bab iv hasil penelitian dan pembahasan orientasi...
TRANSCRIPT
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di
Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl.
Raya Kopeng KM. 08 Getasan. Sekolah ini terletak di kaki
gunung Merbabu. Walaupun sekolah ini berada di daerah
pedesaan, akses untuk menuju sekolah ini sangat mudah, karena
lokasi sekolah ini berada tepat di tepi jalan raya Kopeng.
Suasana di sekolah ini seperti keadaan di daerah pegunungan
pada umumnya yaitu memiliki suhu udara yang dingin. Sekolah
ini terletak di antara dua dusun yaitu di sebelah utara sekolah
ini adalah dusun Kenteng dan di sebelah selatan sekolah ini
adalah dusun Bumiayu yang mayoritas penduduknya berprofesi
sebagai petani.
SMU N 1 Getasan merupakan sekolah yang memiliki
kualitas baik, karena sekolah ini sudah memiliki akreditasi A.
Lingkungan sekolah ini cukup bersih, fasilitas di sekolah ini
sendiri di antaranya adalah, lapangan basket, lapangan voli dan
perpustakaan. Untuk lapangan basket itu sendiri memiliki multi
fungsi, selain digunakan untuk bermain basket, lapangan ini
juga bisa digunakan untuk bermain futsal karena disebelah ring
basket tersedia juga dua gawang sepakbola kecil yang
berukuran 1 X 0,5 meter, dan lapangan basket ini juga biasa
digunakan untuk melaksanakan upacara Bendera setiap hari
senin.
38
Kegiatan-kegiatan organisasi yang diadakan di SMU
Negeri 1 Getasan antara lain, Osis dan Bantara untuk kegiatan
ekstrakulikuler antara lain, futsal, voli, basket, dan karate.
Siswa-siswa yang bersekolah di SMU Negeri 1 Getasan
ini sebagian berasal dari sekitar daerah Kecamatan Getasan dan
sebagian berasal dari Kota Salatiga. Berdasarkan data yang
peneliti peroleh dari penulisan biodata di skala siswa-siswa
SMU Negeri 1 Getasan kelas X, subjek berusia 15 sampai 17
tahun atau bisa dikatakan dalam masa remaja tengah.
B. Persiapan Penelitian
1. Perijinan Penelitian
Persiapan penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a. Pengurusan surat permohonan izin pengambilan data
dari fakultas untuk melaksanakan penelitian di SMU
Negeri 1 Getasan.
b. Menghubungi Wakil Kepala Sekolah bagian kesiswaan
SMU Negeri 1 Getasan untuk menjajagi kemungkinan
pelaksanaan penelitian dengan membawa surat
pengantar dari fakultas dan contoh skala yang akan
digunakan dalam penelitian. Surat pengantar dari
fakultas itu kemudian peneliti berikan kepada Wakil
Kepala Sekolah bagian Kesiswaan untuk disampaikan
kepada Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Getasan.
c. Mendiskusikan dengan Wakil Kepala Sekolah bidang
Kesiswaan mengenai waktu yang tepat dan tata cara
pelaksanaan penelitian.
39
Berdasarkan surat pengantar dari fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana dengan Nomor 49PU-
F.Psi/VII/2012 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah
SMU Negeri 1 Getasan, maka penulis bertemu dengan
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan agar diijinkan
untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Penelitian yang dilakukan di SMU Negeri 1 Getasan
ini memiliki siswa atau subjek penelitian kurang lebih
sebesar 364 orang. Subjek yang digunakan dalam penelitian
ini adalah siswa kelas 1 SMU berjumlah 40 orang dengan
usia 15 sampai 17 tahun.
2. Penyusunan Alat Ukur
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat
penelitian berupa skala. Skala tersebut terdiri dari
pernyataan tertulis yang berasal dari aspek-aspek yang
hendak diukur, yang akan diberikan kepada subjek untuk
dijawab. Dalam penelitian ini skala yang akan digunakan
adalah skala tertutup, dimana jawaban sudah ditentukan
sehingga subjek tidak dapat memberikan jawaban di luar
dari pilihan yang telah ditentukan oleh penulis. Alat ukur
tersebut di buat untuk mengukur Kematangan Emosi dan
kompetensi interpersonal pada remaja tengah.
Skala Kematangan Emosi terdiri dari 30 item
pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel
kematangan emosi yaitu, dapat menerima keadaan diri
sendiri maupun orang lain, tidak bersifat impulsif, memiliki
kontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, berpikir
obyektif, memiliki tanggung jawab.
40
Tabel 4.1
Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kematangan Emosi
Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable
Dapat menerima keadaan diri
sendiri maupun orang lain 1, 2, 3 16, 17, 18
Tidak bersifat impulsif 7, 8, 9 19, 20, 21
Memiliki kontrol emosi dan
ekspresi emosi secara baik 13, 14, 15 25, 26, 27
Berpikir obyektif 22, 23, 24 10, 11, 12
Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30 4, 5, 6
Dalam melakukan penskoringan untuk item-item
pernyataan dalam skala Kematangan Emosi, digunakan
empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item favorable,
skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2,
sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk penskoringan
pilihan jawaban pada item unfavorable, skor untuk pilihan
sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju
4.
Skala Kompetensi Interpersonal terdiri dari 30 item
pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel
kompetensi interpersonal yaitu, kemampuan berinisiatif,
kemampuan untuk bersikap terbuka (self disclosure),
kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan
memberikan dukungan emosional, kemampuan dalam
mengatasi konflik.
41
Tabel 4.2
Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kompetensi
Interpersonal
Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable
kemampuan berinisiatif 1, 2, 3 16, 17, 18
kemampuan untuk
bersikap terbuka (self
disclosure)
7, 8, 9 25, 26, 27
kemampuan untuk
bersikap asertif 10, 11, 12 28, 29, 30
Kemampuan memberikan
dukungan emosional 19, 20, 21 13, 14, 15
kemampuan dalam
mengatasi konflik 22, 23, 24 4, 5, 6
Dalam melakukan penskoringan untuk item-item
pernyataan dalam skala Kompetensi Interpersonal
digunakan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item
favorable, skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak
setuju 2, sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk
penskoringan pilihan jawaban pada item unfavorable, skor
untuk pilihan sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat
tidak setuju 4.
3. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur bertujuan untuk menguji validitas
dan reliabilitas skala sehingga hasil pengukurannya yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Uji coba
42
dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2012 dengan
menggunakan try out terpakai. Uji coba terpakai adalah
subjek yang digunakan untuk uji coba digunakan sekaligus
untuk penelitian, guna lebih menghemat waktu, tenaga dan
biaya ( Hadi, 1992)
4. Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 9
Agustus 2012 pukul 09.00 WIB pagi. Pada saat itu SMU
Negeri 1 Getasan untuk siswa-siswa kelas X sedang
diadakan pembuatan kartu pelajar sehingga siswa-siswa
kelas X waktu itu pelajarannya dikosongkan selama 2 jam
pelajaran (90 menit) oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan dan waktu inilah yang digunakan peneliti untuk
melakukan pengambilan data.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh
peneliti adalah incidental sampling. Menurut Supramono
(1993) teknik sampling insidental yaitu pemilihan sampel
yang terjadi secara kebetulan pada saat diadakan
pengumpulan data. Cara pengambilan data yang peneliti
gunakan adalah dengan memberikan skala kepada siswa-
siswa yang peneliti jumpai secara kebetulan di kelas-kelas
yang sedang menunggu giliran untuk membuat kartu
pelajar.
Peneliti dalam menyebarkan skala dibantu oleh
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, peneliti saat itu
membagikan skala di kelas X.2 dan peneliti menunggu
siswa-siswa X.2 pada saat mengisi skala hingga pengisian
skala selesai, dan skala yang lain peneliti berikan kepada
43
wakil kepala sekolah yang juga ikut membantu peneliti
dalam menyebarkan skala di kelas lain.
Di dalam kelas yang peneliti tunggu jumlah
siswanya sekitar 15 siswa. Setelah para siswa kelas X.2
selesai mengisi skala, peneliti kemudian menyebarkan skala
di kelas X.1 dan pada saat itu Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kesiswaan kembali mendatangi peneliti untuk meminta
skala lagi, kemudian peneliti memberikan sejumlah skala
kepada bapak wakil kepala sekolah bidang kesiswaan untuk
disebarkan kepada siswa-siswa kelas X di ruangan yang
lain, sementara peneliti tetap menunggui siswa-ssiwa kelas
X.1 mengisi skala hingga selesai.
Saat seluruh siswa-siswa kelas X.1 selesai mengisi
skala, bapak Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
datang beberapa saat kemudian dengan membawa skala-
skala yang telah terisi, kemudian peneliti ditanya oleh bapak
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan apakah skala yang
terkumpul sudah cukup untuk data penelitiannya, dan
peneliti menjawab sudah cukup, waktu yang digunakan
peneliti untuk melakukan pengambilan data kurang lebih
selama 90 menit. Seluruh skala yang peneliti sebarkan
sekitar 60 skala dan yang dikembalikan kepada peneliti
berjumlah 42 skala dengan 2 skala yang tidak peneliti
gunakan hal ini dikarenakan ke dua skala tersebut tidak diisi
secara lengkap atau ada item-item yang terlewati. Dari
pengambilan data yang telah diperoleh peneliti, maka data
yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berjumlah
40 skala.
44
C. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan
program komputer SPSS 17.0 for Windows. Untuk uji
validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment,
sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan teknik alpha
Cronbach. Item pada skala pengukuran dapat dikatakan
memiliki validitas baik apabila mempunyai koefisien
korelasi item total r ≥ 0,25 (dalam Azwar, 1999)
a. Skala Kematangan Emosi
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item
total correlation dengan menggunakan metode korelasi
Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala
kematangan emosi yang terdiri dari 30 item, pada
penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan
terdapat 12 item soal yang gugur, sehingga 18 item soal
lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah
nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 12, 17, 19, 23, 24, dan 30.
Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang
kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di
pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang
gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 18
item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak
antara 0,266 hingga 0,564.
45
Tabel 4.3
Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada
Skala Kematangan Emosi
Aspek Kematangan
Emosi Favorable Unfavorable
Item
valid
Dapat menerima keadaan
diri sendiri maupun orang
lain
1*, 2*, 3* 16, 17*, 18 2
Tidak bersifat impulsif 7*, 8*, 9* 19*, 20, 21 2
Memiliki kontrol emosi
dan ekspresi emosi secara
baik
13, 14, 15 25, 26, 27 6
Berpikir obyektif 22, 23*, 24* 10, 11, 12* 3
Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30* 4, 5, 6 5
Total item valid 6 12 18
* : item yang gugur
Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari
perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas
pada Kematangan Emosi sebesar α = 0,815 yang berarti
bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya skala
Kematangan Emosi termasuk dalam kategori sangat
memuaskan (Azwar,1999). Item yang valid dan gugur
pada skala Kematangan Emosi dapat dilihat pada tabel
4.3 di atas dan untuk melihat hasil selengkapnya dapat
dilihat di lampiran C.
46
b. Skala Kompetensi Interpersonal
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item
total correlation dengan menggunakan metode korelasi
Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala
kompetensi interpersonal yang terdiri dari 30 item, pada
penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan
terdapat 15 item soal yang gugur, sehingga 15 item soal
lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah
nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 16, 22, 23, 25, 26, 28, 29 dan
30. Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang
kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di
pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang
gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 15
item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak
antara 0,258 hingga 0,635.
Tabel 4.4
Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada
Skala Kompetensi Interpersonal
Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable Item
valid
kemampuan berinisiatif 1*, 2*, 3* 16*, 17, 18 2
kemampuan untuk bersikap
terbuka (self disclosure) 7*, 8*, 9 25*, 26*, 27 2
kemampuan untuk bersikap
asertif 10*, 11, 12 28*, 29*, 30* 2
Kemampuan memberikan
dukungan emosional 19, 20, 21 13, 14, 15 6
kemampuan dalam 22*, 23*,24 4*, 5, 6 3
47
mengatasi konflik
Total item valid 7 8 15
* : item yang gugur
Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari
perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas
pada Kompetensi Interpersonal sebesar α = 0,826 yang
berarti bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya
skala Kompetensi Interpersonal termasuk dalam
kategori sangat memuaskan (Azwar,1999). Item yang
valid dan gugur pada skala Kompetensi Interpersonal
dapat dilihat pada tabel 4.4 di atas dan untuk melihat
hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran C.
D. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai
Kolmogorov Smirnov untuk variabel Kematangan Emosi
sebesar 0,640 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov
Smirnov untuk variabel Kompetensi Interpersonal sebesar
0,780 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal. Hasil uji normalitas variabel dan
grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.
2. Uji Linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai
deviation from linierity F sebesar 0,963 dengan signifikansi
sebesar 0,533 ( p > 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa
48
kematangan emosi memiliki korelasi linier dengan
kompetensi interpersonal. Hasil uji linieritas selengkapnya
dapat dilihat di lampiran E.
E. Analisis Deskriptif
Untuk mengukur tinggi rendahnya masing-masing variabel
penelitian digunakan interval sebagai berikut :
Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
Jumlah jenjang
1. Variable Kematangan Emosi
Variabel Kematangan Emosi memiliki item valid
sebanyak 18 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1
hingga 4 menurut jenis item favorabel dan unfavorabel.
Skor tertinggi: 4 x 18 = 72
Skor terendah: 1 x 18 = 18
Berdasarkan analisis deskriptif kematangan emosi dapat
ditentukan kategori subyek menjadi 5 kategori yaitu sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun
rumus untuk mencari interval adalah:
Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
Jumlah Jenjang
= 72 – 18
5
=10,8
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai
interval yang akan digunakan adalah sebesar 10,8 maka
dapat ditentukan kategori sebagai berikut:
49
18 ≤ x < 28,8 = Sangat Rendah
28,8 ≤ x < 39,6 = Rendah
39,6 ≤ x < 50,4 = Sedang
50,4 ≤ x < 61,2 = Tinggi
61,2 ≤ x < 72 = Sangat Tinggi
Hasil analisis deskriptif dukungan Kematangan Emosi
diperoleh jumlah nilai minimum adalah 34.00 dan jumlah
nilai maximum 63.00, dengan mean 51,52 dan standart
deviasi 6,09.
Tabel 4.5
Hasil pengukuran variable Kematangan Emosi
Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max
Sangat rendah 18 ≤ x < 28,8 0 0%
51,52
6,09
34
63
Rendah 28,8 ≤ x < 39,6 1 2,5%
Sedang 39,6 ≤ x < 50,4 14 35%
Tinggi 50,4 ≤ x < 61,2 23 57,5%
Sangat tinggi 61,2 ≤ x ≤ 72 2 5%
Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat prosentase
kematangan emosi yang dimiliki subyek tertinggi sebesar
57,5% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase
terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Hal
ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1
Getasan memiliki kematangan emosi yang tinggi.
2. Variabel Kompetensi Interpersonal
Variabel Kompetensi Interpersonal memiliki item valid
sebanyak 15 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1
hingga 4 menurut jenis item favorable dan unfavorabel.
50
Skor tertinggi: 4 x 15 = 60
Skor terendah: 1 x 15 = 15
Berdasarkan analisis deskriptif Kompetensi
Interpersonal dapat ditentukan kategori subyek menjadi 5
kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan
sangat rendah. Adapun rumus untuk mencari interval
adalah:
Interval = Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
Jumlah Jenjang
= 60 – 15
5
= 9
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai
interval yang akan digunakan adalah sebesar 9 maka dapat
ditentukan kategori sebagai berikut:
15 ≤ x < 24 = Sangat Rendah
24 ≤ x < 33 = Rendah
33 ≤ x < 42 = Sedang
42 ≤ x < 51 = Tinggi
51 ≤ x < 60 = Sangat Tinggi
Hasil analisis deskriptif dukungan Kompetensi
Interpersonal diperoleh jumlah nilai minimum adalah 25.00
dan jumlah nilai maximum 56.00, dengan mean 43,02 dan
standart deviasi 5,74.
Tabel 4.6
Hasil pengukuran variabel Kompetensi Interpersonal
Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max
Sangat rendah 15 ≤ x < 24 0 0%
51
Rendah 24 ≤ x < 33 1 2,5%
43,02
5,74
25
56 Sedang 33 ≤ x < 42 12 30%
Tinggi 42 ≤ x < 51 24 60%
Sangat tinggi 51 ≤ x < 60 3 7,5%
Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat prosentase
Kompetensi Interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi
sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan
prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat
rendah. Hal ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU
Negeri 1 Getasan memiliki kompetensi interpersonal yang
tinggi.
F. Uji Korelasi
Setelah dilakukan uji asumsi menunjukkan bahwa ke 2
variabel berdistribusi normal dan memiliki korelasi linear, maka
dapat dilanjutkan dengan pengujian korelasi Product moment
dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for
Windows.
Berdasarkan hasil penghitungan korelasi diperoleh r =
0,596 (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan positif yang
signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi
interpersonal.
Dari hasil penghitungan korelasi antara kematangan
emosi dengan kompetensi interpersonal, sumbangan efektif atau
peranan kematangan emosi terhadap kompetensi interpersonal
pada masa remaja tengah ditunjukkan oleh koefisien
determinan (r²) sebesar (0,596)² yaitu 35,52%, artinya variasi
52
kematangan emosi memberikan sumbangan efektif atau peranan
terhadap munculnya Kompetensi Interpersonal sebesar 35,52%
sedangkan 64,48% dijelaskan oleh faktor lain.
G. Pembahasan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan
kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah
diperolehnya nilai r = 0,596 dan p < 0, 05. Dengan demikian
maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyebutkan adanya
hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi
dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah,
dinyatakan diterima. Semakin tinggi kematangan emosi maka
semakin tinggi kompetensi interpersonal pada masa remaja
tengah, begitu pula sebaliknya semakin rendah kematangan
emosi maka semakin rendah kompetensi interpersonal remaja
tengah. Dengan kata lain kematangan emosi memberi peran
terhadap tingginya kompetensi interpersonal.
Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi
dengan kompetensi interpersonal disebabkan karena remaja
tengah yang memiliki kematangan emosi, berarti memiliki
kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam
kematangan emosi itu sendiri yang mana menurut Walgito
(2002) menyatakan bahwa aspek-aspek kematangan emosi
adalah 1) dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang
lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya, 2)
tidak bersifat impulsif yaitu merespon stimulus dengan cara
berpikir baik, dapat mengatur pikirannya untuk memberikan
53
tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya, 3) dapat
mengontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, 4) dapat
berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya
akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup
mempunyai toleransi yang baik, 5) mempunyai tanggung jawab
yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami
frustrasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh
pengertian.
Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi berarti
memiliki sifat atau kemampuan-kemampuan yang menjadi
bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri di antaranya
adalah dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain
seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya
(Walgito, 2002), sehingga remaja tengah mampu untuk
menerima keadaan lingkungan dan kondisi orang-orang
disekitar sebagaimana adanya atas segala kelebihan dan
kekurangannya, yang mana hal tersebut akan membuat remaja
tengah merasa senang dan nyaman dengan lingkungan di
sekitarnya dan akan membantu remaja tengah dalam
menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi dapat
berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya
akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup
mempunyai toleransi yang baik (Walgito, 2002). Sifat-sifat
tersebut akan membuat remaja tengah mudah diterima dan
mudah disukai oleh orang-orang di sekitar sehingga dari hal
tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan
nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
54
Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi
dengan kompetensi interpersonal juga dapat dilihat dari definisi
Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) yang menyatakan bahwa
kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan menghadapi
berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu.
Dari pengertian kematangan emosi menurut Green
(dalam Safaria dan Farni, 2006) tersebut menyatakan bahwa
salah satu kemampuan yang ada dalam kematangan emosi di
antaranya adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
diri. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kematangan emosi memiliki pengaruh terhadap perkembangan
kompetensi interpersonal, hal ini dikarenakan kemampuan
untuk menyesuaikan diri merupakan salah satu dari faktor-
faktor yang memengaruhi perkembangan kompetensi
interpersonal,
Sebagaimana menurut Willis (1981) menyatakan bahwa
ada dua faktor yang memengaruhi kompetensi interpersonal
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu
sendiri meliputi usia, jenis kelamin, konsep diri, kemampuan
menyesuaikan diri, kemampuan berempati, kemampuan
menghargai orang lain, dan kemampuan berkomunikasi. Faktor
eksternal terdiri dari lingkungan, pola asuh orang tua, latar
belakang sosial pendidikan dan ekonomi, dan dominasi
kelompok.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kematangan
emosi memiliki pengaruh yang baik untuk perkembangan
kompetensi interpersonal seorang remaja tengah. Hal ini juga
55
didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmoudi (2012)
yang menyatakan bahwa ketika kematangan emosional tinggi
tingkat umum penyesuaian diri juga cukup baik.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa variasi skor
variabel kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh variasi skor
variabel kematangan emosi sebesar 35,52%, sehingga masih
ada faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi
interpersonal sebesar 64,48%. Faktor-faktor lain yang
memengaruhi kompetensi interpersonal menurut Lunandi
(1987) yaitu, faktor psikologis, faktor fisik, faktor sosial, faktor
budaya, dan faktor waktu
Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil analisis
deskriptif sebagai berikut prosentase kematangan emosi yang
dimiliki subyek tertinggi sebesar 57,5% yaitu pada kategori
tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada
kategori sangat rendah. Sedangkan prosentase kompetensi
interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu
pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar
0% yaitu pada kategori sangat rendah.
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa siswa-
siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki
kematangan emosi dan kompetensi interpersonal yang tinggi.
Hal ini dimungkinkan karena SMU Negeri 1 Getasan
mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang mana
dari kegiatan tersebut seorang remaja tengah memiliki lebih
banyak kesempatan untuk bergaul atau berinteraksi dengan
orang lain sehingga dapat membuat kemampuan kompetensi
interpersonalnya berkembang.
56
Selain itu saat berinteraksi dengan orang lain, para siswa
tentu saja akan bertemu dengan orang yang memiliki
pemikiran, kepribadian dan karakter yang berbeda sehingga dari
perbedaan-perbedaan tersebut, memungkinkan terjadinya
perbedaan pendapat, perselisihan dan konflik baik itu secara
pribadi maupun organisasi, sehingga dari hal tersebut dapat
membuat siswa untuk melatih kontrol emosi dan ekspresi emosi
sehingga dari hal tersebut kemampuan kematangan emosinya
pun juga bisa berkembang dengan baik.