bab iv hasil penelitian dan pembahasan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14148/4/t1...anak...

14
36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Gambaran Umum Dusun Kadipaten Menurut cerita turun – temurun orang yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah ini adalah Ki Surapati, Ki Surapati adalah salah seorang priyayi adipati, yaitu seseorang yang memiliki gelar kebangsawanan. Kemudian Ki Surapati berkelana dari Parakan sampai ke berbagai daerah dan beristirahat di tanah Kadipaten. Sehingga tanah ini menjadi sebuah petilasan (tempat yang pernah disinggahi oleh orang yang dianggap penting), nantinya tanah ini akan diberi nama Kadipaten. Seiring berjalannya waktu Kadipaten memiliki mbah Mustawi sebagai kepala dusun yang pertama, mbah Asnawi sebagai kepala dusun yang kedua. Kepemimpinan Mbah Asnawi berlangsung cukup lama dan menjadikan dusun Kadipaten mulai berkembang. Masyarakat dusun Kadipaten sendiri sebagian besar merupakan masyarakat agraris atau petani, sampai pada tahun 1989 berdiri sebuah pabrik PT. Kanindotex yang sekarang menjadi PT Apac Inti Corpora dengan lahan seluas 85 Ha yang letaknya kurang lebih 500 m dari dusun Kadipaten. Dalam perjanjian jual beli tanah dari masyarakat kepada pihak pabrik sendiri sebenarnya ada perjanjian tidak tertulis bahwa dalam menjalankan kegiatan operasional pihak pabrik berkewajiban mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari desa sekitar pabrik termasuk warga dusun Kadipaten itu sendiri. Pembangunan pabrik tersebut kemudian mengubah kehidupan masyarakat yang awalnya bekerja sebagai petani kemudian mulai beralih sebagai karyawan pabrik yang dinilai saat itu lebih menjanjikan dibandingkan dengan seorang guru. Pembangunan pabrik tentu mengubah kondisi sosial ekonomi bukan saja mengubah status pekerjaan menjadi karyawan pabrik tetapi

Upload: vuongnhan

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Umum Dusun Kadipaten

Menurut cerita turun – temurun orang yang pertama kali

menginjakkan kaki di tanah ini adalah Ki Surapati, Ki Surapati adalah

salah seorang priyayi adipati, yaitu seseorang yang memiliki gelar

kebangsawanan. Kemudian Ki Surapati berkelana dari Parakan sampai ke

berbagai daerah dan beristirahat di tanah Kadipaten. Sehingga tanah ini

menjadi sebuah petilasan (tempat yang pernah disinggahi oleh orang yang

dianggap penting), nantinya tanah ini akan diberi nama Kadipaten. Seiring

berjalannya waktu Kadipaten memiliki mbah Mustawi sebagai kepala

dusun yang pertama, mbah Asnawi sebagai kepala dusun yang kedua.

Kepemimpinan Mbah Asnawi berlangsung cukup lama dan menjadikan

dusun Kadipaten mulai berkembang.

Masyarakat dusun Kadipaten sendiri sebagian besar merupakan

masyarakat agraris atau petani, sampai pada tahun 1989 berdiri sebuah

pabrik PT. Kanindotex yang sekarang menjadi PT Apac Inti Corpora

dengan lahan seluas 85 Ha yang letaknya kurang lebih 500 m dari dusun

Kadipaten. Dalam perjanjian jual beli tanah dari masyarakat kepada pihak

pabrik sendiri sebenarnya ada perjanjian tidak tertulis bahwa dalam

menjalankan kegiatan operasional pihak pabrik berkewajiban

mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari desa sekitar pabrik termasuk

warga dusun Kadipaten itu sendiri. Pembangunan pabrik tersebut

kemudian mengubah kehidupan masyarakat yang awalnya bekerja sebagai

petani kemudian mulai beralih sebagai karyawan pabrik yang dinilai saat

itu lebih menjanjikan dibandingkan dengan seorang guru.

Pembangunan pabrik tentu mengubah kondisi sosial ekonomi

bukan saja mengubah status pekerjaan menjadi karyawan pabrik tetapi

37

juga meningkatkan pendapatan masyarakat dusun Kadipaten. Pendapatan

masyarakat kian meningkat seiring dengan UMR (Upah Minimum

Regional) yang ditentukan setiap daerah, dengan menigkatnya pendapatan

secara bertahap dapat meningkatkan tingkat pendidikan pula.

4.1.2 Profil Informan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Dusun Kadipaten

Kabupaten Semarang yang diperoleh dari wawancara 16 informan

meliputi 8 orangtua, 4 anak, dan 4 pengasuh terdapat fakta bahwa

pembangunan pabrik di sekitar lingkungan mereka sangat membantu

warga dalam memperoleh pekerjaan.

Tabel 4.1 Tabel Informan

No Infoman Umur Pekerjaan Waktu Kerja

1. Ayah 43 Karyawan AIC Shifting Ibu 44 Karyawan AIC 08.00-16.00 Anak 18 Pelajar - Pengasuh 39 Pengasuh -

2. Ayah 51 Karyawan Coca Cola Shifting Ibu 46 Karyawan AIC 08.00-16.00 Anak 14 Pelajar - Pengasuh 55 Pengasuh -

3. Ayah 37 Karyawan TDSA 08.00-17.00 Ibu 37 Karyawan AIC 08.00-16.00 Anak 14 Pelajar - Pengasuh 63 Pengasuh -

4. Ayah 38 Karyawan ARA 08.00-17.00 Ibu 38 Karyawan USG 07.00-21.00 Anak 11 Pelajar - Pengasuh 49 Pengasuh -

Sumber:Data yang diolah

4.1.3 Pola Asuh Orangtua

1. Membimbing

Keberhasilan orangtua dalam membentuk karakter anak

bergantung pada hal – hal yang ditanamkan orangtua pada anaknya.

38

Berkaitan dengan hal tersebut pada umumnya orangtua buruh pabrik dusun

Kadipaten pada khususnya ayah menanamkan pendidikan agama kepada

anak sejak dini dimulai dari usia 3 tahun baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Secara langsung orangtua memberikan contoh – contoh beribadah

yang baik seperti cara mengaji, sholat, berpuasa serta pembelajaran

tentang norma – norma agama yang harus ditaati oleh sang anak. Orangtua

juga mengajak serta sang anak ketika waktu beribadah sudah tiba seperti

ketika saat tarawih ayah bersama – sama dengan anak pergi ke mushola

untuk menjalankan ibadah sholat tarawih.

Secara tidak langsung orangtua menanamkan pendidikan agama

melalui peran pak ustad dan guru agama di TPA (Tempat Pendidikan

Agama) dan di sekolah, pendidikan agama di TPA dilaksanakan ketika

sore hari sebelum sholat magrib.

Orangtua dusun Kadipaten menyadari perlunya menanamkan

pendidikan agama karena agama merupakan pondasi, pedoman hidup agar

anak selalu ada pada jalur yang baik. Dalam pendidikan semua agama

terkandung nilai – nilai kebaikan seperti menghargai, menghormati.

Pendidikan agama ini bersifat wajib bagi anak – anak keluarga buruh

pabrik dusun Kadipaten.

2. Mendisiplinkan

Kedisiplinan anak merupakan bagian dari karakter yang perlu

dibentuk oleh orangtua, dengan cara menanamkan kebiasaan – kebiasaan

tertentu dari sejak kecil. Berkaitan dengan hal tersebut orangtua buruh

pabrik dusun Kadipaten tidak pernah berhenti untuk mengingatkan,

menegur, bahkan memberikan hukuman atau ganjaran.

Cara ayah dalam melatih kedisiplinan anak dengan memberikan

peraturan – peraturan seperti membatasi jam bermain pada umumnya anak

harus sudah dirumah pada pukul 9 malam , kemudian waktu belajar adalah

setelah sholat isak, waktu nonton tv hanya satu jam kemudian pergi tidur,

39

kewajiban untuk selalu memberikan kabar ketika pergi keluar rumah

kepada orangtua maupun pengasuh, tepat waktu dalam beribadah.

Ibu selalu mendisiplinkan dengan mengingatkan, menegur dan juga

tidak segan – segan memberikan hukuman atau ganjaran ketika anak lalai

seperti ketika anak meninggalkan waktu belajar orangtua memberikan

hukuman dengan memotong uang saku anak, ketika anak meninggalkan

sholat karena belum bangun orangtua mengunci pintu kamar dari luar, dan

sesekali menjewer. Orangtua juga mengajarkan konsekuensi ketika anak

tidak mau mencuci baju sendiri maka anak tidak memiliki baju ganti yang

bersih untuk dipakai.

Ibu memberikan kelonggaran untuk tidak mengerjakan tugas

rumah seperti menyapu, mengepel, cuci piring ketika melihat kondisi anak

sedang dalam keadaan lelah sehabis kegiatan sekolah, namun ketika waktu

senggang dan anak tidak ada tugas lain maka orangtua akan kembali

memberikan tugas – tugas dirumah.

Melatih kedisiplinan anak dimaksudkan agar anak tidak kaget

ketika dia dewasa dan juga dapat hidup lebih teratur. Orangtua juga

menyadari bahwa anak pada zaman sekarang tidak dapat di didik dengan

kekerasan karena mereka khawatir anak akan memberontak dan menjadi

pembangkang.

3. Merawat

Merawat anak merupakan tanggungjawab wajib yang harus

dilakukan orangtua. Berkaitan dengan hal tersebut pada umumnya

orangtua buruh pabrik dusun Kadipaten khususnya ibu merawat anak baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung ibu merawat dengan cara memenuhi kebutuhan

anak seperti pendidikan, alat tulis, alat ekstrakulikuler, baju, sepatu, dan

perhatian. Perhatian dalam bentuk menyakan kabar, kondisi di lingkungan

sekolah, kegiatan di sekolah, tugas – tugas yang diberikan di sekolah.

40

Secara tidak langsung orangtua melalui peran pengasuh berusaha

untuk tetap merawat anak ketika keberadaan orangtua sedang bekerja.

Adanya pengasuh dalam lingkungan keluarga dapat membantu tugas

orangtua, pengasuh berperan sebagai pengganti orang tua dalam merawat

dan menjaga anak selama mereka bekerja. Tugas – tugas yang diberikan

orangtua kepada pengasuh meliputi menyediakan makanan, menyuapi,

menyiapkan kebutuhan sekolah, menjaga anak dalam kondisi baik dan

sehat, memandikan anak paling kecil, menjaga anak selalu dalam

pengawasan orang dewasa agar tetap aman, kemudian memastikan

kebutuhan anak selama orangtua bekerja dapat terpenuhi seperti makan,

mandi, menyiapkan perlengkapan sekolah, menghindarkan anak dari hal –

hal yang berbahaya disekitarnya.

Pengasuh tidak melakukan hal – hal lain seperti mendidik,

mendisiplinkan anak karena menganggap itu bukan bagian dari tugas yang

diberikan orangtua oleh karena itu membimbing, mendidik dan

mendisiplinkan bukan tugas yang harus pengasuh lakukan.

4. Mendidik

Tugas mendidik ini pada umumnya dilakukan berbarengan dengan

kegiatan membimbing, mendisiplinkan. Berkaitan dengan hal tersebut

orangtua buruh pabrik mendidik anak melatih sejak kecil bukan saja

agama akan tetapi belajar dan tanggungjawab dengan memberikan tugas –

tugas kecil seperti menyapu, mengepel, cuci piring, cuci baju, cuci motor,

membereskan mainan, merapikan tempat tidur.

Menurut ayah agama merupakan kewajiban nomor satu yang harus

dijalankan anak ketika orangtua sudah memberikan contoh, teladan serta

arahan yang baik tentang nilai – nilai agama namun anak tidak

menjalankan tugasnya maka orangtua akan mengingatkan, menegur, dan

apabila masih belum dilaksanakan makan ada hukuman seperti dijewer

dan di kunci pintu kamarnya sebagai efek jera.

41

Ibu lebih berperan dalam melakukan diskusi berkaitan dengan

masa depan anak seperti ketika anak akan masuk ke sekolah baru maka

orangtua akan berdiskusi dengan anak dan memberikan pengarahan

sekolah mana yang bisa dituju sang anak yang sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan anak, namun keputusan yang diambil merupakan

keinginan anak itu sendiri selama masih pada jalur yang benar orangtua

akan mendukung dan meminta pertanggungjawaban atas pilihan yang

diambil dengan giat belajar dan tidak bolos.

Tujuan dari kegiatan mendiskusikan ini agar anak tidak

menggantungkan diri pada orang tua mulai melatih mengambil keputusan

dan bertanggungjawab terhadap pilihan yang diambil. Selain itu diskusi

juga amat penting karena untuk mengetahui perkembangan anak,

mengetahui masalah yang mungkin dihadapi, dan tetap menjaga kedekatan

antara orangtua dan anak.

Dalam pergaulan ayah memberi kebebasan penuh pada anak dalam

memilih teman untuk bergaul tanpa membeda – bedakan dari mana asal

mereka, agama, orangtua mendukung apabila anak pergi keluar rumah

untuk berkumpul dengan teman – temannya dengan tujuan anak dapat

belajar untuk mengenal, membedakan, dan menghindari hal – hal yang

baik dan yang buruk sendiri. Orangtua hanya memberikan arahan untuk

menjaga prinsip dalam bergaul ketika terjadi perselisihan dengan teman

maka anak harus dapa menyelesaikannya sendiri.

Ibu lebih sering memberikan apresiasi pada anak ketika dia

mendapat sebuah keberhasilan, apresiasi tersebut berupa memberi anak

mainan, hp, ucapan selamat untuk menambah semangat anak, dan ajakan

jalan – jalan bersama, pujian terhadap hasil kerja anak. Apresiasi ini

diberikan atas permintaan anak itu sendiri, namun tidak semua permintaan

akan di kabulkan hanya permintaan yang sesuai dengan kemampuan

orangtua serta benar – benar bermanfaat untuk anak. Apresiasi diberikan

sebagai bentuk dukungan dari orangtua dan bentuk kebanggaan orangtua

42

terhadap prestasi yang diperoleh sang anak. orangtua juga mengajarkan

untuk selalu bersyukur atas capaian yang sudah didapat.

5. Respon Anak

Masa remaja merupakan masa dimana tingkat emosional seseorang

belum stabil, begitu juga dengan pola pikir yang berbeda dari sudut

pandang orangtua. Berkaitan dengan hal tersebut pada umumnya anak

keluarga buruh pabrik dusun Kadipaten dapat menerima arahan, serta

tugas – tugas yang diberikan oleh orangtua.

Anak menyadari bahwa tujuan dari tugas – tugas tersebut

merupakan bagian dari cara orangtua melatih tanggungjawab dan disiplin.

Mereka juga menyadari bahwa sebagai remaja muncul perasaan, sedih,

marah dan jengkel terhadap orangtua.

Adapun anak memiliki cara mengantisipasi hukuman yang

diberikan orangtua dengan menabung sehingga ketika orangtua memotong

uang saku tabungan tersebut dapat digunakan. Anak juga memanfaatkan

internet sebagai sumber informasi belajar ketika orangtua tidak bisa

mendampingi.

Menyadari kesibukan orangtua merupakan upaya untuk

membahagiakan keluarga, memenuhi kebuthan keluarga, namun mereka

merasa orangtua perlu memberikan perhatian yang lebih kepada anak.

4.1.4 Hambatan Orangtua dalam Mendidik

Berkaitan dalam proses mendidik, merawat, membimbing, dan

mendisplinkan anak orangtua menyadari bahwa terdapat hambatan –

hambatan yang dihadapi. Hambatan tersebut seperti sikap atau respon anak

sendiri yang sering menolak, mengeluh dan mencari – cari alasan untuk

tidak menjalankan tugas sehingga memunculkan rasa emosional orangtua

sendiri. Kesibukan bekerja diakui orangtua dan anak sangat mengurangi

waktu kebersamaan.

43

4.1.5 Temuan

Berkaitan dengan faktor penghambat terdapat temuan dalam

penelitian ini. Kondisi keuangan dianggap sebagai hambatan karena dalam

merawat anak, mendidik, menjaga anak membutuhkan biaya yang tidak

sedikit seperti biaya pendidikan, keperluan sekolah, dan permintaan

pribadi dari anak mengakibatkan terjadinya perselisihan antara orangtua

dan anak. Tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor penghambat

karena pendidikan orangtua yang tidak lulus smp tidak dapat membimbing

anak dalam belajar, orangtua merasa tidak mampu memahami pelajaran

untuk masa kini. Tingkat pendidikan juga melatar belakangi orangtua

melakukan tindakan salah dalam mendidik seperti mengajarkan anak

berbohong, menjewer, dan berkata kasar pada anak.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pola Asuh Orangtua

1. Membimbing

Orangtua memiliki peran sebagai pembimbing untuk membina

anak selama proses pendewasaan itu berlangsung, orangtua buruh pabrik

dusun Kadipaten membimbing anak dalam kegiatan ibadah yang

ditanamkan sejak kecil. Dalam hal tersebut upaya ayah dalam membentuk

karakter anak dengan menanamkan nilai – nilai agama secara langsung

seperti memberikan teladan – teladan yang baik dengan beribadah tepat

waktu, juga mendampingi anak ketika kegiatan ibadah tersebut

berlangsung seperti ketika mengaji dan shalat berjamaah.

Hal tersebut dituangkan dalam pernyataan menurut Helmawati

(2014:60) salah satu metode pendidikan dalam keluarga adalah melalui

pembinaan ibadah: “dalam agama islam dengan cara mengajarkan shalat,

berpuasa berpuasa, ibadah haji, zakat. Dalam agama Kristen dan katolik

mengajak berdoa bersama baik di gereja maupun tempat – tempat ziarah

44

lainnya. Yang bertujuan mengarahkan anak untuk dekat Tuhan yang

Maha Esa dan mencegah berbuat keji dan mungkar.”

Semua agama mengajarkan kebaikan di dalamnya tertanam nilai –

nilai moral saling menghargai dan menghormati, agama bertujuan sebagai

pedoman hidup anak dalam kehidupan sehari – hari.

2. Mendisiplinkan

Upaya mendisiplinkan anak dalam keluarga buruh pabrik dusun

Kadipaten adalah dengan memberikan peraturan dan tugas – tugas

dirumah pada sang anak seperti membatasi jam bermain pada umumnya

anak harus sudah dirumah pada pukul 9 malam , kemudian waktu belajar

adalah setelah sholat isak, waktu nonton tv hanya satu jam kemudian pergi

tidur, kewajiban untuk selalu memberikan kabar ketika pergi keluar rumah

kepada orangtua maupun pengasuh, tepat waktu dalam beribadah pada

umumnya peran ini dilakukan oleh ayah.

Ketika anak meninggalkan waktu belajar ibu memberikan

hukuman dengan memotong uang saku anak, ketika anak meninggalkan

sholat karena belum bangun orangtua mengunci pintu kamar dari luar, dan

sesekali menjewer. Orangtua juga mengajarkan konsekuensi ketika anak

tidak mau mencuci baju sendiri maka anak tidak memiliki baju ganti yang

bersih untuk dipakai.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Helmawati (2014:60)

mengatakan “Orang tua sebagai pendidik hendaknya memberikan

pemahaman sejak dini bahwa setiap perbuatan akan ada konsekuensinya.

Artinya setiap yang diperbuat manusia akan ada akibatnya, jika berbuat

baik tentu mendapat ganjaran. Begitu sebaliknya jika berbuat kesalahan

maka ia akan mendapat hukuman”.

Tugas orangtua dalam mendisiplinkan anak bertujuan agar anak

dapat hidup lebih teratur dan timbul rasa tanggungjawab pada diri anak

dengan menerapkan peraturan – peraturan atau tugas tertentu beserta

45

konsekuensi yang akan diberikan kepada anak jika tidak mematuhi

peraturan tersebut.

3. Merawat

Orangtua buruh pabrik dusun Kadipaten pada umumnya dengan

cara memenuhi kebutuhan anak seperti pendidikan, alat tulis, alat

ekstrakulikuler, baju, sepatu, dan perhatian. Perhatian dalam bentuk

menayakan kabar, kondisi di lingkungan sekolah, kegiatan di sekolah,

tugas – tugas yang diberikan di sekolah.

Pengasuh juga memliki peran merawat anak ketika keberadaan

orangtua sedang bekerja. Adanya pengasuh dalam lingkungan keluarga

dapat membantu tugas orangtua, pengasuh berperan sebagai pengganti

orang tua dalam merawat dan menjaga anak selama mereka bekerja. Tugas

– tugas yang diberikan orangtua kepada pengasuh meliputi menyediakan

makanan, menyuapi, menyiapkan kebutuhan sekolah, menjaga anak dalam

kondisi baik dan sehat, memandikan anak paling kecil, menjaga anak

selalu dalam pengawasan orang dewasa agar tetap aman, kemudian

memastikan kebutuhan anak selama orangtua bekerja dapat terpenuhi

seperti makan, mandi, menyiapkan perlengkapan sekolah, menghindarkan

anak dari hal – hal yang berbahaya disekitarnya.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Akmal Janan Abror

(2009:18) “pola asuh ini merupakan sikap orang tua dalam berhubungan

dengan anak – anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi antara

lain adalah cara orang tua memberikan peraturan kepada anaknya, cara

memberikan hadiah, atau cara memberikan hukuman, cara orang tua

menunjukkan otorisasnya dan cara orang tua memberikan perhatian atau

tanggapan terhadap keinginan anak sehingga sehingga dengan demikian

yang dimaksud pola asuh adalah bagaimana cara mendidik orang tua,

baik secara langsung maupun tidak langsung”.

Cara orang tua dengan menunjukkan perhatian dan tanggapan

terhadap keinginan anak berarti bahwa orang tua melakukan kegiatan

46

mendidik secara langsung. Sementara adanya pengasuh di dalam keluarga

merupakan cara orangtua dalam melaksanakan kewajiban dalam merawat

dan menjaga secara tidak langsung.

4. Mendidik

Pola asuh orangtua buruh pabrik dapat terlihat dalam upaya

mendidik anak, mendidik merupakan tugas yang tidak dapat dilepaskan

dengan membimbing, mendisiplinkan serta merawat anak. Sejak kecil

ayah menanamkan nilai agama dengan dibimbing secara langsung. Agama

merupakan kewajiban nomor satu yang harus dijalankan anak ketika

orangtua sudah memberikan contoh, teladan serta arahan yang baik

tentang nilai – nilai agama namun anak tidak menjalankan tugasnya maka

ibu akan mengingatkan, menegur, dan apabila masih belum dilaksanakan

makan ada hukuman seperti dijewer dan di kunci pintu kamarnya sebagai

efek jera. Senyata cara pengasuh menjaga anak adalah dengan komunikasi

satu arah karena berkaitan dengan keselamatan anak dan kesehatan yang

harus dijaga.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Helmawati (2014:138)

“Pola asuh otoriter, pola asuh otoriter pada umunya menggunakan pola

komunikasi satu arah. Cirinya adalah menekankan bahwa segala aturan

orang tua harus ditaati oleh anaknya. Orang tua biasanya memaksakan

pendapat atau keinginannya kepada anak dan bertindak semena- mena

tanpa dapat dikritik oleh anak.” Orangtua merasa perlu menanamkan

pendidikan agama karena agama merupakan pegangan hidup anak dalam

kehidupan sehari – hari.

Upaya mendidik juga dilakukan orangtua dengan berperan sebagai

pemberi pengarahan, ibu melakukan diskusi berkaitan dengan masa depan

anak seperti ketika anak akan masuk ke sekolah baru maka orangtua akan

berdiskusi dengan anak dan memberikan pengarahan sekolah mana yang

bisa dituju sang anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak,

namun keputusan yang diambil merupakan keinginan anak itu sendiri

47

selama masih pada jalur yang benar orangtua akan mendukung dan

meminta pertanggungjawaban atas pilihan yang diambil dengan giat

belajar dan tidak bolos.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Syaiful Bahri Djamarah

(2004:68) “Demokratis, pola asuh demokratis menampilkan pemimpin

yang mendorong dan membantu anggota keluarga untuk membicarakan

dan memutuskan semua kebijakan.” Orangtua juga memotivasi anak

dengan pujian – pujian serta kata – kata motivasi agar anak lebih semangat

dalam belajar dan berprestasi.

Dalam pergaulan ayah memberi kebebasan penuh pada anak dalam

memilih teman untuk bergaul tanpa membeda – bedakan dari mana asal

mereka, agama, orangtua mendukung apabila anak pergi keluar rumah

untuk berkumpul dengan teman – temannya dengan tujuan anak dapat

belajar untuk mengenal, membedakan, dan menghindari hal – hal yang

baik dan yang buruk sendiri. Orangtua hanya memberikan arahan untuk

menjaga prinsip dalam bergaul ketika terjadi perselisihan dengan teman

maka anak harus dapa menyelesaikannya sendiri.

Berkaitan dengan hal tersebut menurut Syaiful Bahri Djamarah

(2004:68) “Laissez faire, pola asuh laissez faire memberikan kebebasan

penuh bagi anggota keluarga untuk mengambil keputusan individu dengan

partisipasi orang tua yang minimal.”

Orangtua bermaksud mendidik berdasarkan pengalaman anak

sendiri, dengan begitu anak dapat memilih hal – hal yang baik dan buruk

berdasarkan pengalaman mereka.

5. Respon Anak

Pada umumnya anak keluarga buruh pabrik dusun Kadipaten dapat

menerima arahan, serta tugas – tugas yang diberikan oleh orangtua. Anak

menyadari bahwa tujuan dari tugas – tugas tersebut merupakan bagian dari

cara orangtua melatih tanggungjawab dan disiplin. Mereka juga menyadari

48

bahwa sebagai remaja muncul perasaan, sedih, marah dan jengkel terhadap

orangtua.

. Berkaitan dengan hal tersebut dalam Sudarwan Danim (2010:55)

“Gaya kepengasuhan keluarga dan orangtua memiliki dampak tertentu

pada anak, seperti halnya kepengasuhan guru kepada peserta didiknya.

Gaya demokratis orang tua menumbuhkan komunikasi dan pemecahan

masalah secara terbuka antara orangtua dan anak – anak mereka.

Sebaliknya orang tua yang otoriter dapat menghasilkan anak – anak takut

dan antikreatif, disamping ketergantungan yang laten. Orang tua yang

permisif dapat mengakibatkan anak memberontak”. Artinya cara orang tua

dalam mendidik anak berdampak pada kepribadian yang terbentuk dalam

diri anak, anak akan bisa saja menolak tugas yang diberikan karena

kondisi emosional yang sedang tidak baik, ketika emosi anak sudah stabil

sebenarnya anak menyadari bahwa tujuan orangtua memberikan tugas

adalah untuk melatih disiplin dan tanggungjawab.

Disisi lain mereka yang telah menyadari bahwa tujuan orangtua itu

baik, untuk melatih anak agar lebih disiplin, bertanggungjawab. Masa –

masa yang masih labil ini mereka belum teratur atau rajin untuk

menjalankan tugas dari orangtua tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut

dalam Sunarto dan Agung Hartono (2013:147-168) “Perkembangan afektif

ditandai dengan perkembangan dalam mengendalikan emosi disertai

dengan nilai, moral dan sikap. Emosi berkaitan dengan perasaan marah,

sedih, senang, cinta kasih. Nilai – nilai kehidupan berkaitan dengan

memahami norma – norma yang berlaku. Moral berkaitan dengan

kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang

salah. Moral merupakan control dalam bersikap dan bertingkah laku

sesuai nilai – nilai hidup”. Artinya kesadaran anak dalam menyikapi cara

mendidik orang tua menunjukkan perkembangan afektif anak dalam

membedakan perbuatan yang benar dan salah.

49

4.2.2 Hambatan Orangtua dalam Mendidik

Hambatan – hambatan dalam mendidik anak disadari oleh

orangtua. Hambatan tersebut seperti sikap atau respon anak sendiri yang

sering menolak, mengeluh dan mencari – cari alasan untuk tidak

menjalankan tugas sehingga memunculkan rasa emosional orangtua

sendiri.. Berkaitan dengan hal tersebut menurut Syaiful Basri Djamarah

(2004:62) “Bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa

kecewa, iri hati, diliputi prasangka, dan suasana psikologi lainnya.

Perasaan – perasaan tersebut dapat menghambat komunikasi sampai

batas – batas tertentu”. Artinya suasana psikologi orang tua dan anak

dapat mempengaruhi komunikasi yang terjadi dan tersampaikannya

maksud dari komunikasi tersebut.

Kondisi ekonomi menjadi salah satu faktor penghambat karena

menurut orangtua memenuhi kebutuhan merupakan bagian dari

tanggungjawab mereka sehingga apabila ada permintaan anak yang tidak

terpenuhi dapat memunculkan perselisihan antara anak dan orangtua.

Begitu pula tingkat pendidikan orangtua, orangtua yang tidak lulus

smp selama ini mereka membimbing anak dalam belajar sampai batas

anak bersekolah di tingkat sekolah dasar ketika memasuki tingkat sekolah

menengah pertama mereka tidak mampu mengikuti pelajaran anak saat itu

sehingga tidak membimbing anak dalam belajar. Anak secara mandiri

belajar dari internet dan orangtua memberikan les tambahan di luar

sekolah.