bab iii deskripsi wilayah 3.1 gambaran geografi kepulauan...

28
35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riau Perjalanan pembentukan Provinsi Kepulauanan Riau yang di singkat Prov. Kepri memerlukan perjuangan yang tidak mudah menguras pikiran tenaga tanpa pamrih dari berbagai unsur dan elemen masyarakat yang berada di Kepulauan Riau maupun yang berada di luar kepulauan Riau, perlu diketahui bersama bahwa Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 24 September 2002. Disyahkan oleh DPR RI dengan hak inisiatif DPR RI melalui suatu proses yang jarang digunakan oleh badan legislatif sejak zaman Orde baru. Pembentukan Provinsi Kepri adalah hasil jerih payah perjuangan panjang rakyat dan tokoh-tokoh masyarakat Kepulaun Riau. Provinsi Kepulauan Riau terletak antara 00 o 29’ Lintang Selatan dan 04 o 40’ Lintang Utara serta antara 103 o 22’ Bujur Timur sampai dengan 109 o 4’ Bujur Timur. Berdasarkan hasil identifikasi Badan Informasi Geospasial (BIG), tercatat 394 pulau berpenghuni sedangkan 1.401 lainnya belum berpenghuni. Gugusan pulau besar dan kecil tersebar di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang dikelilingi oleh lautan, oleh karena itu sebanyak 96 persen wilayah provinsi ini adalah lautan. Kabupaten Lingga memiliki jumlah pulau terbanyak, yaitu 531 pulau dengan 76 pulau yang sudah dihuni, sedangkan Tanjung Pinang hanya terdiri dari 9 pulau dengan 2 pulau yang sudah dihuni. (Lukman,2010:3)

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

35

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riau

Perjalanan pembentukan Provinsi Kepulauanan Riau yang di singkat Prov.

Kepri memerlukan perjuangan yang tidak mudah menguras pikiran tenaga tanpa

pamrih dari berbagai unsur dan elemen masyarakat yang berada di Kepulauan Riau

maupun yang berada di luar kepulauan Riau, perlu diketahui bersama

bahwa Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2002 tanggal 24 September 2002. Disyahkan oleh DPR RI dengan hak

inisiatif DPR RI melalui suatu proses yang jarang digunakan oleh badan legislatif

sejak zaman Orde baru.

Pembentukan Provinsi Kepri adalah hasil jerih payah perjuangan panjang

rakyat dan tokoh-tokoh masyarakat Kepulaun Riau. Provinsi Kepulauan Riau

terletak antara 00o29’ Lintang Selatan dan 04o40’ Lintang Utara serta antara

103o22’ Bujur Timur sampai dengan 109o4’ Bujur Timur. Berdasarkan hasil

identifikasi Badan Informasi Geospasial (BIG), tercatat 394 pulau berpenghuni

sedangkan 1.401 lainnya belum berpenghuni. Gugusan pulau besar dan kecil

tersebar di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang dikelilingi oleh lautan,

oleh karena itu sebanyak 96 persen wilayah provinsi ini adalah lautan. Kabupaten

Lingga memiliki jumlah pulau terbanyak, yaitu 531 pulau dengan 76 pulau yang

sudah dihuni, sedangkan Tanjung Pinang hanya terdiri dari 9 pulau dengan 2 pulau

yang sudah dihuni. (Lukman,2010:3)

Page 2: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

36

Ibu kota Provinsi Riau waktu itu adalah Tanjungpinang. Kemudian

dipindahkan ke Pekanbaru pada tahun 1959. Pindahnya ibukota Provinsi Riau dari

Tajungpinang ke Pekanbaru mendasari suatu perubahan penting dalam sejarah

perkembangan sosial, ekonomi dan politik di Kepri. Tanjungpinang yang awalnya

adalah pusat perdagangan, budaya dan sejarah selama berabad-abad, berubah

menjadi kawasan pinggiran dari Provinsi Riau, menyebabkan Kepri tidak lagi

menjadi penting dan bermakna dalam kejayaan di jalur pelayaran dagang di Selat

Melaka yang telah berlangsung sejak 1722.

Setelah berakhirnya masa keemasan Sriwijaya, Riau terus membangkitkan

kembali tradisi kemaritiman Sriwijaya yang berlangsung selama berabad-abad.

Dengan berpindahan ibukota Provinsi Riau waktu itu ke Pekanbaru, tradisi

kemaritimanbitubkiniberubah. Pembangunan yang semula berorientasi maritime

(karena sesuai dengan letak geografis Kepri) kini berorientasi daratan atau benua.

Kawasan seluas 251.810,71 km2 ( 96 % laut dan 4 % daratan ), dengan sebaran

2.408 pulau yang semula memiliki peran ekonomi dan potensi yang cukup besar

untuk dibangkitkan, cenderung makin ditinggalkan.( Alhajj,2012:10)

Kawasan pulau-pulau nyaris tidak lagi tersentuh pembangunan. Bahkan

potensi Bintan dengan tambang bauksit Singkep dengan kekayaan timahnya tidak

terlalu diutamakan. Sarana dan prasarana serta pembangunan fisik di berbagai desa,

kecamatan dan pulau-pulau yang bertaburan sangat kurang. Kalaupun ada, hanya

dibangun oleh perusahaan. Lama kelamaan Kepri hanya tumbuh secara alami

dengan kemampuan sendiri. Kepri kembali mengandalkan aktivitas ekonomi

melalui pelayaran dan perdagangan tradisional antar pulau, memanfaatkan kawasan

pertumbuhan ekonomi Singapura dan Malaysia.

Page 3: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

37

Sektor-sektor kehidupan lainnya seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur,

perikanan, pertanian, perkebunan, serta industri tumbuh lebih lambat dan kurang

memberi perubahan kesejahteraan rakyat di kepulauan ini. Mulanya sekalipun

ibukota sudah pindah ke Pekanbaru dan Kepri semakin terpinggirkan, kehidupan

ekonomi masih tetap tumbuh dan kawasan ini tetap berkembang. Namun pada tahu

1961, ketika terjadi konflik antara Indonesia dan Malaysia, terjadi perang dan

bahkan putusnya hubungan diplomatik, Kepri yang berada pada perbatasan

Semenajung Malaya dan Singapura, mengalami berbagai perubahan kebijakan

yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyat di kawasan ini. Hubungan emosional

dan kekeluargaan dengan penduduk di Semenanjung itu, yang terbina oleh

kesamaan asal usul dalam rentang sejarah yang panjang, menjadi terputus.

Konfrontasi meyebabkan pemerintah Indonesia mengambil beberapa

kebijakan politik maupun ekonomi. Di antaranya melarang kapal-kapal dari

Singapura dan Semenanjung Malaya beroperasi di Indonesia, diikuti dengan

larangan pengunaan mata uang dollar Singapura dan uang Malaysia sebagai alat

pembayaran di Kepri. Bersama itu, pemerintah pusat memberlakukan mata uang

KRRP ( Rupiah Kepulauan Riau ) pada 15 Oktober 1963, serta memungut bea dan

cukai di Kepri. Selain itu, dibuat pula kebijakan yang memasukkan Kepri ke dalam

wilayah pabean Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Penganti UU No. 8 tahun

1963 tanggal 10 November 1963. kerena kebijakan ini bertujuan juga untuk

meningkatkan pendapatan pemerintah, barang-barang yang masuk dari Sumatera

dan Riau Daratan akan dikenai pajak. Akibatnya semakin menghambat

perdagangan antara Kepri dan daratan Sumatera.

Page 4: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

38

Bahkan pembayaran gaji para pegawai negeri sipil dan militer di Kepri,

khususnya Tanjungpinang, Lingga, Karimun dan Natuna ( Pulau Tujuh )

dilaksanakan dengan menggunakan mata uang rupiah. Perubahan kebijakan ini

sangat meyulitkan rakyat di Kepri karena terjadi pula perubahan sistem

perdagangan di pulau ini. Perdagangan yang sejak berabad-abad dilakukan secara

bebas dan langsung karena begitu dekatnya jarak, kini berubah. Singapura

misalnya, yang sejak lama merupakan pasar bagi hasil-hasil komoditas pertanian,

perikanan dan pertenakan serta perkebunan, pun terhenti. Barang-barang kebutuhan

pokok sehari-hari berasal dari Singapura dan Malaysia jadi sulit didapat.

Perdagangan tradisional bahkan perdagangan barter antara Kepri dengan Malaysia

dan Singapura langsung terhenti dan dilarang. Masa-masa konfrontasi adalah masa

paling sulit bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kepri.

Kebijakan pemerintah pusat yang bertujuan memblokade ekonomi Singapura,

kemudian merubah jalur perdagangan hingga Thailand, Filipina dan bahkan Jepang.

Namun karena jarak tempu yang jauh dan semakin memburuknya kehidupan

masyarakat, mulai timbul perdagangan gelap dan penyelundupan dari dan ke

Singapur. Pada awal nya hanya untuk kebutuhan pokok sehari-hari, lalu

berkembang menjadi perdagangan illegal berbagai hasil bumi dan komoditas.

Banyak penduduk mulai menjual hasil bumi mereka secara diam-diam ke

Singapura.

Kebijakan blokade ekonomi berlanjut dengan pemutusan perdagangan dan

hubungan ekonomi dengan Malaysia, serta menasionalisasi badan usaha Malaysia

dan Inggris, baik di Kepri maupun Riau Daratan. Akibat lebih jauh adalah

terjadinya perdagangan gelap berbagai komoditas, terutama bahan-bahan baku

Page 5: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

39

industri di Singapura. Agustus 1966 itu kemudian berlangsung damai dan lancar,

namun berbagai masalah ekonomi terutama lalu lintas perdagangan masih

memerlukan proses yang panjang.

Berbagai langkah pemerintah pusat setelah masa konfrontasi berakhir,

dilakukan untuk memulihkan kehidupan ekonomi didaerah ini. Kedekatan dengan

Malaysia dan Singapura dalam membangkitkan perekonomiannya, terutama dalam

mengelola pelabuhan internasionalnya, mulai mempengaruhi kebijakan pusat.

Pemerintah pusat mulai mengalihkan perhatiannya ke Kepulauan Riau, terutama

Batam, guna ikut memanfaatkan jalur perdagangan dunia yang paling ramai dan

penting di belahan timur. Untuk merealisasikannya, pemerintah pusat

mengembangkan Pulau Batam menjadi daerah industri khusus, guna mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional.

Batam dibangun sebagai kawasan industri pada tahun 1971 dengan

membentuk Badan Otorita Batam. Selain mengembangkan Pulau batam,

pemerintah juga menggesa pembagunan ekonomi Kepulauan Riau ( dan daerah

lainnya termasuk Riau ) pada tahun 1990. Di antaranya adalah dengan menjalin

kerjasama regional dengan membentuk kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi

Singapura-Johor-Riau (Sijori) yang dikenal sebagai IMS-GT atau Indonesia

Malaysia Singapore Growth Triangle. Langka ini ingin memaju pertumbuhan

seraya bersepakat dengan Singapura, Johor (Malyasia) dan Riau (Indonesia).

Bertujuan untuk memadukan kekuatan ekonomi secara kompetitif pada tiga

kawasan itu menjadi suatu kawasan pertumbuhan ekonomi yang menarik bagi

investor Internasional .

Page 6: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

40

Indonesia dengan keunggulan sumber daya alam serta lahan di Kepri serta

modal dan keahlian Singapura, berpadu menjadi kawasan unggulan berdaya tarik

ekonomi yang kuat serta memberikan peluang investasi bagi Kepri, Riau dan daerah

lainnya di Sumatera. Pertumbuhan ekonomi juga membangkitkan kawasan-

kawasan industri dan parawisata di daerah ini. Setelah Batam berbagai industri

penting yang cepat menumbuhkan ekonomi, menyusul pula di kawasan lainnya di

Bintan dengan dibukanya resort wisata di Lagoi, Bintan Utara, serta Lobam di

sekitar Tanjunguban. Kebijakan ini diakui telah menumbuhkan dan

membangkitkan ekonomi Kepri secara kuantitatif, walaupun keberhasilan ini

belum sepenuhnya dinikmati oleh rakyat Kepri. Hal ini justru menimbulkan

masalah baru akibat kesenjangan ekonomi yang tidak merata dan tidak berpihak

kepada rakyat kecil.

Pembangunan pusat-pusat industri dan kawasan ekonomi yang diarahkan

oleh pemerintah pusat dan lebih menyertakan swasta asing atau kaum pemilik

modal ini, telah melupakan amanah kesejahteraan rakyat Kepri. Penduduk di

sekitarnya semakin tertinggal dan tetap miskin. Akibat pertumbuhan ekonomi yang

lebih cepat, kemajuan sektor pendidikan, sosial dan berbagai bidang lain serta

lingkungan alam jadi tertinggal. Fasilitas pendidikan tidak terpenuhi dan

menyebabkan sulitnya anak-anak didik melajutkan sekolahnya di berbagai desa di

kawasan industri. Akhirnya Kepri tidak memiliki SDM serta tenaga kerja yang

terampil. SDM yang ada tidak dapat bekerja pada industri-industri yang baru

tumbuh.( Alkatiri, http:// BPS ProvinsiKepulauanRiau.go.id)

Sumber daya manusia di Kepri tetap tinggal, dan tidak bisa mengisi kebutuhan

tenaga kerja karena terbatasnya pendidikan dan keterampilan. Juga semakin

Page 7: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

41

terpinggirkannya kehidupan rakyat di desa-desa akibat penguasaan lahan-lahan

oleh para pemilik modal untuk kawasan industri. Termasuk rusaknya lingkungan

yang merugikan rakyat Kepri akibat eksploitasi yang berlebih-lebihan terhadap

tambang-tambang pasir laut, pasir darat, graint, bauksit, hutan-hutan (termasuk

hutan bakau), perairan dan perikanan serta sumber-sumber air minum.

Terdapatnya kerusakan sumber daya alam, lingkungan di sekitar pesisir

pantai, sumber-sumber hayati perikanan dan terumbu karang, serta hutan-hutan di

seantero pulau besar di Kepulauan Riau. Semua ini berakibat pemiskinan yang

terus-menerus bagi petani, nelayan, buruh dan penduduk di kawasan ini. Kondisi

Kepulauan Riau yang semakin tertinggal kesejahteraannya ini, secara bersamaan

diperparah oleh semakin terkonsentrasinya pembangunan hanya di Riau Daratan.

Hal ini terjadi karena ibu kota Provinsi Riau berada di Kota Pekanbaru sehingga

pada masa Orde Baru yang sangat sentralistik dan otoriter pada masa itu, telah

membuat terjadinya pemusatan pembagunan hanya pada kawasan-kawasan

tertentu. Terlebih lagi kebijakan ekonomi yang ditentukan oleh pusat lebih

menekankan pada pertumbuhan.

Pembangunan ekonomi yang sangat mengejar pertumbuhan itu tidak lain

hanyalah dengan mengeksploitasi sumber-sumber daya alam seperti hutan dan

lahan, selain mengelola sumber alam minyak dan gas bumi. Di sisi lain pemerintah

juga memacu pembangunan sektor infrastruktur yang semata-mata untuk

mempermudah eksploitasi sumber-sumber daya alam bagi kaum pemilik modal.

Pembagunan infrastruktur yang pesat menyebabkan ikut bangkitnya sektor-sektor

lain seperti pertanian, perkebunan dan pertambangan yang kemudian berimbas pada

sektor pendidikan, kesehatan, sosial ekonomi dan budaya.

Page 8: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

42

Pembagunan di Kepulauan Riau yang semula adalah ibukota provinsi (Riau)

justru tertinggal jauh. Ketimpangan semakin dirasakan di dalam pembangunan

Kepri dan Riau Daratan akibat berbedanya persepsi pada pemerintah provinsi, yang

lebih berorientasi pada wilayah daratan, dan bukan kepulauan. Dalam pemikiran

ini, laut ditanggap sebagai kelemahan karena memisahkan pulau-pulau. bukan

sebaliknya yang menjadi kekuatan pemersatu atas pulau-pulau itu. Akibatnya

kawasan Kepulauan Riau menjadi wilayah yang lemah tanpa pengaruh.

Ketertinggalan dan rasa ketidakadilan yang terus berkembang, terutama

pada masa-masa setelah kemerdekaan, menyebabkan rakyat Kepri ingin berjuang

untuk mendapatkan kembali suatu wilayah yang berstatus otonom (provinsi),

sebagaimana yang pernah terjadi sebelumnya. Dalam kata lain, rakyat Kepulauan

Riau ingin memisahkan diri secara administratife Provinsi Riau untuk membentuk

provinsi tersendiri. Rasa ketidakadilan serta didesak oleh berbagai faktor lain,

selain faktor sejarah adalah: letak geografis, ekonomis, sosial budaya, dan politis,

semakin memperkuat alasan mengapa rakyat Kepri bersatu memperjuangkan

terbentuknya Provinsi Kepri.

Kepulauan Riau yang teridiri dari 96 persen perairan dan hanya 4 persen

daratan dengan 2.408 pulau, dan jauh dari pusat pemerintahan menyebabkan

panjangnya rentangan kendali. Secara administratif rentang kendali itu akan

menjadi singkat apabila pusat pemerintahan berada di Kepri. Hal ini akan

mempermudah berbagai urusan masyarakat dan layanan dari pemerintah provinsi.

Rasa tidak puas masyarakat atas berbagai kondisi ini akhirnya manibulkan rasa

kesadaran bersama rakyat Kepri guna memisahkan diri dari Riau Daratan untuk

menjadi Provinsi Kepulauan Riau yang otonom.

Page 9: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

43

Bersamaan dengan itu timbul pula harapan bersama akan tercapainya

kesejahteraan apabila kelak provinsi itu dapat menumbuhkan sektor ekonomi dan

sektor-sektor lainnya bagi kepetingan rakyat. Secara hampir bersamaan terbentuk

pula Komite Pemekaran Kepulauan Riau (KPKR) sebagai lembaga mempersiapkan

pemekaran wilayah Kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten itu akan dimekarkan

menjadi 6 daerah tingkat dua (kabupaten / kota) yaitu Kota Batam, Kota

Tanjungpinang, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna (Pulau

Tujuh) dan Kabupaten Bintan.

Kemudian dilaksanakanlah Musyawarah Besar Rakyat Kepulauan Riau

pada tanggal 15 Mei 1999 di Hotel Royal Palace, di Batu – 10, Kota Tanjungpinang.

Pada hotel yang sekarang bernama Hotel Comfort itu, hadir sekitar seribu orang

wakil- wakil tokoh masyarakat, tokoh adat, pemuda dan mahasiswa. Mubes Rakyat

Kepulauan Riau ini mengasilkan Tiga Tuntutan Rakyat Kepulauan Riau yang di

tandatangani oleh tim perumus yang terdiri dari Prof Moch Saad (Ketua), Drs

Azirwan (sekretaris), dengan beberapa anggota yaitu: Drs Abdul Malik, M.pd, Ir H

Moh Gempur Adnan, H Raja Hamzah Yunus, H Rusli Silin, Drs M Saleh Wahab,

H Bakri Syukur dan HM Arief Rasahan.

Tiga Tuntutan Rakyat Kepri, Mempercepat kemakmuran masyarakat secara

adil dan merata melalui pembetukan Provinsi Kepulauan Riau. Untuk mengujudkan

hal tersebut di atas secara nyata dilaksana dengan kemekaran daerah otonomi

Kepulauan Riau. Pemekaran daearah otonomi Kepulauan Riau terdiri atas :

1. Kota Tajungpinang,

2. Kabupaten Bintan,

Page 10: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

44

3. Kabupaten Karimun,

4. Kabupaten Kepulauan lingga

5. Kabupaten Pulau Tujuh.

Mendesak pemerintah agar Kota Madya Batam menjadi otonomi.

Musyawarah yang dihadiri masyarakat dari 22 kecamatan se-Kepulauan Riau, serta

masyarakat pendatang dari seluruh Kepri, berhasil meyatuhkan aspirasi dan

membulatkan tekat untuk membentuk Provinsi Kepulauan Riau.

Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25

tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota

Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan,Kabupaten Karimun, Kabupaten

Natuna, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Kepulaan Anambas. Secara

keseluruhan Wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 5 Kabupaten dan 2

Kota, 47 Kecamatan serta 274 Kelurahan/Desa dengan jumlah 2.408 pulau besar

dan kecil dimana 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya

sebesar 252.601 Km2, di mana sekitar 96% – nya merupakan lautan dan hanya

sekitar 4% merupakan wilayah darat, dengan batas wilayah sebagai berikut :

Gambar 3.1 batas wilayah

Sumber: profil-provinsi-kepulauan-riau/

Utara : Vietnam dan Kamboja

Page 11: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

45

Letak geografis yang strategis (antara Laut Cina Selatan dan Selat Malaka)

dengan potensi alam yang sangat potensial. Provinsi Kepulauan Riau

dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi Republik

Indonesia dimasa depan.

Tabel 3.2 Luas Provinsi Kepulauan Riau

No

Kabupaten/

Kota

Luas

Darat

(Km2) Luas Laut (Km2)

Jumlah

(Km2)

1 Kab. Karimun 1.524 6.460 7.984

2 Kota Batam 715 855 1.570

3 Kota T. Pinang 239 573 812

4. Kab. Bintan 1.946 57.905 59.852

5. Kab. Lingga 2.117 38.364 40.482

6 Kab. Natuna 3.235 138.665 141.901

Jumlah 252.601

Sumber: profil-provinsi-kepulauan-riau/

3.2 Kabupaten Tanjung Balai Karimun

Selatan : Prov. Kep. Bangka Belitung dan Jambi

Barat : Negara Singapura, Malaysia dan Prov. Riau

Timur : Malaysia, Brunei dan Prov. Kalimantan Barat

Page 12: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

46

Kabupaten Karimun merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan

Riau, yang berbatasan dengan Negara Singapore dan Negeri Jiran Malaysia, serta

berdampingan dengan pusat pertumbuhan industri Batam dan Bintan. Kabupaten

Karimun merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi Kepulauan Riau, yang

berdasarkan UU RI No. 53 tahun 1999. Adapun secara geografis Kabupaten

Karimun terbentang antara 00º 24’ 36” LU sampai 01º 13’ 12” LU dan 103º 13’

12” BT sampai 104º 00’ 36” BT, tepat berada pada jalur pelayaran dan dekat dengan

zona penerbangan internasional. Luas wilayah Kabupaten Karimun memiliki luas

4.918 Km² yang terdiri dari luas daratan 932 Km² (93.157 Ha) dan luas lautan

sekitar 3.987 Km² atau seluas 398.692 Ha, dengan demikian dapat dilihat bahwa

Kabupaten Karimun di kelilingi oleh lautan, kabupaten karimun merupakan

gugusan pulau besar dan kecil sejumlah 249 pulau, yang terdiri dari 54 pulau telah

berpenduduk dan 195 pulau lainnya belum berpenghuni. Hal ini membutuhkan

suatu perencanaan yang menyeluruh atau komprehensif untuk menata Kabupaten

Karimun selama rentang waktu 20 tahun ke depan.

Dua pulau terbesar yang menjadi pusat pemukiman dan sentra ekonomi

adalah Pulau Karimun dan Kundur. Posisi strategis Kabupaten Karimun yang diapit

oleh tiga negara, berimbas pada pesatnya perkembangan kabupaten ini. Status Free

Trade Zone (FTZ) yang disandang pulau Karimun cukup berpengaruh terutama

terhadap kegiatan perekonomian. Sebagai kabupaten kepulauan, karekteristik

pulau-pulau di Kabupaten Karimun cenderung mirip. Wilayahnya secara umum

berupa dataran yang datar dan landai dengan ketinggian antara 20 sampai 500 meter

di atas permukaan laut, meskipun ada bagian yang merupakan bukit-bukit. Di

Page 13: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

47

Karimun terdapat sebuah gunung yaitu Gunung Jantan dengan ketinggian 478

meter dan merupakan salah satu sumber mata air di Karimun.

Ibukota Kabupaten Karimun terletak di kota Tanjung Balai, Kecamatan

Meral yang berbatasan di sebelah Barat dengan Kecamatan Rangsang dan

Kabupaten Bengkalis, sebelah Timur dengan Kelurahan Tebing, sebelah Selatan

dengan Kecamatan Rangsang dan Kabupaten Bengkalis serta sebelah Utara

berbatasan dengan Selat Singapore dan Selat Malaysia, sementara itu Kabupaten

Karimun sendiri secara administratif berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Selat Singapore (Philips Channel), Selat Malaka dan

Semenanjung Malaysia.

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Kateman (Kabupaten Indragiri Hilir) dan

Kabupaten Lingga.

3. Sebelah Barat : Kecamatan Rangsang, Kecamatan Tebing Tinggi

(Kabupaten Kepulauan Meranti) dan Kecamatan Kuala Kampar (Kab.

Pelalawan).

4. Sebelah Timur : Kecamatan Belakang Padang (Kota Batam).

Dari hasil pemantauan Stasiun Meteorologi dan Geofisika Tanjung Balai

Karimun, selama tahun 2012 temperatur udara rata-rata 28,5ºC, dengan suhu

minimum sebesar 22,0ºC pada bulan Februari dan April, sedangkan suhu

maksimum 34,4ºC pada bulan Maret. Rata-rata harian kelembaban udara selama

tahun 2012 adalah 75 persen. Kelembaban udara minimum yaitu 33 persenterjadi

di bulan Juli, sedangkan maksimum mencapai 100 persen terjadi di bulan Februari

dan Agustus. Rata-rata curah hujan di tahun 2012 sebesar 221,335 mm, dimana

Page 14: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

48

curah hujan terendah terjadi di bulan Januari, yaitu 61,1 mm sedangkan tertinggi

terjadi di bulan April, yaitu 473,5 mm. Jumlah hari hujan terbanyak selama 25 hari

terjadi di bulan Desember.

Tabel 3.3 Nama Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Karimun

NAMA DAS LUAS (m²)

DAS Pulau Kambing 1,000

DAS Sei. Ungar 2,000

DAS Sei. Raya 1,000

DAS Teluk Uma 1,500

DAS Sri Gading 1,000 Sumber : Pokja AMPL Kabupaten Karimun Tahun 2014, hasil estimasi

Wilayah Kabupaten Karimun bagian dari kepulauan di Indonesia mempunyai

iklim basah yang sangat di pengaruhi oleh perubahan angin yang melewatinya.

Selain itu unsur-unsur iklim lainnya seperti temperatur, suhu dan curah hujan ikut

berpengaruh terhadap kondisi perubahan cuaca dari tahun ke tahun.

Pada saat terbentuk, Kabupaten Karimun hanya terdiri dari 3 kecamatan.

Seiring berjalannya waktu, wilayah kabupaten ini mekar menjadi 9 kecamatan.

Kemudian pada tahun 2012, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun

No.12/2007, wilayah Kabupaten Karimun kembali mengalami pemekaran menjadi

12 (dua belas) kecamatan. Keduabelas kecamatan tersebut yakni Kecamatan Moro,

Kecamatan Durai, Kecamatan Kundur, Kecamatan Ungar (pemekaran dari

Kecamatan Kundur), Kecamatan Kundur Utara, Kecamatan Belat (pemekaran dari

Kecamatan Kundur Utara), Kecamatan Kundur Barat, Kecamatan Karimun,

Kecamatan Buru, Kecamatan Meral, Kecamatan Meral Barat (pemekaran dari

Kecamatan Meral) dan Kecamatan Tebing.(Arifin, http:// Pokja AMPL Kabupaten

Karimun.com)

Page 15: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

49

Pada tahun 2012, setelah mengalami pemekaran wilayah, jumlah desa dan

kelurahan yang ada di Kabupaten Karimun sebanyak 71 desa/kelurahan. Terdiri

atas 42 daerah berstatus desa dan 29 kelurahan. Sedangkan jumlah RW/RT secara

keseluruhan adalah sebanyak 3778 RW dan 1.060 RT.

Tabel 3.4 Nama, luas wilayah dan jumlah kelurahan per-Kecamatan

Page 16: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

50

3.3 Kantor Bea dan Cukai Tanjung Balai Karimun

Gambar 3.2 Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean

Tanjung Balai Karimun, Kepri.

Sumber : bctbk.beacukai.go.id/profil/

KPPBC Tipe Madya Pabean B Tanjung Balai Karimun merupakan

transformasi dari KPPBC Tipe A2 Tanjung Balai Karimun. KPPBC Tipe Madya

Pabean B Tanjung Balai Karimun adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, berada di bawah koordinasi

Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau. Diresmikan oleh Direktur Jenderal

Bea dan Cukai, Agung Kuswandono, pada tanggal 23 Agustus 2011.

KPPBC Tipe Madya Pabean B Tanjung Balai Karimun beralamat di Jl. Yos

Sudarso No. 5 Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, memiliki wilayah

kerja yang meliputi seluruh Kabupaten Karimun yang memiliki luas wilayah 7.984

km2, dengan luas daratan 1.524 km2 (19,09%) dan luas lautan 6.460 km2 (81.91%),

yang tersebar dalam 198 pulau dengan 67 diantaranya pulau berpenghuni. Secara

Page 17: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

51

geografis, letak KPPBC Tipe Madya Pabean B Tanjung Balai Karimun sangat

strategis, berada di 0,9890 LU dan 103,4394 BT, berhadapan dengan Selat Malaka

dan berbatasan langsung dengan dua negara yaitu Malaysia dan Singapura.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2007

Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun, wilayah

Karimun ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Karimun (Kawasan Bebas Karimun) yang meliputi sebagian dari wilayah Pulau

Karimun dan seluruh Pulau Karimun Anak. Sehubungan dengan hal ini, maka

KPPBC Tipe Madya Pabean B Tanjung Balai Karimun selain melaksanakan tugas

pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan cukai pada umumnya yang berlaku di

Indonesia juga melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan kepabeanan dan

cukai di Kawasan Bebas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan

Cukai Serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan dari Serta

Berada di Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas

dan Pelabuhan Bebas.

Page 18: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

52

Gambar 3.3 Peta Batas FTZ Badan Pengusahaan Kawasan Pelabuhan Bebas dan

Perdagangan di Karimun.

sumber: bctbk.beacukai.go.id/profil/

3.3.1 Sejarah Berdirinya Bea dan Cukai

CUSTOMS (Instansi Kepabeanan) di mana pun di dunia ini adalah suatu

organisasi yang keberadaannya sangat essensial bagi suatu negara, demikian pula

dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia) adalah

suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting pada suatu negara.

Bea dan Cukai (selanjutnya kita sebut Bea Cukai) merupakan institusi

global yang hampir semua negara di dunia memilikinya. Bea Cukai merupakan

perangkat negara “konvensional” seperti halnya kepolisian, kejaksaan, pengadilan,

ataupun angkatan bersenjata, yang eksistensinya telah ada sepanjang masa sejarah

negara itu sendiri. Fungsi Bea Cukai di Indonesia diyakini sudah ada sejak zaman

kerajaan dahulu, namun belum ditemukan bukti-bukti tertulis yang kuat.

Page 19: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

53

Kelembagaannya pada waktu itu masih bersifat “lokal” sesuai wilayah kerajaannya.

Sejak VOC masuk, barulah Bea Cukai mulai terlembagakan secara “nasional”.

Zaman Hindia Belanda tersebut, masuk pula istilah douane untuk menyebut

petugas Bea Cukai (istilah ini acapkali masih melekat sampai saat ini). Nama resmi

Bea Cukai pada masa Hindia Belanda tersebut adalah De Dienst der Invoer en

Uitvoerrechten en Accijnzen (I. U & A) atau dalam terjemah bebasnya berarti

“Dinas Bea Impor dan Bea Ekspor serta Cukai”. Tugasnya adalah memungut

invoer-rechten (bea impor/masuk), uitvoer-rechten (bea ekspor/keluar), dan

accijnzen (excise/ cukai). Tugas memungut bea (“bea” berasal dari bahasa

Sansekerta), baik impor maupun ekspor, serta cukai (berasal dari bahasa India)

inilah yang kemudian memunculkan istilah Bea dan Cukai di Indonesia. Peraturan

yang melandasi saat itu di antaranya Gouvernment Besluit Nomor 33 tanggal 22

Desember 1928 yang kemudian diubah dengan keputusan pemerintah tertanggal 1

Juni 1934. Pada masa pendudukan Jepang, berdasarkan Undang-undang Nomor 13

tentang Pembukaan Kantor-kantor Pemerintahan di Jawa dan Sumatera tanggal 29

April 1942, tugas pengurusan bea impor dan bea ekspor ditiadakan, Bea Cukai

sementara hanya mengurusi cukai saja.

Lembaga Bea Cukai setelah Indonesia merdeka, dibentuk pada tanggal 01

Oktober 1946 dengan nama Pejabatan Bea dan Cukai. Saat itu Menteri Muda

Keuangan, Sjafrudin Prawiranegara, menunjuk R.A Kartadjoemena sebagai Kepala

Pejabatan Bea dan Cukai yang pertama. Jika ditanya kapan hari lahir Bea Cukai

Indonesia, maka 1 Oktober 1946 dapat dipandang sebagai tanggal yang tepat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1948, istilah Pejabatan Bea

Cukai berubah menjadi nama menjadi Jawatan Bea dan Cukai, yang bertahan

Page 20: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

54

sampai tahun 1965. Setelah tahun 1965 hingga sekarang, namanya menjadi

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).

3.3.2 Peranan Bea dan Cukai terhadap Negara dan Masyarakat

Negara Republik Indonesia mempunyai sebuah lembaga yang memiliki

peran cukup penting terhadap pembangunan Nasional dan perlindungan

masyarakat. Salah satunya adalah Lembaga Bea dan Cukai (Direktorat Jendral Bea

dan Cukai). Sebagai lembaga penting dalam perdagangan internasional, peran Bea

dan Cukai semakin luas yaitu manjadi Trade Facilitator atau fasililator

perdagangan.

Bea dan cukai oleh karena itu harus mampu memberikan pelayanan kepada

masyarakat umum yang bercirikan save time, save cost, safety, dan simple. Dan

semua ciri tersebut harus menjadi bagian dari sistem dan prosedur kepabeanan.

Agar dapat sesuai dengan misi dari bea dan cukai yaitu memberikan pelayanan yang

terbaik kepada industri, perdagangan, dan masyarakat. Disamping itu, bea dan

cukai juga berperan dalam upaya pembangunan ekonomi secara umum dalam era

liberalisasi dan globalisasi perdagangan dan investasi. Demi terwujudnya visi dari

bea dan cukai yaitu menjadikan administrasi kepabeanan dan cukai dengan standar

internasional. Semuanya itu harus mengacu kepada tugas pokok dan fungsi

Direktorat Jendral Bea dan Cukai yaitu :

A. Tugas Pokok

Direktorat Jendral Bea dan Cukai berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Menteri Keuangan dan dipimpin oleh Direktur Jendral Bea

dan Cukai. Direktorat Jendral Bea dan Cukai mempunyai tugas

Page 21: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

55

melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen keuangan dibidang

kepabeanan dan cukai, berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri

dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu

lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean dan pemungutan bea

masuk dan cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan

perundang-undnagn yang berlaku.

B. Fungsi

1. Perumusan kebijakan di bidang penegakan hukum, pelayanan dan

pengawasan, optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan

dan cukai.

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum,

pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang

kepabeanan dan cukai.

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi

penerimaan negara dibidang kepabeanan dan cukai.

4. Pemberian bimbingan teknis dan surpervisi di bidang

pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi

penerimaan negara, di bidang kepabeanan dan cukai.

5. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang

pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi

penerimaan negara dibidang kepabeanan dan cukai.

Page 22: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

56

6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jendral Bea dan Cukai, dan,

7. Pelaksaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri keuangan.

Adanya tugas pokok dan fungsi Direktorat Jendral Bea dan Cukai,

diharapkan dapat melakukan tugas dan fungsinya untuk :

1. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya.

Peran bea dan cukai disini secara tidak langsung akan

melindungi masyarakat terutama dalam upaya pencegahan

penyelundupan narkotika dan zat-zat psikotropika (seperti shabu,

ketamine, ekstasi, heroin, dan kokain) yang masih terus marak

dilakukan oleh orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan besar,

tanpa melihat efek yang ditimbulkan dari penggunaan narkotika dan

psikitropika yang nota bene akan merusak generasi muda bangsa ini.

Gambar 3.4 Narkotika dan jenis obat-obatan terlarang

Sumber: Data diolah

Page 23: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

57

2. Melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang

tidak sehat dengan industri sejenis dari luar negeri.

Sebagai contoh, masih banyaknya produk impor China seperti

garmen (pakaian), sepatu dan tas, yang beredar dipasaran dan mulai

mendominasi penjualan di pasar regional. Parahnya lagi, sebagian besar

produk impor itu adalah produk impor legal. Hal ini dikhawatirkan akan

mematikan industri nasional sehingga akan berdampak industri lokal

banyak yang gulung tikar. Disini peran bea dan cukai dituntut untuk

memperketat dalam memeriksa masuknya barang-barang impor ke

indonesia, serta mendukung persaingan usaha yang sehat dan melidungi

kepentingan importasi barang dan produk ilegal.

Gambar 3.5 Produk-Produk Impor Ilegal

Sumber:Beacukai.go.id

Page 24: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

58

3. Memberantas penyelundupan.

Maraknya barang-barang selundupan, baik itu lewat jalur laut

maupun udara, sehingga bea dan cukai dituntut untuk menajaga lebih

ketat pelabuhan-pelabuhan besar ataupun pelabuhan yang jarang

digunakan untuk droping barang. Maupun penjagaan ketat dibandara-

bandara dengan melakukan periksaan untuk penumpang dan

pemeriksaan untuk barang (kargo). Hal ini penting, agar dapat

mengatasi penyelundupan barang secara fisik. Disamping itu para

importir dan eksportir ilegal (penyelundupan) dikenakan sanksi yang

berat secara hukum sesuai dengan UU kepabeanan. Sanksi juga dapat

dikenakan kepada aparat bea dan cukai yang terbukti bersalah, karena

mendukung kegiatan importir ilegal. Dengan begitu akan mengurangi

dan memberantas penyelundupan.

Gambar 3.6 Barang-Barang Selundupan

sumber : Beacukai.go.id

Page 25: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

59

4. Melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang

berkepentingan dengan lalu lintas barang yang melampaui batas-

batas negara.

Peran bea dan cukai disini, untuk selalu membantu dalam hal

pengawasan lalu lintas barang-barang tertentu (misalnya senjata api,

peralatan tempur untuk angkatan bersenjata Republik Indonesia yang

melampaui batas-batas negara.

5. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara

maksimal untuk kepentingan penerimaan keuangan negara.

Pemungutan bea masuk dan cukai dilakukan oleh Direktorat

Jendral Bea dan Cukai ini merupakan salah satu pemasukan terbesar

untuk kas negara. Sebagai contoh cukai rokok solid. Dengan begitu akan

berdampak sangat besar dalam pembangunan nasional.

Gambar 3.7 Penangkapan Rokok Solid

Sumber:Data diolah

Page 26: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

60

Gambar diatas ialah gambar yang mana petugas bea dan cukai

sedang menjalankan tugasnya, tugas pegawai bea dan cukai disini adalah

menangani mengontrol, memeiksa barang yang masuk diwilayah pelabuhan

atau jalur laut yang melintasi di wilayahnya. Terdapat pegawai yang sedang

memeriksa kelengkapan surat-surat kapal dan apa barang yang dibawanya.

Jika kelengkapan surat atas pembawaan barang telah terbukti maka akan

langsung dilepaskan kapal agar bisa menghantarkan barang dengan baik dan

sebaliknya, jika surat surat atau kelengkapan lainnya tidak memenuhi syarat

maka akan segera ditindak lanjuti.

3.4 Struktur Organisasi KPPBC Tipe Madya Pabean B Tanjung Balai

Karimun

Gambar 3.4.1 Struktur organisasi KPPBC

Sumber: bctbk.beacukai.go.id/

Page 27: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

61

Tabel 3.5 Petinggi di KPPBC Tipe Madya Pabean B Tanjung Balai Karimun

NO NAMA / NIP J A B A T A N

1 Bernhard Sibarani

197009231998031001 Kepala Kantor

2 Derry Arifin

197205211992121001 Kepala Subbagian Umum

3 Asnovira Kurniati

198011202003122001 Kepala Urusan Keuangan

4 Rediete Restuwidyawan

198312152002121003 Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian

5 Misda Siadari 196005041983032001

Kepala Urusan Rumah Tangga

6 Andi Chusna Prihadiwan 197801092000011002

Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan

7 M. Jangka 196412311983031007

Kasubsi Intelijen

8 Ardian Ramerta 198203032003121002

Kasubsi Penindakan dan Sarana Operasi

9 Eddi Purwanto 197705211997031001

Kasubsi Penyidikan dan Barang Hasil

Penindakan

10 Khairudin 197710252002121001

Kepala Seksi Perbendaharaan

11 Zainudin 197308191999031001

Kepala Subseksi Administrasi Penerimaan

dan Jaminan

12 Sugiyono 197904202003121001

Kasubsi Administrasi Penagihan dan

Pengembalian

13 Mohamad Kujaeri 196004011983101002

Kasubsi Administrasi Manifest

14 Taufik Hidayat 197009061992121001

Kepala Seksi Penyuluhan Layanan Informasi

15 Sandi Kuntarto 197612211998031001

Kasubsi Penyuluhan

16 Jusriadi 197810152003121001

Kasubsi Layanan Informasi

17 Sabaruddin Rahmat Pasaribu 197606261999031003

Kepala Seksi Kepatuhan Internal

18 Suryanto 196211261983101001

Kasubsi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas

Pelayanan dan Administrasi

19 Teguh Khristian Saragih 198110152001121002

Kasubsi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas

Pengawasan

20 Budhi Irawan 197310061992121001

Kepala Seksi Pengolahan Data dan

Administrasi Dokumen

21 Soewito 196308251983031001

Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan

Cukai I

22 R. Rachmat Effendy 196210111983031002

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I

23 M. Ilyas Us 196106151983031002

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai IV

24 Giat Purwanto 196404081983031002

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai IX

25 Syahrul Bastian 196104261983031002

Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan

Cukai II

Page 28: BAB III DESKRIPSI WILAYAH 3.1 Gambaran Geografi Kepulauan Riaueprints.umm.ac.id/44351/4/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · 35 BAB III DESKRIPSI WILAYAH . 3.1 Gambaran

62

26 R. Aisyah 196011041983032001

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai II

27 Ramal Lumban Tungkup 196110151983031001

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai X

28 Hambali 195911031980111002

Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan

Cukai III

29 Sai'on 196306041983031005

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai V

30 R.Sumiyati 196009231983032001

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai VI

31 Suheimi BS. 196411111983031001

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai XII

32 Tedy Hilmawan 197912282000121001

Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan

Cukai IV

33 Jayaprana 196111121983031003

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai III

34 Aidir 196207121983031003

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai VII

35 Dwi Agus Ashadi 197908032000121001

Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan

Cukai V

36 Yuniar 196406101983032001

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai VIII

37 Ivan Setiawan 197810011999031001

Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai XI

Sumber : bctbk.beacukai.go.id/