bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Wonoyoso, yaitu sebuah
Sekolah Dasar di desa Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang. SD Negeri Wonoyoso berdiri pada tahun 1976 dan 1999. SD
Negeri Wonoyoso ini letaknya sangat strategis yaitu dekat dengan jalan
desa sehingga mudah dijangkau baik siswa, guru maupun dinas-dinas
terkait. Jumlah siswa yang terdapat di SD Negeri Wonoyoso mulai dari
kelas I sampai kelas VI yaitu 413 siswa dengan kelas paralel dua kelas
kecuali kelas I yaitu 3 kelas, mayoritas agama yang dianut siswa adalah
Muslim dan hanya terdapat seorang siswa yang beragama Kristen.
Jumlah tenaga pendidik di SD Negeri Wonoyoso sebanyak 11 guru
PNS dan 5 GTT, seorang kepala sekolah, seorang petugas TU, seorang
petugas perpustakaan dan seorang penjaga sekolah.
4.1.2 Gambaran Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam materi Gaya kelas IV A Sekolah Dasar Wonoyoso dengan
jumlah 33 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 22 siswa
perempuan dengan posisi duduk 1 meja untuk 2 orang siswa dengan
ruang kelas cukup luas dan terang sehingga siswa dapat belajar dengan
tenang dan nyaman.
Adapun alasan yang menjadikan pertimbangan peneliti memilih
Sekolah Dasar Negeri Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang dalam pembelajaran di kelas IV A khususnya pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu karena guru kurang mamiliki
variasi dalam memberikan model pembelajaran khususnya belajar
dalam bentuk kelompok. Oleh karena itu, peneliti memilih kelas IV A
39
SD Negeri Wonoyoso sebagai subyek peneliti untuk mengetahui
seberapa jauh peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT).
4.1.3 Kondisi Pra Siklus (Kondisi Awal)
Kondisi awal di SDN Wonoyoso khususnya kelas IV A pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebelum diadakan tindakan,
menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung hanya
berpusat pada guru (teacher center) sementara siswa hanya sebagai
pendengar saja. Akibatnya siswa kurang antusias dalam mengikuti
kegiatan belajar di kelas. Kondisi pembelajaran yang berpusat pada
guru seperti ini membuat siswa pasif terhadap pembelajaran karena
siswa hanya dapat menerima materi saja tanpa memiliki kemampuan
untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
kesulitan mengembangkan potensinya dan berdampak pada hasil
belajar siswa.
Berdasarkan pengamatan dan hasil observasi di kelas IV A SDN
Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, nampak
bahwa 51,5% atau 17 siswa dari 33 siswa tidak bertanya jawab ketika
diberi kesempatan bertanya, 30,3 % atau 9 dari 33 siswa bercanda
tanpa arah saat proses pembelajaran dan 18,2% atau 7 dari 33 siswa
nampak lesu saat mengikuti pembelajaran. Selain keaktifan siswa
dalam kelas nampak bahwa hasil belajar siswa rendah, dari hasil
evaluasi proses pembelajaran tersebut diperoleh data sebagai berikut,
yaitu dari 33 siswa hanya 51,5% yaitu 17 siswa yang mendapat nilai di
atas KKM yang ditentukan, sedangkan 48,5% dari 16 siswa lainnya
mendapat nilai di bawah KKM yang telah ditetapkan yaitu 75.
40
Diagram 4.1
Keaktifan siswa pada Pra Siklus
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan hasil belajar pada Pra Siklus
NO STANDAR KETUNTASAN JUMLAH
SISWA PERSENTASE
1 ≥ 75 Tuntas 17 51,5 %
2 < 75 Tidak Tuntas 16 48,5 %
JUMLAH 33 100 %
Dari Tabel 4.2 nampak bahwa siswa yang tuntas dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV A SD N Wonoyoso
Kecamatan Pringapus yang berjumlah 33 siswa sebanyak 17 siswa atau
51,5 % tuntas sedangkan 16 siswa atau 48,5% siswa tidak tuntas.
Berdasarkan pada Tabel 4.2 dapat digambarkan diagram batang 4.3
sebagai berikut :
51.5 %30.3 %
18.2 % Tidak Bertanya Jawab
Bercanda
Lesu
41
Diagram 4.3 Ketuntasan hasil belajar pada Pra Siklus
Berdasarkan Diagram diatas, ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan
adalah sebanyak 17 siswa atau 51,5 % belum tuntas dan 16 siswa atau 48,5 %
tuntas dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Wonoyoso.
Rendahnya hasil belajar IPA dipengaruhi oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran masih menggunakan metode konvensional dan pemberian tugas tanpa
adanya interaksi yang membuat siswa kurang aktif selama proses belajar di kelas
sehingga siswa merasa bosan dan hasil belajar IPA juga tidak optimal. Selain itu,
siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan teman satu bangku
sehingga siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang
diajarkan. Dengan kondisi seperti pada diagram diatas, dengan ketuntasan belajar
yang hanya 51,5% peneliti merancang Penelitian Tindakan Kelas sesuai rencana
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian
menggunakan model TGT (Teams Games Tournaments) yang akan diterapkan
dalam dua Siklus, Siklus pertama 2x pertemuan dan Siklus kedua 3x pertemuan.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
≥ 75 <75
Tuntas
Tidak Tuntas
42
4.1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Dalam Siklus I terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
a) Perencanaan
Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi
“Memahami gaya (tarikan dan dorongan) dapat mengubah gerak suatu benda”.
Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan, lembar kerja siswa, lembar
evaluasi Siklus I, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi menjadi
6 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa. Saat proses pembelajaran berlangsung,
observer mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan mengisi lembar
observasi.
b) Tindakan dan Observasi
1) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin, 17 Maret 2014 beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Senin, 17 Maret 2014 pukul
07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan,
siswa duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-
6 orang. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, berdoa,
mengabsen kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota
kelompok, menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Sebelumnya guru menjelaskan Model pembelajaran yang akan digunakan
yakni model TGT(Teams games tournament). Kemudian, melakukan apersepsi
dengan bernyanyi bersama lagu “Naik Delman ” sesudahh itu guru bertanya,
apakah kalian pernah naik delman? Delman dapat berjalan karena ditarik oleh
kuda” Guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari, yaitu
dengan gaya, suatu benda dapat bergerak atau mengubah bentuk suatu benda”
43
Kegiatan inti
Guru meminta 2 orang siswa untuk maju kedepan kelas untuk
mempraktikan mendorong atau menarik beberapa benda yang ada di sekitar
kelas (misalnya kursi) dan meminta teman yang lain mengamati kegiatan
tersebut, melakukan tanya jawab dengan siswa tentang percobaan yang telah
dilakukan, guru menjelaskan sedikit tentang hal-hal yang berkaitan tentang
materi gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda lalu guru
memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok, siswa melakukan
percobaan dan mendiskusikan hasil dari percobaan tersebut, yang kemudian
siswa berdiskusi untuk membuat daftar nama benda yang termasuk dorongan
dan tarikan. Setelah semua kelompok selesai untuk mengerjakan, guru
menyebut salah satu nomor untuk maju ke depan dengan sumua anggota
kelompok tetapi nomor yang ditunjuk yang menyampaikan hasil diskusinya,
kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain dan guru
memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
Kegiatan Akhir
Membimbing siswa untuk merangkum hasil pembelajaran, guru
mengadakan refleksi (pengulangan materi pembelajaran yang telah dilakukan
serta guru meberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari).
Menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan disampaikankan
pada pertemuan berikutnya dan diakhiri dengan salam penutup.
2) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Maret 2014. Langkah-
langkah pembelajarannya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 WIB. Sebelum
pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan, siswa duduk dengan
anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6 orang dan memakai
44
ikat nomor di kepala. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan
salam, berdoa, mengabsen kelas, menginformasikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Kemudian, melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa
”apakah kalian pernah melihat buah mangga yang jatuh? mengapa buah
mangga jatuh ke bawah tidak melayang ke udara?” Guru menginformasikan
tentang materi yang akan dipelajari, yaitu ”Gaya dapat mengubah gerak
dan/atau bentuk suatu benda”
Kegiatan Inti:
Kegiatan inti siswa melakukan percobaan dengan menggunakan
plastisin. Guru menjelaskan sedikit tentang hal-hal yang berkaitan dengan
materi (gaya tarikan dan dorongan ) dapat mengubah gerak atau bentuk suatu
benda, guru memberikan gambar kepada setiap kelompok yang berhubungan
dengan materi. Dengan bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan
gambar yang diterima anggota kelompoknya. Setelah semua anggota
kelompok selesai berdiskusi, guru menyebut salah satu perwakilan anggota
kelompok untuk maju ke depan kelas menyampaikan hasil diskusinya,
kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain. Guru
dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda
Kegiatan Akhir:
Guru mengadakan refleksi yang berupa pengulangan materi
pembelajaran yang telah dilakukan serta guru memberikan contoh dalam
kehidupan sehari-hari, selanjutnya siswa diminta untuk mengatur tempat
duduk seperti semula. Guru membagikan lembar evaluasi Siklus I untuk
dikerjakan oleh semua siswa secara individu. Siswa dan guru membahas
latihan soal, diakhiri dengan salam penutup.
c) Hasil Observasi
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran
yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan
45
model TGT (Teams games tournaments) dalam kegiatan pembelajaran, dengan
menggunakan lembar observasi yaitu dari lembar observasi keaktifan siswa.
Data hasil observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I
no pertemuan hasil observasi
Jumlah kriteria
1 I 38 C
2 II 42 C
Dari data tabel diatas untuk Siklus I observasi yang dilakukan oleh
observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran
menggunakan Model TGT (Teams games tournament) yang diterapkan
oleh guru memperoleh jumlah 38 dengan kategori C (Cukup) hal ini
dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan Model TGT (Teams
games tournament) meskipun guru sudah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan Model TGT (Teams games tournaments) tetapi belum
maksimal karena guru harus beulang-ulang menjelaskan serta melatih cara
menggunakan alat peraga, masih ada beberapa siswa yang berbicara
dengan teman satu bangku, saat berdiskusi malah bermain sendiri, masih
adanya beberapa siswa dari anggota kelompok tidak ikut berdiskusi namun
malah bermain, dan membicarakan topik diluar materi pelajaran.
Observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa
pertemuan II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams games
tournament) yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 42 dengan
kategori C (Cukup). Ada peningkatan dibandingkan dengan pertemuan
pertama, hal ini dikarenakan guru sudah menggunakan Model TGT (Teams
games tournament) secara maksimal dan siswa juga mulai terbiasa dengan
model pembelajaran TGT walaupun masih ada sebagian siswa saat diskusi
46
kelompok masih ada yang bercanda dan berbicara sendiri dengan
temannya, siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya masih ada yang
tidak ikut berdiskusi dengan kelompoknya namun intensitasnya hanya
beberapa siswa, serta masih terdapatnya kelompok yang bercanda maka
guru harus berulang-ulang menjelaskan serta melatih cara menggunakan
alat peraga.
4.1.5 Hasil Analisis Data Siklus I
4.1.5.1 Siklus I
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Model TGT
(Teams games tournament) yang terdiri dari 2x pertemuan pada Siklus I
dan diperoleh hasil belajar pada akhir Siklus I pada pertemuan ke-2 seperti
pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Siklus I ( KKM ≥ 75 )
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model
TGT (Teams games tournament) ada peningkatan jika dibandingkan
dengan nilai yang diperoleh pada Pra Siklus, untuk skor nilai < 75
terdapat 8 siswa dengan persentase 24,3%, dan skor nilai ≥ 75 terdapat
25 siswa dengan persentase 75,7%. Jadi dilihat dari nilai KKM yaitu
75 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 8 siswa.
Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)
< 75 Tidak Tuntas 8 24,3
≥ 75 Tuntas 25 75,7
Jumlah 33 100
47
Untuk lebih jelasnya data nilai pada Tabel 4.5 dapat dilihat pada
data distribusi frekuensi diagram batang pada Gambar 4.6 dibawah ini.
Gambar 4.6
Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I
Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai Siklus I dapat diketahui
bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 75 sebanyak 8 siswa
yang tidak tuntas, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
sebanyak 25 siswa. Persentase belajar siswa pada tabel 4.7 di bawah
ini.
Gambar 4.7
Diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar IPA
Berdasarkan Gambar 4.7 kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan Model Model TGT (Teams games tournament) siswa
0
5
10
15
20
25
30
Tuntas Tidak Tuntas
Tuntas (25 siswa)
Tidak Tuntas (8 siswa)
Tidak tuntas ( 24,3% )
Tuntas (75.7% )
24,3%
75,5%
48
yang belum tuntas atau di bawah KKM = 75 sebanyak 8 siswa dengan
persentase 24,3% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya
sebanyak 25 siswa dengan persentase 75,7%. Untuk lebih
meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar siswa di atas KKM
= 75 diperlukan Siklus II sebagai penguat bahwa dengan menggunakan
model TGT (Teams games tournament) dapat digunakan untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA.
4.1.6 Refleksi Siklus I
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, guru kelas melakukan
diskusi dengan observer yang telah melakukan pengamatan selama
proses pembelajaran dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat
semua temuan dalam perbaikan pembelajaran Siklus I. selanjutnya
digunakan untuk menyusun perbaikan pembelajaran Siklus II.
Setelah selesai pembelajaran pada Siklus I maka dilaksanakan
evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar nilai 75
maka di peroleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 33 siswa
dalam belajarnya sebanyak 25 siswa yang tuntas dengan mendapat
nilai ≥75 dan 8 siswa tidak tuntas dengan mendapat nilai di bawah
KKM. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu
ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa penulis memberikan
patokan 75% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya
meningkat dengan mencapai nilai di atas KKM=75 berdasarkan hasil
evaluasi siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah
meningkat, semula 51,5% menjadi 75,9 % dengan jumlah keseluruhan
siswa dengan nilai maksimal 85 dan minimal 60. Selanjutnya, sebagai
pemantapan pada Siklus I akan dilanjutkan pada Siklus II dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams games
tournament) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV A SD Negeri Wonoyoso. Setelah diketahui hasil
49
pengamatan dari observer pada Siklus I, maka secara keseluruhan hasil
refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran Siklus I adalah
sebagai berikut:
Hambatan:
Penggunaan Model Model TGT (Teams games tournament) dalam
penerapannya masih terdapat banyak kekurangan, saat diskusi
berlangsung siswa cenderung asyik dengan mainannya sendiri,
membicarakan topik diluar materi pelajaran dan siswa hanya aktif dan
kompak saat guru berdiri di samping kelompok saat diskusi, kurangnya
komunikasi siswa saat diskusi kelompok sehingga hasil belajar siswa
kurang maksimal. Selain itu siswa masih merasa takut jika ingin
bertanya dengan guru, sehingga masih terdapat kebingungan dalam
pembelajaran.
Penyelesaian
Untuk mengatasi hambatan seperti diatas (siswa lebih cenderung
asyik dengan mainannya sendiri, membicarakan topik diluar materi
pelajaran, siswa hanya kompak saat guru berada di samping, kurangnya
komunikasi dalam kelompok) pada Siklus II guru akan meminta bantuan
observer untuk memantau dan membimbing saat diskusi kelompok,
memberikan hadiah (reward) serta pujian kepada kelompok yang mampu
mengumpulkan poin banyak yaitu kelompok yang paling banyak
menjawab benar dan memberi pemahaman yang benar pada siswa
tentang bagaimana cara bertanya jika siswa belum mengerti dalam
pembelajaran.
4.1.7 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan Siklus II terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai
berikut:
a) Perencanaan
Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
materi “Memahami gaya (tarikan dan dorongan) dapat mengubah
50
gerak suatu benda”. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan,
lembar kerja siswa, lembar evaluasi Siklus II, rubrik penelitian dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Untuk memperlancar
pelaksanaan pembelajaran siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang
terdiri dari 5-6 siswa. Saat proses pembelajaran berlangsung,
observer mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan
mengisi lembar observasi.
b) Tindakan dan Observasi
1) Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Maret 2014
terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Rabu, 19 Maret
2014 pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata
rapi sesuai persiapan, siswa duduk dengan anggota kelompoknya
masing-masing yang berjumlah 5-6 orang. Untuk mengawali
pembelajaran ini guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen
kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota
kelompok, menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Kemudian, melakukan apersepsi dengan guru
memperlihatkan gambar seorang pengrajin vas bunga yang sedang
membuat vas”, lalu guru menginformasikan tentang materi yang
akan dipelajari, yaitu gaya dapat mengubah bentuk suatu benda”
Kegiatan inti
Guru meminta 2 orang siswa untuk maju kedepan kelas untuk
melakukan percobaan yaitu siswa diberi kertas kemudian siswa
diminta untuk meremasnya dan siswa yang satu diberi balon yang
sudah ditiup kemudian diletuskan dengan jarum, guru menjelaskan
sedikit tentang hal-hal yang berkaitan tentang materi gaya dapat
mengubah bentuk suatu benda lalu guru memberikan selembar
51
kertas kepada setiap kelompok, siswa melakukan percobaan dan
mendiskusikan hasil dari percobaan tersebut, yang kemudian siswa
berdiskusi untuk memberikan gaya yang dapat mengubah benda.
Setelah semua kelompok selesai untuk mengerjakan, guru
menyebut salah satu nomor untuk maju ke depan dengan sumua
anggota kelompok tetapi nomor yang ditunjuk yang
menyampaikan hasil diskusinya, kelompok yang lainnya
menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain dan guru memberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas.
Kegiatan Akhir
Membimbing siswa untuk merangkum hasil pembelajaran,
guru mengadakan refleksi (pengulangan materi pembelajaran yang
telah dilakukan serta guru meberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari). Menginformasikan kepada siswa mengenai materi
yang akan disampaikankan pada pertemuan berikutnya dan diakhiri
dengan salam penutup.
2) Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret 2014,
beberapa kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Senin, 24 Maret
2014 pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata
rapi sesuai persiapan, siswa duduk dengan anggota kelompoknya
masing-masing yang berjumlah 5-6 orang. Untuk mengawali
pembelajaran ini guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen
kelas, membagi nomor kepada setiap siswa dalam anggota
kelompok, menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Kemudian, melakukan apersepsi yaitu dengan guru
memperlihatkan plastisin kepada siswa. Guru bertanya “Mengapa
52
plastisin dapat berbentuk sesuai dengan yang kita inginkan?”. Guru
menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari, yaitu gaya
dapat mengubah bentuk suatu benda”
Kegiatan inti
Guru meminta seorang siswa untuk maju kedepan kelas untuk
melakukan percobaan merubah plastisin menjadi beberapa bentuk
(lingkaran, segitiga), melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
percobaan yang telah dilakukan, guru menjelaskan sedikit tentang
hal-hal yang berkaitan tentang materi gaya dapat mengubah bentuk
suatu benda lalu guru memberikan selembar kertas kepada setiap
kelompok yaitu dengan guru memberikan selembar gambar yang
gambarnya bermacam-macam yaitu gambar anak melakukan
dorongan, tarikan dll yang kemudian siswa berdiskusi untuk
mengelompokkan benda yang termasuk dorongan dan tarikan, gaya
dapat mengubah bentuk atau gerak benda, serta memberikan
contoh lain dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang
memanfaatkan gaya. Setelah semua kelompok selesai untuk
mengerjakan, guru menyebut salah satu nomor untuk maju ke
depan dengan sumua anggota kelompok tetapi nomor yang
ditunjuk yang menyampaikan hasil diskusinya, kelompok yang
lainnya menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain dan guru
memberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang
belum jelas.
Kegiatan Akhir
Membimbing siswa untuk merangkum hasil pembelajaran,
guru mengadakan refleksi (pengulangan materi pembelajaran yang
telah dilakukan serta guru meberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari). Menginformasikan kepada siswa mengenai materi
53
yang akan disampaikankan pada pertemuan berikutnya dan diakhiri
dengan salam penutup.
3) Pertemuan Ketiga
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Maret 2014.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 WIB. Sebelum
pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan, siswa duduk
dengan anggota kelompoknya masing-masing yang berjumlah 5-6
orang dan memakai ikat nomor di kepala. Untuk mengawali
pembelajaran ini guru mengucapkan salam, berdoa, mengabsen
kelas, menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kemudian, melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa ”
Benda-benda yang mendapat gaya dapat bergerak atau berubah
bentuk?” guru bertanya pada siswa “Mengapa hal itu bisa
terjadi?”. Guru menginformasikan tentang materi yang akan
dipelajari, yaitu ”Gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk
suatu benda”
Kegiatan Inti:
Siswa melakukan percobaan dengan bebrapa benda, intasan
yang halus dan kasar, lintasan yang lebar dan sempit, lintasan yang
pendek dan panjang, bola atom yang kecil, kelereng dll. Dengan
bimbingan guru setiap kelompok mendiskusikan percobaan
tersebut dengan anggota kelompoknya. Setelah semua anggota
kelompok selesai berdiskusi, guru menyebut salah satu perwakilan
anggota kelompok untuk maju ke depan kelas menyampaikan hasil
diskusinya, kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi dari
kelompok lain. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil
54
percobaan bahwa gaya dapat mengubah geraksuatu benda, dari
yang awalnya diam menjadi bergerak, begerak makin cepat, dan
berubah arah,
Kegiatan Akhir:
Guru mengadakan refleksi (pengulangan materi
pembelajaran yang telah dilakukan serta guru meberikan contoh
dalam kehidupan sehari-hari), selanjutnya siswa diminta untuk
mengatur tempat duduk seperti semula. Guru membagikan lembar
evaluasi Siklus II untuk dikerjakan oleh semua siswa secara
individu. Siswa dan guru membahas latihan soal, diakhiri dengan
salam penutup.
c) Hasil Observasi
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan
pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur
keberhasilan penerapan model TGT (Teams games tournament) dalam
kegiatan pembelajaran, dengan menggunakan lembar observasi yaitu dari
lembar observasi keaktifan siswa. Data hasil observasi keaktifan siswa
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.8
Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II
no pertemuan hasil observasi
Jumlah kriteria
1 I 48 C
2 II 64 B
3 II 71 A
Dari data tabel diatas untuk Siklus II observasi yang dilakukan oleh
observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran
55
menggunakan Model TGT (Teams games tournament) yang diterapkan
oleh guru memperoleh jumlah 48 dengan kategori C (Cukup) hal ini
dikarenakan saat berdiskusi malah bermain sendiri, masih adanya beberapa
siswa dari anggota kelompok tidak ikut berdiskusi namun malah bermain
sehingga guru harus masih berulang-ulang menjelaskan serta melatih cara
menggunakan alat peraga pada kelompok tertentu dan siswa juga
membicarakan topik diluar materi pelajaran. Pada pertemuan II
pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams games tournament) yang
diterapkan oleh guru memperoleh jumlah 64 dengan kategori B (Baik) hal
ini dikarenakan ada beberapa siswa dari anggota kelompok terkadang
membicarakan topik diluar materi pelajaran. Observasi yang dilakukan
oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan III pembelajaran
menggunakan Model TGT (Teams games tournament) yang diterapkan
oleh guru, memperoleh jumlah 71 dengan kategori A (Sangat Baik). Ada
peningkatan dibandingkan dengan pertemuan kedua, hal ini dikarenakan
siswa juga mulai terbiasa dengan model pembelajaran TGT, siswa sudah
aktif dalam pembelajaran, tidak ada siswa yang bermain sendiri ataupun
berbicara dengan teman satu bangku maupun kelompok, terjalinnya
komunikasi antara siswa sehingga kerjasama terjalin saat berdiskusi
dengan kelompoknya.
4.1.8 Hasil Analisis Data Siklus II
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Model TGT
(Teams games tournament) yang terdiri dari 3x pertemuan pada Siklus II
dan diperoleh hasil belajar pada akhir Siklus II pada pertemuan ke-3
seperti pada tabel dibawah ini.
56
Tabel 4.9 Hasil belajar Siswa Siklus II
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model
TGT (Teams games tournament) ada peningkatan jika dibandingkan
dengan nilai yang diperoleh pada Siklus II, untuk skor nilai < 75
terdapat 1 siswa dengan persentase 3,1%, dan skor nilai ≥ 75 terdapat
33 siswa dengan persentase 96,9%. Jadi dilihat dari nilai KKM yaitu
75 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 32 siswa dan siswa yang
belum tuntas sebanyak 1 siswa.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada Tabel dibawah ini dapat dilihat
data distribusi frekuensi Diagram batang
Gambar 4.10 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II
Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus II dapat diketahui
bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM= 75 sebanyak 1 siswa
yang tidak tuntas, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
0
5
10
15
20
25
30
35
Tidak Tuntas Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)
< 75 Tidak Tuntas 1 3,1
≥ 75 Tuntas 32 96,9
Jumlah 33 100
57
sebanyak 32 siswa. Persentase belajar siswa pada diagram di bawah
ini.
Gambar 4.11
Diagram lingkaran distribusi ketuntasan belajar IPA
Berdasarkan pada gambar 4.11 kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan Model Model TGT (Teams games tournament) siswa
yang belum tuntas atau di bawah KKM = 75 sebanyak 1 siswa dengan
persentase 3,1 % sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya
sebanyak 32 siswa dengan persentase 96,9%.
4.1.9 Refleksi Siklus II
Setelah selesai pembelajaran pada Siklus II maka dilaksanakan
evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar (KKM)
75 maka di peroleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 33 siswa
dalam belajarnya sebanyak 32 siswa yang tuntas dengan mendapat
nilai ≥75 dan 1 siswa tidak tuntas dengan mendapat nilai di bawah
KKM. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu
ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa penulis memberikan
patokan 75% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya
meningkat dengan mencapai nilai di atas KKM=75 dan 96,9 %.
berdasarkan hasil evaluasi siswa.
Tidak tuntas ( 3,1% )
Tuntas ( 96,9% )
58
Berdasaran hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah
meningkat semula 75,9 % menjadi 96,9 % dengan jumlah keseluruhan
33 siswa, nilai minimal 70 dan nilai maksimal 100, rata-rata semula
75,9 pada Siklus II meningkat menjadi 87,1. Dengan demikian
berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa pada Siklus II telah mencapai
indikator kinerja dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
Siklus I.
Diketahui hasil pengamatan dari observer pada Siklus I yaitu
Penggunaan Model Model TGT (Teams games tournament) dalam
penerapannya masih terdapak kekurangan saat diskusi berlangsung
siswa cenderung asyik dengan mainannya sendiri, membicarakan topik
diluar materi pelajaran dan siswa hanya kompak saat guru berdiri di
samping kelompok saat diskusi. Selain itu juga terdapat kurangnya
komunikasi siswa saat diskusi kelompok sehingga hasil belajar siswa
kurang maksimal.
Pada Siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa
melakukan diskusi guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok
lainnya dan meminta observer untuk membantu guru memantau dan
membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok. Dengan
tindakan seperti diatas maka guru dapat mengatasi hambatan (siswa
lebih cenderung asyik dengan mainannya sendiri, membicarakan topik
diluar materi pelajaran, siswa hanya kompak saat guru berada di
samping, kurangnya komunikasi dalam kelompok) pada Siklus II
dengan guru memberikan hadiah (reward) kepada kelompok yang
mampu mengumpulkan poin banyak yaitu kelompok yang paling
banyak menjawab benar dan menyuruh siswa yang memiliki poin
rendah untuk membelikan permen kelompok lain.
4.1.10 Rekapitulasi Nilai Pra Siklus, Tindakan Siklus I, Siklus II
Hasil tindakan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
telah terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui
penerapan model Teams Games Tournaments (TGT) pada mata
59
pelajaran IPA kelas IV A SD Negeri Wonoyoso pada Semester II
Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini.
Tabel 4.12 Perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Ketuntasan
Belajar
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Frekuensi % Frekuen
si % Frekuensi %
≥ 75 17 51,5 25 75,7 32 96,9
< 75 16 48,5 8 24,3 1 3,1
Jumlah 33 100 33 100 33 100
Dari tabel tersebut terlihat adanya peningkatan ketuntasan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA, pada Pra Siklus 48,5 % atau 16
siswa tidak tuntas dan 51,5% atau 17 siswa tuntas, Siklus I 24,3% atau 8
siswa siswa tidak tuntas dan 75,7 % atau 25 siswa tuntas serta pada Siklus
II 3,1% atau 1 siswa tidak tuntas dan 96,9% atau 32 siswa tuntas.
Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan pada Diagram perbandingan
ketuntasan hasil belajar di bawah ini.
Gambar 4.13
Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada pembelajaran
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
0
5
10
15
20
25
30
35
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tidak Tuntas
Tuntas
60
Selain pada tingkat ketuntasan hasil belajar yang meningkat perolehan skor
maksimal juga meningkat yaitu pada Pra Siklus sebesar 80 pada Siklus I menjadi
85 dan pada Siklus II menjadi 100. Begitu pula dengan perolehan skor minimal
juga meningkat yaitu pada Pra Siklus sebesar 45 pada Siklus I meningkat menjadi
60 ,pada Siklus II meningkat menjadi 70. Hasil tersebut dapat dilihat pada gambar
grafik perbandingan skor minimal berikut ini.
Gambar 4.14
Diagram Perbandingan nilai maksimal dan nilai minimal Pra Siklus, Siklus
I, dan Siklus II
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Fokus perbaikan pada penelitian ini adalah peningkatan keaktifan dan hasil
belajar siswa melaui penerapan model pembelajaran Teams Games
Tournamens (TGT).
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas IV A SD
Negeri Wonoyoso Kecamatan Pringapus nampak terjadi peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran melalui model
pembelajaran Teams Games Tournamens (TGT). Pada Pra Siklus 48,5 %
siswa tidak tuntas dan 51,5% siswa tuntas, rata-rata 67,57 % , nilai terendah
60, nilai tertinggi 80. Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas
0
20
40
60
80
100
120
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai Minimal
Nilai maksimal
61
dan tidak tuntas hanya dengan metode ceramah saja, hal ini karena daya
tangkap antara siswa satu sama lain memiliki perbedaan jika hanya
mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan yang sesuai yaitu
bagaimana menekankan aktifitas siswa dikelas agar lebih berkembang secara
optimal dan siswa juga akan lebih paham bila siswa dapat terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran, bekerja dengan kelompoknya untuk menemukan
jawaban yang diberikan oleh guru saat diskusi kelompok sehingga hal tersebut
berpengaruh terhadap keaktifan dan hasil belajar IPA. Peningkatan keaktifan
sisw didapat dari lembar observasi yang dilakukan observer dan hasil belajar
IPA didapatkan dari hasil perolehan nilai Siklus I dan Siklus II melalui
penerapan model pembelajaran Teams Games Tournamens (TGT).
4.2.1 Pembahasan Siklus I
Siklus I dengan penerapan Model TGT (Teams games tournament) siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) sebanyak 25 siswa
atau 75,7% dan 8 atau 24,3% siswa yang mendapatkan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-ratanya adalah 75,9 dan nilai
tertinggi adalah 85, nilai terendahnya adalah 60. Pada Siklus I ini keaktifan
siswa pada pertemuan I maupun II mencapai kategori cukup, hal ini karena
masih ditemukan kekurangan dalam penelitian antara lain masih terdapat
beberapa siswa yang cenderung bergurau dengan temannya ketika kegiatan
pembelajaran dan masih ada beberapa siswa yang berjalan- jalan sendiri ketika
kegiatan berdiskusi dengan alasan meminjam alat tulis kepada kelompok lain
saat diskusi berlangsung siswa cenderung asyik dengan mainannya sendiri,
membicarakan topik diluar materi pelajaran dan siswa hanya kompak saat
guru berdiri di samping kelompok saat diskusi, kurangnya komunikasi siswa
saat diskusi kelompok serta masih terdapat beberapa siswa yang tidak berani
untuk bertanya ketika siswa belum begitu mengerti mengenai materi sehingga
hasil belajar siswa kurang maksimal.
62
4.2.2 Pembahasan Siklus II
Perbaikan hasil belajar siswa pada Siklus II menunjukkan adanya
peningkatan baik skor keaktifan maupun hasil belajar dengan penerapan Model
TGT (Teams games tournament). Pada Siklus II ini pertemuan I mencapai
kategori C, pertemuan II meningkat mencapai kategori B dan pertemuan II
mencapai kategori A. Ada peningkatan dalam setiap pertemuan dikarenakan
siswa juga mulai terbiasa dengan model pembelajaran TGT, siswa sudah aktif
dalam pembelajaran, tidak ada siswa yang bermain sendiri ataupun berbicara
dengan teman satu bangku maupun kelompok, terjalinnya komunikasi antara
siswa sehingga kerjasama terjalin saat berdiskusi dengan kelompoknya. Selain
itu juga siswa mau bertanya kepada guru apabila siswa belum jelas mengenai
materi ataupun instruksi yang diberikan guru saat diskusi kelompok. Siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=75) sebanyak 32 siswa atau
96,9% dan 1 atau 3,1% siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-ratanya adalah 87,12 dan nilai tertinggi
adalah 100, nilai terendahnya adalah 70.
Dalam perbaikan hasil belajar pada Siklus II, semua siswa dapat dikatakan
telah mencapai ketuntasan belajar karena telah memenuhi KKM yaitu 75 dengan
standar ketuntasan 96,9 %.
4.2.3 Pembahasan perbandingan Pra Siklus, Siklus I. dan Siklus II
Pada Pra siklus (kondisi awal) sebelum diadakan Penelitian Tindakan
Kelas IV A SD Negeri Wonoyoso skor rata- rata 67,57 % dan setelah diadakan
tindakan penelitian pada Siklus I skor rata-rata menjadi 75,9 dengan skor
tertinggi 85 dan skor terendah 60. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar 19,57 %. Pada Siklus II ketuntasan belajar siswa
meningkat menjadi 96,9% dan skor rata-rata meningkat menjadi 87,12 dengan
skor tertinggi 100 dan skor terendah 70. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar
ketuntasan belajar yaitu 96,9%.
63
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa pembelajaran
melalui penerapan model Teams Games Tournamens (TGT) maka keaktifan dan
hasil belajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri Wonoyoso Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 meningkat.