bab iv hasil penelitian dan pembahasan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/t1... ·...

27
48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Sekolah SD Negeri Karanganyar 03 terletak di Desa Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Sekolah Dasar ini berdiri pada tahun 1985, pemerintah mendirikan gedung SD Negeri Karanganyar 03 di atas tanah seluas 1905,75 m 2 . selama ini sudah mengalami beberapa kali perbaikan dengan bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK), sehingga menjadikan SD Negeri Karanganyar 03 mempunyai ruangan yang cukup lengkap. Suasana SD Negeri Karanganyar 03 masih asri dengan suasana pedesaan. Karena letaknya termasuk di desa, jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran, disamping itu hal ini menjadikan anak lebih aman dalam perjalanan berangkat, istirahat, maupun pulang sekolah. Meskipun letak SD Negeri Karanganyar 03 berdampingan dengan rumah penduduk, namun kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan dengan baik. Secara umum beberapa kondisi utama sekolah dapat dikemukakan sebagai berikut: 4.2. Gambaran Subyek Penelitian Jumlah keseluruhan peserta didik SD Negeri03 Karanganyar sebanyak 141siswa. Sedangkan jumlah peserta didik kelas IV yang menjadi subyek penelitian adalah sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 15 siswa putra dan 8 siswa putri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi “koperasi dan teknologi trasportasi”. 4.2.1. Pemahaman Belajar Pada awalnya siswa kelas IV, nilai rata-rata pelajaran IPS rendah khususnya pada materi koperasi dan teknologi trasportasi. Hal ini disebabkan karena siswa diberikan pemahaman tentang materi melalui metode ceramah saja yang dilakukan oleh guru, sehingga anak hanya berangan-angan belaka.

Upload: lamcong

Post on 14-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Sekolah

SD Negeri Karanganyar 03 terletak di Desa Karanganyar Kecamatan

Geyer Kabupaten Grobogan. Sekolah Dasar ini berdiri pada tahun 1985,

pemerintah mendirikan gedung SD Negeri Karanganyar 03 di atas tanah seluas

1905,75 m2. selama ini sudah mengalami beberapa kali perbaikan dengan bantuan

Dana Alokasi Khusus (DAK), sehingga menjadikan SD Negeri Karanganyar 03

mempunyai ruangan yang cukup lengkap.

Suasana SD Negeri Karanganyar 03 masih asri dengan suasana pedesaan.

Karena letaknya termasuk di desa, jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat

mendukung untuk kegiatan pembelajaran, disamping itu hal ini menjadikan anak

lebih aman dalam perjalanan berangkat, istirahat, maupun pulang sekolah.

Meskipun letak SD Negeri Karanganyar 03 berdampingan dengan rumah

penduduk, namun kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan dengan baik.

Secara umum beberapa kondisi utama sekolah dapat dikemukakan sebagai

berikut:

4.2. Gambaran Subyek Penelitian

Jumlah keseluruhan peserta didik SD Negeri03 Karanganyar sebanyak

141siswa. Sedangkan jumlah peserta didik kelas IV yang menjadi subyek

penelitian adalah sebanyak 23 siswa yang terdiri dari 15 siswa putra dan 8 siswa

putri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi “koperasi dan

teknologi trasportasi”.

4.2.1. Pemahaman Belajar

Pada awalnya siswa kelas IV, nilai rata-rata pelajaran IPS rendah khususnya

pada materi koperasi dan teknologi trasportasi. Hal ini disebabkan karena siswa

diberikan pemahaman tentang materi melalui metode ceramah saja yang

dilakukan oleh guru, sehingga anak hanya berangan-angan belaka.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

49

4.2.2. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih pasif,

karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara

individual, tidak tampak kreatif siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa

terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.

4.3 Deskripsi Kondisi Awal

4.3.1 Deskripsi Kondisi Awal Motivasi Belajar

Pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan penelitian dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe make a match motivasi belajar siswa masih kurang.

Hasil angket motivasi belajar siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1

dibawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal

Kategori Rentan Nilai Frekuensi Persentasi Keterangan

Sangat Tinggi 22-26 3 13,04% A

Tinggi 17-21 7 30,43% B

Sedang 11-16 10 43,47% C

Rendah 6-10 3 13,04% D

Sangat Rendah 0-5 0 - E

Jumlah 23 100%

Dari tabel 4.1 kondisi awal motivasi belajar siswa dapat dideskripsikan bahwa

siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi ada 3 anak ( 13,04% ), siswa yang

memiliki motivasi tinggi ada 7 anak ( 30,43% ), siswa yang memiliki motivasi

sedang ada 10 anak (43,47% ), siswa yang memiliki motivasi rendah ada 3 anak

(13,04%), sedangkan siswa yang memiliki motivasi sangat rendah 0%.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

4

m

s

l

k

N

2

p

e

s

M

k

s

Tingkat

4.3.2 Deskri

Seb

melakukan o

siswa atau h

langsung pe

kelas. Berda

Negeri 03 K

23 siswa pa

pemahaman

evaluasi pes

sebagian be

Minimal (KK

kelas atau P

siswa teruta

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

t motivasi sis

Tingka

ipsi Kondis

belum pelak

observasi aw

hasil belajarn

neliti juga m

asarkan hasil

Karanganyar

ada pembela

siswa masi

serta didik

esar peserta

KM=60). D

PTK dengan

ama pada pe

0-5

0%

1

swa pada ko

D

at Motivasi

i Awal Hasi

ksanaan sikl

wal dengan

nya terutama

mendapatkan

l observasi y

r semester II

ajaran Ilmu

ih rendah. H

pada mata

a didik mem

ari kondisi i

n tujuan unt

elajaran IPS

6-10 11

3.04%

43.4

ondisi awal d

Diagram 4.1

Belajar Pad

il Belajar

lus I dan s

tujuan untuk

a pada pela

n data dari g

yang telah di

I Tahun Pel

Pengetahua

Hal ini bisa

pelajaran IP

mperoleh ni

inilah peneli

tuk meningk

. Diperoleh

1-16 17-2

47%

30.43

dapat dilihat

da Kondisi

siklus II, te

k mengetahu

ajaran IPS. S

guru kelas IV

ilakukan di k

lajaran 2011

an Sosial, te

a terlihat dar

PS yang te

ilai dibawah

iti mengadak

katkan moti

data hasil

21 22-26

%

13.04%

pada diagram

Awal

rlabih dahu

ui tingkat ke

Selain observ

V melalui do

kelas IV Sek

/2012 yang

erlihat bahw

ri nilai seku

elah dilakuk

h Kriteria K

kan penelitia

ivasi dan ha

pembelajara

50

m 4.1:

ulu peneliti

eberhasilan

vasi secara

okumentasi

kolah Dasar

berjumlah

wa tingkat

under hasil

kan dimana

Ketuntasan

an tindakan

asil belajar

an sebelum

Persentase

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

51

dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis yang terdapat

dalam tabel 4.2

Tabel 4.2

Rekapitulasi Perolehan Nilai Kondisi Awal

Sebelum Diadakan Tindakan

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat jelas perbandingannya siswa yang

mencapai ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 10 siswa sedangkan

siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa, jadi dapat

diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai < 50 sebanyak 3 siswa atau 13,05%,

50 s/d 59 sebanyak 10 siswa atau 43,47%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 siswa

atau 8,69%, nilai 70 s/d 79 sebanyak 5 siswa atau 21,74%, nilai 80 s/d 89

sebanyak 3 siswa atau 13,05% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 tidak ada atau 0

%. Dengan nilai rata-rata 57,82 sedangkan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai

terendah adalah 40.

No. Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

1. < 50 3 13,05 Belum tuntas

2. 50-59 10 43,47 Belum tuntas

3. 60-69 2 8,69 Tuntas

4. 70-79 5 21,74 Tuntas

5. 80-89 3 13,05 Tuntas

6. 90-100 0 0 Tuntas

Jumlah 23 100

Rata-rata 57,82

Nilai tertinggi 80

Nilai terendah 40

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

52

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.2 dapat dibuat diagram

seperti pada gambar 4.2 dibawah ini:

Diagram 4.2

Hasil Perolehan Nilai Kondisi Awal

Tabel 4.3

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal

No. Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen (%)

1. Tuntas 10 43.47

2. Belum tuntas 13 56.53

Jumlah 23 100

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa

yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60)

sebanyak 13 siswa atau 56,53%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan

minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 43.47%.

Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman

siswa terhadap materi yang disajikan masih rendah dikarenakan guru kurang

memiliki ketrampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif atau

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

53

selalu menggunakan pembelajaran yang monoton atau konvensional, dimana

metode ceramah masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran, sehingga

mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang berakibat tingkat pemahaman

siswa menjadi rendah dan siswa pun kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan

yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.

Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SD

Negeri 03 Karanganyar Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012, penulis akan

melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan

penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis

akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe make a match guna

meningkatkan pemahaman belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus.

Siklus I pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mengenal

pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, dan siklus II

pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar. Mengenal perkembangan

teknologi produksi, komunikasi, dan trasportasi serta pengalaman

menggunakannya”.

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1 Siklus I (3×Pertemuan)

a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Sebelum benar-benar melaksanakan tindakan perbaikan guru

yang akan mengajar, peneliti dan observer melakukan persiapan

terakhir. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Guru, peneliti dan observer bersama-sama memeriksa kembali

RPP yang telah disusun. Sambil dibaca ulang, guru, peneliti dan

observer mencermati kembali setiap butir yang akan direncanakan.

b) Menyiapakan semua alat peraga dan sarana lain yang akan

digunakan apakah sudah benar-benar tersedia.

c) Memeriksa kembali urutan yang sudah rencanakan, dengan kata

lain guru memeriksa skenario pembelajaran yang akan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

54

diimplementasikan mulai dari kegiatan awal sampai dengan

kegiatan akhir.

d) Guru memikirkan hal-hal yang mungkin mengganggu

pembelajaran, seperti keributan ketika peragaan berlangsung,

pembagian kartu yang tidak sesuian dengan keinginan anak,

pertanyaan yang tidak dijawab oleh siswa, atau ada siswa yang

tidak tertarik pada pembelajaran yang berlangsusng. Kemudian

guru mencoba merancang antisipasi apa yang akan dilakukan jika

hal tersebut benar-benar terjadi.

e) Memeriksa kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data,

seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan teman

sejawat yang akan membantu, dan guru yang akan mengajar.

f) Meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan menbantu dan guru

yang akan mengajar sudah siap di kelas ketika pembelajaran akan

dumulai.

g) Membuat kesepakatan dengan teman sejawat untuk menentukan

fokus observasi dan kriteria yang akan digunakan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

guru, peneliti dan observer sepakat untuk melaksanakan kegiatan

perbaikan pembelajaran yang terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran.

a) Kegitan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi beberapa

kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan salam, berdoa,

mengabsen, mengatur tempat duduk siswa, mengecek persiapan

siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik saat membaca dan

menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan apersepsi yang

dilakukan adalah mengingat kembali tentang pembelajaran

kemarin serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

55

b) Kegiatan Inti

Pada kegitan inti, guru menunjukkan kartu-kartu yang

dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian tahu kartu

apa yang sekarang ibu bawa?”, kemudian siswa menjawab. Setelah

guru lakukan tanya jawab seputar kartu-kartu yang dibawan guru,

kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan

diajarkan yaitu koperasi indonesia. Guru melibatkan siswa secara

aktif dalam setiap pembelajaran.

Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang koperasi.

Melalui metode tanya jawab guru menunjuk beberapa siswa untuk

menjawab pertanyaan yang sudah diberikan tentang koperasi.

Kegiatan ini dapat penulis gambaran sebagai berikut: apakah yang

di maksud dengan koperasi tadi? dan ternyata siswa tersebut belum

dapat menjawabnya, kemudian guru bertanya jawab dengan siswa

yang lain. Untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi ini

guru kemudian menjelaskan permainan yang akan dilakukan pada

pertemuan hari ini yaitu permainan Make A Match. Karena

permainan Make A Match belum pernah dilakukan sebelumnya di

kelas ini maka guru harus menjelaskan secara rinci tentang

prosedur permaianan Make A Match. Guru kemudian membagikan

kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Setiap siswa mendapat

satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa kartu soal). Setelah semua

siswa mendapat kartu soal atau kartu jawaban guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban atau soal dari

kartu yang dipegang oleh masing-masing siswa. Kemudian siswa

mencari pasangan kartu yang cocok dari soal atau jawaban yang ia

peroleh. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa yang dapat

mencocokkan kartu jawaban atau soal sebelum batas waktu yang

ditentukan mendapat point atau penghargaan dari guru. Kegiatan

ini dapat diulang kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau

kartu soal dengan maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

56

jawaban yang berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan

yang siswa dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan

metode tanya jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari

pasangan atau soal suasana kelas menjadi ramai tak terkendali.

Baru setelah guru mengarahkan siswa untuk tenang suasana

menjadi tenang. Aktifitas siswa dapat diamati oleh peneliti dan

observer melalui lembar observasi.

Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Siswa

yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal dapat bertanya

kepada guru yang sedang mengajar atau kepada teman yang lebih

paham atau jelas, tidak lupa guru memberi penguatan kepada

siswa.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk

lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut

yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan

dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk

siswa.

c. Tahap Observasi (Observasion)

Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang

sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi

akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan

perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Setelah

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

57

kegiatan ini selesai kami melakukan diskusi balikan untuk mambahas

kelemahan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung

yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk

pembelajaran berikutnya.

4.4.1.1. Hasil Analisis Data Siklus I

Hasil angket motivasi belajar siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4

dibawah ini:

Tabel 4.4

Hasil Anget Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I

Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentasi Keterangan

Sangat Tinggi 22-26 6 26,09% A

Tinggi 17-21 12 52,17% B

Sedang 11-16 5 21,73% C

Rendah 6-10 0 0% D

Sangat Rendah 0-5 0 0%- E

Jumlah 23 100%

Dari tabel 4.4 kondisi awal motivasi belajar siswa dapat

dideskripsikan bahwa siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi ada

6 anak (26,09% ), siswa yang memiliki motivasi tinggi ada 12 anak

(52,17% ), siswa yang memiliki motivasi sedang ada 5 anak (21,73% ),

sedangkan siswa yang memiliki motivasi rendah dan sangat rendah

tidah ada.

Tingkat motivasi belajar siswa siklus I dapat dilihat pada

diagram 4.3 dibawah ini:

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

Hasi

No

1.

2.

3.

4.

5.

6.

R

Nil

Nil

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

T

l Belajar pad

.

o. Nilai

<50

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100

Jumlah

Rata-rata

lai tertinggi

lai terendah

0-5

0%

D

ingkat Moti

da siklus I da

Rekapitu

Si

Jumlah siswa

0

7

6

4

4

2

23

6-10

0%

Diagram 4.3

ivasi Belaja

apat dilihat p

Tabel 4.5

ulasi Nilai S

iklus I

Persen(%)

0

30,44

26,08

17,39

17,39

8,70

100

64

9

5

11-16 17

21.73%

52

ar Siswa Sik

pada tabel 4

Siklus I

Kete

n

Belum

Tu

Tu

Tu

Tu

4,78

90

50

7-21 22-2

2.17%

26.0

klus I

.5 dibawah i

erangan

-

m Tuntas

untas

untas

untas

untas

26

09%

58

ini:

Persentase

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

59

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan

pembelajaran kooperatif tipe make a match menunjukkan bahwa

perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=60)

adalah sebanyak 16 siswa sedangkan siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa, jadi dapat diuraikan jumlah siswa

yang mendapat nilai � 50 tidak ada atau 0%, 50 s/d 59 sebanyak 7

siswa atau 30,44%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 6 siswa atau

26,68%, nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa atau 17,39%, nilai 80 s/d 89

sebanyak 4 siswa atau 17,39% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100

sebanyak 2 siswa. Dengan nilai rata-rata 64,78 sedangkan nilai

tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 50.

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dibuat

diagram seperti pada gambar 4.4 dibawah ini:

Diagram 4.4

Hasil Perolehan Nilai Siklus 1

Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus I berdasarkan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) dapat disajikan dalam bentuk

tabel 4.6 dibawah ini:

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

60

Tabel 4.6

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

No. Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen (%)

1. Tuntas 16 69,56

2. Belum tuntas 7 30,44

Jumlah 23 100

Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Siklus I dapat

diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 7 siswa dengan persentase

30,44%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal

sebanyak 16 siswa dengan persentase 69,56%.

Apabila dicermati dari tabel 4.3 dan 4.6 terdapat perbedaan

perolehan nilai. Meskipun data menunjukkan adanya peningkatan

belajar sebesar 26,09%, yaitu dari sebelum perbaikan sebesar 43,47%

menjadi 69,56% namun hal ini belum sepenuhnya perbaikan

pembelajaran pada siklus I berhasil. Sebab batas minimal ketuntasan

belajar klasikal adalah 80%. Maka peneliti berupaya memperbaiki

pembelajaran pokok bahasan energi serta mengadakan revisi-revisi

mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian terutama

menentukan perbaikan dalam mengoptimalkan pendekatan yang

dipakai, sehingga ditemukan variasi yang tepat untuk mencapai tujuan.

Kemudian peneliti melanjutkan pada program siklus II telah

direncanakan.

d. Refleksi siklus I

Pembelajaran IPS kelas IV siklus I ini belum berhasil sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Nilai yang diperoleh pada siklus I

terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 64,78 yang sudah

memenuhi KKM sebanyak 16 anak sedangkan yang belum memenuhi

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

61

KKM sebanyak 7 anak. Hal tersebut berarti belum mencapai

ketuntasan belajar secara klasikal. Hasil diskusi guru dengan observer

dapat mengungkapakan faktor penyebab kekurang keberhasilan dalam

pembelajaran yaitu:

a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat

siswa mencari pasangan jawaban atau soal masing-masing.

b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang

menjawab benar.

c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban,

sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama.

Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan

untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai

berikut:

1) Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru memikirkan cara

mengatasi kegaduhan yang nanti akan timbul

2) Memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban sehingga waktu

tidak terbuang sia-sia.

3) Memberikan reword kepada siswa yang menjawab benar baik

secara individu maupun kelompok. Reword/penguatan kepada

siswa berupa poin-poin.

4.4.2 Siklus II

a. Tahap Pelaksaan (Planning)

Bersama-sama dengan supervisor dan observer guru merevisi

RPP dan menyiapkan kembali scenario tindakan yang akan

dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil

diskusi dengan observer dan refleksi siklus I maka guru melakukan

upaya perbaikan pembelajaran, memandu siswa dalam mencari

pasangan jawaban dan memberikan reword/penguatan kepada siswa

yang menjawab benar. Selain itu guru juga menyiapkan kembali lembar

kerja siswa, lembar evaluasi, dan menyiapakan alat peraga. Tidak lupa

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

62

observer bersama guru juga menyepakati fokus observer dan kriteria

yang akan digunakan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Setelah guru menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,

guru bersama observer sepakat untuk melaksanakan kegiatan perbaikan

pembelajaran.

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal pada siklus II ini yang dilakukan oleh guru

meliputi beberapa kegiatan yaitu pembukaan pembelajaran dengan

salam, berdoa, mengabsen, mengatur tempat duduk siswa,

mengecek persiapan siswa dan mengingatkan cara duduk yang baik

saat membaca dan menulis, apersepsi dan motivasi. Kegiatan

apersepsi yang dilakukan adalah mengingat kembali tentang

pengurangan pecahan serta menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai.

b) Kegiatan Inti

Pada kegitan inti, guru menunjukkan kartu-kartu yang

dibawanya kemudin guru bertanya kepada siswa “kalian pasti

sudah tau fungsi kartu-kartu yang ibu bawa sekarang. Pada 2

pertemuan sebelumnya kita sudak bermain Make A Match,pada

pertemuan kali ini kita akan mengulangi permainan tersebet?”,

kemudian siswa menjawab. Setelah guru lakukan tanya jawab

seputar kartu-kartu yang dibawa guru, kemudian guru

menyampaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan yaitu

teknologi trasportasi. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam

setiap pembelajaran.. Untuk mengukur kemampuan siswa terhadap

materi ini guru kemudian menjelaskan permainan yang akan

dilakukan pada pertemuan hari ini yaitu permainan Make A Match..

Guru kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada

siswa. Setiap siswa mendapat satu kartu (bisa kartu jawaban, bisa

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

63

kartu soal). Setelah semua siswa mendapat kartu soal atau kartu

jawaban guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang oleh

masing-masing siswa. Kemudian siswa mencari pasangan kartu

yang cocok dari soal atau jawaban yang ia peroleh. Saat proses

pembelajaran berlangsung, siswa yang dapat mencocokkan kartu

jawaban atau soal sebelum batas waktu yang ditentukan mendapat

point atau penghargaan dari guru. Kegiatan ini dapat diulang

kembali, dengan mengocok kartu jawaban atau kartu soal dengan

maksud agar siswa dapat kartu soal atau kartu jawaban yang

berbeda. Guru mengoreksi kembali apakah pasangan yang siswa

dapat sudah benar atau belum dengan menggunakan metode tanya

jawab. Namun ketika siswa mencoba mencari pasangan atau soal

suasana kelas menjadi ramai tak terkendali. Baru setelah guru

mengarahkan siswa untuk tenang suasana menjadi tenang. Aktifitas

siswa dapat diamati oleh peneliti dan observer melalui lembar

observasi.

Setelah kegiatan ini berlangsung beberapa kali guru

kemudian memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang

materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membantu

siswa membuat kesimpulan tentang materi pertemuan hari ini.

Guru membagikan lembar kerja siswa untuk dikerjakan. Di akhir

kegiatan inti ini guru kemudian mengoreksi soal dengan cara

meminta siswa yang dapat mengerjakan soal untuk maju ke depan

dan mengerjakannya di papan tulis.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir ini guru meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan mengulangi kesimpulan

yang sudah dibuat. Guru dan siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran dan pemantapan dengan mendorong siswa untuk

lebih giat belajar. Kemudian mengadakan kegiatan tindak lanjut

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

64

yaitu meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan

dipelajari selanjutnya. Kemudian guru memberikan PR untuk

siswa.

c. Tahap Observasi (Observasion)

Observer malakukan pengamatan tehadap guru dan siswa yang

sedang melaksanakan kegitan pembelajaran perbaikan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi

akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya

tindakan penelitian terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan metode

kooperatif tipe make a match diperoleh hasil nilai belajar seperti pada

tabel 4.6.

4.4.2.1. Hasil Analisis Data Siklus II

Hasil analisis angket motivasi belajar pada siklus II dapat dilihat

pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7

Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II

Kategori Rentan Nilai Frekuensi Presentasi Keterangan

Sangat Tinggi 22-26 7 30,43 % A Tinggi 17-21 13 56,52% B Sedang 11-16 3 13,04% C Rendah 6-10 0 0% D Sangat Rendah 0-5 0 0%- E

Jumlah 23 100%

Dari tabel 4.7 siklus II motivasi belajar siswa dapat

dideskripsikan bahwa siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi ada

7 anak (30,43%), siswa yang memiliki motivasi tinggi ada 13 anak

(56,52% ), siswa yang memiliki motivasi sedang ada 3 anak (13,04% ),

sedangkan siswa yang memiliki motivasi rendah dan sangat rendah

tidah ada.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

d

b

Tingka

diagram 4.5 d

Ti

Hasil

bawah ini 4.8

No. Ni

1. <52. 50-3. 60-4. 70-5. 80-6. 90-

JumlahRata-rat

Nilai tertinNilai teren

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

0

at Motivasi

dibawah ini:

ingkat Moti

belajar sisw

8 dibawah in

Rekapitu

ilai Jumsis

50 0-59 2-69 2-79 4-89 4100 1

h 2ta nggi ndah

-5 6-10

0% 0%

Belajar Si

:

Diagram

ivasi Belajar

wa pada sikl

ni:

Tabel 4.8

ulasi Nilai S

Siklus Imlah swa

Pe(

0 2 82 84 14 1

11 423 1

11-16 17

13.04%

56

Persen

iswa Siklus

m 4.5

r Siswa Sikl

lus II dapat

Siklus II

Kersen (%)

0 8,70 B8,70 7,39 7,39 7,82 100

80 100 60

7-21 22-26

6.52%

30.43%

tase

I dapat di

lus II

t dilihat pad

Keterangan

- Belum Tunta

Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas

%

Pe

65

ilihat pada

da tabel di

n

as

ersentase

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

66

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif tipe make a match menunjukkan bahwa

perbandingannya siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=60)

adalah sebanyak 21 siswa sedangkan siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar sebanyak 2 siswa, jadi dapat diuraikan jumlah siswa

yang mendapat nilai � 50 tidak ada atau 0%, 50 s/d 59 sebanyak 2

siswa atau 8,70%, untuk nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 siswa atau 8,70%,

nilai 70 s/d 79 sebanyak 4 siswa atau 17,39%, nilai 80 s/d 89 sebanyak

4 siswa atau 17,39% dan yang memiliki nilai 90 s/d 100 sebanyak 11

siswa atau 47,82%. Dengan nilai rata-rata 80 sedangkan nilai tertinggi

adalah 100 dan nilai terendah adalah 60.

Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.8 dapat dibuat

diagram seperti pada gambar 4.6 dibawah ini:

Diagram 4.6

Hasil Perolehan Nilai Siklus II

Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus II

berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) dapat disajikan

dalam bentuk tabel 4.9

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

67

Tabel 4.9

Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II

No. Ketuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen (%)

1. Tuntas 21 91,30

2. Belum tuntas 2 8,7

Jumlah 23 100

Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus II dapat

diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 2 siswa atau persentase

8,7%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak

21 siswa dengan persentase 91,30%. Berarti dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif tipe make amatch pemahaman belajar

siswa meningkat pada materi yang telah disajikan oleh guru serta

indikator kinerja pada penelitian siklus II telah berhasil tercapai.

Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan

perbandingannya pada tabel 4.10

Tabel 4.10

Rekapitulasi Ketuntasan Angket Motivasi

Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Motivasi Belajar Kondisi Awal Siklus I Siklus II 1 Sangat Tinggi 3 6 7 2 Tinggi 7 12 13 3 Sedang 10 5 3 4 Rendah 3 0 0 5 Sangat Rendah 0 0 0

Dari tabel 4.10 diatas diketahui bahwa motivasi siswa pada

kondisi awal yang sangat tinggi dan tinggi ada 10 siswa (43,47%),

siklus I ada 18 siswa ( 78,26%), pada siklus yang ke II ada 20 siswa

(86,95%), motivasi belajar sedang dan rendah pada kondisi awal ada

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

1

a

ti

d

s

8

s

No

12

1

1

1

13 siswa (56

ada 3 siswa

idak ada.

Jadi pe

dan tinggi d

sedangkan o

86,95%.

Hasil a

Motivasi

Hasil

seperti dibaw

S

o. Nil

. Tun

. Tidak TJumlah

0

2

4

6

8

10

12

14

Sangat rendah

0

6,52%), pada

(13,04%), s

eningkatan m

dari kondisi

oada siklus

angket dapat

Belajar Pad

rekapitulasi

wah ini:

RekaSebelum Tin

lai

JuSi

ntas Tuntas h

Rendah Se

0

a siklus I ad

sedangkan m

motivasi bel

awal 43,47%

II motivasi

t dilihat pada

Diagram

da Kondisi A

i hasil belaj

Tabel 4apitulasi Kendakan, Sik

Sebelum

Tindakanmlah iswa

Pers(%

10 43,413 56,523 10

edang Tingg

5

12

a 5 siswa (2

motivasi sisw

lajar siswa d

% menjadi

i belajar me

a diagram 4.

m 4.7

Awal, Siklu

jar dapat di

4.11 etuntasan

klus I dan Si

Si

sen %)

JumlaSiswa

47 16 53 7 0 23

gi Sangat tinggi

2

6

21,73%), pad

wa yang san

dari yang sa

78,26% pad

eningkat lag

.10 dibawah

us I, dan Sik

ilihat pada

iklus II

iklus I

h a

Persen (%)

69,56 30,44 100

Kond

Siklus

Siklus

68

da siklus II

ngat rendah

angat tinggi

da siklus I,

gi menjadi

ini:

klus II

tabel 4.11

Siklus

Jumlah Siswa

P

21 2

23

disi Awal

s I

s II

II

Persen (%)

91,30 8,7 100

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

69

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.11

dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terbukti untuk klasifikasi Tuntas,

pada tindakan siklus I ada 7 siswa yang belum tuntas, sedangkan siklus

II jumlah siswa yang tuntas ada 21 siswa. Ini membuktikan bahwa

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPS.

Tabel 4.12

Peningkatan Hasil Belajar

No Hasil Belajar Siswa Peningkatan Hasil Belajar

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

1 Nilai Rata-Rata 57,82 64,78 80

2 Ketuntasan Belajar 43,47% 69,56% 91,30%

Dari tabel 4.12 dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar

yang dicapai oleh siswa. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelasnya

adalah 57,82 dengan ketuntasan belajar 43,47% yaitu 10 dari 23 siswa,

nilai tersebut sangat kurang dari KKM yang ditentukan sekolah

tersebut, berdasarkan kondisi inilah peneliti mengadakan penelitian

tindakan kelas. Pada pelaksanaan siklus I nilai nilai ketuntasan

belajarnya sebesar 69,56 % dan nilai rata-rata kelas yang dicapai

adalah 64,78 yaitu 16 dari 23 siswa hal ini membuktikan bahwa terjadi

peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan kondisi awal

sebelum diadakan penelitian. Nilai yang dicapai pada pelaksanaan

siklus I ini belum mencapai hasil yang maksimal karena dari

keseluruhan siswa yang berjumlah 23 belum semuanya mencapai nilai

ketuntasan, untuk itu peneliti melakukan tindak lanjut dengan

pelaksanaan penelitian pada siklus II. Sedangkan nilai rata-rata kelas

yang diperoleh pada pelaksanaan siklus II adalah 80 dengan nilai

ketuntasan 91,30% nilai ini sudah memenuhi KKM yang ditentukan

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

70

yaitu 60. Dengan pencapaian hasil belajar 91,30 % dapat di simpulkan

bahwa penelitaian ini sudah berhasil.

d. Refleksi siklus II

Sehubungan masih kurang berhasilnya pembelajaran pada

perbaikan pembelajaran siklus I maka peneliti berupaya menemukan

faktor penyebab kekurang berhasilan pembelajaran pada siklus I. Dari

kegiatan refleksi dan diskusi ditemukan faktor penyebabnya, yaitu guru

membagi siswa dalam jumlah besar sehingga tidak semua siswa bekerja

dalam mencari pasangannya. Dalam siklus II, guru akan menunjuk satu

persatu siswa dan langsung memberikan soal sehingga semua siswa

akan aktif untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Atas dasar data hasil pengamatan siswa pada saat KBM berlangsung,

pembelajaran dikatakan sangat baik dan kondusif sesuai yang

diharapkan peneliti dengan mewujudkan keaktifan dalam mengikuti

pembelajaran. Dari kegiatan tersebut terekam kondisi pembelajaran

yang mengarah pada peningkatan. Peningkatan tersebut meliputi

aktivitas guru maupun siswa dalam proses pembelajaran, serta hasil

evaluasi di akhir pembelajaran.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Siklus I

Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah penerapan metode

pembelajaran kooperatif tipe make a match. Metode ini merupakan penerapan

metode yang menggambarkan siswa bekerja dalam situasi pembelajaran

kelompok didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama mencari pasangan pada

suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya dalam menyelesaikan

tugas. Jadi dominasi guru dalam proses pembelajaran menjadi berkurang dan

siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Pada kegiatan inti siswa di bentuk dalam 2 kelompok dengan bimbingan

guru mengerjakan soal yang di berikan dan mencari pasangannya. Guru selalu

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

71

berusaha mengoptimalkan interaksi antar siswa atau antara siswa dengan guru

melalui kegiatan kelompok. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran

melalui kegiatan diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Pada akhir

pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan.

Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I masih belum optimal yaitu

hanya sebesar 69,56%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran belum merata, hanya

siswa tertentu saja yang sudah aktif dalam pembelajaran dan siswa yang aktif itu

pun sebagian besar merupakan siswa yang sudah aktif sebelum dilakukan

tindakan dan juga merupakan siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi.

Siswa yang belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena

meraka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan

atau mengemukakan pendapat.

Kurang optimalnya keaktifan siswa pada siklus I juga disebabkan karena

siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

belajar kelompok untuk mencari pasangannya. Kerjasama antar siswa belum

tampak nyata karena guru membagi siswa dalam jumlah besar sehingga ada siswa

yang tidak bisa mengerjakan soal yang di berikan oleh guru. Kegiatan siswa

dalam kelompok masih didominasi oleh siswa yang kemampuan akademiknya

tinggi. Siswa yang kurang pandai belum percaya diri untuk mengemukakan

pendapatnya dalam kegiatan diskus kelasi. Siswa tampaknya masih perlu berlatih

untuk mengemukakan pendapat dan menumbuhkan sikap percaya diri. .

Belum optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga berdampak pada

kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada siklus

I ini siswa yang tuntas belajar baru mencapai 69,56% dengan nilai rata-rata 64,78.

Siswa yang turut aktif dalam menemukan konsep tentang materi yang dipelajari

akan lebih mudah paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya

sekedar melihat dan mengamati. .

Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan

salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu sedapat

mungkin guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif agar mereka berusaha

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

72

menemukan sendiri suatu konsep yang dipelajari. Guru hanya berperan sebagai

fasilitator yang mengarahkan siswa melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan

siswa seperti melakukan kegiatan diskusi.

Guru harus lebih banyak memberikan motivasi yang dapat

membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa memiliki kepercayaan diri

untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat

memberikan bimbingan dan pemantauan atas jalannya diskusi secara menyeluruh

kepada semua kelompok sehingga kegiatan diskusi dapat berkembang dengan

baik dan guru dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Guru

harus selalu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, tidak

menegangkan, serta memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsusng dalam

proses pembelajaran.

4.5.2 Siklus II

Metode pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilaksanakan guru kelas karena siswa mampu

saling bertukar informasi dalam melaksanakan tugas yang diberikan dan di

samping itu siswa akan saling tukar menukar informasi sehingga terjadi interaksi

edukatif yang dapat mempercepat pemahaman terhadap materi pelajaran yang

dipelajarinya.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru membagi siswa dalam

bentuk kelompok kecil seperti yang di lakukan dalam siklus I, tetapi guru

langsung memberikan pertanyaan kepada siswa yang di tunjuk dan siswa yang

lain langsung menjawab pertanyaan dari temannya itu, siswa yang cepat

menjawab sebelum batas waktu yang ditentukan akan mendapatkan poin dari

guru. Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran yang terjadi pada tindakan

siklus II ini,siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan partisipasi.. Apabila ada

permasalahan yang sulit dipecahkan oleh siswa, disini guru membimbing serta

Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe make a

match(mencari pasangan) maka hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai

91,30% meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

73

siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan

belajar 80%.

Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan beberapa

siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini

disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi sangat rendah dan motivasi

belajarnya kurang.

Dari hasil diskusi dengan observer diketahui bahwa gejala yang paling

umum terjadi adalah:

a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat siswa mencari

pasangan jawaban atau soal masing-masing.

b) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar.

c) Guru tidak memandu siswa dalam mencari pasangan jawaban, sehingga waktu

yang dibutuhkan cukup lama.

Pelaksanaan hasil tes akhir siklus II siswa sudah mencapai ketuntasan

belajar klasikal yaitu siswa yang tuntas adalah 21 siswa dengan presentase

91,30%. Maka pada siklus II tuntas belajarnya. Keberhasilan tindakan kelas

dengan metode pembelajaran kooperatif di kelas IV mencapai 91,30% tersebut

dianggap tuntas belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam penelitian yang telah dilakukan jelas bahwa terjadi adanya

peningkatan baik itu berupa motivasi siswa, dan hasil belajar siswa. Peningkatan

hasil belajar siswa berupa nilai, LKS, dan ulangan harian. Hal ini dapat

membuktikan bahwa penerapan metode pembelajaran Make-A Match sangat

cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran, terutama mata pelajaran IPS. Di

dalam penerapan model pembelajaran Make-A Match pelaksanaannya dalam

bentuk permainan, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa sekaligus

berdampak pada meningkatnya hasil belajar.

Motivasi siswa yang sebelumnya dalam pembelajaran masih kurang,

setelah menggunakan penerapan metode pembelajaran Make-A Match terjadi

adanya peningkatan motivasi di dalam pembelajaran. Siswa yang sebelumnya

tidak aktif bertanya, senang bermain sendiri, sering tidak mengerjakan PR, setelah

menggunakan penerapan metode pembelajaran Make-A Match menjadi aktif

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/804/5/T1... · seperti lembar observasi yang telah kami sepakati dengan ... Aktifitas siswa dapat

74

bertanya, tidak bermain sendiri, dan sudah mau mengerjakan PR. Hal ini

disebabkan karena siswa sudah tertarik dengan permainan metode pembelajaran

Make-A Match. Salama ini pembelajaran yang berlangsung belum pernah

menggunakan metode pembelajaran berupa permainan. Karena sudah tertarik,

menjadi aktif bertanya, tidak bermain sendiri, dan sudah mau mengerjakan PR.

Kerjasama yang terjalin antar siswa menjadi lebih erat lagi, karena permainan ini

membutuhkan kerjasama yang tinggi. Kerjasama yang tinggi dibuktikan oleh

siswa dalam memecahkan masalah pada saat permainan berlangsung. Penerapan

metode pembelajaran Make-A Match menuntun siswa untuk lebih aktif dalam

mencari pasangan jawaban atau soal yang tepat. Maka jelaslah bahwa penerapan

metode pembelajaran Make-A Match mengajak para siswa untuk berpikir

setingkat lebih tinggi dalam pembelajaran.

Malalui penarapan metode pembelajaran Make-A Match memacu guru

agar lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Kreatif dalam arti aktif membuat

kartu-kartu soal atau jawaban, dan aktif dalam membimbing siswanya untuk dapat

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan menggunakan model

pembelajaran kkoperatif tipe Make-A Match keterampilan guru dalam mengajar

akan lebih terasah. Diantaranya adalah kemampuan guru dalam menciptakan

suasana kelas yang lebih menyenangkan, sehingga dalam proses pembelajaran

siswa tidak akan merasa bosan. Siswa lebih kreatif sehingga suasana kelas akan

lebih hidup yang pada akhirnya dapat menghapus anggapan bahwa mata pelajaran

IPS adalah mata pelajaran yang menbosankan.

Hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe Make-A Match. Hal ini dikarenakan semangat siswa mulai terpacu

untuk rajin dalam belajar.