bab iv aktifitas pelaksanaan pendidikan agama islam …
TRANSCRIPT
92
BAB IV
AKTIFITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI 1 LARANGAN
A. Deskripsi Tugas Edukatif Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti dalam menerapkan Pendidikan Karakter di SMA Negeri 1
Larangan
1. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pengajar
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru membantu peserta didik yang sedang
berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk
kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajarinya.131
Guru sebagai edukator yaitu guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik
guru adalah orang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara. Tinggi
atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat. Sebagian besar bergantung
pada kependidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru.
Pekerjaan guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik. Maka untuk
melakukan tugas guru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam UU No.14 tahun 2005 tentang dasar-dasar kependidikan dan
pengajaran.
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai pengajar adalah guru mampu memlilih bahan atau materi yang
akan disampaikan, metode yang sesuai dengan kondisi dan situasi, tujuan serta
131
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6 hal.38
92
93
pengadaan evaluasi, memiliki persiapan mengajar dan mampu melaksanakan
kegiatan pengajaran dengan baik, guru mampu memberikan pemahaman pada
peserta didik tentang pelajaran yang diberikan, guru mampu merancang dan
merencanakan suatu kegiatan pengajaran yang baik.
Hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi menunjukkan
berbagai deskripsi tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Ya yang seperti biasa selalu saya siapkan itu jelas adanya RPP dan
persiapan materi ajar dengan jelas sebagai persiapan pembelajaran.
2) Misalkan begini, jika ada peserta didik yang belum paham dengan
hanya memakai penjelasan dari buku paket atau wajib peserta
didik, maka saya tambahkan tentang suatu wawasan di luar
penjelasan buku paket peserta didik tetapi tetap sesuai dengan
materi ajar.
3) Ya ada. Seperti RPP.132
Sedangkan hasil observasi terhadap bapak Nurkholis, M.Pd.I. sebagai
pengajar yang mampu memberikan pemahaman pada peserta didik tentang
pelajaran yang diberikan adalah sebagai berikut:
Materi tentang cerahkan nurani dengan saling menasehati dijelaskan
dengan disertai tanya jawab dan diskusi kepada peserta didik dan
menggunakan media pembelajaran seperti buku ajar, spidol, mencatat
di papan tulis dan penghapus. Penjelasan materi juga disertai dengan
beberapa contoh realitas yang terjadi di lingkungan pendidik tersebut
tentang kesalahpahaman persepsi tentang cerahkan nurani dengan
saling menasehati
132
Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1
Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
94
Adapun hasil studi dokumentasi terhadap bapak Nurkholis, M.Pd.I. adalah
sebagai berikut:133
Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa bapak Nurkholis,
M.Pd.I sebelum masuk ke kelas telah mempersiapakan perangkat seperti RPP,
silabus, materi dan media yang akan digunakan sebelum masuk kelas. Hal itu
diperkuat lagi dengan melengkapi referensi buku lain dan memberikan
wawasan lain dengan mengkaitkan materi yang sedang di ajarkan.
2. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pemimpin
Kelas
Kepemimpinan adalah proses penyelesaian sesuatu melalui aktivitas
orang lain. Guru sebagai pemimpin harus dapat mempengaruhi, mengarahkan,
membimbing, dan memotivasi peserta didik agar dapat belajar. Mengajar
133
Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1
Larangan, Dokumentasi Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
95
merupakan serangkaian proses pendidikan untuk membantu siswa lebih
memahami dan menguasai sesuatu.
Guru dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah
mempengaruhi siswa melalui pengembangan organization of learning atau
pengorganisasian pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada
kemampuan guru memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam
kelas sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai pemimpin kelas adalah guru mampu menjadi pemimpin
kegiatan di kelas agar terwujud suatu pembelajaran yang kondusif bagi peserta
didik.
Setelah melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi maka
didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Dengan menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan
namun serius dengan cara memberikan reward dan punishment
untuk peserta didik.
2) Dengan metode memperbanyak diskusi dan strateginya dengan
lebih mengaktifkan peran peserta didik dalam proses KBM.134
134
Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1
Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
96
Adapun hasil observasi terhadap Bapak Nurkholis, M.Pd.I adalah sebagai
berikut:
Setelah itu pelajaran dimulai dengan menjelaskan materi tentang
cerahkan nurani dengan saling menasehati saat penjelasan diberikan
oleh guru tersebut ada beberapa peserta didik yang ramai sendiri dan
langsung ditegur serta diingatkan.
Dari keterangan diatas dapat dipahami bahwa bapak Nurkholis,
M.Pd.I memberikan reward dan punishment dengan tujuan menciptkan
suasana kelas yang santai tapi serius dan menyenangkan. Hal tersebut
dilakukan agar kelas mudah dikontrol dan menjadi kondusif bagi peserta
didik.
b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Begini bu, kalau saat itu suasana kelas sedang ramai atau gaduh
maka saya tenangkan dulu anak-anaknya, lalu jika ada peserta
didik atau anak yang tidur maka saya bangunkan atau saya suruh
cuci muka dulu di kamar mandi.
2) Strateginya cara mengajar saya bukan dengan duduk tapi dengan
berdiri agar anak yang duduk di bangku paling belakang bisa
terpantau dan saya biasanya dengan cara mengajar yang
komunikatif dengan anak-anak.135
Dan adapun hasil observasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah sebagai
berikut:
Sebelum pelajaran dimulai guru tersebut menyiapkan peralatan untuk
mengajar seperti laptop dan LCD proyektor dengan meminta bantuan
seorang peserta didik dan membangunkan peserta didik yang tidur
untuk cuci muka
135
Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
97
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa ibu Siti Inayah, S.Ag dalam
memberikan materi pembelajaran dikelas selalu berdiri tepat di meja tengah
peserta didik dengan tujuan yang duduk di bangku paling belakang bisa
terpantau, hal tersebut tertampak pada gambar diatas. Kemudian dalam
menangani peserta didik yang gaduh, ibu Siti Inayah, S.Ag lebih memilih
mendiamkan sebentar setelah itu baru ditegurnya.
c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA
Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
98
1) Ya yang pertama menata kelas terlebih dahulu, lalu
mengkondisikan anak-anak agar duduk di bangku masing-masing
dan mengawali pembelajaran dengan do’a.
2) Saya selalu datang tepat waktu agar anak-anak tidak keluar kelas
jika pergantian pelajaran, berpenampilan menarik dan menyiapkan
materi dengan sebaik-baiknya.136
Dan adapun hasil observasi terhadap Bapak Saidi, S.Ag. adalah sebagai
berikut:
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Bapak Saidi, S.Ag.
dimulai pada pukul 09.15 WIB. Saat itu peserta didik masih ada yang
berada di luar kelas lalu diminta untuk masuk.
Dari hal tersebut diatas menunjukan bahwa bapak Saidi, S.Ag memilih
mengatur strategi dulu yaitu menata kelas terlebih dahulu, lalu
mengkondisikan anak-anak agar duduk di bangku masing-masing dan
mengawali pembelajaran dengan do’a dan memilih untuk datang lebih awal
jika pergantian jam telah habis, bapak Saidi, S. Ag segera masuk kelas.
136
Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
99
3. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik teteapi juga perjalanan mental, emosional, kratifitas, moral,
dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.137
Sebagai pembimbing guru lebih suka jika mendapati kesempatan
menghadapi sekumpulan peserta didik di dalam interaksi belajar mengajar. Ia
memberi dorongan dan menyalurkan semangat menggiring mereka, sehingga
mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain
dengan tenaganya sendiri.138
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai pembimbing adalah guru mampu membimbing peserta didik
dalam perkembangan dirinya menuju kemandirian.
Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka
didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti sebagai pembimbing di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Ya kalau bimbingan untuk peserta didik yang bermasalah bekerja
sama dengan guru BK dan wali kelas, atau terkadang saya sendiri
langsung menasehati anaknya di ruangan saya, kalau bimbingan
137
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2006), cet.6
h.38 138
Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), cet.4, h. 266
100
terkait akademik atau kegiatan sekolah yaitu seperti bimbingan
baca iqra’ setelah KBM; lalu ada program guru asuh untuk setiap
14 peserta didik.
b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
Pernah pak, waktu itu saya menangani peserta didik yang berkelakuan
khusus (nakal) lalu saya ajak diskusi dan saya ajak ngobrol baik-baik.
c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA
Negeri 1 Larangan)
Ya, bimbingan biasanya saya lakukan dengan bekerja sama guru BK.
Dari keterangan ketiga guru diatas mengenai tugas guru sebagai
pembimbing, bapak dan ibu guru sepakat memilih bekerjasama dengan guru
BK jika memang masalah tersebut dianggap rumit, namun mereka memilih
menangani terlebih dahulu dengan mengajak ngobrol baik-baik, memberikan
arahan, masukan, motivasi dan memberikan nasihat (mauidotun khasanah)
sebelum memberikan masalah tersebut ke guru BK untuk ditindak lanjuti lebih
mendalam tentang masalah yang sedang dihadapi peserta didik.
4. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Pengatur
Lingkungan Belajar
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta
merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
101
kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar peserta didik di
dalam kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan
pribadi antara peserta didik di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di
dalam kelas.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya ialah
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai pengatur lingkungan belajar adalah guru mampu memberikan
petunjuk kepada peserta didik tentang cara belajar yang baik dan guru mampu
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi peserta didik baik ketika
pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Guru sebagai pengatur lingkungan
perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan
pelajaran.
Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka
didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti sebagai pengatur lingkungan belajar di SMA Negeri 1
Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Dengan memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang
tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar dan memberikan
102
contoh secara langsung kepada peserta didik, misalkan
mengapresiasi peserta didik yang rajin mengerjakan tugas agar
ditiru temannya yang malas belajar.
2) Ya ada, dengan cara konseling baik secara face to face atau melalui
media komunikasi seperti sms berupa nasehat-nasehat kepada
peserta didik yang punya masalah.139
b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Biasanya saya lakukan dengan memberikan nasihat pak. Ada juga
kadang kala saya beri pesan-pesan kepada anak-anak biar tetap
belajar di rumah.
2) Kalau tentang persoalan seperti itu biasanya cara yang saya
lakukan dengan membuka forum tanya jawab. Lalu nanti
mendiskusikan dan mencari pemecahan permasalahannya.
c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA
Negeri 1 Larangan)
1) Saya berikan pemahaman terkait dengan manajemen waktu dan
prioritas aktifitas sebagai seorang pelajar.
2) Biasanya saya berikan nasehat dan motivasi namun kalau dilihat
tidak ada perkembangannya maka saya bekerjasama dengan guru
Bimbingan Konseling (BK).
Selanjutnya terkait perannya sebagai pengatur lingkungan belajar, hal
tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari kepala sekolah beserta beberapa
peserta didik SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
Dipanggil bersama orang tuanya untuk menghadap ke bapak/ibu guru
agar orang tua mengetahui langsung kesalahan dari anaknya;
pengamatan; ada program guru asuh (setiap satu guru bertanggung
jawab untuk 14 peserta didik).
Pernah, ya dengan diberi pendekatan sama peserta didiknya bu dan
ada nasehat.
139
Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
103
Dari uraian yang dijelaskan bapak kepala sekolah, yaitu bapak Drs.
Moh. Royani, M.Pd kaitanya guru sebagai pengatur lingkungan belajar yakni
memanggil orang tua peserta didik untuk menghadap ke bapak/ibu guru agar
orang tua mengetahui langsung kesalahan dari anaknya. Dari situ terlihat
kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua bahwa sekolah dipandang
sebagai tempat menitipkan peserta didik tapi tanggung jawab moral yang
dibahas bersama.
d. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA
Negeri 1 Larangan)
1) Ya dengan memberikan pemahaman, penjelasan, dan pengetahuan
kepada peserta didik tentang strategi atau cara cara biar belajarnya
mudah.
2) Ya biasanya dengan penjelasan materi berulang-ulang biar peserta
didik paham, lalu terkadang saya ajak berbicara tentang
permasalahannya, dan kemudian saya berikan solusinya.140
Selanjutnya terkait perannya sebagai pengatur lingkungan belajar, hal
tersebut juga diperkuat oleh pernyataan dari kepala sekolah beserta beberapa
peserta didik SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
Pertama yang dilihat adalah masalahnya terlebih dahulu kemudian
sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran atau kenakalan peserta
didik tersebut. Lalu juga ada penanganan tanpa harus ada sanksi
terlebih dahulu misal jika ada peserta didik yang tidak menghormati
guru diberikan pemahaman dan nasehat dengan pendekatan kasih
sayang.
Pernah, waktu itu anak-anak ndak boleh ramai dan disuruh
mendengarkan penjelasan dari bu guru dan pernah juga, contohnya
kalau ada teman saya yang ndak paham sama materinya lalu
dijelaskan sampai paham.
140
Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
104
Dari uraian yang dijelaskan bapak kepala sekolah, yaitu bapak Drs.
Moh. Royani, M.Pd kaitanya guru sebagai pengatur lingkungan belajar yakni
bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa
menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses
intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya
menyuruh siswanya belajar saja, tetapi juga mengembangkan kebiasaan
bekerja dan belajar secara efektif dikalangan peserta didik.
5. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Perencana
Pembelajaran
Pada hakikatnnya perencanaan pembelajaran, yaitu suatu upaya untuk
merancang dan mengembangkan setiap unsur pembelajaran, sehingga menjadi
suatu kesatuan yang utuh, terkait, dan saling menentukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai perencana pembelajaran adalah guru memiliki program
pengelolaan kegiatan akademik.
Setelah melakukan wawancara dan observasi maka didapatkan
berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai perencana pembelajaran di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
“Punya”. (memiliki program pengelolaan kegiatan akademik)
105
Dari hasil wawancara dan observasi dengan bapak Nurkholis, M.Pd.I
jelas didapat keterangan kaitanya tugas edukatif guru sebagai perencana
pembelajaran memiliki program pengelolaan kegiatan akademik yang tertata
rapi dan sistematis.
6. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai Supervisor
Guru sebagai supervisor yaitu mengawasi pelaksanaan proses
pendidikan dan lainnya dengan memantau, memeriksa dan mengendalikan
setiap kegiatan dan tindakan pada setiap tahap proses pendidikan dalam kelas
yang bertujuan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar dalam kelas.
Guru sebagai supervisor, yang harus melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya, hendaknya mempunyai persyaratan ideal. Dilihat dari segi
kepribadiannya (personality)
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai supervisor adalah guru mampu melakukan pengawasan,
perbaikan, dan penilaian secara kritis terhadap proses serta situasi belajar
mengajar agar menjadi lebih baik.
Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka
didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti sebagai supervisor di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
Dengan cara membuat rubrik penilaian sehingga semua peserta didik
dapat teridentifikasi (dibuktikan dengan memiliki lembar penilaian
akademik).
106
Dari hasil wawancara diatas didapat keterangan bahwa peran guru
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai supervisor dengan
indicator guru mampu melakukan pengawasan, perbaikan, dan penilaian
secara kritis terhadap proses serta situasi belajar mengajar agar menjadi lebih
baik. Bapak Nurkholis, M.Pd.I membuat rubrik penilaian akademik sebagai
bukti otentik sebagai pengajar.
b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
Kalau pengawasan seperti biasa saya lakukan saat pembelajaran
dimulai serta perbaikan dan penilaiannya dengan memberikan nilai
terutama nilai tambahan bagi anak yang aktif dalam pelajaran
(dibuktikan dengan lembar penilaian akademik).
Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah
sebagai berikut:
c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA
Negeri 1 Larangan)
107
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
Dengan cara mengamati perkembangan nilai, pemahaman, dan sikap
peserta didik ketika mengikuti proses pembelajaran (dibuktikan
dengan memiliki lembar penilaian akademik).
Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Bapak Saidi, S.Ag. adalah sebagai
berikut:
7. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai motivator
Tugas pendidik yang utama ada dua bagian. Pertama, penyucian jiwa
kepada penciptanya, menjauhkan diri dari kejahatan, dan menjaganya agar
selalu berada dalam fitrahnya. Kedua, pengajaran yakni pengalihan berbagai
pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati kaum mukmin agar mereka
merealisasikannya dalam tingkah laku dan kehidupan.141
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa betapa besar dan
beratnya tugas dari seorang guru. Mendidik bagi seorang guru bukan hanya
memberian aspek pengetahuan kepada peserta didik saja, akan tetapi juga
bagaimana mengantarkan mereka kepada kondisi kejiwaan yang baik.
141
Ngainun Na’im, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 7.
108
Dengan mengantarkan kepada mereka kejiwaan yang baik ini Guru
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan
memberikan kegiatan Shalat dhuhur berjamaah dan Rohis. Dimana seperti
yang dituturkan oleh Beliau motivasi awal adanya kegiatan ini karena
sebagian dari anak-anak kami ini Shalat dhuhurnya masih berkurang, mereka
masih merasa kurang adanya dorongan dari orang tuanya baik orang tua
mereka yang tidak Shalat, atau keluarganya yang berantakan, meskipun ini
tidak semua peserta didik. Untuk mencegah kebiasan buruk dari anak-anak ini
kami guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berinisiatif untuk
mengadakan Shalat dhuhur berjamaah di sekolah untuk mengajarkan
kedisiplinan dalam tugasnya.
Gurupun harus berperan penting dalam kegiatan ini. Sehingga
menjadikan guru sebagai motivator bagi anak didiknya. Motivator tersebut
meliputi:
(1) Pertama saya selalu tepat waktu dalam kegiatan tersebut sesuai
dengan jadwal yang sudah disepakati bersama, saya berpakaian yang rapi
dalam kegiatan ini, dan saya selalu memberi contoh perilaku yang baik saat
kegiatan berlangsung. (2) Yang kedua, anak-anak saya suruh membaca al-
qur’an 15 menit sebelum ROHIS dilakukan. Supaya anak-anak tambah
mengerti tentang kewajiban membaca al-qur’an, manfaat membaca al-qur’an
dan hukuman orang yang meninggalkan al-qur’an itu bagaimana. (3)
Mengajak para peserta didik untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
sembari menuju tempat shalat.
109
Makna pembelajaran dikatakan berhasil bila peserta didik mempunyai
motivasi dalam belajar sehingga terbentuk perilaku belajar peserta didik yang
efektif. Oleh karena itu peran seorang guru bukan hanya semata-mata
mentransfer ilmu mata pelajarannya kepada peserta didik, tetapi guru juga
sebagai motivator bagi peserta didik agar memiliki orientasi dalam belajar.
Guru harus mampu menumbuhkan dan merangsang semua potensi yang
terdapat pada peserta didiknya serta mengarahkan agar mereka dapat
memanfaatkan potensinya tersebut secara tepat, sehingga peserta didik dapat
belajar dengan tekun untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.142
Pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik agar dapat
menimbulkan motivasi intrinsik pada diri peserta didik. Maksudnya bahwa
motivasi peserta didik dapat timbul tanpa perlu adanya rangsangan dari luar
karena di dalam diri mereka sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai motivator adalah guru mampu memotivasi peserta didik pada
waktu kapanpun baik selama pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas.
Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka
didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti sebagai motivator di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
Ya dengan memberikan narasi-narasi tentang motivasi atau semangat
untuk keberhasilan, disertai juga dengan contoh cerita nyata.
142
Wongso, Andrie, The Power of 60 Simple Motivation for Success, (Jakarta: Action &
Wisdom Publism, 2010) hal, 88.
110
b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
Yang dilakukan untuk memotivasi anak dalam proses pembelajaran
yaitu membesarkan hatinya, memberikan nilai baik bagi yang
berprestasi, mengajak untuk selalu aktif.
c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA
Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
Yang saya lakukan itu biasanya dengan memberikan cerita yang
menginspirasi mereka agar motivasi mereka tumbuh lagi dan juga
dengan nasehat untuk selalu giat belajar.
8. Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagai evaluator
Dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya
menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan
apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut
akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan
penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode belajar.
Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan
peserta didik di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat
mengklasifikasikan apakah seorang peserta didik termasuk kelompok peserta
didik yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika
dibandingkan dengan teman-temannya.
Adapun indikator dari peran guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti sebagai motivator adalah guru mampu memberikan penilaian yang
111
menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik (kepribadian) pada peserta didik dan
guru mampu memberikan penilaian pada produk atau hasil kegiatan belajar
mengajar serta proses (jalannya) kegiatan belajar mengajar.
Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi maka
didapatkan berbagai deskripsi tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti sebagai evaluator di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
a. Bapak Nurkholis, M.Pd.I. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Iya, untuk aspek ekstrinsik saya lakukan penilaian kognitif
sedangkan aspek intrinsik peserta didik saya lakukan dengan
pengamatan seperti pengamalan ibadah setiap hari dan akhlak
peserta didik selama di kelas atau di luar kelas.
2) Iya, seperti biasa dengan penilaian akademik yang berpengaruh
pada nilai raport contohnya ulangan harian, tugas, bentuknya
adalah tugas tidak terstruktur contohnya tugas wawancara.143
Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Bapak Nurkholis, M.Pd.I. adalah
sebagai berikut:
143
Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
112
b. Ibu Siti Inayah, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMA Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Ya, terutama sikap disiplin yang saya tekankan dengan nilai plus
(+) dalam keaktifan membawa buku paket pelajaran.
2) Ya, dengan cara yang saya lakukan itu membuka forum diskusi di
akhir sub materi agar terpantau anak yang sudah memahami materi
dengan yang belum.144
Dan adapun hasil dokumentasi terhadap Ibu Siti Inayah, S.Ag. adalah
sebagai berikut:
c. Bapak Saidi, S.Ag. (Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA
Negeri 1 Larangan)
Hasil wawancara yang ada adalah sebagai berikut:
1) Ya, ada penilaian secara kognitif dan terhadap perilaku atau akhlak
anak. Meskipun misalkan ada anak yang nilainya bagus namun
pernah bermasalah dengan suatu kasus di sekolah maka nilai
raportnya juga akan terpengaruhi.
2) Untuk menilai hasil belajar dengan menyelenggarakan ulangan
harian, untuk menilai proses pembelajaran dengan dialog atau
tanya jawab kepada peserta didik dan memberikan tugas.145
144
Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015). 145
Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
113
B. Faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1
Larangan
1. Faktor pendukung guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar
oleh suatu bangsa untuk mencapai sebuah cita-cita dan tujuan bangsa.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia
yaitu menimbulkan pengaruh serta perubahan besar pada suatu bangsa. Tanpa
pendidikan sebuah bangsa tidak dapat maju dan berkembang. Seiring dengan
perkembangan dan kemajuan zaman, yang tidak hanya mampu menghadirkan
sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, tetapi juga
mengundang serentetan persoalan dan kekhawatiran. Seperti problem
kemerosotan moral akhir-akhir ini yang kian menjangkit generasi muda.
Berbagai fenomena yang terjadi semakin membuka mata kita bahwa
diperlukan obat yang mujarab dan ampuh untuk bisa menyelesaikan persoalan
tersebut. Kata kunci dalam menyelesaikan persoalan tersebut terletak pada
upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter sejak dini yang
dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi
masyarakat dan bernegara. Pelaksana pendidikan di sekolah adalah seorang
guru, sehingga guru menempati posisi terpenting, terlebih guru Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti. Peran seorang guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti merupakan sebuah peran penting namun tidak mudah, karena
merupakan tanggung jawab serta amanah besar yang perlu dipertanggung
jawabkan nantinya, ditambah klaim masayarakat bahwa baik tidaknya karakter
114
dan budi pekerti anak bergantung pada bagaimana guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti mendidik dan menanamkan nilai-nilai islami. Sehingga
dapat terwujud generasi bangsa yang diharapkan, yaitu generasi bangsa yang
berkarakter tangguh dan berakhlak mulia.
Pembinaan karakter yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi pekerti yang ada di sekolah pada dasarnya memiliki tujuan
yang sama yaitu membentuk anak menjadi lebih baik dan berkarakter mulia,
akan tetapi pembinaan yang dilakukan oleh orang tua di rumah memiliki
waktu yang lebih banyak dan tidak terikat dengan aturan-aturan formal seperti
yang ada di sekolah-sekolah. Orang tua juga memiliki tanggung jawab
sepenuhnya karena mereka merupakan pendidik pertama bagi anak.146
Terlaksananya berbagai kegiatan pembinaan karakter di SMA Negeri 1
Larangan dengan baik, tentu saja disebabkan adanya faktor-faktor yang
menjadi pendukungnya. Di antaranya faktor-faktor pendukung tersebut antara
lain:
a) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan
karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang peserta didik
setidaknya bisa mengikuti satu ekstrakurikuler, karena sangat bermanfaat
terutama ekstra ini akan memberikan dampak yang baik untuk peserta didik
itu sendiri melalui ekstrakurikuler dapat membentuk karakter peserta didik
terutama kedisiplinan peserta didik, dan tidak hanya itu kegiatan
ekstrakurikuler mampu mengembangkan jiwa sosial peserta didik dengan
146
Nurkholis, Wakasek Kesiswaan di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara
Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
115
menambah teman melalui berbagai kegiatan yang ada sehingga mempermudah
dalam bersosialisasi dengan banyak orang.
Peserta didik yang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
memiliki banyak peluang. Manfaat untuk yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler meliputi nilai mencetak nilai yang lebih tinggi pada tes yang
memiliki tingkat kesulitan standar, memiliki kesempatan dalam hal
bersosialisasi serta belajar keterampilan dalam hal kerjasama tim, absensi
sekolah lebih sedikit, belajar mengenai keterampilan hidup yang tidak di dapat
di dalam kelas. Kegiatan ekstrakurikuler dikatakan integratif karena adanya
keterkaitan antara bidang pengetahuan dan pengalaman.
Di SMA Negeri 1 Larangan ini lebih diunggulkan pada pengembangan
dan pembinaan ekstrakurikulernya, karena pembinaan terhadap peserta
didiknya yang bagus sehingga untuk tiga tahun terakhir ini prestasi siswa
meningkat, dilihat dari prestasi yang didapat melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah yang menjadi wadah untuk
mengembangkan bakat dari peserta didik.
Melalui ekstrakurikuler peserta didik memupuk jiwa sportif dalam
segala perlombaan contohnya bola basket, bola voli dan futsal, baik yang
digelar secara internal dengan sekolah lain, ekstrakurikuler juga dapat
mengajarkan anak akan arti organisasi walaupun dalam skala yang kecil. Di
sana anak bisa belajar menjadi pemimpin, pengurus, dan mengemas suatu
acara yang menarik dalam sebuah pameran ekstrakurikuler.
Sekolah sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
memiliki peran yang cukup penting untuk tercapainya tujuan pelaksanaan
116
kegiatan pembinaan karakter di sekolah. Situasi yang kondusif disertai
dukungan dari seluruh tenaga pendidik dan kependidikan memudahkan bagi
para pengurus untuk berkoordinasi dengan semua pihak dalam pelaksanaan
kegiatan.
b) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan wali
kelas setiap hari selasa
Wali kelas mempunyai tugas yang lebih khusus dibanding guru mata
pelajaran di sekolah. Hal ini terlihat dari peranya secara administrative dan
bimbingan terhadap peserta didik . selain sebagai penerima delegasi
wewenang dari pimpinan sekolah. Wali kelas juga menjadi pengganti orang
tua di sekolah. Yang umum diketahui oleh peserta didik maupun orang tua
peserta didikadalah bahwa tugas seorang wali kelas itu mengisi dan
membagikan hasil belajar. Tetapi sesungguhnya tugas wali kelas itu lebih luas.
Oleh sebab itu menjadi wali kelas tidaklah semudah yangdiperkirakan.
Jam pembinaan wali kelas memang dalam struktur kurikulum tidak
ada, namun di SMA Negeri 1 Larangan sudah menerapkan jam ini, karena
hasilnya yang dirasa efektif untuk pembinaan peserta didik terutama dalam
pembinaan karakter. Pembinaan wali kelas ini dilakaukan setiap hari selasa
jam pertama, yang mana alokasi waktunya satuminggu satu kali sehingga satu
bulan empat kali pembinaan wali kelas terhadap peserta didik.
Untuk materi pembinaan tergantung kreativitas wali kelas, yang
penting intiya, dengan adanya jam ini peserta didik terbina karaktenya.
Apakah diisi dengan menyelesaikan dan membina peserta didik yang
bermasalah, mewancarai peserta didik untuk mengetahui latar belakangnya,
117
memberikan motivasi lewat tayangan video motivasi, membersihkan kelas
bersama wali kelas, atau siraman rohani oleh wali kelasnya, jadi tiap wali
kelas berbeda materinya tergantung kretifitas masing-masing walik kelas.
c) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan guru
BK
Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting, baik
bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah, rumah tangga
(keluarga), maupun masyarakat pada umumnya, akan tetapi apabila
pembimbig/konselor tidak bisa melaksanakan tugasnya secara profesional,
tepat dan melakukanya dengan baik, maka pelaksanaan bimbingan dan
konseling tersebut tidak akan mendapatkan hasilyang maksimal.
Penyelenggaran bimbingan Konseling di sekolah ini perlu melibatakan
pihak-piak lain salah satunya adalah guru BK. Masalah yang biasanya timbul
di sekolah misalnya kesulitan belajar peserta didik, mengembangkan bakat
dan minat didik melalui penelusuran prestatsi akademi maupn non akademik
oleh guru BK untuk dikembangkan.
Pembebasan masalah-masalah peerta didik itu dilakukan
melaluipelayanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru
untuk pengajaran dengan individualitas peserta didik.Peran guru BK sangat
berperan dalam pembentukan pendidikan karakter peserta didik. Oleh sebab
itu untuk meningkatkan kualitas guru BK di samping guru BK mengikuti
MGMP BK antar sekolah yang diadadak tiap 3 bulan sekali, kepala sekolah
juga melakukan pembinaan bersama dengan guru BK yang mana tujuannya
untuk memecahkan masalah-masalah peserta didik bersama.
118
d) Adanya dukungan dari pihak sekolah dengan adanya pembinaan
STP2K sebagi penerapan pendidikan karakter
STP2K ( Satuan Tugas Pelaksana Pembinaan kesiswaan) memiliki
tugas dalam pembinaan terhadap peserta didik sesuai dengan peraturan tata
tertib yang berlaku disekolah tersebut.Tim ini melakukan kegiatan
pencegahan, penindakan dan penanggulangan terhadap segala bentuk
pelanggaran terhadap aturan tata tertib. Mulai dari pelanggaran terhadap
penggunaan kelengkapan seragam sekolah, kedisiplinandalam kegiatan belajar
sampai tingkah laku peserta didikyang merugikan selama dilingkungan
sekolah tersebut.
Kegiatan pembinaan STP2K merupakan kegiatan pendidikan yang
dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di
dalam dan/di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan,
meningkatkan ketrampilan dan menginternalisasi nilai-nialai atau atuaran
agama serta norma-norma social baik loka, nasional,maupun global untuk
membentuk insan yang seutuhnya.147
Dalam memantapkan kepribadian peserta didik guna mewujudkan
nilai-nilai karakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka
pendidikan karakter melalui kegiataan pembinaan kesiswaan diupayakan
antara lain dalam betuk kegiatan; (1)pembinaan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) Masa pengenalan Lingkungan Sekolah
(MPLS), (3) penegakan tata karma dan Tata Tertib Kehidpan Akademik dan
147
Hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj. Siti Mukaromah Koordinator SP2K SMA
Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari jum’at tanggal 13
November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes.
119
sosial, (4) Kepramukaan, (5) Organisasi Siswa Intra Sekolah ( Osis), (6)
Upacar bendera, (7) Usaha Keseshatan SekolaH (UKS), (8)
2. Faktor penghambat guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan
Pendidikan karakter merupakan program baru yang diprioritaskan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sebaagi program baru masih
menghadapi banyak kendala.
Meskipun adanya faktor-faktor yang mendukung terlaksananya
kegiatan Pendidikan Agama Islam dan pendidikan karakter dengan baik,
namun tidak sepenuhnya kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Karena selain terdapat faktor-faktor pendukung seperti
disebutkan di bawah, setidaknya terdapat pula beberapa hal yang menjadi
penghambat terlaksananya kegiatan ini, yaitu antara lain:
a) Frekuensi kebersamaan orang tua dan anak di rumah sangat kurang.
Pekerjaan orang tua, terutama yang berada di perantauan, sering
menyebabkan orang tua harus meninggalkan rumah atau keluarga untuk
jangka waktu yang lama (bisa satu minggu, satu bulan, bahkan lebih).
Akibatnya, bagi anak yang orang tuanya memiliki pekerjaan seperti itu
intensitas komunikasi dan kontak langsung sangat sedikit, perhatian orang tua
terhadap anak tidak maksimal, dan proses pendidikan oleh orang tua tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan
b) Sinergitas antara pihak sekolah dan orang tua dalam pengawasan
peserta didik di rumah masih kurang
120
c) Belum adanya bentuk evaluasi yang tepat untuk mengontrol kegiatan
atau kebiasaan peserta didik di rumah yang dapat menunjang program
pembinaan karakter peserta didik di sekolah
d) Lingkungan pergaulan peserta didik di rumah kurang mendukung
pelaksanaan program pembiasaan disiplin sebagai upaya membangun
generasi berakhlak mulia
e) Kesadaran peserta didik untuk mempraktekkan pembiasaan disiplin
ibadah di rumah masih kurang dan perlu dukungan dari orang tua
untuk mengontrol dan memberi arahan pada putera-puterinya, supaya
mereka senantiasa melaksanakan ibadah secara disiplin dan penuh
kesadaran
f) Masih banyaknya peserta didik yang kurang memahami tentang
pendidikan karakter
g) Kurangnya motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter
Motivasi sebagai penggerak setiap individu untuk melakukan suatu
aktifitas, merupakan salah satu faktor utama belum optimalnya hasil yang
dicaPendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari pelaksanaan kegiatan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter di SMA
Negeri 1 Larangan. Kurangnya motivasi berasal dari dalam diri para peserta
didik itu sendiri, berupaya kurangnya minat dan kemauan untuk mengikuti
kegiatan Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti dan pendidikan karakter.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus
tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat
121
penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai
keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi
ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan
bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pasti ditemukan anak didik yang
tidak termotivasi untuk belajar atau tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan
pengajaran dikelas. Guru tidak harus tinggal diam bila anak didik tidak
terlibat secara langsung dalam belajar bersama. Perhatian harus lebih
diarahkan kepada mereka. Usaha perbaikan harus dilaksanakan agar mereka
mempunyai gairah dalam belajar.
Dalam hal ini, sebagaimana menurut kepala sekolah SMA Negeri 1
Larangan, ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan
cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru
harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis,
memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang
menunjang tercaPendidikan Agama Islam dan Budi Pekertinya tujuan
pengajaran.
h) Kegiatan-kegiatan yang diadakan selama ini belum memenuhi
keinginan peserta didik (kurang variatif)
Sebagaimana telah diapaparkan dalam pembahasan sebelumnya,
bahwa dalam proses pendidikan adakalanya terdapat peserta didik yang
memiliki potensi yang tinggi dalam bidang akademik, adapula peserta didik
yang justru tidak memiliki bakat yang tinggi dalam bidang ini namun
memiliki bakat dalam bidang nonakademik. Kegiatan pendidikan agama
122
islam dan pendidikan karakter yang salah satu tujuannya adalah untuk
mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki peserta didik, seharusnya
mampu menyalurkan bakat peserta didik tersebut sesuai dengan apa yang
dimilikinya.
Sejauh ini kegiatan pendidikan agama Islam dan pendidikan karakter,
adalah merupakan suatu upaya dalam rangka menerapkan pendidikan
karakter ternyata belum mampu menjadi wadah yang dimanfaatkan peserta
didik untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya. Hal ini disebabkan
umumnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan lebih difokuskan sebagai
penunjang kegiatan pembelajaran agama Islam yang dilaksanakan di kelas.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak begitu variatif, antara lain
belum menyentuh bidang-bidang yang justru sebenarnya diminati oleh
peserta didik. Diantara bidang-bidang yang belum diminati oleh peserta didik
antara lain berupa tilawah dan qiroah yang kesemuanya diikuti oleh para
peserta didik secara pilihan.
i) Masih kurang adanya kebersamaan tenaga pendidik dalam
menerapkan pendidikan karakter
Dengan demikian, meskipun ada faktor-faktor yang menghambat
implementasi tanggung jawab orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dalam membina karakter peserta didiksisi, baik orang tua
maupun guru telah melakukan langkah-langkah yang cukup efektif sebagai
solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Secara umum, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penghambat tersebut masih dapat
123
diatasi dengan meningkatkan kepedulian, perhatian, dan kerja sama orang tua
dan pihak sekolah dalam membina karakter para peserta didik
C. Langkah-langkah solutif guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1
Larangan
1. Keteladanan
Pembinaan dengan teladan berarti suatu metode pembinaan dengan
cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, berupa perkataan,
perbuatan, sifat, dan cara berfikir. Banyak ahli pendidikan yang bependapat
bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling berhasil.
Hal itu karena dalam belajar orang pada umumnya lebih mudah menangkap
yang konkrit daripada yang abstrak. Abdullah ulwan misalnya sebagaimana
dikutip oleh Hery Noer Aly, mengatakan bahwa pendidik akan merasa mudah
megkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa
kesulitan dalam memahami pesan itu apabila pendidiknya tidak memberi
contoh tentang pesan yang disampaikannya.148
Menurut Edi Suardi sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, bahwa
keteladanan itu ada dua macam, yaitu:
a. Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh peserta didik
b. Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan ditanamkan
pada peserta didik sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi
peserta didik.149
148
Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Mulia, 1999),
Hal 172 149
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., hal 181.
124
Dalam al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat yang menunjukkan
kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan. Seperti dalam surat al-
Ahzab ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah”.
Sedangkan dalam psikologi kepentingan penggunaan keteladanan
sebagai metode pendidikan didasarkan atas adanya insting (gharizah) untuk
beridentifikasi dalam diri setiap manusia, yaitu dorongan untuk menjadi sama
(identik) dengan tokoh identifikasi.150
Guru menjadi contoh teladan dalam berperilaku di kelas maupun di
luar kelas. Guru adalah sosok yang menjadi teladan, baik dari segi
pengetahuan maupun kepribadian bagi peserta didiknya. Oleh karena itu,
seorang guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku.
Tutur kata dan tingkah laku guru yang tidak tepat pada tempatnya akan
berakibat buruk pada tumbuh kembang peserta didik, karena mereka bisa saja
meniru tutur kata dan tingkah laku seorang guru tanpa memperhitungkan
benar salahnya.151
Guru sebagai contoh teladan bagi peserta didik dengan demikian harus
menata ulang tutur kata dan tingkah lakunya di hadapan peserta didik agar
dapat memberikan penguatan positif terhadap pembentukan kepribadian
peserta didik.
150
Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam., hal 178-179. 151
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi & Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, Dan Masyarakat,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), cet. Ke-1, hal 134.
125
Untuk membentuk karakter peserta didik tidak hanya melalui teori,
latihan ataupun diperoleh secara alami berdasarkan fitrah, akan tetapi juga
perlu melalui teladan, yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang dekat
dengannya.152
Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Ahmad Tafsir, yang
menyatakan “secara psikologis manusia merupakan tokoh teladan dalam
hidupnya, hal ini adalah sifat pembawaan keteladanan”. Sehingga dapat
dikatakan bahwa memberikan keteladanan (Uswatun Hasanah) merupkan
upaya yang efektif dalam membina dan mengajarkan tingkahlaku kepada
peserta didik.
Mengenai keteladanan Armai Arief menjelasakan sebagai berikut:
Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan yang memberi
contoh, baik berupa sifat, cara berfikir, maupun tingkah laku. Banyak
ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan
merupakan metode yang berhasil guna. Hal ini karena dalam belajar,
orang umunya lebih mudah menangkap dengan konkrit ketimbang
dengan abstrak.153
Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
SMA Negeri 1 Larangan berusaha untuk memberikan keteladanan (Uswatun
Hasanah) secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik.
152
Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hal 127-129. 153
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hal 178.
126
Seperti: sholat dhuhur berjamaah, sholat dluha, berpakaian rapi, memuji hasil
karya yang baik, bergaul, dan bertutur kata sopan.
2. Pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud
dengan kebiasaan (habit) ialah cara bertindak yang persistent, uniform dan
hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya). Pembiasaan
merupakan upaya yang praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak.
Hasil dari pembiasan yang dilakukan oleh pendidik adalah terciptanya suatu
kebiasaan bagi anak didik. Jadi bisa dikatakan kebiasaan adalah suatu
tingkahlaku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih
dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi.154
Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak. Karena pembiasaan
berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa
berperilaku dengan nilai-nilai akhlak. Seseorang yang telah mempunyai
kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang
hati.
Seseorang yang ingin dirinya menjadi berkarakter mulia, maka
jalannya dengan membiasakan kebiasaan yang baik, sehingga menjadi tabiat
yang mudah mengerjakannya sesuatu yang baik dan tidak merasa berat lagi
untuk melakukan hal baik. Metode ini sangat tepat untuk mengajarkan
karakter para peserta didik, agar peserta didik mempunyai kebiasaan berbuat
baik sehingga menjadi karakter muia baginya. Oleh karena itu seorang guru
154
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam., 184.
127
harus memberikan bimbingan yang kontinyu kepada peserta didiknya, agar
tujuan pendidikan karakter ini dapat tercaPendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti secara optimal.
Adapun penerapan pembiasaan yang dilakukan guru Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan karakter di
SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten Brebes, provinsi Jawa Tengah dilakukan
dengan program sebagai berikut:
a. Membaca Al-Qur’an selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai
Penerapan pembiasaan pendidikan agama islam yang dilakukan guru
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan pendidikan
karakter di SMA Negeri 1 Larangan selanjutnya adalah dilakukan dengan
membaca Al-Qur’an 15 menit sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dimulai.
Untuk mengetahui tentang adanya penerapan pembiasaan membaca
Al-Qur’an pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam
menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan dapat dibaca
dari hasil wawancara penulis dengan siti inayah, S.Ag.
Hasil wawancara yang adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pembiasaan membaca Al-Qur’an ini dilaksanakan 15
menit sebelum pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti baik itu pada saat pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti pada jam pertama, ketiga maupun jam terakhir, yang
mana tujuanya membiasakan anak dalam membaca al-qur’an.
2) Di akhir pembelajaran dengan berdo’a.155
155
Hasil wawancara terhadap ibu Siti Inayah, S.Ag, Pada hari sabtu tanggal 14
November 2015 di ruang guru.
128
Dari uraian di atas hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti yaitu Ibu Siti Inayah, S.Ag. Bahwa cara menanamkan
pendidikan karaktek melalui pembiasaan yang sifatnya wajib bagi peserta
didik agar senantiasa membaca Al-Qur’an, dalam hal ini ibu Siti Inayah S.Ag
menerapkan dalam pemeblajaranya untuk selalu membaca Al-Qur’an Selama
15 menit sebelum pembelajaran, jam ketiga ataupun jam terakhir.
b. Pembiasaan shalat dhuha
Salah satu pendidikan nilai karakter yang dapat dilakukan adalah
dengan membiasakan shalat dhuha di sela-sela jam istirahat pertama. Dampak
pembiasaan shalat dhuha terhadap pembinaan karakter sangat baik terlihat
pada perilaku produktif dalam memanfaatkan waktu, hormat, disiplin, murah
hati dan peduli sesama. Peserta didik dapat mengontrol emosi atau amarah,
selain itu fikiran dan hati peserta didik juga menjadi lebih tenang sehingga
akan memperlancar proses belajar. Menahan amarah yaitu upaya menahan
emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain.
Penerapan pembiasaan Pendidikan Agama Islam yang dilakukan oleh
guru dalam menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan,
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan
dengan pembiasaan sholat dhuha.
Untuk mengetahui tentang adanya penerapan pembiasaan yang
dilakukan oleh guru dapat dibaca dari salah satu hasil wawancara penulis
dengan Bapak Nur kholis, M.Pd.I berikut ini;
“Sebagai bagian dari upaya saya dan teman-teman guru dalam
menerapakan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan
129
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selanjutnya adalah
dilakukan dengan pembiasaan shalat dhuha. Dengan adanya shalat
dhuha ini membuat peserta didik menjadi lebih menyadari akan
pentingnya urusan akhirat di samping pentingnya persoalan
keduniawian. Dengan kesadaran ini maka peserta didik merasa lebih
damai dan sikap mereka pun jauh lebih baik.”156
Pernyataan di atas juga didukung dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Anam Nurul Ma’ruf berikut ini :
“Di sekolah saya yaitu SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes,
Provinsi Jawa Tengah para peserta didiknya diajak untuk
melaksanakan sholat dhuha di mushalla yang ada di sekolah saya.
Dengan adanya sholat dhuha ini maka saya merasakan adanya
ketenangan hati dan pikiran saya.”157
Ungkapan yang senada dapat dipahami dari pernyataan yang
disampaikan oleh Bagus Kohar Aji kepada penulis dalam salah satu
wawancara penulis denganya berikut ini:
“Saya dan teman-teman yang lain yang di SMA Negeri 1 Larangan
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah selalu diajak oleh guru
untuk melakasanakan shalat dhuha di mushalla yang ada di sekolah
156
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Nur Kholis, M.Pd.I guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada
hari sabtu tanggal 14 November 2015 di ruang guru. 157
Hasil wawancara penulis dengan Anam Nurul Ma’ruf peserta didik kelas XII IPS 2
SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari senin tanggal 16
November 2015 di kelas.
130
saya. Setelah dhalat dhuha ada nasehat-nasehat yang disampaikan
oleh guru kami, sehingga saya merasa tenang dan damai.”158
Uraian di atas dapat dipahami bahwa SMA Negeri 1 Larangan
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada waktu dhuha mengadakan
shalat dhuha berjama’ah dan ada nasehat-nasehat yang disampaikan oleh
guru. Apa yang dilakukan oleh para guru dalam menerapkan pendidikan
karakter terhadap peserta didik.
c. Jamaah shalat dhuhur
Harapan sekolah dengan mewajibkan peserta didik untuk berjama’ah
setiap waktu sholat, dengan membiaskan peserta didik mendidrikan sholat
sunah dhuha dan hajad. Maka akan memupuk keislaman mereka, selalu sholat
tepat di awal waktu, gemar berjama’ah, rajin mengerjakan sholat-sholat
sunah, istiqomah dalam beribadah dan mendekatkan diri pada Allah swt.
Penerapan pembiasaan pendidikan agama islam yang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan
pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi
Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan pembiasaan jama’ah shalat
dhuhur.
Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti yang dilakukan oleh guru
sebagai upaya menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dengan pembiasaan jama’ah shalat
158
Hasil wawancara penulis dengan Bagus Kohar Aji peserta didik kelas XI IPA 2 SMA
Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari senin tanggal 16
November 2015 di kelas.
131
dhuhur dapat dibaca dari salah satu hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj.
Siti Mukaromah berikut ini:
“SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
mewajibkan para peserta didiknya untuk melaksanakan jama’ah shalat
dhuhur di mushola di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes,
Provinsi Jawa Tengah dengan pembiasaan jama’ah shalat dhuhur.
Pembiasaan ini merupakan salah satu cara penerapan pendidikan
karakter peserta didik di SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes,
Provinsi Jawa Tengah.”159
Ungkapan senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan
oleh Bapak Ikhwanto, S.Pd. kepada penulis dalam salah satu wawancara
penulis denganya berikut ini:
“Sebagai salah satu guru di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten
Brebes, Provinsi Jawa Tengah, saya mewajibkan para peserta didik
untuk melaksanakan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA Negeri 1
Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini saya
lakukan selain karena merupakan kebijakan sekolah juga karena
jama’ah shalat dhuhur di sekolah cukup efektif sebagai slah satu
pembiasaan yang diterapkan sekolah untuk menerapakan pendidikan
karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes.”160
159
Hasil wawancara penulis dengan Dra. Hj. Siti Mukaromah guru Bahasa jawa SMA
Negeri 1 Larangan, pada hari sabtu tanggal 14 November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1
Larangan. 160
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Ikhwanto, S.Pd guru Bahasa Inggris SMA
Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada hari sabtu tanggal 14
November 2015 di ruang guru SMA Negeri 1 Larangan Kabupaten Brebes
132
Pernyataan di atas juga di dukung dengan pernyataan yang di
sampaikan oleh Nurul istikomah berikut :
“Saya dan para peserta didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten
Brebes, Provinsi Jawa Tengah diwajibkan untuk melaksanakan shalat
dhuhur berjama’ah di mushola yang ada di SMA Negeri 1 Larangan,
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini merupakan
pembiasaan yang diterapkan sebagai salah satu cara untuk menerpkan
pendidikan karakter di sekolah saya.”161
Ungkapan senada dapat dipahami dari pernyataan yang disampaikan
oleh Joni Hartoso kepada penulis dalam salah satu wawancara penulis
denganya berikut ini:
“Untuk menerapkan salah satu pendidikan karakter di SMA Negeri 1
Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah., saya dan
teman-teman diwajibkan untuk melaksanakan shalat dhuhur
berjama’ah di mushola yang ada di SMA Negeri 1 Larangan,
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kebijakan ini menjadi
pembiasaan agar pendidikan karakter bisa tertanam dalam diri peserta
didik.”162
161
Hasil wawancara penulis dengan Nurul Istikomah peserta didik kelas XI IPA 4 SMA
Negeri 1 Larangan, pada hari senin tanggal 16 November 2015 di musholla SMA Negeri 1
Larangan 162
Hasil wawancara penulis dengan Joni Hartoso peserta didik kelas X IPA 1 SMA Negeri
1 Larangan, pada hari selasa tanggal 17 November 2015 di musholla SMA Negeri 1 Larangan.
133
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa SMA Negeri 1
Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah mewajibkan para peserta
didik di lingkungan SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi
Jawa Tengah untuk melaksanakan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA
Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Hal ini
dilakukan sebagai salah satu pembiasaan yang harus dilakukan oleh para
peserta didik karena jama’ah shalat dhuhur di sekolah dapat menjadi salah
satu faktor penerapan pendidikan karakter peserta didik SMA Negeri 1
Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.
Pembiasaan jama’ah shalat dhuhur di mushola SMA Negeri 1
Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, menurut hemat penulis
hendaknya ditambah dengan diadakanya cermah yang berisinasehat-nasehat
oleh para guru agar peserta didik bisa lebih tersentuh lagi hatinya sehingga
perilaku mereka menjadi lebih baik lagi dan para peserta didik benar-benar
menerapakan pendidikan karakter yang ada di sekolah.
d. Infaq pada tiap hari jumat
Penerapan pembiasaan pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh
guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam menerapkan
pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi
Jawa Tengah selanjutnya adalah dilakukan dengan cara peserta didik
memberikan infaq pada setiap hari jumat.
Infaq merupakan salah satu kebaikan yang dianjurkan dalam agama
islam. Orang yang berinfaq akan mendapatkan pahala atau ganjaran dari
Allah SWT. Untuk dapat berinfaq seseorang kadang perlu mendapatkan
134
sugesti ataupun motivasi dari orang lain agar dapat melakukannya dengan
ikhlas.
Terkait dengan pelaksanaan pembiasaan pendidikan agama islam yang
dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam
menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten
Brebes, Provinsi Jawa Tengah yang dilakukan dengan cara membiasakan
peserta didik untuk memberikan infaq pada setiap hari jumat dapat dibaca
dari pernyataan yang disampaikan dan Budi Pekertikan oleh Saidi, S.Ag pada
penulis berikut ini:
“Saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten brebes, provinsi jawa tengah
menganjurkan pada peserta didik saya untuk memberikan infaq dari
sebagian harta yang dimilikinya pada setiap hari jumat. Infaq ini
sebagai cara untuk menyadarkan mereka akan manfaatnya infaq yang
salah satunya adalah dapat menolong teman-teman mereka yang sakit
ataupun yang sedang terkena musibah dan ujian dari allah”.163
Pernyataan di atas juga didukung dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Siti Inayah, S.Ag berikut ini:
“Dalam rangka menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1
Larangan, maka saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan, kabupaten brebes, provinsi jawa
tengah menganjurkan kepada para peserta didik saya agar
163
Saidi, Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara
Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November 2015).
135
memberikan infaq dari sebagian harta yang dimiliki oleh mereka.
Infaq dapat digunakan untuk membantu meringankan beban mereka
yang terkena musibah baik kecelakaan ataupun karena sakit”.164
Ungkapan yang senada dapat dipahami dari pernyataan yang
disampaikan oleh Sulistiawati kepada penulis dalam salah satu wawancara
penulis dengannya berikut ini:
“Saya dengan teman-teman saya yang sekolah di SMA Negeri 1
Larangan diberi pemahaman tentang penting dan manfaatnya
berinfaq oleh guru saya di SMA Negeri 1 Larangan. Uang infaq
yang terkumpul digunakan untuk membantu peserta didik yang
mengalami musibah ataupun yang sedang sakit”.165
Uraian di atas dapat dipahami bahwa guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan memberikan pemahaman
tentang pentingya dan manfaatnya berinfaq kepada para peserta didik di SMA
Negeri 1 Larangan. Hal ini dilakukan karena para guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti khususnya sadar bahwa peserta didik perlu dianjurkan
untuk membiasakan diri berinfaq dan bersedekah, agar hati mereka menjadi
baik dan mendapatkan pahala dari allah yang salah satu caranya adalah
dengan menginfaqkan sebagian dari harta uang jajan yang mereka miliki.
Harta infaq yang diberikan oleh para peserta didik pada setiap hari
jumat dikumpulkan dan digunakan apabila ada peserta didik yang
mendapatkan musibah ataupun peserta didik yang sakit dan sangat
164
Siti Inayah, Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Larangan,
Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November 2015). 165
Sulistiawati, kelas X 3, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12 November
2015).
136
membutuhkan bantuan. Dengan cara demikian, maka peserta didik telah
beramal dengan cara berinfaq sekaligus peserta didik pun mendapatkan
pelajaran yang berharga dari bagaimana pentingnya berinfaq dan sekaligus
juga mereka mendapatkan manfaat dari infaq yang terkumpul, khususnya
para peserta didik yang membutuhkan bantuan karena mereka sakit ataupun
karena mereka mendapatkan ujian dari allah berupa musibah ataupun sakit.
Apa yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti di SMA Negeri 1 Larangan dalam menerapkan pendidikan karakter
melalui cara menganjurkan agar para peserta didik memberikan sebagian
hartanya untuk berinfaq pada setiap hari jumat, maka peserta didik
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga sekaligus mendapatkan manfaat
yang luar biasa dari adanya dana infaq yang digunakan untuk menolong para
peserta didik yang membutuhkan karena mendapat ujian musibah ataupun
karena mereka sakit dan perlu berobat ataupun dirawat di rumah sakit.
Pembiasaan termasuk ke dalam metode latihan (drill). Metode latihan
(drill) merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh
suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.166
Dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, materi yang bisa diajarkan dengan
metode ini di antaranya adalah materi yang bersifat pembiasaan, seperti
ibadah shalat, mengkafani jenazah, baca tulis Al Quran, dan lain-lain. Dalam
proses pembiasaan belajar agama dikenal sebuah metode reward dan
punishment. Reward menurut penganut teori behavioristik merupakan
166
M.A Nasih dan N.L. Kholidah. op. cit. hal 91.
137
pendorong utama dalam proses belajar karena reward berdampak positif bagi
anak, yaitu:
a. Menimbulkan respon positif;
b. Menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh di dalam dirinya;
c. Menimbulkan senang dalam melakukan suatu pekerjaan yang
mendapat imbalan;
d. Menimbulkan antusiasme, semangat untuk terus melakukan
pekerjaan; dan
e. Semakin percaya diri.167
3. Pemberian Nasihat
Nasihat ialah penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan
tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari hal-hal yang buruk serta
menunjukannya kejalan yang benar, mendatangkan kebahagiaan dan manfaat.
Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke
dalam jiwa melalui cara yang tepat. Bahkan dengan metode ini pendidik
mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada
berbagai kebaikan dan kemaslahatan. Diantaranya dengan cerita atau kisah
yang bermuatan ajaran moral dan nilai-nilai edukatif atau dari kisah para nabi
dan umat terdahulu yang banyak pelajaran yang dapat dipetik.168
Dalam proses pendidikan hendaknya pendidik memberikan nasihat-
nasihat kepada peserta didik untuk selalu berbuat kebajikan dimana saja dan
berbuat baik kepada siapa saja, karena nasihat dapat berpengaruh secara
167
Yusuf. op. cit. hal 114-122. 168
Hery Noer Aly, Filsafat Pendidikan Islam, 191-193.
138
langsung pada jiwa peserta didik. Yang dimaksud nasihat adalah penjelasan
tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang
yang di nasihati dari sesuatu yang buruk ke jalan yang mendatangkan
kebahagiaan dan manfaat.169
Muhammad Rizal menuturkan bahwa:
Pada saat pelajaran pendidikan agama islam, guru Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti selalu menyelinginya dengan
nasihat bagaimana menjadi peserta didik yang sukses dunia akhirat
yaitu dengan belajar secara sungguh-sungguh yang diimbangi
dengan karakter yang baik.170
Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa menjadi peserta didik
adalah bersikap secara baik serta menjaga belajar secara disiplin.
Hal tersebut dikuatkan oleh Bapak Nurkholis, M.Pd.I selaku wakasek
kepeserta didikan di SMA Negeri 1 Larangan yaitu:
“Pemberian nasihat selalu dilakukan di setiap waktu pembinaan
wali kelas, upacara bendera, kegiatan-kegiatan keagamaan dan lain
sebagainya sebagai upaya menumbuhkan karakter mulia peserta
didik.”171
Dari hal tersebut diatas menunjukan bahwa guru Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti dalam memberikan nasihat bersifat terbuka sehingga
yang mendengarkan menjadi lebih tenang dan bersemangat
Menurut Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam
Khaththabi rahimahullah, “nasihat itu adalah suatu kata untuk menerangkan
169
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1979), hal 191. 170
Muhammad Rizal, kelas XII 2, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Kamis, 12
November 2015). 171
Nurkholis, Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1
Larangan, Wawancara Pribadi, (Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
139
suatu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasihati”.172
Memberi
nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan agama Islam.
Dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik kedalam
jiwa apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui
pintunya yang tepat.173
Sehingga peserta didik akan selalu ingat dengan apa
yang telah dipelajarinya dalam teori - teori yang ada.
Hal itu dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
dalam membina karakter para peserta didik. Dengan nasihat yang biasanya di
sampaikan pada saat kegiatan belajar mengajar, pembinaan wali kelas,
kegiatan-kegiatan keagamaan, dan secara langsung diharapkan mampu
memberikan semangat dan ingatan kepada para peserta didik untuk selalu
melaksanakan kebaikan.
4. Mengarahkan peserta didik kepada perilaku positif
Sebagai orang tua kedua bagi peserta didik di sekolah, guru tentu
mempunyai peranan besar dalam memberikan bekal ilmu. Terlebih lagi, guru
dinilai sebagai sosok yang berpendidikan yang diharapkan mampu mendidik
peserta didiknya. Tetapi harapanya tidak sekedar mendidik dan memberikan
materi akademik saja di sekolah. Peran guru lebih dari itu. Guru diharapkan
juga dapat menanamkannilai-nnilai positif pada murid, karena guru adalah
role model bagi para peserta didik. Maka dari itulah mengapa guru memiliki
peran yang besar dalam pembentukan karakter.
172
Sulaiman Rasyid, http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/719 diakses
pada hari Rabu tanggal 05 Desember 2015. 173
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos,1999), hal 91.
140
Langkah solutif lain dari penerapan pendidikan karakter di SMA
Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah adalah
mengarahkan peserta didik kepada perilaku yang positif. Hal ini dapat dibaca
dari salah satu wawancara penulis dengan Drs. Imam Sulthoni, M.Si berikut
ini:
“Berdasarkan realitas di lapangan, peran diterapkanya pembiasaan
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam proses upaya
menerapkan pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan,
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah adalah mengarahkan
peserta didik kepada perilaku yang positif. Dengan demikian maka
peserta didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi
Jawa Tengah tertanam nilai-nilai pendidikan karakter dalam diri
peserta didik.”174
Penyataan senada juga dapat dibaca dari pernyataan yang
disamPendidikan Agama Islam dan Budi Pekertikan oleh Khasan Basri, S,Pd
berikut ini :
“Hal positif dari diterapkannya mengarahkan peserta didik sebagai
langkah solutif penanaman pendidikan karakter di SMA Negeri 1
174
Imam Sultoni, Guru PKN di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi,
(Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).
141
Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah adalah
mengarahkan peserta didik kepada perilaku yang positif.”175
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa upaya penerapan
pendidkan karakater terhadap peserta didik di SMA Negeri 1 Larangan,
Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, adalah mengarahkan kepada
perilaku yang positif. Dengan adanya perilaku positif ini, maka para peserta
didik SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
dapat menerapkan sedikit demi sedikit pendidikan karakter yang diperoleh,
Adanya perilaku positif sebagai dampak positif dari diterapkan
pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi
Jawa Tengah oleh para guru di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes,
Provinsi Jawa Tengah, maka menurut hemat penulis penerapan pendidikan
karakter dalam mengarahkan peserta didik kepada hal-hal yang positif di
SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
hendaknya dilanjutkan bahkan ditingkatkan.
175
Khasan Bisri, Guru BK di SMA Negeri 1 Larangan, Wawancara Pribadi,
(Sitanggal: Sabtu, 14 November 2015).