bab iv hasil penelitian dan pembahasanrepository.uinbanten.ac.id/3933/6/bab iv (fix).pdf · 69...
TRANSCRIPT
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian tentang deskripsi data hasil penelitian untuk
memperoleh gambaran tentang karakteristik distribusi skor dari subyek penelitian
masing-masing variabel yang diteliti, yaitu kompetensi sosial guru dan motivasi
belajar siswa. Selanjutnya disajikan perhitungan persyaratan analisis, yaitu uji
normalitas. Pada bagian akhir dilakukan pengujian hipotesis dan interpretasi hasil
penelitian.
A. Deskripsi Data
Data yang dideskripsikan merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengisian kuesioner dengan menggunakan instrumen-instrumen yang
dikembangkan.
1. Kompetensi Sosial Guru
Data yang diperoleh mengenai kompetensi sosial guru dengan jumlah
responden 50 orang yang disusun berdasakan skor terendah sampai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil data angket kompetensi sosial guru, diketahui bahwa skor terendah
adalah 961 dan skor tertinggi 1432 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 122,663,
median sebesar 279,464 dan modus sebesar 121,475.
1 Data lengkap ada dilampiran 3 Tabel L.5.
2 Data lengkap ada dilampiran 3 Tabel L.5.
3 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin A, bagian e. 4 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin A, bagian g.
66
Tingkat kompetensi sosial guru didasarkan tingkat ketercapaian rata-rata
dibandingkan dengan skor maksimum ideal dikategorikan sebagai berikut :
0%-20% = Sangat Tidak Baik
21%-40% = Tidak Baik
41%-60% = Cukup Baik
61%-80% = Baik
81%-90% = Sangat Baik
91%-100% = Sempurna
Tingkat ketercapaian kompetensi sosial guru berdasarkan perhitungan rata-rata
dibandingkan dengan skor maksimum ideal dalam penelitian ini mencapai 81,77%
tergolong dalam kategori sangat baik.
Deskripsi diatas bila disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kompetensi Sosial Guru
5 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin A, bagian f.
Interval Fi fr (%)
96 – 102 5 10%
103 –
109 3 6%
110 –
116 5 10%
117 –
123 12 24%
124 –
130 10 20%
131 – 10 20%
67
Tabel 4.1 menunjukkan distribusi frekuensi kompetensi sosial guru dapat
dijelaskan bahwa data nilai tertinggi 143 dan nilai terendah 96, menunjukkan batas
bawah nyata dan batas atas nyata adalah frekuensi 116,5 – 123,5. Ada 5 frekuensi
pada kelas interval 96 – 102 , ada 3 frekuensi pada kelas interval 103 – 109, ada 5
frekuensi pada kelas interval 110 – 116, ada 12 frekuensi pada kelas interval 117 –
123, ada 10 frekuensi pada kelas interval 124 – 130, ada 10 frekuensi pada kelas
interval 131 – 137, dan ada 5 frekuensi pada kelas interval 138 - 144.
Jadi distribusi tertinggi pada tingkat kompetensi sosial guru, berada pada
batas bawah nyata 116,5 yaitu 12 responden pada kelas interval 117 – 123, jika
dipresentasikan yaitu sekitar 24% dari 50 responden, sedangkan distribusi terendah
berada pada batas bawah nyata 102,5 – 109,5, yaitu 3 responden pada kelas interval
103 – 109 jika dipresentasikan yaitu sekitar 6%.
137
138 –
144 5 10%
50 100%
68
Grafik 4.1
Histogram Frekuensi Kompetensi Sosial Guru
Gambar 4.1 menunjukkan histogram frekuensi pertama batas nyata antara
95,5 – 102,5, frekuensinya berjumlah 5 orang. Histogram frekuensi kedua batas
nyata antara 102,5 – 109,5 frekuensinya berjumlah 3 orang. Histogram frekuensi
ketiga batas nyata antara 109,5 – 116,5, frekuensinya berjumlah 5 orang.
Histogram frekuensi keempat batas nyata antara 116,5 – 123,5, frekuensinya
berjumlah 12 orang. Histogram frekuensi kelima batas nyata antara 123,5 – 130,5,
frekuensinya berjumlah 10 orang. Histogram frekuensi keenam batas nyata antara
130,5 – 137,5, frekuensinya berjumlah 10 orang. Histogram frekuensi ketujuh batas
nyata antara 137,5 – 144,5, frekuensinya berjumlah 5 orang.
2. Motivasi Belajar Siswa
Data yang diperoleh mengenai motivasi belajar siswa dengan jumlah
responden 50 orang yang disusun berdasakan skor terendah sampai skor tertinggi.
Berdasarkan hasil data angket motivasi belajar siswa, diketahui bahwa skor
5
3
5
12
10 10
5
0
2
4
6
8
10
12
14
95,5 –102,5
102,5 –109,5
109,5 –116,5
1176,5–123,5
1243,5–130,5
130,5 –137,5
137,5 –144,5
Fre
kuen
si
Batas Nyata
69
terendah adalah 706 dan skor tertinggi 1457 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
124,648, median sebesar 131,379, dan modus sebesar 133,310.
Tingkat motivasi belajar siswa didasarkan tingkat ketercapaian rata-rata
dibandingkan dengan skor maksimum ideal dikategorikan sebagai berikut :
0%-20% = Sangat Tidak Baik
21%-40% = Tidak Baik
41%-60% = Cukup Baik
61%-80% = Baik
81%-90% = Sangat Baik
91%-100% = Sempurna
Tingkat ketercapaian motivasi belajar siswa berdasarkan perhitungan rata-
rata dibandingkan dengan skor maksimum ideal dalam penelitian ini mencapai
83,09% tergolong dalam kategori sangat baik.
Deskripsi diatas bila disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut :
6 Data lengkap ada dilampiran Tabel L.6. 7 Data lengkap ada dilampiran Tabel L.6. 8 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin B, bagian e. 9 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin B, bagian g. 10 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin B, bagian f.
70
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Interval Kelas Fi fr(%)
70- 80 1 2
81- 91 0 0
92- 102 4 8
103- 113 7 14
114- 124 8 16
125- 135 16 32
136- 147 14 28
50 100
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi frekuensi motivasi belajar siswa dapat dijelaskan
bahwa data nilai tertinggi 145 dan nilai terendah 70, menunjukkan batas bawah
nyata dan batas atas nyata adalah frekuensi 124,5 – 135,5. Ada 1 frekuensi pada
kelas interval 70 – 80, ada 0 frekuensi pada kelas interval 81 – 91, ada 4 frekuensi
pada kelas interval 92 – 102, ada 7 frekuensi pada kelas interval 103 – 113, ada 8
frekuensi pada kelas interval 114 – 124, ada 16 frekuensi pada kelas interval 125 –
135, ada 14 frekuensi pada kelas interval 136 – 147.
Jadi distribusi tertinggi pada tingkat motivasi belajar siswa, berada pada
batas bawah nyata 124,5 yaitu 16 responden pada kelas interval 125 – 135, kalau
dipresentasikan yaitu sekitar 32% dari 50 responden, sedangkan distribusi terendah
71
berada pada batas bawah nyata 80,5 – 91,5, yaitu 0 responden pada kelas interval
81 – 91 kalau dipresentasikan yaitu sekitar 0%.
Grafik 4.2
Histogram Frekuensi Motivasi Belajar Siswa
Gambar 4.2 menunjukkan histogram frekuensi motivasi belajar siswa
petama batas nyata antara 69,5 – 80,5, frekuensinya berjumlah 1 orang. Histogram
frekuensi kedua batas nyata antara 80,5 – 91,5, frekuensinya berjumlah 0 orang.
Histogram frekuensi ketiga batas nyata antara 91,5 – 102,5, frekuensinya berjumlah
4 orang. Histogram frekuensi keempat batas nyata antara 102,5 – 113,5,
frekuensinya berjumlah 7 orang. Histogram frekuensi kelima batas nyata antara
113,5 – 124,5, frekuensinya berjumlah 8 orang. Histogram frekuensi keenam batas
nyata antara 124,5 – 135,5, frekuensinya berjumlah 16 orang. Histogram frekuensi
ketujuh batas nyata antara 135,5 – 147,5, frekuensinya berjumlah 14 orang.
1 0
4
7 8
1614
0
5
10
15
20
69,5-80,5
80,5-91,5
91,5-102,5
102,5-113,5
113,5-124,5
124,5-135,5
135,5-147,5
Fre
ku
ensi
Batas Nyata
72
B. Pengujian Persyaratan Analisis Normalitas Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dan
korelasi. Sebelum pengujian dilakukan, perlu dilakukan pengujian persyaratan
statistik agar hasil analisis regresi dapat digunakan untuk memperoleh kesimpulan
yang dapat berlaku secara umum. Uji persyaratan yang dilakukan adalah uji
normalitas.
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas dengan uji
(Liliefors). Kriteria pengujian normalitas adalah Ho ditolak jika Lo hitung lebih besar
dari Lo tabel, atau Ho diterima jika Lo hitung lebih kecil dari Lo tabel. Dengan
diterimanya Ho berarti data dalam penelitian berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, jika Ho ditolak berarti data berasal dari populasi berdistribusi
tidak normal.
1. Variabel Kompetensi Sosial Guru (X)
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Lo hitung sebesar 0,115. Jika
dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 50
diperoleh Lo tabel = 0,125. Dengan demikian Ho diterima karena Lo hitung lebih kecil
dari Lo tabel (0,115 < 0,125). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada variabel
kompetensi sosial guru (X) dari populasi berdistribusi normal (lihat Tabel L.8).
Untuk jelasnya lihat tabel dibawah ini.
73
Tabel 4.3
Uji Normalitas Variabel Kompetensi Sosial Guru (X) dari 50 Responden
N A L hitung L tabel Keputusan 50 0,05 0,115 0,125 Ho Diterima
2. Variabel Motivasi Belajar Siswa (Y)
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Lo hitung sebesar 0,113. Jika
dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 50
diperoleh Lo tabel = 0,125. Dengan demikian Ho diterima karena Lo hitung lebih kecil
dari Lo tabel (0,113 < 0,125). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada variabel
motivasi belajar siswa (Y) dari populasi berdistribusi normal (lihat Tabel L.10).
Untuk jelasnya lihat tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Uji Normalitas Variabel Motivasi Belajar Siswa (Y) dari 50 Responden
N A L hitung L tabel Keputusan 50 0,05 0,113 0,125 Ho Diterima
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Persamaan, Signifikansi dan Linieritas Regresi
Hipotesis yang diuji ialah terdapat hubungan positif kompetensi sosial guru
dengan motivasi belajar siswa. Secara statistik hipotesis diatas dirumuskan sebagai
berikut :
H0 : rxy = 0
H1 : rxy > 0
74
Untuk mengetahui pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar
siswa digunakan analisis regresi dan korelasi. Dari hasil perhitungan diperoleh a =
11111 dan b = 0,11312. Dengan memasukkan a dan b kedalam persamaan regresi Y
atas X, Ŷ = 111 + 0,113X. untuk menguji kebenaran X dengan Y, dilakukan uji
linieritas dan signifikansi regresi. Analisis terhadap berbagai sumber variasi
ditampilkan dalam tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5
Anava Untuk Regresi Linear Sederhana Ŷ = 111 + 0,113X
SU.Va DK JK RJK Fh FT
Total 50 797364
Regresi (a) 1 783752 783752
310,57 4.04 Regresi (b/a) 1 87395,33 87395,33
Residu 48 13507,37 281,40
Tuna Cocok 21 5460,05 260,02 0,37 1,97
Kekeliruan 27 18967,42 702,49
Keterangan :
Jk = Jumlah kuadrat
RJk = Rata-rata jumlah kuadrat
Db = Derajat kebebasan
Dari tabel 4.5, hasil pengujian linieritas diperoleh F hitung sebesar 0,3713
sedangkan dari daftar distribusi F dengan taraf signifikansi α = 0,05, derajat
11 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 2. 12 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 3, poin C, bagian 2. 13 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 3, poin C, bagian 4d.
75
kebebasan db1 = 21 dan db2 = 27 diperoleh F tabel sebesar 1,97. Jika dibandingkan
keduanya ternyata Fhitung < Ftabel atau 0,37 < 1,97. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi Ŷ = 111, + 0,113X. Adalah linear.
Setelah uji linieritas dilanjutkan dengan uji keberartian. Dari tabel analisis varians
(ANAVA) diatas diperoleh Fhitung = 310,57 sedangkan dari tabel distribusi F
dengan derajat kebebasan db1 = 1 dan db2 = 48, dan taraf kepercayaan α = 0,05
diperoleh Ftabel 4,04. Jika dibandingkan keduanya ternyata Fhitung > Ftabel atau
310,57 > 4,04 (lihat lampiran tabel F), maka Ho diterima karena teruji
kebenarannya dan ini berarti H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa koefisien regresi adalah signifikan.
2. Pengujian Koefisien, Signifikansi dan Koefisien Determinasi Korelasi
Selanjutnya dilakukan uji korelasi antara X dengan Y. Dari hasil analisa
korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi ry1 = 0,87814 dan koefisien
determinasi r2y1 = 70,00%15 Dari uji signifikansi korelasi diperoleh t hitung =
1,25616. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata signifikan setelah diuji dengan
uji t. hal ini ditunjukkan oleh t hitung > t tabel atau 1,256 > 1,68 pada α = 0,05 dan
derajat kebebasan 48.
14 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 5. 15 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 7. 16 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 6.
76
D. Pembahasan
1. Tingkat Kompetensi Sosial Guru
Tingkat mutu kompetensi sosial guru berdasarkan nilai rata-rata (mean)
sebesar 122,6617 setelah dilihat pada interpretasi dan kategorisasi data, termasuk
pada kategori sangat baik dengan tingkat ketercapaian 81,77%. Kompetensi sosial
guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran serta masyarakat
sekitar. Sebagai professional yang memiliki tugas memajukan para siswa sehingga
mereka bisa masuk dunia profesi dan diterima dalam semua kalangan sosial. Bukan
hanya itu, guru juga harus memiliki kompetensi yaitu kewenangan guru dalam
melaksanakan tugas yang dijalani olehnya terutama mengenai bidang studi yang
nantinya akan dijadikan sebagai bahan untuk pembelajaran dan berperan sebagai
alat untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Motivasi belajar siswa
adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu
tujuan.
Kompetensi sosial guru sangat menentukan besar tidaknya motivasi belajar
siswa di sekolah. Jadi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di sekolah yang
harus diperbaiki adalah kompetensi sosial guru. Hal ini selaras dengan yang
diungkapkan oleh Sadirman, yakni kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini. Selain
17 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin A, bagian e.
77
kompetensi sosial guru, proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor internal
dan juga faktor eksternal, baik itu dari guru maupun dari siswa itu sendiri. Faktor
internal guru dan siswa misalnya faktor sosial dan faktor non sosial.18
Dalam perencanaan kompetensi sosial guru, Kepala Sekolah MTs Negeri 2
Serang diharapkan dapat melakukan pembinaan langsung terhadap staf guru, dalam
hal ini meningkatkan kompetensi sosial guru. Apa yang telah dilakukan oleh kepala
sekolah sudah sesuai teori, Ainul Nadra19 menjelaskan bahwa kepala sekolah
memegang peranan yang sangat dominan didalam perencanaan ini, yang tentu saja
untuk dapat meningkatkan kompetensi sosial tersebut dapat dilakukan dengan
menjalin komunikasi serta kerjasama yang baik bagi semua warga sekolah serta
instansi pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian di MTs Negeri 2 Serang bahwa kompetensi
sosial guru ini mengalami peningkatan yang stabil, sehingga peningkatan
kompetensi sosial guru dari tahun ke tahun bergerak begitu cepat. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anggun Rahmawati, C. Indah Nartani20 yang
berjudul kompetensi sosial guru dalam berkomunikasi secara efektif dengan siswa
melalui kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di SD Negeri Rejowinangun 3
Kota Gede Yogyakarta bahwa hasil penelitian menunjukkan kompetensi sosial
guru tersebut sudah baik akan tetapi kurang optimal, jika kompetensi guru kurang
18 Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2013), 20. 19 Ainul Nadra, Jurnal Administrasi Pendidikan, (Yogyakarta, 2016), 1-16. 20 Anggun Rahmawati, C. Indah Nartani, “Kompetensi Sosial Guru
78
optimal akan berdampak pada keadaan siswa di kelas, banyak siswa yang ramai
sehingga pemahaman siswa kurang efektif.
Sandra Fitria Wardani, dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh
kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri Pontianak
menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru di sekolah tersebut memilki kategori
masih tergolong rendah.21 Hasil penelitian ini dengan hasil penelitian yang peneliti
lakukan di MTS Negeri 2 Serang menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru di
MTS Negeri 2 Serang memiliki kategori kompetensi guru yang kuat dalam
pandangan siswa sekolah tersebut.
Dalam penelitian di MTS Negeri 2 Serang ini adalah kompetensi sosial
guru, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan untuk mempersiapkan siswa
menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik,
membimbing masyarakat dalam mengadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Maryam22
yang memaparkan bahwa kemampuan guru dalam mendidik siswanya menjadi
bagian dari anggota masyarakat dalam artian mempersiapkan siswa dengan segala
hal yang diperlukan oleh masyarakat maka secara tidak langsung akan
menumbuhkan minat atau motivasi siswa di dalam belajar dan tentu dengan adanya
motivasi tersebut akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
21 Sandra Fitria Wardani, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru terhadap Motivasi Belajar”. 22 Siti Maryam, Pengaruh Kompetensi Sosial Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa, :
Mataram, 2017, 60.
79
Berdasarkan uraian diatas bahwa semakin tinggi kompetensi sosial guru
maka motivasi belajar siswa juga akan semakin tinggi. Guru harus memberikan
kompetensi yang baik sehingga siswa dapat memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Setelah mengadakan observasi di MTS Negeri 2 Serang, menurut peneliti
kompoetensi sosial guru sangatlah penting karena sikap atau kemampuan guru
dalam mengajar tersebut akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Tetapi
kompetensi sosial bukanlah hanya untuk berkomunikasi secara efektif tetapi guru
juga harus mampu bersikap dan bertindak objektif agar mampu mengambil
keputusan dengan bijaksana dan memperlakukan siswa secara adil guru juga harus
beradaptasi dengan lingkungan tempatnya bekerja agar dirinya dapat dihormati
sebagai sosok guru.
2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Tingkat motivasi belajar siswa berdasarkan nilai rata-rata (mean) sebesar
124,6423 setelah dilihat pada interpretasi dan kategorisasi data, termasuk pada
kategori sangat baik dengan tingkat ketercapaian 83,09%. termasuk pada kategori
sangat baik. Motivasi belajar siswa merupakan suatu dorongan yang timbul pada
diri siswa secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian di MTsN 2 Serang menunjukkan bahwa
motivasi belajar di sekolah tersebut tergolong sangat kuat, berbeda dengan hasil
23 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin B, bagian e.
80
penelitian yang telah dilakukan oleh Sandra Fitria Wardani bahwa motivasi belajar
siswa di SMK 7 Pontianak masih tergolong rendah.24
Menurut Sardiman motivasi adalah keseluruhan daya penggerak didalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan Sardiman motivasi itu timbul tidak hanya dari dalam diri individu
saja tetapi harus didorong dari pihak sekolah misalnya kompetensi sosial guru yang
tinggi. Berdasarkan data yang dikumpulkan maka hasil penelitiannya sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Sardiman.25
Asparinda dalam penelitiannya tentang kompetensi sosial guru terhadap
motivasi belajar siswa di SMP N 4 menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa di
sekolah tersebut tergolong kuat. Selaras dengan penelitian yang peneliti lakukan di
MTs Negeri 2 serang menunjukkan hasil penelitian bahwa tingkat motivasi belajar
siswa tergolong kuat.26
Sebagaimana penelitian The Lian Gie yaitu suatu motivasi akan kuat bila
timbul dari dalam dirinya sendiri tanpa dorongan dari orang lain atau hal luar,
motivasi tersebut merupakan keinginan dan kebutuhan siswa untuk datang
24 Sandra Fitria Wardani, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru terhadap Motivasi Belajar
Siswa”, Jurnal Pendidikan Ekonomi FKIP (Pontianak : Universitas Tanjungpura) 25 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Skripsi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada), 23 26 Asparinda, “Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri Kabupaten Tanjung Jabung”, Skripsi,
(Jambi: Universitas Jambi, 2015). 45
81
kesekolah, mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas atau latihan, mengulangi
pelajaran, dan membaca buku referensi tanpa dorongan dari luar atau orang lain.
Asih dalam penelitiannya tentang motivasi belajar siswa di SMP Negeri 15
Yogyakarta, menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru ada kaitannya dengan
motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara kompetensi sosial guru dengan motivasi belajar siswa.27
Setelah mengadakan observasi di MTs Negeri 2 Serang, menurut peneliti
Motivasi belajar siswa sangatlah penting untuk ditingkatkan lagi, agar siswa
semangat belajar dan termotivasi dalam berprestasi, sedangkan salah satu faktor
motivasi belajar siswa yaitu bisa di sebabkan faktor dari guru yang mempengaruhi
tingkat motivasi belajar siswa, bahwa cara mengajar guru yang keras menjadikan
siswa sering mendapatkan nilai yang kurang memuaskan pada saat ulangan dan
sering remidi, serta lebih memilih membolos dari pada mengikuti pelajaran yang
diajarkan oleh guru yang tidak disukai karena adanya perasaan takut yang sudah
terpikirkan oleh siswa, sehingga menimbulkan kecemasan apabila mengikuti
pelajarannya.
3. Pengaruh Kompetensi Sosial Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa pada
MTS Negeri 2 Kabupaten Serang
Adapun skor nilai variabel X dan Y dapat dilihat melalui lampiran. Tabulasi
nilai angket dari kedua komponen tersebut yang diperoleh dari 50 responden akan
27 Asih, “Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 15 Yogyakarta”, Skripsi, (Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta)
82
digabungkan menjadi satu sehingga dapat terlihat dengan jelas perbedaan skor nilai
dari komponen yang ada pada setiap itemnya.
Dalam melakukan uji korelasi peneliti menggunakan rumus korelasi
product moment seperti yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu tujuan
penggunaan rumus ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat atau kekuatan
korelasi antara variabel X dan variabel Y. selanjutnya akan dilakukan perhitungan
untuk memperoleh angka indeks korelasi (rxy). Dari hasil jumlah diperoleh nilai ∑X
= 3700 ∑Y = 3762 ∑X2 = 464228 ∑Y2 = 480958 ∑XY = 462019 dengan diketahui
nilai ∑X, ∑Y, ∑X2, ∑Y2, ∑XY, maka nilai koefisien korelasi 0,76128.
Dari angka tersebut dapat dikatakan bahwa nilai koefisien korelasi yang
dapat diperoleh dari penelitian mengenai pengaruh kompetensi sosial guru terhadap
motivasi belajar siswa adalah 0,761. Untuk mengetahui koefisien ini signifikan,
maka perlu dikonsultasikan pada r tabel dengan (n=30-2= 28) sehingga diperoleh r
tabel 0,374 taraf kesalahan 5% dengan ketentuan bila r hitung lebih besar dari r tabel
maka terdapat korelasi yang signifikan. Sehingga dari perhitungan dinyatakan r hitng
lebih besar dari r tabel 0,761 > 0,374. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi
yang positif dan signifikan antara kompetensi sosial guru dengan motivasi belajar
siswa pada MTs Negeri 2 Kabupaten Serang.
Hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh antara kompetensi sosial guru
dengan motivasi belajar siswa pada MTs Negeri 2 Kabupaten Serang. Data yang
dikorelasikan adalah data variabel kompetensi sosial guru (X) dan motivasi belajar
28 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 5.
83
siswa (Y), kemudian data kedua variabel tersebut dikorelasikan dengan rumus rxy.
Hasil perhitungan penelitian diperoleh korelasi antara pengaruh kompetensi sosial
guru dengan motivasi belajar siswa di MTs Negeri 2 Kabupaten Serang sebesar
0,761. Untuk mengetahui hipotesis ini diterima maka perlu dikonsultasikan pada r
tabel dengan (n=30-2 = 28), sehingga diperoleh r tabel 0,374 taraf kesalahan 5% dan
0,478 taraf kesalahan 1% dengan ketentuan bila r hitung lebih besar dari r tabel maka
hipotesis diterima sehingga dari perhitungan dinyatakan r hitung lebih besar dari rtabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif kompetensi
sosial guru dengan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien
korelasi rxy sebesar 0,761 dan t hitung = 9,58429 yang lebih besar dari t tabel pada α =
0,05 yaitu 1,70.
Koefisien determinasi r2 sebesar 0,761 memberikan informasi, bahwa
secara sederhana 57,90%30 variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa
ditentukan oleh kompetensi sosial guru. Pola hubungan antara antara kedua
variabel tersebut, dinyatakan dengan persamaan regresi linier Ŷ = 113 + 0,082X.31
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa makin tinggi kompetensi sosial
guru maka makin tinggi pula motivasi belajar siswa. dan sebaliknya makin rendah
kompetensi sosial guru maka makin rendah pula motivasi belajar siswa.
Hasil penelitian tentang pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi
belajar siswa juga didapati dalam penelitian regresi korelasi, yang menunjukkan
29 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 6. 30 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 7. 31 Data lengkap ada di Perhitungan Statistik Lampiran 4, poin C, bagian 2.
84
terdapat pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar siswa, dengan
korelasi sebesar 0,878, dan pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi
belajar siswa sebesar 77,00%.