bab iii gambaran umum

38
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN 3.1 Aspek fisik dasar 3.1.1 Wilayah Administrasi dan Kondisi Geografis Wilayah administrasi daerah perencanaan adalah kota Bandung secara keseluruhan yaitu kota Bandung sebagai ibukota propinsi daerah Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107°36’35.52’’ Bujur Timur dan 6°54’53.08’’ Lintang Selatan (www.bandung.go.id). Terletak di 140 km sebelah tenggara kota Jakarta. Kota Bandung mempunyai luas area sebesar 167,67 km 2 . 3.1.2 Kondisi topografi Secara topografis Kota Bandung terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terrendah di sebelah Selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kotamadya Bandung bagian Selatan permukaan tanah relatif datar, sedangkan di wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit sehingga merupakan panorama yang indah (www.bandung.go.id). 3.1.3 Kondisi geologi dan morfologi Secara morfologi Kota Bandung dikelilingi pegunungan sehingga bentuknya bagaikan sebuah mangkok raksasa. Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, begitu juga dengan kawasan di bagian tengah dan bagian barat. Sedangkan kawasan di bagian selatan dan timur terdiri atas sebarab jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. 3.1.4 Kondisi hidrologi dan air tanah BAB III 1

Upload: setyaning-prastiti

Post on 14-Dec-2014

68 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Gambaran Umum

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Gambaran Umum

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

3.1 Aspek fisik dasar

3.1.1 Wilayah Administrasi dan Kondisi Geografis

Wilayah administrasi daerah perencanaan adalah kota Bandung secara keseluruhan yaitu kota Bandung sebagai ibukota propinsi daerah Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107°36’35.52’’ Bujur Timur dan 6°54’53.08’’ Lintang Selatan (www.bandung.go.id). Terletak di 140 km sebelah tenggara kota Jakarta. Kota Bandung mempunyai luas area sebesar 167,67 km2.

3.1.2 Kondisi topografi

Secara topografis Kota Bandung terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terrendah di sebelah Selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kotamadya Bandung bagian Selatan permukaan tanah relatif datar, sedangkan di wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit sehingga merupakan panorama yang indah (www.bandung.go.id).

3.1.3 Kondisi geologi dan morfologi

Secara morfologi Kota Bandung dikelilingi pegunungan sehingga bentuknya bagaikan sebuah mangkok raksasa. Keadaan geologis dan tanah yang ada di kota Bandung dan sekitarnya terbentuk pada zaman kwartier dan mempunyai lapisan tanah alluvial hasil letusan gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, begitu juga dengan kawasan di bagian tengah dan bagian barat. Sedangkan kawasan di bagian selatan dan timur terdiri atas sebarab jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat.

3.1.4 Kondisi hidrologi dan air tanah

Kondisi air tanah di Bandung kian memprihatinkan. Meskipun masih bisa dimanfaatkan, tetapi

debit penggunaannya harus terus dibatasi. Selain itu, pembangunan ekonomi yang dijalankan

pemerintah pun harus tetap memerhatikan aspek pelestarian alam.

Kini air tanah di Cekungan Bandung banyak dimanfaatkan untuk keperluan industri, perniagaan,

dan apartemen. Akibatnya, permukaan air di cekungan Bandung, setiap tahun terus menurun.

Dan pasokan air tanah di Kota Bandung, sudah kritis.

Jika pengambilan air tanah ini terus berlangsung, maka pengaruhnya sangat buruk. Permukaan

air akan terus menurun, dan hal ini sudah terjadi di Rancaekek yang merupakan bagian dari

BAB III 1

Page 2: BAB III Gambaran Umum

Cekungan Bandung. Selain itu, pengambilan air tersebut akan mengakibatkan pergeseran tanah

dan mengakibatkan pengeroposan tanah. Menipisnya pasokan air tanah, di antaranya disebabkan

semakin banyaknya sumur artesis dan peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang.

Akibatnya, penggunaan air sulit terkendali. Sekarang air tanah sangat diandalkan untuk kegiatan

perekonomian. Padahal, prioritas penggunaan air tanah ialah untuk pemakaian rumah tangga .Ini

terjadi karena Perusahaan Daerah Air Minum tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan industri,

sementara pasokan air permukaan terbatas dan sudah banyak yang tercemar serta pasokan air

tanah saat ini mengalami penurunan sekitar 60 persen dari debit air semula yang berkisar 20-40

liter per detik, menjadi sekitar lima liter per detik.

Saat ini pun air hujan sebagai sumber pengisi air tanah itu semakin berkurang curahannya dari

tahun ke tahun. Curah hujan yang mencapai 3000-an mm pada tahun 1800-an menjadi hanya

2000-an mm pada tahun 2000. Sebaliknya, yang menyedot air tanah semakin berlebihan. Para

penyedot air untuk kepentingan industri yang begitu boros air, serta semakin merebaknya bisnis

air bening dalam kemasan telah menyumbang semakin dalamnya muka air tanah.

Akibatnya, sumur harus dibor lebih dalam lagi karena muka air tanah dangkal (kedalaman 140

m) telah turun sekitar 1-10 m, muka akuifer tengah (40-150 m) turun sekitar 10-80 m, dan

akuifer dalam (150 m) turun sekitar 50-80 m. Fakta berikutnya dari penurunan muka air tanah itu

adalah adanya beberapa kawasan yang amblas di Cekungan Bandung, seperti terjadi di

Leuwigajah, Kota Cimahi; Rancaekek, Dayeuhkolot, dan Kopo.

Muka air tanah di Bandung pada saat ini berada sekitar 100 meter di bawah muka tanah, sebagai

akibat penggunaan air tanah yang tidak terkendali dan daerah resapan air yang semakin

berkurang. Hal ini akan berdampak pada pencemaran air, adanya daerah yang amblas, dan

terjadinya kekeringan.

Kemampuan manusia untuk mencari sumber air tanah dalam purba begitu canggih, disertai

teknologi penyedotan air yang semakin luar biasa. Pompa air itu mampu menyedot air dalam

hitungan detik untuk sekian ribu kubik. Sementara perjalanan air hujan sejak meresap ke dalam

tanah hingga sampai di kedalaman lapisan tanah memakan waktu puluhan ribu tahun. Perjalanan

air tanah dari KBU sampai di kedalaman Gedebage dan Tegalluar memakan waktu sekitar

30.000-45.000 tahun.

BAB III 2

Page 3: BAB III Gambaran Umum

3.1.5 Kondisi klimatologi

Iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Pada tahun

1998 temperatur rata-rata 23,5 o C, curah hujan rata-rata 200,4 mm dan jumlah hari hujan rata-

rata 21,3 hari perbulan

Cuaca untuk kota Bandung

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun

Rata-rata

tinggi °F

(°C)

85

(29.3)

82

(27.7)

83

(28.6)

85

(29.5)

85

(29.7)

86

(29.8)

86

(30.0)

86

(29.9)

85

(29.7)

85

(29.4)

85

(29.2)

82

(28.0)

85

(29,2)

Rata-rata

rendah °F

(°C)

75

(23.9)

74

(23.3)

74

(23.4)

75

(24.1)

76

(24.2)

74

(23.5)

73

(22.9)

74

(23.4)

74

(23.6)

75

(23.7)

75

(23.7)

75

(23.7)

74

(23,6)

Hujan inci

(mm)

0.8

(19.7)

0.8

(20.3)

0.8

(19.5)

0.8

(19.6)

0.8

(19.4)

0.7

(17.3)

0.7

(16.7)

0.7

(17.7)

0.7

(17.9)

0.7

(18.8)

0.8

(19.7)

0.8

(19.4)

6,2

(156,4)

Sumber: Pemerintah kota Bandung[10] 15 Juli 2010

3.1.6 Penggunaan lahan

Lahan di kota Bandung terdiri dari berbagai variasi dikarenakan wilayahnya yang terdiri dari

pegunungan hingga lembah. Dari tahun ke tahun selalu ada peningkatan konversi lahan menjadi

bangungan yang dapat mengakibatkan koefisien resapan air meningkat mendekati satu sehingga

mengurangi jumlah air yang masuk dalam tanah berkurang. Dominasi penggunaan lahan di kota

Bandung adalah tanah pekarangan dengan prosentase 56,76% atau seluas 9.487 Ha. Lahan sawah

seluas 1.290 Ha atau 12,73%.

3.2 Aspek kependudukan

3.2.1 Jumlah dan perkembangan penduduk

Penduduk kota Bandung didominasi oleh etnis Sunda, kemudian etnis Jawa sebagai etnis minoritas terbesar dibandingkan etnis lain. Pada sejarahnya sekitar tahun 1941 tercatat penduduk sebanyak 226.877 jiwa dan pada tahun 1950 bertambah menjadi 1950 setelah peristiwa Long

BAB III 3

Page 4: BAB III Gambaran Umum

March Siliwangi. Penduduk kota Bandung menurut resgritasi penduduk tercatat bulan Maret 2011 adalah 2.394.783 jiwa. Komposisi penduduk laki-laki 1.215.348 jiwa dan perempuan 1.179.525 jiwa. Dengan komposisi penduduk per kecamatan adalah sebagai berikut

Kecamatan Luas (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per km2

District Area’s Region Total Population Population Density per Square

[1] [2] [3] [4]

1 Bandung Kulon 6.46 138,644 21,462

2 Babakan Ciparay 7.45 143,203 19,222

3 Bojongloa Kaler 3.03 117,218 38,686

4 Bojongloa Kidul 6.26 83,600 13,355

5 Astanaanyar 2.89 66,658 23,065

6 Regol 4.3 79,316 18,446

7 Lengkong 5.9 69,307 11,747

8 Bandung Kidul 6.06 57,398 9,472

9 Buah Batu 7.93 92,140 11,619

10 Rancasari 7.33 72,406 9,878

11 Gedebage 9.58 34,299 3,580

12 Cibiru 6.32 67,412 10,666

13 Panyileukan 5.1 37,691 7,390

14 Ujung Berung 6.4 72,414 11,315

15 Cinambo 3.68 23,762 6,457

16 Arcamanik 5.87 65,607 11,177

17 Antapani 3.79 72,006 18,999

18 Mandalajati 6.67 60,825 9,119

19 Kiaracondong 6.12 127,616 20,852

20 Batununggal 5.03 116,935 23,248

21 Sumur Bandung 3.4 34,446 10,131

22 Andir 3.71 94,361 25,434

23 Cicendo 6.86 96,491 14,066

24 Bandung Wetan 3.39 29,807 8,793

25 Cibeunying Kidul 5.25 104,575 19,919

26 Cibeunying Kaler 4.5 68,807 15,290

27 Coblong 7.35 127,588 17,359

28 Sukajadi 4.3 104,805 24,373

29 Sukasari 6.27 79,211 12,633

30 Cidadap 6.11 56,325 9,218

  Jumlah 167.31 2,394,873 14,314

3.2.2 Kepadatan penduduk

Rata-rata kepadatan penduduk kota Bandung adalah 14.314 jiwa/km2. Namun jika dilihat dari kepadatan per kecamatan di kota Bandung, kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah kecamatan Bojongloa Kaler dengan kepadatan penduduk 36.686 jiwa/km2.

BAB III 4

Page 5: BAB III Gambaran Umum

3.2.3 Data kondisi fasilitas umum

Fasilitas umum di kota Bandung cukup lengkap mengingat kota Bandung sebagai ibukota Jawa Barat. Fasilitas umum terdiri dari sektor kesehatan, pendidikan dan pelayanan publik lainnya. Mengingat sampah menjadi salah satu masalah paling utama di kota Bandung, salah satu perencanaan terbesar pemerintah Bandung tentang fasilitas umum adalah pembangunan Pusat Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di daerah gedebage pada tahun 2008 yang masih menjadi kontroversi hingga sekarang.

Pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, PDAM kota Bandung saat ini baru mampu mempasok air bersih sebanyak 66% dari total jumlah penduduk. Kondisi tersebut diperparah dengan berkurangnya air baku dari sumber sementara penggunaan air terus bertambah. Bahkan saat ini sebagian besar sumur artesis PDAM kota Bandung sudah tidak mampu berfungsi dengan baik, seperti Sungai Cisangkuy, Sungai Cilaki dan sebagainya.

3.2.4 Pendidikan

Kota Bandung dapat disebut sebagai salah satu kota pendidikan. Salah satu bukti nyatanya adalah presiden pertama Indonesia, Soekarno pernah menempuh pendidikan di ITB yang terletak di kota ini. Jumlah sekolah yang berada di kota Bandung kurang lebih tercantum dalam tabel berikut

Pendidikan formal

SD/MInegeri dan swasta

SMPatauMTsnegeri dan swasta

SMAnegeri dan swasta

MAnegeri dan swasta

SMKnegeri dan swasta

Perguruan tinggi

Jumlah satuan

1023 250 184 25 96 130

Data sekolah di kota Bandung

Sumber:[19]

3.2.5 Kesehatan

Kota Bandung memiliki sarana pelayanan kesehatan terlengkap di Jawa Barat dikarenakan statusnya merupakan sebagai ibukota Jawa Barat. Hingga tahun 2007 kota Bandung telah berhasil memiliki 30 unit rumah sakit dan 70 unit puskesmas. Dari jumlah tersebut, 17 unit rumah sakit memiliki 4 pelayanan kesehatan dasar sedangkan selebihnya merupakan rumah sakit khusus. Pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan spesialis bedah, pelayanan spesialis penyakit dalam, pelayanan spesialis anak serta pelayanan spesialis kebidanan dan kandungan.

BAB III 5

Page 6: BAB III Gambaran Umum

Pelayanan untuk penduduk kota Bandung adalah pada tahun 2007 100000 penduduk terlayani oleh 86 orang tenaga medis.

3.2.6 Perekonomian

Sejarahnya sektor perekonomian utama kota Bandung dahulu adalah sektor pertanian yang seiring dengan laju urbanisasi merubah pertanian menjadi industri serta bisnis. Untuk sekarang, peran perekonomian terpenting dipegang oleh sektor perdagangan dan jasa seiring perkembangan sektor industri. Survei sosial Ekonomi Daerah tahun 2006 menyebutkan bahwa penyebaran angkatan kerja penduduk Badung sebagai berikut; 35,92 % sektor perdagangan, 28,16 % sektor jasa, 15,92 % sektor industri, sektor pertanian 0,82 % sedangakan 19,18 % sisanya merupakan sektor angkutan, bangunan, keuangan dan lainnya.

Kota Bandung mempunyai Dana Alokasi Utama sebesar Rp 1.485.941.032.000, 00 pada tahun 2013. Kebijakan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi. Secara umum laju inflasi kota Bandung masih dapat terkendali. Hal tersebut karena ada keseimbangan adanya deflasi pada sektor sandang, terutama emas dengan inflasi pada sektor transportasi yang disebabkan kenaikan hatga BBM non subsidi seiring harga minyak pasar dunia. Pendapatan Asli Daerah kota Bandung masih berasal dari pajak daerah dan restribusi daerah.

3.2.7 Transportasi

Masalah transportasi di Bandung saat ini masih didominasi dengan masalah tingkat kemacetan yang tinggi, tingkat polusi tinggi, dan permasalahan parkir. Sebab munculnya berbagai permasalahan tersebut adalah pengelolaan transportasi oleh pihak-pihak berwenang seperti peraturan yang kurang jelas dan sebagainya. Beberapa solusi yang dilakukan pemerintah Bandung adalah dengan mendukungn fasilitas transportasi di kota Bandung. Contohnya adalah pembuatan jembatan Pasupati tahun 2005, pengembangan jalan tol cipularang, pengoperasian Trans Metro Bandung tahun 2009. Tranportasi di kota Bandung juga didukung dengan adanya sebuah bandara Bandar Udara Husein Sastranegara, Stasiun kereta api Bandung dan Kiaracondong.

3.2.8 Sanitasi

Kondisi sanitasi di kota Bandung bisa disimpulkan masih dapat disimpulkan kurang. Secara umum, kondisi lingkungan hidup di Bandung bahkan masih di bawah rata-rata Standar Indeks Lingkungan Hidup nasional menurut kementrian lingkungan hidup. Indeks tersebut dinilai dari tiga parameter yaitu penutupan lahan, kualitas air dan kualitas udara. Indeks kota Bandung mencapai 49,59 dari standar minimal nasional 60 dengan skala 0-100. Di kota Bandung ada tujuh kecamatan yang tergolong mempunyai sanitasi buruk. Berdasarkan hasil Environmental Health Risk Assessment, sumber air minum di kota Bandung yang mengandalkan sumur gali terbukti

BAB III 6

Page 7: BAB III Gambaran Umum

48,3 % tercemar bakteri E.coli. Salah satu usaha pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan sanitasi adalah pembangunan IPAL Bojongsoang yang melayani sebagian besar kebutuhan buangan limbah domestik di kota Bandung.

3.4 kondisi eksisting sistem pengolahan air buangan (tur)

3.4.1 evaluasi kondisi eksisting

Daerah perencanaan kami dibatasi di sebelah utara jalan…..di sebelah selatan Jln. RE

martadinta,di sebelah barat merupakan Jln.tamansari dan di sebelah timur merupakan Jln.

1. Wilayah 1A

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 1A adalah Jl. Taman Sari, Jl. Hariang Banga, Jl.

Sawunggaling, dan Jl. Pattimura.daeah ini didominasi lebih dari 65% berupa rumah tinggal

permanen. Sedangkan penggunaan lahannya sisanya berupa fasilitas publik. Sistem sewerage

yang digunakan berupa sistem tercampur antara drainase dan grey water. Sedangkan pengelolaan

limbah tinja mayoritas telah memilki septik tank untuk tiap rumah. namun daerah ini tidak

memiliki manhole. Selain itu terdapat kondisi kurang baik pada beberapa saluran drainase

seperti sampah yang dibuang sembarangan dan saluran yang rusak.

Tabel 3.1 Fasilitas atau bangunan di wilayah 1A

No Jenis Jumlah

1 Rumah 45

2 Perkantoran 1

3 Penginapan 2

BAB III 7

Page 8: BAB III Gambaran Umum

4 Pertokoan atau tempat usaha 3

5 Restoran 8

6 Sekolah atau unit belajar 3

Total 62

Gambar 3.2 Drainase 1A (a), (b), (c)

2. Wilayah 1B

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 1B adalah daerah jalan Sulanjana, Ranggagading,

Ranggamalela, Sawunggalih, dan Dago. Bentuk saluran drainase pada daerah ini adalah persegi,

setengah lingkaran, dan trapesium. Di daerah ini juga terdapat saluran kecil yang

menghubungkan jalan dengan system drainase yang ada. Saluran ini berfungsi untuk

mengalirkan air agar tidak ada air yang menggenang di badan jalan. Saluran drainase berupa

saluran tertutup dan terbuka, namun sebagian besar menggunakan saluran terbuka dan hanya

jalan Dago yang menggunakan sistem saluran terututup. Arah aliran menuju jalan Ranggading

yang relative lebih rendah daripada jalan sulanjana. mayoritas rumah pada daerah tersebut

menggunakan sistem drainase yang terpisah dengan sewerage. Mayoritas daerah Sulanjana,

Ranggagading, Ranggamalela, Sawunggalih memilki perpipaan untuk membuang limbah padat

dan cair ke arah sungai Cikapundung sedangkan daerah dago yang didominasi tempat usaha

telah memilki septic-tank dan menyalurkan grey water ke saluran drainase. Tidak ada perbedaan

berarti pada saat kondisi kering atau basah. Kondisi fisik sistem sewerage dan drainase perlu

diperhatikan karena sebagian sudah mengalami kerusakan saluran.

Tabel 3.2 Fasilitas atau bangunan wilayah 1B

BAB III 8

Page 9: BAB III Gambaran Umum

No Jenis Jumlah

1 Rumah 30

2 Pertokoan atau tempat usaha 20

3 Restoran 18

4 Sekolah atau unit belajar 2

Total 70

Gambar 3.3 Sistem on-site Gambar 3.4 Sistem off-site Gambar 3.5 Drainase

wilayah

3. Wilayah 2A

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 2A meliputi Jl. Purnawarman, Jl. Gajah

Lumantung, Jl. Tamansari, Jl. Hariang Banga, dan Jl. R.E. Martadinata. Daerah ini mencakup

berbagai fasilitas dengan dominasi rumah tinggal permanen. Mayoritas sistem sewerage yang

digunakan mencampur antara grey water dengan air hujan. Penggunaan septic tank telah

diterapkan di setiap bangunan. Daerah ini masih mengadaptasi teknologi sewerage brandgang

yang terletak diantara bagian belakang rumah walaupun bukan menggunakan pipa roil hanya

saluran. Sistem drainase menggunakan saluran persegi dan bentuk U sedangkan kondisi

salurannya cukup terawat baik secara fisik dan jarang ditemukan sampah pada saluran

Tabel 3.3 Fasilitas atau bangunan wilayah 2A

No Jenis Jumlah

1 Rumah 23

2 Perkantoran 5

BAB III 9

Page 10: BAB III Gambaran Umum

3 Pertokoan atau tempat usaha 7

4 Restoran 3

5 Sekolah atau unit belajar 4

6 Penginapan 2

Total 45

4. Wilayah 2B

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 3A meliputi Jl. Dago, Jl. purnawarman, Jl. R.E.

Martadinata.kondisi sistem drainase lancar

Tabel 3.4 Fasilitas atau bangunan wilayah 2B

No Jenis Jumlah

1 Rumah sakit 1

2 Perkantoran 14

3 Pertokoan atau tempat usaha 2

4 Restoran 4

5 Sekolah atau unit belajar 2

6 Penginapan 4

Total 27 

BAB III 10

Page 11: BAB III Gambaran Umum

5. Wilayah 3A

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 3A meliputi Jl. Dago, Jl. Diponegoro, Jl. Maulana

Yusuf, dan Jl. Terusan Sultan Tirtayasa. Tipe drainase pada wilayah ini berbentuk bulat dan

persegi dan ada yang tertutup maupun terbuka. Kondisi saluran drainase di wilayah ini

diperlihatkan dengan banyaknya timbunan sampah yang menghambat laju aliran air. walaupun

ada beberapa yang kering, namun masih banyak saluran drainase yang digenangi air hitam, bau,

dan berbusa akibat percampuran grey water,airhujan dan sampah. Terdapat beberapa PKL

mengalirkan air buangannya langsung menuju sistem drainase. hal ini menimbulkan gangguan

pada saluran drainase. Penggunaan saluran drainase yang tertutup rapat dengan kondisi inlet

yang buruk menyebabkan sering terjadinya genangan air ketika hujan.

Tabel 3.5 Fasilitas atau bangunan wilayah 3A

No Jenis Jumlah

1 Rumah 18

2 Perkantoran 3

3 Pertokoan atau tempat usaha 6

4 Penginapan 11

Total 28

Gambar 3.6 Drainase wilayah 3A (a), (b), (c)

6. Wilayah 3B

BAB III 11

Page 12: BAB III Gambaran Umum

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 3B meliputi Jl. Maulana Yusup, Jl. Rangga

Gempol, Jl. Trunojoyo, dan Jl. Diponegoro. Berbagai fasilitas dan bangunan yang ada di daerah

ini adalah sebagai berikut.

3.6 Fasilitas atau bangunan wilayah 3B

No Jenis Jumlah

1 Rumah 20

2 Perkantoran 4

3 Pertokoan atau tempat usaha 8

4 Rumah Sakit 2

5 Restoran 7

6 Tempat Ibadah (Gereja) 1

Total 42

Berikut merupakan arah aliran air saat kondisi basah.

BAB III 12

Page 13: BAB III Gambaran Umum

Gambar 3.7 Arah aliran air saat hujan di wilayah 3B

7. Wilayah 4A

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 4A meliputi daerah sekitar jalan Sulanjana, atau di

atas daerah R.E. Martadinata. Sistem drainase yang diterapkan merupakan sistem drainase

tercampur dimana grey water bercampur dengan air hujan. Grey water yang dihasilkan berasal

dari kegiatan cucian, misalnya mencuci kendaraan dan menyiram tanaman. Sedangkan Black

water dari tiap rumah dialirkan melalui pipa pembuangan khusus ke bawah tanah atau septik

tank. Septic tank juga menjadi bukti aplikasi sistem onsite. Kondisi kering memperlihatkan

drainase dalam keadaan kering dan tergenang air namun mengalir. Namun, ditemukan beberapa

sumbatan dari sampah dan timbunan tanah di saluran sehingga diperkirakan air akan meluap saat

hujan. Lokasi perencanaan masih memiliki ruang hijau dan beberapa lahan kosong sbagai

penyerap air hujan sehingga bisa mengurangi limpasan saat hujan.

Tabel 3.7 Fasilitas atau bangunan wilayah 4A

No Jenis Jumlah

1 Rumah 33

2 Perkantoran 7

3 Pertokoan atau tempat usaha 39

4 Penginapan 2

5 Sekolah atau unit belajar 2

6 Tanah kosong 2

Total 84

Gambar 3.8 Saluran drainase wilayah 4A (a) dan (b) Gambar 3.9 Sewerage wilayah 4A

BAB III 13

Page 14: BAB III Gambaran Umum

8. Wilayah 4B

Area perencanaan yang ditinjau pada wilayah 4B meliputi Jl. RE Martadinata, Jl. Trunojoyo, Jl.

Sultan Agung, dan Jl. Ir. H. Djuanda. Sebagian besar tipe drainase didaerah ini berbentuk persegi

dengan keadaan terbuka dan tertutup. Aliran air saat kondisi basah cukup baik, namun

dibeberapa titik terdapat genangan air akibat sampah yang menyumbat. Selain itu, kurangnya

lahan kosong ,penggunaan aspal dan paving block menyebabkan berkurangnya penyerapan air

hujan. Sebagian besar sistem sewerage yang digunakan adalah sistem on site, bahkan rumah

sakit dan sekolah didaerah ini memiliki IPAL tersendiri untuk mengolah air buangan. Rumah

tinggal juga telah memilki sistem septic-tank. Penggunaan sistem tercampur pada ruas jalan ini

dibuktikan dengan pembuangan grey water dalam jumlah kecil dari hasil buangan cucian

ataupun hasil kegiatan PKL.

Tabel 3.8 Fasilitas atau Bangunan wilayah 4B

No Jenis Jumlah

1 Rumah 9

2 Perkantoran 2

3 Pertokoan atau tempat usaha 32

4 Penginapan 1

5 Sekolah atau unit belajar 4

6 Rumah Sakit 1

7 Restoran 1

8 Tanah kosong 1

Total 51

Gambar 3.10 Saluran drainase campuran di wilayah 4B

BAB III 14

Page 15: BAB III Gambaran Umum

9. Wilayah 5A

Area perencanaan yang ditinjau meliputi seluruh wilayah Jalan Gempol, sebagian Jalan

Tirtayasa, dan sebagian Jalan Trunojoyo. Sebagian besar saluran drainase yang ada di daerah ini

adalah saluran drainase campuran dimana air hujan bercampur dengan grey water. Tipe saluran

adalah saluran terbuka dan saluran tertutup. Kadang di badan jalan yang tidak memiliki saluran

drainase hanya memanfaatkan kemiringan kontur agar limpasan air hujan tidak meluap.

Ditemukan beberapa timbulan sampah di saluran dan terlihat ada beberapa genangan air yang

keruh dan bau. Tidak dapat dibedakan apakah daerah ini menggunakan sistem pengolahan on site

atau off site.

Tabel 3.9 Fasilitas atau bangunan wilayah 5A

No Jenis Jumlah

1 Rumah 92

2 Perkantoran 1

3 Pertokoan atau tempat usaha 15

4 Restoran 14

5 Sekolah atau unit belajar 1

6 Tempat ibadah 1

Total 124

Gambar 3.11 Saluran drainase di wilayah 5A

BAB III 15

Page 16: BAB III Gambaran Umum

10. Wilayah 5B

Area perencanaan yang ditinjau meliputi daerah Jl. Banda, Jl. Cilamaya, dan Jl. Trunojoyo.

Bentuk saluran yang ada adalah setengah lingkaran dan saluran terbuka. Tidak ada manhole di

daerah ini.sistem tercampur antara grey water dan air hujan diterapkan pada daerah ini. Namun

pada beberapa jalan gang kecil tidak terdapat saluran drainase dan memanfaatkan badan jalan

untuk meyalurkan air hujan sehingga saat kondisi basah terdapat genangan air. kondisi ini juga

disebabkan penyumbatan sampah pada saluran drainase. Saluran yang dipakai berbentuk persegi

terbuka dan tertutup. Kondisi fisik saluran yang kurang baik akibat penyumbatan sampah dan

kerusakan bangunan.

Tabel 3.10 Fasilitas atau bangunan di wilayah 5B

No Jenis Jumlah

1 Rumah 28

2 Perkantoran 4

3 Pertokoan atau tempat usaha 19

4 Penginapan 5

5 Sekolah atau unit belajar 2

Total 48

Gambar 3.12 Saluran drainase di wilayah 5B

BAB III 16

Page 17: BAB III Gambaran Umum

11. Wilayah 6A

Area perencanaan meliputi daerah Jl. Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Wira Angun-Angun, Jl. Bahu

Reksa, dan Jl. Trunojoyo. Bentuk saluran yang ada disekitar adalah persegi dan trapesium.

Sistem tercampur antara grey water dan air hujan diterapkan sepanjang jalan ini. Penggunanan

lahan didominasi oleh rumah tinggal dan beberapa fasilitas public. Penerapan on-site seperti

septic-tank untuk pengelolahan limbah rumah tangga juga dapat ditemui di rumah tinggal

permanen. Dalam beberapa saluran, terdapat sampah yang menyumbat sehingga tidak dapat

mengalirkan air.

Tabel 3.11 Fasilitas atau bangunan di wilayah 6A

No Jenis Jumlah

1 Rumah 64

2 Tempat Ibadah 1

3 Rumah yang sedang dibangun 3

Total 68

Berikut arah aliran saat kondisi basah di wilayah 6A

Gambar 3.13 Arah aliran air saat hujan di wilayah 6A

BAB III 17

Page 18: BAB III Gambaran Umum

Gambar 3.14 Saluran drainase di wilayah 6A

12. Wilayah 6B

Area perencanaan meliputi daerah Jl. RE Martadinata, Jl. Banda, Jl. Badan Reksa, dan Jl.

Trunojoyo. Bentuk saluran drainase yang ada adalah persegi, trapesium, dan campuran antara

setengah lingkaran dengan trapesium. Tipe saluran adalah terbuka dan tertutup. Semua saluran

drainase pada daerah ini merupakan saluran campuran yaitu menampung limpasan air hujan

dengan grey water hasil cucian ataupun kegiatan PKL. Terdapat banyak sedimen, genangan air

yang menampung air keruh, berbau, dan berbuih dengan presentase saluran kering sedikit sekali.

Namun ditemukan lubang resapan pada jalan yang sangat sedikit tanahnya ataupun sekolah yang

sudah memasang lubang resapan guna mengurangi limpasan. Sistem sewerage di daerah ini pun

dengan sistem on site dan sistem off site dimana sistem on site menggunakan septik tank dan

biofilter, sedangkan sistem off site langsung mengalirkan air buangan menuju sungai tanpa

pengolahan.

Tabel 3.12 Fasilitas atau bangunan di wilayah 6B

No Jenis Jumlah

1 Rumah 11

2 Pertokoan 16

3 Perkantoran 4

4 Penginapan 2

5 Rumah sakit 4

6 Sekolah atau unit belajar 3

7 Restoran 4

BAB III 18

Page 19: BAB III Gambaran Umum

Total 44

Berikut arah aliran saat kondisi basah di wilayah 6B

Gambar 3.15 Arah aliran air saat hujan di wilayah 6B

Keterangan :

: Arah Aliran

: Genangan Air Kecil

: Genangan Air Menengah

: Genangan Air Besar

Arah aliran pada kondisi hujan dapat dilihat pada gambar diatas. Pada jalan R.E

Martadinata tidak terdapat genangan air, genangan air mulai terlihat pada jalan Banda dan Jalan

Trunojoyo, terutama didepan perumahan. Pada pertemuan Jalan Banda dan Jalan Trunojoyo

terdapat pembangunan sebuah klinik, dimana pada area pembangunan tersebut kecepatan aliran

air hujan pada selokan mengecil.

BAB III 19

Page 20: BAB III Gambaran Umum

Gambar 3.16 Drainase di wilayah 6B Gambar 3.17 Biofilter di

wilayah 6B

3.4.2 dasar dan periode perencanaan

Dalam upaya mendukung perkembangan Kota Bandung dibutuhkan prasarana sanitasi yang baik

dan sesuai karakteristik daerah serta kebutuhan penduduk kota Bandung. Fasilitas penyaluran air

buangan domestic merupakan salah satu sarana sanitasi yang dirasakan perlu dalam mendukung

aktifitas penduduk. Perencanaan sistem penyaluran air buangan kota Bandung didasrkan pada

beberapa pertimbangan yaitu :

1. Keberadaan sistem pengelolaan air buangan on-site yang belum memadai.

2. Peningkatan jumalh penduduk yang besar membutuhkan pengolahan air buanagn yang

tepat

3. Sebagai salah satu upaya mengurangi pencemaran air buangan domestic di sungai

cikapundung sebagai sumber air baku PDAM

4. Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Untuk menentukan periode perencanaan,beberapa hal harus diperhatikan yaitu rencana

umum pengembangan,aspek finansial dan ekonomi,umur pakai komponen struktur, dan

tingkat pertumbuhan penduduk. Maka sistem penyaluran air bunagan Kota Bandung akan

berlangsung selama ………tahun dengan pembagian zona.

3.5 daerah perencanaan

3.5.1 topografi

Kondisi topografi merupakan faktor yang penting dalam menentukan daerah pelayanan. karena

dari segi teknis dan ekonomi akan digunakan penyaluran yang berdasarkan sistem gravitasi.

Maka daerah pelayanan terpilih harus memiliki topografi yang memungkinkan

penyalurannya,baik dari segi teknis maupun hidrolis. Sistem penyaluran air buangan akan sangat

mahal bila kemiringan tanah kurang dari 2,5%. Secara topografis Kota Bandung terletak pada

BAB III 20

Page 21: BAB III Gambaran Umum

ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian

1.050 meter dan terrendah di sebelah Selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut

3.5.5 muka air tanah

Muka air tanah di Bandung pada saat ini berada sekitar 100 meter di bawah muka

tanah, sebagai akibat penggunaan air tanah yang tidak terkendali dan daerah resapan air yang

semakin berkurang. Hal ini akan berdampak pada pencemaran air, adanya daerah yang amblas,

dan terjadinya kekeringan. Sejak tahun 1972, setiap tahun terjadi penurunan muka air tanah

antara 0,05 sampai 7,3 meter. Dengan penurunan muka air tanah sebanyak itu, disinyalir hingga

tahun 2002 muka air tanah turun lebih dari seratus meter. Akibatnya, air tercemar dan tahun

2007 mendatang Bandung terancam kekurangan air. Data yang diperoleh Kompas dari Direktorat

Tata Geologi Lingkungan menunjukkan, terjadi peningkatan pengambilan air tanah dari tahun ke

tahun. Tahun 1998 misalnya, air tanah yang diambil 41,7 juta meter kubik melalui 2.397 sumur

bor. Sementara volume air tanah yang diambil tahun 1999 mencapai 45,4 juta meter kubik

melalui 2.401 sumur bor. Kemudian tahun 2000 pengambilan air tanah diperkirakan 46,6 juta

meter kubik melalui 2.484 sumur bor Pompa air itu mampu menyedot air dalam hitungan detik

untuk sekian ribu kubik. Sementara perjalanan air hujan sejak meresap ke dalam tanah hingga

sampai di kedalaman lapisan tanah memakan waktu puluhan ribu tahun.

3.6 batasan daerah pelayanan

3.7 proyeksi penduduk

Penduduk menjadi subjek dan objek suatu daerah. Daerah dapat maju ataupun mundur

dapat dilihat dari kondisi penduduknya seperti tingkat pendidikan,tingkat kesejahteraan dan

tingkat kesehatan. Penduduk menjadi subjek dan objek untuk menggerakkan roda perokonomian

daerah tersebut. Jumlah infrastruktur kota juga disesuaikan kebutuhan penduduk. Sehingga

penduduk menjadi sumber daya utama daerah. Untuk daerah perencana telah terjadi

pertumbuhan positif penduduk dari tahun 2002 hingga 2012. Pertumbuhan positif ini menjadi

modal utama bergeraknya daerah rencana sehingga dapat dilihat daerah rencana telah menjadi

salah pusat perekonomian kota Bandung seperti menjamurnya distro dan rumah makan.

Penduduk ini merupakan representasi kebutuhan air bersih yang harus terlayani oleh PDAM dan

pengaturan air buangan yang terintegrasi.

BAB III 21

Page 22: BAB III Gambaran Umum

tahun

data

jumlah

penduduk

2002 1375

2003 1488

2004 1501

2005 1824

2006 1863

2007 1922

2008 1948

2009 1994

2010 2043

2011 2105

2012 2165

3.8 proyeksi fasilitas kota

Rumah tinggal permanen

Penggunaan lahan sebagai rumah tinggal merupakan kebutuhan primer manusia. Daerah

perencanaan memiliki sekitar 373 rumah. Konsentrasi rumah terbesar terletak pada daerah 5A

dikarenakan adanya perumahan sedangkan pada daerah 2B dapat dilihat tidak adanya satupun

rumah permanen disebabkan daerah 2B merupakan pusat hiburan (distro dan rumah makan) dan

beberapa perkantoran. Penggunaan lahan sebagai rumah tinggal menjadi tolak ukur jumlah

buangan limbah domestic suatu daerah.

Kelp

Jumlah fasilitas

rumah

1A 45

1B 30

2A 23

2B 0

BAB III 22

Page 23: BAB III Gambaran Umum

3A 18

3B 20

4A 33

4B 9

5A 92

5B 28

6A 64

6B 11

Pendidikan

Salah satu indicator untuk melihat tingkat kemajuan suatu negara/daerah adalah tingkat

pendidikan penduduk,sebagai faktor pendukung dari kemajuan tingkat pendidikan tersebut

adalah tersedianya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. SD merupakan

sekolah pertama untuk menempuh peindidikan formal dan dilanjutkan SMP untuk memenuhi

program pemerintah wajib belajar 9 tahun. setelah menempuh pendidikan SMP maka dapat

dilanjutkan ke SMA (Sekolah Menengah Atas). Perguruan tinggi menjadi suatu bentuk

pendidikan tingkat lanjut untuk meningkatkan penguasaan dan wawasan dalam ilmu dan

teknologi. Pada daerah perencanaan kami terdapat 343 institusi pendidikan baik yang dikelola

oleh MENDIKNAS ataupun yayasan. Mayoritas institusi pendidikan yang ada dikelola oleh

yayasan seperti kompleks SD-SMP-SMA St.Aloysius,UNISBA(Universitas Islam Bandung) dan

UNPAS(Universitas Pasundan). Sedangkan institusi pendidikan non formal juga dapat ditemui di

daerah rencana kami seperti bimbel (bimbingan belajar) dan kursus bahasa. Penyebaran letak

institusi pendidikan cukup menyebar walaupun masih beberapa terkonsentrasi di Jalan

Tamansari dan Jalan Sultan Agung.

kelp

jumlah

fasilitas

sekolah

1A 3

BAB III 23

Page 24: BAB III Gambaran Umum

1B 2

2A 4

2B 2

3A 0

3B 0

4A 2

4B 4

5A 1

5B 2

6A 0

6B 3

Kesehatan

Kesehatan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Tingkat kesehatan masyarakat

menjadi faktor penentu utama kesejahteraan masyarakat disamping ekonomi dan pendidikan.

Tingkat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti sanitasi dan kondisi

lingkungan. Daerah perencana telah memiliki 7 pusat kesehatan berupa rumah sakit dan klinik.

Pusat kesehatan ini terletak di pusat kota yang mudah dijangkau dengan tranportasi oleh

masyarakat. Pusat kesehatan ini dikelola oleh pemerintah dan swasta. Pemerintah memilki rumah

sakit militer di sekitar riau junction sedangkan mayoritas klinik dimiliki oleh individu atapun

yayasan. Kuantitas pusat kesehatan bisa menjadi parameter tingkat kesehatan masyarakat namun

perlu adanya pengendalian lingkungan baik dari segi sanitasi dan infrastruktur.

Kelpjumlah fasilitas rumah sakit

1A 01B 02A 02B 03A 03B 24A 04B 15A 05B 0

BAB III 24

Page 25: BAB III Gambaran Umum

6A 06B 4

Hiburan dan olah raga

Manusia memiliki kecenderungan untuk melepaskan stress ataupun merefresh pikiran

melalui berbagai cara seperti olahraga dan hiburan. Olahraga menjadi salah satu alternatif untuk

menjaga kesehatan dan kebugaran. Sedangkan hiburan menjadi alternatif merekatkan hubungan

keluarga. Daerah rencana ini tidak memilki fasilitas olahraga tersendiri namun bergabung dengan

fasilitas lainnya seperti komplek SD-SMP-SMA st. Aloysius yang memilki fasilitas olahraga.

Fasilitas hiburan di daerah ini cukup lengkap ditandai 167 toko dan 59 restoran. Mayoritas

pertokoan merupakan distro atau factory outlet yang menjual berbagai sandang dengan mode

terbaru sedangkan restoran menyediakan berbagai macam varian mulai dari cake hingga

makanan daerah. Umumnya pertokoan dan restoran tersebar merata di seluruh daerah rencana

dan cukup terjangkau dengan moda transportasi. Jumnlah restoran dan pertokoaan menjadi salah

satu sektor penggerak perekonomian di daerah rencana.

kelpjumlah fasilitas pertokoan

jumlah fasilitas restoran

1A 3 81B 20 182A 7 32B 2 43A 6 03B 8 74A 39 04B 32 15A 15 145B 19 06A 0 0

BAB III 25

Page 26: BAB III Gambaran Umum

6B 16 4

Hotel dan penginapan

Salah satu daya tarik daerah rencana memilki hotel dan penginapan dengan variasi harga sesuai fasilitas

yang disediakan. Sehingga ketika ada pengunjung yang ingin menginap di kota bandung dan sekaligus

berbelanja maka wilayah ini menjadi salah satu tujuan untuk berwisata.

kelpjumlah fasilitas penginapan

1A 21B 02A 22B 43A 113B 04A 24B 15A 05B 56A 06B 2

Perkantoran

Dalam tata guna lahan daerah rencana dapat dijumpai fasilitas perkantoran. Aktivitas

perkantoran ini memberikan jasa yang terdiri dari:

Jasa keuangan (perbankan,money changer,penggadaian,dan lembaga keuangan bukan

bank lainnya)

Jasa wisata (travel biro,pusat informasi kepariwisataan, toko-toko cinderamata/souvenir)

Jasa konsultan (konsultan hukun,manajemen dan pengembangan wilayah)

Lokasi aktivitas jasa perkantoran cukup menyebar di beberapa wilayah rencana dengan total 60

gedung dengan pembagian fungsi yang berbeda . Namun terdapat daerah yang tidak memilki

BAB III 26

Page 27: BAB III Gambaran Umum

perkantoran yang disebabkan letak yang kurang strategis maupun fasilitas penunjang lain yang

terletak disekitar daerah tersebut.

Kelp

jumlah

fasilitas

perkantoran

1A 1

1B 0

2A 23

2B 14

3A 3

3B 4

4A 7

4B 2

5A 1

5B 4

6A 0

6B 4

Transportasi

Jalan merupakan prasarana untuk mempermudah mobilitas penduduk di samping itu mempunyai

fungsi untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Jalan nasional merupakan jalan yang

dikelola oleh pemerintah pusat yang keberadaannya sebagai sarana penghubung dari suatu

daerah dengan daerah lainnya atau suatu jalan. Sedangkan jalan kota merupakan jalan yang

tanngung jawabnya berada pada pemerintah kota dan daerah perencanaan ini terfasilitasi oleh

jalan kota. Kondisi jalan kota cukup baik walaupun ketika hujan ada sebagian daerah yang

tergenang akibat drainase yang kurang baik.

Tempat ibadah

BAB III 27

Page 28: BAB III Gambaran Umum

Mayoritas penduduk kota Bandung beragama islam dan sisanya sebagai pemeluk agama lain

seperti kristen,katolik,budha,dan hindu. Agama-agama ini saling menghargai sehingga timbul

kedamaian di daerah rencana. Selain itu penduduk terfasilitasi dengan adanya tempat ibadah

yang mudah dijangkau dan terawat.

kelp

jumlah fasilitas tempat ibadah

1A 01B 02A 22B 03A 03B 14A 04B 05A 15B 06A 06B 1

BAB III 28