkait. Dalam hal ini terjadi kerugian dalam hak ekonomi sehingga pihak yang

    dirugikan berhak untuk mendapatkan ganti rugi.

    2. Melalui Tuntutan Pidana

    Hukuman atau sanksi yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan/atau

    pidana denda. Dalam kasus perihal pelanggaran terhadap tindakan

    pengkomunikasian terdapat dalam Pasal 113 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang

    Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta:

    “(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin

    Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak

    ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

    huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara

    Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)

    tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00

    (satu miliar rupiah).

    71 http://business-law.binus.ac.id/2015/04/09/upaya-upaya-hukum-pencipta-menghadapi-pelanggaran-hak-cipa/ diakses tanggal 19 Januari 2016

    http://business-law.binus.ac.id/2015/04/09/upaya-upaya-hukum-pencipta-menghadapi-pelanggaran-hak-cipa/http://business-law.binus.ac.id/2015/04/09/upaya-upaya-hukum-pencipta-menghadapi-pelanggaran-hak-cipa/

  • 81

    (4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud

    pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau

    pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar

    rupiah).”

    Para pelanggar yang memenuhi unsur-unsur dalam pasal tersebut diatas atas

    tindakan pelanggaran yang dilakukannya layak untuk dihukum dengan demikian.

    Tetapi penulis menemukan suatu masalah, dimana sanksi dan hukuman

    yang dijatuhkan tentu saja memerlukan barang bukti saat pengajuan gugatan.

    Dalam kasus tindakan pengkomunikasian dengan melakukan penyiaran kembali

    secara langsung (real streaming) berbeda dengan tindakan pengkomunikasian biasa

    yang masih memiliki bukti adanya file yang tersimpan dalam komputer maupun

    gadget atau alat elektronik yang digunakan sebagai sarana melakukan atau

    menampilkan pelanggaran sehingga bisa dijadikan barang bukti. Dalam kasus real

    streaming barang bukti berupa file terhapus secara otomatis setelah proses

    penyiaran berakhir sehingga sulit sekali untuk mendapatkan barang bukti apabila

    pelanggaran yang terjadi luput dari pengawasan Menteri. Oleh sebab itu, peraturan

    dalam Undang-Undang Hak Cipta perlu memberikan kejelasan apakah kasus

    seperti ini, dimana barang bukti tidak dapat diberikan tetap sesuai dengan peraturan

    yang sedang berlaku. Karena hal ini tentu saja merugikan Pencipta.

    Jadi, dengan keterangan-keterangan diatas menunjukan bahwa upaya

    hukum represif yang bisa didapatkan dan dilakukan oleh Pencipta atau Pemegang

    Hak Cipta.

  • 82

    2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

    dan Transaksi Elektronik

    Berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 memiliki tujuan untuk

    terus menjaga, memelihara, dan memperkukuh kondisi negara demi kepentingan

    nasional terhadap penggunaan, pemanfaatan, serta perkembangan Teknologi

    Informasi.

    Saat ini segala macam bentuk interaksi antar sesama manusia tidak hanya

    terjadi melalui pertemuan secara langsung tapi juga melalui dunia cyber atau dunia

    maya. Melalui dunia maya kini bisa dilakukan segala macam kegiatan yang

    sebelumnya hanya bisa dilakukan secara langsung, misalkan transaksi elektronik,

    atau hiburan-hiburan.

    Undang-Undang ini mengatur segala sesuatu hal yang berkaitan dengan

    Informasi dan Transaksi Elektronik yang berhubungan dengan Indonesia, ataupun

    berada dalam wilayah hukum Indonesia atau meskipun berada dalam wilayah

    hukum Indoneisa apabila merugikan kepentingan Indonesia, Undang-Undang ini

    berlaku atas segala kejadiannya.

    Dalam masa kini, pengaturan perihal Hak Cipta perlu melebarkan sayapnya

    sampai kepada dunia maya. Karena dewasa kini, didalam dunia maya sendiri

    terdapat banyak kegiatan yang berhubungan dengan Ciptaan yang tersebar melalui

    media-media sosial atau media internet yang merupakan bagian dari dunia maya.

    Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap Hak Cipta.

    Jenis hal yang dilidungi dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

    ini adalah Dokumen Elektronik72. Ternyata dalam dokumen elektronik, beberapa

    72 Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,

    diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang

  • 83

    jenisnya merupakan ciptaan yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta.

    Namun, sangat disayangan pengaturan perihal Hak Cipta dalam Undang-Undang

    tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini belum lengkap dan tidak diatur

    secara spesifik.

    Upaya perlindungan hukum preventif yang diberikan oleh Undang-Undang

    ini tertuang dalam Pasal 25, yang berisi:

    “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun

    menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang

    ada didalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual

    berdasaran ketentuan Peraturan Perundang-undangan”

    Tentu saja yang dimaksud dengan Peraturan Perundang-undangan dalam

    pasal diatas adalah Undang-Undang Hak Cipta. Dalam kasus tindakan

    pengkomunikasian dengan melakukan penyiaran kembali karya sinematografi

    secara langsung (real streaming) melalui media sosial maupun media internet tentu

    berhubungan erat dengan Undang-Undang ini.

    Terdapat kesulitan dalam menangani kasus pelanggaran yang terjadi atas

    tindakan real streaming. Memang tertulis dalam pasal 55 dan pasal 56 Undang-

    Undang Hak Cipta, dimana Menteri memiliki hak dan wewenang untuk menutup

    sebagian atau seluruh konten yang melanggar Hak Cipta dan juga dapat

    menghilangkan hak akses pengguna yang melakukan pelanggaran. Tindakan

    penutupan konten dan penghapusan hak akses pengguna memang merupakan upaya

    preventif untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang lebih jauh lagi. Tapi

    bagaimana apabila pembuat blog maupun akun pengguna bisa dibuat kembali

    dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk

    tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,

    angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh

    orang yang mampu memahaminya. Pasal 1 Angka (4) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008

    Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

  • 84

    dengan mudah tanpa menghabiskan banyak waktu dan tidak memerlukan syarat-

    syarat yang sulit untuk dipenuhi.

    Hal inilah yang masih kurang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan

    Transaksi Elektronik, dan juga kurangnya perhatian dari Pemerintah perihal

    permasalahan ini sehingga perlindungan pencegahan atau upaya preventif

    terjadinya pelanggaran terhadap Hak Cipta didalam Undang-Undang ini masih

    minim. Contoh nyatanya adalah aplikasi “Bigolive”. Menkominfo memang sudah

    melakukan tindakan pemblokiran terhadap aplikasi media sosial ini, namun

    ternyata alasan yang diberikan hanyalah karena dalam aplikasi Bigolive, para

    pengguna seringkali melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai

    tindakan pornografi73. Jadi, alasan diblokir sebagian aplikasi Bigolive ini bukan

    sebagai bentuk pencegahan terjadinya pelanggaran terhadap Hak Cipta. Oleh

    karena itu, tindakan preventif yang diterapkan Menkominfo belum efektif untuk

    mencegah terjadinya kembali pelanggaran Hak Cipta.

    Perihal upaya hukum represif, sesuai dengan yang tertulis dalam Pasal 25

    Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik lebih mengarahkan perihal

    hukuman atau sanksi dan peraturan mengenai Hak Cipta kepada peraturan Undang-

    Undang Hak Cipta sendiri.

    Sebenarnya dalam Undang-Undang ini sendiri mengatur mengenai

    perbuatan yang dilarang. Dengan melihat contoh kasus terjadinya pelanggaran

    terhadap karya sinematografi yang disiarkan kembali melalui salah satu aplikasi

    media sosial “Bigolive”, pelaku dijatuhi hukuman berdasarkan Undang-Undang

    Hak Cipta dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

    73 https://inet.detik.com/read/2016/12/14/114616/3370769/399/bigo-live-diblokir-ini-penjelasan-

    menkominfo diakses tanggal 17 Desember 2016

    https://inet.detik.com/read/2016/12/14/114616/3370769/399/bigo-live-diblokir-ini-penjelasan-menkominfohttps://inet.detik.com/read/2016/12/14/114616/3370769/399/bigo-live-diblokir-ini-penjelasan-menkominfo

  • 85

    Dalam kasus ini pelanggar Hak Cipta atas karya sinematografi ini diancam

    dengan Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2)74 jo. Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2)75 Undang-

    Undang nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

    Sumber: tekno kompas.com

    Pelaku tersebut melakukan tindakan pelanggaran terhadap Hak Cipta atas

    karya sinematografi dengan melakukan penyiaran secara langsung dari gedung

    bioskop dalam aplikasi media sosial “Bigolive”.

    Meskipun dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik telah

    terdapat sanksi pidana penjara dan/atau sanksi pidana denda, sama seperti peraturan

    yang ada dalam Undang-Undang Hak Cipta, kegiatan penyiaran secara real

    74 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak

    Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

    (2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dipidana

    dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak

    Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Pasal 48 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 11

    Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 75 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun

    mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,

    menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau

    milik publik.

    (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun

    memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem

    Elektronik Orang lain yang tidak berhak. Pasal 32 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 11

    Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

  • 86

    streaming ini berbeda. Pengguna media sosial maupun media internet tidak akan

    terjerat hukuman apabila tidak ada pihak lain yang mengetahui tentang pelanggaran

    terhadap Hak Cipta khususnya karya sinematografi. Dan tentu saja hal ini bisa

    menyebabkan kerugian terhadap Pencipta.

    Unsur perbuatan yang diatur dalam Undang-Undang ITE kurang

    melengkapi perbuatan yang terjadi, yaitu setelah mentransfer dan membuat bisa

    dilihatnya dokumen elektronik merupakan perbuatan dengan bukti nyata yang akan

    bisa terlihat. Dalam kejadian real streaming siaran yang dilakukan secara langsung

    setelah berakhir akan langsung terhapus. Hal ini tidak menutup kemungkinan

    adanya pihak-pihak secara sengaja melakukan pelanggaran terhadap Hak Cipta

    namun tidak terdeteksi.

    Selain itu bagi pelanggar yang melakukannya melalui blog pribadi di media

    internet tidak mencantumkan identitasnya dengan benar dan jujur. Sehingga sulit

    sekali untuk menemukan pelaku pelanggaran yang asli.

    Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik belum mengatur

    tentang tindakan pelanggaran terhadap tindakan pengkomunikasian dengan

    menyiarkan secara langsung (real streaming) di media sosial atau media internet,

    sehingga hukuman yang diterima entah hukuman menurut Undang-Undang Hak

    Cipta maupun Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik menjadi kurang

    tepat.

    Pelanggaran nyata yang terjadi dalam masyarakat mengenai pelanggaran

    terhadap karya sinematografi atas tindakan pengkomunikasian dengan melakukan

    penyiaran kembali secara langsung terjadi dalam media sosial Bigolive terhadap

    film Indonesia yang terkenal yaitu “Warkop DKI”. Pelanggar dianggap melanggar

  • 87

    Undang-Undang Hak Cipta (tuntutan pidana pada pasal 113) dan Undang-Undang

    Informasi dan Transaksi Elektronik (tuntutan pidana pada pasal 48.

    Kedua Undang-Undang ini memiliki bobot hukuman yang berbeda dimana

    hukuman denda yang diberikan oleh Undang-Undang Informasi dan Transaksi

    Elektronik lebih besar biayanya dibandingkan yang diberikan oleh Undang-Undang

    Hak Cipta, yang masih membingungkan adalah Undang-Undang mana yang lebih

    tepat untuk dijatuhkan kepada pelanggar berdasarkan pelanggaran yang diperbuat

    olehnya.

    Setelah melakukan analisis dengan memperhatikan berdasarkan butir-butir

    dari masing-masing Undang-Undang, hukuman yang diberikan dalam Undang-

    Undang Hak Cipta dianggap lebih tepat dalam menyelesaikan sengketa ini. Hal ini

    dikarenakan unsur-unsur pelanggaran lebih memenuhi unsur-unsur yang ada dalam

    Undang-Undang Hak Cipta dibandingkan dengan Undang-Undang Informasi dan

    Transaksi Elektronik.

    Berdasarkan fenomena yang memang terjadi di kalangan masyarakat,

    diharapkan Pencipta dapat melindungi hak milikya. Untuk mempertahankan hak

    miliknya, pemegang Hak Cipta khususnya atas karya sinematografi tentu saja dapat

    melakukan tindakan untuk membela hak miliknya. Dari 2 (dua) upaya hukum yang

    sudah disediakan diharapkan dapat melindungi Pencipta dan Ciptaan.

    Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada

    masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mengenai Hak Kekayaan Intelektual

    khususnya Hak Cipta, serta diperbaharuinya isi peraturan didalamnya supaya

    mengikuti perkembangan jaman. Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi

  • 88

    sendiri diharapkan untuk mencatatkan Ciptaannya supaya dapat menunjukan hak

    mutlak atas Ciptaan miliknya.

    Upaya perlindungan hukum yang dapat dilakukan dalam menghadapi

    masalah Hak Cipta yang sudah terjadi bisa melalui jalur damai penyelesaian

    sengketa, arbitrase, maupun jalur pengadilan. Dengan adanya perlindungan berupa

    hukuman, serta sanksi yang telah disediakan dalam Undang-Undang Hak Cipta dan

    Undang-Undang Teknologi dan Transaksi Elektronik yang diberlakukan bagi para

    pelanggar diharapkan pelanggaran khususnya terhadap tindakan pengkomunkasian

    dalam bentuk penyiaran kembali secara langsung (real streaming) atas suatu karya

    sinematografi yang banyak dilakukan melalui media sosial dan media internet dapat

    menguranngi, bahkan menghilangkan niat dan keinginan seseorang untuk

    melakukan pelanggaran ini.