bab iv analisa iv.1 analisa aspek lingkungan mega kuningan...
TRANSCRIPT
36
BAB IV
ANALISA
IV.1 Analisa Aspek Lingkungan
IV.1.1 Analisa Potensi Sekitar Tapak
Mega Kuningan merupakan salah satu wilayah yang berada dalam
cakupan kawasan Segitiga Emas Setiabudi. Menurut RTRW Jakarta 2010-
2030, kawasan Segitiga Emas Setiabudi merupakan salah satu fokus
pembangunan kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, salah
satunya melalui sektor pariwisata. Mega Kuningan disebut sebagai
kawasan diplomatik karena letaknya yang dikelilingi oleh perkantoran dari
perusahaan multinasional serta dekat dengan kedutaan besar. Dengan
melihat keadaan tersebut, maka proyek ini ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan menginap bagi orang-orang yang berada di sekitar dengan
penekanan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan bisnis.
Gambar 4.1 Peta kawasan Segitiga Emas Setiabudi
Agar terbentuk bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi
lingkungan, maka perlu ada timbal balik antara potensi tapak dengan
bangunan terutama dari faktor ekonomi. Ada beberapa elemen lingkungan
di sekitar tapak baik yang berbatasan langsung maupun tidak untuk
37
digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam merancangan hotel
bisnis.
Gambar 4.2 Peta potensi di sekitar tapak
No. Nama Keterangan
1. Hotel Ritz Carlton Jakarta
Hotel Ritz Carlton merupakan hotel konvensi berbintang lima yang memiliki 327 kamar dengan fasilitas function room yang memadai.
Hotel Ritz Carlton merupakan pesaing hotel bisnis di daerah Kuningan. Keberadaannya di sebelah barat tapak, memberikan keuntungan berupa penghalangan dari sinar matahari sore.
38
2. Menara Anugerah
Menara Anugrah (Kantor Taman Mega Kuningan) yang terletak di sisi selatan tapak adalah gedung perkantoran 28 lantai dengan 34 tenant yang meliputi perusahaan nasional dan multinasional.
Keberadaan tenant dari perusahaan-perusahaan besar memberikan potensi terhadap proyek hotel bisnis untuk menjadi tamu hotel yang ingin menginap, makan, mengadakan training, atau untuk pertemuan informal. Perlu ada integrasi langsung terhadap gedung kantor ini dari segi aksesibilitas pejalan kaki.
3. Hotel JW Mariott Jakarta
Hotel J.W Mariott adalah hotel konvensi berbintang lima bertaraf internasional dengan 287 kamar & 35 suites.
JW Marriott adalah pesaing hotel bisnis di kawasan Mega Kuningan.
4. Oakwood Premier Cozmo
Oakwood Premier Cozmo adalah serviced apartment yang menyediakan 204 kamar hunian, diperuntukkan bagi orang yang ingin menginap dalam jangka waktu lama.
Oakwood Premier Cozmo memberikan potensi untuk menjadi tamu hotel bisnis, yang ingin mengadakan pertemuan dengan relasi atau untuk makan di restoran.
39
5. ITC Kuningan
ITC Kuningan adalah pusat bisnis dan perbelanjaan grosir yang terletak di Jl. Prof DR Satrio, Jakarta Selatan. ITC Kuningan dapat menampung 2.300 unit kios.
ITC Kuningan memberikan potensi terhadap lingkungan sekitar berupa penciptaan kawasan bisnis, namun tidak berpengaruh terhadap proyek hotel bisnis karena terdapat perbedaan target pasar.
6. Mal Ambasador
Mal Ambasador merupakan pusat bisnis dan perbelanjaan yang serupa dengan ITC Kuningan. Sama dengan ITC Kuningan, Mal Ambasador memberikan potensi mengembangkan kawasan sekitarnya untuk menjadi kawasan bisnis, namun tidak memberikan keuntungan bagi hotel bisnis.
7. Kuningan City
Kuningan City merupakan bangunan mix use yang memadukan mal dengan hunian (Denpasar Residence) dan gedung kantor (AXA).
Keberadaan bangunan mix use memberikan potensi terhadap proyek hotel bisnis berupa peluang tamu hotel untuk menginap atau untuk mengadakan rapat/training.
8. Kompleks Rumah Dinas Pejabat Tinggi Negara
Terdapat deretan perumahan rumah dinas pejabat negara, yang dapat menjadi potensi untuk hotel bisnis sebagai tamu yang membutuhkan tempat pertemuan dengan relasi atau untuk menikmati hiburan yang disediakan hotel.
40
9. The Bellagio Mansion
The Bellagio Mansion adalah apartemen 30 lantai yang menyediakan hunian yang diperuntukkan untuk orang yang ingin tinggal dalam jangka panjang. Letaknya yang dekat dengan tapak, memberi potensi berupa tamu hotel.
Tabel 4.1 Elemen Lingkungan
Lokasi tapak berada di dalam kompleks perkantoran Mega
Kuningan yang di dalamnya terdapat gedung-gedung kantor, hotel dan
apartemen kelas premium. Aktivitas utama di lingkungan ini adalah
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh pelaku yang berasal dari kalangan
menegah ke atas. Dari hasil analisa tabel diatas, dapat diketahui potensi
dan tantangan dari lingkungan terhadap proyek hotel bisnis bintang lima di
Kuningan. selain itu juga terdapat bangunan yang bersifat netral, yakni
ITC Kuningan dan Mal Ambasador. Sifat bangunan netral dikarenakan
adanya perbedaan target pasar antara hotel dengan kedua pusat bisnis
tersebut.
Potensi dari lingkungan terhadap proyek adalah tamu hotel yang
berasal dari bangunan-bangunan di sekitar yang ingin menginap,
mengadakan pertemuan, training atau untuk makan. Potensi terbesar
berasal dari perkantoran, diantaranya adalah Menara Anugrah dan AXA.
Sebagian besar tenant diisi oleh perusahaan nasional hingga multinasional
dengan jumlah karyawan yang banyak, sehingga peluang untuk menjadi
tamu hotel sangat besar.
41
Selain potensi dari lingkungan, terdapat tantangan berupa
keberadaan hotel Ritz Carlton dan hotel J.W Marriott yang merupakan
saingan hotel bisnis. Kedua hotel tersebut adalah hotel bertaraf
internasional dengan jaringan yang menyebar di seluruh dunia. Dalam
menghadapi persaingan dengan kedua hotel tersebut, maka proyek hotel
bisnis menekankan kepada aspek ekonomis. Sisi ekonomis ditonjolkan
melalui penyediaan akomodasi kamar dengan dimensi yang disesuaikan
dengan standar minimum hotel bintang lima. Penentuan dimensi kamar
hotel yang tidak terlalu besar juga didasarkan pada karakteristik tamu hotel
yang menginap dalam jangka waktu pendek. Dengan demikian biaya sewa
kamar dapat lebih rendah dengan kedua kompetitor tersebut.
IV.1.2 Analisa Orientasi Tapak
Gambar 4.3 Pola ruang Centralized Cluster
Pola sirkulasi lingkungan di tapak adalah kluster terpusat
(Centralized Cluster) yang terbentuk dari perletakan massa bangunan dan
tapak yang mengelompok secara simetris, dan berpusat pada tapak
berbentuk lingkaran di tengah. Oleh karena pusat lingkungan tersebut
berada di sisi kiri tapak sehingga orientasi tapak menghadap ke arah barat,
ke arah jalan Lingkar Mega Kuningan.
42
IV.1.3 Analisa Orientasi Terhadap Matahari
Bentuk tapak memanjang dari utara ke selatan menyebabkan
ekspos sinar matahari siang dalam intensitas yang tinggi ke dalam tapak.
Tingginya intensitas sinar matahari terutama datang dari arah timur. Pada
sisi barat tapak, sinar matahari sedikit terhalang oleh bangunan hotel Ritz
Carlton, sehingga paparan radiasi panas dari arah barat berkurang. Posisi
astronomis tapak pada 6°13 LS dan 106°49 BT, memungkinkan sinar
matahari bergerak dari timur ke barat dengan sudut kemiringan rotasi
matahari condong ke arah utara.
Gambar 4.4 Analisa Matahari
Jam Bulan Februari Bulan Juni
08.00
Hotel Ritz Carlton
Lokasi Tapak
43
10.00
12.00
15.00
Tabel 4.2 Perbandingan Pembayangan Sinar Matahari
Berdasarkan analisa rotasi matahari pada tapak dalam dua bulan
berbeda (Februari dan Juni), didapati bahwa bangunan di sekitar tidak
banyak berpengaruh dalam pembayangan terhadap tapak.
Sisi selatan merupakan zona ternyaman, karena tidak terkena
radiasi matahari langsung, sedangkan sebaliknya sisi utara tapak
memperoleh sinar matahari yang melimpah. Sisi utara tapak terpapar sinar
matahari selama kira-kira 7 jam ( jam 8 pagi – 3 sore), sedangkan sisi
timur dan barat masing-masing memperoleh paparan sinar matahari selama
sekitar 4 jam.
44
Oleh karena itu dalam pengaturan orientasi bangunan di dalam
tapak terhadap sinar matahari, sisi utara perlu dijadikan pertimbangan
selain sisi timur-barat untuk meminimalkan permukaan bangunan terpapar
sinar matahari.
Alternatif A
+ Bentuk massa bangunan mengikuti
bentuk tapak
+ Bangunan memperoleh potensi
view dari arah Lingkar Mega
Kuningan dan Jl. Mega Kuningan
- Bangunan terekspose banyak sinar
matahari dari timur dan barat
Alternatif B
+ Orientasi bangunan ke arah timur-
barat, meminimalkan permukaan
bangunan dalam menerima paparan
radiasi panas matahari timur dan
barat
- Bentuk massa bangunan tidak
sesuai dengan bentuk tapak
- View ke ke luar tapak kurang
maksimal, karena terhalang oleh
bangunan di sebelahnya
- Massa bangunan memperoleh
paparan sinar matahari cukup banyak
dari utara
45
Alternatif C
+ Bentuk massa bangunan mengikuti
bentuk tapak
+ Orientasi bangunan dimiringkan
terhadap garis edar matahari,
sehingga meminimalkan paparan
sinar matahari langsung ke dalam
bangunan dari 3 arah (utara, timur,
barat)
- Sudut kemiringan bangunan
menyebabkan terbentuknya ruang-
ruang yang tanggung dalam tapak
sehingga pengolahan tapak kurang
maksimal
Tabel 4.3 Alternatif orientasi massa bangunan
Berdasarkan analisa ketiga alternatif orientasi massa bangunan
pada tapak, maka alternatif yang dipilih untuk perancangan hotel adalah
alternatif C. Orientasi massa bangunan dimiringkan terhadap arah barat-
timur sehingga meminimalkan paparan langsung sinar matahari ke dalam
bangunan dan juga memperkecil bidang bangunan yang menghadap utara.
46
IV.1.4 Analisa Angin
Angin bergerak dari udara yang bertekanan tinggi ke tekanan yang
rendah dan banyaknya hembusan angin dipengaruhi kondisi lingkungan
sekitar. Berdasarkan kondisi tapak, angin banyak berasal dari arah
tenggara dan barat laut. Angin dari tenggara dikarenakan terdapat tanah
kosong yang cukup luas di sisi tenggara tapak, sedangan angin dari sisi
barat laut, dipengaruhi oleh deretan bangunan tinggi yang membentuk
lorong angin yang mengarah ke dalam tapak. Angin dapat dimanfaatkan
untuk menurunkan suhu udara lingkungan, karena dapat mendorong udara
panas. Angin juga dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami untuk
fasilitas hotel, yaitu restoran yang berkonsep tropis dengan letaknya pada
ruang terbuka.
Gambar 4.5 Arah angin
IV.1.5 Analisa Orientasi Terhadap View
Potensi view ke luar tapak ada 2 yaitu ke arah Lingkar Mega
Kuningan (barat) dan Jalan Mega Kuningan (selatan, tenggara). Keduanya
merupakan jalan utama di dalam kawasan Mega Kuningan yang ramai
dilewati kendaraan bermotor atau pejalan kaki. Pada sisi timur tapak,
terdapat perumahan pejabat dengan kondisi jalan yang sepi, sehingga view
menuju arah ini tidak maksimal.
47
Gambar 4.6 Analisa View
Alternatif A
+ Orientasi bangunan sesuai bentuk
tapak
+ Bangunan memperoleh view
maksimal ke arah jalan utama dan
ke arah lainnya
- Tidak ada arah view terbaik,
karena elemen lingkungan sekitar
tapak yang sama
Alternatif B
+ Setiap ruangan memiliki view
yang berbeda-beda
- View ke luar tapak terhalang,
karena posisi 2 massa yang
berdekatan
Tabel 4.4 Alternatif orientasi bangunan terhadap view
48
Berdasarkan analisa orientasi terhadap view, tidak didapati posisi
best view atau view terbaik karena bangunan di sekitar tapak bersifat netral
dan elemen lingkungan relatif sama. Penentuan orientasi bangunan
mengikuti orientasi tapak terhadap lingkungan, sehingga dipilih orientasi
bangunan alternatif A.
IV.1.6 Analisa Kebisingan
Gambar 4.7 Analisa Kebisingan
Sumber kebisingan terutama berasal dari bunyi mesin kendaraan
bermotor pada persimpangan jalan yang mempertemukan jalan Mega
Kuningan dengan Lingkar Mega Kuningan. Adapun pemecahan masalah
kebisingan adalah dengan pengaturan perletakan bangunan. Bangunan di
tempatkan mundur ke belakang tapak, menjauhi sumber kebisingan. Selain
itu juga dapat dilakukan dengan menempatkan vegetasi, ditempatkan di
dekat pinggir tapak, sebagai sound barrier.
Gambar 4.8 Vegetasi sebagai sound barrier
49
Tabel 4.5 Alternatif pemecahan masalah kebisingan
IV.1.7 Analisa Entrance dan Sirkulasi Kendaraan
Gambar 4.9Arus sirkulasi kendaraan lingkungan
Jalur entrance dipengaruhi oleh faktor sirkulasi kendaraan di
lingkungan. Seperti yang sudah diketahui, sirkulasi kendaraan di sekitar
tapak adalah jalur one way, yang mengitari Lingkar Mega Kuningan
searah jarum jam. Dalam menentukan perletakan pintu masuk (entrance),
terdapat 3 pola pencapaian ke dalam tapak:
• Pola jalan masuk tunggal
� Semua masuk melalui satu jalur
� Pejalan kaki dan pengguna kendaraan meggunakan jalur
yang sama
• Pola jalan masuk ganda
� Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki terpisah
50
• Pola masuk triplet
� Pemisahan jalur masuk antara jalur kendaraan, jalur pejalan
kaki dan jalur servis
Dalam perancangan hotel, pola sirkulasi yang sesuai ialah pola
triplet. Pemisahan jalur masuk antara tamu dan servis bertujuan untuk
menghindari terjadinya cross circulation dan agar sirkulasi servis tidak
mengganggu sirkulasi kendaraan tamu.
Alternatif A
+ Pencapaian masuk melalui main
entrance dekat
+ Pintu masuk servis diletakkan di
belakang dan tidak menggangu
sirkulasi kendaraan tamu
- Keberadaan main entrance yang
dekat dengan bangunan tinggi di
sebelah tapak, dapat menimbulkan
kebingungan pintu masuk antara 2
bangunan
Alternatif B
+ Keberadaan main entrance yang
terlihat jelas dari jalan Lingkar Mega
Kuningan
+ Pintu masuk servis diletakkan di
belakang dan tidak menggangu
sirkulasi kendaraan tamu
- Pencapaian main entrance cukup
jauh
Tabel 4.6 Alternatif perletakan jalur entrance
In
In
Out
Out
Servis
Servis
51
Berdasarkan analisa kedua alternatif perletakan jalur entrance ke
dalam tapak, maka alternatif yang dipilih untuk perancangan hotel adalah
alternatif B. Main entrance diletakkan setelah pintu keluar, bertujuan
untuk menghindari kemungkinan pengemudi melewatkan pintu masuk ke
dalam hotel. Perletakan pintu masuk utama di depan dan servis di bagian
belakang memperjelas peruntukan jalur masuk sesuai pelaku kegiatan.
IV.1.8 Analisa Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan Kaki dalam Tapak
Alternatif A
+ Efisiensi jalur sirkulasi kendaraan , yakni hanya pada bagian depan bangunan + Kejelasan arah kendaraan dan area drop off pada bangunan + Sirkulasi pejalan kaki menggunakan pola linier dekat dengan potensi arah pejalan kaki di sekitar tapak - Sirkulasi kendaraan di depan bangunan relatif padat
Alternatif B
+ Sirkulasi kendaraan berbentuk loop sehingga menghindari terjadinya cross circulation + Sirkulasi pejalan kaki menggunakan pola linier dekat dengan potensi arah pejalan kaki di sekitar tapak - Jalur sirkulasi kendaraan tidak efisien
Tabel 4.7 Analisa sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki
Dari hasil analisa alternatif sirkulasi kendaraan makadipilih alternatif A. Jalur sirkulasi kendaraan membentuk pola grid sehingga efisien dalam pengolahan lahan untuk sirkulasi. Dengan pola sirkulasi grid, pola sirkulasi kendaraan jelas dengan area drop offnya sehingga memudahkan pengguna kendaraan.
52
Untuk sirkulasi pejalan kaki menggunakan pola linier, dengan akses langsung masuk ke dalam bangunan utama dari luar tapak dengan melewati area publik.
IV.1.9 Analisa Zoning Tapak
Zoning tapak adalah pengaturan perletakan ruang-ruang
berdasarkan sifat ruang, yakni publik (lobby, entrance), ruang semipublik
(restoran dan fasilitas), ruang privat (kamar tidur ) dan ruang servis.
Alternatif A
+ Ruang privat terletak bagian
tengah, diapit ruang publik
(taman) sehingga jauh dari
kebisingan
+ Pemisahan ruang semipublik
menjadi 2, agar mudah dicapai
dari sisi utara maupun selatan
tapak
- Sirkulasi ruang semipublik
terpecah, sehingga dapat
menimbulkan kebingungan arah
Alternatif B
+ Ruang semipublik terintegrasi
+ Ruang semipublik dekat
dengan ruang sevis, sehingga
tidak terjadi singgungan
kegiatan tamu dan servis
- Ruang privat berada dekat
dengan sumber kebisingan
Tabel 4.8 Perbandingan zoning tapak
Servis
Publik Semi-publik
Privat
Semi-publik
Servis Publik
Semi-publik
Privat
53
Dari hasil analisa perbandingan perletakan tapak, dipilih alternatif
A. Ruang privat yakni kamar tidur diletakkan di bagian tengah sehingga
memudahkan pencapaian ke zona lainnya. ruang servis diletakkan di sisi
belakang tapak, menghadap sisi timur-utara, karena merupakan bagian
dalam tapak yang tidak memiliki keuntungan view dan terkena paparan
sinar matahari dalam intensitas tinggi.
Adapun zona ruang semipublik dibagi menjadi 2 yaitu function
room pada sisi utara dan restoran & cafe pada sisi selatan. Pemisahan
kedua zoning ruang ditujukan agar function room memiliki sirkulasi
sendiri dan terpisah, dan untuk memudahkan pencapaian dari parkir ke
ruang pertemuan, disediakan lobby khusus untuk function room.
54
IV.2 Analisis Aspek Manusia
IV.2.1 Analisa Target Pasar
Lokasi tapak untuk perancangan hotel berada di daerah Kuningan
yang merupakan kawasan bisnis primer di Jakarta Selatan. Potensi
lingkungan sekitar tapak yang dikelilingi oleh perkantoran, pusat bisnis,
pemukiman eksklusif serta dekat dengan kantor kedutaan besar memberi
peluang target pasar hotel berasal dari kalangan menegah ke atas. Kondisi
sosial lingkungan secara langsung berpengaruh terhadap karakter manusia
di dalam kawasan. Kegiatan manusia di kawasan Kuningan didominasi
oleh kegiatan bisnis sehingga desain hotel ditujukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar sehingga dirancang hotel bisnis
berbintang lima. Tamu terbesar yang akan menggunakan hotel ini adalah :
a. Pebinis/pengusaha lokal dan mancanegara, baik individu maupun
kelompok
b. Pejabat pemerintah
c. Peserta suatu pertemuan
d. Pegawai dari perkantoran sekitar
IV.2.2 Pelaku, Jenis dan Urutan Kegiatan
Pelaku kegiatan di dalam hotel dibedakan menjadi 2 kelompok,
diantaranya:
1. Tamu hotel
Tamu merupakan pelaku kegiatan utama dalam hotel. Sesuai
dengan kegiatan dan tujuannya kedatangannya, tamu dipisahkan ke
dalam dua golongan yaitu tamu yang menginap dan tamu yang tidak
menginap.
55
a. Tamu yang menginap
Merupakan tamu yang datang ke hotel dengan tujuan menginap.
Berikut adalah skema kegiatan tamu
Gambar 4.10 Analisa Kegiatan tamu menginap
b. Tamu yang tidak menginap
Merupakan tamu yang datang untuk menghadiri suatu pertemuan
saja atau datang untuk makan dan menikmati hiburan/fasilitas.
Gambar 4.11 Analisa Kegiatan tamu tidak menginap
56
2. Pengelola hotel
Pengelola hotel dibagi menjadi dua bagian sesuai dengan letak
pekerhjaannya yaitu front of the house dan back of the house. Letak
perbedaan berada pada lokasi kantor. Front of the house diletakkan di
bagian depan hotel yang bersinggungan langsung dekat dengan tamu hotel.
Sedangkan back of the house merupakan bagian belakang yang digunakan
untuk kegiatan servis
a. Front of the house
Gambar 4.12 Analisa Kegiatan staf front office
b. Back of the house
Gambar 4.13 Analisa Kegiatan staf back office
57
IV.2.3 Analisa Kebutuhan Ruang
Setelah melakukan analisa target pasar dan kegiatan pelaku, didapatkan
ruang-ruang yang dibutuhkan didalam hotel
A. Tamu
Kegiatan Ruang Sifat Ruang
Memarkir kendaraan Ruang parkir Publik Datang, bertemu relasi Lobby, seating area Semipublik Check-in, mengurus administrasi, mencari informasi
Front desk, resepsionis , kasir
Semipublik
Menginap, istirahat Unit kamar tamu Privat Makan/minum Coffee shop Semipublik Restoran Semipublik Lounge Semipublik Bar Semipublik Buang air Toilet Privat, servis Pertemuan/meeting Ballroom Semipublik Ballroom Lobby Semipublik Meeting room Semipublik Olahraga & hiburan Fitness center Privat Lapangan Tenis Privat Kolam renang Privat Ruang ganti & bilas Privat Berbelanja Retail Privat Bisnis Business center Semipublik
Tabel 4.9 Kebutuhan ruang untuk tamu
B. Front of the house staf
Kegiatan Ruang Sifat Ruang
Memarkir kendaraan Ruang parkir Publik Melayani administrasi tamu Resepsionis, front
desk, kasir Semipublik
Mengurus manajemen hotel, administrasi, makanan, sales & catering
Front office Privat
Menyimpan data, fotokopi Gudang Privat Makan/minum Kantin Staf Semipublik Buang air Toilet karyawan Privat, servis
Tabel 4.10 Kebutuhan ruang untuk staf front of the house
58
C. Back of the house staf
Kegiatan Ruang Sifat Ruang Memarkir kendaraan Ruang parkir Publik Absen Timekeeper Semipublik Mengganti pakaian, istirahat Ruang staf, loker Privat Makan & minum Kantin staf Semiprivat Buang air Toilet staf Privat, servis Loading barang Loading dock Semiprivat Mendata barang masuk Ruang penerima
barang Privat
Membuang sampah Trash holding Semiprivat Menyimpan perlengkapan kamar
Linen Semiprivat
Menyimpan perlengkapan Gudang Privat Mencuci pakaian tamu Laundry Privat Memasak, membuat minuman
Dapur Privat
Menyimpan persediaan makanan dan minuman
Gudang F & B Privat
Tabel 4.11 Kebutuhan ruang untuk staf back of the house
D. Mekanikal
Kegiatan Ruang Sifat Ruang Mengoperasikan kebutuhan mekanikal dan elektrikal
Ruang mekanikal: Privat, servis Ruang pompa Privat, servis Ruang chiller Privat, servis Ruang boiler Privat, servis Ruang genset Privat, servis Ruang panel Privat, servis
Tabel 4.12 Kebutuhan ruang untuk mekanikal
IV.2.4 Luasan Ruang
Menurut Keputusan Direktur Jendral Pariwisata(1988) jumlah kamar
yang disediakan oleh hotel bintang lima adalah minimal 100 kamar dan 4 suite;
dengan luas kamar standar minimum 26m² dan luas suite minimum 52m². Dalam
pembagiannya terdapat 3 tipe kamar yang umumnya disediakan yakni standard
room, deluxe room dan suite.
59
Berikut adalah analisa ratio tipe kamar hotel bintang 5:
Tipe Kamar JW Marriott Pan Pacific
Hotel
(%)
Standar 207 220 55-70
Deluxe 90 118 +
57 (superior)
27-44
Suite 36 5 1,25-5.5
Tabel 4.13 Perbandingan jumlah kamar berdasarkan tipe kamar hotel bintang lima
Kesimpulan luas ruang terkait dengan tipe dan jumlah kamar:
Jumlah unit kamar:
Luasan Ruang Kamar Hotel
Ruang Standar
Ruang
(m²)
Ratio Jumlah
Unit
Luas per
Unit
Total (m²)
Standar Min. 24
m²
13 204 32.4 6.609,6
Deluxe Min. 24
m²
4 64 34.56-
48.7
2.211,84
Suite Min. 52
m²
1 16 64.8 1.036,8
Total 284 9.858,24
Sirkulasi 15% 1.478,736
Total 11.336,976
Tabel 4.14 Luas kamar hotel berdasarkan tipe kamar
60
Lobby
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Front desk 30 1 30
Concierge 3x4.3 12.9 1 12.9
Sitting area 100 2 200
Business center 8,4 x 14 117.6 1 117.6
Retail shop 36 3 108
Toilet
Pria 0,1 m² 30 30
Wanita 0,1 m² 30 30
Disable 1,8 x 2 3,6 2 7.2
Area lift 3x3 9 6 54
Jumlah 589,7
Sirkulasi (20%) 117,94
Total 707,64
Tabel 4.15 Program ruang area lobby
Function Hall
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Function room 2m²/ kursi
(kapasitas 500)
1.000 1 1.000
Pre-function
room/ Lobby
300 1 300
Dapur Function 140
1 140
Banquet
kitchen
0,2 m²/ kursi 33 1 33
Meeting room 1,8 m²/ kursi
(kapasitas 55)
100 3 300
61
Gross factor
(toilet, gudang)
20% luas
function room
200 1 200
Jumlah 1.973
Sirkulasi (20%) 394.6
Total 2.367,6
Tabel 4.16 Program ruang area function hall
Front Office
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Operator
telepon
14 1 14
Reservasi 11 1 11
Safe deposit 4 1 4
Manager 11 1 11
F&B Manager 14 1 14
General
Manager
11 1 11
Accounting 14 1 14
Sales manager 6 2 6
Copy center 9 1 9
Security Min. 8 m² 10 1 10
Jumlah 110
Sirkulasi (20%) 22
Total 132
Tabel 4.17 Program ruang area front office
Resto & Bar
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Restaurant 2 m²/ kursi
(kapasitas 50)
100 2 200
62
Coffee shop Kapasitas 124
orang
245 1 245
Executive
lounge
1,6 m²/kursi
(kapasitas 48)
76.8 1 76.8
Bar 300 1 300
Jumlah 821,8
Sirkulasi (20%) 164,36
Total 986,16
Tabel 4.18 Program ruang area restora & bar
Food & Service
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Dapur 40% Luas
restaurant &
coffee shop
178 1 178
Gudang basah 28,8 1 28,8
Gudang kering 48,6 1 48,6
Gudang dingin 44,8 1 44,8
Receiving
room
52.5 1 52.5
Trash holding 10,6 1 10,6
Jumlah 363,2
Sirkulasi (20%) 72,64
Total 435,84
Tabel 4.19 Program ruang area servis dapur hotel
63
Back Office
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Time keeper 6 2 12
HRD 20 1 20
Training room 1,8 m²/kursi 64 1 64
Loker pria 0,03 m² 24 1 24
Loker wanita 0,03 m² 24 1 24
Kantin staf 126 1 126
Dapur staf 30% luas
kafetaria
37.8 1 37.8
Laundry 100 1 100
Lena room 45 1 45
Housekeeping 4.6x3 13.8 17 234.6
Toilet 20 2 40
Jumlah 727,4
Sirkulasi (20%) 145,48
Total 878,88
Tabel 4.20 Program ruang area back office
Mechanical & Electrical
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Rg. Pompa 4.8x3.5
16.8 1 16.8
Rg. Pompa
Kolam
1x2 2 1 2
Rg. Chiller 60 1 60
Rg. Boiler 100 1 100
Rg. Panel 32 1 32
64
Rg. Genset 9.5x7.2 68.4 1 68.4
Jumlah 279,2
Sirkulasi (20%) 55,84
Total 335,04
Tabel 4.21 Program ruang area mekanikal elektrikal
Olahraga
Nama Ruang Standar
(m²)/kamar
Luas (m²) Jumlah Ruang Luas Total
(m²)
Fitness 100 1 100
Kolam renang 350 1 350
Lapangan tenis 23.8x10.9 259.42 1 259.42
Loker dan
ruang bilas
57.6 2 115.2
Rg. Adm 40 1 40
Jumlah 864,62
Sirkulasi (20%) 172,924
Total 1.037,5
Tabel 4.22 Program ruang area fasilitas olahraga
Luas Lantai yang Dibutuhkan
Akomodasi 11.336,976 m²
Lobby 707,64 m²
Function Hall 2.367,6 m²
Front office 132 m²
Resto & Bar 986,16 m²
Back Office 878,88 m²
Food & Service 435,84 m²
ME 335,04 m²
Olahraga 1.037,5 m²
Total 18.217,636 m²
Tabel 4.23 Luas area yang dibutuhkan
65
IV.2.5 Analisa Kebutuhan Parkir
A. Parkir Mobil
Jumlah parkir mobil dihitung berdasarkan regulasi parkir untuk
bangunan hotel dan function hall. Function hall pada perancangan hotel
bisnis di kawasan Kuningan melayani tamu di luar hotel, sehingga
dilakukan perhitungan jumlah parkir kendaraan khusus pengguna function
hall diluar kebutuhan parkir tamu hotel.
Berikut adalah data regulasi kebutuhan parkir berdasarkan jenis
bangunan dan klasifikasi hotel.
Parking Ratio Regulasi DKI Jakarta
Ballroom 1Lot/ 4 Orang
Hotel 1 Lot/ 5 Kamar
Tabel 4.24 Perhitungan Regulasi Parkir
1. Setiap 5 kamar hotel disediakan 1 lot parkir. Jumlah kamar yang
disediakan oleh perancangan hotel bisnis ini adalah 284 unit.
Jumlah parkir : 284 Unit x 1 lot/ 5 unit = 56.8 = 57 lot parkir
2. Function hall (menggunakan regulasi untuk ballroom)
Jumlah parkir : 1000 orang x 1 lot/4 orang = 250 lot parkir.
Total jumlah parkir mobil yang perlu disediakan adalah 307 lot parkir.
B. Parkir Motor
• Parkir motor untuk staf
Jumlah staf yang bekerja di hotel dihitung dengan perhitungan 1.6
orang/kamar. Jumlah kamar hotel 284 unit, maka jumlah staf
adalah 1.6 orang/kamar × 300 kamar = 454 orang.
66
Jumlah lot parkir motor yang disediakan sejumlah staf yang
bekerja dalam satu shift kerja. Diasumsikan terdapat 3 shift waktu,
maka dalam 1 shift terdapat 150 orang staf yang bekerja.
Jadi, jumlah parkir motor yang disediakan untuk staf adalah 150 lot
parkir motor.
Total jumlah lot parkir motor yang perlu disediakan adalah 150 lot parkir.
67
IV.2.6 Analisa Hubungan Ruang
1. Hubungan Ruang Makro
Gambar 4.14 Flow-chart hubungan ruang makro
2. Hubungan Ruang Mikro
a. Lobby
Gambar 4.15 Flow-chart hubungan ruang lobby
68
b. Front office
Gambar 4.16 Flow-chart hubungan ruang front office
c. Function
Gambar 4.17 Flow-chart hubungan ruang function room
69
d. Restoran
Gambar 4.18 Flow-chart hubungan ruang restoran
e. Loading
Gambar 4.19 Flow-chart hubungan ruang service (loading dock)
70
f. Ruang Staf
Gambar 4.20 Flow-chart hubungan ruang staf back house
71
IV.3 Analisa Aspek Bangunan
IV.3.1 Analisa Gubahan Massa Bangunan
Gubahan Massa Keterangan
Gubahan A
- Bentuk bangunan condong ke
arah luar, memberi kesan
megah
- Orientasi bangunan sesuai
dengan orientasi tapak
-
Gubahan B
- Bentuk bangunan simetris
- Bentuk bangunan disesuaikan
dengan orientasi tapak
- Ada kesatuan antara massa
podium dan hunian
Tabel 4.25 Alternatif gubahan massa bangunan
Bentuk gubahan massa bangunan yang dipilih sebagai bentuk
bangunan adalah alternatif gubahan A. Gubahan A memiliki bentuk
bangunan hunian berbentuk L dengan siku bangunan yang menghadap ke
luar, sehingga berkesan megah dan terbuka. Bagian podium mengikuti
bentuk bangunan di atasnya sehingga ada kesatuan dan keselarasan
bangunan pada bagian atas dan bawah. Kemiringan permukaan bangunan
terhadap sinar matahari mampu menjawab permasalahan sinar matahari
dari arah barat dan timur.
72
IV.3.2 Analisa Elemen Fasad
Fasad memiliki pengertian tampak depan bangunan yang
menghadap lingkungan. Fasad dapat berupa elemen dekoratif dan juga
bukaan pada bangunan seperti bentuk jendela atau pintu.
Permasalahan utama di daerah beriklim tropis adalah sinar matahari
dengan intensitas tinggi. Sinar matahari selain menyilaukan, juga
membawa radiasi panas. Salah satu bentuk pemecahan dari masalah sinar
matahari adalah melalui desain fasad bangunan, yakni pengaplikasian
elemen pelindung matahari berupa shading device pada sisi bangunan
yang menghadap ke arah datangnya sinar matahari. Beberapa contoh
shading device yang dapat diterapkan pada desain fasad bangunan, seperti
pada tabel di bawah ini:
Shading device Keterangan
Cantilever (overhang)
+ Menahan sinar matahari dari
atas
- Tidak dapat menahan sinar
matahari yang datang dari sudut
rendah
Louver Overhang
(Horizontal)
+ Mampu menyaring intensitas
cahaya dari atas, disesuaikan
dengan kebutuhan
- Tidak dapat menahan sinar yang
datang dari sudut rendah
- Tidak dapat diaplikasikan pada
bangunan tinggi
73
Panels/awning
+ Menghalangi sinar matahari
pada sudut rendah (arah
horizontal)
- Menghalangi pandangan ke luar
- Turut menghalangi cahaya
langit, sehingga ruangan menjadi
gelap
Horizontal Louver
Screen
+ Dapat mengatur intensitas
matahari yang ingin diperoleh
+ Menghalangi masuknya sinar
matahari langsung
- Tidak dapat diaplikasikan pada
bangunan tinggi
Egg Crate
+ Mampu menghalangi sinar
matahari dari sudut kedatangan
yang rendah
- Fasad bangunan menjadi
terkotak-kotak (kaku)
Vertical Louver
+ Menghalangi sinar matahari
yang berasal dari samping dengan
sudut kedatangan cahaya yang
rendah
- Masih memungkinkan masuknya
cahaya matahari dalam jumlah
banyak apabila sudut kedatangan
sinar yang tinggi
Tabel 4.26 Shading Device
(Sumber : Concept in Thermal Comfort, Egan, 1975)
74
Dari keenam bentuk pelindung matahari, diambil 2 jenis yaitu
cantilever dan vertical lover untuk di bandingkan kelebihannya masing-
masing:
Jam Cantilever Vertical Louver
07.45
08.45
09.45
10.45
Tabel 4.27 Perbandingan shading device cantilever dan vertical louver
Dari hasil perbandingan kedua shading device, diketahui kelebihan
dari masing-masing jenis shading. Shading jenis cantilever (horizontal)
efektif menahan sinar matahari dari sudut yang tinggi , sedangkan vertical
louver efektif menahan sinar matahari dari sudut rendah dan dari sisi
samping.
Posisi Jakarta yang berada di bagian bawah (selatan) garis
khatulistiwa, menyebabkan rotasi matahari dari timur ke barat berpindah
dengan kemiringan (condong) ke arah utara. Sudut kedatangan matahari
tidak tegak lurus terhadap bangunan, tetapi miring sekitar 10° ke utara
nenyebabkan ketinggian matahari dari permukaan tanah berubah-ubah
dalam 1 hari, sehingga dalam penerapan elemen shading device pada
bangunan perlu di kombinasikan antara shading vertikal dan horizontal.
75
Terdapat beberapa alternatif bentuk shading device yang dapat diterapkan pada bangunan disesuaikan dengan arah mata angin dan intensitas sinar matahari dari setiap arah ke dalam bangunan sebagai berikut:
Bentuk Shading Device Gambar • Egg crate
• Panels/awning
• Sirip horizontal/ Cantilever
• Kombinasi vertikal- horizontal
Tabel 4.28 Bentuk-bentuk shading device
76
Utara
Jam Egg Crate (alt 1) Panels/ Awning (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)
10.00
12.00
13.00
15.00
Tabel 4.29 Perbandingan jenis shading device sisi utara
Pada sisi utara, bangunan menerima paparan sinar matahari yang melimpah dari arah samping dan atas, dimulai dari waktu matahari terbit hingga terbenam. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, dipilih alternatif 3 sebagai bentuk yang paling sesuai untuk sisi utara. Sirip vertikal yang diletakkan rapat dengan bukaan mampu menahan masuknya sinar yang datang dari samping pada saat sudut kedatangan sinar matahari yang rendah. Sirip horizontal menahan sinar dari atas, sehingga dapat meminimalkan masuknya cahaya matahari langsung (radiasi) ke dalam bangunan.
77
Timur
Jam Egg Crate (alt 1) Awning/ Panels (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)
08.00
10.00
12.00
15.00
Tabel 4.30 Perbandingan jenis shading device sisi timur
Pada sisi timur, sinar matahari mulai masuk ke dalam bangunan pada jam 8 pagi. Pada siang hari (jam 12 siang), posisi matahari naik hingga berada di atas bangunan sehingga tidak ada sinar yang masuk. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, ketiganya memiliki kemampuan untuk menahan masuknya sinar matahari, oleh karena itu penerapan dalam desain bangunan akan mengikuti pertimbangan bentuk shading device pada sisi bangunan lainnya.
78
Selatan
Jam Egg Crate (alt 1) Awning/ Panels (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)
08.00
10.00
12.00
15.00
Tabel 4.31 Perbandingan jenis shading device sisi selatan
Sisi selatan menerima sinar matahari yang paling sedikit. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, dipilih alternatif 3 sebagai bentuk yang paling sesuai untuk sisi selatan, karena meminimalkan bentuk shading yaitu hnya horizontal untuk sebagai tampias air hujan, shingga menghemat penggunaan material yang tidak diperlukan.
79
Barat
Jam Egg Crate (alt 1) Awning/ Panels (alt 2) Kombinasi Vertikal Horizontal (alt 3)
10.00
13.00
15.00
16.00
Tabel 4.32 Perbandingan jenis shading device sisi barat
Pada sisi barat, sinar matahari mulai masuk ke dalam bangunan pada jam 1 siang. Semakin sore, posisi matahari semakin turun, sehingga sinar matahari yang diradiasikan menyilaukan dan panas. Hasil analisa perbandingan antara 3 alternatif bentuk shading device, dipilih alternatif 3 sebagai bentuk yang paling sesuai untuk sisi barat. Sirip horizontal dan vertikal yang diletakkan rapat dengan bukaan meminimalkan masuknya sinar matahari ke dalam bangunan.
80
IV.3.3 Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan
Sistem sirkulasi dalam bangunan dibedakan menjadi sirkulasi
horizontal dan sirkulasi vertikal.
A. Sirkulasi Horizontal
Jenis Koridor Kelebihan Kekurangan
Single loaded (linear)
*Koridor mendapat
cahaya penghawaan
alami secara
maksimal
*Persentase sirkulasi
bangunan lebih besar
*Bentuk bangunan
tipis dan panjang
Double Loaded (linear)
*Presentase sirkulasi
bangunan lebih kecil
*Bentuk bangunan
compact dan jumlah
kamar lebih banyak
*Koridor memperoleh
sedikit cahaya alami
Tabel 4.33 Perbandingan jenis koridor
Berdasarkan kedua perbandingan jenis koridor di atas, jenis
koridor untuk unit kamar yang paling tepat untuk digunakan dalam
perancangan hotel bisnis ini adalah double loaded corridor. Pemilihan
double loaded corridor berdasarkan pertimbangan jarangnya aktivitas
diselasar hotel, sehingga melalui efisiensi luas sirkulasi dalam bangunan,
jumlah unit kamar per lantainya dapat dimaksimalkan hingga 70%.
81
Selain sirkulasi di koridor kamar, terdapat beberapa alternatif
bentuk sirkulasi horizontal, diantaranya:
Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan Keterangan
Linier
Linier menerus
- Jelas dan
terarah
- Mudah
disesuaikan
dengan bentuk
bangunan
- Mudah dalam
pencapaian
- Mudah dalam
pengklasifikasi
fungsi dalam
bangunan
- Kurang efisien
karena
persentase
sirkulasi yang
besar
Penerapan
linear
menerus
diterapkan
pada
sirkulasi
pejalan
kaki
Linier Bertekuk
-
Linier
Berpotongan
Penerapan
di ruang
servis
Linier Bercabang
Penerapan
di koridor
kamar dan
lobby
Linier Berbelok
-
Linier Melingkar
-
82
Radial
- Memusatkan
kegiatan/orientasi
- Efisiensi tinggi
- Kemudahan
dalam
pencapaian
- Arah sirkulasi
terpusat
sehingga
perhatian ke
arah lainnya
berkurang
Penerapan
radial pada
sirkulasi
fasilitas
olahraga
Grid
-Pencapaian
mudah
- Efisien
- Sirkulasi
membingungkan
Penerapan
grid pada
sirkulasi
kendaraan
dan parkir
Tabel 4.34 Bentuk sirkulasi dalam bangunan
B. Sirkulasi Vertikal
Pada perancangan bangunan hotel bisnis, menggunakan 2 jenis sirkulasi
vertikal, diantaranya:
a. Lift
Menurut buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi (Jimmy S. Juwana,
2005), kriteria lift untuk bangunan hotel adalah:
• Untuk setiap 100 kamar perlu disediakan 1 lift barang,
• Untuk pelayanan yang memuaskan, setiap 75 kamar dilayani oleh
1 lift,
• Kapasitas lift yang digunakan minimal untuk 16 orang,
• Lift yang digunakan harus mampu mengangkat barang bawaan
tamu yang berat (koper atau meja saji makanan) ,
• Ruang kamar tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lift.
83
Berikut adalah perhitungan kebutuhan lift:
284 kamar / 75 = 4 unit lift tamu
284 kamar / 100 = 2 unit lift barang
b. Tangga
Tangga meupakan sirkulasi vertikal yang digunakan selain lift, untuk
transportasi vertikal pada bangunan podium. Tangga juga digunakan
pada waktu keadaan darurat, yaitu tangga darurat.
Sirkulasi untuk kebutuhan darurat, membutuhkan lebar pintu keluar
sebesar 80 cm. Tangga darurat di letakkan dengan jarak maksimal 30
m (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 m (untuk bangunan
dengan sprinkler).
Gambar 4.21 Tangga kebakaran (Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi)
84
IV.3.4 Analisa Material Bangunan
Material merupakan elemen yang berpengaruh terhadap tampilan banguann yang berkaitan dengan identitas bangunan. dalam pemilihan jenis material, perlu pertimbangan terhadap estetika, daya tahan, dan juga terhadap iklim.
Material untuk
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Keterangan
Dinding Bata Ringan + Pengerjaan cepat (modul yang besar) + Kedap suara
Dinding precast + Pengerjaan cepat (sudah difabrikasi sesuai pesanan) + Lebih efisien untuk bangunan dengan modul per lantai yang sama - Biaya mahal
Batako + Mudah didapat - Daya tahan terhadap gempa kecil
Berdasarkan ketiga alternatif material disamping, material yang digunakan adalah dinding precast, yang paling sesuai dengan karakter bangunan yang bertingkat tinggi.
Atap Dak beton + Mudah dibentuk + Tahan api + Bentuk minimalis yang modern - Berat dan mudah retak karena pemuaian - Rentan terhadap kebocoran - Menyerap panas
Genteng + Tahan terhadap cuaca panas + Memungkinkan adanya pergerakan udara di bawah atap sehingga dapat menurunkan suhu udara di dalam ruangan - Mudah pecah -Tidak cocok untuk bangunan tinggi
- Berdasarkan analisa disamping, material yang digunakan untuk atap adalah dak beton, karena paling cocok untuk diaplikasikan pada bangunan tinggi. Pemecahan masalah kebocoran dapat diselesaikan dengan waterproofing serta sudut
85
kemiringan dak agar air dapat mengalir.
Kusen Kayu + Mudah didapat + Lentur - Mudah terbakar - Dapat lapuk karena air
Alumunium + Ringan + Mudah dalam pemasangan dan fabrikasi yang cepat - Menyerap panas
- Berdasarkan analisa disamping, material yang digunakan untuk kusen adalah alumnium, karena mudah dalam pemasangan dan memiliki tampilan yang modern
Tabel 4.35 Perbandingan jenis material bangunan
IV.3.5 Analisa Struktur Bangunan
Sistem struktur merupakan pendukung utama dari sebuah bangunan, sebagai penentu kekuatan, kestabilan dan kekakuan banguan. Sistem struktur dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Sub-structure Jenis Pondasi Penggunaan Pertimbangan
Pondasi tiang pancang Untuk bangunan bertingkat dengan kedalaman tanah keras tidak terlalu dalam
Pelaksanaan yang cepat dan mudah , dengan kemampuan menahan beban vertikal yang baik
Pondasi Bored pile Untuk tanah keras terletak jauh di dalam/dibawah permukaan tanah
Waktu pelaksanaan yang cukup lama
Tabel 4.36 Perbandingan jenis struktur pondasi bangunan
Dengan pertimbangan perbandingan kedua jenis pondasi, maka
dipilih pondasi tiang pancang untuk diaplikasikan pada proyek hotel di Kuningan
86
2. Upper-structure Sistem Struktur Kelebihan Kekurangan
Sistem plat dan balok + menyalurkan beban ke kolom melalui balok sehingga ketebalan lantai berkurang + Bentang yang dihasilkan cukup besar (7,5-12 m)
- Makin besar bentang, makin tinggi balok - Terdiri dari plat dan balok baik satu arah maupun dua arah
Sistem balok induk dan balok anak
+ Dapat menggunakan beton pre stressed + Balok anak digunakan untuk memperkecil dimensi plat sehingga lebih efisien
- Makin besar bentang, makin tinggi balok
Tabel 4.37 Perbandingan jenis struktur atas bangunan
Dengan pertimbangan diatas maka sistem struktur yang dipilih
adalah sistem plat dan balok dengan struktur rangka beton bertulang.
IV.3.6 Analisa Zoning dalam Bangunan
Pengaturan zoning dalam bangunan dibagi menjadi dua yaitu
zoning horizontal dan zoning vertikal.
A. Zoning Horizontal
Pengaturan zoning ruang dalam bangunan dibagi menurut jenis
ruang yaitu publik, semipublik, privat dan servis. Pada lantai dasar dan
podium, pembagian zoning dalam bangunan dibagi menjadi 3 yaitu area
publik, semipublik dan servis. Area publik meliputi lobby, front desk,
restoran, retail, business center,dll. Area semipublik diantaranya front
office, fasilitas olahraga, function room dan meeting room, sedangkan
area servis meliputi back office, dapur, dll. Perletakan ruang semipublik
sebagai peralihan dan sebagai penghubung dari ruang luar ke ruang
yang lebih bersifat privat.
87
Pada lantai atas, bangunan didominasi oleh unit-unit kamar
dengan area sirkulasi serta beberapa area servis seperti ruang AHU,
housekeeping, dll.
Zoning Lt. Dasar
Zoning Lt. Atas
Keterangan : SP = Semi publik; Pb = Publik; S = Servis; P=Privat
Tabel 4.38 Zoning horizontal
B. Zoning Vertikal
Pengaturan zoning vertikal juga dibagi menurut jenis ruang
antara publik/semipublik, privat dan servis. Ruang yang berisfat publik
dan semipublik diletakkan di lantai ground, sebagai ruang penghubung
dengan ruang luar. Ruang yang bersifat privat diletakkan di atas (lantai
tipikal). Ruang servis terdapat di semua lantai yang umumnya berfungsi
sebagai ruang untuk utilitas.
Sp
Sp
Pb S
S
P
88
Gambar 4.22 Skema zoning vertikal
Jumlah lantai bangunan yang dibutuhkan dalam perancangan hotel bintang lima di
Kuningan adalah:
• 2 lantai basemen untuk area parkir dan area servis
• 3 lantai podium yang terdiri atas lobby, kantor pengelola, retail, ruang function,
ruang meeting, restoran, bar, sport facility dan ruang servis
• 12 lantai yang terdiri dari 14 unit kamar standar, 4 unit kamar deluxe, 4 lift
tamu, 2 lift servis, 2 tangga darurat
• 4 lantai yang terdiri dari 8 unit kamar standar, 4 unit kamar deluxe dan 3 unit
kamar suite, 4 lift tamu, 2 lift servis, 2 tangga darurat
• 1 lantai yang terdiri dari 1 unit president suite, 3 unit suite dan 4 unit kamar
standar , executive lounge, 4 lift tamu, 2 lift servis, 2 tangga darurat
• 1 lantai untuk servis mekanikal di atap
Masuk