bab iii teori belajar behavioristik
DESCRIPTION
teori belajar behavioristikTRANSCRIPT
TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Resume Psikologi Pendidikan Bab III Teori Belajar
Behavioristik
Tugas ini disusun untuk melengkapi Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun oleh :
Rizma Tri Ariyani
(13050974030)
S1 Pendidikan Teknologi Informasi
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya
2015/2016
BAB II
Teori Belajar Behavioristik
A. Belajar
Pengertian belajar
Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu
terhadap lingkungan (pengalaman). Secara umum belajar dapat disimpulkan sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif.
Ciri-ciri belajar
Ciri-ciri belajar adalah sebagi berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
2. Perubaha dalam belajar bersifat aktif dan positif
3. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6. Perubahan mencakup seluruh tingkah laku
Ciri-ciri belajar juga dapat dilihat dari penggolongannya berdasarkan dari segi proses dan dari
segi hasilnya:
a. Dari segi proses
1. Adanya aktivitas (fisik, mental, emosional)
2. Melibatkan unsur lingkungan
3. Bertujuan kearah terjadinya perubahan tingkah laku (behavioral changes)
b. Dari segi hasil
1. Bersifat relative tetap
2. Diperoleh melalui usaha
Pentingnya untuk belajar
Dapat dikatakan bahwa syarat mutak untuk menjadi pandai dalam bidang ilmu pengetahuan
maupun ketrampilan atau kecakapan adalah dengan belajar. Belajar dilakukan oleh setiap orang
baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun yang tua, dan akan berlangsung seumur hidup,
selagi hayat dikandung badan. Manusia perlu belajar disebabkan beberapa hal berikut:
1. Potensi manusia bersifat laten dan terbuka
2. Pertumbuhan dan perkembangan manusia lebih banyak terjadi secara non instingtif atau
alamiah
B. Pembelajaran
Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatka terjadinya proses belajar
pada diri siswa.
Ciri-ciri pembelajaran
1. Adanya unsur guru
2. Adanya unsur siswa
3. Adanya aktivitas guru dan siswa
4. Adanya interaksi antar guru-siswa
5. Bertujuan kearah perubahan tingkah laku siswa
6. Proses dan hasilnya terencana atau terprogram
Pentingnya pembelajaran
Perlunya pembelajaran disebabkan beberapa faktor berikut:
1. Peristiwa belajar tidak selalu terjadi atas inisiatif dari individu
2. Individu memerlukan bantuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
3. Perlunya lingkungan yang kondusif guna mencapai perkembangan individu secara optimal
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar-pembelajaran
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor guru
a. Kondisi fisik
1) Kondisi kesehatan fisik secara umum
2) Kondisi fungsi inderawi
b. Kondisi psikis
1) Suasana kejiwaan
2) Kompetensi (paedagogis, kepribadian, sosial, profesional)
2. Faktor siswa
a. Kondisi fisik
1) Kondisi kesehatan secara umum
2) Kondisi fungsi inderawi
b. Kondisi psikis
Bakat, minat, kemampuan, motivasi, situasi kejiawaan
3. Faktor tujuan
a. Kejelasan
b. Urgensi
c. Tingkat kesulitan
d. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
4. Faktor materi
a. Kejelasan
b. Kemenarikan
c. Sistematika
d. Jenis materi
5. Faktor instrumental
a. Kelengkapan
b. Kuantitas
c. Kualitas
d. Kesesuaian
6. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
Suhu dan kelembapan udara
b. Lingkungan sosial
1) Manusia
2) Representasi manusia
Tujuan belajar-pembelajaran
Tujuan balajar-pembelajaran merupakan perilaku yang diharapkan dapat dicapai siswa
sehubungan dengan aktivitas belajar-pembelajaran. Adapun tujuan tersebut adalah:
1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku
2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik
3. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dri negative menjadi positif, tidak hormat menjdi
hormat, benci menjadi sayang, dan sebgainya
4. Belajar bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan atau kecakapan
5. Belajar bertujuan untuk meambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu
Urgensi penetapan dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran
Penetapan dan perumusan tujuan belajar-pembelajaran sangat penting, karena sebagi dasar dalam:
1. Menyusun alat atau instrument evaluasi
2. Menentukan materi atau pengalaman yang diperlukan
3. Memilih dan menentukan sarana (alat pelajaran, alat peraga, media) yang diperlukan
4. Memilih dan menentukan metode belajar-pembelajaran yang diperlukan
Jenis-jenis perilaku yang menjadi dasar dalam penentuan dan perumusan tujuan belajar-
pembelajaran
Jenis-jenis perilaku yang menjadi dasar dalam penentuan dan perumusan tujuan belajar-
pembelajaran adalah perilaku kognitif, perilaku ranah afektif, perilaku ranah psikomotorik.
C. Teori-teori belajar
a. Teori Behaviorisme
Aliran behaviorisme menekankan pada perubahan perilaku yang tampak sebagai indicator
terjadinya proses belajar. Menurut behaviorisme, tujuan utama psikologi adalah membuat
prediksi dan mengendalikan perilaku dan sedikitpun tidak ada kaitannya dengan kesadaran.
Kajian dalam teori ini adalah benda-benda atu hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu
rangsangan (stimulasi) dan gerak balas (respon). Misalnya, untuk mengubah suasana kelas yang
biasanya pasif ketika diberi pertnyaan, maka seorang pendidik atau guru harus mengubah atau
memodifikasi stimulusnya. Misalnya dengan memberikan hadiah bagi siswa yang bisa
menjawab. Pemberian hadiah diharapkan dapat menjadi stimulus yang dapat memunculkan
respon yang diharapkan, yaitu meningkatnya keaktifan siswa di kelas. Tokoh besar dalam aliran
behaviorisme ini adalah Pavlov, Thorndike, B.F.Skinner.
1. Teori Ivan Panlov
Teori Pavlov merupakan salah satu bentuk belajar respoden. Dalam belajar semacam ini suatu
respon dikeluarkan suatu stimulus yang telah dikenal.
Dalam teori ini, Pavlov melakukan suatu eksperimen dengan mempelajari proses pencernaan
pada anjing. Selama penelitian mengamati perubahan waktu dan tingkat kecepatan
pengeluaran air liur dari binatang (anjing) tersebut.
No Stimulus Respon Keterangan
1 Makanan (stimulus tidak
terkondisi / US)
Keluar air liur (respon
tidak terkondisi / UR)
Bersifat instingtif
2 Lampu menyala Tidak keluar air liur,
kemudian keluar air liur
Belum terjadi belajar
3 Lampu dinyalakan kemudian
diberi serbuk daging
Tidak keluar air liur,
kemudian keluar air liur
Diulang-ulang selama
beberapa kali atau
dikondisikan
4 Lampu menyala (stimulasi
terkondisi / CS)
Keluar air liur (respon
terkondisi / CR)
Telah terjadi proses
pembelajaran
Berdasarkan percobaan tersebut, didapat bahwa manusia berperilaku sesuai dengan
pemahaman terhadap realistas yang ia ketahui atau penglaman yang ia dapatkan. Respon akan
ada dari stimulus yang ia kenal.
Seperti anjing percobaan Pavlov yang menganggap bahwa setiap ada lampu yang menyala,
maka akan ada makanan. Akhirnya respon yang diberikan anjing akan mengeluarkan air liur
saat lampu dinyaakan walaupun belum ada makanan.
Sumbangan Pavlov yang lain dalam belajar adalah teori refleksi bersyarat atau juga disebut
teori kondisioning klasik yang banyak dicoba pada beberapa anak, dan fungsinya adalah
sebagai berikut:
a) Membentuk kebiasaan pada anak agar selalu membiasakan kebersihan, kerapian,
kesehatan, kejujuran, dan sebagainya.
b) Menghapuskan kebiasaan-kebiasaan yang buruk dan mengurangi rasa takut pada
anak-anak.
c) Membentuk sikap-sikap baik terhadap aktivitas belajar pada siswa.
d) Psikoterapi, misalnya untuk menghilangkan rasa takut, malu, penyesuaian yang
salah, agresif, tamak dan lain sebagainya.
2. Teori Thorndike
Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah
(problem solving). Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi
persoalan.
Sebagai percobaan dengan seekor kucing sebagai subyek percobaannya, lapar sebagai
motif, makanan sebagai rangsangannya, dan keluar kurungan sebagai masalahnya.
Percobaan
ke-
Motif Masalah Stimulus Respon Keterangan
hasil
1 Lapar
(beberapa
hari tidak
diberi
makanan)
Kurungan
dikuci
dengan tali
yang apabila
ditarik, pintu
dapat terbuka
Makanan
di luar
kurungan
sebagai
stimulus
Melakukan
berbagai
macam
perbuatan
Pintu tidak
terbuka
2 Lapar Kurungan
dikunci
dengan tali
Makanan Kucing
tidak
sengaja
menginjak
tali
pengikat
Pintu terbuka,
kucing
langsung
keluar
mengambil
makanan
3, dst… Percobaan kedua diulang selama bebrapa kali. Semakin lama, jangka
waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk membuka tali pengikat
semakin pendek. Ini menunjukkan bahwa kucing belajar untuk keluar
dengan menarik tali pengikat kunci untuk mendapatkan makanan.
Atas dasar percobaan diatas Thorndike mengemukakan beberapa hukum belajar.
Thorndike membedakan ada 3 hukum pokok dan 6 hukum tambahan. Adapun 3
hukum pokok tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Hukum kesiapan
Disini ada 3 macam kedaan yang menujukkan perilaku Hukum Kesiapan, yaitu:
a) Apabila pada individu /seseorang ada tendensi atau kecenderungan bertindak,
maka melakukan tindakan tersebut akan menimbulkan kepuasan dan
menyebabkan individu tadi tidak akan melakukan tindakan – tindakan yang
lain.
b) Apabila pada individu ada tendensi bergerak, tetapi tidak melakukan tindakan
tersebut, maka akan menimbulkan rasa tidak puas. Oleh karena itu individu
tadi akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi atau
meniadakan ketidak puasan tadi.
c) Apabila individu tidak ada tendesi bertindak, maka melakukan tindakan akan
menimbulkan ketidak puasan. Oleh karena itu individu melakukan tindakan-
tindakan lain untuk mengeliminasi atau menghapus ketidakpuasan tadi.
2) Hukum latihan
Hukum latihan akan menyebabkan semakin kuat atau semkain lemah hubungan S-
R. kurang latihan akan semakin melemahkan hubungan S-R. hukum ini
sebenarnya tercermin dalam perkataan repitioest mater studiorum atau practice
perfect. Penggunaan hukum latihan dalam proses belajar mengajar adalah prinsip
ulangan, ,misalnya:
a) Memberi ketrampilan kepada para siswa agar sering atau semkain banyak
yang telah diperolehnya.
b) Diadakan latihan resitasi dari bahan-bahan yan dipelajari.
c) Diadakan ulangan-ulangan yang teratur dan bahkan dengan ulangan yang
ketat atau system drill, ini akan memperkuat hubungan S-R.
3) Hukum efek
Hukum efek merujuk pada semakin kuat atau semakin lemahnya hubungn S-R
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Rumusan tingkat hukum efek adalah,
bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenanngkan cenderung untuk
dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi, sebaliknya suatu tindakan yang
tidak menyenangkan cenderung untuk ditinggalkan dan tidak diulangi lagi. Jadi
hukum efek menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suat tindakan bagi perbuatan
serupa. Implikasi hukum efek dalam pendidikan adalah sebagi berikut:
a) Buat pengalaman atau situasi kelas yang menyenangkan bagi para siswa,
sehingga mereka puas pada tugas belajarnya.
b) Buatlah bahan-bahan pengajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga lebih dapat dimengerti.
c) Memberikan wawasan tahap-tahap hasil yang akan siswa capai ketika
mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan meyakinkan siswa bahwa mereka
mampu mengerjakannya.
d) Memberikan wawasan kesukaran apa yang akan dialami ketika mengerjakan
tugas, sehingga siswa dapat mengantisipasi dan tidak sampai terjadi
kegagalan.
e) Agar tidak menjemukan, bahan-bahan dan metode kepegajaran dibuat variasi.
f) Memberikan motivasi proses belajar mengajar, seperti berupa bimbingan,
pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman.
3. Teori Skinner
Skinner mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan operan conditioning/
pengkondisian operan, di mana reinforcement (penguatan) sebagai unsur penting
dalam proses belajar. Dalam behaviorisme Skinner, pikiran, kesadaran, maupun
ketidaksadaran, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan.
Pengkondisian operan adalah suatu bentuk behaviorisme deskriptif, yang berusaha
menegakkan hukum tingkah laku melalui studi mengenai belajar secara operan.
Belajar secara operam itu sendir dapat diartikan sebagai belajar dengan menggunakan
konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah
laku, sehingga jelaslah bahwa Skinner memandang reinforcement (penguatan)
sebagai unsur penting dalam proses belajar. Penemuan Skinner ini menekankan pada
hubungan antara tingkah laku dan konsekuensinya.
Apabila konsekuensi menyenangkan akan memperkuat tingkah laku. Adapun
pebentukan tingkah llaku dalam operan conditioning antara lain sebagai beikut:
a) Mengidentifikasi aspek-aspek yang dapat membentuk tingkah laku
b) Mengurutkan aspek-aspek tersebut sebagai tujuan sementara.
c) Mengidentifikasikan reinforcement untuk masing-masing aspek yang telah
diurutkan tersebut.
d) Menerapkan aspek-aspek yang telah dirutkan tersebut dan memberikan
reinforcement dari masing- masing aspek secara satu per satu.
Dasar operant conditioning dalam pengajaran adalah untuk memastikan respon
terhadap stimuli yang diberikan. Guru berperan penting di kelas, dengan mengontrol
langsung kegiatan belajar siswa. Pertama-tama mereka harus menentukan logika yang
penting agar menyampaikan materi pelajaran dengan langkah-langkah dan kemudian
memberikan reinforcement segera sesudah siswa merespon. Saran kepada guru,
perbaikilah kemampuan untuk memberi penguat pada siswa, misalnya dengan
mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa setelah diperiksa dan dinilai
sesegera mungkin serta menanyakannya kepada siswa secara teratur dan memuji,
memberi hadiah atau reward bagi jawaban yang benar, melihat pekerjaan siswa dan
mencoba memperkuat semua tingkah laku yang menghasilkan perkembangan sikap
yang baik terhadap belajar.