bab iv analisis 4.1. strategi komunikasi city branding...

29
38 BAB IV ANALISIS 4.1. Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo Kota Solo memiliki semboyan "BERSERI" yang merupakan akronim dari bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata Solo mengambil slogan pariwisata Solo, the Spirit of Javadengan tujuan citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan “Solo, The Spirit of Java“ bermakna semangat bersama dalam proses pengembangan ekonomi, dilandasi oleh jiwa yang menjunjung tinggi budaya, sejarah dan nilai-nilai luhur pendahulunya. Oleh karena itu dalam upaya mengkomunikasikan city branding tersebut, pemerintah Kota Solo menyelenggarakankan berbagai kegiatan yang terfokus pada slogan “Solo, The Spirit Of Java”. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 4.1.1. Solo Batik Carnival (SBC) Keterkaitan Solo Batik Carnival dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” terletak pada busana batik sebagai ide dasar dan semangat enterpreneur sebagai latar motif keterlibatan masayarakat di dalamnya. Kehadiran event karnaval ini diharapkan bisa mendekatkan masyarakat kota Solo kepada kearifan lokal kotanya dan menumbuhkan rasa cinta terhadap batik khususnya batik dari Solo, sebagaimana diungkapkan oleh Heru Mattaya salah seorang budayawan Kota Solo, yaitu bahwa: ”Solo Batik Carnival adalah suatu karnaval yang berbasis masyarakat dengan menggunakan batik, sebagai sumber ide dasar dan spirit kreativitas masyarakat, yang selaras dengan Kota Solo. Diharapkan karnaval ini akan lebih mendekatkan masyarakat Solo terhadap kearifan lokal kotanya dan mencintai pertumbuhan kotanya yang makin plural dan multikultural”. 1 SBC adalah karnaval berbasis masyarakat yang dirancang untuk menjadi sebuah karnaval tingkat dunia. Awalnya, karnaval ini terinspirasi 1 Hasil Wawancara dengan Heru Mattaya, Tanggal 23 Agustus 2014.

Upload: lamkien

Post on 28-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

38

BAB IV

ANALISIS

4.1. Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo

Kota Solo memiliki semboyan "BERSERI" yang merupakan akronim

dari bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata

Solo mengambil slogan pariwisata ″Solo, the Spirit of Java″ dengan tujuan

citra kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Slogan “Solo, The Spirit of

Java“ bermakna semangat bersama dalam proses pengembangan ekonomi,

dilandasi oleh jiwa yang menjunjung tinggi budaya, sejarah dan nilai-nilai

luhur pendahulunya.

Oleh karena itu dalam upaya mengkomunikasikan city branding

tersebut, pemerintah Kota Solo menyelenggarakankan berbagai kegiatan yang

terfokus pada slogan “Solo, The Spirit Of Java”. Kegiatan-kegiatan tersebut

adalah sebagai berikut:

4.1.1. Solo Batik Carnival (SBC)

Keterkaitan Solo Batik Carnival dengan slogan “Solo, The Spirit

Of Java” terletak pada busana batik sebagai ide dasar dan semangat

enterpreneur sebagai latar motif keterlibatan masayarakat di dalamnya.

Kehadiran event karnaval ini diharapkan bisa mendekatkan masyarakat

kota Solo kepada kearifan lokal kotanya dan menumbuhkan rasa cinta

terhadap batik khususnya batik dari Solo, sebagaimana diungkapkan oleh

Heru Mattaya salah seorang budayawan Kota Solo, yaitu bahwa:

”Solo Batik Carnival adalah suatu karnaval yang berbasis

masyarakat dengan menggunakan batik, sebagai sumber ide dasar

dan spirit kreativitas masyarakat, yang selaras dengan Kota Solo.

Diharapkan karnaval ini akan lebih mendekatkan masyarakat Solo

terhadap kearifan lokal kotanya dan mencintai pertumbuhan

kotanya yang makin plural dan multikultural”.1

SBC adalah karnaval berbasis masyarakat yang dirancang untuk

menjadi sebuah karnaval tingkat dunia. Awalnya, karnaval ini terinspirasi

1 Hasil Wawancara dengan Heru Mattaya, Tanggal 23 Agustus 2014.

39

dari Jember Fashion Carnaval (JFC), sebuah parade peragaan busana di

jalanan. Karena itu tak heran jika konsep keduanya hampir sama. Hanya

saja yang membedakan adalah dalam bahan utama pembuatan kostum.

Sesuai dengan namanya Solo Batik Carnival, batik dijadikan sebagai

sumber ide sekaligus materi utama penciptaan kostum karnaval yang

fantastis.

SBC pertama kali diselenggarakan pada tanggal 12-13 April 2008

di kota Solo dengan mengusung tema wayang. SBC yang pertama ini

merupakan acara akbar bagi masyarakat Solo ketika itu, yang

diselenggarakan sore hari (pukul 14.00-17.00 wib) di sepanjang Jalan

Slamet Riyadi. Start dimulai dari Purwosari sampai Balaikota dengan jarak

tempuh 6,5 km.2

Sejak itu, setiap tahunnya, SBC mengusung tema yang berbeda

mulai dari “Topeng”, “Sekar Jagad”, hingga “Keajaiban Legenda”.3 Tema-

tema tersebut kemudian diterjemahkan melalui kostum rancangan peserta

yang unik dan kreatif. Corak batik klasik dipadukan dengan batik

kontemporer dan dihiasi dengan manik-manik serta mahkota menjadikan

kostum makin semarak. Tak heran jika saat mengikuti Chingay Festival di

Singapura, delegasi Solo Batik Carnival mendapat apresiasi meriah dari

penonton. Saat ini SBC terus berbenah diri guna menjadi salah satu

karnaval yang diperhitungkan di kancah internasional.

Penyelenggaraan SBC ini mendukung kebijakan pembangunan

kota Solo, khususnya pembangunan bidang ekonomi, di mana dengan

adanya event Solo Batik Carnival, kegiatan ekonomi semakin semarak,

misalnya bisnis kuliner, perhotelan, biro perjalanan, wisata dan lain

sebagainya. Sebagai contoh ketika dilakukannya event Solo Batik Carnival

Tahun 2014 yaitu pada tanggal 22 Juni 2014, tingkat pengunjung

wisatawan yang datang ke Solo sangat tinggi, di mana wisatawan selain

menikmati acara SBC juga mengunjungi objek wisata lainnya seperti

2 Radar Jogja, 9 Mei 2008. 3 Hasil Wawancara dengan Dinas Pariwisata Kota Solo, Tanggal 25 Oktober 2014.

40

mengunjungi Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran,

berwisata kuliner, berbelanja batik di Pasar Klewer atau Kampung Batik

Laweyan dan lain-lain.4

Event Solo Batik Carnival ini diselenggarakan oleh Solo Center

Point Foundation (SCPF) yang didukung oleh Pemerintah Kota Surakarta.

Event ini masih tetap berlangsung hingga sekarang dan menjadi kalender

event tahunan bagi Kota Solo. Citra Solo sebagai salah satu tujuan wisata

dan kota budaya di Indonesia salah satunya batik, diharapkan makin

terpatri di benak para wisatawan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan Solo

Batik Carnival, semua peserta, sebelum mengikuti karnaval, diwajibkan

mengikuti workshop, merancang kostum selama berbulan-bulan. Kostum

karnaval yang dirancang kemudian dipakai sendiri oleh para peserta dalam

puncak acara SBC. Peserta yang mayoritas berangkat dari nol dalam

dunia karnaval dan perancangan kostum akan bersama-sama belajar

merancang kostum dan cara menggunakannya. Dan yang tidak kalah

menarik mereka semua (peserta) membiayai sendiri rancangan kostumnya,

pantia hanya memberikan fasilitas program workshop dan pelaksanaan

karnaval. Sehingga diharapkan melalui event SBC ini akan lahir para

perancang kostum-kostum karnaval.5 Sebagaimana dikatakan oleh Kepala

Dinas Pariwisata Kota Solo, tentang tujuan dari Solo Batik Carnival yaitu

sebagai berikut:6

Tujuan diadakannya Solo Batik Carnival adalah menggali potensi

masyarakat untuk menjadi kreator/desainer busana karnival dengan

memanfaatkan Batik dan Pemakaian barang daur ulang sebagai

bahan dasar serta potensi peserta sebagai Aktor di mana setiap

peserta dituntut mampu memperagakan karya dari masing-masing

peserta. Di samping itu juga mendorong partisipasi seniman Kota

Solo dalam menggali inspirasi dan penuangan dalam Desain

Busana Karnival.

Solo Batik Carnival telah berhasil membawa nama Kota Solo pada

kancah nasional dan Internasional. Sebagai ikon wisata baru kota Solo,

4 Solopos, 14 Agustus 2014. 5 Solopos, 10 April 2013. 6 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo, tanggal 18 Oktober 2014

41

SBC telah beberapa kali ditunjuk oleh Kementerian Pariwisata untuk

mewakili Indonesia dalam ajang internasional seperti Chingay Festival di

Singapura, Malaysia Association of Tour and Travel Agents (Matta) Fair,

dan SBC tampil di Tournament of the Rose Pasadena, California, Amerika

Serikat pada 1 Januari 2013. Selain penampilannya di negara-negara

tersebut, Solo Batik Carnival juga mendapatkan undangan dari beberapa

tempat/negara, seperti Afrika Selatan, Budapest (Hongaria), Berlin

(Jerman), dan bahkan Kementerian Luar Negeri Indonesia juga akan

membawa Solo Batik Carnival ke karnaval di Rio de Janiero, Brasil.7

Solo Batik Carnival merupakan salah satu bukti nyata tentang

keberhasilan strategi komunikasi city branding yang mampu membawa

nama Kota Solo ke kancah internasional. Solo Batik Carnival juga

menegaskan brand Kota Solo sebagai Kota Batik.8 Strategi komunikasi

City branding melalui Solo Batik Carnival merupakan penegasan

perwujudan visi dan identitas suatu kota yaitu Solo Kota Batik. Tujuan

agenda Solo Batik Carnival ini adalah:

a. Branding Kota Solo terhadap dunia Internasional

b. Memperkenalkan batik di kalangan Internasional

c. Menumbuhkan rasa bangga terhadap batik

Pada awal pelaksanaannya, SBC selalu dilakukan pada siang hari.

Namun mulai tahun ke-4 SBC dilaksanakan pada malam hari. Alasannya

agar kostum berbahan utama batik yang mewah dan megah serta sorotan

lampu warna-warni menjadikan gelaran Solo Batik Carnival semakin

istimewa. Tak heran jika ribuan penonton berdatangan dari berbagai

tempat dan memadati jalan yang dijadikan sebagai lokasi parade. Tanggal

pelaksanaan Solo Batik Carnival selalu berganti tiap tahunnya, namun

mulai tahun 2009 Solo Batik Carnival selalu dilaksanakan pada bulan Juni

(http://herkayanis.blogspot. com/2012/07/solo-batik-carnival.html, diakses

tanggal 26 Oktober 2014).

7 Kompasiana, 9 Januari 2015. 8 Jurnal Penelitian Pascasarjana UNS, 2011.

42

Berikut merupakan dokumentasi kegiatan Solo Batik Carnival

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo dan Solo Center Point.

Gambar 4.1

Kostum Menyerupai Burung Yang Dibalut Dengan Ornamen Batik

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Kostum burung dalam pelaksanaan Solo Batik Carnival

dipadukan dengan kain batik bertujuan untuk memperkenalkan kepada

masyarakat luas bahwa kain batik dapat dimodifikasi dalam berbagai

bentuk fashion.

Gambar 4.2.

Kostum Bunga-Bungaan Yang Dipadukan Dengan Kreasi Batik

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

43

Gambar 4.3

Peserta SBC mulai tampil di jalan Slamet Riyadi

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Dampak terhadap pariwisata dan perekonomian kota Solo sangat

besar. Penyediaan paket tour wisata dari biro perjalanan, penginapan yang

selalu penuh ketika SBC dihelat dan publikasi wisata kota Solo yang kian

luas. Bahkan, pedagang kaki lima pun merasakan berkah dengan larisnya

dagangan yang ia jajakan.

4.1.2. Kereta Kencana World Music Festival

Keterkaitan antara event Kereta Kencana World Music Festival

(KWF) dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” yaitu bahwa Kota Solo

merupakan sumber seni budaya, khususnya musik ethnic. Dalam

pelaksanaan event Kereta Kencana World Music Festival (KWF) para

musisi Kota Solo yang mengusung musik tradisional Kota Solo seperti

keroncong, kerawitan dan lain sebagainya berusaha memperkenalkan

kepada para musisi dunia. Sehingga dengan adanya event Kereta Kencana

World Music Festival (KWF) dapat mendukung adanya program “Solo,

The Spirit Of Java” yang berusaha memperkenalkan kota Solo melalui

seni musik tradisional kepada dunia internasional.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta Kereta

Kencana World Music Festival (KWF) yang menyatakan bahwa:9

9 Hasil Wawancara dengan Peserta SIEM, tanggal 12 Agustus 2014.

44

“Dalam event Kereta Kencana World Music Festival (KWF)

tersebut, para musisi local Kota Solo juga ikut memeriahkan

dengan menampilkan seni musik tradisional Kota Solo, seperti

keroncong dan kerawitan”.

Berawal mula dari Solo International Ethic Music, pertama kali

diselenggarakan di kota Solo pada tahun 2007. Pencetus event Solo

International Ethic Music tersebut adalah Dinas Pariwisata Kota Surakarta

yang disetujui oleh Pemerintah Kota Surakarta dan menjadi agenda

tahunan. Acara yang masuk dalam calender event pemerintah kota

Surakarta ini rutin diadakan dua tahun sekali. Berbagai musisi dari

Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan lokal Indonesia seperti Gilang

Ramadhan, Syaharani, Banda Naira, Reza Artamevia, Viki Sianipar dan

lain-lain telah tampil untuk memeriahkan SIEM Festival ini.

Namun sejak tahun 2012 Event Solo International Ethic Music

berubah nama dengan nama Kereta Kencana World Music Festival.

Seperti yang diungkapkan oleh Bambang Sutejo :

“Perubahan konsep dan nama acara itu tujuannya agar lebih

fleksibel, baik dari sisi pemilihan tempat penyelenggaraan maupun

jenis musik yang ditampilkan. Kami tidak ingin festival ini dibatasi

oleh administrasi kewilayahan, dalam arti festival ini bisa

diselenggarakan di manapun, tak hanya di Solo”.

Mengenai fleksibelitas dari sisi jenis musik, Bambang Sutejo

mengakui kata ethnic juga sengaja dihilangkan sehingga diharapkan semua

jenis music bisa ikut serta dalam festival itu. Dalam perkembangannya,

acara KWF Festival yang sukses digelar dari tahun ke tahun ini bukan

hanya ajang untuk menampilkan karya etnik masing-masing, tetapi juga

merupakan forum kreatif untuk saling berbagi dan berkreasi antar musisi.

Dari acara ini kita semua tahu bahwa alat musik etnik dan perkusi apabila

dipadukan dengan irama yang tepat akan menghasilkan sebuah karya yang

menakjubkan.

Berikut merupakan dokumentasi dalam kegiatan KWF/SIEM

Festival yang diselenggarakan di Kota Solo.

45

Gambar 4.4. Penampil Kereta Kencana World Music Festival dari lokal Indonesia

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Gambar 4.5.

Penampil dari Afrika dengan alat musik etnik negaranya

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Pemerintah Kota Surakarta sebagai mitra KWF mendorong dan

memfasilitasi agar tetap hadir di tengah-tengah masyarakat secara

berkelanjutan. Sebagai salah satu strategi Solo City Branding, Pemerintah

Kota menaruh harapan kepada KWF. Beban tidak ringan bagi KWF, di

satu pihak mengemban fungsi sebagai ajang capaian prestasi para musisi

etnik dari berbagai latar belakang kultural, dan di lain pihak menjadi salah

satu strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Kota Solo dan

sekitarnya.

Event Kereta Kencana World Music Festival merupakan salah satu

bukti nyata tentang keberhasilan strategi komunikasi city branding yang

mampu membawa nama Kota Solo ke kancah internasional. Event Kereta

Kencana World Music Festival menegaskan brand Kota Solo sebagai seni

46

budaya. Strategi komunikasi City branding melalui Event Kereta Kencana

World Music Festival merupakan penegasan perwujudan visi dan identitas

suatu kota yaitu Solo Kota Seni Budaya.

Identitas kota Solo sebagai Kota Seni Budaya diperkuat dengan

menonjolkan salah satu unsur kebudayaan, yaitu kesenian sebagai

landasan untuk menjadikan Solo Kota Festival. Agar hal ini dapat

terlaksana Pemkot Solo telah melaksanakan berbagai festival-festival seni

budaya yang besar. Bahkan hampir disetiap eventnya Pemkot Solo selalu

melibatkan dan mengundang delegasi asing untuk terlibat dan ikut ambil

bagian. Hal ini dilakukan agar masyarakat internasional pun mengakui

Solo sebagai Kota Festival dan hal ini dapat menguntungkan karena dapat

menjadi salah satu nilai jual kota Solo dalam bidang pariwisata.

Melalui aneka kegiatan yang dilakukan dalam Event Kereta

Kencana World Music Festival dapat meningkatkan minat masyarakat luas

dan generasi muda untuk lebih mengenal kebudayaan. Salah satunya

melalui kegiatan Event Kereta Kencana World Music Festival yang tidak

hanya bertaraf nasional tetapi internasional sebagai upaya Pemkot Solo

untuk melakukan city branding “Solo Kota Festival Seni Budaya”.

Citra kota memiliki kekuatan dalam membentuk merk untuk

sebuah kota, mempengaruhi bahkan membentuk kota itu sendiri, dan merk

yang melekat pada kota sangat bergantung pada identitas kota. Setiap kota

akan memiliki identitasnya seperti halnya sebuah mata uang dengan dua

sisinya, bahwa pembangunan fisik sebuah kota tidak terlepas dari

masyarakat dan budaya yang dimiliki. Membangun fisik (city) pada

dasarnya adalah membangun roh dan jiwa masyarakatnya. Kota yang

berhasil membangun identitas yang kuat tidak hanya dari segi fisik tetapi

juga kehidupan sosial masyarakatnya.

Apabila Pemkot Solo menciptakan identitas “Solo Kota Festival

Seni Budaya” dan “Solo Kota Budaya” maka hal ini dapat menjadi

keuntungan besar. Seperti yang telah di tulis, keuntungan ini berupa

masyarakat luas baik nasional maupun international mengenal kota Solo

47

sebagai kota tempat tujuan wisata budaya. Budaya yang disuguhkan di sini

bukan saja hanya dengan kebudayaan kearifan lokal yaitu budaya jawa,

akan tetapi juga kebudayaan secara global. Hal ini ditujukan dengan cita

cita “Solo Kota Festival Seni Budaya” dengan arti kota Solo dijadikan

pusat Festival Seni dan kebudayaan dunia. Serta “Solo Kota Budaya” yang

menjadi local identity bagi masyarakat Solo, untuk menjaga kebudayaan

asli leluhur sehingga tidak terdesak oleh budaya-budaya luar yang masuk

melalui festival-festival seni budaya yang ditampilkan dengan

mengundang banyak budayawan dan seniman nasional bahkan

internasional.

Tempat dimana kota Solo dapat menjadi tempat berkumpulnya

kebudayaan-kebudayaan yang dapat melebur secara harmonis dan dijaga

bersama-sama demi lestarinya budaya-budaya di dunia. Hal ini tentunya

harus tetap sesuai dengan nilai-nilai identitas kebudayaan lokal yaitu

Budaya Jawa sebagai pusatnya. Di samping itu, kota juga dapat menjadi

sebuah simbol kualitas yang dapat menyakinkan pengunjung, kualitas

yang dapat merepresentasikan kepribadian pengunjungnya yang

ditunjukkan melalui tampilan-tampilan yang disampaikan oleh merk

sebuah kota.

4.1.3 Solo Eco Cultural City

Keterkaitan event Solo Eco Cultural City dengan slogan “Solo, The

Spirit Of Java” yaitu sebuah konsep pengembangan kota dengan

menggabungkan karakter budaya dan lingkungan serta nuansa budaya

dengan kota berwawasan lingkungan yang kemudian dapat meningkatkan

kesejahteraan bagi masyarakatnya secara berkelanjutan. Sikap Menghargai

Keindahan, Perilaku hidup sehat serta Tidak membuang sampah

sembarangan sebagai latar motif keterlibatan masyarakat di dalamnya,

sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Dinas Tata Kota Solo, yaitu

bahwa:10

10 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015.

48

”Salah satu bentuk konsep ke depan adalah membangun kota

dalam kebun dengan sebanyak mungkin penghijauan di ruang-

ruang kosong dan meminimalisasi kesan pada bangunan di Kota.

Dengan demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city

branding yang telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan

seiring sejalan dengan harapan semua orang.”

Solo Eco Cultural City bermula dari gagasan Joko Widodo selaku

Walikota Solo pada tahun 2010. Visi “Solo Eco Cultural City” yang

dicanangkan sejak tahun 2010 menjadi nilai daya jual (brand image) dan

daya tarik seluruh media massa dalam mengawasi perkembangan Kota

Solo. “Solo Eco Cultural City” yaitu merupakan pembangunan kota yang

menggabungkan nuansa budaya dengan kota berwawasan lingkungan yang

kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara

berkelanjutan.

Penataan kota Surakarta secara keseluruhan dengan konsep eco-

cultural city, sebuah konsep pengembangan kota dengan menggabungkan

karakter budaya dan lingkungan. Salah satu bentuk konsep ke depan

adalah membangun “kota dalam kebun” dengan sebanyak mungkin

penghijauan di ruang-ruang kosong dan meminimalisasi kesan panas

dengan menutup belantara tembok/beton dengan pohon dan tanaman

rindang.11 Sehingga dalam jangka panjang, konsep “kota dalam hutan”

akan terwujud, sehingga akan tercipta sebuah lingkungan kota yang sejuk

dan asri.

Revitalisasi taman kota terkait dalam upaya Pemerintah Kota untuk

menjadikan Solo sebagai Kota Hijau (Green City) dan kota Bunga (Flower

City) dimana kota ini akan tumbuh tanaman pelindung atau tanaman bunga

yang indah, sementara di kampung-kampung diproyeksikan bertumbuhan

tanaman buah.12 Jenis tanaman pelindung yang dikembangkan kali ini

memiliki masa tumbuh sangat cepat dan belum banyak dikembangkan di

daerah lain, yakni jenis eucalyptus. Penataan kawasan sabuk hijau dan

11 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015. 12 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015.

49

upaya penghijauan kota memang menjadi titik tolak pengembangan kota

hijau yang berbudaya. Artinya bahwa pengembangan konsep eco-cultural

city merupakan salah satu strategi penggabungan konsep pengembangan

antara budaya dan lingkungan sebagai ikon baru Kota Surakarta. Dengan

demikian, Surakarta sebagai kota budaya sebagaimana city branding yang

telah digagas pemerintah kota akan dapat berjalan seiring sejalan dengan

harapan semua orang.

Selain pembuatan hutan kota, konsep Eco Budaya juga diwujudkan

dengan pagar hijau baik di instansi pemerintah maupun swasta serta rumah

warga.13 Sebagai contoh penggantian pagar beton menjadi pagar hijau

yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan bulan Juni lalu.

Lalu juga dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

(Disperindag), Dinas Koperasi dan UKM, serta Kantor Pemadam

Kebakaran. Pembangunan pagar hijau ini telah dimulai dari bulan Juni

2010.

Gambar 4.6.

Penataan Taman Kota di Depan Kantor DPRD

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

13 Hasil Wawancara dengan Kepala Dinas Tata Kota Solo pada tanggal 14 Febuari 2015.

50

Gambar 4.7.

Penataan Taman Kota di Depan PDAM

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Gambar 4.8.

Penataan Taman Kota di Depan Kantor Pemadam Kebakaran

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Hutan kota didefinisikan oleh Peraturan Menteri Kehutanan nomor

P.03/MENHUT-V/2004 sebagai suatu hamparan lahan yang menjadi

tempat tumbuhnya pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah

perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan

sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang (http://www.knpisolo.

com/artikel/pohon-dan-identitas-kota-32.html, diakses tanggal 14

November 2014). Gagasan kota di dalam kebun disebut lebih maju karena

lokasi penanamannya dilakukan di manapun, tidak hanya memanfaatkan

sedikitnya 10 persen dari total keseluruhan luas wilayah. Namun dilakukan

di lokasi yang lebih luas. Lokasi yang diatur oleh menteri kehutanan tetap

menjadi wilayah yang wajib dijadikan sebagai lokasi hijau. Namun pada

51

prinsipnya setiap jengkal tanah (termasuk pagar bangunan sekalipun) juga

dimanfaatkan sebagai daerah hijau.

Di tahun pertama sejak pencanangannya, walikota meminta agar

kawasan perkantoran menjadi pelopor untuk mengubah dari pagar tembok

permanen ke pagar hidup. Ide pembuatan pagar dengan pohon hidup

sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Bahkan sampai sekarang masih bisa

ditemui di desa-desa. Pagar hidup memang menampilkan suasana yang

lebih bersahabat, ramah dan terkesan asri. Namun pagar hidup baru awal

dari penciptaan kesan hijau dari sebuah kota sebagai target awal

implementasi kota di tengah kebun.

Gagasan Eco Cultural City pada dasarnya menyentuh dua isu besar

yaitu isu pengembangan berperspektif ekologis untuk pertumbuhan kota

dan pengembangan kota dengan perspektif kultural. Dalam periode

pertama pemeritahan Jokowi-Rudy menitikberatkan penguatan tradisi.

Terutama penguatan konsep “Solo Masa Lalu adalah Solo Masa Kini. Di

periode kedua ini, Jokowi-Rudy nampaknya menggabungkan isu tradisi

akan semakin dimantapkan dengan menambahi unsur ekologis

(http://www.knpisolo.com/artikel/pohon-dan-identitas-kota-32.html,

diakses tanggal 14 November 2014).

Peraturan Menteri Kehutanan cukup tegas terkait pohon apa saja

yang direkomendasikan untuk ditanam. Jenis tanaman yang

direkomendasikan didominasi oleh tanaman pohon hutan, serta

disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Salah satu pohon

yang direkomendasikan oleh peraturan menteri kehutanan adalah pohon-

pohon langka dan menjadi pohon unggulan setempat.

Sejarah pertumbuhan Kota Solo cukup dekat dengan aneka

tetumbuhan. Nama Solo sendiri yang berasal dari nama tokoh Solo yaitu

Ki Gede Sala sesungguhnya juga merupakan nama pohon legendaris yaitu

pohon sala (Couroupita guianensis). Pohon sala saat ini termasuk salah

satu pohon langka. Pohon sala dikenal juga sebagai pohon body, pohon

yang digunakan Siddhartha Gautama untuk bermeditasi. Keberadaannya di

52

Kota Solo hanya bisa ditemui di beberapa lokasi. Salah satunya bisa kita

lihat di halaman Balaikota Solo.

Beberapa daerah di Kota Solo juga ditandai dengan penamaan

sesuai nama pohon, seperti Warung Pelem, Pasar Nongko, Kleco, Miri,

Salam, Sekar Pace dan beberapa lagi yang menunjukkan identitas Kota

Solo juga dibentuk oleh berbagai macam tetumbuhan

(http://www.knpisolo.com/artikel/pohon-dan-identitas-kota-32.html,

diakses tanggal 14 November 2014). Sekali merengkuh dua pulau

terlampau. Ada baiknya jika penanaman pohon untuk menjadikan Solo di

tengah kebun juga mengusung misi pelestarian pohon langka atau

pelestarian plasma nutfah. Pohon yang dikategorikan pohon langka di

antaranya Sawo Kecik (Manilkara kauki) yang sering merupakan alih-alih

dari penyebutan sarwo becik, Buah Kepel (Stelechocarpus burahol) pohon

kegemaran putri keraton, ketapang, kenari, asem, kantil dan lain

sebagainya. Dengan demikian menanam pohon bukan hanya menjadikan

segala sesuatunya lebih teduh, namun akan menjaga agar pohon khas yang

menjadi identitas Kota Solo tidak hilang.

Mengembalikan keberadaan pohon pada tempat tumbuhnya hingga

dikenal dengan penyebutan nama daerah, barangkali juga layak dilakukan

untuk memperkuat pencitraan kota. Meskipun nampaknya cukup sulit juga

untuk dilakukan karena tidak semua pohon-pohon tersebut sesuai dengan

kriteria jenis pohon sebagai hutan kota. Selain itu, sejumlah sekolah

dijadikan pilot project pembentukan pagar hijau dalam rangka

mewujudkan program Walikota Solo, Joko Widodo, untuk menjadikan

Kota Solo sebagai kota hijau. Sekolah-sekolah tersebut yakni SDN

Cemara 2, SMKN 4, SMKN 5, SMKN 6, SMKN 7, dan SMAN 7. Di

SMAN 4 kini telah dimulai penanaman bambu kuning di depan pagar

sekolah dan tanaman rambat di sepanjang pagar sekolah.

Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) tingkat

SMA, Edy Pudiyanto juga mengatakan bahwa pihaknya telah

menghimbau seluruh SMA di Solo untuk memulai penanaman pohon pada

53

pagar-pagar sekolah. Biaya pembuatan tanamannya juga tidak mahal,

untuk SMAN 4 sendiri, butuh dana sekitar Rp 2 juta untuk membeli

tanaman sekaligus pupuknya. Ada sekitar 125 batang bambu taman yang

telah ditanam. Rencananya, pagar tidak akan dirobohkan. Banyak

keuntungan dari adanya pagar hidup. Selain mendapatkan pengamanan

berlapis, tembok tidak perlu dicat dan tidak ada corat-coret.14

Secara geografis letak kota Solo sangat strategis dan merupakan

titik persimpangan jalur transportasi regional dan sekaligus sebagai daerah

tujuan dan bangkitan pergerakan. Sebagai pusat WP VIII Kota Solo

mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang sangat pesat yang dapat dilihat

dan pertumbuhan ekonomi dan sistem aktivitas kota sentra pertumbuhan

fisik kota. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi melebihi persentase

pentumbuhan penduduk akan mampu meningkatkan kesejahteraan

penduduk, yang ditandai dengan semakin tingginya pendapatan perkapita

masyarakat. Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk

menunjang pertumbuhan ekonomi, tentunya dengan tuntutan bahwa

fasilitas transportasi dengan segala pendukungnya haruslah terjangkau dan

segala arah. Disamping itu pertumbuhan sektor transportasi yang tinggi

akan rnerangsang peningkatan pembangunan ekonomi, karena diantara

keduanya mempunyai hubungan kausal yang positif.

Kota Solo dibawah kepemimpinan Walikota Joko Widodo

menapak maju untuk meningkatkan pamor dan mempercantik wajah kota.

Berbagai kebijakan pembangunan wilayah kota diberbagai sektor terus

digalakkan. Salah satunya yang paling nampak adalah penataan kota

melalui pengadaan (pembangunan) taman kota sebagai sarana ruang

publik (public space) bagi masyarakat. Adapun pembangunan public space

tersebut diantaranya renovasi dan pembangunan Taman Monumen 45

Banjarsari, Taman Balekambang, Taman Tirtonadi, Taman Sekartaji

14 Hasil Wawancara dengan Bapak Edy Pudiyanto selaku Sekretaris Musyawarah Kerja

Kepala Sekolah (MKKS) tingkat SMA, tanggal 16 Oktober 2014.

54

maupun taman-taman lain di wilayah Kota Solo.15 Hal ini merupakan

bentuk pembenahan penataan kota untuk memberikan penambahan ruang

sosial bagi masyarakat Kota Solo pasca keberhasilan penataan Pedagang

Kaki Lima khususnya di kawasan Banjarsari.

Gambar 4.8.

Gambar Taman Monumen 45 Banjarsari

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Gambar 4.9.

Gambar Taman Balekambang

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Gambar 4.10.

Gambar Taman Air Tirtonadi

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

15 https://taufikzk.wordpress.com/page/6/, diakses tanggal 16 November 2015.

55

Gambar 4.11.

Gambar Taman Sekartaji

Sumber Data: Dinas Pariwisata Kota Surakarta

Pembangunan wilayah Kota tentunya harus mendasarkan kepada

UU No.26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang Kota yang didalamnya

mengatur mengenai ketentuan pelaksanaan Tata Ruang Wilayah Kota.

Demikian pula Kota Solo dalam pembangunan bebarapa ruang publik

selama ini tentu wajib mengacu kepada regulasi tersebut. Salah satu acuan

penting dalam regulasi penataan ruang tersebut mensyaratkan bahwa

pembangunan kota haruslah mengikutsertakan peran masyarakat atau lebih

dikenal dengan sebutan “pembangunan yang partisipatif”.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Partoyo selaku Penarik

Becak di daerah Gilingan mengatakan bahwa:16

”Selama ada program pembangunan taman kota, setiap penarik

becak juga harus mendukungnya mbak, misalnya kita tidak boleh

ngetem sembarangan, terus becak yang kita miliki harus tertata

rapi, sehingga sesuai dengan program pemerintah untuk

mewujudkan kota Solo yang Berseri, yaitu bersih rapi indah”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Suparno selaku

masyarakat di wilayah Kadipiro Kota Surakarta mengatakan bahwa:17

16 Hasil Wawancara dengan Bapak Partoyo selaku Penarik Becak di daerah Gilingan Solo,

tanggal 22 Maret 2015. 17 Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno selaku masyarakat di wilayah Kadipiro Kota

Surakarta, Tanggal 22 Maret 2015.

56

“Adanya program Solo Eco Culture memang perlu didukung

oleh masyarakat secara menyeluruh, sebagai contoh di wilayah

kami juga memiliki program penghijauan dan pembuatan taman

di wilayah RW kami. Di tingkat kelurahan setiap tahun juga

diadakan lomba kebersihan yang pesertanya adalah masing-

masing RW di wilayah Kelurahan Kadipiro. Jadi semua

masyarakat sangat mendukung sekali program pemerintah

tentang Solo Eco Culture.”

4.1.4. SIPA (Solo International Performing Art)

Keterkaitan event Solo International Performing Arts (SIPA)

dengan dengan slogan “Solo, The Spirit Of Java” yaitu event SIPA

merupakan event yang menyajikan seni tari tradisonal di Kota Solo.

Melalui pagelaran event SIPA ini maka pemerintah Kota Solo berusaha

mempromosikan seni tari tradisional yang ada di Kota Solo kepada dunia

internasional. Sehingga pelaksanaan event SIPA ini selaras dengan slogan

“Solo, The Spirit Of Java”, bahwa kota Solo merupakan kota budaya.

Penyelenggaraan SIPA sebagai sebuah event ini merupakan salah

satu bentuk komunikasi dalam kegiatan city branding. SIPA merupakan

upaya penyatuan dari semangat antar seni pertunjukan. Sebuah event

berskala internasional di Kota Solo yang akan menyatukan semangat

masyarakat pendukung seni pertunjukan untuk mempromosikan Kota Solo

sebagai Kota Budaya.

Penyelenggaraan event Solo International Performing Arts (SIPA)

merupakan upaya Kota Solo untuk membangun branding Kota Solo

dengan menggalakkan promosi wisata dalam konsep budaya yaitu dengan

menyelenggarakan berbagai event-event budaya, salah satunya adalah

event Solo International Performing Arts (SIPA). Sebagai panduan bagi

masyarakat, Pemerintah Kota Solo melalui Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta telah menyusun kalender event

untuk disosialisasikan kepada masyarakat.

Solo International Performing Arts (SIPA) pertama kali

diselenggarakan pada tahun 2009 (http://pusatgrosirsolo.com/kabare-

solo/kolaborasi-kesenian-lokal-dan-internasional-pada-event-sipa-solo/,

57

diakses tanggal 16 November 2014). Sebagai penggagas pertama dalam

acara SIPA adalah komunitas seni di Solo. Gagasan ini berupa,

diadakannya sebuah event tari bertaraf internasional di Solo, sekaligus

untuk mengenalkan kepada masyarakat dunia bahwa Solo memiliki

branding sebagai kota seni atau budaya. Ide-ide kreatif awal yang berasal

dari masyarakat (komunitas) ini yang kemudian dijadikan landasan atau

pemikiran awal untuk melakukan city branding kota Solo sebagai Kota

Festival Seni Budaya. Ide ini kemudian ditindaklanjuti oleh Pemerintah

Kota dengan cara ikut mendukung, mendanai, bahkan terlibat secara

langsung dalam setiap festival.

SIPA atau Solo International Performing Arts adalah sebuah ajang

pergelaran seni budaya berskala international dengan materi berupa seni

pertunjukan. Sedangkan pertunjukan yang dimaksud wilayah genre

seninya mulai dari seni tari, seni musik, hingga seni teater. Namun satu hal

yang tidak akan pernah ditinggalkan adalah Spirit Solo sebagai ajang

interaksi kultural yaitu konsep Solo Kota Budaya. Inilah yang akan selalu

menjadi semangat dari proses pencarian bentuk yang ideal dari SIPA.

Akhirnya dari seluruh pemikiran itu akan bermuara pada satu tema

besar. Solo akan menjadi kota yang “duwur adoh kuncarane”. Kota yang

besar karena kehidupan tradisi masyarakatnya dan kebersamaannya

sehingga kebesaran itu memiliki daya guna bahkan bagi masyarakat dari

luar wilayah..

Solo adalah Kota Budaya, maka Solo pasti juga memiliki kekuatan

kehidupan kesenian yang hidup dan tumbuh dengan baik di

masyarakatnya. Tapi bagaimana kemudian kekuatan itu bisa menjadi

energi bagi tumbuh dan berkembangnya kota Solo? Inilah di antaranya

semangat dari Solo International Performing Art (SIPA). SIPA hadir dari

sebuah pemikiran untuk menggali potensi seni pertunjukan sebagai bagian

dari kehidupan budaya (http://pusatgrosirsolo.com/kabare-solo/kolaborasi-

kesenian-lokal-dan-internasional-pada-event-sipa-solo/, diakses tanggal 16

November 2014). SIPA ada karena keinginan untuk terus mendewasakan

58

kehidupan kota dan SIPA lahir karena berangkat dari semangat masyarakat

dan milik masyarakat Solo.

Solo International Performing Arts (SIPA) yang diselenggarakan di

Pamedan Istana Mangkunegaran Solo pada tahun 2013 mengambil tema

kesenian rakyat, dimana jenis kesenian ini memiliki keunikan yang layak

untuk diangkat sekaligus sebagai tema pergelaran berskala international.

Tak sekedar bicara persoalan estetika semata. Tetap juga berbicara tentang

kehidupan alam dan masyarakat pendukungnya, lalu kearifan lokal pun

sarat terkandung di dalamnya.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suparno selaku warga

masyarakat di wilayah Kadipiro menyatakan bahwa:18

“Adanya event SIPA yang dilakukan oleh pemerintah Kota Solo

menumbuhkan rasa kecintaan kepada masyarakat akan seni

tradisional yang ada di Kota Solo, sebab adanya pagelaran SIPA

yang diselenggarakan setiap tahun, dapat memperkenalkan budaya

tradisional kepada generasi muda dan masyarakat secara luas.”

Berdasarkan program tahunan mengenai SIPA yang

diselenggarakan oleh pemerintah Kota Solo selaras dengan semangat

warga masyarakat Kota Solo akan kecintaannya kepada kesenian

tradisional.

Adapun kalender event-event budaya pada tahun 2014 yang

dilaksanakan oleh pemerintah Kota Solo dalam rangka pelaksanaan city

branding guna menjaga eksistensi dari slogan Solo the Spirit of Java adalah

sebagai berikut:

1. Solo Carnival (16 Februari 2014)

2. Konser Gamelan Akbar (16 Februari 2014)

3. Festival Jenang Solo (16-17 Februari 2014)

4. Bengawan Solo Travel Mart (26-27 April 2014)

5. Solo Menari (29 April 2014)

6. Festival Film Solo (7-10 Mei 2014)

18 Hasil Wawancara dengan Bapak Suparno selaku masyarakat di wilayah Kadipiro Kota

Surakarta, Tanggal 22 Maret 2015.

59

7. Mangkunegaran Performing Art (9-10 Mei 2014)

8. Java Expo (14-18 Mei 2014)

9. Vastenburg Festival (6-7 Juni 2014)

10. Keraton Art Festival (11-12 Juni 2014)

11. Indonesian Mask Festival (19-21 Juni 2014)

12. Solo Batik Carnival (22 Juni 2014)

13. Malam Penobatan Putra Putri Solo (30 Agustus 2014)

14. Solo Batik Fashion (5-7 September 2014)

15. Solo Keroncong Festival (12-13 September 2014)

16. Solo City Jazz (19-20 September 2014)

17. Solo International Performing Arts (26-28 September 2014)

18. Kirab Malam Satu Sura (24 Oktober 2014)

19. Rock In Solo (1-2 November 2014)

20. Bengawan Solo Gethek Festival (9 November 2014)

Dari berbagai event yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo

sepanjang tahun 2014, berikut peneliti klasifikasikan jenis event berdasarkan

kategori budaya Jawa dan budaya modern.

Tabel 4.1.

Klasifikasi Event Kota Solo Tahun 2014

No. Event Budaya Jawa Event Modern

1. Solo Carnival Bengawan Solo Travel Mart

2. Konser Gamelan Akbar Festival Film Solo

3. Festival Jenang Solo Vastenburg Festival

4. Solo Menari Indonesian Mask Festival

5. Mangkunegaran Performing Art Solo City Jazzw

6. Java Expo Rock In Solo

7. Keraton Art Festival

8. Solo Batik Carnival

9. Malam Penobatan Putra Putri Solo

10. Solo Batik Fashion

11. Solo Keroncong Festival

12. Solo International Performing Arts

13. Kirab Malam Satu Sura

14. Bengawan Solo Gethek Festival

60

Berdasarkan event-event yang diselenggarakan reguler oleh

pemerintah Kota Solo diharapkan akan dapat mempromosikan berbagai

potensi yang dimiliki oleh Kota Solo, khususnya berkaitan dengan kekayaan

budaya dan seni yang ada di Kota Solo.

Dari berbagai event budaya dan non budaya yang dilaksanakan oleh

pemerintah Kota Solo tersebut selaras dengan kebijakan pemerintah Kota Solo

dalam melakukan city branding. Di mana dalam pelaksanaan event tersebut

pemerintah Kota Solo mengajak semua lapisan masyarakat yang ada di Kota

Solo untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan berbagai event yang sudah

direncanakan. Melalui event tersebut dapat menumbuhkan sikap mencintai

kota Solo sebagai Kota Budaya, serta manfaat dari pelaksanaan event tersebut

kegiatan ekonomi di Kota Solo dapat berkembang, seperti usaha kuliner,

perhotelan, maupun pariwisata.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis sampaikan

implementasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan

Slogan “Solo, The Spirit Of Java” melalui berbagai event dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

61

Tabel 4.2.

Strategi Komunikasi City Branding Kota Solo Demi Menjamin Keberlangsungan Slogan “Solo, The Spirit Of Java”

No. Nama

Kegiatan

Keterangan

1. Solo Batik

Carnival

(SBC)

a. Pendanaan Kegiatan Solo Batik Carnival

Anggaran pendanaan Solo Batik Carnival diperoleh dari bantuan APBD Kota Surakarta 40%,

sedangkan 60% berasal dari sponsorship maupun dana yang diperoleh dari penjualan tiket menyaksikan

di dalam stadion.

b. Penggagas

Pelaksanaan Solo Batik Carnival berawal dari keinginan mengembangkan potensi batik, munculah ide

awal mengenai karnaval batik yang dicetuskan oleh salah seorang pengusaha dari kota Solo. Dengan

menggaet Dynand Fariz (creator Jember Fashion Carnival) dalam pembuatan konsep awal karnaval,

terlahirlah Solo Batik Carnival. Konsep awal tersebut kemudian didiskusikan dengan Walikota Solo

selaku pemangku kepentingan tertinggi. Bak gayung bersambut, Ir. Jokowi-pun mempertemukan

mereka dengan Kepala Dinas Pariwisata Tahun 2008. Kemudian dibentuklah kepanitiaan dan memulai

perekrutan peserta dan volunteer. Dalam era awal terbentuknya SBC, kritikan dan kesangsian banyak

muncul dari para pegiat seni, dikarenakan desain yang digunakan sebagai kostum karnaval dianggap

menyimpang dari nilai nilai batik. Akan tetapi dengan maksud dan tujuan yang baik, bahwa gagasan

awal karnaval ini adalah sebagai bentuk eksplorasi batik dengan berdasar pada nilai nilai luhur batik,

maka Solo Batik Carnival pun dapat diterima oleh semua elemen masyarakat termasuk para penggiat

kesenian di Surakarta.

c. Pelibatan Masyarakat

Dalam pelaksanaan Solo Batik Carnival semua orang dapat ikut serta dalam Solo Batik Carnival, karena

Solo Batik Carnival ini tidak membeda-bedakan para pesertanya. Pada dasarnya karnaval ini adalah

karnaval lintas etnik dapat di ikuti dari anak-anak sampai dewasa. Syarat utama untuk menjadi peserta

Solo Batik Carnival adalah sehat jasmani dan rohani karena karnaval ini adalah runway yang berate

berjalan jauh. Di sini para calon peserta diharapkan memiliki fisik yang kuat,sehat dan disiplin yang

tinggi. Para calon peserta pun dituntut benar-benar serius dan memiliki jiwa seni dan kreativitas yang

tinggi.

62

d. Model Perekrutan

Model perekrutan panitia Solo Batik Carnival ini merupakan gabungan antara tim Solo Batik Carnival

tahun sebelumnya dan ditambah anggota baru dari Mataya Art and Heritage yang kemudian

digabungkan antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta dan Solo Center Point.

Mataya Art And Heritage merupakan salah satu Event Organizer di Kota Solo yang bergerak di bidang

Event Budaya. Saat ini event Solo Batik Carnival ditangani oleh Yayasan Solo Batik Carnival. Yayasan

Solo Batik Carnival merupakan sebuah lembaga berbadan hukum resmi yang didirikan awal tahun

2012. Diharapkan yayasan ini menjadi tempat bernaung para peserta Solo Batik Carnival. Keberadaan

yayasan ini menjadi semacam manajemen untuk para anggota Solo Batik Carnival, mengingat

banyaknya tawaran show dari luar kota Solo. Dengan begitu, peserta Solo Batik Carnival mempunyai

standar minimal akomodasi dan manajemen yang profesional untuk show di luar kota Solo. Rencana

jangka panjangnya, dari yayasan ini kemudian muncul lembaga lembaga pendidikan dalam bidang

fashion, terutama batik.

2. Kereta

Kencana

World Music

Festival

a. Pendanaan Kereta Kencana World Music Festival

Pendanaan kegiatan Kereta Kencana World Music Festival berasal dari APBD Kota Solo, berkisar

antara 20% dari total anggaran yang dibutuhkan, sedangkan 80% berasal dari sponsor.

b. Penggagas Kereta Kencana World Music Festival

Kereta Kencana World Music Festival diprakrasai oleh Dinas Pariwisata Kota Solo dan disetujui oleh

Pemerintah Kota Solo sebagai event tahunan.

c. Pelibatan Masyarakat

Kereta Kencana World Music Festival melibatkan masyarakat secara luas untuk berpartisipasi dalam

acara KWF, masyarakat yang akan berpartisipasi diharuskan mendaftarkan diri ke panitia

penyelenggara.

d. Model Perekrutan

Perekrutan dalam acara Kereta Kencana World Music Festival adalah melalui seleksi yang

diselenggarakan oleh panitia.

3. Eco Cultural

City a. Pendanaan

Pendanaan Eco Cultural City didanai dari APBD Kota Surakarta serta swadaya masyarakat.

b. Penggagas

Gagasan Eco Cultural City ini dicanangkan oleh Walikota Solo yaitu Jokowi. Eco Cultural City ini

sebagai upaya yang layak dilakukan setiap kota untuk menghentikan pemanasan global yang

63

dampaknya juga dirasakan di Solo dengan perubahan iklim yang cukup ekstrem. Secara peringkat

barangkali kota di dalam kebun lebih maju dibanding konsep hutan kota yang biasa dilakukan di kota-

kota di Indonesia.

c. Pelibatan Masyarakat

Eco Cultural City ini melibatkan semua lapisan masyarakat yang ada di Kota Solo untuk membuat

gerakan ruang terbuka hijau dengan membuat taman-taman di setiap wilayah RT dan RW.

d. Model Perekrutan

Perekrutan kegiatan Eco Cultural City yaitu dari tokoh masyarakat dengan melibatkan Badan

Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Tata Ruang Kota (DTRK),

serta unsur pemerintahan wilayah.

4. Solo

International

Performing

Art

a. Pendanaan

Pendanaan Solo International Performing Art didanai dari APBD Kota Surakarta 40%, sedangkan 60%

dari sponsor.

b. Penggagas

Solo International Performing Art diprakrasai oleh Dinas Pariwisata Kota Solo dan disetujui oleh

Pemerintah Kota Solo sebagai event tahunan.

c. Pelibatan Masyarakat

Solo International Performing Art ini melibatkan semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

acara SIPA, masyarakat yang akan berpartisipasi diharuskan mendaftarkan diri ke panitia

penyelenggara.

d. Model Perekrutan

Perekrutan dalam acara SIPA adalah melalui seleksi yang diselenggarakan oleh panitia.

Dalam penelitian, Pemerintah Kota Solo tidak melakukan tahapan

dalam proses city branding. Tahapan awal dalam city branding ini tidak

sampai dilakukan dikarenakan pada dasarnya Pemkot Solo sendiri kurang

memahami akan tahapan-tahapan dalam proses city branding yang secara

teoritis, akan tetapi Pemkot hanya menyatakan pada interview yang penulis

lakukan bahwa:19

“Peluang yang kami (Pemkot) lihat ketika ada beberapa komunitas

di msyarakat yang memiliki ide atau gagasan untuk mengadakan

event Festival Seni Budaya maka kami pun menyadari bahwa hal

ini dapat dijadikan peluang untuk kota Solo dapat bersaing dengan

kota- kota yang lain.”

Strategi yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dalam melakukan

city branding, sebagai Kota Budaya adalah dengan memberdayakan

segenap potensi budaya Surakarta, untuk ditampilkan sebagai sebuah identitas

kota. Alasan Pemkot memilih slogan “Solo the Spirit of Java”? Karena daya

saing yang kuat di Solo adalah nilai-nilai budaya yang masih dipegang teguh

serta memiliki perputaran ekonomi yang besar di sektor pariwisatanya. Maka

nilai jual tadi lah yang dipasarkan oleh Pemkot Solo. Setelah ide-ide

dikumpulkan dan ditampung maka Pemerintah Kota Solo beserta pihak

pelaksana mulai merancang bagaimana setiap event festival tersebut dapat

terlaksana dengan baik dan dapat menjadikan kota Solo semakin dikenal

sebagai Kota Festival Budaya oleh masyarakat luas.

Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi city branding dengan

slogan ‘Solo the Spirit of Java’ harus mampu memadukan secara selaras

strategi komunikasi pemasaran citra kota Solo dengan strategi pengembangan

SDM kota Solo yang bernafaskan budaya Jawa. Apabila keterpaduan yang

selaras itu terjadi, maka dapat dipastikan implementasi city branding tersebut

bisa berlanjut hingga terwujud hal yang diimpikan itu. Kegagalan memadukan

secara selaras strategi komunikasi pemasaran citra kota Solo dengan strategi

pengembangan SDM kota Solo yang bernafaskan budaya Jawa, dapat

19 Hasil Wawancara dengan Bapak Ipung selaku Staf Dinas Pariwisata Kota Solo, Tanggal

12 Oktober 2014.

65

membuka peluang bagi pengelana kekuasaan atau calon penguasa kota yang

berikut untuk menjegal implementasi city branding tersebut demi kepentingan

politik pribadi/ kelompoknya.

4.2. Kebijakan Pembangunan SDM Kota Solo

Beberapa event dalam skala lokal, nasional dan internasional yang

dapat mengakat nama Kota Surakarta sebagai ikon budaya, misalnya, Solo

Batik Carnival (SBC), Kereta Kencana World Music Festival atau Kereta

Kencana World Music Festival, Eco Cultural City, Solo International

Performing Art dan lain sebagainya.

Menurut Suratmi dan Sigit Santosa, Jurnal Strategi Pemerintah Kota

Surakarta Dalam Melakukan City Branding Sebagai Kota Budaya, Pemerintah

kota Solo sendiri disini sebagai tindak lanjut dalam rangka melestarikan

budaya lokal, pemerintah Kota Surakarta memberi penguatan pada tiap

sanggar, kampung dan lain-lain dalam pelestarian nilai-nilai kearifan lokal.

Penguatan potensi seni menjadi pelengkap yang mempertegas city branding

sebagai kota budaya. Dukungan masyarakat dalam hal ini dapat berupa

menyetujui dan melaksanakan kebijakan pemerintah seperti meningkatkan

etos kerja, menjaga pelestarian taman kota, sikap menghargai keindahan,

perilaku hidup sehat, tidak membuang sampah sembarangan.

Unsur sarana dan prasarana meliputi sumber daya manusia, peralatan

dan sumber daya modal. Dalam hal ini sumber daya manusia untuk

mendukung implementasi slogan Solo, The Spirit Of Java dibutuhkan sumber

daya manusia yang handal, memiliki etos kerja yang tinggi serta memiliki

pemimpin yang dapat memberikan keteladanan bagi masyarakat.

Pemerintah Kota Solo dalam melakukan city branding melihat peluang

yang mampu dikembangkan. Daya saing yang dimiliki dan ditonjolkan dalam

proses ini adalah sisi budaya dan pariwisata yang dinilai memiliki nilai lebih

baik di masyarakat Solo sendiri maupun masyarakat di luar Solo. Di level

makro, kota Solo dilihat dapat menjadi kota wisata budaya dengan event-event

kebudayaan besar yang sering dilakukan di Solo. Sedangkan di level mikro,

66

masyarakat Solo sendiri mampu lebih berdaya saing dalam mengembangkan

dan meningkatkan ekonominya di segala aspek baik aspek pariwisata berupa

hotel, kuliner, souvenir (batik), dll.Maka dapat dikatakan kota Solo merupakan

salah satu kota paling produktif di Indonesia. Setiap kota harus memiliki

identitas khusus yang membedakan kota satu dengan kota lainnya, oleh sebab

itu Pemerintah Kota Surakarta perlu memiliki identitas khusus itu, yaitu

sebagai Kota Budaya, yang diharapkan bisa menunjang kegiatan pariwisata.

Solo memiliki cita-cita menjadi kota yang bertumpu pada seni budaya dan

meningkatkan kegiatan kepariwisataan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat peneliti kemukakan

bahwa event-event budaya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Solo

selaras dengan semangat warga masyarakat Kota Solo yang mencintai budaya

dan etos kerja. Namun untuk penerapan Slogan “Solo, The Spirit Of Java”

kurang selaras dengan budaya yang ada di Kota Solo, sebab selama ini

pemerintah Kota Solo kurang mensosialisasikan “Solo, The Spirit Of Java”

kepada masyarakat, sehingga keberadaan slogan “Solo, The Spirit Of Java”

kurang dikenal oleh masyarakat.