bab iv hasil dan pembahasan 4.1 kondisi proses ekstraksi...

20
39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu suhu ekstraksi. Semakin tinggi suhu pada proses ekstraksi maka semakin tinggi rendemen yang diperoleh (Fuadi, 2012). Menurut Wardiyati (2004), gelombang bunyi yang dihasilkan oleh tenaga listrik (lewat transduser), diteruskan oleh media cair ke medan yang dituju melalui fenomena kavitasi. Fenomena kavitasi yaitu terbentuknya gelembung kecil pada media perantara, yang lama kelamaan gelembung-gelembung akan bertambah besar dan akhirnya akan pecah dan mengeluarkan tenaga besar, tenaga inilah yang digunakan untuk proses kimia. Tenaga tersebut dihasilkan karena adanya tekanan dan suhu yang tinggi. Namun, pada ekstraksi minyak atsiri daun pandan wangi suhu yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan rusaknya komponen minyak yang terkandung dalam daun pandan wangi. Efek mekanik dari gelombang ultrasonik yang ditimbulkan akan meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel dan meningkatkan transfer massa (Keil, 2007). Grafik kenaikan suhu pada setiap perlakuan ekstraksi tersaji pada Gambar 7, sedangkan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 7. Grafik Rata-rata Kenaikan Suhu Tiap Perlakuan Ekstraksi 0 10 20 30 40 50 60 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Suhu ( o C) Waktu (menit) Rasio 1:20 Rasio 1:25 Rasio 1:30 Rasio 1:35 Rasio 1:40

Upload: hatuyen

Post on 07-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi yaitu suhu ekstraksi.

Semakin tinggi suhu pada proses ekstraksi maka semakin tinggi rendemen yang

diperoleh (Fuadi, 2012). Menurut Wardiyati (2004), gelombang bunyi yang

dihasilkan oleh tenaga listrik (lewat transduser), diteruskan oleh media cair ke

medan yang dituju melalui fenomena kavitasi. Fenomena kavitasi yaitu

terbentuknya gelembung kecil pada media perantara, yang lama kelamaan

gelembung-gelembung akan bertambah besar dan akhirnya akan pecah dan

mengeluarkan tenaga besar, tenaga inilah yang digunakan untuk proses kimia.

Tenaga tersebut dihasilkan karena adanya tekanan dan suhu yang tinggi. Namun,

pada ekstraksi minyak atsiri daun pandan wangi suhu yang digunakan tidak boleh

terlalu tinggi karena akan menyebabkan rusaknya komponen minyak yang

terkandung dalam daun pandan wangi. Efek mekanik dari gelombang ultrasonik

yang ditimbulkan akan meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding

membran sel, mendukung pelepasan komponen sel dan meningkatkan transfer

massa (Keil, 2007). Grafik kenaikan suhu pada setiap perlakuan ekstraksi tersaji

pada Gambar 7, sedangkan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 7. Grafik Rata-rata Kenaikan Suhu Tiap Perlakuan Ekstraksi

0

10

20

30

40

50

60

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Su

hu

(oC

)

Waktu (menit)

Rasio 1:20

Rasio 1:25

Rasio 1:30

Rasio 1:35

Rasio 1:40

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

40

Berdasarkan Gambar 7 di atas, dapat diketahui bahwa semakin lama waktu

ekstraksi, maka suhu yang ditimbulkan pada setiap perlakuan cenderung

meningkat. Hal ini diduga karena pada saat proses kavitasi, terjadi tumbukan antara

bahan dengan pelarut serta bahan dengan bahan saat pecahnya gelembung yang

menandakan adanya pergerakan dan percepatan. Pergerakan dan percepatan ini erat

hubungannya dengan energi kinetik. Berdasarkan prinsip kekekalan energi, energi

kinetik (EK) berbanding lurus dengan energi kalor (Q). Sehingga, semakin besar

percepatan pada energi kinetik menyebabkan selisih suhu yang ditimbulkan pada

energi kalor semakin besar. Namun, untuk kisaran suhu dari setiap perlakuan tidak

jauh berbeda. Hal ini diduga karena penggunaan amplitudo pada setiap perlakuan

sama yaitu 50%.

4.2 Pengaruh Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Rendemen Minyak

Atsiri Daun Pandan Wangi

4.2.1 Rendemen Parsial

Salah satu parameter yang diamati pada penelitian ini adalah rendemen

minyak atsiri daun pandan wangi. Rendemen merupakan persentase perbandingan

massa akhir yang dihasilkan dengan massa awal pada suatu proses. Rendemen yang

dihitung meliputi rendemen parsial dan rendemen total. Rendemen parsial

merupakan rendemen yang dihitung pada setiap proses penelitian, mulai dari

persiapan bahan baku hingga tahapan ekstraksi. Rendemen parsial dihitung untuk

mengetahui proses mana yang paling banyak dan paling rentan mengalami

kehilangan massa. Rendemen parsial yang dihitung meliputi rendemen sortasi I,

rendemen pelayuan, rendemen sortasi II, rendemen ekstraksi, rendemen

penyaringan I, rendemen evaporasi, rendemen re-ekstraksi dan rendemen

penyaringan II. Tabel 7 di bawah ini merupakan rata-rata rendemen parsial pada

setiap proses penelitian.

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

41

Tabel 7. Rendemen Parsial

Perlakuan Rendemen Parsial (%) ± Standar Deviasi

Sortasi I Pelayuan Sortasi II Ekstraksi

1:20 36,19 ± 0,31 59,97 ± 1,14 68,49 ± 0,39 86,03 ± 1,00

1:25 35,95 ± 0,16 60,08 ± 0,40 69,76 ± 0,30 90,39 ± 0,58

1:30 35,78 ± 0,21 57,32 ± 0,41 68,16 ± 0,42 90,66 ± 0,63

1:35 34,24 ± 0,22 55,07 ± 0,72 70,72 ± 0,36 91,23 ± 0,87

1:40 34,76 ± 0,37 54,05 ± 1,08 68,76 ± 0,30 92,18 ± 1,46

Perlakuan Rendemen Parsial (%) ± Standar Deviasi

Penyaringan I Evaporasi Re-ekstraksi Penyaringan II

1:20 74,31 ± 0,97 0,10 ± 0,01 95,52 ± 1,09 26,81 ± 1,19

1:25 76,65 ± 0,85 0,07 ± 0,01 97,14 ± 0,21 36,36 ± 1,85

1:30 78,00 ± 0,48 0,06 ± 0,00 94,03 ± 1,06 41,33 ± 0,69

1:35 78,87 ± 0,70 0,06 ± 0,01 95,13 ± 0,51 42,67 ± 1,92

1:40 80,12 ± 0,86 0,06 ± 0,00 95,89 ± 1,08 43,44 ± 1,97

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai rendemen pada setiap

proses berbeda-beda. Proses sortasi I dilakukan untuk memisahkan daun pandan

wangi segar dengan bahan lain yang tidak diinginkan seperti daun pandan wangi

rusak, bonggol dan tanah. Rendemen sortasi I pada penelitian ini cukup rendah

karena daun pandan wangi yang diperoleh dari Kabupaten Subang masih dalam

bentuk tanaman (daun dan bonggol). Selain itu, tanaman daun pandan wangi yang

diperoleh sebagian besar massanya adalah bagian bonggol, sedangkan bagian

daunnya lebih sedikit. Sehingga, persentase susut massa pada proses sortasi I ini

lebih besar dibandingkan dengan nilai rendemennya. Persentase susut massa pada

proses sortasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Daun pandan wangi segar yang sudah disortasi kemudian dilayukan selama

2 hari. Proses pelayuan dilakukan pada suhu ruang dengan menghamparkan daun

pandan wangi dan diatur agar tidak ada yang bertumpuk untuk menghindari

pelayuan yang tidak merata. Proses pelayuan dilakukan untuk mengurangi kadar air

daun pandan wangi. Penurunan kadar air tersebut mengakibatkan terjadinya

penyusutan massa pada proses pelayuan. Hal ini dikarenakan saat proses pelayuan

kandungan air dan senyawa yang mudah menguap keluar dari daun pandan wangi.

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

42

Nilai kadar air daun pandan wangi dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan, data

hasil proses pelayuan daun pandan wangi dapat dilihat pada Lampiran 6.

Setelah proses pelayuan masih perlu dilakukan sortasi untuk memisahkan

daun pandan wangi layu dengan daun pandan wangi yang berubah menjadi

berwarna kuning. Hal ini dilakukan agar daun pandan wangi yang digunakan untuk

proses ekstraksi hanya yang keadaannya baik. Rendemen sortasi II nilainya berkisar

antara 68,16% hingga 70,72%. Data hasil proses sortasi II dapat dilihat pada

Lampiran 7. Setelah dilakukan sortasi II, daun pandan wangi dipotong dengan

ukuran 5 mm dengan tujuan memperluas permukaan.

Proses selanjutnya yaitu ekstraksi daun pandan wangi dengan metode

Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) menggunakan pelarut n-heksan selama 40

menit. Pada proses ekstraksi ini terjadi kenaikan massa pada bahan dan susut massa

pada pelarut yang datanya tersaji pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Hasil dari

ekstraksi tersebut diperoleh ekstrak 1 berwarna kekuningan dan sudah timbul aroma

khas pandan wangi. Kemudian dilakukan penyaringan I untuk memisahkan ampas

daun pandan wangi sehingga diperoleh ekstrak 1 (filtrat). Rendemen ekstraksi

merupakan persentase perbandingan massa ekstrak 1 dengan massa total bahan dan

pelarut sebelum ekstraksi. Sedangkan, rendemen penyaringan I merupakan

persentase perbandingan massa ekstrak 1 (filtrat) dengan massa ekstrak 1. Data

hasil proses ekstraksi dapat dilihat pada Lampiran 10, sedangkan data hasil proses

penyaringan I dapat dilihat pada Lampiran 11. Pada penelitian ini, rendemen

ekstraksi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pelarut yang

digunakan. Hal ini diduga karena banyaknya pelarut yang digunakan menyebabkan

banyaknya komponen minyak atsiri yang terekstrak. Seperti halnya pernyataan

Jayanudin et al. (2014), bahwa banyaknya pelarut mempengaruhi luas kontak bahan

dengan pelarut, semakin banyak pelarut maka luas kontak semakin besar.

Meratanya distribusi pelarut ke bahan akan memperbesar rendemen yang

dihasilkan.

Setelah penyaringan I, dilakukan proses evaporasi untuk memisahkan

ekstrak 1 (filtrat) menjadi dua zat yaitu n-heksan dan concrete. Rendemen evaporasi

merupakan persentase perbandingan massa concrete yang diperoleh setelah proses

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

43

evaporasi dengan massa ekstrak 1 (filtrat) sebelum proses ekstraksi. Data hasil

proses evaporasi dapat dilihat pada Lampiran 12. Pada proses evaporasi ini sebagian

besar n-heksan yang terkandung dalam ekstrak 1 (filtrat) terevaporasi dan

menyisakan concrete yang jumlahnya sedikit. Concrete merupakan endapan

berwarna kekuningan yang mengandung minyak atsiri daun pandan wangi dan zat

lilin. Minyak atsiri dan zat lilin yang terkandung di dalam daun pandan wangi

jumlahnya hanya sedikit, maka rendemen parsial evaporasi menjadi rendah.

Concrete yang diperoleh dari proses evaporasi mengandung minyak atsiri

daun pandan wangi dan fraksi lilin. Fraksi lilin tersebut harus dipisahkan dari

minyak atsiri daun pandan wangi agar diperoleh minyak atsiri daun pandan wangi

yang murni. (absolute). Fraksi lilin dapat dipisahkan dengan melakukan proses re-

ekstraksi concrete menggunakan pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:8

(b/b), kemudian campuran concrete dengan pelarut tersebut didiamkan selama 30

menit dengan dilakukan pengadukan secara berkala (Wibawa et al., 2014). Dari

proses re-ekstraksi tersebut dihasilkan ekstrak 2 yang kemudian disaring

menggunakan kertas Whatman no. 41 untuk memisahkan zat lilin yang terkandung

di dalamnya. Setelah penyaringan II dihasilkan ekstrak 2 (filtrat) berwarna kuning

kemerahan.

Rendemen re-ekstraksi merupakan persentase perbandingan massa ekstrak

2 setelah proses re-ekstraksi dengan massa larutan concrete dan etanol 96%

sebelum proses re-ekstraksi. Sedangkan, rendemen penyaringan II merupakan

persentase perbandingan massa ekstrak 2 (filtrat) yang sudah bersih dari fraksi lilin

dengan massa ekstrak 2 hasil re-ekstraksi. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa

rendemen re-ekstraksi cukup tinggi yaitu berkisar antara 94,03% hingga 97,14%.

Tingginya rendemen re-ekstraksi diduga karena pada proses ini tidak terjadi

kehilangan massa yang signifikan. Sedangkan, rendemen penyaringan II memiliki

nilai yang cukup rendah yaitu berkisar antara 26,81% hingga 47,73%. Hal ini

diduga karena jumlah fraksi lilin yang terkandung dalam ekstrak 2 masih cukup

banyak dan adanya ekstrak yang terserap di kertas saring. Data hasil re-ekstraksi

dapat dilihat pada Lampiran 13 dan data hasil penyaringan II dapat dilihat pada

Lampiran 14.

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

44

Penyimpanan di dalam freezer selama 24 jam dilakukan untuk memastikan

ekstrak 2 sudah bersih dari fraksi lilin. Penyaringan II dilakukan seragam untuk

setiap sampel yaitu sebanyak dua kali. Setelah ekstrak 2 (filtrat) bersih dari fraksi

lilin seharusnya dilakukan proses evaporasi II untuk memisahkan pelarut etanol

96% dengan absolute. Namun, pada penelitian ini proses evaporasi II tidak

dilakukan karena sampel ekstrak 2 (filtrat) yang dihasilkan jumlahnya sangat

sedikit dan dikhawatirkan absolute yang diperoleh tidak cukup untuk melakukan

pengujian mutu minyak atsiri daun pandan wangi. Sehingga minyak atsiri yang

dihasilkan pada penelitian ini masih berupa ekstrak 2 (filtrat).

4.2.2 Rendemen Total

Rendemen total adalah perbandingan massa minyak atsiri daun pandan

wangi dengan massa daun pandan wangi layu hasil sortasi II. Nilai rendemen total

akan menentukan rasio bahan dengan pelarut yang optimal untuk digunakan dalam

ekstraksi minyak atsiri daun pandan wangi menggunakan metode UAE. Hasil

perhitungan rendemen total pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rendemen Total

Perlakuan

Rata-rata

Massa Bahan

Awal

(g)

Rata-rata Massa

Minyak Atsiri

(g)

Rata-rata Rendemen

Total ±Standar

Deviasi (%)

1:20 50,00 1,0398 2,08±0,20

1:25 50,00 1,3109 2,62±0,34

1:30 50,00 1,5282 3,06±0,21

1:35 50,00 1,9900 3,98±0,59

1:40 50,00 2,1656 4,33±0,43

*Rata-rata tiga kali ulangan

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa rendemen total minyak atsiri daun pandan

wangi mengalami peningkatan pada setiap perlakuan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang dikemukakan oleh Bustan et al. (2008), bahwa semakin banyak

pelarut yang digunakan terhadap massa bahan dasar, maka semakin banyak minyak

atsiri yang akan terekstrak. Hal ini dikarenakan menurut Jayanudin et al. (2014),

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

45

banyaknya pelarut yang digunakan akan mempengaruhi luas kontak bahan dengan

pelarut, yaitu semakin banyak pelarut maka luas kontak semakin besar. Sehingga,

dengan meratanya distribusi pelarut ke bahan akan memperbesar rendemen yang

dihasilkan.

Berdasarkan analisis nilai rendemen total, perlakuan yang menghasilkan

nilai rendemen tertinggi adalah perlakuan dengan rasio bahan dengan pelarut

sebesar 1:40. Namun, tingginya nilai tersebut masih perlu dianalisis lebih lanjut.

Nilai rendemen yang tinggi bisa jadi dikarenakan masih banyaknya kadar sisa

pelarut dalam minyak atsiri daun pandan wangi. Oleh karena itu, pada penelitian ini

dilakukan perhitungan kadar sisa pelarut untuk mengetahui nilai rendemen total

tanpa pelarut. Data kadar sisa pelarut tersaji pada Lampiran 15. Tabel 9 di bawah

ini merupakan nilai rendemen total tanpa pelarut dan untuk jelasnya dapat dilihat

pada Lampiran 16.

Tabel 9. Rendemen Total Tanpa Pelarut

Perlakuan

Rata-rata

Rendemen

Total (%)

Rata-rata Kadar

Sisa Pelarut (%)

Rata-rata Rendemen

Total ±Standar

Deviasi (%)

1:20 2,08 82,83 0,36±0,04

1:25 2,62 78,08 0,58±0,08

1:30 3,06 80,63 0,59±0,04

1:35 4,51 78,66 0,86±0,20

1:40 4,33 71,83 1,22±0,07

*Rata-rata tiga kali ulangan

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa kadar sisa pelarut dalam minyak atsiri

daun pandan wangi tidak mempengaruhi trend dari nilai rendemen total. Nilai rata-

rata rendemen total semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya pelarut

yang digunakan. Setelah dianalisis dengan kadar sisa pelarutnya, ternyata nilai

rendemen total tetap meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pelarut yang

digunakan. Hal tersebut membenarkan bahwa semakin banyak pelarut yang

digunakan maka semakin banyak komponen minyak atsiri daun pandan wangi yang

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

46

terekstrak. Gambar 8 di bawah ini merupakan grafik hubungan pengaruh rasio

bahan dengan pelarut terhadap rendemen total.

Gambar 8. Grafik Pengaruh Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Rendemen

Total Minyak Atsiri Daun Pandan Wangi

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan terbaik yang

menghasilkan rendemen tertinggi yaitu pada rasio bahan dengan pelarut sebesar

1:40 (b/v). Namun, ternyata perlakuan tersebut bukanlah rasio yang optimal, karena

trend pada grafik nilai rendemen terus meningkat dari rasio 1:20 hingga 1:40 dan

belum terjadi penurunan. Belum diketahui bagaimana nilai rendemen minyak atsiri

daun pandan wangi yang diperoleh apabila rasio bahan dengan pelarut lebih dari

1:40. Rasio 1:40 dapat dikatakan optimal jika diketahui rasio di atas 1:40

menghasilkan nilai rendemen yang lebih rendah, karena grafik pengaruh rasio

bahan dengan pelarut terhadap rendemen total akan menurun.

2.08

2.623.06

3.984.33

0.360.58 0.59

0.861.22

0

1

2

3

4

5

6

1:20 1:25 1:30 1:35 1:40Rata

-ra

ta R

end

emen

Tota

l (%

)

Rasio Bahan dengan Pelarut (b/v)

Rendemen dengan

Kadar Pelarut

Rendemen Tanpa Kadar

Pelarut

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

47

4.3 Pengaruh Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Mutu Minyak Atsiri

Daun Pandan Wangi

4.3.1 Warna

Warna merupakan salah satu parameter penting yang perlu diuji dalam

menentukan mutu minyak atsiri daun pandan wangi hasil ekstraksi. Alat yang

digunakan untuk pengukuran warna pada penelitian ini adalah colorflex. Dengan

menggunakan alat tersebut kita dapat mengetahui notasi L*, a*, b*, C dan H dari

sampel minyak atsiri daun pandan wangi. Namun, pada penelitian ini minyak atsiri

yang diujikan masih berupa ekstrak 2 (filtrat) karena tidak dilakukan proses

evaporasi untuk memisahkan pelarut etanol 96%. Pengukuran warna kromatis

minyak atsiri daun pandan wangi disajikan pada Tabel 10 dan untuk lebih jelasnya

terlampir pada Lampiran 17.

Tabel 10. Nilai Warna

Perlakuan Parameter Warna

Warna L* a* b* C H

1:20 29,05 4,73 29,29 29,85 80,31 Yellow Red

1:25 25,74 7,17 27,50 28,77 73,15 Yellow Red

1:30 20,22 7,46 22,11 23,34 71,37 Yellow Red

1:35 18,37 7,62 20,33 21,74 69,18 Yellow Red

1:40 24,11 7,92 26,16 27,58 71,88 Yellow Red

*Rata-rata tiga kali ulangan

Notasi L* menyatakan kecerahan, bernilai 0 (hitam) sampai sampai 100

(putih) (Suyatma, 2009). Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai L* berkisar antara

18,37 hingga 29,05 sehingga dapat dikatakan bahwa minyak atsiri daun pandan

wangi pada penelitian ini memiliki tingkat kecerahan yang rendah. Notasi a*

menyatakan campuran warna merah dan hijau, dimana a* positif menyatakan warna

merah dan a* negatif menyatakan warna hijau. Minyak atsiri daun pandan wangi

hasil dari penelitian ini menghasilkan a* bernilai positif pada setiap perlakuan yaitu

berkisar antara 4,73 hingga 7,92 dan dapat dikatakan berwarna kemerahan. Minyak

atsiri daun pandan wangi dengan perlakuan rasio bahan dengan pelarut 1:20

memiliki nilai a* terendah.

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

48

Notasi b* menyatakan warna campuran biru dan kuning. Nilai b* dari 0

sampai 70 menyatakan warna kuning dan nilai b* dari -70 sampai 0 menyatakan

warna biru (Suyatma, 2009). Minyak atsiri daun pandan wangi hasil dari penelitian

ini menghasilkan b* positif yaitu berkisar antara 20,33 hingga 29,29 dan dapat

dikatakan berwarna kekuningan.

Nilai C (Chroma) menunjukkan tingkat ketegasan dan keburaman suatu

warna, semakin besar nilai C maka semakin tegas warna yang diukur. Nilai C dari

minyak atsiri daun pandan wangi pada penelitian ini berkisar antara 21,74 hingga

29,85. Sedangkan nilai H (Hue) menunjukkan golongan warna kromatis dari

minyak atsiri daun pandan wangi yang dijelaskan pada Tabel 10. Mengacu pada

SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga coklat kemerahan,

namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua

hingga coklat muda. Sedangkan menurut Harborne (1987), secara umum minyak

atsiri tidak berwarna, berwarna kuning dan sebagian berwarna kuning kemerahan.

Pada minyak atsiri daun pandan wangi hasil penelitian ini rata-rata nilai H berkisar

antara 69,18 hingga 80,31. Sehingga seluruh sampel minyak atsiri daun pandan

wangi pada penelitian ini masuk dalam daerah kisaran warna kromatisitas Yellow

Red atau kuning kemerahan. Berbeda dengan minyak pandan wangi hasil penelitian

Sukandar et al. (2008) yang tidak berwarna. Perbedaan tersebut diduga karena

metode ekstraksi yang digunakan berbeda, dimana Sukandar et al. (2008)

menggunakan metode destilasi uap. Selain itu, menurut Dalimartha (1999),

kandungan senyawa kimia daun pandan wangi di antaranya alkaloida, saponin,

flavonoid dan polifenol berfungsi sebagai antioksidan alami dan zat pewarna pada

ekstrak. Warna kuning kecoklatan sampai coklat tua pada ekstrak pandan berasal

dari senyawa polar alami yang ikut terekstrak terutama dari senyawa polifenol

seperti tanin, melanin, lignin dan atau kuinon serta sebagian kecil alkaloida

berwarna. Pigmen kuinon yang terdapat pada tanaman mulai dari kuning sampai

coklat tua (Harborne, 1987). Nilai C dan H dapat diperoleh dari perhitungan dengan

menggunakan persamaan yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

Sedangkan Gambar 9 di bawah ini merupakan penampakan warna minyak atsiri

daun pandan wangi.

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

49

Gambar 9. Penampakan Warna Minyak Atsiri Daun Pandan Wangi

Keterangan: dari kiri ke kanan, 1:20; 1:25; 1:30; 1:35 dan 1:40 (b/v)

4.3.2 Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa air

pada suhu dan volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya komponen

yang terkandung dalam zat tersebut serta menunjukkan fraksi berat komponennya.

Semakin besar nilai bobot jenis maka komponen yang terkandung di dalam zat

tersebut semakin banyak dengan berat molekul yang tinggi. Hubungan antara rasio

bahan dengan pelarut terhadap nilai bobot jenis minyak atsiri daun pandan wangi

dapat dilihat pada Gambar 10. Perhitungan bobot jenis minyak atsiri daun pandan

wangi dapat dilihat pada Lampiran 18.

Gambar 10. Grafik Hubungan Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Bobot Jenis

Minyak Atsiri Daun Pandan Wangi

0.8233 0.8248 0.8282 0.8294 0.8301

0.7600

0.7800

0.8000

0.8200

0.8400

0.8600

1:20 1:25 1:30 1:35 1:40

Bob

ot

Jen

is

Rasio Bahan dengan Pelarut (b/v)

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

50

Berdasarkan grafik di atas, perlakuan rasio bahan dengan perlarut

berpengaruh terhadap nilai bobot jenisnya. Menurut Guenther (1948), bobot jenis

minyak atsiri pada suhu 15oC umumnya berkisar 0,696 – 1,188. Pada minyak atsiri

daun pandan wangi hasil penelitian ini rata-rata nilai bobot jenisnya berkisar antara

0,8233 – 0,8301 sehingga sudah sesuai seperti nilai bobot jenis minyak atsiri pada

umumnya. Semakin tinggi rasio bahan dengan pelarut maka semakin tinggi pula

nilai bobot jenis yang dihasilkan. Hal ini diduga karena semakin banyak pelarut

yang digunakan maka semakin banyak komponen yang terekstrak dari dalam daun

pandan wangi. Namun, nilai bobot jenis seluruh perlakuan tidak berbeda jauh, hal

ini diduga karena jumlah komponen yang terkandung dalam minyak atsiri daun

pandan wangi hampir sama jumlahnya. Menurut Guenther (1948), semakin besar

fraksi berat yang terkandung dalam minyak atsiri daun pandan wangi, maka

semakin besar pula nilai bobot jenisnya.

4.3.3 Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam

udara dengan kecepatan cahaya di dalam minyak atsiri pada suhu tertentu. Suhu

yang biasa digunakan untuk menyatakan nilai indeks bias adalah pada suhu 20oC

(Guenther, 1948). Menurut Ketaren (1985), indeks bias minyak atsiri berguna untuk

mengidentifikasi suatu komponen dan mendeteksi kemurnian minyak atsiri. Nilai

indeks bias salah satunya dipengaruhi dengan adanya air di dalam minyak atsiri.

Semakin banyak kandungan air di dalam minyak atsiri, maka semakin kecil nilai

indeks biasnya. Hubungan antara rasio bahan dengan pelarut terhadap nilai indeks

bias minyak atsiri daun pandan wangi dapat dilihat pada Gambar 11. Sedangkan,

untuk perhitungan nilai indeks bias minyak atsiri daun pandan wangi dapat dilihat

pada Lampiran 19.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

51

Gambar 11. Grafik Hubungan Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Indeks Bias

Minyak Atsiri Daun Pandan Wangi

Berdasarkan Gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa nilai indeks bias

dipengaruhi oleh perlakuan rasio bahan dengan pelarut. Semakin tinggi rasio bahan

dengan pelarut maka semakin tinggi pula nilai indeks bias yang dihasilkan. Hal ini

diduga karena semakin banyak pelarut yang digunakan maka semakin banyak

komponen yang terekstrak dari daun pandan wangi sehingga nilai indeks biasnya

semakin tinggi. Namun, tingginya nilai indeks bias dapat disebabkan oleh

komponen lain yang ikut terekstrak dengan minyak atsiri, sehingga mengurangi

kemurnian minyak atsiri yang dihasilkan. Nilai rata-rata indeks bias pada penelitian

ini berkisar antara 1,344 – 1,350. Menurut Guenther (1948), kisaran nilai indeks

bias minyak atsiri yaitu 1,300 – 1,700. Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak

atsiri daun pandan wangi yang dihasilkan masih memenuhi kisaran standar nilai

indeks bias minyak atsiri.

4.3.4 Bilangan Asam

Menurut Guenther (1948), bilangan asam merupakan banyaknya Kalium

Hidroksida (KOH) yang dibutuhkan dalam satuan miligram untuk menetralkan

asam bebas dalam 1 gram minyak. Pengujian bilangan asam dilakukan dengan cara

titrasi menggunakan larutan KOH 0,1 N. Nilai rata-rata bilangan asam minyak atsiri

1.344 1.3451.346

1.3481.350

1.335

1.340

1.345

1.350

1.355

1:20 1:25 1:30 1:35 1:40

Ind

eks

Bia

s

Rasio Bahan dengan Pelarut (b/v)

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

52

daun pandan wangi dapat dilihat pada Gambar 12 dan untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Lampiran 20.

Gambar 12. Grafik Hubungan Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Bilangan

Asam Minyak Atsiri Daun Pandan Wangi

Berdasarkan Gambar 12 di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan rasio bahan

dengan pelarut mempengaruhi nilai bilangan asam minyak atsiri daun pandan

wangi hasil penelitian ini. Rata-rata nilai bilangan asam cenderung menurun seiring

dengan bertambahnya rasio bahan dengan pelarut. Hal ini diduga karena sampel

dengan perlakuan rasio yang lebih rendah umur simpannya lebih lama dibanding

dengan rasio yang lebih tinggi. Perbedaan nilai bilangan asam yang dihasilkan

diduga karena minyak atsiri daun pandan wangi mengalami oksidasi selama proses

penyimpanan, mengingat semakin lama umur simpan minyak atsiri daun pandan

wangi maka nilai bilangan asamnya pun semakin meningkat. Selain itu, kadar sisa

pelarut yang tinggi juga diduga dapat mempengaruhi nilai bilangan asam karena

kandungan pelarut tersebut menandakan bahwa minyak atsiri daun pandan wangi

masih belum murni.

Semakin kecil bilangan asam menandakan bahwa semakin sedikit asam

bebas yang terkandung dalam minyak atsiri daun pandan wangi. Asam bebas

diduga berasal dari fraksi lilin yang ikut terekstrak bersama minyak pandan wangi.

Semakin banyak pelarut yang digunakan maka semakin banyak komponen yang

5.50725.1420

5.53645.2079

4.4481

0.0000

1.0000

2.0000

3.0000

4.0000

5.0000

6.0000

7.0000

1:20 1:25 1:30 1:35 1:40

Bil

an

gan

Asa

m (

Mg

KO

H/g

)

Rasio Bahan dengan Pelarut (b/v)

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

53

terekstrak. Komponen yang terekstrak tidak hanya minyak pandan wangi tetapi juga

komponen lain termasuk fraksi lilin. Walaupun pada penelitian ini sudah dilakukan

proses penyaringan, tidak menutup kemungkinan masih adanya fraksi lilin yang

tidak dapat dipisahkan dari minyak pandan wangi. Berdasarkan data penyaringan II

pada Lampiran 13 dapat dilihat bahwa persentase fraksi lilin yang tersaring semakin

banyak mulai dari perlakuan rasio bahan dengan pelarut 1:20 sampai 1:40. Hal

tersebut diduga menyebabkan nilai bilangan asam yang cenderung menurun, karena

asam bebas yang terpisahkan pun semakin banyak. Rata-rata nilai bilangan asam

pada penelitian ini yaitu berkisar antara 5,5072 mg KOH/g sampai 4,4481 mg

KOH/g. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai bilangan asam minyak atsiri daun

pandan wangi hasil penelitian ini memenuhi standar pada SNI 06-2385-2006 yang

menyatakan nilai bilangan asam maksimal adalah 8,0. Besarnya nilai bilangan asam

ini dapat dipengaruhi oleh penyimpanan minyak. Idris (2014) menyatakan bahwa

lamanya penyimpanan minyak dan adanya kontak langsung dengan udara dan

cahaya dapat mempengaruhi mutu dan mengubah bau khas minyak. Sebagian

komposisi minyak jika kontak dengan udara akan mengalami reaksi oksidasi

dengan udara (oksigen) dan dikatalis oleh cahaya sehingga membentuk senyawa

asam bebas.

4.3.5 Kadar Sisa Pelarut

Kadar sisa pelarut menyatakan banyaknya pelarut yang masih tersisa pada

minyak atsiri daun pandan wangi. Kadar sisa pelarut yang masih terdapat pada

minyak atsiri dapat mempengaruhi mutunya, dimana semakin kecil kadar sisa

pelarut maka mutunya semakin baik. Nilai rata-rata kadar sisa pelarut minyak atsiri

daun pandan wangi hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

54

Tabel 11. Nilai Kadar Sisa Pelarut

Perlakuan Kadar Sisa Pelarut±Standar Deviasi (%)

1:20 82,83±0,87

1:25 78,08±0,60

1:30 80,63±0,55

1:35 78,66±1,76

1:40 71,83±1,69

*Rata-rata tiga kali ulangan

Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa kadar sisa pelarut pada

minyak atsiri daun pandan wangi hasil penelitian ini masih cukup tinggi. Hal ini

diduga karena minyak atsiri daun pandan wangi tidak melalui proses evaporasi

untuk menguapkan pelarut etanol, sehingga jumlah kandungan etanolnya masih

sangat tinggi. Guenther (1948) menyatakan bahwa minyak atsiri merupakan

campuran yang kompleks, sehingga sulit menentukan dengan pasti sisa pelarut yang

tidak menguap. Hal ini dikarenakan fraksi lilin dan bahan tidak menguap bertitik

didih tinggi cenderung mengikat komponen bertitik didih rendah.

4.4 Kesetimbangan Massa dalam Proses Persiapan Bahan Baku dan

Proses Ekstraksi dengan Menggunakan Metode Ultrasund-Assisted

Extraction

Secara keseluruhan terdapat dua proses dalam penelitian ini, yaitu proses

persiapan bahan baku dan proses ekstraksi dengan menggunakan metode

Ultrasound-Assisted Extraction (UAE). Gambar 13 di bawah ini merupakan

gambaran tentang kesetimbangan massa pada proses persiapan bahan baku.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

55

Gambar 13. Kesetimbangan Massa pada Proses Persiapan Bahan Baku

Keterangan : Nilai massa pada Gambar 13 merupakan nilai massa rata-rata pada

perlakuan 1:40 (sebagai contoh)

Berdasarkan gambar 13 di atas dapat dilihat bahwa nilai susut massa

terbesar pada proses persiapan bahan baku adalah pada proses sortasi. Hal ini

dikarenakan bahan baku yang diterima masih berupa tanaman pandan wangi beserta

bonggolnya. Massa bonggol ini jauh lebih besar dibandingkan dengan daun pandan

wangi, sehingga susut massanya sangat tinggi. Gambar 14 di bawah ini merupakan

gambaran tentang kesetimbangan massa pada proses ekstraksi menggunakan

metode UAE.

Gambar 14. Kesetimbangan Massa pada Proses Ekstraksi

Keterangan : Nilai massa pada Gambar 14 merupakan nilai massa rata-rata pada

perlakuan 1:40 (sebagai contoh)

Proses yang pertama yaitu proses ekstraksi daun pandan wangi

menggunakan metode Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) dengan pelarut n-

heksan untuk mengekstrak minyak atsiri dari dalam daun pandan wangi. Pada

proses ekstraksi, daun pandan wangi layu yang sudah dipotong dengan ukuran 5

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

56

mm dan pelarut n-heksan sebagai input-nya dan output-nya adalah ekstrak 1.

Kemudian proses yang kedua adalah penyaringan I dimana ekstrak 1 tadi menjadi

input-nya dan output-nya adalah ampas daun pandan wangi dan ekstrak 1 (filtrat).

Pada proses ketiga, ekstrak 1 (filtrat) menjadi input, sedangkan n-heksan dan

concrete menjadi output. Selanjutnya pada proses keempat yaitu proses re-

ekstraksi, concrete dan pelarut etanol 96% sebagai input-nya dan ekstrak 2 sebagai

output-nya. Ekstrak 2 tersebut melalui proses kelima yaitu penyaringan II yang

menghasilkan ekstrak 2 (filtrat) dan fraksi lilin sebagai output-nya.

Pada setiap proses tersebut terjadi kesetimbangan massa dimana massa yang

masuk (input) dalam setiap proses harus sama dengan jumlah massa yang keluar

(output) dari proses tersebut. Namun, pada kenyataannya jumlah massa yang masuk

tidak sama dengan jumlah massa yang keluar dimana jumlah massa yng keluar

selalu lebih sedikit daripada jumlah massa yang masuk dalam setiap proses.

Kehilangan massa pada setiap proses ini disebut susut massa proses. Data mengenai

kesetimbangan massa dapat dilihat pada Lampiran 21.

Dari kelima proses tersebut, proses yang mengalami susut massa tertinggi

adalah pada proses ekstraksi dan penyaringan I. Hal ini diduga karena pada proses

ekstraksi pelarut yang digunakan adalah n-heksan yang bertitik didih rendah

sehingga mudah menguap. Suhu pada saat proses ekstraksi yang cukup tinggi

menyebabkan pelarut n-heksan semakin cepat menguap, sehingga banyak terjadi

kehilangan massa selama 40 menit proses ekstraksi. Untuk mengurangi terjadinya

kehilangan massa yang cukup banyak, pada proses ekstraksi leher beaker glass

dilapisi menggunakan alumunium foil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah

pelarut yang menguap. Selain itu, pada proses penyaringan I diduga banyak pelarut

yang menguap dan terserap oleh kertas saring. Secara keseluruhan kesetimbangan

massa proses ekstraksi terdiri dari input berupa daun pandan wangi layu, pelarut n-

heksan dan pelarut etanol 96%. Sedangkan output terdiri dari ampas daun pandan

wangi, pelarut n-heksan, concrete, dan fraksi lilin.

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

57

4.5 Rekapitulasi Hasil Terbaik Berdasarkan Rendemen dan Mutu Minyak

Atsiri Daun Pandan Wangi

Rekapitulasi data penelitian dilakukan untuk mengetahui perlakuan rasio

bahan dengan pelarut terbaik. Terdapat lima perlakuan yang berbeda pada

penelitian ini yaitu perlakuan rasio bahan dengan pelarut sebesar 1:20, 1:25, 1:30,

1:35 dan 1:40 (b/v). Perlakuan yang terbaik dapat diketahui berdasarkan analisis

rendemen dan mutu minyak atsiri daun pandan wangi dengan metode UAE.

Rendemen yang digunakan untuk menentukan minyak atsiri daun pandan

wangi terbaik adalah rendemen total. Sedangkan parameter mutu yang digunakan

untuk menentukan minyak atsiri daun pandan wangi terbaik terdiri dari warna,

bobot jenis, indeks bias, bilangan asam dan kadar sisa pelarut. Untuk rekapitulasi

hasil terbaik minyak atsiri daun pandan wangi tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12. Rekapitulasi Nilai Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Daun Pandan

Wangi

Parameter Perlakuan

Referensi 1:20 1:25 1:30 1:35 1:40

Rendemen Total (%) 2,08 2,62 3,06 3,98 4,33 Bustan et

al.

(2008) Rendemen Total

Tanpa Pelarut (%) 0,36 0,58 0,59 0,86 1,22

Warna

L* 29,05 25,74 20,22 18,37 24,11

Harborne

(1987)

a* 4,73 7,17 7,46 7,62 7,92

b* 29,29 27,50 22,11 20,33 26,16

C 29,85 28,77 23,34 21,74 27,58

H 80,31 73,15 71,37 69,18 71,88

Bobot Jenis 0,8233 0,8248 0,8282 0,8294 0,8301 Guenther

(1948)

Indeks Bias 1,344 1,345 1,346 1,348 1,350 Guenther

(1948)

Bilangan Asam (mg

KOH/g) 5,5072 5,1420 5,5364 5,2079 4,4481

SNI 06-

2385-

2006

Kadar Sisa Pelarut

(%) 82,83 78,08 80,63

78,66 71,83 -

Keterangan: Bagian yang diberi warna kuning merupakan perlakuan terbaik

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Proses Ekstraksi ...media.unpad.ac.id/thesis/240110/2013/240110130021_4_4302.pdf4.1 Kondisi Proses Ekstraksi Berbantu Ultrasonik Salah satu

58

Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa rendemen tertinggi dari kelima

perlakuan adalah rasio bahan dengan pelarut 1:40 yaitu sebesar 4,33% dan

rendemen terendah pada perlakuan 1:20 sebesar 2,08%, begitupun dengan

rendemen total tanpa pelarut dimana yang tertinggi adalah perlakuan 1:40 sebesar

1,22% dan yang terendah perlakuan 1:20 sebesar 0,36%. Maka berdasarkan nilai

rendemen total perlakuan yang terbaik adalah rasio bahan dengan pelarut 1:40.

Sedangkan dilihat berdasarkan mutu, dari kelima parameter yang dianalisis,

dua diantaranya menyatakan bahwa perlakuan rasio bahan dengan pelarut yang

paling baik adalah perlakuan 1:40. Kedua parameter tersebut yaitu parameter

bilangan asam dan kadar sisa pelarut. Adapun parameter warna, bobot jenis dan

indeks bias yang terbaik adalah pada perlakuan rasio bahan dengan pelarut 1:20.

Untuk dapat menganalisis lebih lanjut mengenai mutu atau komponen

penyusun minyak atsiri daun pandan wangi yang dihasilkan, perlu dilakukan

analisis mutu dengan membandingkan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian

sebelumnya. Menurut Wartini et al. (2015), senyawa penyusun minyak atsiri daun

pandan wangi terdiri atas golongan senyawa alkana (12,58 – 14,8%), alkena (20,09

– 30,24%), benzene (3,85 – 41,17%), alkohol (4,55% - 9,42%), fenol (0 – 12,47%),

terpen (8,72 – 12,05%) dan ester (0 – 4,49%).