bab iii perjalanan kreativitas gondo dalam dunia seni tari gondo
TRANSCRIPT
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
Perjalanan Kreativitas Gondo Dalam Dunia Seni Tari
Gondo yang memiliki nama asli Agus Gandamanah ini lahir di Bandung
pada tanggal 14 Juli 1969. Gondo mulai mencintai dunia seni tari sejak beliau
duduk di kelas 5 sekolah dasar, dimulai dari seringnya mengisi acara untuk
memperingati hari kemerdekaan Indonesia di lingkungannya, mengikuti lomba-
lomba tari di tingkat RT, dan tidak jarang pula beliau juara. Jiwa seni sangat
mengalir deras dalam diri Gondo, ia terlahir dari keluarga yang mencintai seni, tak
heran kini ia berbakat dalam bidang itu. Kemudian pamannya sadar bahwa
keponakannya ini memiliki bakat di bidang seni tari, oleh pamannya beliau diajak
mengikuti sanggar untuk mengasah lagi kemampuan yang dimilikinya. Sekitar
tahun 80-an beliau bergabung di sanggar Gema Manunggal dan dilatih oleh bapak
Asep Syafaat, yang merupakan anak dari pemilik sanggar Gema Manunggal.
Melihat potensi yang dimiliki Gondo, bapak Asep Syafaat langsung
menjadikannya asisten di sanggarnya.
Saat mulai menggeluti dunia seni tari, ia mendapat penolakan keras dari
ayahnya, sebab ayahnya mengharapkan ia bekerja di kantor atau di instansi
tertentu, sedangkan Gondo malah mendalami dunia seni tari. Walaupun ayahnya
seorang seniman, ia menginginkan anaknya bekerja di instansi tertentu. Berbeda
dengan ibu serta adik dan kakaknya yang terus mendukung Gondo dengan apapun
yang menjadi cita-citanya. Untuk membuktikan pada ayahnya bahwa ia amat
serius dalam seni tari, ia kerap kali tidak pulang ke rumah untuk mengikuti
berbagai perlombaan, dan begitu pulang ke rumah, ia membawa piala untuk
diperlihatkan pada ayahnya dengan tujuan meyakinkan beliau bahwa ia amat
mencintai seni dan ingin mendalaminya. Tetapi ayahnya tetap tidak mendukung
Gondo untuk bergelut di bidang itu.
48
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di mata Gondo, tari Jaipongan merupakan tarian yang atraktif, dinamis,
memicu semangat serta memiliki daya tarik yang begitu kuat, sehingga ia ingin
terus menggeluti dan memperdalam tari Jaipong. Beliau sempat menggeluti tarian
klasik yaitu tari Baksa dan Lenyepan, tetapi saat menarikannya, tidak “seenak”
menarikan tari Jaipong, karena ia berfikir bahwa saat ia menari Jaipong, disitu ia
dapat melakukan kebebasan dan tidak terpatok pada apapun, sehingga ada
tantangan tersendiri untuk menarikan tari Jaipong.
Pada tahun 1986, masyarakat sedang dihebohkan dengan tarian
Breakdance yang terkenal saat itu, Breakdance adalah tarian budaya barat yang
mengusung gerak patah-patah. Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh masyarakat
menyukai tarian yang sedang marak di Indonesia saat itu, termasuk Gondo yang
pada saat itu tengah duduk di bangku SMA. Bagaimanapun itu, kita sebagai
penikmat senipun tidak dapat menolak pengaruh budaya yang datang dari luar,
tetapi karena begitu cintanya dengan tari Jaipong dan tidak ingin tari Jaipong
tergeser oleh budaya barat yang masuk, Gondo berinisiatif untuk menggabungkan
tari Jaipong dan tarian Breakdance. Beliau menamakannya tari breakpong yaitu
Breakdance Jaipong. Itulah kali pertama ia menciptakan karya, yang ternyata
diterima dengan baik oleh lingkungannya, sehingga ia sering mengikuti lomba
maupun menampilkan breakpong dalam acara-acara tertentu.
Foto 3.1
Gondo menari Breakpong
(Dokumentasi Gondo, 2010)
49
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari keseluruhan karya yang telah Gondo ciptakan, dapat dikategorikan ke
dalam dua kategori besar, yaitu kategori tari Jaipong tradisi dan kategori tari
Jaipong kontemporer. Kategori tari Jaipong tradisi berisi karya tari Jaipong
dengan gerak-gerak yang masih sangat sederhana dan masih berkiblat penuh pada
ketuk tilu dan pencak silat gaya Gugum Gumbira serta mengandung pakem
tradisi, baik dari gerak, atau tema tariannya contohnya tari Jaipong Senggot, Sekar
Panggung, tari Jaipong Wayang Subali Sugriwa, tari Jaipong Wayang Srikandi
Mustakaweni, tari Jaipong Wayang Wangsit Siliwangi dan masih banyak lagi.
Adapun untuk kategori tari Jaipong kontemporer adalah karya tari yang sudah
penuh dengan inovasi modern, baik dari ragam gerak, tema tarian, maupun musik
iringannya, contohnya tari Jaipong bertemakan komedi yaitu NIKU dan Topeng
Rehe, tari Jaipong Alewoh, tari Jaipong Etnik Kreatif, tari Jaipong Acapella
Dance, tari Jaipong Techno Sancang Gugat, tari Jaipong Ronggeng Nyentrik dan
masih banyak lagi. Karya tari dalam kategori ini cenderung berbeda dengan tari
Jaipong pada umumnya, selain ragam gerak yang unik, tema tarian serta iringan
musiknya pun sarat dengan sentuhan kreativitas, salah satunya dengan
penggabungan sound effect pada musik tarinya.
A. Karya Tari Jaipong Tradisi
Setelah Gondo menciptakan karya Breakpong pada tahun 80-an yang mendapat
respon baik di masyarakat, Gondo mencoba menciptakan karya lagi berdasarkan
pengalaman empirik, imajinasi, rangsang audio dan pengaruh lingkungan sekitar
serta pengalaman ia belajar pada gurunya. Dalam karyanya, Gondo tetap
mengakar pada kekhasan gerak gurunya, ia tetap memadukan gerak Pencak Silat
dalam karya tarinya. Setiap menciptakan karya, ia selalu meminta bantuan kepada
Ega Robot untuk membuatkan musik pengiringnya. Hal ini tidak lepas dari
kekagumannya pada sosok gurunya serta seniman Jaipong yang menginspirasinya
yaitu Asep Syafaat dan Gugum Gumbira.
50
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gondo mulai mengenal sosok Gugum Gumbira pada tahun 1990, melalui
keterlibatannya sebagi peserta dalam acara Kirab Remaja Nasional, saat itu
Gugum Gumbira memberikan instruksi dan kepercayaan pada Gondo, hal itu
sontak membuat ia senang dan terharu. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap
karya yang diciptakannya pada saat itu seperti tari Kembang Tanjung, Senggot,
Pamayang, Kawitan, Mojang Tandang dan Makalangan. Pada karya Senggot
khususnya, dalam tarian tersebut gerak yang ia ciptakan tidak lepas dari gaya
Gugum Gumbira yang mengusung 3G (Geol, Gitek dan Goyang) dan Pencak
Silat. Rangkaian geraknya didominasi oleh ragam gerak Jaipong pada umumnya
yaitu adeg-adeg, ukel, capangan, nyikung, mincid, keupat, balik ban dan lain
sebagainya. Contoh gerak Pencak Silat dalam tarian ini adalah sabet, sodok,
jambret, nahan, yang membuat penari terlihat sedikit gagah, karena dalam gerak
Pencak Silat ini penari memakai tenaga yang kuat serta ruang yang agak luas, hal
ini terlihat pada style pose saat gerak sabet, sodok, jambret dan nahan, penari
membuka kakinya lebar dan rengkuh, sehingga terlihat kuat pertahanannya,
ditambah dengan gerak tangan yang terlihat menangkis dan menahan serangan
lawan, ibaratnya.
Foto 3.2
Tari Jaipong Senggot
(Dokumentasi Gondo, 2001)
Sekitar tahun 2004, Gondo mendirikan sebuah wadah pembelajaran tari
Jaipong yang ia beri nama Klinik Gondo Art Production. Dari awal didirikan
51
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sanggar tari ini, tarian yang diberikan untuk kelas dasar adalah tari Senggot,
karena tarian ini dianggap paling mudah dan ragam geraknyapun tidak banyak,
hanya diulang-ulang, karena murid sanggar didominasi oleh anak kecil, maka
dipilihlah tarian ini untuk pemula dengan tujuan membentuk tubuh ke style
Jaipong dan membiasakan serta memperkenalkan gerak tari terlebih dahulu.
Kepercayaan dari Gugum Gumbira itu ia dapatkan kembali ketika dipercaya
sebagai penata tari dalam acara yang sama, tepatnya pada acara Pencak Kirab
Remaja Nasional bersama grup Jugala Bandung pada tahun 1995. Kepercayaan itu
adalah tantangan yang dianggap cukup besar, dimana acara tersebut
mengharuskan Gondo melibatkan 2,500 orang penari yang direkrut dari berbagai
sanggar tari dan perguruan tinggi se-Indonesia. Dalam event itu, koreo tari yang ia
ciptakan untuk acara tersebut masih berkiblat pada gaya Gugum Gumbira yaitu
3G dan Pencak Silat, namun yang membedakan disini yaitu Gondo bermain pada
keragaman ruang dan pola. Ia melibatkan ribuan orang dalam event ini, otomatis
Gondo sangat memikirkan cara agar tarian tersebut dapat terlihat menarik, selaras
dan tetap mengandung daya pikat estetika yang tinggi. Dengan menerapkan gerak
Canon pada salah satu rangkaian geraknya. Penari dengan jumlah tidak sedikit
pasti akan menemukan masalah pada kekompakan. Gondo menyiasati hal tersebut
dengan gerak Canon, yaitu gerak yang sambung menyambung dan bergiliran.
Menurut Suherman (2006), gerak Canon adalah gerak yang dilakukan berurutan
oleh kelompok penari dengan cara kelompok penari A melakukan gerak empat
hitungan hingga selesai, kemudian kelompok penari B melakukan gerakan yang
sama dengan hitungan dari awal empat hitungan dan seterusnya. Selain dapat
menyiasati ketidakkompakan, gerak Canon juga dapat menambah keselarasan bila
dilakukan dengan benar, dan tentunya akan terlihat menarik bagi yang menonton
dari depan. Selain itu, pengolahan ruang juga sangat diperlukan dalam menarikan
tarian yang penarinya tidak sedikit ini. Lahan yang luas sebagai arena
pertunjukanpun menjadikan Gondo berfikir untuk membuat koreo dengan ruang
yang luas, contohnya gerakan didominasi oleh putaran-putaran yang besar dengan
52
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membuka kedua tangan dengan lebar serta langkah kaki yang besar pula
(Wawancara Gondo, 2015). Pengalaman dalam event ini menambah
pembendaharaan kreativitas Gondo dalam membuat formasi dalam suatu bentuk
tari dan pola serta pengolahan ruang yang lebih variatif. Kreativitas tersebut
tercermin dalam karya tari Sekar Panggung, yang pola serta pengolahan ruangnya
lebih variatif dibanding karya sebelumnya. Penggunaan level juga mulai diolah
sebagai penunjang keselarasan pada geraknya. Dalam tari Sekar Panggung,
Gondo mulai menciptakan gerak yang memiliki ruang yang luas dan level yang
berubah-ubah, contohnya pada beberapa ragam geraknya penari melakukan
gerakan dengan level sangat rendah yaitu duduk pada lantai bahkan sampai
berguling. Selain itu ragam gerak yang memakai ruang yang luaspun banyak
ditonjolkan seperti banyak gerak yang membuka kedua tangan, memutar penuh
kedua tangan sambil berputar, dan masih banyak lagi.
Foto 3.3
Tari Jaipong Sekar Panggung
(Dokumentasi Gondo, 2004)
Pada tahun 2014, Gondo menciptakan kebaruan yang lain, yaitu dari tema
tariannya. Gondo menciptakan tari Jaipong yang bertema Wayang. Tari Jaipong
Wayang karya Gondo yaitu Subali Sugriwa, Wangsit Siliwangi dan Srikandi
Mustakaweni. Dinamakan tari Jaipong Wayang bukan berarti penarinya berbusana
seperti wayang tetapi hanya judul lagunya saja yang merupakan cerita wayang.
Gondo tetap memadukan gerak yang sudah ada dengan gerak-gerak ciri khasnya
53
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu paping, stakato, robotik dan gerak efek. Dalam penyajian tariannya, ada satu
rangkaian gerak yang menceritakan sesuatu atau menyampaikan pesan pada
penonton. Sesuai dengan cerita wayangnya. Disinilah letak perbedaannya dengan
karya sebelumnya, Gondo menampilkan pesan dan cerita Wayang tersebut pada
rangkaian gerak tarinya. Sebagai contohnya pada karya tari Jaipong Srikandi
Mustakaweni, pada salah satu rangkaian geraknya, Gondo memperlihatkan
gerakan yang memiliki kesan penari satu dengan penari lainnya sedang perang,
baik pesan itu disampaikan melalui tatapan mata yang tajam, gerakan yang saling
mengisi dan merespon, serta gerak yang memperlihatkan kekuatan. Contoh
lainnya misalnya pada gerak yang menceritakan kesedihan, Gondo sampaikan
melalui gerak penari satu yang membungkuk dengan ekspresi sedih kemudian
dihampiri oleh penari lainnya dan menggunakan sampur sebagai penunjang
tariannya yang didekatkan pada pipi penari satu, dalam hal ini menyampaikan
bahwa si penari lain mengusap air mata penari satu dengan selendang.
Foto 3.4
Tari Jaipong Wayang
(Dokumentasi Gondo, 2014)
B. Karya Tari Jaipong Modern
Kreativitas Gondo sebagai koreografer muda dan berbakat membawanya
semakin bersinar. Pada tahun 2000 ia bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
Disbudpar Provinsi Jawa Barat dengan menjadi penata tari komedi dalam Misi
54
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kesenian ke Negara Malaysia, juga sebagai penata Rumpun Tari Jawa Barat ke
Singapura pada tahun 2001. Pribadinya yang humoris dan supel menarik simpati
seorang dalang kondang yaitu Asep Sunandar Sunarya. Bersama putranya Dadan
Sunandar Sunarya, Gondo dilibatkan pada sebuah acara yang berjudul Sasagon
yang pada waktu itu tayang di TVRI. Selain tampil di Tv daerah, Gondo juga aktif
pada beberapa program Tv Swasta seperti acara Ngedate Sareng Si Cepot yang
sebagai peserta pada program acara API (Akademi Pelawak Indonesia) di TPI
pada tahun 2005. Pada tahun 2006, Gondo bekerja sama dengan Ozenx
Percussion, melibatkan dirinya pada acara Jaka Baret di salah satu program
stasiun Tv Swasta Nasional. Pengalamannya mengikuti event tersebut
membawanya pada pemikiran untuk membuat pembaruan pada karyanya, saat itu
Gondo terinspirasi untuk menciptakan karya yang bersifat guyon, maka terciptalah
karya tari Jaipong Topeng Rehe dan NIKU (Nini Kuat) pada tahun 2009. Dalam
kedua karya Jaipong Komedi ini, memang gerak tari Jaipongnya tidak banyak dan
rumit seperti karya tari Jaipong sebelumnya. Tari Jaipong komedi ini cenderung
lebih banyak menampilkan sisi lucu pada gerakannya, tetap mengusung 3G yaitu
Gitek, Geol dan Goyang, tetapi gerakan tersebut dilakukan dengan guyonan.
Tarian yang berdurasi sekitar 4 menit ini didominasi oleh “hehereuyan” dan
beberapa kali terdapat komunikasi antara penari dan pangrawit yang berada di
belakang atau samping panggung. Salah satu dialog antara penari dan pangrawit
yaitu berisi ajakan untuk bergoyang atau meminta dipukulkan kendang untuk
mengisi gerak goyangan pinggulnya. Contohnya lainnya, gerak mincid yang
seharusnya dilakukan dengan centil dan ceria, dalam tarian ini penari
melakukannya dengan bergoyang sambil menggoda penari lainnya, sehingga
penari yang lainnya terjatuh dan penonton tertawa. Didukung dengan penggunaan
properti tari yaitu topeng yang berbentuk lucu dengan lidah menjulur, gigi
ompong dan lain-lain. Musik pengiringnya adalah botol kecap, dalam lirik lagu
tersebut terdapat penggalan lirik yang menyiratkan bahwa penarinya adalah gadis
yang cantik, nyatanya para penari menggunakan topeng yang berwajah jelek.
Musik menghentak-hentak cepat dan enerjik, sedangkan dari judul tariannya saja
55
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu “Rehe” memiliki arti sepi. Hal itu sengaja dilakukan Gondo agar terkesan
terbolak-balik dan lucu, sehingga mengundang tawa yang melihatnya.
Foto 3.5 Foto 3.6
Tari Jaipong Topeng Rehe Gondo bersama penari Topeng Rehe
(Dokumentasi Gondo, 2010) (Dokumentasi Gondo, 2010)
Begitupun dengan tarian NIKU (Nini Kuat), Tari Jaipong Niku diciptakan
pada tahun 2009. Dalam tari Jaipong NIKU, penari diibaratkan sebagai seorang
nenek-nenek tetapi dapat menari secara enerjik dan centil. Tarian ini hanya
berdurasi 3-4 menit, dan didominasi oleh gerak yang mengandung candaan.
Banyak rangkaian gerak yang menunjukan bahwa penari adalah nenek-nenek
yang perkasa, hal itu diwujudkan dengan koreo yang enerjik sambil mengangkat
tongkatnya, kemudian berlompat dan lain sebagainya. Ditambah dengan musik
iringannya yang mendukung para penari untuk bergerak enerjik dan centil. Tetapi
tetap saja, sisi nenek-neneknya ditonjolkan dengan membungkuk dan batuk-batuk,
sesekali. Gondo menciptakan tari Jaipong Komedi atas dasar cerminan dari
dirinya pribadi yang memang senang berguyon (bercanda).
Foto 3.7
Tari Jaipong NIKU (Nini Kuat)
(Dokumentasi Gondo, 2013)
56
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain karya tari Jaipong yang bertemakan komedi, Gondo juga
menciptakan karya tari Jaipong yang memadukan gerak tari Jaipong dengan
ragam gerak modern dance. Pengalaman Gondo dalam membuat tari modern
dance pernah dilakukan pada salah satu program TVRI Bandung yakni acara
Kalangkang Bentang bersama Tati Saleh, Gondo dipercaya sebagai penari latar
sekaligus koreografernya. Pada tahun 2000 pada acara ulang tahun PDI
Perjuangan, Gondo oleh panitia PAC Banjaran dipercaya untuk membuat
Oratorium Kolosal dengan judul karya Putri Sang Fajar, selanjutnya pada tahun
2006 dalam rangka hari jadi Kabupaten Bandung, Gondo terlibat sebagai
konseptor, sutradara serta konsultan Tari Rakyat dan Pencak Silat, yang
selanjutnya karya Gondo tersebut didokumentasikan dalam buku Karya
Pembangunan Kabupaten Bandung oleh Disbudpar Kab Bandung. Dari
pengalaman di atas, Gondo sadar bahwa seniman tari Jaipong saling berlomba
menciptakan pembaruan yang lebih kreatif agar dapat bertahan di industri seni,
maka dari itu Gondo terus menciptakan pembaruan dalam karyanya pada setiap
perjalanan kreativitasnya. Sekitar tahun 2008, daya kreatif Gondo semakin
berkembang, seiring dengan pengalaman dan faktor lingkungan dimana ia berada.
Ia mulai terfikir untuk membuat karya tari Jaipong yang musik iringannya berbeda
dari biasanya. Maka terciptalah karya tari Jaipong Techno Sangcang Gugat dan
Ronggeng Nyentrik. Pada dua karya tersebut, Gondo membuat musik iringan tari
dengan menggabungkan Sound Effect yang bemacam-macam. Selain ini jauh
lebih menarik, sound effect juga dapat menunjang kebutuhan gerak yang
kompleks dan rumit menjadi semakin dramatik. Ia tidak melakukan hal ini
sendirian, ia bekerja sama dengan teman baiknya yaitu Ega Robot. Ega dikenal
sebagai pemusik serba bisa, dan dalam hal menciptakan karya tari, Gondo selalu
bekerja sama dengan Ega untuk membuatkan musik iringannya sesuai dengan apa
yang Gondo inginkan. Sebagai contohnya, Gondo memadukan gerak Modern
Dance yang lincah dengan sound effect yang menunjang, misalnya pada gerakan
hentakan kaki yang lincah dan cepat, pada akhir hentakannya, musik terdengar
57
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
semakin keras dan diberi efek yang dramatis. Contoh lainnya misalnya pada tari
Techno Sancang Gugat, Gondo memberikan gerak yang memperlihatkan penari
seperti harimau, dengan memperlihatkan seluruh jari yang seperti hendak
menerkam, disini didukung pula oleh sound effect berupa auman harimau. Hal
tersebut didasari oleh pengalamannya pada saat membuat tari modern dance yang
pernah ia lakukan pada salah satu program TVRI Bandung yakni acara
Kalangkang Bentang bersama Tati Saleh.
Fot8 3.7 Foto3.9
Tari Jaipong Techno Sancang Gugat Tari Jaipong Techno Sancang Gugat
(Dokumentasi Gondo, 2012) (Dokumentasi Gondo, 2012)
Foto 3.10
Tari Jaipong Ronggeng Nyentrik
(Dokumentasi Gondo, 2008)
Pada tahun 2010, ia menciptakan tari Etnik Kreatif. Dimana tarian tersebut
menyuguhkan gerak yang kompleks, rumit, dan pengolahan level yang beragam,
sehingga membuat tarian tersebut terlihat sangat sulit untuk dilakukan. Jika
karyanya di tahun 90an dan awal 2000an Gondo memadukan gerak tari Jaipong
58
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan pencak silat yang teknik geraknya kompleks, di tahun 2010 khususnya pada
karya tari Etnik Kreatif, ia memadukan ragam gerak tari Jaipong, pencak silat,
dan modern dance dan robotic. Geraknya cenderung sulit untuk dilakukan, karena
memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, sebagai contohnya pada gerak yang
Gondo beri nama gerak etnik kreatif yaitu posisi badan rengkuh, kaki dibuka
adeg-adeg, tangan kiri di atas dan ditekuk, tangan kanan menyentuh pundak dan
pandangan lurus ke depan, lalu tangan kiri ditarik ke arah bawah dan disimpan di
bahu kiri, kemudian tangan kanan turun ke bawah dan agak dibuka sejajar dengan
pinggang, setelah itu tangan ditarik ke depan dengan lengan bawah saling
menempel dan tangan kanan nangreu, tangan kiri rumbai, lalu tangan saling
membuka dengan pergelangan tangan saling menempel, tangan kanan nangreu
dan tangan kiri rumbai, kemudian tangan membalik, tangan kiri di atas nangreu
dan tangan kanan di bawah rumbai. Gerakan tersebut dilakukan dengan hitungan
cepat, dan setiap gerakan seperti ini, penonton yang melihat selalu memberikan
tepuk tangan, karena selain hitungannya cepat, gerakannya rumit dan kompleks,
musik yang mengiringinya pun menambah efek dramatik. Hal ini ia lakukan,
karena pada saat itu sedang booming tarian yang mengusung gerak robotic
khususnya pada modern dance. Gondo berfikir bahwa, mengapa tidak
digabungkan saja Jaipong dan modern dance? Ini akan menjadikan karyanya
berbeda dan lebih inovatif. Berbekal pengalamannya pada acara Kirab Remaja
Nasional yang pada saat itu Gondo dipercaya oleh Gugum Gumbira sebagai
asisten pelatih sektoral untuk melatih tarian Etnik Papua. Kemudian pada acara
yang sama, Gondo melatih tari Etnik Sunda. Hal ini membuat Gondo semakin
kaya pengetahuannya tentang gerakan etnis daerah. Sudah tentu pembendaharaan
gerak Gondopun semakin berkembang. Maka diciptakanlah tari Etnik Kreatif.
Respon masyarakat sangat baik, tari Jaipong Gondo yang berbeda ini dapat
diterima masyarakat dan disukai, karena unik dan dikemas secara modern.
59
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Foto 3.11 Foto 3.12
Tari Jaipong Etnik Kreatif Tari Jaipong Etnik Kreatif
(Dokumentasi Gondo, 2013) ( Dokumentasi Gondo, 2013)
Memasuki tahun 2011, Gondo berfikir lagi untuk menciptakan kebaruan
pada karyanya. Melihat karya yang sebelumnya yaitu tari Etnik Kreatif pada tahun
2010 mendapatkan respon positif dari masyarakat, Gondo ingin menciptakan
kebaruan yang lebih unik dan berbeda lagi. Pada waktu itu, musik beatbox tengah
menjamur di kalangan masyarakat, lagi-lagi Gondo terinspirasi untuk
menciptakan karya yang menggebrak, yaitu Acapella Dance. Tari Jaipong yang
diiringi oleh musik yang dihasilkan oleh mulut yang menirukan suara gamelan,
kendang, beatbox, dan suara audio effect . Dari awal ia menciptakan tari Jaipong
hingga saat ini, semuanya tidak lepas dari rangsang audio dan sesuatu yang
sedang berkembang di lingkungan sekitarnya, ia terus melakukan pembaruan dan
menyesuaikan dengan zaman. Tarian ini merupakan tarian andalan. Geraknya
merupakan paduan antara tari Jaipong, paping, breakdance dan robotic. Geraknya
sangat enerjik, ruang geraknya luas, bertenaga dan lincah. Salah satu gerakan
yang menarik dalam tarian ini yaitu gerak efek robotic, dimana penari bergerak
menirukan robot dengan cara menggeserkan tubuhnya dan menoleh secara kaku
dan tanpa ekspresi, kemudian musik yang diberi efek seperti kaset yang rusak
(musiknya berulang-ulang seperti rusak) membuat penari yang kaku seperti
robotpun menunjukan gerak seperti robot yang rusak dengan mengikuti beat
musiknya. Hal ini yang dianggap unik oleh penonton dan mengundang rasa
penasaran untuk menunggu ada gerak apa lagi setelah ini yang menarik. Tari
Jaipong ini dianggap berbeda dan unik, maka tarian Acapella Dance ini selalu
60
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diminta untuk ditampilkan di beberapa acara. Awalnya tari Jaipong Acapella
meraih juara 1 dalam lomba RRI Tingkat Nasional yang kemudian perlahan
masuk dunia broadcast. Tari Jaipong Acapella ini pernah ditampilkan di stasiun
Tv diantaranya Net, TransTv, ANTV, SCTV, MNC, dan TVRI. Sejak saat itu
Jaipong Acapella karya Gondo mulai dikenal masyarakat dan permintaan untuk
tampil di event-event besarpun berdatangan, tari Jaipong Acapella ini dianggap
berbeda dengan Jaipong pada umumnya, lain daripada yang lain serta unik. Baru
kali ini tari Jaipong yang iringan musiknya memakai musik mulut yang
menyepertikan suara gamelan, beatbox dan rapp. Itulah alasan mengapa tari
Jaipong Acapella ini merupakan tari andalan Gondo dan menjadi tari paling
monumental bagi Gondo.
Foto 3.13 Foto 3.14
Tari Jaipong Acapella Dance Tari Jaipong Acapella Dance
(Dokumentasi Gondo, 2011) (Dokumentasi Gondo, 2011)
Menjadi kreator tari bukan perkara mudah. Bukan sekedar menciptakan
rangkaian gerak kemudian ditampilkan dan selesai. Bagi Gondo, menciptakan
sebuah karya itu sangat perlu dipikirkan dengan matang dan tidak bisa instan,
karena apapun yang dibuat secara instan, akan berakhir dan menghilang secara
instan pula. Gondo tidak menginginkan hal itu, ia ingin karya yang dihasilkannya
memiliki “sesuatu”, entah itu manfaat untuk orang lain, inspirasi untuk orang lain,
dan yang paling penting ia ingin selalu diingat oleh orang lain yaitu dengan
menjadi “berbeda”. Gondo tidak menginginkan karyanya dibilang bagus, karena
61
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagi Gondo, bagus itu relatif dan karya yang bagus itu sangat banyak. Ia lebih
senang jika karyanya dinilai “berbeda”, karena yang berbeda akan selalu diingat.
Salah satu tantangan yang pernah dilalui yaitu pada saat diminta untuk
menjadi koreografer Sandrina dalam acara Indonesia Mencari Bakat di Trans Tv
pada tahun 2013-1014. Seperti yang kita tahu, itu merupakan acara televisi yang
merupakan konsumsi publik, dan Gondo berfikir bahwa penonton tidak mau tahu
karya yang disuguhkan harus bagus dan menggebrak. Adapun dalam acara itu ia
kerap kali diminta untuk membuat karya tari dalam waktu yang singkat, bahkan
hanya beberapa jam.
Foto 3.15 Foto 3.16
Sandrina pada acara IMB Gondo bersama Sandrina pada acara IMB
(Dokumentasi Gondo, 2013) (Dokumentasi Gondo, 2013)
Berdasarkan wawancara dengan Gondo pada tanggal 19 April 2015,
langkah-langkah dalam menciptakan suatu karya tari dan berbagai hal yang harus
difikirkan yaitu mempertimbangkan garapan agar sesuai dengan teknik dan
keterampilan gerak yang harus dikuasai oleh penari untuk melakukan suatu tarian,
karena itu merupakan faktor yang mempengaruhi menarik atau tidaknya sebuah
pertunjukan. Sebuah tari yang terdiri atas gerakan-gerakan yang tidak
membutuhkan keterampilan dan latihan-latihan sebelumnya, misalnya terdiri atas
gerak keseharian yang dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak akan menarik untuk
ditonton, walaupun boleh jadi menarik untuk dilakukan, kecuali jika diimbangi
dengan penataan faktor-faktor koreografi lain, seperti komposisi ruang,
pengaturan irama, dinamika, kostum, tata panggung dan tata lampu.
62
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di samping teknik dan keterampilan gerak, suatu tari pertunjukan
menuntut perkembangan bentuk, yang dalam segala kaitannya berarti penataan
atau pengaturan. Elemen-elemen sederhana seringkali dapat ditampilkan dengan
cukup berdaya pikat dengan penataan dan penggarapan bentuk yang memadai.
Gerak adalah bahan baku tari, oleh sebab itu seseorang yang hendak menyusun
atau menata sebuah tari harus benar-benar memahami hukum-hukum dan unsur-
unsur pembangun gerak. Tiga unsur utama pembangun gerak adalah ruang, waktu
dan tenaga. Bagaimana penataan ketiganya secara cermat, sehingga memberikan
hasil yang maksimal merupakan salah satu aspek koreografi yang harus dipahami
benar-benar oleh seorang pencipta tari. Pengetahuan mengenai unsur-unsur ruang,
waktu dan tenaga harus juga disertai dengan kepekaan penghayatan atas
ketiganya. (Murgianto. 2004:62)
Koreografi merupakan proses pemilihan dan pengaturan gerakan-gerakan
menjadi sebuah tari. Untuk pekerjaan tersebut, dibutuhkan kreativitas yaitu
kemampuan seseorang menghasilkan komposisi, produk atau ide-ide baru yang
sebelumnya tak dikenal oleh penciptanya sendiri. Komposisi merupakan usaha
seorang seniman untuk memberikan wujud estetik terhadap perasaan atau
pengalaman batin yang hendak diungkapkannya. Seorang yang menekuni dunia
komposisi selalu berhadapan dengan memilih, menyusun, dan sekaligus
mempertunjukan hasil tataannya kepada penonton, (Sal Murgiyanto, 2004: 68-
69). Hal itu sesungguhnya bukanlah sebuah ilmu yang cukup hanyak dikuasai
dengan dihafal, tetapi harus dikuasai lewat serangkaian latihan, percobaan dan
pengalaman di lapangan.
Tapi ini adalah tantangan bagi Gondo, maka ia pun sangat memperhatikan
segala hal yang menjadi dasar dalam menciptakan karya. Mulai dari ia mencari
inspirasi dari hal yang sedang booming saat itu, saran dari rekan-rekannya,
inspirasi dari gurunya, dan daya kreativitasnya. Semua yang ia fikirkan, ia ramu
menjadi satu dan tertuang pada karyanya yang ia ciptakan pada saat itu. Pada saat
itu musik hip hop, beat box dan gaya modern dance masih hits di dunia hiburan,
63
Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maka Gondo membuat suatu koreo yang menampilkan perpaduan dari semua
aspek itu dan tentu saja tidak ketinggalan ia memasukan gaya robotic yang
menjadi ciri khasnya. Terbukti, karya yang ia ciptakan untuk dibawakan oleh
Sandrina membawanya menjadi juara pertama dalam acara tersebut, hal itupun
membuat nama Gondo sebagai koreografer etnik kreatif semakin dikenal
profesional. Terlihat pada karya Gondo selanjutnya yaitu tari Jaipong Alewoh.
Tari Jaipong ini menarik, karena geraknya yang enerjik dan cenderung simetris
dengan penggunaan tenaga yang kuat dan ditambah lagi dengan pola formasi yang
rumit dan pengolahan level yang beragam, benar-benar mengundang decak kagum
yang melihatnya. Pada karya Gondo sebelumnya, Gerak dengan penggunaan
tenaga yang kuatpun tetap diberi kesan feminim misalnya dengan galieur
setelahnya, atau gerak lambat dan mengalun setelah gerak cepat dan bertenaga.
Pada tari Jaipong yang berdurasi sekitar 7 menit ini, dari awal hingga akhir
tariannya, gerak benar-benar didominasi oleh gerakan yang cepat, kompleks,
rumit, bertenaga dan simetris, ruang gerakannya luas, level yang digunakan amat
beragam, pola lantainyapun amat banyak. Penggunaan gerak paping dan robotic
pun amat banyak ragamnya dalam tarian ini. Tari Jaipong Alewoh ini pernah
meraih juara pertama dalam acara Lawung Motekar yang diselenggarakan di
Taman Budaya Bandung.
Foto 3.17
Tari Jaipong Alewoh
(Dokumentasi Gondo, 2012)