bab iii ciri tuturan menegaskan dalam drama ahlul … · 65 bab iii ciri tuturan menegaskan dalam...
TRANSCRIPT
65
BAB III
CIRI TUTURAN MENEGASKAN DALAM DRAMA AHLUL
KAHFI BAGIAN PERTAMA
Menegaskan (assert) merupakan salah satu jenis tindak tutur asertif seperti
yang dinyatakan Leech (1993: 327). Menegaskan dapat diartikan sebagai
menerangkan, menjelaskan, mengatakan dengan tegas, membenarkan dan
memastikan suatu gagasan atau pernyataan. Kesalahpahaman di dalam bertutur
dan mendengarkan merupakan suatu hal yang dimaklumi, untuk memperbaiki
kesalahan tersebut seringkali seorang penutur mengulangi apa yang telah
dituturkannya, dan untuk menghindari adanya keraguan atau kesalahpahaman
biasanya penutur menggunakan beberapa tanda dalam tuturannya baik dalam
bahasa Indonesia maupun bahasa Arab. Tanda yang dimaksud merupakan ciri
tuturan menegaskan. Shachrawi (2005: 207) membagi ciri tuturan menegaskan
menjadi tiga, yaitu: ada>tu’t-tauki>d, qasam, dan taqdi>m musnad ilaih”. Sesuai
dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, mengenai ciri tuturan
menegaskan dalam drama Ahlul Kahfi bagian pertama (AKbg1), ditemukan
beberapa ciriyang digunakan, di antaranya:
A. Ada>tu’t-Tauki>d
Ada>tu’t-tauki>d merupakan padanan dari istilah kata penegas, kata
penegas ialah setiap kata yang biasa digunakan untuk menyatakan maksud
lebih tegas, mantap dan pasti dari amanat suatu kalimat dalam bahasa Arab,
atau pola kalimat tertentu yang secara tersirat mempunyai makna yang lebih
66
kuat dan tegas (Patah, 2003: 75). Ada>tu’t-tauki>d yang digunakan dalam drama
naskah AKbg1 antara lain:
(anna) أن dan (inna) إن .1
Digunakan pada jumlah ismiyyah (pola kalimat mubtada’ + khabar)
dengan ketentuan bahwa mubtada’ (pokok kalimat) beralih fungsi menjadi
ismnya إن (inna) atau أن (anna), dan khabar (predikat) beralih fungsi
menjadi khabarnya إن (inna) atau أن (anna) (Patah, 2003: 79). Zakariya
menjelaskan pengamalan inna pada kitabnya "al-Muyassar fi>‘ilmi an-
Nahwi" sebagai berikut:
خربىا ويسمي اخلرب وترفع امسها ويسمي ادلبتداء فتنصب واخلرب ادلبتداء علي تدخل:إن
Inna: tadkhulu ‘ala>l-mubtada'i wal-khabari fatanshabul-mubtada'a wayusamma ismaha> watarfa'ul-khabar wayusamma khabaraha>.
masuk pada mubtada’ dan khabar yang beramal untuk :(inna) إن"
menasabkan mubtada’ yang dinamakan ismnya إن (inna)dan
merafa’kan khabar yang dinamakan khabarnya إن (inna) (Zakariya,
2004: 46).
Perbedaan antara إن (inna) dan أن (anna) berada pada posisi
peletakannya, seperti yang dinyatakan Malik dalam kitabnya “Alfiyah
Malik” bahwa hamzah inna wajib fatchah karena posisi mashdar
menempatinya, selain posisi tersebut kasrahkanlah hamzah inna. Adapun
hamzah inna wajib kasrah ketikaberada pada enam keadaan berikut, yaitu
(1) berada dipermukaan kalam, (2) berada dipermulaan jumlah silah (silah
maushul), (3) sekiranya dipandang sempurna sebagai jawab bagi kata
sumpah, (4) diceritakan dengan qaul (menjadi jumlah mahkiyah dari qaul),
67
(5) menempati tempat cha>l, (keadaan)(6) mengkasrahkan hamzah yang
berada setelah fi’l dari af’a>lul qulub yang menyertai lam ibtida’.
Pada penelitian ini ditemukan 53 data yang menggunakan ada>tu’t-
tauki>d إن (inna) atau أن (anna). Pada pembahasan ini penulis akan
menganalisis delapan sampel berdasarkan letak إن (inna) atau أن (anna)
yang bermacam-macam. Data yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d إن (inna)
atau أن (anna)antara lain:
ن لهكعنغنمكيايليخا؟:يامشلين )بعدصمت(أل .ي علمأحدأن هالمسيحيالآمنة،والإن هات رعيالكبأس،ال:يليخا
كنتختفىدينك؟:مرنوش (AKbg1/1932/17/04)أنتأيضا
Misyli>niya>: (ba’da shumt) alam nulhika ‘an ghanamika ya> Yimli>kha>? Yimli>kha> : la>ba'sa, innaha> tar’a>l-kala'a a>minatan, wala> ya’lamu achadun
annaha> limasi>chi>. Marnu>sy : anta aidhan kunta tukhfa>di>naka?
„Misyliniya: (setelah terdiam)“tidakkah kami membuatmu lalai terhadap
kambingmu wahai Imlikha?”
Yimlikha: “tidak apa-apa, sesungguhnya mereka dapat menggembala
sendiri dengan aman, dan tidak satupun yang tahu bahwasanya
mereka milik orang masehi”
Marnusy: “kamu juga merahasiakan agamamu?”. ‟
Pada data ke (04) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Yimlikha “la>ba'sa, innaha> tar’a>l-kala'a a>minatan, wala> ya’lamu achadun
annaha> limasi>chi>. ”, ditandai dengan ada>tu tauki>d berupa partikel إن (inna)
dan أن (anna), yaitu pada kata innaha> (إن+ىا) dan annaha>. (أن+ىا). Pada data
ini Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan
Marnusy sebagai mitra tutur kedua.
Kalimat pertama yaitu "innaha> tar'a>l-kala'a a>minatan" susunan
kalimat tersebut berupa jumlah ismiyyah terdiri dari ism inna (subjek) dan
68
khabar inna(predikat). Ism inna dalam tuturan tersebut yaitu "dhamir (ha>)"
dan khabar inna yaitu "tar'a>l-kala'a a>minatan". Kalimat kedua yaitu "wala>
ya’lamu achadun annaha> limasi>chi>" susunan kalimat tersebut berupa jumlah
ismiyyah. Ism inna yaitu "dhamir (ha>)" dan khabar inna yaitu "limasi>chi>"
Tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh seorang penutur
bertujuan untuk mencegah kurangnya perhatian mitra tutur pertama dan
kedua terhadapnya, hal ini dapat dilihat dari peletakan kata penegas pada
setiap informasi yang berada di awal kalimat. Apabila dilihat dari
penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas, penutur bermaksud untuk
memberi kemantapan kepada mitra tutur pertama dan kedua yang belum
tahu informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Akan tetapi dengan adanya ada>tu’t-tauki>d إن (inna) dan نأ (anna) pada
tuturan membuat intonasi pada tuturan tersebut menjadi sedikit tegas,
sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit
bertekan. Melihat respon atau jawaban yang diberikan Marnusy dapat
diketahui bahwa Marnusy memperhatikan dan menanggapi tuturan tersebut
dengan pertanyaan.
69
Data selanjutnya sebagai berikut:
كنتختفىدينك؟:مرنوش أنتأيضا.نعمياموالى:يليخا
كلمة))موالى((تؤذىمسعى،:مشلينيا إناىناإخوةومسيحيونفالمواىلواليليخا!(AKbg1/1932/17/05).عبيد
Marnu>sy: anta aidhan kunta tukhfa> di>naka? Yimli>kha>: na’am ya> maula>. Misyli>niya>: Yimli>kha>! Kalimatu (maula>) tu'dzi> sam’i>, inna> huna> ikhwatun
wa masi>chiyyu>n fala> maua>la> wala> ‘abi>d
„Marnusy: “kamu juga merahasiakan agamamu?”
Yimlikha: “benar tuan”
Misyliniya: “Yimlikha! Panggilan tuan menyakiti mitra tuturanku,
sesungguhnya di sini kita bersaudara”. ‟
Pada data ke (05) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya berikut “Yimli>kha>! Kalimatu (maula>) tu'dzi> sam’i>, inna> huna>
ikhwatun wa masi>chiyyu>n fala> maua>la> wala> ‘abi>d”, pada tuturan Misyliniya
tersebut menggunakan ada>tu tauki>d berupa partikel inna dalam kata inna>
dan dhamir (إن) hasil dari gabungan antara partikel inna (إن+نا)حنن()
muttasil na> (نا) yang kembali kepada nachnu (حنن(. Pada data ini Misyliniya
sebagai penutur, Marnusy sebagai mitra tutur pertama dan Yimlikha sebagai
mitra tutur kedua.
Melihat beberapa tujuan yang disampaikan Shachrawi (2005: 206),
tuturan menegaskan di atas dituturkan penutur bertujuan untuk bertanggung
jawab atas dirinya sendiri yang menganggap mitra tutur pertama dan kedua
kurang memperhatikan. Hal ini dilakukan ketika seorang penutur merasa
bahwa informasi yang akan disampaikan olehnya merupakan informasi
umum atau sudah diketahui oleh mitra tutur pertama dan kedua.
70
Selain itu apabila melihat beberapa tujuan yang disampaikan
Patah(2003: 78) mengenai ada>tu’t-tauki>d, tuturan menegaskan penutur
bertujuan untuk menghindarkan mitra tutur pertama dan kedua yang
sebenarnya tidak mempunyai sifat ingkar, kemungkinan ingkar yang muncul
akibat ketidak tahuannya, atau karena adanya tanda-tanda ingkar.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Akan tetapi dengan adanya ada>tu’t-tauki>d إن (inna) pada tuturan tersebut
membuat intonasi pada tuturan menjadi sedikit tegas, sehingga kadar
keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.
Data selanjutnya sebagai berikut:
ك:مرنوش كنتلكيفحبكىذاعلىياللويل!أنسيتوشيكاما نتلكدائما؟ومااألخص؟!
كلشئطيبمنذاكريت:مشلينيا (AKbg1/1932/33/37).إنكاليومزلوت
Marnu>sy: ya> lalwailu! Anasi>ta wasyi>kan ma> kuntu laka da>'iman? Wama> kuntu laka fi> chubbika hadza> ‘ala>l-akhash?!
Misyli>niya>: innakal-yaumu machauta kulla syai'in thayabin min dza>kirati>
„Marnusy: “alangkah celakanya! Apakah kamu lupa apa yang baru saja
aku lakukan untukmu? Dan apa yang aku lakukan kepadamu
khusunya dalam hal cintaku kepadamu?!”
Misyliniya: “sesungguhnya suatu hari kamu telah menghilangkan segala
sesuatu yang baik dari ingatanku. ”. ‟
Pada data ke (37) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya “innakal-yaumu machauta kulla syai’in thayabin min dza>kirati>”
yang menggunakan ada>tu tauki>d di awal kalimat berupa partikel inna pada
71
kata innaka ( ( (أنتإن+ك ). Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan
Marnusy sebagai mitra tutur.
Data di atas merupakan jumlah ismiyyah, ism inna pada data tersebut
adalah "innaka" berupa inna dan dhamir muttasil (ka) yang kembali ke
anta, sedangkan khabar inna adalah "al-yaumu machauta"
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur tersebut bertujuan
untuk mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya. Tujuan ini
dapat dilihat dari peletakan kata penegas dalam tuturan atau kalimat pada
saat menyampaikan informasi. Kata penegas yang digunakan untuk tujuan
ini biasanya terletak di awal tuturan atau kalimat. Apabila dilihat dari
penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk
memberi kemantapan mitra tutur kedua yang belum tahu informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d إن (inna) membuat intonasi pada tuturan
tersebut menjadi sedikit tegas, sehingga kadar keterdengaran yang diterima
mitra tutur adalah sedikit bertekan.
Data selanjutnya sebagai berikut:
إنكحاقدعلى!:مشلينيامرنوش على: اهلل أمحد ادلشئبل رسالتك امسيناأن غري هبا يكن ل )ومة ال مشلينيا!
.واألخريةنامنسوءحظىالرسالةاألوىلإ...(نعميجيب.(AKbg1/1932/19/09) حقيقة...منسوءحظك:مشلينيا
Misyli>niya> : innaka cha>diqun ‘alaiya!
72
Marnu>sy : bal achmadu’l-La>h ‘ala> anna risa>latakal-masy’u>mata lam yakun biha> ghaira ismaina>! (Misyli>niya> la> yuji>b) na’am … innaha> min su>'i chazhzhi>’r-risa>latil-u>la> wal-akhi>rati.
Misyli>niya> : min su>'i chazhzhika … chaqi>qatan
„Misyliniya : “sesungguhnya kamu dengki kepadaku!”
Marnusy: “segala puji bagi Allah atas suratmu yang membawa celaka yang
menyebutkan nama kami berdua” (Misyliniya tidak menjawab)
“ya … sesungguhnya itu adalah kesialanku atas surat pertama
dan terakhir”
Misyliniya : "dari kesialanmu … benar". '
Pada data ke (09) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Marnusy “bal achmadu’l-La>h ‘ala> anna risa>latakal-masy’u>mata lam yakun
biha> ghairu’smaina>!”. Pada tuturan tersebut Marnusy menggunakan
ada>tu’t-tauki>d berupa partikel أن (anna) Pada data ini Marnusy sebagai
penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur tersebut bertujuan
untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri yang menganggap mitra tutur
kurang memperhatikan. Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam
tuturan di atas, penutur mempunyai maksud untuk menolak sikap ingkar
mitra tutur yang sudah mengetahui informasi dan membawanya untuk
menyerah, sehingga tidak lagi ingkar dan mau menerima informasi itu
dengan baik.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi naik.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d إن (inna) dan أن (anna) membuat intonasi
pada tuturan tersebut menjadi bertambah naik, sehingga kadar
keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan.
73
Data selanjutnya sebagai berikut:
أسامع؟ !مرنوش)دىش شبو يف:(مشلينيانعم:مرنوش
ذلك؟ يف تقول ما:مشلينيا يقول ما أفهم وال ىراء يتكلم الراعي ىذا إن أقول:مرنوش
.أنتالتفهمشيئاسوىأنكغبتليلةعنامرأتكوولدك:نيامشلي(AKbg1/1932/27/23)
Misyli>niya>: (fi> syibhi dahsy) Marnu>sy! Asa>mi'? Marnu>sy: na'am Misyli>niya>: ma> taqu>lu fi> dzalika? Marnu>sy: aqu>lu inna hadza’r-ra>’i yatakallamu hara>'a wala> afham ma
yaqu>l. Misyli>niya>: anta la> tafhamu syai'an siwa> annaka ghibta lailatan ‘an
imra'atika wawaladika
„Misyliniya: (berbisik) "Marnusy! Apa kamu dengar?"
Marnusy: "iya"
Misyliniya: " apa pendapatmu tentang itu?"
Marnusy: "aku katakan bahwasanya penggembala ini bernicara keras dan
aku tidak memahami apa yang dia katakan"
Misyliniya: “kamu tidak tahu sesuatu selain ketidakhadiranmu semalam
dengan istri dan anakmu". '
Pada data ke (23) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Marnusy “aqu>lu inna hadza’r-ra>’i yatakallamu hara>'a wala> afham ma yaqu>l.
” yang menggunakan ada>tu tauki>d berupa partikel inna )إن). Pada data ini
Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur.
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur tersebut bertujuan
untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri yang menganggap mitra tutur
kurang memperhatikan. Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam
tuturan di atas, penutur mempunyai maksud untuk memberi kemantapan
kepada mitra tutur yang belum mengetahui informasi.
74
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Akan tetapi dengan adanya ada>tu’t-tauki>d إن (inna) pada tuturan tersebut
membuat intonasi pada tuturan menjadi sedikit naik, sehingga kadar
keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.
Data selanjutnya sebagai berikut:
ذلك؟ يف ماتقول:مشلينيا.يقول ما أفهم وال ىراء ميتكل الراعي ىذا إن أقول:مرنوشأنتالتفهمشيئاسوىأنكغبتليلةعنامرأتكوولدك:مشلينيا
(AKbg1/1932/27/24))يفشبوهتكم(وأنتماذافهمتمنو؟:مرنوش
Misyli>niya>: ma> taqu>lu fi> dzalika? Marnu>sy: aqu>lu inna hadza’r-ra>’i yatakallamu hara>'an wala> afham ma
yaqu>l. Misyli>niya>: anta la> tafhamu syai'an siwa> annaka ghibta lailatan ‘an
imra'atika wawaladika Marnu>sy: (fi> syibhi tahkim) wa anta ma>dza> fahimta minhu?
„Misyliniya: " apa pendapatmu tentang itu?"
Marnusy: "aku katakan bahwasanya penggembala ini bernicara keras dan
aku tidak memahami apa yang dia katakan"
Misyliniya: “kamu tidak tahu sesuatu selain ketidakhadiranmu semalam
dengan istri dan anakmu"
Marnusy: (sedikit mengejek) "dan kamu, apa yang kamu fahami
tentangnya?". '
Pada data ke (24) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya “anta la> tafhamu syai'an siwa> annaka ghibta lailatan ‘an
imra'atika wawaladika” yang menggunakan ada>tu tauki>d berupa partikel
Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai .(anna)أن
mitra tutur.
75
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
bertanggung jawab atas dirinya sendiri yang menganggap mitra tutur kurang
memperhatikan. Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam
tuturan di atas mempunyai maksud menolak sikap ingkar mitra tuturyang
sudah mengetahui informasi dan membawanya untuk menyerah, sehingga
tidak lagi ingkar dan mau menerima informasi itu dengan baik.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>dأن(anna)membuat intonasi pada tuturan
tersebut menjadi tegas, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra
tutur adalah bertekan.
Data selanjutnya sebagai berikut:
)يفشبوهتكم(وأنتماذافهمتمنو؟:مرنوش.وأنقلبينامشغوالنبغرياهلل.فهمتأننابعيدانعناهلل:مشلينيا
(AKbg1/1932/27/25)وأيبأسيفذلك؟:مرنوش
Marnu>sy: (fi> syibhi tahkim) wa anta ma>dza> fahimta minhu? Misyli>niya>: fahimtu annana> ba’i>da>ni ‘an’l-La>hi. Waanna qalbaina>
masyghu>la>ni bighairi’l-La>hi. Marnu>sy: wa’aiyu ba'sin fi> dzalika?
„Marnusy: (sedikit mengejek) "dan kamu, apa yang kamu fahami
tentangnya?”
Misyliniya: "aku faham bahwasanya kita berdua jauh dari Allah, dan
sesungguhnya hati kita jauh dari Allah"
Marnusy: "apa masalahnya dengan itu?"
Pada data ke (25) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya “fahimtu annana> ba’i>da>ni ‘an’l-La>hi, waanna qalbaina>
76
masyghu>la>ni bighairi’l-La>hi” yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa
partikel أن (anna) bersama dhamir na> yang kembali pada nachnu dan أن (anna). Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra
tutur.
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya (penutur). Apabila
dilihat dari penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas mempunyai
maksud untuk meyakinkan mitra tutur yang sudah sedikit mengetahui
informasi, namun masih ragu dan mempertanyakan kepastian informasi
tersebut.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya dua ada>tu’t-tauki>d أن(anna) membuat intonasi pada tuturan
tersebut menjadi tegas, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra
tutur adalah bertekan.
Data selanjutnya sebagai berikut:
قريب اهلل رمحة إن !صربا:يليخا يستطيع من إال تسعف ال اليت الرمحة تلك! األرض من السماء قرب! حقيقة:مرنوش
! (AKbg1/1932/22/15)االنتظار
Yimli>kha>: shabran!Inna rahmata’L-lahi qari>bun Marnu>sy: chaqi>qatan! Qaruba’s-sama>'u mina'l-ardhi! tilka'r-rahmatu’l-lati>
la> tas’af illa> man-yastathi>'ul-intazhiara!
„Yimlikha: “sabar! Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat”
Marnusy: "kamu benar! Langit didekatkan ke bumi! Rahmat itu tidak akan
diberikan kecuali bagi orang yang dapat menunggu. ". '
77
Pada data ke (15) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Yimlikha “... Inna rahmata'L-lahi qari>bun” yang menggunakan ada>tu tauki>d
di awal kalimat, yaitu partikel inna )إن). Pada data ini Yimlikha sebagai
penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur.
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya. Apabila dilihat dari
penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk
menyatakan bahwa amanat yang disampaikan penutur itu bersifat agung dan
mulia atau baik tanpa melihat apakah mitra tutur itu ragu (ingkar) atau tidak.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Akan tetapi dengan adanya ada>tu’t-tauki>d إن (inna) pada tuturan tersebut
membuat intonasi pada tuturan menjadi sedikit naik, sehingga kadar
keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan. Respon
yang diberikan oleh mitra tutur adalah membenarkan, menunjukkan bahwa
mitra tutur memperhatikan.
(Lam ibtida>’i)ل .2
Al-Ghulayaini (1993: 564) menyebutkan bahwa lam ibtida>’i
merupakan salah satu achru>fi’t-tauki>d (partikel menegaskan), yaitu:
التوكيد أحروف جواب: يف تقع اليت والالم التوكيد، ونونا االبتداء، والم وأن، إن،القسم،وقد
Achru>fi’t-tauki>d: inna, wa anna, wa la>mul-ibtida>’i, wa nu>na>’t-tauki>d, wa la>mul-lati> taqa’u fi> jawa>bi’l-qasam, wa qad
78
Partikel menegaskan: inna, dan anna, dan la>m ibtida>’i, dan nu>n tauki>d, dan la>m yang terletak padajawabqasam, dan qad
Lam ibtida >’i adalah partikel lam sebagai kata depan yang dipakai baik
pada jumlah ismiyyah maupun jumlah fi’liyah (pola kalimat fi’l+fa’il /
na>’ib fa’il) (Patah, 2003: 80).
Lam ibtida>’i adalah sebagai shadar kalam atau permulaan kalimat.
Peletakan lam ibtida>'i dijelaskan dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik sebagai
berikut:
اخلرب قبلو حل وامسا والفصل اخلرب معمول الواسط وتصحبWatashchabu'l-wa>sitha ma'mu>lal-khabar wal-fashla wa'sman challa qablahul-khabar
"Lam Ibtida jugaboleh masuk pada: (1) Ma’mulnya khabar
yangmenengahi (antara ism inna dan khabarnya), (2) dhamir fashl, (3)
ismnya inna yang khabarnyamenempati di sebelumnya (khabar
muqaddam)"(Malik, 1987: 19).
Lam ibtida>’i boleh masuk pada: ma‟mulnya khabar yang menengahi
antara ism inna dan khabar inna, dhamir fashl (dhamir yang memisahkan
antara ism inna dengan khabar inna, ism inna yang diakhirkan khabarnya.
Ditemukan enam data yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa lam
ibtida>’i dan penulis akan menganalisis empat data dalam naskah AKbg1,
yaitu:
.لكنتجنوتجبلدى:مرنوشكنتجنوتجبلدك:مشلينيا (AKbg1/1932/21/54).أجل
Marnu>sy: lakuntu najauta bijildi> Misyli>niya>: ajal kunta najautu bijildika
79
„Marnusy: “aku pasti akan selamat”
Misyliniya: “benar, tentu kamu akan selamat”. ‟
Pada data ke (54) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Marnusy “lakuntu najautu bijildi>. ”, menggunakan tanda lam ibtida>’i berupa
kata depan yang berapa pada jumlah fi’liyah, yaitu kata lakuntu
Pada data ini Marnusy sebagai penutur dan Misyliniya .(ل+كنت=لكنت)
sebagai mitra tutur.
Apabila melihat respon yang diberikan mitra tutur terhadap tuturan
penutur maka dapat disimpulkan bahwa tuturan menegaskan tersebut
bertujuan untuk bertanggung jawab atas diri penutur sendiri yang
menganggap mitra tutur kurang memperhatikan. Penutur menganggap mitra
tutur akan kurang memperhatikan tuturannya disebabkan karena mitra tutur
sudah mengetahui bahwa penutur akan selamat apabila mitra tutur tidak
menyebutkan nama penutur.
Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas
penuturmempunyai maksud untukmenolak sikap ingkar mitra tutur yang
sudah mengetahui bahwa mitra tutur adalah penyebab masalah yang mereka
hadapi dan membawanya untuk menyerah, sehingga tidak lagi ingkar dan
mau mengakui kesalahannya, tujuan ini seperti yang dijelaskan Patah (2003:
77).
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa lam ibtida>’i di awal kalimat membuat
80
intonasi pada tuturan tersebut menjadi sedikit tegas, sehingga kadar
keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa lam ibtida>’i
dalam drama Ahlul Kahfi bagian pertama, yaitu:
!السماء كبد يف والشمس الفجر تنتظران الظالم يف أنتما:يليخاىذا؟ أين:مشلينيا
يليخا ولقدعثرتبالبابفإذاىودونناوالنعرفولكن! خارجالكهف: ... شيءعجيب...إناحلرارةوالضوءاليدخالنإلينامنهكأمناالشمستميلعنهفيذىاهباوإياهبا
(AKbg1/1932/39/58) ...Yimli>kha>: antuma> fi>’zh-zhula>mi tantazhira>nil-fajr wa’sy-syamsu fi>
kabidi’s-sama>'i! Misyli>niya>: aina hadza>? Yimli>kha> : kha>rijal-kahfi! Walaqad ‘atsurtu bil-ba>bi fa'idzan huwa du>nana>
wala> na'rifu lakin... syai'un ‘aji>bun... innal-chara>rata wa’dh-dhau'a la> yadkhula>ni ilaina> minhu ka'annama>’sy-syamsa tami>lu ‘anhu fi> dziha>biha> wa'iya>biha>.
„Yimlikha: “kalian di dalam kegelapan menunggu fajar sementara
matahari di tengah langit!”
Misyliniya: “dimana?”
Yimlikha: "di luar gua! Aku telah menemukan pintu keluar, sepertinya itu
bukan milik kita dan tidak mengetahui akan tetapi... ajaib
sekali... panas dan cahaya tidak masuk mengenai kita seakan-
akan matahari mencondongkan sinarnya untuk pergi dan
menjauh" ‟
Pada data (58) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Yimlikha “kha>rijal-kahfi! Walaqad ‘atsurtu bil-ba>bi fa'idzan huwa du>nana>
wala> na’rifu lakin... ”, menggunakan tanda lam ibtida>’i. Pada data ini
Yimlikha sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan
Marnusy sebagai mitra tutur kedua.
81
Tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh penutur bertujuan
untuk mencegah kurangnya perhatian mitra tutur pertama dan kedua
terhadap dirinya. Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam
tuturan di atas mempunyai maksud untuk memberi kemantapan mitra tutur
pertama dan keduayang belum tahu informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,
pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar. Dengan
adanya ada>tu’t-tauki>d berupa lam ibtida>’i membuat intonasi pada tuturan
tersebut menjadi tegas, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra
tutur adalah bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa lam ibtida>’i
dalam drama Ahlul Kahfi bagian pertama , yaitu:
مابك؟: مرنوش.لقدداخلنيشك:مشلينيا
(AKbg1/1932/41/59) فيماذا؟: مرنوش
Marnu>sy: ma> bika? Misyli>niya>: laqad da>khalani> syakun Marnu>sy: fi> ma>dza>?
„Marnusy: “bagaimana denganmu?”
Misyliniya: “aku jadi ragu”
Marnusy: "tentang apa?" ‟
Data pada penggalan tuturan di atas merupakan tuturan menegaskan
yang memiliki ciri ada>tu’t-tauki>d berupa lam ibtida>’i. Pada data ke (59)
tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan Misyliniya “laqad da>khalani>
82
syakku”. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai
mitra tutur.
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadap apa yang
dituturkanolehnya. Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam
tuturan di atas mempunyai maksud untuk memberi kemantapan kepada
mitra tutur yang belum tahu informasi, akan tetapi apabila kalimat itu
disampaikan kepada mitra tutur dengan begitu saja, maka mitra tutur akan
mempertanyakan kepastian informasi yang disebutkan.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa lam ibtida>’i membuat intonasi pada
tuturan tersebut menjadi tegas, sehingga kadar keterdengaran yang diterima
mitra tutur adalah bertekan.
3. Charfu tanbi>h أال(alla>), أما(Amma> ه,) (ha)
Charfu’ tanbi>h alla>, Amma>, ha ( ى أال, أما، ) digunakan untuk memberi
peringatan dan meminta perhatian orang lain, dan selalu dipakai di awal
kalimat (Patah, 2003: 80). Charfu’ tanbi>h alla>, Amma>, ha ( ى أال, أما، )
ketiganya digunakan pada awal kalimat, digunakan sebagai tanbih
(peringatan) untuk mitra tutur agar memperhatikan suatu perkataan, dengan
kata lain ketiganya bermakna untuk memperingatkan atau meminta
perhatian dan keduanya berada pada awal kalimat. Pengertian tersebut
83
dijelaskan Ghulayaini(1993: 561-562) pada kitab "Jami> ad-Durus al-
'Arabiyah" sebagai berikut:
وتفيد.الكالم من اليو ىمايلقإىل السامع تنبيو تفيدانالكالم،و هبما يستفتح)):أالوأما((.مابعدىا التنبيو،حتقق مع))أال((
.الكالم مفتتح ومكانما التنبيو، مها معنا))أالوأما((أن واعلم:وىويدخلعلىاربعةاشياء,و))ىا(حروفموضوعلتنبيوادلخاطب
وىذينوىاتنيوىؤالء(علىامساءاالشارةالذالوعلىالقرب))ىذاوىذه .1 عليضمريالرفعوانليكنبعداسماشارة))ىاأناذا(( .2 علىادلاضيادلقرونبقد))ىاقدرجعت(( .3علىمابعد))أي(يفالنداء)ياأيهاالناس(( .4
((alla> wa amma>)): yustaftachu bihima>l-kala>mu, wa tufi>da>ni tanbi>hi’s-sa>mi’ ila> ma> yulqa> ilaihi minal-kala>mi. Watufi>du ((alla>)) ma’al-tanbi>hi, tachqiqi ma>ba’daha>. Wa a’lamu anna ((alla> wa amma>)) ma’na>huma>’t-tanbi>hu, wamaka>nuhuma> muftatachul-kala>m. Wa ((ha>)) churu>fun maudhu>’un litanbi>hil-mukha>thabi, wahuwa yadkhulu ‘ala> arba’ati asyya>’i:
1. ‘ala> asma>'il-isya>rati’dz-dza>lihi ‘ala>l-qarbi ((hadza> wahadzihi wahadzaini wa ha>taini waha'ula>'i))
2. ‘ala> dhami>ri’r-raf’i wa’in lam yakun ba’daism isya>rah ((ha> ana> dza>)) 3. ‘alal-ma>dhi>l-maqru>n biqad ((ha> qad raja’at)) 4. ‘ala > ma> ba’da ((ay)) fi>’n-nida>'i ((ya>’ayyuha’n-na>s))
"alla>, Amma>( أما أال، ) keduanya digunakan pada awal kalimat, digunakan
sebagai tanbi>h (peringatan) untuk mitra tutur agar memperhatikan suatu
perkataan. Alla> digunakan untuk tanbih untuk memastikan atau
menegaskan setelahnya.
Dan aku mengetahui bahwa keduanya bermakna untuk memperingatkan
atau meminta perhatian dan keduanya berada pada awal kalimat,
Dan (ha>) partikel yang digunakan untuk meminta perhatian mitra tutur,
dan memiliki empat macam bentuk:
1. Bersama ismisyarah (nomina petunjuk) untuk menunjukkan dekat,
seperti: hadza>, hadzihi, hadzaini, ha>taini, ha’ula>’i 2. Bersama dhamir (kata ganti) dan tidak berada setelah ismisyarah,
seperti: ha> ana> dza>,
84
3. Bersama fi’l ma>dhi dengan qad, seperti: ha> qad raja’at 4. Bersama (aiyu) untuk panggilan, seperti: ya>’ayyuha’n-na>s"
Pada naskah drama Ahlul Kahfi bagian pertama (AKbg1) ditemukan 8
data tuturan yang menggunakan kata penegas berupa charfu’ tanbi>h, penulis
akan menganalisis 3 sampel data berdasarkan jenis charfu’ tanbi>h yang
digunakan. Charfu’ tanbi>h(partikel untuk meminta perhatian) pada naskah
AKbg1 di antaranya sebagai berikut:
أرأيتنامنقبل؟:مشلينياكثريا:يليخا
أين؟:مرنوشيليخا السباع: مصارعة ساحة ىف طرسوس، مبدينة شرفتو،. يف ادللك حتوطان كنتما
هتمس والشفاه ترمقكم واألنظار ومرنوش: مشلينيا وىذان ادللك، .ىذا(AKbg1/1932/16/60)
Misyli>niya>: ara>'aitana> min qabl? Yimli>kha>: katsi>ran Marnu>sy: aina? Yimli>kha>: bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-siba>’i. Kuntuma>
tachu>tha>nil-Malika fi>syurfatihi, wal-anzha>ru tarmaqukum wa’sy-syafa>hu tahmus: hadza>l Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy.
„Misyliniya: “apakah sebelumnya kamu pernah melihat kita?”
Yimlikha: “sering”
Marnusy: “dimana?”
Yimlikha : “di kota Tharsus, di arena pertandingan binatang liar. Kalian
menjaga Raja di balkon, kalian menjadi pusat perhatian dan
bibir berbisik: ini Raja dan keduanya ini adalah Misyliniya
dan Marnusy”. ‟
Pada data ke (60) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Yimlikha “…hadza>- Malik, wa hadza>ni Misyli>niya wa Marnu>sy” yang
menggunakan charfu’ tanbi>h (partikel untuk meminta perhatian)ha (ه)
bersama ism isyarah (partikel untuk menunjuk). Pada data ini Yimlikha
85
sebagai penutur, Misyliniya sebagai mitra tutur pertama dan Marnus sebagai
mitra tutur kedua.
Tuturan menegaskan dengan menggunakan kata penegas berupa
partikel ha (ه) dituturkan oleh penutur bertujuan untuk mencegah
kurangnya perhatian mitra tutur terhadap penutur. Apabila dilihat dari
penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk
memberi kemantapan mitra tutur yang belum tahu informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma (, ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa charfu’ tanbi>hha (ه) membuat
intonasi pada tuturan tersebut menjadi tegas, sehingga kadar keterdengaran
yang diterima mitra tutur adalah bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa charfu’ tanbi>h
dalam drama Ahlul Kahfi bagian pertama , yaitu:
)يفشك(...)بعدتفكرييصيحيففرح(قدتكونصادقايفىذايامرنوش:مشلينيا ...لكن
ماذا؟:مرن وشمشلينيا الراعي: اآلن. اهلل إىل نبهنا الذي ىذا كلترالأ. يف وادلسيح يذكره كيف ى
(AKbg1/1932/15/64)وقت!
Misyli>niya>: (ba’da tafki>r yashi>chu fi> farach) qad taku>nu sha>diqan fi> hadza> ya> Marnu>sy… (fi> syak) lakin…
Marnu>sy: ma>dza>? Misyli>niya>: a’r-ra>’i. hadza>l-ladzi> nabbahana> ila>’l-lla>hil-a>n. ala> tara> kaifa
yadzkuruhu wal-Masi>chi fi> kulli waqtin!
86
„Misyliniya: (setelah berfikir tiba-tiba berteriak) “dalam hal ini kita telah
menjadi teman wahai Marnusy…” (ragu-ragu) “tapi…”
Marnusy: “apa?”
Misyliniya: “si penggembala. Ini yang telah mengingatkan kita kepada
Allah sekarang. Tidakkah kamu mengetahui bagaimana dia
mengingat Allah dan al-Masih di setiap waktu!”. ‟
Pada data ke (64) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya berikut “a’r-ra>’i. hadza>l-ladzi> nabbahana> ila>’l-lla>hi’l-a>n. …”,
pada tuturan Marnusy tersebut menggunakan satu kata penegas berupa
partikel ha (ه) yang bersama ism isyarah (partikel untuk menunjuk). Pada
data ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur.
Tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh seorang penutur
bertujuan untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri yang menganggap
mitra tutur kurang memperhatikan. Apabila dilihat dari penggunaan kata
penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk meyakinkan mitra
tutur yang sudah sedikit mengetahui informasi, namun masih ragu dan
mempertanyakan kepastian informasi tersebut.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca koma (, ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa charfu’ tanbi>hha (ه) bersama ism
isyarahmembuat intonasi pada tuturan tersebut menjadi tegas, sehingga
kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa charfu’ tanbi>h
dalam naskah AKbg1, yaitu:
.شىءعلىىذهاألرضبأمراهللكل:يليخافقدحدثبفعلإنسان...إالماحننفيو:مرنوش
87
كالماليلفظومؤمن)مستنكرا(أستغفراهلل!:يليخا (AKbg1/1932/23/62!)ىذا
Yimli>kha> : kullu syai’in ‘ala> hadzihil-ardhi bi'amri’l-La>h. Marnu>sy: illa> ma> nachnu fi>hi … faqad chadatsa bifi’lin insa>n Yimli>kha> : (mustankiran) astagfiru’l-La>h! hadza> kala>mu la> yulfazhuhu
mu’min!
„Yimlikha: "setiap sesuatu yang ada di bumi ini adalah kehendak Allah"
Marnusy: "kecuali perkara kita yang ada di dalamnya … ini telah menjadi
urusan manusia"
Yimlikha: (kecewa) "astagfirullah! Perkataan ini tidak seharusnya
diucapkan seorang mukmin”. ‟
Pada data ke (62) tuturan menegaskan yang menggunakan partikel ha
ditunjukkan pada tuturan Yimlikha berikut “…hadza> kala>mu la> yulfazhuhu
mu’min!”, pada tuturan tersebut, Yimlikha menggunakan ada>tu’t-tauki>d
berupa charfu’ tanbi>h yaitu partikelha yang bersama ism isyarah yaitu pada
kata " hadza>". Pada data ini Yimlikha sebagai penutur dan Marnusy sebagai
mitra tutur.
Partikel ha digunakan oleh penutur untuk meminta perhatian mitra
tutur dengan tujuan untuk memastikan atau menegaskan tuturan setelah
partikel tersebut. Tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh penutur
bertujuan bertanggung jawab atas dirinya sendiri yang menganggap mitra
tutur kurang memperhatikan. Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas
dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk menolak sikap ingkar mitra
tutur yang sudah mengetahui informasi dan membawanya untuk menyerah,
sehingga tidak lagi ingkar dan mau menerima informasi itu dengan baik.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi naik.
88
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa charfu’ tanbi>h ha yang bersama ism
isyarah membuat intonasi pada tuturan tersebut menjadi tegas, sehingga
kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah sangat bertekan.
4. Pengulangan Kata (tikra>r)
Tikra>r berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau
menyambung. Tikra>r adalah mengulangi suatu kata atau kalimat dengan
kata atau kalimat yang sama, atau sinonimnya, dan termasuk di dalamnya
menggunakan kata-kata مجيع-نفس كلتا-كال-عامة-كل-عني، ‘nafsun –
ainun, jami>’un – kullun – ‘a>matun – kullan –kulta>’ yang dirangkai dengan
kata ganti nama (untuk orang atau suatu makna yang ditegaskan) (Patah,
2003: 81).
Istilah tikra>r dapat disepadankan dengan istilah taukid lafdzi apabila
dilihat dari pengertiannya.
،ضمريا أم ظاىرا، امسا أكان سواء مبرادفو، أو بلفظو ادلؤكد بإعادة يكون:اللفظي التوكيد.مجلة أم ،حرفا أم ،فعال أم
Tauki>dul-lafzhi>: yaku>nu bi'i’a>datil-mu'akkadi bilafzhihi au bimura>difihi, sawa>'un aka>na isman zha>hiran, am dhami>ran, am fi’lan, am charfan, am jumlatan.
"Taukid lafdzi adalah mengulang-ulang lafazh taukid itu sendiri baik
berupa ism (nomina), dhamir (kata ganti), fi’l, partikel, ataupun jumlah (Ghulayaini, 1993: 542). "
من نفسو يف ما قلبو،وإزالة يف ودتكينو السامع نفس يف ادلؤكد تقرير فظالل التوكيد وفائدةفيو الشبهة
Wafa>'idatu’t-tauki>dil-lafzhi> taqri>rul-mu'akadi fi> nafsi's-sa>mi’i watamki>nuhu fi> qalbihi, wa'iza>latu ma> fi> nafsihi mina'sy-syubhati fi>hi.
89
"Faedah taukid lafdzi untuk menetapkan dan menyatakan pemahaman
kepada mitra tutur dan menghilangkan keraguan (Ghulayaini, 1993: 542).
"
Ditemukan 15 data tuturan menegaskan yang menggunakan
pengulangan sebagai tanda menegaskan. Penulis akan melampirkan lima
sampel data tuturan berdasarkan bentuk pengulangan yang digunakandalam
naskah AKbg1. Data yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa
pengulangan kata (tikra>r), di antaranya sebagai berikut:
أينالراعى؟أينثالثناالراعى؟:مشلينياكلبوىناباسطاذراعيو:مرن وش (AKbg1/1932/13/68).أتبنيشبح
Misyli>niya> : aina’r-ra>’i>? aina tsa>litsuna>’r-ra>’i>? Marnu<sy: atabayyanu syabcha kalbihi huna> ba>sithan dzira>’i>hi
„Misyliniya: “mana si penggembala? Mana orang ketiga di antara kita, si
penggembala?”
Marnusy: “aku melihat dengan jelas anjingnya di sini sedang
merenggangkan kakinya”. ‟
Pada data ke (68) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya “aina’r-ra>’i>? aina tsa>litsuna>’r-ra>’i>?” yang menggunakan
pengulanganyaitu dengan mengulangi kalimat pertanyaannya “aina … a’r-
ra>’i>”, meskipun di antara kata tersebut disisipi kata lain akan tetapi tetap
memiliki maksud yang sama. Pada data ini Misyliniya sebagai penutur dan
Marnusy sebagai mitra tutur.
Faedah pengulangan kata (tauki>d lafzhi) adalah untuk menetapkan
dan menyatakan pemahamannya kepada mitra tutur demi menghilangkan
keraguan (Ghulayaini, 1993: 542). Tuturan menegaskan tersebut dituturkan
oleh penutur bertujuan untuk bertanggung jawab atas kesalahannya dalam
90
bertutur apabila dirinya tidak sengaja melakukan kesalahan, sehingga
penutur harus mengulangi frase yang diduga kurang diperhatikan oleh mitra
tutur agar tidak dapat menyebabkan pemikiran yang salah.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca tanya (?) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi
sedikit naik. Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa pengulangan kalimat
membuat intonasi pada tuturan tersebut bertambah sedikit naik, sehingga
kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur adalah bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa tikra>r dalam
naskah AKbg1, yaitu:
لةأخرى؟:مشلينيا بيتىنالي
أوتريدنعلىادلأوث:وشمرن لت ني نأمنعلىحياتنامندق يانوساللي .ثا،حت
را(:مشلينيا (AKbg1/1932/14-15/69).أستطيعالأستطيع،ال)صائحامتذمMisyli>niya>: awa turi>duni> ‘ala>l-mabi>ti huna> lailatan ukhra>? Marnu>sy: lailataini au tsala>tsan, chatta> na'mana ‘alla>chaya>tina min
Diqya>nu>s Misyli>niya>: (sha>'ichan mutadza>mmiran) la> astathi>’, la> astathi >’.
Misyliniya: “apakah kamu menginginkanku untuk bermalam di sini
semalam lagi?”
Marnusy: “dua malam atau tiga malam sampai hidup kita aman dari raja
Diqyanus. ”
Misyliniya : (membentak dan menggerutu) “aku tidak bisa, aku tidak bisa.
”
Pada data ke (69) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya berikut “la> astathi>’, la> astathi>’”, tuturan tersebut menggunakan
91
pengulanganyaitu mengulangi satu frasa yang sama “la> astathi>’”. Pada data
ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnusy sebagai mitra tutur.
Tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh penuturbertujuan untuk
bertanggung jawab atas kesalahannya dalam bertutur apabila dirinya tidak
sengaja melakukan kesalahan, sehingga penutur harus mengulangi frase
yang diduga kurang diperhatikan oleh mitra tutur agar tidak dapat
menyebabkan pemikiran yang salah. Apabila dilihat dari penggunaan kata
penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk meyakinkan mitra
tutur yang sudah sedikit mengetahui informasi, namun masih ragu dan
mempertanyakan kepastian informasi tersebut.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa pengulangan kalimat membuat
intonasi pada tuturan tersebut bertambah, sehingga kadar keterdengaran
yang diterima mitra tutur adalah sedikit bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa tikra>r dalam
naskah AKbg1, yaitu:
جبلدي جنوت لكنت:مرن وشجبلدك جنوت كنت أجل:يامشلين
مرن وش ادللك عند مكان خسرت كنت ودلا: ىذا ارض على عظامى أحطم جئت ودلا.الليلة ىذه ادلوحش ادلكان القلق عذاب يف وحدمها وولدي إمرأيت تركت ودلا.
.)/73AKbg1/1932/21 (ادلذحبة ىوجاء وسط
Marnu>sy: lakuntu najautu bijildi>
92
Misyli>niya>: ajal kunta najauta bijildika Marnu>sy : walama> kuntu khasirtu maka>ni ‘inda’l-malik. Walama> ji'tu
uchaththimu ‘izha>mi> 'ala> ardhi hadzal-maka>nil-mu>chisyi hadzihil-Lailata. Walama> taraktu imra'ati wawaladi> wachdahuma> fi> 'adza>bil-qalaqi wustha hauja>'il-madzbachati
„Marnusy: "tentu aku akan selamat"
Misyliniya: “ya tentu kamu akan selamat”
Marnusy: “ketika aku telah menyembunyikan tempat tinggalku dari raja.
Dan ketika aku telah datang untuk menghancurkan tulang-
tulangku di bumi di tempat terkutuk ini malam ini. dan ketika
aku telah meninggalkan istri dan anakku sendirian dengan
ketakutan yang menyiksa di tengah hiruk pikuk
pembantaian”. ‟
Pada data ke (73) tuturan menegaskan yang menggunakan ada>tu’t-
tauki>d berupa tikra>r ditunjukkan pada tuturan Marnusy berikut
“walama>kuntu khasirtu maka>ni ‘indal-malik. Walama> ji'tu uchaththimu
‘izha>mi>‘ala> ardhi hadzal-maka>nil-mu>chisyi hadzihil-Lailata. Walama>
taraktu imra'ati wawaladi> wachdahuma> fi>‘adza>bil-qalaqi wustha hauja>'il-
madzbachati’”, tuturan tersebut menggunakan pengulanganyaitu
mengulangi partikel“walama>” sebanyak tiga kali. Pada data ini Marnusy
sebagai penutur dan Misyliniya sebagai mitra tutur.
Tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya. Apabila dilihat dari
penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk
memberi kemantapan kepada mitra tutur yang belum mengetahui informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa pengulangan partikelmembuat
93
intonasi pada tuturan tersebut bertambah, sehingga kadar keterdengaran
yang diterima mitra tutur menjadisedikit bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa tikra>r dalam
naskah AKbg1, yaitu:
كهف!)فئةأخرىمنالناس(:الناس كهف!ىذاباب )تقرتبمنبابالكهف(ىذا!)فئةأخرى(أحضرواادلشاعل؟أوقدواادلشاعل!..إنومظلم...لكنومظلم!
(AKbg1/1932/44-45/82)
An-Na>s: (taqtarabu min ba>bil-kahfi) hadza> kahfu! Hadza ba>bu kahfin! (fi'ah ukhra> mina’n-na>s) lakinnahu muzhlim!... innahu muzhlim…! (fi'ah ukhra) achdhuru>l-masya>’il! Auqadu>l-masya>’il!
„Manusia: (mendekati pintu gua)“ini gua! Ini pintu gua!” (suara orang lain
di kerumunan) “akan tetapi guanya gelap! Guanya sungguh
gelap!” (suara orang lain) “hadirkan obor! Nyalakan obor!”
Pada data ke (82) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
manusia “(taqtarabu min ba>bil-kahfi) hadza> kahfu! Hadza ba>bu kahfin!
(fi'ah ukhra> mina’n-na>s) lakinnahu muzhlim!... innahu muzhlim…! (fi'ah
ukhra) achdhiru>l-masya>’il! Auqidul-> masya>’il!” yang menggunakan
pengulanganfrasa dan kata, ditemukan frasadan kata yang diulang dua kali,
pertama “hadza> kahfu” pada tuturan “hadza> kahfu! Hadza ba>bu kahfin!”,
kedua kata “muzhlim” selain itu sebelum kata tersebut digunakan kata
penegas yaitu “innahu” ( نوإن+ه=إ ), ketiga kata “masya>’il” pada tuturan
“achdhiru>l-masya>’il! Auqidul-> masya>’il!”. Pada data ini sebagian manusia
sebagai penutur dan sebagian manusia lainnya sebagai mitra tutur.
94
Tuturan menegaskan tersebut bertujuan untuk bertanggung jawab atas
kesalahannya dalam bertutur apabila dirinya tidak sengaja melakukan
kesalahan, sehingga penutur harus mengulangi frase yang diduga kurang
diperhatikan oleh mitra tutur agar tidak dapat menyebabkan pemikiran yang
salah. Penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud
untuk memberi kemantapan mitra tutur yang belum tahu informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca seru (!) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi naik.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa pengulangan frasa dan kata membuat
intonasi pada tuturan tersebut bertambah, sehingga kadar keterdengaran
yang diterima mitra tutur adalah semakin bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa tikra>r dalam
AKbg1 , yaitu:
أرأيتنامنقبل؟:مشلينيا.كثريا:يليخا
أين؟:مرنوشكنتماحتوطانادللكيفشرفتو،واألنظار.يفساحةمصارعةالسباع,مبدينةطرسوس:يليخا
.ىذاادللك،وىذامشلينياومرنوش:ترمقكموالشفاههتمس. (AKbg1/1932/16/71) عرفتناإذنساعةجئناكنعدونسألكملجأوسلبأ:مشلينيا
Misyli>niya>: ara'aitana> min qablu? Yimli>kha> : katsi>ran Marnu>sy: aina? Yimlikha : bimadi>nati tharsu>s, fi> sa>chati musha>ra’ati’s-siba>’i. kuntuma>
tachu>tha>nil-malika fi> syurfatihi, wal-'anzha>ru tarmaqukum. Wa’sy-syafa>hu tahmusu: hadza>l-Malik, wa hadza>ni Misyli>niya> wa Marnu>sy
95
Misyli>niya> : ’araftana> idzan sa>’ah ji'na>ka na’du> nas'aluka malja'an wa makhba'an?
„Misyliniya: "apakah sebelumya kamu pernah melihat kita?"
Yimlikha: “sering. ”
Marnusy: “dimana?”
Yimlikha : “di kota Tharsus, di arena pertandingan binatang liar. Kalian
menjaga raja di balkon. Kalian menjadi pusat perhatian dan
berbisik: ini Raja dan keduanya itu Misyliniya dan Marnusy.
”
Misyliniya: “berarti kamu mengenali kita ketika kami datang padamu
untuk meminta tempat perlindungan?”. ‟
Pada data ke (71) tuturan menegaskan yang menggunakan ada>tu’t-
tauki>d berupa tikra>r ditunjukkan pada tuturan Misyliniya berikut “’araftana>
idzan sa>’ah ji'na>ka na’du> nas'aluka malja'an wa makhba'an?”, tuturan
tersebut menggunakan pengulanganyaitu mengulangi ism mutara>dif
(sinonim) yaitu“malja'an” dengan “makhba'an”. Pada data ini Misyliniya
sebagai penutur, Yimlikha sebagai mitra tutur pertama dan Marnusy sebagai
mitra tutur kedua.
Tuturan menegaskan penutur bertujuan untuk bertanggung jawab
kepada diri sendiri yang menganggap mitra tutur pertama tidak
mendengarkan tuturannya. Penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas
mempunyai maksud untuk memberi kemantapan kepada mitra tutur pertama
yang belum mengetahui informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca tanya (?) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi
sedikit naik. Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa pengulangan partikel
96
membuat intonasi pada tuturan tersebut bertambah, sehingga kadar
keterdengaran yang diterima mitra tutur menjadi bertekan.
(qad) قد .5
Secara lafazh partikel qad digunakan untuk menunjukkan bahwa
kalimat yang terletak sesudahnya adalah fi’l ma>dhi atau fi’l mudhari’,
secara makna adalah untuk menegaskan pekerjaan yang telah dilakukan atau
masa yang hampir bila kalimat sesudahnya adalah fi’l ma>dhi (Ghulayaini,
1993;542). Kata qad (قد) sebagai penegas, yang pasti dipakai pada fi’l ma>di
(kata kerja lampau) (Patah, 2003: 82).
Ghulayaini juga menjelaskan apabilaqad bersama fi’lma>dhi maka qad
akan bermanfaat untuk memastikan atau menegaskan maknanya, sedangkan
apabila qad bersama fi’l mudhari’ maka qad bermanfaat untuk meringankan
pekerjaan atau suatu peristiwa (1993: 542).
Pada naskah AKbg1 ditemukan 10 data yang menggunakan kata
penegas berupa qad (قد), di antaranya penulis menganalisis empat data
sebagai sampel untuk mewakili data lainnya, yaitu sebagai berikut:
)بعدحلظةصمت(والى!أوتركتأىلكيفاخلطر!:يليخا
أمحداهللعليانليسأحديعلمأنمامسيحيان،والأنمايتانإلبصلة،إن:مرنوشمثإنأخفىامرأيتوولدىعنالناسيف.نااآلنأمرزواجيسراليعرفوغريثالثت
لقدعصفتقبلاليوم...الخوفعليهما...كال.بيتمنفردمنذسنوات(AKbg1/1932/21/84).مذابحورلازرفلميتدإليهماأذي
Yimli>kha>: (ba’da lachzhah shumt) wala>! Au tarakta ahlaka fil-khathir! Marnu>sy: Achmadu’l-Llah ‘ala> an laisa achada ya’lamu annahuma
masi>chi>ya>ni, wala> annahuma> yamuttani ilayya bishilati, inna amir zawa>ji> sirra la ya’rifuhu ghaira tsala>tsatina>l-a>n. tsumma inni akhfa> imra'ati> wawaladi> ‘ani’n-na>si fi> baiti munfarid
97
mundu sanawa>t. kalla>… la> khauf ‘alaihima> … laqad ‘ashafat qablal-yaum madza>bachu wa maja>ziru falam yamtadi ilaihima adza>.
„Yimlikha: (sesaat kemudian)“tuan! Apakah kamu meninggalkan
keluargamu dalam keadaan bahaya?
Marnusy: “segala puji bagi Allah atas tidak diketahui satupun dari mereka
bahwasanya mereka seorang Masehi, dan keduanya jauh dari
keluarga, sebenarnya masalah mengenai istriku adalah rahasia
dan tidak ada yang mengetahui selain kita bertiga sekarang ini.
Sebenarnya yang aku menyembunyikan istri dan anakku dari
masyarakat di rumah terpencil sudah satu tahun. Tidak sama
sekali… tidak mengkhawatirkan mereka berdua… dia telah
gusar sehari sebelum pembantaian dan penyembunyian sampai
saat ini musibah itu tentunya tidaksapai mendatangi mereka
berdua”. ‟
Pada data ke (84) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Marnusy “kalla>… la> khauf ‘alaihima> … laqad ‘ashafat qablal-yaum
madza>bachu wa maja>ziru falam yamtadi ilaihima adza>” yang menggunakan
ada>tu tauki>d berupa qad (قد) bersama dengan fi’l ma>di (kata kerja lampau)
yaitu “laqad ‘ashafat” „dia telah gusar‟. Pada data ini Marnusy sebagai
penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur.
Tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadap informasi yang
disampaikan. Pencegahan yang dilakukan oleh penutur adalah dengan
menggunakan ada>tu’t-tauki>d di depan kalimat. Apabila dilihat dari
penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas mempunyai maksud untuk
memberi kemantapan mitra tutur yang belum tahu informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
98
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa qad dan lam ibtida>’i membuat
intonasi pada tuturan tersebut bertambah, sehingga kadar keterdengaran
yang diterima mitra tutur menjadi bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa qad dalam
naskah AKbg1, yaitu:
كلشئعلىىذهاألرضبأمراهلل:يليخا(AKbg1/1932/23/85).فقدحدثبفعلإنسان...إالماحننفيو:مرنوش
Yimli>kha>: kullu syai'in ‘ala> hadzihil-ardh bi amri’l-Llah Marnu>sy: illa ma>nachnu fi>h … faqad hadatsa bifi’lin insa>n
„Yimlikha: “segala sesuatu yang ada di bumi atas kehendak Allah”
Marnusy: “kecuali apa yang ada kita di dalamnya …telah menjadi urusan
manusia”. ‟
Pada data ke (85) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Marnusy berikut “illa ma>nachnu fi>h … faqad hadatsa bifi’lin insa>n”. Pada
tuturan Marnusyada>tu tauki>d yang digunakan berupa qad (قد) bersama
dengan fi’l ma>di (kata kerja lampau) yaitu “faqad hadatsa” „telah menjadi‟.
Pada data ini Marnusy sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur.
Tuturan menegaskan dari penutur bertujuan untuk mencegah
kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya. Pencegahan yang dilakukan
oleh penutur adalah dengan menggunakan ada>tu’t-tauki>d di depan kalimat.
Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas
mempunyai maksud untuk meyakinkan mitra tutur yang belum mengetahui
informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
99
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa qad membuat intonasi pada tuturan
tersebut bertambah, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutut
menjadi bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa qad dalam
naskah AKbg1, yaitu:
.عليناوقدخلقلناقلوباقدنزلعنبعضحقوإناهلل:مرنوش)ىفشك(...)بعدتفكرييصيحىففرح(قدتكونصادقايفىذايامرنوش:مشلينيا
(AKbg1/1932/30/87)...لكن
Marnu>sy: inna’l-Llah waqad khalaqa lana> qulu>ban qad nazala ‘an ba’dha chaqqihi ‘alaina>
Misyli>niya>: (ba’da tufaki>r yashi>chu fi> farach) qad taku>nu sha>diqan fi> hadza> ya> Marnu>sy… (fi>syak) lakin…
„Marnusy: “sesungguhnya Allah telah menciptakan untu kita hati, telah
menurunkan sebagian haknya kepada kita”
Misyliniya: (setelah berfikir dia berteriak) “dalam hal ini kamu menjadi
benar Marnusy” (ragu) “tapi…”. ‟
Pada data ke (87) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Marnusy “inna’l-’Llah waqad khalaqa lana> qulu>ban qad nazala ‘an ba’dha
chaqqihi ‘alaina>”, yang menggunakan ada>tu tauki>d berupa berupa qad (قد) bersama dengan fi’l ma>di (kata kerja lampau) yaitu “waqad khalaqa” dan
"qad nazala". Pada data ini Marnus sebagai penutur dan Misyliniya sebagai
mitra tutur.
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya. Pencegahan yang
dilakukan oleh penutur adalah dengan menggunakan ada>tu’t-tauki>d di
depan kalimat, yaitu inna “إن”. Penggunaan kata penegas dalam tuturan di
100
atas mempunyai maksud untuk menyatakan bahwa amanat yang
disampaikan itu agung dan mulia atau baik tanpa melihat apakah mitra tutur
itu ragu (ingkar) atau tidak.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa qaddan inna “إن”membuat intonasi
pada tuturan tersebut bertambah, sehingga kadar keterdengaran yang
diterima mitra tutur menjadi bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa qad dalam
naskah AKbg1, yaitu:
!مرنوش)فجأة ناىضا:(مشلينيامشلينيا؟ يا أينإىل:مرنوش
)/92/43AKbg1/1932 (انقضت قد الثالثة األيام أن ريب فال أمر من يكن مهما:مشلينيا
Misyli>niya>: (na>hadhan faj'atan) Marnu>sy! Marnu>sy: ila> aina ya> Misyli>niya>? Misyli>niya>: mahma yakun min amrin fala> raiba annal-aya>ma'ts-tsala>tsata
qad inqadhat
„Misyliniya: (tiba-tiba berdiri) "Marnusy!"
Marnusy: “mau kemana wahai Misyliniya?”
Misyliniya: "bagaimanapun juga aku harus melakukan sesuatu, aku yakin
bahwa tiga hari telah berlalu”. ‟
Pada data ke (92) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Misyliniya “mahma> yakun min amrin fala> raiba annal-aya>ma’ts-tsala>tsata
qad inqadhat” yang menggunakan ada>tu tauki>d berupa berupa qad (قد) bersama dengan fi’l ma>di (kata kerja lampau) yaitu “inqadhat”. Pada data
ini Misyliniya sebagai penutur dan Marnus sebagai mitra tutur.
101
Tuturan menegaskan yang dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
bertanggung jawab kepada dirinya sendiri yang menganggap mitra tutur
kurang memperhatikan. Penutur menggunakan ada>tu taukid dipertengahan
kalimat karena dirinya merasa bahwa mitra tutur kurang memperhatikan
tuturan sebelumnya. Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam
tuturan di atas mempunyai maksud untuk memberi kemantapan kepada
mitra tutur yang belum mengetahui informasi.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa qad dan anna “ نأ ”membuat intonasi
pada tuturan tersebut bertambah, sehingga kadar keterdengaran yang
diterima mitra tutur menjadi bertekan.
(<innama) إمنا .6
Innama> adalah kesatuan dari إن dan ما (disebut ما ka>fiyah) ما ka>fiyah
ini membatasi status إن yang khusus masuk dan melakukan sedikit
perubahan pada jumlah ismiyyah, sehingga innama> dapat dipakai pada pola
kalimat ismiyyah dan fi’liyah, dengan tidak lagi mempunyai ism dan
khabarnya. Sebagai kata penegas menjadikan kata-kata yang terletak
sesudah sebagai maqsu>s (dikhususkan) atas kata yang terletak diakhir
kalimat atau maqsu>s ‘alaih (Patah, 2003: 82).
العمل يبق وقد اعماذلا مبطل احلروف مابذ ووصل
Wa washla ma> bidzil-churu>fi mubthilu i’ma>laha> waqad yubaqqa>l-‘amalu.
102
Bersambungnya ma> dengan inna membatalkan terhadapnya pengamalan
inna, dengan kata lain ma> kaffah (pencegah) berfungsi untuk mencegah
pengamalan inna (Malik, 1987: 19).
Pada naskah AKbg1 ditemukan dua data yang menggunakan kata
penegas berupa partikel innama> (إمنا), yaitu sebagai berikut:
كمحتبأىلك!:يليخا(AKbg1/1932/22/93)...إنإمناأحياهبماوذلما:مرنوش
Yimli>kha>: kam tuchibbu ahlaka! Marnu>sy: inni> innama> achya> bihima> walahuma>
„Marnusy: “kamu juga merahasiakan agamamu?”
Yimlikha: “sebenarnya diriku tiada lain hidup dengan mereka dan untuk
mereka…”
Pada data ke (93) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan
Marnusy “inni> innama> achya> bihima> walahuma>”yang menggunakan dua
ada>tu’t-tauki>d yaitu partikel inna pada kata inni> dan partikel innama> (إمنا). Pada data ini Marnus sebagai penutur dan Yimlikha sebagai mitra tutur.
Susunan kalimat dalam tuturan penutur “inni> innama> achya> bihima>
walahuma>” adalah berupa jumlah ismiyyah. Kata “inni>” berkedudukan
sebagai ism inna, yaitu berupa dhamir muttasil (kata ganti) yang kembali
pada ana> (aku). Kata “innama> achya>” berkedudukan sebagai khabar inna
(predikat). Dan kata “bihima> walahuma>” berkedudukan sebagai maf’ul bih
(objek).
Adanya ada>tu’t-tauki>d di awal kalimat tuturan menunjukkan bahwa
penutur memiliki tujuan untuk mencari perhatian dari mitra tutur, sehingga
tuturan menegaskan tersebut dituturkan oleh penutur bertujuan untuk
mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya. Apabila dilihat dari
penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas, penutur mempunyai maksud
103
untuk menolak sikap ingkar mitra tutur kedua yang sudah mengetahui
informasi dan membawanya untuk menyerah, sehingga tidak lagi ingkar dan
mau menerima informasi itu dengan baik
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Namun dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa inna “إن” dan innama> (إمنا) serta pengulangan ism dhamir membuat intonasi pada tuturan tersebut
bertambah tiga kali, sehingga kadar keterdengaran yang diterima mitra tutur
menjadi sangat bertekan.
Data lainnya yang menggunakan ada>tu’t-tauki>d berupa innama>dalam
drama Ahlul Kahfi bagian pertama , yaitu:
للمسيح األمر دع:يليخاعنك سيخفف وأنو يعلم أنو أعتقد! اهلل أستغفر! يعلم ادلسيح ليت:مشلينيامت؟:مشلينيا
يليخا نعتقد أن لنا ينبغي إمنا ،!كهذا سؤال حق منلك ال إنا ،!رمحاك اللهم مت؟:(AKbg1/1932/24/94)
Yimli>kha>: da>’il-amra lil-Masi>chi Misyli>niya>: laital-Masi>chu ya’lamu ! Astaghfiru'l-Llah! A’taqidu annahu
ya’lamu, wa annahu sayukhaffafu 'Anka Misyli>niya>: mata>? Yimli>kha>: mata>? Allahumma ruhma>ka! Inna> la> namliku chaqqa su'a>Lin
kahadza? innama> yanbaghi> lana> a’n-na'taqida
Yimlikha: serahkan semua kepada al-Masih
Misyliniya: seandainya al Masih tahu! Astaghfirullah! Aku percaya
bahwasanya al masih mengetahui, Dan bahwasanya al-Masih
akan meringankan beban urusanmu
Misyliniya: kapan?
104
Yimlikha: kapan? Allah selalu merahmatim! Sesungguhnya kita tidak
berhak bertanya seperti ini, sesungguhnya kita
diharuskanuntuk meyakini.
Data pada penggalan tuturan di atas merupakan tuturan menegaskan
yang memiliki ciri berupa ada>tu’t-tauki>d (kata penegas)innama> (إمنا). Pada
data ke (94) tuturan menegaskan ditunjukkan pada tuturan Yimlikha “Inna>
la> namliku chaqqa su'a>Lin kahadza? innama> yanbaghi> lana> a’n-na’taqida”.
Pada data ini Yimlikha sebagai penutur danMisyliniya sebagai mitra tutur.
Susunan kalimat pada tuturan penutur “innama>yanbaghi> lana> a’n-
na’taqida” berupa jumlah ismiyyah. Ism inna (subjek) diduduki oleh kata
“lana>” berupa dhamir muttasil (kata ganti kepemilikan) yang kembali pada
nachnu (حنن). Adapun khabar inna (predikat) diduduki oleh verba
“anna'taqida”.
Ada>tu’t-tauki>d yang digunakan penutur di awal kalimat mempunyai
tujuan untuk mencegah kurangnya perhatian mitra tutur terhadapnya.
Apabila dilihat dari penggunaan kata penegas dalam tuturan di atas
mempunyai maksud untuk menolak sikap ingkar mitra tutur yang sudah
mengetahui informasi dan membawanya untuk menyerah, sehingga tidak
lagi ingkar dan mau menerima informasi itu dengan baik. Untuk
menghadapi mitra tutur kedua yang ingkar ini terkadang dibutuhkan tidak
hanya satu kata penegas dalam satu kalimat.
Adapun apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (. ) seperti
yang dijelaskan oleh Wijana(1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa, pada data di atas menunjukkan penutur menggunakan intonasi datar.
Namun dengan adanya ada>tu’t-tauki>d berupa inna “إن” dan innama> (إمنا)