bab iii peranan ippi dalam menyebarkan gagasan … · menurut m. tabrani, seorang wartawan dan...

30
42 BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN NASIONALISME MELALUI PERS Perkembangan dan perjalanan pers di Indonesia yang senantiasa mengalami pasang surut perubahan tentunya menuntut adanya penjelasan “background” sejarah media itu sendiri. Menurut Edward C. Smith dalam Pembreidelan Pers di Indonesia, peran media sebagai alat perjuangan di dalam revolusi kemerdekaan telah menjadikan hal ini sebagai pengalaman dan menjadi latar belakang kepribadian pers Indonesia. Dengan demikian nama pers perjuangan pada dasarnya harus dapat diterapkan sebagai media policy/kebijakan media bagi setiap penerbitan di Indonesia, tidak hanya pada masa revolusi perjuangan Indonesia, tetapi juga diterapkan pada masa- masa selanjutnya. 1 Pers di Indonesia merupakan alat perjuangan bangsa yang dapat menjamin kemerdekaan nasional yang bukan merupakan kata-kata kosong belaka, tetapi kemerdekaan nasional yang meliputi “the freedom to be free” agar dapat membentuk struktur kemasyarakatan dan mencerminkan keadilan sosial dan perdamaian abadi. 2 1 Edward C. Smith., Sejarah Pembreidelan Pers di Indonesia, (Jakarta: Grafiti, 1983), hlm. 44. 2 I. Taufik., Sejarah Dan Perkembangan Pers Di Indonesia, (Jakarta: P.T. Triyinco, 1997), hlm. 15.

Upload: tranque

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

42

42

BAB III

PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN

GAGASAN NASIONALISME MELALUI PERS

Perkembangan dan perjalanan pers di Indonesia yang senantiasa mengalami

pasang surut perubahan tentunya menuntut adanya penjelasan “background” sejarah

media itu sendiri. Menurut Edward C. Smith dalam Pembreidelan Pers di Indonesia,

peran media sebagai alat perjuangan di dalam revolusi kemerdekaan telah menjadikan

hal ini sebagai pengalaman dan menjadi latar belakang kepribadian pers Indonesia.

Dengan demikian nama pers perjuangan pada dasarnya harus dapat diterapkan

sebagai media policy/kebijakan media bagi setiap penerbitan di Indonesia, tidak

hanya pada masa revolusi perjuangan Indonesia, tetapi juga diterapkan pada masa-

masa selanjutnya.1 Pers di Indonesia merupakan alat perjuangan bangsa yang dapat

menjamin kemerdekaan nasional yang bukan merupakan kata-kata kosong belaka,

tetapi kemerdekaan nasional yang meliputi “the freedom to be free” agar dapat

membentuk struktur kemasyarakatan dan mencerminkan keadilan sosial dan

perdamaian abadi.2

1 Edward C. Smith., Sejarah Pembreidelan Pers di Indonesia, (Jakarta:

Grafiti, 1983), hlm. 44. 2 I. Taufik., Sejarah Dan Perkembangan Pers Di Indonesia, (Jakarta: P.T.

Triyinco, 1997), hlm. 15.

Page 2: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

43

Pers memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia dan sebagai alat yang tidak

mengenal kompromi dengan sistem yang bertentangan dengan cita-cita nasional,

selain itu pers juga sebagai senjata mental bagi bangsa Indonesia dan alat

pembangunan untuk ke arah tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Semakin tajam

pers Indonesia sebagai alat pembangunan, maka semakin cepat pula tercapainya

masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pers pada masa perjuangan pergerakan

nasional, telah menampakkan keterlibatannya sebagai media komunikasi. Pers

cenderung menjadi alat perjuangan dari kaum pergerakan, sehingga tidak berlebihan

bila dikatakan bahwa pers nasional merupakan bagian tak terpisahkan dari perjuangan

pergerakan nasional karena sesungguhnya pers merupakan bagian dari perjuangan itu.

Menurut Syamsul Basri bahwa pers dan wartawan dengan tulisan dan sepak

terjangnya waktu itu, berusaha menggalang dan membangkitkan kesadaran

masyarakat untuk bercita-cita memerdekakan Indonesia dari penjajah.3

Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan

karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional dalam arti seluas-

luasnya dan kedua, menjadi pendukung gagasan kemerdekaan, namun harus

berpendapat luas dalam mengolah peristiwa dan fakta yang di dalam masyarakat

selalu terdapat perbedaan, ketiga; tenggang menenggang.4 Bung Karno ketika

memberikan kata sambutan pada hari ulang tahun koran “Sipatahoenan” yang ke-10

di tahun 1933, mengatakan bahwa tiada perjuangan kemerdekaan secara modern yang

3 Syamsul Basri., Pers dan Wartawan Sebagai Pembangkit Kesadaran

Bangsa Melawan Penjajah, (Jakarta: Deppen RI, 1987), hlm. 28. 4 Tabrani., Pers Nasional Sebagai Bagian dari Masyarakat yang Berjuang

Mencapai Kemerdekaan. (Jakarta: Deppen RI, 1987), hlm. 39-40.

42

Page 3: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

44

tidak perlu memakai penyuluhan, propaganda dan agitasi dengan pers.5 Pengakuan

semacam ini diungkap pula oleh Muhammad Hatta sewaktu membina koran PNI

Baru, “Daulat Rakjat”, yakni:

“Memang majalah gunanya untuk menambah pengetahuan, menambah

pengertian dan menambah keinsyafan. Dan bertambah insyaf kaum pergerakan akan

kewajiban dan makna bergerak, bertambah tahu kita mencari jalan bergerak. Sebab

itu majalah menjadi pemimpin pada tempatnya. Dan anggota-anggota pergerakan

yang mau memenuhi kewajibannya dalam perjuangan tidak dapat terpisah dari

majalahnya”.6

Pengakuan yang diungkapkan tersebut memberi gambaran akan pentingnya

peranan pers dalam perjuangan pergerakan nasional. Peranan pers nasional sebagai

alat perjuangan dengan orientasinya yang mendukung perjuangan pergerakan

nasional telah mengambil bagian penting dari episode perjuangan dalam upaya

mencapai kemerdekaan. Di samping sebagai wadah di mana ide-ide dan aspirasi

organisasi disuarakan, juga telah berperan dalam menyadarkan dan membangkitkan

semangat persatuan dan kesatuan yang kemudian menjadi senjata ampuh melawan

politik pecah belah Belanda.

A. Kondisi Pers Nasional Pasca Kemerdekaan 1945-1948

Pada awal sejarahnya, pers di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang

berhubungan dengan keadaan masyarakat, politik, dan budaya. Sejarah pertumbuhan

pers di Indonesia mencerminkan struktur masyarakat yang majemuk, dengan adanya

golongan penduduk yang terpisah satu sama lain, seperti penduduk Belanda, China,

5 Ibid., hlm. VI. 6 Mohammad Hatta., Memoir, (Jakarta: Tintamas, 1979), hlm. 329.

Page 4: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

45

Arab, dan India. Penduduk Indonesia sendiri pada zaman kolonial berada dalam

batas-batas hidup kesukuan. Dengan itu maka bahasa yang dipakai pun berbeda, dan

pers dipakai sebagai media pemberitaan dan pendapat yang berbeda pula, dan tidak

jarang merupakan suara pendukung berbagai ideologi.

Tempat terbit dan penyebaran surat kabar Belanda hanya terbatas pada kota-

kota besar yang penting bagi administrasi maupun sebagai pusat perdagangan

perusahaan-perusahaan Belanda. Pada awal abad ke dua puluh beberapa pers Belanda

mewakili orientasi politik tertentu, yang walaupun ada perbedaan, namun bercorak

mempertahankan kolonial di Indonesia.7 Isi dari pers Belanda sendiri sudah tentu

berorientasi ke Eropa dan kepentingan Eropa, serta menutup mata bagi keadaan dan

kepentingan Indonesia, bahkan untuk mengetahui apa yang terdapat dalam pers

masyarakat Indonesia saja dirasa tidak perlu, kecuali Bataviaasch Nieuwsblad dan De

Locomotief, pada umumnya corak pers mereka dapat disebut sebagai pers kolonial.

Dengan ciri pers Belanda yaitu dengan sistem rasial, apabila suatu media

masa yang dapat membuka kemungkinan untuk mengeluarkan pendapat umum

terhadap kebijaksanaan pemerintah maka tidak akan mendapatkan izin terbit. Namun

sejak berlakunya ketentuan Liberalisasi, khusunya keputusan penguasa untuk

menghapuskan pra sensor sebelum mulai tahun 1906, wartawan Indonesia

mempunyai peluang untuk menerbitkan surat kabar sendiri. Liberalisasi di negara

jajahan tentu mengandung kontradiksi-kontradiksi pasal-pasal karet dalam undang-

7 Abdurrachman Surjomihardjo., Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers,

(Jakarta: Kompas, 2002), hlm. 34.

Page 5: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

46

undang yang masih diberlakukan, bahkan pers breidel ordonantie tahun 1931 tetap

merupakan senjata pengekangan dan penindasan.

Puncak dari politik pemerintah terhadap kebijaksanaan pers adalah ketika

disahkannya peraturan dan pemberangusan pers pada tanggal 7 September 1931.

Dalam pasal 1, disebutkan bahwa pers breidel ordonantie atau pemberangusan pers

merupakan hak Gubernur Jendral untuk melarang terbit penerbitan tertentu yang

dinilainya bisa mengganggu ketertiban umum, sedangkan dalam pasal 2 disebutkan

adanya pelarangan percetakan, penerbitan dan penyebaran sebuah surat kabar paling

lama delapan hari, tetapi jika sesudah terbit surat kabar yang bersangkutan dinilai

mengganggu lagi ketertiban umum, maka larangan terbit bisa menjadi lebih lama,

meskipun tidak terbit lebih lama dari tiga puluh hari berturut-turut. Dari pasal-pasal

peraturan yang ada pada masa pemerintahan Belanda, jelas sangat menyempitkan

ruang gerak setiap gerakan pers yang berada di luar kepentingan kolonial. Tidak

seperti di zaman kekuasaan Belanda, pers di zaman penguasa militer Jepang banyak

sekali menguntungkan bangsa Indonesia, disamping ada juga faktor-faktor

penekanan.

Zaman pemerintahan militer Jepang, sarana publikasi dan komunikasi diatur

dengan undang-undang nomor 16 yang dikeluarkan oleh penguasa Jawa dan Madura.

Dua segi yang menonjol dari undang-undang ini ialah sistem izin terbit dan sensor

preventif. Dalam pasal 1 disebutkan, bahwa semua barang cetakan harus memiliki

izin terbit dan izin publikasi. Pasal 2 menyebutkan, bahwa penerbitan yang

sebelumnya memusuhi Jepang dilarang untuk meneruskan penerbitan. Adapun

mengenai sensor preventif ditegaskan dalam pasal 4 yang menyatakan semua barang

Page 6: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

47

cetakan, sebelum diedarkan harus melewati bagian sensor Bala Tentara Jepang.

Ketegasan Jepang dalam peraturan persnya terasa sekali dengan ditempatkannya Shi

Doo In (penasehat) dalam staf redaksi setiap surat kabar, yang bertugas untuk

melakukan kontrol langsung terhadap setiap terbitan sebuah surat kabar, bahkan

sering para penasehat tersebut menulis sendiri artikel-artikel dengan menggunakan

anggota redaksi. Untuk mengelola penerbitan surat kabar tersebut pemerintah Jepang

mendirikan Jawa Shinbun Kai, yang merupakan serikat Persurat-kabaran di bawah

pemerintah militer. Pengaturan kehidupan pers oleh pemerintah Jepang sudah barang

tentu menyempitkan kedudukan pers sebagai sarana informasi kepada umum, namun

tak dapat disangkal bahwa juga memberi sumbangan berharga bagi perjuangan

kemerdekaan dan pertumbuhan pers Indonesia setelah kemerdekaan.

Dapat dicatat bahwa larangan terhadap penggunaan bahasa Belanda

meratakan penggunaan bahasa Indonesia ke seluruh pelosok Indonesia untuk menarik

simpati rakyat Indonesia. Hal tersebut diperhebat pada masa penguasa Jepang

sehingga orang-orang Indonesia sendiri mendapat latihan mengenai berbagai aspek

pengelolaan pers dan menduduki posisi pada semua tingkat yang bertanggung jawab.8

Zaman pendudukan Jepang mendorong perubahan masyarakat dengan membuka

jabatan-jabatan baru bagi bangsa Indonesia, yang pada zaman kolonial Belanda tidak

terjadi. Pada saat Jepang kalah perang dan bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah siap dengan

berbagai jabatan yang diperlukan dalam menyusun kemerdekaan.

8 Ibid., hlm. 86.

Page 7: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

48

Pers Indonesia sebagian tergantung kehidupannya pada situasi dan kondisi di

zaman Jepang, terutama sekali karena keterbatasan sarana seperti kertas dan mesin

cetak. Akibat dipindah-pindahkan menurut kemauan siasat Jepang, tetapi di mana

dahulu terbit surat kabar-surat kabar Jepang, di situ terbit surat kabar Republik.9

Demikian pula halnya dengan yang terjadi di beberapa daerah, baik itu mengenai

motifnya maupun tujuan dari setiap surat kabar yang ada, tidak akan terlepas dari

sejarah pertumbuhan persurat-kabaran, masyarakat, situasi dan kondisi saat itu. Surat

kabar sebagai salah satu media massa mempunyai peranan penting dan kedudukan

tersendiri di tengah-tengah masyarakat, terutama pada masa revolusi fisik. Walaupun

disadari bahwa baru kalangan tertentu dan sebagian kecil dari masyarakat yang

membeli surat kabar pada waktu itu, sehingga dapat dikatakan bahwa surat kabar

masih merupakan barang langka. Apabila dibandingkan dengan bentuk-bentuk media

massa lainnya maka surat kabar merupakan sarana komunikasi massa yang paling

murah dan mudah dijangkau masyarakat pada umumnya.

Mengingat kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari memerlukan

alat untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, maka pada masa revolusi fisik,

sarana komunikasi massa yang berupa surat kabar ini menduduki posisi yang amat

penting bagi perjuangan. Surat kabar pada waktu itu merupakan penyampai semangat

dan pesan serta informasi kepada masyarakat dan pejuang. Fungsi yang amat penting

adalah sebagai pelopor dan pembangkit semangat perjuangan, tetapi surat kabar juga

9 Sumanang, Beberapa Soal Tentang Pers dan Jurnalistik. (Jakarta: Balai

Pustaka, 1952), hlm. 24.

Page 8: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

49

merupakan alat kontrol sosial, mengadakan kontrol, dan membina para pejuang untuk

tetap teguh pada pendirian di dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

1. Kondisi Surat Kabar Pasca Kemerdekaan

Awal berdirinya surat kabar-surat kabar pada masa kemerdekaan masih

sederhana dalam bentuk dan sistem pengelolaannya. Bentuk perusahaan pada waktu

itu belum berdasarkan peraturan badan hukum, melainkan hanya semacam bentuk

gotong royong, saling percaya, kerja sama atas dasar kepentingan perjuangan, tidak

terikat oleh suatu peraturan badan hukum. Pada masa revolusi fisik untuk mendirikan

surat kabar yang terpenting adalah memiliki idealisme dan agak mengesampingkan

segi ekonomis. Untuk mempertahankan idealismenya tidak jarang seorang pemimpin

perusahaan harus berkorban materi, akibatnya tidak jarang surat kabar atau majalah

hanya mampu bertahan beberapa bulan bahkan hanya beberapa kali terbit. Tidak

mampu bertahannya suatu surat kabar atau majalah juga disebabkan oleh masalah

teknis seperti sulitnya kebutuhan pokok seperti tinta, kertas, mesin cetak dan lain-

lain, selain itu tidak terlepas dari kondisi masyarakatnya, kebudayaan maupun politik.

Para karyawan surat kabar pada masa itu bekerja atas dasar perjuangan demi

kemerdekaan, tetapi walaupun demikian tidak berarti pihak penerbit tidak

memperhatikan kesejahteraan karyawan. Bagi karyawan sendiri pada prinsipnya yang

penting surat kabar dapat terbit, soal gaji tidak jadi masalah. Apalagi yang menjadi

wartawan perang, keduanya mempunyai sikap yang sama yaitu bekerja untuk

kemerdekaan Republik Indonesia.

Page 9: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

50

Mengenai keadaan dan bentuk persurat-kabaran pada masa itu masih sangat

sederhana. Kebanyakan menggunakan kertas merang yang ukuran maupun tebal

tipisnya tidak sama, di satu sisi licin dan halus yang lain kasar dan tidak rata. Terdiri

dari dua halaman yang masing-masing surat kabar lebarnya tidak sama, kebanyakan

setengah lembar koran sekarang. Mengenai masalah pengerjaan surat kabar dari

proses pencarian berita hingga penyajiannya, para karyawan pers pada masa itu tidak

terpancang kepada tugas dan posisinya dalam perusahaan pers, tetapi mereka saling

membantu tanpa memandang posisi dan tugasnya.

2. Peranan Ikatan Pelajar Indonesia di Bidang Pers

Para pemuda, pelajar dan mahasiswa menghimpun tenaga dan kekuatan untuk

berjuang dalam bidang media masa yang memiliki kekuatan untuk mendorong

semangat perjuangan seluruh komponen elemen rakyat Indonesia untuk meraih

kemerdekaannya sendiri dan mampu memberi tekanan pada pihak penjajah terutama

terhadap NICA-Belanda yang berusaha menduduki kembali Pemerintahan Indonesia

pada tanggal 29 September 1945.10

Beberapa cabang dari Ikatan Pelajar Indonesia menerbitkan organnya masing-

masing, pada saat itu segala sesuatunya dikerjakan dengan tekad tanpa pamrih dan

semua ditunjukan untuk perjuangan kemerdekaan. Para penyelenggara berstatuskan

masih pelajar, disamping giat dan aktif dalam organisasi, menulis artikel majalah

masing-masing dan menghadiri konferensi pers yang diadakan oleh Kementerian

10 Slamet Muljana., Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai

Kemerdekaan Jilid II, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2008), hlm. 54.

Page 10: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

51

Penerangan atau ormas-ormas, mereka tetap terkena kewajiban masuk sekolah dan

tetap harus mengikuti ulangan umum untuk kenaikan kelas ataupun ujian

penghabisan sekolah. Selain tetap harus wajib belajar dan bersekolah, pembagian

kerja di kantor pun diatur sebaik-baiknya dan di jadwal secara bergiliran. Ada yang

datang pada saat pagi hari dan adapula yang bekerja di sore hari. Demikian pula tata

usahanya telah diatur dari mulai mengambil majalah dari percetakan, menulis alamat

para pelanggan, mengurus pembukuan dan ekspedisi sampai pengiriman ke kantor

pos mereka lakukan sendiri. Semua itu tanpa adanya honor, mereka juga tidak

menjagakan bantuan dari pihak lain karena mereka melakukannya dengan sistem

gotong royong, percaya kepada diri sendiri dan ikhlas tanpa pamrih.

Penyerbuan Belanda ke wilayah de facto RI menghentikan semua kegiatan

penerbitan secara legaal. Para pemuda, pelajar dan mahasiswa tetap terus berjuang di

luar kota dan tidak sedikit pula yang bersikap pasif dengan Belanda. Pelajar dan

pemuda yang berjuang ke luar kota sebagian tergabung dalam Tentara Pelajar

ataupun yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan gerilya. Setelah kedaulatan RI

diakui Belanda para pemuda yang semula ada di luar kota dan berjuang di hutan-

hutan kembali ke kota untuk meneruskan belajar dan kembali aktif menuntut ilmu di

sekolah atau diperguruan tinggi masing-masing.11 Selama itu nampak tidak banyak

organ yang ditebitkan oleh para pelajar dan mahasiswa ini dikarenakan mereka

mengejar ketinggalan yang selama ini mereka tinggalkan pada saat berada di daaerah

pedalaman.

11 Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Notosusanto., Sejarah

Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 272.

Page 11: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

52

a. Pelita Zaman

Ikatan Pemuda Indonesia di Jawa Timur yang berpusat di Mojokerto

menerbitkan majalah Pelita Zaman dengan dipimpin oleh Mohammad Icksan dan

mengenai isinya dipercayakan kepada Dachlan dan Sujati. Pelita Zaman

menyuarakan mengenai bahasa Indonesia yang dinilai sebagai bahasa persatuan dan

perjuangan yang harus diterapkan dan memiliki kedudukan yang sangat penting.

Editorial Tjamboek pada tanggal 20 Januari 1946 menunjukkan para pemimpin yang

berusaha menerapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang penting meski dibawah

pemerintahan Belanda, berita-beritanya antara lain:

Editorial Tjamboek pada tanggal 20 Januari 1946 :

Bahasa Indonesia, Bahasa Persatoean Dan Perdjoeangan

“Perkataan Bahasa Melajoe diganti dengan perkataan Bahasa Indonesia,

Soenggoeh soeatoe tindakan jang sekali goes mereboet hati kita. Bertahoen-

tahoen dalam zaman pemerintahan Hindia-Belanda dahoeloe kita

perdjoeangkan soal bahasa Indonesia itoe. Para pemimpin tidak berhenti-

berhentinja beroesaha soepaja bahasa Indonesia itoe diakoei oleh pemerintah

ketika itoe tetapi tersia-sia belaka, betapa djoega hebatnja perdjoeangan

diloear dan didalam badan perwakilan seperti Volksraad, Provinciale Raad

dan Stadsgemeenteraad.

Tentang kedoedoekan bahasa Indonesia sebagai bahasa perdjoeangan, koerang

sekali didapati penerangan. Angkatan moedalah jang telah banjak berdjasa

dalam hal ini. Jaitoe beroepa soempahnja, bahwa kita bertanah air satoe;

bangsa Indonesia; berbahasa satoe, bahasa Indonesia. Soempah angkatan

moeda ini meloeas mendjadi soempah seloeroeh bangsa Indonesia. Ini

memang tidak bisa lain karena kalau kita berdjoeang oentoek mentjapai

Indonesia Merdeka, dengan sendirinja tanah air kita itoe haroes bernama

Indonesia, bangsa kita bergelar bangsa Indonesia. Amat djanggallah djika

misalja tanah air dan bangsa bertjap Indonesia. Sedang bahasanja bahasa

Melajoe atau bahasa Djawa misalnja. Poen sebaliknja, djanggal poela biamana

bangsa dan bahasa diseboetkan Indonesia, tetapi tanah air dinamakan Djawa

atau Soematera. Djadi teranglah, bahwa bahasa Indonesia itoe boekan hanja

bahasa persatoean. Tetapi, djoega bahasa perdjoeangan menoedjoe Indonesia

merdeka jang boelat, jang tidak terpetjah-petjah, ibaratkan Indonesia merdeka

Page 12: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

53

itoe sapoe lidi. Maka bahasa Indonesia itoe adalah tali jang mengikatnja

poeloehan lidi itoe mendjadi satoe…”.12

Berita di atas, memuat mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang sangat

penting bagi bangsa Indonesia, kaena bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan

tanah air Indonesia. Selain bahasa persatuan, sebagai bahasa perjuangan menuju

Indonesia merdeka dan bertujuan untuk mengusir kaum penjajah. Pada tanggal 15

November 1946 ditandatangani Perjanjian Linggarjati, Belanda menyerang

Mojokerto dan semua penerbitan yang ada di Mojokerto termasuk Pelita Zaman

menjadi kacau dan pemuda pelajar yang menanganinya harus mengungsi dan

meneruskan perjuangan di tempat yang baru.13

b. Pemuda Merdeka

Selain Pelita Zaman, IPI cabang Kediri memiliki majalah bernama Pemuda

Merdeka dan dipimpin oleh Moerdjimin seorang pelajar Taman Guru Taman Siswa

Kediri. Tetapi Moerdjimin gugur ditembak Belanda ketika naik rakit hendak

menyeberangi Sungai Brantas untuk kembali ke kotanya Nganjuk dengan

melaksanakan tugas organisasinya di sana. Selain Moerdjimin kedua temannya

anggota redaksi Sanyoto Padmodimulyo dan Pranata Sastrosuprapto yang juga pelajar

Taman Siswa juga terkena tembakan Belanda dan tenggelam hanyut di Sungai

Brantas. Pemuda Merdeka banyak menyuarakan informasi mengenai perjuangan

bagi seluruh pemuda di Indonesia dan jalannya usaha mempertahankan kemerdekaan

baik itu pemberitaan mengenai jalannya berperang melawan imperialisme Belanda,

12 Pelita Zaman, 20 Januari 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional 13 Rushdy Hoesein., Terobosan Sukarno Dalam Perundingan Linggarjati,

(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 6.

Page 13: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

54

maupun dampak dari pertempuran antara pemuda Indonesia dan Belanda. Seperti

yang diterangkan oleh tulisan Trisula menerangkan keadaan para wanita, anak-anak

dan kaum laki-laki yang dirampas hak dan diperbudak oleh tentara-tentara Belanda.

Selain itu, perjuangan pemuda dalam menghadapi dan memperjuangkan

kemerdekaannya tulisan-tulisannya antara lain :

Editorial Suryo Timur 15 Djoeli 1946 :

PEMOEDA

“Banjak sedikitnja kita semoea soedah tahoe tentang perang Diponegoro.

Oleh sebab itoe, soedah bisalah membajangkan bagaimana keadaan

masjarakat dikala itoe. Bisa poela membajangkan bagaimana hidoep dimasa

itoe. Sebeloem perang disana-sini, dipermoekaan Noesantara kita ini, kaki

imperialisme Belanda mengindjak-indjak semaoe-maoenja. Sesoedah perang,

sampai kepada zaman baroe ini kaki imperialisme Belanda jang mengindjak

itoe diperkoeat. Teroetama oleh tangan-tangan berkoekoe tadjam jang hebat

menjengkeram. Tangan-tangan imperialisme Amerika-Inggris kalau sedikit

sadja Indonesia kita ini bergerak makin berloemoeran darahlah loeka-loeka

tjengkeraman imperialis itoe. Selama berperang, desa-desa dibakar, pertanian

diroesakkan, ternak dirampas, perempoean dan kanak-kanak ditangkap. Laki-

laki dipaksa bekerdja mendirikan benteng-benteng moesoeh. Diboenoeh mati

sesoeka hatinja. Hanja mereka jang toeroet berperang sadja jang hindar dari

keboeasan ini. Mereka jang toeroet berperang sadja menikmatkan bahagia

merdeka!. Mereka jang toeroet berperang djoega jang diloehoerkan selama-

lamanja!.

Dalam membajangkan semoea ini sekarang, kiranja tidak berlebih-lebih kalau

dikatakan: tiap temboesan peloeroe lawan jang menoempahkan darah nenek

mojang kita, tiap djerit wanita dan kanak-kanak jang disiksa, tiap adoeh

manoesia jang dibakar roemahnja, dirampas ternaknja, dipaksa bekerdja

dengan semena-mena. Dan memangnjalah, semoeanja itoe pasti akan berlakoe

kembali kalau kaki imperalis itoe mengindjak tanah air kita ini kembali. Oleh

sebab itoe, disaat moesoeh itoe mendekat-dekat hendak mengindjakkan kaki

diboemi kita lagi, kita mesti soedah mempoenjai sikap dan terlahirkan sebagai

bangsa jang baroe”.14

Pemuda Merdeka kemudian digabung dengan majalah Pelajar Pejuang

dengan berganti nama Patria pada tanggal 10 Juli 1946 dengan dipimpin redaksinya

14 Peladjar Merdeka, 15 Djoeli 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

Page 14: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

55

oleh Soetomo dari Sekolah Guru Laki-Laki Blitar dan di kemudian hari di kenal

dengan Vifa Soetomo.

c. Patria

Patria sering menerbitkan mengenai penyampaian ide, misi dan perjuangan

melawan penjajahan Belanda. Selain itu, Patria juga menggambarkan mengenai

perjuangan Pemuda pelajar. Pada Patria edisi No. 5 tertanggal 25 Oktober 1946

menerbitkan artikel berjudul “Pemoeda Dan Kemadjoean Bangsa”, antara lain:

“Peladjar penting oentoek masa pembangoenan, salah soeatoe kewadjiban

jang amat penting bagi pemoeda dan pemoedi bangsa kita ialah keberanian,

bahwa merekalah pemangkoe nasib bangsa. Kepada para pemoeda

pemoedilah harapan bangsa ditoedjoekan. Dari mereka diharap sifat dinamis

(gerak) jang dapat meroebah keadaan jang pintjang, meroebah keadaan

setjepat-tjepatnja. Rasa kebangsaan, rasa satoe dengan bangsanja, rasa tjinta

pada tanah air adalah salah satoe hal yang perloe oentoek menggelorakan

djiwanja dan membakar semangat perdjoeangannja. Haroes poela pemoeda

kita siap oentoek bertempoer dengan moesoeh djika tanah air terantjam.

Kaoem pemoedi dalam oesaha dan persiapan haroes tahoe menempatkan

dirinja pada tempat-tempat jang lowong karena ditinggalkan pemoeda

kemedan perang, jang dapat diganti dengan tenaga pemoedi dan disitoelah

lapangan oentoek mentjoerahkan tenaganja dan memenoehi djandjinya.”.15

Artikel ini menyebutkan para pelajar memiliki rasa berjuang untuk

mempertahankan bangsa Indonesia. Pemuda pelajar adalah harapan untuk merubah

dan menentang kaum penjajah. Perjuangan pemuda adalah perjuangan rakyat, para

pemuda harus menjadi paling depan dalam menghadapi ancaman pihak luar. Selain

itu, Patria menerbitkan sajak dari Usmar Ismail yang memiliki makna menceritakan

kekecewaan rakyat yang telah tertipu oleh penjajah dan rakyat masih memiliki

15 Patria, 25 Oktober 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

Page 15: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

56

harapan akan kemerdekaan. Sajak ini diterbitkan pada tanggal 25 September 1946,

seperti berikut ini :

Tjaja Merdeka Kepada Tanah Airkoe.

Sekali akoe terbangoen dalam tjerkammoe,

Dari dalam djoerang jang gelap-hitam

Kau renggoet akoe hingga akar-djiwakoe,

Kau angkat akoe memboeboeng

Menatap wadjah Soeria Merdeka…

Boeta akoe disorot ni’mat sinar gemilang,

Diseret hanjoet gelora aroesmoe,

Kemoedian kau lemparkan dakoe

Kepantai tindakan njata!

Telah kau remoek akoe,

Bersatoe padoe dengan sinarmoe,

Ta’ moengkin akoe’kan soeroet lagi

Sampai lipoer tjajamoe dalam matikoe…

Akan mengemboes angin dari tepi koeboerkoe setiap pendjoeroe,

Membawa ni’mat Tjaja Merdeka…

Dan soedjoedlah akoe dihadirat Toehankoe menoenggoe.16

Patria berkantor di Mojokerto tetapi di cetak di Kediri dan bila percetakan

telah selesai, majalah diikat menjadi satu dan di angkut dengan kereta api ke

Mojokerto ke rumah Mas Isman komandan TRIP Jawa Timur yang sekaligus di

jadikan kantor majalah tersebut.

d. Obor

Ikatan Pelajar Indonesia juga menerbitkan majalah dengan nama Obor yang

berarti Suluh di Blitar yang di kenal sebagai Kota Pelajar. Terbit dalam Bahasa Jawa

dimaksudkan untuk memberi penerangan kepada rakyat pedesaan yang memang

16 Patria, 25 September 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

Page 16: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

57

belum begitu paham dengan Bahasa Indonesia.17 Pemimpin Redaksi Obor adalah

Masroeroen di bantu oleh Siti Sudarmani, keduannya adalah pelajar SGL dan SGP

setempat. Bentuk majalah ini sangat sederhana dan terkadang menggunakan kertas

merang, ukurannya pun disesuaikan dengan kemampuan percetakan yang ada di Kota

Blitar masa itu. Namun yang terpenting adalah isinya yang sungguh bermanfaat bagi

para rakyat pedesaan terutama bagi perjuangan bangsa dan tetap menggalang

persatuan seluruh bangsa Indonesia. Berlawanan sekali dengan penerbitan pihak

Belanda yang meskipun menggunakan bahasa Indonesia tetapi isinya mengajak

kealam penjajahan kembali, seperti media masa yang diterbitkan atas prakasa Dinas

Penerangan Belanda “Regeerings Voorlichttings Dients”. Beberapa media Belanda

tersebut seperti: Warta Indonesia (Jakarta), De Courant (Bandung) dan Het Dagblaad

voor Sumatera (Medan).

e. Soeara Moeda

Kemudian disusul Soeara Moeda yang diterbitkan oleh Ikatan Pelajar

Indonesia daerah Surakarta mula-mula terbit secara mingguan kemudian diterbitkan

tiga kali seminggu dan merupakan penerbitan IPI yang bertahan paling lama. Soeara

Moeda mula-mula berbentuk lembaran kemudian berbentuk majalah dan nomor

penerbitan perdananya terbit pada 1 November 1945. Soeara Moeda berkantor di Jl.

Purwosari 314-316 Solo dan harga langganan untuk 3 bulan adalah F1 5.25;

sedangkan untuk eceran seharga F1 0.30 atau tiga puluh sen. Dicantumkan sebagai

penyelenggara Boestami dan Idham sedangkan redaksinya Slamet Moeljono, Singgih,

17 Soebagijo., Sebelas Perintis Pers Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1976),

hlm. 81.

Page 17: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

58

Soeharto, Soekarto dan Soetikno dan sebagai Tata Usaha Rahoela, Toni Darto dan

Hartono.18

Pada waktu itu Soeara Moeda mempunyai rubrik “pojok” yang di beri nama

nDjomplang dengan penjaga pojok Srempet. Tiga minggu kemudian terjadi

perubahan susunan baik dalam bidang redaksi maupun tata usaha dan pembaharuan

redaksi di cantumkan nama-nama Soekarto, Soetikno, Moeljoto, Soetadi, Soeharto,

Moeljono, Singgih, Hartoko dan Soemantri, sedangkan tata usaha antara lain Seno,

Roesman dan Sri Tartani. Dalam sejarah pers Indonesia, Soeara Moeda merupakan

korban pertama dari Pemerintah Republik Indonesia yang terkena persbreidel atau di

batasi. Ini disebabkan penguasa setempat (Polisi Militer) Solo mempunyai penafsiran

bahwa Soeara Moeda dianggap mendukung pihak swa-praja tetapi sebenarnya ialah

anti swa-praja. Selain itu Soeara Moeda terbitan IPI Solo ini pula di catat sebagai

usaha pelajar pedalaman yang mengirimkan wartawannya untuk menyertai konferensi

pers dengan Letnan Gubernur Jenderal Van Mook yang mewakili Mahkota Belanda

di Indonesia pada masa itu.

f. Api Merdeka

Ikatan Pelajar Indonesia di Daerah Yogyakarta pun memiliki majalah bernama

Api Merdeka dan sebagai modal dalam menerbitkan majalah adalah kertas

pembungkus roti yang diperoleh dari sumbangan Komite Nasional Indonesia Daerah.

Api Merdeka baru menerbitkan dua nomor dan penerbitan di lanjutkan bersama

dengan PB IPI yang pada saat itu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta dan bermarkas di

Tugu Kulon 70.

18 Ibid., hlm. 85.

Page 18: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

59

Penyelenggara majalah Api Merdeka adalah sebagai berikut :

Pemimpin Umum : Achmad Dahlan Ranoewihardjo

Pemimpin Redaksi : Soebagijo Ilham Notodidjojo

Pemimpin Administrasi : Rikoesworo Dirdjokoesoemo

Anggota Redaksi : Abdoel Madjid H. Ibrahim, Djalioes Djalil,

Tjiptohardjono, Sartini dan Astoeti

Anggota Administrasi : Soedarsono, Soemarto, Soepomo, Soemardjan,

Indroharto, Siti Soemar, Soegijanti dan Soeharti.19

Api Merdeka mempunyai pengaruh sampai ke luar Jawa ini dikarenakan para

pelajar di Sumatra yang di ketuai Boestaman menerbitkan majalah dengan nama

Menyala, penerbitan ini di namakan dengan Menyala sebab agar Api Merdeka di

Yogyakarta agar selalu menyala terus di Sumatra. Contoh tulisan Tjinta Tanah Air

terbitan Api Merdeka pada tanggal 19 Agustus 1947 yang membuat semua rakyat

memiliki semangat yang terus menyala, berisikan :

“Djika sempit, wahai tanah airkoe, djika sempit boeat dirikoe lapanganmoe,

moga-moga langkahmoe akan bertambah lebar, lantaran pengorbanankoe.

Bilakah lantaran tjinta kepadamoe, akoe akan naik tiang gantoengan soepaja

sesoedahkoe hilang kelak bisa naik poela kekoersi mahtigai kemoeliaanmoe.

Kita semoea haroes beroesaha soepaja penglaksanaan perdjoeangan berhasil,

berbahagialah soeatoe tanah air jang poetera-poeteranja mentjintainja lebih

daripada tjinta kepada diri sendiri. Akan djajalah soeatoe bangsa, akan

sentausalah soeatoe masjarakat jang anggautanja siap sedia mentiadakan diri

sendiri, mengenjampingkan diri sendiri, goena kehormatan agama, bangsa dan

negara”.20

Suara yang tercermin dalam beritanya menunjukkan bahwa Api Merdeka

sangat berharap besar bagi para putra-putri Indonesia dalam melaksanakan

19 Susunan Lengkap Pengurus Majalah Api Merdeka, Tahun 1947. Koleksi

Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Susunan PB IPPI, No. 103. 20 Api Merdeka, 19 Agustus 1947, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

Page 19: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

60

perjuangan yang bertujuan untuk kehormatan agama, bangsa dan negara. Kehadiran

majalah Api Merdeka di Sumatra di bawa oleh pemuda yang di kirim oleh pemerintah

untuk mengadakan propaganda sekaligus menjadi penghubung antara pemerintah

pusat di Yogyakarta dengan Pemerintah RI di Pulau Perca tersebut. Peran media masa

terutama majalah sering memuat tulisan mengenai usaha mempertahankan

kemerdekaan disebabkan masa itu adalah masa di mana Indonesia sedang melakukan

usaha dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

B. Peranan IPPI di Bidang Pers Tahun 1948-1965

IPPI merupakan penyatuan dari organisasi SMI dan IPI yang lahir pada

tanggal 2 febuari 1948 melalui kongres pemuda ketiga di Yogyakarta. Penyatuan ini

dimaksudkan untuk menghimpun pengalaman dan kekuatan para pelajar dan

mahasiswa dalam sebuah wadah perjuangan. IPPI terus-menerus mempelopori usaha-

usaha mempertahankan dan mengobarkan semangat persatuan yang pada saat itu

Belanda masih berusaha untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Wujud perjuangan

IPPI sebagai sebuah organisasi pelopor perjuangan dari pemuda pelajar dalam

mempertahankan kemerdekaan indonesia antara lain melalui bidang pers. Seiring

dengan bangkitnya kesadaran nasional, pers telah dimanfaatkan sebagai sarana untuk

menyebarluaskan cita-cita mencapai Indonesia merdeka.21

21 Anwar Kurnia dan Moh. Suryana., Sejarah 2, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

2007), hlm. 27.

Page 20: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

61

1. Menyala

Pada masa pergerakan nasional, terbit surat kabar yang dikelola organisasi

IPPI di Sumatra menerbitkan majalah Menyala yang ke dua dengan nomor terbitan 25

Juni 1949 seharga Rp.50,- dan sampul bertuliskan: Diterbitkan IPPI Sumatra Tengah.

Pemimpin redaksinya adalah Sukardjo Wirjopranoto dan Adinegoro, majalah ini

berisikan mengobarkan semangat kemerdekaan, semangat Republik, semangat

pengabdian kepada negara dan bangsa. Seperti ditulis pada tanggal 30 Juni 1949 oleh

Poenggoek berisikan :

BOEAH PIKIRAN SEORANG PEMOEDA

“Bangsa kita, jaitoe bangsa Indonesia. Bangsa jang tidak merdeka, tjita-

tjitanja hanja satoe, dan paling penting, jaitoe Indonesia Merdeka. Ra’yat

Merdeka. Kemerdekaan itoe ada seperti satoe boeah jang bergantoeng di

pohon dan jang kita dapat petik kalau kita hendak menaik, hendak

mengeloerakan tenaga kita dan peloeh kita. Kalau berdiam dibawah pohon

itoe dan hanja melihat sadja tentoe kita tidak dapat boeah itoe. Kemerdekaan

itoe adalah soeatoe hak segenap rakyat, maka soedah seharoesnja soeatoe

ra’jat djadjahan mengorbankan harta bendanja, tenaga dan fikiran oentoek

mendapatkan kemerdekaan itoe jang telah moesna.

Djikalau kita menanja kenapa hanja orang asing sadja jang mempoenjai

gedong-gedong besar maka sebagai djawaban kita senantiasa dapat : salah

bangsa Indonesia Sendiri, tanah air kita adalah negeri jang kaja sendiri.

Walaupoen begitoe toch kita terhitoeng mahloek jang paling melarat. Segala

initiatief, kemaoean oentoek berdiri sendiri padam. Bagi pemoeda hidoep

sengsara boekanlah mendjadi soal lagi. Tidak banjak tempat pekerdjaan

karena masih hoetan. Sekarang soedah waktoenja kita membikin hoetan-

hoetan itoe mendjadi keboen-keboen. Sebab kita toch tidak akan selamanja

memboentoeti kaoem kapitalisten sadja”.22

Suara yang tercermin dalam petikan diatas menunjukkan dasar dan tujuan

berjuang untuk tetap tegaknya kemerdekaan Republik Indonesia, muatan tulisan

tersebut menunjukkan bahwa Menyala sangat bersemangat untuk menyadarkan

22 Menjala, 30 Juni 1949, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

Page 21: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

62

segenap rakyat bahwa bangsa Indonesia memiliki hak untuk merdeka dan

menyatukan tenaga dan pikiran untuk berjuang mendapatkan kemerdekaan. Buktinya

adalah tulisan-tulisannya yang selalu lantang dalam menyebarkan kesadaran dan

semangat bagi segenap rakyat Indonesia. Mengingat majalah ini diterbitkan di

pedalaman oleh sebab itu proses penerbitan dengan alat dan bahan seadanya dengan

menggunakan stensilan berukuran kwarto atau folio dan sebagai kop majalah di

bagian kiri di lukis burung hantu di atas buku dengan menggunakan tinta, pena dan

kertas di bagian kanan. Sedang di tengah ada gambar api menyala, sebagai

semboyannya di pilihlah Suara Pelajar Republik.

2. Gerinda

Selain majalah Menyala, pemuda pelajar juga menerbitkan Gerinda di

Semarang yang memuat tulisan yang bersifat politis. Kata Gerinda di ambil dari alat

yang di pakai untuk mempertajam pisau, gunting dan sebagainya. Pada saat itu

majalah Gerinda di resmikan di rumah Moh. Nugroho dan menerbitkan majalah

bersifat politis karena setelah pihak Belanda dengan pasukannya melalui harian Suluh

Rakyat berusaha menyebarkan paham federalis dan spontan membuat IPPI bergerak

melalui tajuk rencana di majalah Gerinda menentang paham federalis tersebut.

Susunan redaksi Gerinda antara lain Moh. Nugroho, V. Sugiono, Hartono, Abdullah

dan Poeji Rahajoe. Akibat perlawanan pemuda pelajar melalui media pers melawan

paham federalis, ketua IPPI yuwono di tangkap Belanda karena melakukan beberapa

kesalahan yaitu mengenai agitasi jangan masuk sekolah Belanda, propaganda RI

melalui majalah Gerinda dan menyebarkan pamflet gelap. Propaganda yang

dilakukan oleh para pemuda membahas mengenai memberikan semangat dan

Page 22: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

63

mengajak untuk bersatu melawan Belanda terutama memberi gambaran dalam

perang gerilya yang pernah terjadi pada tanggal 25 November 1828, seperti tulisan

yang berjudul Merdeka Atau Mati diterbitkan oleh Gerinda pada tanggal 17

September 1948 berisikan tentang :

“Oleh Karena itoe, dengan bersaksi kepada Toehan Jang Maha Esa, kami

tetap berdiri tegak atas ketegoehan hati teroes meneroes berdjoeang oentoek

mentjapai kemenangan achir dan Indonesiaa Merdeka. Kami memperhebat

segala tenaga oentoek mendorongkan rakjat agar seloeroeh djiwanja dilipoeti

oleh keinginan memiliki Indonesia Merdeka dengan semangat pertempoeran

joega. Berkobar-kobar laksana api jang. Membakar berjala-njala penoeh

dengan keichlasan mengatasi segala kesoekaran dan pengoerbanan,

walaupoen akan menghadapi maoet. Kita dengan ketegoehan bathin dan

ketetapan hati teroes-meneroes berdjoeang dengan sembojan : “Merdeka Atau

Mati!”.

Dan betapa akibatnja penjerangan Goerila dari tentara Diponegoro itoe dapat

kita lihat dalam soerat pelapor Ledel kepada Goepenoer Djenderal De Kock

tertanggal Tegalweroe, 25 Nopember 1828 No.338, jang berboenji:

“Kita kira, oentoek mendoedoeki daerah sini (Tegalwero) kita haroes

memboetoehkan riboe militer lengkap-koeat dengan sendjata api, sedang

tentara tamtama jang ada disekitar goenoeng itoe hanja terdiri atas 100

orang”

Demikianlah hebat perang Goerila dan kalau kita mengingat, bahwa loekisan

diatas ini diberikan oleh penoelis Belanda (E.S. De Klerck dalam boekoenja ,,

Java Oorlong”) maka sidang pembatja dapat membajangkan bahwa perang

Goerilla jang dilakoekan itoe lebih hebat. Alangkah hebatnja perkataan itoe,

hebat menggetarkan kalboe. Perkataan itoe mendjadi poentjak soempah jang

kita moelai dengan penjataan : Kita tidak maoe didjadjah lagi! Kita lebih

soeka melihat seloeroeh Indonesia tenggelam di bawah gelombang Semoedera

Hindia dia daripada memilikinja sebagai djadjahan orang lain!! Dengan

soempah inilah kita menjosongsong Indonesia Merdeka. Merdeka atau mati!

Soedah insjaflah semoea kita aka misi dan konsekwensi dari perkataan itoe?

Isi perkataan itoe ialah: perdjoeangan tidak akan kita hentikan sebeloem

seloeroeh imperialisme roentoeh. Kalau moesoeh berani mengindjakan

kakinja di Tanah Air kita, maka dengan serentak seloeroeh rakjat haroes

bangkit melawannja”. 23

23 Gerinda , 17 September 1948, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional

Page 23: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

64

Tulisan ini memiliki makna besar untuk berani menentang penjajah dan

memiliki keteguhan untuk terus berjuang sampai seluruh kaum imperialisme pergi.

Tulisan ini juga memberikan semangat melalui gambaran perang Gerilya yang

dihadapi tentara Diponegoro untuk tidak takut menghadapi musuh dan memiliki

prinsip untuk lebih baik mati karena bencana daripada harus mati ditangan penjajah

yang berartikan bangsa lemah. Selain Yuwono, Soebijantoro yang mengambil alih

pimpinan IPPI kemudian di tangkap dan di jebloskan di penjara ke dalam tahanan

oleh IVG di Tilema-plein Semarang. Ini merupakan bukti kekuatan dan ketahanan

pemuda pelajar melalui tulisan-tulisan yang di muat betapapun sederhana bentuknya

tetapi memiliki makna mendalam bagi bangsa Indonesia.

3. Pemuda Masyarakat

Pada tahun 1951 IPPI Jakarta Raya memiliki majalah Pemuda Masyarakat

yang mula-mula merupakan bulletin dan memiliki perkembangan di cetak secara

modern dengan ukuran menyesuaikan pada waktu itu. Djafar Husin Assegaff seorang

tentara pelajar, sebelumnya aktif di Ikatan Pemuda Pelajar Pejuang Lampung, ketika

sekolah di Jakarta bergabung menjadi anggota IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar

Indonesia) dan Ormas ini punya majalah Pemuda Masyarakat dan di sana Assegaff

belajar menulis artikel.24 Majalah Pemuda Masyarakat ini beralamatkan Jalan Subang

No.16 Jakarta, majalah ini terbit tiap satu bulan sekali dan di jual dengan harga Rp.2,-

tiap nomor, tetapi sebagai anggota IPPI hanya berharga Rp.3,- untuk tiga nomor. Di

24 Djafar Husin Assegaff, Wartawan Tak Kenal Pensiun, http://www.tokoh

indonesia.com//biografi//article//90286-direktori//1066wartawantidakkenalpensiun,

(diakses tanggal 11 April 2015 Pukul. 02.30 WIB).

Page 24: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

65

sampul depan majalah Pemuda Masyarakat tertera lambang IPPI dan di tengah

lambang dari IUS yang menandakan bahwa IPPI adalah anggota IUS, tetapi setelah

IPPI keluar dari IUS maka nama IUS pun sudah tidak di cantumkan sebagai lambang

majalah Pemuda Masyarakat.25 Pimpinan Umum Redaksi majalah Pemuda

Masyarakat adalah Eddy Abdurrachman dan pemimpin Redaksi adalah Roestam

Anwar, tetapi jabatan itu tidak berlangsung lama karena Eddy Abdurrachman terkena

pemecatan dan di gantikan oleh Makkateru Syamsuddin dan staff redaksinya adalah

A. Hamid, Rostan dan Erno A.S dan tata usahanya adalah Sagaf Sofjan.

Pemuda Masyarakat mempunyai koresponden atau pembantu tetap di

beberapa kota bahkan ada di luar negeri. Beberapa kota yang bertanggung jawab

dalam redaksi majalah Pemuda Masyarakat antara lain :

1. Jakarta di ketuai oleh Syahril dan Dodong Djiwapradja

2. Tegal di ketuai oleh Isw. Sukimin

3. Yogyakarta di ketuai oleh Suwardja S.

4. Padang di ketuai oleh Temas

5. Makasar di ketuai oleh Akhas Pangerang

6. Serang di ketuai oleh Andhrijs Djunaedi

7. Bandung di ketuai oleh Djayusman

25 International Union of Student (IUS) berdiri di Praha, Cekoslovakia pada

tahun 1948. IUS bergabung dengan IPPI karena dilandasi kesamaan visi dan misi

perjuangan IPPI, yang berazaskan masyarakat yang bertujuan untuk membebaskan

rakyat tertindas dan menciptakan keadilan serta kemakmuran pada Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdaulat. Dan pada tahun 1954 PB IPPI Boestaman

memutuskan hubungan dengan IUS karena menjadikan anggotanya tidak produktif

karena selama ini IUS hanya menguntungkan salah satu blok dunia yang membuat

IPPI tidak netral.

Page 25: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

66

8. Sambas di ketuai oleh Aspia Mahjus

9. Singaraja di ketuai oleh Suwita M.S.

10. Dan di luar negeri Nederland di ketuai oleh Salamun dan Surjanto Utomo.

Salah satu redaksi majalah Pemuda Masyarakat di Bandung yang diketuai

oleh Djayusman menerbitkan artikel dengan judul Setia Bangsa Dan Tanah Air yang

membahas peranan penting pemuda dalam menjalani kewajiban pembangunan

Negara Indonesia serta menanamkan nilai rasa cinta tanah air, memperteguh dan

membela persatuan tanah air. Artikel ini diterbitkan pada tanggal 20 April 1951

berisikan seperti :

Setia Bangsa Dan Tanah Air

“Seloeroeh doenia kini mendjadi medan pertempoeran, api dan darah dimana-

mana. Djoega di tanah air kita. Doenia lama sedang roentoeh dan doenia baroe

sedang timboel dari gelombang dan badai zaman. Jaitoe Negara Indonesia

Merdeka. Kewadjiban pemoeda dalam masa peperangan dan pembangoenan

ini hanjalah satoe, jaitoe ikoet berjoeang. Ikut berjoeang, soepaja berwoedjoed

tjita-tjita jang menjadi taroeh segenap bangsa Asia Merdeka jang bebas dari

imperialisme. Ikoet berdjoeang, soepaja berwoedjoed tjita-tjita jang

dikandoeng setiap anak Indonesia jang tidak mendoeharkai Tanah Airnja,

jaitoe Indonesia Merdeka!.

Pemoeda pertjaja, bahwa doenia ini dapat dibentoeknja menoeroet

kehendaknja. Pemoeda merasa bahwa didalam dirinya ada daja sjakti jang

menjala sebagai api. Itoelah sebabnja, maka setiap zaman pantjaroba pertjaja

kepada pemoeda, pertjaja bahwa tangan pemoeda akan dapat membangoenkan

boemi baroe dan langit baroe jang lebih indah dari doenia lama,

membangoenkan manoesia baroe jang akan hidoep berbahagia sebagai dewa

didalam doenia!. Djoega kakak-kakak kita pertjaja kepada pemoedanja.

Dengarkanlah oetjapan boeng Karno jang berboenji: Siapa jang

menggenggam pemoeda, dialah jang menggenggam masa datang!. Dan boeng

Hatta ada mengoetjapkan perkataan jang sederhana, tapi indah bagai intan.

Jang berboenjinja “pemoeda, engkau pahlawan dalam hatikoe!”.26

26 Pemoeda Masyarakat, 20 April 1951, Koleksi Arsip Monumen Pers

Indonesia.

Page 26: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

67

Isi artikel Djayusman ini memiliki makna bahwa dalam kondisi buruk yang

terjadi pada bangsa Indonesia pada saat itu, pemuda memiliki kewajiban untuk ikut

berjuang dengan tujuan terwujudnya cita-cita segenap bangsa Indonesia merdeka dan

bebas dari imperialism. Bung Karno dan Bung Hatta percaya bahwa pemuda

memiliki peran penting untuk melanjutkan cita dan harapan bangsa. Majalah Pemuda

Masyarakat ini bertahan sampai tahun ke-IV dan setelah para pengurusnya terlibat

dalam berbagai kegiatan dan akhirnya pengelolaan majalah menjadi terbengkalai.

4. Bulletin Organisasi Intern

Sepuluh tahun kemudian Departemen Penerangan Pengurus Besar IPPI pada

tahun 1965 menerbitkan “Bulletin Organisasi Intern”, namun hanya berbentuk

bulletin, Pengurus Bulletin Organisasi Intern ini adalah Abd. Kahar Dangka sebagai

pimpinan umum, pimpinan redaksi oleh Rachmat Timur dan penanggung jawab di

pegang oleh Jusuf A., Rawis, Zimmi Nata, Munawar Hasan dan Hari. Bulletin

Organisasi Intern ini berkantorkan di Jalan Tanah Abang No. III/24 Jakarta.27

Bulletin ini terbit tiap satu bulan sekali dan di jual dengan harga Rp 5,- tiap nomor,

tetapi sebagai anggota IPPI hanya berharga Rp 4,- untuk tiga nomor. Namun bulletin

Organisai Intern ini tidak bertahan lama karena adanya kerusuhan Gestapu.

Seperti halnya surat kabar-surat kabar pejuang lain pada umumnya, surat

kabar terbitan dari IPPI dengan motivasi dasar menegakkan kemerdekaan guna

mencapai kehidupan yang adil dan sejahterah serta mendorong semangat

27 Susunan Lengkap Pengurus Bulletin Organisasi Intern IPPI (Ikatan

Pemuda Pelajar Indonesia) Tahun 1968, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia,

Arsip Susunan PB IPPI, No. 87.

Page 27: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

68

nasionalisme yang menggerakkan para pemimpin nasionalis dengan suatu kebutuhan

yang mendesak untuk berbicara secara bebas, meskipun dalam keadaan serba

kekurangan. Dari kondisi tersebut dapat dirasakan bahwa pada dasarnya pers

Indonesia pada masa awal berdirinya dan pada masa revolusi fisik masih dan hanya

menekankan dari segi perjuangan, sedangkan dari segi komersilnya belum mendapat

tempat dan perhatian khusus. Bangsa Indonesia dalam berjuang mempertahankan

republik mempunyai tekat: “Merdeka atau Mati”, maka surat kabar Indonesia pun

berorientasi dengan pedoman : “Lebih baik mati dari pada dijajah”.28

C. Hambatan IPPI Dalam Menjalankan Perannya

Pada saat Belanda mengacau dan menyerang wilayah Indonesia, dengan

sendirinya juga dilakukan terhadap pers Republik Indonesia.29 Demikian pula pada

saat terjadi agresi militer Belanda pertama pada tanggal 21 Juli 1947, keadaan pers

Republik (disebut pers Republiken pada waktu itu) bertambah berat. Pihak Belanda

mulai pula menerbitkan koran-koran propaganda sendiri.30 Aksi-aksi Belanda

sewaktu agresi militer baik yang pertama maupun kedua terhadap kegiatan adalah

pertama, merampas alat-alat percetakan pada setiap penerbitan pers yang dilakukan

rakyat Indonesia. Tentu saja tujuannya agar alat percetakan tersebut tidak

dipergunakan oleh para penulis untuk memojokkan kedudukan mereka di Indonesia.

Kedua, menangkap para penerbit dan menahannya agar tidak bisa bekerja melakukan

28 Gerinda , 17 September 1948, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional 29 Tribuana Said., Sejarah Pers Nasional dan Pembangunan Pers Pancasila,

(Jakarta: Departemen Penerangan Republik Indonesia, 1987), hlm. 77. 30 Ibid., hlm. 78.

Page 28: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

69

kegiatannya sebagai penyampai informasi kepada masyarakat. Ketiga, seperti yang

sudah disebutkan di atas yaitu menerbitkan koran-koran propaganda sendiri, tetapi

biasanya tidak pernah mendapat tanggapan dan simpati dari masyarakat.

Disamping kesulitan-kesulitan yang telah dikemukan di atas berhubungan

dengan adanya pendudukan Belanda, kesulitan yang dihadapi Pers Republik di

daerah-daerah pendudukan kecuali pemberangusan dan penangkapan, juga persediaan

kertas koran dan percetakan. Masalah ini disadari oleh para penerbit pers nasional,

seperti terbukti ketika mereka berkumpul di Surakarta pada bulan Februari 1946

untuk menyatukan barisan. Blokade militer Inggris dan Belanda di satu pihak, dan

pembreidelan pers di lain pihak, jelas memukul eksistensi dan pertumbuhan pers

republik. Blokade menutup jalur persediaan kertas, sedang pembreidelan pers

mengakibatkan penyusutan dana karena tertutup sumber pemasukan penerbit.

Demikian pula penangkapan-penangkapan terhadap para penerbit maupun penulis

republik pun jelas mematikan pers Republik. Menyadari pentingnya kehadiran pers

sebagai media komunikasi massa untuk penerangan dan meneguhkan semangat

perjuangan mutlak ditingkatkan. Oleh karena itu sejak proklamasi dan selama perang

kemerdekaan, jumlah surat kabar meningkat pesat karena memang tidak ada

pembatasan dari pemerintah. Bahkan, pemerintah Republik menganjurkan kepada

pemuda pelajar agar memperbanyak penerbitan artikel perjuangan dan pertahanan.31

Seperti: Pelita Zaman, Pemuda Merdeka, Patria, Obor, Soeara Moeda, Api Merdeka,

Menyala, Gerinda, Pemuda Masyarakat dan Bulletin Organisasi Intern.

31 Ibid., hlm. 80.

Page 29: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

70

Pada saat Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dengan agresi militernya

yang kedua yaitu pada bulan Desember 1948, surat-surat kabar nasional tidak ada

yang terbit. Sebagian besar dari para penulis dan penerbit yang berhasil meloloskan

diri dari tawanan Belanda memilih berpindah daerah yang dianggap aman dan

mendukung dalam nelakukan kegiatan penulisan maupun penerbitan yang tidak lain

untuk tetap berjuang menyebarkan semangat dan anti kolonialisme kepada rakyat

Indonesia. Menyadari rakyat memerluhkan siaran dan penerangan, terutama yang

diterbitkan oleh golongan Republiken, bahwa gerilya kita masih kuat dan bertambah

kuat dan Belanda sudah mulai kalap, dan juga uraian-uraian untuk meninggikan

semangat juang rakyat seluruhnya. Para pemuda pelajar tidak segan-segan pula

memanggul senjata untuk ikut berperang sehingga pemuda pelajar memiliki tugas

ganda, yaitu sebagai pejuang perang dan juga sebagai wartawan maupun penerbit.

Sebagai pemuda pelajar, harus selalu menunjukkan sikap pejuang yang gigih.

Hal yang menarik dari perjuangan para pemuda pelajar ini adalah apabila

siang hari mereka turut berperang secara fisik, maka apabila malam hari mereka

bekerja di kantor untuk memuat tulisan-tulisan yang baru saja mereka saksikan di

medan pertempuran. Walau saat pendudukan Belanda berhasil merampas alat-alat

percetakan, tetapi para pemuda pelajar tetap melaksanakan kegiatan menulis dan

menerbitkan meskipun harus dengan menggunakan bahan kertas sederhana, seperti

menggunakan kertas pembungkus roti dan meminjam alat percetakan kepada salah

satu anggota pemuda pelajar yang memiliki alat percetakan sederhana. Semua resiko

tidak pernah dipikirkan oleh mereka, karena memang semboyan yang ada merupakan

tekad mengusir penjajah dari bumi Indonesia, dengan slogan “Merdeka atau Mati”.

Page 30: BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN … · Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional

71

Dengan demikian pers pada masa revolusi fisik, sama halnya dengan perhatian

bangsa, negara, dan pemerintah Indonesia pada waktu itu, yaitu semua memiliki

tujuan tetap dalam kesatuan untuk tetap tegaknya kemerdekaan Indonesia. Ini berarti

pers dan pemuda pelajar tampil menyatu dengan gelora revolusi perjuangn untuk

mendukung tujuan Indonesia merdeka.

Dengan melihat kenyataan itu, dapat diketahui sejauh mana peranan pemuda

pelajar terhadap perjuangan, baik perjuangan secara fisik maupun melalui pena untuk

tetap mempersatukan bangsa dan mengusir penjajah. Kemenangan yang diperoleh

oleh pejuang-pejuang kita, tentu tidak terlepas dari keikut-sertaan para pejuang pena

yang berhasil menunjukkan keadaan Indonesia yang sebenarnya kepada dunia

internasional bahwa rakyat Indonesia masih ada dan mampu memberi pukulan

balasan terhadap pertahanan Belanda. Hal yang lebih penting yaitu berhasil

mengembalikan kepercayaan rakyat Indonesia pada umumnya terhadap pemimpin-

pemimpin Indonesia, yang juga membuktikan bahwa Republik Indonesia tidak

mudah begitu saja untuk dihancurkan. Kemenangan yang nyata diperoleh ketika

terjadi pengakuan dan penyerahan kedaulatan terhadap Republik Indonesia oleh

Belanda. Bila ditinjau dari segi sejarah tumbuhnya pers nasional Indonesia, akan jelas

bahwa memang pers Indonesia di jaman penjajahan merupakan tahap perjuangan dan

pertahanan bangsa Indonesia. Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia, jaman

perjuangan fisik pers untuk menegakkan kembali kemerdekaan, yakni menentang

kolonialisme dan imperialisme, membutuhkan tekat, kekuatan dan dukungan rakyat.