bab iii metode penelitian a. pendekatan dan metode...
TRANSCRIPT
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif. Menurut Creswell (2014, hlm. 4), pendekatan kualitatif merupakan
metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah
individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan. Proses penelitian ini melibatkan upaya-upaya penting, sebagai
pengajuan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data
yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari
tema-tema yang khusus ke tema-tema yang umum, dan menafsirkan makna data.
Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.
Siapapun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara
pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual,
dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan. Berdasarkan pendapat diatas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian
dilakukan pada objek yang alamiah, maksudnya, objek yang berkembang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Peneliti menggunakan data
kuantitatif yang sifatnya hanya pengukuran sederhana. Hal ini dilakukan karena
beberapa alat evaluasi menggunakan tes yang hasil evaluasinya berupa angka.
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
tindakan kelas (PTK), Metode ini digunakan bertujuan untuk memperbaiki serta
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas pada penerapan metode
pembelajaran problem solving dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu metode penelitian
yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan
pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber
daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah
mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah.
43
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian, yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas,
individu peserta didik atau di sekolah. Para pendidik atau kepala sekolah dapat
melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para
peneliti konvensional pada umumnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan
yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan
situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Adapun penjelasan mengenai
PTK ini banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:
Menurut Wiriaatmadja (2014, hlm. 13) Penelitian Tindakan Kelas adalah:
Bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka
dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran
mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Hopkins (2011, hlm. 87), menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah:
Penelitian yang mengkombinasikan tindakan substansif dan prosedur
penelitian; penelitian ini merupakan tindakan terdisiplin yang di kontrol
oleh penyelidikan, usaha seseorang untuk memahami problem tertentu
seraya terlibat aktif dalam proses pengembangan dan pemberdayaan.
Sugiyono (2009, hlm. 6) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah
cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penelitian tindakan kelas akan
lebih memudahkan guru dalam mengatasi masalah yang ada di kelas, karena guru
menjadi lebih terkonsentrasi dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul di
dalam kelas yang akan diperbaiki atau ditingkatkan pembelajarannya. Karena
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
maka penelitiannya tidak hanya dilakukan satu kali tindakan, akan tetapi
dilakukan secara berulang-ulang sampai tujuan yang diharapkan dapat dicapai.
44
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian, maka metode ini benar-benar diharapakan akan sangat
membantu guru serta mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Sukarnaya (dalam Nurwendah, 2004, hlm. 33) menjelaskan mengenai
karakteristik dari penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai berikut:
1. Penelitian Tindakan Kelas adalah intervensi skala kecil yang dilakukan oleh
guru dalam upayanya menyempurnakan proses pembelajaran yang ia
laksanakan.
2. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kualitas proses pembelajaran itu sendiri dengan asumsi bahwa
semakin baik kualitas proses pembelajaran akan semakin baik pula hasil belajar
yang dicapai oleh siswa.
3. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan atas dasar masalahyang benar-benar
dihadapi guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di kelas.
4. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui suatu rangkaian langkah yang
bersifat spiral (a spiral of steps), yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai dari
perencanaan (planning), diteruskan dengan pelaksanaan tindakan (action),
yang diikuti oleh pengamatan sistematik terhadap pelaksanaan dari hasil
tindakan (observation), dan refleksi berdasarkan hasil pengamatan (reflection),
kemudian diulang lagi dengan perencanaan tindakan berikutnya (replanning),
dan seterusnya.
Hal ini sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian dan karena peneliti
melihat masalah dan kendala yang muncul berbeda satu sama lain pada masing-
masing kelas, sehingga menjadikan pemecahan dari masalah yang dihadapi juga
menjadi berbeda. Peneliti memandang bahwa perbaikan dan peningkatan mutu
belajar siswa tidak dapat dilakukan dengan cara instan, melainkan harus secara
bertahap. Adapun penerapan pemecahan masalah dari penelitian ini diawali
dengaan peneliti melakukan pra penelitian, yang bertujuan untuk melihat kondisi
awal siswa serta untuk mengidentifikasi masalah apa yang muncul di dalam kelas
tersebut. Selanjutnya peneliti beserta guru mendiskusikan pemecahan masalah
yang akan dilakukan dalam kelas tersebut. Adapun pemecahan masalah ini
dilakukan berdasarkan pada pertimbangan setelah melihat kondisi peserta didik.
Tahap selanjutnya yaitu dilakukannya tindakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Tindakan ini dilakukan secara terus menerus sampai tercapainya
tujuan yang diinginkan, yaitu meningkatnya kemampuan berfikir kritis peserta
didik dalam proses pembelajaran.
45
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral
yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Alasan digunakannya desain ini
karena peneliti hanya akan menerapkan metode problem solving dalam penelitian
ini, sehingga desain penelitian dianggap cocok. Berikut ini adalah bagan model
penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart:
Gambar 3.1 Bagan PTK model spiral menurut Kemmis & Mc Taggart
(Wiriaatmadja, 2014, hlm. 66).
Berdasarkan gambar di atas, terdapat empat tahapan yang harus dilakukan
dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Penjelasan dari tahap-tahap
penelitian tindakan kelas tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Plan/ Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap aawal yang dilakukan oleh peneliti beserta
guru mitra sebelum melakukan serangkaian penelitian. Hal ini dilakukan dengan
46
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tujuan untuk merancang setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap proses
pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun rencana yang di susun dalam tahap
yaitu:
a. Peneliti meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian
tindakan kelas di sekolah tersebut.
b. Meminta kesediaan guru untuk menjadi mitra bagi peneliti selama penelitian
berlangsung.
c. Menentukan jadwal dilaksanakannya penelitian.
d. Peneliti beserta guru mitra menyamakan persepsi mengenai metode problem
solving yang akan dilaksanakan sebagai solusi dari permasalahan
pembelajaran yang terjadi di kelas penelitian.
e. Peneliti dan guru memilih materi permasalahan.
f. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
g. Merencanakan Instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur
kemampuan berfikir kritis peserta didik.
2. Act/ tindakan
Tahap kedua ini, peneliti beserta guru mitra mulai melaksanakan strategi
yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Pada tahap ini mulai dilakukannya
tindakan suatu perbaikan proses pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan
hasil pembelajaran dari peserta didik. Adapun tindakan yang dimaksud dalam
tahapan ini, yaitu:
a. Diterapkannya metode problem solving dalam pembelajaran, tentunya
sesuai dengan perencanaan yang telah di buat oleh peneliti beserta guru
mitra.
b. Menggunakan instrumen penilaian untuk mengukur pencapaian dari tujuan
yang diinginkan.
3. Observe / Pengamatan
Pengamatan dilakukan ketika diterapkannya metode problem solving di
kelas. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu guru mencatat maupun
merekam hal apa saja yang terjadi ketika dilakukannya tindakan, dengan tujuan
untuk mendokumentasikan semua data guna keperluan dalam tahap evaluasi.
Pencatatan atau pengamatan yang dilakukan ini harus secara teliti serta berhati-
47
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hati, karena untuk melihat hal-hal apa saja yang telah berhasil dan yang masih
perlu diperhatikan dalam tahap ini, yaitu:
a. Mencatat kondisi kelas ketika dilakukannya tindakan ke dalam lembar
observasi.
b. Mencatat kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah di susun
sebelumnya.
c. Mengamati kemampuan berfikir kritis siswa dalam memecahkan masalah
sesuai dengan format penilaian.
d. Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk selanjutnya di evaluasi.
4. Reflect/ refleksi
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka pada selanjutnya peneliti
dan guru melakukan evaluasi. Pada tahap ini, peneliti beserta guru mitra melihat
hal-hal apa saja yang menjadi kendala ketika dilakukannya tindakan, kemudian
kendala-kendala tersebut berusaha untuk dicarikan solusi permasalahannya agar
tidak terulang lagi dalam tindakan selanjutnya. Adapun hal-hal yang dilakukan
dalam tahap ini, yaitu:
a. Peneliti beserta guru mitra melakukan diskusi serta melakukan evaluasi
terhadap tindakan yang telah dilakukan.
b. Merencanakan untuk tindakan berikutnya, sesuai dengan hasil evaluasi.
C. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan peneliti berjudul
penerapkan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berfikir
kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS SMP akan diterapkan di kelas VII. 4
semester genap tahun pelajaran 2015/2016 bulan Januari sampai februari 2016
pada standar kompetensi/kompetensi dasar semester genap yaitu memahami
pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya,
dan ekonomi, tema tiga (3) yaitu potensi dan pemanfaatan sumber daya alam.
Lama tindakan dalam penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam tiga
siklus dan tiap-tiap siklus merupakan perbaikan hasil tindakan yang masih kurang
dari siklus sebelumnya dan berakhirnya tindakan penelitian ini ditentukan oleh
tingkat keberhasilan dalam pelaksanaannya untuk memperoleh data yang cukup
48
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lengkap serta peneliti telah memperoleh data yang memuaskan atau sampai pada
titik jenuh atau saturasi.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Dumai, yang beralamat di
jalan Sultan Syarif Kasim, Kelurahan Buluh Kasap, Kecamatan Dumai Timur,
Kota Dumai, Provinsi Riau. Dipilihnya SMP Negeri 2 Dumai sebagai lokasi
penelitian, karena:
1. SMP Negeri 2 Dumai merupakan sekolah yang cukup bagus yang berada di
Kota Dumai dan merupakan salah satu sekolah favorit, tetapi di dalam
pembelajaran IPS belum menerapkan pembelajaran yang inovatif untuk
peningkatan berfikir kritis peserta didik.
2. Guru dan peneliti merasa perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran IPS
kelas VII.4, terutama mengenai kemampuan berfikir kritis peserta didik
dalam memecahkan masalah. Setelah peneliti melakukan observasi awal,
melakukan wawancara dengan guru IPS yang mengajar di kelas tersebut,
dapat diketahui jika siswa sebenarnya memiliki potensi yang cukup baik.
Akan tetapi potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut jarang di asah,
sehingga terlihat masih rendah.
3. Metode problem solving selama ini belum pernah dilakukan oleh guru IPS
yang mengajar di SMP Negeri 2 Dumai.
Jumlah peserta didik di kelas VII SMP Negeri 2 Dumai adalah 319.
Adapun rinciannya adalah kelas VII.1 berjumlah 25 orang, kelas VII.2 berjumlah
25 orang, kelas VII. 3 berjumlah 25 orang, kelas VII.4 berjumlah 25 orang, kelas
VII.5 berjumlah 25 orang, kelas VII.6 berjumlah 25 orang, kelas VII.7 berjumlah
25 orang, kelas VII.8 berjumlah 25 orang, kelas VII.9 berjumlah 25 orang dan
kelas VII.10 berjumlah 25 orang.
Subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelas VII.4 di SMP Negeri 2 Dumai. Jumlah subjek penelitian ini
yaitu 25 peserta didik, yang terdiri dari peserta didik laki-laki berjumlah 10 orang
dan peserta didik perempuan berjumlah 15 orang. Adapun alasan dipilihnya
subjek tersebut yaitu berdasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan oleh
49
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peneliti pada tanggal 28 September sampai tanggal 03 Oktober 2015. Ketika
dilakukan pra penelitian peneliti mendapatkan informasi dari guru yang mengajar
di kelas kelas VII.4 bahwa pada saat metode ceramah maupun diskusi dilakukan,
proses pembelajaran cukup kondusif. Hal tersebut dapat terlihat pada hampir
semua peserta didik memperhatikan penjelasan akan tetapi ketika dilakukannya
sesi tanya jawab, mulai terlihat keterampilan berfikir kritis yang dimiliki siswa
masih kurang menyeluruh. Ditambah lagi materi yang diajarkan masih terkesan
baru sampai pada tahap menambah pengetahuan siswa dan belum sampai pada
makna dari belajar IPS itu sendiri.
Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti dan guru terdorong untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Dumai. Selain itu,
metode problem solving belum pernah digunakan dalam proses pembelajaran IPS
menjadikan peneliti untuk mencoba menerapkan metode problem solving tersebut.
Maka dengan diterapkannya metode tersebut, diharapkan akan membantu pada
perbaikan kualitas pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
E. Definisi Konseptual
Agar tidak terjadi salah persepsi mengenai definisi konseptual mengenai
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, definisi konseptual yang dimaksud
yaitu sebagai berikut:
1. Metode Problem Solving
Metode problem solving merupakan metode pembelajaran dengan cara
guru menyajikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Kemudian masalah tersebut dianalisis oleh peserta didik untuk mencari solusi atau
pemecahan masalahnya.
Tujuan dari Metode problem solving dalam penelitian ini yaitu agar
peserta didik lebih memahami materi pelajaran secara lebih mendalam dan
melatih kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Tidak hanya itu,
dengan menggunakannya metode problem solving ini maka pembelajaran akan
menjadi lebih bermakna bagi peserta didik karena mereka dilibatkan secara
langsung dalam memecahkan suatu masalah.
50
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun Metode problem solving yang diterapkan dalam penelitian ini,
meliputi:
a. Kemampuan mengidentifikasi masalah:
1. Memilih inti permasalahan yang tepat
2. Mengidentifikasi faktor permasalahan
3. Mengidentifikasi dampak adanya permasalahan.
b. Menyusun alternatif pemecahan masalah:
1. Mendiskusikan solusi yang mungkin dapat digunakan untuk
memecahkan masalah
2. Menguraikan solusi pemecahan masalah yang dihasilkan dari diskusi.
c. Mengevaluasi alternatif pemecahan yang di susun
Mendiskusikan pertimbanngan mengenai kemungkinan yang akan terjadi
dari pemecahan masalah.
2. Kemampuan Kerfikir Kritis
Berfikir kritis merupakan suatu proses berfikir tingkat tinggi yang tersusun
secara sistematis mengenai suatu hal atau permasalahan, yaitu melalui beberapa
tahap untuk mencapai suautu kesimpulan. Seperti yang dikemukakan oleh
Johnson (2010, hlm. 185):
Berfikir kritis merupakan suatu proses sistematis yang memungkinkan
siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat
mereka sendiri. Berfikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang
memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa
yang mendasari pernyataan orang lain.
Langkah-langkah kemampuan berfikir kritis dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
a. Mengumpulakan data
1. Mencari sumber-sumber informasi yang relevan dengan permasalahan
2. Memilih informasi yang relevan dengan permasalahan yangharus
dipecahkan.
b. Merumuskan masalah
1. Mengidentifikasi inti permasalahan
2. Menganalisis sebab-sebab timbulnya permasalahan.
51
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Menarik Kesimpulan
Membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang telah didiskusikan.
Adapun kemampuan berfikir kritis tersebut dapat diukur dengan
menggunakan rubrik penilaian yang sesuai dengan instrumen yang telah
dibuat.
Ketika memecahkan masalah, seseorang perlu berpikir lebih kompleks
agar dapat menemukan pemecahan bagi masalah yang dihadapi. Langkah awal
yang harus di tempuh dalam memecahkan masalah adalah memahami
masalahyang akan dipecahkan dan mencari informasi-informasi yang diperlukan
dalam menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya,membuat rencana
penyelesaian yang mungkin bagi masalah tersebut dan menyelesaikannya dengan
mengolah informasi-informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Langkah
terakhir, memeriksa kembali semua yang telah dilakukan dalam upaya
memecahkan masalah. Jadi,dalam rangka pemecahan masalah diperlukan
keterampilan berpikir kritis untuk memilih informasi yang relevan, mengambil
keputusanberdasarkan alasan yang logis, dan menilai setiap tindakan atau
keputusan yang telah dilakukan. Dengan demikian,berpikir kritis dan pemecahan
masalah merupakan dua hal yang saling berkaitan. (Novita R, 2012, hlm. 2).
F. Teknik pengumpulan data, Analisis, Validasi dan Interpretasi Data
1. Teknik pengumpulan data
Penelitian Tindakan kelas (PTK) sebagai penelitian yang bertradisi
kualitatif memiliki karakteristik yang khas yang berkaitan dengan peran peneliti.
Creswell (2010, hlm. 261), menyatakan bahwa salah satu karakteristik penelitian
kualitatif adalah peneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument),
diamana peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi,
observasi perilaku atau wawancara dengan partisipan. Dengan demikian peran
peneliti dalam penelitian PTK ini merupakan instrumen utama dalam upaya
mendapatkan data yang lengkap dan akurat.
Upaya untuk mendapatkan data yang lengkap dalam penelitian ini,
diperlukan teknik dan instrumen yang tepat dan mampu memberikan data yang
52
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibutuhkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah tes, observasi, wawancara, dan dokumetasi. Sedangkan
instrumen penelitian yang digunakan adalah; catatan observasi, pedoman
wawancara, tertulis berupa: tes tertulis, dokumen tertulis.
a. Tes
Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis dalam
bentuk uraian yang dirumuskan ke dalam beberapa indikator penilaian. Tes
tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah item soal
dengan cara tertulis, salah satunya menggunakan tes uraian.
Kemampuan berfikir kritis peserta didik yang muncul selama
pembelajaran berlangsung akan dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan
dalam kemampuan berfikir kritisnya, yaitu kemampuan berfikir kritis kategori
tinggi sekali (sangat kritis), kemampuan berfikir kritis kategori tinggi (kritis),
kemampuan berfikir kritis kategori cukup (cukup kritis), kemampuan berfikir
kritis kategori rendah (kurang kritis) dan kemampuan berfikir kritis kategori
rendah sekali. Untuk menghitung prosentase kemampuan berfikir kritis dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Nilai= ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100
Tabel 3.1 Predikat kategori kemampuan berfikir kritis peserta didik
No. Predikat Rentang Nilai Kategori
1. A 81- 100 Tinggi Sekali
2. B 61 – 80,99 Tinggi
3. C 41 – 60,99 Cukup
4. D 21 – 40,99 Rendah
5. E 0 – 20,99 Rendah Sekali.
Sumber : Suharsimi Arikunto (2004), diolah oleh Sari D, 2014, hlm. 5
Dengan deskripsi kriteria kemampuan berfikir kritis peserta didik sebagai berikut:
1. Rentang nilai 81-100, kategori tinggi sekali dengan kriteria mencakup:
jawaban benar, menunjukkan keterkaitan antar konsep, konsep dan
53
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
generalisasi yang dikemukakan menyeluruh, solusi tepat dan penjelasan
lengkap.
2. Rentang nilai 61-80,99, kategori tinggi dengan kriteria mencakup: peserta
didik mampu memberikan penjelasan sederhana mengenai suatu
permasalahan, membangun keterampilan dasar (mempertimbangkan sumber
dan hasil observasi), membuat kesimpulan dan mengidentifikasi berbagai
asumsi.
3. Rentang nilai 41-60,99, kategori cukup dengan kriteria mencakup: peserta
didik mampu memberikan penjelasan sederhana mengenai suatu
permasalahan, membangun keterampilan dasar (mempertimbangkan sumber
dan hasil observasi) dan membuat kesimpulan.
4. Rentang nilai 21-40,99, kategori rendah dengan kriteria mencakup: peserta
didik mampu memberikan penjelasan sederhana mengenai suatu
permasalahan dan membangun keterampilan dasar.
5. Rentang nilai 0-20,99, kategori rendah sekali dengan kriteria mencakup:
peserta didik memberikan penjelasan sederhana mengenai suatu
permasalahan (Sumber: Ennis, 1989 (dalam Komalasari 2013, hlm.268),
diolah oleh peneliti)
b. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi
tentang hal-hal yang diamati atau diteliti (Sanjaya, 2010, hlm. 104). Pada
umumnya observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori, seperti
yang dikemukakan oleh Karl Popper dalam Hopkins ( dalam Wiriaatmadja, 2014,
hlm. 104), namun observasi dalam kelas guru sebagai peneliti harus
menanggalkan teori dan harus mengamati secara alamiah tanpa ada upaya
justifikasi sebuah teori atau menyanggah teori tersebut.
Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini berupaya melihat bagaimana
guru dan siswa dalam menampilkan pembelajaran IPS di kelas VII.4 semester
genap pada tema tiga (3) yaitu: potensi dan pemanfaatan sumber daya alam.
Observasi dilakukan untuk proses pembelajarannya dan bagaimana peserta didik
54
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menampilkan kemampuan berfikir kritisnya baik dalam menganalisis, perhatian
(attention), kepeduliannya (awerness), serta kemampuan individual jugment-nya
dalam menanggapi pembelajaran yang ditampilkan guru. Kegiatan observasi
dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti dan guru mitra
bertindak sebagai guru pengajar.
Penelitian ini menggunakan bentuk observasi terfokus dan observasi
terstruktur. Observasi terfokus dilakukan oleh peneliti dan mitra untuk
mendapatkan data yang terfokus dan terarah. Sedangkan observasi terstruktur
dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat (observer) dengan maksud untuk
memudahkan dalam melihat kondisi yang terjadi dalam situasi kelas, dengan
menggunakan format observasi yang telah disepakati.
Fase observasi dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga fase esensial,
yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan. Pada
pertemuan perencanaan, guru dan observer mendiskusikan rencana pembelajaran,
observasi kelas dilakukan untuk mengumpulkan data objektif dari proses
pembelajaran dan kemudian dianalisis dalam diskusi balikan. Dalam proses
observasi peneliti atau observer membuat catatan lapangan (field notes) dan
membuat catatan reflektif yang disusun pada saat catatan lapangan sedang
dilakukan.
C. Wawancara
Upaya untuk mendapatkan data dalam proses penelitian juga diperlukan
wawancara dengan subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh
lebih lengkap dan akurat. untuk mengungkapkan kemampuan berfikir kritis siswa
diperlukan upaya guru mewawancarainya agar peserta didik dapat leluasa berani
berpendapat. Tiga fungsi wawancara dalam penelitian kelas menurut Hopkins
(2011, hlm. 192) adalah:
1. Membantu guru untuk fokus pada salah satu aspek pengajaran atau
kehidupan kelas secara detail.
2. Menyediakan informasi diagnostik awal melalui diskusi antara guru-siswa
di kelas; dan
3. Meningkatkan iklim positif ruang kelas.
55
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengingat pentingnya wawancara dalam penelitian kelas, maka,
wawancara yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini dilakukan oleh peneliti
dengan maksud untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan fokus yang
direncanakan. Sehingga melalui wawancara, peneliti memperoleh data yang
cukup memadai, akurat. Wawancara ditujukan kepada beberapa peserta didik
SMP Negeri 2 Dumai kelas VII.4. sedangkan untuk mendapatkan informasi dari
guru, peneliti menggunakan wawancara yang tidak terstruktur untuk mendapatkan
informasi yang beragam mengenai kondisi kelas VII.4 terutama untuk mengetahui
kendala apa saja yang terjadi serta bagaimana pendapat guru dan peserta didik,
baik pada saat pelaksanaan peningkatan kemampuan berfikir kritis peserta didik
pada tema potensi dan pemanfaatan sumber daya alam melalui metode problem
solving maupun setelah pelaksanaan penerapan metode problem solving .
Wawancara juga dilakukan secara tidak formal atau sambil berdiskusi atau
dalam perbincangan biasa. Wawancara menurut Goetz dan LeCompte (dalam
Wiriaatmadja, 2014, hlm. 117) adalah “wawancara merupakan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu”.
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data
baik dari guru maupun dari peserta didik, untuk mendapatkan gambaran mengenai
kondisi pembelajaran baik sebelum dilaksanakan tindakan maupun setelah
dilakukannya tindakan terhadap proses pembelajaran. Wawancara dalam
penelitian ini dianggap penting karena dapat memberikan gambaran mengenai
pendapat guru dan peserta didik termasuk kendala-kendala yang di dialami pada
saat diterapkannya metode problem solving.
d. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi dokumentasi pada
PTK ini berarti peneliti mendapatkan data dari dokumen-dokumen yang sudah
ada. Data-data tersebut berupa laporan tugas siswa, laporan hasil diskusi siswa
ataupun data dari hasil tes peserta didik. Menurut Goetz dan LeCompte (dalam
56
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wiriaatmadja, 2014, hlm. 125), “dokumen yang menyangkut para partisipan
penelitian akan menyediakan kerangka bagi data yang mendasar”.
2. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Hubermas, 1984 (dalam Emzir, 2010, hlm. 129),
terdapat tiga (3) macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:
1). Reduksi data; 2). Penyajian data (display data) dan 3).Penarikan (verifiksi
data)
1. Reduksi data
Reduksi data, yaitu menunjuk pada proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan pemtransformasian “data mentah” yang
terjadi dalam catatn-catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi secara
kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara kualitatif.
Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis, tetapi merupakan
bagian dari analisis. Emzir (2010, hlm. 130), menjelaskan bahwa reduksi
data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih memfokuskan,
membuang dan meyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan ahkir
dapat digambarkan dan diverifikasikan.
2. Penyajian data (display data)
Menurut Emzir (2010, hlm. 132), Penyajian data (display data) sebagai
suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan mendeskripsian
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk yang paling sering dari
penyajian data kualitatif selama ini adalah teks naratif, teks tersebut dapat
berbentuk catatan lapangan. Biasanya catatan lapangan yang berupa teks
yang berserakan, berurutan ketimbang serempak, tidak beraturan, dan sangat
luas. Menghadapi hal ini, peneliti akan menghadapi kesulitan dalam
memproses sejumlah besar informasi. Selanjutnya Emzir menjelaskan bahwa
penyajian data yang lebih baik adalah suatu jalan masuk utama untuk analisis
kualitatif yang valid. Penyajian data tersebut mencakup berbagai jenis
matrix, diagram, jaringan kerja, dan bagan. Semua dirancang untuk merakit
informasi yang tersusun dalam suatu yang dapat diakses secara langsung,
57
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bentuk yang praktis, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang terjadi
dan dapat mengambarkan kesimpulan dengan baik yang dijustifikasikan
maupun bergerak ke analisis tahap berikutnya model mungkin menyarankan
yang bermanfaat.
3. Penarikan (verifikasi data)
Sejak awal pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan
apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proposisi-proposisi. Kesimpulan
akhir mungkin tidak terjadi hingga pengumpulan data selesai, tergantung
pada ukuran korpus dan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan dan
metode-metode perbaikan yang digunakan, pengalaman peneliti, dan tuntutan
dari penyandang dana, tetapi kesimpulan sering digambarkan sejak awal,
bahkan ketika seorang peneliti menyatakan telah memproses secara induktif
(Emzir, 2010 hlm. 133). Ketiga tahap tersebut dapat digambarkan dalam
bagan berikut:
Gambar 3.2. Komponen analisis data model interaktif (Emzir, 2010, hlm. 134)
Goetz dan LeCompte (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 137), menjelaskan
tentang analisis data kualitatif peran proses kognitif atau “berteori” mengenai
kategori abstrak dan hubungannya. Hal ini penting, karena akan membantu
peneliti dalam mengembangkan penjelasan dari kejadian atau situasi yang
berlangsung di dalam kelas yang ditelitinya.
Pengumpulan
data
Penyajian
data
Penarikan
kesimpulan
Reduksi data
58
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengenai langkah pertama, memahami atau berfikir perspektif mengenai
data, seorang peneliti dalam memproses data memerlukannya sebagai bimbingan
dalam membagi data menjadi unit-unit analisis, di samping mengarahkan peneliti
dalam mereduksi data sehingga praktis untuk dimanipulasi.
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sejak awal, sejak
tahap orientasi lapangan. Seperti yang dikatakan oleh Miles dan Hubermas
(dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 139), bahwa: “ ... the ideal model for data
collection and analysis is one that interweaves them from the beginning”, yang
artinya model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara
bergantian berlangsung sejak awal.
Langkah-langkah dalam analisis data, mencakup:
1. Kode dan mengkoding
Miles dan Hubermas (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 139)
mengemukakan bahwa salah satu permasalahan dalam penelitian kualitatif
adalah bahwa cara kerjanya terutama bertalian dengan kata-kata, bukan
dnegan angka. Kata-kata lebih gemuk dibandingkan dengan angka, dan
bersifat multi makna. Adakalanya sebuah kata tidak mempunyai arti sama
sekali, kecuali apabila dihubungan dengan kata lain. Angka tidak begitu
ambigu, dan bisa diproses dengan lebih ekonomis. Namun demikian, kata-
kata juga memungkinkan peneliti membuat “deskripsi tebal”.
2. Catatan reflektif.
Segera setelah peneliti sebagai pengamat mempunyai waktu, catatan
lapangan itu harus cepat ditransktip dan diketik, agar dapat dibaca oleh
siapapun. Pada waktu itulah sang peneliti mengalami kembali apa yang telah
terjadi di kelas tadi pagi, dan merefleksi terjadi pada situasi yang berkembang
pada waktu itu (Wiriaatmadja, 2014, hlm. 142-143).
3. Catatan pinggir
Catatan reflektif dan catatan pinggir juga merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam langkah menganalisis data. Catatan reflektif ini berfungsi
menambah kebermaknaan dan kejelasan kepada catatan lapangan (field
59
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
notes), di samping menggaris bawahi hal-hal yang penting yang terlewat atau
terkaburkan dalam kegiatan koding.
4. Pembuatan matrik
Pembuatan matrik diperlukan untuk membantu peneliti melihat data
lebih jelas dan memahaminya secara substantif, serta membantu untuk
menganalisisnya.
3. Validasi Data
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2014, hlm. 168), untuk menguji derajat
keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian, ada beberapa bentuk validasi
yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:
Melakukan member ckeck, yakni memeriksa kembali keterangan-
keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau
wawancara dari nara sumber, siapapun juga (kepala sekolah, guru, teman
sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa, dan lain-
lain), apakah keterangan atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau
tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu diperiksa
kebenarannya.
Melakukan triagulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau
analisis, yang anda sendiri timbulkan dengan membandingkan dengan hasil
orang lain, misalnya mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi
yang sama. Guru berada di posisi terbaik, untuk melakukan introspeksi diri
terhadap kerjanya sendiri dalam sasaran dan tujuan pelajaran. Peserta didik
berada pada di posisi terbaik untuk menjelaskan bagaimana pengaruh
tindakan guru terhadap respon yang mereka berikan pada waktu pembelajaran
berlangsung. Sedangkan pengamat, berada pada posisi terbaik untuk
mengumpulkan data hasil observasi dari interaksi antara guru dan siswa pada
saat pembelajaran berlangsung. Dengan membandingkannya dengan kedua
sudut pandang lain dalam segitiga itu terbukalah kesempatan untuk membuka
kebenarannya.
60
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melakukan saturasi, yaitu situasi pada saat data sudah jenuh, atau tidak ada
data lain yang berhasil dikumpulkan. Glaser dan Stauss (dalam Wiriaatmadja,
2014, hlm. 170), mengemukakan bahwa tidak ada tambahan data baru berarti
sudah tercapai kejenuhan. Tingkat saturasi ini dapat di capai melalui upaya
tindakan yang terus menerus melalui siklus yang telah direncanakan. Melalui
perencana, pelaksanaan, observasi dan refleksi, diharapkan fokus penelitian
tindakan kelas dapat terwujud, sehingga seluruh data yang diperoleh mampu
menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi. Siklus pertama berakhir setelah
data dari fokus observasi dirasakan telah cukup, begitu juga untuk siklus
kedua dan ketiga.
Menggunakan perbandingan atau dengan eksplani saingan atau kasus
negatif, yaitu membandingkan dengan penelitian salingan untuk menguatkan
data yang telah mendukungnya, bukan untuk melakukan upaya untuk
menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian.
Menggunakan audit trail, yaitu pemeriksaan terhadap kesalahan-kesalahan
di dalam metode atau prosedur yang dipakai peneliti, dan di dalam
pengambilan kesimpulan. Juga memeriksa catatan-catatan yang ditulis oleh
peneliti atau pengamat peneliti lainnya. Audit trail dapat dilakukan oleh
teman sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
melakukan penelitian tindakan kelas.
Meminta nasihat kepada para pakar, yang disebut dengan expert opinion,
yang dapat membimbing penelitian. Pakar atau pembimbing akan memeriksa
semua tahapan kegiatan penelitian dan memberi arahan atau judgements
terhadap masalah-masalah penelitian, perbaikan, modifikasi atau penghalusan
berdasarkan arahan atau opini pakar atau pembimbing, selanjutnya akan
memvalidasi hipotesis, konstruk atau kategori dan pada tahap analisis.
Dengan demikian akan meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian.
Proses ini juga dilaksanakan seama proses bimbingan terhadap peneliti oleh
pembimbing selama proses penelitian dan proses penelitian tesis ini
berlangsung.
Validasi data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
triagulasi sumber, triagulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik
61
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini, peneliti membandingkan
antara informasi atau data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi,
dengan wawancara atau hasil tes yang dilakukan.
Selain itu, peneliti menggunakan teknik saturasi, yaitu teknik untuk
melihat derajat keterpercayaan dengan upaya memperoleh data sebanyak-
banyaknya hingga mencapai titik jenuh, atau data yang diperoleh sudah dirasakan
cukup dan lengkap. Hal ini dilakukan oleh peneliti ketika peneliti melakukan
tindakan pada setiap siklus. Siklus berakhir manakala peneliti menganggap
bahwa data yang dibutuhkan untuk mencapai fokus penelitian telah terpenuhi
secara meyakinkan.
4. Interpretasi data
Kegiatan terpenting dalam penelitian tindakan kelas adalah interpretasi
data. Data yang telah terkumpul melalui berbagai instrumen, akan memberikan
makna jika peneliti mampu memberikan interpretasi yang tepat. Data kemampuan
berfikir kritis peserta didik di SMP Negeri 2 Dumai kelas VII.4 dalam
pembelajaran IPS pada standar kompetensi/kompetensi dasar semester genap
yaitu memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam,
sosial, budaya, dan ekonomi pada tema tiga (3) yaitu potensi dan pemanfaatan
sumber daya alam, dapat diperoleh melalui observasi selama tindakan
beerlangsung, kemudian ditulis dengan catatan lapangan. Selain itu, data juga
dapat diperoleh melalui wawancara, tes dan dokumentasi. Berdasarkan data yang
terkumpul, kemudian peneliti memberikan penafsiran.
5. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila nilai rata-rata
kelas untuk kemampuan berfikir kritis peserta didik di kelas VII.4 ≥ 75, yaitu
berada pada kategori berfikir kritis tingkat tinggi dengan kriteria Peserta didik
mampu memberikan penjelasan sederhana mengenai suatu permasalahan,
membangun keterampilan dasar (mempertimbangkan sumber dan hasil observasi),
membuat kesimpulan dan mengidentifikasi berbagai asumsi.
62
Siti Nurhayati, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA TEMA POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Isu Etik
Penelitian ini dilakukan untuk peningkatan kemampuan berfikir kritis
peserta didik pada tema potensi dan pemanfaatan sumber daya alam melalui
metode problem solving dalam pembelajaran IPS. Mengingat hal tersebut di atas,
penelitian yang dilakukan ini tidak menimbulkan dampak negatif baik secara fisik
maupun non fisik bagi peserta didik, karena penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan latihan dan bekal kemampuan berfikir kritis peserta didik agar
mampu memiliki kemampuan untuk mengenal dan menganalisis suatu persoalan
dari berbagai sudut pandang secara komprehensif dan mampu berperan secara
bermakna pada era globalisasi di abad ke-21 dan hidup secara fungsional dan
bermakna.