bab iv hasil dan pembahasan 1.1 hasil...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru
Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dari tanggal 16 April 2013 sampai
dengan 1 Mei 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DBD
pada bulan Januari sampai April 2013, dimana penderita tersebut tersebar ditujuh
desa dari 15 desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru. Hasil
penelitian ini didapatkan dengan cara wawancara dan observasi langsung di
masing-masing rumah penderita, setelah didapatkan hasil penelitian, peneliti
melakukan analisis data dengan menggunakan analisis univariat dan disajikan
melalui tabel dan diagram. Adapun hasil yang didapatkan selama penelitian, yaitu
wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru memiliki gambaran umum sebagai berikut :
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi
a. Keadaan Goegrafis
Puskesmas Telaga Biru merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di
Kecamatan Telaga Biru. Puskesmas Telaga Biru pada tahun 2012 mempunyai
luas wilayah kerja 103, 66 KM2 dan wilayah kerja terdiri dari 15 Desa, yaitu 11
desa biasa meliputi Desa Tuladenggi, Desa Pentadio Barat, Desa Pentadio Timur,
Desa Ulapato A, Desa Tinelo, Desa Pantungo, Desa Lupoyo, Desa Dumati, Desa
Timuato, Desa Talumelito, Desa Ulapato B, dan 4 desa sulit yaitu Desa Modelidu,
Desa Dulamayo Utara, Desa Tonala dan Desa Tapaluluo.
Secara geografi, Puskesmas Telaga Biru memiliki batas-batas sebagai
berikut :
Sebelah Timur : Kecamatan Atinggola
Sebelah Barat : Kecamatan Limboto
Sebelah Utara : Kecamatan Telaga
Sebelah Selatan : Danau Limboto
b. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru Tahun 2012
sebanyak 27.299 jiwa, terdiri dari 7.531 KK dan jumlah KK miskin berjumlah
8.220 jiwa. Jumlah KK Jamkesta 768 Jiwa dan Peserta Askes 1.371 Peserta.
Dimana penyebaranya dalam 15 desa, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Telaga Biru
Berdasarkan Desa Tahun 2012 Desa Jumlah Penduduk (%)
Pantungo 1.988 7,28 Tonala 743 2,72
Tuladenggi 4.101 15,02 Timuato 1.589 5,82 Tinelo 2.221 8,14
Lupoyo 1.993 7,30 Pentadio Timur 2.508 9,19 Pentadio Barat 3.727 13,65
Talumelito 1.298 4,75 Tapaluluo 568 2,08
Dumati 1.732 6,34 Ulapato A 2.205 8,08 Ulapato B 909 3,33 Modelidu 529 1,94
Dulamayo Utara 1.188 4,35 Jumlah 27.299 100,0
Sumber : Dinkes Kab. Gorontalo 2013
Gambar 4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Telaga Biru Berdasarkan Desa Tahun 2012 (Sumber : Dinkes Kab. Gorontalo 2013)
4.1.2 Karakteristik Penderita DBD
a. Umur Penderita DBD
Tabel 4.2 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur (Tahun) n % 0 - 15 15 37,5
16 - 25 9 22,5 26 - 35 2 5,00 36 - 45 7 17,5 46 - 55 6 15,0
> 56 1 2,5 Jumlah 40 100,0
Sumber : Data Primer
7%3%
15%
6%
8%
7%9%
14%
5%2%
6%
8%
3%2%
5%
Distribusi Penduduk Kecamatan Telaga BiruBerdasarkan Desa Tahun 2013
PantungoTonalaTuladenggiTimuatoTineloLupoyoPentadio TimurPentadio BaratTalumelito Tapaluluo DumatiUlapato AUlapato BModelidu Dulamayo Utara
Gambar 4.2 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Kelompok Umur (Sumber : Data Primer) Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah penderita DBD
di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru ada 40 orang yang terbagi atas
kelompok umur 0-15 tahun berjumlah 15 orang (37,5%), umur 16-25
tahun berjumlah 9 orang (22,5%), umur 26-35 tahun berjumlah 2 orang
(5%), umur 36-45 tahun berjumlah 7 orang (17,5%), 46-55 tahun
berjumlah 6 orang (15%) dan umur > 56 tahun berjumlah 1 orang (2,5%).
b. Jenis Kelamin Penderita DBD
Tabel 4.3 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n % Laki-Laki 19 47,5
Perempuan 21 52,5 Jumlah 40 100,0
Sumber : Data Primer
37%
22%5%
18%
15%
3% Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Kelompok Umur
0 - 1516 - 2526 - 3536 - 4546 - 55> 56
Gambar 4.3 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah penderita DBD
sebanyak 40 orang yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 21 orang (52,5%) dan responden yang paling sedikit sebanyak
19 orang (47,5%) yang berjenis kelamin laki-laki.
c. Alamat Penderita DBD
Tabel 4.4 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Tempat Tinggal
Desa n % Pantungo 3 7,5
Tuladenggi 14 35,0 Timuato 1 2,5 Tinelo 6 15,0
Lupoyo 5 7,3 Pentadio Timur 1 2,5
Dumati 10 25,0 Jumlah 40 100,0
Sumber : Data Primer
48%
52%
Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Gambar 4.4 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Tempat Tinggal (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penderita DBD yang
bertempat tinggal di desa Pantungo sebanyak 3 orang (7,5%), desa
Tuladenggi yaitu sebanyak 14 orang (35%), desa Tinelo sebanyak 6 orang
(15%), desa Lupoyo sebanyak 5 orang (7,3%), desa Dumati sebanyak 10
orang (25%) dan di desa Timuato dan desa Pentadio Timur masing-masing
sebanyak 1 orang (2,5%).
d. Pekerjaan Penderita DBD
Tabel 4.5 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan n % Tidak Bekerja 5 12,5
URT 8 20,0 Petani 2 5,00
Pegawai Swasta 2 5,00 PNS 6 15,0
TNI/POLRI 1 2,5 Siswa 12 30,0
Mahasiswa 1 2,5 Lainnya 3 7,5 Jumlah 40 100,0
Sumber : Data Primer
7%
35%
2%
15%
13%3%
25%
Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Tempat Tinggal
Pantungo
Tuladenggi
Timuato
Tinelo
Lupoyo
Pentadio Timur
Dumati
Gambar 4.5 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Pekerjaan (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.5 menyatakan bahwa jumlah penderita DBD
ada 40 orang terbagi atas berbagai jenis pekerjaan, dimana yang tidak
bekerja 5 orang (12,5%), URT 8 orang (20,0%), petani 2 orang (5,00%),
pegawai swata 2 orang (5,00%), PNS 6 orang (15,0%), TNI/POLRI 1
orang (2,5%), siswa 12 orang (30,0%), mahasiswa 1 orang (2,5%) dan
lainnya ada orang (7,5%) masing-masing terdiri atas tukang bentor, buruh
dan pedagang.
e. Pendidikan Terakhir Penderita DBD
Tabel 4.6 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir n % Perguruan Tinggi 8 20,0 SMA/Sederajat 5 12,5 SMP/Sederajat 7 17,5 SD/Sederajat 11 27,5
Tidak Sekolah 9 22,5 Jumlah 40 100,0
Sumber : Data Primer
12%
20%
5%5%
15%2%
30%
3%8%
Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Pekerjaan
Tidak Bekerja
URT
Petani
Pegawai Swasta
PNS
TNI/POLRI
Siswa
Mahasiswa
Gambar 4.6 Distribusi Penderita Berdasarkan Pendidikan Terakhir (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 40
penderita DBD dibagi berdasarkan pendidikan terakhir dimana ada 8 orang
(20,0%) perguruan tinggi, 5 orang (12,5%) SMA/Sederajat, 7 orang
(17,5%) SMP/Sederajat, 11 orang (27,5%) SD/Sederajat dan 9 orang
(22,5%) yang tidak sekolah.
4.1.3 Analisis Univariat
a. Keberadaan Jentik Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti
Keberadaan Jentik Aedes Aegypti n % Ada Jentik 27 67,5
Tidak Ada Jentik 13 32,5 Jumlah 40 100,0
Sumber : Data Primer
20%
12%
17%28%
23%
Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Perguruan Tinggi
SMA/Sederajat
SMP/Sederajat
SD/Sederajat
Tidak Sekolah
Gambar 4.7 Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.7 menujukkan bahwa dari 40 orang penderita
DBD sebanyak 27 rumah (67,5%) ada jentik Aedes aegypti dan 13 rumah
(32,5%) yang tidak ada jentik Aedes aegypti.
b. Kebiasaan Menggantung Pakaian
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Kebiasaan
Menggantung Pakaian Kebiasaan Menggantung
Pakaian n %
Biasa 40 100,0 Tidak Biasa 0 0,0
Jumlah 40 100,0 Sumber : Data Primer
67%
33%
Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti
Ada
Tidak Ada
Gambar 4.8 Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Kebiasaan Menggantung Pakaian (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa seluruh penderita DBD
yaitu ada 40 orang 100% yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian
c. Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Kebiasaan
Menggunakan Obat Anti Nyamuk
Sumber : Data Primer
100%
0%
Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Kebiasaan Menggantung Pakaian
Biasa
Tidak Biasa
Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk n %
Biasa 6 15,0 Tidak Biasa 34 85,0
Jumlah 40 100,0
Gambar 4.9 Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 40 penderita
DBD ada 6 orang (15%) memiliki kebiasaan menggunakan obat anti
nyamuk selebihnya tidak menggunakan obat anti nyamuk yaitu sebanyak
34 orang (85%).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Penderita DBD
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo tahun 2013 dari
tanggal 16 April 2013 sampai dengan 1 Mei 2013 didapatkan bahwa dari 40 orang
penderita DBD merupakan hasil diagnosa Rumah Sakit Umum MM Dunda
Limboto sebanyak 34 orang, RSU Aloe Saboe sebanyak 1 orang, RSU Islam
sebanyak 3 orang dan dokter praktek sebanyak 2 orang. Penderita Paling banyak
pada kelompok umur 0-15 tahun yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan penderita
paling sedikit yaitu berada pada kelompok umur > 56 tahun sebanyak 1 orang
(2,5%). Dengan penderita terbanyak adalah perempuan sebanyak 21 orang
15%
85%
Distribusi Frekuensi Penderita DBD Berdasarkan Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk
Biasa
Tidak Biasa
(52,5%) dan laki-laki 19 orang (47,5%). Paling banyak penderita bertempat
tingggal di desa Tuladenggi sebanyak 14 orang (35%) dan paling sedikit penderita
bertempat tinggal di desa Timuato dan Pentadio Timur masing-masing 1 orang
(2,5%). Rata-rata penderita masih anak-anak, jadi paling banyak penderita
bekerja/berprofesi sebagai siswa yaitu sebanyak 12 orang (30,0%) dan penderita
yang paling sedikit yaitu yang bekerja sebagai TNI dan mahasiswa masing-
masing 1 orang (2,5%). Kemudian penderita paling banyak berpendidikan
terakhir SD yaitu sebanyak 11 orang (27,5%) dan penderita paling rendah adalah
berpendidikan terakhir SMA/Sederajat yaitu sebanyak 5 orang (12,5%).
4.2.2 Analisis Univariat
Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja
Puskesmas Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo tahun 2013.
Adapun data yang dikumpulkan tentang variabel yang diteliti diperoleh melalui
wawancara langsung dengan penderita dengan menggunakan kuesioner dan
observasi langsung pada tempat penampungan air, baik tempat penampungan air
untuk keperluan sehari-hari maupun yang bukan tempat penampungan air untuk
keperluan sehari-hari, kebiasaan menggantung pakaian, kebiasaan menggunakan
obat anti nyamuk dan kepadatan rumah yang ada disetiap rumah penderita atau
seluruh penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru pada bulan
Januari sampai April tahun 2013, yaitu yang tersebar di 7 desa diantaranya desa
Dumati, desa Tuladenggi, desa Tinelo, desa Timuato, desa Pentadio Timur, desa
Pantungo dan desa Lupoyo. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh
data masing-masing variabel sebagai berikut :
1. Keberadaan Jentik Aedes aegypti
Berdasarkan hasil penelitian observasi pemeriksaan jentik Aedes
aegypti pada tempat penampungan air, baik tempat penampungan air
(TPA) untuk keperluan sehari-hari dan bukan tempat penampungan air
(TPA) untuk keperluan sehari-hari baik di dalam rumah maupun di luar
rumah penderita, diperoleh hasil sebanyak 27 rumah (67%) ada jentik dan
13 rumah (32%) tidak ada jentik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
4.7. Untuk keberadaan jentik paling banyak ditemukan pada TPA untuk
keperluan sehari-hari (bak mandi, bak WC, dispenser dan ember) dan
bukan TPA untuk keperluan sehari-hari baik (barang-barang bakas, pot
bunga dan ban bekas).
Tingginya angka keberadaan jentik merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap penyakit DBD, hal ini dikarenakan oleh masih
banyak penderita yang didapatkan tidak melakukan 3 M Menutup TPA,
Menguras TPA dan Menimbun barang-barang bekas). Dan untuk sebagian
rumah penderita yang tidak didapatkan jentik tetapi tetap menderita DBD
ini dikarenakan faktor lain, yaitu faktor kebiasaan menggantung pakaian,
dan faktor kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk. Penelitan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Djafri (2012) yang menyatakan bahwa
keberadaan jentik berhubungan dengan kejadian DBD. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa keberadaan jentik Aedes aegypti merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas
Telaga Biru pada bulan Januari sampai April tahun 2013.
2. Kebiasaan Menggantung Pakaian
Berdasarkan hasil penelitian observasi pemeriksaan tempat
kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah penderita baik di dalam
kamar maupun di luar kamar diperoleh bahwa 100% penderita yang
memiliki kebiasaan menggantung pakaian. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 4.8. Tempat kebiasaan penderita menggantung pakaian
paling banyak di dalam kamar. Hal ini merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap penyakit DBD, karena salah tempat kebiasaan
nyamuk istirahat itu ada pada pakaian yang bergantungan. Dimana
penelitian ini sejalan dengan penelitian Widiyanto tahun (2007) yang
menyatakan bahwa keberadaan nyamuk untuk hinggap istirahat selama
menunggu waktu bertelur dan tempat tersebut gelap, lembap dan sedikit
angin, dan nyamuk tersebut biasa hinggap dan menempel dipakaian di
dalam rumah. Sehingga dapat diasumsikan bahwa kebiasaan menggantung
pakaian merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penyakit DBD di
wilayah kerja Puskesmas Telaga Biru pada bulan Januari sampai April
tahun 2013.
3. Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kebiasaan menggunakan
obat anti nyamuk pada pagi hari (pukul 09.00-10.00) dan sore hari (pukul
16-17.00) diperoleh melalui wawancara bahwa hanya ada 6 orang (15%)
yang memiliki kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk pada pagi hari
dan sore hari, selebihnya tidak menggunakan obat anti nyamuk yaitu
sebanyak 34 orang (85%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.9.
Dan jenis obat anti nyamuk yang sering digunakan oleh penderita adalah
semprot dan repellent.
Dilihat dari banyaknya jumlah hasil presentasi kebiasaan tidak
menggunakan obat anti nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap penyakit DBD, hal ini dikarenakan oleh tingkat
kesadaran masyarakat tentang tindakkan pencegahan gigitan nyamuk itu
kebanyakan hanya pada malam hari, padahal mereka tidak menyadari
bahwa aktivitas nyamuk Aedes aegypti pada pagi hari (pukul 09.00-10.00)
dan sore hari (pukul 16-17.00). Dan untuk sebagian penderita yang
didapatkan memiliki kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk pada pagi
hari dan sore hari tetapi tetap menderita DBD ini dikarenakan faktor lain,
yaitu faktor keberadaan jentik dan faktor kebiasaan menggantung pakaian.
Penelitian ini pernah dilakukan Dardjito dkk (2008) yang menyatakan
bahwa salah satu faktor risiko yang berpengaruh pada penyakit DBD
adalah kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap penyakit DBD di wilayah kerja
Puskesmas Telaga Biru pada bulan Januari sampai April tahun 2013.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti tidak lepas dari berbagai
keterbatasan yang tidak dapat dihindari. Diantaranya keterbatasan desain
penelitian, dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain observasi
dengan pendekatan deskriptif, yaitu peneliti melakukan observasi terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi penyakit demam berdarah dengue (DBD), kemudian
hasilnya akan dideskripsikan. Tidak diketahui berapa besar pengaruh (kemaknaan)
masing-masing variabel terhadap penyakit DBD.