bab iv metode pelaksanaan konstruksi

76
LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT GRHA KEDOYA DI PT TOTAL BANGUN PERSADA, Tbk BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI A. Pendahuluan Bangunan merupakan suatu bentuk lingkungan yang dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari yang memiliki fungsi sebagai tempat istirahat , rekreasi, berkumpul, bekerja dan beraktifitas sehari –hari. Untuk itu diperlukan metoda pelaksanaan yang baik untuk membuat bangunan tersebut, yaitu metoda pelaksanan yang diintegrasi dengan aplikasi teknologi dan rekayasa yang disesuaikan kondisi lingkungan proyek. Bangunan memiliki klasifikasi sebagai berikut ; bangunan struktur rendah, bangunan srtuktur sedang dan bangunan struktur tinggi dapat dibedakan dari luas bangunan, besar bangunan, ketinggian bangunan, sistem struktur dan fasilitas utilitasnya. 1) Bangunan Bertingkat Rendah (BBR) Bangunan bertingkat rendah adalah, bangunan yang terdiri dari satu sampai dengan lima lantai. BBR umumnya memiliki sistem struktur yang masih sederhana, tidak menggunakan alat transportasi vertikal, kecuali tangga sebagai alat penghubung antar lantai. BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Upload: rhinosadisons

Post on 22-Jun-2015

947 views

Category:

Documents


133 download

DESCRIPTION

ghxfj

TRANSCRIPT

Page 1: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

BAB IV

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

A. Pendahuluan

Bangunan merupakan suatu bentuk lingkungan yang dibuat oleh manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari yang memiliki fungsi sebagai

tempat istirahat , rekreasi, berkumpul, bekerja dan beraktifitas sehari –hari. Untuk

itu diperlukan metoda pelaksanaan yang baik untuk membuat bangunan tersebut,

yaitu metoda pelaksanan yang diintegrasi dengan aplikasi teknologi dan rekayasa

yang disesuaikan kondisi lingkungan proyek.

Bangunan memiliki klasifikasi sebagai berikut ; bangunan struktur rendah,

bangunan srtuktur sedang dan bangunan struktur tinggi dapat dibedakan dari luas

bangunan, besar bangunan, ketinggian bangunan, sistem struktur dan fasilitas

utilitasnya.

1) Bangunan Bertingkat Rendah (BBR)

Bangunan bertingkat rendah adalah, bangunan yang terdiri dari satu sampai

dengan lima lantai. BBR umumnya memiliki sistem struktur yang masih

sederhana, tidak menggunakan alat transportasi vertikal, kecuali tangga sebagai

alat penghubung antar lantai.

2) Bangunan Bertingkat Sedang (BBS)

Bangunan bertingkat sedang adalah banguann yang terdiri dari lima sampai

sepuluh lantai. BBS menggunakan alat transportasi vertikal dan sistem pemadam

kebakaran aktif (sprinkler).

3) Bangunan Bertingkat Tinggi (BBT)

Bangunan bertingkat tinggi adalah bangunan yang memiliki jumlah dari

sepuluh lantai, menggunakan sistem struktur yang beraneka ragam, seperti

struktur rangka dipadukan dengan sistem struktur lain. BBT Menggunakan sistem

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 2: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

utilitas yang lengkap seperti transportasi vertikal, alat pemadam kebakaran dengan

sistem sprinkler, alat pembersih bangunan gondola dan lainnya.

Dalam kegiatan pembangunan proyek bangunan bertingkat diperlukan

tahapan perancangan desain yang matang, metode pelaksananaan yang benar dan

sesuai prosedur serta pengawasan yang optimal sehingga memperoleh hasil yang

baik, tepat pada waktunya dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Metode Pelaksaanan konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan

pelaksanaan konstruksi yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai

dengan pengetahuan atau standar yang telah diuji cobakan. Cara atau metoda

tersebut tidak terlepas dari penggunaan teknologi sebagai pendukung dan

mempercepat proses pembuatan suatu bangunan, agar kegiatan pembangunan

dapat berjalan sebagai mana mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan lebih

ekonomis dalam biaya pemakain bahan.

Dengan kata lain metode pelaksanaan konstruksi adalah suatu metode atau

cara pelaksanaan pekerjaan pada proyek konstruksi dimana perencana (design

plan) dan pelaksana (actuating) memegang kendali dalam berjalannya suatu

proyek konstruksi dari perencanaan awal proyek sampai pekerjaan proyek selesai.

Dalam proyek gedung bertingkat perlu diperhatikan dalam rangka

penyusunan metode pelaksanaan yaitu :

1) Urutan pekerjaan

Urutan pelaksanaan pekerjaan harus disusun dan dilaksanakan dengan baik

dan sesuai prosedur pelaksanaan pekerjaan. Kemudian urutan pekerjaan yang

tidak dijalankan dengan benar akan menimbulkan berbagai masalah yang dapat

berdampak pada tidak tercapainya sasaran efisiensi dan efektivitas .

2) Jenis pekerjaan

Dengan berbagai jenis pekerjaan, seorang engineer harus memiliki

kemampuan menyusun work breakdown srtructures dengan baik dan terencana.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 3: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

3) Kegiatan pengangkutan vertikal

Angkutan vertikal ini merupakan jantungnya kegiatan proyek gedung

bertingkat dan sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran pelaksanaan. Oleh

karena itu sistem angkutan vertikal ini harus direncanakan sebaik – baiknya, baik

untuk angkutan tenaga kerja maupun angkutan material dan diperlukan juga

penggunaan peralatan yang semakin canggih seperti tower crane, climbing crane,

passanger hoist dan lain sebagainya.

4) Keselamatan kerja

Safety plan sangat diperlukan untuk menjaga keselamatan orang yang

bekerja dan orang yang mungkin berada disekitar tempat bangunan serta terhadap

keamanan bangunan itu sendiri selama proses pelaksanaan pekerjaan.

5) Lokasi (site plan)

Untuk menjamin kelancaran proses pekerjaan diperlukan perencanaan (site

plan) yang baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan dimana meletakkan jalan

kerja, gudang fabrikasi, perkantoran dan lain sebagainya. Dengan perencanaan

site plan yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja yang maksimal.

6) Air tanah

Kondisi air tanah akan berpengaruh pada proses pelaksanaan pekerjaan,

seperti galian pondasi dan pekerjaan basement.

Dalam suatu proyek diperlukan tim yang solid, karena pada tahapan

pelaksanaan pekerjaan membutuhkan persiapan matang dari rencana kerja dan

teknis pekerjaan yang didukung oleh tenaga pelaksana professional mulai dari

Project Manager, Site Manager, Architecture, Engineer dan Tenaga ahli

professional lainnya.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 4: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Dalam proyek pembangunan Rumah Sakit Grha Kedoya, kontraktor utama

yaitu PT Total Bangun Persada, Tbk selalu mengadakan rapat koordinasi yang

dilakukan disetiap minggunya dengan agenda rapat yaitu membahas kemajuan

proyek (progress) pekerjaan di lapangan, masalah-masalah dan solusinya

menyangkut pelaksanaan di lapangan, realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah

dicapai dibandingkan dengan time schedule yang telah direncanakan, masalah

administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak dan sasaran yang

akan dicapai untuk jangka waktu ke depan. Dalam rapat koordinasi tersebut

dihadiri oleh :

Konsultan proyek

Koordinator dan para pelaksana

Pihak pemilik (owner)

Pihak perencana / arsitek

Sub kontraktor

Bagan construction method untuk bangunan gedung dengan struktur beton

ditunjukkan pada gambar berikut ini

Gambar 4.1 Bagan metode pelaksanaan strukur gedung bertingkat

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Persiapan

Dewatering

Struktur Bawah

Struktur Atas

Finishing

Page 5: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.2 Bagan pekerjaan persiapan

Gambar 4.3 Bagan pekerjaan dewatering

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Persiapan

Access road

Site Plan

Pengukuran

Dewatering

Open Pumping

Pre Drainage

Cut Off

Page 6: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.4 Bagan pekerjaan struktur bawah

Gambar 4.5 Bagan pekerjaan struktur atas

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Struktur Bawah

Fondasi Dalam

Galian Basement

Struktur Basement

Ground beam

Struktur Atas

Kolom/Balok/Slab

Shear/Core Wall

Lift Slab

Page 7: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.6 Bagan pekerjaan finishing

Dalam bab ini, pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah

tentang pekerjaan yang dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di

proyek pembangunan proyek pembangunan Rumah Sakit Grha Kedoya, dengan

pelaksanaan pekerjaan antara lain :

Pekerjaan sumur resapan

Pekerjaan struktur beton kolom, balok, pelat

B. Peralatan

Suatu proyek akan berjalan dengan lancar apabila peralatan konstruksi

memadai dan berfungsi dengan baik. Peralatan dan material untuk menunjang

proyek konstruksi diantaranya alat-alat berat, alat –alat survey, material, alat –alat

fabrikasi, kendali mutu. Untuk itu diperlukan sistem pemeliharaan dan

manajemen yang baik untuk mengelola peralatan konstruksi agar dapat berfungsi

dengan baik .

Pada Proyek Rumah Sakit Grha Kedoya sebagain besar peralatan dimiliki

oleh kontraktor sendiri tapi ada juga peralatan alat-alat berat yang menggunakan

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Finishing

Bagian Luar

Bagian Dalam

Page 8: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

alat berat sewa, karena biaya akan lebih murah. Berikut ini akan diuraikan

peralatan konstruksi dalam proyek Rumah Sakit Grha Kedoya.

1. Alat – alat Berat

a. Backhoe

Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah

khususnya galian. Backhoe terdiri dari enam bagian utama, yaitu struktur atas

yang dapat berputar, boom, lengan (arm), bucket, slewing ring, dan struktur

bawah. Backhoe bekerja dengan cara menggerakkan bucket kearah bawah dan

kemudian menariknya menuju badan alat. Pemilihan kapasitas bucket backhoe

harus sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Backhoe termasuk dalam jenis

kendaraan excavator, karena badannya dapat berputar 360o (gerakan slewing ring).

Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan

penggalian dengan lebih cepat dan lebih efisien. Pengoprasian backhoe umumnya

untuk penggalian saluran, terowongan, atau basement. Pada proyek ini digunakan

backhoe yang menggunakan bahan bakar solar.

Gambar 4.7 Backhoe

b. Tower Crane

Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material

secara vertical dan horizontal kesuatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang

terbatas. Pengakutan tersebut meliputi pengakutan bahan material untuk pekerjaan

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 9: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor dan material lainnya. Penempatan

tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi

bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang.

Jenis – jenis tower crane ;

Free Standing Crane

Rail Mounted Crane

Tied in Crane

Climbing Crane

Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban

maksimal yang mampu diangkatnya. Operator TC harus siap untuk

mengakomodasi perintah pengangkutan dari engineer atau pengawas di daerah

jangkauannya.

Gambar 4.8 Bagian - bagian

Tower Crane

Bagian dari crane adalah mast atau tiang utama, jib dan counter jib,

counterweight, trolley dan tie ropes. Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri

diatas base atau dasar. Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 10: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

ditentukan berdasarkan jangkauan yang diinginkan. Counter jib adalah tiang

penyeimbang. Pada counter jib dipasangkan counterweight sebagai penyeimbang

beban. Trolley merupakan alat yang bergerak sepanjang jib yang digunakan untuk

memindahkan material secara horizontal dan pada trolley tersebut dipasang hook

atau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal untuk mengangkat material. Tie

ropes adalah kawat yang berfungsi untuk menahan jib supaya tetap dalam kondisi

lurus 90o terhadap tiang utama. Pada bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat

ruang operator dan dibawah ruang tersebut terdapat slewing ring yang berfungsi

untuk memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing device yang merupakan alat

untuk menambah ketinggian crane.

Lengan pada crane yang disebut sebagai jib terdiri dari dua macam yaitu

saddle jib dan lufting jib. Saddle jib adalah lengan yang mendatar dengan sudut

90o terhadap mast atau tiang tower crane. Jib jenis ini dapat bergerak 360o. Saddle

jib terdiri dari dua bagian yaitu jib panjang yang berfungsi untuk pengangkatan

material dan jib pendek berfungsi untuk penyeimbnag (counter jib).

Sedangkan luffing jib mempunyai kelebihan dibandingkan dengan saddle

jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur lebih dari 90o. Dengan

kelebihan ini maka hambatan pada saat lengan berputar dapat dihindari. Dengan

demikian pergerakan tower dengan luffing jib lebih bebas dibandingkan dengan

alat yang menggunakan saddle jib. Jib jenis ini juga dapat bergerak 360o terhadap

tiangnya.

Gambar 4.9 Tower Crane

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 11: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Pada proyek Rumah Sakit Grha Kedoya digunakan tower crane jenis

“Free Standing Crane”, yaitu crane yang berdiri diatas pondasi yang khusus

dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar

maka digunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. Syarat pondasi crane

adalah pondasi tersebut harus mampu menhan momen akibat angin dan ayunan

beban, berat crane dan berat material yang diangkat. Free standing crane dapat

berdiri sampai dnegan ketinggian 100 m. Tiang utama (mast) diletakkan diatas

dasar (footing block) dengan diberi ballast sebagai penyeimbang (counterweight).

Ballast ini terbuat dari beton atau baja.

c. Concrete Mixer Truck

Concrete truck mixer selain mempunyai kemampuan untuk mengaduk

beton juga mempunyai kelebihan karena dapat mengangkut beton hasil

pengadukan yang diinginkan. Metode kerja alat ini adalah pertama dengan

memasukkan agregat, semen dan bahan aditif yang telah tercampur dari batching

plant kedalam drum yang terletak diatas truk. Air ditambahkan pada saat

pengadukan akan dimulai.

Concrete truck mixer juga dapat digunakan sebagai agitator truck yang

mengangkut hasil adukan dari mixing plant ke proyek. Beton yang diangkut

sebagai beton plastis. Sebagai agitator, alat ini memiliki kapasitas yang lebih besar

(berkisar 3 kali lebih besar) dibandingkan jika alat berfungsi sebagai mixer.

Kapasitas mixer berkisar antara 2,5 m3 sampai lebih dari 7 m3. Alat ini digunakan

untuk pengecoran balok dan plat lantai.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 12: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.10 Concrete Mixer Truck

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan beton. Yang

pertama adalah segregasi. Segregasi dapat terjadi pada saat pengangkuatan beton

plastis. Untuk menghindari segregasi maka tinggi jatuh beton pada saat

dikeluarkan dari atau dimasukkan keadalam drum mixer (bucket) harus lebih kecil

dari 1,5 m. Faktor lainnya yaitu jarak tempuh pengangkutan.

d. Dump Truck

Dump Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk

memindahkan atau membuang suatu material hasil galian dari lokasi proyek ke

lokasi proyek yang telah ditetapkan. Truk sangat efisien untuk pengangkutan jarak

jauh. Pada saat membawa material hasil galian, bagian belakang dump truck

ditutup dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan

debunya tidak menggangu pengguna jalan lain.

Truk tidak hanya digunakan untuk pengangkutan tanah tetapi juga

material-material lain. Untuk pengangkutan material tertentu, ada beberapa faktor

yang harus diperhatikan, yaitu :

1) Untuk batuan , dasar bak dialasi papan kayu agar tidak mudah rusak,

2) Untuk aspal, bak dilapisi oleh solar agar aspal tidak menempel pada pada

permukaan bak. Agar aspal tidak cepat dingin tutup bagian atas dengan

terpal.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 13: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

3) Untuk material lengket seperti lempung basah, pilih bak bersudut bulat.

Gambar 4.11 Dump Truck

e. Bulldozer

Pada dasarnya bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai

penggerak utama. Kita menyebutnya bulldozer, oleh karena biasanya traktor

dilengkapi dengan dozer attachment, dalam hal ini attachment nya adalah blade

(pisau) dibagian depannya. Pisau berfungsi untuk mendorong atau memotong

material yang ada didepannya. Bulldozer, sebenarnya adalah nama jenis dozer,

yang mempunyai kemampuan mendorong kemuka/kedepan.

Gambar 4.12 Bulldozer

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 14: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Pada proyek - proyek konstruksi, terutama proyek yang ada hubungannya dengan

pemindahan tanah, bulldozer digunakan pada pelaksanaan pekerjaan seperti

berikut :

Pembersihan medan dari kayu-kayuan, pepohonan dan batu – batuan

Pembukaan jalan kerja

Memindahkan tanah yang jauhnya 300 feet, atau + 90 m.

Membatu mengisi material pada scrapper.

Menghampar tanah isian/urugan (fills)

Menimbun kembali trencher

Pembersihan sites/medan

Membersihkan quarry

f. Tandem Roller

Tandem roller digunakan untuk penggilasan akhir, artinya fungsi alat ini

adalah untuk meratakan permukaan tanah. Tandem roller tidak dipakai untuk

permukaan batuan keras dan tajam karena dapat merusak roda. Ada dua model

tandem roller, yaitu two axle tandem roller dan three axle tandem roller. Model

yang pertama mempunyai berat berkisar 8 -14 ton. Ballast yang dipaki biasanya

cairan. Sedangkan three axle tandem roller berfungsi untuk menmbah kepadatan.

Biasanya three axle tandem roller dipakai pada proyek lapangan terbang.

Gambar 4.13 Tandem Roller

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 15: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

g. Alat pemancang tiang

Ada beberapa jenis alat pemancang tiang yang umum digunakan dalam

proyek konstruksi. Palu atau hammer yang berfungsi sebgai lat tiang pancang

tersebut adalah :

Drop Hammer

Diesel Hammer (pemancang diesel)

Hydraulic Hammer (pemancangan hidrolis)

Vibratory pile driver (pemancangan dengan getaran)

Dalam proyek Rumah Sakit Grha Kedoya digunakan alat pemancang tiang

yaitu “Drop Hammer”. Drop hammer merupakan palu berat yang diletakkan pada

kertinggian tertentu diats tiang. Palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh

mengenai bagian atas tiang yaitu kepala tiang.

Gambar 4.14 Drop Hammer

Untuk menghindari tiang menjadi rusak akibat tumbukan, maka pada kepala

tiang dipasangkan semacam topi atau cap sebgai penambahan energi atau shock

absorber. Biasanaya cap dibuat dari kayu. Palu dijatuhkan sepanjang alurnya.

Pada bagian atas palu terdapat kabel yang berfungsi untuk menahan supaya palu

tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu berkisar antara 250 kg sampai 1500 kg.

tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 sampai 7 meter yang bergantung dari jenis

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 16: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

bahan dasar pondasi. Jika diperlukan energi yang besar untuk memencang tiang

pondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang berat dengan tinggi jatuh yang

lebih kecil daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi jatuh yang lebih besar.

Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya

palu permenit (blow per minute) dibatasi pada empat sampai delapan kali. Jika

jumlah tiang yang akan dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini

efisien untuk digunakan.

Keuntungan dari alat ini adalah :

a) Investasi yang rendah

b) Mudah dalam pengoprasian

c) Mudah dalam mengatur energy perblow dengan mengatur tinggi jatuh

Akan tetapi alat ini pun memiliki beberapa kekurangan. Kekurangannya dari alat

ini adalah :

a) Kecepatan pemancangannya kecil

b) Kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar

c) Kemungkinan rusaknya bangunan disekitar lokasi akibat getaran pada

permukaan tanah

d) Tidak dapat digunakan untuk pekerjaan dibawah air.

2. Alat – alat Survey

a. Theodolith

Theodolith adalah alat untuk mengukur dua buah sudut vertikal dan

horisontal. Theodolite merupakan alat utama dalam survei dan pekerjaan teknis,

terutama pada pekerjaan pengukuran tanah.

Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as

bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat

tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan

elevasi tanah galian timbunan.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 17: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.15 Konstruksi Theodolith

Cara pengukuran adalah yaitu menetapkan salah satu titik sebagai acuan,

pengoperasionannya adalah dengan mengatur nivo bulat, nivo tabung dan

teropong sentries dan unting-unting di bawah theodolith. Setelah itu, menembak

titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi.

Gambar 4.16 Penentuan titik as

untuk dinding bata menggunakan Theodolith

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 18: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

b. Waterpass

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi / peil lantai,

balok, lain – lain yang membutuhkan elevasi. Alat ini sangat berguna untuk

mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat

datar. Selain itu, waterpass juga dapat digunakan untuk pengecekan bekisting

pada kolom.

Gambar 4.17 Waterpass

Waterpass biasanya digunakan untuk pengukuran sifat datar yaitu

menentukan tinggi titik elevasi (beda tinggi) dilapangan sepanjang garis tertentu

pada arah memanjang dan melintang. Secara umum prosedur pengoprasian alat

waterpass sebagai berikut :

1. Set statif (tripod) kira-kira ditengah – tengah titik pengukuran (untuk

pengukuran tinggi), gunakan unting-unting untuk mempermudah

penempatan atatif tepat diatas patok.

2. Pasang waterpass dan atur nivo kontaknya (posisi gelembung nivo

berada ditengah) agar posisi pesawat benar-benar datar.

3. Letakan rambu ukur pada titik – titik pengukuran sebagai rambu muka

dan rambu belakang.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 19: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

4. Arahkan pesawat ke rambu ukur. Baca dan catat bacaan benang atas

(BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB).

c. Sipatan ( Marker )

Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda setelah

pengukuran untuk marking setelah dilakukan. Bahan untuk sipatan ini adalah tinta

yang seing disebut tinta Cina. Tinta ini dapat bertahan dalam waktu yang lama

dan tidak mudah hilang atau luntur. Sipatan tersebut digunakan untuk

memberikan tanda elevasi dan membuat titik as pada dinding bata

Gambar 4.18 Hasil Sipatan

3. Alat – alat fabrikasi

a. Bar Bender

Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan

tulangan berdiameter besar, seperti pada pembengkokan tulangan sengkang,

pembengkokan pada sambungan/overlap tulangan kolom, juga pada tulangan

balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dan bar cutter haruslah ada dalam suatu

proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu precast atau

pasang di tempat. Tulangan tersebut dibengkokkan sesuai kebutuhan misal untuk

membuat tulangan sepihak, tulangan kaki ayam dan tulangan sengkang.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 20: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.19 Bar Bander

b. Bar Cutter

Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk

keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap

tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu

gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga

manusia.

Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran

yangdiinginkan. Menurut tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :

1) Bar Cutter manual

Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak

tenaga manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.

Gambar 4.20 Bar Cutter Manual

2) Bar Cutter listrik

Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah

Bar Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar

dengan mutu baja cukup tinggi disamping dapat mempersingkat waktu

pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus seperti

tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 21: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

buah tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah

tulangan diameter 25 mm.

Gambar 4.21 Bar Cutter listrik

c. Generator listrik

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari

sumber energi mekanikal, biasanya dengan menggunakan induksi

elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik. Generator

mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik eksternal

tetapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada didalam kabel lilitannya.

Dinamo adalah generator listrik pertama yang mampu mengantarkan tenaga

untuk industri, dan masih merupakan generator terpenting yang digunakan pada

abad 21. Dinamo menggunakan prinsip elektromagnetis untuk mengubah putaran

mekanik menjadi listrik arus bolak-balik.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 22: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.22 Pengangkutan generator ke lantai atas oleh Tower Crane

4. Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran

a. Bucket

Bucket adalah alat bantu untuk mengangkut material pada pelaksanaan

pengecoran. Bucket digunakan sebagai tempat mengisi adukan beton dari

concrete mixer truck yang nantinya adukan beton tersebut akan dibawa oleh

tower crane untuk mengecor kolom, plat dan balok.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 23: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.23 Bucket

b. Stamper

Stamper adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan tanah seperti

memadatkan tanah

Gambar 4.24 Stamper

c. Vibrator

Vibrator adalah alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan

adukan beton yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara,

sehingga beton menjadi lebih padat. Cara operasionalnya dengan cara

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 24: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke

dalam bekisting.

Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak

terdapat rongga dalam adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi

mutu dan kekuatan beton. Dalam pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator

yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton pada saat setelah pengecoran.

Gambar 4.25 Vibrator

1) Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :

2) Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengan posisi

vertikal

3) Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.

4) Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.

5) Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan

yang diinginkan.

6) Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan

sehingga bekasnya dapat meutup kembali.

5. Alat – alat bantu lainnya

a. Mortar Silo

Mortar Silo merupakan tabung yang berisi agregat halus (pasir) dan semen

atau yang biasa disebut dengan semen instan. Untuk proyek besar dimana

kebutuhan mortar sangat banyak maka biasanya Mortar Silo dibangun dalam

suatu proyek. Pada Proyek RS Grha Kedoya digunakan produk mortar dari Mortar

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 25: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Utama. Mortar tersebut digunakan untuk berbagai pekerjaan, misalnya saja

plesteran.

Gambar 4.26 Mortar Silo

b. Compressor

Pada pelaksanaan plesteran dinding digunakan mortar dengan bantuan alat

compressor plaster and concrete finish coat, alat ini memompa sement instant

yang diambil dari mortar silo dan mencampurnya dengan air . Adukan mortar

(semen, agregat halus, air) tersebut dikemudian diangkut menggunakan gerobak

dorong dan didistribusikan kepada para pekerja untuk melaksanakan pekerjaan

plesteran dinding.

Gambar 4.27 Compressor Mortar

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 26: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.28 Pendistribusian mortar dengan gerobak dorong

c. Trolly

Trolly berfungsi untuk mengangkut material dan peralatan yang memiliki

beban yang kecil, trolly memiliki kapasitas angkut yang kecil dan dapat didorong

karena memiliki roda didepan dan dibelakangnya sehingga mudah dikemudikan.

Contohnya mengangkut semen, alat –alat bekisting dan alat-alat yang memiliki

beban kecil lainnya.

Gambar 4.29 Trolly

d. Terminal

Terminal digunakan untuk mobilitas material dan alat yang digunakan pada

kondisi yang sulit dijangkau. Terminal dipasang pada ujung terluar dinding setiap

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 27: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

lantai untuk memudahkan pendistribusian material dan peraltan dari lantai dasar

ke lantai atas, dimana pengangkutan tersebut dibantu oleh tower crane.

Gambar 4.30 Proses perakitan dan pembuatan terminal

Gambar 4.31 Terminal

e. Halimak/Passanger Hoist

Untuk konstruksi gedung bertingkat sedang dan tinggi sanagat diperlukan

halimak/passanger hoist yang merupakan alat angkut vertikal. Halimak digunakan

untuk kemudahan mobilisasi para pekerja dan akses pengangkutan peralatan serta

material.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 28: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.32 Halimak/Passanger Hoist

f. Jaring pelindung

Jaring pelindung didesain oleh Tim K3 (kesehatan dan Keselamatan Kerja)

agar dapat melindungi para pekerja yang sedang bekerja. Jaring pelindung ini juga

berfungsi untuk menghindari terjadinya bahaya benda yang jatuh dari atas dalam

pekerjaan struktur.

Gambar 4.33 Jaring Pelindung

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 29: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

g. Tangga Proyek

Tangga proyek merupakan fasilitas yang sangat dibutuhkan untuk memudah

akses para pekerja dalam bekerja dari lantai dasar menuju lantai atas.

Gambar 4.34 Tangga proyek

C. Material

Didalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan

dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpangan

terhadap bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat

adanya bahan-bahan bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan,

seperti semen dan juga baja tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara

sekitar. Pengaturan dan penyimpangan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek

menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang.

Mengingat rencana pekerjaan Proyek Pembangunan yang dibatasi oleh

waktu, diusahakan penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin

sehingga dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu,

penempatan material yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja

dan keselamatan kerja.

1. Pasir (Agregat Halus)

Pasir digunakan untuk pekerjaan non struktural seperti pekerjaan pembuatan

lantai kerja, plesteran, dan digunakan untuk campuran adukan beton yang

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 30: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

dikerjakan di lapangan. Agregat halus yang digunakan sebagai bahan pengisi pada

proyek ini harus memenuhi beberapa syarat berikut :

a. Butiran – butiran pasir kasar, tajam dan keras, harus bersifat kekal ( tidak

hancur karena pengaruh cuaca ).

b. Pasir terdiri dari butir – butir yang beraneka ragam.

c. Pasir tidak boleh mengandung zat organik terlalu banyak.

d. Pasir laut tidak boleh digunakan di dalam semua mutu beton, kecuali dengan

menggunakan petunjuk – petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan – bahan

yang diakui.

e. Mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

Gambar 4.35 Pasir (Agregat halus)

2. Agregat Kasar

Agregat kasar berupa butir – butir yang beraneka ragam besarnya dan

apabila diayak harus memenuhi kriteria sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 %

berat, sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90 % sampai 98 % berat dan

selisih antara sisa – sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan adalah

maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.

Adapun syarat – syarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :

Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi

alami dari batuan – batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari

pemecahan batu.

Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang keras dan tidak berpori.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 31: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.

Agregat kasar tidak boleh mengandung mengandung zat – zat yang dapat

merusak beton.

Gambar 4.36 Kerikil (Agregat kasar)

3. Semen

Semen Portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis

berupa bubuk halus yang diohasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bhan ini

terutama terdiri dari bahan silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan

batu gips sebgai bahan tambahan. Bahan baku pembuatn semen adalah bahan –

bahan yang mengdung kapur, silika, alumina, oksida besi dan oksida-oksida lain.

Semen digunakan sebagai bahan pengikat dalam pekerjaan konstruksi, antara lain

Semen Portland, mengacu pada SNI 15-2049-2004

Standar ini membagi semen menjadi lima jenis sebagai berikut

a) Jenis I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak

memerlukan persyaratan – persyaratan khusus seperti yang diisyaratkan

pada semen jenis lainnya.

b) Jenis II, yaitu semen Portland yang penggunaannya memerlukan

ketahanan pada sulfat atau kalor hidrasi sedang.

c) Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan

kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

d) Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan

kalor hidrasi rendah.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 32: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

e) Jenis V, yaitu semen Portland yang dalm penggunaannya memerlukan

ketahanan tinggi terhadap sulfat.

Untuk memenuhi standar SNI 15 -7064-2004, dalam semen Portland

komposit telah ditambahkan bahan anorganik material tertentu atau kombinasinya

guna mendapatkan karakteristik semen yang diinginkan. Berikut pengaruh yang

diberikan mineral aditif terhadap karakteristik semen.

a) Kalsium karbonat, memberikan dampak pada penurunan bleeding pada

sifat campuran segar dan meningkatkan workability sehingga mudah

dikerjakan, mengurangi kebutuhan air dan pengaruh pada beton keras

(yakni mengurangi retak, memperbaiki homogenitas campuran akibat

turunnya segregasi)

b) Abu terbang (Fly Ash), memberikan pengaruh pada penambahan kuat

tekan akhir (setealh 28 hari) meskipun akan menurunkan laju

perkembangan kuat tekan pada umur awalk, memperlambat waktu ikat dan

memperbaiki ketahanan terhadap sulfat.

c) Silica Fume, memberikan pengaruh pada penurunan bleeding,

meningkatkan cohesiveness dan relative tidak berpengaruh terhadap

perkembnagn kuat tekan

Gambar 4.37 Tempat logistik semen

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan persediaan semen :

a) Sebelum diangkut ke lapangan untuk digunakan, semen harus dijaga agar

tidak lembab.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 33: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

b) Semen sebaiknya diletakkan diatas rak kerangka kayu setinggi 10-15 cm

diatas tanah, agar terlindung dari genangan air

c) Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan dan zak (kantong)

asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat.

d) Tinggi tumpukan maksimum tidak lebih dari 2 m atau maksimal 10 zak.

Hal ini untuk menghindari rusaknya semen yang berada pada tumpukan

yang paling bawah akibat beban yang berat dalam waktu yang cukup lama

sebelum digunakan sebagai bahan bangunan.

e) Karena penimbunan semen dalam waktu yang lama juga akan

mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan

penggunaan semen secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus

dipergunakan terlebih dahulu.

4. Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak,

asam, alkali, garam – garam, bahan – bahan organis atau bahan – bahan lain yang

merusak beton dan baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang

dapat diminum. Bilamana mungkin menggunakan air PDAM.

Menurut SNI Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung

SK SNI 03-xxxx-2002. Air yang yang baik untuk pembuatan beton harus

memenuhi kreteria sebagai berikut :

a) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-

bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik

atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.

b) Air pencampur yang digunakan pada beton pra tegang atau pada beton yang

didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung

dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalm jumlah yang

membahayakan.

Jenis Komponen Struktur Ion klorida terlarut (Cl) pada beton

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 34: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

persen terhadap berat semen

Beton prategang 0,06

Beton bertulang yang terpapar

lingkungan klorida selama

masa layannya

0,15

Beton bertulang yang dalam

kondisi kering atau terlindung

dari air selama masa layannya

1

Konstruksi beton 0,3

c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali

ketentuan berikut terpenuhi :

1) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton

yang menggunakan air dari sumber yang sama.

2) Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat

dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan

sekurang – kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan benda uji yang dibuat

dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus

dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan

diuji sesuai dengan metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis

(menggunakan specimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109).

5. Bahan Tambah

Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan

menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan

bahan tambah yang bersifat mineral (additive).

Admixture adalah bahan atau zat kimia yang ditambahkan didalam adukan

beton pada tahap mula –mula sewaktu beton masih segar. Jika ditinjau dari

fungsinya, menurut ASTM membagi bahan tambah untuk beton membagi 7 jenis.

a. Tipe A (Water Reducing Admixture)

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 35: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi air pengaduk, untuk

menghasilkan beton denagn konsistensi tertentu. Dengan pemakaian bahan

tambah ini faktor air semen menjadi rendah pada tingkat kecelakan (workability)

yang sama.

b. Tipe B (Retarding Admixture)

Bahan tambahn yang dapat memperlambat proses pengerasan aduk beton

c. Tipe C (Accelerating Admixture)

Jenis bahan tambah yang dapat mempercepat proses pengikatan dan

pengerasan adukan beton.

d. Tipe D (Water Reducing and Retarding Admixture)

Jenis bahan tambahan yang berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi

penggunaan air tetapi tetap memperoleh adukan beton dengan konsistensi tertentu

dan memperlambat proses pengikatan dan pengerasan adukan beton.

e. Tipe E (Water Reducing, and Accelerating Admixture)

Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu untuk menguarangi

penggunaan air dalam adukan dan mempercepat proses pengikatan dan

pengerasan adukan beton.

f. Tipe F (Water Reducing, High Range Admixture)

Bahan tambah jenis ini yaitu bahan tambah yang dipergunakan untuk

menghasilkan adukan beton dengan konsistensi tertentu sebanyak 12 % atau

lebih.

g. Tipe G ( Water Reducing)

Bahan Tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air

pencampur adukan beton yang diperlukan, untuk mengasilkan adukan beton

dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih dan juga untuk

menghambat pengikatan beton.

Dalam proyek Rumah Sakit Grha Kedoya digunakan bahan tambah

(admixture) sebagai berikut ;

1). Superplasticizier

Bahan ini mengurangi jumlah air yang dipakai, untuk mendapatkan

workability (flowing concrete) yang baik. Jika jumlah air tetap dan FAS tetap

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 36: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

maka kebutuhan akan semen menjadi minimum. Hal tersebut akan sangat

menghemat biaya karena mudah dikerjakan dengan tenaga yang sedikit. Beton

semcam ini disebut dengan self-beveling concrete. Flowing concrete mempunyai

sifat kohesif yang baik dan tidak menunjukan segregation dan kemampuan untuk

memperthanankan nilai slump juga baik, tergantung dari jenis semen yang

digunakan. Bahan ini akan meningkatkan kelecakan beton lebih lama pada waktu

yang tinggi. Produk yang dikenal untuk mempertahankan nilai slump – loss dan

retardation ini adalah generasi ke IV – superplasticizer dari sikament-PMI-3.

2). Plasticity Retarding Agent

Bahan ini memberikan retarding bersamaan dengan plasticizer dan akan

mengurangi jumlah air yang dipakai sehingga proses hidrasi akan lebih lama dan

akan mengurangi susut rangkak. Produk yang berada dipasaran bercirikan dengan

huruf R, misalnya Plastocrete-R dari SIKAMENT.

3). Retarder

Retarder dalam keadaan cair biasanya juga berfungsi sebagai plasticizer

pada beton. Pengaruh retarder disesuaikan dengan dosis (manual-books) yang

diberikan.

D. Metode Pelaksanaan Konstruksi

Sebelum dilakukan pelaksanaan pengecoran, maka kualitas mutu beton

harus dicek terlebih dahulu. Pengecekan dilakukan dengan metode uji kuat tekan

beton dengan silinder dan metode uji slump. Slump menjadi indikator dalam

kualitas suatu beton, selain itu sifat beton yang kita inginkan seperti workability

yang baik. Dalam Proyek Rumah Sakit Grha Kedoya sebelum diadakan

pengecoran, concrete truk mixer yang datang membawa adukan beton harus

dilakukan metode uji kuat tekan beton dan uji slump, berikut nama –nama

supplier beton pada proyek ini

1) PT Pioneer Beton

2) PT indocement

3) Adhimix

4) Betamix

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 37: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.47 Pengujian slump test

Gambar 4.48 sample uji tekan dengan silinder

• Jika slump test memenuhi syarat dan uji tekan sudah sesuai kuat tekan

dengan disyaratkan maka baru bisa dilaksanakan pengecoran. Pengecoran

dilakukan dengan menggunakan bucket yang diangkut secara vertikal

melalui tower crane.

Cara mengukur derajat “mampu dikerjakan” / workability yaitu dengan

metode yang paling popular adalah mengukur dengan alat slump.

Pengukuran dengan menggunakan alat slump ini bertujuan untuk

mengukur tinggi penurunan adukan beton setelah dilepas dari alat slump

yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat kemampuan

dikerjakan dari adukan yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan,

bahwa adukan beton terlalu cair (terlalu banyak air) dan sebaliknya.

Untuk mengukur tinggi slump digunakan alat yang dinamakan alat slump, yang

terdiri dari :

a) Corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya.

Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atasnya berdiameter 10 cm dan

tinggi konus 30 cm

b) Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjangnya 60 cm, dengan

bagian ujung-ujung tongat berbentuk bulat

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 38: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Cara pengukuran tinggi slump dilakukan sebagai berikut :

a) Corong baja diletakkan diatas tempat yang rata dan tidak menghisap air,

dengan posisi diameter corong yang besar dibagian bawah dan diameter

kecil dibagian atas

b) Mengambil adukan beton dengan menggunakan sekop kemudian

masukkan adukan tersebut kedalam corong dengan hati – hati sampai

setinggi kira-kira 1/3 tinggi corong

c) Kemudian tusuk – tusuk adukan didalam corong dengan tongkat baja

sebayak 25 kali

d) Isi lagi corong dengan adukan hingga tinggi kira kira 2/3 tinggi corong

e) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali

f) Isikan lagi adukan beton kedalam corong hingga corong penuh

g) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali

h) Isi lagi corong hingga penuh

i) Ratakan permukaan adukan beton didalam corong

j) Bersihkan adukan yang ada disekeliling /luar corong

k) Angkat corong vertical keatas dengan hati – hati jang sampai tepi corong

menyinggung adukan beton

l) Letakkan corong disamping adukan tadi dengan posisi (berdiri) terbalik

dan letakkan tongkat baja mendatar diatas corong hingga sebagian tongkat

berada diatas adukan beton tadi

m) Ukur jarak antara bagian bawah tongkat baja dengan adukan beton yang

tertinggi

n) Jarak itulah yang disebut tinggi slump

o) Saat mnegisikan adukan kedalam corong, corong harus dipegang agar

tidak berguncang saaat diisi. Saat menusuk nusuk corong tidak boleh

tersinggung oleh tongkat

Adukan beton yang mudah dikerjakan atau dtuang dan dipadatkan dalam

cetakan, biasanya mempunyaui nilai slump anatara 7 cm samapi 12 cm. Berikut

ini tabel penetapan acuan nilai slump beton pada berbagai bentuk pekerjaan,

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 39: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Pemakaian BetonNilai Slump (cm)

Maksimum Minimum

Dinding, pelat fondasi dan telapak bertulang 12,5 5

Fondasi telapak tidak bertulang dan

struktur dibawah tanah9 2,5

Pelat, balok, kolom dan dinding 15 7,5

Pengerasan jalan 7,5 5

Pembetonan masal 7,5 2,5

Tabel Penetapan nilai slump

1. Pekerjaan Kolom

a. Pendahuluan

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya

menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang

paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan suatu elemen

struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga

keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total.

Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi..

Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain

seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.

Kolom berfungsi sangat penting agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah

bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya

ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan

tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan

bila besar  dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah

pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom

menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus

kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 40: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan

antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan

tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua

material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain

seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

Dimensi kolom direncanakan sesuai beban yang diterima dan mutu beton

bertulang yang digunakan, semakin besar beban yang diterima maka dimensi

kolom pada dasarnya adalah tipikal untuk setiap lantai. Kolom ada dua macam

yaitu Kolom Utama dan kolom Praktis. Kolom utama adalah kolom yang fungsi

utamanya menyanggah beban utama yang berada diatasnya sedangkan kolom

praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai

pengikat dinding agar dinding stabil.

Kolom dalam bangunan gedung bertingkat sangat penting untuk

diperhatikan, terutama kolom pada lantai dasar, baik dari segi perencanaan

maupun dari segi pelaksanaan. Perencanaan kolom harus betul–betul

diperhitungkan secara matang, sebab apabila terjadi kesalahan, maka akan terjadi

keruntuhan bangunan. Pelaksanaan pekerjaan kolom tersebut harus sesuai dengan

perencanaan.

b. Metode Pelaksanaan

Berikut ini akan diuraikan bagian dalam pelaksanaan pembuatan kolom :

1. Fabrikasi Pembesian Kolom

Fabrikasi besi kolom merupakan kegiatan membengkokan dan memotong baja

tulangan sesuai kebutuhan dimensi yang direncanakan. Proses fabrikasi besi yang

difabrikasi area yang telah ditentukan. Semua material besi yang difabrikasi

seperti panjang tulangan, diameter tekukan, dan pembuatan tulangan begel harus

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perencanaan. Besi merupakan

material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu

dan kualitasnya.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 41: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.38 Fabrikasi pembesian

2. Penentuan As Kolom

Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang berupa

pengukuran dan pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang

digunakan sebagai dasar penentuan letak kolom. Untuk kolom-kolom utama titik-

titik as-nya terletak pada as pile cap rencana.

Untuk menjamin ketepatan, maka sebelum pekerjaan kolom perlu dilakukan

pengukuran ulang untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut. Cara penentuan

letak as-as kolom adalah dengan menggunakan theodolith. Untuk kolom yang

terletak pada lantai pertama, pengukuran dilakukan setelah pembesian pile cap

dan tie beam selesai, berdasarkan as-as bangunan rencana.

Posisi as kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai

sebelumnya. Posisi as harus sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai

sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan dengan menggunakan tali, unting-

unting, dan meteran.

Pengecakan tersebut dilakukan dalam dua arah sampai diperoleh posisi kolom

yang sebenarnya. Untuk kolom-kolom lain yang terletak pada lantai yang

sama/sejajar dapat ditentukann posisinya berdasarkan kolom acuan yang sudah

ditentukan sebelumnya.

3. Pembesian kolom

Pembesian kolom dilakukan sebelum pemasangan bekisting. Pembesian

kolom dilakukan secara terpisah, artinya antara besi dan tulangan pokok dengan

beugel/sengkang dilaksanakan ditempat lain. Besi tulangan pokok dipasang

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 42: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

terlebih dahulu dan setelah semua tulangan pokok untuk semua zona lantai telah

dikerjakan semua, kemudian dipasang tulangan sengkang. Tinggi tulangan yang

dipasang rata–rata mencapai ketinggian dua lantai dan dilebihkan satu meter

untuk overlap dengan tulangan kolom yang dilantai atasnya.

Dalam penulangan kolom perlu diperhatikan hal–hal antara besi yang

digunakan, jumlah besi pada kolom, jarak antar beugel, dan bending pada beugel.

Gambar 4.39 Pembesian Kolom

4. Pemasangan Bekisting Kolom

Bekisting yang digunakan fabrikasi dilapangan. Bekisting menggunakan kayu

material kayu. Pada prinsipnya pekerjaan pemasangan bekisting pada tiap–tiap

kolom adalah sama. Untuk menjaga posisi bekisting kolom tetap tegak maka

selama pengecoran, bekisting kolom diberi pengaku. Untuk mempermudah

pemasangan, maka diberi bantuan marking garis. Ketepatan vertikal dan

horizontal dalam pemasangan bekisting harus diperhatikan. Hal–hal yang harus

diperhatikan sebelum mengadakan pemasangan cetakan/bekisting adalah :

a. Mengolesi permukaan bekisting sebelah dalam dengan minyak agar dapat

memudahkan dalam pelepasan pengecoran.

b. Diberi beton decking untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja

tulangan sehingga terbentuk ruang untuk selimut beton.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 43: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.40 Bekisting Kolom

5. Pengecoran Kolom

Setelah bekisting selasai dipasang, maka diadakan pengecekan posisi kolom

oleh surveyor dengan menggunakan theodolith. Hal ini untuk menjaga kelurusan

bangunan dan ketepatan pemasangan kolom.

Sebelum melakukan pengecoran, persiapan yang dilakukan antara lain:

1) Tenaga kerja dipersiapkan

2) Koordinasi dengan perusahaan beton dilakukan minimal sehari sebelumnya,

sehingga pada saat pengiriman beton ready mix tidak terlambat untuk

pengecoran kolom.

3) Jika pengecoran diperkirakan dilakukan sampai malam hari, penerangan

harus sudah siap sebelumnya

4) Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari bahan–

bahan yang dapat mengganggu proses pengecoran.

5) Bekisting dari kayu yang dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu,

kayu harus terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh

6) Penempatan tulangan-tulangan seluruhnya harus sudah mendapat izin Direksi

dan telah cukup diberi beton decking sehingga pengecoran pemadatan beton

nantinya tidak akan menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu

dekat dengan permukaan luar beton.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 44: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan

sebelum beton mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih

diizinkan dalam batas dimana beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan

air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit

sesudah keluar dari mesin pengaduk. Kecuali bila diberikan bahan-bahan

pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton. Cara

pengerjaan pengecoran dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan

bahan (segregesi).

Setelah penuangan beton yaitu pemadatan dengan menggunakan alat mekanis

yang disebut vibrator.Untuk menghilangkan udara yang terdapat antara dinding

dan spesi beton juga di dalam campuran beton itu sendiri dilakukan pemadatan.

Karena kalau tidak dilakukan maka udara akan membentuk ruang kosong dalam

beton. Ruang kosong itu sangat merugikan bagi kualitas beton, selain kekuatannya

berkurang hasil cor nya akan buruk dan berongga. Metode pemadatan yang

dilakukan adalah dengan tangan dan jarum penggetar.

6. Pembongkaran Bekisting Kolom

Pembongkaran bekisting kolom dilakukan 24 jam setelah pengecoran. Kondisi

paling ekstrim adalah 8 jam setelah pengecoran. Diasumsikan bahwa beton telah

mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat awal. Pembongkaran bekisting

harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pengawas proyek dan pada saat

proses pelepasan dilakukan dengan hati-hati untuk menghindarkan kolom dari

kerusakan. Bekisting yang telah dilepas tersebut dibersihkan bagian permukaan

dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada kolom berikutnya.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 45: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.41 Hasil bekisting kolom yang telah dicor

7. Perawatan Beton kolom

Untuk menjaga supaya permukaan beton tidak retak maka sewaktu beton

mengeras perlu perawatan. Fungsi utama dari perawatan ini adalah :

a) Menghindarkan kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton

pada jam–jam awal.

b) Menghindarkan kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan

beton pada suhu yang tinggi.

c) Menghindarkan perbedaan temperature dalam beton yang mengakibatkan

retakan pada beton.

Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara

menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari

beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak–retak beton yang timbul akibat

pengaruh cuaca dapat dihindari.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 46: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

2. Pekerjaan balok dan pelat lantai

a. Pendahuluan

Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk

menompang lantai diatasnya. Plat lantai merupakan komponen struktur yang

menyalurkan beban ke balok akibat beban yang bekerja di atasnya baik berupa

beban mati (dead load) maupun berupa beban hidup (live load). Plat ini terjepit

semua sisinya, sehingga plat mempunyai kelenturan dalam dua arah yang disebut

two way slab. Dalam perancangan plat ini perlu diperhitungkan lendutan yang

terjadi. Untuk mengurangi lendutan yang terjadi, maka bentang plat diperkecil

dengan memasang balok anak. Balok merupakan komponen struktur yang

berfungsi sebagai penerima beban-beban dari plat yang diteruskan ke kolom.

Dalam proyek ini, jenis balok terdiri atas balok induk dan balok anak. Balok

induk adalah penghubung antar kolom dan berfungsi untuk menerima beban yang

bekerja pada plat dan beban terpusat yang merupakan reaksi dari balok anak.

Semua beban dari balok induk tersebut diteruskan ke kolom. Balok anak berfungsi

untuk mengurangi lendutan yang terjadi pada plat.

b. Metode Pelaksanaan

Berikut ini akan diuraikan bagian pembagian dalam pelaksanaan pembuatan

balok :

1). Penentuan As Balok dan Plat Lantai

Penentuan as balok dan plat lantai mengikuti posisi kolom. Terutama balok

yang berhubungan langsung dengan kolom. Hal yang sangat diperhatikan adalah

posisi elevasi pelat lantai dan balok. Penentuannya adalan sebagai berikut:

a. Dari dasar kolom diukur setinggi 1 m dan diberi elevasi pada kolom tersebut.

b. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi

elevasi yang sama.

c. Dari elevasi tersebut, digunakan sebagai patokan yaitu diukur sesuai tinggi

yang diinginkan sebagai elevasi dasar bekisting balok dan pelat.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 47: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

2). Pembuatan serta pemasangan Bekisting Balok dan Plat

Cara pemasangan bekisting plat adalah dengan bahan multiplex tebal + 22

mm yang ditahan oleh balok kayu ukuran 5/7 cm di bawahnya, kemudian

didukung oleh scaffolding. Pemasangan bekisting plat dibuat bersamaan dengan

bekisting balok, sehingga menjadi satu kesatuan. Pemasangan bekisting harus

dibuat rapat, agar air semen tidak keluar pada saat pengecoran.

Gambar 4.42Pekerjaan schaffolding

Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai, adalah sebagai berikut :

a. Scaffolding dipasang dengan posisi melintang dari balok. Ujung scaffolding

dipasang kayu dengan ukuran 8/12 untuk penyangga bekisting balok dan

plat.

b. Rangka dari bekisting plat dan balok dipakai kayu 5/7 yang dipasang

melintang terhadap balok 8/12 dan diikat dengan paku.

c. Sebagai penutup dari kayu tersebut maka digunakan multipleks yang telah

diolesi oli.

d. Untuk bekisting balok, sisi luarnya diberi penguat dari besi

e. Untuk bekisting pelat lantai, maka pada setiap sambungan multipleks harus

ditunjang oleh kayu 5/7 sehingga tidak bocor

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 48: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.43 Pengerjaan Bekisting Balok dan Pelat Lantai

3) Penulangan Balok dan plat lantai

Penulangan balok disesuaikan dangan gambar kerja dan dilakukan setelah

pemasangan bekisting selesai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Panjang lewatan, yaitu panjang sambungan jika 2 besi disambung. Panjang

lewatan sebesar 40D.

b. Panjang penyaluran, yaitu panjang besi yang masuk kedalam balok pada

pertemuan di joint – joint. Panjang penyaluran sebesar ld.

c. Diperhatikan jumlah dan posisi besi serta jarak antar sengkang

d. Tebal selimut beton Penulangan Pelat Lantai.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 49: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Pada pembesian plat lantai maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Untuk menjamin selimut beton cukup tebal, maka diberi beton decking.

Gambar 4.44 Beton decking

b. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah tetap maka

perlu dipasang kaki ayam, diletakkan pada daerah tumpuan antara tulangan

atas (tarik) dan tulangan bawah (tekan).

Gambar 4.45 Pemasangan tulangan kaki ayam

Tahap-tahap penulangan pelat :

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 50: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

a. Pemasangan tulangan pelat dilakukan setelah penulangan balok serta

bekisting balok dan pelat selesai.

b. Penulangan harus sesuai dengan gambar perencanaan.

Gambar 4.46 Penulangan Balok dan Pelat Lantai

4). Pengecoran Balok dan Pelat Lantai

Pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan metode yang sama dengan

pengecoran kolom. Sebelum diadakan pengecoran diadakan pemeriksaan terlebih

dahulu, yaitu:

a. Pemeriksaan bekisting. Termasuk didalamnya cek elevasi dengan

menggunakan waterpass dan kerapatan antar bekisting. Selain itu juga

diperhatikan kebersihan bekisting dari potongan benda dan serpihan-

serpihan lain yang nantinya disa mengganggu kualitas beton. Tebal

selimut beton juga harus dicek kembali. Apabila ada beton decking yang

pecah, maka diganti yang baru.

b. Pemeriksaan tulangan, termasuk didalamnya cek jumlah, jarak

penempatan, panjang lewatan, penyaluran dan kaitan.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 51: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.49 Pelaksanaan Pengecoran Pelat dan Balok

Dalam proses pengecoran, terdapat metode yang dinamakan metode stop

cor. yaitu pembatasan area pengecoran. Hal ini dikarenakan menghemat biaya

ataupun karena mengejar schedule. Selain itu disebabkan karena pengerjaan pelat

lantai dangan sistem pembagian zona. Yang perlu diperhatikan dalam metode stop

cor antara lain:

a. Batas yang efisien atau menguntungkan dalam pelaksanaan pemutusan

pengecoran lantai dan balok yaitu berada pada jarak 1/5 bentang dari

tumpuan atau 1 meter.

b. Untuk pelat lantai kamar mandi harus dilakukan sekali cor, untuk

menghindari retak dan bocor.

c. Tiap penyambungan dengan beton baru harus ditambah bahan adiktif

5). Pembongkaran Bekisting balok dan pelat

Pembongkaran bekisting balok dan pelat dilakukan setelah beton mencapai

80 % kekuatan maksimumnya. Pada proyek ini, pembongkaran bekisting

dilakukan pada waktu beton berumur ± 7 hari. Untuk pembongkaran bekisting

harus mendapat persetujuan dari pengawas.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 52: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 4.50 Hasil Pembongkaran Bekisting balok dan pelat

6). Perawatan Beton Balok dan Pelat

Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara

menggenangi permukaan beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari

beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak–retak beton yang timbul akibat

pengaruh cuaca dapat dihindari sedangkan perawatan yang lain adalah:

a. Pada saat pembongkaran bekisting dilakukan secara hati-hati untuk

mencegah terjadinya pengelupasan atau cacat pada beton.

b. Apabila hasil pengecoran terjadi cacat, maka dilakukan penambalan dengan

campuran beton yang hampir sama dengan karakteristik kekuatannya

campuran beton baru menggunakan adiktif.

3. Hal – hal yang harus diperhatikan untuk menjaga mutu beton

a. Dalam pengecoran/penuangan

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam penuangan beton

1) Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin

dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 53: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

2) Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur

sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis

dan dapat mengalir dengan mudah kedalam rongga daintara tulangan.

3) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh

material asing tidak boleh dituang kedalam struktur.

4) Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah mengalami

penambahan air tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh

pengawas ahli.

5) Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus dilakukan

tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau penampang.

6) Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara

sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi

semua rongga. Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan untuk

menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton. Dari

gambar grafik terlihat bahwa bertambahnya kandungan udara dalam beton

menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang

0 5 10 15 20 250

20

40

60

80

100

120

Rongga - rongga udara (%)

K

ekua

tan

teka

n (%

)

Grafik hubungan rongga – rongga udara dengan kekuatan tekan beton

7) Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1,5 meter. Jika terjadi jarak yang lebih

besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 54: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

8) Tidak dilakukan penuangan selam terjadi hujan agar kedap air tetap

terjaga, kecuali jika pengecoran dilakukan dibawah atap.

9) Setiap kali penuangan tebal lapisan maksimum 30 - 45 cm, agar

pemadatannya dapat dilaksanakan dengan mudah

10) Penuangan hanya berhenti dititk momen sama dengan nol.

b. Segregation (pemisahan kerikil)

Kecendrungan butir –butir kasar untuk lepas dari campuran beton

dinamakan segregasi. Hal ini menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya

akan menyebabkan keropos pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa

hal. Pertama, campuran kurus atau kurang semen. Kedua, terlalu banyak air.

Ketiga, besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm. Keempat, permukaan

butir agregat kasar; semakin kasar permukaan butir agregat, semakin mudah

terjadi segregasi.

Kecendrungan terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika; (1) tinggi jatuh

diperpendek, (2) penggunaan air sesuai dengan syarat, (3) cukup ruangan antara

batang tulangan dengan acuan (4) ukuran agregat sesuai dengan baik (5)

pemadatan baik.

c. Bleeding

Kecendrungan air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru

dipadatkan dinamakan bleeding. Air yang naik ini membawa semen dan butir-

butir halus pasir, yang ada pada saat beton mengeras nan tinya akan memebentuk

selaput (laitance). Bleeding ini dipengaruhi oleh :

1) Susunan butir agregat

Jika komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya bleeding kecil

2) Banyaknya air

Semakin banyak air berarti semakin besar pula kemungkinan terjadi

bleeding

3) Kecepatan hidrasi

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Page 55: Bab IV Metode Pelaksanaan Konstruksi

Semakin cepat beton mengeras, semakin kecil kemungkinan terjadinya

bleeding

4) Proses pemadatan

Pemadatan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya bleeding.

Bleeding ini dapat dikurangi dengan cara; (1). Memberi banyak semen, (2)

menggu akan air sedikit mungkin, (3) menggunakan butir halus yang lebih banyak

d. Faktor air semen (FAS)

Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, semakin rendah

mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak

selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas-bats dalam hal ini.

Nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan pengerjaan, yaitu kesulitan

dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu beton

menurun. Umumnya nilai FAS minimum diberikan sekitar 0,4 dan maksimum

0,65.

BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI