bab iii identifikasi data a. identifikasi objek perancangan · selesai pewarnaan dengan menggunakan...

30
BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Objek Perancangan 1) Batik Batik adalah rangkaian proses dari membuat pola hias diatas kain sampai selesai pewarnaan dengan menggunakan lilin. a. Alat dan Bahan Yang Digunakan untuk Membuat Batik 1) Peralatan Membatik a) Gawangan Gawangan adalah perkakas untuk meletakkan dan membentangkan kain mori saat dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus mudah dipindah, kuat, dan ringan. b) Bandul Tanpa bandul, pekerjaan membatik dapat dilaksanakan. Tetapi bila menginginkan mori yang sedang dibatik tidak bergeser akibat tiupan angin atau tertarik secara tidak sengaja oleh pembatik, bandul dapat digunakan. Bandul berfungsi untuk menahan kain mori agar tidak bergeser saat dibatik. Bandul dapat dibuat dari timah, kayu, atau batu yang diletakkan dalam satu kantong. c) Wajan 19

Upload: dinhtu

Post on 21-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Objek Perancangan

1) Batik

Batik adalah rangkaian proses dari membuat pola hias diatas kain sampai

selesai pewarnaan dengan menggunakan lilin.

a. Alat dan Bahan Yang Digunakan untuk Membuat Batik

1) Peralatan Membatik

a) Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk meletakkan dan

membentangkan kain mori saat dibatik. Gawangan dapat dibuat

dari kayu atau bambu. Gawangan harus mudah dipindah, kuat,

dan ringan.

b) Bandul

Tanpa bandul, pekerjaan membatik dapat dilaksanakan.

Tetapi bila menginginkan mori yang sedang dibatik tidak

bergeser akibat tiupan angin atau tertarik secara tidak sengaja

oleh pembatik, bandul dapat digunakan. Bandul berfungsi untuk

menahan kain mori agar tidak bergeser saat dibatik. Bandul dapat

dibuat dari timah, kayu, atau batu yang diletakkan dalam satu

kantong.

c) Wajan

19

20

Wajan merupakan perkakas yang digunakan bersama

kompor untuk mencairkan lilin malam. Wajan bisa terbuat dari

logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya dipilih yang

bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari kompor.

Wajan yang terbuat dari tanah liat lebih baik daripada yang

terbuat dari logam, karenatangkainya tidak mudah panas. Namun,

wajan dari tanah liat agak lambat dalam memanaskan tanah liat.

d) Kompor

Kompor digunakan untuk memanaskan lilin malam di

wajan supaya mencair. Ukuran kompor disesuaikan dengan

ukuran wajan. Bila menggunakan wajan kecil, sebaiknya juga

menggunakan kompor yang kecil.

e) Taplak

Taplak merupakan selembar kain yang digunakan untuk

menutup paha pembatik agar tidak terkena tetesan lilin panas saat

membatik.

f) Saringan Malam

Saringan digunakan untuk menyaring lilin malam panas yang

banyak kotorannya. Dengan saringan, kotoran pada lilin malam

dapat dibuang, sehingga tidak menyumbat lubang pada canting

saat digunakan untuk membatik.

g) Dingklik

Dingklik merupakan bangku kecil dengan kaki yang

pendek. Dingklik digunakan untuk tempat duduk pembatik.

21

Dengan duduk diatas kursi, posisi pembatik akan lebih nyaman

sehingga tidak mudah capek. Namun pembatik dapat pula duduk

diatas tikar.

h) Canting

Canting adalah alat pokok yang digunakan untuk

membatik. Canting dipergunakan untuk melukiskan lilin malam

pada kain dalam proses pembuatan batik. Pekerjaan dengan

canting inilah yang disebut membatik. Canting terbuat dari plat

tembaga atau kuningan yang dibentuk seperti ceret. Ujung canting

dilengkapi dengan paruh atau cucuk, yaitu berupasaluran untuk

keluarnya lilin. Canting ada beberapa macam berdasarkan

lubangnya pada paruh canting, yaitu sebagai berikut :

(1) Canting cecekan

Canting cecekan memiliki lubang yang kecil.

Digunakan untuk membuat titik-titik kecil, atau dalam

bahasa jawa disebut cecek. Proses pembuatan titik-titik

dengan canting cecekan disebut nyeceki. Selain untuk

membuat motif titik-titik kecil, canting cecekan juga

dipergunakan untuk membuat motif garis-garis kecil.

(2) Canting klowongan

Canting klowongan adalah canting yang memiliki

lubang paruh berukuran medium. Canting klowongan

digunakan untuk membuat kerangka motif. Canting ialah

22

yang digunakan pertama kali pada saat membatik, yaitu

membuat motif kain yang telah digambari dengan pensil.

(3) Canting Tembok

Canting tembok adalah canting dengan ukuran

lubang paruh yang paling besar. Canting ini digunakan

untuk melekatkan lilin cair pada bagian motif yang lebar,

sehingga pekerjaan bisa lebih cepat.

2) Bahan Membatik

a) Lilin malam

Lilin malam merupakan bahan perintang dalam seni membatik.

Yang dimaksud perintang adalah menghalangi agar pewarna tidak

mengenai kain yang dilapisi lilin malam. Dengan demikian, setelah

lapisan lilin diluruhkan, kain tetap berwarna putih atau sesuai warna

dasar kain tersebut.

Lilin malam untuk membatik terbuat dari campuran lilin,

gondokurem, kote, parafin dan minyak. Lilin malam berbentuk

bongkahan padat. Setelah dilelehkan, barulah lilin malam dapat

digunakan untuk menulis atau menggambar motif seperti

menggunakan tinta. Agar dapet menjadi cair, lilin harus dipanaskan.

Pemanasan lilin malam ini dilakukan dengan kompor dan

menggunakan wajan kecil sebagai wadahnya.Beberapa jenis lilin yang

digunakan untuk membatik, yaitu:

(1) Lilin malam carikan

23

Lilin malam carikan berwarna agak kuning, sifatnya

lentur, tidak mudah retak, dan daya rekatnya sangat baik.

Lilin ini berfungsi untuk membuat batik tulis halus atau

bisa digunakan saat melakukan proses nglowongi atau

ngerengrengi motif yang sudah digambar dengan pensil

pada kain.

(2) Lilin malam tembokan

Lilin malam tembokan berwarna agak coklat gelap.

Sifatnya kental. Lilin malam ini berfungsi untuk menutup

motif blok.

(3) Lilin malam remukan

Lilin malam remukan berwarna coklat pucat, sifatnya

mudah retak.

b) Kain

Kain merupakan komponen terpenting dalam melukiskan

motif batik. Penggunaan kain untuk membatik pun tidak asal kain

putih. Ada jenis-jenis kain tertentu yang digunakan untuk membatik,

sehingga motif batik yang dihasilkan tidak hanya menarik, tetapi juga

nyaman ketika digunakan. Kain yang dipakai untuk membatikharus

kuat sertatahan terhadap suhu panas dan dingin sehingga tidak rusak

selama proses pembatikan.

Berikut ini merupakan beberapa jenis kain yang digunakan untuk

membatik :

(1) Kain mori

24

Kain mori primisima adalah kain yang memiliki

kualitas baik dengan tekstur halus dan tidak transparan.

Kain ini bagus sebagai bahan membuat batik.

(2) Kain sutra ATBM

Kain sutra ATBM merupakan kain yang mempunyai

karakter halus meskipun terdapat timbulan dari motif

hasiltenunan. Kain ini memiliki kualitas lebih baik

dibanding kain mori primisima

(3) Kain sutra polos

Kain sutra polos merupakan kain yang mempunyai

karakter halus. Kain ini memiliki kualitas paling baik

dibanding mori-mori batik lainnya.

c) Pewarna Batik

Ada dua jenis pewarna yang digunakan untuk membatik,

yaitu pewarna dari bahan alami dan pewarna sintetis.

(1) Pewarna alami

Didapatkan dari bahan bahan alami yang dihasilkan

oleh alam. Misalnya kayu tingi, daun talok, kayu secang,

daun jati, kayu mahoni daun mangga, dan sebagainya.

Kayu tingi digunakan untuk menghasilkan warna coklat

soga. Daun talok digunakan untuk menghasilkan warna

coklat kehijauan. Daun jati dan daun mangga digunakan

untuk menghasilkan warna coklat muda. Kayu secang

digunakan untuk menghasilkan warna coklat kemerahan

25

(2) Pewarna sintetis

Pewarna sintetis terbuat dari bahan kimia.Biasanya

zat kimia yang dipilih adalah zat kimia yang apabila

dipanaskan tidak akan merusak lilin malam dan tidak

menyebabkan kesulitan pada proses selanjutnya.

Pewarnaan ini dilakukan ketika batik sudah dalam keadaan

dingin. Zat pewarna sintetis lebih mudah diperoleh di

pasaran, ketersediaan warnanya terjamin. Jenis warna

bermacam-macam dan lebih praktis.

b. Proses Pembuatan Batik Tulis Secara Tradisional

Bahan yang diperlukan untuk membatik adalah kain mori, lilin / malam,

pensil, kanji, perwarna dan air. Untuk peralatan yang diperlukan diantaranya

adalah, canting, wajan, jembangan maupun kemplong/ palu besar dari kayu.

1) Kain mori

Dalam proses awal membatik, kain mori dipotong dengan ukuran

panjang 2,5 meter dan diplipit pinggirnya. Kemudian kain itu dicuci air

bersih dan dikeringkan. Setelah kering direndam dengan bubur tepung

beras wulu. Untuk membuat bubur, gunakan satu sendok tepung beras

wulu dicampur dengan air 4 gelas. Kemudian direbus sampai tanak. Bubur

tersebut hanya dipakai untuk ¼ potong kain. Setelah direndam, kain

tersebut kemudian dijemur. Penjemuran kain harus rata tidak boleh

mengkerut. Setelah kering, kain diembun-embunkan / dijemur saat dini

hari. Apabila sudah memes / lembut, baru dihaluskan dengan cara

26

dikemplong atau dipukul dengan palu besar sampai rata. Kain tersebut

kemudian digambari corak yang diinginkan dengan menggunakan pensil

2) Lilin atau malam untuk membatik

Untuk membuat batikan, lilin yang di pergunakan tidak hanya satu

jenis, namun merupakan campuran dari beberapa jenis lilin. Campuran

tersebut terdiri dari, lilin pethak / putih, seberat 100 sen, lilin hitam seberat

50 sen. Sen adalah mata uang recehan jaman dahulu yang bernilai sekitar

Rp. 0,01. Lilin tersebut direbus bersama dan diaduk-aduk menjadi satu,

hingga menjadi separuh dari volume semula. Setelah itu lilin siap

digunakan untuk membatik.

Saat akan digunakan untuk membatik, lilin itu dituangkan ke dalam

wajan terlebih dahulu. Kemudian dari wajan tersebut, lilin diambil sedikit

demi sedikit dengan canting dan digunakan untuk membatik sesuai dengan

gambar motif yang telah ada di mori yang sebelumnya telah dilukis

menggunakan pensil. Selesai dibatik, kain mori itu dijemur dalam terik

matahari. Hal ini agar lilinnya tidak lepas/ dileleh.

3) Pewarna batik

Pewarnaan dalam proses membatik ini dilakukan secara berurutan.

Urutan pewarnaannya adalah sebagai berikut :

a) Nila

Setelah kain yang telah di batik dengan lilin, proses

selanjutnya adalah memberikan warna pada kain itu. Warna yang

digunakan adalah warna nila dengan menggunakan wedel. Caranya

dengan menyiapkan jembangan atau ember besar dari tanah liat

27

yang bisa menampung 24 liter air. Juga disiapkan sebuah

jembangan lain dengan kapasitas 21 liter.

Jembangan pertama diisi air kemudian dimasukkan endhek-

endhek atau ampas latak nila sebanyak 3 liter kedalamnya. Air

berisi latak nila tersebut dibiarkan sampai 3 hari dan diaduk pada

pagi dan sore hari. Kemudian dibiarkan mengendap ampas nilanya,

pada saat itu, warna air sudah berubah menjadi hitam.

Setelah mengendap, air berwarna hitam tersebut dipindah ke

dalam jembangan kedua, ampas nila disisakan. Kemudian

jembangan pertama yang telah berisi air hitam, diberi latak nila

baru sebanyak 2 liter dan dicampur dengan tetes tebu 1 liter.

Apabila latak nila sudah mengendap kemudian diberi nila pekat

sebanyak 1 ½ mangkuk. Kain yang sudah di batik lilin kemudian

dicelupkan dan diangkat, ditiriskan, hal ini dilakukan berulang-

ulang selama 3 jam, setelah selesai kain dijemur di tempat teduh.

Setelah kering, kain tersebut dicelupkan lagi ke pewarna

sehingga menjadi benar-benar hitam. Apabila air di jembangan

warna kuningnya terlalu kuat, berarti kekurangan campuran kapur,

sehingga harus ditambah.

Selesai diwedel atau diwarnai nila, kain batik kemudian

direndam ke dalam air tawar sampai lilin menjadi pudar.

Selanjutnya lilin pada batikan motif dikerok, sedangkan lilin

tembokan yang lebar / menutupi bidang lebar, dibiarkan. Kain batik

lalu dicuci hingga bersih. Setelah batikan kering, diolesi dengan air

28

tajin basi yang telah dicampur dengan tetes tebu atau gula pasir.

Ukuran air tajin, 3 gelas dicampur dengan gula pasir seberat 5 sen.

Usai pewarnaan nila, selanjutnya kain batik dibironi. Proses adalah

menutup bagian yang tidak dikehendaki terkena warna dengan

menggunakan lilin.

b) Warna Soga

Setelah dibironi, kain batik diberi warna kedua yaitu soga.

Warna soga ini memiliki kualitas yang berbeda-beda, seperti soga

asor (soga bermutu rendah). Soga tengah (soga bermutu menengah)

dan soga sae (soga bermutu baik).

(1) Soga Asor

Untuk membuat soga asor menggunakan bahan-bahan

sebagai berikut : kayu soga jambal, kayu tinggi. Bahan

tersebut ditumbuk dan dipotong kecil-kecil dicampur

dengan 3 timba air kemudian direbus hingga air menjadi 1

½ timba atau setengahnya.

(2) Soga Tengah

Bahan yang digunakan untuk membuat soga tengah

pada dasarnya sama seperti soga asor, hanya untuk soga

tengahan didiamkan terlebih dahulu semalam.

(3) Soga Sae

Bahan yang digunakan untuk membuat soga sae ini

berbeda dengan soga asor dan tengahan. Bahan yang

dipergunakan adalah sebagai berikut : kayu jambal, kayu

29

tingi, kayu teger,gondorukem,sekar pulu, gula batu, air

tawar. Bahan tersebut dicampur menjadi satu kemudian

direbus seperti soga asor dan tengahan.

Proses perlakuan kain batik untuk pewarnaan soga ini

adalah, setelah air soga direbus hingga mendidih, kemudian

dipindahkan ke dalam wadah untuk pencelupan, untuk soga

tengahan didiamkan semalaman. Setelah air tersebut dalam

kondisi hangat, kain batikan dicelup-celupkan ke dalam air

soga, kemudian dijemur di tempat teduh. Apabila batikan

kering, diulang dicelup lagi sampai tiga kali lalu dijemur

semalaman.

Kemudian pada pagi harinya, kain diangin-anginkan

dan dicelupkan ke dalam air yang dicampur dengan kapur

dan gula pasir. Kemudian dijemur lagi sampai kering.

Untuk soga sae pencelupan itu diulang-ulang sampai

menghasilkan warna soga (coklat) menjadi tebal.

Pengulangan tersebut dilakukan hngga 12 kali dan setiap

malam direndam sampai 3 malam.

c) Sarenan

Setelah proses pewarnaan soga diatas, kemudian kain

dicelupkan ke dalam saren. Saren untuk soga asor terbuat dari

campuran gula dan kapur. Cara membuatnya: gula seberat 10 sen

dicampur dengan bubur kapur seberat 5 sen dan air tawar 2 siwur,

siwur adalah gayung yang terbuat dari tempurung kelapa. Kain

30

batikan tersebut kemudian dicelupkan ke saren ini hingga rata dan

dijemur sampai kering. Setelah itu dibilas dengan air sampai

bersih.

Sedangkan untuk saren yang dipergunakan untuk soga

tengahan menggunakan bahan baku sebagai berikut : pijer, tawas,

sari cina atau sari kuning dari kuncup bunga Shopora Japhanika,

air jeruk purut, gula batu, air tawar, semua bahan tersebut direbus

apabila sudah mendidih didiamkan dan proses selanjutnya seperti

pada soga ashor.

Bahan saren untuk soga sae adalah : Pijer, Saricina, gula

batu, air jeruk purut. Apabila sudah mendidih didiamkan sehingga

air menjadi hangat.kain batik dicelupkan sampai rata kemudian

diangin-anginkan. Setelah kering, kain dibilas sampai bersih, setiap

pagi harus diembun-embunkan sampai 5 atau 6 kali. Kalau warna

ini diharapkan mengarah ke kuning, kain dicelupkan lagi ke air

rebusan kayu teger.

4) Proses Babaran (dilorot)

Proses ini merupakan proses akhir membatik. Istilah dilorot

maksudnya proses menghilangkan lilin yang masih menempel diatas

kain. Proses ini juga disebut sebagai proses bubaran yang berarti

proses telah selesai. Yang dilakukan dalam proses bubaran, kain batik

yang telah diwarna soga atau coklat dimasukkan kedalam air yang

mendidih atau direbus hingga lilin batiknya lepas dari kain. Setelah

31

bersih dari lili, kain dibilas dengan air sampai bening kemudian

dijemur.

c. Proses Pembuatan Batik Tulis Khas Surakarta

Proses pembuatan batik Surakarta secara garis besar dibagi

menjadi 3 tahapan

1) Carik atau ditulis dengan canting, dapat pula dengan menggunakan

cap

2) Memeberi waran kain dengan cara dicelup, batik Surakarta tidak

ada unsur colet

3) Menghilangkan lilin atau malam dengan dikerok atau dilorot

Uraian pelaksanaan proses tersebuta dalah sebagai berikut :

a) Mori atau kain yang akan dibatik digambari motif batik

dengan menggunakan pensil. Sedangkan untuk batik cap hal

itu tak perlu dilakukan. Sebelumnya kain ini diloyor atau

dihilangkan kanjinya dan dihaluskan dengan cara

dikemplong.

b) Untuk batik carik atau batik tulis, kain mori yang telah

digambar motif dengan pensil kemudian dibatik dengan lilin

menggunakan canting menurut gambar pensil. Sedangkan

untuk cap, proses ini dilakukan langsung menggunakan cap

yang terbuat dari tembaga yang telah dicelup pada lilin.

Proses melukis dengan mengurutkan gambar batik dengan

pensil itu disebut nglowongi karena cengkorongan yang

dibuat dengan malam atau lilin masih berbentuk klowongan.

32

Canthiing yang digunakan dalam proses ini adalah canting

klowong.

Setelah diberi klowongan, supaya gambar batik menjadi lebih

hidup, diberi isen-isen dan cecek, memakai canting isen-isen

dan chanting cecek.proses ini tidak dilakukan pada batik cap.

Apabila pada bidang gambar tertentu dikehendaki tetap

berwarna putih, maka bidang tersebut ditutup dengan lilin

yang disebut tembokan atau ngeblok. Canting yang

dipergunakan adalah canting tembokan.

Untuk menghasilkan batik yang baik, batikan lilin tersebut

dibuat bolak-balik di kedua permukaan kain. Untuk membuat

batikan di permukaan kedua kain disebut nerusi.

1) Pewarnaan

Setelah kain yang dibatik, batik tulis maupun cap, siap

diwarnai dengan warna dasar. Mulai proses ini dan selanjutnya

perlakuan pada batik tulis maupun cap, sama.

Untuk batik Surakarta, warna dasar pertama adalah biru

kehitam-hitaman yang istilahnya diwedel. Bahan pewarna ini

dipakai nila jenis daun tom atau daun indigofera karena sifat

pewarna ini lambat, maka pencelupannya diulang-ulang seperti

proses tradisional di depan. Pada saat sekarang proses pewarnaan

ini bisa diganti dengan zat warna indigosyntetis dengan memakai

zat pewarna naptol.

2) Pengerokan

33

Setelah kain diwedel proses berikutnya adalah

menghilangkan lilin atau malam bathikan yang menempel dengan

cara dikerok. Bagian yang perlu dikerok seperti bekas cantingan

klowong dan isen-isen tertentu. Hal ini dilakukan dengan

menggunakan pisau tumpul yang ditekuk seperti huruf U.

Penghilangan lilin ini ditujukan untuk pewarnaan kedua.

3) Mbironi

Kain wedelan ini biasanya setelah dikerok mengalami

kerontokan lilin pada bagian lain. Untuk mencegah kemasukan

warna lain, maka ditutup kembali dengan lilin yang disebut dengan

mbironi menggunakan canting biron.

4) Pewarnaan Kedua

Proses berikutnya, kain dicelup dengan warna soga yang

menggunakan bahan pewarna alam dari kayu atau kulit jambal,

kayu tinggi, kayu teger. Jenis tumbuhan ini terdapat di daerah Nusa

Tenggara dan Kalimantan.

5) Babaran

Selesai kain disoga, maka memasuki tahap terakhir

menghilangkan lilin dengan cara direbus dengan air hingga lilinnya

terlepas bersih.

d. Proses Pembuatan Batik Cap

Batik cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan

canting cap. Umumnya canting cap berukuran 20 x 20 cm. Canting cap

dibuat dari lempengan tembaga yang diberi corak atau motif pada salah

34

satu permukaannya. Lempengan tembaga tipis dipilih sebagai canting cap

karena tembaga bersifat lentur sehingga mudah dibuat pola dan tahan

terhadap panas.

Proses pembuatan batik cap mirip dengan pembuatan batik tulis,

hanya dalam pembuatan batik cap, untuk menutup bagian yang tidak

diwarna menggunakan lilin adalah dengan cara di cap yang terbuat dari

tembaga, bukan ditulis menggunakan canting. Cara pembuatan batik cap

adalah sebagai berikut :

1) Pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan kain mori, yang

diletakkan diatas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan yang

empuk. Tujuan meja yang digunakan harus menggunakan alas

empuk adalah agar dalam poses pengecapan lebih enak dan tidak

keras.

2) Bersamaan dengan itu disiapkan malam yang akan digunakan,

direbus dalam wajan atau bejana sampai suhu 70 derajat Celcius

hingga lilin mencair di wajan tersebut kemudian diletakkan di

dekat meja.

3) Cap atau stempel cap yang terbuat dari tembaga dicelupkan ke

dalam wajan yang berisi malam, agar seluruh permukaan cap

tercelup malam.

4) Stempel cap dicapkan dengan tekanan yang cukup kuat pada kain

mori yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah dirasa cukup, maka

stempel cap diangkat. Proses ini dilakukan berkali-kali dan

35

berpindah-pindah lokasi sampai seluruh kain mori penuh dengan

motif batik.

5) Malam yang sudah menempel di kain mori akan meresap ke dalam

pori-pori kain hingga tembus ke permukaan kain mori sisi lainnya.

6) Bila menggunakan kombinasi stempel cap dengan motif yang

berlainan, maka dilakukan juga pengecapan seperti diatas. Setelah

proses pengecapan kain selesai, proses selanjutnya adalah proses

pewarnaan. Proses pewarnaan dilakukan dengan cara kain mori

yang sudah dicap dicelupkan ke dalam wajan yang berisi warna

yang sudah disiapkan, sehingga kain mori akan berubah warna

sesuai dengan keinginan.

7) Pada bagian yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam,

permukaan kain akan tetap putih, karena tidak terkena proses

pewarnaan tersebut. Karena malam yang ditorehkan dalam kain

akan menghalangi pewarnaan tersebut.

8) Proses selanjutnya adalah menghilangkan malam yang telah

menempel dalam kain mori tersebut dengan cara merebus kain ke

dalam air mendidih. Dengan demikian malam yang menempel akan

meleleh. Apabila belum meleleh semua, maka dibantu dengan alat

untuk menghilangkan malam tersebut. Proses ini disebut nglorot.

9) Setelah dilakukan pembersihan malam pada kain mori tersebut,

maka akan terlihat dua warna, yaitu warna dasar asli kain mori, dan

warna setelah proses pewarnaan tadi. Bila menghendaki warna baru

lagi maka dilakukan proses pengecapan dan pembersihan malam

36

kembali. Proses pewarnaan ini memerlukan keahlian khusus bagi

pekerjanya, karena kombinasi warna ini yang membuat batik cap

memiliki keunikan. Karena proses pewarnaan kain yang berulang

kali dan secar menyeluruh, maka setiap pori-pori pada kain tersebut

akan terisi dengan warna, sehingga warna pada batik cap

cenderung lebih awet dan lama.

10) Proses akhir pembuatan batik cap adalah dengan melakukan

pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda,

sehingga terlihat bersih dan warnanya cerah.

11) Selanjutnya batik cap yang sudah jadi dikeringkan dengan cara

diangin-angin.

B. Batik Mahkota Laweyan

Laweyan atau Lawiyan merupakan sebuah kecamatan yang terletak di

barat Kota Surakarta. Kecamatan ini terkenal karena penduduknya banyak yang

menjadi produsen dan pedagang batik sejak dulu hingga sekarang.

Batik Mahkota Laweyan merupakan salah satu perusahaan produksi batik

yang berada di Laweyan, tepatnya berlokasi di Sayangan Kulon No.9 Laweyan,

Suarakarta. Batik Mahkota Laweyan adalah penerus dari “Batik Puspowidjoto”

yang berdiri sejak tahun 1965. Batik Puspowidjoto didirikan oleh bapak Radjiman

Puspowidjoto dan Ibu Tijori Puspowidjoto, yang pada masa itu memproduksi

batik tradisional tulis yang salah satunya terkenal bermerk “Mahkota PW” dengan

produk unggulannya batik dengan motif “Tirto Tejo”

37

Gambar. 2. Logo Batik Mahkota Laweyan Sumber : kampoengbatiklaweyan.org, 2016

Setelah dicanangkannya Laweyan sebagai Kampung Batik pada tanggal 25

September 2004, memacu para pengusaha batik yang telah lama mengalami

kevakuman untuk mulai berproduksi kembali. Salah satu perusahaan produksi

batik yang bangkit kembali adalah”Batik Puspowidjoto” dengan menggunakan

nama “Batik Mahkota Laweyan”.

Gambar. 3. Contoh Produk Batik Mahkota Laweyan

Sumber : kampoengbatiklaweyan.org

38

Gambar. 4. Contoh Produk Batik Mahkota Laweyan

Sumber : kampoengbatiklaweyan.org

Pemberian nama Batik Mahkota Laweyan memiliki arti bahwa mahkota

terletak di atas kepala dan mahkota dipakai oleh seorang pemimpin dan memiliki

tingkatan paling atas dan menjadi panutan. Pemilik Batik Mahkota Laweyan

berharap Batik Mahkota Laweyan dapat menjadi contoh dan panutan dari anak

perusahaan miliknya yaitu Batik Putra Mahkota dan Batik Soko Laweyan.

Batik Mahkota Laweyan didirikan pada tanggal 1 Oktober 2005 oleh salah

satu putri Bapak/Ibu Puspowidjoto, Julia Prasetyaningrum bersama suaminya

Alpha Fabela Priyatmono yang didukung oleh keluarga besar Puspowidjoto.

Produk utama Batik Mahkota Laweyan adalah batik modern yang

mengembangkan motif-motif batik kontemporer, disamping batik tulis tradisional.

Batik Mahkota Laweyan memproduksi batik tradisional dan modern dalam bentuk

kain, kemeja, perlengkapan interior, lukisan dan sebagainya. Semua hasil

produksi batik dipajang dan disimpan di showroom yang berada di Batik Mahkota

Laweyan. Selain showroom dengan beragam produk batik, pengunjung juga bisa

melihat proses produksi. Batik Mahkota Laweyan beberapa kali juga pernah

mengadakan pelatihan pembuatan batik.

39

Berawal dari meneruskan perusahaan milik orang tua dan istrinya, kini

Alpha Fabela Priyatmono bertekad untuk mengembangkan dan memajukan

perusahaan yang kini bernama Batik Mahkota Laweyan dengan mengusung

konsep “The Best Contemporary and Traditional Batik”. Dengan dibantu 15

orang pegawainya, kini Batik Mahkota Laweyanmampu bersaing dengan

banyaknya pesanan yang berasal dari dalam maupun luar kota Surakarta dan

bahkan dari luar negeri.

a. Produk yang Dihasilkan

Batik Mahkota Laweyan memproduksi batik tulis dan batik cap,

namun prosuksi batik cap hanya dilakukan jika ada pesanan khusus.

b. Promosi

Batik Mahkota Laweyan melakukan promosi melalui kegiatan

pelatihan untuk semua kalangan dan usia, media sosial, showroom,

mulut ke mulut, situs web resmidan juga ikut serta dalam pameran-

pameran yang diadakan di berbagai kota.

40

C. Data Angket

Dalam perancangan ini, penulis menggunakan kuisioner atau angket yang

disebarkan kepada 90 responden yang mewakili target audience, yaitu anak kelas

3 hingga 5 SD.

Berdasarkan data yang didapat dalam kuisioner, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terkait dengan minat baca anak terhadap buku, sebanyak 45% responden

menyatakan kadang-kadang, 40% menyatakan sering, 8% menyatakan

sering sekali membaca buku dan 7% menyatakan jarang membaca buku.

Tabel. 1. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 1

2. Tentang Jenis buku yang disukai antara buku komik dan cerita bergambar,

52% responden menyatakan menyukai buku cerita bergambar, dan 48%

lainnya menyukai buku komik.

Tabel. 2. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 2

Sering Sekali

Sering Sekali

Kadang-kadangJarang

Buku Komik

Buku CeritaBergambar

41

3. Terkait tentang pengetahuan terhadap batik, sebanyak 72% mengaku

mengetahui batik, 28% lainnya tidak mengetahui batik.

Tabel. 3. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 3

4. Mengenai proses pembuatan batik, sebanyak 54 responden menyatakan

tahu cara pembuatan batik, sedangkan 46% responden menyatakan tidak

tahu cara pembuatan batik.

Tabel. 4. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 4

5. Mengenai pendapat tentang pentingnya pelestarian batik, seluruh

responden menyatakan bahwa batik perlu dilestarikan.

Tabel. 5. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 5

tahu

tidak

Perlu

Tidak Perlu

tahu

tidak tahu

42

6. Terkait tentang pendapat pentingnya mengetahui proses pembuatan batik,

sebanyak 97% responden menyatakan penting untuk mengetahui proses

pembuatan batik, sebanyak 3% responden menyatakan tidak penting

mengetahui proses pembuatan batik.

Tabel. 6. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 6

7. Mengenai buku tentang proses pembuatan batik, sebanyak 52% responden

menyatakan belum pernah melihat buku tentang proses pembuatan batik,

sedangkan 48% responden menyatakan pernah melihat buku tentang

proses pembuatan batik.

Tabel. 7. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 7

Penting

Tidak Penting

Pernah melihat

Belum Pernah

43

8. Mengenai informasi tentang batik, sebanyak 25% responden menyatakan

menndapatkan informasi mengenai batik melalui televisi, 17% responden

menyatakan melalui internet, sebanyak 16% melalui majalah , 16% pula

mengetahui informasi tentang batik melalui orang tua, 10% menyatakan

mengetahuinya melalui koran, 9% responden menyatakan mengetahui

melalui museum, 3% melalui teman dan 4% responden mendapatkan

informasi tentang batik melalui media lain.

Tabel. 8. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 8

9. Terkait pengetahuan tentang motif batik, 28% responden dinilai

mengetahui tentang motif batik, dan 72% responden dinilai tidak tau

mengenai motif batik.

Tabel. 9. Jawaban Pertanyaan Kuisioner 9

Televisi

Internet

Majalah

Koran

Museum

Teman

Orang Tua

Mengetahu MotifBatik

Tidak Tahu

44

D. Data Komparasi

1. Ayo Mengenal Batik

Gambar . 5. Buku “Ayo Mengenal Batik” Sumber : perpus-arsip.sidoarjokab.go.id

Gambar. 6. Buku “Ayo Mengenal Batik” Sumber : http://tastelifetwice.net/2014/09/29/cerita-batik/

Judul Buku : Ayo Mengenal Batik

Penerbit : Erlangga

Pengarang : Ayu P & Edith N

Desain Sampul & Ilustrasi : Rina Puspita

Tahun : 2014

Isbn : 9786022523901

Lebar Buku : 21 cm

Tinggi Buku : 28 cm

Tebal Buku : 32 halaman

45

Buku ini berisi tentang batik, mulai dari alat-alat yang digunakan, proses

membatik, cara membuat motif dan lain lain. Disertai dengan gambar dan ilustrasi

disetiap halamannya.

2. Keterampilan Membatik Untuk Anak

Gambar. 7. Buku Keterampilan Membatik Untuk Anak Sumber : Dokumentasi Pribadi

Judul Buku: Keterampilan Membatik Untuk Anak

Penerbit : Arcita

Pengarang : Rina Pandan Sari

Tahun : 2013

Isbn : 9786027849228

Lebar Buku : 15 cm

Tinggi Buku : 26 cm

46

Tebal Buku : 86 halaman

Buku “Keterampilan Membatik Untuk Anak” berisi tentag batik dan

proses pembuatannya, juga motif-motif dan alat-alat membuat batik.

E. Analisis SWOT

Melalui analisis SWOT maka akan bisa didapat dasar-dasar untuk

perencanaan strategis dengan mengacu kepada perbandingan kekuatan (strenght),

kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat), baik dari

objek perancangan itu sendiri maupun dari perbandingannya dengan kempetitor

ataupun pembandingnya.

Berikut ini merupakan tabel analisa SWOT perancangan buku ilustasi

untun mengenalkan proses pembuatan batik pada anak-anak dengan dua

komparasi atau pembandingnya, yaitu buku”Ayo Mengenal Batik” dan buku

“Keterampilan Membatik Untuk Anak”.

47

Buk

u “K

eter

ampi

lan

Mem

batik

Unt

uk

Ana

k”

-Isi

nya

leng

kap

-Ilu

stra

si m

engg

unak

an

foto

-terla

lu b

anya

k te

ks,

-Cov

er ti

dak

men

arik

-isin

ya le

ngka

p

-Sem

akin

ba

nyak

nya

buku

ya

ng

beris

i te

ntan

g ba

tik

deng

an

ilust

rasi

yan

g m

enar

ik

untu

k an

ak.

Tabe

l. 10

. Ana

lisa

SWO

T

Buk

u “A

yo M

enge

nal B

atik

-Dis

erta

i ilu

stra

si m

enar

ik

-Tek

nik

pew

arna

an il

ustra

si b

agus

-I

lust

rasi

lebi

h co

ndon

g un

tuk

pere

mpu

an

-Isi

tida

k m

enar

ik

-Ilu

stra

si m

enar

ik d

an te

knik

pew

arna

an

yang

bag

us se

hing

ga le

bih

men

arik

unt

uk

anak

-ana

k -S

emak

in

bany

akny

a bu

ku

ilust

rasi

de

ngan

te

ma

batik

un

tuk

anak

-ana

k,

deng

an is

i cer

ita y

ang

lebi

h m

enar

ik.

Buk

u Il

ustr

asi U

ntuk

Men

gena

lkan

Pro

ses

Pem

buat

an B

atik

Pad

a A

nak

-Mem

berik

an p

enge

tahu

an d

alam

ben

tuk

cerit

a

-Dis

erta

i den

gan

ilust

rasi

yan

g co

cok

untu

k

anak

-ana

k da

n se

mua

jeni

s kel

amin

-Tek

nik

pew

arna

an se

derh

ana

-Bel

um a

da b

uku

cerit

a be

rgam

bar y

ang

men

gang

kat t

enta

ng p

rose

s pem

buat

an b

atik

yang

ilus

trasi

nya

coco

k un

tuk

sem

ua je

nis

kela

min

dan

di s

erta

i den

gan

cerit

a.

-ting

giny

a ke

sdar

an a

nak

untu

k m

empe

laja

ri

dan

mel

esta

rikan

bat

ik

-Sem

akin

ban

yakn

ya b

uku

ilust

rasi

unt

uk a

nak-

anak

ya

ng

men

gang

kat

tem

a ba

tik

deng

an

ilust

rasi

yan

g le

bih

men

arik

Ana

lisa

SWO

T

Stre

nght

(Kek

uata

n)

Wea

knes

s

(Kel

emah

an)

Opp

ortu

nity

(Kes

empa

tan)

Thre

at

(Anc

aman

)

48