bab iv hasil dan pembahasan penelitian...praktik kerja lapangan (pkl) sejak dicanangkannya kurikulum...
TRANSCRIPT
-
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Umum Tempat Penelitian
SMK Negeri 1 Salatiga telah berdiri sejak tanggal
17 Januari 1967 dengan nama SMEA Negeri Salatiga
dengan persetujuan Kepala Perwakilan Departemen
Pendidikan dan Pengajaran Propinsi Jawa Tengah No.
IDPE/ 435/ D/ 67 dengan status SMEA persiapan.
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan
Pengajaran RI No. 191/ UUK-3/ 1968, tanggal 25 Mei
1968 statusnya berubah dari SMEA persiapan menjadi
SMEA Negeri. Melihat perkembangan SMEA dari tahun
ke tahun semakin meningkat, sesuai Surat Edaran
Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 41007/A.A5/OT/1997 tanggal 3
April 1997 maka nama SMEA Negeri diubah menjadi
SMK Negeri 1 Salatiga. Selama beberapa tahun, SMK
Negeri 1 Salatiga telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat baik dari segi fasilitas, mutu maupun
jumlah peserta didik. Jumlah peserta didik SMK Negeri
1 Salatiga pada tahun pelajaran 2017-2018 sejumlah
1.318 siswa. SMK Negeri 1 Salatiga memiliki
jurusan/bidang keahlian yaitu; akuntansi, administrasi
-
58
perkantoran, penjualan/ pemasaran, tata kecantikan,
tata busana dan tata boga.
Jurusan akuntansi merupakan jurusan terfavorit
di SMK Negeri 1 Salatiga. Setiap tahunnya jumlah
pendaftar dari calon siswa baru selalu melebihi daya
tampung jurusan akuntansi yakni 3 kelas dengan
jumlah siswa tiap kelas rata-rata 36 siswa. Tiap tingkat
memiliki 3 kelas paralel sehingga jumlah siswa jurusan
akuntansi relative banyak. Data mengenai jumlah siswa
jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga dari tahun
pembelajaran 2013/ 2014 sampai dengan tahun
pembelajaran 2017/2018 disampaikan dalam tabel
berikut:
Tabel 3. Siswa Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1
Salatiga
No Tahun Pelajaran Jumlah Siswa
1 2013 / 2014 321
2 2014 / 2015 318
3 2015 / 2016 322
4 2016 / 2017 310
5 2017 / 2018 301
Sumber : Data Dapodik Diolah
Jumlah siswa jurusan akuntansi yang banyak
dan berkualitas merupakan faktor penentu
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Adapun
seluruh kegiatan belajar mengajar di tiap-tiap program
-
59
keahlian didukung dengan fasilitas praktik yang
memadai sehingga memungkinkan dikembangkan
kegiatan belajar dengan komposisi 30 % teori dan 70 %
praktik.
SMK Negeri 1 Salatiga melaksanakan Program
Praktik Kerja Lapangan (PKL) sejak dicanangkannya
kurikulum 1994, pada tahun pelajaran 1994/ 1995.
Tujuan penyelenggaraan Program PKL di SMK Negeri 1
Salatiga salah satunya yakni memberikan kompetensi
kepada peserta didik sebagai bekal pengalaman nyata
dalam dunia industri. Pada Program PKL, kegiatan
pembelajaran dilaksanakan di sekolah dan di dunia
usaha/ industri atau Institusi Pasangan (IP).
Keseluruhan Program PKL dari awal perencanaan
hingga penilaian dilakukan bersama secara sinkron
dengan koordinasi antara pihak sekolah dengan pihak
IP.
Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala SMK
Negeri 1 Salatiga yang menyatakan sebagai berikut: 1)
Program PKL merupakan program wajib bagi siswa
yang bertujuan untuk menyiapkan siswa agar memiliki
kompetensi jurusan yang sesuai dengan permintaan
dunia usaha/ industri, 2) Program PKL di SMK Negeri 1
Salatiga masih perlu dibenahi sehingga dapat
memenuhi harapan dari pihak-pihak yang terlibat, 3)
-
60
perlunya upaya evaluasi untuk mengetahui tingkat
efektivitas Program PKl yang sudah dijalankan sehingga
dapat diambil keputusan untuk langkah perbaikan.
(Wawancara: Kepala SMK Negeri 1 Salatiga, 7 Oktober
2016).
Dari uraian di atas, diketahui bahwa Program PKL
jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga merupakan
program pendidikan yang bersifat wajib bagi siswa,
yang sudah lama dilaksanakan dalam rangka
menyiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan
dalam memasuki dunia kerja, namun belum pernah
dilakukan evaluasi terhadap program tersebut.
4.2 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan disajikan mengenai deskripsi
gambaran terhadap hasil penelitian evaluasi Program
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Jurusan Akuntansi SMK
Negeri 1 Salatiga , yang dilihat dari tahapan antecedens
(masukan), transactions (proses) dan outcomes
(dampak) dari penyelenggaraan program PKL jurusan
akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga.
4.2.1 Antecedens (Masukan) Program PKL
Evaluasi anteseden (masukan) Program PKL
jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga ini berisi
tentang gambaran kondisi sebelum program
-
61
diimplementasikan yaitu sebelum siswa
diberangkatkan pada kegiatan PKL dan faktor-faktor
yang diperkirakan akan mempengaruhi. Sub-sub
komponen masukan yang menjadi fokus dalam
mengevaluasi masukan Program PKL terdiri dari; a)
kesiapan peserta didik, b) kesiapan manajemen PKL, c)
kesiapan bagian kurikulum, d) kesiapan guru mapel
produktif akuntansi dan guru pembimbing PKL, e)
kesiapan sarana prasarana, f) kesiapan pihak DUDI,
dan g) anggaran. Sub-sub komponen tersebut
dievaluasi dengan cara melihat kesenjangan yang
terjadi antar kondisi riil di lapangan dengan kondisi
ideal dalam komponen masukan (antecedens), dengan
memperhatikan kongruensi (kesesuaian) dan
kontingensi (ketergantungan) antar sub-komponen.
Hasil studi dokumentasi berdasarkan notula
rapat pada acara koordinasi awal tahun pelajaran
2017/2018 jurusan akuntansi hari Rabu tanggal 19
Juli 2017 yang dihadiri oleh wakil kepala sekolah
bidang humas hubin, waka bidang kurikulum, waka
bidang kesiswaan, waka bidang sarana prasarana,
delapan guru produktif akuntansi, wali kelas jurusan
akuntansi, dan beberapa pembimbing PKL,
menghasilkan beberapa kesimpulan, antara lain bahwa
kondisi dalam penyelenggaraan PKL jurusan akuntansi
SMK Negeri 1 Salatiga mengalami kesenjangan dari sisi
-
62
kesiapan peserta PKL, kesiapan SDM dalam
manajemen PKL, kesiapan guru pembimbing PKL,
kesiapan kurikulum dan kesiapan guru-guru pengajar
yang masih belum sesuai harapan.
Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hasil
penelitian evaluasi komponen masukan (antecedens)
Program PKL dapat diuraikan sebagai berikut:
4.2.1.1 Kesiapan Peserta Didik
Terkait dengan peserta didik yang menjadi peserta
Program PKL, SMK Negeri 1 Salatiga mengacu pada
pedoman penilaian kurikulum 2013 bahwa Program
PKL diberlakukan bagi siswa yang sudah memenuhi
persyaratan untuk praktik di industri.
Hasil studi dokumentasi pada bidang Humas
Hubin menunjukkan adanya ketentuan tentang syarat-
syarat bagi siswa agar dapat mengikuti Program PKL,
yaitu:
1. Seluruh siswa SMK Negeri 1 Salatiga pada tingkat tertentu (kelas XI atau XII ) sesuai dengan gelombang praktek yang diberangkatkan.
2. Penempatan siswa praktek akan dilakukan oleh Ka. Prodi dengan koordinasi Wakil Kepala Sekolah dan Wali Kelas.
3. Penempatan siswa praktek akan dipengaruhi oleh: situasi dan kondisi lokasi praktek
4. Kwalitas siswa dilihat dari potensi sebagai sumber daya manusia
5. Siswa yang akan berangkat praktek wajib selalu berkoordinasi dan berkonsultasi dengan pembimbing serta Ka Prodi masing-masing.
6. Melengkapi admisnistrasi praktek seperti: Mengisi Biodata rangkap 2 (dua) Mengumpulkan Photo 3x4 hitam putih 2 (dua) lembar.
-
63
7. Memahami panduan praktek ini dan mempunyai komitmen untuk melaksanakannya.
8. Mematuhi Tata Tertib Praktek Lapangan (magang) (Humas SMK Negeri 1 Salatiga, 2017).
Siswa yang dianggap sudah memenuhi syarat
untuk mengikuti Program PKL adalah siswa Kelas XI
atau XII karena sudah memperoleh kompetensi dasar
akuntansi di kelas X.
Dalam wawancara dengan beberapa siswa kelas XI
sebagai peserta PKL jurusan akuntansi SMK Negeri 1
Salatiga, tanggal 24 Juli 2017 didapatkan data bahwa
siswa belum mendapatkan sosialisasi sebelumnya
terkait waktu pemberangkatan PKL untuk mereka,
sehingga cenderung kurang persiapan khususnya
materi pelajaran/ kompetensi yang seharusnya
dipelajari saat PKL. Berikut kutipan wawancara dengan
beberapa siswa peserta PKL gelombang I dari kelas XI
AK 1 SMK N 1 Salatiga.
“Kami baru masuk sekolah minggu lalu dari libur kenaikan kelas. Kami sudah agak lupa dengan pelajaran saat di kelas X. Kami belum mengerti materi pelajaran kelas XI, belum tahu kompetensi apa yang harus kami kuasai sebelum PKL, masih bingung.” (Wawancara tanggal 24 Juli 2017).
Demikian pula sebagian besar siswa peserta PKL
yang sudah kembali dari industri (yang saat ini naik ke
kelas XII akuntansi) juga mengemukakan hal yang
sama. Hal ini terlihat dari hasil wawancara sebagai
berikut:
-
64
“Kami merasa belum siap saat mau ditempatkan PKL karena kemampuan akuntansi kami yang masih sangat dasar dan belum tahu bagaimana harus bersikap di tempat PKL. Beberapa kali kami ditegur saat salah dalam bersikap. Ini tidak akan terjadi jika sejak awal kami dibekali etika/ budaya kerja/ cara bekerja dikantor/ bersikap di tempat kerja atau di tempat PKL.” (Wawancara tanggal 13 Juni 2017).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kita
ketahui terjadi permasalahan pada kesiapan peserta
didik peserta PKL yang meliputi kurangnya sosialisasi
kepada siswa yang akan PKL, kurangnya kepedulian
guru terhadap kesiapan kompetensi mereka dan
kurangnya pembekalan tentang budaya kerja industri,
etika kantor dan wawasan lingkungan kerja di tempat
PKL.
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti juga
menunjukkan adanya kekurangsiapan dari siswa kelas
XI akuntansi sebagai peserta Program PKL gelombang I,
yang dapat dilihat dari sikap mereka yang kurang yakin
saat pemberangkatan PKL. Namun untuk
pemberangkatan Program PKL gelombang II dan III
kesiapan siswa sudah lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, dari hasil studi
dokumentasi, hasil wawancara maupun hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa kesiapan siswa
kelas XI sebagai peserta Program PKL masih kurang
untuk tahap awal pemberangkatan, dari aspek skill
maupun non skill. Namun untuk siswa yang
-
65
diberangkatkan PKL di gelombang II dan III sudah
memiliki kesiapan yang lebih baik karena sudah
mendapatkan tambahan materi pelajaran di kelas XI
dan pelayanan yang lebih disiapkan dari pihak
manajemen PKL.
4.2.1.2 Kesiapan Manajemen PKL
Manajemen PKL SMK Negeri 1 Salatiga terdiri dari
empat orang yaitu; kepala sekolah, wakil kepala
sekolah bidang Humas Hubin, staff Humas Hubin
urusan PKL dan staff Humas Hubin- administrasi dan
keuangan. Manajemen PKL ditentukan sejak awal
tahun ajaran baru dengan penunjukan berdasar SK
Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Sampiran Guru.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi tentang
Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Salatiga
sebagaimana terlihat dalam lampiran 16 dan SK
Pembagian Tugas dari Kepala SMK Negeri 1 Salatiga
tahun pelajaran 2016/ 2017 sebagaimana yang terlihat
dalam lampiran 17, manajemen PKL dikelola oleh Waka
Humas Hubin sebagai ketua, dibantu dua orang staff
sebagai sekertaris dan bendahara. Berikut data
manajemen PKL SMK Negeri 1 Salatiga untuk tahun
pelajaran 2017/ 2018; pembina Haris Wahyudi,
S.Pd.,M.Pd., ketua Viktor Haruman, S.P., sekertaris
Setyawan Dwijo, S.Pd., dan bendahara Istiningsih,
S.Pd. (Sumber data: SK Pembagian Tugas Mengajar dan
-
66
Tugas Sampiran Guru Tahun Pelajaran 2016/ 2017
dan 2017/2018).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dalam
pembagian tugas tersebut terjadi pergantian personil
yang mengelola PKL, sehingga staff urusan PKL yang
saat ini bertugas masih relatif baru dan belum banyak
pengalaman di lapangan. SDM pengelola PKL
seharusnya dipersiapkan sejak awal sehingga lebih
profesional. Kekurangsiapan pengelolaan PKL ini
nampak pada cara kerja yang kurang efektif karena
masih menggunakan cara konvensional, sehingga
seringkali pengurusan PKL tidak sesuai rencana.
Sistem pengelolaan PKL yang belum terbentuk di SMK
Negeri 1 Salatiga ini semakin menyebabkan munculnya
berbagai kendala di lapangan. Saat ini manajemen PKL
SMK Negeri 1 Salatiga masih meneruskan sistem lama/
kebiasaan tahun sebelumnya yang cenderung bekerja
secara manual/ belum menggunakan sistem
komputerisasi terpadu.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi sebagaimana
yang terlihat dalam lampiran 19 diketahui bahwa
sebenarnya manajemen PKL sudah berusaha merevisi
pedoman PKL yang lama, yang terakhir kali disusun
tahun ajaran 2000/ 2001, namun belum selesai
sehingga baru merupakan draft hingga saat ini.
Terdapat banyak persamaan dengan pedoman PKL
-
67
lama dalam pembuatan draft pedoman PKL yang baru,
yang belum mempertimbangkan permintaan pihak
industri saat ini. Pengaturan di dalam pedoman PKL
sekolah pun masih bersifat umum dan belum mengatur
teknis penyelenggaraan Program. (Sumber: Program
Kerja PKL, 2016).
Berdasarkan hasil studi dokumentasi tentang
Juknis PKL di SMK Negeri Salatiga, terdapat program
kerja Humas Hubin sebagaimana yang terlihat dalam
lampiran 18 dan Program Kerja PKL tahun ajaran
2016/2017 yang ditampilkan dalam lampiran 20.
Dalam lampiran 19 tampak bahwa manajemen PKL
sudah melibatkan banyak perusahaan/ kantor sebagai
Institusi Pasangan tempat siswa praktik, dan setiap
tempat mendapatkan porsi jumlah siswa praktik yang
berbeda-beda, dengan dibimbing oleh satu guru
pembimbing di setiap lokasi PKL. Program kerja
tersebut merupakan rancangan Program PKL dari
jurusan akuntansi, yang menggambarkan ploting siswa
dan guru pembimbing berdasarkan tempat PKL dan
waktu pelaksanaan PKL. (Sumber: Program Kerja PKL
Humas Hubin 2016, diolah).
-
68
Gambar 4 ALUR PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Penyusunan Peta Pengiriman Siswa dan Pembimbing
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Selama 1 (satu) Tahun Pelajaran
oleh KKH dikirim ke HUMAS
Penyusunan Daftar Nama Siswa Peserta Praktik Kerja Lapangan
di DU/DI untuk 1 (satu) Periode PKL selama 3 (tiga) bulan
oleh KKH dikirim ke HUMAS
Pembuatan dan Pengiriman Surat Pemberitahuan Pengiriman
siswa peserta PKL ke DU / DI dari HUMAS kepada Pembimbing
Pengiriman siswa peserta PKL ke DU / DI
oleh Pembimbing
Monitoring I peserta PKL ke DU / DI oleh Pembimbing
Monitoring II peserta PKL ke DU/DI oleh Pembimbing
Penarikan peserta PKL ke DU / DI oleh Pembimbing
Penulisan Laporan Oleh peserta PKL
1
2
3
4
5
6
7
8
Presentasi laporan dan penilaian 9
(Sumber: Humas Hubin SMK N 1 Salatiga, 2017)
-
69
Hasil penelitian di atas menunjukkan berbagai
permasalahan yang muncul dalam manajemen PKL
antara lain keterlambatan pemberangkatan PKL karena
alasan administrasi yang belum siap, monitoring yang
tidak tepat sasaran karena kurangnya instrument PKL,
evaluasi yang belum pernah dilakukan, dan masih
banyak masalah lain yang terjadi karena
kekurangsiapan pihak manajemen PKL tersebut. Hal
tersebut diungkapkan oleh staff Humas Hubin periode
sebelumnya (2016) dalam petikan wawancara sebagai
berikut:
“Masalah dalam Program PKL terlalu banyak, dan terjadi sudah cukup lama. Solusi belum ada, sudah ada pergantian personil pengelolanya.” (Wawancara tanggal 9 Mei 2017)
Hal yang senada diungkapkan oleh sekertaris
POKJA PKL periode saat ini (2017), dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan dalam Program PKL antara lain kurangnya koordinasi dengan semua pihak yang terlibat dalam Program PKL, pelaksanaan tugas guru pengajar kelas XI dan guru pembimbing PKL yang belum maksimal, sulitnya mencari DUDI yang sesuai kompetensi siswa, kurangnya kepedulian DUDI terhadap kebutuhan siswa saat PKL, dan masih banyak lagi permasalahan PKL. Kami menyadari, semua itu bermuara dari sistem PKL yang belum berjalan dengan baik.” (Wawancara tanggal 9 Mei 2017).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh
bendahara dalam POKJA PKL mulai tahun pelajaran
-
70
2013/2014 sampai dengan tahun pelajaran
2017/2018, dalam petikan wawancara sebagai berikut:
“Kurangnya koordinasi yang dilakukan bidang Humas Hubin dengan pihak-pihak yang terlibat dalam Program PKL, menyebabkan timbulnya masalah. Guru pengajar di kelas yang akan diberangkatkan PKL masih banyak yang belum menyiapkan sistem pembelajaran jarak jauh sehingga perencanaan pembelajaran yang dilakukan cenderung kurang tepat sasaran. Pembimbing internal maupun eksternal dalam Program PKL pun belum seluruhnya mengetahui SOP PKL yang seharusnya disosialisasikan sebelum pemberangkatan.” (Wawancara tanggal 10 Mei 2017).
Dari uraian di atas, berdasarkan hasil wawancara,
studi dokumentasi, maupun hasil pengamatan
diketahui bahwa kesiapan manajemen PKL masih
kurang sehingga menimbulkan beberapa permasalahan
dalam penyelenggaraan Program PKL di SMK Negeri 1
Salatiga.
4.2.1.3 Kesiapan Guru Pengajar dan Guru
Pembimbing PKL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak-pihak
yang terlibat dalam Program PKL jurusan akuntansi
belum seluruhnya memiliki kesiapan sebelum program
PKL dilaksanakan. Sebagai bukti ketimpangan tersebut
terlihat dari hasil wawancara dengan Ketua Kompetensi
Keahlian (KKH) akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga.
Berikut disajikan petikan wawancara dengan KKH
akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga:
-
71
“Saat siswa kelas XI semester 3 baru masuk sekitar seminggu di kelas, kami pun belum memahami karakter anak, kesiapan kompetensi akuntansi mereka sebelum PKL pun baru sekitar 30 % dari kompetensi kerja yang dipersyaratkan. Kami belum mampu menyediakan modul atau pun tugas yang baik bagi siswa peserta PKL yang akan diberangkatkan. Untuk guru pembimbing PKL di jurusan akuntasi terdapat beberapa orang yang berasal dari guru normatif adaptif ataupun dari jurusan lain yang tidak memahami kompetensi di jurusan akuntansi. Mereka ditunjuk karena faktor pemerataan tugas dan tidak didahului adanya sosialisasi/ pembekalan dari bidang Humas Hubin terhadap guru yang ditugaskan sebagai guru pembimbing PKL.” (Wawancara tanggal 24 Juli 2017).
Memperkuat pendapat di atas, seorang guru SMK
Negeri 1 Salatiga yang juga menjadi pembimbing PKL
dari jurusan akuntansi menyatakan kesenjangan yang
terjadi antara rencana Program PKL dengan realisasi
pelaksanaannya yang berlangsung sudah sejak lama
namun belum pernah ada evaluasi dari pihak sekolah.
“Saya bukan guru produktif akuntansi namun mendapat tugas untuk membimbing siswa PKL dari jurusan akuntansi sehingga kurang memahami kompetensi yang dipersyaratkan bagi siswa sebelum PKL. Kami belum pernah mendapat sosialisasi/ pembekalan pembimbing sebelum ditugaskan.” (Wawancara tanggal 13 Juni 2017).
Waka Humas Hubin mengemukakan hal yang
berbeda, yang menunjukkan adanya mis-komunikasi
antara bidang Humas dengan jurusan akuntansi. Hal
tersebut diungkapkan dalam wawancara berikut:
“Kami menindaklanjuti laporan jurusan akuntansi yang berupa pembagian tempat PKL bagi siswa yang akan diberangkatkan di setiap gelombang (biasanya 1 kelas) berdasarkan usulan wali kelas masing-masing. Pembagian
-
72
guru pembimbing PKL pun seharusnya menjadi urusan jurusan karena mereka yang lebih memahami, kami tinggal memberikan surat tugas. Penyiapan guru pembimbing PKL seharusnya juga menjadi tanggung jawab jurusan karena jurusan akuntansi yang lebih memahami kompetensi apa saja yang seharusnya di monitor oleh masing-masing pembimbing tersebut. Berkaitan kesiapan guru pengajar bagi siswa PKL sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidang kurikulum untuk menyiapkan sistem pembelajaran jarak jauh. Dari sisi Humas Hubin, sebagian besar guru pengajar dianggap sudah profesional karena sudah lama sehingga tidak perlu diperintahkan kembali untuk menyiapkan materi belajar bagi siswa yang akan diberangkatkan ke tempat PKL.” (Wawancara tanggal 23 Mei 2017).
Berdasarkan studi dokumentasi dari data hasil
Ujian Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015/2016
sebagaimana yang nampak di lampiran 18, ditemukan
bahwa terdapat 4 orang dari 9 orang guru produktif
akuntansi yang kurang memenuhi standar nilai UKG
yang dipersyaratkan yaitu minimal 5,5. Hal ini
menunjukkan bahwa sebanyak 40% guru pengajar
jurusan akuntansi masih belum kompeten. (Sumber:
bidang Manajemen Mutu SMK Negeri 1 Salatiga,
2016/2017).
Hal tersebut juga tampak dari hasil pengamatan
peneliti yang masih melihat beberapa guru akuntansi
yang cenderung enggan untuk mengikuti pelatihan baik
yang diselenggarakan pemerintah maupun pihak
sekolah, terutama guru-guru yang sudah mendekati
masa pensiun ataupun karena kesibukan tugas yang
lain. Beberapa guru sudah meningkatkan kompetensi
-
73
dan potensi akademiknya dengan melanjutkan
pendidikan ke jenjang S-2, namun di sisi lain masih
terdapat guru yang cenderung tidak mau mengasah
kemampuannya sehingga bekerja sebisanya.
Dari uraian di atas, berdasarkan hasil wawancara,
studi dokumentasi maupun hasil pengamatan
diketahui bahwa terdapat kesimpang siuran informasi
mengenai penyiapan guru pengajar dan guru
pembimbing PKL, sehingga masing-masing pihak yaitu
pihak jurusan akuntansi maupun bidang Humas Hubin
merasa tidak bertanggung jawab terhadap pembekalan
untuk guru. Masing-masing pihak bekerja sesuai
dengan persepsi masing-masing, tanpa ada standar
yang jelas dalam pelaksanaan tugas.
4.2.1.4 Kesiapan Pihak Institusi Pasangan (DUDI)
Untuk meningkatkan kompetensi siswa, Program
Keahlian Akuntansi bermitra dengan Dunia
Usaha/Dunia Industri (DUDI) yang memiliki bidang
kerja yang sejalur dengan bidang akuntansi atau
keuangan. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa
masih banyak industri yang bersedia menerima siswa
PKL dari jurusan akuntansi, baik di daerah Salatiga
maupun luar Salatiga. Industri/ kantor yang menjadi
mitra jurusan akuntansi dalam Program PKL tersebut
dapat dikategorikan sebagai lembaga/ perusahaan yang
-
74
sudah memiliki reputasi baik di masyarakat. Mereka
rata-rata sudah memiliki standar yang jelas untuk
menerima siswa PKL, sehingga nampak senang dan
terbantu saat ada permohonan dari sekolah untuk
menempatkan siswa praktik di tempat mereka
khususnya dari jurusan akuntansi.
Berdasarkan data dokumentasi dari bidang Humas
SMK Negeri 1 Salatiga sebagaimana yang tampak dalam
lampiran 20, terdapat 18 DUDI/ perusahaan yang
menjadi mitra jurusan akuntansi dalam penempatan
siswa PKL. DUDI tersebut memiliki reputasi baik di
masyarakat, dan masuk kategori perusahaan daerah,
perusahaan nasional bahkan multinasional seperti
Coca Cola Amatil. (Sumber: Program Kerja PKL Humas
Hubin 2017, diolah).
DUDI bertanggungjawab membina kompetensi
siswa selama masa PKL. Namun masih ada beberapa
DUDI yang belum mampu memberikan tempat magang
yang sesuai dengan bidang akuntansi karena faktor
resiko kerja bidang keuangan, keterbatasan bidang
kerja yang boleh dimasuki siswa PKL dan keterbatasan
daya tampung siswa di bagian-bagian tertentu. Hal ini
diungkapkan dalam wawancara dengan Kabag Umum
dan Kepegawaian dari STIE AMA Salatiga sebagai salah
satu Institusi Pasangan Program PKL jurusan
akuntansi, dalam petikan wawancara berikut:
-
75
“Kami menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Salatiga dalam penempatan siswa PKL jurusan akuntansi sudah lama, sehingga kami hanya mengikuti kebiasaan tahun lalu dalam sistem penerimaan PKL di kantor kami. Kami berupaya menempatkan siswa sesuai kompetensinya. Namun keterbatasan tempat dan pekerjaan sehingga tidak semua siswa akuntansi yang PKL di tempat kami, dapat ditempatkan di bidang akuntansi.” (Wawancara tanggal 21 Juli 2017).
Hal yang sama dikemukakan oleh kepala bagian
PAC (Public Affair Communication Executive) Coca Cola
Amatil Indonesia yang merupakan perusahaan
multinasional yang berada di daerah Ungaran (luar
Salatiga) yang terangkum dalam hasil wawancara
berikut:
“Kami menerima permohonan magang/ PKL dari beberapa pihak/ instansi termasuk dari SMK Negeri 1 Salatiga. Kami merupakan perwakilan kantor pusat perusahaan multinasional PT. Coca Cola Amatil Indonesia yang bertempat di Ungaran, sehingga semua prosedur yang kami jalankan harus mengacu pada peraturan kantor pusat. Termasuk prosedur penerimaan PKL/magang sudah diatur dalam sistem administrasi bagian PAC (Public Affair Communication) PT Coca Cola Amatil Indonesia. Sehingga kami lebih siap melayani masyarakat dalam rangka pelayanan dunia pendidikan karena sudah ada SOP (Standar Operasional Prosedur) yang jelas.” (Wawancara tanggal 13 Juli 2017).
Senada dengan hasil wawancara di atas, dalam
wawancara dengan bagian personalia PT. POS
Indonesia juga dikemukan bahwa penempatan siswa
PKL dari jurusan akuntansi tidak mutlak harus di
bidang akuntansi, karena prinsip PKL tidak hanya
-
76
memberikan bekal kompetensi kepada anak tetapi yang
lebih penting adalah bekal attitude dalam bekerja.
Berdasarkan hasil wawancara, studi dokumentasi
maupun hasil pengamatan, diketahui bahwa pihak
industri sebagian besar sudah menggunakan prosedur
kerja yang lebih jelas dalam penerimaan siswa PKL,
karena budaya kerja industri selalu berusaha
mengikuti perkembangan jaman sehingga lebih siap
menghadapi perubahan agar tidak tertinggal.
4.2.1.5 Kesiapan Sarana Prasarana
Sarana pendidikan di SMK Negeri 1 Salatiga sudah
cukup memadai. Namun demikian, berdasarkan hasil
pengamatan peneliti masih nampak kekurangan jumlah
ruangan terkait jurusan akuntansi yaitu ruang guru
produktif akuntansi/ ruang insrtuktur (yang saat ini
masih digabung dengan guru jurusan pemasaran),
ruang praktik manual akuntansi dan ruang
laboratorium komputer akuntansi. Ruang praktik
akuntansi manual saat ini masih menggunakan ruang
teori kelas. Fasilitas pembelajaran khususnya praktik
jurusan akuntansi masih menunjukkan adanya
kekurangan ruang praktik komputer akuntansi, yaitu
ruangan yang ada hanya satu yang berukuran 9 m x 10
m untuk menampung siswa sebanyak 40 sehingga
sangat sempit. Di samping itu sarana umum seperti
-
77
kamar mandi, belum ada di gedung tempat praktik
jurusan akuntansi.
Berikut disajikan petikan wawancara dengan
Kepala SMK Negeri 1 Salatiga:
“Ternyata SMK Negeri 1 masih membutuhkan pembangunan fisik seperti pembangunan laboratorium akuntansi untuk praktik manual, laboratorium komputer akuntansi yang hanya punya 1, padahal jika mengacu pada peraturan pemerintah kita butuh minimal 2, mengingat jumlah siswa jurusan akuntansi yang banyak.”
Wawancara tanggal 10 Juni 2017.
Waka Sarpras mengemukakan hal yang sama
dalam wawancara sebagai berikut:
“Pada saat akreditasi di tahun 2016 kemarin, kelemahan kita saat penilaian di jurusan akuntansi antara lain tidak tersedianya ruang praktek manual akuntansi maupun kurangnya ruang praktek komputer akuntansi.” Wawancara tanggal 12 Juni 2017.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan
Kepala Laboratorium Akuntansi berikut:
“ Laboratorium komputer akuntansi baru ada satu untuk praktek sekitar 324 siswa dari kelas X, XI dan XII. Peralatan yang ada di laboratorium akuntansi pun masih perlu ditambah antara lain printer, beberapa set komputer dan rak buku praktek.” (Wawancara tanggal 17 Juli 2017).
Gambar 5. Fasilitas Ruang Praktik Komputer Akuntansi
-
78
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, kondisi
ideal sesuai lampiran Permendiknas, Nomor 40 Tahun
2008 Tanggal 31 Juli 2008 tentang Standar Sarana
Dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) sebagai berikut:
Ruang Praktik Program Keahlian Akuntansi: a. Ruang praktik Program Keahlian Akuntansi berfungsi
sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran: pembukuan dan siklus akuntansi secara manual dan komputerisasi.
b. Luas minimum ruang praktik Program Keahlian
Akuntansi adalah 176 m² untuk menampung 32 peserta
didik yang meliputi: ruang praktik akuntansi dasar 64 m²,
ruang praktik akuntansi lanjut 32 m², ruang praktik unit
usaha 32 m², ruang penyimpanan dan instruktur 48 m².
c. Ruang praktik Program Keahlian Akuntansi dilengkapi
prasarana.
(Lampiran Permendiknas, Nomor 40 Tahun 2008: 133).
Hal tersebut merupakan dasar penyiapan fasilitas
belajar praktik akuntansi, yang lebih rinci diatur
seperti terlihat dalam tabel 4.
Tabel 4
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang
Praktik Program Keahlian Akuntansi
No. Jenis Rasio Deskripsi 1 Ruang praktik
akuntansi dasar 4m²/peserta didik
Kapasitas untuk 16 peserta didik. Luasminimum 64 m². Lebar minimum 8 m.
-
79
2 Ruang praktik akuntansi lanjut
4m²/peserta didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luasminimum 32 m². Lebar minimum 4 m.
3 Ruang praktik unit usaha
4m²/peserta didik
Kapasitas untuk 8 peserta didik. Luasminimum 32 m². Lebar minimum 4 m.
4 Ruang penyimpanan dan instruktur
4m²/peserta didik
Luasminimum 48 m². Lebar minimum 6 m.
(Sumber: lampiran Permendiknas, Nomor 40 Tahun
2008 Tanggal 31 Juli 2008: tentang Standar Sarana
Dan Prasarana Sekolah SMK/MAK : 134).
Berdasar hasil penelitian, diketahui bahwa
prasarana ruang praktik komputer akuntansi di SMK
Negeri 1 Salatiga hanya 1 ruang dengan luas 90m²
kapasitas untuk 40 peserta didik, dengan rasio 2 m²/
peserta didik, sehingga hal ini menunjukkan belum
sesuai dengan standar yang diharapkan yakni 64 m²
untuk 16 peserta didik dengan rasio 4 m²/ peserta
didik. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kegiatan
praktik akuntansi yang belum bisa dilaksanakan
dengan nyaman dan efektif.
Sebagaimana yang tercantum dalam lampiran
Permendiknas, Nomor 40 Tahun 2008 Tanggal 31 Juli
-
80
2008: tentang Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah
SMK/ MAK, ruang praktik program keahlian akuntansi
seharusnya dilengkapi pula sarana sebagaimana
tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5
Standar Sarana pada Ruang Praktik Akuntansi Dasar No Jenis Rasio Deskripsi
1 Perabot 1 set/ ruang 1.1 Meja kerja Untuk minimum 8
peserta didik pada pekerjaan pembukuan, dan siklus akuntansi manual, serta komputerisasi
1.2 Kursi kerja/stool 1.3 Lemari simpan alat
dan bahan
2 Peralatan 1 set/ ruang 2.1 Peralatan untuk
pekerjaan akuntansi dasar.
Untuk minimum 8 peserta didik pada pekerjaan pembukuan, dan siklus akuntansi manual, serta komputerisasi
3 Media pendidikan 1 buah/ ruang
3.1 Papan tulis 1
buah/ruang untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan
Untuk mendukung minimum 8 peserta didik pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang bersifat teoritis
4 Perlengkapan lain
4.1 Kotak kontak Minimum 2
Minimum 2 buah/ ruang
Untuk mendukung operasionalisasi peralatan yang memerlukan daya listrik
4.2 Tempat sampah Minimum 1 buah/ruang.
Minimum 1 buah/ ruang
-
81
(Sumber: lampiran Permendiknas, Nomor 40 Tahun
2008 Tanggal 31 Juli 2008: tentang Standar Sarana
Dan Prasarana Sekolah SMK/MAK : 137).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesiapan sarana prasarana jurusan akuntansi dalam
penyiapan Program PKL masih kurang karena
keterbatasan dana sehingga pembangunan prasarana
dan sarana praktik masih menjadi agenda sekolah di
tahun depan.
4.2.1.6 Kesiapan Anggaran
Berdasarkan hasil pengamatan nampak bahwa
kewenangan penetapan anggaran untuk Program PKL
diberikan oleh sekolah kepada bidang Humas Hubin
sebagai bagian dari mata anggaran untuk bidang
Humas Hubin secara keseluruhan. Acuan yang
digunakan bidang Humas Hubin dalam menyusun
anggaran untuk PKL adalah RKAS yang sudah
diputuskan, yang penyusunannya dilakukan setiap
tahun.
Menurut dua staff Humas Hubin yaitu bendahara
dan sekertaris POKJA PKL, anggaran PKL sudah
disiapkan sebelum awal tahun ajaran baru karena
kegiatan PKL sudah harus dimulai pada awal semester
-
82
tiga. Penyiapan anggaran terutama untuk transport
pengelola kegiatan, transport guru-guru pembimbing
dalam lobby dan pengantaran siswa PKL. (Wawancara,
10 Mei 2017).
Hal yang sama dikemukakan oleh Waka Humas
Hubin dalam petikan wawancara sebagai berikut:
“ Kami sudah harus menyiapkan pembiayaan untuk urusan PKL sebelum siswa masuk di awal tahun ajaran baru karena pemberangkatan PKL akan dimulai pada awal semester 3 dan berakhir pada awal semester 5. Anggaran untuk PKL menjadi bagian dari total anggaran untuk bidang Humas Hubin, sehingga pengelolaannya menjadi satu di bagian administrasi & keuangan Humas Hubin yang dilakukan oleh bendahara Humas Hubin. Rencana anggaran Program PKL tahun ajaran 2017/2018 ini antara lain untuk kegiatan lobi ke DUDI, pengantaran, monitoring, penjemputan siswa PKL dan administrasi urusan PKL.” (Wawancara tanggal 21 juni 2017).
Selain itu berdasarkan studi dokumentasi dari
data bidang Humas Hubin dapat diketahui bahwa
rencana anggaran bidang Humas Hubin khusus untuk
kegiatan PKL jurusan akuntansi antara lain digunakan
untuk kegiatan dengan rincian sebagai berikut:
1. Lobi ke DUDI (dalam 1tahun)
3 gelombang = 54 lokasi x Rp 50.000,-
2. Pengantaran = 54 lokasi x Rp 50.000,-
3. Monitoring = 54 lokasi x Rp 50.000,-
4. Penjemputan siswa = 54 lokasi x Rp 50.000,-
5. Administrasi PKL untuk ATK, cindera mata dan
pengelola kegiatan sebesar Rp 7.500.000,-.
(Sumber data: Waka Humas Hubin, 2017).
-
83
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil wawancara
studi dokumentasi menunjukkan bahwa anggaran
untuk Program PKL sudah disiapkan sejak awal
sebelum pemberangkatan PKL siswa gelombang 1 yang
dimulai di bulan Juli.
4.2.1.7 Kongruensi (Kesesuaian) dan
Ketergantungan (Kontingensi) antar sub
komponen masukan (antecedens)
Dalam satu tahun pelajaran terdapat 3 gelombang
pemberangkatan yang dilaksanakan secara
berkelanjutan mulai dari gelombang 1 dari kelas XI
akuntansi 1 selama 3 bulan dari bulan Agustus-
Oktober. Dilanjutkan gelombang II dari kelas XI
akuntansi 2 selama 3 bulan dari bulan Nopember-
Januari, dan terakhir gelombang III dari kelas XI
akuntansi 3 selama 3 bulan dari bulan Februari – April.
Jadwal pemberangkatan PKL yang dibuat oleh
manajemen PKL (POKJA PKL) dari tahun ke tahun
tidak sama, disesuaikan dengan kebijakan/ kondisi
sekolah dan industri. Tahun 2017 ini dilaksanakan
lebih awal dari tahun kemarin sehingga mengakibatkan
kesiapan dari semua pihak yang terlibat dalam Program
PKL pun relatif kurang. Kekurangsiapan dari peserta
didik peserta PKL, manajemen PKL, guru pengajar dan
-
84
guru pembimbing, bagian kurikulum, bagian sarana
prasarana dan anggaran ditunjukkan dengan adanya
kesenjangan dalam komponen masukan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan
perencanaan sistem block selama 3 bulan dalam
pelaksanaan PKL sebenarnya sudah sesuai dengan
pedoman penilaian pada SMK yang tertulis sebagai
berikut:
Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 menyatakan bahwa PKL dapat dilaksanakan menggunakan sistem blok selama setengah semester (sekitar 3 bulan) atau dapat pula dengan menggunakan sistem semi blok selama 1 (satu) semester yakni melaksanakan PKL dengan komposisi 3 hari melaksanakan PKL pada mitra DU/DI dan 3 hari melaksanakan pembelajaran di sekolah setiap minggunya. Untuk memenuhi pemerataan jumlah jam di Institusi Pasangan/Industri yang memiliki jam kerja kurang dari 6 hari per minggu maka sekolah perlu mengatur sirkulasi/perputaran kelompok peserta PKL. (Kemdikbud, 2015: 45).
Kesenjangan yang nampak di bagian kurikulum,
antara lain belum tertatanya sistem pembelajaran jarak
jauh bagi siswa PKL yang seharusnya sudah disiapkan
sebelum tahun ajaran dimulai. Sistem pembelajaran
selama PKL masih belum sesuai ketentuan yang ada
sebagaimana yang terlihat dalam pedoman penilaian
pada SMK sebagai berikut:
Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran kelompok wajib A dan B pada periode tersebut dapat dilakukan di satuan pendidikan dan/atau industri (terintegrasi dengan Praktik Kerja Lapangan). Jika pembelajaran mata pelajaran kelompok A dan B tidak terintegrasi dalam kegiatan PKL maka pembelajaran mata pelajaran kelompok A dan B tersebut dilakukan di satuan pendidikan (setelah peserta
-
85
didik kembali dari kegiatan PKL di Institusi pasangan/industri) dengan jumlah jam setara dengan jumlah jam satu semester. (Kemdikbud, 2015: 45-46).
Kesenjangan di bagian sarana prasarana nampak
di ketersediaan fasilitas pembelajaran yakni kurangnya
fasilitas ruang praktik manual akuntansi dan ruang
praktik komputer akuntansi, kurangnya fasilitas kamar
mandi, dan kurangnya peralatan-peralatan pendukung
praktik seperti lemari untuk buku praktik, papan
informasi, rambu-rambu dan peralatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) yang seharusnya terdapat di
tempat praktik.
Kesenjangan di bidang anggaran nampak pada
belum adannya penganggaran khusus PKL yang masih
tergabung dalam anggaran Humas Hubin keseluruhan.
Kesenjangan di peserta didik peserta PKL antara
lain kekurangsiapan saat pemberangkatan PKL
khususnya gelombang I dan II, baik dari kesiapan skill
(kompetensi akuntansi) maupun attitude yang
dibutuhkan saat bekerja.
Kesenjangan di bagian Humas Hubin nampak di
pengelolaan manajemen PKL yang masih semrawut,
belum adanya sistem manajemen PKL yang baik.
Sistem pengelolaan PKL yang belum terbentuk di SMK
Negeri 1 Salatiga ini semakin menyebabkan munculnya
berbagai kendala di lapangan. Saat ini manajemen PKL
SMK Negeri 1 Salatiga masih meneruskan sistem lama/
-
86
kebiasaan tahun sebelumnya yang cenderung bekerja
secara manual/ belum menggunakan sistem
komputerisasi terpadu. Hal ini semakin menimbulkan
berbagai permasalahan antara lain keterlambatan
pemberangkatan PKL karena alasan administrasi yang
belum siap, monitoring yang tidak tepat sasaran karena
kurangnya instrument PKL, evaluasi yang belum
pernah dilakukan, dan masih banyak masalah lain
yang terjadi karena kekurangsiapan pihak manajemen
PKL tersebut.
Kesenjangan-kesenjangan ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain; 1)kesiapan manajemen PKL
masih kurang, perencanaan program belum matang,
jadwal pemberangkatan PKL gelombang I terlalu awal
(di minggu awal tahun pelajaran baru) sehingga
menyebabkan kekurangkesiapan siswa dalam hal skill
dan attitude kerja, 2) kurangnya sosialisasi kepada
siswa dan orang tua wali murid tentang Program PKL
menyebabkan siswa kurang memahami program yang
akan mereka ikuti sehingga mengakibatkan banyak
siswa yang belum tahu tentang tujuan PKL, apa yang
mereka cari dan apa yang harus mereka lakukan, 3)
kurangnya pembekalan skill dari guru pengajar dan
kurangnya kesadaran dan kemampuan guru untuk
menyiapkan materi pembelajaran jarak jauh sehingga
siswa belum memiliki bekal yang cukup saat PKL, 4)
-
87
kurangnya pembekalan untuk siswa dan guru
pembimbing, pembekalan masih belum melibatkan
pihak industri sehingga masih belum tepat sasaran, 5)
belum tersedianya fasilitas pembelajaran praktik
akuntansi manual dan kurangnya fasilitas praktik
komputer akuntansi sehingga masih belum memenuhi
standar.
Kesenjangan-kesenjangan tersebut menunjukkan
adanya ketergantungan (kontingensi) dan kesesuaian
(kongruensi) antar sub-komponen antecedens
(masukan) sehingga kekurangsiapan masing-masing
sub-komponen mempengaruhi sub-komponen yang
lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya
mengatasi kesenjangan dalam komponen masukan
haruslah dilakukan secara menyeluruh, terpadu
sehingga tepat sasaran.
4.2.1.8 Matrik Deskripsi Komponen Masukan (Antecedens)
Deskripsi komponen masukan (antecedents)
sebagaimana yang nampak dalam tabel matrik
deskripsi komponen masukan dalam lampiran 21
menunjukkan adanya maksud program berdasarkan
rencana awal program dan perbandingannya
berdasarkan hasil pengamatan yang berupa gambaran
-
88
secara obyektif berdasarkan hasil penelitian dengan
mempertimbangkan hubungan ketergantungan dan
kesesuaian antar sub-komponen masukan yaitu:
kesiapan peserta didik, kesiapan manajemen PKL,
kesiapan bidang kurikulum, kesiapan guru pengajar,
kesiapan guru pembimbing, kesiapan DUDI, kesiapan
sarana prasarana, kesiapan anggaran.
4.2.1.9 Matrik Pertimbangan Komponen Masukan (Antecedens)
Pertimbangan yang berupa penilaian terhadap
komponen masukan berdasarkan standar relatif yaitu
Juknis Program PKL dari pemerintah dan standar
absolut yaitu SOP PKL SMK Negeri 1 Salatiga,
sebagaimana hasil penelitian yang berupa tabel matrik
pertimbangan yang nampak dalam lampiran 22,
menunjukkan adanya penilaian terhadap
penyelenggaraan Program PKL jurusan akuntansi SMK
Negeri 1 Salatiga berdasarkan standar relatif dan
absolut dengan mempertimbangkan hubungan
ketergantungan dan kesesuaian antar sub-komponen
masukan yaitu: kesiapan peserta didik, kesiapan
manajemen PKL, kesiapan bidang kurikulum, kesiapan
guru pengajar, kesiapan guru pembimbing, kesiapan
DUDI, kesiapan sarana prasarana, kesiapan anggaran.
-
89
4.2.2 Transactions ( Proses) Program PKL
Evaluasi transaksi (proses) Program PKL
memberikan gambaran tentang hal-hal yang terkait
pelaksanaan program dari awal hingga akhir program
dijalankan. Sub-sub komponen yang menjadi fokus
dalam mengevaluasi pelaksanaan Program PKL terdiri
dari; a) kinerja siswa peserta PKL, b) kinerja guru
pengajar dan guru pembimbing PKL c) kinerja
manajemen PKL, d) peran pembimbing di industri, e)
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan PKL, f) upaya
mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan PKL. Sub-
sub komponen tersebut dievaluasi dengan cara
menganalisis transaksi/ proses pelaksanaan Program
PKL untuk melihat ketergantungan (kontingensi) dan
kesesuaian (kongruensi) antar sub-komponen,
berdasarkan kesenjangan yang terjadi dalam komponen
transaksi/ proses pelaksanaan PKL yang kemudian
dipetakan dalam matrik deskriptif dan matrik
pertimbangan.
Gambaran hasil penelitian evaluasi komponen
transaksi (proses) Program PKL dapat diuraikan sebagai
berikut:
4.2.2.1 Kinerja Peserta Didik Peserta PKL
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti,
siswa peserta PKL jurusan akuntansi rata-rata memiliki
sikap yang baik, sopan dan bertanggung jawab dalam
-
90
bekerja. Dilihat dari cara berpakaian selama PKL di
industri yang tetap menggunakan seragam sekolah
dengan tertib, cara berkomunikasi dengan orang lain,
cara menyelesaikan tugas yang diberikan, yang lebih
baik dibanding siswa jurusan lain/ siswa sekolah lain
yang sama-sama PKL di tempat tersebut.
Untuk beberapa siswa dalam kasus tertentu
menggambarkan attitude siswa yang masih rendah
dalam bekerja, kedisiplinan yang masih kurang dari
siswa, kurangnya kreatifitas dalam mengatasi
permasalahan di DUDI, kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang masih lambat,
kemampuan berkomunikasi bisnis yang masih kurang,
dan kemampuan mengasah kompetensi akuntansi dan
menggali ilmu akuntansi dari industri untuk dapat di
bawa ke sekolah saat kembali dari PKL.
Berikut hasil wawancara dengan beberapa orang
siswa yang PKL di PT. Charoen Pokphan Indonesia:
“Sebelumnya kami belum memiliki gambaran tentang tempat praktik yang menjadi tempat PKL bagi kami. Ternyata kami tidak semuanya mendapat tugas di bagian akuntansi/ keuangan. Beberapa diantara kami ditempatkan di customer servise/ pelayanan, di bagian administrasi juga ada. Tugas kami yang berkaitan dengan jurusan akuntansi rata-rata hanya melakukan pekerjaan merekap bukti transaksi dan menginput data barang ke dalam komputer. Selain itu kami dimintai tolong untuk membantu pekerjaan administrasi seperti memfotokopi, mengarsip surat, menerima telepon, dan beberapa tugas lain yang di luar jurusan akuntansi.” ( Wawancara tanggal 8 Juni 2017).
-
91
Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa siswa
yang PKL di PT Coca Cola Amatil Indonesia dalam hasil
wawancara berikut ini:
“Di PT Coca Cola kami ditempatkan di bagian General Affair, di bagian maintenance engineering dan di gudang spare part. Tugas kami tidak semuanya mengerjakan pekerjaan akuntansi, tergantung tugas yang diberikan. Jika dihitung dari waktu kerja dalam sehari, waktu untuk bekerja hanya sekitar 3 jam, lainnya hanya ngobrol. Ada teman kami yang pernah ditegur oleh pembimbing industri karena kurang pas saat bersikap menerima tamu perusahaan dan teman lain ditegur karena kurang pas saat membantu menerima telepon.” ( Wawancara tanggal 13 Juni 2017).
Sebagian besar data diperoleh lewat hasil
pengamatan dan wawancara dengan banyak
responden, sedangkan teknik dokumentasi meskipun
sudah diupayakan peneliti, belum dapat mendukung
oleh karena sistem administrasi terkait kinerja siswa
selama praktik dalam Program PKL tidak dilaksanakan
oleh pembimbing industri maupun guru pembimbing
sehingga tidak terdokumentasikan dengan baik.
Gambar 6: Wawancara dengan Responden Siswa
-
92
Jadi, berdasarkan hasil penelitian dapat kita
ketahui, bahwa kinerja siswa peserta PKL jurusan
akuntansi rata-rata masih menunggu instruksi dari
atasan atau pembimbing industri, kurang kreatif
sehingga pekerjaan yang mereka lakukan masih sangat
standar.
4.2.2.2 Kinerja Guru Pengajar dan Guru Pembimbing
PKL
Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan tugas
mengajar sebelum siswa diberangkatkan PKL hanya
sekitar seminggu sehingga guru pengajar belum
seluruhnya memahami karakter siswa, dan baru sedikit
materi pelajaran yang diajarkan. Kondisi ini terjadi
hampir pada semua guru di kelas XI gelombang I yang
dijadwal berangkat pertama di awal semerter 3. Rata-
rata para guru belum menyusun materi pembelajaran
khusus bagi siswa yang akan PKL. Tugas yang
diberikan guru terkesan kurang terprogram.
Kekurangsiapan dari sebagian besar guru pengajar
tersebut terangkum dalam hasil wawancara dengan
beberapa guru mapel kelas XI di jurusan akuntansi
berikut:
“ Kami baru masuk di kelas XI akuntansi 1 sekitar seminggu yang lau, kami baru memberikan gambaran mata pelajaran seperti silabus, pedoman penilaian, KKM, dan baru sedikit materi yang kami berikan. Tugas untuk siswa PKL kami berikan secara bertahap, seperti tugas untuk kelas yang lain. Kami belum memiliki instrument pembelajaran jarak jauh. Dan dari kurikulum pun belum pernah mengharuskan kami
-
93
menyusun modul ataupun tugas khusus bagi siswa yang PKL. Semua kesadaran masing-masing guru dan kreatifitas masing-masing guru.” (Wawancara tanggal 25 Juli 2017).
Berdasarkan hasil dokumentasi, peneliti tidak
menemukan laporan dari bagian kurikulum tentang
administrasi pembelajaran dari para guru pengajar,
karena sebagian besar dari mereka belum
mengumpulkan. Materi khusus untuk siswa yang akan
berangkat PKL pun belum pernah dilaporkan oleh guru
ke bagian kurikulum, sehingga data di bagian
kurikulum hanya berupa kumpulan file dari
administrasi guru tahun pelajaran lalu, sedangkan
untuk tahun ajaran 2017/ 2018 belum terkumpul.
Berikut hal-hal yang menjadi catatan dalam proses
pembelajaran selama PKL dalam petikan wawancara
dengan KKH Akuntansi:
“Beberapa hal yang menjadi catatan dalam pelaksanaan PKL antara lain: (1) sebagian besar guru produktif akuntansi belum mengumpulkan administrasi pembelajaran di awal tahun pelajaran karena masih proses penyusunan, (2)pembelajaran jarak jauh untuk siswa PKL belum dirancang dengan baik, (3) kepedulian guru mata pelajaran
Gambar 7. Wawancara dengan Responden Guru Pengajar dan Guru Pembimbing
-
94
untuk membekali siswa sebelum berangkat PKL masih belum maksimal.” (Wawancara tanggal 24 Juli 2017)
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa
sistem pembelajaran untuk siswa yang PKL belum
dirancang dengan baik di SMK Negeri 1 Salatiga.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh situasi perubahan
aturan dalam penyusunan administrasi pembelajaran
dengan penerapan kurikulum 2013 yang direvisi
beberapa kali hingga revisi edisi 2017, sehingga
sebagian besar guru belum menyiapkan administrasi
pembelajarannya maupun persiapan materi pelajaran
khususnya untuk mata pelajaran baru. Model
pembelajaran untuk siswa PKL pun masih belum
tertata sehingga guru pengajar belum mampu
menerapkan model pembelajaran jarak jauh yang
sesuai kebutuhan siswanya.
4.2.2.3 Peran Pembimbing dari DUDI
Pada prinsipnya PKL adalah kerja sama dengan
Institusi Pasangan/ DUDI yaitu saling membantu,
saling mengisi dan saling melengkapi untuk meraih
keuntungan bersama. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti, nampak bahwa pelaksanaan PKL di industri
sangat dipengaruhi oleh peran serta pembimbing dari
DUDI. Pembimbing adalah wakil langsung dari DUDI
yang sampai saat ini masih percaya kepada sekolah
-
95
untuk menjadi mitra kerjasama dalam penyelenggaraan
Program PKL.
Hasil wawancara dengan bagian personalia PT.
POS Indonesia, menunjukkan kepedulian perusahaan
mereka terhadap dunia pendidikan, dalam bentuk bea
siswa, bantuan pendidikan, tempat magang/ PKL dan
lain-lain meskipun mereka tidak mau terikat MOU
dengan pihak mana pun dalam menjalin kerjasama
khususnya dalam dunia pendidikan. (Wawancara, 14
Juli 2017).
Hal yang senada diungkapkan oleh bagian PAC
Coca Cola Amatil Indonesia dalam petikan wawancara
berikut:
“Sebagai perusahaan multinasional, kami Coca Cola Amatil Indonesia yang merupakan perwakilan kantor pusat untuk wilayah Jateng, DIY dan Madiun tidak boleh membuat MOU sendiri. Meskipun demikian kami setiap saat bersedia menerima siswa PKL, yang nantinya akan dibimbing secara umum dan secara khusus. Kami mengadakan program induksi secara singkat dalam rangka membekali siswa PKL yang akan masuk di lingkungan perusahaan kami. SOP bagi siswa PKL juga sudah kami siapkan.” (Wawancara tanggal 13 Juli 2017).
Demikian pula wawancara dengan Kabag
Personalia PD. BPR Bank Salatiga juga menunjukkan
hal yang senada tentang pentingnya peran pembimbing
tersebut. Berikut hasil wawancara tersebut:
“Kami menunjuk satu orang untuk membimbing siswa selama PKL di kantor kami. Pembimbing lah yang nantinya bertanggungjawab terhadap pemberian tugas pekerjaan
-
96
kepada siswa, dan sekaligus memberikan penilaian kepada siswa.” (Wawancara tanggal 14 Juli 2017).
Sebagian besar data diperoleh lewat hasil
pengamatan dan wawancara dengan banyak
responden, sedangkan teknik dokumentasi meskipun
sudah diupayakan peneliti belum dapat mendukung
oleh karena dokumen terkait kinerja pembimbing
industri yang mencerminkan peran DUDI selama
Program PKL belum terdokumentasikan dengan baik
oleh sebagian besar industri. Mereka hanya
mendokumentasikan surat-surat resmi dari sekolah
terkait permohonan penempatan PKL, surat pengiriman
PKL, surat monitoring PKL, surat penarikan PKL dan
jurnal laporan PKL dari siswa sebagai dasar penilaian
yang mereka berikan, dengan format sertifikat PKL dari
sekolah.
Jadi, berdasarkan hasil penelitian dapat kita
ketahui, walaupun perusahaan bertujuan mencari laba,
namun kepedulian mereka terhadap dunia pendidikan
sangat baik, baik yang bersedia menjalin kerjasama
dengan MOU maupun tidak. Kerjasama dengan DUDI
yang terjalin sejak lama tersebut tentunya memberikan
gambaran-gambaran nyata tentang potret siswa SMK
Negeri 1 Salatiga selama PKL, bagaimana tanggapan
DUDI tentang sekolah, tanggapan DUDI tentang
penyelenggaraan Program PKL jurusan akuntansi SMK
-
97
Negeri 1 Salatiga dengan segala kekurangan yang ada
di dalamnya.
Gambar 8. Wawancara dengan Responden Perwakilan DUDI
4.2.2.4 Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan
Program PKL
Dilihat dari sisi pengelolaan PKL di SMK Negeri 1
Salatiga, masih terlihat beberapa hal yang belum sesuai
harapan stake holder antara lain penyelenggaran PKL di
gelombang I yang terkesan kurang persiapan, masih
semrawut, tertundanya waktu pemberangkatan PKL,
kurangnya kesiapan dari siswa, kurangnya kepedulian
dari guru pengajar untuk membekali siswanya sebelum
PKL, kurangnya sosialisasi dan pembekalan untuk
guru pembimbing, kekurang sesuaian kompetensi yang
didapat di sekolah dengan yang dihadapi di industri,
dan masih banyak lagi permasalahan yang muncul
selama pelaksanaan PKL tersebut. Hal tersebut
terangkum dari hasil wawancara dengan Kepala SMK
-
98
Negeri 1 Salatiga dalam petikan wawancara sebagai
berikut:
“Bidang Humas Hubin seharusnya mengadakan rapat koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam PKL, khususnya KKH dan guru produktif yang sebagian besar menjadi pembimbing, untuk mencari strategi/ menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan PKL. Saya lihat hal tersebut belum dilakukan. Program kerja PKL ataupun juknis yang menjadi SOP PKL seharusnya disusun sendiri setiap tahun. Namun saya belum melihat atau pun mendapat laporan dari bidang Humas Hubin. Penyelenggaraan Program PKL cenderung masih berdasarkan kebiasaan tahun lalu.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2017 )
Pernyataan di atas juga dibenarkan oleh staff
Humas Hubin dalam kutipan wawancara berikut:
“Kurangnya koordinasi dari bidang Humas dengan pihak-
pihak yang terlibat dalam Program PKL, menyebabkan
masing-masing bagian bekerja semaunya sendiri, tanpa
arahan, tanpa kontrol seperti bola-bola liar. Bekerja hanya
sekedar menggugurkan kewajiban.”
(Wawancara tanggal 9 Mei 2017).
Agak berbeda dengan hasil wawancara di atas,
hasil wawancara dengan Waka Humas Hubin
menyatakan kegiatan PKL yang sudah direncanakan
dan dikoordinasikan dengan baik. Berikut pernyataan
Waka Humas Hubin SMK Negeri 1 Salatiga:
“Sudah ada koordinasi dengan pembimbing DUDI karena hubungan baik sudah terjalin sekian tahun/lama. Sudah ada koordinasi dengan manajemen PKL, yang dilakukan setiap saat/ tidak dialokasikan waktu khusus, dilaksanakan sesuai kebutuhan. Dengan guru pembimbing terutama secara intensif pada saat musim pemberangkatan. Setahu Humas, semua sudah paham dengan tupoksinya masing-masing sehingga tidak perlu dilakukan koordinasi secara khusus. Untuk urusan dengan guru pembimbing PKL seharusnya sudah diurusi jurusan akuntansi, Humas hanya masalah penginformasian
-
99
waktu, penjadwalan, administrasi surat menyurat PKL.” (Wawancara tanggal 23 Mei 2017).
Sebagian besar data diperoleh lewat hasil
pengamatan dan wawancara dengan banyak
responden, sedangkan teknik dokumentasi meskipun
sudah diupayakan peneliti belum dapat mendukung
oleh karena dokumen terkait hambatan-hambatan
selama pelaksanaan Program PKL belum
terdokumentasikan dengan baik oleh manajemen
POKJA PKL, karena administrasi manajemen PKL yang
ada masih belum tertata dengan baik. Sistem pelaporan
dari guru pembimbing pun hanya berupa penyerahan
kembali surat monitoring dari industri tanpa ada
pelaporan permasalahan selama pelaksanaan.
Sedangkan pihak jurusan akuntansi pun hanya
memberikan saran/masukan bila guru pembimbing
melaporkan secara lisan tentang permasalahan-
permasalahan di tempat PKL dan memberikan
masukan kepada guru pembimbing untuk langsung
menyelesaikannya tanpa ada proses pendokumentasian
dengan baik.
Dari hasil wawancara di atas, ternyata terdapat
pemahaman yang berbeda antara pihak jurusan
akuntansi dengan bidang Humas Hubin. Perbedaan
pemahaman tersebut terjadi diantaranya karena
-
100
kurangnya intensitas komunikasi antara pihak-pihak
pengelola PKL dengan pihak jurusan akuntansi.
4.2.2.5 Upaya Mengatasi Permasalahan-
Permasalahan dalam Pelaksanaan Program
PKL.
Menurut Kepala SMK Negeri 1 Salatiga, kunci
sukses program PKL adalah pengelolaan program yang
matang dengan kerjasama tim yang bagus, komunikasi
yang efektif dengan semua pihak yang terlibat dalam
program PKL. Selama ini kendala intensitas komunikasi
yang menjadi salah satu sumber permasalahan
program PKL akan segera diatasi dengan disediakannya
ruangan kerja khusus bagi Humas Hubin. Hal tersebut
dikemukakan oleh Kepala SMK Negeri 1 Salatiga dalam
petikan wawancara sebagai berikut:
“Ruang khusus Humas Hubin ini diharapkan mempermudah pelayanan Humas Hubin, termasuk kepada siswa peserta PKL. Semua kegiatan dalam penyelenggaraan Program PKL diharapkan lebih terprogram, lebih terkoordinir sehingga menjadi ruang pusat informasi sektor internal dan eksternal sekolah. Penyiapan sarana prasarana tersebut sudah dimasukkan dalam Rencana Kerja Jangka Menengah/ RKJM 4 tahun.” (Wawancara tanggal 10 Juni 2017).
Berdasarkan studi dokumentasi dan hasil
pengamatan peneliti, masih banyak guru pengajar kelas
XI yang belum menyusun atau pun mengumpulkan
administrasi pembelajaran sebelum melaksanakan
KBM, khususnya untuk pembelajaran jarak jauh bagi
-
101
siswa yang akan diberangkatkan PKL. Dalam hal KBM
perlu upaya serius untuk membenahi kesemrawutan
pembelajaran di DUDI.
Hal ini diungkapkan oleh Waka Kurikulum dalam
petikan wawancara berikut:
“Kami menyadari masih banyak guru yang belum membekali siswanya sebelum magang, mungkin karena kurang peduli ataupun memang tidak tahu cara membuat materi/ media belajar jarak jauh. Biasanya di awal tahun pelajaran kami menyelenggarakan IHT bagi guru dalam rangka mempersiapkan pembelajaran yang akan berlangsung.” (Wawancara tanggal 12 Juni 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti nampak
upaya yang dilakukan guru-guru pembimbing dalam
rangka mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan
PKL antara lain dengan melakukan komunikasi yang
baik dengan pembimbing industri, melaporkan kepada
jurusan untuk diselesaikan lebih lanjut pada kasus
tertentu, bahkan langkah menarik siswa dari tempat
PKL sebelum waktunya pun dilakukan untuk
diserahkan kembali ke sekolah dalam rangka
memperoleh pembinaan lebih lanjut. Untuk kasus
tertentu yang membutuhkan pembinaan lebih lanjut
biasanya siswa dipindahkan tempat PKLnya di sekolah
sehingga memudahkan guru dalam pembinaan dan
pengawasannya. Hal tersebut terangkum dalam hasil
wawancara dengan beberapa guru pembimbing PKL
sebagai berikut:
-
102
“Kasus yang terjadi di tempat PKL yang saya bimbing adalah kekurangdisiplinan siswa yang sudah tidak bisa ditolerir oleh pihak industri. Akhirnya saya laporkan ke jurusan akuntansi dalam rapat jurusan kemarin untuk mendapatkan keputusan tindakan yang harus saya ambil. Berdasarkan hasil dari rapat jurusan maka saya akan menarik siswa yang berkasus tersebut untuk ditempatkan PKL di sekolah di bawah pengawasan saya langsung.” (Wawancara tanggal 13 Juni 2017).
Jadi berdasarkan hasil penelitian dapat kita
ketahui bahwa semua pihak yang terlibat dalam
Program PKL jurusan akuntansi telah berupaya untuk
mengatasi setiap permasalahan yang muncul, baik
dilakukan sendiri maupun dengan bantuan lembaga.
Kesadaran pribadi dari guru pembimbing untuk
membantu siswanya menjadi ujung tombak sekolah
dalam penyelesaian masalah PKL.
4.2.2.6 Kongruensi (Kesesuaian) dan
Ketergantungan (Kontingensi) antar sub
komponen proses (transactions)
Kesenjangan yang terjadi dalam sub-sub
komponen transaksi/ proses menunjukkan adanya
ketergantungan (kontingensi) dan kesesuaian
(kongruensi) antar sub-komponen transaksi/ proses
sehingga kekurangsiapan masing-masing sub-
komponen mempengaruhi sub-komponen yang lainnya.
Kinerja peserta didik peserta Program PKL yang
belum sesuai harapan industri sangat dipengaruhi oleh
-
103
kesiapannya sebelum berangkat PKL. Kesiapan semua
sub-komponen masukan akan berpengaruh terhadap
kualitas kerja sub-sub komponen transaksi, termasuk
diantaranya kekurangsiapan instrument pembelajaran
jarak jauh bagi peserta didik peserta PKL sangat
mempengaruhi kinerja peserta didik maupun guru
pembimbing dalam memantau pelaksanaan KBM
selama di industri. Kesesuaian antara materi pelajaran
yang sudah pernah diterima peserta didik sebelumnya
dengan materi pekerjaan yang mereka hadapi saat
praktik sangat mempengaruhi proses PKL.
Kinerja guru pembimbing selama pelaksanaan PKL
pun sangat mempengaruhi kinerja peserta didik karena
pendampingan siswa dalam proses belajar jarak jauh
sangat diperlukan dalam rangka penyiapan siswa
sehingga lebih mengenal budaya kerja industri
sesungguhnya. Ketidaktersediaan instrumen bimbingan
akan menyulitkan guru pembimbing dalam memantau
kinerja peserta didik selama PKL.
Kinerja peserta didik dipengaruhi pula oleh peran
pembimbing industri dalam mendampingi siswa PKL
yang latihan bekerja di tempat mereka. Pendampingan
dari pihak industri yang efektif akan berpengaruh
positif terhadap kesiapan kerja peserta didik. Namun
sebaliknya, industri yang hanya menggunakan tenaga
-
104
peserta didik tanpa disertai pemberian pekerjaan/
tugas yang sesuai kompetensi siswa akan semakin
menurunkan kinerja siswa yang pada akhirnya akan
menyebabkan tidak efektifnya waktu belajar mereka
selama mengikuti Program PKL.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu upaya
mengatasi kesenjangan dalam komponen proses yang
harus dilakukan secara menyeluruh, terpadu sehingga
tepat sasaran.
4.2.2.7 Matrik Deskripsi Komponen Proses (Transaction)
Deskripsi komponen proses (transaction)
sebagaimana yang nampak dalam tabel matrik
deskripsi komponen proses dalam lampiran 23
menunjukkan adanya maksud program berdasarkan
rencana awal program dan perbandingannya
berdasarkan hasil pengamatan yang berupa gambaran
secara obyektif berdasarkan hasil penelitian dengan
mempertimbangkan hubungan ketergantungan dan
kesesuaian antar sub-komponen proses yaitu: kinerja
siswa peserta Program PKL, kinerja guru pengajar dan
guru pembimbing, kinerja manajemen PKL, peran
pembimbing di industri, kendala-kendala pelaksanaan
Program PKL, upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasi kendala dalam pelaksanaan PKL.
-
105
4.2.2.8 Matrik Pertimbangan Komponen Proses
(Transaction)
Pertimbangan yang berupa penilaian terhadap
komponen proses berdasarkan standar relatif yaitu
Juknis Program PKL dari pemerintah dan standar
absolut yaitu SOP PKL SMK Negeri 1 Salatiga,
sebagaimana hasil penelitian yang berupa tabel matrik
pertimbangan yang nampak dalam lampiran 24,
menunjukkan adanya penilaian terhadap pelaksanaan
Program PKL jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga
berdasarkan standar relatif dan absolut dengan
mempertimbangkan hubungan ketergantungan dan
kesesuaian antar sub-komponen proses yaitu: kinerja
siswa peserta Program PKL, kinerja guru pengajar dan
guru pembimbing, kinerja manajemen PKL, peran
pembimbing di industri, kendala-kendala pelaksanaan
Program PKL, upaya yang telah dilakukan untuk
mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan PKL
4.2.3 Outcomes ( Dampak) Program PKL
Evaluasi outcomes (dampak) Program PKL Jurusan
Akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga ini berisi tentang
gambaran kondisi setelah program dijalankan yaitu
untuk melihat kesiapan kerja siswa setelah
melaksanakan PKL, efektivitas penyelenggaraan
program PKL jurusan akuntansi. Sub-sub komponen
-
106
yang menjadi fokus dalam mengevaluasi dampak
Program PKL terdiri dari; a) kesiapan kerja peserta
didik, b) pelaporan hasil PKL, c) faktor pendukung dan
faktor penghambat, d) efektivitas program, e)
ketercapaian tujuan, f) hasil pengembangan program, g)
keberlanjutan program. Sub-sub komponen dampak
tersebut dianalisis ketergantungan (kontingensi) dan
kongruensi (kesesuaiannya) untuk memberikan
gambaran tentang dampak Program PKL secara
keseluruhan sehingga pada akhirnya dapat diberikan
penilaian berdasarkan standar yang ada
Dalam rangka mencapai visi dan misi SMK Negeri
1 Salatiga, yaitu menjadi wahana pendidikan vokasi
yang unggul dan kreatif untuk mencetak sumber daya
manusia yang berbudi pekerti luhur, kompeten,
kompetitif dan peduli terhadap lingkungan, jurusan
akuntansi sebagai salah satu jurusan favorit di SMK
Negeri 1 Salatiga berusaha mewujudkan visi tersebut
dengan mengaplikasikannya dalam visi jurusan
akuntansi yaitu sebagai kawah candradimuka
pendidikan vokasi program studi akuntansi untuk
mencetak generasi berdaya cipta yang siap bekerja,
berwirausaha dan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Hal ini diungkapkan oleh KKH Akuntansi SMK Negeri 1
Salatiga dalam petikan wawancara sebagai berikut:
-
107
“Jurusan akuntansi masih menjadi jurusan favorit di SMK Negeri 1 Salatiga saat ini dengan visi jurusan sebagai kawah candradimuka pendidikan vokasi program studi akuntansi untuk mencetak generasi berdaya cipta yang siap bekerja, berwirausaha dan melanjutkan ke perguruan tinggi, yang mengacu pada visi sekolah dalam rangka mempersiapkan lulusannnya siap memasuki tantangan dunia kerja.” (Wawancara tanggal 24 Juli 2017)
Penjabaran visi sekolah dalam visi jurusan
akuntansi tersebut diaplikasikan dalam Program PKL
jurusan akuntansi yang bertujuan menyiapkan peserta
didik untuk lebih siap memasuki dunia kerja setelah
lulus nanti dengan bekal pengalaman dari praktik
belajar secara langsung di Dunia Kerja/ Dunia Industri.
4.2.3.1 Kesiapan kerja peserta didik
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
peneliti, kesiapan kerja peserta didik jurusan akuntansi
terlihat mengalami perubahan dari segi attitude, sikap
kerja, cara kerja, komunikasi sosial, namun belum
menunjukkan hasil yang significant dengan prestasi
kompetensi akademiknya. Prestasi akademik yang
dapat dilihat dari rata-rata nilai ulangan semester
untuk semua mata pelajaran produktif cenderung
mengalami penurunan untuk peserta didik dari kelas
yang baru selesai PKL. Dalam diskusi dengan 7 orang
guru produktif akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga
didapatkan informasi dari hasil diskusi sebagai berikut:
-
108
“Dampak PKL pada siswa jurusan akuntansi cenderung membawa perubahan dalam hal attitude siswa seperti sikap dan cara kerja, komunikasi sosial, tanggung jawab dan disiplin. Dalam hal prestasi akademik cenderung mengalami penurunan karena peserta didik kurang siap saat mengikuti ulangan akhir semester yang dilaksanakan sesaat setelah mereka kembali dari tempat PKL.” (Diskusi tanggal 19 Juli 2017).
Demikian pula hasil wawancara dengan beberapa
siswa kelas XII akuntansi setelah melaksanakan
Program PKL juga menunjukkan hal yang senada.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari jurusan
akuntansi tentang evaluasi PKL berdasarkan tempat
praktik kerja lapangan, yang menunjukkan tingkat
kepuasan terhadap penyelenggaraan Program PKL
jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga, yang
terangkum dalam tabel 6. Berdasarkan tabel 6 dapat
diketahui tingkat kepuasan siswa yang dikategorikan
dalam “Puas” dan “Belum Puas” berdasarkan hasil
wawancara dengan sebagian besar siswa yang telah
melaksanakan PKL. Evaluasi terhadap kesesuaian
bidang kerja yang diberikan di tempat PKL juga menjadi
dasar penilaian evaluasi kepuasan siswa tersebut.
Tanggapan peserta PKL (berdasar tempat PKL) terhadap
penyelenggaraan PKL jurusan akuntansi SMK Negeri 1
Salatiga adalah sebagai berikut; a) Sebagian besar
siswa peserta PKL di 9 dari 19 tempat PKL merasa puas
-
109
atau 0,47%, b) Sebagian besar siswa peserta PKL di 11
dari 19 tempat PKL merasa belum puas atau 0,57 %.
Tabel 6 Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penyelenggaraan PKL
Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga
NO NAMA DUDI
KESESUAIAN
BIDANG KERJA
(%)
TINGKAT KEPUASAN
PUAS BELUM PUAS
1 PT. FIF 50 V
2 CV. PERKASA TELKOM INDONESIA 20
V
3 BMT ANDA 50 V
4 PT. SIDOMUNCUL 10 V
5 PRIMKOPTI HANDAYANI 20 V
6 PD. BPR BANK SALATIGA 40 V
7 PT. TRIPILAR BETON MAS 50 V
8 PT. COCA COLA 20 V
9 STIE AMA 10 V
10 GRAND WAHID HOTEL SALATIGA 50
V
11 BANK SYARIAH MANDIRI 50 V 12 PT. CHAROEND POKPAND 50 V
13 KPP PRATAMA SALATIGA 50 V
14 DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA 20
V
15 BMT RAMA 50 V
16 PT. KIEVIT SALATIGA 50 V 17 KANTOR POS SALATIGA 20
V
18 PERUM PERHUTANI 20 V
19 PT TRI ARTA ADITAMA 20 V
(Sumber: Data Jurusan Akuntansi SMK Negeri 1
Salatiga, 2016-2017, diolah).
-
110
Berdasar data penelitian diketahui bahwa Program
PKL lebih berdampak pada aspek afektif siswa yaitu
perubahan attitude siswa, namun kurang nampak dari
aspek kognitif ataupun psikomotik yang ditunjukkan
dengan hasil nilai siswa selama 5 tahun terakhir
sebagaimana yang terlihat dalam lampiran 20 yang
menunjukkan adanya nilai di bawah KKM yang
ditentukan pihak jurusan akuntansi yaitu 8,0 untuk
nilai produktif akuntansi.
4.2.3.2 Pelaporan Hasil PKL
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti tentang
mekanisme pelaporan kegiatan siswa dalam Program
PKL menunjukkan bahwa proses pelaporan PKL
dilakukan setelah peserta didik ditarik kembali ke
sekolah oleh guru pembimbing masing-masing, dengan
mengumpulkan buku jurnal kegiatan PKL.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Waka Humas Hubin SMK Negeri 1 Salatiga pada saat
wawancara, yaitu:
“Siswa yang sudah kembali ke sekolah dari tempat PKL seharusnya memberikan laporan ke jurusan. Laporan berupa penyerahan jurnal kegiatan selama siswa PKL. Seharusnya guru pembimbing yang proaktif menanyakan laporan kegiatan siswa. Namun selama ini belum ada evaluasi/ laporan dari guru pembimbing.” (Wawancara tanggal 23 Mei 2017).
-
111
Hal yang senada juga diungkapkan oleh dua orang
staf Humas Hubin, dalam kutipan wawancara sebagai
berikut:
“Kami sudah membagikan buku pedoman untuk pelaporan
siswa PKL, dan seharusnya setelah mereka kembali dari
industri segera melaporkan hasil PKLnya. Namun sebagian
besar siswa belum menyerahkan laporannya ke kami, dan
untuk itu seharusnya pihak guru pembimbing atau pun
jurusan akuntansi juga membantu mengingatkan siswanya.”
(Wawancara tanggal 9 Mei 2017).
Data dokumen juga menunjukkan bahwa sekolah
sudah memberikan pedoman pengisian laporan dalam
bentuk petunjuk pengisian jurnal yang tertulis sebagai
berikut:
1. Setelah anda menerima buku jurnal, baca dan pahami semua yang tercantum dalam panduan ini, kemudian tanda tangani pada halaman pernyataan anda.
2. Selanjutnya setelah anda mengetahui Bapak/ibu pembimbing dari sekolah segera hubungi dan mintakan tanda tangan beliau.
3. Setelah itu apabila anda sudah diberangkatkan sampai di lokasi praktek, temui pimpinan / instruktur untuk meminta tanda tangan dan cap pengesahan pada panduan ini.
4. Jurnal diisi secara kontinyu selama siswa praktek dengan menggunakan satuan waktu minggu.
5. Isilah dengan tanda chek () pada kolom sesuai dengan dengan materi yang di praktek-kan pada waktu satu minggu.
6. Jika dalam satu minggu anda memperoleh berbagai macam materi pelatihan, maka anda diperbolehkan mengisi lebih dari satu materi yang di praktek-kan
7. Kolom lain-lain diisi jika dalam melaksanakan praktek, benar-benar materinya belum tercantum dalam daftar jurnal.
-
112
8. Tabel jurnal dikelompok-kan menjadi 3 ( Tiga ) bagian digunakan untuk mengetahui kesesuaian materi praktek dengan program studi peserta praktek.
9. Buku panduan ini harus tetap terjaga kebersihannya untuk dikumpulkan kembali setelah peserta praktek selesai melaksanakan praktek sekolah.
Sumber: Humas Hubin SMK Negeri 1 Salatiga (2017: 3).
Adapun format pelaporan yang diberikan kepada
siswa peserta PKL sudah diwujudkan dalam bentuk
jurnal kegiatan harian yang bentuk dan isinya sama
dari dulu hingga periode 2017 ini, seperti yang terlihat
di lampiran 21. (Sumber Data: Humas Hubin SMK
Negeri 1 Salatiga, 2017).
Data di atas menunjukkan bahwa secara
administrasi pelaporan PKL di SMK Negeri 1 Salatiga
sudah ada, namun berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti dan berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa peserta didik yang telah
melaksanakan PKL, hanya sekitar 30% peserta PKL
yang mengumpulkan laporannya ke jurusan akuntansi
tanpa persetujuan guru pembimbing masing-masing.
70 % sisanya masih belum mengumpulkan laporan,
apalagi sertifikat penilaian yang seharusnya sudah
mereka bawa serta saat kembali dari PKL. Peran guru
pembimbing sangat kurang, dan sebagian besar peserta
PKL yang sudah kembali ke sekolah pun tidak
berusaha mencari pembimbingnya untuk
mengumpulkan laporan yang sudah disusunnya.
-
113
Berikut petikan wawancara dengan beberapa peserta
PKL yang sudah selesai melaksanakan PKL:
“Kami memang dibekali format laporan PKL. Diharuskan mengisi jurnal kegiatan harian. Namun setelah PKL ternyata tidak ada yang menanyakan atau pun menyuruh untuk mengumpulkan, baik oleh guru pembimbing kami apalagi Humas. Sertifikat PKL kami juga banyak yang masih di DUDI.” (Wawancara tanggal 13 Juni 2017).
Lebih lanjut peneliti menanyakan kepada beberapa
guru pembimbing terkait laporan PKL tersebut, dan
jawaban yang mereka berikan rata-rata sama yaitu ;
“Kami tidak tahu”. Berikut petikan wawancara dengan
guru pembimbing PKL jurusan akuntansi:
“ Kami tidak tahu. Setahu kami, laporan PKL nantinya dikumpulkan langsung ke Humas, kami hanya ditugasi mengantar, memonitoring dan menarik PKL. Tidak ada sosialisasi atau pemberitahuan tentang teknis pengumpulan laporan PKL, dari dulu kami pun belum pernah diminta Humas untuk mengumpulkan laporan PKL siswa yang kami bimbing.” (Wawancara tanggal 13 Juni 2017).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat kita ketahui
adanya perbedaan persepsi antara bagian Humas
dengan para guru pembimbing PKL dan pihak jurusan
akuntansi tentang tanggung jawab pengelolaan laporan
PKL dari siswa sehingga dampaknya siswa menjadi
bingung dan akhirnya banyak yang belum
mengumpulkan laporan PKLnya.
-
114
4.2.3.3 Efektivitas Program dan Ketercapaian
Tujuan
Profil kompetensi tamatan jurusan akuntansi
berdasarkan hasil studi dokumentasi dari Humas
Hubin berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 20 tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, digunakan oleh jurusan
akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga dalam
penyelenggaraan PKLnya, sebagai acuan dalam proses
pembelajaran praktik akuntansi, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Mencatat transaksi sesuai dengan siklus akuntansi 2. Menyusun laporan keuangan, yaitu laporan yaitu laporan
rugi laba, neraca, dan laporan perubahan posisi keuangan untuk badan usaha baik perorangan, persekutuan, maupun perseroan
3. Mengadakan Analisa laporan keuangan untuk mengukur tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas
4. Menghitung dan menerapkan serta menyelesaikan pajak penghasilan perusahaan maupun pajak penghasilan karyawan
5. Mengakumulasikan biaya produksi baik perusahaan jasa maupun perusahaan industri. (SKL SMK Jurusan Akuntansi, 2016).
Berdasarkan hasil studi dokumentasi, peneliti
menemukan aplikasi dari SKL berdasar Permendikbud
No.20/ 2016 tersebut, jurusan akuntansi SMK Negeri 1
Salatiga kemudian membuat struktur materi praktik
akuntansi bagi siswa PKLnya seperti yang nampak
dalam tabel 7.
-
115
Tabel 7 STRUKTUR MATERI PRAKTEK
1 Mengelola Bukti Transaksi 2 Mengelola Buku Jurnal 3 Mengelola Buku Besar (Induk dan Pembantu) 4 Menyiapkan Neraca Saldo, Ayat Penyesuaian, dan
menyelesaikan Neraca Lajur 5 Menutup Buku Besar dan menyusun Neraca Saldo
Setelah Penutupan 6 Menyusun Laporan Keuangan 7 Mengelola Administrasi Kas dan Bank (Rekonsiliasi
Bank, Kas Kecil,Sistem Voucher) 8 Mengelola Order Penjualan 9 Mengelola Proses Kredit 10 Mengelola Kartu Piutang 11 Mengelola Penagihan Piutang 12 Mengelola Administrasi Penjualan 13 Mengelola Kartu Utang 14 Mengola Administrasi Penerimaan Barang Supplier 15 Mengelola Kartu Persediaan Supplies 16 Mengelola Kartu Pesersediaan Barang Jadi 17 Mengelola Administrasi Gudang 18 Mengelola Aktiva Tetap 19 Mengelola Adminnistrasi Pajak 20 Mengelola Administrasi Gaji & Upah 21 Mengelola Kartu Biaya Produksi 22 Menyelesaikan Siklus Akuntansi Manufaktur 23 Operator Mesin Hitung 24 Operator Komputer 25 Kasir Lain-lain ( Diisi dengan materi yang benar-benar
belum termasuk pada penjabaran diatas )
Materi praktik akuntansi tersebut untuk siswa
peserta Program PKL jurusan akuntansi yang disusun
dalam rangka mencapai tujuan Program PKL SMK
Negeri 1 Salatiga, seperti data hasil studi dokumentasi
dari bidang Humas Hubin sebagai berikut:
-
116
1. Menyiapkan siswa untuk memasuki dunia kerja serta mengembangkan sikap professional
2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan dirinya dalam era global.
3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan Dunia Kerja/Dunia Industri pada saatnya dan pada saat yang akan datang.
4. Menyiapkan tamatan menjadi warga negara yang normatif, adaptif, produktif dan kreatif.(Sumber data: Humas Hubin 2017).
Dalam rangka mencapai tujuan PKL tersebut,
siswa diharapkan mampu menyiapkan diri mereka
sehingga menjadi SDM yang memiliki
kualifikasi/karakter yang dibutuhkan oleh DUDI saat
ini. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti, nampak perubahan dalam hal attitude siswa
yang telah melaksanakan Program PKL, dari sikap, cara
kerja, cara bicara, komunikasi sosial mereka ke arah
yang lebih baik. Dalam hal kompetensi praktik
akuntansi belum nampak peningkatan yang signifikan
setelah siswa melaksanakan PKL, karena belum pernah
ada evaluasi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Waka
Humas Hubin SMK Negeri 1 Salatiga dalam petikan
wawancara berikut:
“Peningkatan yang signifikan khususnya hal attitude. Perubahan attitude kearah lebih baik, sikap kerja, kesadaran etos kerja, cara komunikasi berubah, berlatih bertanggung jawab. Prestasi hasil belajar cenderung negative karena prestasi kerja seperti attitude, etos kerja, dll berbeda penilaiannya. Dari aspek skill belum terlalu signifikan karena belum semua DUDI mau atau mampu memberikan kompetensi yang sesuai kepada siswa.” (Wawancara tanggal 23 Mei 2017).
-
117
Dalam rangka pencapaian tujuan PKL khususnya
pada aspek afektif siswa, bidang Humas Hubin sudah
menyiapkan instrument penilaian yang pelaksanaannya
dilakukan oleh pembimbing dari industri. Berikut hasil
data dokumentasi dari bidang Humas Hubin tentang
format penilaian PKL yang ditampilkan dalam tabel 8.
Tabel 8 DAFTAR PENILAIAN PKL
Nama Peserta :…………………………………………… Nomor Induk :…………………………………………… Peserta :…………………………………………… Kelas/Progdi :…………………………………………… Lokasi Praktek :…………………………………………… Waktu Praktek :…………………………………… Nama Pembimbing :…………………………………………… Nama Pembimbing Sekolah :……………………………………………
I. ASPEK PERSONAL 1 Kemandirian dalam bekerja 2 Kejujuran 3 Kedisiplinan 4 Kreatifitas
5 Sikap ( Kesopanan )sehari-hari
6 Penampilan sehari-hari II ASPEK SOSIALISASI 1 Kemampuan berkomunikasi
2 Kemampuan bekerjasa dengan kolega
3 Pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan kerja
III ASPEK PRAKTEK DALAM MENJALANKAN TUGAS
1 Sikap tanggap/peka terhadap tugas/pekerjaan
2 Tanggung jawab terhadap pekerjaan yang ditugaskan
3 Ketrampilan menggunakan alat & penguasaan terhadap materi pekerjaan
4 Kerapian hasil
-
118
Berdasarkan studi dokumentasi yang peneliti
lakukan pada dokumen hasil Ujian Kompetensi
Kejuruan (UKK) akuntansi untuk mata pelajaran
produktif praktik akuntansi manual dan praktik
komputer akuntansi selama 5 tahun terakhir, ternyata
kondisi kesiapan kompetensi akuntansi yang dilihat
dari nilai ujian praktik akuntansi masih kurang. Nilai
KKM mata pelajaran produktif khususnya praktik
akuntansi yang ditetapkan jurusan akuntansi yaitu 8,5
belum tercapai secara maksimal. Adapun hasil UKK
akuntansi selama 5 tahun terakhir ditampilkan dalam
lampiran 20.
Berdasarkan data penelitian di atas, efektivitas
dan ketercapaian tujuan Program PKL jurusan
akuntansi masih kurang jika dilihat dari aspek kognitif
dan aspek psikomotorik yakni nilai pengetahuan dan
nilai keterampilan, yang dilihat dari hasil nilai Ujian
Praktik Kejuruan akuntansi selama 5 tahun terakhir,
yang masih menunjukkan belum sesuai harapan
sekolah karena masih ada siswa yang memperoleh nilai
di bawah KKM yang ditetapkan untuk nilai praktik
produktif akuntansi yakni 8,50. Namun jika dilihat dari
aspek afektif, sudah menunjukkan peningkatan yang
positif. Perubahan perilaku, cara kerja, sikap, toleransi,
komunikasi
-
119
Evaluasi outcomes (dampak) Program PKL Jurusan
Akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga ini berisi tentang
gambaran kondisi setelah program dijalankan yaitu
untuk melihat kesiapan kerja siswa setelah
melaksanakan PKL, efektivitas penyelenggaraan
program PKL jurusan akuntansi. Sub-sub komponen
yang menjadi fokus dalam mengevaluasi dampak
Program PKL terdiri dari; a) kesiapan kerja peserta
didik, b) pelaporan hasil PKL, c) faktor pendukung dan
faktor penghambat, d) efektivitas program, e)
ketercapaian tujuan, f) hasil pengembangan program, g)
keberlanjutan program. Sub-sub komponen dampak
tersebut dianalisis ketergantungan (kontingensi) dan
kongruensi (kesesuaiannya) untuk memberikan
gambaran tentang dampak Program PKL secara
keseluruhan sehingga pada akhirnya dapat diberikan
penilaian berdasarkan standar yang ada
Hasil penelitian menunjukkan adanya
ketergantungan (kontingensi) dan kesesuaian
(kongruensi) antara komponen masukan (antecedens),
komponen proses (transactions) dan komponen dampak
(outcomes) yang mempengaruhi penyelenggaraan
Program PKL jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Salatiga.
Komponen masukan dirancang/ disiapkan untuk dapat
disesuaikan dengan komponen proses sehingga
kesuksesan pelaksanaan/ proses Program PKL
-
120
tergantu