bab iv hasil dan analisa...bab iv hasil dan analisa 4.1 ekstraksi likopen dari wortel dan...

35
Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton : metanol dengan perbandingan 7 : 3 (v/v). Berdasarkan beberapa kali ekstraksi jumlah pigmen yang berhasil terekstrak dari 1 kg tomat kurang dari 0,01 g. Jumlah tersebut tidak cukup untuk digunakan untuk proses-proses selanjutnya. Bila dilihat dari sisa ampas buah tomat yang sudah diekstraksi, warna kuning kemerahan masih nampak jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pigmen belum dapat terekstrak dengan sempurna. Untuk mendapatkan pigmen yang lebih banyak, waktu pengadukan pelarut dan buah tomat yangtelah dihancurkan diperpanjang. Alat pengaduk pun dibuat khusus sehingga dapat mengaduk dengan lebih efektif. Percobaan juga melibatkan peningkatan jumlah konsentrasi aseton. Namun masih saja hasil ekstraksi kurang dari 1mg. Proses selanjutnya adalah pengukuran spektrum sampel dengan menggunakan spektrometer Near 24

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Bab IV

    Hasil dan Analisa

    4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan

    pengukurannya dengan spektrometer

    NIR

    Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan

    menggunakan pelarut aseton : metanol dengan

    perbandingan 7 : 3 (v/v). Berdasarkan beberapa kali

    ekstraksi jumlah pigmen yang berhasil terekstrak dari

    1 kg tomat kurang dari 0,01 g. Jumlah tersebut tidak

    cukup untuk digunakan untuk proses-proses

    selanjutnya. Bila dilihat dari sisa ampas buah tomat

    yang sudah diekstraksi, warna kuning kemerahan

    masih nampak jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    pigmen belum dapat terekstrak dengan sempurna.

    Untuk mendapatkan pigmen yang lebih banyak, waktu

    pengadukan pelarut dan buah tomat yangtelah

    dihancurkan diperpanjang. Alat pengaduk pun dibuat

    khusus sehingga dapat mengaduk dengan lebih efektif.

    Percobaan juga melibatkan peningkatan jumlah

    konsentrasi aseton. Namun masih saja hasil ekstraksi

    kurang dari 1mg.

    Proses selanjutnya adalah pengukuran spektrum

    sampel dengan menggunakan spektrometer Near

    24

  • Infrared (NIR). Mode yang dipakai dalam pengukuran

    ini adalah reflektan. Spektrum reflektan aseton dapat

    dilihat pada gambar 4.1.1 dibawah ini.

    0,6

    0,4

    0,2

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.1.1 Spektrum reflektan aseton

    Spektrum yang diperoleh dari spektrometer

    adalah data dari reflektan atau pantulan dari sampel.

    Data puncak yang terlihat dari sektrum tersebut

    bukanlah puncak dari absorbansi sampel. Jika kita

    ingin mengetahui data dari absorbansi sampel, data

    reflektan harus diubah menjadi absorban dengan

    menggunakan rumus A = log 1/R ( A= absorbansi, R =

    reflektan). Hal ini dilakukan karena nilai absorbansi

    pada NIR memiliki hubungan linier dengan kandungan

    pada sampel. Spektrum NIR akan berbeda untuk

    25

  • sampel yang mempunyai kandungan yang berbeda.

    Perbedaan penyusun bahan ini dapat dilihat pada

    puncak absorbansi spektrum nya[21]. Dengan

    menggunakan rumus A=log (1/R), maka didapatkanlah

    spektrum absorbansi untuk aseton seperti pada

    gambar 4.1.2 berikut ini.

    2

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.1.2 Spektrum absorban aseton

    Jika spektrum reflektan aseton dan absorban

    aseton dibandingkan, maka dapat dilihat bahwa posisi

    lembah pada spektrum reflektan merupakan posisi

    puncak pada spektrum absorban. Oleh karena itu, kita

    dapat menemukan puncak spektrum absorban dengan

    melihat lembah spektrum reflektan. Bila kita ingin

    mengetahui puncak pada spektrum absorban secara

    lebih teliti, kita tidak bisa hanya melihat secara

    langsung pada puncak-puncak dominan pada26

  • spektrum. Hal itu disebabkan karena ada

    kemungkinan ditemukannya puncak pada bagian

    spektrum yang landai yang merupakan kombinasi dari

    beberapa puncak yang berdekatan. Untuk mengetahui

    posisi puncak secara lebih teliti, cara yang digunakan

    adalah dengan mencari turunan kedua dari spektrum

    absorban tersebut.

    Seperti yang sudah tertulis diatas, pelarut yang

    digunakan dalam percobaan ini adalah aseton. Aseton

    adalah keton yang paling sederhana. Keton yang

    merupakan gugus karbonil, mepunyai regangan yang

    sangat kuat pada daerah mid-infrared (4000-200 cm-1).

    Walaupun overtone pertamamasih terdapat pada

    daerah mid-infrared, tapi overtone kedua dapat diamati

    pada daerah near-infrared. Overtone kedua ini cukup

    lemah apalagi bila terdapat unsur air didalamya.

    Walaupun begitu, masih ada beberapa anihidrat yang

    mungkin berguna untuk menganalisa gugus karbonil

    dengan spektroskopiNIR. Berdasarkan gambar

    spektrum absorban NIR pada gambar 4.1.2, dapat

    dilihat bahwa aseton mempunyai beberapa puncak

    yang menojol, antara lain 5100 cm-1 dengan tambahan

    ban yang terpisah pada 5260 cm-1 yang berhubungan

    dengan C=O. Ikatan C-H pada metil dapat dilihat pada

    puncak-puncak spektrum di daerah 5908, 5960 and

    5771 cm-1. Puncak pada daerah 7242 dan 7370 dimiliki

    27

  • oleh senyawa hidrokarbon, oleh karena itu kedua

    puncak terpisah ini muncul pada aseton. Puncak pada

    4142, 4188 dan 4638 cm-1 berhubungan dengan gugus

    aril pada aseton.

    Sebanyak 1 mg likopen yang telah dikeringkan

    kemudian dicampurkan dengan 10 ml aseton dan

    diukur spektrumnya dengan menggunakan

    spektrometer. Gambar 4.1.3 adalah spektrum dari

    campuran aseton-likopen. Pencampuran pigmen

    dengan pelarut ini dilakukan karena jumlah pigmen

    yang ada tidak mencukupi untuk pengukuran dengan

    menggunakan pigmen saja.

    2

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.1.3 Spektrum campuran aseton dan likopen

    Dalam spektrumcampuran ini, nampak

    kontribusi besar dari aseton. Hal tersebut dapat

    diketahui dari bentuk spektrum yang menyerupai

    28

  • spektrum aseton. Spektrum ini mempunyai puncak

    pada 5097 dan 5240 cm-1 yang berhubungan dengan

    ikatan C=O. Puncak ini nampak karena aseton

    merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai

    sebuah gugus karbonik (C=O) terikat pada gugus alkil

    dan aril. Pada spektrum nampak jelas kontribusi

    ikatan C=O dan C-H. C-H metil pada gugus karbonil

    nampak pada bilangan gelombang 5908, 5962, 5771

    dan 5623 cm-1. Sedangkan bilangan gelombang 4066,

    4142, 4183 dan 4633 cm-1 berhubungan dengan C-H

    aril. Jika dibandingkan antara spektrum aseton dan

    campuran aseton –pigmen, dapat dilihat perbandingan

    mencolok pada daerah 5500-5000 cm-1. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa kontribusi pigmen yang utama

    adalah pada daerah tersebut, terutama pada panjang

    gelombang 5242. Puncak pada bilangan gelombang

    4000 cm-1, berhubungan dengan C-H mode regangan.

    Untuk mendapatkan spekrum likopen saja maka

    spektrum campuran tersebut disubtraksi dengan

    spektrum aseton. Hal tersebut dilakukan untuk

    menghilangkan kontribusi aseton dan mendapatkan

    spektrum likopen saja. Gambar 4.1.4 merupakan

    spektrum aseton yang diperoleh dari hasil subtraksi.

    29

  • .

    1

    0

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.1.4 Spektrum absorban likopen

    Pada spektrum likopen tersebut nampak puncak

    yang sangat kuat pada 5242 cm-1. Puncak ini

    berhubungan dengan C-H yang dimiliki oleh senyawa

    hidrokarbon alifatik. Likopen merupakan senyawa

    hidrokarbon alifatik oleh karena itu, puncak C-H dapat

    diamati disini. Beberapa noise juga muncul pada

    daerah kurang dari 4500 cm-1. Beberapa puncak kecil

    juga nampak pada daerah 5500-6000 cm-1 Dapat

    dilihat juga daerah ban yang luas antara 6500-7500

    cm-1.

    Beberapa puncak dengan intensitas kecil

    terdapat pada bilangan gelombang 4040, 4101 yang

    berhubungan dengen senyawa hidrokarbon aromatik.

    C-H aril nampak pada spektrum tersebut pada

    bilangan gelombang 4157 dan 5976 cm-1. Hidrokarbon

    30

  • alifatik juga nampak pada bilangan gelombang 4254

    dan area antara 7020-7162 cm-1. Spektrum tersebut

    merupakan spektrum likopen, dan puncak utama nya

    terdapat pada 5242 cm-1.

    Sebagai langkah awal untuk mencampurkan

    pigmen dengan madu, maka dalam percobaan ini madu

    digunakan sebagai campuran pigmen. Untuk

    mendapatkan spektrum likopen, selain campuran

    aseton-likopen diatas digunakan campuran likopen dan

    madu. Langkah pertamayang dilakukan adalah

    mengukur spektrum madu. Gambar 4.1.5 dibawah ini

    merupakan spektrum dari madu.

    2

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.1.5 Spektrum absorban madu

    Penyusun utama madu adalah karbohidrat, oleh

    karena itu spektrum yang berhubungan dengan

    karbohidrat nampak kuat pada 4762 dan 4393 cm-1

    yang timbul karena kandungan glukosa pada madu.

    31

  • Spektrum protein muncul pada bilangan gelombang

    5921-6838 cm-1. Puncak pada 5921 cm-1 muncul

    karena kandungan air dalam madu. Sedangkan daerah

    4200-5200 cm-1 berkaitan dengan C-O dan C-C mode

    regangan dari sakarida.

    Sebanyak 2 mg pigmen kemudian dicampurkan

    dengan 10 ml madu randu. Karena kedua sifat pigmen

    dan madu bertentangan (madu=hidrofilik, likopen

    =hidrofobik) maka keduanya sulit untuk tercampur.

    Usaha telah dilakukan dengan mencampurkan pigmen

    dengan minyak, tapi hasil nya tidak sesuai dengan

    yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam percobaan ini,

    sebagai suatu langkah awal, maka pigmen likopen

    hanya dicampurkan dengan madu secara langsung.

    Tentu saja likopen tidak terlarut dalam madu, hanya

    saja dengan pertimbangan spektrometer akan

    mengukur spektrum campuran antara madu dan

    likopen. Spektrum tersebut nanti dapat diproses

    dengan menghilangkan spektrum madu untuk

    mendapatkan spektrum likopennya saja.

    Gambar 4.1.6 adalah spektrum dari campuran

    madu dan pigmen. Bila dilihat pada spektrum tersebut

    nampak spektrum madu sangat dominan. Kontribusi

    air (5159 cm-1), protein (5909 dan 6844 cm-1) dan

    glukosa (4393 dan 4762 cm-1 nampak kuat spektrum

    ini.

    32

  • 2

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.1.6 Spektrum absorban campuran likopen dan madu2

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.1.7 Spektrum absorban likopen

    Puncak-puncak yang berhubungan dengan madu

    tersebut mendominasi spektrum campuran ini karena

    konsentrasi pigmen sangatlah kecil. Untuk

    mendapatkan spektrum likopen saja, cara yang sama33

  • dilakukan kembali. Spektrum dari campuran pigmen

    dan madu kemudian disubtraksi dengan spektrum

    madu. Hasil subtraksi ini dapat dilihat pada gambar

    4.1.7 diatas.

    Pada spektrum ini, tidak nampak secara jelas

    kontribusi likopen, karena sebagian besar spektrum

    menunjukkan kontribusi air (5150 cm-1) dan

    karbohidrat (4763 and 4393 cm-1). Hal tersebut

    menunjukkan bahwa metode kedua ini belum dapat

    mencampurkan pigmen dengan sempurna sehingga

    kontribusi pigmen sangat lah kecil. Walaupun begitu

    masih nampak persamaan antara spektrum likopen

    hasil subtraksi dengan aseton dan spektrum likopen

    hasil subtraksi dengan madu. Persamaan antara kedua

    spektrum tersebut adalah mempunyai puncakdi

    sekitar 5200 cm-1. Hal tersebut menunjukkan bahwa

    tinggi dugaan spektrum likopen terdapat pada daerah

    tersebut. Beberapa perbedaan spektrum likopen dari

    gambar 4.1.4 dan 4.1.7 antara lain nampak adanya

    pergeseran ban pada daerah sekitar 5200 cm-1 dan

    4300-4450 cm-1. Belum diketahui secara pasti apa

    yang menyebabkan pergeseran ini. Kemungkinan band

    shift ini disebabkan karena interaksi pelarut dengan

    pigmen pada likopen yang diperoleh dari substraksi

    aseton. Perbedaan diantara 4300-4450 cm-1 juga

    kemungkinan besar terjadi karena perbedaan pelarut,

    34

  • tapi juga ada kemungkinan hal ini disebabkan karena

    terjadi sedikit perubahan pada sistem pengukuran

    mengingat daerah sekitar 4500 cm-1 merupakan

    daerah puncak untuk petri yang digunakan untuk

    mengukur. Pada percobaan ini, petri yang digunakan

    mengukur identik satu sama lain, jadi ada

    kemungkinan sistem yang sedikit berubah karena

    perubahan suhu, kesalahan pengukuran ataupun

    kemungkinan lainnya.

    Percobaan ini tidak bisa lanjutkan ke langkah

    berikutnya karena jumlah pigmen yang tidak memadai.

    Hal ini terjadi karena metode pengekstrakan likopen

    yang dirasa kurang efektif. Untuk penelitian yang lebih

    lanjut, sangat disarankan menggunakan metode yang

    lain untuk mengekstrak likopen. Dalam penelitian

    berikutnya, perlakuan yang sama kembali diulang

    dengan menggunakan wortel.

    4.2 Ekstraksi beta karoten dari wortel

    Ekstraksi wortel dilakukan sesuai dengan

    prosedur yang tertulis pada bab III. Percobaan

    dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan jumlah

    pigmen yangcukup untuk proses berikutnya.

    Berdasarkan beberapa kali percobaan, hasil yang

    diperoleh untuk ekstraksi 1 kg masing-masing buah

    sangat lah sedikit kurang dari 0,02 g. Oleh karena itu

    35

  • hasil ekstraksi tidak mencukupi jika akan digunakan

    dalam proses berikutnya. Usaha yang sama telah

    dilakukan untuk meningkatkan hasil yang sudah

    diperoleh seperti menambah durasi pengadukan,

    menggunakan pengaduk yang lebih baik dan mengganti

    pelarut dengan aseton seluruhnya, namun hasilnya

    masih kurang mencukupi. Sisa hasil ekstraksi juga

    masih menunjukkan warna oranye yang jelas, hal

    tersebut menujukkan bahwa pigmen tidak terekstrak

    secara maksimal. Oleh sebab itu, penelitian ini

    kemudian menggunakan sampel beta karoten murni

    yang yang dibeli dari Sigma®, selain untuk menjaga

    kemurnian nya juga untuk mencukupi jumlah yang

    dibutuhkan untuk proses berikutnya.

    Untuk penelitian lanjutan, perlu dicari cara lebih

    efektif untuk mengekstrak beta karoten dari wortel,

    maupun likopen dari tomat. Kedua sampel tersebut

    dipilih karena kesediaannya yang melimpah disekitar

    kita. Oleh karena keterbatasan hasil eksraksi maka

    untuk percobaan berikutnya sampel yang digunakan

    adalah beta karoten murni.

    4.3 Uji foto stabilitas beta karoten dalam

    pelarut heksana

    Untuk mengetahui stabilitas pigmen dalam

    campuran, maka perlu diketahui terlabih dahulu

    36

  • stabilitas pigmen itu sendiri. Untuk mengetahui

    stabilitas pigmen beta karoten dengan menggunakan

    spektrometer NIR, maka beberapa cara dilakukan.

    Cara pertama adalah mengukur stabilitas beta karoten

    dalam pelarut dan cara kedua dilakukan tanpa pelarut.

    Dalam bab ini akan dijelaskan pengukuran stabilitas

    dengan pelarut.

    Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    heksana. Heksana dipilih karena sifatnya yang tidak

    reaktif. Dalam pengukuran ini diharapkah kontribusi

    pelarut dapat dihilangkan dengan metode subtraksi

    seperti yang telah dilakukan sebelumnya.

    Pengukuran spektrum pertama yang dilakukan

    dengan spektrometer NIR adalah spektrum heksana.

    Spektrum absorbansi heksana dapat dilihat dari

    gambar berikut ini.

    2

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.3.1 Spektrum absorban heksana

    37

  • Berdasarkan gambar diatas nampak bahwa

    spektrum heksana dapat dibagi menjadi empat bagian

    utama. Bagian pertama adalah puncak antara 4000-

    4500 yang merupakan daerah kombinasi ban antara

    overtone kedua dari ikatan pada C-H dan CH2 mode

    regangan asimetrik dan mode vibrasi lainnya. Daerah

    kedua adalah daerah antara 5000-6000 cm-1 yang

    berhubungan dengan C-H mode vibrasi regangan.

    Sedangkan daerah ketiga dan keempat yang walaupun

    tidak sekuat daerah pertama dan kedua namun juga

    merupakan kontribusidari C-H dari senyawa

    hidrokarbon karena juga menunjukkan ikatan C-H.

    Daerah 6500-7500 cm-1 merupakan C-H overtone

    pertama sedangkan daerah 8000-8500 merupakan C-H

    overtone ketiga. Secara keseluruhan spektrum tersebut

    menujukkan ikatan C-H. Puncak yang sangat kuat

    pada daerah 4334 cm-1 dimiliki olehhidrokarbon

    alifatik. Ikatan C-H ini juga muncul pada 8392, 5909,

    5872, 5808 dan 5678 cm-1. Sedangkan puncak yang

    berkaitan dengan CH2 antara lain 8269, 7185 dan 7084

    cm-1.

    Sekitar 1 mg sampel kemudian dicampurkan

    dengan 10ml heksana. Spektrum campuran tersebut

    kemudian diukur dengan spektrometer NIR kemudian

    diukur dengan spektrometer NIR dan didapatkanlah

    spektrum seperti pada gambar dibawah ini.

    38

  • 2

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.3.2 Spektrum absorban campuran heksana dan beta

    karoten

    Berdasarkan campuran tersebut nampak bahwa

    kontribusi heksana sangat besar sehingga bentuk

    spektrum secara keseluruhan nampak sangat mirip

    dengan spektrum heksana. Disini juga nampak 4

    daerah yang berhubungan dengan ikatan C-H. Puncak

    pada 4334 cm-1 juga nampak sangat kuat pada

    spektrum. Secara keseluruhan spekrum nampak ikatan

    C-H pada metil dan CH2 sangat yang sangat dominan.

    Untuk mengetahui spektrum beta karoten, maka

    spektrum campuran tersebut kemudian disubstraksi

    dengan menggunakan spektrum heksana. Berikut

    adalah spektrum beta karoten hasil subtraksi tersebut.

    39

  • .

    1

    4334

    4406

    4257

    41784100

    4065

    4700 4000

    0

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.3.3 Spektrum absorban beta karoten dengan pembesaran

    pada daerah 4000-4700 cm-1

    Berdasarkan spektrum tersebut nampak jelas

    bahwa kontribusi beta karoten sangat kuat pada

    daerah antara 4000 sampai 4500 cm-1. Dimana daerah

    tersebut merupakan daerah kombinasi ban antara C-H

    dan beberapa mode vibrasi dari CH2 Dalam spektrum

    tersebut juga nampak bahwa tidak ada puncak pada

    daerah 5000-10000 cm-1. Hal tersebut bukan berarti

    bahwa kontribusi beta karoten hanya ada pada daerah

    sekitar 4000-4500 cm-1 saja, namun tinggi dugaan

    bahwa tidak semuapuncak dapat diamati karena

    intensitasnya yang kecil. Berdasarkan jumlah beta

    karoten yang dipakai dalam larutan,maka ada

    kemungkinan sebenarnya beta karoten juga

    mempunyai puncak diantara 5000-10000 cm-1 hanya

    40

  • saja dalam pengukuran ini ban tersebut sangat lemah

    dibanding ban antara 4000-4500cm-1 sehingga tidak

    teramati.

    Pada spektrum beta karoten tersebut nampak

    puncak kuat pada 4334 cm-1 yang merupakan

    kontribusi dari ikatan C-H. Ban tersebut mempunyai

    puncak kecil didekatnya yang juga masih berhubungan

    dengan C-H yaitu pada daerah 4264 cm-1. C-H aril

    aromatik (4210 cm-1) juga mempunyai kontribusi dalam

    spektrum ini walaupun tidak sekuat pada C-H. Puncak

    pada 4093 cm-1 berkaitan dengan hidrokarbon

    aromatik dan 4073 muncul dari hidrokarbon alifatik.

    Berdasarkan spektrum ini, maka pada percobaan

    berikutnya akan diukur foto stabilitas dari pigmen.

    Sebagai fokus pembahasan akan dilihat pada daerah

    4000-4500 karena pada daerah ini berhubungan

    dengan beta karoten.

    Uji fotostabilitas dilakukan dengan menggunakan

    alat seperti yang dijelaskan pada bab III. Dengan

    menggunakan heksana, pengukuran stabilitas hanya

    bisa dilakukan dalam jangka waktu kira kira 1jam,

    mengingat bahwa pelarut akan menguap. Dari

    spektrum terlihat bahwa sampai dengan 1 jam masih

    terdapat pelarut dalam sampel walaupun bila dilihat

    dengan mata sudahhanya endapan yang tersisa.

    Jumlah pelarut yang berubah ini tentu saja akan

    41

  • menghasilkan spektrum absorbansi yang berbeda pula.

    Maka dalam analisa ini, setiap sampel akan disubtraksi

    dengan spektrum dasar heksana dengan ratio yang

    disesuaikan dengan spektrum hasil.

    Berikut ini adalah spektrum yang diperoleh setelah

    pengukuran selama 1 jam dengan interval 10 menit.

    Pengukuran dilakukan pada saat 0 menit (mula-mula),

    10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan

    60 menit. Intensitas cahaya yang digunakan adalah

    350 lux.1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.3.4 Spektrum absorban campuran heksana dan beta

    karoten untuk durasi 0-60 menit

    42

  • Setelah dikurangi dengan spektrum heksana, spektrum

    beta karoten dapat diperoleh. Gambar 4.3.4 merupakan

    spektrum beta karoten yang diperoleh untuk durasi 0-

    60 menit.

    0,1

    0

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb. 4.3.5 Spektrum absorban beta karoten untuk durasi 0-60

    menit

    Berdasarkan spektrum tersebut nampak bahwa

    satu spektrum berbeda dengan yang lain. Spektrum

    berwarna biru yang terdapat pada puncak tersebut

    merupakan spektrum yang diambil untuk fotostabilitas

    50 menit. Hasil tersebut menunjukkan adanya

    kesalahan dalam pengukuran spektrum. Kemungkinan

    penyebab error yang lain adalah penggunaan referensi

    eksternal dan internal yang salah dalam pengukuran

    spektrum.

    43

  • Spektrum tersebut kemudian dicari turunan

    keduanya untuk pengaruh penyinaran untuk terhadap

    stabilitas spektrum.

    Gb. 4.3.5 Turunan kedua spektrum beta karoten dengan

    pembesaran daerah 4300-4350 cm-1

    Berdasarkan spektrum tersebut dapat diamati pada

    puncak 4334 cm-1 yang sebelumnya ditemukan sebagai

    puncak yang berkaitan dengan beta karoten, intensitas

    pada setiap pengukuran berbeda satu sama lain. Pada

    nampak hasil dari Intensitas terkecil ke adalah 50, 60,

    30, 40, 0, 20 dan 10 menit. Hasil tersebut

    menunjukkan urutan yang tidak beraturan. Hasil

    serupa ditemukan untuk daerah yang lain (Gb.4.3.6)

    seperti pada puncak 4264 cm-1 yang berhubungan

    dengan ikatan tunggal pada C-H. Urutan dari Intensitas

    rendah ke tinggi adalah 50, 60, 30, 40, 0, 20 dan 10

    menit. Sedangkan pada daerah 4178 cm-1 yang

    44

  • berhubungan dengan C-H aril dan C-H aromatik

    (Gb.4.3.7) nampak urutan dari intensitas besar ke kecil

    adalah 0, 10, 20, 30, 40, 60, 50. Nampak bahwa

    spektrum pada 0 dan 10 menit; 30 dan 40 menit sangat

    dekat satu sama lain dan hampir tumpang tindih.

    Gb. 4.3.6 Turunan kedua spektrum beta karoten dengan

    pembesaran daerah 4200-4700 cm-1

    Gb. 4.3.7 Turunan kedua spektrum beta karoten dengan

    pembesaran daerah 4160-4200 cm-1

    45

  • Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pola

    degradasi spektrum pada puncak 4178 cm-1 nampak

    teratur dengan error pada pengukuran menit ke 50.

    Hasil menunjukkan pengurangan intensitas dengan

    bertambahnya durasi penyinaran. Sedangkan pada

    puncak 4334 dan 4264 nampak bahwa degradasi

    pigmen tidak tersebut masih terlihat bahwa degradasi

    nampak tidak seteratur pada daerah 4178 cm-1.

    Walaupun demikian dapat dilihat ada kecenderungan

    yang serupa. Bertambahnya durasi penyinaran

    menununjukkan berkurangnya intensitas pada

    bilangan gelombang yang bersesuaian. Bila dilihat

    dengan lebih teliti, ada tiga kelompok dalam hasil

    tersebut, 50 dan 60 menit, 30 dan 40 menit dan 0, 10

    dan 20 menit. Dari hasil pengukuran nampak

    hubungan bahwa Intensitas (I) pada menit-menit

    pengukuran adalah ܫ ����� ܫ�� < ܫ � � ��� ܫ ��

    ��ܫ, � ,��� .��ܫ Seperti yang dijelaskan diatas spektrum

    pada menit 30 dan 40 hampir tumpang tindih sehingga

    intensitas hampir sama, begitu pula untuk pengukuran

    0, 10 dan 20 menit. Sedangkan terdapat kesalahan

    dalam pengukuran 50 menit sehingga spektrum

    nampak sangat berbeda dengan yang lain. Dalam

    pengukuran dalam jangka yang pendek atau sekitar 10

    menit, tidak diamati adanya banyak perbedaan

    sehingga hasil menunjukkan spektrum yang hampir

  • sama. Sehingga untuk pengukuran lebih lanjut, lebih

    baik bila intensitas cahaya durasi pengukuran

    ditingkatkan. Dalam percobaan ini dapat ditunjukkan

    bahwa spektrometer NIR dapat digunakan dalam

    mengukur fotostabilitas pada pigmen.

    4.4 Uji fotostabilitas beta karoten tanpa

    pelarut

    Untuk mengetahui kestabilan pigmen terhadap

    oksidasi maupun cahaya, maka sebelum pigmen

    tersebut dicampurkan dengan madu, ataupun bahan

    lainnya maka kestabilan pigmen itu sendiri harus

    diketahui. Setelah uji fotostabilitas dilakukan dengan

    bersamaan dengan pelarut, maka dalam percobaan ini

    uji foto stabilitas dan oksidasi akan dilakukan tanpa

    setelah pelarut diuapkan. Jika memungkinkan, akan

    lebih efektif bila pigmen diukur secara langsung dalam

    bentuk serbuk mengingat spektrometer NIR dapat

    mengukur sampel baik padat, cair, gel, tablet ataupun

    serbuk. Jika pigmen diukur secara langsung akan

    nampak bahwa spektrum pigmen akan didapatkan

    tanpa harus melakukan perlakuan lebih lanjut. Sampel

    NIR akan optimal jika ketebalan sampel sekitar10 mm.

    Untuk menyediakan pigmen yang setebal 10 cm untuk

    diameter petri sekitar 10 cm tentu saja membutuhkan

    biaya yang tidak sedikit oleh karena itu dalam

    47

  • percobaan ini dilakukan dengan bantuan pelarut.

    Percobaan dilakukan dengan mencampur 25 mg

    beta karoten dengan 10 ml heksana. Setelah larutan

    tercampur secara homogen, larutan tersebut kemudian

    dituangkan kedalam petri. Larutan diuapkan untuk

    mendapatkan endapan betakaroten yang merata

    diseluruh permukaan petri. Penguapan membutuhkan

    waktu sekitar 1 jam. Dan endapan kemudian dicek

    dengan spektrometer NIR untuk memastikan tidak ada

    larutan heksana yang tertinggal. Oleh karena pigmen

    tersebut harus diuapkan sekitar satu jam hingga dapat

    dihilangkan seluruh pelarutnya. Hal tersebut

    memungkinkan adanya pengaruh oksidasi dan juga

    degradasi pigmen oleh pelarut. Untuk mengetahui

    perbedaan nya, campuran heksana dan beta karoten

    yang lain telah disimpan selama satu hari. Berdasarkan

    gambar pada lampiran dapat terlihat jelas adanya

    pemucatan warna larutan yang menunjukkan adanya

    degradasi pigmen.

    Gambar 4.4.1 adalah spektrum dari petri kosong.

    Spektrum ini perlu diukur untuk mendapatkan

    spektrum beta karoten saja. Dari spektrum tersebut

    terlihat bahwa puncak spektrum melebar dari 4000-

    4800 cm-1, tanpa ada tambahan ban pada bilangan

    gelombang lainnya. Setelah seluruh pelarut menguap,

    spektrum dari beta karoten kemudian diukur.

    48

  • 0,2

    0

    -0,210000 9000 8000 7000 6000 5000 4000

    Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb.4.4.1 Spektrum absorban petri kosong

    0,2

    0

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb.4.4.2 Spektrum absorban beta karoten dan petri

    Gambar 4.4.2 berikut merupakan spektrum dari

    beta karoten. Jika dilihat dari bentuk spektrumnya

    saja, nampak sama dengan petri kosong. Hal tersebut

    49

  • 6500 4000

    menunjukkan bahwa kontribusi pigmen yang diukur

    sangat lemah konsentrasinya. Namun hal tersebut

    tidak berarti spektrum beta karoten tidak dapat

    diperoleh, dengan mengurangi spektrum beta karoten

    dengan petri kosong maka didapatkanlah spektrum

    pada gambar 4.4.3.

    0,2

    0,1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb.4.4.3 Spektrum absorban beta karoten dengan

    pembesaran pada area 4000-6500cm-1

    Gambar 4.4.3 menunjukkan spektrum beta

    karoten tanpa kontribusi dari petri. Puncak kuat pada

    4336 cm-1 berhubungan dengan mode vibrasi C-H pada

    beta karoten. Selain puncak utama, muncul pula

    beberapa puncak lain yang lebar dan lemah antara lain

    puncak pada 5864 cm-1 yang muncul karena

    kontribusi CH3 metil. pada bilangan gelombang 5195

    50

  • cm-1 nampak kontribusi dari ikatan 0-H hal tersebut

    menunjukkan bahwa sampel telah teroksidasi. Selain

    itu, daerah pada bilangan gelombang sekitar 4625 cm-1

    muncul karena kontribusi C-H aromatik dan C-H aril.

    Hasil yang diperoleh pada percobaan ini selaras dengan

    hasil yang diperoleh pada percobaan menggunakan

    pelarut pada sub bab 4.3 Bahwa kontribusi beta

    karoten yang terbesar nampak pada bilangan

    gelombang sekitar 4334 yang berkaitan dengan ikatan

    C-H.

    Uji stabilitas sampel untuk mengetahui pengaruh

    cahaya terhadap kestabilan pigmen dilakukan dalam

    jangka waktu pendek dan panjang. Pendek berarti

    kurang dari 24 jam dan panjang berarti 8 hari. Jangka

    waktu ini merupakan pengukuran maksimal yang bisa

    dilakukan untuk uji stabilitas karena rangkaian yang

    digunakan untuk penyinaran tidak bisa digunakan

    untuk jangka panjang. Setelah hampir8 hari

    pengukuran nonstop lampu akhirnya padam.

    Diperkirakan waktu padamnya adalah malam hari,

    sehingga telah beberapa jam sampel dibiarkan tanpa

    penyinaran, sehingga pengukuran sampel harus

    diakhiri. Sampel selalu diekspos cahaya dengan

    intensitas 1800 lux. Saat tidak diukur, sampel ditutup

    dengan plastik untuk meminimalisasi pengaruh

    oksidasi. Lempeng reflektan juga tidak diubah ubah,

    51

  • 0,1

    0

    untuk memastikan pengukuran selalu dalam kondisi

    yang sama dan posisi yang sama. Petri juga ditandai

    seperti berikut ini untuk memastikan petri selalu

    dimasukan dalam posisi yang sama.

    Perilaku yang sama juga diberikan saat

    pengukuran sampel untuk mengukur pengaruh

    oksidasi. Pengukuran dilakukan selama 17 hari.

    4.4.1 Uji fotostabilitas beta karoten

    Uji fotostabilitas dilakukan dengan menyinari

    sampel dengan intensitas cahaya 1800 lux dalam

    jangka waktu 0 jam (mula-mula), 1 jam, 2 jam, 3 jam, ,

    4 jam, , 5 jam, 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, 7 hari dan

    8 hari. Spektrum yang diperoleh untuk semua

    pengukuran dapat dilihat pada gambar 4.4.4 dibawah

    ini.

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb.4.4.4 Spektrum beta karoten setelah disubtraksi

    Setelah disubtraksi dengan spektrum petri maka

    52

  • diperolehlah spektrum hasil uji fotostabilitas beta

    karoten seperti pada gambar 4.5.5. Spektrum dipilih

    pada area 4000-6500 cm-1 karena area selain tersebut

    terdapat puncak-puncak spektrum. Seperti yang telah

    dijelaskan sebelumnya, daerah yang akan diobservasi

    adalah 4336, 4625, 5195 dan 4625 cm-1.

    1

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb.4.4.5 Spektrum beta karoten

    Untuk mengetahui pengaruh penyinaran

    terhadap pigmen, maka akan dilihat intensitas dari

    puncak masing-masih pengukuran. Hal ini dilakukan

    karena intensitas pada spektrum absorban mempunyai

    hubungan linier dengan kandungan pada sampel. Tabel

    berikut ini menunjukkan urutan intensitas pada

    masing-masing pengukuran dimulai dari intensitas

    tertinggi menuju intensitas terendah.

    53

  • Tabel 1 Urutan intensitas (dari tinggi ke rendah) hasil uji

    fotostabilitas pada panjang bilangan gelombang tertentu.

    Urutan ke

    Bilangan gel (cm-1)

    4336 4625 5195 58641 0 jam 0 jam 0 jam 0 jam2 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam3 3 jam 4jam 4jam 4jam4 4jam 5jam 5jam 5jam5 5jam 3 jam 3 jam 3 jam6 2 hari 2 hari 2 hari 2 hari7 4 hari 4 hari 4 hari 4 hari8 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari9 7hari 7hari 7hari 7hari10 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari11 8hari 8hari 8hari 8hari

    Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa urutan

    intensitas yang diperoleh tidak beraturan. Fotostabilitas

    pigmen tidak dapat diamati dengan menggunakan cara

    yang digunakan pada percobaan ini. Dalam usaha

    untuk uji fotostabilitas nampaknya bahwa terdapat

    pengaruh oksigen. Oleh karena itu, dalam percobaan

    selanjutnya akan diuji tentang kestabilan pigmen

    terhadap pengaruh oksigen.

    4.4.2 Uji pengaruh oksidasi beta karoten

    Uji oksidasi dilakukan dengan meletakkan

    sampel pigmen di ruangan pengukuran sehingga

    sampel dapat terekspos dengan udara disekitar nya. Uji

    pengaruh oksidasi ini dilakukan dalam jangka waktu 1,

    7, 10, 11, 12, 13, 14, 17 dan 18 hari. Spektrum yang

    diperoleh sebelum dikurangi spektrum petri dapat54

  • dilihat pada gambar 4.4.6. dan spektrum hasil

    pengurangan dengan petri pada gambar 4.4.7

    0,3

    0

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    0,13

    0,10

    Gb.4.4.6 Spektrum beta karoten pada uji oksidasi sebelum

    dikurangi petri

    10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000Bilangan gelombang (cm-1)

    Gb.4.4.7 Spektrum beta karoten pada uji oksidasi setelah

    dikurangi petri

    55

  • Gambar 4.4.7. menunjukkan bahwa spektrum

    hasil pengaruh oksidasi ini nampak sama dengan uji

    fotostabilitas. Puncak-puncak yang sama dengan

    antara lain puncak kuat pada 4334 cm-1 (C-H)dan

    puncak-puncak lemah dan luas pada daerah sekitar

    5872 (C-H metil), 5211(0-H) dan 4655 cm-1 (C-H aril).

    Hal tersebut menunjukkan bahwa uji oksidasi pun

    tidak lepas dari pengaruh cahaya. Sehingga dalam

    kedua uji pengaruh satu sama lain tidak terelakkan.

    Salah satu yang menjadi alasan adalah ruang

    penyimpanan pigmen tidak sepenuhnya ruang gelap.

    Masih ada beberapa cahaya yang masuk pada sela-sela

    ruangan tersebut. Untuk mengetahui pengaruh

    oksidasi terhadap pigmen maka intensitas masing-

    masing pengukuran akan dibandingkan. Intensitas

    diurutkan dari terbesar menuju terkecil. Hasilnya dapat

    dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

    Tabel 2 Urutan intensitas dari tinggi ke rendah pada uji oksidasi pada panjang gelombang tertentu.

    Urutan ke

    Bilangan gel (cm-1)

    4334 4655 5211 58721 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari2 10 hari 10 hari 10 hari 10 hari3 11 hari 11 hari 11 hari 11 hari4 14 hari 17 hari 17 hari 17 hari5 17 hari 7 hari 7 hari 7 hari6 7 hari 13 hari 13 hari 13 hari7 13 hari 14 hari 14 hari 14 hari8 18 hari 18 hari 18 hari 18 hari9 12 hari 12 hari 12 hari 12 hari

    56

  • Berdasarkan urutan tersebut nampak bahwa

    pada uji pengaruh oksidasi ini tidak nampak korelasi

    linier antara penambahan durasi oksidasi dengan

    kandungan pada spektrum. Secara garis besar dapat

    disimpulkan bahwa dengan cara yang digunakan,

    pengaruh oksidasi dan cahaya tidak dapat diamati

    dengan baik. Ada beberapa hal yang menjadi alasan

    ketidak berhasilan pengukuran ini, antara lain: 1.

    sampel tidak sepenuhnya terisolasi dari pengaruh

    cahaya dan oksigen; 2. Ketebalan sampel dalam

    pengukuran kurang dari 10 mm sehingga kontribusi

    pigmen dalam spektrum dirasa lemah; 3. alat yang

    digunakan untuk fotostabilitas kurang efektif; 4. Ada

    kemungkinan pengaruh panas selain oksigen dan

    cahaya.

    Langkah berikutnya untuk percobaan ini adalah

    pencampuran beta karoten dengan madu untuk diuji

    fotostabilitas nya. Hasil penelitian sebelumnya

    menunjukkan bahwa hasil pencampuran madu dan

    pigmen tadi tidak dapat digunakan untuk

    mendapatkan spektrum murni pigmen. Salah satu

    penyebabnya adalah belum ditemukannya cara untuk

    mencampur madu secara homogen. Selain itu, sistem

    untuk pengukuran fotostabilitas dan oksidasi perlu

    diperbaiki. Untuk penelitian lebih lanjut perlu

    dipikirkan beberapa cara yang lebih efektif untuk

    57

  • mengekstrak pigmen, pencampuran pigmen dan uji

    stabilitas maupun oksidasi pigmen. Penelitian yang

    telah penulis lakukan adalah suatu percobaan

    pendahuluan yang perluuntuk diteruskan dan

    diperbaiki kekurangan nya.

    58