bab iv aktifitas pelaksanaan pendidikan agama islam …

50
BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1 LARANGAN A. Deskripsi Tugas Edukatif Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan Pendidikan Karakter di SMA Negeri 1 Larangan 1. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pengajar Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajarinya. 131 Guru sebagai edukator yaitu guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik guru adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat. Sebagian besar bergantung pada kependidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Pekerjaan guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik. Maka untuk melakukan tugas guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam UU No.14 tahun 2005 tentang dasar-dasar kependidikan dan pengajaran. Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai pengajar adalah guru mampu memlilih bahan atau materi yang akan disampaikan, metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi, tujuan serta 131 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6 hal.38 92

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

92

BAB IV

AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN

PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1 LARANGAN

A. Deskripsi Tugas Edukatif Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti dalam menerapkan Pendidikan Karakter di SMA Negeri 1

Larangan

1. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pengajar

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi

bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup tanggung jawab,

wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru membantu peserta didik yang sedang

berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk

kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajarinya.131

Guru sebagai edukator yaitu guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik

guru adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara. Tinggi

atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat. Sebagian besar bergantung

pada kependidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru.

Pekerjaan guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik. Maka untuk

melakukan tugas guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat

dalam UU No.14 tahun 2005 tentang dasar-dasar kependidikan dan

pengajaran.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai pengajar adalah guru mampu memlilih bahan atau materi yang

akan disampaikan, metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi, tujuan serta

131

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6 hal.38

92

Page 2: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

93

pengadaan evaluasi, memiliki persiapan mengajar dan mampu melaksanakan

kegiatan pengajaran dengan baik, guru mampu memberikan pemahaman pada

peserta didik tentang pelajaran yang diberikan, guru mampu merancang dan

merencanakan suatu kegiatan pengajaran yang baik.

Hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi menunjukkan

berbagai deskripsi tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya yang seperti biasa selalu saya siapkan itu jelas adanya RPP dan

persiapan materi ajar dengan jelas sebagai persiapan pembelajaran.

2) Misalkan begini, jika ada peserta didik yang belum paham dengan

hanya memakai penjelasan dari buku paket atau wajib peserta

didik, maka saya tambahkan tentang suatu wawasan di luar

penjelasan buku paket peserta didik tetapi tetap sesuai dengan

materi ajar.

3) Ya ada. Seperti RPP.132

Sedangkan hasil observasi terhadap bapak Nurkholis, M.Pd.I. sebagai

pengajar yang mampu memberikan pemahaman pada peserta didik tentang

pelajaran yang diberikan adalah sebagai berikut:

Materi tentang cerahkan nurani dengan saling menasehati dijelaskan

dengan disertai tanya jawab dan diskusi kepada peserta didik dan

menggunakan media pembelajaran seperti buku ajar, spidol, mencatat

di papan tulis dan penghapus. Penjelasan materi juga disertai dengan

beberapa contoh realitas yang terjadi di lingkungan pendidik tersebut

tentang kesalahpahaman persepsi tentang cerahkan nurani dengan

saling menasehati

132

Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1

Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 3: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

94

Adapun hasil studi dokumentasi terhadap bapak Nurkholis, M.Pd.I. adalah

sebagai berikut:133

Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa bapak Nurkholis,

M.Pd.I sebelum masuk ke kelas telah mempersiapakan perangkat seperti RPP,

silabus, materi dan media yang akan digunakan sebelum masuk kelas. Hal itu

diperkuat lagi dengan melengkapi referensi buku lain dan memberikan

wawasan lain dengan mengkaitkan materi yang sedang di ajarkan.

2. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pemimpin

Kelas

Kepemimpinan adalah proses penyelesaian sesuatu melalui aktivitas

orang lain. Guru sebagai pemimpin harus dapat mempengaruhi, mengarahkan,

membimbing, dan memotivasi peserta didik agar dapat belajar. Mengajar

133

Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1

Larangan, Dokumentasi Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 4: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

95

merupakan serangkaian proses pendidikan untuk membantu siswa lebih

memahami dan menguasai sesuatu.

Guru dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah

mempengaruhi siswa melalui pengembangan organization of learning atau

pengorganisasian pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada

kemampuan guru memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam

kelas sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai pemimpin kelas adalah guru mampu menjadi pemimpin

kegiatan di kelas agar terwujud suatu pembelajaran yang kondusif bagi peserta

didik.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi maka

didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Dengan menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan

namun serius dengan cara memberikan reward dan punishment

untuk peserta didik.

2) Dengan metode memperbanyak diskusi dan strateginya dengan

lebih mengaktifkan peran peserta didik dalam proses KBM.134

134

Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1

Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 5: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

96

Adapun hasil observasi terhadap Bapak Nurkholis, M.Pd.I adalah sebagai

berikut:

Setelah itu pelajaran dimulai dengan menjelaskan materi tentang

cerahkan nurani dengan saling menasehati saat penjelasan diberikan

oleh guru tersebut ada beberapa peserta didik yang ramai sendiri dan

langsung ditegur serta diingatkan.

Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa bapak Nurkholis,

M.Pd.I memberikan reward dan punishment dengan tujuan menciptkan

suasana kelas yang santai tapi serius dan menyenangkan. Hal tersebut

dilakukan agar kelas mudah dikontrol dan menjadi kondusif bagi peserta

didik.

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Begini bu, kalau saat itu suasana kelas sedang ramai atau gaduh

maka saya tenangkan dulu anak-anaknya, lalu jika ada peserta

didik atau anak yang tidur maka saya bangunkan atau saya suruh

cuci muka dulu di kamar mandi.

2) Strateginya cara mengajar saya bukan dengan duduk tapi dengan

berdiri agar anak yang duduk di bangku paling belakang bisa

terpantau dan saya biasanya dengan cara mengajar yang

komunikatif dengan anak-anak.135

Dan adapun hasil observasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah sebagai

berikut:

Sebelum pelajaran dimulai guru tersebut menyiapkan peralatan untuk

mengajar seperti laptop dan LCD proyektor dengan meminta bantuan

seorang peserta didik dan membangunkan peserta didik yang tidur

untuk cuci muka

135

Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 6: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

97

Dari uraian diatas menjelaskan bahwa ibu Siti Inayah, S.Ag dalam

memberikan materi pembelajaran dikelas selalu berdiri tepat di meja tengah

peserta didik dengan tujuan yang duduk di bangku paling belakang bisa

terpantau, hal tersebut tertampak pada gambar diatas. Kemudian dalam

menangani peserta didik yang gaduh, ibu Siti Inayah, S.Ag lebih memilih

mendiamkan sebentar setelah itu baru ditegurnya.

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Page 7: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

98

1) Ya yang pertama menata kelas terlebih dahulu, lalu

mengkondisikan anak-anak agar duduk di bangku masing-masing

dan mengawali pembelajaran dengan do’a.

2) Saya selalu datang tepat waktu agar anak-anak tidak keluar kelas

jika pergantian pelajaran, berpenampilan menarik dan menyiapkan

materi dengan sebaik-baiknya.136

Dan adapun hasil observasi terhadap Bapak Saidi, S.Ag. adalah sebagai

berikut:

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Bapak Saidi, S.Ag.

dimulai pada pukul 09.15 WIB. Saat itu peserta didik masih ada yang

berada di luar kelas lalu diminta untuk masuk.

Dari hal tersebut diatas menunjukan bahwa bapak Saidi, S.Ag memilih

mengatur strategi dulu yaitu menata kelas terlebih dahulu, lalu

mengkondisikan anak-anak agar duduk di bangku masing-masing dan

mengawali pembelajaran dengan do’a dan memilih untuk datang lebih awal

jika pergantian jam telah habis, bapak Saidi, S. Ag segera masuk kelas.

136

Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 8: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

99

3. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),

yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas

kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya

menyangkut fisik teteapi juga perjalanan mental, emosional, kratifitas, moral,

dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.137

Sebagai pembimbing guru lebih suka jika mendapati kesempatan

menghadapi sekumpulan peserta didik di dalam interaksi belajar mengajar. Ia

memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga

mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain

dengan tenaganya sendiri.138

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai pembimbing adalah guru mampu membimbing peserta didik

dalam perkembangan dirinya menuju kemandirian.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka

didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti sebagai pembimbing di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya kalau bimbingan untuk peserta didik yang bermasalah bekerja

sama dengan guru BK dan wali kelas, atau terkadang saya sendiri

langsung menasehati anaknya di ruangan saya, kalau bimbingan

137

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6

h.38 138

Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), cet.4, h. 266

Page 9: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

100

terkait akademik atau kegiatan sekolah yaitu seperti bimbingan

baca iqra’ setelah KBM; lalu ada program guru asuh untuk setiap

14 peserta didik.

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Pernah pak, waktu itu saya menangani peserta didik yang berkelakuan

khusus (nakal) lalu saya ajak diskusi dan saya ajak ngobrol baik-baik.

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

Ya, bimbingan biasanya saya lakukan dengan bekerja sama guru BK.

Dari keterangan ketiga guru diatas mengenai tugas guru sebagai

pembimbing, bapak dan ibu guru sepakat memilih bekerjasama dengan guru

BK jika memang masalah tersebut dianggap rumit, namun mereka memilih

menangani terlebih dahulu dengan mengajak ngobrol baik-baik, memberikan

arahan, masukan, motivasi dan memberikan nasihat (mauidotun khasanah)

sebelum memberikan masalah tersebut ke guru BK untuk ditindak lanjuti lebih

mendalam tentang masalah yang sedang dihadapi peserta didik.

4. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pengatur

Lingkungan Belajar

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru

hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah

Page 10: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

101

kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar peserta didik di

dalam kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan

pribadi antara peserta didik di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di

dalam kelas.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan

menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan

mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya ialah

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat

belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan

belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai pengatur lingkungan belajar adalah guru mampu memberikan

petunjuk kepada peserta didik tentang cara belajar yang baik dan guru mampu

menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi peserta didik baik ketika

pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Guru sebagai pengatur lingkungan

perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan

pelajaran.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka

didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti sebagai pengatur lingkungan belajar di SMA Negeri 1

Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Dengan memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang

tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar dan memberikan

Page 11: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

102

contoh secara langsung kepada peserta didik, misalkan

mengapresiasi peserta didik yang rajin mengerjakan tugas agar

ditiru temannya yang malas belajar.

2) Ya ada, dengan cara konseling baik secara face to face atau melalui

media komunikasi seperti sms berupa nasehat-nasehat kepada

peserta didik yang punya masalah.139

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Biasanya saya lakukan dengan memberikan nasihat pak. Ada juga

kadang kala saya beri pesan-pesan kepada anak-anak biar tetap

belajar di rumah.

2) Kalau tentang persoalan seperti itu biasanya cara yang saya

lakukan dengan membuka forum tanya jawab. Lalu nanti

mendiskusikan dan mencari pemecahan permasalahannya.

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

1) Saya berikan pemahaman terkait dengan manajemen waktu dan

prioritas aktifitas sebagai seorang pelajar.

2) Biasanya saya berikan nasehat dan motivasi namun kalau dilihat

tidak ada perkembangannya maka saya bekerjasama dengan guru

Bimbingan Konseling (BK).

Selanjutnya terkait perannya sebagai pengatur lingkungan belajar, hal

tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari kepala sekolah beserta beberapa

peserta didik SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

Dipanggil bersama orang tuanya untuk menghadap ke bapak/ibu guru

agar orang tua mengetahui langsung kesalahan dari anaknya;

pengamatan; ada program guru asuh (setiap satu guru bertanggung

jawab untuk 14 peserta didik).

Pernah, ya dengan diberi pendekatan sama peserta didiknya bu dan

ada nasehat.

139

Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 12: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

103

Dari uraian yang dijelaskan bapak kepala sekolah, yaitu bapak Drs.

Moh. Royani, M.Pd kaitanya guru sebagai pengatur lingkungan belajar yakni

memanggil orang tua peserta didik untuk menghadap ke bapak/ibu guru agar

orang tua mengetahui langsung kesalahan dari anaknya. Dari situ terlihat

kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua bahwa sekolah dipandang

sebagai tempat menitipkan peserta didik tapi tanggung jawab moral yang

dibahas bersama.

d. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

1) Ya dengan memberikan pemahaman, penjelasan, dan pengetahuan

kepada peserta didik tentang strategi atau cara cara biar belajarnya

mudah.

2) Ya biasanya dengan penjelasan materi berulang-ulang biar peserta

didik paham, lalu terkadang saya ajak berbicara tentang

permasalahannya, dan kemudian saya berikan solusinya.140

Selanjutnya terkait perannya sebagai pengatur lingkungan belajar, hal

tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari kepala sekolah beserta beberapa

peserta didik SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

Pertama yang dilihat adalah masalahnya terlebih dahulu kemudian

sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran atau kenakalan peserta

didik tersebut. Lalu juga ada penanganan tanpa harus ada sanksi

terlebih dahulu misal jika ada peserta didik yang tidak menghormati

guru diberikan pemahaman dan nasehat dengan pendekatan kasih

sayang.

Pernah, waktu itu anak-anak ndak boleh ramai dan disuruh

mendengarkan penjelasan dari bu guru dan pernah juga, contohnya

kalau ada teman saya yang ndak paham sama materinya lalu

dijelaskan sampai paham.

140

Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 13: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

104

Dari uraian yang dijelaskan bapak kepala sekolah, yaitu bapak Drs.

Moh. Royani, M.Pd kaitanya guru sebagai pengatur lingkungan belajar yakni

bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa

menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses

intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya

menyuruh siswanya belajar saja, tetapi juga mengembangkan kebiasaan

bekerja dan belajar secara efektif dikalangan peserta didik.

5. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Perencana

Pembelajaran

Pada hakikatnnya perencanaan pembelajaran, yaitu suatu upaya untuk

merancang dan mengembangkan setiap unsur pembelajaran, sehingga menjadi

suatu kesatuan yang utuh, terkait, dan saling menentukan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai perencana pembelajaran adalah guru memiliki program

pengelolaan kegiatan akademik.

Setelah melakukan wawancara dan observasi maka didapatkan

berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai perencana pembelajaran di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

“Punya”. (memiliki program pengelolaan kegiatan akademik)

Page 14: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

105

Dari hasil wawancara dan observasi dengan bapak Nurkholis, M.Pd.I

jelas didapat keterangan kaitanya tugas edukatif guru sebagai perencana

pembelajaran memiliki program pengelolaan kegiatan akademik yang tertata

rapi dan sistematis.

6. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Supervisor

Guru sebagai supervisor yaitu mengawasi pelaksanaan proses

pendidikan dan lainnya dengan memantau, memeriksa dan mengendalikan

setiap kegiatan dan tindakan pada setiap tahap proses pendidikan dalam kelas

yang bertujuan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar dalam kelas.

Guru sebagai supervisor, yang harus melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya, hendaknya mempunyai persyaratan ideal. Dilihat dari segi

kepribadiannya (personality)

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai supervisor adalah guru mampu melakukan pengawasan,

perbaikan, dan penilaian secara kritis terhadap proses serta situasi belajar

mengajar agar menjadi lebih baik.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka

didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti sebagai supervisor di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Dengan cara membuat rubrik penilaian sehingga semua peserta didik

dapat teridentifikasi (dibuktikan dengan memiliki lembar penilaian

akademik).

Page 15: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

106

Dari hasil wawancara diatas didapat keterangan bahwa peran guru

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai supervisor dengan

indicator guru mampu melakukan pengawasan, perbaikan, dan penilaian

secara kritis terhadap proses serta situasi belajar mengajar agar menjadi lebih

baik. Bapak Nurkholis, M.Pd.I membuat rubrik penilaian akademik sebagai

bukti otentik sebagai pengajar.

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Kalau pengawasan seperti biasa saya lakukan saat pembelajaran

dimulai serta perbaikan dan penilaiannya dengan memberikan nilai

terutama nilai tambahan bagi anak yang aktif dalam pelajaran

(dibuktikan dengan lembar penilaian akademik).

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah

sebagai berikut:

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

Page 16: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

107

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Dengan cara mengamati perkembangan nilai, pemahaman, dan sikap

peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran (dibuktikan

dengan memiliki lembar penilaian akademik).

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Bapak Saidi, S.Ag. adalah sebagai

berikut:

7. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai motivator

Tugas pendidik yang utama ada dua bagian. Pertama, penyucian jiwa

kepada penciptanya, menjauhkan diri dari kejahatan, dan menjaganya agar

selalu berada dalam fitrahnya. Kedua, pengajaran yakni pengalihan berbagai

pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum mukmin agar mereka

merealisasikannya dalam tingkah laku dan kehidupan.141

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa betapa besar dan

beratnya tugas dari seorang guru. Mendidik bagi seorang guru bukan hanya

memberian aspek pengetahuan kepada peserta didik saja, akan tetapi juga

bagaimana mengantarkan mereka kepada kondisi kejiwaan yang baik.

141

Ngainun Na’im, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 7.

Page 17: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

108

Dengan mengantarkan kepada mereka kejiwaan yang baik ini Guru

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan

memberikan kegiatan Shalat dhuhur berjamaah dan Rohis. Dimana seperti

yang dituturkan oleh Beliau motivasi awal adanya kegiatan ini karena

sebagian dari anak-anak kami ini Shalat dhuhurnya masih berkurang, mereka

masih merasa kurang adanya dorongan dari orang tuanya baik orang tua

mereka yang tidak Shalat, atau keluarganya yang berantakan, meskipun ini

tidak semua peserta didik. Untuk mencegah kebiasan buruk dari anak-anak ini

kami guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berinisiatif untuk

mengadakan Shalat dhuhur berjamaah di sekolah untuk mengajarkan

kedisiplinan dalam tugasnya.

Gurupun harus berperan penting dalam kegiatan ini. Sehingga

menjadikan guru sebagai motivator bagi anak didiknya. Motivator tersebut

meliputi:

(1) Pertama saya selalu tepat waktu dalam kegiatan tersebut sesuai

dengan jadwal yang sudah disepakati bersama, saya berpakaian yang rapi

dalam kegiatan ini, dan saya selalu memberi contoh perilaku yang baik saat

kegiatan berlangsung. (2) Yang kedua, anak-anak saya suruh membaca al-

qur’an 15 menit sebelum ROHIS dilakukan. Supaya anak-anak tambah

mengerti tentang kewajiban membaca al-qur’an, manfaat membaca al-qur’an

dan hukuman orang yang meninggalkan al-qur’an itu bagaimana. (3)

Mengajak para peserta didik untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah

sembari menuju tempat shalat.

Page 18: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

109

Makna pembelajaran dikatakan berhasil bila peserta didik mempunyai

motivasi dalam belajar sehingga terbentuk perilaku belajar peserta didik yang

efektif. Oleh karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata

mentransfer ilmu mata pelajarannya kepada peserta didik, tetapi guru juga

sebagai motivator bagi peserta didik agar memiliki orientasi dalam belajar.

Guru harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang

terdapat pada peserta didiknya serta mengarahkan agar mereka dapat

memanfaatkan potensinya tersebut secara tepat, sehingga peserta didik dapat

belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.142

Pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik agar dapat

menimbulkan motivasi intrinsik pada diri peserta didik. Maksudnya bahwa

motivasi peserta didik dapat timbul tanpa perlu adanya rangsangan dari luar

karena di dalam diri mereka sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai motivator adalah guru mampu memotivasi peserta didik pada

waktu kapanpun baik selama pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka

didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti sebagai motivator di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Ya dengan memberikan narasi-narasi tentang motivasi atau semangat

untuk keberhasilan, disertai juga dengan contoh cerita nyata.

142

Wongso, Andrie, The Power of 60 Simple Motivation for Success, (Jakarta: Action &

Wisdom Publism, 2010) hal, 88.

Page 19: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

110

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Yang dilakukan untuk memotivasi anak dalam proses pembelajaran

yaitu membesarkan hatinya, memberikan nilai baik bagi yang

berprestasi, mengajak untuk selalu aktif.

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

Yang saya lakukan itu biasanya dengan memberikan cerita yang

menginspirasi mereka agar motivasi mereka tumbuh lagi dan juga

dengan nasehat untuk selalu giat belajar.

8. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai evaluator

Dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya

menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan

apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut

akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan

penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan

siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode belajar.

Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan

peserta didik di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat

mengklasifikasikan apakah seorang peserta didik termasuk kelompok peserta

didik yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika

dibandingkan dengan teman-temannya.

Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai motivator adalah guru mampu memberikan penilaian yang

Page 20: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

111

menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik (kepribadian) pada peserta didik dan

guru mampu memberikan penilaian pada produk atau hasil kegiatan belajar

mengajar serta proses (jalannya) kegiatan belajar mengajar.

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka

didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti sebagai evaluator di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Iya, untuk aspek ekstrinsik saya lakukan penilaian kognitif

sedangkan aspek intrinsik peserta didik saya lakukan dengan

pengamatan seperti pengamalan ibadah setiap hari dan akhlak

peserta didik selama di kelas atau di luar kelas.

2) Iya, seperti biasa dengan penilaian akademik yang berpengaruh

pada nilai raport contohnya ulangan harian, tugas, bentuknya

adalah tugas tidak terstruktur contohnya tugas wawancara.143

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Bapak Nurkholis, M.Pd.I. adalah

sebagai berikut:

143

Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 21: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

112

b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

SMA Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya, terutama sikap disiplin yang saya tekankan dengan nilai plus

(+) dalam keaktifan membawa buku paket pelajaran.

2) Ya, dengan cara yang saya lakukan itu membuka forum diskusi di

akhir sub materi agar terpantau anak yang sudah memahami materi

dengan yang belum.144

Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah

sebagai berikut:

c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA

Negeri 1 Larangan)

Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:

1) Ya, ada penilaian secara kognitif dan terhadap perilaku atau akhlak

anak. Meskipun misalkan ada anak yang nilainya bagus namun

pernah bermasalah dengan suatu kasus di sekolah maka nilai

raportnya juga akan terpengaruhi.

2) Untuk menilai hasil belajar dengan menyelenggarakan ulangan

harian, untuk menilai proses pembelajaran dengan dialog atau

tanya jawab kepada peserta didik dan memberikan tugas.145

144

Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015). 145

Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 22: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

113

B. Faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1

Larangan

1. Faktor pendukung guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar

oleh suatu bangsa untuk mencapai sebuah cita-cita dan tujuan bangsa.

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia

yaitu menimbulkan pengaruh serta perubahan besar pada suatu bangsa. Tanpa

pendidikan sebuah bangsa tidak dapat maju dan berkembang. Seiring dengan

perkembangan dan kemajuan zaman, yang tidak hanya mampu menghadirkan

sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, tetapi juga

mengundang serentetan persoalan dan kekhawatiran. Seperti problem

kemerosotan moral akhir-akhir ini yang kian menjangkit generasi muda.

Berbagai fenomena yang terjadi semakin membuka mata kita bahwa

diperlukan obat yang mujarab dan ampuh untuk bisa menyelesaikan persoalan

tersebut. Kata kunci dalam menyelesaikan persoalan tersebut terletak pada

upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter sejak dini yang

dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi

masyarakat dan bernegara. Pelaksana pendidikan di sekolah adalah seorang

guru, sehingga guru menempati posisi terpenting, terlebih guru Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti. Peran seorang guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti merupakan sebuah peran penting namun tidak mudah, karena

merupakan tanggung jawab serta amanah besar yang perlu dipertanggung

jawabkan nantinya, ditambah klaim masayarakat bahwa baik tidaknya karakter

Page 23: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

114

dan budi pekerti anak bergantung pada bagaimana guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti mendidik dan menanamkan nilai-nilai islami. Sehingga

dapat terwujud generasi bangsa yang diharapkan, yaitu generasi bangsa yang

berkarakter tangguh dan berakhlak mulia.

Pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi pekerti yang ada di sekolah pada dasarnya memiliki tujuan

yang sama yaitu membentuk anak menjadi lebih baik dan berkarakter mulia,

akan tetapi pembinaan yang dilakukan oleh orang tua di rumah memiliki

waktu yang lebih banyak dan tidak terikat dengan aturan-aturan formal seperti

yang ada di sekolah-sekolah. Orang tua juga memiliki tanggung jawab

sepenuhnya karena mereka merupakan pendidik pertama bagi anak.146

Terlaksananya berbagai kegiatan pembinaan karakter di SMA Negeri 1

Larangan dengan baik, tentu saja disebabkan adanya faktor-faktor yang

menjadi pendukungnya. Di antaranya faktor-faktor pendukung tersebut antara

lain:

a) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan

karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang peserta didik

setidaknya bisa mengikuti satu ekstrakurikuler, karena sangat bermanfaat

terutama ekstra ini akan memberikan dampak yang baik untuk peserta didik

itu sendiri melalui ekstrakurikuler dapat membentuk karakter peserta didik

terutama kedisiplinan peserta didik, dan tidak hanya itu kegiatan

ekstrakurikuler mampu mengembangkan jiwa sosial peserta didik dengan

146

Nurkholis, Wakasek Kesiswaan di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara

Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 24: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

115

menambah teman melalui berbagai kegiatan yang ada sehingga mempermudah

dalam bersosialisasi dengan banyak orang.

Peserta didik yang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler

memiliki banyak peluang. Manfaat untuk yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler meliputi nilai mencetak nilai yang lebih tinggi pada tes yang

memiliki tingkat kesulitan standar, memiliki kesempatan dalam hal

bersosialisasi serta belajar keterampilan dalam hal kerjasama tim, absensi

sekolah lebih sedikit, belajar mengenai keterampilan hidup yang tidak di dapat

di dalam kelas. Kegiatan ekstrakurikuler dikatakan integratif karena adanya

keterkaitan antara bidang pengetahuan dan pengalaman.

Di SMA Negeri 1 Larangan ini lebih diunggulkan pada pengembangan

dan pembinaan ekstrakurikulernya, karena pembinaan terhadap peserta

didiknya yang bagus sehingga untuk tiga tahun terakhir ini prestasi siswa

meningkat, dilihat dari prestasi yang didapat melalui berbagai kegiatan

ekstrakurikuler yang ada di sekolah yang menjadi wadah untuk

mengembangkan bakat dari peserta didik.

Melalui ekstrakurikuler peserta didik memupuk jiwa sportif dalam

segala perlombaan contohnya bola basket, bola voli dan futsal, baik yang

digelar secara internal dengan sekolah lain, ekstrakurikuler juga dapat

mengajarkan anak akan arti organisasi walaupun dalam skala yang kecil. Di

sana anak bisa belajar menjadi pemimpin, pengurus, dan mengemas suatu

acara yang menarik dalam sebuah pameran ekstrakurikuler.

Sekolah sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,

memiliki peran yang cukup penting untuk tercapainya tujuan pelaksanaan

Page 25: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

116

kegiatan pembinaan karakter di sekolah. Situasi yang kondusif disertai

dukungan dari seluruh tenaga pendidik dan kependidikan memudahkan bagi

para pengurus untuk berkoordinasi dengan semua pihak dalam pelaksanaan

kegiatan.

b) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan wali

kelas setiap hari selasa

Wali kelas mempunyai tugas yang lebih khusus dibanding guru mata

pelajaran di sekolah. Hal ini terlihat dari peranya secara administrative dan

bimbingan terhadap peserta didik . selain sebagai penerima delegasi

wewenang dari pimpinan sekolah. Wali kelas juga menjadi pengganti orang

tua di sekolah. Yang umum diketahui oleh peserta didik maupun orang tua

peserta didikadalah bahwa tugas seorang wali kelas itu mengisi dan

membagikan hasil belajar. Tetapi sesungguhnya tugas wali kelas itu lebih luas.

Oleh sebab itu menjadi wali kelas tidaklah semudah yangdiperkirakan.

Jam pembinaan wali kelas memang dalam struktur kurikulum tidak

ada, namun di SMA Negeri 1 Larangan sudah menerapkan jam ini, karena

hasilnya yang dirasa efektif untuk pembinaan peserta didik terutama dalam

pembinaan karakter. Pembinaan wali kelas ini dilakaukan setiap hari selasa

jam pertama, yang mana alokasi waktunya satuminggu satu kali sehingga satu

bulan empat kali pembinaan wali kelas terhadap peserta didik.

Untuk materi pembinaan tergantung kreativitas wali kelas, yang

penting intiya, dengan adanya jam ini peserta didik terbina karaktenya.

Apakah diisi dengan menyelesaikan dan membina peserta didik yang

bermasalah, mewancarai peserta didik untuk mengetahui latar belakangnya,

Page 26: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

117

memberikan motivasi lewat tayangan video motivasi, membersihkan kelas

bersama wali kelas, atau siraman rohani oleh wali kelasnya, jadi tiap wali

kelas berbeda materinya tergantung kretifitas masing-masing walik kelas.

c) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan guru

BK

Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting, baik

bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga

(keluarga), maupun masyarakat pada umumnya, akan tetapi apabila

pembimbig/konselor tidak bisa melaksanakan tugasnya secara profesional,

tepat dan melakukanya dengan baik, maka pelaksanaan bimbingan dan

konseling tersebut tidak akan mendapatkan hasilyang maksimal.

Penyelenggaran bimbingan Konseling di sekolah ini perlu melibatakan

pihak-piak lain salah satunya adalah guru BK. Masalah yang biasanya timbul

di sekolah misalnya kesulitan belajar peserta didik, mengembangkan bakat

dan minat didik melalui penelusuran prestatsi akademi maupn non akademik

oleh guru BK untuk dikembangkan.

Pembebasan masalah-masalah peerta didik itu dilakukan

melaluipelayanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru

untuk pengajaran dengan individualitas peserta didik.Peran guru BK sangat

berperan dalam pembentukan pendidikan karakter peserta didik. Oleh sebab

itu untuk meningkatkan kualitas guru BK di samping guru BK mengikuti

MGMP BK antar sekolah yang diadadak tiap 3 bulan sekali, kepala sekolah

juga melakukan pembinaan bersama dengan guru BK yang mana tujuannya

untuk memecahkan masalah-masalah peserta didik bersama.

Page 27: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

118

d) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan

STP2K sebagi penerapan pendidikan karakter

STP2K ( Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan kesiswaan) memiliki

tugas dalam pembinaan terhadap peserta didik sesuai dengan peraturan tata

tertib yang berlaku disekolah tersebut.Tim ini melakukan kegiatan

pencegahan, penindakan dan penanggulangan terhadap segala bentuk

pelanggaran terhadap aturan tata tertib. Mulai dari pelanggaran terhadap

penggunaan kelengkapan seragam sekolah, kedisiplinandalam kegiatan belajar

sampai tingkah laku peserta didikyang merugikan selama dilingkungan

sekolah tersebut.

Kegiatan pembinaan STP2K merupakan kegiatan pendidikan yang

dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di

dalam dan/di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan,

meningkatkan ketrampilan dan menginternalisasi nilai-nialai atau atuaran

agama serta norma-norma social baik loka, nasional,maupun global untuk

membentuk insan yang seutuhnya.147

Dalam memantapkan kepribadian peserta didik guna mewujudkan

nilai-nilai karakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka

pendidikan karakter melalui kegiataan pembinaan kesiswaan diupayakan

antara lain dalam betuk kegiatan; (1)pembinaan keimanan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) Masa pengenalan Lingkungan Sekolah

(MPLS), (3) penegakan tata karma dan Tata Tertib Kehidpan Akademik dan

147

Hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj. Siti Mukaromah Koordinator SP2K SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari jum’at tanggal 13

November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes.

Page 28: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

119

sosial, (4) Kepramukaan, (5) Organisasi Siswa Intra Sekolah ( Osis), (6)

Upacar bendera, (7) Usaha Keseshatan SekolaH (UKS), (8)

2. Faktor penghambat guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

Pendidikan karakter merupakan program baru yang diprioritaskan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebaagi program baru masih

menghadapi banyak kendala.

Meskipun adanya faktor-faktor yang mendukung terlaksananya

kegiatan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan karakter dengan baik,

namun tidak sepenuhnya kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan apa yang

diharapkan. Karena selain terdapat faktor-faktor pendukung seperti

disebutkan di bawah, setidaknya terdapat pula beberapa hal yang menjadi

penghambat terlaksananya kegiatan ini, yaitu antara lain:

a) Frekuensi kebersamaan orang tua dan anak di rumah sangat kurang.

Pekerjaan orang tua, terutama yang berada di perantauan, sering

menyebabkan orang tua harus meninggalkan rumah atau keluarga untuk

jangka waktu yang lama (bisa satu minggu, satu bulan, bahkan lebih).

Akibatnya, bagi anak yang orang tuanya memiliki pekerjaan seperti itu

intensitas komunikasi dan kontak langsung sangat sedikit, perhatian orang tua

terhadap anak tidak maksimal, dan proses pendidikan oleh orang tua tidak

berjalan sebagaimana yang diharapkan

b) Sinergitas antara pihak sekolah dan orang tua dalam pengawasan

peserta didik di rumah masih kurang

Page 29: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

120

c) Belum adanya bentuk evaluasi yang tepat untuk mengontrol kegiatan

atau kebiasaan peserta didik di rumah yang dapat menunjang program

pembinaan karakter peserta didik di sekolah

d) Lingkungan pergaulan peserta didik di rumah kurang mendukung

pelaksanaan program pembiasaan disiplin sebagai upaya membangun

generasi berakhlak mulia

e) Kesadaran peserta didik untuk mempraktekkan pembiasaan disiplin

ibadah di rumah masih kurang dan perlu dukungan dari orang tua

untuk mengontrol dan memberi arahan pada putera-puterinya, supaya

mereka senantiasa melaksanakan ibadah secara disiplin dan penuh

kesadaran

f) Masih banyaknya peserta didik yang kurang memahami tentang

pendidikan karakter

g) Kurangnya motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter

Motivasi sebagai penggerak setiap individu untuk melakukan suatu

aktifitas, merupakan salah satu faktor utama belum optimalnya hasil yang

dicaPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari pelaksanaan kegiatan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter di SMA

Negeri 1 Larangan. Kurangnya motivasi berasal dari dalam diri para peserta

didik itu sendiri, berupaya kurangnya minat dan kemauan untuk mengikuti

kegiatan Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus

tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat

Page 30: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

121

penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai

keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi

ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan

bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar, pasti ditemukan anak didik yang

tidak termotivasi untuk belajar atau tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan

pengajaran dikelas. Guru tidak harus tinggal diam bila anak didik tidak

terlibat secara langsung dalam belajar bersama. Perhatian harus lebih

diarahkan kepada mereka. Usaha perbaikan harus dilaksanakan agar mereka

mempunyai gairah dalam belajar.

Dalam hal ini, sebagaimana menurut kepala sekolah SMA Negeri 1

Larangan, ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan

cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru

harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis,

memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang

menunjang tercaPendidikan Agama Islam dan Budi Pekertinya tujuan

pengajaran.

h) Kegiatan-kegiatan yang diadakan selama ini belum memenuhi

keinginan peserta didik (kurang variatif)

Sebagaimana telah diapaparkan dalam pembahasan sebelumnya,

bahwa dalam proses pendidikan adakalanya terdapat peserta didik yang

memiliki potensi yang tinggi dalam bidang akademik, adapula peserta didik

yang justru tidak memiliki bakat yang tinggi dalam bidang ini namun

memiliki bakat dalam bidang nonakademik. Kegiatan pendidikan agama

Page 31: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

122

islam dan pendidikan karakter yang salah satu tujuannya adalah untuk

mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki peserta didik, seharusnya

mampu menyalurkan bakat peserta didik tersebut sesuai dengan apa yang

dimilikinya.

Sejauh ini kegiatan pendidikan agama Islam dan pendidikan karakter,

adalah merupakan suatu upaya dalam rangka menerapkan pendidikan

karakter ternyata belum mampu menjadi wadah yang dimanfaatkan peserta

didik untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Hal ini disebabkan

umumnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan lebih difokuskan sebagai

penunjang kegiatan pembelajaran agama Islam yang dilaksanakan di kelas.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak begitu variatif, antara lain

belum menyentuh bidang-bidang yang justru sebenarnya diminati oleh

peserta didik. Diantara bidang-bidang yang belum diminati oleh peserta didik

antara lain berupa tilawah dan qiroah yang kesemuanya diikuti oleh para

peserta didik secara pilihan.

i) Masih kurang adanya kebersamaan tenaga pendidik dalam

menerapkan pendidikan karakter

Dengan demikian, meskipun ada faktor-faktor yang menghambat

implementasi tanggung jawab orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti dalam membina karakter peserta didiksisi, baik orang tua

maupun guru telah melakukan langkah-langkah yang cukup efektif sebagai

solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Secara umum, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penghambat tersebut masih dapat

Page 32: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

123

diatasi dengan meningkatkan kepedulian, perhatian, dan kerja sama orang tua

dan pihak sekolah dalam membina karakter para peserta didik

C. Langkah-langkah solutif guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1

Larangan

1. Keteladanan

Pembinaan dengan teladan berarti suatu metode pembinaan dengan

cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, berupa perkataan,

perbuatan, sifat, dan cara berfikir. Banyak ahli pendidikan yang bependapat

bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil.

Hal itu karena dalam belajar orang pada umumnya lebih mudah menangkap

yang konkrit daripada yang abstrak. Abdullah ulwan misalnya sebagaimana

dikutip oleh Hery Noer Aly, mengatakan bahwa pendidik akan merasa mudah

megkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa

kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak memberi

contoh tentang pesan yang disampaikannya.148

Menurut Edi Suardi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, bahwa

keteladanan itu ada dua macam, yaitu:

a. Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh peserta didik

b. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan ditanamkan

pada peserta didik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi

peserta didik.149

148

Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Mulia, 1999),

Hal 172 149

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., hal 181.

Page 33: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

124

Dalam al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat yang menunjukkan

kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan. Seperti dalam surat al-

Ahzab ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah

itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut

Allah”.

Sedangkan dalam psikologi kepentingan penggunaan keteladanan

sebagai metode pendidikan didasarkan atas adanya insting (gharizah) untuk

beridentifikasi dalam diri setiap manusia, yaitu dorongan untuk menjadi sama

(identik) dengan tokoh identifikasi.150

Guru menjadi contoh teladan dalam berperilaku di kelas maupun di

luar kelas. Guru adalah sosok yang menjadi teladan, baik dari segi

pengetahuan maupun kepribadian bagi peserta didiknya. Oleh karena itu,

seorang guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku.

Tutur kata dan tingkah laku guru yang tidak tepat pada tempatnya akan

berakibat buruk pada tumbuh kembang peserta didik, karena mereka bisa saja

meniru tutur kata dan tingkah laku seorang guru tanpa memperhitungkan

benar salahnya.151

Guru sebagai contoh teladan bagi peserta didik dengan demikian harus

menata ulang tutur kata dan tingkah lakunya di hadapan peserta didik agar

dapat memberikan penguatan positif terhadap pembentukan kepribadian

peserta didik.

150

Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam., hal 178-179. 151

Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasinya Secara

Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, Dan Masyarakat,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), cet. Ke-1, hal 134.

Page 34: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

125

Untuk membentuk karakter peserta didik tidak hanya melalui teori,

latihan ataupun diperoleh secara alami berdasarkan fitrah, akan tetapi juga

perlu melalui teladan, yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang dekat

dengannya.152

Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir, yang

menyatakan “secara psikologis manusia merupakan tokoh teladan dalam

hidupnya, hal ini adalah sifat pembawaan keteladanan”. Sehingga dapat

dikatakan bahwa memberikan keteladanan (Uswatun Hasanah) merupkan

upaya yang efektif dalam membina dan mengajarkan tingkahlaku kepada

peserta didik.

Mengenai keteladanan Armai Arief menjelasakan sebagai berikut:

Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan yang memberi

contoh, baik berupa sifat, cara berfikir, maupun tingkah laku. Banyak

ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan

merupakan metode yang berhasil guna. Hal ini karena dalam belajar,

orang umunya lebih mudah menangkap dengan konkrit ketimbang

dengan abstrak.153

Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di

SMA Negeri 1 Larangan berusaha untuk memberikan keteladanan (Uswatun

Hasanah) secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik.

152

Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), hal 127-129. 153

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat

Press, 2002), hal 178.

Page 35: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

126

Seperti: sholat dhuhur berjamaah, sholat dluha, berpakaian rapi, memuji hasil

karya yang baik, bergaul, dan bertutur kata sopan.

2. Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud

dengan kebiasaan (habit) ialah cara bertindak yang persistent, uniform dan

hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya). Pembiasaan

merupakan upaya yang praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak.

Hasil dari pembiasan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu

kebiasaan bagi anak didik. Jadi bisa dikatakan kebiasaan adalah suatu

tingkahlaku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih

dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi.154

Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak. Karena pembiasaan

berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa

berperilaku dengan nilai-nilai akhlak. Seseorang yang telah mempunyai

kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang

hati.

Seseorang yang ingin dirinya menjadi berkarakter mulia, maka

jalannya dengan membiasakan kebiasaan yang baik, sehingga menjadi tabiat

yang mudah mengerjakannya sesuatu yang baik dan tidak merasa berat lagi

untuk melakukan hal baik. Metode ini sangat tepat untuk mengajarkan

karakter para peserta didik, agar peserta didik mempunyai kebiasaan berbuat

baik sehingga menjadi karakter muia baginya. Oleh karena itu seorang guru

154

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., 184.

Page 36: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

127

harus memberikan bimbingan yang kontinyu kepada peserta didiknya, agar

tujuan pendidikan karakter ini dapat tercaPendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti secara optimal.

Adapun penerapan pembiasaan yang dilakukan guru Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di

SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten Brebes, provinsi Jawa Tengah dilakukan

dengan program sebagai berikut:

a. Membaca Al-Qur’an selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai

Penerapan pembiasaan pendidikan agama islam yang dilakukan guru

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan

karakter di SMA Negeri 1 Larangan selanjutnya adalah dilakukan dengan

membaca Al-Qur’an 15 menit sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti dimulai.

Untuk mengetahui tentang adanya penerapan pembiasaan membaca

Al-Qur’an pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam

menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan dapat dibaca

dari hasil wawancara penulis dengan siti inayah, S.Ag.

Hasil wawancara yang adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan pembiasaan membaca Al-Qur’an ini dilaksanakan 15

menit sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti baik itu pada saat pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti pada jam pertama, ketiga maupun jam terakhir, yang

mana tujuanya membiasakan anak dalam membaca al-qur’an.

2) Di akhir pembelajaran dengan berdo’a.155

155

Hasil wawancara terhadap ibu Siti Inayah, S.Ag, Pada hari sabtu tanggal 14

November 2015 di ruang guru.

Page 37: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

128

Dari uraian di atas hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti yaitu Ibu Siti Inayah, S.Ag. Bahwa cara menanamkan

pendidikan karaktek melalui pembiasaan yang sifatnya wajib bagi peserta

didik agar senantiasa membaca Al-Qur’an, dalam hal ini ibu Siti Inayah S.Ag

menerapkan dalam pemeblajaranya untuk selalu membaca Al-Qur’an Selama

15 menit sebelum pembelajaran, jam ketiga ataupun jam terakhir.

b. Pembiasaan shalat dhuha

Salah satu pendidikan nilai karakter yang dapat dilakukan adalah

dengan membiasakan shalat dhuha di sela-sela jam istirahat pertama. Dampak

pembiasaan shalat dhuha terhadap pembinaan karakter sangat baik terlihat

pada perilaku produktif dalam memanfaatkan waktu, hormat, disiplin, murah

hati dan peduli sesama. Peserta didik dapat mengontrol emosi atau amarah,

selain itu fikiran dan hati peserta didik juga menjadi lebih tenang sehingga

akan memperlancar proses belajar. Menahan amarah yaitu upaya menahan

emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain.

Penerapan pembiasaan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh

guru dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan

dengan pembiasaan sholat dhuha.

Untuk mengetahui tentang adanya penerapan pembiasaan yang

dilakukan oleh guru dapat dibaca dari salah satu hasil wawancara penulis

dengan Bapak Nur kholis, M.Pd.I berikut ini;

“Sebagai bagian dari upaya saya dan teman-teman guru dalam

menerapakan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

Page 38: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

129

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah

dilakukan dengan pembiasaan shalat dhuha. Dengan adanya shalat

dhuha ini membuat peserta didik menjadi lebih menyadari akan

pentingnya urusan akhirat di samping pentingnya persoalan

keduniawian. Dengan kesadaran ini maka peserta didik merasa lebih

damai dan sikap mereka pun jauh lebih baik.”156

Pernyataan di atas juga didukung dengan pernyataan yang

disampaikan oleh Anam Nurul Ma’ruf berikut ini :

“Di sekolah saya yaitu SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah para peserta didiknya diajak untuk

melaksanakan sholat dhuha di mushalla yang ada di sekolah saya.

Dengan adanya sholat dhuha ini maka saya merasakan adanya

ketenangan hati dan pikiran saya.”157

Ungkapan yang senada dapat dipahami dari pernyataan yang

disampaikan oleh Bagus Kohar Aji kepada penulis dalam salah satu

wawancara penulis denganya berikut ini:

“Saya dan teman-teman yang lain yang di SMA Negeri 1 Larangan

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selalu diajak oleh guru

untuk melakasanakan shalat dhuha di mushalla yang ada di sekolah

156

Hasil wawancara penulis dengan Bapak Nur Kholis, M.Pd.I guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada

hari sabtu tanggal 14 November 2015 di ruang guru. 157

Hasil wawancara penulis dengan Anam Nurul Ma’ruf peserta didik kelas XII IPS 2

SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari senin tanggal 16

November 2015 di kelas.

Page 39: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

130

saya. Setelah dhalat dhuha ada nasehat-nasehat yang disampaikan

oleh guru kami, sehingga saya merasa tenang dan damai.”158

Uraian di atas dapat dipahami bahwa SMA Negeri 1 Larangan

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada waktu dhuha mengadakan

shalat dhuha berjama’ah dan ada nasehat-nasehat yang disampaikan oleh

guru. Apa yang dilakukan oleh para guru dalam menerapkan pendidikan

karakter terhadap peserta didik.

c. Jamaah shalat dhuhur

Harapan sekolah dengan mewajibkan peserta didik untuk berjama’ah

setiap waktu sholat, dengan membiaskan peserta didik mendidrikan sholat

sunah dhuha dan hajad. Maka akan memupuk keislaman mereka, selalu sholat

tepat di awal waktu, gemar berjama’ah, rajin mengerjakan sholat-sholat

sunah, istiqomah dalam beribadah dan mendekatkan diri pada Allah swt.

Penerapan pembiasaan pendidikan agama islam yang dilakukan oleh

guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan

pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi

Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan pembiasaan jama’ah shalat

dhuhur.

Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti yang dilakukan oleh guru

sebagai upaya menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dengan pembiasaan jama’ah shalat

158

Hasil wawancara penulis dengan Bagus Kohar Aji peserta didik kelas XI IPA 2 SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari senin tanggal 16

November 2015 di kelas.

Page 40: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

131

dhuhur dapat dibaca dari salah satu hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj.

Siti Mukaromah berikut ini:

“SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah

mewajibkan para peserta didiknya untuk melaksanakan jama’ah shalat

dhuhur di mushola di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah dengan pembiasaan jama’ah shalat dhuhur.

Pembiasaan ini merupakan salah satu cara penerapan pendidikan

karakter peserta didik di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah.”159

Ungkapan senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan

oleh Bapak Ikhwanto, S.Pd. kepada penulis dalam salah satu wawancara

penulis denganya berikut ini:

“Sebagai salah satu guru di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten

Brebes, Provinsi Jawa Tengah, saya mewajibkan para peserta didik

untuk melaksanakan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA Negeri 1

Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini saya

lakukan selain karena merupakan kebijakan sekolah juga karena

jama’ah shalat dhuhur di sekolah cukup efektif sebagai slah satu

pembiasaan yang diterapkan sekolah untuk menerapakan pendidikan

karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes.”160

159

Hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj. Siti Mukaromah guru Bahasa jawa SMA

Negeri 1 Larangan, pada hari sabtu tanggal 14 November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1

Larangan. 160

Hasil wawancara penulis dengan Bapak Ikhwanto, S.Pd guru Bahasa Inggris SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari sabtu tanggal 14

November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes

Page 41: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

132

Pernyataan di atas juga di dukung dengan pernyataan yang di

sampaikan oleh Nurul istikomah berikut :

“Saya dan para peserta didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten

Brebes, Provinsi Jawa Tengah diwajibkan untuk melaksanakan shalat

dhuhur berjama’ah di mushola yang ada di SMA Negeri 1 Larangan,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini merupakan

pembiasaan yang diterapkan sebagai salah satu cara untuk menerpkan

pendidikan karakter di sekolah saya.”161

Ungkapan senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan

oleh Joni Hartoso kepada penulis dalam salah satu wawancara penulis

denganya berikut ini:

“Untuk menerapkan salah satu pendidikan karakter di SMA Negeri 1

Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah., saya dan

teman-teman diwajibkan untuk melaksanakan shalat dhuhur

berjama’ah di mushola yang ada di SMA Negeri 1 Larangan,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kebijakan ini menjadi

pembiasaan agar pendidikan karakter bisa tertanam dalam diri peserta

didik.”162

161

Hasil wawancara penulis dengan Nurul Istikomah peserta didik kelas XI IPA 4 SMA

Negeri 1 Larangan, pada hari senin tanggal 16 November 2015 di musholla SMA Negeri 1

Larangan 162

Hasil wawancara penulis dengan Joni Hartoso peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri

1 Larangan, pada hari selasa tanggal 17 November 2015 di musholla SMA Negeri 1 Larangan.

Page 42: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

133

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa SMA Negeri 1

Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah mewajibkan para peserta

didik di lingkungan SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi

Jawa Tengah untuk melaksanakan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini

dilakukan sebagai salah satu pembiasaan yang harus dilakukan oleh para

peserta didik karena jama’ah shalat dhuhur di sekolah dapat menjadi salah

satu faktor penerapan pendidikan karakter peserta didik SMA Negeri 1

Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Pembiasaan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA Negeri 1

Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, menurut hemat penulis

hendaknya ditambah dengan diadakanya cermah yang berisinasehat-nasehat

oleh para guru agar peserta didik bisa lebih tersentuh lagi hatinya sehingga

perilaku mereka menjadi lebih baik lagi dan para peserta didik benar-benar

menerapakan pendidikan karakter yang ada di sekolah.

d. Infaq pada tiap hari jumat

Penerapan pembiasaan pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh

guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan

pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi

Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan dengan cara peserta didik

memberikan infaq pada setiap hari jumat.

Infaq merupakan salah satu kebaikan yang dianjurkan dalam agama

islam. Orang yang berinfaq akan mendapatkan pahala atau ganjaran dari

Allah SWT. Untuk dapat berinfaq seseorang kadang perlu mendapatkan

Page 43: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

134

sugesti ataupun motivasi dari orang lain agar dapat melakukannya dengan

ikhlas.

Terkait dengan pelaksanaan pembiasaan pendidikan agama islam yang

dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam

menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten

Brebes, Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan cara membiasakan

peserta didik untuk memberikan infaq pada setiap hari jumat dapat dibaca

dari pernyataan yang disampaikan dan Budi Pekertikan oleh Saidi, S.Ag pada

penulis berikut ini:

“Saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di

SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten brebes, provinsi jawa tengah

menganjurkan pada peserta didik saya untuk memberikan infaq dari

sebagian harta yang dimilikinya pada setiap hari jumat. Infaq ini

sebagai cara untuk menyadarkan mereka akan manfaatnya infaq yang

salah satunya adalah dapat menolong teman-teman mereka yang sakit

ataupun yang sedang terkena musibah dan ujian dari allah”.163

Pernyataan di atas juga didukung dengan pernyataan yang

disampaikan oleh Siti Inayah, S.Ag berikut ini:

“Dalam rangka menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1

Larangan, maka saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten brebes, provinsi jawa

tengah menganjurkan kepada para peserta didik saya agar

163

Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara

Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November 2015).

Page 44: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

135

memberikan infaq dari sebagian harta yang dimiliki oleh mereka.

Infaq dapat digunakan untuk membantu meringankan beban mereka

yang terkena musibah baik kecelakaan ataupun karena sakit”.164

Ungkapan yang senada dapat dipahami dari pernyataan yang

disampaikan oleh Sulistiawati kepada penulis dalam salah satu wawancara

penulis dengannya berikut ini:

“Saya dengan teman-teman saya yang sekolah di SMA Negeri 1

Larangan diberi pemahaman tentang penting dan manfaatnya

berinfaq oleh guru saya di SMA Negeri 1 Larangan. Uang infaq

yang terkumpul digunakan untuk membantu peserta didik yang

mengalami musibah ataupun yang sedang sakit”.165

Uraian di atas dapat dipahami bahwa guru Pendidikan Agama Islam

dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan memberikan pemahaman

tentang pentingya dan manfaatnya berinfaq kepada para peserta didik di SMA

Negeri 1 Larangan. Hal ini dilakukan karena para guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti khususnya sadar bahwa peserta didik perlu dianjurkan

untuk membiasakan diri berinfaq dan bersedekah, agar hati mereka menjadi

baik dan mendapatkan pahala dari allah yang salah satu caranya adalah

dengan menginfaqkan sebagian dari harta uang jajan yang mereka miliki.

Harta infaq yang diberikan oleh para peserta didik pada setiap hari

jumat dikumpulkan dan digunakan apabila ada peserta didik yang

mendapatkan musibah ataupun peserta didik yang sakit dan sangat

164

Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Larangan,

Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November 2015). 165

Sulistiawati, kelas X 3, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November

2015).

Page 45: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

136

membutuhkan bantuan. Dengan cara demikian, maka peserta didik telah

beramal dengan cara berinfaq sekaligus peserta didik pun mendapatkan

pelajaran yang berharga dari bagaimana pentingnya berinfaq dan sekaligus

juga mereka mendapatkan manfaat dari infaq yang terkumpul, khususnya

para peserta didik yang membutuhkan bantuan karena mereka sakit ataupun

karena mereka mendapatkan ujian dari allah berupa musibah ataupun sakit.

Apa yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan dalam menerapkan pendidikan karakter

melalui cara menganjurkan agar para peserta didik memberikan sebagian

hartanya untuk berinfaq pada setiap hari jumat, maka peserta didik

mendapatkan pelajaran yang sangat berharga sekaligus mendapatkan manfaat

yang luar biasa dari adanya dana infaq yang digunakan untuk menolong para

peserta didik yang membutuhkan karena mendapat ujian musibah ataupun

karena mereka sakit dan perlu berobat ataupun dirawat di rumah sakit.

Pembiasaan termasuk ke dalam metode latihan (drill). Metode latihan

(drill) merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh

suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.166

Dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, materi yang bisa diajarkan dengan

metode ini di antaranya adalah materi yang bersifat pembiasaan, seperti

ibadah shalat, mengkafani jenazah, baca tulis Al Quran, dan lain-lain. Dalam

proses pembiasaan belajar agama dikenal sebuah metode reward dan

punishment. Reward menurut penganut teori behavioristik merupakan

166

M.A Nasih dan N.L. Kholidah. op. cit. hal 91.

Page 46: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

137

pendorong utama dalam proses belajar karena reward berdampak positif bagi

anak, yaitu:

a. Menimbulkan respon positif;

b. Menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh di dalam dirinya;

c. Menimbulkan senang dalam melakukan suatu pekerjaan yang

mendapat imbalan;

d. Menimbulkan antusiasme, semangat untuk terus melakukan

pekerjaan; dan

e. Semakin percaya diri.167

3. Pemberian Nasihat

Nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan

tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari hal-hal yang buruk serta

menunjukannya kejalan yang benar, mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.

Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke

dalam jiwa melalui cara yang tepat. Bahkan dengan metode ini pendidik

mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada

berbagai kebaikan dan kemaslahatan. Diantaranya dengan cerita atau kisah

yang bermuatan ajaran moral dan nilai-nilai edukatif atau dari kisah para nabi

dan umat terdahulu yang banyak pelajaran yang dapat dipetik.168

Dalam proses pendidikan hendaknya pendidik memberikan nasihat-

nasihat kepada peserta didik untuk selalu berbuat kebajikan dimana saja dan

berbuat baik kepada siapa saja, karena nasihat dapat berpengaruh secara

167

Yusuf. op. cit. hal 114-122. 168

Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam, 191-193.

Page 47: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

138

langsung pada jiwa peserta didik. Yang dimaksud nasihat adalah penjelasan

tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang

yang di nasihati dari sesuatu yang buruk ke jalan yang mendatangkan

kebahagiaan dan manfaat.169

Muhammad Rizal menuturkan bahwa:

Pada saat pelajaran pendidikan agama islam, guru Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti selalu menyelinginya dengan

nasihat bagaimana menjadi peserta didik yang sukses dunia akhirat

yaitu dengan belajar secara sungguh-sungguh yang diimbangi

dengan karakter yang baik.170

Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa menjadi peserta didik

adalah bersikap secara baik serta menjaga belajar secara disiplin.

Hal tersebut dikuatkan oleh Bapak Nurkholis, M.Pd.I selaku wakasek

kepeserta didikan di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:

“Pemberian nasihat selalu dilakukan di setiap waktu pembinaan

wali kelas, upacara bendera, kegiatan-kegiatan keagamaan dan lain

sebagainya sebagai upaya menumbuhkan karakter mulia peserta

didik.”171

Dari hal tersebut diatas menunjukan bahwa guru Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti dalam memberikan nasihat bersifat terbuka sehingga

yang mendengarkan menjadi lebih tenang dan bersemangat

Menurut Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam

Khaththabi rahimahullah, “nasihat itu adalah suatu kata untuk menerangkan

169

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1979), hal 191. 170

Muhammad Rizal, kelas XII 2, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12

November 2015). 171

Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1

Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 48: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

139

suatu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasihati”.172

Memberi

nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan agama Islam.

Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik kedalam

jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui

pintunya yang tepat.173

Sehingga peserta didik akan selalu ingat dengan apa

yang telah dipelajarinya dalam teori - teori yang ada.

Hal itu dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

dalam membina karakter para peserta didik. Dengan nasihat yang biasanya di

sampaikan pada saat kegiatan belajar mengajar, pembinaan wali kelas,

kegiatan-kegiatan keagamaan, dan secara langsung diharapkan mampu

memberikan semangat dan ingatan kepada para peserta didik untuk selalu

melaksanakan kebaikan.

4. Mengarahkan peserta didik kepada perilaku positif

Sebagai orang tua kedua bagi peserta didik di sekolah, guru tentu

mempunyai peranan besar dalam memberikan bekal ilmu. Terlebih lagi, guru

dinilai sebagai sosok yang berpendidikan yang diharapkan mampu mendidik

peserta didiknya. Tetapi harapanya tidak sekedar mendidik dan memberikan

materi akademik saja di sekolah. Peran guru lebih dari itu. Guru diharapkan

juga dapat menanamkannilai-nnilai positif pada murid, karena guru adalah

role model bagi para peserta didik. Maka dari itulah mengapa guru memiliki

peran yang besar dalam pembentukan karakter.

172

Sulaiman Rasyid, http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/719 diakses

pada hari Rabu tanggal 05 Desember 2015. 173

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,1999), hal 91.

Page 49: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

140

Langkah solutif lain dari penerapan pendidikan karakter di SMA

Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah adalah

mengarahkan peserta didik kepada perilaku yang positif. Hal ini dapat dibaca

dari salah satu wawancara penulis dengan Drs. Imam Sulthoni, M.Si berikut

ini:

“Berdasarkan realitas di lapangan, peran diterapkanya pembiasaan

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam proses upaya

menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah adalah mengarahkan

peserta didik kepada perilaku yang positif. Dengan demikian maka

peserta didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi

Jawa Tengah tertanam nilai-nilai pendidikan karakter dalam diri

peserta didik.”174

Penyataan senada juga dapat dibaca dari pernyataan yang

disamPendidikan Agama Islam dan Budi Pekertikan oleh Khasan Basri, S,Pd

berikut ini :

“Hal positif dari diterapkannya mengarahkan peserta didik sebagai

langkah solutif penanaman pendidikan karakter di SMA Negeri 1

174

Imam Sultoni, Guru PKN di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi,

(Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).

Page 50: BAB IV AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …

141

Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah adalah

mengarahkan peserta didik kepada perilaku yang positif.”175

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa upaya penerapan

pendidkan karakater terhadap peserta didik di SMA Negeri 1 Larangan,

Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, adalah mengarahkan kepada

perilaku yang positif. Dengan adanya perilaku positif ini, maka para peserta

didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah

dapat menerapkan sedikit demi sedikit pendidikan karakter yang diperoleh,

Adanya perilaku positif sebagai dampak positif dari diterapkan

pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi

Jawa Tengah oleh para guru di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah, maka menurut hemat penulis penerapan pendidikan

karakter dalam mengarahkan peserta didik kepada hal-hal yang positif di

SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah

hendaknya dilanjutkan bahkan ditingkatkan.

175

Khasan Bisri, Guru BK di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi,

(Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).