bab iii metodologi penelitian a. metode dan desain...
TRANSCRIPT
16 Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
kuasi. Menurut Arifin (2011: 74), “Metode eksperimen kuasi disebut juga metode
eksperimen semu yang tujuannnya adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat
dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan
dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan”. Desain eksperimen
kuasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group
design. Hal ini dilakukan karena sampel penelitian tidak dipilih secara acak
(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini diambil dua kelas sebagai sampel
penelitian untuk diberi perlakuan pembelajaran yang berbeda. Kelas pertama
sebagai kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pendekatan Model
Eliciting Activities (MEAs), sedangkan kelas kedua sebagai kelas kontrol
diberikan pembelajaran konvensional. Sebelum diberikan perlakuan
pembelajaran, diadakan tes awal (pretes) kemampuan representasi matematis
siswa. Kemudian setelah perlakuan selesai dilaksanakan pada kedua kelas
tersebut, diadakan tes akhir (postes) kemampuan representasi matematis siswa.
Dengan demikian, desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
O X O
O O
Keterangan:
O : Pretes dan postes
X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs
: Sampel penelitian tidak dipilih secara acak
(Ruseffendi, 1994)
B. Populasi dan Sampel Penelitian
17
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu
SMP Negeri di Kota Bandung yang termasuk ke dalam kluster 2. Dari populasi
tersebut, diambil dua kelas sebagai sampel penelitian, yaitu kelas VIII – 6
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII – 7 sebagai kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Model Eliciting
Activities (MEAs) sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran
konvensional.
C. Perangkat Pembelajaran
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut Mulyasa (2007), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
merupakan suatu rencana yang menggambarkan prosedur suatu pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam silabus. RPP disusun untuk mendukung terlaksananya
pembelajaran di kelas. Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP untuk kelas
kontrol dirancang menggunakan metode konvensional, sedangkan langkah-
langkah pembelajaran dalam RPP kelas eksperimen dirancang menggunakan
pendekatan MEAs.
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berisi permasalahan dan pertanyaan-
pertanyaan yang membimbing siswa untuk menjawab permasalahan dan
memahami konsep matematika. LKS disusun sesuai dengan prinsip-prinsip
pembelajaran dengan pendekatan MEAs. LKS digunakan untuk kelas
eksperimen, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan buku sumber.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Model Eliciting
Activities (MEAs) sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan representasi
matematis siswa.
18
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes dan nontes.
Adapun instrumen yang berbentuk tes adalah tes kemampuan representasi
matematis siswa sedangkan instrumen yang berbentuk nontes adalah angket,
lembar observasi, dan jurnal harian siswa.
1. Instrumen Tes
Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological
Testing (Sudijono, 2011), yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas serta
dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis
atau tingkah laku individu. Sedangkan Arifin (2011) menyatakan bahwa tes
adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat pertanyaan,
pernyataaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh
orang yang dikenakan tes (testi). Sedangkan menurut Sudijono (2011), tes adalah
cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilainan di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas sehingga dapat dihasilkan
nilai yang dapat melambangkan tingkah laku atau prestasi testi. Berdasarkan hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat pengukur yang di dalamnya
terdapat pertanyaan, pernyataaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
atau dijawab oleh testi sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan
prestasi testi.
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian. Hal ini
dimaksudkan agar dapat mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes serta untuk mengungkap kemampuan
siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya (Sudijono,
2011). Selain itu, tes uraian menuntut kemampuan siswa dalam hal
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan (Sudjana, 2011). Tes
diberikan pada sebelum dan setelah perlakuan (pretes dan postes), baik pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Instrumen tes disusun berdasarkan indikator
19
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemampuan representasi matematis. Untuk memberikan penilaian yang objektif,
kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan representasi matematis
berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dinyatakan oleh Cai, Lane, dan
Jakabscin (Widyastuti, 2010: 59) pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Representasi Matematis
Skor Mengilustrasikan/
Menjelaskan
Menyatakan/
Menggambar Ekspresi Matematis
0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan
ketidakpahaman tentang konsep sehingga informasi yang diberikan
tidak berarti apa-apa
1 Hanya sedikit dari
penjelasan yang
benar
Hanya sedikit dari
gambar, diagram,
yang benar
Hanya sedikit dari
model matematis yang
benar
2 Penjelasan secara
matematis masuk
akal namun hanya
sebagian lengkap
dan benar
Melukiskan,
diagram, gambar,
namun kurang
lengkap dan benar
Menemukan model
matematis dengan
benar, namun salah
dalam mendapatkan
solusi
3 Penjelasan secara
matematis masuk
akal dan benar,
meskipun tidak
tersusun secara
logis atau terdapat
sedikit kesalahan
bahasa
Melukiskan
diagram, gambar,
secara lengkap dan
benar
Menemukan model
matematis dengan
benar, kemudian
melakukan perhitungan
atau mendapatkan
solusi secara benar dan
lengkap
4 Penjelasan secara
matematis masuk
akal dan jelas serta
tersusun secara
logis dan sistematis
Melukiskan
diagram, gambar,
secara lengkap,
benar, dan
sistematis
Menemukan model
matematis dengan
benar, kemudian
melakukan perhitungan
atau mendapatkan
solusi secara benar dan
lengkap secara
sistematis
Sebelum tes kemampuan representasi matematis diberikan kepada siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlebih dahulu instrumen tes tersebut
20
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diujicobakan. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa yang telah mempelajari
materi prisma dan limas, yakni siswa kelas VIII pada salah satu SMP Negeri di
Kota Bandung. Setelah data hasil uji coba diperoleh, data tersebut dianalisis untuk
mengetahui kualitas dan kelayakannya untuk digunakan dalam penelitian. Adapun
unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menentukan kualitas maupun
kelayakan instrumen tes tersebut di antaranya adalah validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan indeks kesukaran. Berikut penjelasannya.
a. Validitas
Scarvia B. Anderson et al. (Arikunto, 2007) menyatakan bahwa sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan
demikian, validitas suatu tes tergantung pada sejauh mana ketepatan tes tersebut
dalam melaksanakan fungsinya. Cara menentukan tingkat validitas butir soal ialah
dengan menghitung koefisien korelasi ( ) dengan menggunakan rumus berikut.
∑ ∑ ∑
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )
dengan: = Koefisien korelasi antara X dan Y
n = Banyak subjek
X = Skor setiap butir soal
Y = Skor total
Nilai diartikan sebagai nilai koefisien korelasi dengan kriteria
(Suherman, 2003: 113) sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kriteria Validitas Butir Soal
Kriteria Validitas
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Tidak valid
Setelah memperoleh koefisien validitas butir soal, perlu dilakukan uji
keberartian terhadap masing-masing koefisien validitas tersebut. Uji keberartian
21
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
digunakan untuk mengukur keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan
statistik t dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 380).
√
Dengan
n = Banyak siswa
= Koefisien validitas tiap butir soal
Hasil tersebut dibandingkan dengan nilai t dari tabel distribusi t pada taraf
kepercayaan 95% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2.
Perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji signifikansi ini adalah:
H0 : Validitas butir soal tidak berarti (tidak signifikan)
H1 : Validitas butir soal berarti (signifikan)
dengan kriteria uji, jika thitung > ttabel maka H0 ditolak.
Hasil perhitungan koefisien validitas tiap butir soal tes kemampuan
representasi matematis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.2,
sedangkan hasil perhitungan uji keberartian secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran C.3. Rangkumannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Validitas Butir Soal
Butir Soal Kriteria Keberartian
1a 0,61 Sedang Signifikan
1b 0,54 Sedang Signifikan
1c 0,48 Sedang Signifikan
2 0,71 Tinggi Signifikan
3a 0,77 Tinggi Signifikan
3b 0,81 Tinggi Signifikan
3c 0,84 Tinggi Signifikan
4a 0,50 Sedang Signifikan
4b 0,73 Tinggi Signifikan
4c 0,59 Sedang Signifikan
4d 0,71 Tinggi Signifikan
Berdasarkan Tabel 3.3, diketahui bahwa dari 11 butir soal yang digunakan untuk
menguji kemampuan representasi matematis siswa, lima butir soal memiliki
22
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
validitas sedang sedangkan enam butir soal lainnya memiliki validitas tinggi.
Hasil uji signifikansi juga menunjukkan bahwa semua butir soal memiliki
koefsien validitas yang berarti (signifikan). Dengan demikian, semua butir soal
memiliki validitas yang baik.
b. Reliabilitas
“Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg)” (Suherman, 2003:
131). Dengan demikian, suatu tes dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang
relatif sama jika diberikan pada subjek yang sama. Rumus yang digunakan untuk
mencari koefisien reliabilitas ( ) soal bentuk uraian adalah dengan rumus Alpha
(Suherman, 2003: 154) sebagai berikut.
(
)(
∑
)
dengan: k = Banyak butir soal
si2 = Varians skor setiap item
st2
= Varians skor total
di mana,
∑
(∑ )
dengan: 2s = Varians
∑ = Jumlah kuadrat skor setiap butir soal
∑ = Jumlah skor setiap butir soal
n = Banyak siswa
Dalam menginterpretasikan koefisien reliabilitas tes, digunakan tolok ukur
yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Reliabilitas Soal
Kriteria Reliabilitas
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
23
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sangat tinggi
Setelah memperoleh koefisien reliabilitas, perlu dilakukan uji keberartian
terhadap koefisien tersebut. Uji keberartian digunakan untuk mengukur
keberartian koefisien reliabilitas dengan menggunakan statistik t dengan rumus
sebagai berikut (Sudjana, 2005: 380).
√
Dengan
n = Banyak siswa
= Koefisien reliabilitas soal
Hasil tersebut dibandingkan dengan nilai t dari tabel distribusi t pada taraf
kepercayaan 95% dan derajat kebebasan (dk) = n – 2.
Perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji signifikansi ini adalah:
H0 : Reliabilitas soal tidak berarti (tidak signifikan)
H1 : Reliabilitas soal berarti (signifikan)
dengan kriteria uji, jika thitung > ttabel maka H0 ditolak.
Hasil perhitungan koefisien reliabilitas soal tes kemampuan representasi
matematis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.4, sedangkan hasil
perhitungan uji signifikansi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.5.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas soal ( ) sebesar
, hal ini berarti soal memiliki kriteria reliabilitas tinggi. Hasil uji signifikansi
menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas soal berarti (signifikan). Dengan
demikian, instrumen tes kemampuan representasi matematis tersebut reliabel
untuk digunakan.
c. Daya Pembeda
Suherman (2003: 159) menjelaskan bahwa “Daya pembeda sebuah butir
soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang
pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh”. Sebelum
menentukan daya pembeda masing-masing butir soal, data hasil uji coba
instrumen diurutkan terlebih dahulu dari skor terbesar hingga skor terendah.
24
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kemudian diambil sebanyak 27% siswa urutan teratas sebagai kelompok atas
(unggul) dan 27% siswa urutan terbawah sebagai kelompok bawah (ansor).
Karena banyak siswa dalam uji coba instrumen tes ini adalah 31 orang, maka
banyak siswa pada masing-masing kelompok atas dan kelompok bawah adalah 8
orang.
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda (DP)
sebagaimana disampaikan Depdiknas (2010) adalah:
dengan: = Rata-rata skor siswa kelompok atas
= Rata-rata skor siswa kelompok bawah
= Skor Maksimum Ideal
Adapun interpretasi daya pembeda yang digunakan sebagaimana kriteria
daya pembeda butir soal yang disampaikan oleh Suherman (2003: 161) seperti
tersaji pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
DP Kriteria DP
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
Hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal tes kemampuan
representasi matematis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.6,
sedangkan rangkumannya dapat dilihat pada tabel berikut.
25
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.6
Daya Pembeda Butir Soal
Butir Soal Kriteria
1a 0,59 Baik
1b 0,34 Cukup
1c 0,59 Baik
2 0,56 Baik
3a 0,88 Sangat Baik
3b 0,47 Baik
3c 0,34 Cukup
4a 0,56 Baik
4b 0,47 Baik
4c 0,22 Cukup
4d 0,28 Cukup
Berdasarkan Tabel 3.6, diketahui bahwa dari 11 butir soal yang digunakan untuk
mengukur kemampuan representasi matematis, empat butir soal memiliki daya
pembeda yang cukup, enam butir soal memiliki daya pembeda yang baik
sedangkan satu butir soal lainnya memiliki daya pembeda yang sangat baik.
d. Indeks Kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Bilangan tersebut adalah bilangan real
pada interval 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati
0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks
kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa uraian sehingga untuk
penghitungan indeks kesukaran (IK) menggunakan rumus yang disampaikan
Depdiknas (2010), yaitu:
dengan: = Rata-rata skor siswa kelompok atas dan kelompok bawah
= Skor Maksimum Ideal
Adapun klasifikasi interpretasi untuk indeks kesukaran yang digunakan
sebagaimana disampaikan Suherman (2003: 170) adalah:
26
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.7
Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal
IK Kriteria IK
Terlalu sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Terlalu mudah
Hasil perhitungan indeks kesukaran tiap butir soal tes kemampuan
representasi matematis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.6,
sedangkan rangkumannya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.8
Indeks Kesukaran Butir Soal
Butir Soal Kriteria
1a 0,67 Sedang
1b 0,17 Sukar
1c 0,31 Sedang
2 0,41 Sedang
3a 0,56 Sedang
3b 0,23 Sukar
3c 0,17 Sukar
4a 0,72 Mudah
4b 0,23 Sukar
4c 0,11 Sukar
4d 0,14 Sukar
Berdasarkan Tabel 3.8, diketahui bahwa dari 11 butir soal yang digunakan untuk
mengukur kemampuan representasi matematis, enam butir soal memiliki indeks
kesukaran yang sukar, empat butir soal memiliki indeks kesukaran yang sedang,
sedangkan satu butir soal lainnya memiliki indeks kesukaran yang mudah.
27
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rekapitulasi dari semua perhitungan analisis uji coba instrumen tes
kemampuan representasi matematis disajikan secara lengkap dalam tabel berikut.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
Butir
Soal
Interpretasi
Validitas
Interpretasi
Daya Pembeda
Interpretasi
Tingkat Kesukaran
Interpretasi
Reliabilitas
1a Sedang Baik Sedang
Tinggi
1b Sedang Cukup Sukar
1c Sedang Baik Sedang
2 Tinggi Baik Sedang
3a Tinggi Sangat Baik Sedang
3b Tinggi Baik Sukar
3c Tinggi Cukup Sukar
4a Sedang Baik Mudah
4b Tinggi Baik Sukar
4c Sedang Cukup Sukar
4d Tinggi Cukup Sukar
Berdasarkan analisis keseluruhan terhadap hasil uji coba instrumen tes
kemampuan representasi matematis, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes
kemampuan representasi matematis pada penelitian ini memenuhi syarat untuk
menjadi alat pengumpul data yang baik.
2. Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah
angket, lembar observasi, dan jurnal harian siswa.
a. Angket
Angket diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs. Jenis
skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala Likert yang terdiri dari empat
pilihan jawaban, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan
STS (Sangat Tidak Setuju). Pernyataan yang terdapat pada angket terdiri atas dua
jenis pernyataan, yaitu pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Angket
disusun berdasarkan tiga aspek yang diteliti, yaitu sikap siswa terhadap pelajaran
28
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan MEAs, dan
sikap siswa terhadap soal-soal representasi matematis.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Model
Eliciting Activities (MEAs). Aktivitas pembelajaran yang diamati yaitu aktivitas
guru, aktivitas siswa, dan kondisi kelas.
c. Jurnal Harian Siswa
Jurnal harian siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karangan
siswa yang dibuat setiap akhir pembelajaran. Siswa bebas memberikan tanggapan,
kritikan, atau komentar tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs). Jadi, jurnal harian siswa
digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjaring informasi tentang
pendapat, saran, dan komentar siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan guna memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap pembuatan
kesimpulan. Penjelasan dari keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melaksanakan seminar proposal penelitian.
c. Melakukan revisi terhadap proposal penelitian berdasarkan hasil seminar.
d. Membuat instrumen penelitian, dalam hal ini instumen tes kemampuan
representasi matematis siswa dan instrumen nontes yaitu lembar angket,
lembar observasi, dan jurnal harian siswa.
e. Membuat Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP) dan bahan ajar penelitian
dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS).
f. Melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing guna meminta masukan
terkait instrumen, RPP serta LKS yang akan digunakan dalam penelitian.
29
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
g. Mengurus perizinan untuk uji instrumen tes.
h. Melakukan uji instrumen tes.
i. Melakukan revisi terhadap instrumen tes berdasarkan hasil uji coba.
j. Mengurus perizinan penelitian.
k. Melakukan pemilihan kelas VIII SMP sebanyak dua kelas untuk dijadikan
sampel penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretes kemampuan representasi matematis siswa untuk kedua
kelas yang menjadi sampel penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan awal siswa pada kedua kelas tersebut.
b. Melakukan pembelajaran sesuai jadwal dan materi pelajaran yang telah
ditentukan. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) sedangkan pada kelas
kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional.
c. Pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas pembelajaran diobservasi
oleh observer. Untuk mendapatkan komentar dan pendapat siswa tentang
pembelajaran dengan pendekatan MEAs, setiap akhir pembelajaran
dilakukan pengisian jurnal harian oleh siswa.
d. Memberikan angket kepada siswa kelas eksperimen untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan MEAs yang telah
dilakukan.
e. Memberikan postes kemampuan representasi matematis siswa pada kedua
kelas yang menjadi sampel penelitian.
3. Tahap Analisis Data
a. Mengumpulkan data baik kuantitatif (tes siswa berupa hasil pretes dan
postes kemampuan representasi matematis) maupun kualitatif (angket,
jurnal harian siswa, dan lembar observasi).
b. Mengolah dan menganalisis data yang telah dikumpulkan.
4. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Pada tahap ini dilaksanakan penyimpulan terhadap penelitian yang
telah dilakukan berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.
30
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini harus diolah terlebih dahulu
untuk dapat menjawab rumusan masalah. Data yang diperoleh berupa data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan
postes sedangkan data kualitatif diperoleh dari angket, lembar observasi, dan
jurnal harian siswa. Adapun analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Representasi Matematis
Kemampuan representasi matematis siswa dapat dilihat dari data pretes
dan postes. Sebelum melakukan pengujian terhadap data pretes dan postes,
terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi rata-
rata, skor maksimum, skor minimum, dan simpangan baku. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran umum tentang data yang akan diuji. Perhitungan ini
dilakukan menggunakan bantuan Program Microsoft Excel 2007.
2. Analisis Data Kemampuan Awal Representasi Matematis Siswa
Kemampuan awal representasi matematis siswa dapat diketahui dari hasil
pretes. Dengan demikian, analisis kemampuan awal representasi matematis siswa
dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pretes. Analisis ini dilakukan
menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)
17. Proses analisis dilakukan secara statistik dengan langkah-langkah yang
digambarkan pada diagram alur berikut.
Data
Uji
Normalitas
Uji
Homogenitas
Uji t
Uji t’
Uji Mann-
Whitney
Kesimpulan
Diagram 3.1
Alur Uji Statistik
tidak
normal
normal
tidak
homogen homogen
31
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Langkah analisis data pretes adalah sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data ini
menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi ( ) adalah 5%.
Jika data pretes kedua kelas yang menjadi sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji
homogenitas varians. Namun, jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi
normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians.
b) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen atau tidak.
Pengujian homogenitas varians ini menggunakan uji Levene.
c) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata secara signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen maka pengujian kesamaan dua rata-rata ini dilakukan dengan uji t, yaitu
Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Adapun untuk
data yang berdistribusi normal, tetapi tidak memiliki varians yang homogen maka
pengujiannya menggunakan uji t’, yaitu Independent Sample T-Test dengan
asumsi kedua varians tidak homogen. Sedangkan untuk data yang salah satu atau
keduanya tidak berdistribusi normal, maka pengujiannya menggunakan uji
nonparametrik dengan uji Mann Whitney.
3. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Jika analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
bahwa siswa pada kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal representasi
matematis yang sama, maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan representasi matematis adalah data postes. Akan tetapi, jika analisis
data pretes menunjukkan bahwa siswa pada kedua kelas tersebut memiliki
32
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemampuan awal representasi matematis yang berbeda, maka data yang
digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi matematis
adalah data gain ternormalisasi. Peningkatan ini dihitung menggunakan rumus
gain ternormalisasi (Meltzer, 2002) sebagai berikut.
Adapun untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi
matematis siswa pada kedua kelas tersebut, dilakukan analisis menggunakan
bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Langkah
analisis data postes atau gain ternormalisasi adalah sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data postes atau gain
ternormalisasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas data ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf
signifikansi ( ) adalah 5%.
Jika kedua data postes atau gain ternormalisasi berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji homogenitas
varians. Namun, jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal maka
tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians.
b) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data postes
atau gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang
homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians ini menggunakan uji Levene.
c) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata secara signifikan antara skor postes atau gain ternormalisasi
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen maka pengujian perbedaan dua rata-rata ini
dilakukan dengan uji t, yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua
varians homogen. Adapun untuk data yang berdistribusi normal, tetapi tidak
memiliki varians yang homogen maka pengujiannya menggunakan uji t’, yaitu
33
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen.
Sedangkan untuk data yang salah satu atau keduanya tidak berdistribusi normal,
maka pengujiannya menggunakan uji nonparametrik dengan uji Mann Whitney.
4. Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data gain ternormalisasi digunakan untuk mengetahui kualitas
peningkatan kemampuan representasi matematis siswa. Adapun kriteria gain
ternormalisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria yang
diungkapkan Hake (Permana (2010)):
Tabel 3.10
Kriteria Gain Ternormalisasi
Gain Ternormalisasi Kriteria
g > 0,70 Tinggi
0,30 g 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
5. Analisis Data Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan
Model Eliciting Activities (MEAs)
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan MEAs dapat
diketahui dari data angket, lembar obsevasi, dan jurnal harian. Adapun analisis
data-data tersebut dijelaskan dalam uraian berikut.
a) Angket
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs).
Angket ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen setelah pembelajaran selesai.
Pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam angket terdiri atas dua jenis
pernyataan, yaitu pernyataan bersifat positif dan negatif. Dalam masing-masing
pernyataan, siswa diberikan empat buah pilihan respon yaitu SS (Sangat Setuju),
S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju).
Dalam Sugiyono (2011), dijelaskan bahwa untuk pernyataan yang bersifat
positif, jawaban respon setuju dan sangat setuju menunjukkan respon positif
sedangkan jawaban respon tidak setuju dan sangat tidak setuju menunjukkan
34
Dwi Endah Pratiwi, 2013 Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Representasi Matematis Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
respon negatif. Sebaliknya, untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban
respon setuju dan sangat setuju menunjukkan respon negatif sedangkan jawaban
respon tidak setuju dan sangat tidak setuju menunjukkan respon positif. Langkah
selanjutnya adalah menentukan persentase banyak subjek yang memberikan
respon positif dan negatif kemudian membandingkannya untuk menentukan
respon mana yang lebih dominan.
Sementara itu, untuk menentukan besar respon siswa berdasarkan hasil
angket, dilakukan analisis dengan cara untuk pernyataan yang bersifat positif,
jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1.
Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban SS diberi skor 1, S
diberi skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5. Langkah selanjutnya,
subjek dapat digolongkan menjadi kelompok yang memiliki respon positif dan
negatif. Penggolongan dapat dilakukan dengan menghitung rata-rata skor subjek.
Jika nilainya lebih besar dari 3 (rata-rata skor netral), subjek memiliki respon
positif. Dan sebaliknya, jika nilainya lebih kecil dari 3, hal itu berarti subjek
memiliki respon negatif. (Suherman, (2003: 191))
b) Lembar Observasi
Data hasil observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan
suasana pembelajaran matematika dengan pendekatan MEAs. Data yang diperoleh
dari hasil observasi dianalisis dengan cara menentukan rata-rata skor hasil
observasi. Skor penilaian 1 diberikan untuk aktivitas yang dilaksanakan dengan
sangat kurang, 2 untuk kurang, 3 untuk baik, sedangkan 4 untuk sangat baik.
c) Jurnal Harian Siswa
Jurnal harian siswa dianalisis dengan cara mengelompokkan tanggapan
siswa ke dalam tanggapan yang bersifat positif dan tanggapan yang bersifat
negatif. Setelah dikelompokkan, dihitung presentase siswa yang memberikan
tanggapan positif dan persentase siswa yang memberikan tanggapan negatif.