bab iii menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
PENGANTAR BISNIS
MENJALANKAN BISNIS SECARA ETIS DAN BERTANGGUNG JAWAB
DISUSUN OLEH :
WILDAN RIZKI D. (1313015011)
SHELLY INTAN PERMATASARI (1313015006)
SHEPTIAN RICHMAN RADITTE (1313015012)
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang mana kami dapat
menyelesaikan makalah pengantar bisnis Bab III tentang “Menjalankan Bisnis
Secara Etis dan Bertanggung Jawab”.
Makalah ini digunakan mahasiswa semester I program study Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya, yang
dimaksudkan untuk mempermudah mahasiswa dalam pemahaman materi mata
kuliah tersebut.
Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat
yang besar pada para mahasiswa/i.
Akhirnya kami sangat menghargai kepuasan dan kritik yang datang dari para
mahasiswa dan dosen untuk perbaikan pada periode mendatang.
Dan terima kasih atas sumbang sarannya.
Surabaya, 2 Oktober 2013
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 41.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 71.3 Tujuan ................................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 8
2.1 ETIKA DALAM LINGKUNGAN KERJA......................................................... 8
2.1.1 Etika Individual................................................................................... 9
2.1.2 Etika Bisnis dan Etika Manajerial....................................................... 10
2.1.3 Menilai Perilaku Etis ................................................................ 11
2.1.4 Praktek-praktek Perusahaan dan Etika Bisnis ............................... 12
2.2 TANGGUNG JAWAB SOSIAL ( CSR ) ..................................................... 12
2.2.1 Model Tanggung Jawab Terhadap Pihak yang Berkepentingan....... 13
2.2.2 Kesadaran Sosial Masa Kini.............................................................. 14
2.3 BIDANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL ..................................................... 15
2.3.1 Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan ...........................................15
2.3.2 Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan ......................................... 17
2.3.3 Tanggung Jawab Terhadap Karyawan ......................................... 19
2.3.4 Tanggung Jawab Terhadap Penanam Modal .............................. 19
2.4 MENGIMPLEMENTASIKAN PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL.. 20
2.4.1 Pendekatan Tanggung Jawab Sosial ......................................... 20
2.4.2 Mengelola Program Tanggung Jawab Sosial .............................. 21
2.5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN BISNIS KECIL .............................. 21
BAB III PENUTUP ............................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin maju serta laju
perekonomian dunia yang semakin cepat, dan diberlakukannya sistem
perdagangan bebas sehingga batas kita dan batas dunia akan semakin "kabur".
Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk
mendapatkan kesempatan dan keuntungan. Kadangkala untuk mendapatkan
kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala
cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak. Dengan kondisi seperti
ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negara-
negara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling
menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan bagaimana jadinya jika pelaku
bisnis dihinggapi kehendak saling "menindas" agar memperoleh tingkat
keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika
bisnis.
Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan
persaingan oleh karena itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang
memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma
masyarakat. Organisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan dapat memiliki
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Berita yang menggembirakan dari kalangan dunia usaha dewasa ini adalah
semakin banyaknya jumlah organisasi yang menciptakan jabatan-jabatan baru
yang berkaitan dengan lingkungan dalam jajaran pimpinan puncak mereka. Yang
4
menjadi pusat perhatian para pimpinan tersebut adalah segala kegiatan
perusahaan, dari program daur ulang yang dilakukan sampai ke kebijaksanaan
jangka panjang perusahaan terhadap lingkungan. Ini semua menuntut
keterampilan dari manajer ditambah kemampuan mereka dalam mengatasi
berbagai macam isu tentang peraturan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan
lingkungan. Kemampuan melakukan diplomasi juga akan sangat membantu
karena mereka juga berbicara atas nama lingkungan alam, dan rakyat, dalam
berbagai forum eksekutif. Pada perusahaan DuPont, misalnya, setiap tahun
dilakukan penilaian terhadap para line manajer tentang seberapa baik mereka
mengelola tanggung jawab yang berkaitan dengan lingkungan.
Namun di sisi lain, muncul berita yang kurang menggembirakan, yakni bahwa
tidak semua laporan tentang dunia usaha seperti yang sudah dibahas di muka.
Sebagai contoh beberapa eksekutif Beech-Nut mendekam dalam penjara karena
perusahaan tersebut menjual apple juice palsu. Juice yang berlabel “100% fruit
juice” tersebut ternyata campuran dari bahan-bahan sintetis. Tidakkah anda
merasa khawatir akan apa yang terjadi di dalam masyarakat seandainya
tindakan semacam itu sudah menjadi kebiasaan? Seharusnya kita bertanya
“bukankah ini saat bagi kita untuk mulai serius tentang aspek moral dan dampak
sosial dari pengambilan keputusan dalam perusahaan?” jawabannya tentu saja
adalah ya. Yang menjadi pusat dari pembahasan ini adalah tanggung jawab
manajer dalam membanru pihak lain untuk mencapai kinerja yang tinggi namun
dengan sekaligus juga selalu bertindak melalui cara-cara yang etis dan
bertanggung-jawab.
Contoh kasus dalam dilema manajer, Salah satu ketakutan paling besar
dalam usaha jasa makanan adalah bila ada salah seorang pekerja ada yang
5
menularkan penyakitnya, seperti hepatitis A yang kita ketahui adalah virus yang
sangat mudah menular yang ditularkan melalui makanan, penggunaan peralatan
obat dengan seorang yang telah terinfeksi bersama-sama, ke dalam makanan
produksi mereka. Para manajer dan pemilik jasa makanan setempat
mengkhawatirkan apa yang dapat dilakukan jika suatu kasus hepatitis menimpa
usaha mereka, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Dan
kekhawatiran itu menjadi kenyataan bagi salah satu usaha jasa makanan
setempat. Bob Mericle, pemilik restoran Wafle House di Springfield, Missouri,
dihadapkan pada sebuah dilema berat, didapati salah satu juru masak di
restorannya mungkin telah menularkan hepatitis A-nya kepada 350 orang
selama periode 5 hari. Tuan Mericle harus mengambil keputusan. Haruskah ia
mengumumkan informasi itu atau haruskah ia melaporkannya ke departemen
kesehatan sebagaimana diminta ? Menghadapi dilema sulit seperti harus atau
tidak harus mengumumkan penyakit menular hanyalah salah satu contoh jenis-
jenis masalah tanggung jawab etis dan social yang boleh jadi harus dihadapi
oleh para manajer sewaktu mereka merencana, mengorganisasi, memimpin, dan
mengendalikan. Sewaktu para manajer dan organisasi menjalankan usaha
mereka, faktor-faktor sosial dapat dan memang mempengaruhi tindakan-
tindakan mereka.
6
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diketahui rumusan masalahnya, yaitu :
1. Bagaimana etika dalam lingkungan kerja ?
2. Bagaimana tanggung jawab sosial dalam perusahaan ?
3. Bagaimana mengimplementasikan program tanggung jawab sosial ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembelajaran ini adalah :
Menjelaskan cara para individu mmengembangkan kode etik pribadinya dan
mengapa etika penting dalam lingkungan kerja.
Membedakan tanggung jawab sosial dengan etika, mengidentifikasikan pihak-
pihak yang berkepentingan dalam organisasi, dan menunjukkan ciri
kepedulian sosial dewasa ini.
Memperlihatkan penerapan konsep tanggung jawab sosial pada masalah-
masalah lingkungan dan pada hubungan perusahaan dengan para
konsumen, karyawan, dan investor.
Mengidentifikasi empat pendekatan umum tanggung jawab sosial dan
menjelaskan empat tahap yang harus diambil perusahaan untuk
mengimplementasikan program tanggung jawab sosial ( CSR ).
Menjelaskan pengaruh masalah-masalah tanggung jawab sosial dan etika
terhadap bisnis berskala kecil.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ETIKA DALAM LINGKUNGAN KERJA
Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ Ethos” yang berarti adat,
akhlak, waktu perasaan, sikap dan cara berfikir atau adat-istiadat. Etika
sendiri merupakan tuntutan mengenai perilaku, sikap dan tindakan yang
diakui, sehubungan suatu jenis kegiatan manusia mengenai baik dan
buruknya serta dapat mempengaruhi hal-hal lainnya.
Dengan kata lain, Perilaku etis merupakan perilaku yang mencerminkan
keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial yang diterima secara
umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik.
Sedangkan Perilaku tidak etis sendiri adalah perilaku yang menurut
keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis
yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Secara sederhana yang
dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup
bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan
hukum yang berlaku (legal), tidak tergantung pada kedudukan individu
ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
8
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan transaksi dan
kegiatan yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain :
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial perusahaan
3. Mempertahankan jati diri
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
6. Menghindari sifat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
7. Nyatakan benar, jika benar
8. Sikap saling percaya
9. Konsekuen dan konsisten terhadap aturan
10. Menumbuhkan kesadaran dan rasa memiliki
11. Dituangkannya suatu bagian etika bisnis dalam suatu hukum positif
berupa perundang-undangan.
2.1.1 Etika Individual
Etika dapat bervariasi dari satu orang ke lainnya. Disini individu dapat
mengembangkan kode etik pribadi yang mencerminkan beragam sikap dan
keyakinan, dimana hal ini ditentukan oleh individu dan sebagian ditentukan
oleh budaya. Adapula contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Sesungguhnya setiap orang sepakat bahwa jika melihat
seseorang menjatuhkan uang, Anda akan bertindak etis dengan
mengembalikannya kepada si pemilik. Akan tetapi Anda tidak dapat seyakin
9
itu kalau menemukan uang dan tidak tahu siapa yang menjatuhkannya ?
haruskah Anda menyerahkannya ke bagian kehilangan barang ? atau karena
pemiliknya tidak mungkin mengklaimnya, dapatkah anda menyimpannya ?
Ambiguitas, Hukum dan Dunia Nyata
Pada umumnya masyarakat menerapkan undang-undang formal yang
mencerminkan standar etis atau norma sosial yang berlaku. Kita berupaya
membuat undang-undang yang tidak bersifat ambigu, namun penafsiran dan
penerapannya dapat menyebabkan ambiguitas. Situasi dunia nyata sering
dapat ditafsirkan berbeda, dan menerapkan aturan baku ke dunia nyata tidak
selalu mudah.
Kode dan Nilai Individu
Kode etik pribadi masing-masing orang di tentukan oleh kombinasi
sejumlah faktor, salah satunya adalah pembentukan standar etis. Kita
membentuk standar etis sebagai seorang anak sebagai tanggapan kita atas
perlaku orang tua dan orang dewasa lainnya. Kemudian kita masuk sekolah
dimana kita dipengaruhi teman-teman sekolah, dan ketika tumbuh menjadi
dewasa, pengalamanlah yang membentuk kita.
2.1.2 Etika Bisnis dan Etika Manajerial
Etika Manajerial merupakan standar perilaku yang memandu manajer
dalam pekerjaannya.
Terdapat tiga kategori luas dan cara etika manajerial dapat mempengaruhi
kerja orang :
10
1. Perilaku terhadap Karyawan
Kategori ini meliputi materi seperti merekrut dan memecat,
menentukan kondisi upah kerja, serta memberikan privasi dan respek.
2. Perilaku terhadap Organisasi
Isu etis juga muncul dari perilaku karyawan terhadap majikannya,
khususnya dalam kasus seperti konflik kepentingan, kerahasiaan, dan
kejujuran. Konflik kepentingan terjadi ketika suatu aktivitas bisa
menguntungkan individu dengan merugikan pihak majikannya. Masalah yang
relatif umum di bidang kejujuran umumnya mencakup perilaku seperti
mencuri pasokan, menggelembungkan laporan biaya, dan menggunakan
telepon kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Etika juga tampil dalam hubungan antara perusahaan dan
karyawannya dengan apa yang disebut agen kepentingan primer (primary
agents of interest), terutama pelanggan, pesaing, pemegang saham,
pemasok, penyalur, dan serikat buruh. Dalam menghadapi agen-agen
tersebut, ada peluang terjadinya ambiguitas etis dalam hampir setiap aktivitas
periklanan, laporan keuangan, pemesanan dan pembelian, tawar menawar
dan perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.
2.1.3 Menilai Perilaku Etis
Model penerapan penilaian etis terhadap situasi bisnis
merekomendasika tiga langkah berikut :
1. Pengumpulan informasi faktual yang relevan
2. Peninjauan fakta untuk menentukan nilai moral paling sesuai
11
3. Penyusunan penilaian etis berdasarkan benar salahnya kegiatan atau
kebijakan yang diusulkan.
Adapula norma dan persoalan yang ditimbulkan serta bisa
mempengaruhi situasi apapun :
1. Kegunaan (utility)
2. Hak (rights)
3. Keadilan (justice)
4. Kepedulian (caring)
2.1.4 Praktek-Praktek Perusahaan dan Etika Bisnis
Banyak perusahaan yang mengambil langkah untuk mendorong
perilaku etis di lingkungan kerja. Di antaranya, menetapkan aturan main
dalam menjalankan dan mengembangkan posisi etis yang jelas mengenai
cara perusahaan dan karyawan menjalankan bisnisnya. Barangkali langkah
tunggal paling efektif yang juga dapat diambil perusahaan adalah
memperlihatkan dukungan manajemen puncak terhadap tindakan yang etis.
Selain itu untuk mempromosikan sikap jujur dan terbuka, perusahaan dapat
juga mengambil langkah-langkah spesifik untuk memformalisasikan komitmen
mereka, yaitu dengan cara :
1. Menerapkan kode etik tertulis
2. Memberlakukan program etika
2.2 TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR)
Etika mempengaruhi individu dalam lingkungan kerja. Tanggung
jawab sosial merupakan usaha suatu bisnis menyeimbangkan komitmennya
12
terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya, yang meliputi
konsumen, bisnis lain, karyawan, investor, dan komunitas lokal. Kelompok
dan individu itu sering kali disebut sebagai pihak yang berkepentingan
dalam organisasi : Mereka adalah kelompok, orang , dan organisasi yang
dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek suatu organisasi, dan dengan
demikian, berkepentingan terhadap kinerja organisasi itu. Pihak-pihak utama
yang berkepentingan dalam korporasi antara lain : Karyawan, Investor,
Pemasok, Pelanggan, dan Komunitas Lokal.
2.2.1 Model Tanggung Jawab terhadap Pihak yang Berkepentingan
Sebagian besar korporasi yang berusaha untuk bertanggung jawab
kepada pihak yang berkepentingan atas mereka, berfokus pada lima
kelompok utama :
1. Pelanggan
Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pelanggan mereka berusaha
melayani pelanggan secara wajar dan jujur. Mereka juga mencari cara untuk
menetapkan harga secara wajar, menghargai garansi, memenuhi komitmen
pengiriman pesanan, dan mempertahankan kualitas produk yang mereka jual.
2. Karyawan
Bisnis yang bertanggung jawab secara sosial terhadap pekerjanya
memperlakukan karyawan dengan adil, menganggap pekerja sebagai bagian
dari tim, dan menghormati harga diri dan kebutuhan dasar manusia mereka.
3. Investor
Untuk mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial terhadap
para investor, para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas,
13
memberikan informasi yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai
kinerja keungangan perusahaan, dan mengelola perusahaan untuk
melindungi hak-hak dan investasi para pemegang saham.
4. Pemasok
Hubungan dengan pemasok harus dikelola dengan hati-hati. Oleh karena itu,
penting membuat perjanjian yang saling menguntungkan dengan
pemasoknya.
5. Komunitas lokal
Sebagian besar bisnis berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial
kepada komunitas lokal mereka, seperti memberikan sumbangan program-
program lokal.
2.2.2 Kesadaran Sosial Masa Kini
Sikap terhadap tanggung jawab sosial terus berkembang. Abad
kesembilan belas yang lalu, walaupun diwarnai oleh semangat wirausaha dan
filosofi laissez-faire, juga menonjolkan percekcokan tenaga kerja dan praktik
bisnis yang ganas. Keprihatinan tentang aktivitas bisnis yang tak terkendali
segera melahirkan undang-undang yang mengatur praktik bisnis.
Pada tahun 1930-an, banyak orang menganggap kegagalan bisnis dan
bank serta kehilangan pekerjaan dimana-mana, terjadi akibat iklim umum,
ketamakan bisnis, dan kurangnya aturan. Di luar kekacauan ekonomi 1930-
an, ketika kerakusan dianggap sebagai penyebab kegagalan bisnis dan
kehilangan pekerjaan, muncul undang-undang baru yang melindungi dan
meningkatkan kesejahteraan sosial.
14
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, aktivis mendorong semakin
banyaknya peraturan pemerintah di berbagai bidang bisnis. Sikap dewasa ini
menekankan peran sosial yang lebih besar bagi bisnis. Barangkali globalisasi
dan gerakan lingkungan hidup telah membuat bisnis lebih peka terhadap
tanggung jawab sosial mereka.
Pandangan ini, digabungkan dengan kesejahteraan ekonomi tahun
1980-an dan 1990-an, menandai kembalinya laissez-faire, tetapi epidemik
skandal korporasi sekarang ini mengancam kembalinya era 1930-an yang
menuntut lebih banyak aturan dan pengawasan.
2.3 BIDANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Sewaktu mendefinisikan rasa tanggung jawab sosialnya, perusahaan
biasanya menghadapi empat hal yang harus dipertimbangkan :
2.3.1 Tanggung jawab terhadap lingkungan
Polusi merupakan tantangan besar dalam bisnis kontemporer. Polusi
adalah masuknya zat-zat berbahaya ke dalam lingkungan. Berikut adalah
masalah polusi yang perlu dicari penyelesaiannya baik oleh pemerintah
maupun dunia usaha :
o Polusi udara
Terjadi apabila beberapa faktor bergabung bersama sehingga
menurunkan kualitas udara. Seperti yang diakibatkan oleh asap kendaraan.
Peraturan berupaya mengatur polusi udara dimana perusahaan diharuskan
memasang alat khusus untuk membatasi polutan yang mereka hasilkan.
15
o Polusi air
Air terkena polusi terutama akibat pembuangan bahan-bahan kimia
dan sampah. Selama bertahun-tahun, bisnis maupun kota membuang
sampahnya ke dalam sungai, hulu sungai, dan danau tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya.
Berkat undang-undang yang baru dan meningkatnya kepedulian, kualitas air
di berbagai daerah di Amerika Serikat membaik.
o Polusi tanah
Terdapat dua masalah dalam polusi tanah. Yang pertama, adalah
bagaimana mengembalikan kualiltas tanah yang telah rusak, karena kita tetap
perlu menggunakannya. Yang kedua adalah bagaimana cara mencegah
terjadinya kontaminasi di masa mendatang. Salah satu penyelesaiannya
adalah dengan memisahkan limbah-limbah yang ada, kemudian
memanfaatkannya. Masalah kontroversial yang utama dalam polusi tanah
adalah pembuangan limbah beracun. Limbah beracun merupakan produk
sampingan berbahaya dari proses manufaktur yang mengandung zat-zat
kimia dan/ atau radioaktif. Sesuai sifatnya, limbah beracun tidak dapat
dihancurkan dan tidak dapat diproses menjadi material yang tidak berbahaya.
Disamping itu, daur ulang juga merupakan bidang kontroversi lainnya dalam
polusi tanah. Daur Ulang adalah pengubahan sampah menjadi produk-
produk yang berguna. Banyak komunitas lokal aktif mendukung berbagai
program daur ulang termasuk membedakan pembuangan sampah aluminium,
plastik, gelas, dan kertas pulp. Namun kepedulian dan minat konsumen
dalam bidang itu meningkkat pada saat tertentu dibandingkan pada saat yang
lain.
16
2.3.2 Tanggung jawab terhadap pelanggan
Perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya
akan kehilangan kepercayaan dan akhirnya akan kehilangan bisnis. Selain
itu, pemerintah secara aktif mengawasi apa yang dapat dan apa yang tidak
dapat dilakukan oleh bisnis-bisnis sehubungan dengan konsumennya. Praktik
bisnis yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya
dapat dikenakan denda dan hukuman dari pemerintah. Tanggung jawab
sosial terhadap konsumen pada umumnya terbagi atas dua kategori :
menyediakan produk-produk berkualitas dan menetapkan harga-harga secara
adil.
Hak Konsumen
Banyaknya perhatian bisnis terhadap tanggung jawab kepada
konsumen saat ini dapat ditelusuri dari peningkatan konsumerisme, yaitu
aktivitas sosial yang ditujukan untuk melindungi hak-hak konsumen dalam
persetujuan ( jual-beli ) dengan dunia bisnis. Pada awal tahun 1960-an,
Presiden John F. Kennedy mengidentifikasikan empat hak dasar konsumen
yang juga didukung oleh sejumlah undang-undang federal dan negara
bagian, yaitu :
Konsumen memiliki hak atas produk yang aman.
Konsumen mempunyai hak mengetahui seluruh aspek yang berkaitan
dengan suatu produk.
Konsumen mempunyai hak untuk didengar.
Konsumen memiliki hak untuk memilih apa yang mereka beli.
17
Konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dalam hal
pembelian.
Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan layanan yang ramah.
Penetapan Harga yang Tidak Wajar
Mencampuri persaingan dapat juga menjadi praktik penetapan harga
yang ilegal. Salah satunya adalah Kolusi. Kolusi terjadi apabila dua atau
lebih perusahaan sepakat untuk bekerja sama dalam tindakan yang salah
seperti kolaborasi penetapan harga ( price fixing ). Pada beberapa kondisi,
perusahaan juga bisa dituntut karena melakukan eksploitasi harga ( price
gouging ), yaitu menaikkan harga sangat tinggi ( dan kadang tidak
beralasan ) untuk mengikuti meningkatnya permintaan.
Etika Dalam Periklanan
Karena adanya potensi salah dalam interpretasi dalam kata dan
ungkapan, maka produsen makanan ( misalnya ) saat ini diminta
menggunakan format standar dalam memberikan informasi bahan-bahan
yang terkandung dalam kemasan produk. Beberapa iklan juga diatur dalam
undang-undang, karena beberapa konsumen menganggap iklan tersebut
tidak dapat diterima secara moral. Antara lain pakaian dalam, kondom,
alkohol, produk tembakau, dan senjata api.
18
2.3.3 Tanggung jawab terhadap karyawan
o Komitmen hukum dan sosial
Perilaku tanggung jawab secara sosial terhadap para karyawan
memiliki komponen hukum dan sosial. Menurut peraturan, bisnis tidak dapat
mempraktekkan berbagai bentuk diskriminasi ilegal terhadap orang-orang
dalam setiap segi hubungan kerja.
o Komitmen etis : Kasus Khusus Para Pengadu (Whistle-Blower)
Seorang karyawan yang mendeteksi dan berusaha mengakhiri
tindakan perusahaan yang tidak etis, tidak legal, atau tidak memiliki tanggung
jawab sosial dengan cara mempublikasikannya (whistle-blower).
2.3.4 Tanggung Jawab Terhadap Penanam Modal
o Manajemen finansial yang tidak wajar
Organisasi dan manajer bisa merasa bersalah karena kesalahan
manajemen keuangan, pelanggaran yang tidak etis namun tidak selalu ilegal.
Dalam situasi tersebut, para kreditor sering tidak dapat berbuat banyak dan
para pemegang saham memiliki sedikit pilihan.
o Cek kosong
Yaitu, praktek ilegal yang menuliskan cek yang uangnya belum
dikreditkan pada bank sewaktu cek tersebut dicairkan.
o Insider trading
Yaitu, praktik ilegal dengan menggunakan informasi rahasia
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
19
2.4 MENGIMPLEMENTASIKAN PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL
2.4.1 Pendekatan Tanggung Jawab Sosial
Bisnis dapat mengambil satu dari empat sikap yang menyangkut
dengan kewajiban sosialnya terhadap masyarakat, diantaranya :
Sikap Obstruktif
Yaitu, pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan
tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak
atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.
Sikap defensif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan
perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
Sikap akomodatif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu
perusahaan, dengan melakukannya, apabila diminta, melebihi persyaratan
hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya.
Sikap proaktif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu
perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk memberikan
sumbangan demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan
sosialnya.
20
2.4.2 Mengelola Program Tanggung Jawab Sosial
Sebuah model mengemukakan pendekatan empat langkah untuk
mendorong rasa tanggung jawab sosial di seluruh perusahaan :
1. Tanggung jawab sosial harus dimulai dari atas dan dianggap sebagai satu
faktor utama dalam perencanaan strategis.
2. Komite manajer puncak harus mengembangkan rencana yang merinci
level dukungan manajemen.
3. Seorang eksekutif harus diberi tanggung jawab atas agenda perusahaan.
4. Organisasi harus melaksanakan audit sosial: analisis sistematis mengenai
keberhasilan perusahaan menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk
tujuan tanggung jawab sosial.
2.5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN BISNIS KECIL
Bagi para pelaku bisnis kecil, isu etika adalah persoalan tentang etika
individual. Tetapi, dalam pertanyaan tentang tanggung jawab sosial, mereka
harus menanyakan diri sendiri apakah mereka dapat menghasilkan suatu
agenda sosial. Mereka harus juga menyadari bahwa para manajer di semua
organisasi menghadapi isu etika dan tanggung jawab sosial. Satu kunci
keberhasilan bisnis adalah memutuskan sejak awal cara menanggapi
permasalahan yang mendasari pertanyaan-pertanyaan etika dan tanggung
jawab sosial.
21
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah Pengantar Bisnis Manajemen tentang “Menjalankan Bisnis
Secara Etis dan Bertanggung Jawab” ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua. Dan kurang lebih dalam penulisan atau penyusunan, mohon dimaklumi.
3.1 Kesimpulan
Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-
nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berperilaku dalam
menjalankan kegiatan perusahaaan atau berusaha. Secara sederhana yang
dimaksud dengan etika bisnis disini adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat.
Suatu etika dalam berbisnis sangat mutlak untuk di lakukan agar tidak adanya
pebisnis lain yang tidak merasa dirugikan. Maju mundurnya bisnis yang dilakukan
tergantung si pelaku bisnis tersebut untuk memajukan bisnisnya. Dengan
menjunjung etika kita bisa membuat meningkatkan kepercayaan pelanggan, serta
kemajuan dari bisnis yang kita dirikan. Jadi kalau bisnis kita ingin lebih maju dan
terus ke depannya kita harus menjunjung tinggi nilai etika dalam berbisnis maupun
etika dimanapun.
22
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu
menguntungkan perusahaan untuk jangka menengah maupun jangka panjang
karena :
1. Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2. Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3. Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga.
4. Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan
dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui
gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat
menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki
peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi
atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga
bagi perusahaan. Oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ricky W. Griffin, Ronald J. Ebert. 2006. Bisnis Edisi Kedelapan Jilid 1, Erlangga : Jakarta.
24