bab iv hasil analisis dan pembahasan...
TRANSCRIPT
55
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil
penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan akan
dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang kontrol diri dan
kedisiplinan siswa, beserta aspek dan indikatornya dan kontribusi antara kontrol
diri dengan kedisiplinan siswa yang ditampilkan siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor Tahun Ajaran 2011/2012.
1. Gambaran Umum Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Ajaran 2011/2012
Data mengenai gambaran umum kontrol diri dan kedisiplinan siswa diperoleh
berdasarkan hasil penyebaran instrumen terhadap sampel penelitian. Berdasarkan
data yang dikumpulkan diperoleh gambaran kontrol diri, aspek kontrol diri dan
indikator kontrol diri yang dimiliki siswa. Secara umum gambaran kontrol diri
siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Kontrol Diri Siswa SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Pelajaran 2011/2012
Kategori f Persentase
Sangat Baik 3 1%
Baik 198 92%
Tidak Baik 14 7%
Sangat Tidak Baik 0 0%
Hasil penyebaran angket kontrol diri terbagi kedalam empat kategori yaitu,
sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Kategori sangat baik sebanyak
3 siswa (1%), berarti siswa sangat mampu untuk dapat mengontrol dirinya dengan
mengatur tingkah laku dan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk bertindak. Kategori baik sebanyak 198 siswa (92%) mampu
56
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
untuk dapat mengontrol dirinya. Artinya, siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
mampu mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbagan terlebih dahulu
sebelum memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini
memiliki kontrol diri yang baik.
Kategori tidak baik terdapat 14 siswa (7%) tidak mampu untuk dapat
mengontrol dirinya. Artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu
mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbangan terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk bertindak.
Kategori sangat tidak baik artinya siswa sangat kesulitan dalam mengontrol
dirinya, sehingga siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat tidak mampu untuk
mengatur tingkah lakunya sebelum bertindak.
Berdasarkan hasil penghitungan statistik kondisi objektif pada siswa Kelas XI
SMK Negeri 2 Bogor menunjukkan terdapat 198 siswa (92%) yang berada pada
kategori baik. Pada kategori baik siswa mampu untuk dapat mengontrol dirinya.
2. Gambaran Pencapaian Aspek dan Indikator Kontrol Diri Siswa Kelas XI
SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Kontrol diri terdiri dari tiga aspek yaitu: kontrol perilaku (behavioral control),
kontrol kognitif (cognitive control) dan kontrol keputusan (decisional control).
Berikut ini penjelasan dari masing-masing aspek dan indikator.
a. Gambaran Kontrol Diri pada Aspek Kontrol Perilaku (Behavioral
Control)
Kontrol perilaku (behavioral control) menunjukkan kemampuan siswa untuk
memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Secara umum,
kemampuan aspek-aspek kontrol diri yang dimiliki siswa Kelas XI SMK Negeri
2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Persentase Skor Kontrol Diri
Berdasarkan Aspek Kontrol Perilaku (Behavioral Control)
Kategori f Persentase
Sangat baik 4 2%
Baik 185 86%
57
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tidak Baik 25 12%
Sangat Tidak Baik 0 0%
Secara umum pencapaian kontrol diri dari ketiga aspek digambarkan melalui
besarnya persentase yang diperoleh berdasarkan kategori sangat baik, baik, tidak
baik, dan sangat tidak baik. Pada aspek kontrol perilaku terdapat 4 siswa ( 2%)
berada pada kategori sangat baik. Artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
sangat mampu mengontrol dirinya dengan sangat baik untuk dapat memodifikasi
suatu keadaan yang tidak menyenangkan, ditandai dengan memiliki kemampuan
kontrol perilaku dari dalam diri dan kontrol stimulus dengan baik.
Kategori baik terdapat 186 siwa (87%) berada pada kategori baik. Artinya
siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu mengontrol dirinya dengan baik
untuk dapat memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, ditandai
dengan kemampuan mengontrol perilaku yang berdasarkan faktor dari dalam diri
dan kemamuan mengontrol stimulus untuk dapat mengetahui waktu kemunculan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki.
Kategori tidak baik terdapat 20 siswa (9%), artinya ketidakmampuan siswa
Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor untuk mengontrol dirinya agar dapat
memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan
siswa tidak memiliki kontrol diri yang berdasarkan dari dalam diri dan
ketidakmampuan mengontrol stimulus yang akan muncul.
Secara rinci, gambaran kemampuan mengontrol diri siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor berdasarkan indikator-indikator dari aspek kontrol perilaku
(behavioral control) dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Gambaran Indikator Kontrol Diri Siswa pada
Aspek Kontrol Perilaku (Behavioral Control)
No. Indikator f Kategori
1. Mampu mengontrol perilaku
13
Sangat Baik
(6%)
191
Baik
(89%)
11 Tidak baik
58
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(5%)
0
Sangat tidak baik
(0%)
2 Mampu mengontrol stimulus
3
Sangat Baik
(1%)
157
Baik
(73%)
55
Tidak baik
(26%)
0
Sangat tidak baik
(0%)
Hasil penghitungan pada aspek perilaku (behavioral control) dilihat dari
indikator mampu mengontrol perilaku menunjukkan terdapat 13 siswa (6%)
berada pada kategori sangat baik. Kategori ini berarti siswa sangat mampu untuk
dapat mengontrol perilakunya, siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat
mampu menunjukkan kemampuan memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan berdasarkan faktor dari dalam dirinya.
Siswa yang mencapai kategori baik sebanyak 191 siswa (89%). Artinya
sebagian besar siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu menunjukkan
kemampuan memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan berdasarkan
faktor dari dalam dirinya.
Siswa yang mencapai kategori tidak baik sebanyak 11 siswa (5%), artinya
siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu untuk mengontrol perilakunya
dengan baik, sehingga siswa tidak menunjukkan kemampuannya untuk
memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Adapun pada indikator mampu mengontrol stimulus terdapat 3 siswa (1%)
mencapai kategori sangat baik. Kategori ini berarti siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor sangat mampu mengontrol dirinya agar dapat mengetahui datangnya
stimulus. Siswa yang sangat mampu mengontrol stimulusnya dengan baik ditandai
mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan mengendalikan diri terhadap hal-
hal negatif dari lingkungan.
Siswa yang mencapai kategori baik sebanyak 157 siswa (73%), yang berarti
siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu mengontrol dirinya terhadap
59
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
stimulus yang tidak dikehendaki, ditandai dengan siswa mampu mendahulukan
pekerjaan yang lebih penting dan mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari
lingkungan.
Siswa yang mencapai kategori tidak baik sebanyak 55 siswa (26%), yang
berarti siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu mengontrol diri dengan
baik terhadap stimulus yang tidak dikehendaki.
b. Gambaran Kontrol Diri pada Aspek Kognitif (Cognitive Control)
Kontrol kognitif menunjukkan kemampuan siswa untuk mengolah informasi
yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau memadukan
suatu kejadian. Secara umum,gambaran aspek kontrol kognitif (cognitive control)
siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Persentase Skor Kontrol Diri
Berdasarkan Aspek Kontrol Kognitif (Cognitive Control)
Kategori f Persentase
Sangat baik 4 2%
Baik 13 6%
Tidak Baik 20 9%
Sangat Tidak Baik 0 0%
Pada aspek yang kedua yaitu kontrol kognitif terdapat 4 siswa (2%) berada
pada kategori baik, artinya siswa sangat mampu untuk dapat mengolah informasi
yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau memadukan
suatu kejadian dengan sangat baik.
Kategori baik terdapat 13 siswa (6%), artinya siswa mampu mengolah
informasi dengan baik. Siswa tersebut mampu mengantisipasi peristiwa dengan
berbagi pertimbangan dan mampu menafsirkan suatu peristiwa atau keadaan
dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.
Aspek terakhir ketercapaian dengan jumlah siswa yang terbanyak berada pada
kategori tidak baik, yaitu sebanyak 20 siswa (9%). Artinya siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor tidak mampu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan.
Pada aspek ini menunjukkan ketidakmampuan siswa untuk dapat mengolah
60
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
informasi yang diinginkan yaitu dengan cara menginterpretasi, menilai, atau
memadukan suatu kejadian.
Secara rinci, gambaran umum kemampuan kontrol diri siswa berdasarkan
indikator-indikator aspek kontrol kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Gambaran Indikator Kontrol Diri Siswa pada
Aspek Kontrol Kognitif (Cognitive Control)
No. Indikator f Kategori
1. Mampu mengantisipasi peristiwa
6 Sangat Baik
(3%)
185 Baik
(86%)
24 Tidak baik
(11%)
0 Sangat tidak baik
(0%)
2 Mampu menafsirkan peristiwa
6 Sangat Baik
(3%)
181 Baik
(84%)
28 Tidak baik
(13%)
0 Sangat tidak baik
(0%)
Hasil penghitungan kontrol perilaku dilihat dari indikator mampu
mengantisipasi peristiwa, siswa yang mencapai kategori sangat baik terdapat 6
siswa (3%). Kategori ini berarti siswa sangat mampu untuk mengantisipasi suatu
peristiwa dengan sangat baik ditandai siswa mampu memilih tindakan untuk
mengatasi masalah yang sedang dialami.
Siswa yang mencapai kategori baik sebanyak 185 siswa (86%), artinya
sebagian besar siswa mampu untuk mengantisipasi suatu peristiwa dengan baik
yang ditandai dengan kemampuan siswa memilih tindakan untuk mengatasii
masalah yang sedang dialami.
Siswa yang mencapai kategori tidak baik terdapat 24 siswa (11%), artinya
siswa tidak mampu untuk mengantisipasi suatu peristiwa.
61
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Selain indikator mampu mengatisipasi peristiwa, indikator yang yang kedua
yaitu mampu menafsirkan peristiwa menunjukkan terdapat 6 siswa (3%) berada
pada kategori sangat baik, artinya sepertiga dari jumlah siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor sangat mampu menafsirkan suatu peristiwa dengan baik yang
ditandai dengan kemampuan siswa berfikir manfaat dari suatu peristiwa.
Siswa yang mencapai kategori baik terdapat 182 siswa (85%). Pada kategori ini
dimaknai sebagian besar siswa mampu untuk dapat menafsirkan suatu peristiwa
yang ditandai dengan kemampuan siswa berfikir dengan baik mengenai manfaat
dari suatu peristiwa.
Siswa yang mencapai kategori tidak baik sebanyak 27 siswa (13%) pada
kategori ini dimaknai bahwa siswa tidak dapat menafsirkan suatu peristiwa,
sehingga siswa tidak dapat berfikir dengan baik mengenai manfaat dari suatu
peristiwa.
Dilihat berdasarkan hasil penghitugan data aspek kontrol kognitif menunjukkan
kedua indikator berada pada kategori baik, artinya siswa memiliki kemampuan
yang baik untuk dapat mengolah informasi dengan cara menginterpretasi, menilai
atau memadukan suatu kejadian.
c. Gambaran Kontrol Diri pada Aspek Kontrol Keputusan (Decision
Control)
Kontrol kognitif menujukkan kemampuan siswa untuk memilih tindakan baik
dengan yang diyakini atau disetujui, ditandai oleh kemampuan siswa untuk
mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab terhadap keputusan
berdasarkan keyakinan sendiri.
Tabel 4.6
Persentase Skor Kontrol Diri
Berdasarkan Aspek Kontrol Kontrol Keputusan (Decision Control)
Kategori f Persentase
Sangat baik 11 5%
Baik 13 6%
Tidak Baik 20 9%
Sangat Tidak Baik 0 0%
62
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Aspek ketiga, yaitu kontrol keputusan menunjukkan terdapat 11 siswa (5%)
berada pada kategori sangat baik, artinya siswa sangat mampu untuk dapat
memilih tindakan baik dengan yang diyakini atau disetujui, ditandai dengan
kemampuan siswa mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab terhadap
keputusan berdasarkan keyakinan sendiri.
Kategori baik terdapat 13 siswa (6%) artinya siswa mampu untuk dapat
memilih tindakan baik dengan yang diyakini atau disetujui. Siswa tersebut mampu
mengambil keputusan dengan baik dan dapat mempertanggungjawabkannya.
Kategori tidak baik mencapai tingkat ketercapaian yang tinggi yaitu terdapat 20
siswa (9%) berada pada kategori tidak baik. Artinya pada kategori ini
menunjukkan siswa tidak mampu untuk dapat memilih tindakan baik dengan yang
diyakini atau disetujui.
Hasil penghitungan pada indikator mampu mengantisipasi peristiwa terdapat
185 siswa (86%) terdapat pada kategori baik, 19 siswa (9%) pada kategori tidak
baik dan pada kategori sangat tidak baik sebesar 0%. Artinya pada aspek ini
ketercapaian yang dimiliki siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa mampu untuk dapat mengambil keputusan dan dapat
bertanggung jawab berdasarkan keyakinan sendiri.
Secara rinci, siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012
Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Gambaran Indikator Kontrol Diri Siswa pada
Aspek Kontrol Keputusan (Decision Control)
No. Indikator f Kategori
1. Mampu Mengambil Keputusan
11 Sangat Baik
(5%)
185 Baik
(86%)
19 Tidak baik
(9%)
0 Sangat tidak baik
(0%)
63
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Gambaran Umum Kedisplinan Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Ajaran 2011/2012
Gambaran mengenai kedisiplinan berdasarkan kategori sangat sesuai terdapat
10 siswa (5%) yaitu siswa sangat disiplin. Artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor sangat mampu untuk mengontrol diri dalam menaati tata tertib dan atau
peraturan lain yang ada di sekolah tanpa adanya paksaan dari orang lain dan dapat
mempertanggungjawabkannya. Pada kategori ini siswa berdisiplin sangat baik.
Kategori sesuai sebanyak 194 siswa (95%) yaitu siswa disiplin. Artinya siswa
Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu untuk mengontrol diri dalam menaati tata
tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah dengan rasa tanggung jawab.
Pada kategori ini siswa berperilaku disiplin dengan baik.
Kategori tidak sesuai terdapat 11 siswa (5%) yaitu siswa tidak disiplin. Artinya
siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor tidak mampu mengontrol diri dalam menaati
tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah. Pada kategori ini siswa
tidak dapat berdisiplin dengan baik.
Kategori sangat tidak sesuai yaitu siswa sangat kesulitan dalam mengontrol
dirinya artinya siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat tidak mampu
mengontrol diri dengan baik dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain
yang ada di sekolah.
Gambaran umum kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun
Ajaran 2011/2012 secara umum digambarkan melalui besarnya persentase yang
diperoleh berdasarkan kategori skor, dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8
Gambaran Umum Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Ajaran 2011/2012
Kategori f Persentase
Sangat sesuai 10 5%
Sesuai 194 90%
Tidak Sesuai 11 5%
Sangat Tidak Sesuai 0 0%
Kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
sebagian besar berada pada kategori sesuai. Pada kategori ini siswa dapat
64
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berperilaku disiplin dengan baik ditandai dengan adanya peraturan, hukuman,
penghargaan dan konsistensi.
4. Gambaran Pencapaian Aspek dan Indikator Kedisiplinan Siswa Kelas XI
SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
a. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Peraturan
Pencapaian kedisiplinan untuk aspek peraturan digambarkan melalui besarnya
persentase yang diperoleh berdasarkan pengkategorian sangat sesuai, sesuai, tidak
sesuai, dan sangat tidak sesuai. Secara umum, gambaran aspek peraturan siswa di
SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
Persentase Skor Kedisiplinan Berdasarkan Aspek Peraturan
Kategori f Persentase
Sangat Sesuai 10 5%
Sesuai 186 86%
Tidak Sesuai 19 9%
Sangat Tidak Sesuai 0 0%
Pencapaian aspek kedisiplinan digambarkan melalui besarnya persentase yang
diperoleh berdasarkan pengkategorian. Kategori sangat sesuai sebanyak 10 (5%)
artinya siswa sangat disiplin sesuai dengan pola yang ditetapkan untuk berbuat
atau bertingkah laku di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Siswa yang
bertanggung jawab terhadap peraturan ditandai dengan siswa dapat mengatur
waktu saat masuk sekolah, belajar di kelas, istirahat dan pulang sekolah,
bertanggung jawab terhadap tugas-tugas sekolah, dan tidak melakukan tindakan
kekerasan, merokok atau membuat keributan di sekolah. Selain itu siswa juga
mampu berperilaku dan berpenampilan sesuai dengan tata terbib yang dibuat oleh
sekolah, dengan cara berbicara dan bersikap sopan terhadap kepala sekolah, guru,
staf TU, teman dan berpenampilan rapi sesuai dengan peraturan sekolah.
Kategori sesuai terdapat 186 siswa (86%) dapat dikatakan disiplin. Artinya,
siswa berperilaku disiplin sesuai dengan pola yang ditetapkan untuk berbuat atau
bertingkah laku disekolah sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Tujuannya
65
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
adalah membekali siswa dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi
dan kelompok tertentu berlaku dengan baik.
Kategori tidak sesuai terdapat 19 siswa (9%), artinya siswa tidak disiplin
berdasarkani dengan pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku
disekolah sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab.
Gambaran mengenai indikator dari kedisiplinan yang pertama yaitu peraturan.
Peraturan berfungsi sebagai patokan atau standar untuk bertingkah laku yang
harus dipenuhi oleh siswa di sekolah. Berikut gambaran mengenai indikator aspek
peraturan dapat dilihat dari Tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel 4.10
Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Peraturan
No Indikator f Kategori
1.
Bersungguh-sungguh
menjalankan tata tertib dengan
penuh tanggung jawab
14 Sangat Sesuai (7%)
183 Sesuai (85%)
18 Tidak sesuai (8%)
0 Sangat tidak sesuai(0%)
2
Berperilaku dan berpenampilan
sesuai dengan tata tertib yang
dibuat oleh sekolah
18 Sangat Sesuai (8%)
174 Sesuai (81%)
23 Tidak sesuai (11%)
0 Sangat tidak sesuai (0%)
Gambaran umum aspek peraturan pada indikator bersungguh-sungguh
menjalankan tata tertib dengan penuh tanggung jawab menunjukkan 183 siswa
(85%) berada pada kategori sesuai, artinya sebagian siswa disiplin untuk
bersungguh-sungghuh menjalankan tata tertib dengan penuh tanggung jawab yang
ditunjukkan dengan siswa dapat mengatur waktu saat masuk sekolah,belajar di
kelas, istirahat dan pulang sekolah, bertanggung jawab terhadap tugas-tugas
sekolah dan tidak melakukan tindakan kekerasan, merokok atau membuat
keributan di sekolah.
Indikator berperilaku dan berpenampilan sesuai dengan tata tertib yang dibuat
oleh sekolah menunjukkan 174 siswa (81%) berada pada kategori sesuai, artinya
siswa disiplin dalam berperilaku dan berpenampilan yang baik sesuai dengan tata
tertib yang dibuat oleh sekolah ditandai dengan kemampuan siswa berbicara dan
66
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bersikap sopan terhadap kepala sekolah, guru, staf TU, teman, dan berpenampilan
rapi sesuai dengan peraturan sekolah.
b. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Hukuman
Pencapaian kedisiplinan untuk aspek peraturan digambarkan melalui besarnya
persentase yang diperoleh berdasarkan pengkategorian sangat sesuai, sesuai, tidak
sesuai, dan sangat tidak sesuai. Secara umum, gambaran aspek peraturan siswa di
SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11
Persentase Skor Kedisipinan
Berdasarkan Aspek Hukuman
Kategori f Persentase
Sangat Sesuai 26 12%
Sesuai 166 77%
Tidak Sesuai 23 11%
Sangat Tidak Sesuai 0 0%
Siswa yang mencapai kategori sangat sesuai sebanyak 166 siswa (77%).
Kondisi ini menunjukkan bahwa siswa sangat disiplin yang berdasarkan pada
hukuman pihak sekolah dalam upaya menegakkan tata tertib sekolah. Hukuman
merupakan salah satu penyebab tingginya kedisiplinan. Walaupun demikian
kondisi ini juga berarti bahwa kesadaran siswa dalam berdisiplin terbentuk bukan
dari kesadaran akan pentingnya kedisiplinan namun sebagai bentuk kuatnya
lingkungan dalam mempengaruhi perilaku disiplin siswa.
Kategori sesuai menunjukkan siswa dapat berdisiplin sebanyak 166 siswa
(77%), artinya disiplin yang dimiliki siswa berdasarkan pada hukuman pihak
sekolah. Apabila hukuman yang diterapkan cukup berat maka dimungkinkan
kedisiplinan itu akan terwujud walau terkesan dipaksakan.
Kategori tidak sesuai terdapat 23 siswa (11%), artinya siswa tidak mampu
untuk berperilaku disiplin yang berdasarkan pada hukuman pihak sekolah
melainkan karena adanya rasa tanggung jawab sebagai siswa.
Hukuman merupakan sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap siswa
yang melakukan pelanggaran dalam upaya menegakkan peraturan atau tata tertib
67
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
sekolah, sehingga siswa dapat bertanggung jawab untuk menerima sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan. Gambaran mengenai indikator aspek hukuman dapat
dilihat dari Tabel 4.12.
Tabel 4.12
Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Hukuman
Hasil penghitungan menunjukan semua indikator penerimaan terhadap sanksi
yang diberikan sekolah berada pada kategori sesuai sebesar 73% dengan jumlah
siswa 157 siswa. Artinya, sebagian siswa memiliki kontrol diri untuk dapat
berdiplin mematuhi tata tertib yang didasarkan pada hukuman dari pihak sekolah
dalam upaya menegakan kedisiplinan di sekolah, sehingga siswa dapat
bertanggung jawab untuk menerima sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.
c. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Penghargaan
Pencapaian kedisiplinan untuk aspek penghargaan digambarkan melalui
besarnya persentase yang diperoleh berdasarkan pengkategorian sangat sesuai,
sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.
Secara umum, gambaran aspek penghargaan siswa di SMK Negeri 2 Bogor
dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut.
Tabel 4.13
Persentase Skor Kedisipinan
Berdasarkan Aspek Penghargaan
Kategori f Persentase
Sangat Sesuai 22 10%
Sesuai 168 78%
Tidak Sesuai 25 12%
Sangat Tidak Sesuai 0 0%
No Indikator f Kategori
1. Penerimaan terhadap sanksi
yang diberikan sekolah
45
Sangat Sesuai
(21%)
157
Sesuai
(73%)
12
Tidak sesuai
(6%)
1
Sangat tidak sesuai
(0%)
68
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada aspek penghargaan terdapat 22 siswa (10) berada pada kategori sangat
sesuai. Artinya siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sangat mampu untuk dapat
mengontrol dirinya agar dapat berperilaku disiplin yang didasarkan pada
pemberian hadiah (reward). Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi
dapat juga berbentuk pujian, kata-kata,dan senyuman.
Kategori sesuai terdapat 168 siswa (78%), artinya siswa mampu untuk dapat
mengontrol dirinya agar dapat berperilaku disiplin yang didasarkan pada
pemberian hadiah (reward). Aspek penghargaan yang dirasakan lebih dari
setengah total siswa menyatakan bahwa mendapatkan penghargaan ketika
menampilkan kedisiplinan. Namun demikian, tidak sedikit pula siswa yang masih
belum merasakan penghargaan sebagai bentuk penguatan kedisiplinan atas hasil
yang baik berupa pujian, kata-kata, senyuman, atau tepukan tangan.
Kategori tidak sesuai 25 siswa (12%), artinya siswa tidak mampu untuk
berperilaku disiplin yang didasarkan pada pemberian hadiah (reward).
Aspek penghargaan diukur berdasarkan penerimaan penghargaan terhadap
sikap disiplin yang ditunjukkan bagi siswa seperti menerima hadiah atas sikap
disiplin berupa pujian dari personil sekolah. Gambaran mengenai indikator aspek
penghargaan dapat dilihat dari Tabel 4.14 di bawah ini.
Tabel 4.14
Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Penghargaan
Indikator penerimaan penghargaan terhadap sikap disiplin menunjukkan
terdapat 168 siswa (78%) berada pada kategori sesuai, artinya siswa mampu untuk
dapat mengontrol dirinya agar dapat berperilaku disiplin yang didasarkan pada
No Indikator f Kategori
1.
Penerimaan
penghargaan
terhadap sikap
disiplin
22 Sangat Sesuai
(10%)
168 Sesuai
(78%)
25 Tidak sesuai
(12%)
0 Sangat tidak sesuai
(0%)
69
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemberian hadiah (reward). Namun demikian, tidak sedikit pula siswa yang masih
belum merasakan penghargaan sebagai bentuk penguatan kedisiplinan.
d. Gambaran Kedisiplinan pada Aspek Konsistensi
Pencapaian aspek konsistensi digambarkan melalui persentase yang diperoleh
berdasarkan pengkatogorian. Secara umum, gambaran aspek peraturan siswa di
SMK Negeri 2 Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut.
Tabel 4.15
Persentase Skor Kedisipinan
Berdasarkan Aspek Penghargaan
Kategori f Persentase
Sangat Sesuai 19 9%
Sesuai 166 77%
Tidak Sesuai 30 14%
Sangat Tidak Sesuai 0 0%
Aspek yang terakhir yaitu konsistensi terdapat 19 siswa (9%) berada pada
kategori sangat sesuai, hal ini berarti bahwa siswa sangat disiplin yang didasarkan
pada komitmen terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan
kesadaran diri tanpa adanya paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat
menjalankan peraturan tanpa ada paksaan dari orang lain.
Kategori sesuai terdapat 166 siswa (77%), artinya siswa disiplin yang
didasarkan pada komitmen terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung
jawab dan kesadaran diri.
Kategori tidak sesuai terdapat 30 siswa (14%), hal ini berarti siswa tidak
berdisiplin. Artinya sebagian siswa masih belum mampu untuk berkomitmen
terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran sendiri.
Aspek konsistensi merupakan komitmen terhadap peraturan yang timbul atas
dasar tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya paksaan dan tekanan dari
luar, sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa ada paksaan dari orang
lain. Berikut gambaran mengenai indikator aspek konsistensi dapat dilihat dari
Tabel 4.16 di bawah ini.
Tabel 4.16
70
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambaran Indikator Kedisiplinan Siswa pada Aspek Konsistensi
Gambaran umum indikator komitmen dalam menjalankan peraturan sekolah
berada pada karegori sesuai dengan perolehan sebesar 77 % dengan jumlah siswa
sebesar 166 siswa. Artinya siswa memiliki komitmen yang baik terhadap
peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya
paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa
ada paksaan dari orang lain.
5. Gambaran Kontribusi Kontrol Diri Siswa terhadap Kedisiplinan Siswa
Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Guna untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh kontrol diri terhadap
kedisiplinan siswa pada sampel yang telah dipilih, maka dilakukan perhitungan
analisis korelasi dan koefisien determinasi sebagai berikut.
a. Analisis Koefisien Korelasi
Berikut merupakan analisis mengenai hubungan antara kontrol diri (self
control) (X) dengan kedisiplinan siswa (Y) yang dihitung berdasarkan jumlah
skor yang diperoleh masing-masing sampel.
Statistik Uji :
rxy =
2222 yynxxn
yxxyn
= 215. 4121672 -(30666)( 28679)
215.4409636 − 30666 2 {215.3867811 − (28679)2 }
No Indikator f Kategori
1.
Komitmen dalam
menjalankan
peraturan sekolah
19 Sangat Sesuai (9%)
166 Sesuai(77%)
30 Tidak sesuai(14%)
0 Sangat tidak sesuai(0%)
71
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
= 886159480-879470214
948071740 − 940403556 {831579365 − 822485041}
= 6689266
7668184.9095324
= 6689266
8350865,212
r = 0,801
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, diketahui bahwa kontrol diri (X)
memiliki hubungan positif dengan variabel kedisiplinan siswa (Y) dengan
koefisien korelasi sebesar 0,801 sehingga termasuk pada kategori kuat. Hal
tersebut berarti bahwa jika kualitas kontrol diri yang dimiliki siswa di SMK
Negeri 2 Bogor meningkat, maka kedisiplinan para siswa tersebut pun secara
otomatis juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Tingkat signifikansi korelasi dapat diketahui dengan melihat nilai t hitung.
Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel pada alpha 0,05 dan dk = 215 – 2 = 213
sebesar 1,971, maka H0 ditolak dan begitu pula sebaliknya.
Langkah selanjutnya yaitu menguji hipotesis, dengan menggunakan uji
signifikansi:
t hit = 0,598629
11,6905998
thit = 19,528
Berdasarkan hasil penghitungan tingkat signifikansi korelasi dapat diketahui
dengan melihat nilai t hitung. Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel pada alpha 0,05
dan dk = 215 – 2 = 213 sebesar 1,971, maka H0 ditolak dan begitu pula
sebaliknya. Berdasarkan hasil terlihat besarnya nilai thitung lebih besar dari nilai
ttabel (19,528 > 1,971). Dengan demikian maka koefisien korelasi dinyatakan
t hit = 21
2
r
nr
72
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
signifikan. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol
diri dengan kedisiplinan siswa di SMK Negeri 2 Bogor.
b. Analisis Koefisien Determinasi
Besarnya persentase kontribusi variabel independen terhadap variabel
dependen, dapat dilihat melalui harga koefisien determinasi (KD) yang dihitung
dengan rumus:
KD = 0,8012
x100%
KD = 0, 0,6416 x100% KD = 64,16
Koefisien determinasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat
keberpengaruhan variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji koefisien
determinasi dalam model yang dianalisis ini sebesar 0,641 (R2 = 0,801
2).
Dalam menafsirkan makna hubungan variabel X terhadap variabel Y, harga
thitung dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk (n-2) dan taraf tingkat
kepercayaan 95%. Kriteria pengujiannya yaitu hipotesis alternatif diterima apabila
thitung lebih besar daripada ttabel , maka terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel X dengan variabel Y dan sebaliknya.
B. Pembahasan
1. Profil Kontrol Diri Siswa SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Kontrol diri dalam penelitian didefinisikan sebagai kemampuan siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Bogor untuk dapat mengatur tingkah laku dengan melakukan
pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk
bertindak. Kemampuan siswa untuk mengontrol diri memungkinkan siswa
berperilaku lebih terarah serta dapat menyalurkan dorongan-dorongan dalam diri
kearah yang positif atau tidak menyimpang dari peraturan yag berlaku di
lingkungan sekitar. Kontrol diri digunakan oleh siswa untuk mengatur dan
KD = r2 x % 100
73
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengarahkan perilakunya agar tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan
yang telah ditetapkan di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian, kontrol diri yang dimiliki siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor berada pada kategori baik. Pada kategori baik, siswa mampu
untuk mengontrol dirinya. Artinya, siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor mampu
mengatur tingkah laku dengan melakukan pertimbagan terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk bertindak, dengan kata lain siswa pada kategori ini memiliki
kontrol diri yang baik. Kategori ini ditandai dengan siswa memiliki kemampuan
untuk mengontrol perilaku (behavioral control), mengontrol kognitif (cognitive
control) dan mengontrol keputusan (decisional control).
Gambaran hasil penelitian menunjukan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
memiliki kontrol diri yang baik. Goldfried dan Merbaum (Muharsih, 2008:16)
mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa
individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri pada satu individu dengan
individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang
tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Sebagai seorang
pelajar yang bertugas untuk belajar, bila mempunyai kontrol diri yang tinggi,
mereka akan mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian dalam bidang tertentu.
Siswa SMK berada pada masa remaja yang memiliki tugas perkembangan untuk
mengembangkan kontrol diri. Salah satu tugas perkembangan yang dikemukakan
oleh Keys (Yusuf, 2001:72) yaitu memperkuat self control (kemampuan
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
Siswa-siswi yang memiliki kontrol diri yang sangat baik dapat dikatakan telah
memenuhi salah satu tugas perkembangan dalam hal memperkuat self-control atas
dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.
Kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan bertambahnya usia.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari
74
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
apa yang diharapkan oleh kelompok darinya dan kemudian mau membentuk
perilakunya agar baik dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi,
didorong dan diancam seperti hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Saat memasuki usia remaja, kemampuan mengontrol diri berkembang seiring
dengan kematangan emosi.
Hurlock (1992 : 213) remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila
pada akhir masa remaja emosinya tidak meledak di hadapan orang lain, melainkan
menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya
dengan cara-cara yang lebih diterima dan tidak mengganggu orang lain. Peran
kontrol diri dalam diri siswa sangat berguna untuk mencegah terjadinya
pelanggaran disiplin, hal ini dikarenakan dengan adanya kontrol diri maka siswa
memiliki kemampuan untuk menyusun, mengatur dan mengarahkan perilaku
mereka.
Dilihat berdasarkan aspek yang digunakan untuk mengukur kontrol diri,
diketahui bahwa kontrol perilaku yang dimiliki para siswa merupakan aspek yang
paling tinggi persentasenya yaitu terdapat 186 siwa (87%) dibanding aspek
lainnya dalam hal kontrol diri mereka. Kontrol perilaku terkait dengan hubungan
antara arah perilaku yang akan dilakukan dengan peristiwa yang dihadapi. Kontrol
perilaku berada pada kategori baik, artinya siswa mampu mengontrol dirinya
dengan baik untuk dapat memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan,
ditandai dengan kemampuan mengontrol perilaku yang berdasarkan faktor dari
dalam diri dan kemampuan mengontrol stimulus untuk dapat mengetahui waktu
kemunculan suatu stimulus yang tidak dikehendaki. Stimulus yang dimaksud
berhubungan dengan siswa mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan
mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari lingkungan.
Pada aspek yang kedua yaitu kontrol kognitif terdapat 20 siswa (9%) yang
berada pada kategori tidak baik. Hal ini dimaknai bahwa siswa tidak mampu
dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan. Pada aspek ini menunjukkan
ketidakmampuan siswa untuk dapat mengolah informasi yang diinginkan yaitu
dengan cara menginterpretasi, menilai, atau memadukan suatu kejadian. Intensitas
kontrol kognitif yang tidak baik ini dapat dimaknai bahwa siswa cenderung tidak
75
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat menggunakan proses berpikirnya untuk dapat mengantisipasi peristiwa atau
keadaan melalui berbagai pertimbangan dan kemampuan menafsirkan suatu
peristiwa atau keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara
subjektif agar tehindar dari pelanggaran kedisiplinan yang ada di sekolah.
Aspek ketiga yaitu kontrol keputusan menunjukkan terdapat 20 siswa (9%)
yang mencapai kategori tidak baik. Artinya pada kategori ini menunjukkan siswa
tidak mampu untuk dapat memilih tindakan baik dengan yang diyakini atau
disetujui.
Terdapat beberapa standar yang dapat dijadikan pijakan untuk
mengembangkan kontrol diri ke arah yang positif. Ladd (Novian, 2011 :84)
menjelaskan terdapat tiga langkah yang diperlukan agar tetap berada di jalur
kontrol diri yang positif. Ketiga langkah tersebut antara lain yaitu: (1) menetapkan
standar untuk dapat mengetahui apa yang akan dilakukan;(2) menyadari makna
dari kegagalan atau perilaku berdasarkan standar yang telah dibuat; (3) harus
memperbaiki perilaku berdasarkan standar yang telah di tentukan.
2. Profil Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Adanya sikap disiplin yang harus dimiliki oleh setiap siswa sangat perlu dalam
kehidupan, karena ketika siswa mempunyai sifat disiplin maka hidup akan
menjadi teratur. Tu’u (2004: 53) menyatakan bahwa siswa cenderung melanggar
dan mengabaikan tata tertib sekolah karena siswa tersebut memiliki masalah
dalam disiplin dirinya. Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak terdapat siswa
yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah maupun
kelas.
Disiplin banyak dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang harus ditaati.
Disiplin yang seperti itu bersifat eksternal karena adanya tekanan dari luar.
Disiplin yang baik adalah yang bersifat internal yaitu disiplin disertai tanggung
jawab dan kesadaran. Disiplin eksternal disebut sebagai disiplin yang negatif,
sedangkan disiplin internal disebut disiplin yang positif.
Disiplin positif dan disiplin negatif yang dikemukakan di atas sejalan dengan
pendapat Hurlock (Yusuf, 1989: 22) mengemukakan bahwa ada dua konsep
76
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif. Disiplin positif sama
artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di
dalam diri (inner growth) yang mencakup disiplin diri (self discipline) dan
pengendalian diri (self control). Disiplin positif ini mengarahkan kepada motivasi
dari dalam diri sendiri. Adapun disiplin yang negatif artinya pengendalian dengan
kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa dan dengan cara yang
kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut hukuman (punishment).
Berdasarkan hasil penelitian, kedisiplinan yang dimiliki siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor tahun ajaran 2011/2012 terdapat 20 siswa (190%) berada pada
kategori baik berarti siswa Kelas XI disiplin. Pada kategori ini siswa memiliki
kontrol diri yang baik dalam menaati tata tertib dan atau peraturan lain yang ada
di sekolah dengan rasa tanggung jawab, sehingga siswa mampu berperilaku yang
baik dalam berdisiplin. Siswa yang memiliki disiplin yang baik akan
memperlihatkan perilaku yang baik dengan peraturan yang ada dengan penuh rasa
tanggungjawab. Disiplin diri terbentuk melalui proses internalisasi terhadap
kontrol luar atau batasan-batasan norma yang berlaku.
Kedisiplinan terdiri dari beberapa aspek yaitu peraturan, hukuman,
penghargaan dan konsistensi. Dilihat berdasarkan aspek yang digunakan untuk
mengukur kedisiplinan siswa, diketahui bahwa peraturan merupakan aspek yang
paling tinggi dibanding aspek-aspek lainnya yaitu aspek peraturan terdapat 186
siswa (87%) berada pada kategori baik, artinya siswa dapat disiplin dalam hal
mematuhi tata tertib yang baik pada peraturan. Peraturan dibuat sebagai pedoman
perilaku bagi siswa yang harus diikuti. Hal ini disebabkan konsekuensi yang
diterapkannya pun cukup berat bagi siswa yang melanggar aturan.
Hurlock (1978:84-85), menyatakan peraturan dianggap efektif apabila setiap
pelanggaran atas peraturan itu mendapat konsekuensi yang setimpal. Jika tidak,
maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif akan
membantu seorang anak agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu
melakukan hal-hal yang tidak pantas.
Salah satu aspek yang sangat memengaruhi siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor untuk berperilaku disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah pola yang
77
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali anak
dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu.
Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan itu mendapat
konsekuensi yang setimpal. Jika tidak, maka peraturan tersebut akan kehilangan
maknanya. Peraturan yang efektif dapat membantu seorang anak agar merasa
terlindungi sehingga anak tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas.
Adanya peraturan menjadikan siswa untuk tetap bersiplin baik dengan yang
sudah ditetapkan di sekolah. Walaupun demikian kondisi ini juga berarti bahwa
kesadaran siswa dalam berdisiplin terbentuk bukan dari kesadaran akan
pentingnya kedisiplinan namun sebagai bentuk kuatnya lingkungan dalam
mempengaruhi perilaku disiplin siswa.
Kedua yaitu aspek penghargaan terdapat 168 siswa (78%) pada kategori baik,
artinya siswa disiplin dalam mematuhi tata tertib yang didasarkan pada pemberian
hadiah (reward). Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga
berbentuk pujian, kata-kata, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan
mempunyai tiga peranan penting yaitu, (1) penghargaan mempunyai nilai
mendidik; (2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku
yang disetujui secara sosial; dan (3) penghargaan berfungsi untuk memperkuat
perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan
perilaku tersebut.
Ketiga aspek konsistensi terdapat 166 siswa (77%) pada kategori baik, artinya
siswa disiplin untuk mematuhi tata tertib yang didasarkan pada komitmen
terhadap peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran diri
tanpa adanya paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat menjalankan
peraturan tanpa ada paksaan dari orang lain.
Siswa yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai komitmen terhadap
peraturan yang timbul atas dasar tanggung jawab dan kesadaran diri tanpa adanya
paksaan dan tekanan dari luar, sehingga siswa dapat menjalankan peraturan tanpa
ada paksaan dari orang lain.
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi
yaitu, (1) mempunyai nilai mendidik yang besar; (2) konsistensi mempunyai nilai
78
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan
menjauhi tindakan buruk, dan yang terakhir; (3) konsistensi membantu
perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai
otoritas. Anak-anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi
yang lebih kuat untuk berperilaku baik dengan standar sosial yang berlaku
dibanding dengan anak-anak yang berdisiplin secara tidak konsisten.
Aspek terakhir yaitu hukuman terdapat 166 siswa (77%) berada pada kategori
baik, artinya siswa disiplin mematuhi tata tertib yang didasarkan pada hukuman
pihak sekolah dalam upaya menegakan tata tertib sekolah. Sehingga siswa dapat
bertanggung jawab untuk menerima sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.
Aspek kedisiplinan siswa tidak dapat mencapai nilai ideal karena masih
terdapat kurangnya kesadaran bagi siswa mengenai pentingnya kedisiplinan dalam
pembelajaran dan juga kurangnya pengawasan serta ketegasan dari pihak sekolah
terhadap pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh
Tu’u (2004:9) mengenai pentingnya pihak sekolah dalam memenamkan disiplin
kepada seluruh siswanya, bahwa sekolah merupakan tempat kelanjutan
pendidikan disiplin yang sudah dilakukan oleh keluarganya. Oleh karena itu
kepala sekolah dan guru perlu memempatkan disiplin kedalam prioritas program
pendidikan di sekolahnya. Untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, siswa
harus benar-benar menyadari bahwa dengan berdisiplin dalam menaati peraturan
yang berlaku dalam satu lingkungan tertentu akan berdampak pada keberhasilan
dirinya pada masa depannya.
Secara keseluruhan rata-rata persentase tingkat ketercapain kedisiplinan siswa
belum mencapai persentase yang sangat baik pada aspek dan indikatornya,
sehingga perlu ditingkatkan lagi.
3. Kontribusi Kontrol Diri terhadap Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2
Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Hasil penelitian kedisiplinan yang ditunjukkan siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 salah satunya dipengaruhi kontrol diri yang
dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung dengan koefisien korelasi antara kontrol diri
79
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan kedisiplinan sebesar 0,801. Baik dengan pedoman interpretasi koefisien
korelasi, nilai tersebut memenuhi kategori hubungan yang sangat kuat, artinya
kontrol diri memiliki hubungan positif dengan kedisiplinan. Hal tersebut berarti
bahwa semakin mampu siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor untuk mengontrol
dirinya, maka akan semakin disiplin dan begitu pula sebaliknya.
Kontrol diri memberi kontribusi terhadap kedisiplinan siswa dengan koefisien
determinasi (derajat keberpengaruhan) sebesar 64,1%. Artinya besarnya
sumbangan variabel kontrol diri terhadap kedisiplinan siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor adalah sebesar 64,1% sedangkan sisanya sebesar 35,9%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan, diketahui bahwa kontrol diri
mempunyai kontribusi yang positif dan signifikan terhadap kedisiplinan siswa.
Hal ini mengindikasikan kedisiplinan siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor dapat
ditentukan oleh kualitas kontrol diri yang dimiliki para siswa.
Baik tidaknya kontrol diri yang dimiliki para siswa secara langsung maupun
tidak, akan berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa. Apabila kontrol diri yang
dimiliki para siswa meningkat, maka hal tersebut akan mendorong kedisiplinan
siswa meningkat. Sebaliknya, apabila kontrol diri siswa mengalami perubahan ke
arah negatif maka kedisiplinan siswa juga akan mengalami penurunan.
Menurut Goldfried & Marbaum (Muharsih, 2008:16) kontrol diri diartikan
sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan
bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Kemampuan
mengontrol diri berkaitan dengan bagaimana seseorang mengendalikan emosi
serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Mengendalikan emosi berarti mendekati
situasi dengan menggunakan sikap yang rasional untuk merespon situasi tersebut
dan mencegah reaksi yang berlebihan.
Hubungan antara derajat kontrol diri yang dimiliki siswa dengan kedisipilinan
sangat erat hubungannya. Siswa yang memiliki kontrol diri yang baik mampu
mengarahkan dan mengatur perilakunya ke arah yang positif, serta siswa mampu
menginterprestasikan stimulus yang dihadapi dan mempertimbangkan segala
konsekuensi yang akan dihadapi dan memilih untuk meminimalisir akibat-akibat
80
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang tidak diinginkan ketika mereka melakukan pelanggaran kedisiplinan yang
diterapkan di sekolah. Siswa yang tidak memiliki memiliki kontrol diri yang baik,
mereka tidak mampu pula untuk menginterprestasikan stimulus dari perilakunya
dan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan diterima oleh siswa
tersebut ketika mereka melakukan pelanggaran sekolah.
Menurut Tu’u (2004: 48-49) terdapat empat hal yang dapat memengaruhi dan
membentuk kedisiplinan individu, yaitu.
a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi
kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif
sangat kuat terwujudnya disiplin.
b. Mengikuti dan menaati aturan sebagai langkah penerapan dan praktek atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai
kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan
kemauan diri yang kuat. Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong,
menekan dan memaksa agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga
peraturan-peraturan diikuti dan dipraktikkan.
c. Alat pendidikan untuk memengaruhi, mengubah, membina dan membentuk
perilaku yang baik dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah
sehingga orang kembali pada perilaku yang baik dengan harapan.
Berdasarkan hasil peneletian mengenai kontribusi kontrol diri terhadap
kedisiplinan siswa dapat disimpulkan bahwa semakin mampu siswa untuk
mengontrol dirinya, maka akan semakin disiplin siswa tersebut serta sebaliknya
siswa yang tidak mampu mengontrol dirinya maka siswa tersebut tidak dapat
berdisiplin dengan baik. Dengan demikian, salah satu cara untuk menghindari
ketidakmampuan dalam berdisiplin ialah dengan meningkatkan kontrol diri yang
terdapat pada diri siswa.
81
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Implikasi Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan
Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran
2011/2012
Berdasarkan hasil penelitian diketahui gambaran umum kontrol diri siswa kelas
XI SMK Negeri 2 Bogor pada umumnya mencapai perkembangan yang baik atau
dengan katalain siswa memiliki kontrol diri yang baik. Hanya sebagian kecil yang
mencapai perkembangan yang sangat baik, tidak baik dan sangat tidak baik. Data
yang telah dipaparkan merupakan dasar untuk membuat rancangan layanan
bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor. Konteks pelayanan yang lebih luas, bimbingan dan konseling di
sekolah adalah layanan untuk semua siswa yang mengacu pada keseluruhan
perkembangan siswa dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya. Salah satu
upaya bimbingan dan konseling untuk mencegah dan menanggulangi masalah
kedisiplinan siswa di sekolah.
Program bimbingan yang dimaksud adalah program hipotetik yang digunakan
dalam kegiatan bimbingan secara terpadu dalam proses bimbingan dan konseling
di SMK Negeri 2 Bogor. Program disusun mengacu kepada analisis konseptual
tentang kontrol diri yang dimiliki siswa. Oleh karena itu program dibuat dengan
lebih mengutamakan mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan pada siswa kelas XI
sebagai upaya penanganan secara preventif.
Layanan Bimbingan untuk mengembangkan kontrol diri siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor sebagai berikut.
A. Rasional
Sekolah sebagai salah satu jalur pendidikan tidak hanya mendidik siswa dalam
aspek kognitif, tetapi juga ditekankan pada fungsi sosialnya. Sebagai makhluk
sosial, siswa memang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dalam upaya
memenuhi kebutuhan, salah satunya hubungan dengan kehidupan di sekolah. Di
sekolah siswa dihadapkan pada sejumlah harapan yang harus dipenuhi, di
antaranya untuk menaati tata tertib di sekolah dan kelas. Jika sekolah ingin
siswanya memiliki perilaku disiplin baik harapan, maka sekolah harus memiliki
aturan atau norma yang dapat membentuknya.
82
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik apabila sikap disiplin terhadap
tata tertib atau peraturan sekolah, berperan sebagai faktor eksternal siswa, dan
sebagai dasar berperilaku. Apabila terjadi pelanggaran terhadap tata tertib, maka
akan berakibat negatif bagi hasil pembelajaran itu sendiri. Maka dari itu
memahami dan menyadari kedisiplinan bagi individu maupun lingkungan itu
sangat penting, selain untuk melatih mengendalikan diri, menghormati dan
bertanggung jawab terhadap tata tertib di sekolah.
Disiplin sekolah diartikan sebagai usaha sekolah untuk memelihara perilaku
siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku baik
dengan norma, peraturan, dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Disiplin apabila
dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan
berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Dengan kata lain siswa
harus memiliki disiplin diri. Disiplin diri siswa didasarkan atas tanggung jawab
dan kesadaran dari siswa tersebut untuk menaati tata tertib sekolah dan kelas.
Peserta didik jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan umumnya
berada pada masa remaja, termasuk kelas XI. Remaja sering didefinisikan sebagai
periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini merupakan
masa yang sangat penting dalam kehidupan individu, di mana banyak
pertentangan-pertentangan yang memungkinkan remaja mengalami mal–
adjutsment.
Salah satu penyebab terjadinya masalah kedisiplinan di sekolah disebabkan
oleh kualitas kontrol diri yang rendah. Menurut Goldfried & Marbaum (Muharsih,
2008:16) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa
ke arah konsekuensi positif. Kemampuan mengontrol diri berkaitan dengan cara
seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.
Mengendalikan emosi berarti mendekati situasi dengan menggunakan sikap yang
rasional untuk merespon situasi tersebut dan mencegah reaksi yang berlebihan.
Siswa yang memiliki kontrol diri yang tinggi, siswa tersebut akan mampu
menginterprestasikan setiap stimulus yang diberikan, mempertimbangkannya dan
memilih tindakan yang akan dilakukan dengan meminimalkan konsekuensi atau
83
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dampak yang tidak diinginkan. Seorang pelajar akan mengatur stimulus tersebut
dan bertindak kepada hal-hal yang akan menunjang atau memberikan dampak
positif dalam proses belajar mereka. Kondisi yang berbeda akan ditampilkan oleh
siswa yang memiliki kontrol diri yang rendah. Siswa yang memiliki kontrol diri
yang rendah, mereka akan kesulitan dalam mengarahkan dan mengatur prilaku
mereka sehingga dapat digambarkan bahwa siswa yang memiliki kontrol diri yang
rendah mereka akan cenderung menunda-nunda pekerjaan mereka sebagai sebagai
siswa dan mengalihkannya kepada kegiatan yang lebih.
Berdasarkan hasil penghitungan statistik kondisi objektif pada siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Bogor menunjukkan menunjukkan sebanyak 198 siswa (92%)
berada kategori baik, maka disusunlah program bimbingan untuk
mengembangkan kontrol diri siswa berada pada pendekatan preventif dan
pengembangan. Artinya, meskipun secara umum siswa telah memiliki kontrol diri
dalam kategori baik, siswa tetap perlu diberikan layanan bimbingan dan
konseling. Hal ini menitikberatkan pada kontrol diri yang berdasarkan pada hasil
kedisiplinan yang dimiliki siswa sehingga bertujuan untuk memelihara dan
mengembangkan kontrol diri.
B. Kompetensi yang Dikembangkan
Pengembangan kompetensi secara umum dititikberatkan kepada
pengembangan kemampuan siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor untuk
mengontrol perilaku maupun mengontrol stimulus untuk dapat berdisiplin.
Program yang disusun dapat membantu siswa dalam memahami diri,
mengendalikan diri, mengenali sejumlah pengaruh dan masalah atas tidak dapat
berperilaku disiplin.
Secara khusus, layanan yang diberikan dalam program bimbingan
dikembangkan berdasarkan profil aspek dan indikator kontrol diri siswa yang
tidak dapat berdisiplin dengan baik. Walaupun secara umum tingkat pencapaian
kemampuan mengontrol diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran
2011/2012, hal tersebut dirasa belum optimal dan perlu upaya pengembangan ke
84
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
arah yang lebih berarti. Kompetensi yang diharapkan setelah pemberian layanan
adalah sebagai berikut.
a. Pencapaian kemampuan siswa dalam kontrol perilaku (behavioral control)
ditandai dengan siswa memiliki kemampuan mengontrol perilaku yang
berdasarkan faktor dari dalam diri dengan kemampuan mengontrol stimulus
dengan cara siswa mendahulukan pekerjaan yang lebih penting dan
mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari lingkungan
b. Pencapaian kemampuan siswa dalam kontrol kognitif (cognitive control)
ditandai siswa memiliki kemampuan mengantisipasi peristiwa atau keadaan
melalui berbagai pertimbangan, serta siswa memiliki kemampuan menafsirkan
suatu peristiwa atau keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subjektif
c. Pencapaian kemampuan siswa dalam kontrol keputusan (decisional control)
ditandai oleh kemampuan siswa untuk mengambil keputusan dengan dapat
bertanggung jawab terhadap keputusan berdasarkan keyakinan sendiri
C. Visi dan Misi Program
Sejalan dengan Visi dan Misi Sekolah, program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kemampuan mengontrol diri siswa mempunyai visi :
“Menjadikan Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor sebagai Generasi Muda
Penerus Bangsa yang Mampu Berperilaku dan Berakhlak Mulia Baik
dengan Tuntutan Lingkungan”. Maka dari itu untuk mendukung visi tersebut,
dirumuskan misi program sebagai berikut.
a. Memfasilitasi seluruh siswa memperoleh dan menguasai kompetensi dibidang
pribadi sosial khususnya kemampuan mengontrol dirinya yang menjadikan
siswa aktif, kreatif, inovatif, komunikatif dan mandiri.
b. Memfasilitasi seluruh siswa mengembangkan kemampuan kontrol diri yang
diwujudkan melalui mampu mengontrol perilaku, mampu mengontrol
stimulus, mampu mengantisipasi peristiwa, mampu menafsirkan peristiwa,
dan mampu mengambil keputusan.
85
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Deskripsi Kebutuhan
Berdasarkan temuan penelitian yang merupakan hasil kajian gambaran umum
dan aspek kontrol diri siswa, maka diperoleh kebutuhan siswa terhadap layanan
bimbingan dan konseling yang dirancang dibuat berdasarkan hasil analisis
perolahan data siswa yang mencapai perkembangan tidak baik pada setiap aspek
dan indikator. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.17 sebagai berikut.
Tabel 4. 17
Gambaran Kontrol Diri Berdasarkan Indikator
Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Aspek Indikator Persentase
Kontrol Perilaku Mampu mengontrol perilaku 5%
Mampu mengontrol stimulus 26%
Kontrol Kognitif Mampu mengantisipasi peristiwa 11%
Mampu menafsirkan peristiwa 13%
Kontrol Keputusan Mampu mengambil keputusan 9%
Pencapaian kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor per indikator,
pada aspek kontrol perilaku, indikator mampu mengontrol stimulus menunjukkan
pencapaian yang tidak baik dengan persentase mencapai 26% dibandingkan
dengan pencapaian indikator lainnya, artinya bahwa siswa tidak memiliki
kemampuan yang baik untuk dapat mengetahui stimulus yang tidak dikehendaki
akan muncul yang ditandai dengan siswa mendahulukan pekerjaan yang lebih
penting dan mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dari lingkungan.
Pada aspek kontrol kognitif, kemampuan untuk menafsirkan peristiwa dengan
persentase mencapai 13%. Artinya siswa pada indikator ini siswa tidak memiliki
kemampuan yang baik untuk dapat menafsirkan suatu peristiwa atau keadaan.
Indikator berikutnya yaitu mampu mengantisipasi peristiwa mencapai persenatse
sebesar 11%, artinya siswa tidak memiliki kemampuan yang baik untuk dapat
mengantisipasi peristiwa yang dihadapi.
Pada aspek kontrol keputusan pencapaian indikator yaitu mampu mengambil
keputusan yang berada pada kategori tidak baik dengan persentase 9%, artinya
siswa tidak memiliki kemampuan yang baik untuk dapat mengambil keputusan
dan dapat bertanggung jawab atas keputusannya berdasarkan keyakinan sendiri.
86
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Data yang dihasilkan terkait dengan masing-masing aspek dan indikatornya,
maka diperoleh kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan kontrol diri siswa dapat dilihat pada Tabel 4.18 sebagai berikut.
Tabel 4.18
Kebutuhan Layanan Bimbingan dan Konseling
untuk Mengembangkan Kontrol Diri
Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012
Kondisi Umum Siswa Kebutuhan Siswa
1. Gambaran umum kemampuan
kontrol diri siswa terdapat 3
siswa berada pada kategori sangat
baik dengan persentase 1%, siswa
berada pada kategori baik
sebanyak 198 siswa dengan
persentase 92% dan pada kategori
tidak baiki terdapat 14 siswa
dengan persentase 7%.
Gambaran aspek penyesuaian sosial
siswa kelas X SMK 2 BogorTtahun
Ajaran 2011/2012 yaitu sebagai
berikut :
a. Aspek kontrol perilaku
(behavioral control) berada pada
kategori baik dengan persentase
sebesar 87% ditandai dengan
indikator siswa mampu
mengontrol perilaku dan
mengontrol stimulus
b. Aspek kontrol kognitif
(cognitive control) berada pada
kategori baik dengan persentase
sebesar 6% ditandai oleh
Siswa yang berada pada kategori tidak
baik membutuhkan layanan responsif yang
bersifat kuratif dalam bentuk konseling
kelompok dan siswa yang berada pada
kategori baik membutuhkan layanan
berupa layanan dasar, yaitu bimbingan
klasikal dan bimbingan kelompok untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan kontrol diri yang dimilikinya
dan dapat mencapai perkembangan yang
optimal. Siswa yang berada pada kategori
sangat baik membutuhkan layanan
perencanaan individual agar siswa mampu
merumuskan dan melakukan serangkaian
aktivitas yang berkaitan dengan sejumlah
rencana untuk mempertahankan dan
memelihara kemampuan penyesuaian
sosial yang dimilikinya.
Siswa membutuhkan layanan dasar dengan
pemberian bimbingan klasikal mengenai.
a) Memiliki kemampuan mengontrol
perilaku berdasarkan faktor dari dalam
dirinya .
b) Memiliki kemampuan mengontrol
stimulus dengan cara mengendalikan
diri terhadap hal-hal negatif dari luar
dan mendahulukan pekerjaan yang
penting.
Untuk mengoptimalkan kontrol diri pada
aspek kontrol kognitif, siswa
membutuhkan layanan dasar dengan
pemberian layanan bimbingan klasikal
dan bimbingan kelompok mengenai :
87
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
indikator mampu mengantisipasi
peristiwa dan mampu
menafsirkan peristiwa.
c. Aspek kontrol keputusan
(decisional control) berada pada
kategori baik dengan persentase
6% ditandai dengan mampu
mengambil keputusan dengan
persentase sebesar 6%.
a) Mampu mengantisipasi peristiwa
ditandai siswa memilih tindakan untuk
mengatasi masalah yang sedang
dialami.
b) Mampu menafsirkan peristiwa ditandai
siswa mampu berfikir mengenai
manfaat dari suatu peristiwa.
Siswa membutuhkan layanan dasar dengan
pemberian layanan bimbingan klasikal dan
bimbingan kelompok mengenai
kemampuan mengambil keputusan dan
dapat bertanggung jawab berdasarkan
keyakinan sendiri.
E. Dasar dan Landasan Operasional
Landasan hukum yang mendasari penyusunan program bimbingan pribadi
sosial untuk mengembangkan kontrol diri siswa adalah sebagai berikut.
a. UU No.20 tahun 2003 ayat 1 “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia,serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”.
b. UU No.20 tahun 2003 ayat 6 “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang baik dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.
c. Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal 27, yaitu bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
88
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F. Tujuan Program
Secara umum tujuan disusunnya program bimbingan dan konseling adalah
untuk mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor tahun ajaran 2011/2012, memiliki kontrol diri sebagai berikut.
a. Siswa dapat membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya
memiliki kontrol diri yang baik dalam kehidupan sehari-hari (Pengenalan)
b. Siswa dapat membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan kontrol
diri sebagai kemampuan yang harus dimiliki (Akomodasi)
c. Siswa dapat mewujudkan kemampuan mengontrol diri yang diperlihatkan
dalam tindakan nyata sehari-hari (Tindakan)
Secara khusus, tujuan program bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
Tahun Ajaran 2011/2012 yaitu .
a. Siswa memiliki kemampuan mengontrol perilaku yang berdasarkan faktor dari
dalam diri
b. Siswa mampu mengontrol stimulus berdasarkan dari kemampuan siswa
megendalikan diri terhadap hal-hal negatif di lingkungan dan siswa mampu
mendahulukan pekerjaan yang penting
c. Siswa mampu untuk mengantisipasi peristiwa
d. Siswa mampu untuk menafsirkan peristiwa
e. Siswa mampu mengambil keputusan
G. Komponen Program
1. Layanan Dasar
Layanan dasar ditunjukkan untuk membantu siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 agar mampu berperilaku disiplin dalam menaati
tata tertib dan atau peraturan lain yang ada di sekolah tanpa adanya paksaan dari
orang lain dan dapat mempertanggungjawabkannya.
Layanan dasar ditujukan untuk seluruh siswa melalui pembekalan keterampilan
cara-cara memperoleh kesenangan dengan memperbanyak aktivitas-aktivitas yang
produktif dan keterampilan mengambil keputusan. Adapun yang menjadi fokus
89
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengembangan pelayanan dasar mencakup hal-hal memahami pentingnya kontrol
diri dari dalam diri sendiri, memahami peran diri sendiri terhadap pencapaian
tujuan, memahami pentingnnya daya tahan terhadap kesulitan.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan bantuan bagi siswa Kelas XI SMKN 2 Bogor
Tahun Ajaran 2011/2012 yang berada pada kategori tidak baik kontrol dirinya.
Layanan responsif diasumsikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan
atau masalah yang memerlukan bantuan dengan segera (immediate needs and
concerns). Layanan responsif dapat membantu siswa dalam memenuhi
kebutuhannya terutama dalam mencapai perkembangan pribadi dan sosialnya
khususnya dalam mengontrol dirinya terhadap lingkungan.
Layanan re sponsif juga diberikan kepada siswa yang selama mengikuti
pelayanan dasar cenderung masih memiliki pemahaman yang kurang terhadap
pentingnya memiliki kemampuan kontrol diri. Bentuk intervensi yang dilakukan
oleh guru BK melalui pendekatan krisis atau kuratif dengan strategi yang
digunakan yaitu konseling kelompok.
Fokus pengembangan ditunjukkan untuk membantu siswa dalam upaya
memberikan keyakinan bahwa setiap peristiwa yang terjadi berada di bawah
kontrol diri dan tanggung jawab dirinya.
3. Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanan individual merupakan layanan bagi siswa kelas XI SMK
Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran 2011/2012 agar mampu merumuskan dan
melakukan serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan sejumlah rencana untuk
tetap mengembangkan dan memelihara aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
pengenbangan kontrol dirinya.
Tujuan utama dari layanan perencanaan individual adalah membantu siswa
agar memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya memiliki
kemampuan kontrol diri dan menyadari dampak yang ditimbulkan dari
ketidakmampuannya melakukan pengontrolan terhadap dirinya sendiri. Fokus
90
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengembangan layanan perencanaan individual mencakup pengembangan masa
depan berdasarkan tingkat kontrol diri yang dimiliki.
4. Dukungan Sistem
Dukungan sistem merupakan kegiatan yang secara tidak langsung dapat
membantu memfasilitasi kelancaran pelaksanaan program bimbingan dan
konseling untuk mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa.
Layanan dukungan sistem yang dimaksud dalam program meliputi strategi
kerjasama yang dilakukan dalam pemberian layanan dengan melibatkan wali kelas
sebagai fungsi controling dan monitoring perkembangan kontrol diri di sekolah,
kerjasama dengan orangtua dalam mendukung ketercapaian tujuan program
sekolah dengan memberikan pengawasan pada perilaku siswa di luar sekolah atau
rumah, kerjasama dengan pihak manajemen sekolah dan memasukan program
bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dalam program atau kegiatan
khusus di SMK Negeri 2 Bogor.
H. Personel yang Dilibatkan
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pendidikan di sekolah. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling
menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah. Personel yang paling
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa adalah guru
pembimbing/konselor. Secara lebih rinci berikut dikemukakan beberapa personel
yang akan dilibatkan.
1. Kepala SMK Negeri 2 Bogor.
Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan
kemampuan mengontrol diri siswa, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai
berikut.
a. Memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana bagi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kontrol diri siswa.
91
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Memberikan dukungan positif bagi para personel dalam melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan
program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling
untuk mengembangkan kontrol diri siswa.
2. Guru Bimbingan dan Konseling kelas XI SMK Negeri 2 Bogor. Sebagai
pelaksana utama, tenaga dan ahli, guru pembimbing atau konselor, bertugas.
a. Melakukan studi kelaykan dan need ssesment pelayanan bimbingan dan
konseling lebih lanjut.
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling pada satuan-satuan dan
waktu tertentu.
c. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling untuk mengembangkan
kontrol diri siswa.
d. Menilai proses dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
untuk mengembangkan kontrol diri siswa.
e. Menganalisis hasil penilaian pelayanan bimbingan dan konseling
f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian pelayanan bimbingan
dan konseling
g. Mengadministrasikan kegiatan program pelayanan bimbingan dan konseling
yang dilaksanakannya
h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan bimbingan dan
konseling secara menyeluruh kepada Koordinator Bimbingan dan Konseling
serta Kepala Sekolah
i. Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak terkait
dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling dalam mengembangkan
kontrol diri siswa.
3. Staf administrasi memiliki peranan yang penting dalam memperlancar
pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan membantu
92
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
para konselor dalam memelihara data serta sarana dan fasilitas bimbingan dan
konseling yang ada.
4. Orang tua, konselor bekerjasama dengan orang tua dalam pengentasan
masalah-masalah siswa dan pemberian dukungan dan perhatian terhadap siswa
dalam kaitannya dengan upaya untuk mengembangkan kontrol diri siswa di
sekolah.
I. Rencana Operasional
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk mengembangkan
kemampuan kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran
2011/2012 perlu dirumuskan rencana operasional untuk setiap kegiatan dalam
keseluruhan program layanan dan kompetensi yang dikembangkan. Berdasarkan
kegiatan operasional program bimbingan pribadi sosial terlampir.
J. Pengembangan Tema
Tabel pengembangan tema dan topik program bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan kontrol diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor Tahun Ajaran
2011/2012 terlampir.
I. Pengembangan Satuan Layanan
Satuan kegiatan layanan yang disusun yaitu 10 satuan layanan yang
dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa dengan menggunakan
instrumen yaitu berupa angket. Satuan layanan yang disusun terlampir.
Berikut merupakan contoh SKLBK dalam layanan bimbingan untuk
mengembangkan kontrol diri siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor.
Tabel 4.19
Contoh Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
A. Topik “Mematuhi peraturan”
B. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial
C. Strategi Layanan Bimbingan Kelompok
D. Fungsi Layanan Pengembangan
E Standar Kompetensi Kematangan Landasan Perilaku Etis
93
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F Kompetensi Dasar Mempelajari kemampuan diri dan manfaat
dari suatu kejadian
G Indikator -Siswa memiliki kemampuan mengontrol
perilaku yang berdasarkan faktor dari
dalam diri
H Tujuan Layanan
1. Tujuan Umum
Siswa mampu mematuhi peraturan yang
berlaku di sekolah
2. Tujuan Khusus 1. Siswa memiliki pemahaman mengenai
pentingnya pendidikan
2. Siswa mampu bersikap disiplin
I Sasaran Layanan Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
J Uraian Kegiatan
1. Teknik Penyajian
Kajian Film
2. Materi ”Video perilaku negatif siswa”
K Tempat Penyelenggaraan Ruangan kelas
L Waktu 1 x pertemuan (45 menit)
M Penyelenggara Layanan Konselor
N Alat dan Perlengkapan Proyektor, laptop
O Eksperientasi 1. Tahap Awal
a. Konselor memulai kegiatan dengan
berdoa
b. Konselor mengucapkan salam
c. Konselor menjelaskan tujuan kegiatan
d. Konselor melakukan icebreaking
2. Tahap Inti
a. Konselor menayangkan sebuah video
tentang “perilaku negatif siswa”
b. Konselor memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyatakan
pendapatnya
3. Tahap Penutup
a. Konselor bersama siswa menyimpulkan
materi yang telah disampaikan
b. Konselor menutup pertemuan
P. Identifikasi 1. Apa pendapat anda dari tayangan tadi?
2. Apakah penerapan peraturan di sekolah
merupakan faktor penting untuk
mengurangi perilaku menyimpang
siswa?
3. Apakah teman anda memiliki pendapat
yang sama dengan anda?
Q. Analisis 1. Apa makna yang anda tangkap dari
tayangan tadi?
2. Bagaimana peran peraturan di sekolah?
3. Sudahkah anda mematuhi peraturan
yang berlaku di sekolah?
94
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Bagaimana anda menyikapi peraturan
yang berlaku di sekolah?
R. Generalisasi 1. Bagaimanakah cara anda menerapkan
peraturan yang berlaku di sekolah?
2. Jika anda menganggap penting
peraturan, apa yang akan anda lakukan
jika mengetahui ada teman yang
melanggar peraturan?
S. Evaluasi 1. Dapat dilakukan di ruang kelas atau
ruang media.
2. Dilakukan untuk mengetahui pandangan
siswa mengenai peraturan di sekolah.
3. Apakah siswa menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari?
T. Sumber Rusmana, N. (2008). Bimbingan dan
Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung:
Rizqi Press.
J. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk mngembangkan kontrol
diri siswa didasarkan pada sejumlah kompetensi yang di kembangkan baik dengan
hasil analisis kebutuhan memerlukan waktu satu semester.
K. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program
bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan kontrol diri siswa
adalah sebagai berikut.
1. Sarana
a. Alat pengumpul data
Seperti : format-format (simulasi), pedoman observasi pelaksanaan program,
angket, catatan harian/kartu kontrol pelaksanaan program, pedoman
wawancara, dan kartu konseling individual/kelompok.
b. Alat penyimpan data
Seperti : kartu pribadi, buku pribadi, dan map.
c. Perlengkapan teknis
95
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Seperti: buku pedoman/petunjuk program, buku informasi/materi yang akan
disampaikan (SKLBK), paket bimbingan (individual/kelompok), alat-alat tulis.
2. Prasarana
a. Ruang layanan konseling yang harus lebih ditata dengan rapih
b. Ruang bimbingan dan konseling kelompok/individual atau ruang diskusi
c. Ruang kelas untuk bimbingan klasikal
d. Perangkat elektronik seperti laptop, LCD/infocus, OHP, dan proyektor.
L. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Penilaian program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan lebih
difokuskan pada evaluasi hasil yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut; a)
pengaruh layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan terhadap sikap
siswa; b) respon siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling yang
kompetensi yang dikembangkan dalam program/layanan; c) perubahan kemajuan
siswa dilihat dari tujuan dan kompetensi yang dikembangkan dalam
program/layanan.
Kriteria keberhasilan dalam evaluasi program ini dilihat dari dampaknya
terhadap kemajuan oerilaku siswa berdasarkan tujuan program yang
dikembangkan, yaitu siswa memiliki keyakinan bahwa peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada dirinya dapat dikendalikan oleh kekuasaan dari dalam diriya;
meningkatkan kemauan, kesungguhan dan kerja keras untuk mencapai
keberhasian; mengetahui dan memehami sebab akibat dari peristiwa. Terdapat
beberapa cara untuk dapat melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-
langkah berikut.
1. Merumuskan masalah atau beberapa pertanyaan
Karena tujuan evaluasi adalah untuk memeproleh data yang diperlukan untuk
mengambil keputusan, maka konselor perlu memprsiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang terkait denga hal-hal yang akan dievaluasi yaitu tingkat keterlaksanaan
program (aspek proses) dan tingkat ketercapaian tujuan program (aspek hasil).
Adapun pertanyaan yang disusun dalam evaluasi sebagai berikut.
96
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Apakah siswa merasakan manfaat dari materi-materi yang telah
disampaikan?
b. Apakah materi yang disampaikan guru pembimbing cukup jelas,
menarik, dan dapat dipahami?
c. Apakah rencana yang akan dilakukan para siswa setelah memperoleh
materi?
d. Apakah para siswa telah mampu mengembangkan kontrol dirinya?
e. Apakah para siswa memahami pentingnya memiliki kontrol diri?
2. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka pembimbing perlu menyusun
instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen yang dianggap
relevan dalam program ini adalah angket, pedoman wawancara, pedoman
observasi dan dokumentasi.
a. Mengumpulkan dan menganalisis data
Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang
program yang telah dan belum dilaksanakan.
b. Melakukan tindak lanjut
Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan tindak lanjut.
Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan yaitu :
1) Memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat dan kurang
relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Mengembangkan program dengan cara mengubah atau menambah beberapa
hal yang dapat meningkatkan kualitas program.
M. Anggaran biaya
Anggaran biaya pada program ini merupakan komponen yang penting dalam
managemen program bimbingan dan konseling, oleh karena itu anggaran program
97
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ini dibuat secara cermat untuk mendukung implementasi program dan
mempermudah pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang terkait.
Tabel 4.20
Anggaran Biaya Program Bimbingan Konseling Untuk Mengembangkan
Kontrol Diri Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Bogor
No. PENGELUARAN
Nama Barang Jumlah Rp.
1. Foto Copy Instrumen @500x 215 107.000
2 Foto Copy Draft
Program @5000x31 155.000
3 Akomodasi @50000x1 50000
4
Foto copy form
perencanaan
individual
@150x10x15 22.500
5 Fotocopy Form
Evaluasi @150x31 4.650
6 Fotocopy Materi
Satuan layanan @150x25 3750
JUMLAH 342.900
C. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitaian yang dilakukan tentu tidak luput dari kekurangan atau
kelemahan. Beberapa keterbatasan dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai
berikut.
1. Pada desain penelitian kuantitatif penelitian menggunakan angket/skala/test
sehingga hasil penelitian hanya terbatas pada hal yang tercantum dalam
angket. Dalam menjawab angket yang menyediakan empat alternatif jawaban,
kemungkinan responden cenderung lebih mengamankan dirinya dengan
memilih jawaban atau opsi yang ditengah (central tendency).
2. Pada tahap penyusunan instrumen kelemahan yang dirasakan adalah belum
sempurnanya item-item pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Terdapat
beberapa pernyataan yang dibuat peneliti yang maknanya dirasa kurang jelas
oleh siswa.
3. Pada tahap penyebaran instrumen di lapangan perlu memperhatikan setting
ruangan yang lebih memadai. Karena pada saat penelitian setting yang
dipergunakan bukan di dalam kelas melainkan di luar kelas dengan
98
Anggia Meytasari, 2013
Kontribusi Kontrol Diri Terhadap Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Dan Implikasinya Bagi Program
Bimbingan Dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan jam bengkel atau jam praktek. Hal tersebut dirasa kurang
optimal karena siswa kurang terfokus untuk dapat mengisi instrumen
penelitian.
4. Hasil penelitian menunjukkan ada kesenjangan antara asumsi awal peneliti
bahwa kontrol diri yang dimiliki siswa dan kedisiplinan di SMK Negeri
Bogor rendah, tetapi setelah diteliti ternyata hasil yang didapatkan bahwa
siswa mampu mengontrol dirinya dan juga berdisiplin dengan baik. Hal ini
diduga karena pada awal teknik pengumpulan data menggunakan skala nilai
dari guru, sedangkan saat penelitian menggunakan angket yang dibuat peneliti
sehingga terdapat kemungkinan siswa lebih memilih jawaban yang dirasa
cukup aman.